STUDI LOKASI TITIK-TITIK RENTAN EROSI DI SEPANJANG JALAN SEKITAR BUKIT SELASIH SAMPAI KECAMATAN LUBUK KILANGAN JURNAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI LOKASI TITIK-TITIK RENTAN EROSI DI SEPANJANG JALAN SEKITAR BUKIT SELASIH SAMPAI KECAMATAN LUBUK KILANGAN JURNAL"

Transkripsi

1 STUDI LOKASI TITIK-TITIK RENTAN EROSI DI SEPANJANG JALAN SEKITAR BUKIT SELASIH SAMPAI KECAMATAN LUBUK KILANGAN JURNAL RINA FEBRI YANI ASTUTI NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2013

2 STUDI LOKASI TITIK-TITIK RENTAN EROSI DI SEPANJANG JALAN SEKITAR BUKIT SELASIH SAMPAI KECAMATAN LUBUK KILANGAN Oleh : *Rina Febri Yani Astuti, Drs. Helfia Edial, MT**Aslan Sari Thesiwati, SP, M.Si** *Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: Menganalisa tingkat kelerengan, tutupan lahan, jenis batuan, jenis tanah dan Menganalisa tingkat curah hujan yang ada diberbagai titik erosi disepanjang jalan Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan. Metodologi penelitian ini adalah deskriptif. Pengambilan sampel berdasarkan peta geologi Kecamatan Lubuk Kilangan yaitu diambil berdasarkan jenis batuan yang berbeda dan dikontrol oleh tingkat kelerengan dan tutupan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Tingkat kemiringan lereng pada setiap titik sampel penelitian adalah 35% pada sampel I, 30% pada sampel II dan 65% pada sampel III, dengan demikian pada ketiga titik sampel tersebut mempunyai tingkat erosi yang tinggi karena mempunyai lereng yang curam hingga sangat curam. Jenis vegetasi atau tutupan lahan yang ada di lokasi penelitian adalah berupa pepohonan yang sedikit, semak belukar, lumut dan terbuka. Pada masing-masing titik sampel kemungkinan terjadi erosi selalu ada. Pada sampel I (Indarung-Lubuk Paraku) dengan jenis batuan Qf (Quarter fluvial) kekerasan batuan 5,5 dan kondisi batuan yang lapuk sedang dan tekstur tanah pasir berlempung, sampel II (Lubuk Paraku-Panorama II) dengan jenis batuan Pcks, kekerasan batuan 8 dan kondisi batuan lapuk ringan, mempunyai tekstur tanah sedang yaitu lempung berdebu dan sampel III (Panorama II-Lubuk Selasih) jenis batuan Qtau (Quarter andesit) kondisi batuan yang lapuk, tingkat kekerasan batuan 2, serta mempunyai tekstur tanah yang halus yaitu liat. Pada daerah penelitian memiliki intensitas curah hujan yang tinggi pada setiap waktunya, maka tingkat terjadinya erosi tinggi karena tingkat curah hujan yang tinggi pula.

3 STUDI LOKASI TITIK-TITIK RENTAN EROSI DI SEPANJANG JALAN SEKITAR BUKIT SELASIH SAMPAI KECAMATAN LUBUK KILANGAN Oleh : *Rina Febri Yani Astuti, Drs. Helfia Edial, MT**Aslan Sari Thesiwati, SP, M.Si** *Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT The aim of this study: Analyzing the level slope, land cover, rock types, soil types and analyze the existing level of rainfall at various points of erosion along the way Bukit selasih until Kecamatan Lubuk Kilangan. The research methodology is descriptive. Sampling technique based on geological maps Kecamatan Lubuk Kilangan the samples taken by the different rock types and is controlled by the degree of slope and land cover. The results showed that: the rate of slope at any point in the study sample was 35% in sample 1, sample 2 at 30% and 65% in sample 3, thus the third point of the sample had a high attrition rate because it has a steep slope up to very steep. Vegetation or land cover types that exist in the research area is planted with trees a little, shrubs, mosses and open. At each sample point there is always the possibility of erosion. On sample I (Indarung-Lubuk Paraku) with rock types Qf (Quarter fluvial) 5.5 rock hardness and condition weathered rock and soil texture being argillaceous sand, sample II (Lubuk Paraku-Panorama II) with Pcks rock type, rock hardness 8 and lightweight weathered rock conditions, which has the texture of clay soil are dusty and sample III (Panorama II-Lubuk-Selasih) Qtau rock types (Quarter andesites) which condition weathered rock, rock hardness level 2, and have a smooth texture that is loamy soil. In the study area has a high rainfall intensity at any time, the high levels of erosion due to high rainfall levels anyway.

4 PENDAHULUAN Sumber daya yang ada di alam ini sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan serta mempertahankan kelangsungan hidup terutama manusia. Sumber daya dimanfaatkan oleh manusia adalah tanah, iklim, flora, fauna, bahan mineral tambang, untuk kelestarian sumber daya alam tersebut, penggunaan dan pengolahan tanah harus berdasarkan kepada batas-batas kemampuan dari tanah itu sendiri. Pada kenyataannya hubungan antara tanah dengan manusia sangatlah penting dalam melakukan berbagai aktifitas dalam memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri (Kartosaputra, 1988 : 13). Di daerah tropis, seperti negara kita ini mempunyai curah hujan tinggi sehingga erosi yang disebabkan oleh hujan begitu banyak terjadi. Erosi banyak menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah di dalam sungai, waduk, danau,saluran irigasi dan sebagainya ( Nasiah, 2000 dalam Adriani, 2005:2). Berbicara tentang erosi, maka tidak lepas dari aliran permukaan. Dengan adanya aliran air di atas permukaan tanah, tanah dapat terkikis dan selanjutnya diangkut ketempat yang lebih rendah, dengan demikian terjadilah perpindahan lapisan tanah, mineral-mineral dan bahan organik yang terdapat pada permukaan tanah (Sjarullah, 1987). Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang di angkut oleh media alami ke tempat lain (Arsyad, 1989). Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi atau pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon. Ada beberapa dampak yang akan timbul akibat kehilangan tanah oleh erosi yaitu: 1) Menurunnya produktifitas tanah, 2) Kehilangan unsur hara dan bahan

5 organik dari daerah perakaran yang diperlukan tanaman, 3) Penurunan kualitas lahan, 4) Penurunan laju infiltrasi dan kemampuan menahan air, 5) Tertimbunnya tanah yang subur oleh endapan, 6) rusak dan berubahnya struktur tanah, 7) Erosi parit dan erosi tebing akan mengurangi bagian lahan yang dapat ditanami ( Sarwono, 2003: 168) Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah meliputi hujan, angin, limpasan permukaan, jenis tanah, kemiringan lereng, penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya, dan ada atau tidaknya tindakan konservasi. Faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi erosi sebetulnya tidak dapat dipisahpisahkan satu dengan yang lainnya, artinya bekerja secara simultan. Menurut Morgan (1988) dalam Rahim (2012 : 6) kesemua faktor diatas dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu, 1) energi merupakan kemampuan potensial hujan, limpasan permukaan dan angin untuk menyebabkan erosi (erosivitas), 2) kepekaan tanah (erodibilitas) yang bergantung kepada sifat-sifat fisik, mekanika dan kimia tanah, 3) proteksi, bertitik tolak kepada fakto-faktor yang berhubungan dengan penutupan tanah. Salah satu lokasi atau titik yang rentan erosi adalah daerah Bukit Selasih Kecamatan Lubuk Kilangan, dimana daerah ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Solok dengan Kota Padang. Daerah tersebut memiliki arti penting khususnya di Bukit Selasih, karena daerah tersebut merupakan jalur utama dan sangat mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Sementara itu daerah tersebut memiliki bentuk topografi yang kasar dengan aktifitas manusia dalam memanfaatkan lahan tersebut, pada kemiringan yang curam dan terjal sehingga rawan terjadi erosi. Dilihat dari kenyataanya pada waktu musim penghujan dengan jumlah dan intensitas yang tinggi akan cepat menghancurkan tanah dan kemiringan yang curam akan lebih memperbesar pengangkutan bahkan dapat mengangkut batu-batuan besar kebawah lereng sampai pinggir jalan. Berdasarkan kenyataan dilapangan selalu ada tanah yang terkikis akibat erosi. Bekas erosi tersebut memperlihatkan adanya perbedaan warna tanah antara lapisan atas, tengah dan bawah serta terdapat alur-alur yang dalam akibat pengikisan aliran permukaan. Berdasarkan hal di atas peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang erosi, dengan judul Studi Lokasi Titiktitik Rentan Erosi di Sepanjang Jalan Sekitar Bukit Selasih Sampai Kecamatan Lubuk Kilangan.

6 Metodologi penelitian Metodologi penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh jenis batuan yang ada di sepanjang jalan Padang Solok antara Lubuk Selasih sampai dengan Lubuk Kilangan yang dikontrol oleh tingkat kelerengan dan tutupan lahan. Sampel penelitian diambil tiga titik sampel dengan jenis batuan yang berbeda yaitu sampel I jenis batuan Qf, sepanjang jalan Indarung-Lubuk Paraku, sampel II jenis batuan Pcks, di sepanjang jalan Lubuk Paraku-Panorama II dan sampel III dengan jenis batuan Qtau, sepanjang jalan Panorama II-Lubuk Selasih Hasil dan pembahasan A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian 1. Letak Batas dan Luas Kecamatan Lubuk Kilangan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kota Padang. Berdasarkan letak astronomis Kecamatan Lubuk Kilangan terletak antara 0 o 58 4 Lintang Selatan dan Bujur Timur 2. Iklim Daerah penelitian memiliki curah hujan yang relatif tinggi setiap tahunnya Wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan merupakan sebuah Kecamatan di Kota Padang dengan keadaan iklimnya tidak jauh berbeda antara tempat yang satu dengan yang lainnya yaitu pada siang hari suhu kota berkisar antara 22 C 32 C dan pada malam hari 21 C 27 C. Suhu udara maksimum mencapai 31.5 C dan suhu udara minimum 22.1 C. Kelembaban udara berkisar antara %. 3. Keadaan geologi Kondisi geologi suatu daerah sangat mempengaruhi relief daerah itu sendiri, selain itu juga mempengaruhi erosi tanah. Tingkat erosi tanah sangat ditentukan oleh batuan induk yang terdapat didalam tanah yang selanjutnya akan mengalami pelapukan baik secara fisik, kimia maupun biologi, setiap jenis batuan mempunyai tingkat erosi yang berbeda-beda. Jenis batuan yang ada di daerah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Qf Terdiri dari konglomerat, batu pasir berbutir sedang sampai kasar yang berhubungan dengan basin margin fault. 2. Pcks Serpih dan filit sisipkan batu sabak, kuarsit, batu lanau dan aliran lava. 3. Qtau Jenis batuan ini adalah fanglomerat dan endapan koluvium. 4. Jenis tanah Berdasarkan peta jenis tanah, maka jenis tanah yang terdapat didaerah penelitian yaitu:

7 1. Podsolik merah kuning Merupakan tanah yang sangat tercuci, lapisan atas berwarna abu-abu muda sampai kekuningan, lapisan bawah berwarna merah atau kuning, terdapat akumulasi berat sehingga tekstur relatif berat, bahan organik rendah, ph 4,2-4,8. Horizon elevasi tidak selalu jelas. Bahan induk kadang-kadang mempunyai karatan kuning, merah dan abu-abu. 2. Latosol Tanah latosol merupakan tanah dengan pelapukan lanjut, kandungan mineral primer (mudah lapuk) dan unsur hara rendah, ph rendah 4,5-5,5, kandungan bahan organik rendah, konsistensi gembur, struktur rendah, warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat kekuningan, atau kuning, tergantung dari bahan induk, umur, iklim dan ketinggian. Latosol umumnya terdapat pada bahan induk vulkanik baik berupa tufa maupun batuan beku. Ditemukan dari muka laut hingga ketinggian 900 m. 3. Aluvial Sifat tanah alluvial adalah memiliki derajat keasaman (ph) yang rendah, kejenuhan basa rendah, struktur tanah jelek, dan kualitas unsur hara yang bervariasi. Tanah alluvial biasanya digunakan sebagai lahan padi sawah, palawija, nanas, dan tanaman tanaman lainnya. Untuk mengurangi ph yang rendah, tanahtanah alluvial harus digenangi air, namun apabila digunakan sebagai lahan kering, maka jenis tanah ini akan mempunyai ph yang sangat rendah. Meskipun demikian, tanah ini mempunyai kandungan hara yang tinggi. 4. Andosol Tanah andosol adalah tanah yang berasal dari sisa abu vulkanik dari suatu letusan suatu gunung api. Unsur hara sedang hingga rendah (N, P dan K), bertekstur gembur hingga menyerupai lempung bahkan debu, warna tanah gelap atau hitam, abuabu, coklat tua hingga warna kekuningan. B. Hasil penelitian 1. Tingkat Kelerengan di Berbagai Titik Erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan Untuk menentukan kelas lereng dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan abney level. Untuk lebih jelas hasil pengukuran dilapangan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel IV.1 Hasil Pengukuran Kemiringan Lereng Sampel Kemiringan Hark Kategori lereng (%) at I 35 % 3 Curam II 30 % 3 Curam III 65 % 4 Sangat Curam Sumber: Pengolahan Data Primer 2013 Kemiringan suatu daerah berhubungan erat dengan laju erosi

8 karena semakin besar kemiringan maka aliran permukaan bertambah kuat. Berdasarkan analisa dari tabel IV.1 maka: a. Pada sampel I yang berada pada daerah di sepanjang jalan antara Indarung sampai Lubuk Paraku dengan kemiringan lereng 35% termasuk kategori kemiringan lereng yang curam. Pengaruh lereng teradap erosi adalah erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang, dengan demikian maka daerah pada sampel ini mempunyai tingkat erosi yang tinggi. b. Sampel II tersebar di daerah sepanjang jalan antara Lubuk Paraku sampai Panorama 2, kemiringan lereng daerah ini adalah 30% dengan kategori curam, sama seperti sampel I daerah ini mempunyai tingkat erosi tinggi. c. Pada sampel III tersebar di daerah sepanjang jalan antara Panorama 2 sampai Lubuk Selasih dengan kemiringan lereng 65% termasuk kategori sangat curam. Semakin curam lereng maka kecepatan aliran permukaan akan meningkat sehingga kekuatan mengangkutnya meningkat juga, maka pada daerah ini mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi. 2. Tutupan lahan di Berbagai Titik Erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan Pada sampel I dengan daerah penelitian sepanjang jalan antara Indarung sampai Lubuk Paraku, tutupan lahannya terdiri dari sedikit pepohonan dan semak yang jarang, berdasarkan jenis tanaman yang ditemui dan pengamatan di lapangan jenis tanaman ini memiliki perakaran tanaman yang dangkal, misalnya tumbuhan paku yang memiliki akar serabut karena perakaran yang dangkal maka infiltrasi kecil, sehingga kemungkinan terjadi erosi di daerah ini selalu ada. Pada sampel II yang tersebar di sepanjang jalan antara Lubuk Paraku sampai Panorama 2, tutupan lahannya adalah pepohonan dan semak belukar. Jika permukaan tanah tertutup oleh pohon-pohon dan rumput-rumputan/vegetasi maka infiltrasi dapat dipercepat, pohon dan semak belukar yang dibawahnya merupakan hambatan terhadap laju aliran permukaan sehingga kemungkinan terjadinya erosi tidak terlalu besar. Pada sampel III yang berada di sepanjang jalan antara Panorama 2 sampai Lubuk Selasih seperti terlihat pada gambar IV.3 daerah ini mempunyai tutupan lahan semak, lumut dan terbuka. Pada lokasi ini sangat rentan terhadap erosi karena

9 mempunyai tutupan lahan yang sangat sedikit dan perakaran tanaman yang sangat dangkal, dengan demikian akan menyebabkan pukulan langsung air hujan tidak bisa terhalangi oleh tanaman dan akan mempebesar aliran permukaan sehingga laju erosi akan meningkat pula. 3. Jenis batuan di Berbagai Titik Erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dilapangan jenis batuan yang terdapat di daerah penelitian adalah: a. Pada sampel I yaitu sepanjang jalan antara Indarung sampai Lubuk Paraku jenis batuannya adalah Qf yang terdiri dari konglomerat, batupasir berbutir sedang sampai kasar yang berhubungan dengan basin margin fault. Kondisi batuan atau tingkat pelapukan batuannya adalah lapuk sedang yaitu kurang dari setengah batuan atau terintegrasi menjadi tanah, bagian tengah batuan segar. Kekerasan batuannya adalah 5,5. Batuan dilokasi ini termasuk batuan gamping yang agak lapuk, kondisi batuan yang lapuk merupakan faktor yang mendorong terjadinya erosi. b. Pada sampel II yang tersebar di sepanjang jalan antara daerah Lubuk Paraku sampai Panorama II dengan jenis batuannya Pcks termasuk batuan topaz. Kekerasan batuannya 8, dengan kondisi batuan yang lapuk ringan sehingga pada lokasi ini tingkat erosinya sedikit karena batuannya keras. c. Sampel III, Qtau (Quarter andesit) dengan lokasi penelitian di sepanjang jalan antara Panorama II sampai Lubuk Selasih, jenis batuannya yaitu batuan gunung api yang tak teruraikan dan kondisi batuannya lapuk yaitu lebih dari setengah batuannya sudah terdekomposisi atau terdisitegrasi pada bagian tengah batuan hampir seluruhnya menjadi tanah. Kekerasan batuannya adalah 2. Lokasi ini mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi karena kondisi batuan yang lunak dan lapuk. 4. Jenis tanah di Berbagai Titik Erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan Untuk menentukan tekstur tanah, struktur dan konsistensi tanah pada setiap sampel dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara mengambil bongkahan tanah yang masih utuh, lalu rasakan dengan jari tangan yang ada pada daerah penelitian. Apakah tekstur tanah, struktur dan konsistensi tanah pada daerah penelitian. Tanah juga berpengaruh terhadap erosi, dimana sifat-sifat tanah sangat mempengaruhi infiltrasi air dan

10 aliran permukaan (run off ) dalam menghancurkan ikatan partikel butirbutir tanah sekaligus menghanyutkan partikel-partikel tanah tersebut. a. Pada sampel I (Indarung sampai Lubuk Paraku), tanah pada area ini mempunyai tekstur yang kasar yaitu pasir berlempung, partikel tanah yang berukuran kasar akan tahan terhadap erosi karena partikel-partikel ini sukar diangkut, disamping itu tanah yang bertekstur kasar mempunyai kapasitas dan laju infiltrasi tinggi, sehingga tingkat erosi bisa diabaikan. Bentuk struktur tanah yang membulat (gumpal membulat) menghasilkan tanah dengan porositas tinggi sehingga air mudah meresap ke dalam tanah, dan aliran permukaan tanah menjadi kecil sehingga erosi juga kecil. b. Pada sampel II (Lubuk Paraku sampai Panorama II), tekstur tanah sedang yaitu lempung berdebu karena partikel tanah yang halus mudah hancur oleh pukulan air hujan menjadi butirbutir halus sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya infiltrasi air terhambat, aliran permukaan meningkat yang berarti erosi juga akan meningkat. c. Pada sampel III (Panorama II sampai Lubuk Selasih) mempunyai tekstur halus seperti liat, tekstur tanah ini tahan terhadap erosi karena daya rekat yang kuat sehingga gumpalannya sukar dihancurkan, sehingga tingkat erosi kecil. 5. Tingkat Curah Hujan di Berbagai Titik Erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan Berdasarkan data curah hujan selama 5(lima) tahun terakhir ( ) pada tabel IV.1 data curah hujan bulanan, bahwa wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan memiliki intensitas curah hujan yang berbeda setiap waktunya. Perbedaan kondisi ini sangat dipengaruhi oleh faktor iklim seperti temperatur, kelembapan, penyinaran matahari, kecepatan angin dan awan. Data curah hujan daerah penelitian dari stasiun Ladang Padi. Data yang digunakan adalah data curah hujan rata-rata bulanan selama 5 tahun terakhir, dapat dilihat dalam tabel IV.1 sebagai berikut : Tabel IV.1 Data Curah Hujan Bulanan dari Tahun Bulanan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jumlah CH

11 Ratarata 249, ,4 315,8 263, ,4 229,4 291,2 259,4 377, 2 Sumber : Pengolahan Data Sekunder 2013 Dari analisis tabel curah hujan diatas, pengukuran curah hujan di Kecamatan Lubuk Kilangan dilakukan 5(lima) tahun berturutturut dapat digambarkan dengan grafik berikut ini: 248, ,6 Grafik: Rata-rata Curah Hujan Bulanan Kecamatan Lubuk Kilangan Tahun Rata-rata curah hujan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Sumber: Pengolahan Data Sekunder 2013 Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa curah hujan yang tertinggi dalam 5(lima) tahun pengukuran terjadi pada bulan Maret yaitu 380,4 mm/bl, pada bulan ini tingkat terjadinya erosi tinggi sekali

12 karena tingkat curah hujan yang tinggi pula. Semakin tinggi tingkat curah hujan maka makin besar kemungkinan terjadinya erosi tanah, dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 229,4 mm/bl. C. Pembahasan Tingkat Kerentanan Erosi di Sepanjang Jalan Sekitar Bukit Selasih Sampai Kecamatan Lubuk Kilangan Berdasarkan hasil penelitian ketiga titik sampel adalah lokasi yang rentan terhadap erosi, tetapi mempunyai tingkat kerentanan erosi yang berbeda setiap daerah penelitian, ada tiga tingkat kerentanan erosi yaitu tingkat erosi rendah, sedang dan tinggi. 1. Pada sampel I (Indarung sampai Lubuk Paraku) a. Tingkat kelerengan Dengan kemiringan lereng 35% termasuk kategori kemiringan lereng yang curam. Pengaruh lereng teradap erosi adalah erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang, dengan demikian maka daerah pada sampel ini mempunyai tingkat erosi yang tinggi. b. Tutupan lahan Tutupan lahannya terdiri dari sedikit pepohonan dan semak yang jarang, berdasarkan jenis tanaman yang ditemui dan pengamatan di lapangan jenis tanaman ini memiliki perakaran tanaman yang dangkal, misalnya tumbuhan paku yang memiliki akar serabut karena perakaran yang dangkal maka infiltrasi kecil, sehingga kemungkinan terjadi erosi di daerah ini selalu ada. c. Jenis batuan Jenis batuannya adalah Qf yang terdiri dari konglomerat, batupasir berbutir sedang sampai kasar yang berhubungan dengan basin margin fault. Kondisi batuan atau tingkat pelapukan batuannya adalah lapuk sedang yaitu kurang dari setengah batuan atau terintegrasi menjadi tanah, bagian tengah batuan segar. Kekerasan batuannya adalah 5,5. Batuan dilokasi ini termasuk batuan gamping yang agak lapuk, kondisi batuan yang lapuk merupakan faktor yang mendorong terjadinya erosi. d. Jenis tanah Tanah pada area ini mempunyai tekstur yang kasar yaitu pasir berlempung, partikel tanah yang berukuran kasar akan tahan terhadap erosi karena partikel-partikel ini sukar diangkut, disamping itu tanah yang bertekstur kasar mempunyai kapasitas dan laju

13 infiltrasi tinggi, sehingga tingkat erosi bisa diabaikan. Bentuk struktur tanah yang membulat (gumpal membulat) menghasilkan tanah dengan porositas tinggi sehingga air mudah meresap ke dalam tanah, dan aliran permukaan tanah menjadi kecil sehingga erosi juga kecil. e. Tingkat curah hujan Tingkat curah hujan di berbagai titik erosi di Bukit Selasih sampai Kecamatan Lubuk Kilangan rata-rata tinggi dan termasuk tingkatan sangat deras karena intensitas curah hujan >3000 mm/th. Semakin tinggi tingkat curah hujan maka makin besar kemungkinan terjadi erosinya erosi tanah. Pada sampel I ini dengan jenis batuan Qf, kekerasan batuannya adalah 5,5. Batuan dilokasi ini termasuk batuan gamping yang agak lapuk, kondisi batuan yang lapuk merupakan faktor yang mendorong terjadinya erosi. Faktor yang menyebabkan daerah ini termasuk tingkat erosi sedang adalah tutupan lahan yang sedikit dan karakteristik tanah, dimana tanah pada daerah ini bertekstur kasar yaitu pasir berlempung yang mempunyai kapasitas dan laju infiltrasi tinggi, sehingga tingkat erosi sedang. 2. Pada sampel II (Lubuk Paraku sampai Panorama II) a. Tingkat kelerengan Kemiringan lereng daerah ini adalah 30% dengan kategori curam, pengaruh lereng teradap erosi adalah erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjang, dengan demikian maka daerah pada sampel ini mempunyai tingkat erosi yang tinggi. b. Tutupan lahan Tutupan lahan yang ada pada daerah ini berupa pepohonan dan semak belukar. Jika permukaan tanah tertutup oleh pohon-pohon dan rumput-rumputan/vegetasi maka infiltrasi dapat dipercepat, pohon dan semak belukar yang dibawahnya merupakan hambatan terhadap laju aliran permukaan sehingga kemungkinan terjadinya erosi tidak terlalu besar. c. Jenis batuan Dengan jenis batuannya Pcks termasuk batuan topaz. Kekerasan batuannya 8, dengan kondisi batuan yang lapuk ringan sehingga pada lokasi ini tingkat erosinya sedikit karena batuannya keras. d. Jenis tanah Lokasi pada sampel II ini mempunyai tekstur tanah sedang yaitu lempung berdebu karena partikel tanah yang halus mudah hancur oleh pukulan air hujan

14 menjadi butir-butir halus sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya infiltrasi air terhambat, aliran permukaan meningkat yang berarti erosi juga akan meningkat. e. Tingkat curah hujan Pada daerah penelitian merupakan tingkat curah hujan yang rata-rata tinggi setiap tahunnya sehingga dapat disimpulkan bahwa laju erosi tinggi dikarenakan tingkat curah hujan yang tinggi. Daerah ini berada pada tingkat erosi rendah, pada sampel II dengan jenis batuan pcks (termasuk batu topaz) Kekerasan batuannya 8, dengan kondisi batuan yang lapuk ringan sehingga pada lokasi ini tingkat erosinya sedikit karena batuannya keras. Faktor yang menyebabkan daerah ini termasuk tingkat erosi rendah adalah jenis batuan yang keras dan tutupan lahan yang cukup tahan untuk melindungi tanah terhadap pukulan langsung curah hujan, sehingga tingkat erosi rendah. 3. Sampel III (Panorama II sampai Lubuk Selasih) a. Tingkat kelerengan Daerah yang berada di sepanjang jalan antara Panorama II sampai Lubuk Selasih dengan kemiringan lereng 65% termasuk kategori sangat curam. Semakin curam lereng maka kecepatan aliran permukaan akan meningkat sehingga kekuatan mengangkutnya meningkat juga, maka pada daerah ini mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi. b. Tutupan lahan Daerah ini mempunyai tutupan lahan semak, lumut dan terbuka. Pada lokasi ini sangat rentan terhadap erosi karena mempunyai tutupan lahan yang sangat sedikit dan perakaran tanaman yang sangat dangkal, dengan demikian akan menyebabkan pukulan langsung air hujan tidak bisa terhalangi oleh tanaman dan akan mempebesar aliran permukaan sehingga laju erosi akan meningkat pula. c. Jenis batuan Lokasi penelitian yang tersebar di sepanjang jalan antara Panorama II sampai Lubuk Selasih ini mempunyai jenis batuan yaitu batuan gunung api yang tak teruraikan dan kondisi batuannya lapuk yaitu lebih dari setengah batuannya sudah terdekomposisi atau terdisitegrasi pada bagian tengah batuan hampir seluruhnya menjadi tanah. Kekerasan batuannya adalah 2. Lokasi ini mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi karena kondisi batuan yang lunak dan lapuk.

15 d. Jenis tanah Untuk jenis tanah pada lokasi ini mempunyai tekstur halus seperti liat, tekstur tanah ini tahan terhadap erosi karena daya rekat yang kuat sehingga gumpalannya sukar dihancurkan, sehingga tingkat erosi kecil. e. Tingkat curah hujan Berdasarkan data curah hujan daerah penelitian dari stasiun Ladang Padi maka daerah penelitian termasuk tingkatan yang sangat deras karena intensitas curah hujannya >3000 mm/th, sehingga tingkat terjadinya erosi tinggi sekali karena tingkat curah hujan yang tinggi pula. Daerah pada lokasi ini (Panorama II sampai Lubuk Selasih) termasuk pada tingkat erosi tinggi dengan jenis batuan Qtau (Quarter andesit) yaitu batuan gunung api yang tak teruraikan dan kondisi batuannya lapuk yaitu lebih dari setengah batuannya sudah terdekomposisi atau terdisitegrasi pada bagian tengah batuan hampir seluruhnya menjadi tanah. Kekerasan batuannya adalah 2. Lokasi ini mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi karena kondisi batuan yang lunak dan lapuk. Faktor lain yang menyebabkan daerah ini termasuk tingkat erosi tinggi adalah tutupan lahan, tutupan lahan yang pada daerah ini adalah semak, lumut dan terbuka, karena vegetasi yang ada tidak dapat menghalangi tanah dari pukulan langsung air hujan dan akan mempebesar aliran permukaan sehingga laju erosi akan meningkat pula. Kesimpulan 1. Tingkat kemiringan lereng pada setiap titik sampel penelitian masing-masing adalah 35% pada sampel I, 30% pada sampel II dan 65% pada sampel III, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada ketiga titik sampel tersebut mempunyai tingkat erosi yang tinggi karena mempunyai lereng yang curam hingga sangat curam. 2. Jenis vegetasi atau tutupan lahan yang ada di lokasi penelitian adalah berupa pepohonan yang sedikit, semak belukar, lumut dan terbuka. Pada masing-masing titik sampel kemungkinan terjadi erosi selalu ada. 3. Jenis batuan yang ada pada masing-masing titik sampel adalah pada sampel I (Indarung-Lubuk Paraku) dengan jenis batuan Qf (Quarter fluvial) kekerasan batuan 5,5 dan kondisi batuan yang lapuk sedang termasuk batuan gamping yang agak lapuk, kondisi batuan yang lapuk merupakan faktor yang mendorong terjadinya erosi, pada sampel II (Lubuk Paraku-

16 Panorama II) dengan jenis batuan pcks, kekerasan batuannya adalah 8 dan kondisi batuan yang lapuk ringan sehingga tingkat erosinya sedikit karena batuannya keras, sedangkan pada sampel III (Panorama II-Lubuk Selasih) jenis batuannya Qtau yaitu batuan gunung api yang tak teruraikan dan kondisi batuan yang lapuk, tingkat kekerasan batuannya 2, sehingga lokasi ini mempunyai tingkat erosi yang tinggi karena kondisi batuan yang lapuk dan lunak. 4. Pada sampel I mempunyai tekstur yang kasar yaitu pasir berlempung, partikel tanah yang berukuran kasar akan tahan terhadap erosi, sampel II dengan tekstur tanah sedang yaitu lempung berdebu karena partikel tanah yang halus mudah hancur oleh pukulan air hujan sehingga tingkat erosi akan meningkat dan pada sampel III mempunyai tekstur halus seperti liat, tekstur tanah ini tahan terhadap erosi karena daya rekat yang kuat sehingga gumpalannya sukar dihancurkan, sehingga tingkat erosi kecil. tingkat curah hujan yang tinggi pula. Daftar Pustaka Arsyad, S Konservasi Tanah dan Air. IPB press. Bogor Fera, Adriani Kajian Tingkat Erosi Berdasarkan Karakteristik Geomorfologi di Bukit Lubuk Kumpai Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi STKIP PGRI Sumatera Barat. Rahim, supli effendi Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka PelestarianLingkungan Hidup.Bumi aksara. Jakarta 5. Pada daerah penelitian memiliki intensitas curah hujan yang tinggi pada setiap waktunya, maka tingkat terjadinya erosi tinggi karena

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3. IV. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Setelah dilakukan survey diperoleh 13 titik lokasi longsor dengan lokasi disajikan pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Data Hasil

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

II. PEMBENTUKAN TANAH

II. PEMBENTUKAN TANAH Company LOGO II. PEMBENTUKAN TANAH Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc Isi A. Konsep pembentukan tanah B. Faktor pembentuk tanah C. Proses pembentukan tanah D. Perkembangan lapisan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair, dan gas. Tanah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

EROSI DAN SEDIMENTASI

EROSI DAN SEDIMENTASI EROSI DAN SEDIMENTASI I. PENDAHULUAN Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT EROSIVITAS DAN ERODIBILITAS DAS AIR HAJI KECAMATAN SUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT. Oleh:

STUDI TINGKAT EROSIVITAS DAN ERODIBILITAS DAS AIR HAJI KECAMATAN SUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT. Oleh: 1 STUDI TINGKAT EROSIVITAS DAN ERODIBILITAS DAS AIR HAJI KECAMATAN SUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh: Zulhan Efendi ˡDr. Dedi Hermon, M.P. ²Azhari Syarief, S.Pd. M.Si.³ 2,3 Staf Pengajar Pendidikan

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

Seisme/ Gempa Bumi. Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi

Seisme/ Gempa Bumi. Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi Seisme/ Gempa Bumi Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi Berdasarkan peta diatas maka gempa bumi tektonik di Indonesia diakibatkan oleh pergeseran tiga lempeng besar

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan

Lebih terperinci

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK Nama Kelompok : IN AM AZIZUR ROMADHON (1514031021) MUHAMAD FAISAL (1514031013) I NENGAH SUMANA (1514031017) I PUTU MARTHA UTAMA (1514031014) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

Yeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement.

Yeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement. PREDIKSI EROSI MENGGUNAKAN METODA USLE PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI DAERAH JALUR LINTAS BENGKULU-KEPAHIANG Yeza Febriani Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora AMDAL (AGR77) Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Hidroorologis

Lebih terperinci

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN Quis 1. Jelaskan pengertian erosi. 2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi erosi. 3. Apakah erosi perlu dicegah/dikendalikan?

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan dan proses proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan tiga proses

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI LUMPO KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN. Oleh : Sepka Marnil*,Helfia Edial**,Erna Juita** ABSTRAK

STUDI TINGKAT EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI LUMPO KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN. Oleh : Sepka Marnil*,Helfia Edial**,Erna Juita** ABSTRAK STUDI TINGKAT EROSI DAERAH ALIRAN SUNGAI LUMPO KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh : Sepka Marnil*,Helfia Edial**,Erna Juita** *,Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Geografi

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah

Tipe struktur. Tabel Lampiran 2. Kode permeabilitas profil tanah Tabel Lampiran 1. Penilaian struktur tanah Tipe struktur Kode Granular sangat halus (very fine granular) 1 Granular halus (fine granular) 2 Granular sedang dan kasar (medium, coarse granular) 3 Gumpal,

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Salak BM Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Salak BM Periode Tahun LMPIRN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Salak BM Periode Tahun 20012010 Bln Jan Feb Mar pr Mei Jun Jul gs Sep Okt Nov Des THN 2001 226 168 277 200 103 117 258 223 532 283 369

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi tanah, di laut atau badan-

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan dalam 5 kali periode hujan pada lahan pertanian jagung dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan dalam 5 kali periode hujan pada lahan pertanian jagung dengan 55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Erosi Permukaan dan Unsur Hara Tanah Hasil pengukuran erosi permukaan dan kandungan unsur hara N, P, K tanah yang ikut terbawa oleh aliran permukaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH PARANITA ASNUR

PEMBENTUKAN TANAH PARANITA ASNUR PEMBENTUKAN TANAH PARANITA ASNUR FAKTOR PEMBENTUKAN TANAH Iklim Faktor Lain Topogr afi Tanah Waktu Bahan Induk Organi sme Konsep Pembentukan Tanah Model proses terbuka Tanah merupakan sistem yang terbuka

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Keadaan Geografi Daerah Penelitian 2.1.1 Lokasi Penambangan Daerah penyelidikan berdasarkan Keputusan Bupati Tebo Nomor : 210/ESDM/2010, tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA SURANTA Penyelidik Bumi Madya, pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh Trisnoto NIRM:

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Data curah hujan (mm) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 237 131 163 79 152 162 208

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah TPA Leuwigajah mulai dibangun pada tahun 1986 oleh Pemerintah Kabupaten Bandung karena dinilai cukup cocok untuk dijadikan TPA karena

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi No Tahun Bulan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1987 206 220 368 352 218 17 34 4 62 107 200 210 1998 2 1989 183 198 205 301 150

Lebih terperinci

TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI KENAGARIAN AIE DINGIN KABUPATEN SOLOK

TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI KENAGARIAN AIE DINGIN KABUPATEN SOLOK TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI KENAGARIAN AIE DINGIN KABUPATEN SOLOK JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) Oleh YUSMA YENI NPM.

Lebih terperinci

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Di sekitar kita terdapat berbagai

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN Kegiatan : Praktikum Kuliah lapangan ( PLK) Jurusan Pendidikan Geografi UPI untuk sub kegiatan : Pengamatan singkapan batuan Tujuan : agar mahasiswa mengenali

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 19982007 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 1998 77 72 117 106 68 30 30 227 58 76 58 63

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanah menjadi media utama manusia mendapatkan pangan, sandang, papan, tambang, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik (Arsyad, 1989).

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia hidup tergantung dari tanah dan sampai keadaan tertentu tanah yang baik itu juga tergantung dari manusia. Pengelolaan tanah yang kurang baik bisa mengakibatkan

Lebih terperinci

VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR

VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR KONSERVASI TANAH : Penggunaan tanah sesuai dengan kelas kemampuan tanah dan memperlakukan tanah tersebut agar tidak mengalami kerusakkan. Berarti : 1. menjaga tanah agar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan kemiringan lereng yang bervariasi yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit atau yang dapat menampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG V-1 BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG 5.1. Analisis Sedimen dengan Metode USLE Untuk memperkirakan laju sedimentasi pada DAS S. Grubugan digunakan metode Wischmeier dan Smith

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi serta memiliki prospek yang baik bagi petani maupun

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN B. PROFIL TANAH

BAB II PEMBAHASAN B. PROFIL TANAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini, yaitu karena masih banyak diantara kita yang sudah sering melihat serta memanfaatkan tanah dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal tidak berhutan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR

ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Harjuni Hasan 1*, Rinto Syahreza Pahlevi 1 Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

IV. SIFAT FISIKA TANAH

IV. SIFAT FISIKA TANAH Company LOGO IV. SIFAT FISIKA TANAH Bagian 2 Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS SIFAT SIFAT FISIKA TANAH A. Tekstur Tanah B. Struktur Tanah C. Konsistensi Tanah D. Porositas Tanah E. Tata Udara Tanah F. Suhu

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Estimation of Actual Erosion by USLE Method Approach Vegetation, Slope

Lebih terperinci