IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS Pengujian kuesioner diawali dengan pengujian draft kuesioner kepada 8 orang warga Desa Sinarsari, yaitu 3 orang ibu, 3 orang bapak dan 2 orang anak. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah kalimat yang disusun dalam kuesioner dapat dipahami dengan benar oleh responden. Berdasarkan uji yang dilakukan, diperlukan perbaikan pada poin-poin kuesioner ini. Pada beberapa poin seperti pengetahuan tentang pola makan sehat dan sikap kognitif diperlukan perbaikan baik dari segi tata bahasa atau pemilihan kata yang tepat, dan juga penyampaian pertanyaan yang tepat agar maksud dari pertanyaan tersebut dapat dimengerti oleh responden. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat negatif seperti Bapak memperbolehkan anak jajan apabila anak tidak menyukai makanan yang dihidangkan di rumah pada komponen sikap kognitif perlu lebih ditekankan pada responden sehingga tidak keliru mengartikan pertanyaan yang diajukan. Pada bagian dari pengetahuan responden tentang pola makan sehat, pernyataan Sayuran mentah selalu lebih baik daripada sayuran olahan. dihilangkan karena menimbulkan kebingungan pada responden. Setelah perbaikan kalimat-kalimat dalam kuesioner, kemudian dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas kuesioner. Dari hasil pengujian reliabilitas kuesioner, diperoleh koefisien korelasi dari masing-masing variabel sebagaimana tercantum pada Tabel 10. Demikian juga hasil pengujian validitas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner Item Nilai r (Sperman) Nilai Validasi (Spearman) Pola asuh keluarga * -0,470 0,886 ** Pengetahuan tentang kesehatan * 0,455 0,779 * Pengetahuan tentang pola makan sehat 0,439 0,130 0,813 * Sikap kognitif 0, ,655 Sikap afektif -0,028 0,257 0,339 Kecenderungan perilaku -0,266 0,540-0,756 * B. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor terletak di Propinsi Jawa Barat. Kota ini terletak 54 km sebelah selatan Jakarta dengan luas Ha. Batas strategis dari Kabupaten Bogor ini antara lain, sebelah utara berbatasan dengan kota Depok, sebelah Barat dengan Kabupaten Lebak, sebelah barat daya berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah timur daya berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebelah tenggara berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, dan sebelah tengah berbatasan dengan Kota Bogor. Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan, dimana jumlah tersebut adalah hasil pemekaran 5 kecamatan di tahun Kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Leuwisadeng 23

2 (pemekaran Kecamatan Leuliwiang), Kecamatan Tanjungsari (pemekaran Kecamatan Cariu), Kecamatan Cigombong (pemekaran Kecamatan Cijeruk), Kecamatan Tajurhalang (pemekaran kecamatan Bojong Gede) dan Kecamatan Tenjolaya (pemekaran Kecamatan Ciampea). Kabupaten Bogor terletak pada ketinggian 190 m sampai 330 m dari permukaan laut. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di Kabupaten Bogor adalah 21,8 C, paling sering terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin muson barat. Berdasarkan sistem klasifikasi iklim Schmidt Ferguson, iklim di Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis tipe A (sangat basah) di bagian selatan dan tipe B (basah) di bagian utara (Irianto & Surmaini 2000). Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menyatakan bahwa Kabupaten Bogor merupakan kabupaten terbesar di Propinsi Jawa Barat dan banyak penduduknya yang termasuk keluarga pra sejahtera. Dalam bidang perekonomian, laju perekonomian Kabupaten Bogor sebesar 4,05% pada tahun 2009 yang merupakan penurunan di tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,58 % pada tahun 2008 (BPS Kabupaten Bogor 2009). Sektor lapangan usaha dikelompokkan ke dalam kategori sektor primer (pertanian, pertambangan, dan penggalian), sektor sekunder seperti industri pengolahan, listrik, gas, air minum serta bangunan, dan sektor tersier seperti perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, komunikasi, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan jasa-jasa. Dimana sektor sekunder mengungguli sektor lainnya dalam tahun (BKKBN 2009). Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2010 sebanyak jiwa yang terdiri atas jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Setiap tahun rata-rata penduduk Kabupaten Bogor bertambah 3,16% atau meningkat hingga 140 ribu jiwa. Dari segi struktur penduduk, Kabupaten Bogor mempunyai struktur penduduk umur muda, hal ini akan membawa akibat semakin besarnya jumlah angkatan kerja. Perbandingan antara Jumlah Angkatan Kerja (JAK) dengan penduduk berumur 15 tahun lebih disebut dengan Partisipasi Angkatan Kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bogor untuk laki-laki 70,35%, perempuan 38,86% dan secara total 55,24% (BPS Kabupaten Bogor 2010). Pada tahun 2009, jumlah SD/MI Negri ada sebanyak dengan jumlah guru orang. SD/MI swasta berjumlah 688. Adapun SLTP/MTS Negri berjumlah 146 dengan jumlah guru orang, SLTP/MTS Swasta ada 601 dengan jumlah guru orang. Sedangkan untuk jenjang SLTA/MA/SMK ada sebanyak 44 SLTA Negri dengan jumlah guru 469 orang dan SLTA/MA/SMK Swasta berjumlah 360 orang dengan jumlah guru orang. Pada Tabel 11 dapat dilihat jumlah penduduk yang masih bersekolah. 24

3 Tabel 11. Penduduk 7-24 tahun yang masih sekolah menurut jenis kelamin di Kabupaten Bogor tahun 2009 Kelompok umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah Kabupaten Bogor Sumber : BPS Kabupaten Bogor Kecamatan Dramaga Kecamatan Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada di Kabupaten Bogordengan luas wilayah sebesar Ha. Kecamatan Dramaga merupakan pemekaran dari Kecamatan Ciomas. Batas wilayah Kecamatan Dramaga adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rancabungur, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciomas, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ciampea, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bogor Barat. Kecamatan Dramaga termasuk dalam dataran bergelombang dengan ketinggian 500 m dpl. Dari segi administratif, Kecamatan Dramaga terdiri atas 10 desa, 24 dusun, 72 RW, 309 RT dan KK. Desadesa yang terdapat di Kecamatan Dramaga antara lain Desa babakan, Ciherang, Cikarawang, Neglasari, Petir, Purwasari, Sinarsari, Sukadamai, dan Sukawening Jumlah penduduk Kecamatan Dramaga pada tahun 2009 untuk laki-laki adalah sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa dengan total sebanyak jiwa. Mata pencaharian penduduk berada di beragam sektor, yaitu sektor pertanian, perdagangan, buruh, ABRI/TNI, dan PNS. Sebanyak 47,01% penduduk memiliki pekerjaan sebagai buruh tani. Tingkat pendidikan di Kecamatan Dramaga masih termasuk rendah, dimana sebanyak 41,97% penduduk tidak tamat SD, 31,88% penduduk tamat SD, 12,87% penduduk tamat SMP, 10,39% tamat SMA, diploma hanya sebanyak 1,13% dan sarjana hanya sebesar 1,75% (Anonim 2011 a ). Pada Tabel 12 dapat dilihat jumlah penduduk Kecamatan Dramaga berdasarkan tingkat kesejahteraannya. Tabel 12. Jumlah Penduduk Kecamatan Dramaga berdasarkan tingkat kesejahteraannya Kelompok penduduk Jumlah (jiwa) Keluarga pra sejahtera Keluarga sejahtera I Keluarga sejahtera II Keluarga sejahtera III 493 Keluarga sejahtera III plus 136 Total Sumber : BPS Kabupaten Bogor 2010 Kurangnya lapangan pekerjaan membuat mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga memenuhi kebutuhan tambahan untuk menunjang kesehatan mereka.pembangunan infrastruktur dan juga pengembangan sumber daya manusia kerap dilakukan di Kecamatan Dramaga untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik. 25

4 3. Desa Sinarsari Desa Sinarsari merupakan pemekaran dari Desa Neglasari pada tahun 1985 yang memiliki luas wilayah sebesar 172,24 Ha. Jumlah penduduk Desa Sinarsari sebanyak jiwa yang terdiri atas jiwa laki-laki dan jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak KK. Sementara itu, jumlah keluarga miskin (Gakin) sebanyak 586 KK dengan (29%). Batas administratif Desa Sinarsari yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Dramaga, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciherang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukawening, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Neglasari dan Kecamatan Ciampea. Pada Gambar 4 dapat dilihat peta Desa Sinarsari. Gambar 4. Peta Desa Sinarsari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Sinarsari secara umum berupa daratan dan lembah/rawa yang berada pada ketinggian antara 196 m sampai dengan 200 m dpl dengan suhu rata-rata berkisar antara C. Desa Sinarsari terdiri atas dua dusun, empat RW, dan 22 RT. Orbitasi dan waktu tempuh dari ibukota kecamatan adalah 2 km 2 dengan waktu tempuh 12 menit dan waktu tempuh dari ibukota kabupaten adalah 35 km 2 dengan waktu tempuh 60 menit (Anonim 2011 b ). Mata pencaharian penduduk di Desa Sinarsari juga beragam. Pada Tabel 13, dapat dilihat jenis pekerjaan penduduk di Desa Sinarsari dan jumlahnya. Tabel 13. Mata pencaharian penduduk Desa Sinarsari Mata Pencaharian Sumber : Anonim 2011 b Jumlah (jiwa) Karyawan swasta 1600 Buruh 800 Pedagang 250 Petani 300 Wirausaha 250 TNI/Polri 10 Pada Desa Sinarsari, mata pencaharian terbesar adalah sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak orang. Jumlah terbanyak kedua yaitu buruh. Pekerjaan buruh dapat berupa buruh tani atau buruh lepas, seperti sebagai kuli bangunan, perbaikan alat-alat rumah 26

5 tangga dan sebagainya. Desa Sinarsari tidak memiliki balai pengobatan klinik dan dokter umum. Masyarakat melakukan pelayanan kesehatan di posyandu (8 buah), bidan (3 orang), dan dukun bayi terlatih (4 orang). Masalah pendidikan di Desa Sinarsari menyerupai dengan data pendidikan yang terdapat pada Kecamatan Dramaga pada Tabel 11 sebelumnya, jumlah penduduk yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi semakin lama semakin berkurang jumlahnya. Di Desa Sinarsari, sebagian besar penduduk tidak lulus SD, bahkan hingga ke generasi penerusnya. Penduduk Desa Sinarsari lebih mementingkan mencari uang, dibandingkan dengankan mengejar pendidikan. Tidak ada komoditas khusus yang dihasilkan oleh penduduk Desa Sinarsari. Penduduk kebanyakan menanam palawija, sayursayuran, buah-buahan, tetapi tidak menanam padi. Hal ini terjadi karena sistem bercocok tanam di Desa Sinarsari secara individual, dimana lahan pertanian bebas ditanamkan suatu komoditi tanpa aturan yang mengikat. Untuk sarana dan prasarana ekonomi, di Desa Sinarsari hanya terdapat 5 buah industri rumah tangga dan 2 buah perusahaan kecil. Pembagian kelas penduduk di Desa Sinarsari dibagi menjadi lima kelompok keluarga, antara lain Pra-KS yaitu keluarga yang hidup di bawah kesejahteraan dimana penghasilan keluarga mereka tidak mencapai UMR kota Bogor, dan juga dilihat dari kondisi tempat tinggalnya. Sebanyak 545 KK atau sebanyak 27% penduduk Desa Sinarsari termasuk dalam kelompok Pra-KS. Pada Tabel 14 dapat dilihat tingkat kesejahteraan penduduk di Desa Sinarsari berdasarkan pendapatan mereka. Tabel 14. Tingkat kesejahteraan kelompok keluarga Desa Sinarsari berdasarkan pendapatan Kelompok Pendapatan Pra keluarga sejahtera < Rp ,00 Keluarga sejahtera I Rp ,00 - Rp ,00 Keluarga sejahtera II Rp ,00 Rp ,00 Keluarga sejahtera III (memiliki kendaraan) Rp ,00 Rp ,00 Keluarga sejahtera III Plus (memiliki kendaraan dan usaha sendiri) Sumber : Anonim 2011 b >Rp ,00 Banyaknya penduduk yang termasuk dalam keluarga pra-ks menunjukkan bahwa rendahnya penghasilan penduduk membuat penduduk kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, termasuk memperoleh asupan vitamin A. Tidak heran apabila diantara penduduk Desa Sinarsari, masih banyak yang mengalami gizi buruk, atau kekurangan zat gizi baik makro maupun mikro. Hal ini menjadi perhatian, karena gizi yang baik terutama untuk anak, akan baik untuk perkembangan anak ke depannya dalam menjalani kehidupan dan demi terciptanya generasi penerus yang berkualitas. 27

6 C. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Aspek Sosiodemografi Umur& Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini terdiri atas anak-anak, remaja, dewasa dan manula. Umur anak dalam penelitian ini dimulai dari 9 tahun sampai 12 tahun sesuai dengan target peneliti untuk meneliti anak mulai dari usia sekolah dan usia pada saat berkembangnya sisi psikomotorik anak tersebut. Sementara responden remaja berumur 13 sampai 17 tahun. Responden dengan umur 18 sampai 55 tahun dikelompokkan dalam kelompok dewasa. Sedangkan pada kelompok manula, berumur 55 tahun ke atas. Perbandingan umur responden pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini. Gambar 5. Sebaran responden berdasarkan umur dan jenis kelamin Responden pada penelitian ini berjumlah 101 orang, dengan prosentase anak-anak sebesar 10,9%, remaja sebanyak 11,9%, dewasa 68,3%, dan manula sebanyak 9%. Dilihat dari prosentase yang didapat, sebanyak 68,3% responden terdiri atas responden dewasa, dimana mereka berada dalam fase produktif dan dapat menerima pengetahuan mengenai kesehatan dan mengembangkannya untuk keluarga mereka masing-masing. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang digunakan pada penelitian ini diharapkan menghasilkan jumlah yang berimbang dengan tujuan agar dapat dilihat respon yang berimbang antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat perbandingan jumlah responden laki-laki dan perempuan pada penelitian ini. Jumlah pria sebanyak 42 orang dan perempuan sebanyak 59 orang. Jumlah tersebut termasuk orang tua, serta anak-anak yang menjadi target dari penelitian ini. Kebanyakan pria terutama kepala rumah tangga dan anak laki-laki yang sudah dewasa bekerja sehingga tidak berkenan menjadi responden dalam penelitian ini. Pada fase umur dewasa, jumlah responden sebanyak 68,3% dari total responden terdiri dari 22,8% responden laki-laki dan 45,5% responden perempuan. Umur berpengaruh terhadap kecepatan seseorang untuk menerima dan merespon informasi yang diterima. Pada penelitian Rita (2002), umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan signifikan dengan preferensi konsumsi 28

7 pangan.umur dapat mempengaruhi selera seseorang terhadap suatu barang atau jasa (Kotler& Armstrong 1995). Lama Pendidikan Karakteristik penduduk Desa Sinarsari yang terlibat dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut. Gambar 6. Sebaran responden berdasarkan lama pendidikan Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam pengalokasian pendapatan untuk kebutuhan pangan. Sebanyak 75% dari responden penelitian ini, memiliki lama pendidikan antara 1 sampai 6 tahun, atau sekolah dasar. Kebanyakan penduduk Desa Sinarsari dan juga desa-desa lainnya di Kecamatan Dramaga tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya karena terlibat masalah ekonomi. Mereka lebih mementingkan untuk bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, termasuk anak-anak, dibandingkan dengan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi (Anonim 2011 b ). Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan kemampuan seseorang untuk menangkap suatu informasi, pola pikir, dan tingkat pengetahuannya. Tingkat pendidikan orang tua merupakan faktor yang mempengaruhi pemilihan pangan keluarga. Tingginya tingkat pendidikan orang tua memberi peluang lebih besar memperoleh pengetahuan tentang gizi dan tentang makanan sehat bagi keluarga, dimana atribut gizi suatu produk pangan menjadi penting bagi mereka (Madaniyah 2003). Pekerjaan Penduduk Desa Sinarsari memiliki beragam mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Di Desa Sinarsari tersebut, tidak ada komoditi khusus yang menjadi mata pencaharian utama dari penduduknya. Lahan pertanian dimiliki oleh individu dan mereka bebas menanam apa saja tanpa ada keharusan dari pihak desa. Pada Tabel 15 dapat dilihat sebaran penduduk Desa Sinarsari berdasarkan pekerjaan mereka. 29

8 Tabel 15. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan Jenis pekerjaan Jumlah n % IRT 41 40,59 Buruh 25 24,75 Pelajar 20 19,80 Karyawan 7 6,93 Tidak bekerja 7 6,93 Pedagang 1 0,99 Total Berdasarkan data yang telah diperoleh, prosentase paling besar terdapat pada pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu 40,59%. Selanjutnya adalah pekerjaan sebagai buruh, sebesar 24,75%. kebanyakan dari kepala keluarga responden berprofesi sebagai buruh lepas, dimana setiap hari pekerjaan mereka tidak menentu, dari mulai buruh bangunan, buruh properti, hingga pemulung sampah. Pendapatan per Kapita per Bulan Berdasarkan jenis pekerjaan yang ada pada Tabel 14, didapat pula pendapatan per kapita per bulan dari masing-masing kepala keluarga. Dari 40 keluarga, dapat dilihat pendapatan per kapita per bulan para responden yang terbanyak berada pada jumlah Rp ,00 Rp ,00 per bulan. Sementara itu pendapatan rata-rata perkapita per bulan sebesar Rp ,71. Tingkat pendapatan akan menentukan jenis pangan yang akan dibeli (Berg 1986). Sanjur (1982) menyatakan bahwa tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih pangan yang lebih baik. Pendapatan per kapita dapat dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut. Gambar 7. Sebaran responden berdasarkan pendapatan per kapita per bulan Pendapatan per kapita berhubungan erat dengan besar keluarga. Pendapatan per kapita berkurang dengan penambahan jumlah anggota keluarga. Semakin besar ukuran keluarga, maka pendapatan per kapita yang diterima semakin kecil. Keluarga yang berpenghasilan cukup atau lebih tinggi akan lebih mudah dalam menentukan pilihan bahan pangan yang 30

9 baik (Nasoetion & Riyadi 1995). Kesulitan dalam memperoleh bahan makanan pokok maupun bahan makanan tambahan penunjang kesehatan, menimbulkan kemungkinan bagi responden untuk menderita penyakit-penyakit, termasuk KVA. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengenalan dan Pengetahuan Tentang Minyak Sawit dan Produknya Pada program SawitA, dilakukan kegiatan sosialisasi pada awal, tengah, dan akhir kegiatan penelitian. Kuesioner pengetahuan responden mengenai kelapa sawit dan produknya dilakukan pada saat tepat sebelum kegiatan sosialisasi pertama dilakukan, yaitu pada awal bulan pertama. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tersebut kemudian ditanyakan kembali ke responden setelah kegiatan sosialisasi akhir berlangsung, yaitu akhir bulan kedua. Pada Tabel 16 dapat dilihat hasil kuesioner mengenai pengetahuan responden tentang kelapa sawit sebelum diberikan sosialisai dan setelah diberikan sosialisasi. Tabel 16. No. Sebaran responden berdasarkan pengetahuan tentang kelapa sawit sebelum dan setelah sosialisasi Penjawab Benar (%) Item Sebelum sosialisasi Setelah sosialisasi 1. Melihat dan mengetahui pohon sawit 44, Mengenal CPO Mengenal produk minyak sawit 15,8 52,5 4. Mengetahui minyak sawit merah 3 65,3 5. Mengetahui manfaat minyak sawit merah 3 64,4 6. Pernah mencoba minyak sawit merah 2 79,2 Hasil dari penyajian kuesioner sebelum dan sesudah kegiatan menunjukkan peningkatan yang signifikan pada setiap poin pertanyaan. Peningkatan pengetahuan responden tentang kelapa sawit disebabkan karena adanya tiga kali sosialisasi, juga setiap minggu peneliti datang memberi produk SawitA sekaligus melakukan monitoring penggunaan produk. Pada saat monitoring, seringkali terjadi tanya jawab antara peneliti dan responden berkaitan dengan produk SawitA. Diskusi tersebut mengenai penguatan tentang produk, cara memakai, dan manfaat yang akan diperoleh responden. Walaupun terjadi peningkatan yang signifikan pada pernyataan telah mencoba minyak sawit merah, namun hasil sesudah sosialisasi akhir menunjukkan 79,2% bukan 100%. Padahal seluruh responden mendapatkan akses untuk mencoba minyak sawit merah. Kemungkinan hal ini terjadi karena responden tidak menyadari bahwa nama produk yang dikonsumsinya adalah minyak sawit merah. Adanya peningkatan pada pengetahuan responden sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Madanijah (2003), bahwa dengan adanya pendidikan gizi, dalam hal ini sosialisasi, berdampak positif pada pengetahuan seseorang. Pentingnya penyuluhan kepada responden memberikan dampak positif terhadap pengetahuan masing-masing individu. 31

10 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh Makan Keluarga, Pengetahuan Tentang Vitamin A dan Pola Makan Sehat Pola Asuh Makan Keluarga Pola asuh makan keluarga dapat dilihat dari seberapa sering kebersamaan pada saat makan yang berpengaruh terhadap hubungan orang tua dan anak. Selain itu, perhatian orang tua terhadap apa yang anak makan dan peraturan makan juga termasuk dalam pola asuh makan keluarga. Peraturan makan dalam keluarga diterapkan agar anak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan atau dikonsumsi. Perilaku orang tua akan dilihat dan ditiru oleh anak-anaknya. Bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak mereka, apakah orang tua menegur apabila makanan anak tidak habis, apakah orang tua mengizinkan anak untuk jajan apabila ia tidak menyukai makanan yang disajikan ibunya, dan apakah ibu menyediakan makanan yang disukai oleh keluarga atau tidak. Ke-12 pertanyaan dalam kuesioner dikelompokkan menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan makan bersama, perhatian orang tua dan kegiatan peraturan makan yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 17. Rincian data masing-masing pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 13. Tabel 17. Sebaran responden berdasarkan pola asuh makan keluarga Frekuensi kejadian (%) No. Item Sering Kadangkadang Jarang Tidak pernah 1. Makan bersama 30,37 24,09 21,78 24,09 2. Perhatian orang tua 68,98 17,49 5,94 7,59 3. Peraturan makan 56,27 18,11 14,52 10,40 Pada kegiatan makan bersama, responden paling sering melakukan kegiatan makan malam bersama, yaitu sebanyak 38,61%. Sementara itu, untuk kegiatan makan siang paling jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan pada siang hari, orang tua terutama bapak sedang bekerja di luar rumah dan mereka jarang mendapatkan kesempatan untuk makan bersama keluarga pada siang hari. Pada malam hari, orang tua sudah pulang kerja dan anak berada di rumah, sehingga frekuensi makan malam bersama lebih besar. Pada poin perhatian orang tua, baik ibu maupun bapak telah memberikan perhatian yang baik kepada keluarganya, yaitu sebesar 68,98%, tetapi perhatian yang jauh lebih besar diberikan ibu kepada keluarganya. Hal ini terjadi karena sebagian besar ibu pada keluarga responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga, mereka memiliki intensitas waktu yang lebih banyak dengan anggota keluarga lainnya dibandingkan dengan bapak yang harus bekerja di luar rumah. Peraturan makan di dalam keluarga juga sudah diterapkan dengan baik, yaitu sebanyak 56,27% sering menerapkannya. Dalam hal ini, frekuensi ibu dalam menegur dan melarang anaknya untuk jajan sembarangan tetap lebih besar, karena ibu yang berada di dalam rumah, mereka lebih mengetahui apa saja yang dikonsumsi anaknya, bagaimana pola makan anaknya, dan interaksi langsung lainnya. Skor responden mengenai pola asuh makan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini. 32

11 Tabel 18. Kategori skor responden tentang pola asuh makan keluarga Kategori n Prosentase (%) Baik ( 80) 23 22,8 Cukup baik (60-79,9) 51 50,5 Kurang baik (< 60) 27 26,7 Total ,0 Rataan ± SD 66,91±0,706 Nilai minimal-maksimal Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai rataan yang diperoleh yaitu 66,91 dapat dikatakan sebagian besar responden penelitian telah memiliki pola asuh makan keluarga yang cukup baik. Sebanyak 50,5% responden, telah memiliki pola asuh makan keluarga yang cukup baik. Sedangkan sebanyak 26,7% responden memiliki pola asuh makan yang kurang baik, dan sebanyak 22,8% responden memiliki pola asuh makan keluarga yang baik. Nilai yang dihasilkan oleh responden mulai dari yang paling rendah yaitu 11 hingga yang paling tinggi 94. Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh makan tiap responden pada penelitian ini beragam. Semakin baik intensitas keluarga untuk berkumpul bersama melakukan kegiatan makan bersama, maka akan semakin timbul rasa nyaman dari tiap anggota keluarga dan akan meningkatkan kualitas pola asuh keluarga (Pramuditya 2010). Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan meliputi pengetahuan responden mengenai vitamin A dan vitamin E. Hal ini meliputi tingkat pengetahuan terhadap kandungan vitamin A dan vitamin E pada produk SawitA dan pengetahuan tentang vitamin alami dan sintetik. Pada kuesioner uji di Lampiran 1, terdapat poin mengenai kesehatan responden. Di dalamnya terdapat 20 pertanyaan yang diajukan kepada responden. Pengambilan data kuesioner ini dilakukan pada saat seluruh kegiatan sosialisasi berakhir.tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada Tabel

12 Tabel 19. Prosentase responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai kesehatan Item Pengetahuan Jawaban Benar (%) Vitamin A untuk penglihatan 91,09 Vitamin A menggantikan sel-sel mati 62,38 Vitamin A untuk pertumbuhan anak 67,33 Vitamin A untuk penyakit jantung 54,46 Vitamin A untukpenyakit kanker 54,46 Ibu hamil banyak membutuhkan vitamin A 84,16 Ibu menyusui banyak membutuhkan vitamin A 62,38 Buah-buahan dan sayuran berwarna merah mengandung vitamin A 82,18 Produk sawita mengandung vitamin A 94,06 Vitamin A terdapat pada wortel 89,11 Tomat mengandung vitamin A 79,21 Pepayamengandung vitamin A 74,26 Vitamin E pada minyak sawit merah 76,24 Vitamin E untuk kesehatan kulit 76,24 Vitamin E untuk kesehatan 69,31 Antioksidan pada vitamin E 72,28 Vitamin E untuk penyakit degeneratif 50,50 Vitamin E untuk kekebalan tubuh 68,32 Vitamin E sintetik dalam jumlah banyak menimbulkan racun 56,44 Vitamin A alami jumlah banyak menghasilkan racun 63,37 Pada poin pengetahuan dasar mengenai vitamin A, banyak responden yang menjawab dengan benar dengan nilai responden lebih besar dari 80%. Hal ini terjadi karena pengetahuan dasar mengenai vitamin A merupakan pengetahuan umum yang mudah didapatkan informasinya, terutama pada saat duduk di bangku sekolah dasar, seperti wortel mengandung vitamin A, vitamin A baik untuk penglihatan dan sebagainya. Nilai yang kurang baik yaitu di bawah 60% ada pada poin mengenai kegunaan vitamin A untuk penyakit seperti kanker dan jantung, juga kegunaan vitamin E untuk penyakit degeneratif dan mengenai vitamin E sintetik. Hal ini terjadi karena informasi tersebut merupakan informasi khusus yang tidak mudah bagi para responden untuk mengakses informasi tersebut. Pengetahuan responden mengenai istilah degeneratif dan sintetik mungkin kurang baik sehingga mereka tidak mengerti dan menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban yang salah. Kategori skor responden berdasarkan tingkat pengetahuan responden mengenai kesehatan dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini Tabel 20. Kategori skor responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai kesehatan Kategori n Prosentase (%) Baik ( 80) 46 45,5 Cukup baik (60-79,9) 32 31,7 Kurang baik (< 60) 23 22,8 Total ,0 Rataan ± SD 71,39±0,795 Nilai minimal-maksimal Dari hasil yang diperoleh, nilai rata-rata responden sebesar 71,39, jumlah tersebut termasuk dalam kategori cukup baik secara keseluruhan responden. Nilai minimal yang dihasilnya sebesar 10 dan nilai maksimalnya sebesar 100. Hasil yang bervariasi tesebut menunjukkan pengetahuan tiap responden mengenai kesehatan sangat beragam. 34

13 Pengetahuan Responden Tentang Pola Makan Sehat Pada bagian pengetahuan responden tentang pola makan sehat, hal yang ditanyakan lebih condong kepada pola pikir responden, seperti rasa makanan yang bergizi, mutu pangan dengan harga murah, dan dampak makan makanan yang bervariasi. Hasil kuesioner uji pada Lampiran 1 dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Sebaran responden berdasarkan pengetahuan tentang pola makan sehat No Item Jawaban benar (%) 1 Makanan bergizi tinggi, enak rasanya 28,71 2 Makanan murah, bergizi rendah 39,60 3 Makanan tampilannya menarik, bergizi tinggi 56,44 4 Semua makanan bergizi tinggi disukai orang 30,69 5 Konsumsi sumber karbohidrat secara bervariasi 73,27 6 Konsumsi sumber protein secara bervariasi 74,26 7 Konsumsi sumber sayuransecara bervariasi 89,11 Pengetahuan responden mengenai pola makan sehat dapat dilihat dari data yang dihasilkan melalui kuesioner yang digunakan. Pada poin nomor 1 hingga 4, pernyataan yang diajukan mengenai persepsi reponden mengenai makanan bergizi. Hasil yang diperoleh, persepsi makanan yang bergizi dari para responden belum menunjukkan hasil yang baik. Mereka berpikir bahwa makanan yang enak pasti bergizi tinggi, makanan yang murah pasti bergizi rendah dan makanan yang tampilannya menarik pasti bergizi tinggi. Apabila diilustrasikan, tidak semua orang menyukai rasa dari sayur, tetapi sayur-sayuran merupakan makanan yang bergizi. Jika dilihat dari keadaan lingkungan sekitar, tidak sulit mendapatkan makanan bergizi. Makanan bergizi tersebut tidak harus mahal, dapat berupa sayur-sayuran, hasil sawah dan perkebunan penduduk yang dapat mereka peroleh dengan mudah. Pada poin 5 hingga 7, pernyataan mengenai keharusan makan makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan sayuran secara bervariasi, pengetahuan responden termasuk baik. Mereka mengetahui bahwa sumber karbohidrat, protein dan sayuran ada berbagai macam, sehingga dapat dikonsumsi secara bervariasi. Kategori skor responden berdasarkan pola makan sehat dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini. Tabel 22. Kategori skor responden berdasarkan pola makan sehat Kategori n Prosentase (%) Baik ( 80) 20 19,8 Cukup baik (60-79,9) 16 15,8 Kurang baik (< 60) 65 64,4 Total ,0 Rataan ± SD 56,01±0,794 Nilai minimal-maksimal Berdasarkan data yang diperoleh dan dapat dilihat di Lampiran 3, nilai rata-rata responden sebesar 56,01 menunjukkan bahwa pola makan sehat responden tergolong kurang baik. Sebanyak 64,4% responden memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang pola makan sehat, hal ini karena perbedaan pola pikir responden mengenai harga, tampilan dari suatu produk makanan, yang menurut mereka apabila makanan murah pasti tidak sehat, makanan bergizi pasti kemasannya bagus dan sebagainya. Nilai minimal yang diperoleh 35

14 secara keseluruhan sebesar 0, dan nilai maksimal sebesar 100. Variasi nilai tersebut menunjukkan responden yang digunakan sangat beragam dari sisi pola makannya. D. SIKAP RESPONDEN TERHADAP MENGKONSUMSI PRODUK SAWITA 1. Sikap Kognitif Terhadap Mengkonsumsi Produk Sawit Pada sikap kognitif dari responden penelitian ini, responden menyatakan kepercayaannya atas dasar pengetahuan yang mereka miliki. Seperti misalnya, apabila dengan mengkonsumsi SawitA, kebutuhan vitamin A dan E mereka akan terpenuhi, dan mereka yakin dengan pengetahuannya bahwa SawitA baik untuk kesehatan, dapat mencegah kanker, dan baik untuk ibu hamil dan menyusui. Hasil kuesioner uji pada Lampiran 1 yang diperoleh mengenai sikap kognitif dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Prosentase responden berdasarkan sikap kognitif terhadap mengkonsumsi produk SawitA No Keyakinan mengkonsumsi produk SawitA Jawaban benar (%) 1. Memenuhi kebutuhan vitamin A 96,04 2. Memenuhi kebutuhan vitamin E 81,19 3. Membuat kulit lebih halus 75,25 4. Membuat penglihatan lebih jelas 97,03 5. Tidak berisiko terkena penyakit kanker 75,25 6. Tidakberisiko terkena penyakit jantung 72,28 7. Menggantikan sel-sel mati 77,23 8. Memenuhi kebutuhan vitamin A terutama pada ibu 84,16 hamil 9. Memenuhi kebutuhan vitamin A terutama pada ibu menyusui 78,22 Kognisi (kepercayaan) merupakan komponen sikap yang lebih mudah diubah daripada komponen sikap lainnya. Berdasarkan hierarki pengaruh keterlibatan menyatakan bahwa perubahan dalam kepercayaan mendahului perubahan sikap (Setiadi 2003). Dengan adanya kepercayaan responden terhadap produk yang mereka gunakan, akan memudahkan responden untuk memiliki sikap yang positif sehingga dapat mempengaruhi perilaku responden tersebut. Responden percaya bahwa pengetahuannya mengenai produk SawitA itu adalah benar. Seperti contohnya pada kuesioner, responden percaya bahwa produk SawitA dapat memenuhi kebutuhan vitamin A dan vitamin E mereka. Hal tersebut akan terus berada pada ingatan responden sehingga responden akan terus mengonsumsi produk SawitA. Kategori skor sikap kognitif responden dapat dilihat di Tabel 24. Tabel 24. Kategori skor responden berdasarkan sikap kognitif terhadap mengkonsumsi produk SawitA Kategori n Prosentase (%) Baik ( 80) 61 60,4 Cukup baik (60-79,9) 23 22,8 Kurang baik (< 60) 17 16,8 Total ,0 Rataan ± SD 81,85±0,766 Nilai minimal-maksimal

15 Berdasarkan data yang diperoleh dan skor yang dapat dilihat di Lampiran 4, sikap kognitif dari responden dapat dikatakan baik, dilihat dari skor rata-rata responden sebesar 81,85, hal ini berarti mereka percaya akan pengetahuannya mengenai produk SawitA bahwa produk tersebut akan memberikan manfaat bagi dirinya. Hanya 16,8% responden yang memiliki sikap kognitif yang kurang baik terhadap mengkonsumsi produk SawitA. 2. Sikap Afektif Responden Terhadap Mengkonsumsi Produk SawitA Pada sifat afektif konsumen, dilihat tingkat kesukaan dari responden terhadap mengkonsumsi produk SawitA. Seperti apakah mereka suka menambahkan SawitA pada masakan mereka, apakah mereka suka atribut-atribut sensori yang terdapat pada produk SawitA seperti rasa, aroma, warna, dan apakah dengan menggunakan produk SawitA, mereka dapat merasakan tingkat kelahapan saat makan yang meningkat. Sikap afektif responden terhadap mengkonsumsi produk SawitA dapat dilihat di Tabel 25 sebagai berikut. Tabel 25. Sebaran responden berdasarkan sikap afektif terhadap mengkonsumsi produk SawitA Prosentase (%) Pernyataan Tidak Setuju Kurang Setuju Agak Setuju Setuju Suka rasanya 0,99 0,99 8,91 89,11 Tidak suka baunya 45,54 11,88 12,87 29,70 Tidak suka warnanya 73,27 9,90 2,97 13,86 Mudah digunakan 0,99 0,99 0,00 98,02 Senang menggunakan 0,00 0,00 9,90 90,10 Banyak fungsinya 0,00 1,98 2,97 95,05 Rasanya enak 0,00 0,99 13,86 85,15 Baunya mengganggu 75,25 12,87 4,95 6,93 Warnanya mengganggu 81,19 11,88 1,98 4,95 Makan lebih lahap 0,99 3,96 14,85 80,20 Komponen afektif merupakan komponen yang digunakan untuk mengevaluasi suatu merek. Dimana komponen ini merupakan pusat dari telaah sikap karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderungan konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi produk tertentu (Setiadi 2003). Hasil data menunjukkan bahwa sikap afektif responden dapat dibilang baik. Secara lebih rinci pada poin-poin dalam kuesioner dapat dilihat, responden menyatakan suka dengan atribut-atribut yang ada pada produk SawitA seperti rasa, bau, warna, kemudahan dalam penggunaan, fungsional, dan timbul rasa senang saat menggunakannya. Pada pernyataan 2 dan 8 terlihat responden tidak setuju dengan pernyataan bau produk mengganggu. Sama halnya seperti pada pernyataan 3 dan 9, menurut para responden warna merah dari produk SawitA tidak mengganggu. Kategori skor sikap afektif responden dapat dilihat pada Tabel 26 berikut ini. 37

16 Tabel 26. Kategori skor responden berdasarkan sikap afektif terhadap mengkonsumsi produk SawitA Kategori n Prosentase (%) Baik ( 80) 85 84,2 Cukup baik (60-79,9) 14 13,9 Kurang baik (< 60) 2 2,0 Total ,0 Rataan ± SD 88,81±0,433 Nilai minimal-maksimal Berdasarkan data yang diperoleh secara keseluruhan pada Lampiran 4, nilai rata-rata yang diperoleh tergolong baik yaitu sebesar 88,81. Sebanyak 84,2% responden memiliki sikap afektif yang baik terhadap konsumsi produk SawitA. Nilai minimal yang diperoleh 50 dan nilai maksimal 100, nilai tersebut dapat dikatakan cukup seragam. Dapat diartikan sikap afektif responden cukup seragam terhadap mengkonsumsi produk SawitA. 3. Kecenderungan Perilaku Responden Terhadap Mengkonsumsi Produk SawitA Komponen kecenderungan perilaku dilihat apakah responden berkeinginan untuk menggunakan produk SawitA di rentang waktu yang akan datang. Dalam hal ini, responden memiliki keinginan untuk melanjutkan mengkonsumsi produk SawitA atau tidak dan juga kecenderungan perilaku responden untuk tetap mengkonsumsi produk SawitA atau tidak. Kecenderungan perilaku responden terhadap produk SawitA dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Prosentase responden berdasarkan kecenderungan perilaku terhadap mengkonsumsi produk SawitA Prosentase (%) Pernyataan Sangat Ingin Ingin Sekalikali ingin Tidak Ingin Berkesempatan makan masakan produk 6,93 83,17 8,91 0,99 SawitA Berusaha senang makan masakan produk 14,85 73,27 9,90 1,98 SawitA Lebih sering makan masakan produk 8,91 79,21 10,89 0,99 SawitA Keinginan kuat makan masakan produk 8,91 78,22 8,91 2,97 SawitA Memilih lauk yang dimasak dengan SawitA terlebih dahulu 24,75 62,38 9,90 2,97 Komponen kecenderungan perilaku atau disebut juga komponen konatif merupakan komponen yang berarti maksud dari seseorang untuk membeli (Setiadi 2003). Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan, pernyataan-pernyataan mengenai keinginan responden untuk terus mengkonsumsi SawitA dibagi menjadi 5 pernyataan. Dimana setiap responden diberikan pernyataan yang meyakinkan dan menguatkan keinginan responden mengkonsumsi produk SawitA. Dilihat dari hasil yang diperoleh, kecenderungan perilaku responden terhadap konsumsi produk SawitA sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari setiap pernyataan menghasilkan nilai yang cukup besar untuk pernyataan sangat ingin dan ingin. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki kecenderungan perilaku untuk mengkonsumsi produk SawitA. Kategori skor responden berdasarkan kecenderungan perilaku dapat dilihat pada Tabel

17 Tabel 28. Kategori skor responden berdasarkan kecenderungan perilaku terhadap mengkonsumsi produk SawitA Kategori n Prosentase (%) Baik ( 80) 12 11,9 Cukup baik (60-79,9) 73 72,3 Kurang baik (< 60) 16 15,8 Total ,0 Rataan ± SD 66,27±0,536 Nilai minimal-maksimal Berdasarkan hasil yang diperoleh secara keseluruhan pada Lampiran 4, rata-rata skor responden cukup baik yaitu sebsar 66,27. Sebanyak 72,3% responden memiliki kecenderungan perilaku yang cukup baik terhadap konsumsi produk SawitA. Lalu sebanyak 15,8% responden memiliki kecenderungan perilaku yang kurang baik terhadap konsumsi produk Sawit. Nilai yang diperoleh minimal 27 dan nilai maksimal 100. Nilai yang dihasilkan cukup beragam, dapat diartikan kecenderungan perilaku responden juga beragam. 4. Sikap Responden Terhadap Mengkonsumsi Produk SawitA Komponen sikap kognitif, afektif, dan kecenderungan perilaku merupakan tiga komponen sikap. Hasil kategori skor sikap responden secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Kategori skor sikap responden secara keseluruhan terhadap mengkonsumi produk SawitA Rata-rata total skor Nilai min-maks Rataan ± SD Sikap kognitif ,85±0,766 Sikap afektif ,81±0,433 Kecenderungan perilaku ,27±0,536 Sikap responden ,98 ± 0,641 Setelah diperoleh seluruh skor untuk masing-masing komponen sikap, maka dapat diperoleh skor sikap responden secara keseluruhan. Rata-rata skor sikap responden secara keseluruhan sebesar 78,98 dimana nilai tersebut termasuk cukup baik. Hal ini berarti responden memiliki sikap yang positif dan cukup baik terhadap konsumsi produk SawitA. Hubungan antara tiga komponen sikap tersebut (kognitif, afektif, dan kecenderungan perilaku) memiliki pengaruh keterlibatan tinggi dalam pembentukan sikap seseorang (Setiadi 2003). E. PERBANDINGAN CPO DAN MSMTF Pada bulan pertama, responden diberikan produk SawitA CPO. Selama satu bulan tersebut, responden menilai atribut yang ada pada produk SawitA CPO berupa rasa, warna, aroma, dan diidentifikasikan cara konsumsi produk tersebut. Terdapat beragam respon dan pernyataan dari responden mengenai produk SawitA CPO. Hasil wawancara dengan kuesioner pada Lampiran 2 ditampilkan pada Tabel 30 dibawah ini. 39

18 Tabel 30. Cara konsumsi CPO dan MSMTF Cara mengkonsumsi produk SawitA (%) Jenis Makanan Pokok Lauk pauk Minuman Camilan Lain-lain CPO MSMTF Pada bulan kedua, responden diberikan produk yang berbeda dari bulan sebelumnya, yaitu produk SawitA MSMTF. Wawancara kembali dilakukan dengan pertanyaan yang sama seperti bulan sebelumnya. Pada masing-masing keluarga, pengunaan produk minyak sawit merah digunakan untuk beragam produk makanan ataupun minuman. Berdasarkan data yang diperoleh pada Lampiran 6, penggunaan produk sawit merah CPO paling banyak pada lauk-pauk seperti tempe goreng, tahu goreng, telur, ikan, ayam, ataupun tumis sayuran sebanyak 67% dan menurun menjadi 59% pada produk SawitA MSMTF. Penggunaan minyak sawit merah pada makanan pokok, seperti pada nasi goreng sebanyak 52,48% lalu meningkat menjadi 79,21% pada penggunaan SawitA MSMTF. Alasan responden menggunakan produk SawitA pada jenis makanan tertentu karena menurut pendapat 41,58% untuk produk SawitA CPO dan 59,41% untuk produk SawitA MSMTF, produk tersebut membuat makanan menjadi lebih enak. Maka dari itu, responden kerap menggunakannya di waktu-waktu berikutnya. Frekuensi penggunaan produk SawitA dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Frekuensi penggunaan produk SawitA Frekuensi Penggunaan (%) Jenis Setiap hari 5-6x/minggu 3-4x/minggu 1-2x/minggu Lain-lain CPO MSMTF Pada bulan pertama, responden menerima produk minyak sawit merah berupa CPO. Frekuensi penggunaan produk dibagi menjadi lima kelompok yaitu 1-2x/minggu, 3-4x/minggu, 5-6x/minggu, setiap hari, atau keterangan lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 84% responden menggunakan produk CPO setiap hari. Frekuensi penggunaan produk SawitA MSMTF menunjukkan peningkatan yang berbeda dari produk sebelumnya. Responden yang menggunakan produk SawitA MSMTF selama setiap hari sebanyak 86%. Hal ini menunjukkan bahwa responden menyukai menggunakan produk SawitA setiap harinya. Peningkatan jumlah frekuensi dari 84% menjadi 86% dikarenakan responden lebih banyak yang menyukai produk MSMTF dibandingkan dengan produk CPO. Pada Lampiran 5 terdapat alasan responden menggunakan produk SawitA dalamfrekuensi waktu tertentu. Sebanyak 51,49% menyatakan suka untuk produk SawitA CPO dan juga produk SawitA MSMTF. Pada Tabel 32 dapat dilihat jenis masakan yang diaplikasikan dengan produk CPO dan MSMTF. Tabel 32. Jenis masakan yang diaplikasikan Jenis Masakan (%) Jenis Rebus Tumis Goreng Lain-lain CPO 9,9 85, MSMTF 8,9 91,

19 Pada tahap sosialisasi, telah diberitahukan pada responden bahwa dianjurkan penggunaan produk minyak sawit pada masakan yang ditumis. Data yang diperoleh pada Lampiran 7, sebanyak 85,15% responden menggunakan produk Sawit A CPO dan sebanyak 91,09% responden menambahkan produk SawitA MSMTF untuk menumis, seperti menumis kangkung, sawi, tauge, dan beragam sayuran lainnya. Sebanyak 1% responden menambahkan produk minyak sawit merah CPO dan MSMTF dengan instruksi yang tidak biasa yaitu pada produk makanan lainnya, seperti menambahkan pada sereal, mengoleskan pada roti, dan menambahkan pada sambal. Produk SawitA CPO lebih banyak digunakan pada jenis masakan goreng dibandingkan produk SawitA MSMTF. Sementara itu, pada produk SawitA MSMTF lebih banyak digunakan pada jenis masakan tumisan dibandingkan produk SawitA CPO. Pada Tabel 33, dapat dilihat pendapat konsumen mengenai atribut rasa, aroma, dan warna dari produk SawitA. Tabel 33. Kesan konsumen terhadap atribut rasa, aroma, warna sensori produk SawitA Karakteristik CPO MSMTF Rasa (%) Pahit 1,98 0 Biasa 72,28 58,42 Gurih 12,87 41,58 Lainnya 12,87 0 Aroma (%) Minyak 45,54 41,58 Tengik 17,82 1,98 Wangi 13,86 27,72 Lainnya 22,78 28,72 Warna (%) Mengganggu 1,98 0 Tidak mengganggu 98, Pada Tabel 32, di antara beragam jenis masakan yang menggunakan produk SawitA, sebanyak 72,28% responden menyatakan rasa masakannya dengan penambahan produk SawitA biasa saja, tidak ada yang aneh ataupun terasa berbeda. Pada produk di bulan kedua, yaitu produk SawitA MSMTF, sebanyak 58,42% menyatakan bahwa rasa masakannya juga biasa saja, tidak ada perbedaan yang berarti jika dibandingkan dengan penggunaan minyak komersil. Sebanyak 1,98% responden menyatakan bahwa rasa masakan dengan produk SawitA CPO terasa pahit dan pada produk SawitA MSMTF tidak ada lagi yang menyatakan bahwa rasanya pahit. Data menunjukkan bahwa pada produk SawitA MSMTF rasa yang dihasilkan lebih gurih dibandingkan dengan produk SawitA CPO. Rasa gurih tersebut berasal dari fraksi stearin dari minyak kelapa sawit tersebut. Sedangkan rasa yang kurang enak yang berasal dari produk SawitA CPO kemungkinan berasal dari komponen minor dari CPO itu sendiri seperti asam lemak bebas yang telah teroksidasi (Ketaren 1986), dimana jumlah asam lemak bebas pada produk SawitA CPO lebih banyak daripada jumlah asam lemak pada produk SawitA MSMTF (Winarno 1999). Pada atribut aroma, setelah menggunakan produk SawitA CPO, sebanyak 45,54% responden menyatakan bahwa aroma masakannya beraroma minyak seperti masakan pada biasanya dan 41,58% pada produk SawitA MSMTF. Sebanyak 22,78% responden 41

20 menyatakan aroma masakannya dengan keterangan lain-lain, yaitu biasa saja, tidak bau, tidak suka, dan enek. Responden yang menyatakan bahwa aroma masakannya setelah menggunakan produk SawitA CPO beraroma tengik sebesar 17,82%, tetapi pada produk SawitA MSMTF jumlah tersebut berkurang menjadi 1,98%. Pada CPO tidak dilakukan proses deodorisasi atau penghilangan bau, maka dari itu bau asli dari minyak tersebut masih tercium. Pada proses pembuatan produk SawitA MSMTF dilakukan proses deodorisasi sehingga bau tidak enak dari minyak kelapa sawit tersebut hilang. Aroma yang kurang sedap, seperti bau khas dari minyak sawit pada produk SawitA CPO ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone (Ketaren 1986). Produk SawitA CPO berbasis minyak sawit merah memiliki warna merah berbeda dari produk minyak goreng pada umumnya. Pada saat digunakan pada masakan, warna masakan yang timbul sedikit lebih merah kekuningan dibandingkan dengankan dengan masakan yang menggunakan minyak goreng komersil. Berdasarkan hasil masakan tersebut, sebanyak 98,02% responden tidak merasa terganggu dengan warna masakannya dan sebanyak 1,98% responden menyatakan terganggu dengan warna masakan yang dihasilkan produk SawitA CPO. Sementara itu, setelah menggunakan produk SawitA MSMTF, seluruh responden tidak merasa terganggu dengan warna yang dihasilkan oleh produk ini. Hal ini terjadi dikarenakan warna produk SawitA MSMTF lebih jernih dibandingkan dengan dengan produk SawitA CPO. Sehingga responden tidak merasa keberatan saat menggunakan produk SawitA MSMTF. Warna merah pada hasil masakan yang menggunakan kedua produk SawitA berasal dari tingginya kandungan karotenoid dari minyak sawit merah tersebut sehingga terbentuk warna merah alami yang sebenarnya merupakan salah satu pigmen alami yang bermanfaat bagi kesehatan, yaitu pigmen karoten (Ketaren 1986). Produk SawitA MSMTF memiliki warna yang lebih jernih karena telah dilakukan proses netralisasi menggunakan penambahan soda kaustik untuk menghilangkan kotoran yang terdapat pada minyak. Responden telah mengkonsumsi kedua produk SawitA yaitu CPO dan MSMTF, dan telah mengetahui atribut dari setiap produk, perbedaan dari tiap produk, sehingga responden secara keseluruhan dapat memilih produk mana yang lebih mereka sukai. Hasil yang diperoleh, sebanyak 83% responden lebih memilih produk SawitA MSMTF dibandingkan dengankan dengan SawitA CPO. Sementara itu, sebanyak 17% responden memilih produk SawitA CPO. Perbedaan yang cukup besar ini disebabkan oleh pada produk SawitA MSMTF bau asal dari minyak kelapa sawit sudah dihilangkan dengan proses deodorisasi, sementara pada SawitA CPO menggunakan minyak sawit asli. Berdasarkan data pada Lampiran 8, komponen yang mereka tidak sukai dari produk SawitA CPO adalah, teksturnya yang seperti berlemak dan bergajih, kental, tidak enak, getir dan aromanya yang kurang enak, seperti obat. Hal yang mereka sukai dari produk SawitA MSMTF adalah warnanya yg jernih, rasanya yang tidak jauh berbeda dari minyak goreng komersial, dan aromanya yang tidak mengganggu. Hanya sebagian kecil responden di antara 17% responden yang memilih produk SawitA CPO menyatakan bahwa mereka lebih memilih produk SawitA CPO karena sudah terbiasa dengan rasanya dan teksturnya yang lebih padat jadi tidak cepat habis digunakan. F. HUBUNGAN ANTARA VARIABEL Untuk melihat apakah ada suatu hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya digunakan analisis korelasi. Analisis korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan 42

21 hubungan antara dua variabel atau lebih dari dua variabel dengan skala-skala tertentu (Sarwono 2006). a. Hubungan antara variabel sosiodemografi dengan variabel pola asuh makan, pengetahuan tentang kesehatan, dan pengetahuan tentang pola makan sehat Berdasarkan data yang diperoleh dan dapat dilihat pada Lampiran 10, nilai r yang terbesar terdapat pada hubungan antara variabel pendapatan dan pengetahuan pola makan sehat yaitu sebesar 0,185 * dan hubungan antara lama pendidikan dan pola asuh yaitu sebesar 0,182 *. Dengan nilai tersebut maka termasuk ke dalam kisaran 0 < x 0,25 (Sarwono 2006) yang berarti hubungan antar variabel sangat lemah tetapi signifikan pada taraf 0,05.Pada Tabel 34, dapat dilihat hubungan faktor sosiodemografi dengan pola asuh makan, pengetahuan kesehatan dan pengetahuan pola makan sehat responden. Tabel 34. Hubungan antara faktor sosiodemografi dengan pola asuh makan, pengetahuan kesehatan, dan pengetahuan pola makan sehat Nilai r Variabel Pola Asuh Pengetahuan kesehatan Pengetahuan pola makan sehat Umur -0,004 0,049 0,016 Lama 0,182 * 0,003-0,019 pendidikan Pendapatan -0,026 0,057 0,185 * Jenis kelamin 0,095-0,098-0,026 b. Hubungan antara variabel sosiodemografi dengan variabel sikap dan perilaku konsumen Pada hasil analisis antara sosiodemografi responden dengan sikap dan perilaku responden, dapat dilihat nilai koefisien korelasi yang diperoleh. Pada Tabel 35 dapat dilihat hubungan antara faktor sosiodemografi dengan sikap dan perilaku konsumen. Tabel 35. Hubungan antara faktor sosiodemografi dengan sikap dan perilaku konsumen Nilai r Variabel Sikap kognitif Sikap afektif Kecenderungan perilaku Sikap responden Frekuensi penggunaan Umur 0,169 * -0,060-0,156 0,068-0,044 Lama pendidikan -0,117-0,160-0,022-0,063-0,125 Pendapatan -0,054 0,012 0,005-0,085 0,055 Jenis kelamin -0,038-0,088-0,257 ** -0,103-0,139 Pada variabel jenis kelamin dengan kecenderungan perilaku, nilai koefisien korelasinya sebesar -0,257 ** hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut memiliki hubungan yang cukup kuat antara satu sama lain dan dapat dimaknai kebenarannya. Tanda negatif (-) yang ditunjukkan disebabkan karena pada pengolahan data jenis kelamin laki-laki disimbolkan dengan angka 0 maka responden laki-laki lebih memiliki kecenderungan perilaku yang positif terhadap produk SawitA. Hal ini terjadi, karena sebagian besar responden laki-laki dalam hal ini anak dan bapak, cenderung mengikuti apa saja yang ibu atau istri mereka masak dan tidak banyak mengeluh terhadap makanan yang disediakan. 43

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN Astini Syarkowi *) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat sehingga memiliki kecakapan memilih

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2004 memiliki luas wilayah 2.301,95 kilometer persegi

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

IbM Kelompok Tani Buah Naga

IbM Kelompok Tani Buah Naga IbM Kelompok Tani Buah Naga Wiwik Siti Windrati, Sukatiningsih, Tamtarini dan Nurud Diniyah Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegalboto Jember ABSTRAK Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Kepada Yth. Ibu Balita Di Tempat Kabanjahe, Juli 2015 Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul. Dalam hal ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER Kuesioner sebagai alat ukur dalam rangka mengumpulkan data harus mampu menghasilkan data yang valid dan reliabel. Untuk itu dilakukan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Profil Responden Tabel 1 menunjukkan profil ibu dan anak. Profil ibu meliputi pendidikan terakhir ibu, penghasilan keluarga serta pekerjaan ibu. Adapun profil anak meliputi jenis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini merupakan bagian dari program SawitA yaitu suatu program kerjasama Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor dan PT SMART Tbk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA 19 SERI BACAAN ORANG TUA JAGUNG Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 79 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA 94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kecamatan Cikalong 4.1.1 Luas dan Letak Geografis Kecamatan Cikalong merupakan satu dari 39 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan memperbaiki kualitas konsumsi pangan masyarakat. Konsumsi yang berkualitas dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan.

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan di pinggir jalan telah menjadi bagian dari masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Keterbatasan waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa merupakan unit terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia namun demikian peran, fungsi dan kontribusinya menempati posisi paling vital dari segi sosial dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Gunungpati terletak di bagian Selatan Kota Semarang, berbatasan langsung dengan Ungaran. Dari pusat Kota Semarang jaraknya sekitar 17 km.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i

Lebih terperinci