SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
|
|
- Teguh Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA WANITA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh : Eka Rosanti NIM. R PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBEBLAS MARET Surakarta commit 2011 to user
2
3 PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Juli 2011 Nama Eka Rosanti NIM. R
4 ABSTRAK PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA WANITA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA Eka Rosanti 1, Tarwaka 2, Seviana Rinawati 3 Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Observasional Analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan sampel penelitian 56 pekerja wanita di bagian Winding. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan menentukan ciri-ciri yang telah ditentukan sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur tingkat kelelahan kerja tenaga kerja menggunakan Reaction Timer. Analisis yang digunakan adalah uji statistik non parametrik Kruskal Wallis dengan program komputer SPSS versi Hasil : Hasil uji statistik terhadap perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi (326,41 ± 79,52), shift sore (393,32 ± 83,20), dan shift malam (483,00 ± 118,66) menunjukkan nilai sangat signifikan yaitu p = Kesimpulan : Tingkat kelelahan tertinggi terjadi pada shift malam. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan memberikan makanan dan minuman yang bergizi serta menerapkan rotasi shift dengan pola metropolitan rota ( ) atau continental rota ( ). Kata Kunci : Shift Kerja, Kelelahan 1 Program Study D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2 Magister Ergonomi-Fisiologi, Universitas Udayana Bali 3 Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Diponegoro
5 ABSTRACT THE DIFFERENCE OF FEMALE LABOR S WORK FATIGUE LEVEL BETWEEN THE MORNING, EVENING, AND NIGHT SHIFTS IN WINDING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA Eka Rosanti 1, Tarwaka 2, Seviana Rinawati 3 Objective : This research was aimed to know and investigate the difference of female labor s work fatigue level between the morning, evening, and night shifts in winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Methods : This research is an observational cross sectional analytical approach, sample were 56 woman in Winding division. Sampling technique uses in this research was purposive sampling by determining the predefined characteristics. The data collection was done by measuring the labor fatigue level using Reaction Timer. The data analysis used statistic non parametric kruskal Wallis by using computer program SPSS Version. Result : The result of statistic showed the difference of female labor s work fatigue level between the morning (326,41 ± 79,52), evening (393,32 ± 83,20), and nights shift (483,00 ± 118,66) showed very significance value p = Conclution : The highest level of fatigue was night shift. To solved this problems, it could be recommended by giving some nutritions and applying rotation shift patern with rota metropolitan ( ) and rota continental ( ). The Key words : Job Stress, Job Rotation 1 Occupational Health Study Program of Medical Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta. 2 Magister Ergonomi-Fisiologi, Udayana University Bali 3 Public Health Degree, Diponegoro University
6 PRAKATA Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Perbedaan Tingkat Kelelahan kerja Tenaga Kerja Wanita Antara Shift Pagi, Shift Sore, dan Shift Malam di Bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode sebelum 16 Mei Bapak Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,SPD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode 16 Mei Mei Bapak Putu Suryasa, dr., MS, P.K.K, Sp.Ok., selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode Sebelum 16 Juni Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si, selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode 16 juni Juni Bapak Tarwaka, PGDip.S., M.Erg. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Seviana Rinawati, SKM. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini. 8. Pimpinan Perusahaan PT. Iskandartex Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Penelitian. 9. Bapak Agus Mulya, selaku Pembimbing Lapangan yang telah meluangkan waktu untuk mendampingi penulis dalam pengambilan data. 10. Bapak Sarosa, S.IP, MM dan Ibu Karsi serta adikku Selvia Mita Saraswati tercinta, terima kasih atas nasehat, motivasi dan kasih sayang yang tiada tara. 11. Wahyu Noor Aryfien, terimakasih atas dukungannya, motivasi dan kasih sayangnya. 12. Recha Dwindra F dan Siti Nurjanah, terimakasih atas motivasinya selama ini. 13. Teman-teman angkatan 2007 Program D.IV Kesehatan Kerja dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, sehingga kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini sangat diharapkan. Semoga commit skripsi to user ini bisa bermanfaat bagi civitas
7 akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu dibidang keselamatan dan kesehatan kerja. Surakarta, Juli 2011 Penulis
8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii ABSTRAK BAHASA INDONESIA... iv ABSTRAK BAHASA INGGRIS... v PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 5 B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi Penelitian dan Subjek Penelitian D. Teknik Sampling E. Identifikasi Variabel Penelitian F. Definisi Operasional Variabel Penelitian G. Instrumen Penelitian H. Desain penelitian I. Teknik Pengolahan dan commit Analisis to user Data... 40
9 BAB IV HASIL A. Gambaran Umum Perusahaan B. Karakteristik Subjek Penelitian C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja D. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja BAB V PEMBAHASAN A. Analisa Gambaran Umum Perusahaan B. Analisa Karakteristik Subjek Penelitian C. Analisa Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja D. Analisa Hasil pengukuran Kelelahan kerja BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kategori IMT Tabel 2. Data Masa Kerja Subjek Pada Shift Pagi di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta Tabel 3. Data Masa Kerja Subyek Pada Shift Sore di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta Tabel 4. Data Masa Kerja Subyek Pada Shift Malam di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta Tabel 5. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA untuk Masa Kerja Tabel 6. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Masa Kerja Tabel 7. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Masa kerja Tabel 8. Data Umur Subyek pada Shift Pagi di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta Tabel 9. Data Umur Subyek pada Shift Sore di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta Tabel 10. Data Umur Subyek pada Shift Malam di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta Tabel 11. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA untuk Umur Tabel 12. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Umur Tabel 13. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Umur Tabel 14. Data IMT Subyek pada Shift Pagi di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta Tabel 15. Data IMT Subyek pada Shift Sore di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta Tabel 16. Data IMT Subyek pada Shift Malam di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta Tabel 17. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA untuk IMT Tabel 18. Hasil Uji dengan ANOVA untuk IMT Tabel 19. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk IMT Tabel 20. Data Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan Bagian Winding di PT. Iskandartex Surakarta Tabel 21. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA untuk Intensitas Penerangan Tabel 22. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Inrensitas Penerangan Tabel 23. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVAuntuk Intensitas Penerangan Tabel 24. Data Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Bagian Winding di PT. Iskandartex Surakarta Tabel 25. Hasil uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA untuk Intensitas Kebisingan... 63
11 Tabel 26. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Intensitas Kebisingan Tabel 27. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Intensitas Kebisingan Tabel 28. Data Hasil Pengukuran Iklim Kerja di Bagian Winding PT. Iskandartex Surakarta Tabel 29. Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances dengan ANOVA untuk Iklim Kerja Tabel 30. Hasil Uji dengan ANOVA untuk Iklim Kerja Tabel 31. Hasil Uji Multiple Comparisons dengan ANOVA untuk Iklim Kerja Tabel 32. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift Pagi Bagian Winding di PT. Iskandartex Surakarta Tabel 33. Data Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift Sore Bagian Winding di PT. Iskandartex Surakarta Tabel 34. Data Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift Malam Bagian Winding di PT. Iskandartex Surakarta Tabel 35. Hasil Uji dengan Kruskal Wallis (Ranks) untuk Shift dengan Kelelahan Kerja Tabel 36. Hasil Uji dengan Kruskal Wallis (Test Statistics) untuk Shift dengan Kelelahan Kerja... 70
12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan Penyegaran Gambar 2. Diagram penyebab dan gejala penyakit pada pekerja malam Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Gambar 4. Struktur Hubungan Antara Variabel Gambar 5. Bagan Desain Penelitian Gambar 6. Pembuatan Benang Lusi Gambar 7. Pembuatan Benang Lusi (LOOM Warping) Gambar 8. Proses Pengkanjian Benang Gambar 9. Proses Cucuk Gambar 10. Proses Winding (Pemaletan Benang) Gambar 11. Proses Penenunan Benang Gambar 12. Proses Finishing Gambar 13. Proses Pelipatan Kain... 45
13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Lampiran 3. Hasil Pengukuran Denyut Nadi per Menit Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian
14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri (Tarwaka, dkk., 2004). Penggunaan sumber daya secara optimal dalam rangka meningkatkan produksi dituntut oleh dunia industri sejak beberapa tahun yang lalu. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap perpanjangan jam kerja pekerja dan salah satunya adalah dengan mempekerjakan pekerja melampaui waktu yang telah ditetapkan dan atau memberlakukan shift kerja. Shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan hal ini berhubungan dengan irama sirkadian (Circadian Rhytm) (Setyawati, 2010). Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah stress dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007). Menurut Wicken dalam Setyawati dan Djati (2008), kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada cyrcardian rhythms akibat jet lag
15 atau shift work. Sharpe dalam Setyawati dan Djati (2008) menyatakan bahwa pekerja pada shift malam memiliki resiko 28% lebih tinggi mengalami cidera atau kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan kerja yang terjadi, gangguan tidur dan kelelahan menjadi dua faktor yang paling penting dari kesalahan manusia. PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta sebagai perusahaan yang bergerak di bidang textile beroperasi 24 jam setiap harinya. Oleh karena itu shift work (kerja bergilir) harus diterapkan. Untuk memenuhi tuntunan ini perusahaan tersebut memberlakukan tiga shift setiap harinya. Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta mengenai perbedaan tingkat kelelahan tenaga antara shift pagi, shift sore, dan shift malam dapat diketahui bahwa pekerja shift malam lebih lelah dari pada shift sore dan shift pagi, dan shift sore lebih lelah dari pada shift pagi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian mengenai Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Tenaga Kerja Antara Shift pagi, Shift Sore, dan Shift Malam di Bagian winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. B. Perumusan Masalah Apakah ada perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta?
16 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile. b. Untuk mengetahui jenis shift kerja yang diterapkan di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile. c. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita oleh karena penerapan shift di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Diharapkan dapat membuktikan adanya perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. 2. Praktis a. Peneliti dapat memberikan solusi tentang penerapan shift kerja yang baik untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja tenaga kerja di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile.
17 b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah kepustakaan program Diploma IV Kesehatan Kerja. c. Tenaga kerja dapat mengatur waktu tidur dan istirahat di luar pekerjaannya dengan baik agar tidak mengalami kelelahan. d. Pihak manajemen dapat mengatur penjadualan waktu shift kerja dengan baik berdasarkan perundangan yang berlaku untuk menghindari kelelahan kerja sehingga tercapai produktivitas yang tinggi.
18 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Shift Work a. Pengertian Shift Work Shift Work adalah pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore, dan malam (Suma mur, 2009). Shift Work adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan sore hari sebagaimana yang biasa dilakukan (Lintje, 2010). b. Jenis-jenis Shift Work Ada dua kelompok besar Shift work, yaitu permanen dan rotasi. Namun demikian dipandang dari sudut kesehatan yang penting adalah apakah Shift work itu mengandung unsur kerja malam atau tidak. Pembagian berikutnya adalah sistem Shift terputus dan sistem Shift terus-menerus. Sistem Shift terputus berlangsung antara hari senin sampai dengan jum at atau antara hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Sistem Shift terus-menerus berlangsung selama 7 hari seminggu termasuk hari-hari libur. Pembagian sistem Shift work lainnya ialah jumlah hari kerja malam yang berturut-turut, awal dan akhir Shift work,
19 jangka waktu masing-masing Shift, urutan rotasi Shift, jangka daur Shift, dan keteraturan sistem Shift (Kuswadji, 1997). Menurut awal dan akhir jam Shift work, lama satu Shift, dan keteraturan sistem (Kuswadji, 1997), dapat dibagi sebagai berikut : 1) Sistem 3 Shift biasa Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama selama 24 jam : dinas pagi antara pukul WIB, dinas sore antara pukul WIB, dan dinas malam antara pukul WIB. 2) Sistem Amerika Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul WIB, dinas sore antara pukul WIB, dan dinas malam antara pukul WIB. Sistem ini memberikan keuntungan fisiologik dan sosial. Kesempatan tidur akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore. Setiap Shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalam sehari. 3) Sistem Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem Selama 12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam. Jadwal antara WIB dan WIB. Satu minggu kerja sore dan satu minggu kerja malam. Bila pekerjaan Shift dilakukan selama ini, masing-masing Shift baik sore atau malam, harus diikuti dengan istirahat dua hari.
20 Menurut Suma mur (2009) dalam soal periode kerja sore atau malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam. Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut : 1) Irama faal manusia sedikit atau banyak terganggu oleh kerja malamtidur siang. Fungsi-fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat disesuaikan sepenuhnya dengan irama kerja demikian. Hal ini mudah dibuktikan dari pengukuran-pengukuran suhu badan, nadi, tekanan darah dan lain-lain dari orang yang bekerja malam dibandingkan dengan keadaan waktu bekerja sore hari. Semua ini sekarang banyak dipelajari dalam ilmu kronobiologi dalam aspek irama hayati. 2) Metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat, bahkan banyak aspek yang sama sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja malam tidur siang. Keseimbangan elektrolit sebagai akibat albumin dan klorida di darah dapat menyesuaikan diri dengan keperluan kerja malam tidur sore, tetapi pertukaran zat-zat seperti kalium, sulfur, fosfor, mangan, dan lain-lain sangat kukuh terikat kepada sel-sel, sehingga dengan pergantian waktu kerja sore oleh malam tidak dapat dipengaruhinya. Dengan kata lain, metabolisme zat-zat terakhir tidak dapat diserasikan dengan keperluan kerja malam. 3) Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. Penyebabnya antara lain adalah faktor faal dan metabolisme yang tak dapat diserasikan. Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja syaraf
21 parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis pada malam hari. Padahal seharusnya untuk bekerja, simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis. 4) Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada sore harinya relatif jauh lebih kecil dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana sore hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain-lain dan oleh karena kebutuhan badan yang tidak dapat diubah seluruhya menurut kebutuhan yaitu terbangun oleh dorongan lapar atau buang air kecil yang relatif lebih banyak pada sore hari. 5) Alat pencernaan biasanya tidak berfungsi secara normal pada kerja malam tidur sore. Dengan demikian jumlah makanan yang diambil relatif lebih sedikit, sedangkan pencernaan kurang bekerja semestinya. 6) Kurangnya tidur dan kurang berfungsinya alat pencernaan berakibat antara lain penurunan berat badan. 7) Selain soal biologis dan faal, kerja malam seringkali disertai reaksi psikologis sebagai suatu mekanisme defensif terhadap gangguan tubuh akibat ketidakserasian badani kepada pekerjaan malam. Akibat dari itu, keluhan-keluhan akan ditemukan relatif sangat banyak pada kerja malam. 8) Pengaruh-pengaruh kerja malam tersebut biasanya kumulatif. Makin panjang giliran kerja malam, makin besar efek dimaksud.
22 c. Dampak Shift Malam Perubahan dari siang menjadi malam menurut Grandjean dalam Nurmianto (2000) mengganggu circadian rhythm yang akhirnya mengganggu semua fungsi organ tubuh. Pulat menyebutkan bahwa kerja shift malam akan berdampak pada respon fisiologis tubuh, efek sosial, dan efek penampilan (kerja), yaitu : 1) Efek fisiologis Beberapa efek kerja shift terhadap tubuh : a) Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur sore tidaklah seefektif tidur pada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya memakan waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam. b) Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari. Walaupun masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan yang utama, ada alasan lain yaitu perasaan mengantuk dan lelah. c) Mempengaruhi kemampuan mental. Johnson dalam Pulat melaporkan bahwa berkurangnya kapasitas mental mempengaruhi perilaku waspada terhadap pekerjaan seperti pengontrolan dan monitoring kualitas. Lebih lanjut, Kelly dan Schneider dalam Pulat menyatakan bahwa kesalahan dapat meningkat secara bermakna (80% sampai 180%) karena bertambahnya lama kerja shift.
23 d) Gangguan kegelisahan juga telah dilaporkan terjadi di antara pekerja shift malam. Kehilangan waktu tidur dan efek sosial dari kerja shift juga merupakan alasan utama. e) Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Everson melaporkan bahwa dari 6000 pekerja Norwegia, 35% pekerja shift malam mengalami gangguan perut, 13,4% mengalami ulserasi, dan 30% mengalami gangguan usus. 2) Efek Sosial Sebagai tambahan, kerja shift juga mempengaruhi kehidupan sosial : 1) Mengganggu kehidupan keluarga. 2) Sedikitnya kesempatan untuk berinteraksi dengan kerabat dan rekan. 3) Mengganggu aktivitas kelompok. 3) Efek Performansi Wyatt dan Marriott dalam Pulat (2002) mengkonfirmasikan bahwa sebagai akibat dari efek fisiologis dan sosial, performansi (penampilan) juga akan menurun pada malam hari. Browne menemukan bahwa kelambatan atau penundaan menjawab panggilan telepon pada operator telepon meningkat secara drastis pada shift malam. Bjerner et al mengobservasi kesalahan yang lebih tinggi secara bermakna dilakukan oleh pembaca meteran di perusahaan gas pada waktu shift malam dari pada shift lainnya. Monk dan Embrey
24 menyatakan bahwa kebanyakan dari efek ini akibat kurangnya kewaspadaan pekerja pada waktu shift malam. d. Pengendalian Dampak Shift Malam Menurut Knauth (1993), penerapan shift kerja di malam hari harus memenuhi saran sebagai berikut : 1) Pekerja shift malam berumur antara tahun. 2) Pekerja berpenyakit perut/usus, emosi tidak stabil disarankan tidak kerja pada shift malam. 3) Pekerja yang tinggal jauh dari tempat kerja atau yang ada di lingkungan masyarakat ramai tidak dapat bekerja malam. 4) Sistem shift dengan tiga rotasi biasanya berganti pada pukul WIB, atau lebih baik pukul WIB atau pukul WIB. 5) Rotasi pendek lebih baik daripada rotasi panjang dan kerja malam secara terus-menerus tanpa perubahan harus dihindarkan. Rotasi shift dengan pola (Metropolitan pola) atau pola (Continental pola). 6) Kerja malam selama 3 hari berturut-turut harus diikuti istirahat sedikitnya 24 jam. 7) Perencanaan shift meliputi akhir pekan dengan dua hari istirahat yang berturutan. 8) Tiap shift terdiri dari satu kali istirahat yang cukup digunakan untuk makan.
25 2. Kelelahan a. Pengertian Kelelahan Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Tarwaka, 2010). Menurut Grandjean dalam Setyawati (2010) kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan. Kelelahan merupakan akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan yang sama. Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam rata-rata panjang waktu yang diambil untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu pendistribusian yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi sebagaimana yang tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus lambat yang tidak normal (Nurmianto, 2003). b. Jenis-jenis Kelelahan Menurut Grandjean dalam Tarwaka (2010) kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu : 1) Kelelahan otot, adalah merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot. 2) Kelelahan umum, biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.
26 Menurut Grandjean dan Kogi dalam Setyawati (2010), berdasarkan waktu terjadinya kelelahan dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1) Kelelahan Akut Terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan. 2) Kelelahan Kronis Terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan. Menurut Singleton dalam Setyawati (2010) terdapat dua macam kelelahan, yaitu : 1) Kelelahan Fisiologis Disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan. 2) Kelelahan Psikologis Merupakan kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis. c. Gejala Kelelahan Kerja Menurut Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng (2003) gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain : 1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing. 2) Kurang mampu berkonsentrasi. 3) Berkurangnya tingkat kewaspadaan. 4) Persepsi yang buruk dan lambat.
27 5) Berkurangnya gairah untuk bekerja. 6) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani. Menurut Grandjean dalam Setyawati (2010) mengemukakan bahwa gejala kelelahan kerja ada dua macam yaitu gejala subjektif dan gejala obyektif. Gejala kelelahan yang penting antara lain adalah adanya perasaan kelelahan, somnolensi, tidak bergairah bekerja, sulit berpikir, penurunan kesiagaan, penurunan persepsi dan kecepatan bereaksi bekerja.
28 d. Penyebab Kelelahan Kerja Faktor penyebab kelelahan digambarkan sebagai berikut : Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental Problem fisik : tanggung jawab, kekhawatiran konflik Lingkungan : iklim, penerangan, kebisingan Kenyerian dan kondisi kesehatan Circadian rhytm Nutrisi Pemulihan/ penyegaran Tingkat kelelahan Gambar 1. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan Penyegaran (Tarwaka, 2010). e. Pengukuran Derajat Kelelahan Kerja Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan kerja secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja (Tarwaka, dkk., 2004).
29 Menurut Grandjean (1993) dalam Tarwaka, dkk (2004) metode pengukuran tingkat kelelahan kerja ada beberapa cara, antara lain : 1) Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. 2) Uji Psiko-motor Pada metode ini pengukuran yang digunakan adalah perhitungan waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian rangsang sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya suatu kegiatan. 3) Uji Fliker Fusion Dalam kondisi yang lelah kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah maka semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antar dua kelipatan. 4) Perasaan kelelahan secara subjektif Subjective Self Rating test dari Industrial Fatique Research Committe (IFRC) Jepang, Merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan. 5) Uji mental Pada uji ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan.
30 Pengukuran tingkat kelelahan kerja pada penelitian ini dilakukan dengan metode kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja. f. Waktu Reaksi (Reaction timer) Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Biasanya waktu reaksi adalah jangka waktu dari pembuatan rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan tertentu (Suma mur, 1999). Menurut Sanders & Mc Cormick (1987) yang dikutip oleh Tarwaka,dkk (2004), waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Sedangkan menurut laporan Setyawati yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004), dalam uji waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli suara. Menurut Grandjean yang dikutip dalam Heru Setiarto (2002), proses penerimaan rangsangan terjadi karena setiap rangsang yang datang dari luar tubuh akan melewati sistem aktivitas, yang kemudian secara aktif menyiagakan korteks bereaksi. Dalam hal ini sistem aktivasi retrikulasi befungsi sebagai distributor dan amplifier sinyalsinyal tersebut. Pada keadaan lelah secara neurofisiologis, korteks cerebri mengalami penurunan aktivasi, terjadi perubahan pengarahan sehingga tubuh tidak secara cepat menjawab sinyal-sinyal dari luar.
31 Kelelahan dapat diklasifikasikan berdasarkan rentang atau range waktu reaksi sebagai berikut : 1) Normal : waktu reaksi 150,0 240,0 milidetik 2) Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi > 240,0 - < 410,0 milidetik 3) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi > 410,0 < 580,0 milidetik 4) Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi 580,0 milidetik (Tim Hiperkes, 2004) g. Akibat Kelelahan Kerja Menurut Gilmer dan Suma mur dalam Setyawati (2010) kelelahan kerja dapat menimbulkan beberapa keadaan yaitu prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural yang menurun, badan terasa tidak enak disamping semangat kerja yang menurun. Perasaan kelelahan kerja cenderung meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat merugikan diri pekerja sendiri maupun perusahaannya karena adanya penurunan produktifitas kerja. Menurut Tarwaka, dkk (2004) risiko terjadinya kelelahan adalah sebagai berikut : 1) Motivasi kerja turun 2) Performansi rendah 3) Kualitas kerja rendah 4) Banyak terjadi kesalahan
32 5) Stress akibat kerja 6) Penyakit akibat kerja 7) Cidera 8) Terjadi kecelakaan akibat kerja h. Pencegahan kelelahan kerja Upaya agar tingkat produktivitas kerja tetap baik atau bahkan meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan terhadap kelelahan kerja. Menurut Tarwaka, dkk (2004) : Cara mengatasi kelelahan : 1) Sesuai kapasitas kerja fisik 2) Sesuai kapasitas kerja mental 3) Redesain stasiun kerja ergonomis 4) Sikap kerja alamiah 5) Kerja lebih dinamis 6) Kerja lebih bervariasi 7) Redesain lingkungan kerja 8) Reorganisasi kerja 9) Kebutuhan kalori seimbang 10) Istirahat setiap 2 jam kerja
33 Manajemen pengendalian kesehatan : 1) Tindakan preventif 2) Tindakan kuratif 3) Tindakan rehabilitatif 4) Jaminan masa tua 3. Karakteristik Tenaga Kerja yang Mempengaruhi Terjadinya Kelelahan Faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya kelelahan sebagai berikut : a. Faktor Internal 1) Usia Usia yang bertambah tua akan diikuti oleh kekuatan dan ketahanan otot yang menurun (Tarwaka, dkk., 2004). Menurut Chaffin dan Guo et al dalam Tarwaka, 2004 pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu tahun. Pada usia muda proses-proses di dalam tubuh sangat besar dan kemudian menurun lambat-lambat menurut umur (Suma mur, 2009). 2) Jenis Kelamin Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari wanita relatif kurang jika
34 dibandingkan pria. Kemudian pada saat wanita sedang haid yang tidak normal (dysmenorrhoea), maka akan dirasakan sakit sehingga akan lebih cepat lelah (Suma mur, 2009). 3) Psikis Menurut Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng, dkk., (2003) Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis amatlah mudah mengidap suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu yang tertentu dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. 4) Kesehatan Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu pekerjaan. Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan tugastugasnya dengan baik jika sering sakit (Hasibuan, 2000). 5) Status gizi Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma mur, 2009).
35 Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan menghitung Indeks massa Tubuh (IMT) dengan rumus : IMT = Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Tabel 1. Kategori IMT NO Kategori IMT 1. Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 2. Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,5 3. Normal 18,5 25,0 4. Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 27,0 5. Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber : I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. Tahun ) Sikap Kerja Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan (Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng, dkk., 2003). Bekerja dalam kondisi yang tidak alamiah dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain : nyeri, kelelahan, dan bahkan kecelakaan (Santoso Gempur, 2004).
36 b. Faktor Eksternal 1) Beban kerja Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Di antara mereka ada yang lebih cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial (Suma mur, 2009). Bahkan banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan (Ramadhani Srie dalam Budiono Sugeng, dkk., 2003). 2) Penerangan Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak diperlukan. Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keaadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma mur, 2009). Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan (Hapsari Diana dalam Budiono Sugeng, dkk., 2003) adalah : a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. b) Keluhan-keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata.
37 c) Kerusakan indera mata. d) Kelelahan mental. e) Menimbulkan terjadinya kecelakaan. 3) Kebisingan Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan (Heru Setiarto, 2002). 4) Masa Kerja Masa kerja adalah lamanya seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh mana tenaga kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan dan keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Masa kerja seseorang berkaitan dengan pengalaman kerjanya. Karyawan yang telah lama bekerja pada perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman yang berkaitan dengan bidangnya (Nitisemito, 1996).
38 5) Monotoni Suatu kerja yang berhubungan dengan hal sama dalam periode atau waktu tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. Salah satu efek dari pekerjaan monoton adalah kemunduran dari kapasitas kerja dan produktifitas (Pusparini dalam Budiono Sugeng, dkk., 2000). 4. Mekanisme Terjadinya Kelelahan Kerja oleh karena Shift Kerja Di bawah ini adalah bagan mengenai penyebab dan gejala penyakit pada pekerja malam menurut Knauth dalam Nurmianto (2000) : Sleept Work Day Night Disturbance of Circadian Rhythm Insufficient Sleep Chronic Fatigue Nervous troubles Digestive Gambar 2. Diagram penyebab dan gejala penyakit pada pekerja malam Sumber : Knauth dalam Nurmianto (2000)
39 Variabel utama manusia yang berkaitan dengan kerja shift adalah circadian rhytm. Kebanyakan fungsi tubuh manusia berjalan secara ritmik dalam siklus 24 jam. Inilah yang disebut circadian rhytm (ritme sirkadian). Fungsi-fungsi tubuh yang meningkat pada sore hari dan menurun pada malam hari termasuk temperatur tubuh, detak jantung, tekanan darah, kemampuan mental, produksi adrenalin, dan kemampuan fisik. Secara umum, semua fungsi tubuh berada dalam keadaan siap digunakan pada sore hari. Sedangkan pada malam hari adalah waktu untuk istirahat dan pemulihan sumber daya (energi). Fungsi tubuh yang ditandai dengan sirkadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, dan banyak proses otonom, fungsi vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia yang telah dipelajari menunjukkan siklus harian yang teratur (Fovilia, 2008). Menurut Suma mur (2009) kelelahan kerja malam relatif sangat besar dengan, faktor faal dan metabolisme tidak dapat diserasikan. Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja syaraf parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis pada malam hari. Padahal seharusnya untuk bekerja, simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis. 5. Hubungan Antara Shift Work Dengan Kelelahan Kerja Menurut Wicken dalam Setyawati dan Djati (2008) kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat
40 dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada cyrcardian rhythm akibat jet lag atau shift work. Secara praktis, semua fungsi fisiologis dan psikologis manusia digambarkan sebagai sebuah irama selama periode waktu 24 jam, dan menunjukkan adanya fluktuasi harian. Fungsi tubuh yang ditandai dengan circadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, prosese otonom dan vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia tersebut menunjukkan siklus harian yang teratur (Setyawati, 2010). Menurut Jarpadi (2002) gangguan tidur yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tetap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan cyrcardian rhythm. Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan cyrcardian rhythm antara lain temperatur badan, plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi cyrcardian rhythm mengatur siklus biologi irama tidur-bangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus cyrcardian rhythm ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami pergeseran. a. Sementara (acut work shift, Jet lag) b. Menetap (shift worker) Keduanya dapat mengganggu irama tidur cyrcardian sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu tidur dan perubahan pada fase REM.
41 Menurut Grandjean dalam Tarwaka, dkk (2004), sebagaimana kita ketahui, sejak dini tubuh kita sudah terpola mengikuti siklus alam. Pada sore hari seluruh bagian tubuh kita aktif bekerja dan pada malam hari dalam keadaan istirahat. Untuk mengatur pola kerja dan istirahat ini, secara alamiah tubuh kita memiliki pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering disebut dengan istilah a body clock atau cyrcardian rhytm. Internal timekeeper inilah yang mengatur berbagai aktivitas tubuh kita seperti bekerja, tidur dan proses pencernaan makanan. Peningkatan aktivitas pada sore hari mendorong adanya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Pada malam hari, semua fungsi tubuh akan menurun dan timbullah rasa kantuk, sehingga kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar.
42 B. Kerangka Pemikiran Shift Work (Shift Pagi, shift Sore, Shift Malam) Cyrcadian Rhytm Gangguan Tidur Fungsi Faal Tubuh Menurun Kelelahan Kerja - Jenis kelamin - Psikis - Status Gizi - Usia - Monotoni - Masa kerja - Keadaan Lingkungan (penerangan, tekanan panas, iklim kerja, dan kebisingan) - Beban kerja - Sikap kerja - Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran
43 C. Hipotesis Ada perbedaan tingkat kelelahan kerja tenaga kerja wanita antara shift pagi, shift sore, dan shift malam di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.
44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi Suryabrata, 1989). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Soekidjo Notoatmodjo, 2002). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta, yang beralamatkan di Jl. Pakel No. 11, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia, Fax. (0271) , Telp. (0271) Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 Juli 2011.
45 B. Populasi Penelitian dan Subjek Penelitian Populasi tenaga kerja di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta sebanyak 469 tenaga kerja wanita. Populasi tenaga kerja di bagian winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta sebanyak 86 tenaga kerja wanita. Subjek adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut dengan penetapan ciri-ciri populasi yang menjadi sasaran dan akan diwakili oleh subjek di dalam penyelidikan/berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 56 tenaga kerja wanita di bagian Winding PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta, dengan kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria Inklusi a. Bersedia menjadi subjek penelitian b. Jenis kelamin : Perempuan 2. Kriteria Eksklusi a. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian b. Tenaga kerja yang sedang tidak masuk kerja C. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling berarti pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Soekidjo Notoatmojo,
46 2002). Dengan purposive sampling didapatkan subjek penelitian yang sebanyak 56 orang, kelompok shift pagi sebanyak 17 orang, shift siang sebanyak 21 orang, dan shift malam sebanyak 18 orang, yang memenuhi ciriciri sebagai berikut : 1. Jenis kelamin perempuan 2. Usia tahun 3. Masa kerja > 3 bulan D. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah shift work (shift pagi, shift sore, dan shift malam). 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja. 3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua yaitu : a. Variabel pengganggu terkendali : usia dan jenis kelamin.
47 b. Variabel pengganggu tidak terkendali : status gizi, masa kerja, penerangan, kebisingan, dan iklim kerja. Berdasarkan Identifikasi variabel penelitian maka dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini : Variabel pengganggu Terkendali : a. Usia b. Jenis Kelamin Variabel Bebas : Shift Kerja Variabel Terikat : Kelelahan Kerja Variabel Pengganggu Tidak Terkendali : a. Status Gizi b. Masa Kerja c. Penerangan d. Kebisingan e. Iklim Kerja Gambar 4. Struktur Hubungan Antara Variabel
48 E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Shift work Shift work adalah waktu kerja yang dibagi dalam tiga kelompok kerja secara bergilir, yaitu : a. Shift pagi Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada pagi hari dimulai dari pukul WIB. b. Shift siang Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada siang hari dimulai dari pukul WIB. c. Shift malam Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada malam hari dimulai dari pukul WIB. Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : Ordinal Hasil Pengukuran : 1) Shift Pagi : pukul WIB 2) Shift Sore : pukul WIB 3) Shift malam : pukul WIB 2. Kelelahan Kerja Kelelahan kerja adalah keadaan dimana tenaga kerja merasakan atau mengalami kelelahan pada saat atau setelah bekerja yang berakibat pada menurunnya fungsi fisiologis tubuh sehingga performansi tenaga
49 kerjapun menurun yang akhirnya dapat menyebabkan rendahnya produktifitas kerja. Alat ukur Hasil pengukuran Skala pengukuran : Reaction Timer tipe Lakassidaya : Waktu reaksi (milidetik) : Interval 3. Usia Usia adalah jangka waktu sejak tenaga kerja dilahirkan sampai pada saat waktu pengambilan data. Alat ukur Skala pengukuran Hasil pengukuran : Kuesioner : Interval : Tahun 4. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah istilah yang dapat membedakan antara lakilaki dan perempuan berdasarkan ciri-ciri fisik dan biologis. Alat ukur Skala pengukuran Hasil Pengukuran : Kuesioner : Nominal : a. Laki-laki b. Perempuan 5. Status gizi Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Status gizi dapat dilihat dari dari Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dihitung berdasarkan berat badan (BB) responden dibagi kuadrat tinggi badan (TB 2 ).
50 Alat ukur Skala Pengukuran Hasil Pengukuran : Kuesioner : Ordinal : Kilogram (Kg) 6. Masa kerja Masa kerja adalah waktu yang dihitung dari tenaga kerja tersebut mulai bekerja pada perusahaan itu sampai pada saat waktu pengambilan data. Alat ukur Skala pengukuran Hasil Pengukuran : Kuesioner : Interval : Tahun 7. Penerangan Penerangan adalah besarnya cahaya dengan satuan Lux yang ada di bagian winding yang bersumber dari penerangan alami dan buatan. Alat ukur Skala Pengukuran Hasil pengukuran : Luxmeter ANA-999 : Interval : Lux 8. Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang berasal dari mesin penenun benang. Alat ukur Skala Pengukuran Hasil Pengukuran : Sound Level Meter Merk RION : Interval : db
51 9. Iklim Kerja Iklim Kerja adalah besarnya Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) yang berada di bagian winding. Alat ukur Skala pengukuran : Heat Stress Area Monitor : Interval Hasil Pengukuran : Derajat Celcius ( 0 C) F. Instrumen penelitian Instrumen penelitian merupakan peralatan yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian, antara lain : 1. Lembar isian data yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian. 2. Reaction Timer tipe Lakassidaya. 3. Heat Stress Area Monitor 4. Luxmeter Merk ANA Alat timbangan badan. 6. Alat pengukur tinggi badan. 7. Data sekunder PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data sekunder dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi :
52 a. Referensi buku yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang diteliti. b. Profil perusahaan dan data karyawan. G. Desain Penelitian Ciri-ciri : 1. Jenis Kelamin Perempuan 2. Usia tahun Populasi Subjek Purposive Sampling Shift Pagi Shift Sore Shift Malam Kruskal Wallis Gambar 5. Bagan Desain Penelitian
53 H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Anova Non Parametrik (Kruskal Wallis) dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17, dengan interpretasi hasil bahwa jika p value < 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan jika p value 0,050 maka hasil uji dinyatakan signifikan dan jika p value > 0,050 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Riwidikdo, 2008).
54 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Profil Perusahaan PT. Iskandar Indah Printing Textile merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan textile yang mengolah bahan baku menjadi kain mentah (grey) yang kemudian meningkatkan jenis produksi berupa kain bercorak atau lebih dikenal dengan sebutan batik printing. PT. Iskandar Indah Printing Textile didirikan pada tanggal 25 Mei 1975, bentuk badan usaha CV (Commanditer Vennonschao) dengan nama CV Iskandartex, berdasarkan akta perusahaan NO. 98 tanggal 23 Mei 1975, CV Iskandartex memulai produksinya satu tahun setelah berdiri yaitu pada tahun Pada awal berdirinya perusahaan bermodalkan 25 mesin tenun, dan kemudian mengalami perkembangan hingga pada tahun 1977 perusahaan memiliki 77 unit mesin tenun. Produksi perusahaan terus meningkat, hal ini dibuktikan pada tahun 1980 perusahaan mendatangkan mesin kanji dari Taiwan yang fungsinya mengeringkan secara otomatis. Pada tahun yang sama perusahaan juga memperluas bangunan dan menambah mesin tenun hingga 300 unit. Karena permintaan yang semakin meningkat, maka perusahaan merasa perlu menambah kapasitas produksi dengan menambah mesin tenun,
55 hingga pada akhir tahun 1993 jumlah mesin tenun yang dimiliki perusahaan berjumlah 614 unit. Melihat usaha yang terus berkembang, maka pimpinan perusahaan mengambil kebijakan untuk mengubah bentuk perusahaan dari bentuk CV (Commanditer Vennonschap) atau persekutuan komanditer menjadi bentuk PT (Perseroan Terbatas). Perusahaan bentuk ini didasarkan alasan bahwa dengan bentuk PT, perusahaan lebih mempunyai peluang dalam mengembangkan usahanya. Perusahaan ini resmi menjadi PT. Iskandartex pada tanggal 2 Januari 1991 dengan nomor izin usaha 199/II.16/PB/VIII/1991/PT. Pergantian nama terjadi sejak bulan Pebuari 1996 menjadi PT. Iskandar Indah Printing Textile. 2. Proses produksi a. Tahap Persiapan 1) Pembuatan Benang Lusi Benang lusi adalah benang yang membujur dalam proses penenunan. Benang tersebut digulung ke dalam alat yang disebut LOOM Warping. Kelanjutannya pada proses warping adalah proses pengkanjian, yaitu proses pengeringan, untuk meratakan bulu-bulu, menghilangkan kotoran agar benang tidak kaku sehingga tidak mudah putus. Benang lusi agar dapat dipisah-pisahkan dimasukkan kedalam proses cucuk yang berbentuk dropper, gun, dan sisir.
56 perpustakaan.uns.ac.id Gambar 6. Pembuatan Benang Lusi Sumber : Data Primer, 2011 Gambar 7. Pembuatan Benang Lusi Gambar 8. Proses Pengkanjian Benang Sumber : Data Primer, 2011 Gambar 9. Proses Cucuk
57 2) Pembuatan Benang Pakan Benang pakan adalah benang yang menyilang dalam proses penenunan, diproses melalui mesin kelos dan mesin palet (bagian winding) yang akan menggulung ke dalam kayu klinting. Dalam proses pemaletan benang tenaga kerja melakukan kegiatan mengoperasikan alat, yaitu dengan memasukkan kayu klinting ke dalam mesin palet. Kegiatan ini seluruhnya dilakukan oleh tenaga kerja wanita dengan memberlakukan tiga shift kerja. Gambar 10. Proses Winding (Pemaletan Benang) Sumber : Data Primer, 2011 b. Tahap Penenunan Penenunan adalah proses penyilangan dari benang lusi dan benang pakan sehingga terbentuk suatu kain yang memenuhi suatu rancangan yang telah ditentukan.
58 Gambar 11. Proses Penenunan Benang Sumber : Data Primer, 2011 c. Proses Finishing Kain yang telah melalui proses penenunan kemudian menuju proses akhir yaitu finishing. Dalam proses finishing ini kain diperiksa kualitasnya dengan menggunakan mesin. Jika ada yang tidak sesuai dengan ketentuan maka kain diperbaiki. Setelah itu kain dilipat dengan menggunakan mesin dan selanjutnya menuju proses pengepakan. Gambar 12. Proses Finishing Sumber : Sumber Data Primer, 2011 Gambar 13. Proses Pelipatan Kain
PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PERAWAT WANITA BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. OEN SURAKARTA
PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PERAWAT WANITA BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. OEN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Liana Kusumawardani
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Menurut Tarwaka (2010), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan kerja 1. Definisi Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012) Kelelahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal
Lebih terperinciPENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA
PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATIH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dalam perusahaan.
Lebih terperinciHUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE
HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Sari
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN PEKERJA ANTARA SHIFT
PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN PEKERJA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE DAN SHIFT MALAM DI RUANG PUSAT PENGENDALI KILANG (RPPK) PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN INDRAMAYU, JAWA BARAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang sehat dan produktif, kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapanya yang
Lebih terperinciHUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.
HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.X GARMEN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja
Lebih terperinciPENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN
digilib.uns.ac.id 1 PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Lebih terperinciHUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Magdalena R.0212027
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan
BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian
Lebih terperinciPENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI
PENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan MARYANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghasilkan suatu produk dan jasa yang dapat dipasarkan dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka perusahaan tersebut harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan salah satu pegawai yang selalu
Lebih terperinciPERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Ummy
Lebih terperinciPENGARUH KELELAHAN KERJA TERHADAP PRODUKTIFITAS PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PROSES PRODUKSI DI PT. ISKANDAR TEX SURAKARTA SKRIPSI
PENGARUH KELELAHAN KERJA TERHADAP PRODUKTIFITAS PADA KARYAWAN BAGIAN OPERATOR PROSES PRODUKSI DI PT. ISKANDAR TEX SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY BANYUDONO BOYOLALI
digilib.uns.ac.id 6 PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY BANYUDONO BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan
Lebih terperinciPENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN
PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Novita
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Kerja Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal waktu kerja meliputi:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelelahan kerja merupakan permasalahan yang umum di tempat kerja yang sering kita jumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan kerja bergilir (Shift work)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya yang dimaksudkan dengan kerja bergilir (Shift work) adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja siang hari
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR
TUGAS AKHIR HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA DENGAN STRES KERJA KARYAWAN UNIT FILLING PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR Eka Dian Prasetya R0010038 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki dua masalah gizi utama yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Kelebihan gizi menyebabkan obesitas yang banyak terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.
Lebih terperinciPENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA
PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Aulia Ganes Pramudita R0210004 PROGRAM DIPLOMA
Lebih terperinciHUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM
HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Renny Nur Chasanah R.0211043
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawat 2.1.1 Pengertian Perawat Secara sederhana, perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya, defenisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).
Lebih terperinciPengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin
ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelelahan Kerja a. Pengertian Kelelahan Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja (Maulidi, 2012). Kelelahan
Lebih terperincitenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja
Lebih terperinciPENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA
PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Maharany Dhyah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap
Lebih terperinciHUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SMALL PACKAGINGS 2 DI PT X KLATEN
HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SMALL PACKAGINGS 2 DI PT X KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Mei Sulistyorini
Lebih terperinciHubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test
Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI
STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI (studi pada pengemudi Bus Jurusan Tasikmalaya-Bandung PT. Hs Budiman 45 Tasikmalaya) Oleh : Rena Meiliani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI PEMBUATAN GAMELAN DI DAERAH WIRUN SUKOHARJO SKRIPSI
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI PEMBUATAN GAMELAN DI DAERAH WIRUN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan FURY HERLIANI R.0208002
Lebih terperinciPENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK
PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga membuat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001).
BAB II LANDASAN TEORI A. Kualitas Kehidupan Bekerja 1. Definisi Kualitas Kehidupan Bekerja Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang meliputi beberapa konsep seperti jaminan kerja,
Lebih terperinciPENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN
PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Margaretta
Lebih terperinciHUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SPS 2 DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN
HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SPS 2 DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan DWI NUGRAHENI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kali dana bantuan umum yang diberikan ke Negara berkembang. Jumlah santunan yang dibayarkan sebesar Rp triliun.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional, baik di sektor tradisional maupun modern. Menurut ILO (2003), setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks. Dewasa ini perusahaan-perusahan dipacu untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, persaingan antara perusahaan baik didalam maupun diluar negeri semakin ketat dan keras. Disamping itu juga terjadi perubahanperubahan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melakukan suatu pekerjaan, ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang tersebut berhasil menyelesaikan pekerjaan diantaranya adalah faktor shift kerja.
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA
HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Chriswanto Wisnu Nugroho R.
Lebih terperinciPENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN INSTALASI RAWAT INAP I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
1 PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN INSTALASI RAWAT INAP I RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Yanuardani Wijayanti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Nina Aditya
Lebih terperinciNaskah Publikasi ini Disusun Guna Memenuhi Salah satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat.
PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA Naskah Publikasi ini Disusun Guna Memenuhi
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado
PERBEDAAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT KERJA PAGI, SIANG DAN MALAM DI BAGIAN PRODUKSI PT. ROYAL COCONUT KAWANGKOAN KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Rombe Novita*, Paul A. T. Kawatu*, Wulan
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Menurut Notoatmodjo (2012) yaitu pengambilan kesimpulan dilakukan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Heni Nurhayati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kelelahan Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua yang menyebabkan
Lebih terperinciperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user
PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan metode cross-sectional dimana setiap subjek penelitian hanya di observasi satu kali dan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO
TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO Retno Astrini W R.0010083 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA TENAGA KERJA AKIBAT KEBISINGAN DI BAGIAN PROSES DAN FINISHING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA TENAGA KERJA AKIBAT KEBISINGAN DI BAGIAN PROSES DAN FINISHING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Lebih terperinciPERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN
PERBEDAAN GETARAN MESIN GERINDA DAN MESIN AMPLAS TERHADAP KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA CV.MANGGALA JATI KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki
BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot
Lebih terperinciPENGARUH HIGIENE PERSONAL TERHADAP KELUHAN IRITASI KULIT PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PLASTIK DI CV. CAHYA JAYA SUKOHARJO SKRIPSI
PENGARUH HIGIENE PERSONAL TERHADAP KELUHAN IRITASI KULIT PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PLASTIK DI CV. CAHYA JAYA SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana SainsTerapan Kestiana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
E. Hipotesis Ada hubungan antara tekanan panas dengan tingkat kelelahan tenaga kerja pada industri tahu di RW 04 Kelurahan Mijen Kecamatan Candi Mulyo Kabupaten Magelang Tahun 2007. BAB III METODE PENELITIAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya perbedaan antara variabel-variabel melalui pungujian
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BATIK BROTOSENO MASARAN SRAGEN
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BATIK BROTOSENO MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Andhika Stevianingrum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja dalam hubungan pertambangan. Pertambangan di Indonesia telah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena pertambangan pada era globalisasi banyak memunculkan persoalan mengenai higene perusahaan dan kesehatan kerja serta keselamatan kerja dalam hubungan
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat
HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM MONOMPIA KOTAMOBAGU Regina Fegi Ali*, Rahayu H. Akili*, Woodford B.S Joseph*
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Metode Survai Analitik dengan mengunakan pendekatan cross sectional merupakan suatu
Lebih terperinciOrganisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:
Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adapun massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR
HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciANDRIYANTI NIM : D
TUGAS AKHIR PENGUKURAN KELELAHAN DENGAN ALAT REACTION TIMER DAN PENGARUH KELELAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENJAHITAN (Studi Kasus : PT. PANJI DANANJAYA Sragen) Disusun dan Diajukan
Lebih terperinciPERBEDAAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA YANG TERPAPAR PARTIKULAT PM10 DIBAWAH DAN DIATAS NILAI AMBANG BATAS DI PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI
PERBEDAAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA YANG TERPAPAR PARTIKULAT PM10 DIBAWAH DAN DIATAS NILAI AMBANG BATAS DI PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciKata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja
PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA SHIFT KERJA PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RSU. HERMANA LEMBEAN Beatrice C. Winerungan *, Benedictus S. Lampus,*, Paul A.T Kawatu, * *Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun
Lebih terperinciShift Pagi Shift Sore Shift Malam
ABSTRAK Penyelenggaraan giliran kerja malam yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk lebih memanfaatkan fasilitas, meningkatkan pelayanan dan produktivitas. Akan tetapi pada pelaksanaannya, penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan ergonomi, yaitu : sikap dan cara kerja, kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang telah
Lebih terperinciPENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. eksternal. Tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai dari input sensoric
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1. Definisi Tidur Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif terhadap rangsangan internal. Perbedaan tidur dengan keadaan tidak sadar lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan teh yang terletak di Kebun Ciater merupakan salah satu perusahaan yang beroperasi selama 24 jam. Dengan jam kerja yang
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PENELITIAN
BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan
Lebih terperinciHUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA TENAGA KERJA ANGKAT-ANGKUT PT. BAHAMA LASAKKA CEPER KLATEN
HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA TENAGA KERJA ANGKAT-ANGKUT PT. BAHAMA LASAKKA CEPER KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Erry
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal adanya
Lebih terperinci