BAB I PENDAHULUAN. Kontroversi antara pembangunan ekonomi dan kualitas lingkungan telah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kontroversi antara pembangunan ekonomi dan kualitas lingkungan telah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontroversi antara pembangunan ekonomi dan kualitas lingkungan telah terjadi sejak lama. Salah satu ekstrem memiliki pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi pasti akan mengarah pada degradasi lingkungan dan akhirnya akan menyebabkan jatuhnya perekonomian dan ekologi. Ekstrem yang lain memandang bahwa permasalahan lingkungan tidak lain merupakan konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Perdebatan panjang terkait permasalahan ini menunjukkan kurangnya bukti empiris terkait bagaimana kualitas lingkungan berubah seiring dengan perubahan pendapatan. Pembuktian ilmiah terkait hal ini dibatasi oleh ketidaksediaan data pada sejumlah besar negara (Shafik dan Bandyopadhyay, 1994). Todaro dan Smith (2012: 14), menyatakan istilah pembangunan (development) secara tradisional diartikan sebagai suatu kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi awalnya kurang baik dan bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan GDP (Gross Domestic Product) atau GNI (Gross National Income). Trevedi (2015), menyatakan bahwa secara sederhana, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus dari waktu ke waktu. Selama bertahun-tahun berbagai upaya terus dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, saat ini pertumbuhan ekonomi telah membawa dunia pada sisi yang lebih kelam. Dunia membayar 1

2 mahal untuk pertumbuhan yang dicapai. Beberapa industri seperti minyak, tekstil, elektronik, kulit, automobil, dan sebagainya telah membuang limbah industri dan bertanggung jawab pada penurunan jumlah sumber daya alam dan polusi. Faktanya, polusi terus meningkat dan telah secara signifikan berperan terhadap kerusakan lingkungan. Hubungan 2 arah antara pembangunan dan lingkungan (two-way relationship between development and environment) menggambarkan bagaimana masalah lingkungan dapat merusak tujuan pembangunan. Terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi akibat keadaan tersebut. Pertama, kualitas lingkungan adalah bagian dari perbaikan kesejahteraan yang menjadi tujuan pembangunan. Namun apabila manfaat dari peningkatan pendapatan dibebankan pada kesehatan dan kualitas hidup dengan tingginya jumlah polusi di dalam lingkungan, maka hal ini tentu tidak dapat disebut dengan pembangunan. Kedua, kerusakan lingkungan dapat merusak produktivitas di masa depan, yang mengakibatkan penurunan terhadap output yang dihasilkan (World Bank, 1992:1). Pada tahun tahun terakhir, para ekonom telah mulai berfokus pada pentingnya implikasi isu lingkungan dalam upaya pembangunan yang berkelanjutan. Istilah keberlanjutan sendiri merefleksikan perlunya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Keberlanjutan secara umum berarti memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi di masa yang akan datang. Dalam sebuah definisi klasik, sebuah pembangunan dikatakan memiliki sifat berkelanjutan jika dan hanya jika seluruh stok aset kapital berjumlah konstan atau meningkat dari waktu ke waktu. 2

3 Namun dalam hal ini, baik sumberdaya alam maupun bentuk lain dari modal hanya tersedia dalam jumlah yang terbatas (Todaro dan Smith, 2012: 467). Meadow et al. (1972: ), menyatakan bahwa semakin besar aktivitas pertumbuhan ekonomi maka akan membutuhkan input berupa energi dan material yang semakin besar pula, dan karenanya, akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah limbah by-product yang dihasilkan. Peningkatan eksploitasi sumber daya alam dan akumulasi limbah by-product sebagai akibat dari kegiatan perekonomian akan menyebabkan daya tampung lingkungan berkurang dan mengakibatkan degradasi kualitas lingkungan serta berkurangnya kualitas kehidupan manusia. Hal di atas sejalan dengan pernyataan Todaro dan Smith (2012: ) bahwa pembangunan ekonomi berjalan hampir beriringan dengan menurunnya daya tahan dan fungsi lingkungan hidup. Pembangunan yang terlalu berorientasi dalam mengejar pertumbuhan seringkali mengabaikan aspek pengelolaan lingkungan. Pembangunan yang bertujuan mensejahterakan masyarakat, pada akhirnya justru menjadi perusak sistem penunjang kehidupan, dalam hal ini lingkungan hidup. Secara umum pembangunan yang berkelanjutan bertumpu pada ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial budaya. Selama ini parameter pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) dan PDB per kapita. Namun PDB memiliki kelemahan yakni tidak memperhitungkan biaya lingkungan dan sosial yang timbul akibat pembangunan itu sendiri. Penggunaan PDB hanya mengukur salah satu dari 3 aspek pembangunan berkelanjutan, padahal dalam konteks pembangunan berkelanjutan, selain aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan juga 3

4 harus mendapat porsi yang sama. Sayangnya, dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, ketiga indikator tersebut tersebut seringkali tidak selaras. Gambar 1.1 memperlihatkan peringkat pembangunan provinsi yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). Gambar 1.1 Indikator Pembangunan Ekonomi di Indonesia Tahun 2010 Sumber : Fauzi, 2012 Gambar 1.1 memperlihatkan bahwa provinsi yang memiliki kemajuan ekonomi dan sosial yang tinggi belum tentu memiliki peringkat lingkungan yang baik. Sebagai contoh DKI Jakarta dengan PDRB dan IPM tertinggi ternyata memiliki skor kualitas lingkungan yang rendah. Hal yang sama juga terjadi pada Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di antara provinsi yang terdapat di Pulau Jawa, hanya DI Yogyakarta yang memiliki Indeks Kualitas Lingkungan Hidup lebih tinggi dibandingkan dengan PDRB. Hal ini menunjukkan bahwa belum terjadi konsistensi antara satu indikator pembangunan dengan indikator 4

5 pembangunan lainnya. Selain itu, pencapaian pertumbuhan ekonomi juga harus dibayar dengan biaya lingkungan yang ditunjukkan dengan indeks kualitas lingkungan yang rendah. Rendahnya kualitas lingkungan di Indonesia terbukti pula dengan rendahnya nilai Environmental Performance Index (EPI) Indonesia pada tahun 2014 yang hanya mendapatkan skor 44,36 dan menempati peringkat 112 dari 178 keseluruhan negara yang dinilai. Indonesia telah menempati rangking ini selama 2 periode berturut-turut sejak tahun 2010 (EPI, 2014), yang artinya, kinerja pengelolaan lingkungan Indonesia tidak mengalami perbaikan yang signifikan selama periode tersebut. EPI sendiri merupakan suatu pemeringkatan yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali, yang menilai seberapa baik negara-negara menangani isu-isu lingkungan yang memiliki prioritas tinggi. EPI merupakan kolaborasi gabungan antara Pusat Kebijakan dan Hukum Lingkungan Yale (Yale Center for Environmental Law and Policy) pada Universitas Yale dan Pusat Jaringan Informasi Ilmu Bumi Internasional pada Universitas Columbia (Yale_EPI:2014). Dalam Country Natural Resources and Environment (CNREA) yang diselenggarakan oleh Bappenas pada tahun 2007 dinyatakan bahwa apabila pemanfaatan sumber daya alam masih terus dilakukan secara ekstraktif dan dengan cara-cara lama yang kurang ramah lingkungan dan ekosistem, maka di masa depan Indonesia akan menghadapi 3 krisis besar, yaitu (1) krisis air, (2) krisis pangan, dan (3) krisis energi. Krisis-krisis sumber daya alam tersebut sebagai akibat terjadinya pemanfaatan sumber daya alam yang sudah melebihi 5

6 daya regenerasi dan reproduksi serta daya dukung ekosistemnya. Krisis-krisis sumber daya tersebut pada akhirnya juga akan mengancam aktivitas perekonomian itu sendiri. Padahal, sebagaimana diketahui, aspek alam dan lingkungan merupakan faktor penting dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Hasil studi dari World Bank yang dilakukan oleh Leitmann et al. (2009) tentang ongkos pembangunan di Indonesia menghasilkan data yang cukup mencengangkan. World Bank memperkirakan bahwa 2.5 persen sampai 7 persen Gross Domestic Product (GDP) Indonesia akan tergerus untuk menangani dampak dari perubahan iklim, sementara ongkos degradasi lingkungan terkait dengan air dan sanitasi mencapai US$ 7,7 miliar atau setara dengan 2 persen dari GDP Indonesia. Hal inilah yang selama ini luput dari perhatian berbagai pihak, karena masih minimnya bukti empiris dari dampak pertumbuhan ekonomi terhadap perubahan kualitas lingkungan. Telah sejak lama para ahli melakukan berbagai penelitian empiris untuk membuktikan pengaruh pertumbuhan ekonomi dengan perubahan parameter kualitas lingkungan. Salah satu bentuk penelitian yang banyak dilakukan adalah penelitian terkait pembuktian Hipotesis Environmental Kuznets Curve di berbagai wilayah di dunia. Hipotesis Environmental Kuznets Curve (EKC) pertama kali dikembangkan oleh Grossman dan Krueger pada awal tahun 1990-an. Hipotesis ini menunjukkan bukti empiris bahwa pertumbuhan ekonomi akan memberikan dampak pada degradasi kualitas lingkungan pada tahap awal pembangunan sampai batas tertentu tercapai, meskipun setelah mencapai batas 6

7 tersebut kondisi justru akan berbalik pada arah perbaikan kualitas lingkungan. Di dalam hipotesis ini dijelaskan bahwa pada tahap take off pembangunan dan kemajuan industrialisasi dapat meningkatkan kerusakan lingkungan karena penggunaan sumberdaya alam yang besar, emisi polutan yang berlebih, pengoperasian teknologi yang kurang efisien dan relatif kotor, serta pengabaian lingkungan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan (Shafik dan Bandyopadhyay, 1992). Berbagai studi bermunculan untuk membuktikan keberadaan hipotesis EKC untuk berbagai macam indikator degradasi lingkungan. Dari sini muncul beberapa hasil dan perdebatan terkait model matematis yang tepat untuk EKC. Beberapa studi telah menguji bentuk-bentuk alternatif fungsi polinomial untuk membandingkan, apakah evolusi beberapa indikator pencemaran lingkungan akibat pertumbuhan ekonomi lebih baik digambarkan dengan kurva berbentuk U atau N-Shape (Grossman dan Krueger, 1995; Dinda et al., 2000). Studi empiris berkaitan dengan EKC yang telah dilakukan selama ini cenderung menganalisis data cross-section dengan tingkat agregat yang tinggi pada negara-negara maju (dan hanya beberapa yang dilakukan di negara berkembang) dengan meregresi kualitas udara ambient dan kualitas air terhadap pendapatan per kapita. Hasil dari beberapa studi empiris yang dilakukan menunjukkan hubungan yang berbeda-beda antara pendapatan dan tingkat polusi, meskipun pada beberapa studi dilaporkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan fungsi konkaf. Namun terdapat beberapa penelitian menemukan bahwa 7

8 hubungan antara pendapatan dan tingkat polusi justru memiliki bentuk fungsi konveks, downward sloping, dan fungsi mendatar (Grossman dan Kureger, 1995). Di Indonesia sendiri, penelitian terkait pengujian hipotesis EKC belum banyak dilakukan. Salah satu penelitian terkait EKC di Indonesia dilakukan oleh Bowo pada tahun 2004 yang menganalisis hubungan pendapatan per kapita, kepadatan penduduk, dan tingkat regulasi polusi terhadap kadar CO. Sepanjang tahun di Indonesia terjadi tren kenaikan kadar CO 2 yang berjalan seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita seperti dapat dilihat pada Gambar 1.2. Menurut World Bank (2007) CO 2 merupakan salah satu dari tiga jenis gas rumah kaca utama (selain CH 4 dan N 2 O) yang menjadi penyebab terjadinya pemanasann global dan perubahan iklim. Gambar 1.2 Pertumbuhan Emisi CO 2 dan GDP per Kapita Indonesia Tahun Sumber : World Bank berbagai tahun, diolah Hingga saat inii belum terdapat penelitian empiris terkait faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan kadar gas CO 2 di Indonesia. Minimnya penelitian 8

9 sejenis, serta kebutuhan untuk melakukan pembuktian empiris terkait dengan pengaruh pertumbuhan ekonomi dengan perubahan kualitas lingkungan, dalam hal ini adalah peningkatan gas CO 2 menyebabkan topik berkaitan dengan EKC di Indonesia ini menjadi hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian yang akan dilaksanakan ini berfokus pada pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap emisi CO 2 untuk menguji hipotesis EKC di Indonesia. 1.2 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sebelumnya yang melakukan pengujian terkait hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan penurunan kualitas lingkungan antara lain sebagai berikut. 1. Grossman dan Krueger (1991), melakukan penelitian tentang EKC pertama kali mengenai dampak NAFTA terhadap lingkungan dengan menggunakan tiga jenis polutan udara yakni sulfur dioksida, dark matter, dan partikel tersuspensi menggunakan dataset GEMS. Data set ini merupakan pengukuran panel ambient dari beberapa kota di seluruh dunia. Nilai turning point untuk SO 2 dan dark matter adalah sekitar $4000-$5000, sedang partikel tersuspensi konsentrasinya cenderung menurun bahkan pada tingkat pendapatan rendah. 2. Shafik dan Bandyopadhyay (1992), melakukan studi mengenai hipotesis EKC dengan menggunakan beberapa indikator lingkungan yang berbeda, yakni: persediaan air bersih dan sanitasi, deforestasi, sampah, sulfur oksida, dan karbonsioksida. Dalam estimasinya, juga dibandingkan tiga spesifikasi bentuk model yang berbeda yakni log-linier, log kuadrat, dan log kubik dari 9

10 149 negara selama periode Hasil studi yang dilakukan menunjukkan bahwa tingkat persediaan air bersih dan sanitasi semakin menurun; polusi udara, sampah, dan emisi karbondioksida meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan dari waktu ke waktu; adapun deforestasi independen terhadap tingkat pendapatan. 3. Panayotou (1993), melakukan pengujian EKC untuk parameter lingkungan deforestasi dan polutan udara dengan menggunakan data cross section dari sample negara berkembang dan negara maju. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk U terbalik pada kedua parameter degradasi lingkungan. Turning point untuk deforestasi adalah sebesar 800 USD 1200 USD per kapita, sedangkan turning point emisi adalah sebesar 3800 USD 5500 USD. opportunity cost dalam mengadopsi teknologi ramah lingkungan. 4. Shofwan (2003), melakukan penelitian terkait hubungan pendapatan per kapita dengan tingkat emisi gas CO 2 menggunakan variabel penjelas kepadatan penduduk dan nilai tambah sektor industri. Pengujian hipotesis ini menggunakan data panel dengan obyek 16 negara Asia dengan metode fixed effect. Hasil penelitian ini adalah hipotesis EKC hanya berlaku pada negaranegara berpendapatan tinggi dan gabungan negara-negara berpendapatan tinggi, sedangkan pada negara berpendapatan rendah hipotesis ini tidak berlaku. 5. Bowo (2004), melakukan analisis pengaruh pendapatan per kapita, kepadatan penduduk, dan tingkat regulasi polusi terhadap emisi CO menggunakan model dinamik error correction model (ECM) dengan data time series. Hasil 10

11 penelitian ini adalah hipotesis EKC terbukti terjadi di Indonesia dengan titik belok pendapatan sebesar Rp , Paudel, et al. (2005), melakukan penelitian terkait EKC pada polusi air di Louisiana, dengan menggunakan model semiparametrik dan parametrik menggunakan variabel pendapatan terbobot dan kepadatan populasi. Parameter lingkungan yang digunakan adalah kadar N, P, dan DO. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model parametrik dengan metode least square cenderung tidak mengestimasi secara tepat hubungan antara kualitas lingkungan dan pendapatan. 7. Song, et al. (2008), menguji hipotesis EKC di China menggunakan data provinsi di China dalam kurun waktu dengan pendekatan panel kointegrasi. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan kointegrasi jangka panjang antara ketiga emisi yakni air, gas, dan sampah per kapita serta GDP per kapita. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ketiga polutan berbentuk U terbalik, serta polusi air lebih dulu berkurang dibandingkan dengan polusi gas dan polusi sampah padat. 8. Akbostanci, et al. (2009), menganalisis hubungan antara pendapatan kualitas lingkungan di Turki melalui dua level pendekatan. Pertama hubungan antara emisi CO 2 dan pendapatan per kapita dianalisis menggunakan data time series ( ) dengan teknik uji kointegrasi. Pada level provinsi di Turki, hubungan antara pendapatan dan emisi udara dianalisis menggunakan parameter PM 10 dan SO 2 dengan estimasi panel data, pada range tahun Analisis data time series menunjukkan hubungan yang senantiasa 11

12 meningkat antara pendapatan dan CO 2, sedangkan pada analisis data panel, hubungan antara pendapatan dan kualitas duara diwakili dengan bentuk N- shape. 9. Archibald et al. (2009), meneliti EKC menggunakan parameter biological oxygen demand (BOD) sebagai variabel dependen. Model regresi ekonometrik penelitian ini menunjukkan bukti hipotesis EKC, dan estimasi pendapatan per kapita pada turning point untuk effluent BOD industri adalah sebesar USD. 10. Paudel dan Schafer (2009), memasukkan unsur modal sosial di dalam analisis hipotesis EKC di Louisiana untuk menyusun indeks modal sosial serta menggunakan regresi panel spasial dan parametrik untuk menjelaskan dinamika polusi air yang terjadi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial berpengaruh secara signifikan terhadap dinamika polutan nitrogen namun tidak berlaku pada polutan fosfor dan oksigen terlarut. 11. Jalil dan Mahmud (2009), melakukan penelitian terhadap hubungan jangka panjang antara emisi karbon dan konsumsi energi, pendapatan dan perdagangan di Cina menggunakan data time series selama periode Analisis empiris dalam penelitian ini menggunakan metode ARDL dengan spesifikasi model kuadratik. Hasil penelitian ini membuktikan hipotesis EKC. Hasil uji kausalitas Granger mengindikasikan hubungan satu arah dari pertumbuhan ekonomi ke emisi CO 2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa emisi karbon dipengaruhi oleh pemdapatan dan konsumsi energi pada jangka panjang. 12

13 12. Shahbaz, et al. (2010), melakukan penelitian EKC di Portugal menggunakan pendekatan ARDL-bound testing pada model pendapatan-emisi dengan beberapa tambahan variabel yang terdiri atas konsumsi energi, urbanisasi, serta keterbukaan perdagangan. Data yang digunakan merupakan data time series sepanjang periode Penelitian ini menunjukkan terbuktinya teori EKC baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. 13. Bella, et al. (2010), melakukan spesifikasi model estimasi dengan memperhatikan peran konsumsi listrik serta membandingkan model empiris EKC dalam bentuk kuadrat dengan model empiris EKC dalam bentuk kubik dengan spesifikasi model ekonometrik data panel fixed effect (FE), random effect (RE), random coefficient (RC), mean group (MG), dan pool mean group (PMG). Hasil beberapa alternatif data panel dari penelitian ini adalah baik dalam model kuadratik maupun model kubik, etimasi dengan model PMG dan dua standar estimasi homogen menunjukkan hasil yang baik. PMG juga mengakomodasi heterogenitas dalam jangka pendek menunjukkan hasil yang sangat baik terutama pada model fungsional kubik. 14. Mythili dan Mukherjee (2011), melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui trade-off antara polusi sungai dan pertumbuhan ekonomi di negara India menggunakan konsep EKC. Penelitian ini menunjukkan mengapa EKC konvensional tidak cukup untuk memastikan menurunnya tingkat polusi pada tahap kedua pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan kurva EKC yang telah dimodifikasi, dimana EKC yang digunakan memiliki 2 turning point. Hasil penelitian menunjukkan hubungan 13

14 berbentuk s miring, yang berlawanan dengan EKC pada tahap awal. Sebagian besar wilayah yang dipelajari telah melewati turning point pertama, namun masih pada tahap menuju turning point kedua, yang artinya masih akan terjadi kenaikan tingkat polusi di masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan perlunya kebijakan di bidang lingkungan yang lebih ketat untuk mengiringi tingkat pertumbuhan yang dikehendaki. 15. Ahmed dan Long (2012), melakukan penelitian tentang hubungan antara emisi CO 2, pertumbuhan ekonomi, konsumsi energi, perdagangan bebas dan kepadatan penduduk di Pakistan. Data yang digunakan merupakan data panel dari tahun Analisis kointegrasi yang dilakukan menggunakan Auto regressive distribution lag (ARDL). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sebuah kurva berbentuk U terbalik ditemukan dalam menggambarkan hubungan antara emisi CO 2 dan pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini juga disimpulkan bahwa perdagangan membawa pengaruh positif terhadap lingkungan, sedangkan populasi justru bertanggung jawab atas penurunan kualitas lingkungan di Pakistan. Jumlah konsumsi energi dan pertumbuhan merupakan variabel penjelas yang paling berkontribusi terhadap polusi di Pakistan. 16. Ha dan Wang (2012), melakukan penelitian tentang pengaruh struktur ekonomi, strategi pembangunan, dan peraturan di bidang lingkungan terhadap bentuk EKC di wilayah perkotaan China. Hasil penelitian ini menunjukkan struktur ekonomi, strategi pembangunan, dan peraturan di bidang lingkungan dapat memiliki implikasi positif terhadap kualitas lingkungan, meskipun 14

15 dampak dari faktor-faktor tersebut dapat bervariasi pada masing-masing tingkat pembangunan. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa pada periode kebijakan keterbukaan yang ditandai dengan variabel foreign direct investment (FDI/penanaman modal asing) berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan tiga polutan udara yang diamati. 17. Shibayama dan Fraser (2014), membangun sebuah model pertumbuhan non homothetic untuk EKC dalam rangka menunjukkan elastisitas antara konsumsi secara umum dengan penurunan kualitas lingkungan. Hasil dari penelitian ini adalah ditunjukkannya elastisitas substistusi dan efek substitusi antara konsumsi dan lingkungan yang menurun dibandingkan dengan pendapatan. Saat pendapatan rendah, masyarakat dan pemerintah akan mengorbankan kualitas lingkungan untuk mendapatkan jumlah konsumsi yang lebih tinggi, namun substitusi terhadap kualitas lingkungan tidak lagi akan diinginkan apabila masyarakat daerah yang bersangkutan sudah cukup sejahtera. 18. Al-Mulali, et al. (2015), melakukan penelitian untuk mengetahui adanya hipotesis EKC di Vietnam selama periode Model dibangun dengan menggunakan Auto Regressive Distributed Lag (ARDL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis pollution haven terjadi di Vietnam, yang ditandai oleh peningkatan polusi akibat peningkatan kapital. Impor juga meningkatkan polusi, yang artinya Vietnam cenderung mengimpor produkproduk yang bersifat energy intensive dan berpolusi tinggi. Sebaliknya, kegiatan ekspor justru tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan 15

16 kualitas lingkungan. Konsumsi energi fosil meningkatkan polusi, namun konsumsi energi terbarukan tidak berpengaruh terhadap penurunan tingkat polusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EKC tidak terjadi di Vietnam karena hubungan antara GDP dan polusi bersifat positif baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penggunaan variabel penanaman modal asing (foreign direct investment), pertumbuhan sektor industri, keterbukaan perdagangan (trade openness). Perbedaan lainnya adalah lokasi penelitian yakni negara Indonesia dengan periode time series Rumusan Masalah Pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah di Indonesia masih belum disertai dengan baiknya pengelolaan di bidang lingkungan, Hal ini terlihat dari beberapa daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi justru memiliki indeks kualitas lingkungan hidup yang rendah. Rendahnya pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia juga ditandai dengan rendahnya peringkat Indonesia pada EPI dan peningkatan emisi karbondioksida (CO 2 ) seiring dengan peningkatan PDB. Adanya penelitian terkait hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan perubahan kualitas lingkungan telah menjadi dasar pengambilan keputusan di berbagai negara. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab peningkatan emisi gas CO 2 di Indonesia serta pembuktian Hipotesis EKC di Indonesia. Hasil penelitian ini 16

17 diharapkan mampu menjadi dasar pengambilan keputusan di bidang lingkungan hidup oleh pemerintah. 1.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Bagaimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan di Indonesia, apakah sesuai dengan Hipotesis Environmental Kuznets Curve? 2. Bagaimana pengaruh variabel tingkat PDB per kapita, penanaman modal asing (foreign direct investment), tingkat kepadatan penduduk, tingkat pertumbuhan sektor industri, dan keterbukaan perdagangan (trade openness) terhadap peningkatan kadar CO 2 di Indonesia? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan perubahan kualitas lingkungan di Indonesia serta pembuktian Hipotesis Environmental Kuznets Curve di Indonesia. 2. Untuk menganalisis pengaruh PDB per kapita, penanaman modal asing (foreign direct investment), tingkat kepadatan penduduk, tingkat pertumbuhan sektor industri, dan keterbukaan perdagangan (trade openness) terhadap peningkatan kadar CO 2 di Indonesia. 17

18 1.6 Manfaat Penelitian Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan gambaran yang jelas dan bukti yang empiris mengenai situasi perekonomian dan lingkungan di Indonesia, sehingga dapat menjadi acuan bagi para pengambil kebijakan. 2. Memberikan referensi bagi penelitian selanjutnya terkait pengujian hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan perubahan kualitas lingkungan serta faktorfaktor yang mempengaruhinya. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri atas empat bab yang terdiri atas Bab I Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori yang menguraikan tentang teori berkaitan dengan EKC dan variabel yang digunakan di dalam penelitian ini, kajian terhadap penelitian terdahulu, serta model penelitian. Bab III Metode Penelitian menguraikan tentang desain penelitian yang digunakan, metode pengumpulan data, definisi operasional serta instrumen penelitian. Bab IV Analisis menguraikan tentang deskripsi data, hasil pengolahan instrumen penelitian dan pembahasan. Bab V menguraikan tentang Simpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Istilah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting 12 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Istilah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Northeast Georgia Regional Development Center (1999) menjelaskan beberapa. indikator pencemaran sungai sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Northeast Georgia Regional Development Center (1999) menjelaskan beberapa. indikator pencemaran sungai sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Indikator Kerusakan Lingkungan Sungai Kualitas air sungai tergantung pada komponen penyusun sungai dan komponen yang berasal luar, seperti pemukiman dan industri. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak negara di berbagai penjuru dunia dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan yang sangat pesat. Data survei resmi United Nation dalam The 2010

I. PENDAHULUAN. peningkatan yang sangat pesat. Data survei resmi United Nation dalam The 2010 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pertumbuhan penduduk dunia menunjukkan trend peningkatan yang sangat pesat. Data survei resmi United Nation dalam The 2010 Revision 1 mengestimasi bahwa jumlah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca Dalam penelitian ini berusaha untuk menganalisis 6 buah model

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang disetiap periode. Dalam setiap periode upaya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan yang lain. Secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ,87 Milyar atau senilai 14,99 % dari Produk Domestik Bruto

PENDAHULUAN ,87 Milyar atau senilai 14,99 % dari Produk Domestik Bruto PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur adalah salah satu provinsi yang menjadi kutub pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan didukung oleh ketersediaan infrastruktur dan sumber daya lokal, pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. antara tahun Data dalam penelitian ini adalah data dari 20 Negara

BAB III METODE PENELITIAN. antara tahun Data dalam penelitian ini adalah data dari 20 Negara BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data kuantitatif tahunan pada rentang waktu antara tahun 1981-2008. Data dalam penelitian ini adalah data dari 20 Negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UN, 2001). Pertumbuhan populasi dunia yang hampir menyentuh empat kali lipat

BAB I PENDAHULUAN. (UN, 2001). Pertumbuhan populasi dunia yang hampir menyentuh empat kali lipat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UNDP (2014) dalam laporan tahunannya Human Development Reports menyebutkan bahwa populasi penduduk dunia saat ini sebesar 7,612 milyar penduduk sedangkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah modal manusia. Teori modal manusia pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah modal manusia. Teori modal manusia pertama kali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur pembangunan yang mendukung kemajuan dari sebuah negara diantaranya adalah modal manusia. Teori modal manusia pertama kali diperkenalkan oleh Schultz (1961). Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan melalui studi literatur dan pengumpulan data sekunder dari sebelas kota besar di wilayah Kanto. Lokasi ini dipilih karena Kanto terletak

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai kesempatan Pemerintah Indonesia menyampaikan. komitmennya untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai kesempatan Pemerintah Indonesia menyampaikan. komitmennya untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berbagai kesempatan Pemerintah Indonesia menyampaikan komitmennya untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur. Hal tersebut dikarenakan Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawan berupa penurunan terhadap kualitas lingkungan. Emisi CO2 yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawan berupa penurunan terhadap kualitas lingkungan. Emisi CO2 yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu lingkungan selalu menjadi topik yang tidak bisa ditinggalkan ketika kita membicarakan pengembangan ekonomi. Pengembangan ekonomi akan menghadirkan standar hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidak seimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif, artinya perubahan yang terjadi pada sebuah ketidakseimbangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Environmental Kuznets Curve, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, PDRB per Kapita, Keterbukaan Ekonomi, Indonesia

ABSTRAK. Kata kunci: Environmental Kuznets Curve, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, PDRB per Kapita, Keterbukaan Ekonomi, Indonesia ABSTRAK Dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kualitas lingkungan hidup adalah salah satu isu yang diperbincangkan oleh para ekonom. Hipotesis Environmental Kuznets Curve (EKC) menyatakan bahwa pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam perspektif yang luas dipandang sebagai suatu proses multidimensi yang mencakup pelbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

PERATURAN FORMAL DAN INFOMRAL DALAM POLUSI INDUSTRI : PERBANDINGAN FAKTA DARI INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT

PERATURAN FORMAL DAN INFOMRAL DALAM POLUSI INDUSTRI : PERBANDINGAN FAKTA DARI INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT PERATURAN FORMAL DAN INFOMRAL DALAM POLUSI INDUSTRI : PERBANDINGAN FAKTA DARI INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT Sheoli Pargal Hemamala Hetige Manujula Singh David Wheeler Teori ekonomi dan penelitian empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada suatu negara dapat mewujudkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada suatu negara dapat mewujudkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada suatu negara dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi, tetapi pembangunan ekonomi juga menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan lingkungan.

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. dipandang tidak memuaskan menjadi lebih baik secara lahir dan batin.

1 BAB I PENDAHULUAN. dipandang tidak memuaskan menjadi lebih baik secara lahir dan batin. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya oleh sebab itu, menurut Todaro dan Smith

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yang meliputi data kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yang meliputi data kuantitatif 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder, yang meliputi data kuantitatif tahunan dan sekunder pada rentang waktu antara tahun 1980-2008. Data dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik Estimasi model pertumbuhan ekonomi negara ASEAN untuk mengetahui pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini semakin pesat seiring berkembangnya arus globalisasi yang terus berjalan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan harus mampu untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL Oleh: NANI TUARSIH 0810512064 Mahasiswa Program Strata

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. produk domestik bruto. Menurut BPS (2014) Produk Domestik Bruto (PDB)

1. BAB I PENDAHULUAN. produk domestik bruto. Menurut BPS (2014) Produk Domestik Bruto (PDB) 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi adalah meningkatnya pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Untuk menilai peningkatan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS DATA PANEL TIDAK LENGKAP DENGAN TEKNIK ESTIMASI LEAST SQUARE DUMMY VARIABLE (LSDV) (Studi Kasus pada Pertumbuhan Ekonomi Pulau Jawa)

ANALISIS DATA PANEL TIDAK LENGKAP DENGAN TEKNIK ESTIMASI LEAST SQUARE DUMMY VARIABLE (LSDV) (Studi Kasus pada Pertumbuhan Ekonomi Pulau Jawa) ANALISIS DATA PANEL TIDAK LENGKAP DENGAN TEKNIK ESTIMASI LEAST SQUARE DUMMY VARIABLE (LSDV) (Studi Kasus pada Pertumbuhan Ekonomi Pulau Jawa) SKRIPSI Oleh : IZATUN NISA J2A 606 027 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Kerangka pikir konseptual yang digunakan dalam studi ini secara rinci tergambarkan dalam Gambar 3.1 berikut ini: LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI. Kerangka pikir konseptual yang digunakan dalam studi ini secara rinci tergambarkan dalam Gambar 3.1 berikut ini: LATAR BELAKANG 3.1. Kerangka Pikir Konseptual BAB III METODOLOGI Kerangka pikir konseptual yang digunakan dalam studi ini secara rinci tergambarkan dalam Gambar 3.1 berikut ini: LATAR BELAKANG Fakta: Penggunaan listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan pelayanan publik yang lebih efisien, efektif, dan merata serta

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan pelayanan publik yang lebih efisien, efektif, dan merata serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, pembangunan daerah memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Di banyak negara, perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan ASEAN, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sejak 1980 sampai dengan 2012 (dihitung dengan persentase

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

VI. DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEMISKINAN TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN

VI. DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEMISKINAN TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN VI. DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEMISKINAN TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN Berdasarkan hasil estimasi parameter 12 persamaan perilaku yang disajikan dalam Bab V dapat ditarik substansi temuan empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Indonesia memiliki perekonomian yang masih rapuh dan tidak konstan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai emerging country, perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh tinggi. Dalam laporannya, McKinsey memperkirakan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu lingkungan dan perubahan iklim meningkat pesat akhir-akhir ini. Berbagai gerakan hijau dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. konteks keterbatasan sumber daya alam. Pertumbuhan ekonomi hijau merupakan

BAB V. Penutup. konteks keterbatasan sumber daya alam. Pertumbuhan ekonomi hijau merupakan BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan Model pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan ekonomi hijau, merupakan teori pertumbuhan ekonomi yang telah lama berkembang. Dalam konteks keterbatasan sumber daya alam. Pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA DAN PENDAPATAN PER KAPITA DI NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG DIDA MIGFAR RIDHA

ANALISIS HUBUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA DAN PENDAPATAN PER KAPITA DI NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG DIDA MIGFAR RIDHA ANALISIS HUBUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA DAN PENDAPATAN PER KAPITA DI NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG DIDA MIGFAR RIDHA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan kekuatan ekonomi potensial yang diarahkan menjadi

Lebih terperinci

DAMPAK PERTUMBUHAN DAN KETERBUKAAN EKONOMI TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN OLEH DAVID AKBAR ABDURAHMAN H

DAMPAK PERTUMBUHAN DAN KETERBUKAAN EKONOMI TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN OLEH DAVID AKBAR ABDURAHMAN H DAMPAK PERTUMBUHAN DAN KETERBUKAAN EKONOMI TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN OLEH DAVID AKBAR ABDURAHMAN H14080126 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi tidak akan pernah ada tanpa sumberdaya alam dan lingkungan karena setiap aktivitas ekonomi pastilah bersentuhan dengan salah satu atau bahkan keduanya sekaligus.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneurship capital..., Eduardus Chrismas P., FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneurship capital..., Eduardus Chrismas P., FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran entrepreneurship dalam perekonomian selalu menjadi kontroversi. Menurut Schumpeter (1934), entrepreneurship memegang peranan yang vital dalam pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI 6.1. Pengujian Asumsi-Asumsi Klasik Regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengentasan kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak hanya menjadi permasalahan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat dinamis. Sasaran pembangunan yang dilakukan oleh negara sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor. digilib.uns.ac.id 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment). BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment). Krugman dalam Sondakh (2009), menjelaskan bahwa yang dimaksud FDI adalah arus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah atas keperluan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam yang berlimpah pada suatu daerah umumnya akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu. angkatan kerja. Terakhir yaitu kemajuan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu. angkatan kerja. Terakhir yaitu kemajuan teknologi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu perekonomian. Tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan menggunakan data Tingkat Pengangguran Terbuka, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum dan Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci