KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN"

Transkripsi

1 E8 KEBIJAKAN PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING POLICY) Versi : November 2016

2 Nama Sub Kebijakan : E8.00 Daftar isi Hal 1. Kebijakan Umum 1.1 Pendahuluan Tujuan Kebijakan Ruang Lingkup Kebijakan Sosialisasi Kebijakan Referensi 4 2. Kerangka Kerja Pelaporan Pelanggaran 2.1 Definisi Whistle Blowing Jenis Pelanggaran Whistleblower / Pelapor Kategori Pelaku Pelanggaran / Terlapor Media Pelaporan dan Whistle Blowing Officer Fungsi dan Tugas Whistle Blower Officer Penyelesaian Kasus Whistle Blowing Laporan yang Tidak Bisa Ditindaklanjuti Kerahasiaan Perlindungan Terhadap Whistle Blower Tugas dan Tanggung Jawab Pihak Terkait 3.1 Whistle Blower/Pelapor Anti Fraud Management (AFM) Human Resources Corporate Legal Operational Risk Management Compliance Dokumentasi Lampiran : Formulir Pelaporan Pelanggaran 17 Rev Hal 0

3 Nama Sub Kebijakan : E8.01 Kebijakan Umum Bab 1. Kebijakan Umum 1.1. Pendahuluan Penerapan pelaporan pelanggaran (Whistle Blowing) merupakan salah satu upaya PT Bank CIMB Niaga Tbk (selanjutnya disebut Bank ) untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG). Pelaksanaan Whistle Blowing merupakan bagian dari pengendalian Bank dalam rangka mencegah adanya pelanggaran yang dapat mengganggu kelangsungan bisnis Bank serta mengakibatkan kerugian finansial maupun non finansial, seperti publikasi negatif yang akan akan berpengaruh pada reputasi Bank maupun hilangnya kepercayaan masyarakat kepada Bank. Pelanggaran umumnya bermula dari pengabaian/negligence dari kebijakan dan prosedur operasi Bank yang pada akhirnya dapat menimbulkan risiko fraud internal. Oleh karena itu, sesuai dengan standar etika yang berlaku, karyawan berkewajiban untuk melaporkan setiap pelanggaran yang diketahuinya. Budaya Whistle Blowing dapat diterapakan jika Bank memiliki sistem pelaporan internal yang baik serta tersedianya media pelaporan yang independen dan rahasia, serta adanya jaminan perlindungan kepada pihak pelapor (Whistleblower). Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dipandang perlu bagi Bank untuk menyusun kebijakan Whistle Blowing (WB) yang mengatur sistem pengelolaan pelaporan pelanggaran melalui berbagai media yang disediakan untuk dapat digunakan oleh pihak yang membutuhkan, baik internal maupun eksternal. Rev Hal 1

4 Nama Sub Kebijakan : E8.01 Kebijakan Umum Dengan tersedianya kebijakan Whistle Blowing, diharapkan Bank dapat membangun budaya pelaporan pelanggaran sebagai salah satu bentuk implementasi GCG di semua lini usaha, tentunya juga akan menambah kepercayaan dan menjadi nilai tambah (value added) bagi seluruh pemangku kepentingan guna keberlanjutan usaha Bank Tujuan Kebijakan Tujuan dari Kebijakan ini adalah: 1. Sebagai salah satu implementasi Good Corporate Governance pada Bank, 2. Menyediakan peraturan tertulis yang berfungsi mencegah timbulnya risiko finansial dan reputasi disebabkan adanya kasus fraud, tindakan melanggar etika (seperti pemberian/penerimaan suap, hadiah, atau fasilitas tertentu atau lain-lainnya) serta pelanggaran lain yang merugikan Bank, 3. Mengatur dan mengadministrasikan mekanisme pelaporan internal untuk mencegah dan menangani pelanggaran secara efektif dan efisien, 4. Mendorong peran serta karyawan dan pihak eksternal untuk menjaga Bank dari kerugian karena pelanggaran, 5. Memberikan perlindungan kepada pihak pelapor (whistleblower), serta mendorong dan memudahkan pelapor dalam melaporkan pelanggaran atau potensi pelanggaran. 1.3 Ruang Lingkup Kebijakan 1. Kebijakan ini berlaku untuk Direksi, Komisaris, Komite Eksekutif, Pihak Independen, karyawan Bank (baik karyawan tetap maupun karyawan kontrak) baik di tingkat klerikal maupun karyawan pimpinan, pihak eksternal yang berkepentingan dengan Bank seperti nasabah, termasuk pihak ketiga (outsourcing), vendor, dan eks-karyawan. Rev Hal 2

5 Nama Sub Kebijakan : E8.01 Kebijakan Umum 2. Kebijakan ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Kebijakan Kode Etik, Kebijakan Anti Fraud dan Kebijakan Disiplin dan Penetapan Sanksi Atas Pelanggaran di Bank CIMB Niaga. 3. Kebijakan ini pada dasarnya tidak mencakup kasus kepegawaian Bank seperti pengaduan pribadi terhadap renumerasi dan kebijakan kepegawaian lainnya karena Bank telah menyediakan media lain untuk penanganan kasus yang terkait dengan kebijakan sumber daya manusia seperti HR help desk atau sms CEO hotline. 4. Kebijakan ini dibuat dengan prinsip dasar sebagai berikut: a. Segala informasi yang disampaikan bersifat rahasia, b. Kebebasan bagi pelapor untuk menyampaikan laporan secara anonim, c. Setiap pelapor berhak untuk mendapatkan perlindungan, dan d. Setiap informasi yang dilaporkan harus dilakukan proses investigasi lebih lanjut. 5. Setiap karyawan yang mengetahui terjadinya pelanggaran etika, kebijakan, serta aturan, dan pelanggaran lainnya tidak terbatas atas jenis pelanggaran sebagaimana diuraikan dalam Kebijakan ini, wajib melaporkan pelanggaran tersebut sesuai dengan Kebijakan ini atau melalui sarana lain yang diatur Bank Sosialisasi Kebijakan Kebijakan ini harus disosialisasikan kepada seluruh karyawan Bank dan para pemangku kepentingan (stakeholders) melalui media yang biasa digunakan oleh Bank atau sarana lain yang ditentukan oleh Bank. Rev Hal 3

6 Nama Sub Kebijakan : E8.01 Kebijakan Umum 1.5. Referensi Referensi yang digunakan dalam merumuskan kebijakan ini adalah sebagai berikut: 1. Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum serta segala perubahan maupun penambahannya. 2. Kode Etik PT Bank CIMB Niaga Tbk 3. Kebijakan Anti Fraud PT Bank CIMB Niaga Tbk 4. Kebijakan Penegakan Disiplin dan Penentuan Sanksi atas Pelanggaran Rev Hal 4

7 Nama Sub Kebijakan : E8.02 Kerangka Kerja Pelaporan Pelanggaran Bab 2.Kerangka Kerja Pelaporan Pelanggaran 2.1 Definisi Whistle Blowing Pelaporan pelanggaran (whistle blowing) adalah pengungkapan tindakan pelanggaran atau pengungkapan perbuatan melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan Bank maupun pihak yang berkepentingan terhadap Bank (stakeholders), yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan Bank. 2.2 Jenis Pelanggaran Aktivitas pelanggaran dapat terdiri, namun tidak terbatas atas pelanggaran di bawah ini: 1. Fraud Terkait dengan tindakan yang dilakukan secara sengaja dengan maksud untuk mengambil keuntungan pribadi atau pihak lain dengan cara melanggar peraturan internal maupun eksternal sehingga mengakibatkan kerugian bagi Bank dari sisi finansial maupun non finansial. 2. Kesalahan operasional yang signifikan Terkait dengan tindakan yang dilakukan secara tidak sengaja atau tidak disadari sehingga dapat mengakibatkan kerugian finansial ataupun non finansial bagi Bank. 3. Pelanggaran ketentuan Bank Meliputi semua bentuk pelanggaran terhadap ketentuan internal Bank yang signifikan maupun pelanggaran terhadap ketentuan eksternal yang berlaku. 4. Pelanggaran atas kode etik yang berlaku di Bank Rev Hal 5

8 Nama Sub Kebijakan : E8.02 Kerangka Kerja Pelaporan Pelanggaran 5. Benturan kepentingan (conflict of interest) terkait dengan tindakan menyalahgunakan nama, fasilitas aset, atau hubungan baik Bank untuk kepentingan pribadi dalam bentuk apapun termasuk penerimaan uang, barang dan fasilitas dari pihak-pihak tertentu tanpa seijin dari Direktur terkait dan/atau bertentangan dengan Kebijakan Bank 6. Tindakan melanggar etika dan moral Terkait dengan tindakan yang tidak terpuji yang dapat merugikan nama baik Bank, berupa SARA, pelecehan, konflik kepentingan, penggunaan data Bank, penyalahgunaan aset/inventaris, termasuk ketidakpatuhan terhadap peraturan terkait dan hal-hal lainnya menyangkut etika. 7. Tindakan melanggar hukum pidana maupun hukum perdata ataupun peraturan perundang-undangan lainnya, misalnya pemalsuan tanda tangan pejabat berwenang, penggunaan narkoba, perusakan barang dan lain-lain. 8. Tindakan yang membahayakan keselamatan dan lingkungan kerja, membahayakan keamanan Bank, termasuk membahayakan aset pihak ketiga/nasabah. 2.3 Whistle Blower / Pelapor 1. Kategori Whistle Blower adalah: a. Pihak internal, meliputi karyawan pimpinan, karyawan klerikal baik karyawan tetap, kontrak maupun outsourscing. b. Pihak eksternal, meliputi eks karyawan, vendor, nasabah, konsultan, pihak eksternal lain. 2. Pelapor tidak diharuskan menyertakan identitas pelapor. Untuk pelapor yang melampirkan identitasnya Pelapor dapat membantu memberikan Rev Hal 6

9 Nama Sub Kebijakan : E8.02 Kerangka Kerja Pelaporan Pelanggaran informasi tambahan dalam tahap investigasi dan apabila diperlukan dapat menjadi saksi dalam tahap tindakan hukum lebih lanjut. 3. Jika pelapor memiliki bukti berupa data, informasi atau indikasi awal atas terjadinya pelanggaran, maka dapat disertakan saat pelaporan. 4. Setiap pelapor harus memiliki alasan yang kuat dalam menyampaikan laporan pelanggaran atau potensi pelanggaran, serta harus memiliki itikad baik (bukan fitnah, tidak dilakukan untuk kepentingan pribadi semata, ataupun dengan motivasi lain). 2.4 Kategori Pelaku Pelanggaran / Terlapor Whiste Blower dapat melakukan pelaporan pelanggaran yang dilakukan oleh: 1. Karyawan termasuk karyawan pimpinan, meliputi karyawan tetap, kontrak, maupun outsourcing. 2. Direksi dan Dewan Komisaris 3. Anggota Komite di Tingkat Komisaris 4. Eks karyawan dengan pertimbangan khusus dari penerima laporan misalnya kasus terkait dengan karyawan yang masih aktif atau kasus berdampak hukum terhadap Bank. 2.5 Media Pelaporan dan Whistle Blowing Officer 1. Whistle Blower dapat meyampaikan laporan kepada petugas khusus yang ditunjuk (disebut Whistle Blower Officer) dibawah unit kerja Anti Fraud Management (AFM) dan/atau pihak eksternal yang telah ditunjuk oleh Bank, melalui: a. Surat tertulis b. Pada lampiran disertakan contoh surat laporan c. Telepon: (0878 AYO LAPOR) d. Surat elektronis/ Rev Hal 7

10 Nama Sub Kebijakan : E8.02 Kerangka Kerja Pelaporan Pelanggaran yang digunakan adalah khusus (ayo.lapor@cimbniaga.co.id) untuk penerimaan laporan. e. Media lain yang disediakan oleh : i. Bank seperti kotak tertutup yang aman (secured box) atau kotak pos. ii. Pihak eksternal yang telah ditunjuk oleh Bank 2. Penggunaan berbagai media ini diputuskan oleh Direksi dan disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Semua media pelaporan yang ada harus bersifat mudah diakses, dibuat atas nama unit WB dan hanya dapat diakses oleh WB Officer. Informasi mengenai adanya media ini harus disampaikan kepada seluruh karyawan sebagai bagian dari sosialisasi WB. 4. Laporan sebaiknya berisi penjelasan atas pelanggaran yang dilaporkan, tempat/lokasi/area/unit terjadinya pelanggaran serta jika memungkinkan disertai data-data (tidak wajib) (contoh laporan terlampir). 5. Proses pelaporan pelanggaran oleh whistle blower kepada pihak eksternal yang ditunjuk oleh Bank dan pelaporan dari pihak eksternal kepada unit kerja Anti Fraud Management (AFM) akan diatur secara terpisah dari ketentuan ini. 2.6 Fungsi dan Tugas Whistle Blower Officer 1. Fungsi Whistle Blowing Officer berada di bawah Anti Fraud Management (AFM) dan dalam pelaksanaan seluruh aktivitasnya harus dilakukan secara dual control, disetujui dan diketahui oleh atasannya. 2. WB Officer bertanggung jawab terutama untuk melakukan administrasi pelaporan, monitor penyelesaian laporan serta menjaga kerahasiaan identitas pelapor dan terlapor. Pelanggaran terhadap kerahasiaan Rev Hal 8

11 Nama Sub Kebijakan : E8.02 Kerangka Kerja Pelaporan Pelanggaran tersebut dikategorikan sebagai pelanggaran ketentuan perusahaan sehingga dapat dikenakan sanksi. 3. Jika WB officer menerima laporan yang disertai dengan identitas pelapor, maka WB officer wajib menanyakan kesedian pelapor untuk menjadi saksi dalam tahap selanjutnya. Jika pelapor tidak bersedia, maka pelapor tidak dapat dijadikan saksi dalam tahap tindakan hukum lebih lanjut. 4. Kriteria WB Officer adalah sebagai berikut: a. Mempunyai integritas, b. Mampu berkomunikasi dengan baik dan dapat menjaga rahasia yang dipercayakan, c. Mampu bersikap tegas dan obyektif. 5. WB Officer wajib mengadministrasikan WB dan berkewajiban memberikan laporan tentang WB setiap kuartal kepada Direktur yang membidangi Risk Management dan Direktur Utama dengan tembusan kepada Direktur membidangi Kepatuhan dan Direktur membidangi Sumberdaya Manusia. Laporan WB tersebut bersifat statistik dan minimal memuat informasi mengenai: a. Jumlah laporan yang masuk b. Jumlah laporan yang akan dilakukan investigasi c. Jumlah laporan yang telah selesai diinvestigasi 2.7 Penyelesaian kasus Whistle Blowing 1. Kasus WB diinvestigasi oleh Anti Fraud Management seperti halnya kasus-kasus fraud dan pelanggaran lainnya. Apabila ada tindakan disiplin terhadap terlapor, termasuk untuk tindakan rehabilitasi nama karyawan, maka Bank berpedoman kepada kebijakan penegakan disiplin dan sanksi yang berlaku. Rev Hal 9

12 Nama Sub Kebijakan : E8.02 Kerangka Kerja Pelaporan Pelanggaran 2. Untuk pelanggaran yang dilakukan oleh anggota direksi Bank, maka unit kerja AFM akan menyampaikan laporan pelanggaran dan hasil investigasi kepada Direktur Utama untuk dapat ditindaklanjuti. 3. Jika pelanggaran dilakukan oleh Direktur Utama atau Komisaris atau Komite Eksekutif atau Pihak Independen, maka unit kerja AFM akan menyampaikan laporan pelangaran dan hasil investigasi kepada Ketua Komite Audit untuk dapat ditindaklanjuti. 2.8 Laporan yang Tidak Bisa Ditindaklanjuti 1. Bank wajib menindaklanjuti laporan yang diterima, namun Bank berhak untuk tidak menindaklanjuti laporan yang diduga mengandung unsurunsur sebagai berikut: a. Laporan yang tidak tercakup dalam Kebijakan ini (Bab I, paragraph 1.3.2) b. Didasari itikad buruk yang dilakukan untuk fitnah, balas dendam, pencemaran nama baik karyawan lain, SARA dan lain-lain, c. Memiliki tujuan tertentu untuk kepentingan pribadi atau kelompok, 2. Dalam hal pelapor memberikan identitasnya, WB Officer akan menghubungi Whistle Blower atas laporan yang disampaikan dan memberitahukan apabila laporan tidak bisa ditindaklanjuti. 3. WB Officer akan membuat laporan bulanan kepada Direktur yang membidangi Risk Management, Direktur yang membidangi Kepatuhan dan Direktur Utama, untuk laporan pelanggaran yang tidak bisa ditindaklanjuti. Laporan bulanan tersebut minimal memuat informasi sebagai berikut: a. Tanggal Penerimaan Laporan b. Perihal Laporan c. Kronologis Pelanggaran Rev Hal 10

13 Nama Sub Kebijakan : E8.02 Kerangka Kerja Pelaporan Pelanggaran d. Nama Pelapor (jika ada) 2.9 Kerahasiaan Mengingat laporan WB bersifat rahasia, maka kerahasiaan pelapor maupun kasus yang dilaporkan perlu dijaga dengan sebaik-baiknya dengan cara : 1. Identitas pelapor dan terlapor maupun kasus yang dilaporkan dijaga dengan baik oleh WB Officer melalui misalnya komunikasi yang aman, penjagaan dokumentasi laporan misalnya dengan baik, 2. Materi pelatihan, lessons learned tidak boleh menyebutkan sumber dari WB, 3. WB Officer hanya dapat memberitahukan/menginformasikan kasus yang dilaporkan kepada pihak-pihak yang memang berkepentingan dalam penyidikan dan/atau eskalasi dengan memastikan pihak yang menerima informasi tersebut dapat menjaga kerahasiannya sesuai kebijakan kode etik yang berlaku Perlindungan Terhadap Whistle Blower /Pelapor, Saksi dan Terlapor 1. Fasilitas dan perlindungan yang bisa diberikan kepada Whistle Blower adalah: a. Fasilitas media pelaporan dan administrasinya yang menjamin kerahasiaan identitas pelapor dan kasus yang dilaporkan. b. Perlindungan kerahasiaan identitas Whistle Blower. Perlindungan ini diberikan kepada Whistle Blower yang memberikan identitas dan informasi yang dapat digunakan untuk berkomunikasi mengenai kasus yang dilaporkan. c. Dalam hal kasus pelanggaran tersebut masuk dalam sengketa di pengadilan, Whistle Blower ataupun Saksi diberikan fasilitas apabila dimungkinkan sesuai hukum yang berlaku untuk memberikan Rev Hal 11

14 Nama Sub Kebijakan : E8.02 Kerangka Kerja Pelaporan Pelanggaran keterangan tanpa harus bertatap muka dengan terlapor pada setiap tingkat pemeriksaan perkara. d. Perlindungan dari tindakan balasan oleh Terlapor Perlindungan ini meliputi perlindungan dari tekanan, penundaan kenaikan pangkat, pemecatan, gugatan hukum, ancaman terhadap harta benda serta tindakan fisik dan catatan yang merugikan dalam file data pribadinya (personal file record). 2. Pengurangan sanksi dalam hal pelapor termasuk terlibat dalam kasus yang dilaporkan. 3. WB Officer wajib melakukan monitor dan melaporkan kepada Direktur yang membidangi Risk Management, Direktur yang membidangi Kepatuhan, dan/atau Direktur Utama apabila terjadi masalah dalam perlindungan pelapor, saksi dan terlapor. 4. Dalam hal pelapor ataupun saksi ataupun terlapor merasa tidak terlindungi oleh WB Officer ataupun selama proses investigasi, maka dapat melaporkan hal ini kepada Direksi melalui media yang telah tersedia, seperti CEO Hotline atau yang lainnya. Rev Hal 12

15 Nama Sub Kebijakan : E8.03 Tugas dan Tanggung Jawab Pihak Terkait Bab 3.Tugas dan Tanggung Jawab Pihak Terkait WB melibatkan berbagai unit dalam Bank, masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai di bawah ini. 3.1 Whistle Blower/Pelapor 1. Pelapor wajib membuat laporan pelanggaran melalui media yang telah disediakan Bank dengan informasi-informasi berikut: a. Nama pihak yang diindikasikan terlibat pelanggaran atau potensi pelangaran b. Waktu dan tempat kejadian c. Kronologis kejadian 2. Pelapor harus merahasiakan pelanggaran yang telah dilaporkan kepada pihak lainnya sampai semua tahapan investigasi dan proses pembuktian selesai dilakukan. 3.2 Anti Fraud Management (AFM) Anti Fraud Management (AFM) mempunyai tugas dan tanggung jawab: 1. Menerima laporan adanya pelanggaran dari media yang tersedia dan/atau dari pihak eksternal yang telah ditunjuk oleh Bank, 2. Mengevaluasi dan menentukan apakah laporan dapat diproses lebih lanjut atau tidak, 3. Menindaklanjuti laporan pelanggaran yang diterima, 4. Menetapkan sasaran dan tahapan proses investigasi dengan jelas, 5. Melakukan investigasi yang bebas dari bias tanpa memperhitungkan siapa pihak terlapor, 6. Memberikan rekomendasi tindak lanjut kepada Direksi mengenai suatu kasus pelanggaran, 7. Menyimpan dokumentasi terkait investigasi dengan baik sehingga rekam jejak investigasi (audit trail) bisa diandalkan, Rev Hal 13

16 Nama Sub Kebijakan : E8.03 Tugas dan Tanggung Jawab Pihak Terkait 8. Memberikan informasi terkini (update) kepada Direksi terkait mengenai perkembangan kasus yang sedang ditangani sesuai dengan permintaan, 9. Dalam hal pelapor memberikan identitasnya, memberikan informasi secara berkala kepada pelapor mengenai perkembangan kasus yang sedang ditangani termasuk hasil akhir investigasi, 10. Memberikan laporan secara berkala kepada Komite Audit dan Komite Manajemen Risiko yang merinci jumlah kasus pelanggaran yang diterima, jenis pelanggaran, jumlah kasus yang telah diselesaikan (closed) dan yang masih dalam tahap penyelidikan (open). 11. Menginformasikan kepada unit kerja terkait perihal pelanggaran yang terjadi, untuk dapat dilaporakan kedalam Sistem Informasi Manajemen Risiko Operasional sesuai dengan kebijakan Loss Event Management (LEM) yang berlaku. 12. Membuat dan mereview secara berkala kebijakan WB dengan memperhatikan kesesuaiannya terhadap peraturan dan ketentuan regulator serta pedoman/ketentuan lainnya yang terkait, 13. Menentukan WB Officer yang akan menerima laporan pelanggaran, 14. Memonitor dan memastikan WB Officer telah melakukan tugas dan tanggung jawabnya, selalu bersikap independen dan tidak memiliki kepentingan dari pelaporan WB dan memonitor efektifitas dan proses WB itu sendiri. 3.3 Human Resources Human Resources bertanggung jawab untuk: 1. Memberikan bantuan perlindungan kepada pelapor (dalam hal pelapor diketahui identitasnya) dengan melakukan koordinasi dengan atasannya bila diperlukan, 2. Menindaklanjuti rekomendasi hasil investigasi dari Anti Fraud Management yang sudah disetujui oleh Direksi terkait. Rev Hal 14

17 Nama Sub Kebijakan : E8.03 Tugas dan Tanggung Jawab Pihak Terkait 3.4 Corporate Legal 1. Memonitor dan menindaklanjuti penyelesaian kasus pelanggaran yang sedang berada dalam proses hukum (litigasi), 2. Berkoordinasi dengan unit terkait dan pengacara Bank untuk menangani kasus secara tepat pada proses hukum di kepolisian dan pengadilan, 3. Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti kepolisian dan pengacara Bank untuk mengamankan posisi dan reputasi Bank dari sisi hukum. 3.5 Operational Risk Management (ORM) Operational Risk Management Group bertanggung jawab untuk: 1. Berdasarkan laporan dari AFM, unit kerja terkait akan melaporkan pelanggaran yang terjadi kedalam Sistem Informasi Manajemen Risiko Operasional sesuai dengan kebijakan Loss Event Management (LEM) yang berlaku. 2. ORM akan melakukan validasi terhadap laporan yang tersedia pada Sistem Informasi Manajemen Risiko Operasional. 3. Mengingat sensitivitas dan kerahasian informasi atas data yang di validasi, maka hasil validasi oleh ORM bisa ataupun tidak diinformasikan kepada unit kerja terkait. 3.6 Satuan Kerja Kepatuhan (Compliance Management) Satuan Kerja Kepatuhan bertanggung jawab untuk memastikan kesesuaian Kebijakan WB yang dibuat oleh Anti Fraud Management (AFM) dengan peraturan dan ketentuan regulator yang berlaku serta pedoman/ketentuan lainnya yang terkait. Rev Hal 15

18 Nama Sub Kebijakan : E8.04 Dokumentasi Bab 4. Dokumentasi Penanganan bukti atau dokumen dan pemeliharaan database terkait dengan Whistle Blowing adalah sebagai berikut : 1. Semua dokumen pelaporan, data pendukung dan bukti yang ditemukan selama proses investigasi bersifat rahasia dan wajib disimpan serta diadministrasikan secara baik untuk keperluan pemeriksaan selanjutnya oleh pihak Kepolisian atau pembuktian di Pengadilan. 2. Dokumentasi dan bukti kasus pelanggaran disimpan olen Anti Fraud Management (AFM) sesuai Kebijakan Safekeeping yang berlaku. 3. Dokumentasi dan bukti kasus pelanggaran harus ditempatkan di lokasi yang aman dan hanya dapat diakses oleh pihak yang berwenang, baik pihak internal maupun pihak eksternal yang telah memperoleh izin dari Bank melalui dokumen penunjukan yang telah disetujui oleh Direksi terkait. 4. Dokumentasi laporan yang diterima oleh Anti Fraud Management (AFM) dan laporan kronologi perkembangan kasus hanya dapat diakses terbatas oleh pihak terkait yang berwenang. 5. Proses dokumentasi yang dilakukan oleh pihak eksternal yang telah ditunjuk oleh Bank akan diatur secara terpisah. Rev Hal 16

19 Nama Sub Kebijakan : E8.05 Lampiran Lampiran 1 - Contoh Formulir Laporan DATA PELAPOR Nama (optional) : Unit Kerja (optional) : Nomor Telepon (optional) : (optional) : Pelanggaran yang dilaporkan : DATA TERLAPOR Nama : Unit Kerja : Nomor Telepon : (tempat) (tanggal)...,... Pelapor Rev Hal 17

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS) P e d o m a n Whistle Blowing System (WBS) A. LATAR BELAKANG Perusahaan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) secara konsisten dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014 SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN TINDAK LANJUT PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG

Lebih terperinci

Lampiran 5 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN

Lampiran 5 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN Lampiran 5 SK No. 00228/HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. TUJUAN DAN MANFAAT... 3 II. PENGERTIAN

Lebih terperinci

Whitsleblowing System

Whitsleblowing System Whitsleblowing System A. Ruang Lingkup, Maksud, dan Tujuan Ruang lingkup: 1. Menguraikan segala aspek yang diperlukan untuk membangun dan menerapkan whitsleblowing system sebagai wadah tata kelola pelaporan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO) KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO) KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP KATA PENGANTAR Good Corporate Governance (GCG) merupakan prinsipprinsip yang mengarahkan dan mengendalikan Perusahaan dalam memberikan pertanggung-jawabannya kepada stakeholders. Prinsip-prinsip tersebut

Lebih terperinci

MEKANISNE PELAPORAN ATAS DUGAAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

MEKANISNE PELAPORAN ATAS DUGAAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS MEKANISNE PELAPORAN ATAS DUGAAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 MEKANISNE PELAPORAN ATAS DUGAAN PELANGGARAN

Lebih terperinci

SOSIALISASI WHISTLE BLOWING SYSTEM RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH

SOSIALISASI WHISTLE BLOWING SYSTEM RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH SOSIALISASI WHISTLE BLOWING SYSTEM RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH Whistle- blowing Apakah WBS itu?? Surat edaran Mahkamah RI Nomor 4 Tahun 2011 pelapor tindak pidana yang mengetahui dan melaporkan tindak

Lebih terperinci

Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System) KATA PENGANTAR

Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System) KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam upaya mewujudkan visi PT Timah (Persero) Tbk ( Perusahaan ) menjadi Perusahaan pertambangan kelas dunia menuju kehidupan yang berkualitas dengan tetap patuh pada peraturan dan perundang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Maksud dan Tujuan 3. Acuan Pedoman 4. Ruang Lingkup 5. Daftar Istilah BAB II. KEBIJAKAN KEWENANGAN 1. Kebijakan Perusahaan Menerima dan Menyelesaikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN 2 1. Latar Belakang 2 2. Maksud dan Tujuan 3 3. Acuan Pedoman 3 4. Ruang Lingkup 4. 5.

DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN 2 1. Latar Belakang 2 2. Maksud dan Tujuan 3 3. Acuan Pedoman 3 4. Ruang Lingkup 4. 5. DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 BAB I. PENDAHULUAN 2 1. Latar Belakang 2 2. Maksud dan Tujuan 3 3. Acuan Pedoman 3 4. Ruang Lingkup 4 5. Daftar Istilah 4 BAB II. KEBIJAKAN KEWENANGAN 7 1. Kebijakan Perusahaan

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t No. 110, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. Pengaduan Internal. Penanganan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PENGADUAN

Lebih terperinci

Sistem Pelaporan Atas Dugaan Penyimpangan atau Pelanggaran (Whistle Blowing System)

Sistem Pelaporan Atas Dugaan Penyimpangan atau Pelanggaran (Whistle Blowing System) Sistem Pelaporan Atas Dugaan Penyimpangan atau Pelanggaran (Whistle Blowing System) Sistem Pelaporan Atas Dugaan Penyimpangan atau Pelanggaran (Whistle Blowing System) adalah sistem yang digunakan untuk

Lebih terperinci

SISTEM PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM SISTEM PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) yang selanjutnya disebut Perseroan menerapkan prinsip-prinsip GCG secara

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) 2017 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT JAMKRIDA RIAU Jl. Jend. Sudirman No. 438 Pekanbaru Phone/Fax : 0761-7871467 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 BAB I. PENDAHULUAN 2 1. Latar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR :800/126 /SK/SET-1/DLH TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR :800/126 /SK/SET-1/DLH TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DINAS LINGKUNGAN HIDUP Alamat : Jln. Dharma Praja No. 3 Gunung Tinggi Telp / Fax. 0518 6076050 http: //www.dislh.tanahbumbukab.go.id Email : DLH.tanbu@gmail.com Batulicin

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REKAM JEJAK PERUBAHAN A PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Landasan Hukum...

Lebih terperinci

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM 2014 1 P a g e Bab 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT Haleyora Power yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 TENTANG INTERNAL AUDIT CHARTER (PIAGAM AUDIT INTERNAL) PT ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) 1. VISI, MISI DAN STRUKTUR ORGANISASI

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk. 1 BAB I DASAR DAN TUJUAN PEMBENTUKAN 1.1. Dasar Pembentukan 1.1.1 PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk,

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER - 13 /MBU/ 10 /2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SISTEM PELAPORAN DUGAAN

Lebih terperinci

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) BAB I PENDAHULUAN 1/ 9 A. KETENTUAN UMUM Dalam Sistem Pelaporan Pelanggaran ( Whistle Blowing System ) ini, yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah PT Reska Multi Usaha yang disingkat PT RMU 2. Whistle

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN (WISTLEBLOWING SYSTEM) PT MULTI TERMINAL INDONESIA DAFTAR ISI PEDOMAN

TENTANG PEDOMAN PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN (WISTLEBLOWING SYSTEM) PT MULTI TERMINAL INDONESIA DAFTAR ISI PEDOMAN Lampiran Surat Keputusan Direksi Nomor : Tanggal : Januari 2016 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN (WISTLEBLOWING SYSTEM) PT MULTI TERMINAL INDONESIA DAFTAR ISI PEDOMAN DAFTAR ISI 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT.PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) No. Kep/Dir/ /XI/2012. Tentang SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM)

KEPUTUSAN DIREKSI PT.PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) No. Kep/Dir/ /XI/2012. Tentang SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) KEPUTUSAN DIREKSI PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) No. Kep/Dir/ /XI/2012 Tentang SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) PT.PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) DIREKSI PT. PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11 PIAGAM KOMITE AUDIT Rincian Administratif dari Kebijakan Nama Kebijakan Piagam Komite Audit Pemilik Kebijakan Fungsi Corporate Secretary Penyimpan Kebijakan - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy

Lebih terperinci

SISTEM PELAPO N DUGAAN PELANGGA N WHISTLE BLOWING SYSTEM

SISTEM PELAPO N DUGAAN PELANGGA N WHISTLE BLOWING SYSTEM PELINDO 4 Lokomotif Indonesia Timur SISTEM PELAPO N DUGAAN PELANGGA N WHISTLE BLOWING SYSTEM BAB 1PENDAHULUAN PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) yang selanjutnya disebut Perseroan menerapkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA. Nomor : Kep/06/KOM/AS/XI/2010 Nomor : Kep/267-AS/XI/2010. Tentang

KEPUTUSAN BERSAMA. Nomor : Kep/06/KOM/AS/XI/2010 Nomor : Kep/267-AS/XI/2010. Tentang PT ASABRI (PERSERO) JAKARTA KEPUTUSAN BERSAMA Nomor : Kep/06/KOM/AS/XI/2010 Nomor : Kep/267-AS/XI/2010 Tentang KEBIJAKAN PENGELOLAAN PENGADUAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING) PT ASABRI (PERSERO) Dewan Komisaris

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PENGADUAN INTERNAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN PT. INHUTANI I (PERSERO) PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN ARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM FUNGSI : SEKRETARIS PERUSAHAAN NOMOR : JUDUL : SISTEM PELAPORAN Revisi Ke : PELANGGARAN Berlaku TMT : PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN 2015 A. Latar Belakang PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus menerapkan prinsip-prinsip GCG secara konsisten

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015 PIAGAM KOMITE AUDIT 2015 DAFTAR ISI Halaman BAGIAN PERTAMA... 1 PENDAHULUAN... 1 1. LATAR BELAKANG... 1 2. VISI DAN MISI... 1 3. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 BAGIAN KEDUA... 3 PEMBENTUKAN DAN KEANGGOTAAN KOMITE

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REKAM JEJAK PERUBAHAN A PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Landasan Hukum...

Lebih terperinci

WHISTLE BLOWING SYSTEM

WHISTLE BLOWING SYSTEM SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM 2011 0 B a b 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG secara

Lebih terperinci

Daftar Isi Halaman PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I Ketentuan Umum 4 BAB II Penerimaan Pelaporan Pelanggaran 7 BAB III Penanganan dan Penyelesaian 8 Pelaporan Pelanggaran BAB IV Kerahasiaan dan Penghargaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I Ketentuan Umum 4. BAB II Penerimaan Pelaporan Pelanggaran 7

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I Ketentuan Umum 4. BAB II Penerimaan Pelaporan Pelanggaran 7 Daftar Isi Halaman PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I Ketentuan Umum 4 BAB II Penerimaan Pelaporan Pelanggaran 7 BAB III Penanganan dan Penyelesaian 8 Pelaporan Pelanggaran BAB IV Kerahasiaan dan Penghargaan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk PENDAHULUAN Komite Audit merupakan komite yang membantu tugas Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan terutama dalam:

Lebih terperinci

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk Pendahuluan Piagam Audit Internal ( Internal Audit Charter ) adalah dokumen formal yang berisi pengakuan keberadaan

Lebih terperinci

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS II. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARISIS Tujuan Untuk menilai: Kecukupan jumlah, komposisi, integritas dan kompetensi

Lebih terperinci

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG

Lebih terperinci

PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Pedoman Pelaporan Pelanggaran. Whistleblowing System (WBS)

PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Pedoman Pelaporan Pelanggaran. Whistleblowing System (WBS) PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Pedoman Pelaporan Pelanggaran Whistleblowing System (WBS) Pedoman Pelaporan Pelanggaran WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Head

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PELAPORAN WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) DI PT PERTAMINA TRANS KONTINENTAL. Jakarta, 12 Desember 2014

PENGELOLAAN DAN PELAPORAN WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) DI PT PERTAMINA TRANS KONTINENTAL. Jakarta, 12 Desember 2014 PENGELOLAAN DAN PELAPORAN WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) DI PT PERTAMINA TRANS KONTINENTAL Jakarta, 12 Desember 2014 MENGAPA WBS DIBUTUHKAN? Delapan alasan mengapa WBS perlu ada di 1. 2. 3. 4. Pendeteksian

Lebih terperinci

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1189, 2014 LPSK. Dugaan Pelanggaran. System Whistleblowing. PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WHISTLEBLOWING SYSTEM ATAS DUGAAN

Lebih terperinci

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk.

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk. SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk. SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL TBK. (MDIA) A. PENDAHULUAN PT Intermedia Capital

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT (AUDIT CHARTER) DIVISI INTERNAL AUDIT PT BUANA FINANCE, TBK

PIAGAM AUDIT (AUDIT CHARTER) DIVISI INTERNAL AUDIT PT BUANA FINANCE, TBK PIAGAM AUDIT (AUDIT CHARTER) DIVISI INTERNAL AUDIT PT BUANA FINANCE, TBK 1 AUDIT CHARTER DIVISI INTERNAL AUDIT PT BUANA FINANCE, TBK DAFTAR ISI A. Pengantar 3 B. Audit Charter Divisi Inernal Audit 4 Visi,

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLE BLOWING SYSTEM) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK 2014 Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Dasar Hukum... 1 Ruang Lingkup... 2 Tujuan dan Manfaat...

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3 PIAGAM KOMITE AUDIT Rincian Administratif dari Kebijakan Pemilik Kebijakan Penyimpan Kebijakan Fungsi Corporate Secretary - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy & Portfolio Management Division

Lebih terperinci

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK -1- LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL MUKADIMAH Dalam melaksanakan fungsi audit internal yang efektif, Audit Internal berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit

Lebih terperinci

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

PT Wintermar Offshore Marine Tbk PT Wintermar Offshore Marine Tbk ( Perusahaan ) Piagam Audit Internal I. Pembukaan Sebagaimana yang telah diatur oleh peraturan, yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 yang ditetapkan

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penanganan Kecurangan sebelum Sistem Pelaporan Pelanggaran

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penanganan Kecurangan sebelum Sistem Pelaporan Pelanggaran HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penanganan Kecurangan sebelum Sistem Pelaporan Pelanggaran Sistem Pelaporan Pelanggaran terintegral di Rumah Sakit Dr. Moewardi mulai berlaku pada 1 Juni 2016 melalui Keputusan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT. BANK MESTIKA DHARMA, Tbk Kata Pengantar Komite Audit merupakan komite yang membantu tugas Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsinya terutama dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG Self Assessment GCG Sebagai bentuk komitmen dalam memenuhi Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 sebagaimana diubah dengan PBI No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan SE

Lebih terperinci

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PT BANK MASPION INDONESIA Tbk PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PT BANK MASPION INDONESIA Tbk KETENTUAN UMUM Pedoman dan Tata Tertib Kerja untuk anggota komite Remunerasi dan Nominasi PT. Bank Maspion Indonesia

Lebih terperinci

Uraian Pekerjaan dan Jabatan

Uraian Pekerjaan dan Jabatan KEPALA DIVISI LITIGASI 1. IDENTIFIKASI PEKERJAAN Nama Posisi : Kepala Divisi Litigasi Tanggal Berlaku : 2012 Direktorat/Divisi : Pangkat : Hukum dan Peraturan / Litigasi Vice President Senior Vice President

Lebih terperinci

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal 1. Definisi a) Audit Internal adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1198, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pengaduan Masyarakayt. Penanganan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI

Lebih terperinci

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk memandang pemeriksaan internal yang dilaksanakan oleh Unit Audit Internal sebagai fungsi penilai independen dalam memeriksa dan mengevaluasi

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN.. 1 PIAGAM AUDIT INTERNAL PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk. DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN.. 1 Pasal 1 Definisi. 1 Pasal 2 Maksud. 2 BAB II VISI DAN MISI. 2 Pasal 3 Visi... 2 Pasal 4 Misi.. 2 BAB III KEDUDUKAN, FUNGSI,

Lebih terperinci

Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Perusahaan atau Unit Syari

Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Perusahaan atau Unit Syari Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; 2. Direksi Perusahan Asuransi Syariah; 3. Direksi Perusahaan Reasuransi; dan 4. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER

PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER. NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER PT HALEYORA POWER KEPUTUSAN DIREKSI PT HALEYORA POWER NOMOR: 096a.K/DIR-HP/2014 TENTANG PEDOMAN PT HALEYORA POWER BERSIH DIREKSI PT HALEYORA POWER Menimbang : a. bahwa PT Haleyora Power (selanjutnya disebut

Lebih terperinci

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Page 1 of 12 Daftar Isi 1. Organisasi 2. Independensi 3. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 4. Fungsi Direktur Utama 5. Direktur Kepatuhan 6. Rapat 7. Benturan Kepentingan

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 103/PMK.09/2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DAN TINDAK LANJUT PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS I. LATAR BELAKANG Dewan Komisaris diangkat oleh Pemegang Saham untuk melakukan pengawasan serta

Lebih terperinci

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS II. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARISIS Tujuan Untuk menilai: kecukupan jumlah, komposisi, integritas dan kompetensi anggota Dewan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PT. Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk

PT. Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk PT. Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT Ditetapkan di : Jakarta, 1 P a g e DAFTAR ISI 1. Pendahuluan 3 2. Tujuan 3 3. Organisasi 4 4. Tugas dan Tanggung Jawab 7 5. Wewenang 8 6. Kode Etik

Lebih terperinci

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM AUDIT INTERNAL

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM AUDIT INTERNAL PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM AUDIT INTERNAL Piagam Audit Internal 1 I. Dasar Pembentukan Dasar pembentukan Piagam Audit Internal berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.56/POJK.04/2015

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER

INTERNAL AUDIT CHARTER Halaman : 1 dari 5 I. PENDAHULUAN Tujuan utama Piagam ini adalah menentukan dan menetapkan : 1. Pernyataan Visi dan Misi dari Divisi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Bank Woori Saudara 2. Tujuan dan ruang

Lebih terperinci

PROGRAM DAN PROSEDUR ANTI KORUPSI

PROGRAM DAN PROSEDUR ANTI KORUPSI PROGRAM DAN PROSEDUR ANTI KORUPSI Dalam mendukung Program Anti Korupsi, BCA mengimplementasikannya dalam beberapa kebijakan yaitu dalam: I. Surat Keputusan Direksi No. 219/SK/DIR/2003 tanggal 10 November

Lebih terperinci

MENDISAIN MEKANISME WHISTLEBLOWER YANG SESUAI UNTUK ORGANISASI ANDA

MENDISAIN MEKANISME WHISTLEBLOWER YANG SESUAI UNTUK ORGANISASI ANDA MENDISAIN MEKANISME WHISTLEBLOWER YANG SESUAI UNTUK ORGANISASI ANDA Mas Achmad Daniri* dan Angela Indirawati Simatupang** Maraknya berita mengenai investigasi terhadap indikasi penyimpangan (fraud) di

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA KERJA DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN TATA KERJA DEWAN KOMISARIS Pedoman dan Tata Kerja Dewan Komisaris PEDOMAN DAN TATA KERJA Hal 1/11 RINCIAN PEDOMAN DAN TATA KERJA DAFTAR ISI 1.0 Statement of Policy..... 3 2.0 Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris.......... 3

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. I. Landasan Hukum Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 tanggal 23 Desember

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA

KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA Kebijakan Pengungkap Fakta KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA Pernyataan Etika Perusahaan (Statement of Corporate Ethics) Amcor Limited menetapkan kebijakannya terhadap pengungkapan fakta dan komitmennya untuk

Lebih terperinci

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS)

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS) PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS) TAHUN 2014 Kata Pengantar Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya, maka sampai saat

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT TOBA BARA SEJAHTRA Tbk 2013 Daftar Isi Hal Daftar Isi 1 Bab I Pendahuluan 2 Bab II Pembentukan dan Organisasi 4 Bab III Tugas, Tanggung Jawab dan Prosedur

Lebih terperinci

PENCEGAHAN TINDAKAN KORUPSI

PENCEGAHAN TINDAKAN KORUPSI Profil Singkat BCA Laporan kepada Pemegang Saham Analisa dan Pembahasan Manajemen erdapat penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas antara satuan kerja operasional dengan satuan kerja yang

Lebih terperinci

Kebijakan Pengungkap Fakta

Kebijakan Pengungkap Fakta KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA 1. Ikhtisar Amcor berkomitmen terhadap standar tertinggi praktik etis dan hubungan yang jujur, serta perlindungan bagi individu yang melaporkan kejadian atau dugaan terjadinya

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) DAFTAR ISI Daftar Isi 1 Pernyataan Komitmen 3 BAGIAN 1 : PENDAHULUAN 4 A. Latar Belakang 4 B. Maksud, Tujuan dan Manfaat 5 C. Landasan Hukum

Lebih terperinci

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK TAHUN 2017 tit a INDOFARMA PENGESAHAN CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Pada hari ini, Jakarta tanggal 15 Juni 2017, Charter Komite Audit PT

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN TINDAKAN KORUPSI

PENCEGAHAN TINDAKAN KORUPSI Pengawasan Internal Kantor Wilayah (PIKW) dan DAI telah melakukan fungsi evaluasi pelaksanaan sistem dan prosedur yang berlaku di BCA. Hasil evaluasi dari PIC, PIKW dan DAI tersebut dijadikan sebagai tolok

Lebih terperinci

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) MARET 2013 DAFTAR ISI Halaman BAGIAN I... 2 PENDAHULUAN.. 2 1. LATAR BELAKANG 2 2. ISI DAN MISI... 2 3. MAKSUD DAN TUJUAN 2 BAGIAN II....

Lebih terperinci

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN 2017 DAFTAR ISI Halaman Pernyataan... 1 Pendahuluan... 2 1. Latar Belakang... 2 2. Landasan Penyusunan... 2 3. Tujuan Penyusunan... 3 4. Pengertian... 3 5. Benturan Kepentingan...

Lebih terperinci

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang tegas terhadap penanganan benturan kepentingan yang terjadi,

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA Rincian Administratif dari Kebijakan Pemilik Kebijakan Fungsi Corporate Secretary Penyimpan Kebijakan Versi Versi 3.0 Tanggal Efektif 5 November 2014 Kode dan Versi Sebelumnya/

Lebih terperinci

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk KETENTUAN UMUM Pedoman dan Tata Tertib Kerja untuk anggota Direksi PT. Bank Maspion Indonesia Tbk, yang selanjutnya disebut Bank dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud ) P e d o m a n Anti Kecurangan (Fraud ) A. LATAR BELAKANG Setiap organisasi bertanggungjawab untuk berusaha mengembangkan suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA Rincian Administratif dari Kebijakan Nama Kebijakan Pedoman dan Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris Pemilik Kebijakan Fungsi Corporate Secretary Penyimpan Kebijakan - Fungsi

Lebih terperinci

REVISI LAPORAN SELF ASESSMENT PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT. BANK NTB PERIODE DESEMBER TAHUN 2012

REVISI LAPORAN SELF ASESSMENT PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT. BANK NTB PERIODE DESEMBER TAHUN 2012 Posisi Dec 01 REVISI LAPORAN SELF ASESSMENT PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT. BANK NTB PERIODE DESEMBER TAHUN 01 Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit No. Komponen GCG Nilai Bobot Perolehan Nilai

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan; I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. didirikan berdasarkan akta pendirian Perusahaan sebagaimana diumumkan dalam Berita negara RI No. 95 tanggal 27 Nopember 1992, tambahan Nomor

Lebih terperinci

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER)

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT (PERSERO) PENGERUKAN INDONESIA 1 Piagam SPI - PT (Persero) Pengerukan Indonesia

Lebih terperinci

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Agustus 2016 PIAGAM AUDIT INTERNAL I. Visi & Misi Visi Misi Visi 2020 Menjadi Kebanggaan Bangsa Grup Astra diakui memiliki standar kelas dunia dalam hal tata kelola perusahaan,

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) Hasil Penilaian Sendiri ( Self Assessment) Pelaksanaan GCG

LAPORAN PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) Hasil Penilaian Sendiri ( Self Assessment) Pelaksanaan GCG Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/5/DPNP Tanggal 9 April 03 Perihal : Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. LAPORAN PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Lebih terperinci

Piagam Komite Audit. PT Astra International Tbk

Piagam Komite Audit. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Juni 2015 PIAGAM KOMITE AUDIT 1. Maksud dan Tujuan Umum 1.1 Komite Audit ( KA ) perusahaan adalah komite independen yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.

Lebih terperinci

Internal Audit Charter

Internal Audit Charter SK No. 004/SK-BMD/ tgl. 26 Januari Pendahuluan Revisi --- 1 Internal Audit Charter Latar Belakang IAC (Internal Audit Charter) atau Piagam Internal Audit adalah sebuah kriteria atau landasan pelaksanaan

Lebih terperinci

WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS)

WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) Disampaikan Oleh : Samono, Ak., CA, CFrA, QIA Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah Acara LARWASDA KABUPATEN SEMARANG Tanggal 31 Oktober 2017 1 PENDAHULUAN Merupakan

Lebih terperinci