MEMERANGI KECURANGAN (FIGHTING FRAUD) PENCEGAHAN KECURANGAN (PREVENTING FRAUD)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMERANGI KECURANGAN (FIGHTING FRAUD) PENCEGAHAN KECURANGAN (PREVENTING FRAUD)"

Transkripsi

1 MEMERANGI KECURANGAN (FIGHTING FRAUD) PENCEGAHAN KECURANGAN (PREVENTING FRAUD) Oleh: Mila Susanti Dewi Nur Zanirah Olivia Vanandi Azza UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI Maret 2014

2 MEMERANGI KECURANGAN (FIGHTING FRAUD) Pencegahan Kecurangan Pencegahan kecurangan adalah cara paling efektif biaya untuk mengurangi kerugian dari kecurangan. Ketika kecurangan telah dilakukan, maka tidak ada pemenang. Pelaku kalah mereka akan mengalami konsekuensi legal dan hinaan. Mereka harus melakukan pembayaran ganti rugi dan pajak, dan mereka menghadapi pinalti keuangan dan konsekuensi lainnya. Korban kalah asetnya dicuri dan mereka sekarang harus membayar fee legal, kehilangan waktu, publisitas negatif, dan konsekuensi berlawanan lainnya. Organisasi dan individual yang memasang tindakan pencegahan kecurangan proaktif menemukan bahwa tindakan tersebut menghasilkan deviden besar. Karena investigasi kecurangan mungkin sangat mahal, maka pencegahan adalah hal penting. Seperti dicatat dalam bab 2, orang-orang melakukan kecurangan karena tiga faktor : (1) tekanan yang dirasakan, (2) kesempatan yang dirasakan dan (3) beberapa cara untuk merasionalkan kecurangan sebagai sesuatu yang dapat diterima. Kami kemudian menyampaikan skala yang menunjukkan bahwa faktor-faktor ini berbeda dalam intensitasnya dari contoh ke contoh. Ketika tekanan dan kesempatan yang dirasakan adalah tinggi, maka orang tersebut membutuhkan sedikit rasionalisasi untuk melakukan kecurangan. Ketika tekanan dan kesempatan yang dirasakan adalah rendah, seseorang membutuhkan lebih banyak rasionalisasi. Sayangnya, kadang-kadang tekanan dan/atau kemampuan rasionalisasi sangat tinggi sehingga tidak masalah seberapa keras perusahaan mencegah kecurangan, pencurian masih terjadi. Sesungguhnya kecurangan seringkali tidak mungkin untuk dicegah, khususnya secara efektif biaya. Yang dapat diharapkan perusahaan adalah meminimkan biaya kecurangan. Organisasi tertentu mempunyai level kecurangan pegawai secara signifikan lebih tinggi dan lebih rentan terhadap pelaporan keuangan curang. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa hampir seluruh organisasi mempunyai satu tipe kecurangan ataupun tipe lainnya. Hanya organisasi yang secara hati-hati mengkaji resiko kecurangan dan melakukan langkah-langkah proaktif untuk menciptakan bentuk lingkungan yang benar akan mampu mencegah kecurangan. Pencegahan kecurangan meliputi dua aktivitas fundamental: (1) menciptakan dan mempertahankan budaya kejujuran dan integritas, dan (2) menilai resiko kecurangan dan mengembangkan respon kongkrit untuk meminimkan resiko dan mengeliminasi kesempatan.

3 Menciptakan Budaya Kejujuran Dan Integritas Terdapat beberapa cara untuk menciptakan sebuah budaya : (1) menegaskan bahwa manajemen puncak menjadi model perilaku yang tepat.(2) Mengangkat bentuk pegawai yang benar. (3) mengkomunikasikan pengharapan di seluruh organisasi dan meminta konfirmasi tertulis periodik tentang penerimaan pengharapan tersebut. (4) Menciptakan lingkungan kerja positif. Dan (5) mengembangkan dan mempertahankan kebijakan-kebijakan efektif untuk menghukum pelaku ketika terjadi kecurangan. Penelitian dalam pengembangan moral secara kuat menunjukkan bahwa kejujuran diperkuat ketika contoh yang benar diberikan kadang-kadang disebut sebagai nana di puncak. Manajemen tidak dapat bertindak dalam satu cara dan mengharapkan lainnya dalam organisasi untuk berperilaku secara berbeda. manajemen harus memperkuat aksinya di mana perilaku tidak jujur, dipertanyakan atau tidak etis tidak akan ditoleransi. Elemen kedua adalah mengangkat pegawai yang benar. Orang-orang tidak sama-sama jujur atau mereka tidak menggunakan kode etik pribadi yang sama-sama berkembang dengan baik. Sesungguhnya, penelitian menunjukkan bahwa banyak orang-orang, ketika dihadapkan dengan tekanan dan kesempatan signifikan, akan berperilaku secara tidak jujur daripada menghadapi konsekuensi negatif dari perilaku jujur (contohnya kehilangan reputasi atau penghargaan diri, kegagalan untuk memenuhi kuota atau pengharapan, exposure kinerja yang tidak memadai, ketidakmampuan untuk membayar hutang dan sebagainya). Jika sebuah organisasi berhasil dalam mencegah kecurangan, seharusnya mempunyai kebijakan-kebijakan pengangkatan efektif yang membedakan antara individual sangat etis dan tidak terlalu etis, khususnya ketika mereka direkrut untuk posisi resiko tinggi. Prosedur pengangkatan proaktif meliputi sesuatu seperti melakukan investigasi latar belakang tentang pegawai prospektif, melalui pemeriksaan referensi dan mempelajari bagaimana untuk menginterpretasikan respon untuk menyelidiki tentang kandidat, dan menguji atribut kejujuran dan lainnya. Elemen penting ketiga mengkomunikasikan pengharapan meliputi (1) mengidentifikasi nilai dan etika yang tepat, (2) pelatihan kesadaran kecurangan yang membantu pegawai memahami problem potensial yang mereka hadapi dan bagaimana memecahkan atau melaporkannya, dan (3) mengkomunikasikan hukuman konsisten kepada pelanggar. Agar kode perilaku efektif, mereka harus ditulis dan dikomunikasikan kepada pegawai, vendor, dan konsumen. Mereka juga harus dikembangkan berdasarkan kebutuhan pegawai dan manajemen mereka sendiri. Meminta pegawai untuk mengkonfirmasi dalam tulisan bahwa mereka memahami pengharapan organisasi akan menciptakan budaya

4 kejujuran. Sesungguhnya, banyak organisasi menemukan bahwa konfirmasi tertulis tahunan sangat efektif dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan sebelum mereka menjadi besar. Hukuman terhadap kecurangan harus dikomunikasikan secara jelas oleh manajemen puncak ke seluruh organisasi. Contoh, pernyataan kuat dari tindakan tidak jujur tidak akan ditoleransi dan pelanggar akan dipecat dan dituntut berdasarkan hukum yang berlaku akan membantu mencegah kecurangan. Elemen keempat dalam menciptakan budaya yang mengendalikan kejujuran melibatkan mengembangkan lingkungan kerja yang positif. Penelitian menunjukkan bahwa kecurangan terjadi tidak terlalu sering ketika pegawai mempunyai rasa memiliki organisasi dibandingkan ketika mereka melakukan disalahgunakan, diancam, atau diabaikan. Faktorfaktor yang berhubungan dengan level kecurangan tinggi karena kurangnya lingkungan kerja positif adalah sebagai berikut: 1. Manajemen puncak tidak peduli atau perhatian terhadap perilaku yang tepat 2. umpan balik negatif dan kurangnya pengakuan terhadap kinerja kerja 3. ketidakadilan yang dirasakan dalam organisasi 4. manajemen otokratis bukannya partisipatif 5. loyalitas organisasional rendah 6. pengharapan anggaran tidak masuk akal 7. bayaran sangat rendah 8. kesempatan pelatihan dan promosi buruk 9. absenteeism atau turnover tinggi 10. kurangnya tanggung jawab organisasional yang jelas 11. Praktek komunikasi buruk di dalam organisasi. Elemen penting terakhir adalah kebijakan-kebijakan organisasi untuk menangani kecurangan ketika terjadi. Tidak masalah seberapa baik mengembangkan budaya kejujuran dan integritas dalam organisasi, masih memungkinkan terjadi beberapa kecurangan. Bagaimanakah organisasi bereaksi terhadap kecurangan mengirim sinyal kuat yang mempengaruhi tingkat kecurangan terjadi di masa yang akan datang. Sebuah kebijakan efektif untuk menangani kecurangan memastikan bahwa fakta diselidiki secara mendalam, perusahaan dan tindakan

5 konsisten diberikan kepada pelaku, resiko dan kontrol dinilai dan diperbaiki, dan komunikasi dan pelatihan dilakukan secara berkesinambungan. Menilai Dan Mengurangi Resiko Kecurangan Tidak ada kecurangan yang dilakukan oleh manajemen puncak demi kepentingan organisasi atau kecurangan yang dilakukan terhadap organisasi akan terjadi tanpa adanya kesempatan, sebagaimana ditunjukkan oleh bab 2. Organisasi dapat mengeliminasi kesempatan dengan (1) secara akurat mengidentifikasi sumber-sumber dan mengukur resiko (2) mengimplementasikan kontrol Detektif dan prefentif yang tepat, (3) menciptakan penyebaran pemantauan oleh pegawai, dan (4) memasang pemeriksaan independen, termasuk fungsi-fungsi audit efektif. Mengidentifikasi sumber-sumber dan mengukur resiko berarti bahwa organisasi membutuhkan sebuah proses di mana mendefinisikan area dengan resiko terbesar dan mengevaluasi dan menguji kontrol yang meminimkan resiko tersebut. Dalam mengidentifikasi resiko, organisasi harus mempertimbangkan karakteristik organisasional, industri dan negara spesifik yang mendorong dan menghalangi kecurangan. Resiko yang melekat dalam lingkungan organisasi dapat dialamatkan dengan sistem kontrol yang tepat. Ketika resiko telah dinilai, maka organisasi dapat mengidentifikasi proses, kontrol dan prosedur lainnya yang dapat meminimkan resiko. Sistem internal yang tepat meliputi lingkungan kontrol yang berkembang dengan baik, sistem akuntansi yang efektif dan prosedur kontrol yang tepat. Penelitian telah menunjukkan bahwa pegawai dan manajer bukan auditor mendeteksi sebagian besar kecurangan. Oleh karena itu, pegawai dan manajer harus diajarkan bagaimana untuk mengawasi dan mengenali kecurangan. Untuk melibatkan pegawai dalam seluruh proses pemantauan penting, sediakan protocol untuk komunikasi. Protocol tersebut menjelaskan detail siapa pegawai yang harus melaporkan kecurigaan kecurangan dan apakah bentuk komunikasi yang harus dilakukan. Protocol tersebut harus rahasia dan menekankan bahwa retribusi tidak akan ditoleransi. Organisasi yang serius terhadap Pencegahan kecurangan harus mempermudah pegawai dan manajer untuk maju dan harus mengganjar (tidak menghukum) untuk melakukan itu.

6 Pendeteksian Kecurangan Ketika kecurangan dilakukan oleh pemilik organisasi kecil, yang melakukan akuntansi sendiri, seperti pada kasus ini, maka kecurangan tidak dapat dicegah. Jika pemilik melakukan kecurangan, tidak ada orang lain yang dapat menghentikannya. Tetapi, penekanan dalam situasi ini pada pendeteksian kecurangan. Karena sebagian besar kecurangan naik secara dramatis seiring waktu, sangat penting bahwa kecurangan, ketika terjadi, dideteksi lebih awal. Pendeteksian melibatkan langkahlangkah dan aksi yang digunakan untuk mengungkap kecurangan. Ini tidak memasukkan investigasi yang dilakukan untuk menentukan motif, seberapa besar, metode penggelapan, atau elemen-elemen pencurian lainnya. Seperti yang akan anda temukan dalam bab selanjutnya, kecurangan berbeda dengan kejahatan lain di mana kejadian kejahatan dapat dikenali secara mudah. Karena kecurangan jarang jelas, satu tugas yang paling sulit adalah menentukan apakah ini benar-benar terjadi. Pendeteksian biasanya dimulai ketika pegawai, manajer atau korban melihat bendera merah, symptom seperti gangguan dalam trend angka, atau aset hilang yang menunjukkan sesuatu mencurigakan. Sayangnya, bendera merah tidak selalu berarti kecurangan telah terjadi. Terdapat dua cara utama untuk mendeteksi kecurangan : (1) menurut kesempatan dan (2) secara proaktif mencari dan mendorong pengenalian symptom awal. Di masa lalu, sebagian besar kecurangan dideteksi karena kecelakaan. Sayangnya, pada saat pendeteksian kecurangan terjadi, kecurangan sudah terjadi ketika um kerugian cukup besar. Dalam sebagian besar kasus, individual dalam organisasi korban kecurangan curiga bahwa kecurangan terjadi tetapi tidak sampai diangkat karena mereka tidak yakin, tidak ingin secara salah menuduh seseorang, tidak tahu bagaimana melaporkan kecurangan, dan ketakutan dijuluki whistleblower (pengadu). Baru-baru ini, organisasi telah mengimplementasikan sejumlah inisiatif untuk lebih baik dalam mendeteksi kecurangan. Barangkali inisiatif pendeteksian paling umum adalah mengetahui hotline di mana pegawai, rekan kerja, dan orang lain dapat menelepon secara anonim. Beberapa hotline dipertahankan di dalam perusahaan, dan lainnya outsoured kepada organisasi independen. (Asosiasi pemeriksa kecurangan bersertifikat misalnya, memberikan pelayanan hotline berbasis fee). Organisasi yang memasang hotline sekarang mendeteksi banyak kecurangan yang sebelumnya tidak terdeteksi, tetapi juga membayar harga dalam melakukan itu. Tidak mengejutkan, banyak panggilan tidak melibatkan kecurangan. Beberapa

7 adalah olok-olok, beberapa dimotivasi oleh dendam, marah, atau keinginan untuk membahayakan organisasi atau individual; dan beberapa bendera merah masuk akal yang disebabkan oleh faktor-faktor selain kecurangan. Kecuali untuk hotline, organisasi baru-baru ini telah melakukan usaha pendeteksian proaktif serius. Kemajuan dalam teknologi sekarang memungkinkan organisasi menganalisis dan menggali database untuk mencari bendera merah. Bank misalnya, menggunakan software yang mengidentifikasi kecurigaan kiting. Program ini mengarahkan perhatian bank terhadap konsumen yang mempunyai volume transaksi tinggi dalam periode waktu pendek. Perusahaan asuransi menggunakan program ini untuk mengkaji klaim di dalam periode singkat setelah pembelian asuransi. Beberapa program secara sistematis mengidentifikasi bentuk kecurangan yang mungkin terjadi dengan mengkatalogkan bermacam-macam symptom yang dihasilkan kecurangan, dan kemudian membangun query real time ke dalam sistem komputer untuk mencari symptom ini. Penelitian pendeteksian kecurangan, sebagian besar teknik pencarian dengan menggunakan komputer, sekarang dilakukan oleh akademisi dan penyelidik lain. Seseorang yang benar-benar serius tertarik dalam memahami dan melawan kecurangan harus mengikuti penelitian ini. Investigasi Kecurangan Setidaknya ada tiga alasan mengapa auditor harus menentukan apakah klien overstate revenue. Pertama, pemegang saham perusahaan akan menghadapi kerugian signifikan. Kedua kegagalan auditor untuk mengungkap overstatement dapat mengarahkan mereka kepada aksi legal (dan konsekuensi menghasilkan kerugian). Terakhir, dan barangkali yang terpenting, sebuah overstatement terhadap revenue mengekspos integritas manajemen kepada keraguan serius bahwa perusahaan menjadi tidak dapat diaudit. Kedua situasi tersebut menciptakan predikasi kecurangan. Predikasi merujuk pada lingkungan yang, bila digunakan secara keseluruhan, akan menghasilkan profesional hatihati, profesional, percaya sebuah kecurangan sudah terjadi, sedang terjadi atau akan terjadi. Investigasi kecurangan harus tidak dilakukan tanpa predikasi. Sebuah dugaan kecurangan terhadap pihak lain tidak perlu, tetapi harus ada dasar yang memadai memperhatikan bahwa kecurangan sedang terjadi. Ketika predikasi muncul, dalam kasus ini, investigasi biasanya dilakukan untuk menentukan apakah kecurangan terjadi ataukah tidak, sebagaimana halnya siapa, mengapa, bagaimana, kapan dan di mana elemen-elemen kecurangan terjadi. Tujuan

8 dari investigasi adalah menemukan kebenaran menentukan apakah symptom benar-benar menampilkan kecurangan atau apakah mereka menampilkan kesalahan tidak disengaja atau faktor-faktor lain. Investigasi kecurangan adalah sebuah masalah yang kompleks dan sangat sensitif. Jika investigasi awal dilakukan, reputasi individual tidak bersalah bisa tercoreng, pihak-pihak yang salah tidak terdeteksi dan bebas mengulangi aksinya, dan entitas yang dilanggar mungkin tidak mempunyai informasi untuk digunakan dalam mencegah dan mendeteksi insiden serupa atau memulihkan kerugian. Pendekatan Terhadap Investigasi Kecurangan Investigasi harus dengan persetujuan manajemen. Karena mereka mungkin agak mahal, investigasi harus dilakukan hanya ketika tidak alasan untuk percaya bahwa kecurangan sudah terjadi (ketika predikasi muncul). Pendekatan investigasi berbeda-beda, walaupun sebagian besar penyelidik menggunakan wawancara. Investigasi kecurangan dapat diklasifikasikan menurut tipe bukti yang dihasilkan atau elemen-elemen kecurangan. Empat tipe bukti yang dikumpulkan dalam investigasi kecurangan adalah sebagai berikut: 1. Bukti Testimonial, di mana dikumpulkan dari individual. Teknik investigasi khusus yang digunakan untuk mengumpulkan bukti testimoni adalah wawancara, interogasi, dan pengujian kejujuran. 2. Bukti dokumenter, di mana dikumpulkan dari paper, komputer, dan sumber tertulis atau tercetak lainnya. Beberapa ekonomi yang paling umum untuk mengumpulkan bukti ii meliputi pengkajian dokumen, pencarian catatan publik, audit, pencarian komputer, perhitungan kekayaan bersih, dan analisis pernyataan keuangan. 3. Bukti fisik meliputi sidik jari, bekas ban, senjata, kekayaan yang dicuri, identifikasi angka atau tanda dari obyek yang dicuri, dan bukti nampak lain yang dapat dihubungkan dengan aksi. Pengumpulan bukti fisik seringkali melibatkan analisis forensik oleh ahli. 4. Observasi pribadi melibatkan bukti yang dikumpulkan oleh penyelidik itu sendiri, termasuk invigilasi, pengawasan, operasi terbuka, dan lain-lain.

9 Banyak profesional lain merujuk kepada mengklasifikasikan pendekatan penyelidikan yang tepat didasarkan pada tiga elemen kecurangan, sebagaimana ditunjukkan oleh segitiga pada halaman selanjutnya. Investigasi pencurian melibatkan usaha untuk menangkap pelaku dalam aksinya dan usaha pengumpulan informasi. Investigasi penyembunyian berfokus kepada pencatatan, dokumen, program komputer dan server, dan tempat lain di mana pelaku mungkin mencoba menyembunyikan kekurangannya. Investigasi konversi melibatkan pencarian cara di mana pelaku telah membelanjakan aset yang dicuri. Sebuah teknik investigasi keempat melibatkan teknik investigative, metode penyelidikan, memperhatikan seluruh pendekatan ketika diaplikasikan pada seluruh elemen-elemen ini. demikian, pendekatan untuk mengklasifikasikan teknik penyelidikan disebut dengan segitiga kecurangan plus pendekatan penyelidikan. Melakukan Investigasi Kecurangan Anda harus mengingat bahwa investigasi kecurangan adalah pengalaman traumatis bagi setiap orang yang terlibat, termasuk pelaku. Seperti disampaikan sebelumnya, sebagian besar pelaku adalah pelaku pertama kali yang mempunyai reputasi bagus di tempat kerja, dalam masyarakat, keluarga dan gereja. Kadang-kadang, mengakui bahwa mereka diselidiki untuk kecurangan atau melakukan kecurangan lebih menakutkan bagi mereka. Perhatikan berita kematian berikut. Mempertahankan etika tinggi dalam melakukan investigasi juga penting. setidaknya, investigasi kecurangan harus dilakukan sebagai berikut: 1. Mereka harus dilakukan hanya untuk membangun kebenaran terhadap masalah yang dipertanyakan. 2. Individual yang melakukan investigasi harus berpengalaman dan obyektif. Jika individual tersebut tidak bekerja secara hati-hati untuk memilih kata-kata guna menjelaskan insiden atau tidak mempertahankan perspektif netral, obyektivitas mereka segera menjadi kecurigaan di mata manajemen dan pegawai. Investigator harus tidak pernah langsung melompat ke kesimpulan. 3. Beberapa hipotesis investigator tentang apakah seseorang melakukan kecurangan atau tidak harus dilindungi secara tepat ketika membahas kemajuan investigasi d

10 orang lain. Walaupun investigator bagus seringkali membentuk opini awal atau kesan, mereka harus secara obyektif menilai setiap bagian informasi didasarkan pada fakta yang diketahui dan bukti harus selalu dirahasiakan dalam investigasi. 4. investigator harus memastikan bahwa mereka yang perlu tahu (contohnya manajemen) diberitahukan aktivitas-aktivitas investigasi dan setuju terhadap teknik dan investigasi yang dilakukan. 5. investigator yang baik harus memastikan bahwa seluruh informasi yang dikumpulkan selama penyelidikan diperkuat secara independen dan ditentukan secara faktual benar. Kegagalan untuk memperkuat bukti adalah kesalahan umum dari investigasi tidak berpengalaman. 6. investigasi harus berhati-hati untuk menghindari teknik penyelidikan yang meragukan. Investigator berpengalaman memastikan bahwa teknik yang digunakan secara ilmiah dan legal kuat dan wajar. Kedalaman dan keuletan adalah teknik yang tidak diragukan lagi untuk menghasilkan kesimpulan sukses. 7. investigator harus melaporkan seluruh fakta secara adil dan obyektif. Komunikasi melalui bentuk investigasi, dari tahap awal sampai laporan akhir, harus dikontrol secara hati-hati untuk menghindari opini dan fakta tak jelas. komunikasi, termasuk laporan penyelidikan, harus tidak hanya memasukkan informasi yang diperoleh untuk menunjukkan kesalahan, tetapi juga memasukkan fakta dan informasi yang mungkin membebaskan dari tuduhan. Kelalaian dan kegagalan untuk mendokumentasikan informasi adalah cacat investigative yang serius, dengan potensial konsekuensi serius. Aksi Legal Satu keputusan utama dari perusahaan, stakeholder dan lainnya harus ditentukan ketika kecurangan sudah diketahui dan apa tindakan selanjutnya yang harus diambil. mengapa kecurangan terjadi harus selalu ditentukan, dan kontrol atau tindakan lainnya untuk mencegah atau menghalangi kejadian ulang harus diimplementasikan. Pertanyaan yang seringkali menyulitkan dan lebih besar yang harus dialamatkan adalah apakah tindakan legal yang harus dilakukan dengan melihat pada pelakunya. Sebagian besar organisasi dan korban kecurangan lainnya biasanya membuat satu dari tiga pilihan berikut : (1) tidak melakukan tindakan legal, (2) melakukan pemulihan perdata dan/atau (3) melakukan tindakan pidana terhadap pelaku, di mana kadang-kadang dilakukan

11 untuk mereka oleh agensi-agensi penegak hukum. walaupun kita mengalamatkan hukum perdata dan pidana di bab 1, dan akan berfokus pada aksi legal dalam bab mendatang, tepat menjelaskan secara singkat di sini review pro dan kontra masing-masing dari alternatif tersebut. Aksi Perdata Sebagaimana ditunjukkan oleh bab 1, tujuan dari aksi perdata adalah mengembalikan uang atau aset lainnya dari pelaku dan lainnya yang berhubungan dengan kecurangan. Aksi perdata jarang dalam kasus kecurangan pegawai (karena pelaku biasanya sudah menggunakan uang), tetapi lebih umum ketika kecurangan melibatkan organisasi lain. vendor yang menyuap pegawai perusahaan seringkali menjadi target aksi perdata oleh perusahaan korban, khususnya jika kerugian tinggi. Dengan cara yang sama, stakeholder dan kreditor yang menderita kerugian dari kecurangan manajemen hampir selalu menuntut bukan saja pelaku, tetapi biasanya auditor dan lainnya yang berhubungan dengan perusahaan. pengacara penuntut biasanya lebih dari sekedar mau untuk mewakili pemegang saham dalam class action, tuntutan hukum dengan fee kontingen. Aksi Pidana Aksi pidana hanya dapat dilakukan oleh agensi-agensi perundang-undangan atau penegakan hukum. organisasi yang memutuskan untuk melakukan aksi pidana terhadap pelaku harus bekerja dengan agensi-agensi federal negara bagian atau lokal untuk membuang pegawai mereka atau pelaku lainnya dituntut. Pelaku mungkin diminta untuk masuk e dalam perjanjian restitusi untuk membayar kembali uang yang dicuri untuk periode waktu tertentu. Pinalti pidana yang dilakukan untuk kecurangan menjadi semakin umum. Eksekutif corporate yang melakukan kecurangan seringkali diberi vonis 10 tahun dan diperintahkan untuk membayar denda sama dengan jumlah yang digelapkan. Namun demikian jauh lebih sulit melakukan dakwaan pidana daripada mendapatkan keputusan dalam kasus perdata. Sementara hanya jumlah bukti lebih besar (lebih dari 50%) dibutuhkan untuk memenangkan kasus perdata, dakwaan hanya akan sukses jika terdapat bukti di luar keraguan yang masuk akal; bahwa pelaku secara sengaja mencuri uang atau aset lain.

12 PENCEGAHAN KECURANGAN (PREVENTING FRAUD) Pendahuluan Margaret bekerja di suatu bank, selama hampir 30 tahun Margaret telah menjadi pegawai yang jujur dan terpercaya. Selama 3 tahun sebelum masuk masa pensiun Margaret melakukan penggelapan (fraud) uang perusahaan dengan jumlah lebih dari $ Tindakan penggelapan ini baru diketahui setelah Margaret pensiun. Ketika kasus ini diketahui publik perusahaan atau bank tempat Margaret dulu bekerja menerima dampak dari penggelapan yang dilakukan Margaret. Banyak nasabah bank tersebut pindah ke bank lain dan hilang rasa kepercayaan nasabah ke bank tersebut, kepercayaan pegawai terhadap perusahaan juga mulai menurun, dan akibat kasus ini perusahaan harus diperiksa oleh pihak yang berwajib. Dan untuk Margaret, rumah dan aset yang dimiliki olehnya disita, bahkan dana pensiunan yang dimiliki oleh suaminya yang tidak ikut terlibat disita untuk menutupi kerugian yang disebabkan oleh Margaret. Margaret disidang atas tuduhan penggelapan dan dihukum selama satu tahun. Margaret juga diwajibkan untuk mengganti semua kerugian yang diakibatkan oleh tindakannya. Seluruh keluarga dan teman Margaret kini menjauhi Margaret tidak ada yang mau menolong Margaret. Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada pemenang ketika suatu fraud itu terjadi, baik pelaku dan korban akan sama-sama rugi. Rugi yang diderita oleh pelaku dan korban fraud akan lebih besar daripada uang yang digelapkan. Jadi jelas ketika fraud terjadi maka akan timbul biaya atau kerugian yang lebih besar dibandingkan jumlah uang yang digelapkan. Agar fraud tidak terjadi maka perusahaan harus melakukan pencegahan fraud (preventing fraud). Hampir semua orang dapat melakukan fraud. Orang yang berada pada suatu lingkungan yang memiliki integritas yang jelek, kontrol yang kurang, dan tekanan sangat tinggi, orang cenderung akan melakukan fraud. Untuk dapat mengurangi resiko fraud di lingkungan pekerjaan atau di suatu organisasi atau perusahaan ada beberapa cara yaitu dengan, menciptakan budaya jujur, terbuka dan pendampingan dan menciptakan sistem yang mengeliminasi kesempatan fraud dan menciptakan ekseptasi bahwa perbuatan fraud akan dihukum. Menciptakan Budaya Jujur, Terbuka, dan Pendampingan Untuk menciptakan budaya jujur, terbuka, dan pendampingan diperlukan 3 faktor pendukung utama:

13 1. Mempekerjakan orang yang jujur dan memberikan pelatihan kewaspadaan terhadap fraud Untuk menilai seseorang jujur atau tidak memang sangat sulit. Hal yang bisa dilakukan antara lain dengan menyeleksi latar belakang para pelamar. Para pelamar dengan masalah judi, ketergantungan alkohol, ketergantungan narkotika, dan masalah keuangan akan menjadi tolak ukur yang cukup membantu. Sekalipun akhirnya diterima, setidaknya perusahaan telah mempunyai data yang cukup untuk melakukan tindakan antisipatif. Memastikan apa yang ditulis para palamar dalam CV mereka adalah hal mutlak yang harus dilakukan saat perekrutan, mungkin akan menambah waktu dan biaya, namun impliaski jangka panjang jika hal ini tidak dilakukan justru lebih merugikan. Selain itu proses wawancara yang baik juga penting dalam hal menempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat, bisa saja karena faktor lingkungan kerja yang tidak pas atau bidang pekerjaan tidak sesuai kompetensi mambuat karyawan tidak betah dan tertekan dan meningkatkan peluang kecurangan. Jika hal ini tidak mampu dilakukan oleh staf perusahaan, maka perusahaan dapat menunjuk konsultan untuk menyeleksi karyawan baru. Bahkan terdapat perusahaan yang memberikan karyawan barunya pelatihan tentang penyalahgunaan dan kecurangan dan membekali merak dengan kartu kecil yang dapat disimpan di saku dengan tujuan jika menemukan ketikberesan atau kecurangan dengan melakukan 4 hal : Berbicara dengan supevisor atau manajemen, menghubungi keamanan perusahaan, menghubungi internal audit, dan Menghubungi call center / hotline number. 2. Menciptakan lingkungan kerja yang positif. Lingkungan kerja yang positif bukan terjadi secara instan, namun membutuhkan proses yang panjang dengan pembentukan budaya organisasi secara turun temurun. Meskipun ada organisasi yang sejak berdirinya mempunyai komitmen yang kuat untuk membentuk budaya organisasi yang baik sehingga tercipta lingkungan kerja yang baik pula. Terdapat 3 elemen penting dalam lingkungan kerja yang positif antara lain: Menciptakan ekspektasi tentang kejujuran dan mempunyai pengelolaan yang baik (good governance) atas organisasi. Dalam hal ini bisa diterapkan dengan menciptakan aturan etik dalam organisasi dan berlaku baik bagi manajemen tingkat atas hingga bawah.

14 Keterbukaan akses atas kebijakan, melibatkan seluruh pihak dan dengan kolektifitas diharapkan adanya konsensus Mempunyai personel yang baik dan prosedur operasi yang baik Peneltian menunjukkan kombinasi personel yang baik dengan prosedur yang baik akan menentukan tinggi rendahnya tingkat kecurangan. Ketidakpastian keberlangsungan kerja misalnya, akan meningkatkan risiko perbuatan Fraud. 3. Menyediakan program pendampingan karyawan untuk membantu karyawan mengatasi tekanan yang dialaminya. Hal ini dilakukan dengan mengimplementasikan Employee Assitance Programs (EAPs). Dengan implementasi ini diharapkan akan membantu karyawan mengatasi tekanan kerja. Dimana dalam segitiga Fraud disebutkan salah satu faktor yang menyebabkan Fraud adalah adanya tekanan. Di program ini juga diberikan konseling, team building, pemecahan konflik, assesment, bagaimana menaggapi kritik, dan banyak hal lain terkait masalah psikologi pekerja. Menghilangkan Kesempatan Terjadinya Kecurangan Seperti yang dijelaskan di bab sebelumnya, kecurangan terjadi karena adanya 3 hal dalam fraud triangle yaitu kesempatan, tekanan dan rasionalisasi. Jika ketiga hal tersebut dikombinasikan maka kecurangan dapat dengan mudah terjadi. Oleh karena itu, jika salah satu aspek tersebut dihilangkan, maka kecurangan akan bisa berkurang. Pada subbab ini, kita akan membahas mengenai pencegahan kecurangan dengan cara menghilangkan kesempatan terjadinya kecurangan. Ada lima metode untun menghilangkan kesempatan kecurangan yaitu mempunyai pengendalian internal yang baik, mengurangi adanya kolusi dalam organisasi maupun pihak terkait lainnya, memonitoring pegawai dan menyediakan sistem whistle blower, Menciptakan ekspekatsi atas hukuman terhadap tindakan Fraud dan adanya audit yang proaktif. Pengendalian Intern yang Baik dan Memadai Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka tugas manajemen untuk mengendalikan jalannya perusahaan menjadi semakin berat. Agar tujuan yang telah

15 ditetapkan top manajemen dapat dicapai, keamanan harta perusahaan terjamin dan kegiatan operasi bisa dijalankan secara efektif dan efisien, manajemen perlu mengadakan struktur pengendalian intern yang baik dan efektif mencegah kecurangan. Dalam memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada bulan September 1992 memperkenalkan suatu rerangka pengendalian yang lebih luas daripada model pengendalian akuntansi yang tradisional dan mencakup menejemen risiko, yaitu pengendalian intern terdiri atas 5 ( lima ) komponen yang saling terkait yaitu : 1. Lingkungan pengendalian ( control environment ) menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup : a. Integritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d. Filosofi dan gaya operasi manajemen e. Struktur organisasi f. Pemberian wewenang dan tanggungjawab g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia 2. Penaksiran risiko ( risk assessment ) adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menenetukan bagaimana risiko harus dikelola. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut: a. Perubahan dalam lingkungan operasi b. Personel baru c. Sistem informasi yang baru atau diperbaiki d. Teknologi baru e. Lini produk, produk atau aktivitas baru

16 f. Operasi luar negeri g. Standar akuntansi baru 3. Standar Pengedalian ( control activities ) adalah kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur yang dimaksud berkaitan degan: a. Penelaahan terhadap kinerja b. Pengolahan informasi c. Pengendalian fisik d. Pemisahan tugas 4. Informasi dan komunikasi ( information and communication ) adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dari waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggungjawab mereka. Sistem imformasi mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabiltas bagi aktiva, utang dan ekuitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan. Pemantauan ( monitoring ) adalah proses menentukan mutu kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Mengurangi adanya Kolusi dalam Organisasi Maupun dengan Pihak yang Terkait Penelitian menunjukkan bahwa 29% kecurangan dilakukan secara kolusi, dan jenis inilah yang paling sulit dideteksi karena ada unsur saling melindungi masing-masing pihak. Kolusi bisa terjadi dengan klien, pemasok maupun pihak lain. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kolusi: 1. Kompleksitas bisnis yang makin meningkat, sehingga semakin membutuhkan spesialisasi

17 2. Frekuensi pertemuan dengan klien dan pemasok yang sangat sering Menciptakan Whistle Blowing System Ada beberapa sistem ini tidak efektif antara lain: 1. Tidak dilindunginya rahasia pelapor 2. Kultur organisasi 3. Kebijakan perusahaan 4. Kewaspadaan yang rendah Sistem whistle blowing tetap penting untuk diterapkan, karena 80% Fraud sebenarnya diketemukan oelh karyawan sendiri, namun mereka terkadang ragu melaporkan dengan berbagai alasan. Yang perlu dibangun sendiri adalah sistem wistle blowing yang baik yang ditandai dengan : 1. Dilindunginya privasi pelapor 2. Dapat melaporkan ke lembaga independen di luar perusahaan 3. Akses yang mudah, misalnya call center, sms center, hotline dll 4. Adanya tindak lanjut Menciptakan ekspektasi atas hukuman terhadap tindakan Fraud Bukan bermaksud menakut-nakuti, namun hal ini perlu dilakukan karena secara sadar maupun tidak secara alamiah manusia akan berfikir lebih ketika akan melakukan sesuatu yang dia mengetahui risikonya Adanya audit yang proaktif Meskipun dalam penelitian kegiatan audit hanya dapat mendeteksi sedikit kecurangan dibandingkan sistem wistle blowing, namun audit mempunyai beberapa keunggulan antara lain:

18 1. Audit mempunyai akses yang lebih luas terhadap laporan manejemen, sehingga meskipun secra kuantitas kasus kecurangan yang ditemukan lebih kecil, namun mempunyai nilai nominal yang besar. 2. Audit dilakukan lembaga dan orang independen yang mempunyai kompetensi Beberapa hal terkait audit yang perlu diperhatikan adalah: 1. Mengidentifikasi kemungkinan risiko fraud 2. Mengidentifikasi setiap gejala fraud dari kasus yang ditemukan 3. Mendesain program audit untuk setiap gejala fraud 4. Menginvestigasi setiap fraud yang dapat diidentifikasi Simpulan dari Pencegahan Fraud Pada bab ini kita telah mengkondisikan bahwa kecurangan dapat dicegah dan dikurangi dengan cara menciptakan kultur yang jujur, terbuka dan pendampingan serta menghilangkan kesempatan kecurangan. Aktivitas kedua cara pencegahan fraud tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah ini. Pendekatan Komprehensif untuk Melawan Kecurangan Selama ini kita hanya membahas mengenai pencegahan fraud saja, namun disini kita mencoba mengkombinasikan pencegahan fraud dengan deteksi, investigasi dan tindak lanjut dari pertimbangan pendekatan yang komprehensif dalam melawan kecurangan.

19 Model yang biasa digunakan oleh banyak organisasi dalam melawan fraud adalah sebagai berikut. Dalam model ini terdiri dari empat tahap yaitu: 1. Kecurangan terjadi dalam suatu organisasi. Kejadian fraud ini tidak didahului oleh pelatihan awareness yang formal ataupun pengukuran pencegahan lainnya. 2. Tahap kedua yaitu investigasi. Di sini bagian keamanan dan internal auditor biasanya terlibat untuk mengusut kasus kecurangan tersebut. 3. Setelah investigasi telah lengkap dilaksanakan, perusahaan akan memutuskan tindakan yang harus dilakukan terkait dengan tindakan pelaku 4. Tahap keempat ini menyangkut mengenai ditutupnya kasus, mengganti pegawai yang terlibat fraud, berharap adanya implementasi suatu pengendalian yang baru dan selesailah masalahnya. Namun, dengan model yang biasa digunakan tersebut, fraud tidak akan pernah dapat berkurang. Model yang selanjutnya adalah model yang lebih baik pendekatannya untuk memerangi fraud, yaitu.

Keyakinan Etis Kesediaan untuk mempertahankan etika

Keyakinan Etis Kesediaan untuk mempertahankan etika Chapter 3 : Pernyataan Perang terhadap Kecurangan Kecurangan adalah tindakan yang membawa kerugian yang tidak sedikit bagi suatu organisasi. Untuk itu, perusahaan harus mengupayakan suatu tindakan untuk

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

CHAPTER VI. Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA. Politeknik Negeri Bali 2014

CHAPTER VI. Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA. Politeknik Negeri Bali 2014 CHAPTER VI Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA Politeknik Negeri Bali 2014 SPAP Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi

Lebih terperinci

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL OLEH: ERWIN FEBRIAN (14121005) PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA 2015 1 A. PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Internal 2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal yang efektif dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian

Lebih terperinci

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS Dosen: Putri Taqwa Prasetaningrum Disusun Oleh: Nama : Irwandi Nim : 14121041 Kelas : 21/pagi PRODI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKONOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Pengendalian Intern : Rencana organisasi dan semua metode, prosedure serta kebijaksanaan, yang terkoordinasi dalam suatu unit usaha, dengan tujuan : a. Mengamankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini, kita di tuntut untuk dapat memberikan yang terbaik agar dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi atau

Lebih terperinci

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 (24 November) Akuntan 49.348 50.879 52.270 53.800 53.800*) Akuntan Publik 928 995 1.016 1.003 1.055 KAP 408 417 396 387 394 Cabang KAP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelian Pembelian dapat juga dikatakan sebagai procurement atau pangadaan barang. Mulyadi (2008:298) mengatakan bahwa Pembelian digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semua perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang perdagangan, jasa, maupun manufaktur mempunyai tujuan yang sama untuk menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA INTERNAL AUDIT Materi 1 Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA 1 FAKTOR PENTING PERKEMBANGAN INTERNAL AUDIT PERDEBATAN MENGENAI PERAN INTERNAL AUDIT 1. Jenis Usaha 2. Luas Kegiatan Usaha 3. Jumlah

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN ATAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN SA Seksi 319 PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber : PSA No. 69 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang pertimbangan auditor atas pengendalian intern klien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cabang semarang. Tujauan peneliti adalah sebagai bahan pertimbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cabang semarang. Tujauan peneliti adalah sebagai bahan pertimbangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Pulasari (2010) meneliti tentang evaluasi system pengendalian internal penjualan jasa perawatan lift pada PT.Industri Lift Indonesia Nusantara kantor cabang

Lebih terperinci

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

Kode Etik. .1 Yang Harus Dilakukan Kode Etik Kode Etik Dokumen ini berisi "Kode Etik" yang harus dipatuhi oleh para Direktur, Auditor, Manajer, karyawan Pirelli Group, serta secara umum siapa saja yang bekerja di Italia dan di luar negeri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Seleksi Penutupan Calon Nasabah atau Pemohon Asuransi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Seleksi Penutupan Calon Nasabah atau Pemohon Asuransi 46 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Seleksi Penutupan Calon Nasabah atau Pemohon Asuransi Underwriting atau juga disebut proses seleksi risiko atau penseleksi risiko adalah proses untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani ` PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani PENDAHULUAN Pengendalian internal merupakan bagian penting dari kelanjutan pertumbuhan, kinerja, dan kesuksesan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan kerugian yang

Lebih terperinci

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN SA Seksi 317 UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN Sumber: PSA No. 31 PENDAHULUAN 01 Seksi mengatur sifat dan lingkup pertimbangan yang harus dilakukan oleh auditor independen dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT TOBA BARA SEJAHTRA Tbk 2013 Daftar Isi Hal Daftar Isi 1 Bab I Pendahuluan 2 Bab II Pembentukan dan Organisasi 4 Bab III Tugas, Tanggung Jawab dan Prosedur

Lebih terperinci

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi Adalah suatu proses yang dijalankan dewan komisaris, manajemen, personil lain, yang didesign untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan sebagai berikut: 1. Keandalan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada awal abad 21, sejak munculnya kasus Enron yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Meskipun

Lebih terperinci

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal Piagam Audit Intern 1.0 PENDAHULUAN 2.0 VISI 3.0 MISI 1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal a. Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal Evaluasi pengendalian internal adalah suatu kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, pemegang saham perseroan memberikan perhatian lebih terhadap persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior perusahaan yang sahamnya

Lebih terperinci

Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Perusahaan atau Unit Syari

Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Perusahaan atau Unit Syari Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; 2. Direksi Perusahan Asuransi Syariah; 3. Direksi Perusahaan Reasuransi; dan 4. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi di era globalisasi saat ini sudah berkembang semakin pesat, sehingga mengakibatkan persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Kas Pada umumnya kas dikenal juga dengan uang tunai yang didalam neraca kas masuk dalam golongan aktiva lancar yang sering mengalami perubahan akibat transaksi keuangan

Lebih terperinci

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

COSO ERM (Enterprise Risk Management) Audit Internal (Pertemuan ke-4) Oleh: Bonny Adhisaputra & Herbayu Nugroho Sumber: Brink's Modern Internal Auditing 7 th Edition COSO ERM (Enterprise Risk Management) COSO Enterprise Risk Management adalah

Lebih terperinci

Standar Audit SA 550. Pihak Berelasi

Standar Audit SA 550. Pihak Berelasi SA 0 Pihak Berelasi SA paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 PIHAK BERELASI (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk

Lebih terperinci

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Tinjauan Sekilas Pengendalian diperlukan untuk mengurangi exposures. Exposure terdiri dari pengaruh potensi kerugian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Internal Auditor dan Ruang Lingkupnya. Kata internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal dan Auditor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Internal Auditor dan Ruang Lingkupnya. Kata internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal dan Auditor. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Internal Auditor dan Ruang Lingkupnya Kata internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal dan Auditor. Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, internal artinya

Lebih terperinci

Fraud Risk Management

Fraud Risk Management Fraud Risk Management Semua organisasi rentan terhadap fraud Tindak kecurangan adalah risiko yang susah untuk diatasi, kebanyakan pimpinan perusahaan lebih suka percaya bahwa karyawan mereka tidak akan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT. BANK MESTIKA DHARMA, Tbk Kata Pengantar Komite Audit merupakan komite yang membantu tugas Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsinya terutama dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan pengendalian intern dalam menunjang pembelian bahan baku yang efisien dan efektif maka dapat

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5: PENCEGAHAN DAN DETEKSI FRAUD

PERTEMUAN 5: PENCEGAHAN DAN DETEKSI FRAUD PERTEMUAN 5: PENCEGAHAN DAN DETEKSI FRAUD A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana atau apa yang hars dilakukan untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Kode etik bisnis ini berlaku pada semua bisnis dan karyawan Smiths Group di seluruh dunia. Kepatuhan kepada Kode ini membantu menjaga dan meningkatkan

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA

KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA Kebijakan Pengungkap Fakta KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA Pernyataan Etika Perusahaan (Statement of Corporate Ethics) Amcor Limited menetapkan kebijakannya terhadap pengungkapan fakta dan komitmennya untuk

Lebih terperinci

Kebijakan Pengungkap Fakta

Kebijakan Pengungkap Fakta KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA 1. Ikhtisar Amcor berkomitmen terhadap standar tertinggi praktik etis dan hubungan yang jujur, serta perlindungan bagi individu yang melaporkan kejadian atau dugaan terjadinya

Lebih terperinci

Moch.Rangga.B.M (0111U216) Rina Christina (0111u219) Monika K.Suwita (0111u197) Nadya Septia.F (0111U149) Jasmine Azizah (0111U098)

Moch.Rangga.B.M (0111U216) Rina Christina (0111u219) Monika K.Suwita (0111u197) Nadya Septia.F (0111U149) Jasmine Azizah (0111U098) Moch.Rangga.B.M (0111U216) Rina Christina (0111u219) Monika K.Suwita (0111u197) Nadya Septia.F (0111U149) Jasmine Azizah (0111U098) Jenis-jenis Kecurangan Pengaturan laba (earning management) menyangkut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

Kode Etik. .1 Yang Harus Dilakukan Kode Etik Kode Etik Dokumen ini berisi "Kode Etik" yang harus dipatuhi oleh para Direktur, Auditor, Manajer, karyawan Pirelli Group, serta secara umum siapa saja yang bekerja di Italia dan di luar negeri

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA

Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA Pengertian Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INTERN 1

PENGENDALIAN INTERN 1 PENGENDALIAN INTERN 1 Pengertian Pengendalian Intern Standar pekerjaan lapangan yang kedua (PSA No. 01 (SA 150)) menyebutkan Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Agoes (2004) menjelaskan tiga tujuan pengendalian intern, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Agoes (2004) menjelaskan tiga tujuan pengendalian intern, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja keuangan perusahaan memberikan pengaruh pada posisi perusahaan dalam persaingan bisnis. Kinerja yang tercermin dari laporan keuangan juga dijadikan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH ADMINISTRASI BISNIS. PENGENDALIAN INTERNAL (INTERNAL CONTROL) (Dosen : Putri Taqwa Prasetyaningrum,ST,MT)

TUGAS MAKALAH ADMINISTRASI BISNIS. PENGENDALIAN INTERNAL (INTERNAL CONTROL) (Dosen : Putri Taqwa Prasetyaningrum,ST,MT) TUGAS MAKALAH ADMINISTRASI BISNIS PENGENDALIAN INTERNAL (INTERNAL CONTROL) (Dosen : Putri Taqwa Prasetyaningrum,ST,MT) Oleh JUMRATUL JANNAH 14121035 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk alat komunikasi oleh manajer puncak kepada bawahannya serta kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan

Lebih terperinci

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk Pendahuluan Piagam Audit Internal ( Internal Audit Charter ) adalah dokumen formal yang berisi pengakuan keberadaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS PERNYATAAN DAN PRINSIP KEBIJAKAN Sesuai dengan Undang-undang Intelijen Keuangan dan Anti Pencucian Uang 2002 (FIAMLA 2002), Undang-undang Pencegahan Korupsi 2002

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

PT Wintermar Offshore Marine Tbk PT Wintermar Offshore Marine Tbk ( Perusahaan ) Piagam Audit Internal I. Pembukaan Sebagaimana yang telah diatur oleh peraturan, yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 yang ditetapkan

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Terbuka di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero) PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero) Jakarta, 17 Januari 2017 DAFTAR ISI Halaman A. PENDAHULUAN... 1 I. Latar Belakang... 1 II. Maksud dan Tujuan Charter Satuan Pengawasan

Lebih terperinci

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths Kode Smiths Pengantar dari Philip Bowman, Kepala Eksekutif Sebagai sebuah perusahaan global, Smiths Group berinteraksi dengan pelanggan, pemegang saham, dan pemasok di seluruh dunia. Para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. I. Landasan Hukum Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 tanggal 23 Desember

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media dan menjadi isu yang menonjol serta penting dimata pemain bisnis dunia. Kecurangan (fraud) merupakan

Lebih terperinci

Kuesioner Peranan Controller Dalam Pengelolaan Persediaan Bahan baku Guna Menunjang Kelancaran Proses Produksi. No Variabel independen Ya Ragu-ragu

Kuesioner Peranan Controller Dalam Pengelolaan Persediaan Bahan baku Guna Menunjang Kelancaran Proses Produksi. No Variabel independen Ya Ragu-ragu Kuesioner Peranan Controller Dalam Pengelolaan Persediaan Bahan baku Guna Menunjang Kelancaran Proses Produksi. No Variabel independen Ya Ragu-ragu Tidak Kualitas Personal yang Baik 1. Apakah controller

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3: FRAUD DAN ERROR

PERTEMUAN 3: FRAUD DAN ERROR PERTEMUAN 3: FRAUD DAN ERROR A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perbedaan kecurangan (fraud) dan error, unsur-unsur kecurangan, penyebab terjadinya kecurangan. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan bahwa: 1. Komite Audit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER

INTERNAL AUDIT CHARTER Halaman : 1 dari 5 I. PENDAHULUAN Tujuan utama Piagam ini adalah menentukan dan menetapkan : 1. Pernyataan Visi dan Misi dari Divisi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Bank Woori Saudara 2. Tujuan dan ruang

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi adalah suatu kesatuan aktivitas, data, dokumen dan teknologi yang keterkaitannya dirancang untuk mengumpulkan dan memproses

Lebih terperinci

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal 1. Definisi a) Audit Internal adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan,

Lebih terperinci

Fighting Fraud. Pencegahan Fraud

Fighting Fraud. Pencegahan Fraud Fighting Fraud Berbagai cara yang digunakan oleh Organisasi untuk memerangi Fraud Ada 4 cara yang umumnya digunakan oleh Organisasi untuk dapat mengurangi tingkat kecurangan. 1. Pencegahan Fraud (Fraud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil. ini belum menerapkan praktek yang sehat.

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil. ini belum menerapkan praktek yang sehat. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Rateksi (2012), menganalisis sistem pengendalian internal fungsi penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan pengawasan aktiva.

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan pengawasan aktiva. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan

Lebih terperinci

Pedoman Kerja Komite Audit

Pedoman Kerja Komite Audit Pedoman Kerja Komite Audit PT Erajaya Swasembada Tbk & Entitas Anak Berlaku Sejak Tahun 2015 Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecenderungan Kecurangan Akuntansi atau yang dalam bahasa pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam pemberitaan media yang

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL Latar Belakang Unit Audit Internal unit kerja dalam struktur organisasi Perseroan yang dibentuk untuk memberikan keyakinan yang memadai dan konsultasi yang bersifat independen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era teknologi informasi dan globalisasi saat ini menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era teknologi informasi dan globalisasi saat ini menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era teknologi informasi dan globalisasi saat ini menyebabkan perubahan lingkungan bisnis yang sangat besar dan persaingan yang sangat ketat. Oleh karena itu perusahaan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT SA Seksi 325 KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT Sumber: PSA No. 35 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan untuk mengidentifikasi dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media dan menjadi isu yang menonjol serta penting di mata pemain bisnis dunia. Kecurangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN

KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN E8 KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING POLICY) Versi : November 2016 Nama Sub Kebijakan : E8.00 Daftar isi Hal 1. Kebijakan Umum 1.1 Pendahuluan 1 1.2 Tujuan Kebijakan 2 1.3 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN Halaman I. Pembukaan 1 II. Visi dan Misi SPI 2 III. Kebijakan Umum Pengendalian Internal Dan Audit Internal 3 IV. Kedudukan SPI 3 V. Peran SPI 3 VI. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

Whitsleblowing System

Whitsleblowing System Whitsleblowing System A. Ruang Lingkup, Maksud, dan Tujuan Ruang lingkup: 1. Menguraikan segala aspek yang diperlukan untuk membangun dan menerapkan whitsleblowing system sebagai wadah tata kelola pelaporan

Lebih terperinci

PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik

PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik 1 I. PENDAHULUAN Kode Etik ini merangkum dasar-dasar berperilaku yang sudah lama dianut PT Indosat Tbk. ( Perseroan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN (FRAUD CONTROL SYSTEM) KEP DIREKSI NO: KEP/04/012015

SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN (FRAUD CONTROL SYSTEM) KEP DIREKSI NO: KEP/04/012015 SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN (FRAUD CONTROL SYSTEM) KEP DIREKSI NO: KEP/04/012015 DASAR Peraturan Perundangan: 1. UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Lebih terperinci

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No. SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH Sumber: PSA No. 62 PENDAHULUAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini berisi standar untuk pengujian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT Definisi Materialitas FASB mendefinisikan materialitas sebagai berikut: Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan

Lebih terperinci

MAKALAH ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL NAMA :ADRINUS NOLA PALI NIM : PRODI :SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

MAKALAH ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL NAMA :ADRINUS NOLA PALI NIM : PRODI :SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI MAKALAH ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL NAMA :ADRINUS NOLA PALI NIM :14121049 PRODI :SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

RISK ASSESSMENT DAN UPAYA PENGEMBANGAN JASA KONSULTASI DI BIDANG MANAJEMEN RISIKO. oleh : Slamet Susanto, AK)

RISK ASSESSMENT DAN UPAYA PENGEMBANGAN JASA KONSULTASI DI BIDANG MANAJEMEN RISIKO. oleh : Slamet Susanto, AK) RISK ASSESSMENT DAN UPAYA PENGEMBANGAN JASA KONSULTASI DI BIDANG MANAJEMEN RISIKO oleh : Slamet Susanto, AK) Latar Belakang Dalam upaya mengembangkan metodologi Risk Management Based Audit (RMBA) di BPKP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan global saat ini, banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena tidak memiliki tata kelola yang baik sehingga tidak ada pemisahan tugas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO Seiring dengan pertumbuhan bisnis, Direksi secara berkala telah melakukan penyempurnaan atas kebijakan, infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia secara periodik dengan

Lebih terperinci

PERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASIHAT HUKUM KLIEN TENTANG LITIGASI, KLAIM, DAN ASESMEN

PERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASIHAT HUKUM KLIEN TENTANG LITIGASI, KLAIM, DAN ASESMEN Sa Seksi 337 PERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASIHAT HUKUM KLIEN TENTANG LITIGASI, KLAIM, DAN ASESMEN Sumber : PSA No. 74 01 seksi ini memberikan panduan tentang prosedur yang harus dipertimbangkan oleh auditor

Lebih terperinci