PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY BANYUDONO BOYOLALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY BANYUDONO BOYOLALI"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 6 PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY BANYUDONO BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Sri Mulyati R PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

2 digilib.uns.ac.id 7

3 digilib.uns.ac.id 8 PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juni 2012 Sri Mulyati R

4 digilib.uns.ac.id 9 ABSTRAK Sri Mulyati, R , Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Shift Pagi dan Shift Malam di Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry Banyudono, Boyolali. Skripsi. Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar Belakang : PT Safarijunie Textindo Industry sebagai perusahaan tekstil penghasil kain mentah menerapkan sistem kerja bergilir (shift work). Shift kerja malam banyak menimbulkan keluhan kelelahan karena terpaksa melawan cyrcardian rythm tubuh. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak perusahaan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja pada tenaga kerja shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry. Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil secara purposive sampling, sebanyak 139 orang dari populasi yang memenuhi kriteria dan memenuhi syarat yaitu tenaga perempuan; usia tahun; masa kerja > 2 tahun yang sudah mengalami aklimatisasi; bekerja di bagian weaving; bersedia menjadi responden dan sehat. Variabel penelitian adalah shift work (shift pagi dan shift malam) dan kelelahan kerja. Pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan Reaction Timer L77 Lakassidaya. Data disajikan dalam bentuk skor nilai, untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan tingkat kelelahan kerja antara shift pagi dan shift malam maka digunakan uji statistik Independent Sample T-Test. Hasil : Sebanyak 2,8% tenaga kerja shift pagi mengalami kelelahan berat dan tenaga kerja shift malam 11,8%. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan tingkat kelelahan kerja yang sangat signifikan (p=0,000 0,01) antara shift pagi dan shift malam. Simpulan : Terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja yang sangat signifikan (p=0,000 0,01) antara shift pagi dan shift malam. Saran bagi tenaga kerja sebaiknya memanfaatkan waktu istirahat yang diberikan oleh perusahaan, bisa mengatur sendiri waktu istirahat dan waktu tidur untuk meminimalisasi terjadinya kelelahan kerja, dan menyediakan waktu luang untuk istirahat yang cukup untuk persiapan sebelum bekerja pada shift malam. Bagi perusahaan sebaiknya menyediakan extra fooding untuk tenaga kerja pada shift malam untuk memperlambat terjadinya kelelahan kerja. Kata Kunci : Shift kerja, Kelelahan, Kerja Shift

5 digilib.uns.ac.id 10 ABSTRACT Sri Mulyati, R , Differences In The Level Of Work Fatigue Between Morning Shift And Night Shift In The Section Weaving PT Safarijunie Textindo Industry Banyudono, Boyolali. Skripsi. Safety and Occupational Health Study Program. Medical Faculty. University of Sebelas Maret Surakarta. Background: Safarijunie Textindo Industry as a textile company which produces raw fabric is applying a working system (work shift). Work shift primarily night shift causes a lot of complaints of fatigue because the body is forced against its cyrcardian rhythm. It needs attention from the corporate. The objective of this study is to investigate the differences of work fatigue levels on the morning shift workers and night shift at the Weaving Division of PT Safarijunie Textindo Industry. Method: This study is an observational analytic cross sectional approach. Samples were taken by purposive sampling. A total of 139 people from the population met the determined criteria and qualified are women workers; aged years old; working period> 2 years who have experienced acclimatization; worked in the Weaving Division; willing to be respondent and healthy. Research variables are work shift (morning shift and night shift) and work fatigue. Work fatigue measurement used Lakassidaya L77 Reaction Timer. The data are presented in the form of value score, to find out more about the differences between the level of work fatigue the morning shift and night shift then the Independent Sample T-Test statistically is used. Result: 2.8% of employees in the morning shift experience severe fatigue and the night shift 11.8%. The result of the statistical test shows very significant differences in the level of work fatigue (p = ) between the morning shift and the night shift. Conclusion: There are significant differences of work fatigue levels (p = ) between the morning shift and the night shift. The suggestion for workers should taken advantage of breakers provided by the company, could set their our time to rest and sleep to minimized the fatigue of work, and provided time for adequate rest for preparation before working on night shift. For companies should provided extra fooding for employees on the night shift to slow the fatigue of work. Key words : Work Shift, Fatigue, Shift Work

6 digilib.uns.ac.id 11 PRAKATA Bismillahirohmanirrokhim. Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Shift Pagi dan Shift Malam di Bagian Weaving PT. Safarijunie Textindo Industry Banyudono, Boyolali. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi Diploma IV untuk mencapai gelar Sarjana Sains Terapan. Dalam pelaksanaan penelitian ini, selain dukungan dan curahan kasih sayang yang tiada hentinya dari kedua orang tuaku dan keluarga, penulis juga telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan dr. S. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si selaku Ketua Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes selaku Dosen Pembimbing I Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Hardjanto, dr., MS., Sp.Ok. selaku Dosen Pembimbing II Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Ibu Isna Qodrijati, dr., M.Kes. selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Staff pengajar dan karyawan/karyawati Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Keluarga besar PT Safarijunie Textindo Industry yang telah memberi ijin untuk tempat penelitian serta Bapak Edi Ratman dan Bapak Tritanto dari PT Safarijunie Textindo Industry terimakasih atas bimbingannya. 8. Keluargaku tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi baik material maupun nonmaterial sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar. 9. Semua teman-teman angkatan 2008 Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya.

7 digilib.uns.ac.id 12 Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Surakarta, Juni 2012 Penulis Sri Mulyati

8 digilib.uns.ac.id 13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 5 BAB II. LANDASAN TEORI... 6 A. Tinjauan Pustaka... 6 B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi Penelitian D. Teknik Sampling E. Sampel Penelitian F. Desain Penelitian G. Identifikasi Variabel Penelitian H. Definisi Operasional commit Variabel to user Penelitian... 35

9 digilib.uns.ac.id 14 I. Alat dan Bahan Penelitian J. Sumber Data K. Teknik Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum perusahaan B. Karakteristik Subjek Penelitian C. Hasil Penelitian Waktu Kerja Shift D. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja E. Uji Perbedaan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Shift Pagi dan Shift Malam BAB V. PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek penelitian B. Analisa Univariat C. Analisa Bivariat BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 digilib.uns.ac.id 15 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden Tabel 4.3. Distribusi Beban Kerja Responden di Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry Tabel 4.4. Distribusi IMT Tabel 4.5. Distribusi Kelelahan Kerja Responden... 47

11 digilib.uns.ac.id 16 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambar 2. Desain Penelitian... 34

12 digilib.uns.ac.id 17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data Masa Kerja Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian Weaving PT Safarijunie Textindustry Lampiran 2. Data Status Gizi Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry Lampiran 3. Data Umur Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry Lampiran 4. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Responden Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry Lampiran 5. Uji Independent T-Test Kelelahan Kerja Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian Lampiran 7. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

13 digilib.uns.ac.id 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit, namun demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan beraneka ragam dan kompleks sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusia. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas (Tarwaka, 2004). Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja mengupayakan agar risiko bahaya dapat diminimalisasi melalui teknologi pengendalian terhadap lingkungan atau tempat kerja serta upaya mencegah dan melindungi tenaga kerja agar terhindar dari dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan (Budiono, 2003). Secara umum, terdapat dua golongan penyebab kecelakaan yaitu tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) (Suma mur, 2009). 1

14 digilib.uns.ac.id 19 Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah stress dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati dan Imam, 2008). Penggunaan sumber daya secara optimal dalam rangka meningkatkan produksi dituntut oleh dunia industri sejak beberapa tahun yang lalu. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap perpanjangan jam kerja pekerja dan salah satunya adalah dengan mempekerjakan pekerja melampaui waktu yang telah ditetapkan dan atau memberlakukan shift kerja (Setyawati, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Akbar Sharifian, dkk (2009), shift kerja malam hari merupakan kondisi yang dapat menghambat kemampuan adapatasi pekerja baik dari aspek biologis maupun sosial. Bekerja pada shift malam jauh lebih cenderung memiliki efek buruk terhadap kesehatan akibat dari pekerjaan itu karena dapat mengganggu cyrcadian rhytms. Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah stres dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati dan Imam, 2008). Menurut Wicken (2004) dalam Setyawati (2010), kelelahan dapat disebabkan oleh kondisi tubuh lelah baik secara fisik ataupun mental mengakibatkan kualitas kerja menurun, kinerja kerja menjadi lambat, susah menyelesaikan masalah dan mengalami kesulitan untuk fokus. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada

15 digilib.uns.ac.id 20 cyrcardian rhytm akibat jet lag atau gangguan fisik akarena perubahan jam biologis tubuh. Sharpe (2007) dalam Setyawati (2010) menyatakan bahwa tenaga kerja pada shift malam memiliki risiko 28% lebih tinggi mengalami cidera atau kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan kerja yang terjadi, gangguan tidur dan kelelahan menjadi dua faktor yang paling penting dari kesalahan manusia. PT Safarijunie Textindo Industry adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil berada di daerah Boyolali. PT Safarijunie Textindo Industry berproduksi untuk weaving dan finishing yang berupa scouring bleaching. PT Safarijunie Textindo Industry mempunyai tenaga kerja berjumlah 1221 orang yang dibagi menjadi beberapa di bagian produksi dan office. Proses produksi di PT Safarijunie Textindo Industry beroperasi selama 24 jam yang terdiri dari 3 shift yaitu shift pagi berlangsung dari pukul WIB, shift siang berlangsung dari pukul WIB, dan shift malam berlangsung mulai pukul WIB. Demikian juga di bagian weaving dibagi menjadi 3 shift yang masing-masing shift terdiri dari 82 orang. Dalam proses weaving terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap persiapan, warping, sizing, reaching, pirn winder, tying, loom, dan inspecting yang meliputi proses manding, inspecting dan grading untuk menghasilkan hasil produk yang berupa kain setengah jadi. Dari tahap-tahap proses tersebut tenaga kerja dituntut untuk bekerja lebih maksimal sehingga tenaga kerja mengalami kelelahan kerja.

16 digilib.uns.ac.id 21 Berdasarkan survai awal pada bulan Januari 2012 dilakukan pengukuran kelelahan kerja terhadap 12 orang tenaga kerja bagian Weaving, pada masing-masing shift kerja berjumlah 4 orang, diperoleh hasil rata-rata skor kelelahan kerja sebagai berikut : shift pagi 265,59 milidetik, shift siang 286,36 milidetik, shift malam 493,60 milidetik. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan nilai yang berbeda. Perbedaaan ekstrim terdapat pada kelelahan shift pagi dan shift malam. Selain itu terdapat keluhan dari tenaga kerja shift malam yaitu mengantuk. Pada penelitian sebelumnya oleh Khasanah (2011) di PT Triangga Dewi Surakarta menunjukkan ada perbedaan tingkat kelelahan kerja yang signifikan antara shift pagi yaitu 503,94 milidetik dan shift malam yaitu 556,01 milidetik. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti akan mengadakan penelitian mengenai perbedaan tingkat kelelahan kerja pada shift pagi, dan shift malam pada tenaga kerja di bagian weaving PT Safarijunie Textindo Industry, Banyudono, Boyolali. B. Rumusan Masalah Adakah perbedaan tingkat kelelahan kerja antara shift pagi, dan shift malam pada tenaga kerja di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, Banyudono, Boyolali?

17 digilib.uns.ac.id 22 C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja pada tenaga kerja shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Diharapkan penelitian ini sebagai pembuktian bahwa terdapat perbedaaan tingkat kelelahan kerja pada shift pagi dan shift malam kerja di bagian weaving PT Safarijunie Textindo Industry. 2. Aplikatif a. Diharapkan dapat memberi masukan bagi perusahaan untuk mengelola manajemen shift kerja yang lebih baik agar dapat mengurangi tingkat kelelahan kerja. b. Diharapkan dapat mengendalikan tingkat kelelahan kerja di PT Safarijunie Textindo Industry.

18 digilib.uns.ac.id 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Shift kerja a. Pengertian Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan (Setyawati, 2010). Shift kerja dapat bersifat permanen atau temporer menurut kebutuhan tempat kerja yang bersangkutan yang direkomendasi oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan yang bahkan sangat sering tidak beraturan (Setyawati, 2010). b. Pembagian shift kerja Pada Journal The Design of Shift Systems (Knauth, 1993), dikemukakan bahwa terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan dalam penentuan shift kerja : 1) Jenis shift kerja pagi, atau siang, atau malam. 2) Panjang waktu tiap shift kerja. 3) Waktu dimulai dan diakhirinya suatu shift 4) Distribusi waktu istirahat 5) Arah perubahan shift kerja 6

19 digilib.uns.ac.id 24 Disamping itu ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain shift kerja menurut Nurmianto (2002) antara lain: 1. Setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shift yang berurutan. 2. Seorang pekerja tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari berturutturut (seharusnya 5 hari kerja, 2 hari libur). 3. Sediakan libur akhir pekan (setidaknya 2 hari). 4. Rotasi shift mengikuti matahari. 5. Buat jadwal yang sederhana dan mudah diingat. Macam shift kerja ada dua macam, yaitu shift kerja berputar (berotasi) dan shift kerja tetap (permanen). Dalam merancang shift kerja ada dua hal utama yang harus diperhatikan, yaitu bahwa kekurangan istirahat atau tidur hendaknya ditekan sekecil mungkin sehingga dapat mengurangi kelelahan kerja disamping menyediakan waktu untuk keharmonisan kehidupan keluarga maupun kontak sosial dengan masyarakat (Nurmianto, 2008). Menurut Nurmianto (2008), ada beberapa saran yang harus diperhatikan dalam penyusunan jadwal shift kerja, yaitu bahwa pekerja yang berumur di bawah 25 tahun dan diatas 50 tahun dan pekerja yang memiliki kecenderungan mudah sakit perut, serta memiliki emosi yang labil disarankan untuk tidak dipekerjakan pada shift kerja malam. Pekerja yang bertempat tinggal jauh dari tempat kerja atau yang berada di lingkungan yang ramai seyogyanya tidak dipekerjakan pada shift kerja

20 digilib.uns.ac.id 25 malam. Menurut Kuswadji (1997), pergantian sistem shift kerja tiga rotasi biasanya pada pukul , pukul , dan pukul ; sebagian lain pergantian pukul , pukul , atau pukul , pukul Diutarakan pula bahwa rotasi yang pendek lebih baik daripada rotasi yang panjang dan sebaiknya dihindarkan kerja malam secara terus menerus. Rotasi yang baik adalah 2-2-2, yaitu kerja pagi hari dua kali dilanjutkan kerja siang hari dua kali dan malam hari dua kali (rotasi ini disebut metropolitan rota) atau 2-2-3, yaitu kerja di pagi hari dua kali dilanjutkan kerja siang hari dua kali dan malam hari tiga kali (rotasi ini disebut continetal rota) dimana shift kerja malam selama tiga hari berurut-turut harus diikuti istirahat lebih dari 24 jam atau istirahat dua hari. Perencanaan shift kerja yang baik adalah apabila harus bertugas melampaui akhir pekan, seyogyanya pada kesempatan lain diupayakan pemberian dua hari libur di akhir pekan dan tiap jadwal shift kerja diberikan satu kali waktu istirahat yang cukup (30-60 menit) untuk makan dan relaksasi serta keperluan pribadi yang lain. Menurut awal dan akhir jam shift work, lama satu shift, dan keteraturan sistem (Kuswadji, 1997) dapat dibagi sebagai berikut: a. Sistem 3 shift biasa Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama selama 24 jam: dinas pagi antara pukul , dinas sore

21 digilib.uns.ac.id 26 antara pukul , dan dinas malam antara pukul b. Sistem Amerika Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul , dinas sore antara pukul dan dinas malam antara pukul Sistem ini memberikan keuntungan fisiologik dan sosial. Kesempatan tidur akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore. Setiap shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalam sehari. c. Sistem Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem Selama 12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam. Jadwal antara dan Satu minggu kerja siang dan satu minggu kerja malam. Bila pekerjaan shift dilakukan selama ini, masing-masing shift baik siang atau malam, harus diikuti dengan istirahat dua hari. Menurut Suma mur (2009) dalam soal periode kerja siang atau malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam. Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: a. Irama faal manusia sedikit atau banyak terganggu oleh kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari. Fungsi-fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat disesuaikan sepenuhnya dengan irama kerja

22 digilib.uns.ac.id 27 demikian. Hal ini mudah dibuktikan dari pengukuran-pengukuran suhu badan, nadi, tekanan darah dan lain-lain dari orang yang bekerja malam dibandingkan dengan keadaan waktu bekerja siang hari (Suma mur, 2009). b. Metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat beradaptasi, bahkan banyak aspek yang sama sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja malam tidur siang. Keseimbangan elektrolit sebagai akibat albumin dan klorida darah dapat menyesuaikan diri dengan keperluan kerja malam tidur siang, tetapi pertukaran zat-zat seperti kalium, sulfur, fosfor, mangan, dan lain-lain sangat kukuh terikat kepada sel-sel, sehingga dengan pergantian waktu kerja siang oleh malam tidak dapat dipengaruhinya. Dengan kata lain, metabolisme zat-zat terakhir tidak dapat diserasikan dengan keperluan kerja malam (Suma mur, 2009). c. Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. Penyebabnya antara lain adalah faktor faal dan metabolisme yang tidak dapat diserasikan. Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja syaraf parasimpatis dibanding dengan kerja syaraf simpatis pada malam hari. Padahal seharusnya untuk bekerja, syaraf simpatis harus melebihi kekuatan syaraf parasimpatis (Suma mur, 2009). d. Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang harinya relatif jauh lebih kecil dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain-lain dan oleh karena kebutuhan badan yang tidak dapat

23 digilib.uns.ac.id 28 diubah seluruhya menurut kebutuhan, yaitu terbangun oleh dorongan lapar atau buang air kecil yang relatif lebih banyak pada siang hari (Suma mur, 2009). e. Alat pencernaan biasanya tidak berfungsi secara normal pada saat tenaga kerja bekerja malam hari dan tidur pada siang hari. Dengan demikian jumlah makanan yang diambil relatif lebih sedikit, sedangkan pencernaan kurang bekerja semestinya (Suma mur, 2009). f. Kurangnya tidur dan kurang berfungsinya alat pencernaan berakibat antara lain penurunan berat badan (Suma mur, 2009). g. Selain masalah biologis dan faal, kerja malam seringkali disertai reaksi psikologis sebagai suatu mekanisme defensif terhadap gangguan tubuh akibat ketidakserasian badani kepada pekerjaan malam. Akibat dari itu, keluhan-keluhan akan ditemukan relatif sangat banyak pada kerja malam (Suma mur, 2009). h. Pengaruh-pengaruh kerja malam tersebut biasanya kumulatif. Makin panjang giliran kerja malam, makin besar efek dimaksud (Suma mur, 2009). 2. Kelelahan a. Pengertian Kelelahan Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh akibat melakukan suatu pekerjaan meliputi sensasi kelelahan,

24 digilib.uns.ac.id 29 motivasi, aktivitas mulai turun sampai tidak kuat lagi bekerja (Suma mur, 2009). Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Tenaga kerja yang mengalami kelelahan akan mengalami: penurunan motivasi kerja, kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan, berkurangnya dorongan atau kemauan untuk bekerja sehingga menyebabkan kecelakaan dalam bekerja (Tarwaka, 2004). Grandjean (1988), menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi dan untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam tetapi periode istirahat dan waktuwaktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. b. Jenis-jenis kelelahan 1) Menurut Depkes (2002) kelelahan ada tiga jenis, antara lain : a) Kelelahan Fisik Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performancenya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.

25 digilib.uns.ac.id 30 b) Kelelahan yang Patologis Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya. c) Psikologis dan Emotional Fatique Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan jenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja. 2) Menurut Suma mur (2009) dan Tarwaka (2004) terdapat dua jenis kelelahan menurut proses terjadinya, yaitu : a) Kelelahan otot Kelelahan otot ditandai antara lain oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. b) Kelelahan umum Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persyarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah monotoninya tenaga kerjaan, intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja yang bersangkutan, keadan lingkungan yang berada dari estimasi semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja.

26 digilib.uns.ac.id 31 3) Menurut Ramandhani (2003), berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, kelelahan dibagi menjadi : a) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba. b) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan tenaga kerjaan, seperti perasaan kebencian yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis antara lain meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal. c. Gejala Kelelahan Kerja Menurut Ramandhani (2003), gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain: 1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing. 2) Kurang mampu berkonsentrasi. 3) Berkurangnya tingkat kewaspadaan. 4) Persepsi yang buruk dan lambat. 5) Berkurangnya gairah untuk bekerja. 6) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

27 digilib.uns.ac.id 32 Gilmer (1966) dan Cameron (1973) dalam Setyawati (2010) menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan kerja adalah sebagai berikut : 1. Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan persepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan lingkungan, depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif. 2. Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala di atas adalah sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan serta gangguan pencernaan. Menurut Suma mur (2009) suatu daftar gejala atau perasaan atau tanda yang ada hubungannya dengan kelelahan adalah : 1) Perasaan berat di kepala 2) Menjadi lelah seluruh badan 3) Kaki merasa berat 4) Menguap 5) Merasa pikiran kacau 6) Mengantuk 7) Merasa berat pada mata 8) Kaku dan canggung dalam gerakan 9) Tidak seimbang dalam berdiri 10) Mau berbaring 11) Merasa susah berpikir

28 digilib.uns.ac.id 33 12) Lelah bicara 13) Gugup 14) Tidak dapat berkonsentrasi 15) Tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu 16) Cenderung untuk lupa 17) Kurang kepercayaan diri 18) Cemas terhadap sesuatu 19) Tidak dapat mengontrol sikap 20) Tidak dapat tekun dalam melakukan tenaga kerjaan 21) Sakit di kepala 22) Kekakuan di bahu 23) Merasa nyeri di punggung 24) Merasa pernafasan tertekan 25) Merasa haus 26) Suara serak 27) Merasa pening 28) Spasme kelopak mata 29) Tremor pada anggota badan 30) Merasa kurang sehat Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan melemahnya kegiatan, melemahnya motivasi dan gambaran kelelahan fisik sebagai akibat dari keadan umum yang melelahkan.

29 digilib.uns.ac.id 34 d. Parameter Kelelahan Kerja Parameter yang pernah diungkapkan oleh beberapa peneliti untuk mengukur kelelahan kerja ada bermacam-macam antara lain : 1. Pengukuran waktu reaksi Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang tersebut. Waktu reaksi ini merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi yang memerlukan koordinasi (Setyawati, 2010). Dalam pengukuran dengan waktu reaksi ini terdapat kriteria kelelahan yaitu : a) Normal : waktu reaksi 150,0-240,0 milidetik b) Kelelahan Kerja Ringan (KKR): waktu reaksi 240,0 < x < 410,0 milidetik. c) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410,0 x < 580,0 milidetik. d) Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi 580,0 milidetik (Setyawati 2010). 2. Uji Finger-tapping ( uji ketuk jari) Uji finger-tapping adalah mengukur kecepatan maksimal mengetuk jari tangan dalam suatu periode waktu tertentu. Uji ini sangat lemah karena banyak faktor yang sangat berpengaruh dalam proses mengetukkan jari-jari tangan dan uji ini tidak dapat dipakai

30 digilib.uns.ac.id 35 untuk menguji kelelahan kerja yang bermacam-macam pekerjaan (Grandjean, 1988). 3. Uji Flicker-fusion Uji flicker-fusion adalah pengukuruan kecepatan berkelipnya cahaya atau lampu yang secara bertahap ditingkatkan sampai kecepatan tertentu sampai cahaya tampak berbaur sebagai cahaya yang kontinyu (Grandjean, 1988). Uji ini digunakan untuk menilai kelelahan mata saja. 4. Uji Critical Flicker-fusion Uji critical flicker fusion adalah modifikasi uji flicker fusion. Uji ini digunakan untuk pengujian kelelahan mata yang berat, dan dengan mempergunakan flicker tester (Oshahi dan Kikuchi, 1976 dalam Setyawati, 2010). 5. Uji Bourdon Wiersma Uji Bourdon Wiersma adalah pengujian terhadap kecepatan bereaksi dan ketelitian. Uji ini dipakai untuk menguji kelelahan pada pengemudi (Manuaba dan Nala, 1971 dalam Setyawati, 2010). 6. Skala Kelelahan Industrial Fatigue Research Committe (IFRC) Skala IFRC yang di desain untuk pekerja dengan budaya Jepang ini merupakan angket yang mengandung tiga puluh macam perasaan kelelahan yang dirasakan seorang pekerja dan tiap butir pernyataan dalam skala IFRC tidak dapat dievaluasi hubungannya (Kashiwagi, 1971 dalam Setyawati, 2010). Uji kelelahan yang lain

31 digilib.uns.ac.id 36 yaitu skala Kashiwagi yang terdiri atas 20 butir pertanyaan yang mengandung dimensi pelemahan aktivitas dan motivasi. Terhadap kedua skala kelelahan ini Kogi dan Saito (1971) dalam Setyawati (2010) memberikan tanggapannya dan menyebutkan bahwa kedua skala ini tidak merupakan pendekatan yang menentukan karena dengan kedua skala ini tidak diperoleh hasil yang menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahaan kerja maupun kriteriakriteria lain yang mendukung. Diutarakan pula bahwa perlu dilakukan survei psikososial dan ekologi diantara para pekerja untuk mengetahui sebab kelelahan kerja serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 7. Pemeriksaan tremor pada tangan Cara ini tidak dapat dipakai untuk mengukur kelelahan pada tiap orang maupun pada tiap pekerjaan karena adanya tremor pada tangan dapat terjadi tidak saja pada kelelahan tetapi juga dapat terjadi sebagai bagian dari penyakit tertentu. (Sutarman, 1972 dalam Setyawati, 2010) 8. Metode Blink Metode Blink adalah pengujian untuk kelelahan tubuh secara keseluruhan dengan melihat objek yang bergerak dengan mata yang terkejap secara cepat dan berulang-ulang (Fukui dan Marioka, 1971 dalam Setyawati, 2010). Cara ini pun tidak dapat untuk menguji jenis kelelahan kerja pada tiap pekerjaan.

32 digilib.uns.ac.id Ekskresi katekolamin Pada kasus kelelahan ekskresi katekolamin tidak selalu meningkat. Pada pekerjaan beberapa macam pekerjaan yang mengalami kelelahan kerja tidak terjadi peningkatan ekskresi katekolamin (Johanson, 1978 dan Frankenhaeuser et.al, 1983 dalam Setyawati, 2010) 10. Stroop test Dalam uji ini peserta diminta untuk membaca nama-nama warna tertulis kata-kata secara independen dari warna-warna tinta. Pada uji ini dianggap untuk mengukur perhatian selektif, fleksibilitas kognitif dan kecepatan pemprosesan (Wim Van der Elst et.al, 2006). Stroop test ini biasa digunakan untuk menyelidiki kemampuan psikologis seseorang. John Ridley Stroop (1935), membandingkan waktu yang digunakan untuk membaca kata-kata hitam dan waktu yang dibutuhkan untuk penanaman warna yang bertentangan dengan kata-kata tertulis. 11. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) KAUPK2 adalah suatu alat untuk mengukur indikator perasaan kelelahan kerja yang telah di desain oleh Setyawati (Setyawati, 2010) khusus bagi pekerja Indonesia. KAUPK2 ada tiga macam yaitu KAUPK I, KAUPK2 II, KAUPK III yang masingmasing terdiri atas 17 butir pertanyaan, yang telah teruji kesahihan

33 digilib.uns.ac.id 38 dan kehandalannya untuk mengukur perasaan kelelahan kerja baik pada shift kerja pagi, shift kerja siang maupun shift kerja malam. e. Pencegahan Kelelahan Kerja Menurut Ramandhani (2003) untuk mencegah memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar : 1) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk. 2) Merubah metode kerja menjadi efesien dan efektif. 3) Menerapkan penggunaan peralatan dan peranti kerja yang memenuhi standar ergonomi. 4) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup. 5) Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman. 6) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik. 7) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi. f. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja Sebagaimana diketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kelelahan yang kita kenal mempunyai beragam penyebab yang berbeda (Ramandhani, 2003), namun secara umum penyebab kelelahan sebagai berikut : 1) Intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis 2) Masalah lingkungan kerja 3) Irama detak jantung

34 digilib.uns.ac.id 39 4) Masalah-masalah fisik 5) Nyeri dan kesehatan 6) Gizi/nutrisi Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja (beraktivitas). Kelelahan dapat diatasi dengan beristirahat untuk menyegarkan tubuh. Apabila kelelahan tidak segera diatasi dan pekerja dipaksa untuk terus bekerja, maka kelelahan akan semakin parah dan dapat mengurangi produktivitas pekerja. Kelelahan sama halnya dengan keadaan lapar dan haus sebagai suatu mekanisme untuk mendukung kehidupan (Suma mur, 2009). g. Karakteristik Tenaga Kerja yang Mempengaruhi Terjadinya Kelelahan Faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya kelelahan sebagai berikut : a. Faktor Internal 1) Usia Usia yang bertambah tua akan diikuti oleh kekuatan dan ketahanan otot yang menurun (Tarwaka, 2004). Pada usia muda proses-proses di dalam tubuh sangat besar dan kemudian menurun lambat-lambat menurut umur (Suma mur, 2009). Setyawati (2010) menyatakan bahwa pekerja shift malam dianjurkan yang berusia lebih dari 25 tahun dan kurang dari 50 tahun.

35 digilib.uns.ac.id 40 2) Jenis Kelamin Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari yang wanita relatif kurang jika dibandingkan pria sehingga akan lebih cepat lelah (Suma mur, 2009). 3) Psikis Menurut Ramandhani (2003), Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis amatlah mudah mengidap suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu, suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu yang tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. 4) Kesehatan Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu pekerjaan. Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik jika sering sakit (Hasibuan, (2000) dalam Jati, (2010)). 5) Status gizi Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan

36 digilib.uns.ac.id 41 jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma mur, 2009). Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan menghitung Indeks massa Tubuh (IMT) dengan rumus : IMT = Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Tabel 2. Kategori IMT NO Kategori IMT 1 Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 2 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,5 3 Normal 18,5 25,0 4 Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 27,0 5 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber : I Dewa Nyoman Supariasa, ) Sikap Kerja Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi

37 digilib.uns.ac.id 42 sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan (Ramandhani, 2003). Bekerja dalam kondisi yang tidak alamiah dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain: nyeri, kelelahan dan bahkan kecelakaan. b. Faktor Eksternal 1) Beban kerja Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang lebih cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial (Suma mur, 2009). Bahkan banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan (Ramandhani, 2003). 2) Penerangan Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak diperlu. Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keaadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma mur, 2009). Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan (Hapsari, 2003) adalah:

38 digilib.uns.ac.id 43 a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. b) Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata. c) Kerusakan indera mata d) Kelelahan mental e) Menimbulkan terjadinya kecelakaan. 3) Kebisingan Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi sistem pencernaan, sistem kardiovaskuler, atau sistem faal tubuh lainnya sehingga mempercepat kelelahan (Suma mur, 2009). 4) Masa Kerja Masa kerja adalah lamanya seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh mana tenaga kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan dan keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Masa kerja seseorang berkaitan dengan pengalaman kerjanya. Karyawan yang telah lama bekerja pada

39 digilib.uns.ac.id 44 perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman yang berkaitan dengan bidangnya (Nitisemito,1996 dalam Jati, 2010). 5) Monotoni Monotoni merupakan suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. Salah satu efek dari pekerjaan monoton adalah kemunduran dari kapasitas kerja dan produktivitas (Pusparini, 2003). 3. Hubungan Antara Shift Work dengan Kelelahan Menurut Vitaterna (2001), Salah satu penyebab dari kelelahan yaitu gangguan tidur. Gangguan tidur sangat berhubungan dengan circadian rhythms. Siklus circadian rhythms mengatur perubahan berirama dalam perilaku atau fisiologis tubuh. Perubahan ini diatur oleh jam biologis tubuh. Bagian yang mengatur fisiologi tubuh dalam siklus circadian rhythms antara lain : suhu tubuh, sel saraf, hipotalamus, plasma darah, dan ginjal. Circadian rhythms dapat mengalami gangguan akibat jet lag, menggeser jam kerja, dan kurang tidur. Hal tersebut dapat mengganggu tubuh antara lain : gangguan fungsi kognitif, fungsi hormonal, gangguan gastrointestinal. Dalam pengaturan pola kerja dan istirahat ini, secara alami tubuh kita mempunyai pengaturan waktu biologis yang mengatur organisasi internal tubuh seperti : metabolisme, detak jantung, pernapasan, proses pencernaan

40 digilib.uns.ac.id 45 makanan. Selain itu juga mengatur organisasi eksternal tubuh seperti : bekerja dan tidur. Menurut Granjean (1988) sebagaimana diketahui, bahwa sejak dini tubuh kita sudah terpola mengikuti siklus alam. Pada siang hari seluruh bagian tubuh kita aktif bekerja dan pada malam hari dalam keadaan istirahat. Untuk mengatur pola kerja dan istirahat ini, secara alamiah tubuh kita memiliki pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering disebut dengan istilah a body clock atau cyrcardian rhytm. Internal timekeeper inilah yang mengatur berbagai aktivitas tubuh kita seperti bekerja, tidur dan proses pencernaan makanan. Peningkatan aktivitas pada siang hari mendorong adanya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Pada malam hari, semua fungsi tubuh akan menurun dan timbullah rasa kantuk, sehingga kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. Menurut Minor dan Waterhouse (1985) dalam Nurmianto (2008), fungsi tubuh yang ditandai dengan cyrcardian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, dan banyak proses otonom, vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia yang telah dipelajari menunjukkan siklus harian yang teratur. Cyrcardian rhythm yang sudah sangat dikenal adalah ritme temperatur tubuh, yang menunjukkan fluktuasi harian yang berkisar 0,5 0 C yang merupakan sisi lain nilai pokok dari 37 0 C. Siklus mencapai titik terendah sekitar pukul 04.00, dan mulai meningkat lagi sekitar pukul (umumnya sebelum seseorang bangun) dan meningkat tajam sampai tengah hari dan lebih lambat

41 digilib.uns.ac.id 46 sesudahnya. Temperatur puncak dicapai di titik manapun antara tengah hari dan malam hari, tetapi paling banyak antara pukul dan Mulai pukul dan seterusnya, temperatur mulai menurun secara tajam. Terdapat perubahan siklus yang hampir sama dalam jantung, pernapasan dan fungsi kelenjar ginjal, tekanan darah, sekresi endokrin yang bermacammacam dan sebagainya meskipun mencapai puncak dan lembah pada waktu yang berbeda.

42 digilib.uns.ac.id 47 B. Kerangka Pemikiran shift pagi shift malam Cyrcadian Rhythm Fungsi tubuh bekerja Internal timekeeper Tubuh dipaksa bekerja Denyut nadi & tekanan darah naik Perubahan siklus jantung, pernapasan & fungsi kelenjar ginjal Kebutuhan O 2 naik Fungsi tubuh menurun Metabolisme terganggu Kelelahan kerja Faktor eksternal : - Monotoni - Masa kerja - Beban kerja - Penerangan - Kebisingan Mengantuk Kelelahan kerja Faktor Internal : - Jenis kelamin - Usia - Psikis commit - Sikap to kerja user - Status Gizi - Kesehatan

43 digilib.uns.ac.id 48 C. Hipotesis Ada Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja shift pagi dan shift malam di Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, Banyudono, Boyolali.

44 digilib.uns.ac.id 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Nama Perusahaan Unit Alamat : PT Safarijunie Textindo Industry : Bagian weaving : Jalan Raya Solo-Semarang Km.16 Banyudono, Boyolali. Waktu Penelitian : April Mei C. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di bagian Weaving PT. Safarijunie Textindo Industry, Boyolali berjumlah 164 orang yang terdiri 3 orang tenaga kerja laki-laki dan 161 tenaga kerja perempuan dari shift pagi dan shift malam dan tiap-tiap shift terdapat 82 tenaga kerja. D. Teknik Sampling Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik sampling nonprobability. Dalam teknik sampling ini menggunakan metode purposive sampling.

45 digilib.uns.ac.id 50 E. Sampel Penelitian Karakteristik sampel penelitian sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi adalah subjek dimana peneliti menjadikan subjek ini sebagai sampel (contoh), dengan kriteria sebagai berikut : a. Umur antara tahun b. Berjenis kelamin perempuan c. Pekerja di bagian weaving. d. Tertib menggunakan alat pelindung telinga (ear plug) e. Masa kerja lebih dari 2 tahun yang sudah mengalami aklimatisasi. Semakin lama masa kerja, tenaga kerja semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah terbiasa dengan pekerjaannya (Suma mur, 2009) f. Bersedia menjadi responden dan sehat. 2. Kriteria Ekslusi ialah subjek dimana peneliti tidak menjadikan subjek ini ke dalam sampel. Subjek ekslusi dalam penelitian ini antara lain pekerja yang tidak mau menjadi subjek penelitian. Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 82 tenaga kerja pada shift pagi dan 82 tenaga kerja pada shift malam. Setelah dilakukan pemilihan subjek dengan purposive sampling, didapatkan jumlah subjek yang dijadikan sampel sebanyak 71 orang pada shift pagi dan 68 orang pada shift malam. Jadi, sampel yang diambil sebanyak 139 orang tenaga kerja.

46 digilib.uns.ac.id 51 F. Desain Penelitian Populasi shift pagi dan shift malam Purposive Sampling Subyek Shift Pagi Shift Malam Skor kelelahan kerja Skor kelelahan kerja Independent Sample T-Test G. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah shift kerja (shift pagi dan shift malam). 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja.

47 digilib.uns.ac.id Variabel Pengganggu Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua yaitu : a. Variabel pengganggu terkendali : usia dikendalikan dengan mengambil sampel umur tahun, jenis kelamin diambil perempuan, kebisingan dikendalikan dengan memilih tenaga kerja yang memakai ear plug, masa kerja dikendalikan, beban kerja, sikap kerja, monotoni, penerangan, status kesehatan, status gizi. b. Variabel pengganggu tidak terkendali : psikis tenaga kerja. H. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Shift Kerja Shift kerja adalah pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore, dan malam. Dalam perusahaan mempunyai istilah yang berbeda-beda untuk macam-macam shift kerja. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah shift pagi dan shift malam: a. Shift pagi Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada pagi hari dimulai dari pukul WIB b. Shift malam Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada malam hari dimulai dari pukul commit to user WIB

48 digilib.uns.ac.id 53 Skala pengukuran : Nominal 2. Kelelahan Kerja Kelelahan kerja adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang tersebut, yang diukur pada saat jam istirahat tenaga kerja sebelum tenaga kerja mengalami proses pemulihan. Alat ukur Hasil pengukuran Skala pengukuran : Reaction Timer L77 Lakassidaya : Nilai waktu reaksi dalam satuan milidetik. : Interval I. Alat dan Bahan Penelitian Alat dan Bahan penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah : 1. Reaction Timer Deteksi atau penilaian tentang kelelahan kerja dengan alat ukur untuk waktu reaksi. Dalam penelitian ini menggunakan Reaction Timer L77 Lakassidaya, yang dibuat oleh Biro konsultasi Kesehatan, Keselamatan, dan Produktivitas Kerja Yogyakarta. Waktu reaksi yang diukur merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksireaksi yang memerlukan koordinasi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada saat kesadaran atau

49 digilib.uns.ac.id 54 dilaksanakan kegiatan tertentu. Rangsang yang digunakan pada alat ini berupa cahaya dan suara. Satuan waktu reaksi adalah milidetik. Pada saat pemakaian alat, perlu diperhatikan pada saat melakukan pengukuran agar hasil lebih akurat : a. Pemberian rangsang tidak kontinyu. b. Jarak maksimal sumber rangsang dengan subyek yang diperiksa maksimum 0,5 m. c. Konsentrasi subyek hanya pada sumber rangsang (tidak boleh melihat pemeriksa). d. Rangsang yang digunakan dapat keduanya atau hanya salah satu (suara atau cahaya saja). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah rangsang cahaya. Cara kerja Reaction Timer L77 Lakassidaya adalah sebagai berikut : a. Memasang adaptor pada stop kontak, lalu alat di ON kan. b. Memastikan angka pada display menunjukkan 000,0 jika belum tekan tombol reset. c. Untuk menilai dengan sensor cahaya, dengan menekan tombol untuk sensor cahaya. d. Operator siap untuk menekan saklar sensor cahaya demikian pula dengan probandus siap melihat lampu pada alat sensor. e. Operator menekan saklar sensor cahaya, probandus secepatnya menekan saklar OFF (mouse), untuk sensor cahaya apabila melihat sensor cahaya commit lampu. to user

PENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI

PENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI PENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan MARYANA

Lebih terperinci

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATIH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Menurut Tarwaka (2010), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan kerja 1. Definisi Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012) Kelelahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SPS 2 DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SPS 2 DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SPS 2 DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan DWI NUGRAHENI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Heni Nurhayati

Lebih terperinci

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Ummy

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Margaretta

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dalam perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Aulia Ganes Pramudita R0210004 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV. HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.X GARMEN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA

HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Chriswanto Wisnu Nugroho R.

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA TENAGA KERJA AKIBAT KEBISINGAN DI BAGIAN PROSES DAN FINISHING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA TENAGA KERJA AKIBAT KEBISINGAN DI BAGIAN PROSES DAN FINISHING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA TENAGA KERJA AKIBAT KEBISINGAN DI BAGIAN PROSES DAN FINISHING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001).

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001). BAB II LANDASAN TEORI A. Kualitas Kehidupan Bekerja 1. Definisi Kualitas Kehidupan Bekerja Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang meliputi beberapa konsep seperti jaminan kerja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kelelahan Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua yang menyebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KECEMASAN PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) B-C BAGASKARA SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KECEMASAN PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) B-C BAGASKARA SRAGEN HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN KECEMASAN PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) B-C BAGASKARA SRAGEN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan EKA FEBRIYANTI

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS

PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Putri Septiani R. 0209042

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Novita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja dalam hubungan pertambangan. Pertambangan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja dalam hubungan pertambangan. Pertambangan di Indonesia telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena pertambangan pada era globalisasi banyak memunculkan persoalan mengenai higene perusahaan dan kesehatan kerja serta keselamatan kerja dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

PENGARUH KELELAHAN KERJA TERHADAP PRODUKTIFITAS PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PROSES PRODUKSI DI PT. ISKANDAR TEX SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH KELELAHAN KERJA TERHADAP PRODUKTIFITAS PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PROSES PRODUKSI DI PT. ISKANDAR TEX SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH KELELAHAN KERJA TERHADAP PRODUKTIFITAS PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PROSES PRODUKSI DI PT. ISKANDAR TEX SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SMALL PACKAGINGS 2 DI PT X KLATEN

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SMALL PACKAGINGS 2 DI PT X KLATEN HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SMALL PACKAGINGS 2 DI PT X KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Mei Sulistyorini

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SANTI EKASARI

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA DENGAN KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM JAHIT PADA PEKERJA BAGIAN GARMEN DI PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA DENGAN KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM JAHIT PADA PEKERJA BAGIAN GARMEN DI PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA DENGAN KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM JAHIT PADA PEKERJA BAGIAN GARMEN DI PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghasilkan suatu produk dan jasa yang dapat dipasarkan dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka perusahaan tersebut harus

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGETIK DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA RENTAL DI BELAKANG KAMPUS UNS

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGETIK DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA RENTAL DI BELAKANG KAMPUS UNS HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGETIK DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA RENTAL DI BELAKANG KAMPUS UNS SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Mar atus Sholikhah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang sehat dan produktif, kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapanya yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA YANG TERPAPAR PARTIKULAT PM10 DIBAWAH DAN DIATAS NILAI AMBANG BATAS DI PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI

PERBEDAAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA YANG TERPAPAR PARTIKULAT PM10 DIBAWAH DAN DIATAS NILAI AMBANG BATAS DI PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI PERBEDAAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA YANG TERPAPAR PARTIKULAT PM10 DIBAWAH DAN DIATAS NILAI AMBANG BATAS DI PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BATIK BROTOSENO MASARAN SRAGEN

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BATIK BROTOSENO MASARAN SRAGEN HUBUNGAN STATUS GIZI DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BATIK BROTOSENO MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Andhika Stevianingrum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA

HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Andhika Yuli Pratama R.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan metode cross-sectional dimana setiap subjek penelitian hanya di observasi satu kali dan

Lebih terperinci

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Maharany Dhyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Nina Aditya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR TUGAS AKHIR HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR Eka Dian Prasetya R0010038 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan kerja adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA KULI PANGGUL DI GUDANG BULOG SURAKARTA

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA KULI PANGGUL DI GUDANG BULOG SURAKARTA HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA KULI PANGGUL DI GUDANG BULOG SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan WIWIT HIPPY ROLANG R.0209058

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Metode Survai Analitik dengan mengunakan pendekatan cross sectional merupakan suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN POSTUR KERJA DUDUK DENGAN KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA BATIK TULIS DI MASARAN SRAGEN

HUBUNGAN POSTUR KERJA DUDUK DENGAN KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA BATIK TULIS DI MASARAN SRAGEN HUBUNGAN POSTUR KERJA DUDUK DENGAN KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA BATIK TULIS DI MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Destiana Herdi Wati R. 0212010 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PERAWAT WANITA BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. OEN SURAKARTA

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PERAWAT WANITA BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. OEN SURAKARTA PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PERAWAT WANITA BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. OEN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Liana Kusumawardani

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Fahma Hakiki R

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Fahma Hakiki R PERBEDAAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMBATIK TULIS DENGAN MENGGUNAKAN KURSI KERJA ERGONOMIS DAN KURSI KERJA TIDAK ERGONOMIS DI INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA ANGKAT-ANGKUT DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA KULI PANGGUL DI GUDANG BULOG SURAKARTA

HUBUNGAN SIKAP KERJA ANGKAT-ANGKUT DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA KULI PANGGUL DI GUDANG BULOG SURAKARTA HUBUNGAN SIKAP KERJA ANGKAT-ANGKUT DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA KULI PANGGUL DI GUDANG BULOG SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Andang Rafsanjani

Lebih terperinci

HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA UMUM PADA PEKERJA GERINDA BAGIAN WELDING 2 P.T. INKA (PERSERO) MADIUN

HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA UMUM PADA PEKERJA GERINDA BAGIAN WELDING 2 P.T. INKA (PERSERO) MADIUN HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA UMUM PADA PEKERJA GERINDA BAGIAN WELDING 2 P.T. INKA (PERSERO) MADIUN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Anna Okta

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN PESTISIDA TERHADAP PENGETAHUAN DAN HIGIENE PERSONAL PETANI PENYEMPROT PADI DI DESA PONDOK NGUTER SUKOHARJO

PENGARUH PENYULUHAN PESTISIDA TERHADAP PENGETAHUAN DAN HIGIENE PERSONAL PETANI PENYEMPROT PADI DI DESA PONDOK NGUTER SUKOHARJO PENGARUH PENYULUHAN PESTISIDA TERHADAP PENGETAHUAN DAN HIGIENE PERSONAL PETANI PENYEMPROT PADI DI DESA PONDOK NGUTER SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO)

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA WANITA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN digilib.uns.ac.id 1 PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR

HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan salah satu pegawai yang selalu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan ABSTRAK Sidik Abdul Azis, R0211046, 2015. Hubungan Pengetahuan Penggunaan APD Masker dengan Kedisiplinan Penggunaannya pada Pekerja Bagian Sewing Garmen di PT. Dan Liris, Sukoharjo, Diploma 4 Keselamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelelahan Kerja a. Pengertian Kelelahan Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja (Maulidi, 2012). Kelelahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Andri Gunawan e-mail : mixtape.inside.andri@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMBATIK TULIS DENGAN MENGGUNAKAN KURSI KERJA ERGONOMIS DAN KURSI KERJA TIDAK ERGONOMIS DI INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN

PERBEDAAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMBATIK TULIS DENGAN MENGGUNAKAN KURSI KERJA ERGONOMIS DAN KURSI KERJA TIDAK ERGONOMIS DI INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN PERBEDAAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMBATIK TULIS DENGAN MENGGUNAKAN KURSI KERJA ERGONOMIS DAN KURSI KERJA TIDAK ERGONOMIS DI INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan teh yang terletak di Kebun Ciater merupakan salah satu perusahaan yang beroperasi selama 24 jam. Dengan jam kerja yang

Lebih terperinci

Pengukuran Kelelahan

Pengukuran Kelelahan Kegiatan Belajar -7.2 Modul 4: Pengukuran Kelelahan Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 PENGUKURAN KELELAHAN SECARA SUBYEKTIF (subyective feeting of fatigue) Pengukuran kelelahan mengunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan kerja bergilir (Shift work)

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan kerja bergilir (Shift work) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya yang dimaksudkan dengan kerja bergilir (Shift work) adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja siang hari

Lebih terperinci

PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN

PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

Peneliti, Pratiwi Andiningsari

Peneliti, Pratiwi Andiningsari Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT KELELAHAN (FATIGUE) PADA PENGEMUDI TRAVEL X TRANS TRAYEK JAKARTA-BANDUNG TAHUN 2009 Yth, Saudara/I Selamat Pagi/

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan INTAN GIOVANI SETYANINGRUM

Lebih terperinci

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA

PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Iwing

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN PEKERJA ANTARA SHIFT

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN PEKERJA ANTARA SHIFT PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN PEKERJA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE DAN SHIFT MALAM DI RUANG PUSAT PENGENDALI KILANG (RPPK) PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN INDRAMAYU, JAWA BARAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek penelitian hanya di observasi

Lebih terperinci

PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN

PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Magdalena R.0212027

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN KEBISINGAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA DI PT MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN KEBISINGAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA DI PT MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR HUBUNGAN ANTARA PAPARAN KEBISINGAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA DI PT MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan ergonomi, yaitu : sikap dan cara kerja, kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pada penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Rancangan penelitian cross sectional

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE KANTIN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENJAMAH MAKANAN PT. X DI KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE KANTIN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENJAMAH MAKANAN PT. X DI KARANGANYAR HUBUNGAN ANTARA HIGIENE KANTIN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENJAMAH MAKANAN PT. X DI KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Fitri Kuswanti R. 0209020 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA PENGUPAS BIJI METE TANPA ALAT DI KOPERASI MITRA BENGAWAN SOLO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA PENGUPAS BIJI METE TANPA ALAT DI KOPERASI MITRA BENGAWAN SOLO WONOGIRI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA PENGUPAS BIJI METE TANPA ALAT DI KOPERASI MITRA BENGAWAN SOLO WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri textile merupakan industri yang sebagian proses produksinya menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, misalnya seperti mesin winding, warping, zising, riching,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot

Lebih terperinci