BAB IV TINJAUAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN KALUNGHARJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV TINJAUAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN KALUNGHARJO"

Transkripsi

1 BAB IV TINJAUAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN KALUNGHARJO Bab ini berisi mengenai gambaran umum Kawasan Minapolitan Kalungharjo. Gambaran umum Kawasan Minapolitan diuraikan untuk masing masing aspek di mana tiap aspek akan dijabarkan lagi untuk masing- masing variabel. Pada bab ini juga berisi mengenai analisis yaitu analisis kesesuaian pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo terhadap Konsep Minapolitan Berkelanjutan Gambaran Umum Kawasan Minapolitan Kalungharjo Kabupaten Klaten Gambaran Umum Kawasan Minapolitan Kalungharjo didiskripsikan masing- masing aspek yakni fisik, ekonomi dan sosial yang mana pada masing- masing aspek dijelaskan pula untuk masing- masing sub variabel Aspek Fisik Kawasan Minapolitan Kalungharjo Kabupaten Klaten a) Guna Lahan Kawasan Minapolitan Kalungharjo terbagi atas tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Tulung, Kecamatan Karanganom dan Kecamatan Polanharjo. Berikut merupakan batas wilayah Kawasan Minapolitan Kalungharjo : Sebelah Utara : Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Desa Sidoarjo, Desa Kebonarjo, Desa Wangen, Desa Karanglo, Desa Turus Sebelah Selatan : Desa Ngabean, Desa Pondok Sebelah Barat : Desa Kucangmiliran, Desa Cokro, Desa Dalangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo dengan sebesar 975,01 Ha memiliki komoditas unggulan ialah ikan nila merah. Berikut merupakan tabel luas wilayah penelitian : Tabel 4.1 Luas Wilayah Penelitian No Kecaatan Desa Luas Wilayah (Ha) 1. Tulung Daleman 175,30 Wunut 110,20 2. Karanganom Jeblog 71,51 Janti 148,32 Sidowayah 227,85 3. Polanharjo Jimus 89,80 Nganjat 74,34 Ponggok 85,07 Jumlah 975,01 Sumber : BPS Kabupaten Klaten,

2 Gambar 4.1PETA ADMINISTRASI 57

3 Gambar 4.2 PETA GUNA LAHAN 58

4 b) Sarana Penunjang Sarana penunjang Kawasan Minapolitan Kalungharjo terdiri dari sarana permodalan, sentra produksi, sentra pengolahan dan sentra pemasaran. Berikut merupakan data yang diperoleh dari lapangan: 1) Sarana Permodalan Sarana permodalan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sarana permodalan yang digunakan masyarakat untuk mengembangkan usaha perikanan yang bias berupa bank, koperasi, bantuan modal, dan kerjasama modal. Indikator untuk sarana permodalan ada tiga yaitu 1) Modal sendiri/pribadi, 2) Hanya salah satu dari Bank/koperasi atau bantuan modal/kerja sama modal dan 3) Bank/koperasi dan bantuan modal/kerja sama modal. Berikut merupakan data yang telah diperoleh di lapangan terkait dengan sarana permodalan: Tabel Resume 4.2 Sarana Permodalan Kawasan Minapolitan Kalungharjo No Jawaban pada kuesioner Jumlah 1. Modal sendiri/pribadi Salah satu dari Bank/koperasi atau bantuan modal/kerja sama modal Bank/koperasi dan bantuan modal/kerja sama modal 3 Sumber :Kuisioner,2015 JUMLAH 85 Diagram Sarana Permodalan 3% Modal sendiri 46% 51% Hanya salah satu dari Bank/koperasi atau bantuan modal/kerjasama modal Bank/koperasi dan bantuan modal/kerjasama modal Gambar 4.3 Diagram Sarana Permodalan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Sumber :Kuesioner,2015 Dari tabel dan diagaram di atas dapat disimpulkan bahwa sarana permodalan yang digunakan oleh masyarakat untuk mengembangkan usaha perikanan di Kawasan Minapolitan Kalungharjo mayoritas ialah termasuk dalam indikator 59

5 pertama yaitu dengan modal sendiri sebanyak 45 orang atau sebesar 51% dan yang paling sedikit ialah sumber permodalan yang berasal dari bank/koperasi dan bantuan modal/ kerja sama modal yakni sebanyak 3 orang atau sebesar 3% yang biasanya adalah para petani ikan yang mempunyai banyak kolam sehingga memerlukan lebih banyak modal. Selain itu para petani hanya mengambil modal dari salah satu dari bank atau kerja sama modal dengan investor dan selebihnya menggunakan modal pribadi karena belum berani mengambil modal dari bank. 2) Sentra Produksi Sentra produksi yang dimaksud dalam penelitian ini ialah unit pembenihan/pembibitan dan pembudidayaan. Berikut merupakan tabel perkembangan luas areal objek perikanan dan jenisnya di Kawasan Minapolitan Kalungharjo per Kecamatan mulai dari tahun 2011 sampai 2015: Tabel 4.3 Perkembangan Luas Areal Objek Perikanan (Kolam Ikan) Tahun No Kecamatan POLANHARJO 29,79 30,23 30,25 30,69 31,00 2 KARANGANOM 13,67 13,67 13,70 13,76 13,81 3 TULUNG 5,87 6,88 7,32 8,06 8,22 JUMLAH 49,33 50,78 51,27 52,51 53,03 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten,2015 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun sentra produksi terus mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan semakin luasnya areal objek perikanan khususnya kolam dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena hampir di semua desa di kawasan minapolitan tiap tahunnya mendapat bantuan kolam dari pemerintah rata-rata dua kolam per tahunnya. 54 Grafik Perkembangan Luas Areal Objek Perikanan (Kolam Ikan) Tahun

6 3) Sentra Pengolahan Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Luas Areal Objek Perikanan Tahun Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten,2015 Sentra pengolahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sentra pengolahan perikanan berupa rumah olahan ikan, restoran atau rumah makan ikan. Berikut merupakan data yang diperoleh di lapangan: Tabel 4.4 Perkembangan Sentra Pengolahan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Tahun No Kecamatan Desa Jumlah * 1 Polanharjo Ponggok Nganjat Jimus Janti Sidowayah Karanganom Jeblog Tulung Daleman Wunut Jumlah Total *Keterangan: Data sampai Bulan Juni Sumber : Pemerintah Desa di Kawasan Minapolitan Kalungharjo,2015 Dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2011 hingga 2015 mengalami peningkatan jumlah sentra pengolahan berupa restoran atau rumah makan ikan di Kawasan Minapolitan Kalungharjo. Kenaikan jumlah restoran atau rumah makan ikan tertinggi terjadi pada tahun ) Sentra Pemasaran Sentra pemasaran yang dimaksud dalam kawasan minapolitan adalah berupa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) atau pasar ikan/koperasi ikan, ditambah dengan distributor atau pedagang ikan baik pedagang besar, pedagang pengumpul, dan pedagang eceran yang ada di kawasan minapolitan, restoran/rumah makan ikan juga merupakan salah satu cara pemasaran. Data yang dibutuhkan adalah jumlah sentra pemasaran yang bisa digunakan oleh masyarakat yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil observasi lapangan. Berikut merupakan data yang diperoleh di lapangan: Tabel 4.5 Jumlah Sentra Pemasaran No Sentra Pemasaran Jumlah 1. Tempat Pelelangan Ikan/ Pasar Ikan atau Koperasi Ikan - 2. Distributor atau Pedagang Ikan (baik besar, 11 pengumpul, dan pengecer) 3. Restoran/ Warung Makan Ikan 19 Sumber: Wawancara dan Observasi Lapangan,

7 Aspek Ekonomi Kawasan Minapolitan Kalungharjo Kabupaten Klaten a. Pendapatan masyarakat Pendapatan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan masyarakat lokal di Kawasan Minapolitan yang bersumber dari bisnis perikanan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Berikut merupakan data mengani pendapatan masyarakat: Tabel Resume 4.7 Pendapatan Masyarakat Kawasan Minapolitan Kalungharjo No Jawaban Kuesioner Jumlah 1. Rata-rata mengalami penurunan Rata-rata tetap atau stabil, tidak mengalami peningkatan atau penurunan yang signifikan Rata-rata mengalami peningkatan 27 JUMLAH 85 Sumber :Kuisioner,2015 Dalam kurun waktu lima tahun pendapatan masyarakat yang bersumber dari bisnis perikanan mayoritas adalah tetap atau stabil, tidak mengelami peningkatan dan penurunan yang signifikan yaitu sebanyak 35 responden atau sebesar 41 % menyatakan bahwa pendapatan mereka selama lima tahun terakhir ialah tetap. Kemudian sebanyak 23 responden menyatakan pendapatan mereka selama lima tahun terakhir ialah mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena beberapa petani ikan kesulitan dalam hal permodalan, kebanyakan petani ikan yang mengalami penurunan adalah yang berada di Desa Janti. Pendapatan Masyarakat Rata-rata mengalami penurunan 32% 41% 27% Rata-rata tetap atau stabil, tidak mengalami peningkatan atau penurunan yang signifikan Rata-rata mengalami peningkatan Gambar 4.7 Diagram Pendapatan Masyarakat Dalam Kurun waktu 5 Tahun Kawasan Minapolitan Kalungharjo Sumber commit :Kuisioner,2015 to user 62

8 b. Lapangan Pekerjaan Lapangan pekerjaan yang dimaksud di sini ialah Penyerapan tenaga kerja penduduk lokal untuk bekerja pada sektor perikanan di Kawasan Minapolitan. Dengan kata lain sebagian besar penduduk yang bekerja di sektor perikanan di Kawasan Minapolitan berasal dari desa-desa yang berada di Kawasan Minapolitan tersebut. Berikut merupakan data jumlah pekerja yang bekerja di sektor perikanan di kawasan minapolitan Kalungharjo: Tabel 4.8 Jumlah Pekerja yang bekerja di Sektor Perikanan di Kawasan Minapolitan Kalungharjo: No Desa Jumlah Pekerja Asal Pekerja 1 Janti Ponggok 74 3 Nganjat 82 4 Jimus 37 5 Sidowayah 45 6 Jeblog 49 7 Daleman 43 8 Wunut 55 Sumber:Pemerintah Desa di Kawasan Minapolitan Kalungharjo,2015 Penduduk Lokal Kawasan Minapolitan Kalungharjo Berdasarkan hasil wawancara kepada Pemerintah Desa yang berada di Kawasan Minapolitan Kalungharjo bahwa keseluruhan pekerja yang bekerja pada sektor perikanan merupakan penduduk lokal yang berasal dari kedelapan desa yang ada di Kawasan Minapolitan Kalungharjo itu sendiri. Terlihat pada gambar 4.7 bahwa jumlah pekerja yang paling banyak ialah tenaga kerja yang bekerja di desa Janti sebanyak 204 pekerja atau sebesar 35%. Sedangkan untuk proporsi jumlah tenaga kerja yang paling sedikit ialah tenaga kerja di desa Daleman sebanyak 43 orang atau sebesar 7%. PROPORSI JUMLAH TENAGA KERJA PER-DESA DI KAWASAN MINAPOLITAN KALUNGHARJO 9% 7% 35% 8% 8% 6% 14% 13% Janti Ponggok Nganjat Jimus Sidowayah Jeblog Daleman Wunut c. Pendapatan Kawasan Gambar 4.8 Diagram Proporsi Jumlah Tenaga Kerja Per- Desa di Kawasan Minapolitan Kalungharjo Sumber :Pemerintah Desa,,2015 Pendapatan daerah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bisnis perikanan di kawasan Minapolitan dapat meningkatkan pendapatan desa yang berada di kawasan 63

9 Minapolitan tersebut. Berikut merupakan data perkembangan pendapatan desa di Kawasan Minapolitan Kalungharjo tahun : No Tabel 4.9 Pendapatan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Berdasarkan Desa Tahun Desa Pendapatan Desa (Rupiah) Janti Ponggok Nganjat Jimus Sidowayah Jeblog Daleman Wunut JUMLAH Sumber: Pemerintah Desa di Kawasan Minapolitan Kalungharjo,2015 Kelompok Buduidaya Ikan Kawasan Minapolitan Kalungharjo,2015 BUMDes Tirta Mandiri, Grafik Perkembangan Pendapatan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Tahun Gambar 4.9 Grafik Perkembangan Pendapatan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Tahun Sumber :Pemerintah Desa,,2015 Pendapatan desa-desa rata-rata meningkat karena sejalan dengan bertambahnya kolam dari bantuan dari pemerintah, pendapatan desa-desa ini berasal dari menyewakan paket kolam untuk masyarakat untuk digunakan sebagai usaha perikanan. 64

10 d) Jaringan Hulu-hilir Jaringan hulu hilir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kerja sama atau jaringan antara: Sub sistem hulu (penelitian dan pengadaan benih) Sub sistem produksi (budidaya) Sub sistem hilir (pengolahan dan pemasaran) dan ditambah Sub sistem penunjang (permodalan dan penyuluhan/pelatihan) Untuk variabel jaringan hulu hilir terdapat tiga indikator,yakni 1) Tidak ada kerja sama dengan pihak lain, 2) terjadi kerjasama dengan 2 3 dari empat pihak (Pembenihan, pembesaran, pengolahan/pemasaran, dan permodalan) dan 3) terjadi kerjasama antar 4 dari empat pihak (pembenihan, pembesaran, pengolahan/pemasaran, dan permodalan). Berikut merupakan data yang telah diperoleh di lapangan terkait dengan jaringan huluhilir: Tabel Resume 4.6 Jaringan Hulu- Hillir Kawasan Minapolitan Kalungharjo No Jawaban Kuesioner Jumlah 1. Tidak ada kerja sama dengan pihak lain 0 2. Terjadi kerjasama 2 3 dari empat pihak atau subsistem Terjadi 4 dari empat pihak (pembenihan, pembesaran, pengolahan/pemasaran, dan permodalan 38 JUMLAH 85 Sumber :Kuisioner,2015 Jaringan Hulu- Hilir 0% Tidak ada kerja sama dengan pihak lain 45% 55% terjadi kerja sama antara 2 3 dari empat pihak atau sub sistem terjadi kerjasama antara 4 empat pihak atau sub sistem Gambar 4.6 Diagram Jaringan Hulu- hilir Kawasan Minapolitan Kalungharjo Sumber :Kuisioner,2015 Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa untuk variabel jaringan hulu hilir hanya terdapat dua indikator yang commit dipilih to user oleh responden yaitu masyarakat lokal. Sebanyak 47 responden atau sebesar 55% menyatakan bahwa kerja sama yang ada 65

11 dengan 2 3 dari empat pihak (Pembenihan, pembesaran, pengolahan/pemasaran, dan permodalan). Selanjutnya sebanyak 38 responden atau sebesar 45% menyatakan bahwa kerjasama yang ada antara empat pihak (pembenihan, pembesaran, pengolahan/pemasaran, dan permodalan Aspek Sosial Kawasan Minapolitan Kalungharjo Kabupaten Klaten a. Kelembagaan Kelembagaan yang dimaksud di sini adalah kelembagaan pelaku utama kegiatan perikanan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) yang aktif berjalan dalam mengelola kawasan minapolitan (KepMen No.14 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Penumbuhan Dan Pengembangan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan). Untuk mengetahui keaktifan lembaga pelaku utama kegiatan perikanan dalam hal ini pokdakan maka dilakukan wawancara kepada masing-masing ketua Pokdakan. Dari hasil lapangan diketahui bahwa hanya terdapat delapan pokdakan dari 12 pokdakan atau sebesar 70% yang berada di Kawasan Minapolitan Kalungharjo yang aktif dalam mengelola Kawasan Minapolitan Kalungharjo sementara sisanya yakni 4 atau sebesar 30% podakan tidak aktif. Tabel 4.10 Keaktifan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan Kawasan Minapolitan Kalungharjo No. Pokdakan Keterangan 1 Nila Sari Aktif, pertemuan rutin satu bulan sekali 2 Mina Mandiri Aktif, pertemuan rutin dua bulan sekali 3 Wahyu Tirta Aktif, pertemuan rutin dua bulan sekali 4 Mina Makmur Aktif, pertemuan rutin satu bulan sekali 5 Mina Sari Mulya Tidak aktif (Vakum) 6 Bogo Raharjo Tidak aktif (Vakum) 7 Nila Sejahtera Tidak aktif (Vakum) 8 Mina Sejahtera Tidak aktif (Vakum) 9 Gemahripah Aktif, pertemuan rutin enam bulan sekali 10 Mina Dumbo Lestari Aktif, pertemuan rutin satu bulan sekali 11 Dharma Mina Tani Aktif, pertemuan rutin enam bulan sekali 12 Karya Mandiri Aktif, pertemuan rutin satu bulan sekali Jumlah Sumber :Pokdakan di Kawasan Minapolitan b. Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Peran serta masyarakat dalam merencanakan dan mengelola commit to Kawasan user Minapolitan. Terdapat tiga indikator untuk variabel kesejahteraan masyarakat yaitu 1 (Masyarakat tidak pernah ikut serta dalam 66

12 merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan Kalungharjo), 2 (Masyarakat pernah ikut serta dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan) dan 3 (Masyarakat sering ikut serta dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan). Berikut merupakan data yang telah diperoleh di lapangan terkait dengan partisipasi masyarakat dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan): Tabel Resume 4.11 Partisipasi Masyarakat Dalam Merencanakan dan Mengelola Kawasan Minapolitan Kalungharjo No Jawaban Kuesioner Jumlah 1. Masyarakat tidak pernah ikut serta dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan Kalungharjo Masyarakat pernah ikut serta dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan Masyarakt sering ikut serta dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan 25 JUMLAH 85 Sumber :Kuisioner,2015 Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan Kalungharjo mayoritas penduduk lokal yang berprofesi sebagai petani ikan pernah ikut serta dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan. Salah satu bentuk merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan adalah Musrenbang, FGD, Musyawarah kelompok budidaya ikan dan Study banding ke Kawasan Perikanan lain. Hanya ada 16 penduduk lokal atau sebesar 19% yang bekerja di sektor perikanan yang tidak pernah ikut serta dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan Kalungharjo. Kebanyakan yang tidak pernah ikut serta dalam mengembangkan kawasan adalah mereka yang tidak ikut dalam paguyuban atau pokdakan. Partisipasi Masyarakat 29% 19% 52% Tidak pernah ikut serta Pernah ikut serta Sering ikut serta Gambar 4.10 Diagram Partisipasi Masyarakat 67

13 c. Peran Pemerintah Dalam Merencanakan dan Mengelola Kawasan Minapolitan Kalungharjo Sumber :Kuisioner,2015 Peran pemerintah yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kontribusi pemerintah dalam mengembangkan Kawasan Minapolitan Kalungharjo. Peran pemerintah dapat dibagi menjadi dua yakni bisa dilihat dari kontribusi pembiayaan serta dan program pengembangan. Kontribusi pembiayaan bisa berasal dari APBD, APBN, dan sumber-sumber pendanaan lain yang sah. Program Pengembangan yang dimaksud adalah program-program dari berbagai dinas atau instansi yang masuk ke Kawasan Minapolitan Kalungharjo. Berikut merupakan data yang diperoleh dari survei instansional dan wawancara. Tabel 4.12 Realisasi Program Pengembangan Beserta Instansi Pelaksana dan Sumber Pendanaannya di Kawasan Minapolitan Kalungharjo No Nama Program Lokasi Instansi Pelaksana 1. Peningkatan peralatan pengembangan kawasan budidaya perikanan 2. Pembangunan saluran irigasi tersier 3. Pembangunan kolam pembesaran ikan dan saluran irigasi tersier 4. Pengembangan dan peningkatan perluasan kesempatan kerja 5. Pembangunan jalan penghubung kampong lele 8 Desa di Kawasan Minapolitan Desa Wunut, Desa Daleman Desa Ponggok, Desa Nganjat, Desa Jeblog, Desa Sidowayah Desa Ponggok Desa Sidowayah 6. Penghijauan Desa Janti, Desa Sidowayah, Desa Ponggok 7. Pembuatan audio visual Seluruh kawasan untuk pemasaran kawasan minapolitan Dinas Pertanian Dinas Pertanian Dinas Pertanian Tahun Anggaran Jumlah Dana (Juta Rupiah) , , ,2 Sumber Dana DAK/ APBD ,8 APBN ,2 APBN Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi ,3 APBN Dinas Pekerjaan Umum DPID Badan Lingkungan Hidup Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olah Raga 8. Normalisasi sungai Desa Daleman Dinas Pekerjaan Umum 9. Pembangunan kantor Desa Ponggok Bapermas dan gudang BUMDes 10. Bantuan keuangan pada Desa Ponggok, commit Bapermas to user pemerintah desa Desa Nganjat, Desa Jeblog APBD ,5 APBD APBD APBD Prov APBD Provinsi 68

14 No Nama Program Lokasi Instansi Pelaksana 11. Pelatihan produksi pasca panen ikan tawar (pengolahan produk ikan tawar) 12. Perbaikan saluran air kekolam 13. Pengembangan system jaringan air bersih 14. Bantuan mesin pembuat pelet 15. Pelatihan pengolahan dan bantuan modal UED-SP 16. Pembuatan leaflet dan booklet untuk pemasaran kawasan minapolitan Desa Nganjat, Desa Jeblog Desa Ponggok, Desa Nganjat, Desa Daleman Desa Ponggok, Desa Nganjat, Desa Daleman Desa Nganjat Desa Jeblog Seluruh kawas an 17. Pembuatan Baliho Seluruh Kawasan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Dinas Pertanian Tahun Anggaran Jumlah Dana (Juta Rupiah) Sumber Dana APBD APBD Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Bapermas Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olah Raga APBD Provinsi APBD , 2012, 2013, 2014 Sumber :Review RPIJM Kawasan Minapolitan Kabupaten Klaten Tahun APBD Provinsi 25 APBD 2013, APBD Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa ada tujuh SKPD atau instansi pemerintah yang ikut berkontribusi dalam pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo yakni Dinas Pertanian, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olah Raga, Bapermas, dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi. Selain itu sumber pendanaannya berasal dari empat sumber yang berbeda yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), APBD Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID). d. Pelatihan Minabisnis Pelatihan Minabisnis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan kepada masyarakat tentang bisnis perikanan. Indikator untuk variabel pelatihan minabisnis terdiri dari tiga yaitu :1 (tidak pernah mengikuti pelatihan sama sekali),2 (Mengikuti 1-2 dari empat pelatihan yaitu pembenihan,pembesaran,pengolahan dan pelatihan),3 (Mengikuti 3-4 dari empat pelatihan yaitu pembenihan,pembesaran,pengolahan dan 69

15 pelatihan lainnya). Berikut merupakan data yang diperoleh di lapangan terkait dengan pelatihan minabisnis di Kawasan Minapolitan Kalungharjo: Tabel 4.13 Pelatihan Minabisnis Kawasan Minapolitan Kalungharjo No Jawaban Kuesioner Jumlah 1. Tidak pernah mengikuti pelatihan sama sekali Mengikuti 1-2 dari empat pelatihan yaitu pembenihan,pembesaran,pengolahan dan pelatihan Mengikuti 3-4 dari empat pelatihan yaitu pembenihan,pembesaran,pengolahan dan pelatihan) 34 Sumber :Kuisioner,2015 Pelatihan Minabisnis JUMLAH 85 40% 15% 45% Tidak pernah mengikuti pelatihan sama sekali 1 2 dari empat pelatihan (pembenihan, pembesaran, pengolahan/pemasaran dan pelatihan lainnya) 3 4 dari empat pelatihan (pembenihan, pembesaran, pengolahan/pemasaran,dan pelatihan lainnya) Gambar 4.11 Diagram Pelatihan Minabisnis Kawasan Minapolitan Kalungharjo Sumber :Kuisioner,2015 Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk lokal yang bekerja sebagai petani ikan yakni sebanyak 38 orang atau sebesar 45 % mengikuti pelatihan 1-2 dari empat macam pelatihan. Dan hanya terdapat 13 orang atau sebesar 15 % yang tidak pernah sama sekali mengikuti pelatihan Minabisnis di Kawasan Minapolitan Kalungharjo, biasanya mereka yang tidak pernah mengikuti pelatihan adalah mereka yang tidak tergabung dalam pokdakan atau paguyuban Analisis Kesesuaian Pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Kabupaten Klaten Terhadap Konsep Minapolitan Berkelanjutan Analisis kesesuaian Kesesuaian Pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Kabupaten Klaten Terhadap Konsep Minapolitan Berkelanjutan dilakukan 70

16 untuk keseluruhan variabel pada tiap- tiap aspek yakni fisik, lingkungan dan sosial. Berikut merupakan analisis pada setiap aspek: Kesesuain Aspek Fisik Kawasan Minapolitan Kalungharjo Terhadap Konsep Minapolitan a) Tata Guna Lahan - Kesesuaian Lahan Terhadap Peraturan Kesesuaian lahan terhadap peraturan merupakan kesesuaian penggunaan lahan yang biasanya dibedakan menjadi dua kategori yakni kawasan lindung dan budidaya harus sesuai dengan arahan pola ruang yang ditetapkan dalam peraturan. Dalam arahan pola ruang RTRW Kabupaten Klaten Tahun disebutkan bahwa kawasan lindung di antaranya sempadan sungai dan sempadan mata air. Untuk sempadan sungai tanpa tanggul ditetapkan bahwa jaraknya adalah 50 m, sedangkan untuk sempadan mata air ditetapkan jarak sejauh 200 m mengelilingi sumber mata air dan di arahkan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Untuk mengetahui kesesuaiannya makan dilakukan overlay peta arahan dengan kriteria seperti di atas untuk kawasan lindung terhadap peta eksisting penggunaan lahan dengan bantuan software ArcGIS. Dari perhitungan pada software ArcGIS diketahui bahwa luas kawasan lindung seharusnya adalah 178,16 ha. Sedangkan luas wilayah atau luas penggunaan lahan yang seharusnya difungsikan sebagai kawasan lindung (RTH) akan tetapi pada kenyataannya difungsikan untuk.permukiman adalah seluas 32,75 ha. Dengan kata lain penggunaan lahan yang penggunaannya tidak sesuai adalah kurang lebih 18,38%. (Analisis/ilustrasi lihat peta halaman selanjutnya). Sehingga dapat disimpulkan kesesesuaian lahan dengan peraturan adalah sebesar 81,62% yakni dikategorikan dalam kategori kesesuaian tinggi karena nilai menunjukkan antara 66,8 100%. - Kesesuaian Lahan Dengan Potensi Kesesuaian penggunaan lahan bisa dinilai dengan cara menghitung persentase luasan masing-masing penggunaan lahan pada kawasan minapolitan lalu dikalikan dengan skor tingkat kesesuaian lahan dengan potensi untuk pengembangan budidaya ikan, skor 3 dengan kesesuaian tinggi, skor 2 dengan kesesuaian sedang, skor 1 dengan kesesuaian rendah. Selain itu juga terdapat penggunaan lahan yang tidak dihitung skornya karena berfungsi sebagai pembatas. 71

17 Tabel 4.14 Perhitungan Skor Potensi Lahan Untuk Pengembangan Budidaya Ikan Nila di Kawasan Minapolitan Kalungharjo No. Penggunaan Lahan Keterangan Skor Luas (Ha) Persentase Luas (%) Total Skor 1. Belukar/semak Kesesuaian Tinggi Empang/Kolam Kesesuaian Tinggi 3 34,26 3,51% 10,53 3. Rumput Kesesuaian Tinggi Tegalan Kesesuaian Tinggi Sawah Kesesuaian Sedang 2 814,50 83,54% 167,08 6. Kebun Kesesuaian Rendah Pasir darat Kesesuaian Rendah Tanah berbatu Kesesuaian Rendah Hutan 10. Permukiman 11. Sungai Sumber : Analisis,2015 Pembatas (Tidak digunakan) Pembatas (Tidak digunakan) Pembatas (Tidak digunakan) ,25 12,95% Jumlah 177,61 Hasil skor perhitungan akhir adalah 177,61 maka kesesuaian lahan terhadap potensi pengembangan budidaya ikan nila adalah dikategorikan dalam kesesuaian sedang karena skor bernialai 100,1 x

18 GAMBAR 4.12 KESESUAIAN RTRW 73

19 GAMBAR 4.13 PETA BUFFER LINDUNG 74

20 PETA 4.14 BUFFER MATA AIR 75

21 PETA 4.15 BUFFER SUNGAI 76

22 PETA 4.15 kesesuaian potensi 77

23 b) Sarana Penunjang Sarana penunjang Kawasan Minapolitan Kalungharjo terdiri dari sarana permodalan,, sentra produksi, sentra pengolahan, dan sentra pemasaran. Berikut merupakan analisis kesesuaian masing- masing sarana berdasarkan konsep minapolitan berkelanjutan: - Kesesuaian Sarana Permodalan Tabel 4.15 Skoring Sarana Permodalan No Jawaban pada kuesioner Jumlah Skor Total Skor 1. Modal sendiri/pribadi Salah satu dari Bank/koperasi atau bantuan modal/kerja sama modal Bank/koperasi dan bantuan modal/kerja sama modal Sumber :Analisis,2015 dilakukan perhitungan sebagai berikut: JUMLAH Dari Tabel 4.15 bisa dilihat bahwa hasil skor perhitungan menunjukkan pada angka 130, sehingga dengan kata lain sub variabel sarana permodalan memenuhi indikator dengan kategori kesesuaian rendah karena skor perhitungan dari kesesuaian sarana permodalan adalah 85 x 141, 7. - Kesesuaian Sentra Produksi Untuk mengetahui tingkat kesesuaian sub variabel sentra produksi maka dilakukan perhitungan sebagai berikut: Tabel 4.16 Perhitungan Peningkatan Luas Kolam Tahun Luas (Ha) X5 = 49,33 X4 = 50,78 X3 = 51,27 X2 = 52,51 X1 = 53,03 Persentase Peningkatan X4 X5 X4 Rata-rata peningkatan Sumber: Analisis, % X3 X4 X3 100% X2 X3 X2 100% X1 X2 X1 100% 2,9% 1,0% 2,4% 1,0% 1,8% Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka untuk subvariabel sentra produksi dikategorikan pada kesesuaian sedang karena terjadi peningkatan ratarata jumlah luasan unit (kolam) pembibitan dan pembesaran sebesar 1,8% x 3,5%. - Kesesuaian Sentra Pengolahan Untuk mengetahui tingkat kesesuaian sub variabel sentra pengolahan maka 78

24 Tabel 4.17 Perhitungan Peningkatan Jumlah Sentra Pengolahan Tahun Jumlah X5 = 19 X4 = 20 X3 = 25 X2 = 26 X1 = 27 Persentase Peningkatan X4 X5 X4 Rata-rata peningkatan Sumber: Analisis, % X3 X4 X3 100% X2 X3 X2 100% X1 X2 X1 100% 5,0% 20,0% 3,8% 3,7% 8,1% Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka untuk subvariabel sentra pengolahan dikategorikan pada kesesuaian sedang karena terjadi peningkatan rata-rata jumlah sentra pengolahan ikan (rumah olahan ikan dan restoran/warung makan ikan) sebesar 6,8% x 13,5%. - Kesesuaian Sentra Pemasaran Setelah mendapatkan data terkait dengan sentra pemasaran yang didapat dari wawancara dan observasi lapangan kemudian dilakukan penilaian kesesuaian pada sub variabel sentra pemasaran dan hasilnya adalah masyarakat dapat memanfaatkan dua sentra pemasaran yakni memasarkan ke distributor atau pedagang ikan serta ke rumah makan ikan, tidak ada TPI atau pasar ikan pada kawasan minapolitan Kalungharjo, sehingga dalam hal ini kesesuaian sentra pemasaran termasuk dalam kesesuaian sedang. 79

25 GAMBAR 4.16 sebaran restoran 80

26 Dari variabel dan sub variabel di atas, berikut merupakan rangkuman skor yang diperoleh terkait pengembangan kawasan minapolitan Kalungharjo terkait aspek fisik. Tabel 4.19 Skor Kesesuaian Aspek Fisik Minapolitan Kalungharjo Terhadap Konsep Minapolitan No Variabel Sub Variabel Kesesuaian Skor 1. Tata Guna Lahan Kesesuaian dengan Peraturan Kesesuaian lahan dengan potensi Sedang 1 Sarana Permodalan Rendah 1 4 Tinggi Sentra Produksi Sedang 1 2. Sarana Penunjang 2 Sentra Pengolahan Sedang 1 2 Sentra Pemasaran Sedang 1 2 Sumber: Hasil Analisis, Kesesuain Aspek Ekonomi Kawasan Minapolitan Kalungharjo Terhadap Konsep Minapolitan - Pendapatan Masyarakat Dari data yang telah diperoleh di lapangan terkait dengan pendapatan masyarakat kemudian dilakukan penilaian untuk penghitungan skor guna mengetahui tingkat kesesuaian pada variabel pendapatan masyarakat. Tabel 4.20 Skoring Variabel Pendapatan Masyarakat No Jawaban Kuesioner Jumlah Skor Total Skor 1. Rata-rata mengalami penurunan Rata-rata tetap atau stabil, tidak mengalami peningkatan atau penurunan yang signifikan Rata-rata mengalami peningkatan Sumber :Analisis,2015 JUMLAH Dari Tabel 4.20 dapat dilihat bahwa hasil skor perhitungan menunjukkan pada angka 174, sehingga dengan kata lain variabel ini memenuhi indikator dengan kategori kesesuaian sedang karena skor perhitungan dari kesesuaian pendapatan masyarakat adalah 141,8 x 198,5. - Lapangan Pekerjaan Kesesuian untuk lapangan pekerjaan diketahui dari persentase tenaga kerja dari masyarakat setempat yang bekerja pada sektor perikanan terhadap jumlah total tenaga kerja yang bekerja pada sektor perikanan di Kawasan Minapolitan Kalungharjo. Dari data yang diperoleh commit to di user lapangan tenaga kerja yang bekerja pada sektor perikanan 100% merupakan penduduk lokal di sekitar kawasan minapolitan. 81

27 Berdasarkan hasil tersebut maka untuk variabel lapangan pekerjaan dikategorikan dalam kesesuaian tinggi. - Pendapatan Kawasan Untuk mengetahui tingkat kesesuaian pendapatan kawasan maka dilakukan perhitungan sebagai berikut: Tabel 4.21 Perhitungan Pendapatan Kawasan Tahun X5 X4 X3 X2 = = = = Pendapatan (Rupiah) Persentase Peningkatan X4 X5 X4 Rata-rata peningkatan Sumber: Analisis, % X3 X4 X3 100% X2 X3 X2 100% X1 X2 X1 X1 = % 1,3% 0,2% 1,8% 1,2% 1,1% Dari perhitungan di atas maka untuk subvariabel dikategorikan pada kesesuaian rendah karena terjadi peningkatan rata-rata jumlah luasan unit (kolam) pembibitan dan pembesaran sebesar x 1,7%. - Jaringan Hulu- Hilir Dari data yang telah diperoleh di lapangan terkait dengan jaringan hulu- hilir kemudian dilakukan penilaian untuk penghitungan skor guna mengetahui tingkat kesesuaian pada variabel jaringan hulu hilir. Tabel 4.22 Skoring Variabel Jaringan Hulu Hilir No Jawaban Kuesioner Jumlah Skor Total Skor 1. Tidak ada kerja sama dengan pihak lain Terjadi kerjasama 2 3 dari empat pihak atau subsistem Terjadi 4 dari empat pihak (pembenihan, pembesaran, pengolahan/pemasaran, dan permodalan Sumber :Analisis,2015 JUMLAH Dari Tabel 4.22 bisa dilihat bahwa hasil skor perhitungan menunjukkan pada angka 208, sehingga dengan kata lain variabel ini memenuhi indikator dengan kategori kesesuaian tinggi karena skor perhitungan dari kesesuaian jaringan hulu hilir adalah 198,6 x

28 Tabel 4.23 Skor Kesesuaian Aspek Ekonomi Minapolitan Kalungharjo Terhadap Konsep Minapolitan No Variabel Kesesuaian Skor 1. Pendapatan Masyarakat Sedang 2 2. Lapangan Kerja Tinggi 3 3. Pendapatan Kawasan Rendah 1 4. Jaringan Hulu hilir Tinggi 3 Sumber: Hasil Analisis, Kesesuaian Aspek Sosial Kawasan Minapolitan Kalungharjo Terhadap Konsep Minapolitan - Kelembagaan Tabel 4.24 Skor Keaktifan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan Kawasan Minapolitan Kalungharjo No. Keaktifan Skor Jumlah Pokdakan Jumlah Skor 1 Pokdakan aktif berjalan dan sering melakukan pertemuan (minimal dua bulan sekali) 2 Pokdakan aktif berjalan dan jarang melakukan pertemuan (minimal enam bulan sekali) 3 Pokdakan tidak aktif berjalan (vakum) Jumlah 23 Sumber: Hasil Analisis, 2015 Dari tabel di atas diketahui bahwa kelembagaan pada Kawasan Minapolitan Kalungharjo memiliki skor 23, sehingga dikategorikan dalam kesesuaian sedang karena skor hasil perhitungan kesesuaian kelembagaan adalah 20,1 x 28,2. - Partisipasi Masyarakat Dari data terkait partisipasi masyarakat dilakukan penilaian untuk penghitungan skor guna mengetahui tingkat kesesuaian pada variabel partisipasi masyarakat. Tabel 4.25 Skoring Variabel Partisipasi Masyarakat No Jawaban Kuesioner Jumlah Skor Total Skor Masyarakat tidak pernah ikut serta dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan Kalungharjo Masyarakat pernah ikut serta dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan Masyarakt sering ikut serta dalam merencanakan dan mengelola Kawasan Minapolitan JUMLAH Sumber :Analisis,

29 Dari Tabel 4.4 bisa dilihat bahwa hasil skor perhitungan menunjukkan pada angka 179, sehingga dengan kata lain variabel ini memenuhi indikator dengan kategori kesesuaian sedang karena skor perhitungan dari kesesuaian partisipasi masyarakat adalah 141,8 x 198,5. - Peran Pemerintah Kesesuaian untuk variabel peran pemerintah diketahui dari sub variabel kontribusi pembiayaan dan program pembangunan. a. Kontribusi Pembiayaan Tabel 4.26 Jumlah Sumber Dana untuk Pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Tahun No Tahun Jumlah Sumber Dana Keterangan APBD, DPID APBD, APBN, APBD Provinsi, APBD, APBD Provinsi APBD, APBD Provinsi Sumber :Review RPIJM Kawasan Minapolitan Kabupaten Klaten Tahun Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sumber pendanaan program yang berada di sekitar Kawasan Minapolitan Kalungharjo terdapat minimal dua sumber pendanaan tiap tahunnya. Dengan begitu maka sub variabel kontribusi pembiayaan dikategorikan dalam kesesuaian tinggi. b. Program Pengembangan Tabel 4.27 Jumlah Instansi /SKPD Yang Mempunyai Program Pengembangan No Tahun Jumlah Program Kawasan Minapolitan Kalungharjo Keterangan DPU, Disbudparpora Dinas Pertanian, Dinsosnakertrans, 4 Disbudparpora, Bapermas Dinas Pertanian, DPU, Disbudparpora, 5 Bapermas, Disperindagkop Dinas Pertanian, BLH, DPU, Disbudparpora, Sumber :Review RPIJM Kawasan Minapolitan Kabupaten Klaten Tahun Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah instansi pelaksana program atau SKPD yang memiliki program bantuan pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo berjumlah lebih dari satu tiap tahunnya. sub variabel program pengembangan dikategorikan commit to dalam user kesesuaian tinggi. 84

30 - Pelatihan Minabisnis Dari data terkait dengan pelatihan minabisnis dilakukan penilaian untuk penghitungan skor guna mengetahui tingkat kesesuaian pada variabel pelatihan minabisnis. Tabel 4.28 Skoring Variabel Pelatihan Minabisnis No Jawaban Kuesioner Jumlah Skor Total Skor 1. Tidak pernah mengikuti pelatihan sama sekali Mengikuti 1-2 dari empat pelatihan yaitu pembenihan,pembesaran,pengolahan dan pelatihan 3. Mengikuti 3-4 dari empat pelatihan yaitu pembenihan,pembesaran,pengolahan dan pelatihan) Sumber :Analisis,2015 JUMLAH Dari Tabel 4.4 bisa dilihat bahwa hasil skor perhitungan menunjukkan pada angka 181, sehingga dengan kata lain variabel ini memenuhi indikator dengan kategori kesesuaian sedang karena skor perhitungan dari kesesuaian pelatihan minabisnis adalah 141,8 x 198,5. Dari variabel dan subvariabel di atas berikut merupakan rangkuman skor kesesuaian pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo terhadap konsep minapolitan berkelanjutan dalam hal aspek sosial. Tabel 4.29 Skor Kesesuaian Aspek Sosial Minapolitan Kalungharjo Terhadap Konsep Minapolitan Berkelanjutan No Variabel Sub Variabel Kesesuaian Skor 1. Kelembagaan - Sedang 2 2. Partisipasi Masyarakat - Sedang 2 3. Peran Pemerintah Kontribusi pembiayaan Tinggi Program pengembangan Tinggi Pelatihan Minabisnis - Sedang 2 Sumber: Hasil Analisis,

31 Skoring Total Semua Variabel Pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Kabupaten Klaten Bahasan yang pertama ialah skoring total untuk keseluruhan varibel yang ada, baik yang tergolong dalam aspek fisik, ekonomi maupu sosial. Berikut merupakan tabel skoring total semua variabel Pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Kabupaten Klaten: Tabel 4.30 Skoring Semua Variabel Pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Kabupaten Klaten Aspek Variabel Sub Variabel Skor Fisik Ekonomi Sosial Tata Guna Lahan Sarana penunjang Pendapatan Masyarakat Kesesuaian dengan Peraturan Kesesuaian lahan dengan potensi 1 Sarana permodalan 1 4 Sentra Produksi 1 2 Sentra Pengolahan 1 2 Sentra Pemasaran Lapangan Kerja - 3 Pendapatan Kawasan - 1 Jaringan Hulu Hilir - 3 Kelembagaan - 2 Partisipasi Masyarakat - 2 Kontribusi pembiayaan 1 1 Peran Pemerintah 2 Program pengembangan Pelatihan Minabisnis - 2 Sumber: Peneliti, 2015 Jumlah Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah perhitungan akhir skoring secara keseluruhan adalah 22,25. Sehingga dapat dikatakan tingkat kesesuaian perkembangan kawasan minapolitan Kalungharjo berdasarkan kriteria minapolitan berkelanjutan dalam kategori kesesuaian sedang karena skor hasil perhitungan berada pada 16,68 x 23,35. 86

32 Kesesuaian Tinggi = 23,36 x 30 Kesesuaian Sedang = 16,68 x 23,35 Kesesuaian Rendah = 10 x 16,67 Jumlah Keseluruhan Variabel Pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo ialah 22,25 Dengan jumlah total 22,25 maka Tingkat kesesuaian Perkembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo berdasarkan kriteria minapolitan berkelanjutan ialah Kesesuaian Sedang Gambar 4.17 Kesesuaian Perkembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Berdasarkan Kriteria Minapolitan Berkelanjutan Sumber: Peneliti, 2015 Jika dikonversi ke dalam persentase untuk mengetahui berapa persen kesesuaian perkembangan kawasan minapolitan Kalungharjo berdasarkan kriteria minapolitan berkelanjutan adalah sebagai berikut: Kesesuaian Tinggi 78,01% x 100% Kesesuaian Sedang 55,67% x 78,00% Kesesuaian Rendah 33,33 x 55,66% Persentase kesesuaian keseluruhan perkembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo berdasarkan kriteria minapolitan berkelanjutan adalah 74,17% dengan kesesuaian sedang. Gambar 4.18 Persentase Kesesuaian Pengembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Terhadap Konsep Minapolitan Berkelanjutan Sumber: Peneliti, 2015 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kesesuaian persentase kesesuaian keseluruhan perkembangan kawasan minapolitan Kalungharjo berdasarkan kriteria minapolitan berkelanjutan adalah 74,17%, yakni dengan kesesuaian sedang yang hampir mendekati ke kesesuaian tinggi. 87

33 Untuk penilaian atau skoring pencapaian kesesuaian tiap variabel atau komponen berdasarkan kriteria minapolitan berkelanjutan dapat dilihat pada gambar berikut: Grafik Hasil Skoring Tiap Variabel 2,97 2,64 2,31 1,98 1,65 1,32 0,99 0,66 0,33 0 Ket: Kesesuaian Tinggi Kesesuaian Sedang Kesesuaian Rendah Gambar 4.19 Kesesuaian Perkembangan Kawasan Minapolitan Kalungharjo Berdasarkan Kriteria Minapolitan Berkelanjutan Sumber: Peneliti, 2015 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa variabel atau komponen yang memiliki kesesuaian tinggi adalah tata guna lahan, lapangan pekerjaan, jaringan hulu-hilir, dan peran pemerintah. Selanjutnya komponen yang memiliki kesesuaian sedang adalah sarana penunjang, pendapatan masyarakat, kelembagaan, partisipasi masyarakat, dan pelatihan minabisnis. Sedangkan hanya terdapat satu komponen yang memiliki kesesuaian rendah yakni pendapatan kawasan. 88

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya

Lebih terperinci

Pada awal berdirinya pokdakan, usaha yang dilakukan oleh sebagian PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN

Pada awal berdirinya pokdakan, usaha yang dilakukan oleh sebagian PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN 2014/01/05 17:18 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan, Artikel Penyuluhan PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN Program Usaha Mina Pedesaaan (PUMP) yang dikeluarkan oleh KKP sejak tahun 2011

Lebih terperinci

Tabel Capaian Kinerja Sasaran Urusan Kelautan Dan Perikanan. Tahun 2012 INDIKATOR SASARAN. Realisasi Tahun 2011

Tabel Capaian Kinerja Sasaran Urusan Kelautan Dan Perikanan. Tahun 2012 INDIKATOR SASARAN. Realisasi Tahun 2011 URUSAN PILIHAN. Kelautan dan Perikanan Pembangunan daerah tahun 20 pada urusan kelautan dan perikanan, Pemerintah Kabupaten Temanggung hanya melaksanakan urusan di bidang perikanan darat dilaksanakan dalam

Lebih terperinci

BAB IV TUGAS PEMBANTUAN

BAB IV TUGAS PEMBANTUAN BAB IV TUGAS PEMBANTUAN Tugas Pembantuan merupakan penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan atau Desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN

PEMERINTAH KABUPATEN POTENSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Lahan Pertanian (Sawah) Luas (km 2 ) Lahan Pertanian (Bukan Sawah) Luas (km 2 ) 1. Irigasi Teknis 15.250 1. Tegal / Kebun 30.735 2. Irigasi Setengah Teknis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

Bab 5. Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah

Bab 5. Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Bab 5 Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Untuk menetapkan rencana program dan prioritas daerah maka dilakukan sebuah proses panjang mulai dari pelaksanaan musyawarah tingkat dusun yang kemudian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013 C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN Pembangunan pertanian khususnya sektor perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi, dalam hal ini sektor perikanan adalah sektor

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 6.1. Tinjauan Substansi RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, dan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap

Lebih terperinci

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014 BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN KUANTAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA DAN SYARAT KAWASAN PERTANIAN DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN

Lebih terperinci

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan C12 Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan Ellen Deviana Arisadi dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU I. LATAR BELAKANG Perubahan mendasar cara berpikir dari daratan ke maritim yang dikenal

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan kemakmuran masyarakat telah menempuh berbagai cara diantaranya dengan membangun perekonomian yang kuat, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. repository.unisba.ac.id. 3.1 Metode Pendekatan. 3.2 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. repository.unisba.ac.id. 3.1 Metode Pendekatan. 3.2 Metode Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI Bab ini akan membahas mengenai metode-metode yang digunakan dalam melakukan proses studi penelitian, yaitu terdiri atas metode pendekatan, metode pengumpula data, dan metode analisis.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) 9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

Potensi pengembangan budi daya ikan nila skala industri di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan

Potensi pengembangan budi daya ikan nila skala industri di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Potensi pengembangan budi daya ikan nila skala industri di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan Rasidi 1, Estu Nugroho 1, Lies Emawati 1, Idil Ardi 2, Deni Radona

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perbandingan Peta Topografi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perbandingan Peta Topografi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perbandingan Peta Topografi 1. DEM dan Kontur RBI Perbandingan peta topografi antara data DEM dan Kontur RBI disajikan dalam bentuk degredasi warna yang diklasifikasikan menjadi

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MASTERPLAN MINAPOLITAN KABUPATEN BONDOWOSO. Endang Siswati

PENYUSUNAN MASTERPLAN MINAPOLITAN KABUPATEN BONDOWOSO. Endang Siswati PENYUSUNAN MASTERPLAN MINAPOLITAN KABUPATEN BONDOWOSO Endang Siswati ABSTRAK Judul Penelitian Penyusunan Masterplan Minapolitan Kabupaten Bondowoso. Tujuan dari penelitian ini adalah Meningkatkan produksi,

Lebih terperinci

PROFIL POTENSI INVESTASI KABUPATEN KLATEN. Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Klaten

PROFIL POTENSI INVESTASI KABUPATEN KLATEN. Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Klaten PROFIL POTENSI INVESTASI KABUPATEN KLATEN Poten al Investment Profile of Klaten Regency Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Klaten KONDISI GEOGRAFI KABUPATEN KLATEN Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PROGRAM PRIORITAS PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN PASER BIDANG INDUSTRI TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

STRATEGI DAN PROGRAM PRIORITAS PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN PASER BIDANG INDUSTRI TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASER STRATEGI DAN PROGRAM PRIORITAS PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN PASER BIDANG INDUSTRI TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 PAPARAN KEPALA BAPPEDA PADA RAPAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN JALAN PRODUKSI PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO. Oleh. Farida Hardaningrum ABSTRAK

PENGEMBANGAN JALAN PRODUKSI PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO. Oleh. Farida Hardaningrum ABSTRAK e-jurnal Spirit Pro Patria Volume 1 Nomor 1 April 2015 E-ISSN 2443-1532 PENGEMBANGAN JALAN PRODUKSI PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO Oleh Farida Hardaningrum ABSTRAK Keberadaan jalan produksi oleh para

Lebih terperinci

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2010-2015 MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah No Tujuan Indikator Kinerja Tujuan Kebijakan Umum Sasaran Indikator Sasaran Program Kegiatan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Way Kanan 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan Berdasarkan Way Kanan dalam angka (2013), Kabupaten Way Kanan adalah salah

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan 13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

III. AKUNTABILITAS KEUANGAN

III. AKUNTABILITAS KEUANGAN 8 III. AKUNTABILITAS KEUANGAN Total alokasi dana Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan yang tercantum dalam Perubahan Anggaran Tahun 205 adalah.44.987.2 dengan realisasi 4.33.59.7,00..

Lebih terperinci

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP Tugas Akhir PW 09-1333 Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Sawah Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit dikabupaten Siak-Riau Ikhlas Saily NRP 3607 100 027 Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI 3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir Arahan Strategi Pengembangan Wilayah Berdasarkan Komoditas Unggulan yang Berdaya saing di Kabupaten Indramayu sebagai kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI 7.1 Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan Keragaan adalah penampilan dari kelompok tani yang termasuk suatu lembaga,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Sejarah Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau Indonesia. Ibukotanya terletak di Bagansiapiapi, kota terbesar,

Lebih terperinci

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81 05. A. KEBIJAKAN PROGRAM Arah kebijakan program pada Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan diarahkan pada Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan secara Optimal, dengan tetap menjaga

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung 50 BAB VI SINTESIS Untuk menetapkan zonasi perencanaan tapak diterapkan teori Marsh (2005) tentang penataan ruang pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang membagi tapak menjadi tiga satuan lahan, yaitu Satuan

Lebih terperinci

Tabel 3.26 Data Pengadaan Barang/Jasa e-proc TA 2011 s.d Efisiensi (Rp) Pagu Anggaran. Nilai Kontrak (Rp) Tahun

Tabel 3.26 Data Pengadaan Barang/Jasa e-proc TA 2011 s.d Efisiensi (Rp) Pagu Anggaran. Nilai Kontrak (Rp) Tahun - Prosentase aparat Satpol PP yang mengikuti diklat teknis kesatpolan, Capaian kinerja untuk indikator ini adalah 21.31 %. Capaian tersebut didapat dari jumlah Satpol PP yang mengikuti diklat dasar teknis

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN

EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN Program peningkatan produksi perikanan adalah program intensifikasi budidaya perikanan melalui pemeliharaan komoditas perikanan di wilayah Tebo dengan teknik

Lebih terperinci

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap* Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap* Sebagai Kabupaten dengan wilayah administrasi terluas di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap menyimpan potensi sumberdaya alam yang melimpah. Luas Kabupaten

Lebih terperinci

Sumber : Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2012

Sumber : Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2012 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 17.50 buah pulau, dengan luas laut sekitar 3,5 juta km. Potensi sumberdaya ikannya sangat besar dengan beraneka ragam ikan bernilai ekonomi tinggi.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 50

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 50 Kota Prabumulih 50 III.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN Laporan Realisasi Pelaksanaan Anggaran Rutin, Pembangunan dan Penerimaan Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR LAMPIRAN - 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI ROKAN HULU TAHUN 2016

DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI ROKAN HULU TAHUN 2016 DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI TAHUN 2016 NO NOMOR PERBUP TENTANG 1 NOMOR 1 TAHUN 2016 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral Temuan Pokok Sejak krisis ekonomi dan pelaksanaan desentralisasi, komposisi pengeluaran sektoral telah mengalami perubahan signifikan.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Anggaran : 206 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 2. 0 Urusan Pilihan Pertanian Organisasi : 2. 0. 0 Pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... i ii BAB. I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Maksud..... 1 1.3. Tujuan....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SIAK,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undangundang

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015 PENENTUAN ZONASI PERIZINAN PERTAMBANGAN MINERAL NON LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN BLORA BAGIAN SELATAN PROVINSI JAWA TENGAH Dody Bagus Widodo, Budiarto, Abdul Rauf Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp) BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 3.1. Program dan Kegiatan Dinas Pertanian Tahun 2008 Program yang akan dilaksanakan Dinas Pertanian Tahun 2008 berdasarkan Prioritas Pembangunan Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

Oleh : Ulfatun Nisa Hidayati, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta,

Oleh : Ulfatun Nisa Hidayati, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, Kontribusi Pendapatan Budidaya... Ulfatun Nisa Hidayati KONTRIBUSI PENDAPATAN BUDIDAYA IKAN NILA TERHADAP TOTAL PENDAPATAN DAN TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA NGANJAT KECAMATAN POLANHARJO

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG NOMOR : 180/1918/KEP/421.115/2015 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 RANCANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN BAB I PENDAHULUAN 2012, No.1031 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.18/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 SUB BAGIAN UMUM SEKSI

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 SUB BAGIAN UMUM SEKSI BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 KELOMPOK JABATAN TK/SD PENDIDIKAN MENENGAH PENDIDIKAN NON FORMAL PMPTK PENGOLAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan tropis Indonesia merupakan kekayaan alam yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan terjamin kelestariannya dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI KIKIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI KIKIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI KIKIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pembangunan dan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN Oleh: Edmira Rivani, S.Si., M.Stat. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN

Lebih terperinci