BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampling merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati sebagian dari keseluruhan objek, gejala, ataupun peristiwa. Objek, gejala, ataupun peristiwa yang diamatinya disebut sebagai sampel (contoh). Hasil yang diperoleh dari pengamatan sampling itu sendiri berupa nilai karakteristik dari sampel yang diamati yang menjadi perkiraan dari nilai keseluruhan. Sampling ini lebih menghemat waktu, tenaga, dan juga biaya namun perlu diperhatikan teknik pengambilan samplingnya sehingga hasil pengamatanya bisa menggambarkan keadaan sesungguhnya dari keseluruhan objek. Teknik sampling ini juga bisa dilakukan pada proses pengolahan mineral dan diharapkan teknik mineral sampling dalam proses pengolahan mineral ini bisa mewakilkan proses pengolahan secara keseluruhan sehingga diharapkan pengolahan menjadi lebih efektif dan efisien. 1.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk Mempelajari teknik Mineral Sampling dalam proses pengolahan mineral. 1.3 Batasan Masalah Dalam percobaan mineral sampling ini batasan masalahnya adalah mempelajari teknik mineral sampling dengan menggunakan jenis mineral pasir

2 2 besi dan pasir kuarsa masing-masing 20gram yang diayak dengan ayakan berukuran 60# dengan waktu pengayakan 5 menit dan sampel dari hasil sceening tersebut di teliti menggunakan microscop optic. Dan adapun berat jenis dari masing-masing mineral yakni 2,2 n/m 3 untuk pasir kuarsa dan 4,3 n/m 3 untuk besi. 1.3 Sistematika Penulisan Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Dimana bab I menjelaskan mengenai pendahuluan yang di dalamnya terdapat latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, sistematika penulisan, Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat dari percobaan yang dilakukan, Bab III menjelaskan mengenai metode percobaan, bab IV mengenai data dan pembahasan, Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan. Selain itu juga di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas serta terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas serta terdapat juga tugas khusus dan blanko percobaan.

3 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mineral Processing Mineral processing atau Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation / mineral dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik mineral untuk memperoleh produk mineral yang bersangkutan. Khusus untuk batu bara, proses pengolahan itu disebut pencucian batu bara (coal washing) atau preparasi batu bara (coal preparation). Proses pemisahan mineral berharga dari mineral pengotornya (gangue mineral) yang kurang berharga merupakan inti dari proses pengolahan bahan galian. Proses ini terdiri dari beberapa langkah : 1. Communition (Pengecilan ukuran dengan alat crushing dan grinding) 2. Sizing (Penyeragaman ukuran dengan screening classiflying) 3. Concentration (Pemisahan mineral berharga dari pengotornya) 4. Dewatering (Pengeringan) Yang dimaksud dengan bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal). Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani pengolahan bahan galian (Mineral Processing) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan. Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses pengolahan bahan galian tersebut antara lain adalah :

4 4 1. Mengurangi ongkos angkut. 2. Mengurangi ongkos peleburan. 3. Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan. 4. Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan menguntungkan daripada proses pemisahan secara kimia. 2.2 Teknik Sampling Teknik sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang representative dari suatu objek yang akan diteliti. Teknik sampling meliputi dua hal, yaitu seberapa besar ukuran sampel yang digunakan dan bagaimana proses atau teknik penarikan sampel tersebut. Sampel yang baik sedapat mungkin dapat merepresentasikan karakteristik objek, namun pertanyaan selanjutnya adalah berapa besar sampel yang digunakan sehingga dianggap mampu merepresentasikan objek tersebut? Jawabannya adalah tergantung dari tingkat kepercayaan (convidennce level) dan kesalahan (significance level) yang dikehendaki, semakin besar tingkat kepercayaan yang dikehendaki maka semakin banyak sampel yang dibutuhkan, dan sebaliknya semakin rendah tingkat kepercayaan yang dikehendaki maka semakin sedikit sampel yang dibutuhkan. Dalam prakteknya seperti yang sudah kita lakukan pada percobaan di labolatorium, besar kecilnya tingkat kepercayaan yang dikehendaki sangat bergantung pada kecukupan tenaga, waktu dan fasilitas yang tersedia yang digunakan oleh si peneliti. Banyak metode yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya sampel. Selain jumlah sampel, hal yang juga sangat penting diperhatikan dalam pemilihan sampel penelitian adalah bagaimana cara/teknik pengambilan sampel (teknik sampling), teknik sampling dikembangkan agar tidak terjadi bias dalam pemilihan sampel. Secara umum, teknik sampling dapat dibagi kedalam 2 metode, yaitu metode acak (probability sampling) dan metode tak acak (non probability sampling).

5 5 Gambar 2.1 Tipe Teknik Sampling 1. Metode acak Metode acak (Probability sampling) adalah metode pemilihan sampel dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih, teknik ini meliputi simple random sampling, systematic sampling, stratified sampling, dan cluster sampling. A. Simple Random Sampling Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel sederhana yang dilakukan secara acak, dikatakan sederhana karena pemilihan sampel dilakukan tanpa harus memperhatikan strata yang ada pada populasi tersebut. Teknik ini dapat dianggaprepresentative hanya bila dilakukan pada anggota populasi yang diasumsikan homogen. Cara menggunakan teknik ini tergolong sangat mudah, yaitu dengan menggunakan Tabel Acak ataupun dengan melakukan pengundian atas masing-masing anggota populasi yang telah diberi nomor. Cara lain melakukan pengacakan adalah dengan menggunakan kalkulator (tipe kalkulator tertentu misalnya Casio fx 3600 pv ), ataupun dengan menggunakan program komputer (misalnya Program Microsoft Excel ). Namun dari sekian alternatif tersebut, pengundian dengan tabel acak lebih direkomendasikan sebab lebih mudah dilakukan pengecekan ulang bila ada pihak-pihak tertentu yang meragukan validitas sampel yang terpilih.

6 6 B. Systematic Random Sampling Metode pengambilan sampel acak sistematis (Systematic Random Sampling) adalah metode pengambilan sampel dengan interval tertentu dari kearangka sampel yang telah ditentukan. C. Stratified Sampling Metode pengambilan sampling berstrara (Stratified Sampling) adalah metode pemilihan sampel dimana populasi yang heterogen dibagibagi menjadi beberapa kelompok yang homogen, lalu kemudian sampel dipilih secara acak dari kelompok teresebut. D. Cluster Sampling Cluster sampling adalah metode pemilihan sampel dimana unit samplingnya adalah kumpulan atau kelompok elemen, dimana elemen (unit observasi) dari masing-masing kelompok (cluster) bisa sama ataupun berbeda jumlahnya. 2. Metode tak acak Metode tak acak (Non Probability Sampling) adalah teknik pemilihan sampel yang tidak didasarkan atas hukum probabilitas, dan oleh sebab itu tidak mengharuskan adanya peluang yang sama terhadap anggota populasi untuk dipilih, pemilihannya berdasarkan kriteria-kriteria subjektif tertentu, namun kriterianya harus tetap jelas sehingga tidak menimbulkan bias. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode tak acak adalah bahwa teknik ini hanya digunakan bila tujuan penelitian sekedar mendeskripsikan sebuah objek penelitian tanpa melakukan generalisasi terhadap populasi. Yang termasuk dalam metode ini adalah: Convenience Sampling, Purposive Sampling, Quota Sampling, dan Snowball Sampling.

7 7 A. Convenience Sampling Pengambilan sampel dengan teknik convenience sampling didasarkan pada ketersediaan dan kemudahan mendapatkannya. Penarikan sampel dengan teknik ini nyaris tidak dapat diandalkan namun dalam kondisi tertentu dirasakan sangat bermanfaat karena biayanya murah, dan sangat mudah dilaksanakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja menjadi responden atau apa saja yang dia temui sebagai sampel. B. Purposive Sampling Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dietapkan secara sengaja oleh peneliti, yang tidak murni berdasarkan kriteria subjektif sipeneliti, namun didasarkan pada tujuan (purposive) dan pertimbangan-pertimbangan (Judgment) tertentu. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling cocok digunakan bila si peneliti adalah peneliti yang sudah berpengalaman dan ahli (expert) dibidangnya, oleh sebab itu metode ini juga sering diistilahkan dengan Expert Sampling. Misalnya seseorang ingin melakukan penelitian tentang Pengaruh Drainase Tanah Terhadap Produktivitas Tanaman Kakao, Karena tujuannya adalah meneliti pengaruh Drainase Tanah, maka sampel yang digunakan adalah lahan kakao dengan kelas drainase tanah : cepat, sedang dan terhambat. Peneliti yang berpengalaman dan ahli (expert) dibidang pertanian, tentu sudah faham betul, mana lahan yang drainasenya tergolong cepat, sedang dan terhambat. C. Quota Sampling Pengambilan sampel dengan teknik quota sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan jumlah tertentu, secara proporsional dari masing-masing sub-populasi. Teknik ini umumnya digunakan dalam pengumpulan pendapat umum (public opinion polls). Dalam aplikasinya,

8 8 teknik ini umumnya dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu perumusan kategori kontrol dari populasi yang akan diteliti, dan penentuan bagaimana teknik pengambilan sampel, apakah menggunakan teknik convenience sampling atau purposive sampling. D. Snowball Sampling Teknik sampling bola salju (snowball sampling) adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan secara berantai, mulai dari responden yang sedikit, kemudian responden ini dimintai pendapatnya tentang siapa saja responden lain yang dianggap otoritatif untuk dimintai informasinya, sehingga jumlah responden semakin banyak jumlahnya dan diharapkan informasipun yang didapa juga semakin banyak. Ibarat bola salju (snowball) yang menggelinding, semakin lama semakin besar. 2.3 Screening Dalam percobaan yang telah kita lakukan di laboratorium, proses pengolahan mineral tentu tidak lepas dari proses pengayakan (screening) yang bertujuan untuk menyamakan ukuran pada satuan kategori yang sama. Screening merupakan proses pemisahan bahan galian berdasarkan ukuran. Berat atau ringannya ukuran material disebabkan karena berat jenis dari material itu sendiri, dan juga gaya gravitasi yang mempengaruhinya. Mineral yang dapat melewati lubang ayakan sering disebut oversize sedangkan mineral yang tidak lolos dari lubang ayakan disebur undersize. Tujuan dari proses pengayakan ini adalah: [Taggart,1927] 1. Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai untuk beberapa proses berikutnya. 2. Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam peremukan (Primary crushing) atau oversize ke dalam proses pengolahan berikutnya,

9 9 sehingga dapat dilakukan kembali proses peremukan tahap berikutnya (secondary crushing). 3. Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk akhir. 4.Mencegah masuknya undersize ke permukaan. Pengayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering untuk material kasar, dapat optimal sampai dengan ukuran 10 # (10 mesh). Sedangkan pengayakan dalam keadaan basah biasanya untuk material yang halus mulai dari ukuran 20 # sampai dengan ukuran 35 #. Permukaan ayakan yang digunakan pada screen bervariasi, yaitu: [Brown,1950] a. Plat yang berlubang (punched plate, bahan dapat berupa baja ataupun karet keras. b. Anyaman kawat (woven wire), bahan dapat berupa baja, nikel, perunggu, tembaga, atau logam lainnya. rods). c. Susunan batangan logam, biasanya digunakan batang baja (pararel Sistem bukan dari permukaan ayakan juga bervariasi, seperti bentuk lingkaran, persegi ataupun persegi panjang. Penggunaan bentuk bukaan ini tergantung dari ukuran, karakteristik material, dan kecepan gerakan screen. Pada proses screening zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan screening. Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan screen, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering. Ukuran yang digunakan bisa dinyatakan dengan mesh maupun mm (metrik). Yang dimaksud mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam satu inchi persegi (square inch), sementara jika dinyatakan dalam mm maka angka

10 10 yang ditunjukkan merupakan besar material yang diayak. Perbandingan antara luas lubang bukaan dengan luas permukaan screen disebut presentase opening. Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: [Taggart,1927] 1. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan 2. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan 3. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel 4. Komposisi air dalam material yang akan diayak 5. Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak Kapasitas screen secara umum tergantung pada: [Kelly,1982] 1. Luas penampang screen 2. Ukuran bukaan 3. Sifat dari umpan seperti; berat jenis, kandungan air, temperature 4. Tipe mechanical screen yang digunakan. Faktor faktor yang mempengaruhi lolosnya undersize adalah ukuran absolut dari bukaan permukaan ayakan, persentase bukaan terhadap total luas permukaan ayakan,ukuran relatif partikel, sudut jatuh partikel dan kecepatan jatuh partikel. Efisiensi dari proses pengayakan ini bergantung pada: [Brown,1950] a. Rasio ukuran minimal partikel yang bisa melewati lubang ayakan, yaitu: 0,17-1,25 x ukuran lubang ayakan. b. Persentase total area ayakan yang terbuka.

11 11 c. Teknik pengumpanan dan kecepatan pengumpanan. d. Keadaan fisik dari material itu sendiri (kekerasan bijih, pola bongkahan bentuk partikel seperti bulat, gepeng, ataupun jarum, kandungan air). e. Ada atau tidak adanya penyumbatan lubang screen. f. Ada atau tidak adanya korosi pada ayakan (kawat). g. Mekanisme gerakan pengayakan (getaran). h. Design mekanis dari ayakan tersebut dan Kemiringan ayakan (biasanya 12o-18o). Gerakan partikel pada permukaan ayakan itu dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan kekuatan yang digunakan oleh permukaan. Dengan kemiringan ayakan (20o-40o) menyebabkan adanya dorongan yang cukup dari permukaan sehingga partikel ringan terdorong ke bawah. Gerakan biasanya bersifat translasi (translation) cepat pada kapasitas besar, sentuhan yang kontinyu, berguling (turn over) yang menyebabkan orientasi pergantian partikel serta pengeluaran (ejecting) yaitu pembuangan keluar partikel. Salah satu dari ayakan itu ada ayakan getar, Ayakan getar merupakan alat ayak yang baik dan sering digunakan di masa sekarang dengan alasan seperti kapasitas ayakan yang cukup besar dengan ruang penampung yang cukup, biaya operasi dan perawatan yang relatif murah (tahan perawatan sampai dengan per ton ayakan) dan mampu memisahkan mineral dari ukuran 25 cm sampai dengan ukuran 250 μm. Ayakan ini dapat digunakan dalam keadaan basah ataupun kering. Pada keadaan basah pengayakan dapat dilakukan sampai dengan ukuran 200 mesh, sedangkan keadaan kering mencapai 325 mesh. Ayakan getar (vibrating screen) dibagi menjadi tiga berdasarkan getarannya, yaitu: Berputar (incline) dimana terjadi gerakan berputar pada pusat secara mekanis dengan kecepatan amplitudo sebesar rpm, harisontal (Horizontal) terjadi gegalan linier dengan

12 12 komponen vertikal sebagai pengangkat dengan kecepatan amplitudo rpm dan acak (Probability) terjadi gerakan yang bervariasi. Ada dua macam mekanisme getaran pada proses ini yaitu mekanis dan elektris, yang langsung dihasilkan dari permukaan ayakan. mekanisme elektris yaitu semua elektromagnet, seperti berhenti atau meletakkan unsur ulet untuk memperkuat dan memperhebat getaran efek. Getaran mekanis adalah getaran yang disebabkan oleh pergerakan alat terdiri dari palu (hammers), cams, eksentrik, pemutar dan beberapa kombinasi mekanis lainnya. [Brown,1950] Ayakan getar dapat di klasifikasikan berdasarkan beberapa faktor seperti: [Taggart,1927] 1. Getaran yang terjadi di atas permukaan ayakan. 2. Dimana getaran itu terjadi. 3. Bagaima getaran itu. 4. Sifat alami dari permukaan pengayakan 5. Bagaimana bentuk ayakan tersebut. Contoh beberapa gerakan pada ayakan getar yang disebabkan oleh beberapa faktor tersebut diatas: [Kelly,1982] 1. Tidak seimbangnya katrol: satu batang sepusat dengan pembalik arah yang dapat disetel dan dua bearing. gerakan berputar keluar menghasilkan suatu getaran yang menyebabkan material bergerak kesana kemari. Bekerja dengan frekuensi rpm. Biasanya pada ayakan Light Duty Screen. 2. Gerakan eksentrik batang dengan batang eksentrik dan dua Bearing. 3. Penggetar elektromagnet, dengan osilasi frekuensi yang tinggi. Bentuk dan luas permukaan partikel itu sendiri berpengaruh pada proses pemurnian bijih, yaitu melalui faktor: [Kelly,1982]

13 13 1. Reaksi stokiometri. 2. Reaksi permukaan ( pada proses flotasi untuk memperbaiki sifat permukaan ). 3. Sifat fluida ( misal : viskositas dan density ). 4. Friksi atau gesekan, partikel bundar memiliki koefisien gesek lebih besar dibandingkan dengan median lain. 5. Transfer panas dari dan ke arah partikel. 6. Proteksi mineral mineral lain pada permukaan partikel.

14 14 BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Diagram Alir Percobaan Berikut ini adalah diagram alir untuk praktikum mineral sampling. Menyiapkan pasir kuarsa dan besi Menimbang masing-masing pasir 20gr Mengayak campuran pasir dengan ayakan 60# selama 5 menit Memisahkan pasir ukuran -60# dan +60# Mengambil sampel pasir dan menyebarkan pada preparat mika Menghitung dan catat jumlah pasir Data pengamatan Pembahasan Literatur Kesimpulan

15 Alat dan Bahan Alat yang digunakan Gambar 3.1. Diagram Alir Percobaan Berikut ini merupakan alat-alat yang digunakan dalam percobaan mineral sampling : 1. Ayakan ukuran 60# 2. Neraca teknis 3. Sendok Pasir 4. Mikroskop optik 5. Preparat mika 6. Lilin Penyangga Preparat Mika Bahan yang digunakan Berikut ini merupakan bahan yang digunakan dalam percobaan mineral sampling : gram pasir besi gram pasir kuarsa 3.3 Prosedur Percobaan 1. Mempersiapkan pasir kuarsa dan pasir besi. 2. Menimbang pasir masing-masing 20 gram. 3. Mencampur pasir besi dan kuarsa kemudian mengayak pasir dengan ayakan ukuran 60# selama 5 menit dengan cara manual. 4. Memisahkan pasir ukuran -60# dan +60#. 5. Menimbang masing-masing pasir -60# dan +60#. 6. Mengambil sampel pasir. 7. Menyebar pasir pada preparat mika. 8. Menghitung jumlah butiran pasir (besi dan kuarsa) pada preparat mika dengan mikroskop optik. 9. Mencatat dan menghitung kadar pasir besi dan kuarsa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

16 Hasil Percobaan Setelah melakukan percobaan mineral sampling, didapatkan data hasil percobaan berupa kadar besi (Fe) dan kuarsa pada sample. Data hasil percobaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Minera l Berat Jenis -60# Berat = 35.7 gram Butiran Jumlah butir x B.J % bera I II t I II -60# Berat = 3.9 gram Jumlah % Butiran butir x B.J berat Pasir Besi Pasir Kuarsa Jumlah Tabel 4.1.Hasil percobaan Pembahasan Teknik sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang representative dari suatu objek yang akan diteliti. Teknik sampling meliputi dua hal, yaitu seberapa besar ukuran sampel yang digunakan dan bagaimana proses atau teknik penarikan sampel tersebut. Sampel yang baik sedapat mungkin dapat merepresentasikan keseluruhan karakteristik objek, teknik sampling ini ditaksirkan mampu mewakilkan perhitungan skala kecil sehingga dianggap mampu merepresentasikan objek tersebut secara keseluruhan dan membuat perhitungan proses keseluruhan dengan waktu yang lebih singkat, biaya yang lebih efisien dan juga efektif.

17 17 Mineral sampling sendiri merupakan suatu teknik proses pengambilan sebagian kecil dari total bijih yang akan di proses dan menghasilkan data yang mewakili kondisi bijih secara keseluruhan, sehingga nantinya kita dapat menentukan dan memastikan proses pengolahan selanjutnya apa yang cocok untuk mineral tersebut. Pada percobaan kali ini, jumlah pasir yang digunakan adalah sebanyak 40 gram, dengan komposisi pasir besi sebanyak 20 gram dan pasir kuarsa sebanyak 20 gram. Dengan kata lain kadar besinya sebesar 50% dan kadar pasir kuarsanya 50%. Pengayakan sangat penting dalam proses pengolahan karena dapat mencegah masuknya bijih undersize kepermukaan dan mencegah bijih oversize masuk dalam proses berikutnya. Karena itulah di perusahaan/industri industri pengolahan bijih, proses pengayakan selalu di sertakan. Dalam percobaan yang telah kita lakukan di laboratorium, proses pengolahan mineral tentu tidak lepas dari proses pengayakan (screening) yang bertujuan untuk menyamakan ukuran pada satuan kategori yang sama. Screening merupakan proses pemisahan bahan galian berdasarkan ukuran. Berat atau ringannya ukuran material disebabkan karena berat jenis dari material itu sendiri, dan juga gaya gravitasi yang mempengaruhinya. Mineral yang dapat melewati lubang ayakan sering disebut oversize sedangkan mineral yang tidak lolos dari lubang ayakan disebur undersize. Pertama-tama sample dimasukkan ke dalam ayakan ukuran 60#. Ayakan tersebut diayak menggunakan cara manual dengan tangan (hand screening) selama 5 menit. Setelah pengayakan selesai, terdapat 2 fraksi mineral, yaitu mineral oversize dan mineral undersize. Mineral oversize adalah mineral dengan ukuran +60# yang artinya mineral tersebut tidak lolos dari ayakan dan berada di atas ayakan. Sedangkan mineral undersize merupakan mineral berukuran -60# yang artinya mineral tersebut lolos dari ayakan dan berada di bawah ayakan. Setelah itu masing-masing fraksi ditimbang dengan menggunakan neraca teknis. Pada tahap penimbangan didapatkan data untuk mineral ukuran +60# seberat 3,9 gram atau setara dengan 9.85% dari total keseluruhan fraksi. Kemudian untuk mineral ukuran -60# didapatkan seberat 35,7 gram atau setara

18 18 dengan 90.15% dari total keseluruhan berat fraksi. Disini berat awal campuran pasir besi dan pasir kuarsa adalah sebanyak 40 gram, namun setelah proses screening berat total yang didapat adalah 39.6 gram. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal yaitu pada saat proses screening praktikan kurang teliti melakukan proses screeningnya sehingga beberapa butir campuran hilang. Penyebab lainya bisa juga dikarenakan timbangan awal sebenarnya tidak 40 gram dikarenakan ketidak telitian praktikan pada proses penimbangan. Proses selanjutnya yaitu menaburkan pasir campuran yang telah di screening tersebut pada preparat mika yang diatasnya perdapat petak kubus kecil sebanyak 50 buah dan dibagi menjadi 2 bagian yaitu preparat mika untuk golongan undersize (-60#) dan golongan oversize (+60#). Langkah selanjutnya adalah penghitungan jumlah butiran pasir pada preparat mika tersebut dengan menggunakan mikroskop optik. Secara teoritis, bila dilihat dari mikroskop optic akan nampak jelas perbedaan antara pasir besi dan pasir kwarsa. Pasir besi memiliki warna hitam yang mengkilap dengan bentuk butiran cenderung halus, sedangkan pasir kwarsa memiliki warna yang bermacam-macam seperti hitam, cokelat kemerahan, kuning, silver, namun dengan bentuk yang kasar seperti pecahan batu kali. Namun pada saat percobaan dilakukan nyatanya lumayan sulit membedakan antara pasir besi dan pasir kuarsa pada preparat mika. Keduanya sama sama berwarna hitam. Pasir besi terkadang ada yang tidak kelihatan mengkilap dan bahkan terkadang ada pasir kuarsa yang kelihatan mengkilap dan itu membutuhkan ketelitian yang tinggi untuk proses perhitungan jumlah butiran pasir pada preparat mika. Penghitungan fraksi mineral ukuran -60# cenderung lebih sulit juga dibandingkan fraksi ukuran +60# karena ukurannya lebih kecil dan lebih banyak. Dari perhitungan butiran dengan mikroskop optik didapatkan data pada preparat mika 1 yang berisi butiran golongan undersize (-60#) banyaknya butiran pada 25 kotak pertama yaitu 557 untuk pasir besi dan 174 untuk pasir kuarsa dan totalnya adalah 731, dan pada 25 kotak kedua yaitu 636 untuk pasir besi dan 236 untuk pasir kuarsa dan totalnya adalah 872. Dan pada preparat mika 2 yang berisi butiran golongan oversize (+60#) banyaknya butiran pada 25 kotak

19 19 pertama yaitu 13 untuk pasir besi dan 92 untuk pasir kuarsa dan totalnya adalah 105, dan pada 25 kotak kedua yaitu 29 untuk pasir besi dan 130 untuk pasir kuarsa dan totalnya adalah 159. Setelah penghitungan butiran dilakukan, didapatkan bahwa persentase berat besi dari sample sebesar 79,33% yang didapat dari 76,67% di fraksi undersize dan 2.66% di fraksi oversize. Persentase pasir kwarsa yang didapat dari sampel yaitu sebesar 20,67%. Yang didapat dari 13,48% fraksi undersize dan 7.19% fraksi oversize. Hal ini menunjukkan perbedaan kandungan persen berat sebenarnya yang pada awalnya besi 66.15% dengan kadar setelah dilakukan screening dan perhitungan. Terlihat disini bahwa % Berat pasir besi menjadi 79,33%. Mengapa persentasenya bisa begitu?. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan kadar pada data pada percobaan kali ini, faktor pertama adalah ketelitian, pada saat kita melakukan pengamatan pada mikroskop kita salah membedakan yang mana pasir besi dan yang mana pasir kuarsa. Mungkin hal ini disebabkan oleh beberapa hal; 1. kurangnya pengaturan fokus dan cahaya pada mikroskop, sehingga gambar atau penampakan di lensa (mikroskop) menjadi kurang begitu jelas 2. Pada saat kita melakukan penyebaran sampel pada kotak preparat terjadi penumpukan, yang menyebabkan pengamatan terhadap sampel tersebut menjadi sedikit terganggu dan kurang maksimal sehingga terjadi salah perhitungannya. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya hal tersebut juga adalah pada saat pengambilan sampel yang di sebabkan oleh Kurang ratanya pengadukan, sehingga pasir yang kita punya belum homogen, masih terjadi penumpukan besi ataupun kuarsa di beberapa tempat atau bagian. Untuk meminimalisir terjadinya kesalahan tersebut, maka kita harus memperhatikan faktor ketelitian dan pengambilan sampel, sehingga hasil yang kita peroleh menjadi lebih akurat, sehingga proses pengolahan mineral yang kita lakukan menjadi efektif dan efisien.

20 20 Hal ini bisa terjadi demikian, salah satu akibatnya adalah kurang meratanya penyebaran pasir pada preparat mika, diduga adanya penumpukan butiran pasir. Penumpukan pasir dapat menyebabkan kesalahan dalam penghitungan jumlah butiran pasir yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik. Disamping itu, kurang fokusnya lensa mikroskop juga menyebabkan kesalahan dalam pengelihatan karena dapat menyebabkan gambar yang buram sehingga sulit untuk menentukan butiran pasir besi atau kwarsa. Untuk meminimalisir terjadinya kesalahan data tersebut, maka kita harus memperhatikan faktor ketelitian dan pengambilan sampel, sehingga hasil yang kita peroleh menjadi lebih akurat, sehingga proses pengolahan mineral yang kita lakukan menjadi efektif dan efisien. Dari hasil yang didapat maka % Berat pasir besi yang telah diuji ini merupakan golongan yang tinggi diatas persentase awal, karena % Berat dari pasir besi ini bernilai meningkat dari kadar sebelum dilakukan proses screening yang bernilai 66.15%. Setelah didapatkan data persentase % Berat Fe dan pasir kuarsa, lalu dilakukan perhitungan galat dan didapat persentase galatnya adalah 58.66%. angka persentase kesalahan ini cukup tinggi. Hal ini tentunya merupakan kesalahan praktikan melakukan percobaan sehingga menghasilkan data yang kurang tepat dan persentase galat yang tinggi. Maka dari itu dibutuhkan teknik sampling yang tinggi agar hasil yang didapatkan bisa maksimal. Sesuai dengan tujuan percobaan atau praktikum mineral sampling ini yaitu mempelajari teknik mineral sampling dalam proses pengolahan mineral, ada beberapa poin yang sangat perlu diperhatikan agar percobaan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan antara lain : 1. Pengetahuan yang cukup tentang material yang akan diuji baik sifat fisik atau kimia. 2. Alat yang memadai dan menunjang. 3. Kondisi fisik yang baik agar tetap konsentrasi dan teliti

21 21 Pada percobaan ini didapatkan juga kadar Fe hasil perhitungan yaitu %. Nilai ini tentu menyimpang dan pasti ada kesalahan didalamnya. Hal ini bisa disebabkan oleh kurang telitinya praktikan melakukan percobaan sehingga menghasilkan data yang menyimpang. Dari hasil yang didapat maka kadar pasir besi yang telah diuji ini merupakan golongan yang low grade, karena kadar dari pasir besi ini lebih kecil dibandingkan dengan kadar sebenarnya. Oleh karena itu perlu dilakukannya proses benefisiasi untuk mendapatkan kadar yang sesuai dengan standardnya.

22 22 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah kita melakukan percobaan mengenai mineral sampling dan membuat pembahasan berdasarkan data hasil percobaan dan literatur, maka dapat disimpulkan beberapa hal mengenai percobaan ini, antara lain: 1. Mineral sampling adalah salah satu teknik analisa yang dapat digunakan untuk menentukan kadar umpan dari suatu bijih. 2. Berdasarkan data hasil percobaan diketahui besarnya kadar besi-nya sebesar 24,15% sedangkan berdasarkan teori kadar besinya sebesar 60%, maka perlu dilakukan proses benefisiasi. 5.2 Saran Beberapa saran untuk praktikan dan Asisten Laboratorium yakni untuk praktikan agar lebih berkonsentrasi tinggi agar kesalahan dalam penghitungan jumlah butir saat pengamatan dengan mikroskop lebih tepat. Untuk Asisten Laboratorium dimohon agar membimbing para praktikan dengan ekstra agar para praktikan lebih mengerti dan paham baik itu cara penggunaan alat atau pembahasan secara teori dan langsung.

23 23 DAFTAR PUSTAKA Kelly, Errol G Introduction to mineral processing. New York. John Willey & Sons. F,A, Taggart Hand Book of Mineral Dressing, Ores and Industrial Materials. New York : John Willie & Sons.Inc. Gupta, A., Yan, S.D Mineral Processing Design and Operation. Perth, Australia. Setiawan, wawan Bahan Ajar Kuliah Pengolahan Mineral. Cilegon Sudarsono, Arief Diktat Kuliah Pengantar Metalurgi. Teknik Pertambangan, ITB: Bandung [terhubung berkala] [9 Nov 2014, pukul WIB]

24 LAMPIRAN 24

25 25 Lampiran A. Contoh Perhitungan Kadar Fraksi = (mineral A x BjA)/((mineralAxBjA)+(mineralBxBjB))x100% Hitung derajat liberasi bijih maupun kadar bijih bila BJ mineral A = 7 dan BJ mineral B = 2,5 Jawab : Derajat Liberasi fraksi (+28#) mineral A = (4x7)/(10,5x7)x100%=38,09 Kadar mineral A pada fraksi (+28#) = (10,5x7)/ ((10,5x7)+(8,25x2,5))x100%=77,57% Dengan cara yang sama dapat dihitung kadar (KD) maupun Derajat Liberasi (DL) tiap fraksi. Derajat Liberasi bijih = jumlah kolom 5 : jumlah kolom 2 = 5600,42 : 100 = 56% Kadar Bijih = jumlah kolom 6 : jumlah kolom 2 = 7869,94 : 100 = 78,699 % Dalam mencari kadar bijih jangan sampai kadar tiap fraksi dijumlahkan dan hasilnya dibagi tiga. Hal ini salah karena berat tiap fraksi tidak sama.

26 26 Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus A. Tugas 1. Buat tabel dan susun data hasil percobaan! Jawab : Minera l Berat Jenis -60# Berat = 35.7 gram Butiran Jumlah butir x B.J % bera I II t I II -60# Berat = 3.9 gram Jumlah % Butiran butir x B.J berat Pasir Besi Pasir Kuarsa Jumlah Hitung kadar Fe dalam pasir besi! Jawab : (174 4,2)+(120 2,2) (174 4,2) (730,8 )+(264 ) (730,8) (730,8) (994,8)

27 Kadar besi dalam pasir besi ada sebanyak 24,15% diambil dari data pada hasil pengamatan butir pasir besi -60# (undersize) 3. Jelaskan fungsi dari garis berbentuk kotak pada preparat! Jawab : fungsi garis pada preparat mika adalah untuk mempermudah proses pengamatan saat perhitungan butiran mengunakan mikroskop optik dan salah satu bentuk penggambaran bahwa sampel ini mewakili suatu bahan (material) walau hanya sedikit kecil sekali. 4. Jelaskan alasan mengapa bijih diayak / screen terlebih dahulu! Jawab : karena memang pada dasarnya screening itu sendiri merupakan salah satu proses pengolahan mineral dan tujuan percobaan ini adalah mempelajari teknik material sampling pada proses pengolahan mineral. Jadi proses screening itu merupakan proses pengolahan mineral yang dilakukan yang bertujuan untuk menyeragamkan ukuran bijih atau partikel antar bijih agar lebih mudah saat pengamatan 5. Buat analisa dan kesimpulan anda! Jawab : Berdasarkan hasil percobaan dan kenyataan, terdapat perbedaan pada nilai kadar pasir besi perhitungan dan sebebnarnya. Pada kadar perhitungan yaitu sebesar 24.15% dan itu berbeda dengan % kadar sebenarnya. Oleh karena itu perlu dilakukan proses peningkatan kadar bijih dengan cara benefisiasi. Hal tersebut bisa terjadi karena kekurangtelitian praktikan dalam mengaduk sample serta dalam menghitung jumlah butiran pasir besi dan kwarsa yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara pasir kadar sebenarnya dan kadar dalam perhitungan tersebut.

28 28 6. Sebutkan spesifikasi mikroskop optic, dan fungsi bagian-bagianya! Jawab : Mikroskop optik merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengamati dan mempelajari mikrostruktur dari suatu objek cuplikan seperti keadaan mikrostruktur pada butiran atau batas butir suatu logam, fasa serta distribusi fasanya. Pengamatan metalografi menggunakan mikroskop optik pada dasarnya menggunakan bantuan cahaya refleksi atau cahaya polarisasi. Mikroskop optik terdiri dari beberapa bagian komponen yang sangat penting seperti lensa obyektif, okuler, kondensor, filter cahaya dan daya resolusi. Lensa objektif terletak dibagian bawah berdekatan dengan benda yang akan diamati, sedangkan lensa okuler terletak dibagian atas yang berdekatan dengan mata. Apabila sebuah benda yang akan diamati diletakkan dengan lensa objektif, maka akan membentuk bayangan nyata yang diperbesar. Letak bayangan tersebut terdapat di dalam tabung mikroskop, yaitu lensa okuler dan titik api lensa okuler. Lensa okuler menganggap bayangan sebagai suatu benda dan sebagai hasilnya adalah bayangan maya yang jauh lebih besar dari bayangan sebelumnya dan dapat dilihat oleh mata yang berada diatas lensa okuler. Komponen-komponen tersebut masing-masing memiliki fungsi dan kegunaan. Lensa obyektif berfungsi memperbesar bayangan pertama dari suatu cuplikan. Lensa okuler berfungsi memperbesar bayangan yang telah diperbesar oleh lensa obyektif, sedangkan lensa kondensor berfungsi memfokuskan cahaya yang datang dari sumber.

29 29 LampiranC. Gambar Alat dan Bahan Gambar C.1. Ayakan Gambar C.2. Mikroskop Optik Gambar C.3. Neraca Gambar C.4. Preparat Mika Gambar C.5 Pasir Besi

TEKNIK SAMPLING. METODE TIDAK ACAK (unprobability sampling)

TEKNIK SAMPLING. METODE TIDAK ACAK (unprobability sampling) TEKNIK SAMPLING BAGIAN 2 METODE TIDAK ACAK (unprobability sampling) PENGERTIAN Adalah teknik pemilihan sampel yang tidak didasarkan atas hukum probabilitas, dan oleh sebab itu tidak mengharuskan adanya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan

Lebih terperinci

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Pengolahan Bahan Galian (Ore Dressing) pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : preparasi, konsentrasi, dan dewatering. 2.1. PREPARASI Preparasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 23 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Proses Pengolahan Batu Andesit Pengolahan andesit adalah mereduksi ukuran yang sesuai dengan berbagai kebutuhan. Untuk kegiatan ini dilaksanakan melalui unit peremukan (crushing

Lebih terperinci

BAB III. PENGAYAKAN (SCREENING) DAN ANALISIS AYAK

BAB III. PENGAYAKAN (SCREENING) DAN ANALISIS AYAK A III. PENGAYAKAN (SCREENING) AN ANALISIS AYAK Pengayakan merupakan metode pemisahan dan klasifikasi partikel semata-mata hanya berdasarkan ukurannya. Untuk pengayakan menggunakan ayakan ukuran tunggal,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 23 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Proses Pengolahan Batu Andesit Pengolahan andesit adalah mereduksi ukuran yang sesuai dengan berbagai kebutuhan. Untuk kegiatan ini dilaksanakan melalui

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Mineragrafi BAB IV PEMBAHASAN Metode tabling adalah metode konsentrasi gravitasi yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Kriteria

Lebih terperinci

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm.

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm. SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Merupakan pengecilan secara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan Pengecilan ukuran meliputi pemotongan, penghancuran, dan penggilingan Dewi Maya Maharani

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. sudah pasti melakukan proses reduksi ukuran butir (Comminution) sebagai bagian

BAB III DASAR TEORI. sudah pasti melakukan proses reduksi ukuran butir (Comminution) sebagai bagian BAB III DASAR TEORI 3.1. Umum Setiap proses pengolahan bahan galian baik bijih maupun mineral industri sudah pasti melakukan proses reduksi ukuran butir (Comminution) sebagai bagian yang penting dari keseluruhan

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

Teknik Sampling. Materi ke 4 Statistika I. Kelas 2 EB, EA dan DD Semester PTA 2007/2008

Teknik Sampling. Materi ke 4 Statistika I. Kelas 2 EB, EA dan DD Semester PTA 2007/2008 Teknik Sampling Materi ke 4 Statistika I Kelas 2 EB, EA dan DD Semester PTA 2007/2008 Alasan menggunakan sampel : (a) (b) (c) (d) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Mengapa Kita Perlu Melakukan Sampling?

Mengapa Kita Perlu Melakukan Sampling? Pengertian Dasar yang Terkait Populasi: sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang ingin diteliti oleh peneliti. Elemen: anggota dari populasi Rerangka populasi: daftar yang memuat semua elemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim Flotasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara

Lebih terperinci

BAB II. HAMMER MILL. 2.1 Landasan Teori

BAB II. HAMMER MILL. 2.1 Landasan Teori BAB II. HAMMER MILL 2.1 Landasan Teori Untuk dapat memisahkan mineral berharga dari mineral pengganggunya, material hasil penambangan harus direduksi / digerus hingga berukuran halus. Proses pengecilan

Lebih terperinci

BAB III SIZE REDUCTION

BAB III SIZE REDUCTION BAB III SIZE REDUCTION A. TUJUAN 1. Mendapatkan diameter rata-rata beras ketan dan kacang ijo sebelum proses size reduction dengan mengunakan penggaris dan sesudah proses size reduction dengan standard

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13. DAFTAR PUSTAKA 1. Alam. (2007). Mendongkrak Baja Dalam Negeri, Majalah Tambang, Edisi April, pp. 13. 2. Burt, R.O. ( 1984). Gravity Concentration Technology, Elsivier, New York. 3. Chaterjee, A. (1998).

Lebih terperinci

kelemahan: membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, waktu). tidak ada jaminan bahwa semua anggota populasi dapat didata/dilacak di lapangan.

kelemahan: membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, waktu). tidak ada jaminan bahwa semua anggota populasi dapat didata/dilacak di lapangan. populasi populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai jumlah dan karakteristik tertentu jika peneliti melibat seluruh elemen populasi disebut sensus. kelebihan: data

Lebih terperinci

BAB 5 PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

BAB 5 PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau BAB 5 PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 5.1. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kuantitas atau kualitas tertentu yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

BAB III POPULASI, SAMPEL DAN TEHNIK SAMPLING

BAB III POPULASI, SAMPEL DAN TEHNIK SAMPLING BAB III POPULASI, SAMPEL DAN TEHNIK SAMPLING A. Populasi 1. Pengertian Populasi Populasi berasal dari kata Population (Bahasa Inggris), yang berarti jumlah penduduk. Oleh karena itu apabila disebutkan

Lebih terperinci

TEKNIK SAMPLING MODUL: 7

TEKNIK SAMPLING MODUL: 7 TEKNIK SAMPLING MODUL: 7 ISTILAH PENTING DALAM PENELITIAN POPULASI ELEMEN SAMPEL SUBYEK SAMPLING Proses menyeleksi sejumlah elemen dari populasi sehingga dengan mempelajari sampel dan memahami sifat-sifat

Lebih terperinci

Metoda Penelitian TEKNIK SAMPLING

Metoda Penelitian TEKNIK SAMPLING Metoda Penelitian TEKNIK SAMPLING Jika Cukup Sesendok Tak Perlu Semangkok Dasar pemikiran Data yang dipergunakan dalam suatu penelitian belum tentu merupakan keseluruhan dari suatu populasi karena beberapa

Lebih terperinci

ALUR KERJA DENGAN SAMPLE SAMPEL POPULASI TEMUAN

ALUR KERJA DENGAN SAMPLE SAMPEL POPULASI TEMUAN POPULASI DAN SAMPEL PENGERTIAN Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendahuluan Penelitian ini merupakan penelitian tentang kemungkinan pemakaian limbah hasil pengolahan baja (slag) sebagai bahan subfistusi agregat kasar pada TB sebagai lapis

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan b. Menghitung pengaruh gaya-gaya yang bekerja pada pemisahan materi berat-ringan dalam reaktor jig, yaitu gaya gravitasi (gaya berat), gaya buoyant, dan gaya drag terhadap waktu pemisahan materi. c. Perhitungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

ACARA I MINERALOGI OPTIK PENGENALAN MIKROSKOP DAN PREPARASI SAYATAN

ACARA I MINERALOGI OPTIK PENGENALAN MIKROSKOP DAN PREPARASI SAYATAN ACARA I MINERALOGI OPTIK I. Bagian-Bagian Mikroskop Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang menggunakan cahaya terpolarisasi untuk mengamati objek yang salah satunya merupakan sayatan tipis (thin section)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini penulis meneliti tentang pengaruh penahanan waktu pemanasan (holding time) terhadap kekerasan baja karbon rendah pada proses karburasi dengan menggunakan media

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama mencakup peralatan pembuatan paduan Al-Si dengan penambahan

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Pengambilan Data Operasi di Lapangan Penelitian ini dilakukan berdasarkan kondisi operasi yang sesungguhnya. Oleh karena itu diperlukan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor

BAB I PENDAHULUAN. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor merupakan salah satu tambang emas bawah tanah (underground) yang terdapat di Indonesia yang terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian adalah urutan-urutan kegiatan penelitian, meliputi pengumpulan data, proses rekayasa, pengujian sample, dan diteruskan penarikan kesimpulan. Sedangkan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian pemisahan plastik dengan jig dilakukan dalam skala laboratorium untuk mengetahui sifat fisik sampel plastik, dan pengamatan proses jig dalam reaktor batch untuk

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal

Lebih terperinci

POPULASI DAN SAMPEL Apakah populasi? Populasi diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Elemen populasi ini biasan

POPULASI DAN SAMPEL Apakah populasi? Populasi diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Elemen populasi ini biasan POPULASI DAN SAMPEL POPULASI DAN SAMPEL Apakah populasi? Populasi diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis. Populasi:

Lebih terperinci

MODUL I PENARIKAN SAMPEL

MODUL I PENARIKAN SAMPEL PENARIKAN SAMPEL A. TUJUAN PRAKTIKUM Dengan praktikum Statistika Industri Modul I yang membahas tentang penarikan sampel, praktikan diharapkan dapat: 1. Memahami definisi dari sampel dan istilah-istilah

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan meliputi: 1. Lemari oven. 2. Pulverizing (alat penggerus). 3. Spatula/sendok. 4. Timbangan. 5. Kaca arloji

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Umum Penelitian ini adalah menggunakan metode studi eksperimental yaitu dengan melakukan langsung percobaan di laboratorium. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengauh

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 PERANCANGAN SAMPEL DAN PENGUMPULAN DATA

PERTEMUAN 10 PERANCANGAN SAMPEL DAN PENGUMPULAN DATA PERTEMUAN 10 PERANCANGAN SAMPEL DAN PENGUMPULAN DATA PENGERTIAN Sampling merupakan salah satu alat yang penting dalam melakukan riset pemasaran yang berkaitan dengan pengumpulan, analisis, intrepretasi

Lebih terperinci

Metode Penelitian Bisnis

Metode Penelitian Bisnis Metode Penelitian Bisnis Pertemuan Ke-9 Metode Pengambilan Sampel M. Irhas Effendi E-mail: m_irhaseffendi@yahoo.com 1 Deskripsi Mahasiswa mampu mengidentifikasi teknik pengambilan sampel dan bagaimana

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR LAMPIRAN TUGAS Mata Kuliah Progran Studi Dosen Pengasuh : Fisika Dasar : Teknik Komputer (TK) : Fandi Susanto, S. Si Tugas ke Pertemuan Kompetensi Dasar / Indikator Soal Tugas 1 1-6 1. Menggunakan konsep

Lebih terperinci

BAB IV METODE ANALISIS

BAB IV METODE ANALISIS BAB IV METODE ANALISIS 4.1 PEMERIKSAAN AGREGAT Tujuan Percobaan Menentukan berat isi agregat sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya. 4.1.1 Analisis Agregat Halus Peralatan a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi pada proyek pembangunan jalan adalah terjadinya penurunan tanah timbunan jalan, sehingga terjadi kerusakan pada aspal. Terjadinya penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus yang diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat dan kesejahteraan secara umum. Dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA Unila dan Laboratorium Teknik Sipil

Lebih terperinci

6.5 Pertimbangan penentuan ukuran sampel

6.5 Pertimbangan penentuan ukuran sampel 6.5 Pertimbangan penentuan ukuran sampel 1. Pertimbangan Ukuran Sampel Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel 4 hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian : 1)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun cara ilmiah yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR

STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR STUDI KONSENTRASI BIJIH BESI LATERITIK KADAR RENDAH DENGAN METODE TABLING TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Teknik Metalurgi pada Program Studi Teknik Metalurgi Institut

Lebih terperinci

Statistik pendidikan : kumpulan keterangan yg berwujud angka, yg berkaitan dgn bd pendidikan (proses pembelajaran). Contoh: analisa hasil eksperimen

Statistik pendidikan : kumpulan keterangan yg berwujud angka, yg berkaitan dgn bd pendidikan (proses pembelajaran). Contoh: analisa hasil eksperimen STATISTIKA STATISTIKA : PENGETAHUAN YG BERHUBUNGAN DGN CARA -CARA PENGUMPULAN DATA, PENGOLAHAN ATAU PENGANALISISANNYA DAN PENARIKAN KESIMPULAN BERDASARKAN PENGANALISAAN TADI STATISTIK : ISTILAH UNTUK MENYATAKAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STUDI UKURAN, BENTUK, DAN KEKERASAN HASIL COR ULANG SERBUK HASIL ATOMISASI SEMPROT UDARA KARBON DUA ARAH TIMAH PUTIH

TUGAS AKHIR STUDI UKURAN, BENTUK, DAN KEKERASAN HASIL COR ULANG SERBUK HASIL ATOMISASI SEMPROT UDARA KARBON DUA ARAH TIMAH PUTIH TUGAS AKHIR STUDI UKURAN, BENTUK, DAN KEKERASAN HASIL COR ULANG SERBUK HASIL ATOMISASI SEMPROT UDARA KARBON DUA ARAH TIMAH PUTIH Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu pada

Lebih terperinci

Seed Processing Indonesia

Seed Processing Indonesia Mesin Ayak / Air screen Cleaner (Seed Grading) SG/SPI-01 185 cm 110 cm Mesin ayak ini berbahan konstruksi besi, memiliki presisi tinggi dan membersihkan dengan sempurna untuk keperluan laboratorium. Mesin

Lebih terperinci

KIMIA ANALITIK I TAHAP-TAHAP PEKERJAAN ANALISIS KIMIA

KIMIA ANALITIK I TAHAP-TAHAP PEKERJAAN ANALISIS KIMIA KIMIA ANALITIK I TAHAP-TAHAP PEKERJAAN ANALISIS KIMIA. METODA ILMIAH DALAM ANALISIS KIMIA Langkah langkah pokok metoda ilmiah Menetapkan masalah Melakukan kajian teoritik dan menarik hipotesa Melakukan

Lebih terperinci

RISET AKUNTANSI. Materi RISET AKUNTANSI

RISET AKUNTANSI. Materi RISET AKUNTANSI RISET AKUNTANSI Materi RISET AKUNTANSI Dr. Kartika Sari U niversitas G unadarma Materi 5-1 Satuan Acara Perkuliahan 1. Riset Ilmiah 2. Metode dan Desain Riset 3. Topologi Data 4. Teknik Sampling 5. Metode

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

Dasar Teori Tambahan. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen.

Dasar Teori Tambahan. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen. Dasar Teori Tambahan Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu cebakan sedimenter yang berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran bahan berselulosa yang bersal dari tumbuhtumbuhan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Dalam penelitian ini yang digunakan adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas meliputi prosentase Silica fume dalam campuran beton (5%) dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Persiapan Bahan Pengecoran Dengan Penambahan Ti-B Coran dg suhu cetakan 200 o C Coran dg suhu cetakan 300 o C Coran dg suhu cetakan

Lebih terperinci

4 CM HALAMAN PERSEMBAHAN. Times New Roman 14, KAPITAL 4 CM 3 CM. HALAMAN iii, dst (Times New Roman 10 pt. iii 1,5 CM

4 CM HALAMAN PERSEMBAHAN. Times New Roman 14, KAPITAL 4 CM 3 CM. HALAMAN iii, dst (Times New Roman 10 pt. iii 1,5 CM HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN iii, dst (Times New Roman 10 pt iii KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-nya sehingga praktiakan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGAYAK PASIR CETAK VIBRATING SCREEN PADA IKM COR DI JUWANA KABUPATEN PATI. Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus

PERANCANGAN MESIN PENGAYAK PASIR CETAK VIBRATING SCREEN PADA IKM COR DI JUWANA KABUPATEN PATI. Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun 201 4 ISBN: 978-602-1180-04-4 PERANCANGAN MESIN PENGAYAK PASIR CETAK VIBRATING SCREEN PADA IKM COR DI JUWANA KABUPATEN PATI Heru Sulistiawan 1, Sugeng Slamet 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai kuat tekan awal beton ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI NAMA KELOMPOK : 1. FITRIYATUN NUR JANNAH (5213412006) 2. FERA ARINTA (5213412017) 3. DANI PRASETYA (5213412037) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITTAS

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON Jeffry 1), Andry Alim Lingga 2), Cek Putra Handalan 2) Abstrak Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Spesifikasi bearing Metode pengujian Persiapan Pengujian: Pengambilan bahan pengujian bearing baru, bearing bekas pakai dan bearing

Lebih terperinci

2 Ditinjau dari caranya, kimia analitik digolongkan menjadi : Analisis klasik Analisis klasik berdasarkan pada reaksi kimia dengan stoikiometri yang t

2 Ditinjau dari caranya, kimia analitik digolongkan menjadi : Analisis klasik Analisis klasik berdasarkan pada reaksi kimia dengan stoikiometri yang t BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kimia Analitik Kimia analitik merupakan ilmu kimia yang mendasari analisis dan pemisahan sampel. Analisis dapat bertujuan untuk menentukan jenis komponen apa saja yang terdapat dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan III. METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan diantaranya adalah : A. Populasi Populasi adalah subyek

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II NAMA MAHASISWA : STAMBUK : KELOMPOK / KLS : LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode pengujian dilakukan dengan menguji material beton yaitu agregat kasar dan agregat halus yang akan menjadi bahan pembentuk beton yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengujian

Lebih terperinci

(D) 40 (E) 10 (A) (B) 8/5 (D) 5/8

(D) 40 (E) 10 (A) (B) 8/5 (D) 5/8 1. Benda 10 kg pada bidang datar kasar (koef. gesek statik 0,40; koef gesek kinetik 0,35) diberi gaya mendatar sebesar 30 N. Besar gaya gesekan pada benda tersebut adalah N (A) 20 (C) 30 (E) 40 (B) 25

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alur Penelitian Penelitian dalam tugas akhir ini dilakukan dalam beberapa tahapan meliputi: menentukan tujuan penelitian, mengumpulkan landasan teori untuk penelitian,

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LABORATORIUM PENGOLAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 3.4. Shaking Table 3.4.1. Tujuan Tujuan dari praktikum ini, yaitu: a. Memahami mekanisme dan prosedur kerja alat. b. Menghitung kadar dan recovery. 3.4.2. Dasar Teori Konsentrasi gravitasi adalah proses

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III UJI MATERIAL

BAB III UJI MATERIAL BAB III UJI MATERIAL 3.1. Uraian Umum Eksperimen dalam analisa merupakan suatu langkah eksak dalam pembuktian suatu ketentuan maupun menentukan sesuatu yang baru. Dalam ilmu pengetahuan dibidang teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan perbandingan efisiensi praktikum kimia skala besar dan praktikum kimia skala kecil sehingga penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci