TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI KENAGARIAN AIE DINGIN KABUPATEN SOLOK

Transkripsi

1 TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI KENAGARIAN AIE DINGIN KABUPATEN SOLOK JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) Oleh YUSMA YENI NPM Pembimbing I Pembimbing II Dr. Dedi Hermon, MP Farida, S.Si, M.Sc PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014

2 POTENTIAL EROSION FROM AGRICULTURAL LAND IN KENAGARIAN AIE DINGIN, SOLOK REQENSY By : Yusma Yeni *Dedi Hermon**Farida.** *Geogaphy Education Department of Students Education STKIP PGRI Sumbar **Lecturer Of Geography Education Department Of STKIP PGRI Sumbar ABSTRACT This research was conducted in Kenagarian Aie Solok Regensy with the aim to describe the ( 1 ) Characteristics Soil in Agricultural Land in Kenagarian Aie Solok Regensy. ( 2 ) To calculate the potential erosion from agricultural land. This study using a quantitative survey methods, data sources are the primary data and secondary data. The sampling technique is purposive sampling. Characteristics of land in the study area is the alluvialwith s, andosol soil. Texture dusty clay loam soil, loam, silty clay. Flat - steep slope < %. Long- short - long slope < %. Agricultural land use mixedbetween, grass, rice paddy fields, and forests. The risk of erosion or the maximum amount of soil loss ( tons / ha / year ) is determined by using the equation USLE ( Universal Soil Loss Equation ) from Smith and Wischmeier ( 1978) The first sample has 17% slope, with 45 m slope length with mix of agricultural land use type. The potential erosian from the first sample is tons / ha / year. Second sample has 18% slope, with 169 m slope length with mix of agricultural land use type. The potential erosian from the first sample is tons / ha / year. Second sample has 20% slope, with 170 m slope length with mix of agricultural land use type. The potential erosian from the first sample is tons / ha / year Key word : Soil characteristics, Land use, potential erotian

3 A. PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang cukup pesat menyebabkan kebutuhan manusia akan sumberdaya alam. Pemenuhan kebutuhan penduduk akan menyebabkan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Untuk itu, pengendalian dan pengelolaan sumberdaya alam harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Sehingga diharapkan sumberdaya alam dapat dimanfaatkan selama mungkin untuk kepentingan manusia secara lestari dan berkelanjutan. Adanya tekanan penduduk terhadap kebutuhan baik untuk kegiatan pertanian, perumahan, industri, rekreasi maupun kegiatan lain akan menyebabkan perubahan penggunaan. Perubahan penggunaan yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian sumberdaya air adalah perubahan dari kawasan hutan ke penggunaan lainnya, seperti: pertanian, perumahan ataupun industri. Apabila kegiatan tersebut tidak segera dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan kelebihan air (banjir) pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau. Hal ini disebabkan karena penggunaan yang tidak bijaksana (tidak disertai penanganan tindakan konservasi), sehingga hujan yang jatuh sebagian besar akan menjadi aliran permukaan (Run-Off). Aliran air termasuk air hujan adalah penyebab erosi terbesar, proses ini dimulai saat air hujan jatuh dan memercik dia atas tanah dan mengalir di atasnya. Kemampuan aliran air untuk mengikis tanah di pengaruhi oleh beberapa faktor, bertambahnya volume dan kecepatan aliran air dapat meningkatan pengikisan. Penggunaan adalah aktifitas manusia yang dilakukan di atas untuk memenuhi tujuan tertentu. Adapun sistem penggunaan merupakan identitas yang mewakili rangkaian beberapa tipe tutupan. Setelah masa tanam, petani membiarkan nya untuk sementara waktu yang disebut masa berat (Mulyoutami, dkk, 2010). Lahan- pertanian yang terus-menerus ditanami tanpa istirahat, dan tanpa disertai cara pengo tanaman, tanah, dan air yang baik dan tepat, khususnya di daerah-daerah basah dengan curah hujan yang melebihi 1500 mm per tahun, akan mengalami penurunan produktifitas tanah. Penurunan produktivitas ini dapat disebabkan oleh menurunnya kesuburan tanah, damana unsur hara yang terdapat pada lapisan tanah atas hilang bersamaan dengan terjadinya proses erosi. Secara umum besarnya laju erosi dipengaruhi oleh lima parameter yaitu: faktor iklim, faktor tanah, faktor bentuk kewilayahan (topografi), faktor tanaman penutup tanah (vegetasi), dan faktor kegiatan/perlakuan-perlakuan manusia (Kartasapoetra, 2000). Perubahan pengguanaan tersebut akan menyebabkan tutupan dan pengo pertanian yang digarap masyarakat tersebut apabila tidak di sertai dengan tindakan-tindakan konservasi maka akan berdampak pada degradasi terutama yang disebabkan oleh erosi. Erosi ialah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ketempat lain (Arsyad: 1010). Di daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi seperti di Indonesia penyebab utama erosi disebabkan oleh air. Hal ini sebagai akibat dari pengo tanah dan air yang tidak tepat dan akibat meluasnya hutan menjadi pertanian, terutama terjadi pada perubahan di daerah aliran sungai bagian hulu. Bahaya erosi ini terjadi didaerah-daerah kering yang memiliki kemiringan lereng > 15 % (Syarief, 1989). Erosi tanah merupakan salah satu bencana sumberdaya alam, yang jika terjadi terus menerus akan memicu terjadinya bencana alam lain seperti : tanah longsor dan banjir. Aie dipandang sangat krusial dan perlu penanganan segera. Hal ini ditandai oleh berkurangnya kawasan hutan, tidak hanya hutan produksi, tetapi juga hutan lindung yang termasuk kawasan Hutan Nasional Kerinci Seblat (TNKS) serta semakin luasnya kritis. Penyebabnya selain karena penebangan hutan untuk mengambil kayu, masyarakat juga membuka hutan untuk menanam markisa yang menjadi sumber pendapatan utama dari buah-buahan. Setelah 5-6 tahun markisa tidak lagi berproduksi, diterlantarkan dan akhirnya menjadi kritis. Berdasarkan latar belakang diatas penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul Tingkat Bahaya Erosi Pada Lahan Pertanian di Kenagarian Aie Kabupaten Solok B. MOTODE PENELITIAN Jenis penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan titik sampel berdasarkan variasi satuan yang ada dengan cara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja, dimana penelitian menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Berdasarkan penggunaan yaitu: kebun campur (Kc) titik sampel hanya diambil satuan yang berada di bentuk vulkanik di Kenagarian Koto Baru Aie Kabupaten Solok, menurut observasi awal di lapangan bahwa daerah ini mengalami erosi yang cukup tinggi. Berdasarkan pertimbangan di atas maka titik pengambilan sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel II di bawah ini:

4 No Tabel II.3. Sampel Penelitian Satuan 1 V3.III. AL 2 V3.III. Lit 3 V2.II. Kc.Kgr. AL Satuan bentuk Perbukitan vulkanik Perbukitan vulkanik Lereng bawah vulkanik Kelas lereng III (5-25%) III (5-25%) II (8-15%) Penggunaan Kebun Kebun Kebun Bantuan/ Geologi Qou/lava Qou/lava Kgr/ Granit Sumber: Overlay peta satuan bentuk, lereng,penggunaan, geologi dan jenis tanah Jenis tanah Aluvial Litosol Aluvial Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan maka variabel dalam penelitian ini yaitu karakteristik meliputi: tanah, kemiringan dan panjang lereng, jenis vegetasi/ penggunaan dan konservasi. Data yang dikumpulkan berupa data primer Dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari lapangan dan di laboratorium, sedangkan data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari instansi terkait. Data primer yang di amati dilapangan berupa tekstur tanah, karakteristik (kemiringan lereng, panjang lereng, vegetasi dan konservasi). C. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari analisa di lapangan dan di laboratorium yang telah di lakukan maka dapat dilihat adanya karakteristik di Kenagarian Aie Kabupaten Solok, untuk lebih rincinya dapat di jelaskan sebagai berikut: a. Tekstur tanah (%) daerah penelitian adalah lempung liat berdebu, lempung, dan lempung berdebu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat IV.4 sebagai berikut. Tabel IV.4. Hasil Analisis Tekstur Tanah N Satuan o 1 V3.III. Al 2 V3.III. Lit 3 V2.II. Kc.Kgr. Al Lo kasi Nagari Aie Nagari Aie Nagari Aie Tekstur Jenis Pasir Debu Liat tekstur 10,20 61,64 28,16 Lempung liat berdebu 39,63 42,15 18,22 Lempung 5,75 70,59 23,66 Lempung berdebu Sumber : Pengo Data Primer Pada Labor BPTP Sumbar, 2014 Berdasarkan tabel diatas maka pada satuan V3.III.Al sifat fisik tanah pada satuan ini memiliki karakteristik yaitu dengan tekstur yang terdiri dari 10,20% pasir, 61,64% debu, dan 28,16% liat dan tergolong pada kelas lempung liat berdebu dan nilai erodibilitas sebesar 2,55. Pada satuan V3.III.Lit, sifat fisik tanah pada satuan ini memiliki karakteristik yaitu dengan tektur yang terdiri dari 39,63% pasir, 42,15% debu, dan 18,22% liat dan tergolong pada kelas lempung dan nilai erodibilitas No sebesar 4,48. Pada satuan V2.II.Kc.Kgr.Al, sifat fisik tanah pada satuan ini memiliki karakteristik yaitu dengan tekstur yang terdiri dari 5,75% pasir, 70,59% debu, dan 23,66% liat dan tergolong pada kelas lempung berdebu dan nilai erodibilitas 3,22. b. Kemiringan lereng dan panjang lereng, daerah penelitian ini dapat dilihat pada tabel IV. 5 yaitu sebagai berikut. Tabel IV.5. Kemiringan dan Panjang Lereng Daerah Penelitian Satuan 1 V3.III.Kc. Qou.Al 2 V3.III.Kc. Qou.Lit 3 V2.II.Kc. Kgr.Al Lokasi Nagari Aie Nagari Aie Nagari Aie Kemiringan (%) Kriteria Sumber : Pengukuran dilapangan, Miring Miring Miring Panja ng (m) Kriteria Berdasarkan tabel diatas daerah penelitian ini memiliki kemiringan lereng dan panjang lereng yaitu antara lereng datar (0,13%), landai/miring (14-25%), curam (26-40%) dan sangat curam (>40%), serta panjang lereng yaitu antara pendek (<15), sedang (16-50), panjang (51-250) dan sangat panjang (>250). Makin curam dan makin panjangnya lereng maka makin besar pula kecepatan aliran air permukaan dan bahaya erosi. c. Jenis vegetasi/ penggunaan, daerah penelitian dapat dilihat pada tabel IV.6 sebagai berikut. Tabel IV.6. Jenis Vegetasi/Penggunaan Lahan Daerah Penelitian No Satuan Jenis vegetasi Nilai CP 1 V3.III.Kc. Lahan pertanian 0,43 Qou.Al 2 V3.III.Kc. Lahan pertanian 0,43 Qou.Lit 3 V2.II.Kc. Kgr.Al Lahan pertanian 0,43 Sumber : Pengo data primer 2014 Berdasarkan tabel diatas daerah penelitian ini memiliki jenis vegetasi pertanian (0,43). Makin rapat vegetasi suatu maka makin kecil terjadi erosi, dan makin jarang vegetasi punutup maka cukup besar terjadi erosi. d. Konservasi tanah (P) Merupakan rasio tanah yang hilang bila usaha konservasi tanah dilakukan. Nilai rasio tanah Sedang Panjang Panjang

5 (P) pada daerah Kenagarian Aie dilihat pada tabel IV.7 dibawah ini. Tabel IV.7. Nilai Konservasi Daerah Penelitian No Satuan Tindakan konservasi Konser vasi (P) 1 V3.III.Kc. Tidak ada 1,00 Qou.Al 2 V3.III.Kc. Tidak ada 1,00 Qou.Lit 3 V2.II. Kc.Kgr.Al Tidak ada 1,00 Sumber : Pengo data primer 2014 Berdasarkan tabel diatas daerah penelitian ini tidak memiliki tindakan konservasi (1,00). Apabila tidak ada tindakan konservasi pada pertanian maka akan besar terjadi tingkat bahaya erosi. D. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah yang dilakukan oleh penulis tentang Tingkat Bahaya Erosi Pada Lahan Pertanian Di Kenagarian Aie Kabu- paten Solok, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Karakteristik di daerah penelitian yaitu dengan jenis tanah aluvial, andosol. Tekstur tanah lempung liat berdebu, lempung, lempung berdebu. Kemiringan lereng datar-curam <13-40%. Panjang lereng pendek-panjang <15-250%. Penggunaan pertanian, rumput, padi sawah, dan hutan. b. Tingkat bahaya erosi yang terjadi pada daerah penelitian dari perhitungan kehilangan tanah per satuan luas menurut metode USLE yaitu pada sampel 1 dengan hasil sebesar 280,27 ton/ha/tahun termasuk erosi berat. Dan pada sampel 2 dan 3 dengan hasil sebesar 954,02 ton/ha/tahun dan 701,02 ton/ha/tahun termasuk erosi sangat berat. didapatkan tindakan penanggulangan yang sesuai dengan faktor kemauan yang dibutuhkan. DAFTAR PUSTAKA Asdak, C Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sunsgai. Penerbit Gadjah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta. Rahim, E.S Pengendalian Erosi Tanah. Bumi Aksara, Jakarta. Serief, S., Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana. Bandung. Seta, A. K., Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta. Suripin Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta. E. SARAN 1. Kepada masyarakat disarankan melakukan program reklamasi dan konservasi secara vegetatif dan pengembangan pertanian sebaiknya dilakukan pada kawasan-kawasan yang relatif aman dari bahaya erosi. 2. Kepada pemerintah Kabupaten Solok Kecamatan Lembah Gumanti hendaknya bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam pengelolaan pertanian, sehingga daerah-daerah yang memiliki bahaya erosi berat tidak digunakan sebagai area pertanian dan pemukiman meminimalisir resiko tingkat bahaya erosi. 3. Sebagai rekomendasi untuk peneliti yang melakukan penelitian dimasa yang akan datang hendaknya memperhatikan klasifikasi erosi dan karakteristik pada setiap titik yang memiliki tingkat bahaya erosi agar dapat

6