UPAYA PENERAPAN PRINSIP SARANIYA DHAMMA DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL MAHASISWA. Santi STAB Negeri Sriwijaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA PENERAPAN PRINSIP SARANIYA DHAMMA DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL MAHASISWA. Santi STAB Negeri Sriwijaya"

Transkripsi

1 UPAYA PENERAPAN PRINSIP SARANIYA DHAMMA DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTERPERSONAL MAHASISWA Santi STAB Negeri Sriwijaya Abstract The importance of interpersonal intelligence foster students in order that young leaders can maintain harmonious life of the nation and the state. This study aimed to describe the efforts that must be made in growing student interpersonal intelligence, and implement Saraniya Dhamma principles in everyday life in order to develop student interpersonal intelligence. The results of this study describes efforts to develop interpersonal intelligence of Saraniya students through the application of the principle that the practice of six-dhamma to form social sensitivity, social insight and social communication on the students themselves. Keywords: application efforts, Dhamma Saraniya principles, interpersonal intelligence, student Pendahuluan Mahasiswa sebagai generasi muda adalah calon pemimpin masa depan yang harus memiliki keterampilan dan kualitas yang baik. Salah satu kualitas yang diperlukan adalah kecerdasan interpersonal. Kecerdasan interpersonal dibutuhkan agar mahasiswa sebagai calon pemimpin dapat mengatasi permasalahan masyarakat. Realita kehidupan masyarakat sekarang ini mengarah pada kehidupan individualis, arogansi, dan kurang kepedulian terhadap sesama, yang berdampak kesenjangan hidup, perpecahan, meningkatnya kriminalitas, sehingga tidak ada keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara. Untuk keharmonisan kehidupan maka setiap generasi muda, calon pemimpin termasuk pula mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) pun harus memiliki kecerdasan interpersonal ini. Kurangnya kecerdasan interpersonal mahasiswa terutama mahasiswa STAB diduga karena kurangnya pemahaman Dhamma yang benar sehingga memunculkan lima nivarana. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan upaya penerapan saraniya dhamma dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal mahasiswa. Landasan Teoretis Kecerdasan interpersonal menurut Reza Prasetyo dan Yeni Andriani (2009: 74). adalah kapasitas untuk memahami maksud, motivasi, dan keinginan orang lain. Mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi dengan rentang usia tahun ke atas. Rentang ini masuk pada tahap remaja tengah dan akhir menuju dewasa. Desmita (2007: ) menguraikan bahwa masa rentang waktu remaja pertengahan adalah usia tahun dan remaja akhir usia tahun. Tahap perkembangan pada usia remaja pertengahan dan remaja akhir ini mengalami perkembangan kognisi sosial yaitu kemampuan untuk berpikir secara kritis mengenai isu dalam hubungan interpersonal, yang berkembang sejalan dengan usia, pengalaman, serta berguna untuk memahami orang lain dan menentukan bagaimana remaja berinteraksi dengan orang lain. Jadi, kecerdasan interpersonal mahasiswa adalah kecerdasan yang dimiliki oleh seorang remaja yang menuju tahap dewasa (mahasiswa) yang berhubungan dengan

2 interaksi sosial, cara bersosialisasi, dan berkomunikasi dengan orang lain, serta mampu mengerti pandangan dan sikap orang lain. Kemampuan untuk berhubungan, bersosialisasi dengan orang lain berkaitan dengan kesadaran seseorang dalam berinteraksi. Dalam hal ini, jika dibahas menurut dhamma, kesadaran (citta) untuk berhubungan dengan orang lain dapat bersifat kesadaran negatif (akusala citta) ataupun kesadaran positif (kusala citta). Namun, kesadaran yang dikaitkan dengan kecerdasan interpersonal adalah kesadaran yang didasarkan pada pandangan benar ataupun pengetahuan dan kebijaksanaan. Jadi kecerdasan interpersonal secara Buddhisme adalah kesadaran yang baik/positif (kusala citta). Kusala citta dalam abhidhammatthasangaha ada 21 yaitu: mahakusala citta 8, rupavacarakusala citta 5, arupavacara-kusala citta 4, dan lokuttara citta 4 (Kaharuddin, 2005: 97). Kusala citta ini bersekutu dengan bentuk batin yang baik (sobhana cetasika) serta bentuk batin yang bersifat netral (annasamana cetasika). Sobhana cetasika 25 adalah bentuk batin yang baik yang bersekutu dengan kesadaran /pikiran yang baik. Dalam abhidhammatthasangaha dijelaskan 25 sobhana cetasika sebagai berikut (Kaharuddin, 2005: 128). Saddha (keyakinan), sati (perhatian murni), hiri (malu berbuat jahat), ottapa (takut akan akibat perbuatan jahat), alobha (tidak serakah), adosa (tidak benci), tatramajjhatatta (keseimbangan batin), kayapassadhi (ketenangan dari bentuk batin), cittapassadhi (ketenangan pikiran), kaya lahuta (kegembiraan dari bentuk batin), citta lahuta (kegembiraan pikiran), kaya muduta (sifat menurut dari bentuk batin), citta muduta (sifat menurut dari pikiran), kaya kammannata (sifat menyesuaikan diri dari bentuk-bentuk batin), citta kammannata (sifat menyesuaikan diri dari pikiran), kaya pagunnata (kemampuan dari bentuk-bentuk batin), citta pagunnata (kemampuan dari pikiran), kayujukata (ketulusan/ kejujuran dari bentuk batin), cittujukata (ketulusan/kejujuran dari pikiran), samma vaca (ucapan benar), samma kammanta (perbuatan benar), samma ajiva (pencaharian benar), karuna (belas kasih), mudita (simpati) dan panna (kebijaksanaan). Annasamana Cetasika yaitu 13 Cetasika yang netral. Dalam abhidhammatthasangaha dijelaskan 13 annasamana cetasika sebagai berikut (Kaharuddin, 2005: 128): phassa (kontak), vedana (perasaan), sanna (pencerapan), cetana (kehendak), ekaggata (pemusatan pikiran), jivitindriya (kehidupan jasmani), manasikara (perhatian), vitakka (perenungan permulaan), vicara (pere-nungan penopang), adhimokkha (keputusan), viriya (usaha), piti (kegiuran), dan chanda (keinginan untuk berbuat). Anderson (1999) menjelaskan ada tiga dimensi kecerdasan interpersonal yang tidak dapat dipisahkan yaitu: sensivitas sosial (social sensitivity), pemecahan masalah sosial (social insight), dan komunikasi sosial (social communication). Ketiga dimensi ini merupakan kesatuan yang utuh. Individu yang memiliki ketiga dimensi ini akan memiliki kecerdasan interpersonal yang baik dengan karakteristik berikut: memiliki sifat ekstrovet, kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik, memiliki empati dan simpati, dan kemampuan bertanggung jawab dan bijaksana. Kecerdasan interpersonal mahasiswa dipengaruhi dua faktor yaitu faktor dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Faktor internal meliputi: (a) faktor genetik (keturunan) yaitu menurut hukum Mendel setiap manusia pasti membawa faktor genetik yang diturunkan oleh kedua orangtua, dominan ataupun resesif. Demikian pula Kirthisinghe (2004: 147) menyatakan bahwa anak mewarisi ciri-ciri dari orangtua dan sanak keluarga yang terdekat; (b) faktor keyakinan terutama pada remaja yang

3 beranjak dewasa mengalami tahap individuating reflexive faith, yaitu tahap di mana remaja pertama kali mampu mengambil tanggung jawab penuh terhadap kepercayaan agama mereka (Desmita, 2007: 210); (c) faktor kamma yang diyakini oleh umat Buddha bahwa sesuai benih yang ditabur, begitulah buah yang akan dipetik (Samyuttanikaya 1: 227). Jadi, kondisi kecerdasan yang dimiliki individu dapat dikarenakan kamma yang dilakukan. Faktor eksternal meliputi: (a) faktor lingkungan tempat individu hidup. Manggala sutta patirupadesavaso ca berarti hidup di tempat yang sesuai (Jan Sanjivaputta, 1990: IV-1). Pernyataan ini menekankan pentingnya individu untuk hidup di tempat yang baik; (b) faktor pendidikan merupakan proses pembinaan diri agar individu menjadi manusia yang bermanfaat. Pentingnya pendidikan yang baik untuk menumbuhkan kebijaksanaan individu dalam mengendalikan diri sendiri agar dapat berinteraksi baik dengan orang lain. Faktor penyebab menurunnya kecerdasan interpersonal menurut Anguttara nikaya, x: 197 bahwa awal kebodohan adalah: lima penghalang (nivarana). Nivarana disebabkan tiga perilaku salah; tiga perilaku salah disebabkan kurangnya pengendalian indera; kurangnya pengendalian indera disebabkan kurangnya kewaspadaan dan pemahaman yang jernih; kurangnya kewaspadaan dan pemahaman yang jernih disebabkan perhatian yang tidak benar; perhatian yang tidak benar disebabkan kurangnya keyakinan; kurangnya keyakinan disebabkan karena mendengarkan ajaran yang salah; mendengarkan ajaran yang salah disebabkan berhubungan dengan orang yang tidak baik (Tim Penerjemah, 2003: ). Berdasarkan keterangan di atas, penulis menyimpulkan bahwa akumulasi faktor penyebab menurunnya kecerdasan interpersonal adalah lima nivarana. Faktor penyebab menurunnya kecerdasan interpersonal yang disebutkan di atas selayaknya tidak dilakukan atau dikendalikan. Kemudian individu harus berupaya menumbuhkembangkan kecerdasan interpersonal yang dimiliki. Reza Prasetyo dan Yeni Andriani (2009: 75-77), memberikan penjelasaan cara atau tips untuk menumbuhkembangkan kecerdasan interpersonal sebagai berikut: membuka diri (self disclosure), membangun kepercayaan diri dan orang lain, membangun kemampuan berkomunikasi dengan efektif, belajar untuk menanggapi masalah orang lain, membangun karakter pikiran positif. Melalui usaha menumbuhkembangkan kecerdasan interpersonal ini maka mahasiswa akan memiliki kualitas kecerdasan interpersonal yang baik. Penulis menyimpulkan manfaat memiliki kecerdasan interpersonal berdasarkan Andriyani (2009: 74-75) yaitu: memiliki kemampuan komunikasi dan sosialisasi yang baik, memiliki karakter baik yang tangguh dan bertanggung jawab, memiliki visi, misi serta motivasi untuk mengembangkan diri dalam kegiatan berorganisasi dan mencapai kesuksesan. Saraniya dhamma dalam Dhamma Vibhanga diartikan sebagai cara-cara kehidupan yang membawa pada keharmonisan (Vajirananavarorasa, 2002: 19). Serupa dengan pengertian Saraniya dhamma dalam Attha Dhamma yaitu cara kehidupan yang membawa pada keharmonisan (Kaharuddin, 2009: 188). Jadi, Saraniya dhamma adalah prinsip ajaran yang membawa pada keharmonisan. Ada enam prinsip Saraniya dhamma dalam Saraniya dhamma sutta (Vajirananavarorasa, 2002: 19) sebagai berikut: mettakaya kamma, mettavaci kamma, mettamano kamma, sadharanabhogi, silasamannata dan ditthisamannata. Saraniya dhamma ini dapat diterapkan melalui perilaku sangha vatthu. Sangha vatthu adalah empat macam dhamma yang menarik hati (Kaharuddin, 2009: 140). Pengertian lainnya adalah sifat-sifat yang menjadikan suasana persahabatan (Vajirananavarorasa, 2002: 40). Suasana persahabatan menggambarkan hubungan atau interaksi

4 antarindividu. Empat jenis dhamma ini adalah: (a) dana yaitu kemurahan hati (Narada, 1998: 245); (b) piyavaca adalah berbicara lemah lembut dan menarik hati, menimbulkan rasa persahabatan dan kemanfaatan dalam pergaulan (Kaharuddin, 2009: 140); (c) atthacariya yaitu melakukan hal-hal yang berguna bagi orang lain (Vajirananavarorasa, 2002: 40); (d) samanattata yaitu tahu diri dan tidak tinggi hati, berusaha menjaga diri tidak menimbulkan hal-hal yang tidak baik dan selalu mawas diri dengan berpedoman pada dhamma vinaya (Kaharuddin, 2009: 140). Menerapkan prinsip Saraniya dhamma melalui perilaku sangha vatthu dalam hidup sehari-hari akan menimbulkan suasana hidup harmonis. Sesuai dalam uraian dhamma vibhanga bahwa manfaat menerapkan prinsip Saraniya dhamma sebagai berikut: dicintai oleh sesama, dihormati oleh sesama, memiliki toleransi, hidup harmonis, bersatu, dan tidak ada permusuhan, perselisihan atau pertengkaran (Vajirananavarorasa, 2002: 19). Pembahasan Kecerdasan Interpersonal Mahasiswa Kecerdasan interpersonal mahasiswa adalah kecerdasan mahasiswa yang berhubungan dengan interaksi sosial, cara bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain, serta mampu mengerti pandangan dan sikap orang lain. Mahasiswa perlu mengembangkan kecerdasan interpersonal agar dapat berinteraksi dengan baik di lingkungan masyarakat. Dalam Abhidhammattha-sangaha kecerdasan interpersonal ini tergolong kusala citta. Dari kusala citta 21, yang merupakan kesadaran kecerdasan interpersonal mahasiswa adalah mahakusala nanasampayutta citta 4 yaitu empat kesadaran atau pikiran baik yang bersekutu dengan penge-tahuan. Keempat kesadaran (citta) ini bersekutu dengan kusala cetasika 25. Hal ini berarti dalam setiap kesadaran terdapat 25 bentuk batin yang baik. Adapun peran kusala cetasika yang merupakan kecerdasan interpersonal sebagai berikut: (a) keyakinan (saddha) untuk menumbuhkan rasa percaya pada agama, diri sendiri dan orang lain; (b) perhatian (sati) untuk pengendalikan diri dan kewaspadaan dalam membina relasi atau kerja sama; (c) hiri dan ottapa untuk membentuk perilaku bermoral; (d) alobha dan adosa untuk menumbuhkan toleransi dan kasih sayang; (e) tatramajjhattata untuk keseimbangan batin, tidak sombong, dan berpikir dengan bijak; (f) kaya passadhi dan citta passadhi untuk ketenangan dalam batin dan pikiran; (g) kaya lahuta dan citta lahuta mengondisikan mahasiswa memiliki kegembiraan batin dan pikiran, penuh suka cita; (h) kaya muduta dan citta muduta untuk beradaptasi dengan lingkungan, dan patuh pada aturan; kaya kammanata dan citta kammanata untuk kepekaan pada situasi; (i) kaya pagunnata dan citta pagunnata untuk profesionalitas dalam pekerjaan; (j) kayujukata dan cittujukata untuk menumbuhkan kejujuran/ ketulusan dalam perbuatan; (k) samma vaca, samma kammanta, samma ajiva untuk hidup benar sehari-hari; (l) karuna dan mudita untuk menumbuhkan empati dan simpati terhadap orang lain; (m) panna mengondisikan mahasiswa akan menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan. Hubungan citta dan cetasika yang merupakan kecerdasan interpersonal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

5 Maha kusala pertama yaitu somanassasahagatam nanasampayuttam asankharikam adalah kesadaran baik yang timbul tanpa ajakan, disertai kesenangan bersekutu dengan pengetahuan. Kesadaran ini bersekutu dengan 38 cetasika terdiri annasamana cetasika 13 dan sobhana cetasika 25 yang telah dijelaskan di atas. Maha kusala kedua yaitu somanassasahagatam nanasampayuttam sasankharikam yaitu kesadaran baik yang timbul dengan ajakan, disertai kesenangan bersekutu dengan pengetahuan. Kesadaran ini bersekutu dengan 38 cetasika yang sama dengan maha kusala pertama. Perbedaannya terletak pada aspek dhamma yang ketiga yaitu asankharikam dan sasankharikam. Contoh kesadaran pertama ini adalah seseorang yang dengan kesadarannya ingin berdana dan memberikan dana dengan rasa bahagia, serta memahami bahwa berdana adalah perbuatan baik yang membawa manfaat kebahagian bagi yang menerima maupun yang memberi dana. Kesadaran untuk berdana ini adalah keinginan sendiri tanpa ajakan (asankharikam). Contoh kesadaran yang kedua yaitu seorang mahasiswa yang diajak oleh temannya untuk kerja bakti dalam acara donor darah. Mahasiswa yang diajak, mau dan menyetujui untuk ikut kerja bakti dan merasa senang dapat melakukan kegiatan tersebut karena mengetahui bahwa kerja bakti tersebut memberi manfaat bagi orang banyak. Perbuatan ini dilakukan karena ajakan (sasankharikam). Maha kusala kelima yaitu upekkhasahagatam ditthigatasampayutta asankharikam adalah kesadaran baik yang timbul tanpa ajakan, disertai masa bodoh bersekutu dengan pengetahuan. Kesadaran ini bersekutu dengan 37 cetasika yang terdiri annasamana cetasika 12 (tidak termasuk piti) dan sobhana cetasika 25. Maha kusala keenam yaitu upekkhasahagatam ditthigatasampayut-tam sasankharikam yaitu kesadaran baik yang timbul dengan ajakan, disertai masa bodoh bersekutu dengan pengetahuan. Kesadaran ini bersekutu dengan 37 cetasika yang sama dengan bulatan kelima. Perbedaannya sama dengan penjelasan maha kusala pertama dan kedua yaitu pada asankharikam dan sasankharikam. Contoh dari kesadaran kelima ini misalnya ada seseorang yang menolong anjing kelaparan yang terlantar di jalanan. Keinginan untuk menolong ini timbul dari dirinya sendiri dan didasarkan pada pengetahuan bahwa menolong makhluk lain adalah perbuatan yang baik. Namun, dalam menolong anjing tersebut hanya ada sedikit perasaan bahagia. Contoh dari kesadaran keenam misalnya seseorang yang diajak ke vihara untuk mendengarkan dhamma dan bersedia karena tahu bahwa itu perbuatan baik, namun dalam mendengarkan dhamma hanya ada sedikit kesenangan. Mahasiswa yang memiliki keempat jenis kesadaran ini menunjukkan kualitas kecerdasan interpersonal yang baik. Proses tumbuh kembangnya kecerdasan interpersonal terlihat dalam tiga dimensi yaitu: social sensitivity, social communication, dan social insight. Pertama, social sensitivity adalah kemampuan untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkan baik secara verbal maupun nonverbal. Reaksi secara verbal berupa ungkapan atau kata-kata, reaksi

6 nonverbal adalah gesture atau gerak tubuh seperti mimik muka atau wajah, sikap dan perilaku. Dengan kemampuan mengamati reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkan baik secara verbal atau nonverbal ini, mahasiswa dapat menentukan langkah atau sikapnya dalam berinteraksi, sehingga mahasiswa dapat memberikan kontribusi positif pada lingkungan. Kedua, social insight yaitu kemampuan seseorang untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam satu interaksi sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun. Kemampuan ini mencakup kemampuan dalam memahami situasi sosial dan etika sosial dengan sikap terbuka untuk menerima masalah yang ada dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah. Sikap terbuka dan bijaksana memerlukan refleksi ke dalam diri sendiri sehingga mahasiswa harus memiliki kesadaran diri dan refleksi diri yang baik. Kesadaran diri dan kemampuan merefleksi diri membuat mahasiswa mampu memahami keadaan dirinya baik keadaan internal maupun eksternal seperti menyadari emosi yang sedang muncul, atau menyadari penampilan cara berpakaian, cara berbicara maupun intonasi suara. Kemampuan mahasiswa untuk dapat menyadari emosi seperti santun, ramah dan tidak temperamental akan dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain. Ketiga, social communication yaitu penguasaan keterampilan komunikasi yang merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Proses komunikasi ini mencakup komunikasi verbal maupun nonverbal. Keterampilan komunikasi penting yang harus dimiliki oleh mahasiswa dalam berinteraksi adalah keterampilan komunikasi efektif yang meliputi mendengarkan, berbicara, public speaking, dan menulis secara efektif. Mahasiswa yang memiliki ketiga dimensi kecerdasan interpersonal akan menunjukkan empat ciri atau karakteristik kecerdasan interpersonal yang tinggi sebagai berikut: pertama, memiliki sifat ekstrovet yaitu sifat terbuka dan mau berhubungan dengan orang lain, tidak menutup diri terhadap pergaulan, menerima saran dan masukan dari orang lain mengenai pribadi atau sikapnya, sehingga saran dan masukan dari orang lain dapat dijadikan bahan perenungan untuk menumbuhkan kesadaran diri dengan mengintrospeksi dan merefleksi diri. Kedua, kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Kemampuan bersosialisasi dengan baik merupakan hasil dari dimensi sensitivitas sosial dan social insight. Kemampuan berkomunikasi dengan baik merupakan hasil dimensi komunikasi sosial. Ketiga, memiliki empati dan simpati. Empati dan simpati adalah kemampuan atau kepekaan individu untuk dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Empati berupa kepekaan pada hal yang bersifat memilukan yang terjadi pada orang lain seperti kepekaan menyadari penderitaan orang lain. Simpati adalah kepekaan yang berwujud ketertarikan terhadap kebahagiaan orang lain, seperti turut berbahagia atas kesuksesan yang diperoleh orang lain dan tertarik akan kepribadian baik orang lain. Keempat, kemampuan bertanggung jawab dan bijaksana yang merujuk pada karakter. Karakter bertanggung jawab adalah karakter yang dapat dipercaya dan menyelesaikan tugas atau masalah hingga tuntas tanpa meninggalkan atau memunculkan masalah baru. Tanggung jawab adalah karakter orang yang berkepribadian tangguh, kokoh, dan memiliki kebijaksanaan yang merupakan karakter dari kecerdasan spiritualitas yang baik (SQ) dan dalam agama Buddha dikenal dengan istilah panna yang dikembangkan melalui latihan meditasi. Keempat karakteristik ini menunjukkan seseorang memiliki

7 kecerdasan interpersonal atau tidak. Selain empat karakteristik kecerdasan interpersonal mahasiswa juga dipengaruhi dua faktor. Pertama, faktor internal yang meliputi: (a) faktor genetik (keturunan) bahwa setiap individu mewarisi sifat kedua orangtuanya, termasuk kecerdasan interpersonal. Orangtua yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik kemungkinan akan memiliki anak dengan kecerdasan interpersonal yang baik pula sesuai dengan genetik yang diwariskan. Anak yang mewarisi kecerdasan interpersonal dari kedua orang tuanya akan dapat mengembangkan kecerdasan interpersonalnya secara alami; (b) faktor keyakinan dimana mahasiswa perlu memiliki keyakinan pada agama sebagai pedoman hidup serta yakin akan kemampuan diri dalam berinteraksi. Mahasiswa berani bertanggung jawab atas keyakinan yang dianut serta memiliki prinsip. Hal ini dibutuhkan agar mahasiswa tidak terjerumus pada pergaulan yang salah; (c) faktor kamma menekankan pada pemahaman bahwa kecerdasan interpersonal perlu dipupuk. Kecerdasan interpersonal akan berkembang jika ada upaya dari mahasiswa untuk menumbuhkembangkannya. Karena hanya dengan usaha baru akan mendapatkan hasil. Semakin tinggi usaha semakin berkembang kecerdasan interpersonal. Kedua, faktor eksternal meliputi: (a) faktor lingkungan tempat individu hidup. Mahasiswa yang hidup di lingkungan harmonis, penuh kasih sayang serta toleransi akan menunjukkan kualitas kepedulian terhadap orang lain dalam berinteraksi dan akan membantu karakter introvet agar berani berinteraksi. Lingkungan yang keras dan individualistik akan menghambat perkembangan kecerdasan interpersonal mahasiswa; (b) faktor pendidikan merupakan proses belajar dalam interaksi sosial dimana mahasiswa belajar memahami diri sendiri, orang lain, belajar bertanggung jawab, dan mengendalikan diri. Melalui proses pendidikan dengan ilmu yang baik mahasiswa dapat menjadi generasi muda yang baik dan memiliki kualitas kecerdasan yang baik pula. Selain faktor yang mempengaruhi kecerdasan interpersonal di atas, juga ada lima faktor penyebab merosotnya kecerdasan interpersonal. Faktor pertama, kama-chanda yaitu nafsu kesenangan pada objek yang menyenangkan yang memunculkan keserakahan. Sifat serakah mengkondisikan orang lain untuk tidak mau saling berbagi, munculnya keegoisan, dan keinginan menang sendiri. Faktor kedua, byapada yaitu keinginan untuk menyakiti orang lain, kemauan jahat. Orang yang memiliki keinginan untuk menyakiti orang lain, memiliki kemauan jahat umumnya disertai dengan dendam, rasa iri hati melihat kesuksesan orang lain, tidak ingin disaingi oleh orang lain, kikir, dan tidak mau berbagi dengan orang lain karena keegoisan dan penuh dengan kekhawatiran. Orang pada kondisi batin ini tidak dapat berinteraksi dengan orang lain dan tidak memiliki kecerdasan interpersonal. Byapada yang terlalu dominan maka dapat berkembang menjadi dosa carita yaitu watak penuh kebencian. Faktor ketiga, thinamiddha yang berarti kelelahan atau lamban. Seseorang yang malas dan lamban tidak memiliki viriyalambha yaitu usaha rajin dan semangat sehingga malas untuk berusaha dan belajar dan tidak mendapatkan ilmu yang bermanfaat serta menjadi individu yang tidak cerdas. Thinamiddha yang terlalu dominan dapat mengakibatkan berkembangnya moha carita yaitu watak kebodohan. Faktor keempat, uddhacca kukkucca yaitu kegelisahan dan kekhawatiran yang muncul karena tidak ada ketetapan hati dalam melakukan suatu tindakan. Dalam kondisi khawatir dan gelisah seseorang tidak memiliki kepercayaan pada diri sendiri apalagi kepada orang lain sehingga tidak dapat terjadi interaksi dengan orang lain. Uddhacca kukkucca yang dominan dapat menjadi moha carita yaitu watak kebodohan. Faktor kelima, vicikiccha yaitu keraguan dimana batin tidak dapat memutuskan baik ataupun buruk, benar ataupun salah. Pada kondisi batin ini seseorang tidak mempunyai kecerdasan

8 interpersonal, karena dipenuhi keraguan pada orang lain, tidak memiliki kepercayaan sehingga tidak dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Upaya Menumbuhkan Kecerdasan Interpersonal Mahasiswa Menumbuhkembangkan kecerdasan interpersonal mahasiswa ada lima upaya. Upaya pertama adalah membuka diri (self disclosure). Seseorang yang berinteraksi dengan orang lain harus dapat menerima keberadaan orang lain terlebih dahulu, usaha menjalin hubungan, bersosialisasi dan berkomunikasi, maka dapat saling berbagi dengan orang lain. Berani membuka diri adalah awal yang baik dalam membina hubungan baik dengan orang lain atau relasi. Dengan menunjukkan rasa percaya kepada orang lain, orang lain pun akan membuka diri kepada kita dan memberikan rasa percaya kepada kita. Membuka diri dapat membawa kita untuk bersikap realistik menerima kondisi sebagaimana mestinya, penuh kejujuran dan dapat menerima semua saran yang diberikan oleh orang lain kepada kita. Upaya kedua, membangun kepercayaan diri dan orang lain. Kepercayaan menurut Jhonson meliputi beberapa unsur yaitu: (a) kita berada dalam situasi di mana pilihan untuk mempercayai orang lain dapat menimbulkan akibat menguntungkan maupun merugikan atau kepentingan kita jadi mengandung resiko; (b) akibat yang menguntungkan atau merugikan tersebut tergantung pada perilaku orang lain; (c) penderitaan akibat hal yang merugikan akan lebih besar dibandingkan akibat yang menguntungkan atau manfaat; (d) kita punya cukup keyakinan bahwa orang lain akan bertingkah laku sedemikian rupa sehingga yang timbul adalah akibat yang menguntungkan. Berdasarkan unsur dari kepercayaan diketahui bahwa kepercayaan dibangun atas resiko dan juga harus menunjukkan penerimaan, dukungan, dan kerja sama dengan orang lain. Kepercayaan yang muncul tidak mungkin tanpa adanya resiko karena setiap pribadi dapat selalu berubah-ubah. Resiko ini dibutuhkan untuk membangun kepercayaan dan relasi. Tanpa adanya kepercayaan proses sosialisasi, interaksi, komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik, dan tidak mengalami kemajuan. Upaya ketiga, membangun kemampuan berkomunikasi dengan efektif. Komunikasi yang efektif adalah kondisi komunikasi di mana pesan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan dan terjadi komunikasi balik. Komunikasi efektif umumnya bersifat dua arah. Seorang komunikator harus dapat menjadi pendengar setia bagi komunikator yang lain. Mendengarkan pesan yang disampaikan dan berusaha memahami makna pesan yang ingin disampaikan. Setelah menjadi pendengar yang baik harus dapat menyampaikan pesan dengan baik pula. Dalam menyampaikan pesan harus menggunakan bahasa yang baik dan efektif agar mudah dimengerti. Salah satu cara untuk menjadi seorang komunikator yang baik adalah berlatih menjadi public speaking. Upaya keempat, belajar untuk menanggapi masalah orang lain. Individu belajar menanggapi dan peduli terhadap orang lain karena manusia adalah makhluk sosial. Kondisi untuk menanggapi masalah dan peduli dengan orang lain tergolong dalam dimensi social insight. Untuk belajar menanggapi dan peduli kepada orang lain, harus belajar peduli kepada diri sendiri terlebih dahulu dengan cara belajar introspeksi dan refleksi diri agar memiliki kesadaran terhadap diri sendiri, kemudian direfleksikan pada masalah orang lain. Dalam hal ini dibutuhkan rasa empati dan simpati terhadap orang lain.

9 Upaya kelima, membangun karakter pikiran positif. Berpikiran positif pada orang lain penting untuk menciptakan hubungan yang baik dengan relasi. Cara untuk membangun karakter pikiran positif misalnya selalu berpikir pada hal-hal yang benar, berpikir pada kebaikan yang dilakukan orang dan lain-lain. Prinsip Saraniya Dhamma dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Mahasiswa Saraniya dhamma adalah prinsip ajaran yang membawa keharmonisan dengan enam prinsip dhamma. Prinsip pertama, mettakaya kamma yaitu adalah menyebarkan metta dalam bentuk perbuatan kepada sesama dengan mengembangkan perbuatan cinta kasih kepada semua makhluk. Metta dalam pembahasan ini bermakna universal yaitu cinta kasih tanpa pamrih yang terbebas dari hawa nafsu. Seperti halnya dalam Karaniya metta sutta bahwa yang dimaksud dengan metta adalah jujur, tulus, mudah dinasihati, lemah lembut, tiada sombong, merasa puas atas apa yang dimiliki, mudah dirawat, bersahaja hidupnya, tidak repot, berindria tenang, penuh pertimbangan, sopan tak melekat pada keluarga, tidak berbuat kesalahan walaupun kecil yang dapat dicela oleh orang bijaksana, tidak membenci, dan lainnya. Jadi, mettakaya kamma yang dimaksud adalah tulus, membantu orang lain, mudah dirawat, bertingkah laku sopan, dan lainnya. Dalam hal ini wujud dalam praktik sehari-hari adalah menjauhkan diri dari membunuh, mencuri, berzinah. Prinsip kedua adalah mettavaci kamma yaitu menyebarkan metta dalam bentuk ucapan kepada sesama, melalui ucapan yang baik, jujur, tulus, lemah lembut, tiada sombong, dan sopan. Wujud dalam hidup sehari-hari adalah ucapan yang benar (samma vaca). Prinsip ketiga adalah mettamano kamma yaitu menyebarkan metta dalam bentuk pikiran kepada sesama, seperti jujur, tulus, tidak sombong, merasa puas atas apa yang dimiliki, tenang, dan penuh pertimbangan. Wujud dalam praktik sehari-hari adalah: tidak mempunyai nafsu serakah, tidak mempunyai kemauan jahat, dan berpandangan benar. Prinsip keempat adalah sadhara-nabhogi yaitu memberikan kesempatan kepada sesama untuk menikmati keuntungan yang telah diperoleh dengan cara benar dan tidak menggunakan sendiri apa yang telah diperoleh. Berbagi disini mencakup semua yang dapat dibagi kepada sesama, hal ini juga dapat disebut dana. Prinsip kelima, silasamannata yaitu menjaga kesucian sila sewaktu berhubungan dengan sesama dan tidak berbuat sesuatu yang melukai perasaan sesama, yaitu dengan melaksanakan pancasila buddhis dengan benar. Prinsip keenam, ditthisamannata yaitu hidup dengan harmoni terhadap sesama, tidak bertengkar karena perbedaan pendapat dan pandangan, melalui komunikasi efektif agar tidak terjadi kesalahpahaman karena perbedaan pandangan. Dengan menerapkan prinsip saraniya dhamma dalam hidup sehari-hari, keharmonisan hidup dapat terbina dengan baik. Mahasiswa yang menerapkan prinsip hidup ini akan dicintai, disegani, dihormati oleh sesamanya dan memiliki jiwa toleransi atau tepo seliro, memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan, sehingga dalam praktik kehidupannya tercermin nilai toleransi yang diterapkannya dalam masyarakat. Peranan prinsip saraniya dhamma dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal mahasiswa adalah dengan memahami enam prinsip saraniya dhamma dengan benar, mahasiswa dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari dalam wujud sangha vatthu yaitu: (a) dana berarti berbagi, memberi atau berbagi misalnya: berdana barang, memberikan nasihat dan pengetahuan kepada orang yang

10 membutuhkannya atau memberi dan membagi barang-barang pada orang lain yang pantas untuk menerimanya. Salah satu bentuk dana yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk membina hubungan baik interaksi sosial adalah abhayadana yaitu memaafkan, memberi maaf kepada orang yang melalukan kesalahan, tidak membenci, dan selalu membantu kehidupan makhluk lain agar terbebas dari bahaya; (b) piyavaca adalah berbicara dengan ucapan yang menyenangkan dan halus, lemah lembut dan menarik hati, sehingga menimbulkan rasa persahabatan dan kemanfaatan dalam pergaulan. Hal ini berhubungan dengan mettavaci kamma; (c) atthacariya adalah melaksanakan yang bermanfaat, yaitu membantu segala macam pekerjaan, memberikan pelayanan yang baik dan memperlihatkan sikap yang menyenangkan atau melakukan hal-hal yang berguna bagi orang lain. Hal ini berkaitan dengan mettakaya kamma dan tergolong dimensi sensitivitas sosial dan social insight; (d) samanattata berarti memiliki ketenangan batin tanpa kesombongan, tahu diri dan tidak tinggi hati, berusaha menjaga diri, tidak menimbulkan hal-hal yang tidak baik dan selalu mawas diri dengan berpedoman pada dhamma vinaya. Pengertian ini menunjukkan adanya pengendalian diri yang baik penuh kesadaran diri, memiliki sati sampajjana dan panna. Hal ini tergolong dalam dimensi social insight. Jadi empat jenis sanghavatthu sangatlah mendukung terpeliharanya prinsip saraniya dhamma dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal mahasiswa. Pertama, dengan praktik prinsip mettakaya kamma dapat menumbuhkan kepekaan untuk merespon reaksi dan perubahan orang lain (social sensitivity). Kedua, dengan praktik prinsip mettavaci kamma, mettamano kamma, silasamannata, dan ditthisamanata dapat menumbuhkan kepekaan dan kemampuan dalam menerima, memahami, dan memecahkan masalah secara efektif dan bijaksana (social insight). Ketiga, dengan praktik mettavaci kamma dan silasamanata maka dapat menumbuhkan kemampuan berkomunikasi dengan baik dan efektif (social communication). Hubungan ini secara sederhana dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut: Manfaat Menumbuhkan Kecerdasan Interpersonal Mahasiswa Kecerdasan interpersonal memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan baik untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun interaksi sosial. Tanpa kecerdasan ini tidak akan terbentuk keluarga, suku, masyarakat, bangsa ataupun negara karena tidak ada individu yang berinteraksi dan saling hidup sendiri. Dengan kecerdasan interpersonal inilah terjadinya hubungan satu dan yang lainnya. Demikian pula dengan para mahasiswa, beberapa manfaat memiliki kecerdasan interpersonal bagi mahasiswa

11 yaitu: (a) memiliki kemampuan komunikasi dan bersosialisasi yang baik; (b) memiliki karakter baik yang tangguh dan bertanggung jawab; (c) memiliki visi dan misi serta motivasi untuk mengembangkan diri dalam kegiatan berorganisasi dan mencapai kesuksesan. Analisis Interpetasi Analisis interpretasi penelitian ini adalah bahwa kecerdasan interpersonal mahasiswa yang tercermin dalam dimensi kecerdasan interpersonal mahasiswa yakni: social sensitivity, social insight, dan social communication, akan terwujud apabila didukung oleh pemahaman prinsip saraniya dhamma dan penerapannya yang terdiri dari: mettakaya kamma; mettamano kamma; mettavaci kamma; sadharanabhogi; silasamannata; dan ditthisamanata. Dalam penerapan prinsip saraniya dhamma tercermin dalam perilaku sangha vatthu yaitu: dana; piyavaca; atthacariya, dan samanattata. Penjelasan yang menegaskan bahwa kecerdasan interpersonal mahasiswa dapat ditumbuhkembangkan dengan memahami prinsip saraniya dhamma sebagai berikut: 1. Prinsip mettakaya kamma dalam penerapannya ditunjang oleh praktik atthacariya dan berperan dalam menumbuhkan social sensitivity. 2. Prinsip mettavaci kamma dalam penerapannya ditunjang oleh praktik piyavaca dan berperan dalam menumbuhkan social insight dan social communication. 3. Prinsip mettamano kamma dalam penerapannya ditunjang oleh praktik samanattata berperan dalam menumbuhkan social insight. 4. Prinsip sadharanabhogi dalam penerapannya ditunjang oleh praktik dana dan berperan dalam menumbuhkan social sensitivity. 5. Prinsip silasamannata dalam penerapannya ditunjang oleh praktik atthacariya dalam menumbuhkan social sensitivity, social insight, dan social communication. 6. Prinsip ditthisamanata dalam penerapannya ditunjang oleh samanatta dan berperan dalam menumbuhkan social insight. Secara keseluruhan hubungan ini dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut: Simpulan dan Saran Upaya menumbuhkan kecerdasan interpersonal mahasiswa dapat dilakukan dengan memahami prinsip saraniya dhamma. Melalui pemahaman prinsip saraniya dhamma dengan baik yaitu enam prinsip yang membawa pada keharmonisan hidup yang terdiri

12 dari: mettakaya kamma, mettavaci kamma, mettamano kamma, sadharanabhogi, silasamannatta, dan ditthisamanatta, mahasiswa dapat menerapkan dan mempraktikkannya dalam wujud perilaku baik dalam hidup sehari- hari (sangha vatthu). Dengan melaksanakan dan menerapkan enam prinsip saraniya dhamma dalam kehidupan sehari-hari ketiga dimensi kecerdasan interpersonal dapat dicapai dan dikembangkan. Ketiga dimensi kecerdasan interpersonal ini adalah: social sensitivity, social insight, dan social communication. Dengan tercapainya kriteria dalam ketiga dimensi kecerdasan interpersonal ini menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Jadi, pemahamanan terhadap prinsip saraniya dhamma sangat berperan penting dalam menumbuhkan kecerdasan interpersonal mahasiswa. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan kepada seluruh generasi muda umat Buddha khususnya dan seluruh masyarakat pada umumnya, agar dapat mempelajari, memahami dan menerapkan prinsip saraniya dhamma dalam keseharian dengan baik dan benar. Melalui penerapan prinsip saraniya dhamma dan sangha vatthu ini, diharapkan para generasi muda dapat menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan interpersonal dengan baik, mengingat pentingnya peran kecerdasan interpersonal pada masa kini. Dengan kecerdasan interpersonal yang semakin baik dan berkualitas, penulis berharap dapat menjadi modal bagi para generasi muda penerus pemimpin bangsa agar dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, sehingga peran mereka dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bagi semua makhluk.

13 Daftar Pustaka Ahmadi, A Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rieka Cipta. Ajahn Chah Hidup Sesuai Dhamma. Thailand: Dian Dharma. Daradjat, Z Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung. Desmita Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Feist, J. dan Feist, G.J Theories of Personality. Jakarta: Salemba Humanika. Gardner, H Multiple Intelligences. Batam Centre: Interaksa. John, A How to Develop a Powerful Personality. Surabaya: Portico Publishing. Kaharudin, J Attha Dhamma. Cetakan pertama. Tangerang: Vihara Padumuttara. Kirthisinghe, B.P Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Penerbit Arya Surya Candra. Mehm Tin Mon Kamma The Real Creator. Jakarta: Yayasan Hadaya Vatthu. Mulyati Psikologi Belajar. Cetakan pertama.cv. Yogyakarta: Andi Offset. Narada Sang Buddha dan Ajaran-Ajarannya II. Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama. Prasetyo, J.J.R. dan Andriani, Y Multiply Your Multiple Intelligences. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Rachmani, I.F., dkk Multiple Intelligences. Jakarta: PT. Aspira Pemuda. Rashid,T.S.M Sila dan Vinaya. Jakarta: Penerbit Buddhis Bodhi. Riduwan Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suprayogo, I. dan Tobroni Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sanjivaputta, J Manggala Berkah Utama. Jakarta: Lembaga Pelestari Dhamma. Saraswati,S Cara Mudah Menyusun Proposal, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group. Sugiyono Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Supratiknya, A Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius. Tim Penerjemah Numerical Discourses of the Buddha An Anthology of Suttas from the Anguttara Nikaya. Klaten: Vihara Boddhiwamsa Wisma Dhammaguna. Vajirananavarorasa, P Dhamma Vibhanga. Yogyakarta: Vidyasena Vihara Vidyaloka. Widya Dharma,S Dhamma Sari. Jakarta: Cetiya Vatthu Daya. Wowor, C Kitab Suci Sutta Pitaka III. Jakarta: Departemen Agama.

Soal-soal Cetasika (2) Dhammavihārī Buddhist Studies

Soal-soal Cetasika (2) Dhammavihārī Buddhist Studies Soal-soal Cetasika (2) Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id 1.Pandangan-salah adalah salah satu dari properti mental. Ada berapa citta berasosiasi dengan pandangan-salah? Sebutkan! Pandangan-salah

Lebih terperinci

Pengelolaan Mental agar Siap Menghadapi Masalah Kehidupan

Pengelolaan Mental agar Siap Menghadapi Masalah Kehidupan Pengelolaan Mental agar Siap Menghadapi Masalah Kehidupan Vihara Dharma Bhakti, 07 Des 2012 Oleh: Budiman Jayaputra Pendahuluan Mental??? Mgp mental selalu gelisah??? Ukuran bahagia??? Mental (Psikiatri

Lebih terperinci

D. ucapan benar E. usaha benar

D. ucapan benar E. usaha benar 1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang

Lebih terperinci

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Meditasi Oleh : Taridi (0104510015) KTP Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Kompetensi Dasar Mendeskripsikan meditasi sebagai bagian dari jalan mulia berunsur delapan.

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

Citta adalah keadaan yang mengetahui objek atau keadaan yang menerima, mengingat, berfikir dan mengetahui objek.

Citta adalah keadaan yang mengetahui objek atau keadaan yang menerima, mengingat, berfikir dan mengetahui objek. Citta adalah keadaan yang mengetahui objek atau keadaan yang menerima, mengingat, berfikir dan mengetahui objek. Adalah sankhata dhamma, tertampak dilahirkan, tertampak dilahirkan, tertampak lenyapnya

Lebih terperinci

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para 1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini

Lebih terperinci

PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA

PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA 1. Raja Sudhodhana mengundang 108 pertapa/brahmana, diantara 108 pertapa itu ada 8 orang pertapa bijak 2. Salah satu orang bijak adalah Kondanya 3.

Lebih terperinci

Abhidhammatthasaṅgaha. Dhammavihārī Buddhist Studies

Abhidhammatthasaṅgaha. Dhammavihārī Buddhist Studies Abhidhammatthasaṅgaha Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Cetasika (Faktor-faktor Mental) Abhidhammatthasaṅgaha: Lima puluh dua dhamma yang terkait dengan kesadaran, yang muncul dan lenyap

Lebih terperinci

TANYA JAWAB DI GROUP ABHIDHAMMA

TANYA JAWAB DI GROUP ABHIDHAMMA TANYA JAWAB DI GROUP ABHIDHAMMA (Pada tanggal 30 Nopember 2016 terjadi tanya-jawab antara Ashin Kheminda dan murid-murid Abhidhamma. Tanya-jawab ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman para murid tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-4 Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Definisi Bhikkhu Leher-Kuning Anggota-anggota dari silsilah Buddha Gotama yang berleherkuning,

Lebih terperinci

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1)

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kesadaran Indah-Lingkup Inderawi Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Saṅgaha: Pāpāhetukamuttāni, sobhanānīti vuccare. Ekūnasaṭṭhi cittāni, athekanavutīpi vā.

Lebih terperinci

4. Sebutkan apa yang termasuk dalam catuparamatthadhammā! Yang termasuk catuparamatthadhammā adalah : Citta, Cetasika, Rūpa dan Nibbāna.

4. Sebutkan apa yang termasuk dalam catuparamatthadhammā! Yang termasuk catuparamatthadhammā adalah : Citta, Cetasika, Rūpa dan Nibbāna. Soal dan jawaban pendalaman materi kelas Murid Berbagi I. 1. Ada berapa agregat pada makhluk yang lahir di alam binatang? Sebutkan! Ada lima agregat, yaitu : A. Rūpakkhandha agregat materi B. Vedanākkhandha

Lebih terperinci

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) 1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal 2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan

Lebih terperinci

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! SĪLA-2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Murid-buangan (Upāsakacaṇḍāla) Vs Murid-permata (upāsakaratana) Murid buangan atau pengikut-yang-ternoda (upāsakamala) atau pengikut-kelas-bawah

Lebih terperinci

Sobhanacetasika (3) Dhammavihārī Buddhist Studies

Sobhanacetasika (3) Dhammavihārī Buddhist Studies Sobhanacetasika (3) Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Abhidhammatthasaṅgaha: (1) Ucapan-benar; (2) Perbuatan-benar; (3) Penghidupan-benar. Ketiganya dinamakan pantangan. (Sammāvācā sammākammanto

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015 Dhamma Inside Vol. 23 - Oktober 2015 Bersikap Ramah Standar Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri Bersikap Ramah Oleh : Bhikkhu Santacitto Pada umumnya, ramah dipahami sebagai sikap positif yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang dimiliki individu di mana perilaku itu akan muncul pada waktu individu itu berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

SIKAP MENTAL. BA-MKU Kwu UNS- Solo MEDIA PRESENTASI MK. KEWIRAUSAHAAN Universitas Sebelas Maret Solo 2008

SIKAP MENTAL. BA-MKU Kwu UNS- Solo MEDIA PRESENTASI MK. KEWIRAUSAHAAN Universitas Sebelas Maret Solo 2008 SIKAP MENTAL BA-MKU Kwu UNS- Solo 2008 MEDIA PRESENTASI MK. KEWIRAUSAHAAN Universitas Sebelas Maret Solo 2008 Tiga unsur penting dalam tata perekonomian Indonesia (sektor : negara, swasta dan koperasi).

Lebih terperinci

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-3 Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD 1 Pandangan Tentang Dāna Kaum materialis: Dāna tidak ada buah karena tidak ada kehidupan setelah ini. Kaum Theis:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan...

Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan... Lesson 12 for December 23, 2017 ALLAH Roma 12:1-2 Roma 13:11-14 KEDATANGAN YESUS YANG KEDUA KALI HUKUM TAURAT Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan... GEREJA ORANG LAIN

Lebih terperinci

Abhidhammatthasaṅgaha

Abhidhammatthasaṅgaha Abhidhammatthasaṅgaha Bhūmibhedacitta Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Klasifikasi Kesadaran Berdasarkan Tingkatannya Saṅgaha: Disana, pertama-tama, kesadaran dibagi menjadi empat,

Lebih terperinci

Akusalacetasika. Dhammavihārī Buddhist Studies

Akusalacetasika. Dhammavihārī Buddhist Studies Akusalacetasika Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Abhidhammatthasaṅgaha: (1) Delusi, (2) ketidak-maluan, (3) ketidak-takutan akan perbuatan tidak-baik, (4) kegelisahan, (5) keserakahan,

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015 Dhamma Inside Vol. 22 - September 2015 Kematian Yang Indah Akhir dari Keragu-raguan Orang-orang Kematian Yang Indah Oleh : Bhikkhu Santacitto Kematian adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh siapapun,

Lebih terperinci

"Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan."

Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan. "Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan." SOPAN SANTUN Nilai sopan santun sangat kurang dihargai. Banyak orang yang baik hatinya kurang memiliki tingkah laku yang baik. Banyak orang dihormati karena

Lebih terperinci

Seni Menata Hati Dalam Bergaul

Seni Menata Hati Dalam Bergaul Seni Menata Hati Dalam Bergaul Oleh : Turmudi Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya

Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya ABSTRAK Tujuan artikel ini adalah untuk melihat uniknya perkembangan agama Buddha yang sangat harmonis dan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas merumuskan tujuan pada Bab II, Pasal

Lebih terperinci

Mahā Maṅgala Sutta (1)

Mahā Maṅgala Sutta (1) Mahā Maṅgala Sutta (1) Azimat Buddhis Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Pseudo Sebab-Akibat Jangan memindah guci-abu-jenasah yang sudah disimpan di vihāra. Penempatan guci-abu. Ibu mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA (Studi Kasus di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih Namo tassa bhagavato arahato sammā sambuddhassa. Pada kesempatan yang sangat baik ini saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran pengurus Dhammavihārī Buddhist Studies (DBS)

Lebih terperinci

Willy Yandi Wijaya. Pikiran Benar

Willy Yandi Wijaya. Pikiran Benar Willy Yandi Wijaya Pikiran Benar i PIKIRAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia yang bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain. Mereka membutuhkan orang lain untuk memenuhi

Lebih terperinci

REKREASI. "Segala sesuatu ada masanya. Page 1

REKREASI. Segala sesuatu ada masanya. Page 1 REKREASI "Segala sesuatu ada masanya. Page 1 Perbedaan Rekreasi & Hiburan Ada perbedaan yang nyata antara rekreasi dan hiburan. Bilamana sesuai dengan namanya, Rekreasi cenderung untuk menguatkan dan membangun

Lebih terperinci

KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD KEMUNCULAN TEORI KAMMA Ciri khas agama-agama di India sejak awal periode Vedic (1750-500

Lebih terperinci

Dāna. Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2. Pariyatti Sāsana hp ; pin. Sunday, October 13, 13

Dāna. Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2. Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Sunday, October 13, 13 Dāna Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Dāna Mahapphala Sutta Vaṇṇanā Cittālaṅkāracittaparikkhāranti samathavipassanācittassa alaṅkārabhūtañceva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai generasi penerus. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

Lebih terperinci

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu? TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007 Menimbang : Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jl. Agung Permai XV/12 Jakarta 14350 Vihara Mendut, Kotak Pos 111, Kota Mungkid 56501 Magelang KEPUTUSAN SIDANG Nomor : 01/PA/VII/2007 TATA TERTIB SIDANG MAHASANGHASABHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan bagian dari sistem pembangunan Nasional Indonesia, karena itu pendidikan mempunyai peran dan tujuan untuk mencerdasan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK KARAKTER YANG BAIK dan KARAKTER SEPERTI KRISTUS, apa bedanya? Oleh : G.I. Magdalena Pranata Santoso, D.Min. Pendahuluan Meskipun akhir-akhir ini semakin banyak orang tua

Lebih terperinci

1. Mengapa bermeditasi?

1. Mengapa bermeditasi? CARA BERMEDITASI 1. Mengapa bermeditasi? Oleh: Venerable Piyananda Alih bahasa: Jinapiya Thera Dalam dunia ini, apakah yang dicari oleh kebanyakan orang dalam hidupnya? Sebenarnya, mereka ingin mencari

Lebih terperinci

INTERNALISASI NILAI-NILAI KARAKTER BUDDHIS DI SD DHARMA PUTRA TANGERANG ARTIKEL SKRIPSI. Oleh AYU MUSTIKA SARI NIM

INTERNALISASI NILAI-NILAI KARAKTER BUDDHIS DI SD DHARMA PUTRA TANGERANG ARTIKEL SKRIPSI. Oleh AYU MUSTIKA SARI NIM INTERNALISASI NILAI-NILAI KARAKTER BUDDHIS DI SD DHARMA PUTRA TANGERANG ARTIKEL SKRIPSI Oleh AYU MUSTIKA SARI NIM 0250112010493 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN 2016 PERSETUJUAN

Lebih terperinci

PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA. Oleh : Jumadi NPM:

PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA. Oleh : Jumadi NPM: PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA Oleh : Jumadi NPM: 11110148 PROGRAM STUDI DHARMA ACARYA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA JINARAKKHITA

Lebih terperinci

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta)

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) 1 Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) Demikianlah telah saya dengar. Suatu ketika Bhagavan sedang berada di Kalantakanivapa, Hutan Bambu, di Rajagaha. Kemudian Samana Vacchagotta

Lebih terperinci

KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA

KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA PENDAHULUAN Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahaptahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

AN 7.63 Sutta Nagara: Benteng (Nagara Sutta: The Fortress)

AN 7.63 Sutta Nagara: Benteng (Nagara Sutta: The Fortress) 1 AN 7.63 Sutta Nagara: Benteng (Nagara Sutta: The Fortress) Para bhikkhu, jika benteng batas kerajaan dilengkapi dengan tujuh syarat untuk suatu benteng dan bisa mendapatkan empat jenis makanan sekehendak

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI Oleh: Eka Liliana Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra Abstrak Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam masyarakat. Melalui kemajuan teknologi,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

Surat Paulus kepada Titus

Surat Paulus kepada Titus Titus 1:1-4 1 Titus 1:6 Surat Paulus kepada Titus 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini diselenggarakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN BEKERJA UNTUK YANG KECANDUAN REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN Setiap reformasi yang benar mendapat tempat dalam pekerjaan keselamatan dan cenderung mengangkat jiwa kepada satu kehidupan yang baru

Lebih terperinci

Cetasika (2) Abhidhammatthasaṅgaha. Dhammavihārī Buddhist Studies

Cetasika (2) Abhidhammatthasaṅgaha. Dhammavihārī Buddhist Studies Cetasika (2) Abhidhammatthasaṅgaha Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Abhidhammatthasaṅgaha: (1) Penerapan-awal, (2) penerapan-terus-menerus, (3) keputusan, (4) energi, (5) kegembiraan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan menolong ini berarti memberikan sesuatu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai BAB I A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA BAHAN SHARING COOL PEMUDA Minggu I; Bulan: Februari 2011

DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA BAHAN SHARING COOL PEMUDA Minggu I; Bulan: Februari 2011 DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK Minggu I; Bulan: Februari 2011 BUAH ROH PENDAHULUAN Matius 12:33,35 :... a) Tuhan Yesus memberikan perumpamaan keberadaan manusia seperti sebuah pohon. Ada 2 jenis pohon yang

Lebih terperinci

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani Surat Paulus kepada Titus 1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba Allah dan rasul Kristus

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) Modul ke: 08 Udjiani Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Etika B. Etika Pancasila Hatiningrum, SH.,M Si Program Studi Manajemen A. Pengertian Etika. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dapat dikatakan dengan melakukan komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA Yogi Nopriyanto gigii_riyanto@yahoo.co.id Pendahuluan Manusia merupakan

Lebih terperinci

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136 1 Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136 1. Demikianlah telah saya dengar. Pada suatu waktu, Bhagavan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002 KEPUTUSAN Nomor : 02/PA/VII/2002 Tentang: PROGRAM KERJA LIMA TAHUN ( TAHUN 2002 2007 ) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Memperhatikan : Musyawarah dan mufakat dalam Mahã Sangha Sabhã (Pesamuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN A. Upaya Guru dalam Membentuk Kecerdasan Emosional Siswa di SMA N 1 Kajen Dalam pembentukan kecerdasan emosional

Lebih terperinci

AGAMA BUDDHA DAN IPTEK

AGAMA BUDDHA DAN IPTEK AGAMA BUDDHA DAN IPTEK NURWITO, S.Ag., M.Pd. UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Agama dan Iptek: Perkembangan iptek ternyata tidak sejalan perkembangan batin manusia Bahkan, ilmu pengetahuan dapat mengondisikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

KeterampilanInterpersonal dan Membangun Kepercayaan

KeterampilanInterpersonal dan Membangun Kepercayaan KeterampilanInterpersonal dan Membangun Afid Burhanuddin, M.Pd. GLOBALISASI KENISCAYAAN MAJU - SUKSES MUNDUR-HANCUR Afid Burhanuddin 1 Mereka yang gagal/ punah Tidak dapat beradaptasi Tidak dapat menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

Peran umat Buddha terhadap masyarakat ARNHANTYO DAMARSETO, SEMARANG

Peran umat Buddha terhadap masyarakat ARNHANTYO DAMARSETO, SEMARANG DPD Patria Sumatera Utara Juara Harapan I Lomba Berkarya Dhamma Peran umat Buddha terhadap masyarakat ARNHANTYO DAMARSETO, SEMARANG www.patria.or.id Page 1 Era globalisasi saat ini dapat dilihat sangat

Lebih terperinci

TIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN

TIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN Hai Saudara-saudari Se-Dhamma Marilah kita melatih diri menjalankan Atthangasila di hari Uposatha-sila di bulan Oktober 2008 {06(8), 13(15), 21(23), 29(1)}. Selamat menjalankan Uposatha-sila (Pengamalan

Lebih terperinci

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Artikel MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Sunartiningsih, SE Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa keluarga sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur. book Bakti Kepada Bakti Kepada Orangtua merupakan paduan ajaran klasik Buddha yang inspiratif dengan tampilan modern yang atraktif, sehingga merupakan sarana efektif untuk: membelajarkan sifat luhur sejak

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XI/IV Alokasi Waktu : 120 menit Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings)

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Ada beberapa alasan dari tidak tercapainya Dhamma Mulia. Sebuah contoh dari tidak terealisasinya Dhamma Mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya

Lebih terperinci

Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA

Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA OLEH: SACCA HANDIKA MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA SACCA HANDIKA ABSTRAK

Lebih terperinci

Sampayoganaya Metode Asosiasi (2) Dhammavihārī Buddhist Studies

Sampayoganaya Metode Asosiasi (2) Dhammavihārī Buddhist Studies Sampayoganaya Metode Asosiasi (2) Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Abhidhammatthasaṅgaha: 28.Sobhanesu pana sobhanasādhāraṇā tāva ekūnavīsatime cetasikā sabbesupi ekūnasaṭṭhisobhanacittesu

Lebih terperinci

62 PANDANGAN SALAH (3) Dhammavihārī Buddhist Studies

62 PANDANGAN SALAH (3) Dhammavihārī Buddhist Studies 62 PANDANGAN SALAH (3) D. PAHAM PENYANGKALAN TANPA AKHIR Amarāvikkhepavāda Para bhikkhu, beberapa pertapa dan Brahmana seperti belut yang menggeliat. Pada saat ditanya tentang sesuatu, mereka menjawab

Lebih terperinci

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA 21 SERI BACAAN ORANG TUA Membangun Karakter Anak Usia Dini Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri. Apabila seorang remaja telah merasa dapat bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri. Apabila seorang remaja telah merasa dapat bertanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau diatas jembatan goyang, yang menghubungkan masa anak-anak yang penuh kebergantungan

Lebih terperinci

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih)

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Dari ceramah Dhamma Chanmyay Sayadaw pada retret meditasi vipassanā tanggal 2-3 Jan.2009 di Pusat Meditasi YASATI, Bacom, Cianjur,

Lebih terperinci