BAB III SIZE REDUCTION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III SIZE REDUCTION"

Transkripsi

1 BAB III SIZE REDUCTION A. TUJUAN 1. Mendapatkan diameter rata-rata beras ketan dan kacang ijo sebelum proses size reduction dengan mengunakan penggaris dan sesudah proses size reduction dengan standard sieving. 2. Mendapatkan 80% (w/w) produk hasil sieving dengan screening ukuran 34 mesh dan 150 mesh untuk masing-masing bahan. 3. Menghitung Konstanta Rittinger (Kr) dan Konstanta Kick pada masingmasing bahan. 4. Menghitung Work index untuk bahan-bahan tersebut dengan persamaan Bond. B. DASAR TEORI 1. Size reduction Semua cara yang digunakan untuk memotong partikel zat padat dan dipecahkan menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil dinamakan size reductioatau pemecahan/ pengecilan ukuran. Di dalam industri pengolahan, zat padat diperkecil dengan berbagai cara yang sesuai dengan tujuannya. roduk-produk komersial biasanya harus memenuhi spesifikasi yang sangat ketat dalam hal ukuran maupun bentuk partikelnya yang sangat berpengaruh terhadap reaktifitas zat padat tersebut. emecahan ini juga dapat memisahkan komponen yang mungkin tidak diinginkan dengan cara mekanik, serta dapat juga memperkecil bahan bahan berserat untuk memudahkan proses penanganannya (Sukma Dwi, 2004). Secara umum tujuan dari size reduction atau pemecahahan ini adalah: (Sukma Dwi, 2004) a. Menghasilkan padatan dengan ukuran maupun spesifik permukaan tertentu b. Memecahkan bagian dari mineral atau kristal dari persenyawaan kimia yang terpaut pada padatan tertentu.

2 Tingkat kehalusan tekstur/sifat bahan dan ukuran yang seragam dari bahan yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh segi peralatan/mesin pengecil yang digunakan, serta karakteristik bahan. Kecepatan putaran alat yang digunakan juga akan mempengaruhi hasil dari proses screening. Semakin cepat putaran yang digunakan maka tekstur akan sedikit lebih halus. (M. Arifyandi Sangun, 2010). Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan alat size reduction: (Sukma Dwi, 2004) a. Ukuran umpan b. Size reduction ratio c. Distribusi ukuran partikel di arus produk d. Kapasitas e. Sifat bahan: seperti hardness, abrasiveness, stickiness, densitas, flammability. f. Kondisi basah atau kering. Karakteristik produk size reduction, yaitu untuk memperoleh partikel yang kecil dari partikel yang besar. artikel kecil yang diinginkan karena permukaan yang luas atau karena bentuk, ukuran dan nomor. Rasio diameter partikel besar dan kecil pada produk size reduction yang diinginkan yaitu 104 (McCabe,1983). 2. Screening (engayakan) engayakan merupakan satuan operasi pemisahan dari berbagai ukuran bahan untuk dipisahkan kedalam dua atau tiga fraksi dengan menggunakan ayakan, setiap fraksi yang keluar dari ayakan mempunyai ukuran yang seragam (Sulistiawan, 2014). engayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel. engayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium. roduk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu: a. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).

3 b. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize). Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu dan seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan pengayakan. ada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak. artikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails) tidak lulus. engayakan lebih lazim dalam keadaan kering (McCabe, 1983, halaman 386). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu: a. Jenis ayakan b. Cara pengayakan c. Kecepatan pengayakan d. Ukuran ayakan e. Waktu pengayakan f. Sifat bahan yang akan diayak Tujuan dari proses pengayakan ini adalah: (Taggart,1927) a. Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai untuk beberapa proses berikutnya. b. Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam peremukan (rimary crushing) atau oversize ke dalam proses pengolahan berikutnya, sehingga dapat dilakukan kembali proses peremukan tahap berikutnya (secondary crushing). c. Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk akhir. d. Mencegah masuknya undersize ke permukaan. engayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering untuk material kasar, dapat optimal sampai dengan ukuran 10 in (10 mesh). Sedangkan pengayakan dalam keadaan basah biasanya untuk material yang halus mulai dari ukuran 20 in sampai dengan ukuran 35 in.

4 ermukaan ayakan yang digunakan pada screen bervariasi, yaitu: (Brown,1950) a. lat yang berlubang (punched plate, bahan dapat berupa baja ataupun karet keras. b. Anyaman kawat (woven wire), bahan dapat berupa baja, nikel, perunggu, tembaga, atau logam lainnya. c. Susunan batangan logam, biasanya digunakan batang baja (pararel rods). Sistem bukaan dari permukaan ayakan juga bervariasi, seperti bentuk lingkaran, persegi ataupun persegi panjang. enggunaan bentuk bukaan ini tergantung dari ukuran, karakteristik material, dan kecepan gerakan screen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan material untuk menerobos ukuran ayakan adalah : a. Ukuran buhan ayakan Semakin besar diameter lubang bukaan akan semakin banyak material yang lolos. b. Ukuran relatif partikel Material yang mempunyai diameter yang sama dengan panjangnya akan memiliki kecepatan dan kesempatan masuk yang berbeda bila posisinya berbeda, yaitu yang satu melintang dan lainnya membujur. c. antulan dari material ada waktu material jatuh ke screen maka material akan membentur kisi-kisi screen sehingga akan terpental ke atas dan jatuh pada posisi yang tidak teratur. Kandungan air yang banyak akan sangat membantu tapi bila hanya sedikit akan menyumbat screen. Dalam proses pengayakan yang dilakukan di industri, zat padat dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak. artikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize) atau halusan (finess), lolos melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize) tidak lolos. Bahan digoyangkan atau digerakkan di atas saringan halus atau kain penyaringan, sehingga partikel yang lebih kecil dari ukuran lubang saringan dapat lolos di bawah pengaruh gaya gravitasi.

5 Laju penembusan saringan tergantung kepada beberapa faktor, terutama sifat alamiah partikel dan bentuk partikel, frekuensi dan jumlah penggerakan, metode yang digunakan untuk mencegah perlekatan partikel atau penutupan lubang saringan oleh partikel dan gaya tegang serta sifat alamiah alat bahan penyaring (Earle, 1969). 3. Hukum Rittinger, Hukum Kick, dan Hukum Bond a. Hukum Rittinger Hukum Rittinger (1867) menyatakan bahwa kerja yang diperlukan untuk memecah partikel sebanding dengan luas permukaan yang terbentuk. ṁ = K r ( 1 1 ) D sb D...(1) sa Keterangan : = ower (watt) ṁ = Debit massa (kg/s) Kr = Konstanta Rittinger Dsb = Diameter screen (m) Dsa = Diameter bahan awal (m) Dengan anggapan efisiensi mekanis tetap, dan untuk mesin padatan tertentu, efisiensi mekanis tidak tergantung pada ukuran umpan maupun produk (Felicia, halaman 35). Jika sphericity umpan dan produk sama, dan efisiensi mekanis konstan maka dapat dimodifikasi menjadi hukum Rittinger sebagai berikut: (McCabe,1983) b. Hukum Kick Hukum Kick (1885) menyatakan bahwa kerja diferensial yang diperlukan untuk memecah partikel padatan hampir mirip dengan kerja yang dibutuhkan untuk deformasi plastik, yaitu sebanding dengan rasio ukuran partikel sebelum dan sesudah pecah: d ( ṁ ) = K dd s D s Menghasilkan persamaan Kick :...(2)

6 ( ṁ ) = K k ln ( D sb D sa )...(3) (McCabe,1983) Keterangan : = ower (watt) ṁ = Debit massa (kg/s) Kk = Konstanta Kick Dsb = Diameter screen (m) Dsa = Diameter bahan awal (m) c. Hukum Bond Hukum Bond (1952) sejauh ini merupakan pendekatan yang palin realistic untuk perkirakan kebutuhan energy untuk crushing dan grinding. Menurut Bond, kerja yang bahkan untuk membentuk partikel ukuran Dp dari suatu padatan yangs angat besar adalah sebanding dengan akar pangkat dua dan perbandingan luas muka dengan volume jika sp/vp, dimana sp/vp = 6/(ΦsDp). Bentuk akhir dan Hukum Bond, adalah: (McCabe, 1983)...(4) Dimana Kb adalah suatu konstanta yang besarnya sama, tergantung pada tipe mesin dan material yang akan direduksi. Hubungan antara Kb dan W sebagai berikut :.(5) Dimana, Wi aadalah energi dalam Kwh tiap ton feed yang dibutuhkan untuk mereduksi feed dengan ukuran yang sangat besar sampai meghasilkan produk yang 90% mampu melewati saringan 100µ, dimana : : dalam satuan Kwh M : dalam satuan ton/jam

7 Dp : dalam satuan mm Bila 80% feed mampu melewati screen dengan ukuran Dpa dan 80% produk mampu melewati screen dengan ukuran, maka gabungan persamaan sebagai berikut:.(6) (McCabe,1983). Keterangan : = ower (watt) ṁ = Debit massa (kg/s) Wi = Work index Dpb = Diameter screen (m) Dpa = Diameter bahan awal (m)

8 C. ROSEDUR KERJA 1. ALAT Blender Timbangan digital Kipas Seive Loyang Cawan Gelas arloji Sendok Gambar III.1 Alat-Alat raktikum Size reduction 2. BAHAN a. Kacang hijau 180 gram b. Beras ketan 180 gram 3. SKEMA KERJA Kacang Hijau 40 g /50 g diblender Serbuk kacang hijau Sieving 34 mesh 80% kacang hijau 34 mesh Gambar III.2 Skema Kerja Size reduction Bahan Kacang Hijau 34 Mesh

9 Beras Ketan 40 g/50 g diblender Serbuk beras ketan Sieving 34 mesh 80% beras ketan 34 mesh Gambar III.3 Skema Kerja Size reduction Bahan Beras Ketan 34 Mesh Kacang Hijau 40 g/50 g diblender Serbuk kacang hijau Sieving 150 mesh 80% kacang hijau 150 mesh Gambar III.4 Skema Kerja Size reduction Bahan Kacang Hijau 150 Mesh Beras Ketan 40 g/50 g diblender Serbuk beras ketan Sieving 150 mesh 80% beras ketan 150 mesh Gambar III.5 Skema Kerja Size reduction Bahan Kacang Hijau 150 Mesh

10 D. HASIL DAN EMBAHASAN 1. HASIL ENGAMATAN Tabel III.1 Data engamatan raktikum Size reduction No. erlakuan Hasil engamatan 1. Menghitung diameter rata-rata Beras ketan 029 cm Kacang hijau 0,32 cm 2. Menimbang massa beras ketan Massa beras ketan I 40 gram Menimbang massa kacang Massa beras ketan II 50 gram Massa kacang hijau I 40 gram hijau Massa kacang hijau II 50 gram 3. Menghaluskan beras ketan 40 Terlampir gram, kemudian diayak menggunakan sieving 34 mesh dan 150 mesh 4. Menghaluskan beras ketan 50 Terlampir gram, kemudian diayak menggunakan sieving 34 mesh dan 150 mesh 6. Menghaluskan kacang hijau 40 Terlampir gram, kemudian diayak dengan sieving 34 mesh dan 150 mesh 7. Menghaluskan kacang hijau 50 gram, kemudian diayak dengan sieving 34 mesh dan 150 mesh Terlampir Tabel III.2 roses Size Reduction Biji Beras ketan t (tiap 3 menit) 40 gram 50 gram 34 mesh 150 mesh 34 mesh 150 mesh Sisa Total

11 Tabel III.3 roses Size Reduction Biji Kacang Hijau t (tiap 3 menit) 40 gram 50 gram 34 mesh 150 mesh 34 mesh 150 mesh Sisa Total Tabel III.4 Nilai konstanta Rittinger, Konstanta Kick dan Work index ada Sieve 34 Mesh Bahan Kr (N/kg) Kk (N/kg) Wi (N/kg) Beras Ketan 40 gram Beras Ketan 50 gram Kacang Hijau 40 gram Kacang Hijau 50 gram Tabel III.5 Nilai konstanta Rittinger, Konstanta Kick dan Work index ada Sieve 150 Mesh Bahan Kr (N/kg) Kk (N/kg) Wi (N/kg) Beras Ketan 40 gram Beras Ketan 50 gram Kacang Hijau 40 gram Kacang Hijau 50 gram EMBAHASAN Size reduction merupakan suatu proses untuk memperkecil ukuran partikel dengan cara memecah, memotong dan menggiling bahan tersebut sampai mendapatkan ukuran yang diinginkan. ada percobaan size

12 reduction kali ini menggunakan dua bahan baku yaitu beras ketan dan kacang hijau. Sebelum prosesnya dimulai, beras ketan dan kacang hijau terlebih dahulu disangrai. Tujuan proses sangrai tersebut yaitu untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada beras ketan dan kacang hijau sehingga mempermudah pada proses screening. Kemudian kedua bahan diukur diameter rata-ratanya. Didapatkan diameter rata-rata beras ketan yaitu 0.29 cm serta diameter rata-rata kacang hijau yaitu 0.32 cm. ercobaan kali ini menggunakan dua variabel yaitu berdasarkan feed serta perbedaan bahan yang digunakan. Feed yang masuk yaitu 40 gram dan 50 gram per masing-masing bahan. ada setiap variabel akan diayak dengan menggunakan 2 jenis ukuran sieving test yang berbeda yaitu 34 mesh dan 150 mesh. roses pengayakan yaitu proses penyamarataan ukuran dalam ayakan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki sehingga ukuran partikel menjadi homogen. Target dari proses size reduction sebanyak 80% dari feed yang di tentukan. roses size reduction kali ini dilakukan dengan menggunakan blender dengan daya blender sebesar 200 watt dan waktu tiap operasi selama 15 detik. roses size reduction yang pertama yaitu dengan menggunakan bahan beras ketan sebanyak 40 gram dan 50 gram. Masing-masing diblender selama 10 detik. ada 40 gram beras ketan pertama, bahan diayak menggunakan sieve 34 mess sebanyak satu kali dan didapatkan hasil pengayakan yaitu gram, dengan persen berat mencapai 90.75%. ada 40 gram beras ketan kedua, bahan diayak dengan sieve 150 mess sebanyak 11 kali dan didapatkan hasil pengayakan yaitu gram, dengan persen berat mencapai 47.52%. Sedangkan pada 50 gram beras ketan pertama, bahan diayak menggunakan sieve 34 mess sebanyak satu kali dan didapatkan hasil pengayakan yaitu gram dengan persen berat mencapai 97.78%. ada 50 gram beras ketan kedua, bahan diayak dengan sieve 150 mess sebanyak 5 kali dan didapatkan hasil gram, dengan persen berat mencapai 41.02%.

13 roses size reduction yang kedua yaitu dengan menggunakan bahan kacang hijau sebanyak 40 gram dan 50 gram. Masing-masing diblender selama 10 detik. ada 40 gram bahan kacang hijau pertama, bahan diayak menggunakan sieve 34 mess sebanyak dua kali dan didapatkan hasil pengayakan yaitu gram, dengan persen berat mencapai 89.9%. ada 40 gram bahan kacang hijau kedua, bahan diayak dengan sieve 150 mess sebanyak 11 kali dan didapatkan hasil pengayakan yaitu gram, dengan persen berat mencapai 59.63%. Sedangkan pada 50 gram bahan kacang hijau pertama, bahan diayak menggunakan sieve 34 mess sebanyak 2 kali dan didapatkan hasil pengayakan yaitu gram dengan persen berat mencapai 92.94%. ada 50 gram bahan kacang hijau kedua, bahan diayak dengan sieve 150 mess sebanyak 11 kali dan didapatkan hasil gram, dengan persen berat mencapai 62.88%. ada percobaan dengan menggunakan sieve 150 mess tidak dapat memenuhi target yaitu 80% dari berat feed, hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Hal yang pertama yaitu pemblenderan yang kurang maksimal karena bahan yang menempel dasar blender sehingga tidak dapat tercacah dengan baik. Yang kedua yaitu banyaknya bahan bahan yang hilang disebabkan oleh adanya angin yang berasal dari kipas angin yang terdapat di sekitar laboratorium sehingga banyak bahan yang terbawa angin. Setelah didapatkan diameter akhir dan massa serbuk serta semua data yang dibutuhkan dalam perhitungan, maka setelah itu dapat menghitung konstanta pada alat yang digunakan saat proses size reduction. Konstanta yang digunakan adalah Konstanta Rittinger (Kr), Konstanta Kick (Kk), dan Work Indeks (wi). selain dapat menghitung konstanta yang digunakan saat proses size reduction, dilakukan juga menghitung daya () yang dibutuhkan dengan ketentuan kasus yang diberikan, perhitungan disajikan dalam lembar lampiran. Berdasarkan data yang dihasilkan dari praktikum size reduction, pengaruh diameter beras sangat memengaruhi daya yang digunakan pada

14 proses pengecilan ukuran. Semakin besar ukuran bahan,semakin besar daya yang digunakan dalam proses pengecilan ukuran. Diameter produk yang dihasilkan juga di pengaruhi oleh daya yang digunakan.semakin kecil diameter produk yang dihasilkan,semakin besar daya yang di gunakan. Feed juga mempengaruhi pada proses size reduction. Berdasarkan hasil pengamatan variabel yang uji. Semakin besar massa feed yang di berikan, semakin besar pula daya di gunakan dalam proses size reduction. Daya yang digunakan akan memengaruhi konstanta Rittinger, Konstanta Kick dan Work index dari proses size reduction. Yang paling mempengarui daya yaitu diameter karena semakin kecil ukuran diameter yang diinginkan, maka daya yang diinginkan semakin besar. D. SIMULAN DAN SARAN 1. SIMULAN Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa : a. Dari pengambilan 5 sampel didapatkan diameter rata rata beras ketan sebesar 0,29 cm dan kacang ijo sebesar 0.32 cm. b. Didapatkan 80% berat pada 34 mesh dari berat semula beras ketan dan kacang ijo. Sedangkan yang 150 mesh belum mendapatkan 80% berat dari berat semula beras ketan dan kacang ijo. c. Didapatkan nilai Konstanta Rittinger (Kr) terbesar pada bahan beras ketan 40 gram 150 mesh yaitu 1068 N/Kg, dan Konstanta Kick (Kk) terbesar pada bahan beras ketan 40 gram 150 mesh yaitu N/Kg d. Didapatkan nilai Work index terbesar pada bahan beras ketan 40 gram 150 mesh yaitu N/Kg. 2. SARAN a. Bahan yang digunakan untuk proses size reduction harus benar benar kering agar mudah melalui proses screening.

15 b. Alat yang digunakan untuk proses size reduction harus memiliki daya yang sesuai dengan bahan yang digunakan. c. Waktu untuk proses size reduction harus dilakukan lebih lama supaya mendapat produk yang lebih banyak.

16 DAFTAR USTAKA Brown, G.G., 1950, Unit Operations, John Wiley and Sons, Inc., New York. Earle, R. L Unit Operation in Food rocessing. T. SASTRA HUDAYA, Bogor. F,A,Taggart Hand Book of Mineral Dressing, Ores and Industrial Materials. New York: John Willie & sons.inc. Mc.Cabe, W.L Unit Operation of Chemical Engeneering. Tioon Well Finishing Co. Ltd. Singapura. rabowo Herjun Neraca Bahan ada engayakan. Akademi Teknologi Industri adang (ATI). adang Sangun., M. Arifyandi dkk Size reduction Equipment. Departemen Teknologi Industri ertanian Fakultas Teknologi ertanian, Institut ertanian Bogor. Bogor. Sukma Wibawa Spesifikasi Alat Size Reduction. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Lampung. Sulistiawan, H. dan Slamet, S erancangan Mesin engayak asir Cetak Vibrating Screen ada IKM COR Di Juwana Kabupaten ati. rogram Studi Teknik Mesin, Fakultas Tekni, Universitas Muria Kudus. Kudus..

17 A. Bahan beras ketan 40 gram 1. Konstanta Rittinger (Kr) a. Untuk 150 mesh AENDIX = 40 gram = 0,04 kg = 33 menit = 1980 dt = 0,04 kg/1980 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.29 cm = m b. Untuk 34 mesh ṁ = Kr ( 1 Db 1 Da ) 200 N.m/s = Kr ( ) = Kr( ) = Kr( ) Kr = Kr = 1068 N/kg = 40 gram = 0,04 kg = 3 menit = 180 dt = 0,04 kg / 180 detik = kg/s = 4, m Da (diameter beras ketan awal) = 0.29 cm = m

18 2. Konstanta kick (Kr) a. Untuk 150 mesh ṁ = Kr ( 1 Db 1 Da ) 200 N.m/s = Kr ( ) = Kr( ) = Kr( ) Kr = Kr = N/kg = 40 gram = 0,04 kg = 33 menit = 1980 dt = 0,04 kg/1980 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.29 cm = m b. Untuk 34 mesh Da = Kk. ln ṁ Db 200N. m/s = Kk. ln ( ) = Kk. ln (27.88) = Kk 3.33 Kk = N/kg

19 = 40 gram = 0,04 kg = 3 menit = 180 dt = 0,04 kg / 180 detik = kg/s = 4, m Da (diameter beras ketan awal) = 0.29 cm = m 3. Working Index a. Untuk 150 mesh Da = Kk. ln ṁ Db 200N. m/s = Kk. ln ( ) = Kk. ln (6.55) = Kk 1.88 Kk = N/kg = 40 gram = 0,04 kg = 33 menit = 1980 dt = 0,04 kg/1980 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.29 cm = m ṁ = 0,3162. wi ( 1 Db 1 Da ) 200 = wi ( = wi ( ) = wi = wi )

20 b. Untuk 34 mesh wi = N/kg = 40 gram = 0,04 kg = 180 detik = 0,04 kg/180 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.29 cm = m ṁ B. Bahan beras ketan 50 gram 1. Konstanta Rittinger (Kr) a. Untuk 150 mesh = 0,3162. wi ( 1 Db 1 Da ) 200 = wi ( = wi ( ) = wi = wi wi = N/kg = 50 gram = 0,05 kg = 15 menit = 900 dt = 0,05 kg/900 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.29 cm = m )

21 b. Untuk 34 mesh ṁ = Kr ( 1 Db 1 Da ) 200 N.m/s = Kr ( ) = Kr( ) = Kr( ) Kr = Kr = N/kg = 50 gram = 0,05 kg = 3 menit = 180 detik = 0,05 kg/180 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.29 cm = m 2. Konstanta Kick (Kk) a. Untuk 150 Mesh (power) ṁ = Kr ( 1 Db 1 Da ) 200 N.m/s = Kr ( ) = Kr( ) = Kr( ) Kr = Kr = N/kg = 200 watt = 200 N.m/s = 50 gram = 0.05kg

22 = 15 menit = 900 detik Da (diameter beras awal) = 0.05 kg /900 detik = kg/s = 1, m = 0.29 cm = m Da = Kk. ln ṁ Db 200 N.m/s = Kk. ln m kg/s m N. m/kg = Kk 3.33 m Kk = N/kg b. Untuk 34 mesh Da (diameter beras ketan awal) Da = Kk. ln ṁ Db = 50 gram = 0,05 kg = 3 menit = 180 detik = 0,05 kg/180 detik = kg/s = m = 0.29 cm = m 200 N.m/s = Kk. ln m kg/s m N. m/kg = Kk 1.88 m

23 Kk = N/kg 3. Working Index a. Untuk 150 mesh (power) = 200 watt = 200 N.m/s = 50 gram = 0.05kg = 15 menit = 900 detik = 0.05 kg /900 detik = kg/s = 1, m Da (diameter beras awal) = 0.29 cm = m ṁ = 0,3162. wi ( 1 Db 1 Da ) 200 = wi ( , ) = wi ( ) = wi = wi wi = N/kg b. Untuk 34 mesh = 50 gram = 0,05 kg = 3 menit = 180 detik = 0,05 kg/180 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.29 cm = m

24 ṁ C. Bahan Kacang Hijau 40 gram 1. Konstanta Rittinger (Kr) a. Untuk 150 mesh = 0,3162. wi ( 1 Db 1 Da ) 200 = wi ( = wi ( ) = wi = wi wi = N/kg = 40 gram = 0,04 kg = 33 menit = 1980 dt = 0,04 kg/1980 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.32 cm = m ṁ = Kr ( 1 Db 1 Da ) 200 N.m/s = Kr ( ) = Kr( ) = Kr( ) Kr = Kr = N/kg )

25 b. Untuk 34 mesh = 40 gram = 0,04 kg = 6 menit = 360 dt = 0,04 kg / 360 detik = kg/s = 4, m Da (diameter beras ketan awal) = 0.32 cm = m ṁ = Kr ( 1 Db 1 Da ) 200 N.m/s = Kr ( 1 1 ) m = Kr( ) = Kr(1944.8) Kr = Kr = N/kg 2. Konstanta kick (Kr) a. Untuk 150 mesh = 40 gram = 0,04 kg = 33 menit = 1980 dt = 0,04 kg/1980 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.32 cm = m

26 b. Untuk 34 mesh Da = Kk. ln ṁ Db 200N. m/s = Kk. ln ( ) = Kk. ln (30.77) = Kk 3.43 Kk = N/kg = 40 gram = 0,04 kg = 6 menit = 360 dt = 0,04 kg / 360 detik = kg/s = 4, m Da (diameter beras ketan awal) = 0.32 cm = m Da = Kk. ln ṁ Db 200N. m/s = Kk. ln ( , ) = Kk. ln (7.22) = Kk 1.98 Kk = N/kg 3. Working Index a. Untuk 150 mesh = 40 gram = 0,04 kg

27 = 33 menit = 1980 dt = 0,04 kg/1980 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.32 cm = m ṁ = 0,3162. wi ( 1 Db 1 Da ) 200 = wi ( = wi ( ) ) = wi = wi wi = N/kg b. Untuk 34 mesh = 40 gram = 0,04 kg = 6 menit = 360 detik = 0,04 kg/360 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.32 cm = m 200 ṁ = 0,3162. wi ( 1 Db 1 Da ) = wi ( = wi ( ) ) = wi = 9.43 wi

28 D. Kacang Hijau 50 gram 1. Konstanta Rittinger (Kr) a. Untuk 150 mesh wi = N/kg = 50 gram = 0,05 kg = 33 menit = 1980 dt = 0,05 kg/1980 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.32 cm = m ṁ = Kr ( 1 Db 1 Da ) 200 N.m/s = Kr ( ) = Kr( ) = Kr( ) Kr = Kr = N/kg b. Untuk ukuran 34 mesh = 50 gram = 0,05 kg = 6 menit = 360 dt = 0,05 kg / 360 detik = kg/s = 4, m Da (diameter beras ketan awal) = 0.32 cm = m

29 2. Konstanta kick (Kr) a. Untuk 150 mesh ṁ = Kr ( 1 Db 1 Da ) 200 N.m/s = Kr ( 1 1 ) m = Kr( ) = Kr(1944.8) Kr = Kr = N/kg = 50 gram = 0,05 kg = 33 menit = 1980 dt = 0,05 kg/1980 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.32 cm = m b. Untuk 34 mesh Da = Kk. ln ṁ Db 200N. m/s = Kk. ln ( ) = Kk. ln (30.77) = Kk 3.43 Kk = N/kg

30 = 50 gram = 0,05 kg 3. Working Index = 6 menit = 360 dt = 0,05 kg / 360 detik = kg/s = 4, m Da (diameter beras ketan awal) = 0.32 cm = m a. Untuk 150 mesh (power) (Asumsi blender) Da (diameter beras ketan awal) 200 Da = Kk. ln ṁ Db 200N. m/s = Kk. ln ( , ) ṁ = Kk. ln (7.22) = Kk 1.98 Kk = N/kg = 200 watt =200 N.m/s = 50 gram = 0,05 kg = 33 menit = 1980 dt = 0,05 kg/1980 detik = kg/s = m = 0.32 cm = m = 0,3162. wi ( 1 Db 1 Da ) = wi ( = wi ( ) = wi = wi )

31 wi = N/kg c. Untuk 34 mesh = 50 gram = 0,05 kg = 6 menit = 360 detik = 0,05 kg/360 detik = kg/s = m Da (diameter beras ketan awal) = 0.32 cm = m 200 ṁ = 0,3162. wi ( 1 Db 1 Da ) = wi ( = wi ( ) ) = wi = 9.43 wi wi = N/kg

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina SIZE REDUCTION Isi kuliah : a. Tujuan b. Variable operasi c. Pemilihan alat dan alat-alat SR d. Kebutuhan energi dan efisiensi alat SR a. TUJUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

SIZE REDUCTION. Pengecilan ukuran

SIZE REDUCTION. Pengecilan ukuran SIZE REDUCTION RYN Pengecilan ukuran Merupakan pengecilan secara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan Pengecilan ukuran meliputi pemotongan, penghancuran, dan penggilingan 1 Tujuan pengecilan

Lebih terperinci

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm.

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm. SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Merupakan pengecilan secara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan Pengecilan ukuran meliputi pemotongan, penghancuran, dan penggilingan Dewi Maya Maharani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan menggunakan gaya mekanis atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan menggunakan gaya mekanis atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Size Reduction Pengecilan ukuran (size reduction) artinya membagi bagi suatu bahan padat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan menggunakan gaya mekanis atau menekan.

Lebih terperinci

A. Macam macamalat Size Reduction MenurutProduk

A. Macam macamalat Size Reduction MenurutProduk BAB III SIZE REDUCTION. TUJUAN a. Mapu elakukan pengukuran partikel dengan etode sieving. b. apuenghituneduction ratio untukbahan yang berbeda-beda. c. Mapu engukur daya (energi) yang terpakai pada size

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan b. Menghitung pengaruh gaya-gaya yang bekerja pada pemisahan materi berat-ringan dalam reaktor jig, yaitu gaya gravitasi (gaya berat), gaya buoyant, dan gaya drag terhadap waktu pemisahan materi. c. Perhitungan

Lebih terperinci

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond. Jl. Tamansari No. 1 Bandung Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penentuan Energi Ball Mill dengan Menggunakan Metode Indeks Kerja Bond 1 Teja Sukmana 1 Prodi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II NAMA MAHASISWA : STAMBUK : KELOMPOK / KLS : LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampling merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati sebagian dari keseluruhan objek, gejala, ataupun peristiwa. Objek, gejala, ataupun peristiwa yang

Lebih terperinci

Tujuan pengecilan ukuran :

Tujuan pengecilan ukuran : SIZE REDUCTION RYN Pengecilan ukuran Merupakan pengecilan secara mekanis tanpa mengubah sifat-sifat kimia dari bahan Pengecilan ukuran meliputi pemotongan, penghancuran, dan penggilingan Tujuan pengecilan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian pemisahan plastik dengan jig dilakukan dalam skala laboratorium untuk mengetahui sifat fisik sampel plastik, dan pengamatan proses jig dalam reaktor batch untuk

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA Unila dan Laboratorium Teknik Sipil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

LAMPIRAN II PERHITUNGAN 2.1 Perhitungan Putaran LAMPIRAN II PERHITUNGAN Perhitungan kecepatan untuk mengetahui berapa kemampuan kecepatan alat yang dihasilkan pada proses chips ubi ungu. dibandingkan secara teori dan praktik,

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di 19 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di Laboratorium Bioproses dan Pasca Panen dan Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di Laboratorium Daya dan Alat, Mesin Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses

Lebih terperinci

BAB III. PENGAYAKAN (SCREENING) DAN ANALISIS AYAK

BAB III. PENGAYAKAN (SCREENING) DAN ANALISIS AYAK A III. PENGAYAKAN (SCREENING) AN ANALISIS AYAK Pengayakan merupakan metode pemisahan dan klasifikasi partikel semata-mata hanya berdasarkan ukurannya. Untuk pengayakan menggunakan ayakan ukuran tunggal,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 23 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Proses Pengolahan Batu Andesit Pengolahan andesit adalah mereduksi ukuran yang sesuai dengan berbagai kebutuhan. Untuk kegiatan ini dilaksanakan melalui unit peremukan (crushing

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 23 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Proses Pengolahan Batu Andesit Pengolahan andesit adalah mereduksi ukuran yang sesuai dengan berbagai kebutuhan. Untuk kegiatan ini dilaksanakan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini berupa metode eksperimen. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh daun sukun dalam matrik polyethylene.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob]

UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob] Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 1, No. 1, Oktober 2012: 1 1-16 UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob] Oleh : Octa rahmadian 1, Sugeng

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II. HAMMER MILL. 2.1 Landasan Teori

BAB II. HAMMER MILL. 2.1 Landasan Teori BAB II. HAMMER MILL 2.1 Landasan Teori Untuk dapat memisahkan mineral berharga dari mineral pengganggunya, material hasil penambangan harus direduksi / digerus hingga berukuran halus. Proses pengecilan

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGAYAK PASIR CETAK VIBRATING SCREEN PADA IKM COR DI JUWANA KABUPATEN PATI. Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus

PERANCANGAN MESIN PENGAYAK PASIR CETAK VIBRATING SCREEN PADA IKM COR DI JUWANA KABUPATEN PATI. Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun 201 4 ISBN: 978-602-1180-04-4 PERANCANGAN MESIN PENGAYAK PASIR CETAK VIBRATING SCREEN PADA IKM COR DI JUWANA KABUPATEN PATI Heru Sulistiawan 1, Sugeng Slamet 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 37 III. METODE PENELITIAN III.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan abu sekam di Politeknik Negeri Lampung pada tanggal 11 Desember hingga

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA FILTRASI (FIL)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA FILTRASI (FIL) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA FILTRASI (FIL) Disusun oleh: Joseph Bimandita Sunjoto Dr. Irwan Noezar Dr. Dendy Adityawarman Dr. Adriyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penimbangan Serbuk Alumunium (Al), Grafit (C), dan Tembaga (Cu) Pencampuran Serbuk Al dengan 1%Vf C dan 0,5%Vf Cu Kompaksi 300 bar Green Compact

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

ALAT INDUSTRI KIMIA MACAM-MACAM ALAT GRINDING DISUSUN OLEH: MUNIRA NUR MU MIN JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

ALAT INDUSTRI KIMIA MACAM-MACAM ALAT GRINDING DISUSUN OLEH: MUNIRA NUR MU MIN JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Makalah ALAT INDUSTRI KIMIA MACAM-MACAM ALAT GRINDING DISUSUN OLEH: MUNIRA 0922100040 NUR MU MIN 0922100045 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Renewable Energy Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. sudah pasti melakukan proses reduksi ukuran butir (Comminution) sebagai bagian

BAB III DASAR TEORI. sudah pasti melakukan proses reduksi ukuran butir (Comminution) sebagai bagian BAB III DASAR TEORI 3.1. Umum Setiap proses pengolahan bahan galian baik bijih maupun mineral industri sudah pasti melakukan proses reduksi ukuran butir (Comminution) sebagai bagian yang penting dari keseluruhan

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang diambil dari Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Lampung Timur. B. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2005 menurut penelitian South East Asia Iron and Steel Institute, tingkat konsumsi baja per kapita di Indonesia sebesar 26,2 kg yang lebih rendah dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Pengolahan Bahan Galian (Ore Dressing) pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : preparasi, konsentrasi, dan dewatering. 2.1. PREPARASI Preparasi

Lebih terperinci

Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-1 PENGENALAN ALAT. Oleh

Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-1 PENGENALAN ALAT. Oleh Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : Nilai PRAKTIKUM-1 PENGENALAN ALAT Oleh Nama : NIM : PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013-1 -

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian Leuwikopo dan di Laboratorium Mekanika

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus. kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan

A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus. kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan 5. ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim Flotasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI RDF

TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI RDF TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI RDF Emenda Sembiring, ST,MT,MEngSc, PhD Disampaikan pada Training Pengelolaan Sampah: Admire Cement NAMAs 28 Juli 2016 PENGINGAT Properti/Karakteristik yang mudah terbakar

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan September 2012 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian serta Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan penelitian yang berbeda tempat pelaksanaannya. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan RAP diperoleh dari jalan Pantura. Agregat yang digunakan adalah dengan spesifikasi (AC-WC) dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Tabel

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina 2. SCREENING: (lanjutan) SCREEN di industri Tujuan kuliah : 1. dapat memilih alat dan merancang sistem screening di industri. 2. dapat mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan meliputi: 1. Lemari oven. 2. Pulverizing (alat penggerus). 3. Spatula/sendok. 4. Timbangan. 5. Kaca arloji

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI NAMA KELOMPOK : 1. FITRIYATUN NUR JANNAH (5213412006) 2. FERA ARINTA (5213412017) 3. DANI PRASETYA (5213412037) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITTAS

Lebih terperinci

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN L1.1 DATA PENGAMATAN NILAI KALOR Ukuran Partikel (Mesh) 10 42 60 Tabel L1.1 Data Pengamatan Nilai Kalor Perbandingan Nilai kalor Eceng Gondok : Tempurung Kelapa

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN SNI 13-6427-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan kehilangan campuran tanah semen, perubahan kadar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ASPAL MODUL J-08 ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

LAPORAN PRAKTIKUM ASPAL MODUL J-08 ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR LAPORAN PRAKTIKUM ASPAL MODUL J-08 ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR KELOMPOK U21 Dwi Afsari 1306369314 Felicius Wayandhana T 1306369094 Luthfiy Muhaimin 1306401800 Nurul Lathifah 1306369200 Zareeva

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui jenis pola alir dari proses mixing. 2. Mengetahui bilangan Reynolds dari operasi pengadukan campuran tersebut setelah 30 detik

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian profil warna, distribusi ukuran partikel, ph, dan kadar air tepung biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai Agustus

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Plate and Frame Filter Press : Iwan Ridwan, ST, MT Tanggal Praktikum : 10 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 21 Juni

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras varietas Cisadane dan daun mindi, serta bahan-bahan kimia seperti air suling/aquades, n-heksana

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendahuluan Penelitian ini merupakan penelitian tentang kemungkinan pemakaian limbah hasil pengolahan baja (slag) sebagai bahan subfistusi agregat kasar pada TB sebagai lapis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan 525 III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan oktober 2012 di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan spesimen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. 3.1 Tempat Penelitian Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium pengembangan keramik Balai Besar Keramik, untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Campuran agregat sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan raya sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai Desember 2011. Penyimpanan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, pengujian kualitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *)

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *) PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *) Abstract Phosphate rock containing P 2 O 5 can be used as raw material of phosphate fertilizer. Phosphate

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pengisi. Bahan pengisi pada tulang terdiri dari protein dan garam-garam mineral.

TINJAUAN PUSTAKA. pengisi. Bahan pengisi pada tulang terdiri dari protein dan garam-garam mineral. TINJAUAN PUSTAKA Tulang Tulang merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat dan bahan pengisi. Bahan pengisi pada tulang terdiri dari protein dan garam-garam mineral. Garam-garam mineral yang paling

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai dengan Oktober 2012. Adapun laboratorium yang digunakan selama penelitian antara lain Pilot

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian analisis sifat fisik cookies berbahan baku tepung terigu dengan substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi

Lebih terperinci