Bab II KAJIAN PUSTAKA. Pada bagian ini disajikan definisi motivasi kerja individu, teori motivasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II KAJIAN PUSTAKA. Pada bagian ini disajikan definisi motivasi kerja individu, teori motivasi"

Transkripsi

1 Bab II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Kerja Individu Pada bagian ini disajikan definisi motivasi kerja individu, teori motivasi dua faktor, prediktor motivasi kerja dan dampak motivasi kerja terhadap minat keluar dari pekerjaan (intensi keluar) Pengertian Motivasi Motivasi adalah kesediaan seseorang untuk melakukan sesuatu dan tindakan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan (Whiseand dan Rush, 1988). Menurut Wregner dan Miller (2003) mengemukakan motivasi adalah suatu energi dari individu untuk mengambil tindakan dan tindakan tersebut memiliki tujuan. Sedangkan menurut Saraswathi (2011) mengemukakan motivasi adalah kemauan untuk mengerahkan seluruh usaha menuju tujuan organisasi. Kemauan tersebut didasarkan untuk memenuhi kebutuhan individu. Setiap manusia dalam hidup mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. Hal inilah yang mendorong manusia untuk melakukan suatu pekerjaan agar dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan kepuasan diri (Suwatno dan Priansa, 2013). Motivasi setiap individu berbeda tergantung dari situasi dikarenakan kebutuhan setiap individu berbeda. Bagi beberapa orang, alasan untuk bekerja adalah untuk mendapatkan uang tetapi bagi pihak lain, uang adalah salah satu dari kebutuhan lain. 9

2 Teori Motivasi Dua Faktor Salah satu teori yang membahas motivasi kerja dan kepuasan kerja adalah teori motivasi Dua Faktor yang diperkenalkan oleh Frederick Herzberg. Kajian empiris tentang teori motivasi Dua Faktor terdapat dalam penelitian Riley (2005) dan penelitian Tan dan Waheed (2011). Teori motivasi Dua Faktor memisahkan motivasi dan kepuasan kerja ke dalam dua kelompok faktor yang dikenal dengan faktor motivasi dan faktor hygiene. Menurut Herzberg dalam Riley (2005), faktor motivasi terdiri dari pencapaian (achievement), kemajuan (advancement), pekerjaan itu sendiri (work itself), pengakuan (recognition), dan peluang pengembangan diri (possibility of growth). Faktor hygiene terdiri dari kebijakan perusahaan (company policy), relasi dengan rekan kerja (relation with peers), keamanan kerja (work security), relasi dengan atasan (relationship with supervisor), gaji (salary), kondisi atau suasana kerja (work conditions). Pada dasarnya teori Dua Faktor membedakan faktor antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari hal-hal yang dilakukan masyarakat dalam pekerjaannya yaitu tanggungjawab dan pencapaian mereka. Faktor-faktor motivasi intrinsik berkontribusi terhadap tingkat kepuasan kerja yang dirasakan karyawan dalam pekerjaannya. Motivasi ekstrinsik berasal dari hal-hal di luar kendali karyawan yang berhubungan dengan lingkungan di mana karyawan bekerja (Riley, 2005). Herzberg menemukan bahwa faktor motivasi ekstrinsik tersebut merupakan sumber dari ketidakpuasan kerja. Dasar dari pernyataan teori Dua Faktor adalah apabila atasan ingin meningkatkan kepuasan kerja karyawan, mereka harus melihat faktor yang mempengaruhi

3 11 kepuasan kerja yaitu motivasi intrinsik. Pemberian semangat dan pengakuan kepada karyawan menolong mereka untuk merasa dihargai oleh perusahaan. Herzberg juga mengatakan bahwa satu-satu cara untuk memotivasi karyawan adalah dengan memberikan mereka tantangan pekerjaan di mana mereka dapat merasa bertanggungjawab (Riley, 2005). Hal ini dapat diterapkan dalam semua pekerjaan di semua bidang industri. Jika karyawan tidak merasa bertanggungjawab, mereka akan merasa bahwa pekerjaan mereka tidak layak untuk dilakukan. Melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan serta pendelegasian penting untuk dilakukan. Hal ini akan menolong karyawan untuk merasa lebih bertanggungjawab dan pada akhirnya akan meningkatkan motivasi. Di sisi lain, atasan harus mengetahui tingkat ketidakpuasan kerja karyawan. Jika atasan mengubah tim kerja karyawan akan membuat karyawan menyesuaikan kondisi lingkungan mereka seperti perpindahan meja kerja dan tempat duduk tetapi hal ini tidak akan membuat mereka merasakan kepuasan kerja tetapi hanya menghindarkan mereka dari ketidakpuasan kerja (Riley, 2005). Dengan kata lain dengan merubah kondisi lingkungan kerja yang termasuk salah satu faktor hygiene hanya mencegah ketidakpuasan tetapi tidak akan membuat mereka merasa puas (Tan dan Waheed, 2011). Berdasarkan kajian empiris di atas, dalam penelitian ini menggunakan teori motivasi Dua Faktor dikarenakan dapat menghubungkan permasalahan penelitian tentang motivasi dan kepuasan kerja dari dalam diri dan luar karyawan yang berdampak pada intensi keluar.

4 Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam individu. Hal ini berasal dari kesenangan pribadi karena melakukan hal tertentu (Yudhvir dan Sunita, 2012). Menurut McCormmik dan Tifflin (1979), motivasi instrinsik adalah motivasi yang melekat pada pekerjaan itu sendiri dan individu menikmatinya karena individu berhasil menyelesaikannya dan mencapai tujuan. Menurut Herzberg dalam penelitian Riley (2005) faktor yang termasuk dalam motivasi instrinsik yaitu : 1) Achievement (prestasi) Faktor ini berhubungan dengan perasaan seperti perasaan dalam menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah. Jika seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan sebelum target waktu yang ditentukan dan mendapat penilaian yang tinggi maka kepuasan karyawan akan meningkat sebaliknya jika karyawan tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dalam waktu yang diberikan akan mengakibatkan karyawan bingung dan kepuasan kerja akan menurun. Karyawan yang menunjukkan orientasi yang kuat dalam berprestasi memiliki karakteristik dengan masa kerja yang lama, menerima tugas yang menantang, dan kemauan melakukan apapun untuk mencapai hasil yang maksimal. 2) Work itself (pekerjaan itu sendiri) Faktor ini berhubungan dengan persepsi karyawan apakah pekerjaan mereka sulit, mudah, bosan atau menarik. Persepsi ini mempengaruhi langsung kepuasan kerja mereka.

5 13 3) Recognition (pengakuan) Faktor ini berhubungan dengan umpan balik yang positif atau negatif atas tugas yang sudah diselesaikan oleh karyawan. Recognition (pengakuan) dalam hal ini berarti sebuah penilaian dari atasan kepada bawahannya atas kontribusi dalam pekerjaan yang sudah dilakukannya. Pengakuan atas kontribusi karyawan berupa pengakuan selain uang dapat meningkatkan motivasi ke tingkat yang lebih tinggi. 4) Possibility of growth (peluang pengembangan diri) Faktor ini berhubungan dengan kesempatan untuk belajar kemampuan yang baru. Jika kesempatan untuk berkembang ini kurang akan mempengaruhi kepuasan karyawan akan pekerjaan dan posisi mereka Kajian empiris aplikasi teori dua faktor mengenai motivasi intrinsik Penelitian-penelitian yang telah ada telah mengaplikasi teori Dua Faktor dalam penelitian mereka yang berhubungan motivasi intrinsik seperti penelitian Ololube (2006) pada 680 guru SMA di River State, Nigeria. Dari 12 variabel kepuasan kerja dan motivasi yang diukur dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pekerjaan itu sendiri menempati posisi kedua dan mendapatkan perkembangan di posisi ketiga yang membuat mereka termotivasi dan merasakan kepuasan kerja. Guru cenderung puas jika faktor-faktor ini hadir dalam pekerjaan mengajar mereka dan meningkatkan kinerja mereka. Penelitian oleh Sithole dan Solomon (2014) pada 34 guru sekolah Bisnis di Botswana, Amerika Serikat pada penerapan teori Dua Faktor ditemukan bahwa guru mempunyai kekuatiran akan penguasaan materi oleh siswa. Hal ini berhubungan dengan kemampuan mereka dalam mengajar. Oleh karena itu

6 14 mereka termotivasi akan peluang untuk memajukan karir melalui studi lebih lanjut. Penelitian lain oleh Ruthankoon dan Ogunlana (2003) pada 125 insinyur konstruksi dan mandor di Bangkok, Thailand ditemukan bahwa hal yang paling memotivasi mereka dalam bekerja adalah rasa berprestasi. Selain itu faktor motivasi lainnya seperti tanggungjawab, kemajuan dan peluang untuk pengembangan diri ikut mendukung motivasi kerja Motivasi ekstrinsik Menurut Luthans (2011), motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang mendorong individu melakukan sesuatu yang berasal dari luar diri individu seperti gaji dan lainnya. Motivasi ekstrinsik digunakan oleh perusahaan untuk menjaga karyawannya tetap bekerja dalam perusahaan dan mencegah intensi keluar. Motivasi ini juga sering digunakan oleh perusahaan untuk menginspirasi karyawan agar dapat mengeluarkan usaha yang terbaik dalam pekerjaan mereka untuk mencapai tujuan perusahaan misal pemberian bonus kepada karyawan yang dinilai perusahaan telah menunjukkan usaha atau kinerja yang baik. Robbins dan Judge (2008), menyatakan motivasi ekstrinsik mencegah karyawan mengalami ketidakpuasan. Menurut Riley (2005), motivasi ekstrinsik di antaranya yaitu : 1) Company policy (kebijakan perusahaan) Faktor ini berhubungan dengan persepsi karyawan mengenai komunikasi, praktek administrasi dan keuntungan dari semuanya. Persepsi karyawan tentang apakah kebijakan yang diberlakukan perusahan baik atau tidak akan mempengaruhi tingkat ketidakpuasan kerja yang mereka rasakan.

7 15 2) Relationship with peers (hubungan kerja dengan rekan kerja) Faktor ini berhubungan dengan perasaan yang dirasakan karyawan tentang interaksi dan diskusi bersama rekan kerja di lingkungan pekerjaannya. Hal ini dapat berdampak pada kepuasan atau ketidakpuasan kerja. Relasi dengan rekan kerja yang positif akan meningkatkan motivasi karyawan dan menurunkan intensi keluar. Hal sebaliknya akan terjadi dukungan sosial yang kurang akan membuat karyawan depresi dalam pekerjaannya dan meningkatkan intensi keluar. 3) Work security (keamanan kerja) Faktor ini berhubungan dengan obyek yang menjadi perhatian karyawan yang dapat mempengaruhi kestabilan mereka bekerja atau bahkan jabatan yang akan berdampak pada kepuasan atau ketidakpuasan kerja. Objek yang menjadi fokus bisa keamanan secara fisik di tempat kerja atau kesempatan untuk maju dalam pekerjaan. 4) Relationship with supervisor (hubungan kerja dengan atasan) Faktor ini berhubungan dengan perasaan yang dirasakan karyawan tentang interaksi bersama atasan di lingkungan pekerjaannya. Hubungan yang positif antara atasan dan karyawan yang menjadi bawahannya akan mempengaruhi kualitas komunikasi, kepercayaan dan kinerja. Hal ini berdampak pada kepuasan kerja dan menurunkan tingkat intensi keluar. 5) Salary (gaji) Faktor ini berhubungan dengan pemberian kompensasi. Pemberian kompensasi dapat meningkatkan kepuasan kerja dan stabilitas karyawan lebih terjamin karena turnover relatif kecil. Pemberian kompensasi merupakan kunci

8 16 penting bagi organisasi untuk menarik pelamar, mempertahankan karyawan dan memastikan tingkat optimal dari kinerja karyawan dalam mencapai tujuan organisasi. 6) Work Conditions (kondisi atau suasana kerja) Faktor ini berhubungan dengan lingkungan fisik di mana karyawan bekerja seperti fasilitas atau lokasi tempat kerja. Lingkungan kerja yang diharapkan adalah lingkungan kerja yang baik dan nyaman Kajian Empiris Aplikasi Teori Dua Faktor Mengenai Motivasi Ekstrinsik Penelitian-penelitian yang telah ada telah mengaplikasi teori Dua Faktor dalam penelitian mereka yang berhubungan motivasi ekstrinsik seperti penelitian Ololube (2006) pada 680 guru SMA di River State, Nigeria. Dari 12 variabel kepuasan kerja dan motivasi yang diukur dalam penelitian ini menunjukkan faktor keamanan kerja dan kondisi atau suasana kerja menempati posisi pertama atau yang paling mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja guru. Faktor kebijakan dan administrasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja. Faktor kedua yaitu besar gaji yang mereka dapatkan. Penelitian lain oleh Baah (2011) dengan meneliti karyawan di Ghana mengungkapkan bahwa beberapa karyawan publik dan perusahaan swasta di Ghana merasa bosan karena tidak termotivasi dan tidak produktif di tempat kerja. Hal yang lazim berlaku di Ghana adalah manajer menerapkan beberapa praktek birokrasi yang menekan karyawan dan tidak melibatkan mereka dalam keputusan sehingga karyawan merasa bekerja sebagai robot terlebih manajer melakukan kritik secara terbuka kepada mereka. Tujuan mereka bekerja tidak lagi untuk

9 17 mencapai tujuan perusahaan tetapi memenuhi kebutuhan mereka secara pribadi. Mereka merasa malas, tidak produktif dan sering tidak masuk kerja. Baah menjelaskan penerapan teori Dua Faktor yang dilakukan manajer di Ghana dalam mengatasi masalah ini agar karyawan kembali merasakan motivasi. Manajer melakukan pemberian gaji yang adil dan pengakuan atas kontribusi karyawan sebagai bentuk penghargaan. Kenaikan gaji akan diberikan sesuai dengan kinerja mereka. Hal ini diharapkan karyawan semakin termotivasi dan berkomitmen untuk memajukan perusahaan. Selain pendekatan dengan imbalan keuangan, penting untuk manajer melakukan pengakuan atas kinerja karyawan sehingga mereka merasa dihargai. Penelitian oleh Tan dan Waheed (2011) pada 152 tenaga penjual di toko pakaian wanita di Mall Bandar Sunway, Selangor, Malaysia mengungkapkan kondisi atau suasana kerja dan gaji merupakan hal yang sangat signifikan mempengaruhi motivasi kerja. Toko yang nyaman memiliki AC dan musik membuat karyawan merasa nyaman dalam bekerja. Pemberian gaji yang disesuaikan dengan kinerja sangat memotivasi karyawan karena di Malaysia pada umumnya tenaga penjual tidak dibayar tinggi dan gaji tidak sesuai walau mereka telah bekerja lebih lama. Oleh karena itu pemilik toko sangat penting untuk menerapkan kebijakan perusahaan mengenai hal-hal yang menunjang kondisi kerja dan pemberian gaji agar tenaga penjual termotivasi dalam melayani pelanggan sehingga pelanggan merasa puas membuat pendapatan took meningkat. Penelitian oleh Sithole dan Solomon (2014) pada 34 guru sekolah Bisnis di Botswana, Amerika Serikat pada penerapan teori Dua Faktor ditemukan selain

10 18 guru termotivasi akan peluang untuk memajukan karir melalui studi lebih lanjut juga mereka membutuhkan hubungan atau relasi yang baik dengan administrator sekolah, rekan-rekan di departemen lain dan siswa selama jam sekolah. Selain itu guru membutuhkan dan termotivasi dengan lingkungan kerja yang baik seperti furniture kelas, kantor dan tersedianya peralatan untuk mengajar Korelasi Motivasi Kerja dengan Intensi Keluar Intensi keluar didefinisikan sebagai niat karyawan untuk secara sukarela mengganti pekerjaan atau perusahaan (Schyns et al., 2007). Suhanto (2009) mengungkapkan intensi keluar adalah keinginan seseorang untuk keluar dari perusahaan. Menurut Herzberg (1959), mengemukakan bahwa kedua faktor motivasi ini dapat mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan karyawan dalam bekerja. Ketika seorang karyawan merasakan ketidakpuasan kerja menyebabkan timbulnya keinginan untuk mencari pekerjaan lain dan bahkan dapat berhenti dari pekerjaan. Hal ini didukung oleh penelitian Davis (2013) pada 134 perawat di Florida, Amerika Serikat untuk tinggal sebagai tenaga pendidik di Universitas ditemukan bahwa prediktor utama intensi keluar perawat adalah motivasi ekstrinsik. Pemberian gaji antara perawat dalam lingkungan klinis dan akademisi harus disesuaikan dalam upaya meningkatkan kepuasan kerja perawat yang tinggal di lingkungan akademisi. Lingkungan kerja yang mendukung harus diberikan agar perawat dapat berprestasi. Penelitian lain oleh Johnson (2004) pada 594 guru sekolah bisnis di Georgia, Amerika Serikat menemukan motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat mempengaruhi intensi keluar mereka. Dari hasil penelitian ditemukan faktor

11 19 untuk maju dan berprestasi dan bertanggungjawab akan pekerjaannya sebagai hal yang mempengaruhi motivasi guru. Jika motivasi ini dirasa kurang akan mempengaruhi intensi keluar guru. Selain itu faktor kebijakan sekolah dan kondisi atau suasana kerja juga mempengaruhi ketidakpuasan kerja mereka yang berdampak pada intensi keluar. 2.2 Kepuasan Kerja Pada bagian ini disajikan definisi kepuasan kerja, hubungan teori motivasi dua faktor dengan kepuasan kerja, kepuasan kerja sebagai variabel prediktor, moderator dan konsekuensi kerja dan pada bagian ini juga akan disajikan dampak kepuasan kerja terhadap minat keluar dari pekerjaan (intensi keluar) Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan faktor kunci bagi organisasi untuk memperoleh kesuksesan (Tan dan Waheed, 2011). Hal ini dikarenakan organisasi terdiri dari orang-orang yang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan organisasi, oleh karena itu kepuasan kerja dari karyawan perlu ditingkatkan dan dijaga. Menurut Locke (1976) hasil yang terlihat dari kepuasan kerja adalah kesehatan fisik, kesehatan mental dan kehidupan sosial yang baik dari karyawan. Peningkatan kepuasan kerja akan berdampak pada produktivitas karyawan (Wright dan Cropanzano, 1997). Selain itu juga kepuasan kerja dapat berdampak pada kecilnya tingkat absen, komplain dan kegelisahan karyawan (Breed dan Breda, 1997). Hasil dua penelitian sebelumnya didukung oleh penelitian Crossman (2003) yang menyatakan kepuasan karyawan akan meningkatkan

12 20 produktivitas dan keberlangsungan organisasi yang ditunjukkan oleh menurunnya tingkat intensi keluar. Motivasi dan kepuasan kerja mempunyai hubungan yang sangat dekat. Menurut Tan dan Waheed (2011) tidak mungkin seorang karyawan merasakan kepuasan kerja tanpa dia termotivasi akan sesuatu. Huselid (1995) percaya jika seorang karyawan tidak termotivasi, intensi keluar akan meningkat dan karyawan akan frustasi dan tidak produktif Hubungan Teori Dua Faktor dengan Kepuasan Kerja Teori yang menjelaskan hubungan motivasi dan kepuasan kerja adalah teori Dua Faktor. Herzberg (1959) mengemukakan bahwa kedua faktor motivasi intrinsik dan ekstrinsik dapat mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan karyawan dalam bekerja. Penelitian Herzberg kepada 203 orang akuntan dan insinyur ditemukan untuk memotivasi individu dalam bekerja memerlukan penekanan pada faktor-faktor pekerjaan itu sendiri atau dengan hasil yang berasal dari pekerjaan seperti prestasi, tanggungjawab dan minat pada pekerjaan sehingga dapat memberikan kepuasan. Hal ini dinamakan faktor motivasi atau dapat disebut motivasi instrinsik karena dipengaruhi dari dalam diri individu. Sedangkan faktor ekstrinsik tidak bersifat memotivasi tetapi jika faktor kebutuhan ini tidak terpenuhi akan menyebabkan ketidakpuasan (Wibowo, 2007 : ). Dinamakan faktor ekstrinsik dikarenakan karena faktor ini dipengaruhi dari luar individu.

13 Kepuasan Kerja sebagai Variabel Prediktor, Moderator, Konsekuensi Masalah kepuasan kerja bukanlah masalah yang sederhana. Hal itu dikarenakan kepuasan dapat menjadi variabel prediktor, variabel moderator atau sebagai variabel konsekuensi. Dalam penelitian ini kepuasan kerja dapat sebagai variabel prediktor terhadap intensi keluar, variabel moderator antara motivasi dan intensi keluar dan sebagai variabel konsekuensi dari motivasi Kepuasan kerja sebagai variabel prediktor Variabel prediktor adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (konsekuen) (Sugiyono, 2009). Menurut penelitian Larrabee et al. (2003) pada 90 perawat di Amerika Serikat ditemukan bahwa prediktor utama intensi keluar adalah ketidakpuasan kerja. Penelitian lain dalam objek penelitian yang sama oleh Lu et al. (2002) pada perawat ditemukan bahwa hasil analisis sebesar 38,4% dari kepuasan kerja memprediksi intensi keluar. Kepuasan kerja akan menimbulkan semangat kerja dan tercapainya tujuan individu dan organisasi. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika seseorang merasakan hal yang negatif karena ketidakpuasan. Tanpa adanya kepuasan kerja, karyawan akan merasakan jenuh dan melakukan pindah pekerjaan. Berdasarkan pertimbangan di atas, kepuasan kerja merupakan hal yang sangat penting dipikirkan oleh manajemen dalam suatu organisasi. Dalam kehidupan organisasi yang modern saat ini, kepuasan kerja sering dipergunakan sebagai tingkat kematangan suatu organisasi. Jika kepuasan kerja meningkat berarti organisasi dikelola dengan baik yang merupakan hasil dari

14 22 manajemen yang efektif. Menurut Galup et al. (2008), mengungkapkan kesuksesan suatu organisasi dikarenakan karyawan merasakan kepuasan kerja, sementara jika kepuasan menurun akan memperburuk organisasi. Menurut penelitian Saeed et al. (2013), membuktikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu : 1) Lingkungan kerja (working environment) Lingkungan kerja mendukung karyawan untuk bekerja lebih baik. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa lingkungan kerja memegang peranan yang penting. Danton (2005) menemukan bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap keputusan karyawan untuk menetap atau pindah dari perusahaan di mana ia bekerja. 2) Gaji (pay) Menurut Chiu (2002) pemberian gaji kepada karyawan menunjukkan bahwa kehadiran karyawan sangat penting dan bermanfaat bagi perusahaan. Gaji merupakan motivasi bagi karyawan yang mempengaruhi kepuasan kerja (Lane, 2010). Dalam hubungannya dengan intensi keluar, gaji merupakan sesuatu yang sangat penting dan cenderung akan memotivasi karyawan yang berkomitmen dengan perusahaan (Zobal, 1998). 3) Keamanan kerja (job security) Karyawan yang merasakan keamanan dalam bekerja otomatis akan berkomitmen dan loyal pada perusahaan (Lane, 2010) dan juga karyawan yang merasakan keamanan bekerja cenderung akan bekerja dengan baik (Ruvio, 1996).

15 23 4) Hubungan dengan rekan kerja (relationship with co-workers) Sebagai makhluk sosial, seorang karyawan memerlukan interaksi dengan rekan kerja untuk mendukung pekerjaannya. 5) Hubungan dengan atasan (relationship with supervisor) Menurut Hussami (2008) setiap karyawan menginginkan kepercayaan, pengertian dan keadilan dari atasannya. Jika atasan bertindak kasar, karyawan akan merasakan ketidakpuasan. 6) Tingkat keadilan (level of fairness) Kepuasan kerja akan dirasakan jika terdapat keadilan dalam kebijakan organisasi. Misal penentuan jam kerja yang sesuai dengan prinsip dalam bekerja (Noor, 2009) Kepuasan kerja sebagai variabel mediator Variabel mediator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah antara variabel independen (prediktor) dengan variabel dependen (konsekuensi). Menurut Penelitian Tzeng (2002) pada 648 perawat di 3 rumah sakit di Taiwan ditemukan bahwa kepuasan kerja merupakan mediator antara motivasi latar belakang pendidikan perawat dan gaji dengan intensi keluar. Menurut penelitian Chatzoglou et al. (2011) pada 213 akuntan di Makedonia, Yunani ditemukan hubungan terkait antara motivasi intrinsik terhadap intensi keluar melalui kepuasan kerja. Manajemen harus berfokus pada peningkatan motivasi. Peningkatan motivasi intrinsik pada seorang akuntan dalam pekerjaannya akan menyebabkan menurunnya intensi keluar. Hal ini dikarenakan seorang akuntan merasakan kepuasan pada gaji dan pekerjaan itu sendiri.

16 Kepuasan kerja sebagai variabel konsekuensi Variabel konsekuensi adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (prediktor). Menurut penelitian Shah et al. (2012) dari 294 karyawan yang bekerja di lembaga-lembaga pendidikan publik daerah Rawalpindi Pakistan ditemukan hubungan pekerjaan itu sendiri mempunyai hubungan positif dengan kepuasan kerja. Penelitian lain oleh Usman et al. (2013) pada 87 dosen di Sialkot, Pakistan ditemukan perhatian manajemen perguruan tinggi kepada gaji dosen akan meningkatkan kepuasan kerja dosen. 2.3 Intensi Keluar Pengertian Intensi Keluar Intensi keluar didefinisikan sebagai niat karyawan untuk secara sukarela mengganti pekerjaan atau perusahaan (Schyns et al., 2007). Suhanto (2009) mengungkapkan intensi keluar adalah keinginan seseorang untuk keluar dari perusahaan. Menurut Bluedorn (1982), turnover adalah keadaan di mana seorang karyawan berhenti dari pekerjaannya dan meninggalkan perusahaan. Keinginan untuk keluar dapat langsung mengarah pada turnover yang nyata. Hal ini didukung oleh penelitian Tett dan Meyer (1993) yang mengemukakan bahwa intensi keluar memberi pengaruh yang kuat seorang karyawan meninggalkan organisasi. Sebelum meninggalkan pekerjaannya dan berpindah kerja ke suatu perusahan yang lain, ada langkah-langkah proses yang berurutan dalam pemikiran seorang karyawan. Hal ini dikemukakan oleh Mobley et al. (1978) yaitu :

17 25 1) Langkah dalam berpikir untuk berhenti dari pekerjaan. 2) Langkah untuk mencari pekerjaan yang lain. 3) Langkah untuk meninggalkan pekerjaan. Langkah-langkah proses intensi keluar dapat digambarkan melalui sebuah bagan berikut ini: Gambar 2.1 Langkah-Langkah Proses Intensi Keluar Kepuasan kerja attendance Pemikiran untuk keluar Probabilitas untuk menemukan alternatif yang dapat diterima Keinginan mencari pekerjaan yang lain Keinginan keluar atau tinggal dari pekerjaan saat ini Keluar atau tinggal dari pekerjaan saat ini Dalam Gambar 2.1 dijelaskan langkah proses intensi keluar dimulai dari faktor kepuasan kerja. Di mana kepuasan kerja sebagai variabel prediktor dan intensi keluar sebagai variabel konsekuensi. Ketika seorang karyawan merasakan ketidakpuasan kerja menyebabkan timbulnya keinginan untuk mencari pekerjaan lain dan bahkan dapat berhenti dari pekerjaan. Dalam proses ini terdapat berbagai pertimbangan seperti apa yang akan didapatkan di pekerjaan yang baru bila dibandingkan dengan pekerjaan saat ini. Tentu saja, apa yang akan didapatkan di pekerjaan yang baru haruslah bernilai lebih dari apa yang sudah didapatkannya saat ini.

18 26 Langkah berikutnya adalah ketika seorang sudah mendapatkan pekerjaan baru yang akan ia pikirkan adalah apakah akan diterima atau tidaknya pekerjaan tersebut. Jika ia menerima, akan terjadi langkah pemikiran berikutnya yaitu meninggalkan pekerjaan. Jika semua proses ini terjadi, dinamakan turnover dari seorang karyawan yang bermula dari intensi keluar. Menurut Mobley et al. (1978) intensi keluar merupakan penghubung antara ketidakpuasan kerja dengan keinginan untuk meninggalkan yang cenderung pada mencari dan menemukan pekerjaan lain. Penelitian Wang et al. (2012) juga menemukan ketidakpuasan kerja akan kesempatan pengembangan diri sesuai dengan bakat karyawan asuransi properti di Taiwan akan menimbulkan naiknya intensi keluar. Penelitian Amah (2009) yang meneliti 400 karyawan generasi baru pada sebuah bank di Nigeria menemukan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan negatif dengan intensi keluar. Karyawan yang memiliki kepuasan yang rendah cenderung lebih besar keluar dari perusahaan. Penelitian oleh Sopiah (2013) menemukan pengaruh langsung kompensasi finansial dan non finansial terhadap kepuasan kerja pada karyawan outsourcing. Hissom (2009) dalam penelitiannya terhadap turnover karyawan di Amerika Serikat antara tahun menemukan alasan karyawan meninggalkan pekerjaannya disebabkan rendahnya gaji yang diberikan. Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian kompensasi baik finansial maupun non finansial merupakan suatu bentuk motivasi bagi karyawan yang mempengaruhi kepuasan kerja dan berpengaruh terhadap intensi keluar.

19 Prediktor Intensi Keluar Teori dua faktor menjelaskan adanya hubungan motivasi dengan kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja. Kepuasan kerja erat hubungannya dengan motivasi intrinsik dan ketidakpuasan kerja berkaitan dengan motivasi ekstrinsik. Ketika seorang karyawan merasakan ketidakpuasan kerja menyebabkan timbulnya keinginan untuk mencari pekerjaan lain dan bahkan dapat berhenti dari pekerjaan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kepuasan kerja merupakan prediktor dari intensi keluar seperti yang diungkapkan dalam penelitian Larrabee et al. (2003) pada 90 perawat di Amerika Serikat ditemukan bahwa prediktor utama intensi keluar adalah ketidakpuasan kerja. Penelitian lain dalam objek penelitian yang sama oleh Lu et al. (2002) pada perawat ditemukan bahwa hasil analisis sebesar 38,4% dari kepuasan kerja memprediksi intensi keluar. Penelitian lain juga mengungkapkan adanya hubungan motivasi dengan intensi keluar yang mendukung penelitian mengenai intensi keluar asisten Kumon seperti penelitian Davis (2013) pada 134 perawat di Florida, Amerika Serikat untuk tinggal sebagai tenaga pendidik di Universitas ditemukan bahwa prediktor utama intensi keluar perawat adalah motivasi ekstrinsik Dampak Intensi Keluar Karyawan terhadap Organisasi Karyawan adalah salah satu aset yang berharga yang harus dipertahankan perusahaan. Hal itu dikarenakan karyawan menentukan keefektifan suatu perusahaan. Perusahaan perlu melakukan usaha untuk merekrut, menyeleksi dan mengelola karyawannya. Dalam sebuah perusahaan, karyawan dapat memutuskan untuk keluar pada setiap waktu. Tingkat intensi keluar yang tinggi menimbulkan

20 28 dampak negatif bagi perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya manusia khususnya usaha dalam meminimalkan keinginan karyawan untuk keluar sangat penting. Teori Dua Faktor sudah berusia setengah abad sejak dari pertama kali diusulkan sehingga para pemimpin didesak untuk pertama kali mengidentifikasikan apa yang mempengaruhi kepuasan dan ketidakpuasan kerja dari karyawan mereka dan memulai program atau rencana untuk memelihara kepuasan kerja dan menurunkan ketidakpuasan kerja yang dapat memotivasi karyawan untuk berproduktivitas dan meningkatkan ketahanan yang lebih tinggi dan di sisi lain dapat mengurangi turnover atau intensi keluar (Jones dan Lyold, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas yang menjadi tanggung jawab guru tersebut secara tepat waktu, disamping

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk BAB 2 Tinjauan Pustaka 2. Tinjauan Pustaka 2. 1 Kepuasan Kerja Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perspektif manajemen sumber daya manusia strategis yang paling mendasar adalah asumsi keberhasilan sebuah kinerja organisasi dipengaruhi oleh tindakan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai kepuasan kerja operator bagian produksi PT X di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh berbagai hal, diantaranya komitmen, profesionalisme, dan tingkat kompetensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Turnover Intention Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan yakni mengenai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Keterikatan Kerja, Persepsi Dukungan Organisasional dan Komitmen Organisasional Terhadap Turnover Intention Karyawan Muji Motor

Judul : Pengaruh Keterikatan Kerja, Persepsi Dukungan Organisasional dan Komitmen Organisasional Terhadap Turnover Intention Karyawan Muji Motor Judul : Pengaruh Keterikatan Kerja, Persepsi Dukungan Organisasional dan Komitmen Organisasional Terhadap Turnover Intention Karyawan Muji Motor Nama : Sella Bitha NIM : 1215251059 Abstrak Turnover Intention

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. listrikan Indonesia. PLN merupakan satu-satunya perusahaan milik negara

BAB 1 PENDAHULUAN. listrikan Indonesia. PLN merupakan satu-satunya perusahaan milik negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PLN adalah perusahaan perseroan milik negara bidang ketenaga listrikan Indonesia. PLN merupakan satu-satunya perusahaan milik negara dengan skala nasional yang bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting yang harus terbentuk di lingkungan kerja. Sebab, kepuasa kerja akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting yang harus terbentuk di lingkungan kerja. Sebab, kepuasa kerja akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada suatu organisasi atau perusahaan, kepuasan kerja adalah faktor penting yang harus terbentuk di lingkungan kerja. Sebab, kepuasa kerja akan berdampak pada

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Model Penelitian Terdahulu Tanveer et al., (2011) melakukan penelitian tentang hubungan antara praktek sumber daya manusia dan kinerja karyawan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

PSIKOLOGI INDUSTRI ORGANISASI

PSIKOLOGI INDUSTRI ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI INDUSTRI ORGANISASI & Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 08 MK61010 Abstract Mampu menjelaskan dan mengkomunikasikan hasil dari interaksi

Lebih terperinci

Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak. diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat

Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak. diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat mempertahankan karyawannya yang bertalenta.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian motivasi Motivasi didefinisikan sebagai dorongan. Dorongan merupakan suatu gerak jiwa dan perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua organisasi pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi organisasi tersebut. Tidak hanya pada sektor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2012), manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai macam tujuan. Aktifitas di dalam suatu perusahaan selalu diarahkan untuk mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Panggaribuan (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. Indosat, Tbk. Divisi Regional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras atau seberapa baik seseorang bekerja, melainkan seberapa jauh seseorang menyukai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Kerja Mangkunegara (2005) menyatakan : motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013) 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasional 2.1.1. Pengertian Komitmen Organisasional Komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PRODUKTIVITAS KERJA 1.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka perlu dikaji teori tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka perlu dikaji teori tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka perlu dikaji teori tentang produktivitas dan motivasi pada industri konstruksi, definisi motivasi, teori motivasi kerja, teori hirarki

Lebih terperinci

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini)

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini) Konsep Dasar Motivasi (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini) Motif Alasan yang disadari oleh indv untuk bertingkah laku pada suatu tujuan Motivasi Suatu proses dimana kebutuhan2 mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Inisiatif manajerial Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi kepada tenaga kerja perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh kemajuan zaman. Hal ini membawa dampak yang cukup besar bagi dunia industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan sumber daya yang paling penting untuk mencapai keberhasilan visi dan misi perusahaan. Oleh karena itu, betapapun sempurnanya aspek teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perilaku organisasi merupakan suatu bidang ilmu mengenai bagaimana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perilaku organisasi merupakan suatu bidang ilmu mengenai bagaimana BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perilaku organisasi merupakan suatu bidang ilmu mengenai bagaimana perilaku manusia dapat mempengaruhi kinerja organisasi. Perilaku-perilaku tersebut dapat merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kinerja Karyawan Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Moh As ad, (2003) sebagai kesuksesan seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Literatur. Robbins (2009). Teori Herzberg (1966) dalam Kanungo (1979) membedakan antara

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Literatur. Robbins (2009). Teori Herzberg (1966) dalam Kanungo (1979) membedakan antara BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Literatur 2.1.1 Extrinsic Motivation 2.1.1.1 Definisi Extrinsic Motivation Extrinsic Motivation dapat didefinisikan sebagai kesediaan individu untuk mengerahkan upaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Karyawan melakukan pekerjaan di instansi maupun perusahaan untuk memperoleh gaji berupa uang untuk memenuhi kebutuhan kehidupanya seharihari.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Setiap organisasi dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber daya manusia dan bagaimana sumber daya manusia dikelola. Pengelolaan sumber daya manusia tidak lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi berusaha meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi berusaha meningkatkan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan atau organisasi berusaha meningkatkan serta mengembangkan perusahaan dengan mengadakan berbagai cara yang tersusun dalam program untuk meningkatkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk Oleh: ADHY PURWANTO MIFTAHUN NI MAH SUSENO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

KEPUASAN KERJA DAN PENINGKATAN PRESTASI KERJA. Oleh: Muslikhah Dwihartanti

KEPUASAN KERJA DAN PENINGKATAN PRESTASI KERJA. Oleh: Muslikhah Dwihartanti KEPUASAN KERJA DAN PENINGKATAN PRESTASI KERJA Oleh: Muslikhah Dwihartanti Abstrak Sebuah perusahaan tentu memiliki tujuan yang telah ditetapkan dan ingin diwujudkan melalui kegiatan operasional. Upaya

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pemeliharaan Hubungan Pegawai

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pemeliharaan Hubungan Pegawai Pemeliharaan Hubungan Pegawai Pemeliharaan Hubungan Pegawai Pengertian Usaha untuk membina dan mengembangkan kondisi fisik, mental, sikap dan perilaku karyawan agar karyawan menjadi loyal dan mampu bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyediaan fasilitas untuk industri minyak yang mencakup jasa penguliran

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyediaan fasilitas untuk industri minyak yang mencakup jasa penguliran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Citra Tubindo Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam penyediaan fasilitas untuk industri minyak yang mencakup jasa penguliran pipa dan pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu negara salah satu yang mencakup di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu negara salah satu yang mencakup di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional suatu negara salah satu yang mencakup di dalamnya adalah pengangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi tentu memerlukan peran dari lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi Pada dasarnya Budaya organisasi dalam perusahaan merupakan alat untuk mempersatukan setiap invidu yang melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Kumon merupakan bimbingan belajar berbentuk franchise untuk

Bab I PENDAHULUAN. Kumon merupakan bimbingan belajar berbentuk franchise untuk Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kumon merupakan bimbingan belajar berbentuk franchise untuk meningkatkan kemampuan akademik anak dalam bidang matematika dan bahasa Inggris. Dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penghargaan Organisasi memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab kepada karyawan dan masyarakat. Seiring pemenuhan kewajiban tersebut, hubungan antara organisasi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pernah dilakukan Marfirani (2008) dengan judul penelitian Hubungan Kepuasan Kerja dengan Organizational

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor kehidupan manusia. Semakin tinggi ilmu pengetahuan dan tekhnologi berimbas pada semakin keras

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mencakup pengertian budaya kinerja tinggi dan juga kepuasan kerja.

BAB II LANDASAN TEORI. mencakup pengertian budaya kinerja tinggi dan juga kepuasan kerja. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab sebelumnya telah dijabarkan mengenai latar belakang dari penelitian ini. Dalam bab ini akan dijabarkan landasan teori yang menjadi acuan serta hipotesis yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas tentang teori dari kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang akan mendasari penelitian ini. Pemabahasan ini akan menjadi panduan dalam memahami secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2010:10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya menyadari satu hal bahwa, kepuasan kerja merupakan faktor yang vital dalam manajemen sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebut Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory yang terdiri atas: faktor hygiene, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebut Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory yang terdiri atas: faktor hygiene, yaitu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory Menurut Frederick Herzberg (dalam Ardana, dkk., 2009: 34) mengembangkan suatu teori yang disebut Teori Dua Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha ritel modern merupakan peluang usaha yang sangat menjanjikan di era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha dan organisasi di Indonesia berkembang semakin pesat. Setiap organisasi mempunyai berbagai tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan tersebut diraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa dalam peranannya faktor manusia tidak kalah penting bila dibandingkan dengan mesin,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi Kompensasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Sebelum kompensasi diberikan, terlebih dahulu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turnover intention serta karyawan terlibat perilaku kerja kontraproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. turnover intention serta karyawan terlibat perilaku kerja kontraproduktif. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam perusahaan yang menjadi salah satu penentu berkembangnya suatu perusahaan. Masalah-masalah yang menyangkut sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal, hingga kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan rasa aman,

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal, hingga kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan rasa aman, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki berbagai macam kebutuhan. Mulai dari kebutuhan primer, yaitu kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akuntansi Keperilakuan 2.1.1.1 Pengertian Akuntansi Keperilakuan Akuntansi adalah suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa 2.1 Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa faktor-faktor intrinsik terkait dengan kepuasan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam era globalisasi dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam era globalisasi dan perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam era globalisasi dan perdagangan bebas menghadapi suatu persaingan yang sangat ketat dalam dunia usaha. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan sebuah perusahaan bukan hanya tergantung dari permodalan secara

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan sebuah perusahaan bukan hanya tergantung dari permodalan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Keberhasilan sebuah perusahaan bukan hanya tergantung dari permodalan secara riil yaitu berbentuk uang, namun salah satu hal yang juga berpengaruh adalah sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki peran yang menempatkannya pada posisi dimana ia harus bersikap

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki peran yang menempatkannya pada posisi dimana ia harus bersikap BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Work-Life Balance Kehidupan orang dewasa yang kompleks menempatkan seseorang pada pilihan-pilihan yang cukup berat. Untuk menghidupi keluarga, seseorang harus bekerja. Demikian

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB 2 KAJIAN TEORETIS BAB 2 KAJIAN TEORETIS 2.1 Definisi Konsep 2.1.1 Turnover Intention Turnover intention (keinginan keluar dari pekerjaan) merupakan tanda awal terjadinya turnover (keluar dari pekerjaan) (Sunarso, 2000).

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak 12 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan sumber daya yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORITIS

BAB II RERANGKA TEORITIS BAB II RERANGKA TEORITIS 2.1. Konsep Dasar 2.1.1. Keterlibatan Kerja Konsep keterlibatan kerja pertama kali diperkenalkan oleh Lodahl dan Kejner (1965). Mereka menghubungkan keterlibatan kerja pada identifikasi

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Definisi Motivasi Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan usaha yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan dalam memenuhi beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan kemajuan teknologi informasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di masa sekarang ini di mana persaingan dalam bisnis semakin kompetitif sehingga menyebabkan pihak perusahaan harus selalu menunjukan kinerja yang baik

Lebih terperinci

1.1. Penelitian Terdahulu

1.1. Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penyusunan yang dilakukan pada penelitian ini, peneliti juga mempelajari penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan. Berikut ini akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan sebagai keadaan yang menyenangkan atau emosi positif yang dihasilkan dari penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya

BAB I PENDAHULUAN. Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya rencana-rencana perusahaan dan pengawasan serta penelitiannya, bila tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang siap untuk berkompetisi harus memiliki manajemen yang efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan. Dalam hal ini diperlukan dukungan karyawan yang cakap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006, p.3), manajemen sumber daya manusia adalah rancangan rancangan sistem formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing dengan perusahaan lain. Keberhasilan suatu perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan berdampak terhadap kegagalan perwujudan visi dan misi organisasi. Kepuasan kerja pegawai merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan munculnya situasi kompetitif dalam rangka mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan munculnya situasi kompetitif dalam rangka mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya perusahaan yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, mengakibatkan munculnya situasi kompetitif dalam rangka mempertahankan keberadaannya. Untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adalah cara individu merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adalah cara individu merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian kepuasan kerja karyawan Suwatno dan Priansa (2011: 263) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah cara individu merasakan

Lebih terperinci

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016)

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. X DI PASURUAN Fitria Handayani (5110107) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya 5110107.fitria@gmail.com Abstrak - Kinerja karyawan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Tindakan Beralasan Teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa perilaku

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI II. TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wibowo (2011:501) kepuasan adalah sikap umum terhadap pekerjaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wibowo (2011:501) kepuasan adalah sikap umum terhadap pekerjaan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Wibowo (2011:501) kepuasan adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan yang sudah ada. Disinilah dituntut adanya peranan. stratejik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan yang sudah ada. Disinilah dituntut adanya peranan. stratejik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan satu satunya aset penting suatu organisasi yang dapat menggerakkan sumber daya lainnya. Sumber daya manusia dapat mempengaruhi efisiensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Sunyoto (2012), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi globalisasi dan diversitas tenaga kerja. Keberhasilan dan kegagalan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi globalisasi dan diversitas tenaga kerja. Keberhasilan dan kegagalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini organisasi menghadapi tantangan akan integrasi perekonomian dunia yang makin mendunia sehingga menghasilkan kompetensi global yang intens. Selain perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Telah kita ketahui bersama bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam kegiatan suatu organisasi, karena manusia sebagai perencana,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS BAB 2 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang strategis dari organisasi, manajemen sumber daya manusia perlu dilihat sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2012), manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Locus Of Control 2.1.1.1 Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan guna menunjang setiap aktivitas organisasi. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan guna menunjang setiap aktivitas organisasi. Sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu bagian organisasi yang sangat diperlukan guna menunjang setiap aktivitas organisasi. Sumber daya manusia dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan yang penting seperti pabrik, atau suatu organisasi secara keseluruhan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan yang penting seperti pabrik, atau suatu organisasi secara keseluruhan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Iklim organisasi (Organizational climate) Menurut Davis dan Newstrom (1985) iklim organisasi adalah lingkungan didalam mana para pegawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua pekerjaan yang ada di dalam setiap organisasi diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan baik antar rekan kerja harus dibina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman dan tuntutan hidup, banyak masyarakat yang berbondong-bondong mencari pekerjaan, baik di dalam maupun di luar negeri. Bursa kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi organisasi menghadapi berbagai tantangan yang makin kompleks dalam mencapai tujuannya. Tantangan tersebut di antaranya dapat berupa ketersediaan

Lebih terperinci