ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR MINYAK UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR MINYAK UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI SURAKARTA"

Transkripsi

1 ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR MINYAK UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI SURAKARTA Skripsi SUKMA HENDRA WAHYUDI S I JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 ABSTRAK Sukma Hendra Wahyudi S, NIM : I ANALISIS KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR MINYAK UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI SURAKARTA. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Oktober Masyarakat di Indonesia, khususnya masyarakat Kota Surakarta membutuhkan energi yang berasal dari minyak bumi untuk kendaraan bermotor yang digunakan sebagai penunjang dalam melakukan aktivitas kerja. Pada tahun 2008, Kota Surakarta mengalami kekurangan energi bahan bakar minyak jenis premium. Hal ini disebabkan salah satunya karena tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor di Surakarta. Tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor ini, diikuti dengan peningkatan konsumsi masyarakat akan bahan bakar minyak jenis premium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam menggunakan energi dari bahan bakar minyak jenis premium serta mengetahui jumlah indeks konsumsi masyarakat di Surakarta. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap. Tahap pertama adalah menentukan sampel. Dalam penentuan sampel penelitian metode yang digunakan yaitu area sampling dan purposive sampling. Sedangkan jumlah responden ditentukan dengan rumus dari Taro Yamane sebanyak 400 responden. Tahap kedua menyusun kuesioner, semua variabel, atribut, dan pertanyaan diadaptasikan dari model perilaku konsumen Kotler (1997). Tahap ketiga melakukan analisis cluster. Data diolah dengan menggunakan metode analisis cluster dan dilakukan profiling cluster hingga diperoleh karaktistik masyarakat Surakarta. Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah menghitung indeks konsumsi masyarakat Surakarta akan bahan bakar minyak jenis premium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik masyarakat di Kota Surakarta dibagi menjadi tiga cluster. Cluster pertama mempunyai karakteristik usia, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga berada di atas rata-rata populasi. Dimana responden kebanyakan adalah pria dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta. Cluster kedua mempunyai karakteristik usia dan pendapatan berada di bawah rata-rata populasi, dengan jumlah anggota keluarga berada di atas rata-rata populasi. Jenis kelamin kebanyakan respondennya wanita, dengan pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa. Sedangkan cluster ketiga mempunyai karakterisik usia berada di atas rata-rata populasi, sedangkan untuk pendapatan dan jumlah anggota keluarga berada di bawah rata-rata populasi. Jenis kelamin responden kebanyakan pria, dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta. Indeks konsumsi masyarakat Surakarta dari penelitian ini sebesar 23 liter/bulan untuk tiap-tiap individu sedangkan indeks konsumsi per keluarga sebesar 95 liter/bulan. Kata kunci: indeks konsumsi, BBM, uji validitas, uji reliabilitas, uji outlier, dan analisis cluster. xviii + 96 halaman; 18 tabel; 58 gambar; 6 lampiran; daftar pustaka: 17 ( ) ix

3 ABSTRACT Sukma Hendra Wahyudi S, NIM : I ANALYSIS OF CONSUMPTION AND CONSUMER BEHAVIOR IN THE USE OF ENERGY FUEL FOR MOTOR VEHICLES IN SURAKARTA. Thesis. Surakarta : Industrial Engineering Department, Engineering Faculty, Sebelas Maret University, October People in Indonesia, especially the city of Surakarta requires energy derived from petroleum for motor vehicles which are used as support in performing work activities. In 2008, the city of Surakarta experiencing an energy shortage of premium fuel. This is due to one of them because of the high growth of motor vehicles in Surakarta. The high growth of these vehicles, followed by an increase in private consumption will fuel the premium type. This study ains to determine people s behavior in using the energy from fuel oil to know the amount of premium as well as private consumption index in Surakarta. This research was conducted in four stages. The first stage is to determine the sample. In determining the research sample, the method used is the area sampling and purposive sampling. While the number of respondents is determine by the formula Taro Yamane of 400 respondents. The second phase of preparing the questionnaire, all variables, attributes, and questions adapted from the model of consumer behavior Kotler (1997). The third stage cluster analysis and cluster profiling done to achieve the characteristics of Surakarta community. The last step in research is to calculate the index consumption Surakarta. The result of this type of research shows that characteristic of the people in the city of Surakarta is devided into three clusters. The first cluster has the characteristics of age, income, and family size is above the average population. When respondents were mostly men with a job as private employees. The second cluster has the characteristic of age and income is below the average population, with the number of family members is above the average population. The sex of the respondents mostly women, with employment as a student. While the third cluster has the characteristic age is above the population average, while for income and family size is below the average population. The sex of the respondents mostly men, with jobs as private employees. Surakarta index consumption of this study of 23 liters per month for each individual while the index of consumption per family of 95 liters/month. Keywords : consumption index, BBM, test validity, reliability test, outlier test, and cluster analysis. xviii + 96 pages; 18 tables; 58 pictures; 6 appendices; bibliography: 17( ) x

4 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika pembahasan. 1.1 Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat dunia salah satunya masyarakat di Indonesia. Hampir semua sektor kehidupan (industri, rumah tangga, transportasi, jasa, dan lain-lain) tidak bisa dipisahkan dari sektor energi (Nuryanti, 2007). Tiap-tiap sektor kehidupan yang ada tidak lepas dari sumber energi yang berasal dari minyak bumi, khususnya sektor transportasi. Selain itu, minyak bumi juga berperan besar dalam penghasil penerimaan devisa negara. Ketergantungan akan minyak bumi inilah yang manyebabkan Indonesia menjadi negara yang boros dalam pengkonsumsian energi. Negara yang boros energi memiliki tingkat keelastisitasan energi yang tinggi. Elastisitas energi adalah perbandingan antara pertumbuhan konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi. Di tingkat elastisitasnya Indonesia berada pada kisaran 1,84 pada Tebilang sangat boros energi dibandingkan Malaysia yang hanya 1,69, Thailand 1,16 dan Singapura 0,73, Amerika Serikat 0,26, Kanada 0,17 dan Jepang 0,10. Sementara itu indeks intensitas energi Indonesia di atas 400, dibandingkan dengan Thailand hanya sekitar 350 dan Amerika Utara tidak sampai 300, bahkan Jepang hanya memiliki intensitas energi 100 atau sekitar seperempat kali intensitas energi Indonesia (Riaukita, 2005). Keborosan yang ada di Indonesia ini dipicu karena adanya pola masyarakat Indonesia yang selalu mengkonsumsi hal-hal yang bersifat baru. Pola konsumtif di Indonesia tahun demi tahun semakin meningkat. Pola konsumsi akan hal baru ini terbukti dengan bertambah banyaknya masyarakat Indonesia yang terpancing untuk membeli barang baru yang ada di media-media. Salah satu contoh fenomena ini adalah fenomena pembelian kendaraan bermotor. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat commit pada to tahun user 2008 jumlah kendaraan bermotor I-1

5 mengalami kenaikan 13% dari tahun sebelumnya yaitu dari menjadi Perincian kenaikan jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2008 antara lain, untuk jumlah mobil, untuk jumlah bis, untuk jumlah truk, sedangkan untuk sepeda motor mengalami kenaikan yang pesat sebesar (BPS Nasional, 2008). Pembelian kendaraan bermotor yang meningkat ini sangat mudah terlihat di kota-kota besar di Indonesia salah satunya kota Surakarta. Kota Surakarta sendiri memiliki masyarakat yang berasal dari berbagai tipe golongan kerja. Mulai dari pedagang, buruh pabrik, sampai pekerja kantoran. Berbagai macam tipe pekerja di kota Surakarta, menjadikan kota ini selalu padat dengan penduduk yang melakukan aktivitas kerja. Sehingga menjadikan masyarakat Surakarta banyak yang membeli kendaraan bermotor ini sebagai penunjang dalam melakukan aktivitas kerja. Adanya kendaraan bermotor yang digunakan untuk menunjang aktivitas kerja masyarakat kota Surakarta, membuat kota ini memiliki peluang penggunaan energi yang kurang terkontrol khususnya energi minyak atau sering disebut dengan Bahan Bakar Minyak (BBM). BBM di kota Surakarta sendiri juga pernah mengalami kekurangan persediaan pada tahun Sejumlah SPBU di Solo kehabisan cadangan bensin. Kelangkaan bensin ini terjadi lantaran lonjakan konsumsi dari masyarakat terus berlanjut. Sementara Pertamina tidak menambah jumlah armada pengiriman premium ke SPBU-SPBU ( Sehingga terjadi banyak antrean di tiap-tiap SPBU, dan antrean itu terjadi hanya pada SPBU yang memiliki stok premium bukan yang stok yang lainnya. Stok premium yang ada mengalami penipisan karena tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor di Surakarta. Tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor ini telah mendorong peningkatan konsumsi premium sebesar 4-5% setiap bulannya ( Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat dilakukan sebuah riset tentang bagaimana perilaku dan indeks konsumsi masyarakat dalam menggunakan BBM khususnya premium dengan judul Analisis Konsumsi dan Perilaku Konsumen Dalam Penggunaan Energi Bahan Bakar Minyak untuk Kendaraan Bermotor di Surakarta. I-2

6 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi energi bahan bakar minyak khususnya premium untuk kendaraan bermotor di wilayah Kota Surakarta. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi/menggunakan energi bahan bakar minyak khususnya premium untuk kendaraan bermotor di wilayah Kota Surakarta. 2. Mengetahui indeks konsumsi masyarakat dalam menggunakan energi dari bahan bakar minyak khususnya premium untuk kendaraan bermotor di wilayah Kota Surakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah mendapatkan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan tentang pengendalian persediaan sumber daya energi terhadap konsumsi energi dari bahan bakar minyak beberapa tahun kedepan. 2. Pemerintah mendapatkan bahan evaluasi tentang tingkat konsumsi bahan bakar minyak masyarakat sehingga pemerintah dapat menjaga keseimbangan antara supply dan demand dari bahan bakar minyak. 3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para penyedia layanan pengisian bahan bakar minyak dalam menentukan jumlah persediaan bahan bakar minyak bagi konsumen. 1.5 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini dibuat batasan-batasan sebagai berikut : Responden yang diambil berdasarkan data demografi yaitu jumlah kepala keluarga di wilayah Kota Surakarta yang menggunakan bahan bakar minyak khususnya premium. I-3

7 1.6 Asumsi-asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Interpretasi responden terhadap pertanyaan dalam kuisioner adalah sama dengan yang dimaksud peneliti. 2. Segala sesuatu yang dinyatakan responden (berupa jawaban yang diberikan dalam kuesioner) merupakan cerminan pendapat mereka yang sesungguhnya tanpa ada maksud tertentu. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, asumsi-asumsi, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang teori-teori, konsep dan fakta yang menjadi landasan berpikir untuk menganalisis dan membahas permasalahan yang ada. Tinjauan pustaka diambil dari berbagai sumber yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang tahap-tahap dan prosedur penelitian untuk menggambarkan bagaimana penelitian dilakukan dan kerangka berpikir yang digunakan untuk mengkaji masalah. Langkah-langkah tersebut tersusun dalam bentuk flowchart. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menjelaskan tentang pengumpulan data yang diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh responden. Data yang telah terkumpul, selanjutnya diuji proporsi dan pengolahan commit data dengan to user menggunakan Microsoft Excel. I-4

8 BAB V BAB VI ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini menyajikan analisis dan interpretasi dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dari analisis dan interpretasi hasil penelitian mengacu pada penelitian serta memberikan saran berupa masukan bagi perusahaan dan penelitian lanjutan. I-5

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang konsep, teori dan fakta yang digunakan dalam penelitian sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk menganalisa permasalahan yang ada serta penelitian sejenis yang pernah dilakukan. 2.1 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dalam bidang perilaku konsumen. Kotler (2000) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen memilih, membeli dan memanfaatkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Perilaku konsumen merupakan hal kompleks dan dipengaruhi banyak faktor. Pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan harus benarbenar dirancang dengan baik dengan memperhatikan faktor-faktor perilaku konsumen tersebut (Kotler, 1997) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam menganalisis setiap perilaku konsumen di dalam masyarakat tidak mudah, hal ini dikarenakan terdapat bebagai macam faktor yang memperngaruhi setiap perilaku konsumen tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan membeli dan mengkonsumsi suatu produk tertentu adalah kebudayaan, sosial, personal dan psikologikal (Kotler, 1997), yang dapat dilihat pada gambar 2.3. Budaya Budaya Subbudaya Kelas sosial Sumber: Kotler, 1997 Sosial Kelompok referensi Keluarga Peran dan status Pribadi Usia Tahap siklus hidup Pekerjaan Situasi Ekonomi Gaya hidup Kepribadian Konsep diri Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Psikologis Motivasi Persepsi Pembelajaran Pembeli Kepercayaan Sikap II-1

10 Setiap peran yang yang ada dalam faktor-faktor tersebut sangat berbeda untuk setiap jenis produk yang berbeda pula. Perbedaan ini dipengaruhi oleh adanya faktor yang dominan pada setiap pembelian produk yang berbeda tersebut. Contoh, pilihan wanita terhadap lipstik kurang dipengaruhi oleh keluarga, yang mungkin berpengaruh adalah faktor sosial lain, misalnya lingkungan pergaulan. Contoh lain, dalam menentukan tempat kuliah, faktor keluargalah yang paling berpengaruh. Faktor kebudayaan kecil pengaruhnya (Simamora, 2002). A. Faktor Kebudayaan Kebudayaan merupakan faktor yang berpengaruh paling luas pada seorang konsumen. Yang termasuk ke dalam faktor kebudayaan adalah budaya (suatu simbol dan fakta yang kompleks yang diciptakan manusia dan diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada), sub budaya (ciri sosialisasi yang khas bagi masingmasing anggotanya yaitu bangsa, ras, geografi), dan kelas sosial (kelas dimana orang tersebut berada), dimana kesemuanya turut mempengaruhi perilaku konsumen. 1. Budaya Budaya adalah faktor penentu paling pokok dari keingginan dan perilaku seseorang. Makhluk paling rendah biasanya dituntun oleh naluri. Sedangkan manusia, perilaku biasanya dipelajari dri lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara seseorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada dilingkungan yang lain pula. Sehingga pemasar sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran budaya tersebut agar dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen. 2. Sub Budaya Tiap budaya memiliki subbudaya yang lebih kecil, atau sekelompok orang dengan sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama. Seperti kelompok kebangsaan yang bertempat tinggal disuatu daerah mempunyai cita rasa dan minat etnik yang khas. Demikian pula halnya dengan kelompok keagamaan. Daerah geografi adalah daerah subbudaya tersendiri. Banyaknya commit to subbudaya user ini merupakan segmen yang II-2

11 penting dan pemasar sering menemukan manfaat dengan merancang produk yang disesuaikan dengan kebutuhan subbudaya tersebut. 3. Kelas Sosial Kelas sosial adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak ditentukan oleh faktor tunggal seperti pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variable lainya. Kelas sosial memperlihatkan preferensi produk dan merk yang berbeda. B. Faktor Sosial Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti referensi (kelompok-kelompok yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain), keluarga, peranan, dan status (posisi seseorang dalam masing-masing kelompok). 1. Kelompok referensi Perilaku sesorang banyak dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang berpengaruh langsung dan di mana seseorang menjadi anggota yang disebut kelompok keanggotaan. Ada yang disebut kelompok primer, dimana angotanya berinteraksi secara tidak formal seperti keluarga, teman dan sebagainya. Ada pula yang disebut kelompok sekunder, yaitu seseorang berinteraksi secara formal tetapi tidak regular. Contohnya adalah organisasi. Kelompok rujukan adalah kelompok yang merupakan titik perbandingan atau tatap muka atau tak langsung dalam pembentukan sikap seseorang. Orang sering dipengaruhi oleh kelompok rujukan dimana ia tidak menjadi anggotanya. Pemasar dalam hal ini berupaya mengidentifikasikan kelompok rujukan dari pasar sasarannya. Kelompok ini dapat mempengaruhi orang pada perilaku dan gaya hidup. Mereka dapat mempengaruhi pilihan produk dan merk yang akan dipilih seseorang 2. Keluarga Anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli. Keluarga orientasi adalah keluarga yang terdiri dari II-3

12 orang tua yang memberikan arah dalam hal tuntutan agama, politik ekonomi dan harga diri. 3. Peran dan status Seseorang dapat menjadi bagian dari beberapa kelompok selama hidupnya seperti dalam keluarga dan organisasi. Posisi seseorang dalam masingmasing kelompok disebut peran dan status. Setiap peran merupakan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan seseorang, seperti peran orang tua dalam keluarga atau peran direktur dalam perusahaan. Setiap peran memiliki status yang mencerminkan penghargaan umum terhadap peran tersebutdalam masyarakat atau kelompok secara langsung. Setiap peran dan status tidak hanya mempengaruhi perilaku secara umum tetapi juga mempengaruhi perilaku pembelian seseorang C. Faktor Personal Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor personal seperti umur dan siklus hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri. 1. Umur dan siklus hidup Orang akan mengubah barang atau jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan meraka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Sehingga pemasar hendaknya memperhatikan perubahan minat pembelian yang terjadi yang berhubungan dengan daur hidup manusia. 2. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasikan kelompok yang berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk mereka. 3. Kondisi ekonomi Keadaan ekonomi mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Jadi jika indikator-indikator commit user ekonomi tersebut menunjukkan II-4

13 adanya resesi, pemasar dapat mencari jalan untuk menetapkan posisi produknya. 4. Gaya hidup Orang yang bersal dari subbudaya, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar secara cermat, dapat membantu untuk memahami nilai-nilai konsumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen. 5. Kepribadian dan konsep diri Tiap orang yang mempunyai kepribadian yang khas dan ini akan mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis yang unik yang menimbulkan tanggapan relatif konstan terhadap lingkungannya sendiri. Kepribadian sangat bermanfaat untuk menganalisis perilaku konsumen bagi beberapa pilihan produk atau merk. D. Faktor Psikologis Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti motivasi, persepsi, proses belajar, sikap dan kepercayaan. 1. Motivasi Kebanyakan kebutuhan-kebutuhan yang ada tidak cukup kuat untuk memotivasi seseorang untuk bertindak terhadap hal tertentu. Suatu kebutuhan akan berubah menjadi suatu motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasan. 2. Persepsi Seseorang yang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana seseorang itu akan bertindak dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi. Dua orang dalam kondisi motivasi yang sama dan tujuan situasi yang sama mungkin bertindak secara berbeda karena perbedaan persepsi meraka terhadap situasi ini. Persepsi menurut commit Kotler to user diartikan sebagai: proses dimana II-5

14 individu memilih, merumuskan dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia. 3. Proses belajar Proses belajar menjelaskan perubahan alam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil proses belajar. Secara teori pembelajaran seseorang dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan, dan penguatan. Para pemasar dapat membangun permintaan akan produk dengan menghubungkannya dengan dorongan yang kuat, dengan menggunakan isyarat motivasi dan memberikan penguatan positif. 4. Sikap dan kepercayaan Dengan melalui proses belajar, seseorang akan mempunyai sikap dan kepercayaan tertentu. Sikap adalah kesiapan mental yang diorganisasikan melalui pengalaman dan memiliki pengaruh tertentu pada tanggapan seseorang terhadap suatu objek dan situasi yang berhubungan dengannya. Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk akan terbentuk melalui sikap positif terhadap produk, yang didukung dengan adanya pengenalan dan pemahaman yang baik terhadap produk tersebut. Selain itu, kepercayaan terhadap produk juga dipengaruhi oleh faktor kepuasan yang diperoleh konsumen. Kepercayaan terhadap produk akan membawa konsumen tetap membeli atau menggunakan produk tersebut (Simamora, 2002). 2.2 Bahan Bakar Minyak Bahan bakar adalah bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran dengan sendirinya, disertai pengeluaran karbon (Chemeng.UI, 2009). Sedangkan bahan bakar minyak merupakan bahan yang berbentuk cair yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran denagn sendirinya dimana juga disertai adanya pengeluaran karbon. Bahan bakar minyak memiliki berbagai macam jenis dan bentuk. Menurut Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (2010) bahan bakar minyak yang ada dapat digolongkan menjadi beberapa jenis bahan bakar minyak, yaitu: II-6

15 1. Avgas ( Aviation Gasoline) Bahan bakar minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avgas didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin sistem pembakaran dalam (internal combution), mesin piston dengan sistem pengapian. Performa BBM ini ditentukan dengan nilai octane number antara nilai dibawah 100 dan juga diatas nilai 100. Nilai octane jenis Avgas yang beredar di Indonesia memiliki nilai 100/ Avtur (Aviation Turbine) Bahan bakar minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avtur didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external combution). performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur ditentukan oleh karakteristik kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin dan daya tahan struktur pada suhu yang rendah. 3. Bensin Jenis bahan bakar minyak Bensin merupakan nama umum untuk beberapa jenis BBM yang diperuntukkan untuk mesin dengan pembakaran dengan pengapian. Di Indonesia terdapat beberapa jenis bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ini dihitung berdasarkan nilai RON (Randon Otcane Number). Berdasarkan RON tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: - Premium (RON 88) : Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor, motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol. - Pertamax (RON 92) : ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal (unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection dan catalytic converters. II-7

16 - Pertamax Plus (RON 95) : Jenis BBM ini telah memenuhi standar performance International World Wide Fuel Charter (WWFC). Ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan ramah lingkungan. Pertamax Plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers dan catalytic converters. 4. Minyak Tanah (Kerosene) Minyak tanah atau kerosene merupakan bagian dari minyak mentah yang memiliki titik didih antara 150 C dan 300 C dan tidak berwarna. Digunakan selama bertahun-tahun sebagai alat bantu penerangan, memasak, water heating, dll. Umumnya merupakan pemakaian domestik (rumahan), usaha kecil. 5. Minyak Solar (HSD) High Speed Diesel (HSD) merupakan BBM jenis solar yang memiliki angka performa cetane number 45, jenis BBM ini umumnya digunakan untuk mesin trasportasi mesin diesel yang umum dipakai dengan sistem injeksi pompa mekanik (injection pump) dan electronic injection, jenis BBM ini diperuntukkan untuk jenis kendaraan bermotor trasportasi dan mesin industri. 6. Minyak Diesel (MDF) Minyak Diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang berbentuk cair pada temperatur rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor industri. Oleh karena itulah, diesel oil disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine Diesel Fuel (MDF). 7. Minyak Bakar (MFO) Minyak bakar bukan merupakan produk hasil destilasi tetapi hasil dari jenis residu yang berwarna hitam. Minyak jenis ini memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dibandingkan minyak diesel. Pemakaian BBM jenis ini umumnya untuk pembakaran langsung pada industri besar dan digunakan sebagai bahan bakar untuk steam power station commit dan to user beberapa penggunaan yang dari segi II-8

17 ekonomi lebih murah dengan penggunaan minyak bakar. Minyak Bakar tidak jauh berbeda dengan Marine Fuel Oil (MFO). 8. Biodiesel Jenis bahan bakar ini merupakan alternatif bagi bahan bakar diesel berdasarpetroleum dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak nebati atau hewan. Secara kimia, ia merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak. Jenis Produk yang dipasarkan saat ini merupakan produk biodiesel dengan campuran 95 persen diesel petrolium dan mengandung 5 persencpo yang telah dibentuk menjadi Fatty Acid Methyl Ester (FAME). 9. Pertamina Dex Merupakan bahan bakar mesin diesel modern yang telah memenuhi dan mencapai standar emisi gas buang EURO 2, memiliki angka performa tinggi dengan cetane number 53 keatas, memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 300 ppm, jenis BBM ini direkomendasikan untuk mesin diesel teknologi injeksi terbaru (Diesel Common Rail System), sehingga pemakaian bahan bakarnya lebih irit dan ekonomis serta menghasilkan tenaga yang lebih besar. 2.3 Indeks Konsumsi Menurut kamus bahasa Indonesia, indeks adalah daftar harga sekarang dibandingkan dengan harga sebelumnya menurut persentase untuk mengetahui turun naiknya harga barang atau rasio antara dua unsur kebahasaan tertentu yg mungkin menjadi ukuran suatu ciri tertentu. Sedangkan konsumsi mempunyai pengertian pemakaian hasil produksi atau barang-barang yang langsung memenuhi kebutuhan hidup kita (KBI Online, 2010). Dari kedua pengertian diatas dapat diketahui bahwa indeks konsumsi merupakan sebuah rasio dengan ukuran tertentu yang digunakan untuk mengetahui berapa besar pemakaian hasil produksi yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Jadi dapat diketahui juga bahwa indeks konsumsi akan bahan bakar minyak adalah rasio yang tujuannya untuk II-9

18 mengetahui seberapa besar pemakaian barang hasil produksi (bahan bakar minyak) yang digunakan oleh manusia. 2.4 Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam setiap melakukan penelitian dapat dikumpulkan dengan beberapa cara, dengan cara dan sumber yang berbeda. Metode pengumpulan data terdiri dari: Observasi Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan cara melakukan pencacatan secara cermat dan teliti. Secara umum observasi dapat dilaksanakan dengan cara, sebagai berikut: 1. Dengan partisipasi Dalam observasi jenis ini, pengamat ikut menjadi partisipan. 2. Tanpa partisipasi Observasi jenis ini, pengamat bertindak sebagai non partisipan Wawancara Wawancara merupakan sebuah metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dalam wawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden. Pewawancara merupakan orang yang memegang kunci keberhasilan wawancara. Wawancara memerlukan keterampilan tertentu dalam mengajukan pertanyaan dan menangkap jawaban responden Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Analisa data kuantitatif didasarkan pada hasil kuesioner tersebut. Sekaran (2000) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan kuesioner, yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik. 1. Prinsip Penulisan Kuesioner a. Isi dan tujuan pertanyaan II-10

19 Yang dimaksud di sini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan?, kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti. b. Bahasa yang digunakan Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. c. Tipe dan bentuk pertanyaan Tipe pertanyaan dalam kuesioner dapat terbuka atau tertutup dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Berdasarkan jenis pertanyaannya, kuesioner dibedakan menjadi empat macam (Aaker, 1995), yaitu: 1. Pertanyaan tertutup Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang telah disertai pilihan jawabannya. Responden tinggal memilih salah satu jawaban yang tersedia, dan tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain. 2. Pertanyaan terbuka Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban bebas dari responden. 3. Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka adalah pertanyaan yang telah disediakan jawabannya tetapi kemudian diberi pertanyaan terbuka. 4. Pertanyaan semi terbuka Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang disediakan pilihan jawabannya tetapi kemudian masih ada kemungkinan bagi responden untuk memberikan tambahan jawaban. d. Pertanyaan tidak mendua Setiap pertanyaan dalam kuesioner jangan mendua sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. Contoh: bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan harga barang tersebut? II-11

20 e. Tidak menanyakan yang sudah lupa Setiap pertanyaan dalam kuesioner, sebaiknya juga tidak menanyakan halhal yang sekiranya responden sudah lupa. f. Pertanyaan tidak menggiring Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang jelek saja. g. Panjang pertanyaan Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. h. Urutan pertanyaan Urutan pertanyaan dalam kuesioner, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak. 2. Prinsip Pengukuran Kuesioner yang diberikan kepada responden merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen kuesioner tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Maka kuesioner perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. 3. Penampilan Fisik Kuesioner Penampilan fisik kuesioner sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi kuesioner. 2.5 Skala Setiap pertanyaan dalam wawancara atau pernyataan dalam kuesioner mewakili satu variabel (atau satu descriptor) dan masing-masing pertanyaan atau pernyataan mewakili satu aspek/karakteristik/atribut dari suatu objek yang ingin dinilai. Setiap variabel selalu diukur/dinilai dari suatu objek yang ingin dinilai. Setiap variabel selalu diukur/ dinilai dengan menggunakan skala. Menurut Hair (1988) ada empat macam skala yang dapat digunakan, sebagai berikut: 1. Skala nominal/kategori Yaitu skala yang nilai-nilainya hanya berupa atribut atau kategori yang tidak dapat dibandingkan. II-12

21 2. Skala ordinal Yaitu skala yang nilai-nilainya dapat diurutkan atau dapat dibandingkan dalam pengertian lebih besar atau lebih kecil tetapi jarak antara dua nilai tidak dapat diukur/diartikan. 3. Skala interval Yaitu skala yang nilai-nilainya dapat diurutkan atau dibandingkan dalam pengertian lebih besar atau lebih kecil dan juga jarak antara dua nilainya dapat diukur/diartikan. Tetapi skala interval memiliki titik nol (zero point) yang tidak tetap/sembarang. Perbedaan antara skala interval dan skala ratio hanya pada zero point saja, yaitu skala ratio memiliki zero point yang absolut (tetap). 4. Skala ratio Yaitu skala yang paling kuantitatif atau paling presisi dalam melakukan pengukuran karena memiliki nilai titik nol absolute. Skala ini banyak dipakai untuk variabel-variabel eksak yang nilainya memiliki satuan uang, waktu, berat, dan jarak. 5. Skala nominal dan skala ordinal termasuk dalam skala nonmetrik (kualitatif), sedangkan skala interval dan skala ratio termasuk dalam skala metrik (kuantitatif). 2.6 Metode Sampling Ada 2 macam metode pengambilan sampel (Suliyanto, 2006) yaitu pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan sampel secara tidak acak (nonprobability sampling) Pengambilan Sampel Secara Acak Pengambilan sampel secara acak (probability sampling) adalah metode sampling yang setiap anggota populasinya memiliki peluang yang spesifik dan bukan nol untuk terpilih sebagai sampel. Peluang setiap anggota populasi tersebut dapat sama, dapat juga tidak. Pengambilan sampel secara acak, terdiri dari: 1. Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi memiliki probabilitas terpilih yang sama. II-13

22 2. Pengambilan sampel acak sistematis (systematic sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana titik mula pengambilan sampel dipilih secara random dan kemudian setiap nomor dengan interval tertentu dari daftar populasi dipilih sebagai sampel. 3. Pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana terlebih dahulu dilakukan pembagian anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok kemudian sampel diambil dari setiap kelompok tersebut secara acak. Stratifikasi atau pembagian ini dapat dilakukan berdasarkan ciri/karakteristik tertentu dari populasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. 4. Pengambilan sampel kelompok (cluster sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampling unitnya bukan individual melainkan kelompok individual (cluster) berdasar ciri/karakteristik tertentu. Selanjutnya dari cluster-cluster yang ada, dipilih satu cluster secara acak, kemudian diambil sampel secara acak dari cluster terpilih ini. Hal ini dimungkinkan karena masing-masing cluster dianggap homogen sehingga tidak diperlukan dilakukan pengambilan sampel pada semua cluster. 5. Pengambilan sampel secara bertahap (double sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dilakukan untuk mendapatkan informasi awal. Tahap selanjutnya dilakukan wawancara ulang dengan tambahan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail Pengambilan Sampel Secara Tidak Acak Pengambilan sampel secara tidak acak (non probability sampling) adalah metode sampling yang setiap anggota populasinya tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Pengambilan sampel secara tidak acak terdiri dari: 1. Accidental Sampling (Convenience Sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampel yang diambil merupakan sampel yang paling mudah diperoleh atau dijumpai. 2. Purposive Sampling (Judgmental Sampling), adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana pemilihan sampel commit dilakukan to user dengan memilih orang-orang II-14

23 yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. 3. Quota Sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana sampel diambil dari suatu sub populasi yang mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu dalam batasan jumlah atau kuota tertentu yang diinginkan. 4. Snowball Sampling, adalah suatu teknik pengambilan sampel yang sangat sesuai digunakan untuk mengetahui populasi dengan ciri-ciri khusus yang sulit dijangkau. Pemilihan pertama dilakukan secara acak, kemudian setiap responden yang ditemui diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan-rekan lain yang mempunyai kesamaan karakteristik yang dibutuhkan. 2.7 Pengujian Data Penelitian merupakan sebuah proses yang dilakukan secara sistematis dan terencana untuk memecahkan dan mencari setiap jawaban terhadap sebuah permasalahan tertentu. Beberapa tahap uji yang dilakukan sebelum melakukan pengolahn data dalam melakukan sebuah penelitian meliputi: Uji validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, S.,1997). Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen ukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Suatu tes atau instrumen ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi alat ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Validitas alat pengumpul data dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu: A. Validitas Isi (Content) Validitas isi suatu instrumen ukur ditentukan oleh sejauh mana isi instrumen ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek II-15

24 kerangka konsep. Dalam penelitian, seringkali peneliti hanya mengukur suatu konsep berdasar satu aspek saja. B. Validitas Kriteria (Criterion-Related) Validitas kriteria terdiri dari validitas konkuren (concurrent) dan prediktif (predictive). Validitas konkuren adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan instrumen ukur baru dengan tolok ukur lain yang sudah teruji kevaliditasannya. Sedangkan validitas prediktif adalah validitas instrumen ukur yang dibuat oleh peneliti untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. C. Validitas Rupa Validitas rupa adalah jenis validitas yang berbeda dengan validitas lainnya karena validitas rupa tidak menunjukkan apakah instrumen ukur mengukur apa yang ingin diukur, tetapi hanya menunjukkan bahwa dari segi rupa, suatu instrumen ukur tampaknya dapat mengukur apa yang ingin diukur. D. Validitas Konstruk (Construct) Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Dengan mengetahui kerangka konsepnya, seorang peneliti dapat menyusun tolok ukur operasional konsep tersebut. Langkah-langkah pengujian validitas konstruk meliputi (Husein, Umar, 1989): 1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur 2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang berjumlah minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini maka distribusi nilai akan lebih mendekati kurva normal. 3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban 4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total, dengan salah satu cara adalah menggunakan rumus teknik korelasi product moment. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan korelasi adalah: ( ) ( ) ( ) N SXY - SX SY r =...(2. 1) X NS -( SX) NS Y commit - SY to user [ ] [ ( ) ] II-16

25 Dimana : r = koefisien korelasi item dengan total pertanyaan N = jumlah responden X = skor pertanyaan Y = skor total sampel Nilai r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r pada tabel r product moment yang dapat dilihat pada lampiran. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dianggap valid bila memiliki konsistensi internal, yaitu mengukur aspek yang sama. Apabila dalam perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid, kemungkinan pernyataan tersebut kurang baik susunan katanya atau kalimatnya, karena kalimat yang kurang baik dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda Uji reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989). Bila suatu instrumen ukur dipakai dua kali untuk mengukur konsep yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka instrumen ukur tersebut reliabel. Reliabilitas diartikan sebagai tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran (Azwar, 1997). Secara teoritis, besarnya koefisien korelasi/reliabilitas berkisar antara Namun pada kenyataannya, koefisien 0.00 dan 1.00 tidak pernah tercapai dalam pengukuran, karena konsistensi (maupun ketidakkonsistensian) yang sempurna tidak dapat terjadi dalam pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial yang menggunakan manusia sebagai subjeknya, dimana dalam diri manusia terdapat berbagai sumber eror yang sangat mempengaruhi kecermatan hasil pengukuran. Reliabilitas dapat dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach s Alpha. Rumus untuk menghitung koefisien Cronbach s Alpha adalah dengan persamaan : n æ Sv ö a = ç1- i (2.2) n 1è v t ø II-17

26 Dimana: n = jumlah variabel/atribut v i = varians variabel/atribut v t = varians nilai total Uji outlier Outlier adalah nilai ekstrim yang diperoleh untuk suatu variabel pada case tertentu. Pengertian ekstrim bukan merupakan ekstrim absolut tetapi ekstrim relatif terhadap sebagian besar nilai-nilai lainnya untuk variabel yang sama. Outlier dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu: 1. Outlier tipe 1, outlier yang terjadi karena kesalahan prosedur seperti kesalahan memasukkan data/coding. Outlier tipe 1 sedapat mungkin harus dihilangkan. 2. Outlier tipe 2, adalah outlier yang terjadi karena kejadian yan luar biasa, yaitu secara kebetulan terpilih nilai ekstrim. Outlier tipe 2 dapat dikeluarkan dari sampel jika tidak diinginkan ada nilai ekstrim, tentunya dengan pertimbangan yang logis. 3. Outlier tipe 3, outlier yang terjadi karena kejadian yang luar biasa dimana nilai ekstrim tersebut tidak dapat dijelaskan atau secara nalar mesnya nilai akstrim tersebut tidak pernah mucul (bukan bagian populasi). Outlier tipe 3 harus segera dikeluarkan dari sampel karena tidak logis. 4. Outlier tipe 4, outlier dimana nilainya sendiri tidak ekstrim tetapi kombinasinya dengan nilai variabel-variabel lain menjadi aneh atau tidak lumrah (outlier multivariat). Jika kombinasi ini dipandang tidak wajar atau tidak logis, maka outlier tersebut harus dikeluarkan dari sampel, tetapi jika dianggap sebagai bagian dari populasi, maka outlier tersebut sebaiknya tetap diikutkan dalam sampel (Hair, 1998). Setelah mendapatkan deskritif dari data penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan standarisasi data (z score), yang dirumuskan, sebagai berikut: x- X z= (2.3) s x x x x X N = (2.4) N II-18

27 ( x - x) 1 2 å s = (2.5) N-1 Keterangan: z = nilai z score data X = nilai rata-rata σ = standar deviasi x = nilai data N = jumlah data Jika sebuah data outlier maka nilai z yng didapat lebih besar dari angka +2,5 dan lebih kecil dari angka -2, Analisis Multivariat Analisis multivariat adalah semua metode statistic yang secara simultan menganalisis lebih dari dua variabel. Metode-metode analisis multivariat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu: 1. Metode dependence Metode dependence adalah metode analisis multivariat yang jelas-jelas memisahkan antara variabel dependen dan variabel independen. Dalam kelompok pertama ini, satu atau beberapa variabel diperlakukan sebagai variabel dependen sedangkan sisanya sebagai variabel independen. Yang termasuk dalam kelompok dependen adalah multiple regression analysis, multiple discriminant analysis, logistic regression, multivariat analysis of variance (MANOVA), canonical correlation analysis dan structural equation modeling (LISRELL). 2. Metode interdependence Metode interdependence adalah metode-metode analisis multivariat yang tidak memisahkan variabel-variabel menjadi variabel independen dan variabel dependen. Dalam kelompok ini tidak ada istilah variabel independen dan variabel dependen. Diantaranya adalah analisis faktor, cluster dan multidimentional scalling. II-19

28 2.9 Analisis Cluster Analisis cluster merupakan teknik multivariate yang tujuan utamanya adalah untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik yang dimiliki masing-masing objek (Hair et al, 1998). Berdasarkan kriteria tertentu, analisis cluster mengklarisifikasikan objek (dapat berupa responden, produk, atau entity) sehingga setiap objek yang berada dalam satu grup akan bersifat saling memiliki kemiripan (homogen/similar), sedangkan objek-objek antar grup akan bersifat heterogen. Berdasarkan hal ini, analisis cluster akan berusaha meminimumkan variansi di dalam cluster (within-cluster) dan memaksimumkan variansi antar grup (between-cluster). Seperti halnya analisis faktor, pada analisis cluster tidak ada variable yang didefinisikan bebas atau tergantung, semua variable diperhitungkan secara simultan. Salah satu sifat analisa cluster adalah more an art than a science (Hair et al, 1998) sehingga dapat dengan mudah mengalami salah terap (misapplied). Ukuran kesamaan atau logaritma yang berbeda dapat mempengaruhi hasil. Untuk mengatasi hal ini, harus dilakukan analisis cluster berulang-ulang dengan menggunakan metode yang berbeda-beda sehingga dapat menemukan pola tersembunyi dalam pengelompokan objek-objek yang ada. Menurut Hair (1998) langkah-langkah analisis cluster dapat dibagi dalam enam tahap, yaitu: 1. Penentuan tujuan analisis Tujuan analisis cluster ada tiga, yaitu taxonomy description yang merupakan analisis cluster dilakukan dengan tujuan eksplorasi (exploratory purpose), yaitu untuk mengklasifikasikan objek-objek kedalam beberapa grup. Data simplification adalah analisis cluster yang dilakukan untuk menyederhanakan data, yaitu dengan mereduksi jumlah observasi bagi keperluan analisis selanjutnya. Relationship identification yaitu analisis cluster yang dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan kemiripan (similarity) dan perbedaan (differences) 2. Penyusunan desain riset analisis Desain riset analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran kemiripan objek dan penstandarisasian data. Dalam pendeteksian outlier, outlier dapat merubah struktur commit asli to dan user menghasilkan cluster yang tidak II-20

29 representatif terhadap struktur populasi yang sesungguhnya, oleh karena itu pendeteksian terhadap outlier sangat diperlukan. Outlier dapat dideteksi dengan menggunakn grafik, dimana dari grafik tersebut dapat diketahui adanya objekobjek yang mempunyai profil yang berbeda, yang ditunjukkan dari nilai yang sangat ekstrim pada satu atau beberapa variable. Pada analisis cluster, konsep kemiripan adalah sangat mendasar. Kemiripan interobjek adalah pengukuran kesesuaian atau kemiripan antara objek yang akan dikelompokkan. Kemiripan interobjek dapat dilihat dari tiga ukuran, yaitu korelasi dan jarak untuk data metrik, serta asosiasi untuk data nonmetrik. Untuk mengetahui kemiripan dapat dilihat dari koefisien korelasi antara pasangan objek. Korelasi yang tinggi mengindikasikan kemiripan, dan sebaliknya korelasi yang rendah mengindikasikan perbedaan. Tetapi, pengukuran korelasi ini sangat jarang digunakan karena penekanan aplikasi analisis cluster adalah pada jarak objek bukan pola nilainya. Pengukuran jarak berdasar kemiripan yang mewakili kemiripan sebagai kedekatan observasi dengan yang lain. Pengukuran jarak sesungguhnya adalah pengukuran terhadap perbedaan, dimana semakin besar nilainya menunjukkan semakin kurang kemiripannya. Jarak dikonversikan sebagai pengukuran kemiripan dengan menggunakan hubungan kebalikan. Pengukuran asosiasi berdasar kemiripan digunakan untuk membandingkan objek yang termasuk data nonmetrik (nominal dan ordinal). Pengukuran ini dapat menilai tingkat kepercayaan atau kesesuaian antara pasangan responden. Sebelum proses penstandarisasian data dimulai, perlu ditentukan lebih dahulu apakah data perlu distandarisasikan atau tidak. Pertimbangan antara lain kebanyakan pengukuran jarak sangat peka terhadap perbedaan skala atau besarnya variable. Variable dengan standar deviasi yang besar mempunyai pengaruh yang lebih terhadap nilai akhir kemiripan dan bila dilihat melalui grafik, tidak akan terlihat adanya perbedaan pada dimensi sehubungan dengan letaknya. Proses standarisasi dapat terbagi menjadi dua, yaitu standarisasi variable dan standarisasi observasi/objek. Standarisasi variable adalah perubahan dari setiap variabel menjadi skor standar (Z score) dengan mengurangi mean dan membaginya commit dengan to user standar deviasi setiap variabel. II-21

30 Standarisasi observasi dilakukan terhadap responden atau objek. Standarisasi ini sangat diperlukan, jika clustering dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi kepentingan relatif suatu variabel terhadap variabel lainnya. Menurut Dillon dalam proses clustering, teknik yang dapat dilakukan untuk pengukuran jarak, antara lain: a. Interval 1. Euclidian Distance å X i - Y i (2.6) D(X,Y) = ( ) 2 2. Squared Euclidian Distance å X i - i (2.7) D(X,Y) = ( Y ) 2 b. Frekuensi 1. Chi Square c. Biner D(X,Y) = å ( X i E( X i) ) E( X ) 1. Squared Euclidian Distance 2 - æ - + çå ç i è 2 ( Y ( )) ( ) ö i E Yi E Yi ø (2.8) D(X,Y) = b + c (2.9) 2. Euclidian Distance D(X,Y) = 3. Pengujian asumsi b+ c (2.10) Analisis cluster tidak termasuk teknis statistik inferensia, dimana parameter analisis ini adalah seberapa besar sampel dapat mewakili populasi. Analisis cluster mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik. Syarat kenormalan, linieritas dan homogenitas tidak begitu penting karena memberikan pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji. Adapun hal-hal yang perlu diuji adalah kerepresentatifan sampel dan mltikolonieritas. Dalam kepresentatifan sampel, sampel dikumpulkan dan cluster diperoleh dengan harapan dapat mewakili struktur populasi. Baik atau tidaknya analisis cluster sangat tergantung pada seberapa representatif sampel, sehingga sampel harus diuji kerepresentatifannya terlebih dahulu. Sementara itu, dalam II-22

31 multikolonieritasan, variabel-variabel yang bersifat multikolonier secara implisit mempunyai bobot lebih besar. Multikolinieritasan bertindak ebagai proses pembobotan yang berpengaruh pada analisis, sehingga variabel-variabel yang digunakan terlebih dahulu harus diuji tingkat multikolinieritasannya. 4. Pembentukan cluster (partisi) dan penilaian overall fit Proses partisi (partitioning) dan penilaian overall fit dimulai setelah variabel-variabel yang digunakan dipilih dan matriks korelasi dibentuk. Sebelum proses dimulai, harus dilakukan pemilihan algoritma pembentukan cluster yang akan digunakan, dan penentuan berapa jumlah cluster yang akan dibentuk. Algoritma pembentukan cluster terdiri dari prosedur hirarki (hierarchical procedures) dan prosedur non hirarki (nonhierarchical procedures). Teknik hirarki adalah teknik clustering yang membentuk konstruksi hirarki atau berdasarkan tingkatan tertentu seperti struktur pohon. Jadi proses pengelompokkan dilakukan secara bertingkat atau bertahap. Teknik hirarki terbagi menjadi dua, yaitu metode agglomeratif (agglomerative methods) dan metode divisive (divisive methods). Metode agglomeratif dimulai dengan pernyataan bahwa setiap objek membentuk clusternya masing-masing. Dua objek dengan jarak terdekat bergbung, selanjutnya objek ketiga akan bergabung dengan cluster yang ada atau bersama objek yang lain membentuk cluster yang lain membentuk cluster baru. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhitungkan jarak kedekatan antar objek. Proses akan terus berlanjut hingga akhirnya terbentuk satu cluster yang terdiri dari keseluruhan objek. Sementara itu, metode divisif berlawanan dengan metode agglomeratif. Metode dimulai dengan satu cluster besar yang mencakup semua observasi (objek), kemudian objek yang memiliki ketidakmiripan besar dipisahkan sehingga membentuk cluster yang lebih kecil, dan seterusnya untuk objek-objek yang tidak mirip lainnya. Proses pemisahan terus berlanjut hingga setiap obsevasi adalah cluster bagi dirinya sendiri. Sementara itu, prosedur nonhirarki tidak melibatkan proses pembentukan kontruksi struktur pohon. Dimulai dengan memilih sejumlah nilai cluster awal sesuai dengan jumlah yang diinginkan commit to kemudian user objek digabungkan ke dalam II-23

32 cluster-cluster tersebut. Metode nonhirarki yang digunakan adalah K-Means Clustering. 5. Interpretasi hasil Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah karakteristik apa yang membedakan masing-masing cluster kemudian sesuai dengan tujuan, pemberian nama dilakukan berdasar apa yang dapat diberikan oleh objek pembentuk kepada masing-masing cluster tersebut. Tentunya terlebih dahulu perlu ditentukan spesifikasi/kriteria yang mendasari cluster-cluster yang telah terbentuk. Disamping itu, interpretasi dari hasil clustering dapat dilakukan terhadap grafik dendogram maupun analisis nilai koefisien agglomeratif. Jarak antar pengelompokkan sebenarnya merupakan interpretasi dari beberapa nilai kedekatan dalam menggabungkan objek dalam cluster. Interpretasi cluster menghasilkan lebih dari hanya suatu deskripsi. Interpretasi cluster memberikan penilaian kesesuaian cluster yang terbentuk berdasar teori prioritas atau pengalaman praktek. Dalam konfirmatori, analisis cluster memberikan pengertian secara langsung terhadap penilaian kesesuaian. Cluster juga memberikan langkah-langkah untuk membuat suatu penilaian dari segi signifikansi prakteknya. 6. Profiling cluster Tahap profiling meliputi penggambaran karakteristik dari setiap cluster untuk menjelaskan bahwa masing-masing cluster adalah berbeda berdasar dimensi-dimensi tertentu. Analisis profil tidak memfokuskan pada apa yang secara langsung menentukan cluster tapi karakteristik cluster setelah proses identifikasi. Lebih lanjut, adanya penegasan bahwa karakteristik adalah berbeda secara signifikan terhadap cluster dan dapat memprediksi anggotaanggota cluster secara lebih spesifik. II-24

33 2.10 Penelitian Sebelumnya Penelitian yang digunakan sebagai acuan atau landasan dalam teori ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Titik Hirdayanti (2004) yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Koran Harian Lokal di Kotamadya Surakarta. Penelitian ini mengambil studi kasus Koran harian lokal di kotamadya Surakarta dengan memakai model faktor-faktor yang memperngaruhi perilaku pembelian konsumen. Penelitian ini menggunakan metode pengolahan data yang sama dengan penulis lakukan yaitu analisis cluster dalam menentukan karakteristik konsumen, namun berbeda dalam pengambilan studi kasus serta model yang diterapkan. Secara detail perbedaan penelitian tersebut disajikan pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Perbedaan dengan penelitian terdahulu Bagian Studi Kasus Kedalaman Materi Pengambilan Model Pengolahan Data Perbedaan Penulis Titik Hirdayanti BBM jenis premium di Koran harian lokal di Surakarta Surakarta Global Model faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler) dan dikembangkan dengan model tingkat konsumsi konsumen. Analisis cluster, dan analisis konsumsi Global Model faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler) Analisis cluster dan analisis chi-square Keterangan Menggunakan faktor dan variabelvariabel penemu perilaku konsumen yang sama (Kotler) Menggunakan analisis cluster yang sama dalam menentukan karakteristik II-25

34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Gambar Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 Metodologi Penelitian III-1

35 Langkah-langkah penyelesaian masalah pada Gambar 3.1, diuraikan sebagai berikut : 3.2 Tahap Identifikasi Masalah Tahap ini diawali dengan studi literatur, studi lapangan, perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian dan menentukan manfaat penelitian. Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah tersebut dijelaskan pada subbab berikut ini Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mendukung proses identifikasi penelitian mengenai besarnya jumlah konsumsi konsumen akan energi yang berasal dari BBM. Pencarian informasi ini dilakukan dengan melalui internet, dan perpustakaan sehingga diperoleh referensi yang dapat digunakan untuk mendukung pembahasan mengenai penelitian ini Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan sebagai observasi awal untuk mengetahui lebih jelas permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Observasi awal dilakukan melalui pengamatan langsung ke masyarakat Surakarta. Dari masyarakat diperoleh informasi mengenai berbagai opini terhadap penggunaan bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor. Perolehan informasi dari masyarakat adalah dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan langsung ke masyarakat Surakarta. Wawancara ini dilakukan pada para warga (kepala keluarga) yang berada disekitar kampus dan beberapa mahasiswa yang menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu diperoleh juga data sekunder dari perusahaan berupa data penjualan. Data yang diperoleh ini kemudian digunakan sebagai pendukung dalam menentukan konsumsi dan perilaku masyarakat dalam penggunaan energi bahan bakar minyak khususnya premium untuk kendaraan bermotor. III-2

36 3.2.3 Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kemudian disusun sebuah rumusan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan masalahnya. Perumusan masalah juga dilakukan agar dapat fokus dalam membahas permasalahan yang dihadapi. Adapun permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut adalah bagaimana mengetahui konsumsi dan perilaku masyarakat dalam penggunaan energi bahan bakar minyak khususnya premium untuk kendaraan bermotor di wilayah Kota Surakarta Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat menjawab dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan penelitian yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah mengetahui perilaku masyarakat dan indeks konsumsi masyarakat dalam penggunaan energy bahan bakar minyak khususnya premium untuk kendaraan bermotor di wilayah Kota Surakarta Pembatasan Masalah Agar pembahasan masalah lebih terarah, penelitian dilakukan dengan pembatasan bahwa setiap dilakukan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh melalui hasil studi literatur dan kuesioner yang disebar berdarsarkan data demografi yaitu jumlah kepala keluarga di wilayah Kota Surakarta yang menggunakan bahan bakar minyak khususnya premium Menentukan Model Penelitian Model penelitian yang digunakan diadaptasikan dari model Kotler (1997). Keputusan pembeli dalam melakukan pembelian dipengaruhi oleh adanya rangsangan pembelian. Rangsangan-rangsangan tersebut merupakan rangsangan pemasaran yang terdiri dari product, price, place, dan promotion atau biasa disebut 4-P. Sedangkan rangsangan commit lain to user yang mendukung adanya proses III-3

37 pembelian adalah rangsangan yang berupa ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Selain itu didalam memutuskan untuk membeli, para konsumen selalu menggunakan proses yang sama. Proses pengambilan keputusan pembelian dirangkum menjadi lima tahap, yaitu pengenalan masalah/kebutuhan, pencarian informasi mengenai kebutuhan akan sesuatu yang diinginkan, evaluasi alternative produk, kemudian melakukan keputusan pembelian dan melakukan perilaku setelah pembelian (Gambar 3.2). Perilaku setelah pembelian didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau jasa antara lain faktor kebudayaan, sosial, personal, dan psikologis. Gambar 3.2 Model Penelitian Masing-masing faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen tersebut memiliki atribut-atribut yang mendukung faktor-faktor yang ada. Faktor budaya terdiri dari tiga atibut, yaitu: budaya, subbudaya, dan kelas sosial. Faktor sosial terdiri dari tiga atribut yaitu: kelompok referensi, keluarga, III-4

38 peran dan status sosial. Faktor personal terdiri dari tujuh atribut, yaitu: usia, tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri. Faktor psikologis terdiri dari lima atribut yaitu: motivasi, persepsi, pembelajaran, kepercayaan dan sikap (Gambar 3.3). Budaya Budaya Subbudaya Kelas sosial Sosial Kelompok referensi Keluarga Peran dan status Pribadi Usia Tahap siklus hidup Pekerjaan Situasi Ekonomi Gaya hidup Kepribadian Konsep diri Psikologis Motivasi Persepsi Pembelajaran Pembeli Kepercayaan Sikap Gambar 3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Sumber: Kotler, 1997 Rangsangan-rangsangan pembelian, proses keputusan, hingga faktorfaktor yang mempengaruhi adanya atau terjadinya keputusan konsumen untuk membeli dijadikan satu/diproses menjadi satu dalam kotak hitam pembeli, dimana tujuannya untuk mengobservasi semua faktor pembelian menjadi sebuah respon dari pembeli. Respon pembeli merupakan hasil dari setiap perilaku konsumen yang akan memutuskan untuk melakukan sebuah pembelian produk/jasa. Respon pembeli hasil dari keputusan pembelian dapat berupa tanggapan pembeli terhadap pemilihan pemilihan produk, merek, penyalur, waktu membeli, hingga jumlah barang /jasa yang akan dibeli sesuai dengan faktor dan rangsangan pembelian. Kemudian setelah mengetahui bagaimana respon dan tanggapan pembeli akan suatu produk maka dapat ditentukan bagaimana tingkat atau jumlah konsumsi produk konsumen terhadap kebutuhan akan barang/jasa. Seperti proses dalam memutuskan untuk membeli barang/jasa, pengeluaran atau tingkat konsumsi dari konsumen-konsumen dipengaruhi oleh profil dan perilaku konsumen itu. Faktor profil dan perilaku konsumen merupakan pengaruh utama bagaimana indeks pemakaian konsumsi tiap-tiap konsumen. Pengaruh dari tingkat III-5

39 pemakaian konsumsi ini akan digunakan sebagai pendukung dalam mencari jumlah besar pemakaian individu atau per orang. Berikut ini adalah gambar model utuh dari penelitian. Setelah model penelitian yang diadaptasikan dari Kotler (1997) ditentukan, maka selanjutnya yang dapat dilakukan adalah menyusun sebuah kuesioner dimana atribut-atributnya berasal dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Kotler (1997). Atribut-atribut yang ada, diobservasi kembali berdasarkan kondisi nyata, dimana digunakan untuk menentukan variabel-variabel yang umum diperoleh di masyarakat. Kemudian setelah atribut dan variabel ditentukan, penyususnan pertanyaan-pertanyaan kuesioner dibuat. Pertanyaanpertanyaan yang akan dibuat didasarkan dan disesuaikan kembali dengan kondisi responden atau keadaan yang sering terjadi dimasyarakat. Pertanyaan-pertanyaan pada penelitian ini diperoleh dari penelitian sebelumnya oleh Titik Hirdayanti, ST tahun Tabel 3.1 Korelasi Antara Atribut dan Variabel No. Atribut Variabel Keterangan 1 Budaya Kepercayaan, Kebiasaan, dan Nilai Rasa kebiasaan akan muncul apabila dilandasi rasa percaya, sehingga orang akan menjadi biasa dalam menggunakan sesuatu. Orang sudah terbiasa dalam menggunakan sesuatu (BBM) karena harga atau nilai dari barang/jasa tersebut murah. 2 Sub Budaya Kewarganegaraan (Kultur) Mengacu pada tempat sesorang dilahirkan. Agama Berhubungan dengan kepercayaan. Suku Secara jelas mengacu terhadap berbagai macam budaya Indonesia Umur Ditentukan menurut keproduktivitasan setiap orang. 3 Jenis Kelamin Kelas Sosial Pekerjaan Menentukan tingkat kehidupan antara satu dengan lainnya. Pendapatan Mengacu kepada tinggi rendahnya tingkat penggunaan. Pendidikan Semakin tinggi ilmu yang dimiliki maka dianggap semakain mengerti. Penggunaan Mengacu pada alat bantu yang dipakai beraktivitas. 4 Kultur Rujukan Orang/kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku konsumen. Mengacu pada lingkungan (orang lain/kelompok) yang memberikan sumbangsi terhadap apa yang akan dilakukan. III-6

40 Tabel 3.1 Korelasi Antara Atribut dan Variabel (Lanjutan) No. Atribut Variabel Keterangan 5 Keluarga Posisi dalam Mengacu pada semua hal keluarga, Pengambil yang terdapat pada keputusan, Jumlah sebuah keluarga. anggota keluarga. 6 Peran dan Status Sosial Peran dalam pekerjaan dan masyarakat. Semua hal yang menentukan bagaimana seseorang dipandang atau dianggap dalam pekerjaan/masyarakat. 7 Usia dan Tahap daur hidup Umur Ditentukan menurut keproduktivitasan setiap orang. 8 Gaya Hidup Gaya Hidup (hobby,suka berpergian (travelling ), belanja, membaca, menabung, dll) 9 Kepribadian dan Konsep diri Kebiasaan seharihari yang berhubungan BBM Berhubungan dengan bagaimana gaya hidup seseorang. Mengacu pada tempat beli, frekuensi, jenis, kesesuaian dengan alat transportasi. 10 Motivasi Hierarki Maslow Manusia cenderung berusaha memenuhi kebutuhan diatasnya, apabila kebutuhan dibawahnya sudah terpenuhi. 11 Presepsi Stimuli Perusahaan (7P) 12 Proses Belajar Proses pengetahuan/pengal aman product, promotion, price, place, people, phisical environment, process. Bersangkutan dalam mengetahui bagaimana seseorang belajar dari pengalamannya. 13 Kepercayaan dan Sikap Keyakinan,evaluasi, keyakinan normatif Cenderung menunjukkan sebuah kekonsistenan dengan sesuatu yang diyakini. III-7

41 Penjelasan mengenai variabel-variabel pemasaran yang ada pada model penelitian diatas akan lebih dijelaskan dalam pembuatan kuesioner yang menunjang penelitian ini terangkum dalam Tabel 3.2, antara lain: Tabel 3.2 Kuesioner Variabel-Variabel Pemasaran No Set Atribut Maksud Tujuan Variabel Skala Pertanyaan Jawaban 1 Budaya Keseluruhan kepercayaankepercayaan Mengetahui perilaku Kepercayaan Nominal Apakah Saudara/ i sudah Sangat Peduli dipelajari, nilai- konsumen dalam merasa peduli terhadap Cukup Peduli nilai dan kebiasaan-kebiasaan pengkonsumsian bahan Nilai bahan bakar yang Peduli yang disediakan oleh perilaku bakar minyak di digunakan pada saat ini konsumen secara langsung Surakarta dari sisi Kebiasaan? Kurang Peduli dari anggota masyarakat budaya. tertentu. Tidak Peduli 2 Subkultur Kelompok budaya yang berbeda yang ada sebagai segmen yang dapat dikenali/diidentifikasi di dalam masyarakat yang lebih dalam, lebih kompleks/rumit. Mengetahui pengaruh dari subkultur terhadap pengguna bahan bakar minyak di Surakarta. Kewarganegaraan Nominal Tempat lahir? Eks Karisidenan Surakarta Jawa selain Eks Karisidenan Surakarta Sumatra Indonesia Tengah Indonesia Timur Agama Nominal Agama yang dianut? Islam Kristen Khatolik Hindu Budha Kong Hu Chu Suku Nominal Apakah suku atau etnis? Jawa Batak Sunda Minang Arab Cina Lain-Lain, Sebutkan : III-8

42 No Set Atribut Maksud Tujuan Variabel Skala Pertanyaan Jawaban Umur Interval Usia Saudara/i saat ini? tahun 3 Kelas Sosial Sebagai bagian dari anggota masyarakat yang terdiri dari suatu hierarki kelas status yang berbeda, sehingga setiap anggota dari tiap kelas mempunyai status yang hampir sama dan anggota dari semua kelas lain mempunyai status yang lebih sedikit. Mengetahui perilaku konsumen dalam pengkonsumsian bahan bakar minyak di Surakarta dari sisi kelas sosial tahun tahun tahun tahun Gender Nominal Jenis Kelamin? Pria Wanita Pekerjaan Nominal Apakah pekerjaan Saudara/i saat ini? Banyaknya Pendapatan Interval Berapa rata-rata pendapatan Saudara/i sebulan (jika Saudara/i pelajar/mahasiswa maka yang dimaksud adalah uang saku)? Pendidikan Nominal Pendidikan terakhir Saudara/i? Penggunaan Nominal Kemana tujuan menggunakan kendaraan bermotor untuk aktivitas keseharian? PNS Pelajar/Mahasiswa Wiraswasta Pegawai Swasta Lain-lain,Sebutka <Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Belum tamat SD Tamat SD dan sederajat Tamat SLTP dan sederajat Tamat SLTA dan sederajat Tamat PT/ Sederajat Akademia Kantor Sekolah/Kampus Toko/Warung Mall/Swalayan III-9

43 No Set Atribut Maksud Tujuan Variabel Skala Pertanyaan Jawaban 4 Kultur Rujukan Ordinal Ada Tidak Ada Adalah setiap orang atau kelompok yang memberikan/bertindak sebagai titik perbandingan (atau sebagai acuan) individu dalam pembentukan salah satu yang umum atau khusus (nilai-nilai, sikap atau perilaku). 5 Keluarga Dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh darah, perkawinan, atau adopsi yang tinggal bersamasama. Mengetahui perilaku konsumen dalam pengkonsumsian bahan bakar minyak di Surakarta dari sisi kultur rujukan. Mengetahui faktorfaktor dan pihak-pihak yang dominan dalam penggunaan /pemakaian terhadap bahan bakar minyak di Surakarta. Orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku konsumen (penggunaan bahan bakar minyak) Posisi dalam keluarga Pengambil keputusan Nominal Nominal Ordinal Ordinal Adakah pihak yang selalu memberi pengaruh dalam menggunakan BBM, jika ada siapa? Apakah Saudara/i memiliki atau mengikuti aktivitas sosial tertentu, jika ya sebutkan (boleh lebih dari satu)? Apakah kegiatan tersebut mempunyai kontribusi dalam penggunaan BBM, jika ya seberapa berpengaruh? Posisi/peran Saudara/i dalam keluarga (relatif terhadap Kepala Keluarga Saudara/i)? Siapakah yang menentukan batasan atau keputusan dalam penmakaian kendaraan bermotor di keluarga Saudara/i? Diri sendiri Keluarga Teman Tetangga/Masyarakat Pimpinan Kantor/Negara Pemuka Agama Artis/Pakar Ada Tidak Ada PKK Karang Taruna Sosial Bersifat dengan Hobby Ada Tidak Ada Sangat Berpengaruh Cukup Berpengaruh Berpengaruh Kurang Berpengaruh Tidak Berpengaruh Suami Istri Anak Saudara Saya Ayah Ibu Anak III-10

44 No Set Atribut Maksud Tujuan Variabel Skala Pertanyaan Jawaban 6 Peran dan Strata Sosial Posisi seseorang dalam tiap kelompok dimana peran akan menentukan status seseorang dalam kelompok tersebut. Mengetahui perilaku konsumen dalam pengkonsumsian bahan bakar minyak di Surakarta dari sisi peran dan strata sosial. Jumlah Anggota Keluarga Peran dalam pekerjaan Peran dalam masyarakat Nominal Ordinal Dikotomi Ordinal Ordinal Adakah pihak yang membatasi konsumsi atau belanja BBM di keluarga Saudara/i, jika ada siapa? Berapakah jumlah anggota keluarga Saudara/i? Apakah Saudara/i masih dibiayai Orang tua? Posisi atau jabatan Saudara/i dalam pekerjaan? Status Saudara/i dalam masyarakat? Ada Suami Istri Anak Saudara >5 Ya Tidak Karyawan/Staff Pemilik Pimpinan Tidak Ada Lain-lain, Sebutkan: Warga biasa Ketua RT/RW/Kelurahan Pemuka masyarakat 7 Usia dan Tahap daur hidup Menunjukkan umur responden pada saat dilakukan penelitian. Mengetahui perilaku konsumen dalam pengkonsumsian bahan bakar minyak di Surakarta dari sisi usia dan tahap daur hidup. Usia Responden Inteval Usia Saudara/i saat ini? Pemuka agama tahun tahun tahun tahun tahun III-11

45 No Set Atribut Maksud Tujuan Variabel Skala Pertanyaan Jawaban 8 Gaya Hidup Karakteristik pribadi dari responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang lain. Mengetahui perilaku konsumen dalam pengkonsumsian bahan bakar minyak di Surakarta dari sisi gaya hidup. Gaya hidup (hobby, suka berpergian, belanja, membaca, menabung, dll) Nominal Nominal Nominal Ordinal Ordinal Nominal Frekuensi Saudara/i melakukan travelling dalam kurun waktu satu tahun? Moda transportasi yang biasanya Saudara/i gunakan untuk travelling? Tempat yang paling favorit sebagai tujuan travelling? Jumlah motor (kendaraan roda 2) Saudara/i? Jumlah mobil (kendaraan roda 4) Saudara/i? Berapa besar anggaran/alokasi dana untuk pembelian BBM selama 1 bulan? 1 Kali 1 Minggu 1 Kali 4 Minggu 1 Kali 3 Bulan 1 Kali 6 Bulan 1 Kali 12 Bulan Kendaraan Sendiri Angkutan Umum (bis, tr avel,dll) Roda 2 + Angkutan Umum Mobil Pribadi + Angkutan Umum Rumah Saudara Tempat Rekreasi Mall/Swalayan Lain-lain,Sebutkan: Tidak Ada >3 Tidak Ada 1 2 >2 Rp. III-12

46 No Set Atribut Maksud Tujuan Variabel Skala Pertanyaan Jawaban 9 Kepribadian Nominal Dimanakah Saudara/i SPBU Pasti Pas dan Konsep membeli bahan bakar Diri minyak untuk SPBU Karakteristik psikologis bagian dalam yang keduaduanyamenentukan dan mencerminkan bagaimana seseoreng bereaksi terhadap lingkungannya. 10 Motivasi Daya penggerak di dalam individu yang mendorong mereka ke tindakan. Mengetahui perilaku konsumen dalam pengkonsumsian bahan bakar minyak di Surakarta dari sisi kepribadian dan konsep diri. Mengetahui perilaku konsumen dalam pengkonsumsian bahan bakar minyak di Surakarta dari sisi motivasi penggunaannya. Kebiasaan sehari-hari yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar minyak. Nominal Nominal Nominal Nominal kendaraan? Frekuensi Saudara/i membeli bahan bakar minyak? Jenis BBM yang paling sering Saudara/i beli (boleh lebih dari satu pilihan)? Apakah menurut Saudara/i BBM sudah sesuai dengan spesifikasi mesin kendaraan Saudara/I? Alat transportasi yang Saudara/i gunakan untuk kegiatan sehari-hari? Hierarki Maslow Nominal Alasan Saudara/i menggunakan kendaraan bermotor untuk kegiatan sehari-hari? Eceran/Pinggir Jalan Setiap Hari Seminggu Sekali Seminggu 2 Sekali Sebulan Sekali Premium Solar Pertamax/Premix/Super TT/ Performance Solar Sangat Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai Roda 2 Mobil Pribadi Angkutan Umum Roda 2 dan Angkutan Umum Mobil dan Angkutan Umum Gengsi/Prestise Kenyamanan Waktu Tempuh Keselamatan Kepraktisan III-13

47 No Set Atribut Maksud Tujuan Variabel Skala Pertanyaan Jawaban 11 Persepsi Proses yang dengannya Mengetahui perilaku Stimuli Perusahaan Ordinal (Likert) Harga bahan Sangat Sesuai individu menyeleksi, konsumen dalam (7P) bakarminyak yang Cukup Sesuai mengorganisir, dan penggunaan bahan Saudara/i beli apakah menginterpretasikan bakar minyak yang sesuai dengan Sesuai rangsangan ke dalam sesuai dengan tingkat kualitasnya? Kurang Sesuai suatu gambaran yang kepuasan individu di Tidak Sesuai bermakna dan saling Surakarta. berkaitan menyangkut (tentang) dunia. 12 Proses Belajar (Learning) 13 Kepercayaan dan Sikap Proses dimana individu memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang pembelian dan konsumsi yang kemudian mereka terapkan pada perilaku yang saling terkait di masa depan. Kecenderungan yang dipelajari yang menunjukkan kekonsistenan suatu jalan yang baik atau tidak baik berkenaan dengan obyek yang ditentukan. Mengetahui perilaku konsumen dalam pengkonsumsian bahan bakar minyak di Surakarta dari sisi proses belajar (learning). Mengetahui perilaku konsumen dalam pengkonsumsian bahan bakar minyak di Surakarta dari sisi kepercayaan dan sikap. Proses pengetahuan atau pengalaman. Keyakinan, evaluasi, keyakinan normatif (pengaruh orang lain), motivasi Nominal Nominal Apakah jenis BBM yang saat ini Saudara/i gunakan akan terjamin ketersediaannya serta akan dapat di subsitusikan dengan BBM lain? Apakah menurut Saudara/i perilaku dalam penggunaan BBM sudah sesuai dengan kebutuhan? Tidak Ada Premium Solar Pertamax/Premix/Super TT/ Performance Solar Sangat Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Berlebihan Sangat Berlebihan III-14

48 3.3 Tahap Pengumpulan Data Pengumpulan data terdiri dari dua langkah yaitu menentukan desain sampling dan riset serta menyusun dan menyebarkan kuesioner awal dan akhir. Adapun penjelasan masing-masing langkah yang ada pada proses pengumpulan data adalah sebagai berikut: Penyusunan Kuesioner Kuesioner adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk menganalisis apakah faktor-faktor perilaku konsumen dalam keputusan pembelian yang meliputi faktor budaya, sosial, personal, dan psikologi dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam penggunaan bahan bakar minyak, serta untuk mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap keputusan menggunakan bahan bakar minyak. Langkah-langkah dalam menyusun kuesioner adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner. 2. Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner. 3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik dan tunggal. 4. Menentukan jenis data yang akan ditentukan sekaligus untuk menentukan analisanya. Kuesioner dilakukan dengan tujuan untuk mendapat masukan dan validasi terhadap butir-butir pertanyaan beserta jawaban yang dibuat agar pertanyaan dan jawaban tidak menimbulkan presepsi ganda kepada responden Responden Responden adalah orang yang berdomisili di wilayah kotamadya Surakarta. Jumlah reponden diperoleh dari data populasi jumlah kepala keluarga. Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik Surakarta tahun 2008, jumlah populasi kepala keluarga di wilayah commit Surakarta, to user sebagai berikut: III-15

49 Tabel 3.3 Data populasi jumlah kepala keluarga di wilayah Surakarta Kecamatan KK Pasar Kliwon Banjarsari Serengan Jebres Laweyan Jumlah Sumber: BPS kota Surakarta, Metode sampling Responden diambil dari data jumlah kepala keluarga dikecamatan yang ada di wilayah Surakarta, selanjutnya metode yang digunakan adalah area sampling. Area sampling digunakan dengan tujuan supaya sampel yang diperoleh dapat mewakili masyarakat Kota Surakarta. Pengambilannya respondennya yaitu diambil dari tiap-tiap kecamatan, kemudian responden diambil dari kelurahan berdasarkan area, yaitu kelurahan yang berada didaerah urban atau area yang dekat dengan pusat kota dan kelurahan yang berada di pinggiran kota. Keurbanan pada penelitian ini ditentukan dengan melihat seberapa dekatnya sebuah kelurahan dari pusat Kota Surakarta. Dalam penelitian ini kawasan urban dan pinggiran ditentukan dengan menggunakan software map Surakarta dengan menghitung jarak dari masingmasing kelurahan menuju pusat kota Surakarta (Balai Kota Surakarta). Selain itu juga memperhatikan dengan pusat Kota Surakarta, keurbanan sebuah kelurahan juga memperhatikan cepatnya sebuah informasi yang berasal dari pusat kota sampai kepada kelurahan tersebut. Selanjutnya pemilihan area disetiap kelurahan dilakukan secara random. Jumlah responden dilakukan secara proposional. Metode terakhir yang digunakan adalah purposive sampling dimana responden dipilih dengan maksud dan tujuan tertentu atau responden diambil karena dianggap responden memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian. Langkah pengambilan responden dapat dilihat pada gambar 3.7. III-16

50 Data populasi jumlah keluarga Rumus Taro Yamane N n = N. d Jumlah responden se-surakarta Metode area sampling Pengambilan responden di kelurahan berdasarkan area sampling Metode purposive sampling Gambar 3.4 Langkah pengambilan responden 2. Ukuran responden Penentuan jumlah responden menggunakan rumus Taro Yamane. N n =... (3.1) N. d n = (0,05) n = 398,8 = 400 orang Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = level signifikansi yang diinginkan maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 400 responden dengan proporsi disetiap kecamatannya, sebagai berikut: III-17

51 Tabel 3.4 Jumlah responden di setiap kecamatan di wilayah Surakarta Kecamatan KK Jumlah responden Pasar Kliwon Banjarsari Serengan Jebres Laweyan Jumlah Sumber: BPS kota Surakarta, responden ini diperoleh dari 5 kecamatan yang ada disurakarta, selanjutnya pengambilan responden di setiap kecamatan dilakukan berdasarkan lokasi kelurahan dari pusat kota Surakarta (daerah urban dan pinggiran kota). Hasil penentuan lokasi dan pengambilan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.5 Jumlah responden di setiap kelurahan di wilayah Surakarta KECAMATAN KELURAHAN JML.RESPONDEN JUMLAH Joyosuran 50 PASAR KLIWON Kampung Baru 12 Kadipiro 119 BANJARSARI Keprabon 11 Joyotakan 25 SERENGAN Kemlayan 16 Pucang Sawit 21 JEBRES Mojosongo 70 Laweyan 24 LAWEYAN Sriwedari 51 JUMLAH Sumber: Pengolahan Data, Pengujian Data Setelah kuesioner disebarkan kepada konsumen, maka perlu dilakukan pengujian terhadap kuesioner agar informasi yang diperoleh akurat. Pengujian kuesioner meliputi pengujian validitas dan pengujian reliabilitas. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment. sebagai berikut: Kemudian menguji taraf signifikan korelasi yaitu menguji signifikan r r hasil r tabel, maka pertanyaan valid r hasil r tabel, maka pertanyaan tidak valid III-18

52 Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach s Alpha. Kuesioner dikatakan reliabel jika r hasil lebih besar dari r tabel (r hasil > r tabel). Semakin besar nilai alpha Cronbach, maka semakin tinggi tingkat reliabilitas penelitian yang dilakukan. Setelah uji validitas dan uji realibilitas dilakukan, pengujian selanjutnya adalah pengujian pada kuesioner yang menyangkut dalam pengolahan data yaitu uji outliers. Uji Outliers dilakukan dengan tujuan untuk melihat sebjumlah apa data pengganggu sebelum melakukan analisis cluster. Outliers merupakan data yang memiliki jumlah diatas rata-rata atau sebaliknya. Langkah-langkah menentukan outliers adalah sebagai berikut: 1). Membuat deskriptif dari data penelitian. 2). Melakukan standarisasi data (zscore) 3). Menentukan outliers 3.4 Pengolahan Data Profil dan Perilaku Konsumen dalam Penggunaan BBM Prosentase karakteristik atau profil responden dan perilaku konsumen dalam penggunaan bahan bakar minyak dihitung. Formulasi untuk menghitung prosentase tersebut adalah sebagai berikut: nl Al= x100%...(3.2) N dimana: Al = presentase responden dengan ciri atau perilaku tertentu atau perilaku konsumen dalam penggunaan bahan bakar minyak. nl = jumlah responden dengan ciri atau perilaku tertentu. N = total jumlah responden. III-19

53 3.4.2 Analisis Cluster Proses analisis cluster dilakukan untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara objek-objek tersebut, sehingga objek-objek yang berada dalam satu cluster akan memepeunyai kedekatan hubungan satu dengan lainnya. Proses pengolahan data analisis cluster sebagai berikut: 1. Menentukan Tujuan Analisis cluster dilakukan dengan tujuan mengelompokkan atau mengklasifikasikan objek-objek ke dalam beberapa group sedemikian sehingga objek-objek yang berada dalam satu group akan bersifat homogen/similar (berdasarkan kriteria tertentu), sementara objek-objek antar group bersifat heterogen. Cluster-cluster yang terbentuk merupakan gambaran kelompok-kelompok yang mempunyai pendapat yang sama tentang faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian mereka. 2. Menentukan Desain Riset Pengukuran kemiripan interobjek adalah pengukuran kesesuaian atau kemiripan antar objek yang akan dikelompokkan. Kemiripan interobjek dapat dilihat dari tiga ukuran, yaitu korelasi dan jarak untuk data metrik, serta asosiasi untuk data nonmetrik. Sebelumnya perlu dilakukan proses standardisasi yaitu dengan mengubah satuan variabel ke Z-score apabila terdapat perbedaan satuan yang mencolok antar dua atau lebih variabel, sehingga perhitungan korelasi, jarak atau asosiasi yang telah dilakukan memberikan hasil yang valid. Dalam penelitian ini, kemiripan interobjek diukur dengan jarak euclidian distance. Menurut Dillon dalam proses clustering, teknik yang dapat dilakukan untuk penentuan jarak, antara lain: a) Interval - Euclidian Distance 2 D ( X, Y ) = commit å( Xito -user Yi)...(3.5) III-20

54 - Squared Ecluidian Distance 2 D ( X, Y ) = ( å Xi- Yi)...(3.6) b) Frekuensi - Chi Square D( X, Y ) = æ ç ç è 2 2 å( Xi - E( Xi)) å( Yi) - E( Yi))...(3.7) E( Xi) ö æ ç + ç ø è E( Yi) c) Biner - Squared Euclidian Distance D ( X, Y )= b+ c...(3.8) - Euclidian Distance D ( X, Y)= b+ c...(3.9) 3. Membuat Pembentukan cluster Pembentukan cluster pada intinya adalah penggabungan responden ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kedekatan hubungan. 4. Melakukan Interpretasi cluster Pada tahap ini, interpretasi cluster menekankan pada karakteristik apa yang membedakan masing-masing cluster, kemudian dilakukan pemberian nama berdasar objek pembentukan masing-masing cluster tersebut. 5. Melakukan profiling cluster Profiling dilakukan pada cluster yang terbentuk untuk menjelaskan karakteristik setiap cluster berdasar profil tertentu. ö ø III-21

55 3.5 Tahap Analisis Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya. 3.6 Tahap Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini akan membahas kesimpulan dari hasil pengolahan data dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan kemudian memberikan saran perbaikan yang mungkin dilakukan untuk penelitian selanjutnya. III-22

56 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini membahas tentang proses pengumpulan data berikut data responden dan identifikasi variabel penelitian serta proses pengolahan data yang terdiri dari pengujian validitas-reliabilitas, dan analisis multivariat yang relevan terhadap penelitian yaitu analisis cluster Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang relevan dalam penelitian. Responden diambil dari data jumlah kepala keluarga dikecamatan yang ada di wilayah Surakarta, selanjutnya metode yang digunakan adalah area sampling, dimana dari setiap kecamatan, responden diambil dari kelurahan berdasarkan area, yaitu kelurahan yang berada didaerah urban atau area yang dekat dengan pusat kota dan kelurahan yang berada di pinggiran kota, selanjutnya pemilihan area disetiap kelurahan dilakukan secara random. Jumlah responden dilakukan secara proposional. Metode terakhir yang digunakan adalah purposive sampling dimana responden yang dipilih mempunyai informasi-informasi yang diharapkan oleh peneliti. Kuesioner yang disebarkan terbagi menjadi tiga bagian. Bagian I berisi tentang profil responden yang meliputi data demografi, keluarga, dan pekerjaan, bagian II berisi tentang perilaku konsumen dalam penggunaan bahan bakar minyak yang terdiri dari 18 pertanyaan, dan bagian III berisi tentang faktor yang mempengaruhi perilaku dalam penggunaan bahan bakar minyak responden yang terdiri dari 11 pertanyaan. Kuesioner tersebut disebarkan kepada responden yang menggunakan bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor pada tanggal 28 Juni Juli Kuesioner yang disebarkan sebanyak 650 buah dan kuesioner yang kembali sebanyak 512 buah. Kuesioner yang dipakai dalam pengolahan sebanyak 400 buah dan yang tidak dipakai sebanyak 112 buah karena ada satu atau lebih dari pertanyaan kuesioner yang tidak dijawab. IV-1

57 4. 2 Data Penelitian Data penelitian mengalami proses editing dan tabularing agar dapat diolah. Hasil dari penelitian bagian I berisi tentang profil konsumen bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor yang terdiri dari jenis kelamin, tempat lahir, agama, suku/etnis, usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan posisi/peran. Hasil penelitian bagian II berisi tentang perilaku konsumen dalam penggunaan bahan bakar minyak yang terdiri dari tempat beraktivitas, pemberi pengaruh, pengaruh aktivitas social, pengambil keputusan, orang tua masih membiayai, frekuensi travelling, alat transportasi, tempat travelling, jumlah motor dan mobil, frekuensi beli bahan bakar minyak, tempat beli, jenis bahan bakar minyak, alasan menggunakan kendaraan, dan keseuaian bahan bakar minyak dengan kendaraan. Sedangkan untuk bagian III berisi mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor yang berisi mengenai opini yang terdiri dai faktor budaya, social, personal, dan psikologi. Rekap hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.3. Tabel 4.1 Rekap kuesioner bagian I tentang profil konsumen Profil Konsumen N Min Max Mean Std. Dev Jenis Kelamin 400 1,00 2,00 1, , Tempat Lahir 400 1,00 5,00 1, , Agama 400 1,00 4,00 1, , Suku/Etnis 400 1,00 6,00 1, , Usia 400 1,00 5,00 2, ,41194 Status (masy) 400 1,00 4,00 1, ,82103 Pekerjaan 400 1,00 5,00 3, , Status (kerja) 400 1,00 2,00 1, , Posisi Pekerjaan 400 1,00 4,00 1, , Pendidikan 400 1,00 5,00 3, , Pendapatan 400 1,00 5,00 1, , Pembatas BBM 400 1,00 2,00 1, , Pembatasnya 400 1,00 4,00 2, , Status (kel) 400 1,00 4,00 2, , Jumlah Anggota 400 1,00 4,00 3, , Valid N 400 Sumber : data primer yang telah diolah, 2010 IV-2

58 Tabel 4.2 Rekap kuesioner bagian II tentang perilaku konsumen dalam penggunaan BBM Perilaku Penggunaan BBM N Min Max Mean Std. Dev Tempat Beraktivitas 400 1,00 123,00 4, , Pemberi Pengaruh 400 1, ,00 19, ,9482 Aktivitas Sosial 400 1,00 234,00 9, ,89491 Pengaruh Aktivitas Sosial 400 1,00 6,00 2, ,86526 Pengambil Keputusan 400 1,00 23,00 1, , Ortu Masih Membiayai 400 1,00 2,00 1, , Frekuensi Travelling 400 1,00 5,00 2, , Alat/Moda Transportasi (trav) 400 1,00 13,00 1, , Tempat Travelling 400 1,00 123,00 5, ,35287 Jumlah Motor 400 1,00 5,00 2, , Jumlah Mobil 400 1,00 4,00 1, ,66449 Frekuensi Beli BBM 400 1,00 4,00 2, , Tempat Beli BBM 400 1,00 123,00 2, ,76512 Jenis BBM 400 1,00 13,00 1, , Alat/Moda Transportasi (sehari) 400 1,00 15,00 1, , Alasan Menggunakan Kendaraan 400 1, ,00 388, ,319 Cara Mengenal BBM pertama 400 1,00 4,00 1, , Tingkat Kesesuaian Kualitas BBM 400 1,00 5,00 2,5625 0,66498 Kesesuaian BBM dengan Kendaraan 400 1,00 5,00 3,2975 0,71433 Valid N 400 Sumber : data primer yang telah diolah, 2010 Tabel 4.3 Rekap kuesioner bagian III tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam penggunaan BBM Statistik Keterangan Faktor yang mempengaruhi konsumsi BBM Budaya Sosial Personal Psikologi N Valid Hilang Mean 3,5225 2,8475 2,8875 2,7775 3,2425 2,72 3,5775 2,0275 2,405 Standart Deviasi 0, , , , , , , , , Minimum Maximum Sumber : data primer yang telah diolah, Pengujian Data Pengujian data meliputi uji validitas dan uji reliabilitas, diolah dengan bantuan software excel Uji Validitas Dalam sebuah penelitian, suatu angket dikatakan valid apabila pertanyaan pertanyaannya mampu mengungkapkan semua yang akan diukur oleh angket tersebut. Sehingga apabila angket yang sebagai alat ukur valid maka data yang diperoleh juga valid. Pengujian validitas yang dilakukan adalah uji validitas konstruk dengan tujuan untuk mengetahui hasil pengukuran suatu kriteria berdasarkan respon individu yang berbeda. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan IV-3

59 skor setiap item pertanyaan dengan skor keseluruhan. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan data seluruh responden yaitu sebanyak 400 responden. Pertanyaan yang diuji adalah pertanyaan bagian III sebanyak 11 butir pertanyaan karena pertanyaan-pertanyaan tersebut mempunyai skala likert sedang pertanyaan yang lain mempunyai skala nominal dan interval. Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil uji validitas variabel X Y ( X)2 (Y2) XY (X2) ( Y)2 n r hitung r tabel Ket , ,098 valid , ,098 valid , ,098 valid , ,098 valid , ,098 valid , ,098 valid , ,098 valid , ,098 valid , ,098 valid , ,098 valid , ,098 Sumber : data primer yang telah diolah, 2010 valid Dalam tabel 4.4 setelah diperoleh angka korelasi masing-masing variable (r-hitung) maka nilai r-hitung dibandingkan dengan nilai r-tabel (0,098). Apabila nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel, maka hipotesa dapat diterima dan disimpulkan bahwa pertanyaan tersebut mempunyai korelasi positif dengan skor total. Begitu pula sebaliknya. Diperoleh hasil bahwa kesemua skor korelasi lebih besar dai skor tabel, maka hipotesa dapat diterima sehingga variabel/atribut berkorelasi positif atau telah valid. Setelah melakukan uji validitas, pengolahan data dilanjutkan dengan uji reliabilitas Uji Realibilitas Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi suatu instrumen ukur di dalam mengukur variabel penelitian. Pengujian reliabilitas dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach s Alpha. Dengan mengunakan persamaan 2.2 diatas, berikut ini diberikan contoh perhitungan reliabilitas kuesioner. Ada tiga langkah dalam menghitung nilai alpha Cronbach, yaitu menghitung varian butir, menghitung varian total, dan menghitung nilai Alpha Cronbach. IV-4

60 Menghitung varian butir variabel pertama s s 2 b 2 b å ( ) 2 å X X - = n n = Menghitung varian total s s 2 t 2 t 2 ( y) 2 y - n n (12901) = = å å Menghitung Alpha Cronbach r r = k é å s bù ê1-2 ú k-1êë s t úû 2 2 = 0, = 37, é 13,42732ù = 1 = 0, ê - 37,42371 ú ë û Dari hasil perhitungan didapatkan nilai korelasi hitung sebesar 0,705. Nilai r tabel adalah 0,098 sehingga nilai r hitung lebih besar dari r tabel (r 11 > r tabel ). Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner reliabel. bawah ini : Hasil perhitungan reliabilitas kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.5 di Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil uji reliabilitas Nilai Korelasi Hitung Nilai Korelasi Tabel Keterangan 0,705 0,098 reliabel Sumber : data primer yang telah diolah, 2010 Diperoleh hasil bahwa angka Cronbanch s Alpha lebih besar dari skor tabel, maka hipotesa dapat diterima, serta dapat disimpulkan bahwa skor masingmasing variabel/atribut mempunyai korelasi positif atau dapat dikatakan bahwa data telah reliabel. IV-5

61 4.3.3 Uji Outlier Data outlier dapat terjadi karena kesalahan dalam memasukkan data mentah, kesalahan pada pengambilan sampel, atau adanya data ekstrim yang ada dalam pencarian dan perekapan data. Tujuan dari uji outlier ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya data ekstrim atau data yang berbeda dengan data lain. Uji outlier ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 17. Langkah-langkah dalam melakukan uji outlier adalah sebagai berikut: 1. Standarisasi data Deteksi data dengan standarisasi prinsipnya mengubah nilai data semula menjadi dalam bentuk zscore, kemudian menafsirkan nilai dari zscore tersebut. 2. Pendeteksian outlier Apabila sebuah data dikatakan outlier, maka nilai z yang diperoleh lebih besar dari angka +2,5 atau lebih kecil dari 2,5. Dari hasil pengolahan melalui software SPSS nilai z dapat dilihat di sebelah kanan input dan melalui pendeteksian outliernya dapat diketahui bahwa tidak ada data yang mengalami outlier. Rekapitulasi uji outlier dapat dilihat pada lampiran Profil Konsumen dan Perilaku Konsumen Bahan Bakar Minyak Prosentase profil konsumen bahan bakar minyak di Kota Surakarta yang berisi tentang jenis kelamin, tempat lahir, agama, dan suku/etnis disajikan pada gambar diagram lingkaran Sedangkan prosporsi pada masing-masing kelurahan dapat dilihat pada tabel 4.7. Gambar 4.1 Rataan Jenis Kelamin Gambar 4.2 Rataan Tempat Lahir IV-6

62 Gambar 4.3 Rataan Agama Gambar 4.4 Rataan Suku/Etnis Prosentase profil konsumen bahan bakar minyak di Kota Surakarta yang berisi tentang usia, status dalam masyarakat, pekerjaan, dan posisi atau peran dalam pekerjaan disajikan pada gambar diagram lingkaran Gambar 4.5 Usia Warga Surakarta Gambar 4.6 Status Masyarakat Gambar 4.7 Rataan Pekerjaan Gambar 4.8 Posisi Pekerjaan IV-7

63 Prosentase profil konsumen bahan bakar minyak di Kota Surakarta yang berisi tentang pendidikan, pendapatan, pemberi batasan dalam menggunakan bahan bakar minyak keluarga, peran dalam keluarga, serta jumlah anggota keluarga disajikan pada gambar diagram lingkaran Gambar 4.9 Pendidikan Terakhir Gambar 4.10 Pendapatan Gambar 4.11 Pembatas Keluarga Gambar 4.12 Peran Keluarga Gambar 4.13 Jumlah Anggota Keluarga IV-8

Analisis Konsumsi dan Perilaku Konsumen dalam Penggunaan Energi BBM untuk Kendaraan Bermotor di Surakarta

Analisis Konsumsi dan Perilaku Konsumen dalam Penggunaan Energi BBM untuk Kendaraan Bermotor di Surakarta Performa (010) Vol. 9, No.: 47-5 Analisis Konsumsi dan Perilaku Konsumen dalam Penggunaan Energi BBM untuk Kendaraan Bermotor di Surakarta Roni Zakaria, Fakhrina Fahma dan Sukma Hendra Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

PERTAMINA SIAP IMPOR BBM TIDAK LEWAT TRADER DPR MINTA BPK PERIKSA PETRAL

PERTAMINA SIAP IMPOR BBM TIDAK LEWAT TRADER DPR MINTA BPK PERIKSA PETRAL PERTAMINA SIAP IMPOR BBM TIDAK LEWAT TRADER DPR MINTA BPK PERIKSA PETRAL en.vivanews.com Pertamina akan berupaya memprioritaskan impor i bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah dari berbagai sumber,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN. penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui SPBU. Berdiri sejak

BAB IV ANALISIS PENELITIAN. penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui SPBU. Berdiri sejak BAB IV ANALISIS PENELITIAN 4.1. Profil Perusahaan PT. Artha Bangkit Cemerlang (PT. ABC) adalah sebuah perusahaan swasta umum yang bergerak di bidang pengelolaan penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan jumlah penduduknya, dari tahun ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini berbanding lurus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kausal antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis.

III. METODE PENELITIAN. kausal antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis. III. METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian dan Objek Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian explanatory. Penelitian explanatory bermaksud

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah level of explanation yaitu penelitian deskriptif dan asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Siregar (2013, p.15)

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode Bab III METODE A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI & KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI & KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI & KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bahan Bakar Minyak Bahan bakar adalah material dengan suatu jenis energi yang bisa diubah menjadi energi berguna lainnya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:7), metode penelitian kuantitatif diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia, sektor transportasi khususnya kendaraan bermotor

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU DAN EKSPEKTASI PENGGUNA BUS BATIK SOLO TRANS (BST) BERDASARKAN PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN JASA

ANALISIS PERILAKU DAN EKSPEKTASI PENGGUNA BUS BATIK SOLO TRANS (BST) BERDASARKAN PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN JASA ANALISIS PERILAKU DAN EKSPEKTASI PENGGUNA BUS BATIK SOLO TRANS (BST) BERDASARKAN PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN JASA Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PINRIH PUTRI RAHSA JATI

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK KINERJA SEPEDA MOTOR DENGAN VARIASI JENIS BAHAN BAKAR BENSIN

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK KINERJA SEPEDA MOTOR DENGAN VARIASI JENIS BAHAN BAKAR BENSIN EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol. No.1 Januari 2015, 1 - STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK KINERJA SEPEDA MOTOR DENGAN VARIASI JENIS BAHAN BAKAR BENSIN Nazaruddin Sinaga 1) ; Mulyono 2) 1) Magister Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Bahan bakar yang dipergunakan motor bakar dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yakni : berwujud gas, cair dan padat (Surbhakty 1978 : 33) Bahan bakar (fuel)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 3.2 Teknik Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi maka dapat menimbulkan perubahan juga pada. masyarakatnya dimana mereka menuntut kelancaran transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi maka dapat menimbulkan perubahan juga pada. masyarakatnya dimana mereka menuntut kelancaran transportasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era perkembangan sekarang ini pemasaran merupakan faktor penting dalam menentukan maju berkembangnya suatu perusahaan. Pemasaran adalah suatu kegiatan dimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Kepuasan pengguna yang menjadi tujuan dari perusahaan dituangkan dalam strategi dan rencana kerja yang diimplementasikan dalam kegiatan pemasaran dan pelayanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis penelitian yang III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian Untuk membatasi permasalahan dan penelitian maka ditetapkan jenis dan lokasi penelitian yang akan dilakukan. 1. Jenis Penelitian Berdasarkan perumusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual English First Bogor adalah lembaga kursus bahasa Inggris yang menggunakan tenaga pengajar penutur asli bahasa Inggris, memiliki jadwal kursus

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Bahwa dalam penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA SPBU

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA SPBU ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA SPBU 44.594.02 JEPARA) PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut karena Universitas Mercu Buana Jakarta merupakan salah satu universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Sugiyono (2002, p11) jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yang memiliki hubungan kausal, mendefinisikan penelitian asosiatif

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2012:2), metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditentukan, dibuktikan, dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan judul yang diangkat yaitu: Pengaruh Promosi, Harga, dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan judul yang diangkat yaitu: Pengaruh Promosi, Harga, dan 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Berdasarkan judul yang diangkat yaitu: Pengaruh Promosi, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota Avanza. PT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Penelitian Kepustakaan 1. Study literatur atau studi kepustakaan, yaitu dengan mendapatkan berbagai literatur dan referensi tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode bagi suatu penelitian merupakan suatu alat didalam pencapaian suatu tujuan untuk memecahkan suatu masalah. Metode penelitian (Sugiyono, 2010:2) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif lebih bebas akibat dikuranginya proteksi dalam perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. relatif lebih bebas akibat dikuranginya proteksi dalam perdagangan internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Saat ini perkembangan ekonomi dunia ditandai dengan proses globalisasi menuju ke arah pasar bebas. Persaingan bisnis dalam pasar bebas akan menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB 3 METODOLOGI. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Inferensia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis suatu sample dan menjelaskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan verifikatif. Analisis deskriptif ini menyatakan variabel penyebab dan varibel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Populasi 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Setiabudhi No.229 Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian komparatif (Sugiyono, 2009:99) dimana

III. METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian komparatif (Sugiyono, 2009:99) dimana III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Sumber Data 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian komparatif (Sugiyono, 2009:99) dimana penelitian ini bersifat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada wilayah Bandar Lampung yang merupakan salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada wilayah Bandar Lampung yang merupakan salah satu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada wilayah Bandar Lampung yang merupakan salah satu kota yang ada di provinsi Lampung. Sampel akan diambil secara acak di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua dalam penerimaan devisa negara setelah minyak dan gas. Oleh. dibangun dengan harapan agar wisatawan banyak datang berkunjung

BAB I PENDAHULUAN. kedua dalam penerimaan devisa negara setelah minyak dan gas. Oleh. dibangun dengan harapan agar wisatawan banyak datang berkunjung digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependen adalah minat beli konsumen.

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependen adalah minat beli konsumen. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah citra merek, variabel dependen adalah minat beli konsumen. X Y

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif hubungan kausal. Menurut Sugiyono (2010 : 53), Penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipologi Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey, dimana penelitian ini akan mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset/DPPKA karena dinas inilah yang bertugas merumuskan kebijakan teknis,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan desain atau suatu proses yang memberikan arahan atau petunjuk secara sistematis kepada peneliti dalam melakukan proses penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. 2. Populasi Penelitian Populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, bidang pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan

Lebih terperinci

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun mandi cair LUX pada

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun mandi cair LUX pada III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam skripsi ini objek penelitian adalah konsumen sabun pada Chandra Departement Store yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk No. 1 Tanjungkarang Bandarlampung.

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar 27 BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Lingkup Penelitian Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar daerah operasi perusahaan yakni di daerah kampung Sakarum, Nasef, Malabam,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen. Menurut Setiadi (2008:415) berpendapat bahwa pengambilan keputusan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen. Menurut Setiadi (2008:415) berpendapat bahwa pengambilan keputusan BAB II LANDASAN TEORI A. Uraian Teori 1. Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen Menurut Setiadi (2008:415) berpendapat bahwa pengambilan keputusan konsumen, adalah proses pengintergasian yang mengkombinasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia akhir-akhir ini telah berkembang dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin banyak berdirinya perusahaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, dan 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Sumber Data 3.1.1 Penelitian kepustakaan Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, dan sumber berupa tulisan yang berhubungan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek / sumber

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek / sumber BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Desain Penelitian III.1.1 Populasi dan Sampel III.1.1.1 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek / sumber yang mempunyai kualitas dan karakteristik

Lebih terperinci

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89.

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89. BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hubungan ketersediaan fasilitas perpustakaan dengan minat kunjung siswa ke perpustakaan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian mulai dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi tersebut mencakup konteks riset, data dan sumber data, lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi tersebut mencakup konteks riset, data dan sumber data, lokasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lingkup Penelitian Pada bab ini akan dibahas metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Metodologi tersebut mencakup konteks riset, data dan sumber data, lokasi penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel penelitian yaitu variabel motivasi belajar mahasiswa dan Fungsi Multimedia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel penelitian yaitu variabel motivasi belajar mahasiswa dan Fungsi Multimedia BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian a. Metode. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional karena penelitian berusaha menyelidiki hubungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian menurut metode, penulis menggunakan penelitian survey. Menurut Siregar (2013 : 10), Penelitian survey adalah penelitian yang tidak melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2007) dalam penelitian ini, jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2007) dalam penelitian ini, jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2007) dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya 44 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Pada Bandung. Dalam penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Analisis 3.1.1 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Berdasarkan teori yang telah diuraikan dalam bab 2, penelitian ini memiliki kerangka penelitian sebagai berikut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh citra merek dan kualitas produk

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh citra merek dan kualitas produk 43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh citra merek dan kualitas produk terhadap pengambilan keputusan pembelian mobil merek Toyota Kijang Innova di Bandar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci

ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI

ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI 1 ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI A. Pengujian Hipotesis 1. Estimasi dan Probabilitas Pernyataan hipotesis merupakan ekspektasi peneliti mengenai karakteristik populasi yang didukung oleh logika teoritis.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kunatitatif. Karena penelitian ini di sajikan dengan angka angka. Hal

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini akan menguraikan dan memaparkan mengenai sikap konsumen terhadap atribut-atribut

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN BAB III DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Objek yang diteliti adalah beberapa KAP-KAP lokal yang berdomisili di Jakarta Barat. Jumlah KAP yang di jadikan sebagai tempat riset sebanyak empat KAP,

Lebih terperinci

Analisa hubungan karakteristik konsumen dengan atribut-atribut jasa internet telkomnet instant yang ditawarkan PT.Telkom di Surakarta

Analisa hubungan karakteristik konsumen dengan atribut-atribut jasa internet telkomnet instant yang ditawarkan PT.Telkom di Surakarta Analisa hubungan karakteristik konsumen dengan atribut-atribut jasa internet telkomnet instant yang ditawarkan PT.Telkom di Surakarta Kiki Adhi Eka Juana NIM.F0299067 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana menurut Vardiansyah (2005:64) adalah jenis penelitian yang membangun pengetahuan dan memperoleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel 31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

horizon penelitian ini yaitu cross sectional, di mana informasi yang didapat hanya

horizon penelitian ini yaitu cross sectional, di mana informasi yang didapat hanya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2007, p.11) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain semakin meningkat. Dengan meningkatnya tingkat mobilitas ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. lain semakin meningkat. Dengan meningkatnya tingkat mobilitas ini, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini, tingkat mobilitas manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain semakin meningkat. Dengan meningkatnya tingkat mobilitas ini, maka kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah studi yang meneliti tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan di restoran Tairyo Indonesia yang terletak di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suatu permasalahan (Azwar,2012:1). Desain penelitian dapat diartikan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. suatu permasalahan (Azwar,2012:1). Desain penelitian dapat diartikan suatu BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan ilmiah dalam memecahkan suatu permasalahan (Azwar,2012:1). Desain penelitian dapat diartikan suatu rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan penulis di Ma had Putri Sunan Ampel Al-Ali

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan penulis di Ma had Putri Sunan Ampel Al-Ali BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan penulis di Ma had Putri Sunan Ampel Al-Ali Fakultas Ekonomi Angkatan 2013 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dengan adanya metode penelitian ini diharapkan agar setiap langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan yang akan diteliti. Penelitian yang akan dilakukan yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan yang akan diteliti. Penelitian yang akan dilakukan yaitu jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma sebuah penelitian menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria penulisan sebagai landasan untuk menjawab permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan sekunder bagi setiap orang dan tas merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan sekunder bagi setiap orang dan tas merupakan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis menjadi sangat ketat, hal itu dapat dilihat dengan banyaknya perusahaan sejenis yang menawarkan produk yang hampir sama. Persaingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan BAB III METODE PENELITIAN 3. Desain Penelitian Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu secara benar. Husein (998 : ). Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dimaksudkan sebagai seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN III. 1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh direct marketing terhadap

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh direct marketing terhadap 43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh direct marketing terhadap pengambilan keputusan pembelian produk XAMthone plus dari PT. UFO BKB Syariah. Objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Sugiyono (2013:01).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu contohnya adalah perubahan teknologi. Komunikasi, informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu contohnya adalah perubahan teknologi. Komunikasi, informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Seiring dengan kemajuan zaman telah terjadi banyak perubahan di sekeliling kita. Salah satu contohnya adalah perubahan teknologi. Komunikasi, informasi dan

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Kabupaten Tulang Bawang yang beralamat di Jalan Cemara Kompleks

Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Kabupaten Tulang Bawang yang beralamat di Jalan Cemara Kompleks BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang beralamat di Jalan Cemara Kompleks Perkantoran

Lebih terperinci

Pertemuan 6 & 7 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS. Objektif:

Pertemuan 6 & 7 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS. Objektif: Pertemuan 6 & 7 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Objektif: 1. Mahasiswa dapat mengetahui ketepatan mengukur suatu alat ukur (uji validitas) 2. Mahasiswa dapat menentukan konsistensi alat ukur (uji reliabilitas)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek penelitian adalah suatu bentuk populasi yang berada dalam letak geografis tertentu dengan karakteristik yang sesuai dengan penelitian yang akan

Lebih terperinci

Sebelum dihidangkan, masakan anda perlu diketahui rasanya. Apa yang harus anda lakukan? Mencicipi, artinya mengambil. yang akan dihidangkan

Sebelum dihidangkan, masakan anda perlu diketahui rasanya. Apa yang harus anda lakukan? Mencicipi, artinya mengambil. yang akan dihidangkan Apa yang dimaksud SAMPLING? Sebelum dihidangkan, masakan anda perlu diketahui rasanya. Apa yang harus anda lakukan? Mencicipi, artinya mengambil sedikit untuk menyimpulkan rasa masakan yang akan dihidangkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian explanatory research adalah jenis penelitian yang menyoroti hubungan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, menuntut setiap perusahaan untuk selalu inovatif dalam mengembangkan usahanya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Keadaan Internal Kebun Raya Bogor

III. METODOLOGI PENELITIAN. Keadaan Internal Kebun Raya Bogor 29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Keadaan Internal Kebun Raya Bogor A. Geografi B. Demografi C. Perilaku D. Psikografi Analisis Deskriptif Analisis Cluster berdasarkan AIO Segmentasi

Lebih terperinci