BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yanti Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kusta Definisi dan Etiologi Kusta Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. [1] Kusta merupakan penyakit pada saraf perifer, tetapi bisa juga menyerang kulit dan kadang-kadang jaringan lain seperti mata, mukosa saluran respirasi atas, tulang, dan testis. Waktu inkubasinya panjang, mungkin beberapa tahun, dan tampaknya kebanyakan pasien mendapatkan infeksi sewaktu masa anak-anak. [1] Kuman penyebab kusta adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G.A. Hansen pada tahun 1974 di Norwegia, yang sampai sekarang belum dapat dibiakkan dalam media artifisial.m. leprae berbentuk basil dengan ukuran 3-8 um x 0,5 um, tahan asam dan alkohol serta positif-gram. [1] M.leprae hidup intraseluler dan mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf (Schwan cell) dan sel dari sistem retikulo endothelial.waktu pembelahannya sangat lama, yaitu 2-3 minggu.di luar tubuh manusia (dalam kondisi tropis) kuman kusta dari sekret nasal dapat bertahan sampai 9 hari. Pertumbuhan optimal in vivo kuman kusta pada tikus pada suhu C. [10] Epidemiologi Distribusi menurut faktor manusia: [4] a. Etnik dan suku Dalam satu negara atau wilayah yang sama kondisi lingkungannya, didapatkan bahwa faktor etnik mempengatuhi distribusi tipe kusta. Di Myanmar kejadian kusta lepramatosa lebih sering terjadi pada etnik Burma dibandingkan dengan etnik India. Situasi di Malaysia juga mengindikasikan hal yang sama,
2 kejadian kusta lepramatosa lebih banyak pada etnik Cina dibandingkan etnik Melayu atau India b. Faktor sosial ekonomi Faktor sosial ekonomi berperan penting dalam kejadian kusta, hal ini terbukti pada negara-negara di Eropa.Dengan peningkatan sosial ekonomi, maka kejadian kusta sangat cepat menurun bahkan hilang. c. Distribusi menurut umur Kebanyakan penelitian melaporkan distribusi penyakit kusta menurut umur berdasarkan prevalensi, hanya sedikit yang berdasarkan insiden karena pada saat timbulnya penyakit sangat sulit diketahui. Dengan kata lain kejadian penyakit sering terkait pada umur saat diketemukan dari pada saat ditimbulnya penyakit. Pada penyakit kronik seperti kusta, angka prevalensi penyakit berdasarkan kelompok umur tidak menggambarkan risiko kelompok umur tertentu untuk terkena penyakit. Kusta diketahui terjadinya pada semua usia berkisar antara bayi sampai usia lanjut (3 minggu sampai lebih dari 70 tahun). Namun yang terbanyak adalah pada usia muda dan produktif. d. Distribusi menurut jenis kelamin Kusta dapat mengenai laki-laki dan perempuan.berdasarkan laporan, sebagian besar negara di dunia kecuali di beberapa negara di Afrika menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak terserang daripada perempuan Patogenesis Kusta M.leprae mempunyai patogenitas dan daya invasi yang rendah, sebab penderita yang mengandung kuman lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat, bahkan dapat sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat penyakit, tidak lain disebabkan oleh respon imun yang berbeda, yang menggugah timbulnya reaksi granuloma setempat atau meyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya. [1]
3 Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak dan mata. Berikut bagan patogenesis kusta : Gambar 2-1. Patogenesis Kusta [1] Sumber : Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI Edisi keenam Klasifikasi Kusta Pola klinis penyakit ini ditentukan oleh respon imunitas yang diperantarai sel (cell-mediated immunity) atau imunitas seluler (celluler immunity) host terhadap organisme, yaitu : [10] a. Bila respons imunitasnya baik, maka timbul lepra tuberkuloid. b. Bila respons imunitas selulernya rendah, maka multipikasi kuman menjadi tidak terkendali dan timbul bentuk lepra lepromatosa. c. Di antara kedua bentuk lepra yang ekstrem tadi, terdapat spektrum penyakit ini yang disebut lepra borderline, di mana gambaran klinis dan histopatologisnya menggambarkan berbagai derajat respon imunitas seluler terhadap kuman. Ridley dan Jopling memperkenalkan istilah spectrum determinate pada penyakit kusta yang terdiri atas berbagai tipe dan bentuk, yaitu : [1] TT : Tuberkuloid polar (bentuk yang stabil) Ti : Tuberkuloid indefinite (bentuk yang labil) BT : Borderline tuberkuloid(bentuk yang labil)
4 BB : Mid borderline(bentuk yang labil) BL : Borderline lepromatous(bentuk yang labil) Li : Lepromatosa indefinite(bentuk yang labil) LL : Lepromatosa polar (bentuk yang stabil) Menurut WHO pada tahun 1981, kusta dibagi menjadi multibasilar dan pausibasilar. Yang termasuk dalam multibasilar adalah tipe LL, BL dan BB pada klasifikasi Ridley-Jopling dengan Indeks Bakteri (IB) lebih dari 2+ sedangkan pausibasilar adalah tipe I (indeterminate), TT dan BT dengan IB kurang dari 2+. [1] Gejala Klinis Kusta Penyakit kusta memiliki gejala klinis yang berbeda-beda sesuai dengan tipenya, berikut dapat dilihat gambaran klinis dari kusta : TABEL 2-1. GAMBARAN KLINIS, BAKTERIOLOGI, DAN IMUNOLOGIK KUSTA MULTIBASILAR (MB) [1] SIFAT LEPROMATOSA (LL) Lesi - Bentuk Makula Infiltrat difus Papul Nodus - Jumlah Tidak terhitung, praktis tidak ada kulit sehat BORDERLINE LEPROMATOSA (BL) Makula Plakat Papul Sukar dihitung, masih ada kulit sehat MID BORDERLINE (BB) Plakat Dome-shaped Punched-out - Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris Dapat dihitung, kulit sehat jelas ada - Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak berkilat - Batas Tidak Jelas Agak jelas Agak jelas - Anestesia Tidak ada sampai Tak Jelas Lebih jelas tidak jelas BTA - Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agakbanyak - Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya negatif Negatif Tes Lepromin Negatif Negatif Negatif Sumber : Buku Ilmu Kulit dan Kelamin FK UI Edisi keenam
5 TABEL 2-2. GAMBARAN KLINIS, BAKTERIOLOGIK, DAN IMUNOLOGIK KUSTA PAUSIBASILAR (PB) [1] SIFAT TUBERKULOID (TT) Lesi - Bentuk Makula saja, makula dibatasi infiltrate BORDERLINE TUBERCULOID (BT) Makula dibatasi infiltrat; infiltrat saja - Jumlah Satu, dapat beberapa Beberapa atau satu dengan satelit - Distribusi Asimetris Masih asimetris Variasi INDETERMINA TE (I) Hanya makula Satu atau beberapa - Permukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus, agak berkilat - Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau dapat tidak jelas - Anestesia Jelas Jelas Tak ada sampai tidak jelas BTA - Lesi Kulit Hampir selalu negative Negatif atau hanya 1+ Biasanya negatif Tes lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif lemah atau negatif Sumber : Buku Ilmu Kulit dan Kelamin FK UI Edisi keenam Penegakan Diagnosis Kusta Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran klinis, bakterioskopis, dan hispatologis, dan serologis.di antara ketiganya, diagnosis secara klinislah yang terpenting dan paling sederhana.hasil bakterioskopis memerlukan waktu paling sedikit menit, sedangkan histopatologik hari.kalau memungkinkan dapat dilakukan tes lepromin (Mitsuda) untuk membantu penentuan tipe, yang hasilnya baru diketahui setelah 3 minggu. Penentuan tipe kusta perlu dilakukan agar dapat menentukan terapi yang sesuai. [1] Antara diagnosis secara klinis dan histopatologik, ada kemungkinan terdapat persamaan maupun perbedaan tipe.perlu diingat bahwa diagnosis seseorang harus didasarkan hasil pemeriksaan kelainan klinis seluruh tubuh orang
6 tersebut.sebaiknya jangan hanya didasarkan pemeriksaan sebagian tubuh saja, sebab ada kemungkinan diagnosis di wajah berbeda dengan tubuh, lengan, tungkai, dan sebagainya.bahkan pada satu lesi (kelainankulit) pun dapat berbeda tipenya, umpamanya di sisi kiri berbeda dengan sisi di kanan.begitu pula dasar diagnosis histopatologik, tergantung pada beberapa tempat dan dari tempat mana biopsinya diambil. Sebagaimana lazimnya dalam bentuk diagnosis klinis, dimulai dengan inspeksi, palpasi, lalu dilakukan pemeriksaan yang menggunakan alat sederhana, yaitu: jarum, kapas, tabung reaksi masing-masing dengan air panas dan air dingin, pensil tinta, dan sebagainya. [1] Penatalaksanaan Kusta 1. Terapi Farmakologis Obat antikusta yang paling banyak dipakai pada saat ini adalah Diaminodifenil Sulfon (DDS) kemudian klofazimin, dan rifampisin.dds mulai dipakai sejak 1948 dan di Indonesia digunakan pada tahun 1952.Klofazimin dipakai sejak 1962 oleh Brown dan Hogerzeil, dan rifampisin sejak tahun Untuk mencegah resistensi, pengobatan tuberkulosisi telah menggunakan Multi Drug Treatment (MDT) sejak 1951, sedangkan untuk kusta baru dimulai pada tahun [1] Cara pemberian MDT 1. MDT untuk multibasilar (BB, BL, LL atau semua tipe dengan BTA positif) adalah : - Rifampisin 600 mg setiap bulan, dalam pengawasan - DDS 100 mg setiap hari - Klofazimin : 300 mg setiap bulan, dalam pengawasan, diteruskan 50 mg sehari atau 100 mg selama sehari atau 3 kali 100 mg setiap minggu. 2. MDT untuk pausibasilar (I, TT, BT, dengan BakteriTahan Asam negatif) adalah: - Rifampisin 600 mg setiap bulan, dengan pengawasan - DDS 100 mg setiap hari. [1]
7 cacat. [4] Terdapat dua jenis reaksi kusta, yaitu reaksi tipe 1 dan reaksi tpe 2.Reaksi 2.Terapi Non-Farmakologis [11] - Pasien kusta secara rutin perlu menjaga kebersihan diri, terutama pada region yang mengalami penurunan fungsi neurologis. Tangan atau kaki yang anastetik dapat direndam setiap hari selama menit. Lesi kalus atau kulit keras di sekitar ulkus dapat diabrasi, paling baik dilakukan oleh tenaga medis dengan bilah skapel. Selanjutnya, untuk menjaga nutrisi dan kelembapan yang adekuat pada kulit, dapat diberikan pelembab topikal; - Istirahatkan region yang terlihat kemerahan atau melepuh. Hindari tekanan yang berlebihan pada region lesi, misalnya dengan elevasi tungkai saat istirahat atau mencegah berjalan kaki dalam jangka waktu lama; - Untuk mencegah dan menangani komplikasi yang ada, dibutuhkan kerja sama dengan bedah ortopedi, podiatrist, neurologi, oftalmologi, dan rehabilitasi medis Reaksi Kusta Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan yang sangat kronis.reaksi kusta merupakan reaksi hipersensitivitas, yaitu hipersensitivitas seluler (reaksi tipe 1/reaksi reversal), saat terjadinya peningkatan Cellular Mediated Immunity (CMI) atau hipersensitivitas humoral (reaksi tipe2/ eritema nodosum leprosum).bila reaksi tidak didiagnosis dan diobati secara cepat dan tepat maka dapat berakibat merugikan pasien. Jika reaksi mengenai saraf tepi akan menyebabkan gangguan fungsi saraf yang akhirnya dapat menyebabkan tipe 1 lebih banyak terjadi pada pasien yang berada di spektrum borderline, karena tipe borderline ini merupakan tipe tidak stabil.sedangkan reaksi tipe 2 terjadi pada pasien tipe Multibasilar.Reaksi kusta dapatterjadi sebelum pengobatan, tetapi terutama terjadi selama atau setelah pengobatan.penyebab pasti terjadinya reaksi masih belum jelas. Diperkirakan sejumlah faktor pencetus memegang peranan penting. [4] Berikut faktor pencetus reaksi kusta tipe 1 dan tipe 2 :
8 TABEL 2-3. FAKTOR PENCETUS REAKSI TIPE 1 DAN TIPE 2 [4] Reaksi tipe 1 Reaksi tipe 2 Pasien dengan bercak multiple Obat MDT, kecuali lampren Bercak luas pada wajah dan lesi BI > 4+ Saat puerpurium (karena peningkatan Kehamilan awal (karena stres mental), CMI), selama kehamilan trimester ke- trimester ke-3, dan puerpurium 3 (karena penurunan CMI). Paling (karena stres fisik), setiap masa tinggi 6 bulan pertama setelah kehamilan (karena infeksi penyerta) melahirkan/masa menyusui Infeksi penyerta : Hepatitis B dan C Infeksi penyerta: streptokokus, virus Neuritis atau riwayat nyeri saraf Stress fisik dan mental Lain-lain seperti trauma, operasi Sumber : Program Nasional Pengendalian Kusta Kecacatan Program pemerintah untuk mengendalikan penyakit kusta sudah berjalan ke arah yang semestinya, namun masalah stigma, diskriminasi dan kecacatan masih menjadi masalah bagi orang yang mengalami kusta dengan kecacatan.beban akibat kecacatan kusta di Indonesia masih tinggi, bukan hanya fisik yang berdampak pada aktivitas sehari-hari dan partisipasi sosial, tetapi juga ekonomi dan psikis.untuk penanganan kusta komprehensif mulai dari kegiatan promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif.enhance Global strategy WHO tahun menyatakan bahwa rehabilitasi menjadi bagian dari program pengendalian penyakit kusta. [4] Pengertian Kecacatan Menurut InternasionalClassification of Function Disability and Health (ICF), kecacatan adalah istilah yang dipakai untuk mencakup 3 aspek yaitu kerusakan struktur dan fungsi (impairment), keterbatasan aktifitas (activity limitation) dan masalah partisipasi (participation problem). Ketiga aspek ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan faktor
9 individu, misalnya usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Sedangkan faktor lingkungan adalah kebijakan pemerintah, masyarakat sekitar, stigma serta kondisi lingkungan. [4] Cacat kusta terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau kaki.semakin lama waktu sejak saat pertama ditemukan tanda dini hingga dimulainya pengobatan, semakin besar risikotimbulnya kecacatan akibat terjadinya kerusakan saraf yang progresif. [4]. Cacat kusta paling sering pada kusta lepramatosa, karena pada kusta lepramatosa multipikasi kuman menjadi tidak terkendali dan tipe kusta ini sangat mudah menular. Kusta lepramatosa termasuk dalam tipe kusta multibasilar [10]. Pada penelitian di Jakarta, dari 91 pasien kusta dengan derajat cacat 2, 12 diantaranya di diagnosis dengan kusta tipe Pausibasilar, sedangkan 79 pasien dengan kusta tipe Multibasilar [7] Jenis Cacat Ada 2 jenis cacat kusta, yaitu cacat primer yang disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama kerusakan akibat respon jaringan terhadap M.leprae, seperti anestesi, claw hand dan kulit kering; sedangkan cacat sekunder terjadi akibat cacat primer, terutama akibat adanya kerusakan saraf, seperti ulkus dan kontraktur. [4] Terjadinya cacat tergantung dari fungsi serta saraf mana yang rusak. Diduga kecacatan akibat penyakit kusta dapat terjadi lewat 2 proses : a. Infiltrasi langsung M.leprae ke susunan saraf tepidan organ (misalnya; mata) b. Melalui reaksi kusta Secara umum fungsi saraf ada 3 macam, yaitu fungsi motorik memberikan kekuatan pada otot, fungsi sensoris memberi sensasi raba, nyeri dan suhu serta fungsi otonom mengurus kelenjar keringat dan kelenjar minyak. Kecacatan yang terjadi tergantung pada komponen saraf yang terkena, dapat sensoris, motoris, otonom, maupun kombinasi ketiganya. [4]
10 Berikut adalah skema yang menggambarkan proses terjadinya kecacatan akibat kerusakan dari fungsi saraf. Gambar2-2. Gangguan Fungsi Saraf Tepi [4] Sumber : Program Nasional Pengendalian Kusta Tingkat Kecacatan Kecacatan merupakan istilah yang luas yang maknanya mencakup setiap kerusakan, pembatasan aktivitas yang mengenai seseorang.tiap pasien baru yang ditemukan harus dicatat tingkat cacatnya. Tiap organ (mata, tangan dan kaki) diberi tingkat cacat sendiri. [10]
11 Berikut mengenai tingkat cacat menurut WHO : TABEL 2-4. TINGKAT CACAT KUSTA MENURUT WHO [4] Tingkat Mata Telapak tangan/kaki 0 Tidak ada kelainan pada mata Tidak ada cacat akibat kusta (termasuk visus) 1 Ada kelainan pada mata, tetapi tidak terlihat (anestesi kornea), visus sedikit berkurang Anestesi, kelemahan otot. (tidak ada cacat/kerusakan yang kelihatan akibat kusta) 2 Ada kelainanmata yang terlihat (misalnya lagoftalmos, kekeruhan kornea, iridosiklitis) dan atau visus sangat terganggu/berat (visus <6/60) Ada cacat/kerusakan yang kelihatan akibat kusta, misalnya ulkus, jari kiting (claw hand), kaki semper (drop foot). Sumber : Program Nasional Pengendalian Kusta 2012 Untuk Indonesia, karena beberapa keterbatasan pemeriksaan dilapangan, maka tingkat cacat disesuaikan sebagai berikut : TABEL 2-5. MODIFIKASI TINGKAT CACAT KUSTA DI LAPANGAN (di Indonesia) [4] Tingkat Mata Telapak tangan/kaki 0 Tidak ada kelainan pada mata Tidak ada cacat akibat kusta akibat kusta 1 * Anestesi, kelemahan otot. (tidak ada cacat/kerusakan yang kelihatan akibat kusta) 2 Ada lagoftalmos Ada cacat/kerusakan yang kelihatan akibat kusta, misalnya ulkus, jari kiting(claw hand), kaki semper(drop foot). Sumber : Program Nasional Pengendalian Kusta 2012 *Gangguan fungsi sensorik padamata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu tidak ada cacat tingkat 1pada mata.
12 2.2.4 Pencegahan Cacat Kusta Pasien harus mengerti bahwa pengobatan MDT dapat membunuh kuman kusta. Tetapi cacat pada mata, tangan atau kakinya yang sudah terlanjur terjadi akan tetap ada seumur hidupnya, sehingga dia harus bisa melakukan perawatan diri dengan teratur agar cacatnya tidak bertambah berat. Berikut adalah kegiatan pencegahan cacat yang bisadilakukan : [4] 1. Kegiatan pencegahan cacat di rumah. Prinsip pencegahan cacat dan bertambah beratnya cacat pada dasarnya adalah 3M yaitu : - Memeriksa mata, tangan dan kaki secara teratur. - Melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma fisik. - Merawat diri. 2. Kegiatan pencegahan cacat di Puskesmas Berikut adalah pencegahan cacat yang dapat dilakukan di Puskesmas. Masalah dengan mata : - Mata lagoftalmos jika sangat kering, membutuhkan tetes mata mengandung saline. - Antibiotik dan bebat mata, bila terjadi konjungtivitis. - Rujuk pasien untuk kondisi yang lebih serius. Masalah dengan tangan : - Jikaada kelemahan jari dianjurkan digerakkan sebanyak mungkin. Sedangkan kalau lumpuh dapat di pasang bidai pada malam hari, Bidai dapat dibuat sendiri dari bilah bambu atau selang. - Merujuk jika perlu Masalah dengan kaki : - Mengupayakan alas kaki yang sesuai. - Menghilangkan kallus dan trimming tepi ulkus dengan pisau skapel. - Merujuk jika perlu.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kusta 2.1.1. Definisi Istilah kusta berasal dari bahasa India, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT KUSTA 1. Pengertian Umum. Epidemiologi kusta adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat kejadian, penyebaran dan faktor yang mempengaruhi sekelompok manusia. Timbulnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) terutama menyerang kulit dan saraf tepi. Penularan dapat terjadi dengan cara kontak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit kusta merupakan infeksi kronis granulomatous yang mengenai kulit, syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya disebabkan oleh organisme obligat intraselluler Mycobacterium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit infeksi kronis yang hingga saat ini masih menimbulkan permasalahan yang bersifat kompleks baik bagi penderita maupun masyarakat.
Lebih terperinciKlasifikasi penyakit kusta
Penyakit kusta merupakan masalah dunia, terutama bagi Negara-negara berkembang. Di Indonesia pada tahun 1997 tercatat 33.739 orang, yang merupakan negara ketiga terbanyak penderitanya setelah India dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae (M. leprae). Kuman ini bersifat intraseluler obligat yang menyerang saraf tepi dan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih mendapatkan perhatian khusus dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), terutama di negara-negara
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium leprae (M.leprae). Kuman golongan myco ini berbentuk batang yang
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Kusta 2.1.1 Pengertian Penyakit kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae (M.leprae). Kuman golongan myco ini berbentuk batang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadiannya yang masih tinggi (World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta merupakan salah satu dari 17 penyakit tropis yang masih terabaikan dengan angka kejadiannya yang masih tinggi (World Health Organization (WHO), 2013). Tahun 2012
Lebih terperinciPenyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun yang menyerang saraf perifer, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
LAPORAN PENDAHULUAN KUSTA A. Pengertian Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun yang menyerang saraf perifer, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Lepra : Morbus hansen, Hamseniasis.Reaksi :Episode
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi kusta Penyakit kusta adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada syaraf
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Lepra (Morbus Hansen) a. Definisi Lepra Lepra(Morbus Hansen, kusta) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh M. leprae yang bersifat intraseluler
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian
Lebih terperinciPROSEDUR DIAGNOSIS KUSTA
Kabupaten dr. ABDUL FATAH A. NIP: 197207292006041014 1.Pengertian 2.Tujuan Adalah penilaian klinis atau pernyataan ringkas tentang status kesehatan individu yang didapatkan melalui proses pengumpulan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG BERPERAN DALAM KEBERHASILAN TERAPI PASIEN TERHADAP PENYAKIT MORBUS HANSEN DI KOTA BANDAR LAMPUNG.
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG BERPERAN DALAM KEBERHASILAN TERAPI PASIEN TERHADAP PENYAKIT MORBUS HANSEN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh SITI ZAHNIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit kusta (Morbus Hansen, Lepra) Penyakit kusta (Morbus Hansen, Lepra) adalah suatu infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, primer menyerang saraf tepi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penderita kusta (lepra) di Indonesia dewasa ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini merupakan penyakit ringan,
Lebih terperinciEPIDEMIOLOGI KUSTA/LEPRA. Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013
EPIDEMIOLOGI KUSTA/LEPRA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Sinonim Zaraath (bahasa Hebrew, Kitab Injil); Kushtha (Hindi) berasal Kushnati = eating away
Lebih terperincidan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kusta 2.1.1. Definisi Istilah kusta berasal dari bahasa India, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai
Lebih terperinciPROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012
PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 1 Patricia I. Tiwow 2 Renate T. Kandou 2 Herry E. J. Pandaleke 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masa tunas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang penyebabnya ialah Mycobacterium leprae dan bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit
Lebih terperinciLaporan Pendahuluan Morbus Hansen. BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
Laporan Pendahuluan Morbus Hansen Ditulis pada Kamis, 24 Maret 2016 04:03 WIB oleh damian dalam katergori Mikrobiologi tag Morbus hansen, Kusta, Lepra, Mikrobilogi, Laporan Pendahuluan http://fales.co/blog/laporan-pendahuluan-morbus-hansen.html
Lebih terperinci-Faktor penyebab penyakit kusta. -Tanda dan gejala penyakit kusta. -Cara penularan penyakit kusta. -Cara mengobati penyakit kusta
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT KUSTA Judul Pokok Bahasan : Penyakit Kusta : Tanda dan Gejala Penyakit Kusta Sub Pokok Bahasan : -Pengertian penyakit kusta - Penyebab penyakit kusta -Faktor penyebab
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kusta 2.1.1. Definisi Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya menyerang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan materi penelitian yaitu : Teori Kusta, teori dukungan keluarga, teori upaya pencegahan penderita kusta, serta kerangka teori.
Lebih terperinciMAKALAH SISTEM INTEGUMEN
MAKALAH SISTEM INTEGUMEN GANGGUAN INTEGUMEN AKIBAT INFEKSI BAKTERI (KUSTA) DI SUSUN OLEH KELOMPOK IV 1. PRAMANDA 2. RITA NOVITA 3. RONI APRIADI 4. SOFIANA RAHMANI 5. SRI WAHYU NINGSIH 6. SUCIYATI RAHMADANI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae. Kecacatan / cacat
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kusta 1. Pengertian Penyakit kusta adalah suatu infeksi granulomatosa menahun pada manusia, yang menyerang jaringan superfisial, khususnya kulit, saraf tepi (Isselbacher, Ashadi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae ( M.leprae ) yang menyerang hampir semua organ tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kusta Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang terjadi pada kulit dan saraf tepi. Manifestasi klinis dari penyakit
Lebih terperinci5. Sulfas Ferrosus Obat tambahan untuk penderita kusta yang mengalami anemia berat.
PENGOBATAN DAN KECACATAN PENYAKIT KUSTA / LEPRA Dr. Suparyanto, M.Kes PENGOBATAN DAN KECACATAN PENYAKIT KUSTA / LEPRA Tujuan Pengobatan Menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacat. Pada penderita
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA PULAU SICANANG MEDAN BELAWAN TAHUN Oleh : TITI DEWI MANURUNG
KARAKTERISTIK PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA PULAU SICANANG MEDAN BELAWAN TAHUN 2009 Oleh : TITI DEWI MANURUNG 070100111 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 KARAKTERISTIK PENDERITA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai ke masalah sosial, ekonomi, budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta atau morbus Hansen merupakan infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Kusta dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat komplek. Penyebab penyakit kusta yaitu Mycobacterium Leprae. Masalah yang dimaksud
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit kusta 2.1.1 Defenisi Penyakit kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan Mycobacterium leprae (M.leprae) yang pertama menyerang syaraf tepi selanjutnya
Lebih terperinciSanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi Lingkungan Rumah Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus hansen merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit kusta
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningitis merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang disebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mekanisme Koping Kemampuan koping diperlukan oleh setiap manusia untuk mampu bertahan hidup didalam lingkungan yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan proses pemecahan
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Oleh: YUVENSIUS USBOKO NPM :
STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn. S DENGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KURANG PENGETAHUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKORAME KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memproleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. kronis pada manusia yang disebabkan Mycobacterium leprae (M. leprae) yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Kusta Lepra (penyakit kusta, Morbus Hansen) adalah suatu penyakit infeksi kronis pada manusia yang disebabkan Mycobacterium leprae (M. leprae) yang secara primer menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain menimbulkan masalah kesehatan penyakit kusta juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan beberapa negara di dunia. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti oleh masyarakat,
Lebih terperinciTingginya prevalensi kusta di Kabupaten Blora juga didukung oleh angka penemuan kasus baru yang cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA INTERVENSI TERHADAP PENDERITA KUSTA SETELAH SELESAI PENGOBATAN MELALUI PENGAMATAN SEMI AKTIF DAN PENGAMATAN PASIF (STUDI KASUS DI KABUPATEN PASURUAN TAHUN
Lebih terperinciBAB I KONSEP MEDIK A. DEFINISI
BAB I KONSEP MEDIK A. DEFINISI Kusta adalah penyakit infeksikronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang utamanya menyerang saraf tepi, dan kulit,
Lebih terperinciGAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN KUSTA DI RUMAH SAKIT KUSTA KOTA KEDIRI
Gambaran Kualitas Hidup pada Pasien Kusta di Rumah Sakit Kusta Jurnal Kota STIKES Kediri Tri Sulistyarini, Vol. 10, Erwin No.1, Pudjiastuti Juli 2017 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN KUSTA DI RUMAH
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari
1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan penyumbang kusta nomor 4 terbesar di dunia setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta tersebar di Indonesia secara tidak merata dengan angka penderita yang terdaftar sangat bervariasi menurut Propinsi dan Kabupaten. Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lensa kontak adalah salah satu terapi refraksi yang lazim digunakan selain kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah struktur wajah dan
Lebih terperinciMateri Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru
1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis
Lebih terperinciPENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS Edwin 102012096 C4 Skenario 1 Bapak M ( 45 tahun ) memiliki seorang istri ( 43 tahun ) dan 5 orang anak. Istri Bapak M mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan
Lebih terperinciPenyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio
Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kusta 1. Pengertian Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman mycobacterium leprae(m. leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya
Lebih terperinciLAPORAN KASUS MORBUS HANSEN
LAPORAN KASUS MORBUS HANSEN Ida Ayu Devi Ekayanthi, dr. IGK Darmada, Sp.KK (K), dr. Luh Made Mas Rusyati, Sp.KK Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / Rumah
Lebih terperinciMengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1
Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. World Health Organization (WHO) pada berbagai negara terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae (M. leprae) yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perifer sebagai aktivitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia masih banyak penderita penyakit kusta, penyakit kusta masih menjadi momok di masyarakat bila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka penyakit ini akan
Lebih terperinciLAPORAN KASUS MORBUS HANSEN TIPE BORDERLINE TUBERKULOID DENGAN PENGOBATAN KLOFASIMIN, OFLOXASIN DAN MINOKSIKLIN SELAMA 18 BULAN
LAPORAN KASUS MORBUS HANSEN TIPE BORDERLINE TUBERKULOID DENGAN PENGOBATAN KLOFASIMIN, OFLOXASIN DAN MINOKSIKLIN SELAMA 18 BULAN I Putu Adi Mahardika, dr. IGK Darmada, Sp.KK (K), dr. Luh Made Mas Rusyati,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing sehingga yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling sering mengenai organ paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium leprae (M. leprae) yang pertama menyerang saraf tepi, namun sebagian kecil memperlihatkan gejala dan mempunyai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Kusta (Morbus Hansen, Lepra) Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae (M. leprae) yang pertama menyerang saraf tepi,
Lebih terperinciPREVALENSI KUNJUNGAN PENDERITA KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE
PREVALENSI KUNJUNGAN PENDERITA KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011-2013 Putu Kanjeng Ayu Pringgandani, IGK Darmada, Luh Made
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta atau disebut juga Morbus Hansen (MH) merupakan infeksi kronik pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit ini adalah saraf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular sampai saat ini sangat ditakuti oleh semua orang baik itu dari masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan oleh masih
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK
ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA Nur Hasanah* dan Heti Latifah** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih menghadapi beberapa penyakit menular baru sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu penyakit menular yang belum sepenuhnya
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN PERAWATAN DIRI BERBASIS KELUARGA TERHADAP PRAKTIK PERAWATAN DIRI PENDERITA KUSTA
PENGARUH PELATIHAN PERAWATAN DIRI BERBASIS KELUARGA TERHADAP PRAKTIK PERAWATAN DIRI PENDERITA KUSTA (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang) SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini semakin banyak ditemukan berbagai penyakit berbahaya yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini tidak mengancam jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun, disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang kulit saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Pada sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat mengenai berbagai organ tubuh. Penyakit tuberkulosis terdapat
Lebih terperinciACTIVITY OF DAILY LIVING PENDERITA KUSTA BERDASARKAN TINGKAT CACAT DENGAN INDEKS BARTHEL
ACTIVITY OF DAILY LIVING PENDERITA KUSTA BERDASARKAN TINGKAT CACAT DENGAN INDEKS BARTHEL ACTIVITY OF DAILY LIVING BASED ON LEVEL OF LEPROSY PATIENTS WITH DISABILITIES BARTHEL INDEX STIKES RS. Baptis Kediri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta atau Lepra atau Morbus Hansen adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. 1 Kusta ini merupakan penyakit menahun yang menyerang
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan
1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan penyakit yang menjadi problema di masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta merupakan penyakit yang menjadi problema di masyarakat. Hal ini terjadi karena masih banyak hal-hal yang belum terungkap dan kenyataannya penyakit ini
Lebih terperinciTINGKAT KECACATAN DAN KECEMASAN PADA PASIEN KUSTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN THE LEVEL OF DEFECT AND ANXIETY TO PATIENT WITH LEPROSY DEPEND ON GENDER
TINGKAT KECACATAN DAN KECEMASAN PADA PASIEN KUSTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN THE LEVEL OF DEFECT AND ANXIETY TO PATIENT WITH LEPROSY DEPEND ON GENDER Sandy Kurniajati, Evi Philiawati, Hamam Eril Efendi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Amiruddin dalam Harahap (2002) menjelaskan penyakit kusta adalah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit kusta Amiruddin dalam Harahap (2002) menjelaskan penyakit kusta adalah penyakit kronik disebabkan kuman Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang susunan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk
Lebih terperinciPENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN
PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN 2008 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA (STUDI KASUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNEM DAN PUSKESMAS SARANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011)
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA (STUDI KASUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNEM DAN PUSKESMAS SARANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana kegagalan penderita TB dalam pengobatan TB yang masih tinggi walau penanggulan TB sudah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru masih merupakan masalah utama kesehatan yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) (FK-UI, 2002).
Lebih terperinciSAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,
Lebih terperinciUPAYA PENDERITA KUSTA DALAM MENCEGAH PENINGKATAN DERAJAT KECACATAN (Leprosy Patients Efforts to Prevent the Increasing Degrees of Disability)
186 Jurnal Jurnal Ners dan Ners Kebidanan, Volume 4, 4, No. Nomor 3, Desember 3, 2017, hlm. 186 191 DOI: 10.26699/jnk.v4i2.ART.p186 191 UPAYA PENDERITA KUSTA DALAM MENCEGAH PENINGKATAN DERAJAT KECACATAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis seboroik merupakan suatu kelainan kulit papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang banyak mengandung kelenjar
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN LEPRA MULTIBASILAR YANG MENGALAMI REAKSI LEPRA DI RUMAH SAKIT KHUSUS ALVERNO SINGKAWANG TAHUN
NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN LEPRA MULTIBASILAR YANG MENGALAMI REAKSI LEPRA DI RUMAH SAKIT KHUSUS ALVERNO SINGKAWANG TAHUN 2005-2014 WIDIYANINGSIH PROJO UTAMI NIM I11108044 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciTesis Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Epidemiologi
FAKTOR - FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA REAKSI KUSTA ( Studi di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Brebes ) Tesis Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Epidemiologi
Lebih terperinciKUSTA SALAH SATU PENYAKIT MENULAR YANG MASIH DI JUMPAI DI INDONESIA. Drh. Hiswani Mkes Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
KUSTA SALAH SATU PENYAKIT MENULAR YANG MASIH DI JUMPAI DI INDONESIA Drh. Hiswani Mkes Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan
Lebih terperinciProfil Program P2 Kusta Dinkes Kayong Utara
Profil Program P2 Kusta Dinkes Kayong Utara 2009-2011 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, pada akhirnya buku Profil Program Pemberantasan Penyakit Kusta Kabupaten Kayong Utara
Lebih terperinci