PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II 2.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Pemutakhiran SSK Kab. Wonosobo Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II 2.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Pemutakhiran SSK Kab. Wonosobo Tahun"

Transkripsi

1 BAB II 2.. Tahun GAMBARAN UMUM WILAYAH Akses penduduk kepada prasarana dan sarana air limbah permukiman, persampahan dan drainase pada dasarnya erat kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, sosial budaya serta kemiskinan. Hasil berbagai pengamatan dan penelitian telah membuktikan bahwa semakin besar akses penduduk kepada fasilitas prasarana dan sarana air limbah permukiman, persampahan dan drainase (serta pemahaman tentanghygiene) semakin kecil kemungkinan terjadinya kasus penyebaran penyakit yang ditularkan melalui media air (waterborne diseases). Dengan menampilkan Profil Sanitasi wilayah ini adalah untuk melihat kondisi umum Sanitasi Kabupaten Wonosobo, yang dikelompokan ke dalam 5 bagian, yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene, Pengelolaan Air Limbah Domestik, Pengelolaan Persampahan, Pengelolaan Drainase Lingkungan, Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi. Wilayah Administrasi Kabupaten Wonosobo meliputi 5 kecamatan dengan 265 desa/kelurahan dan dipimpin seorang Bupati dan Wakil Bupati. Setiap Kecamatan dipimpin oleh Camat, dan sebanyak 29 kelurahan dipimpin oleh Lurah serta 26 desa oleh Kepala Desa.. Geografi a. Letak Kabupaten Wonosobo berjarak 2 km dari ibukota Jawa Tengah (Semarang) dan 52 km dari Ibu Kota Negara (Jakarta), berda pada rentang 25 dpl 2.25 dpl dengan dominasi pada rentang 5 dpl. dpl sebesar 5% (persen) dari seluruh areal, menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wilayah Kabupaten Wonosobo dengan posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada diantara jalur pantai utara dan jalur pantai selatan. Selain itu menjadi bagian terpenting dari jaringan Jalan Nasional ruas jalan Buntu-Pringsurat yang memberi akses dari dan menuju dua jalur strategis nasional tersebut. Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 5 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah yang terletak pada 7.. dan 7.. garis Lintang Selatan (LS) serta 9..9 dan.. garis Bujur Timur (BT), dengan luas ha (98,68 km2) atau, % luas Jawa Tengah. b. Batas Wilayah Secara administratif Wonosobo berbatasan langsung dengan enam kabupaten, yaitu: Sebelah Utara : Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang; Sebelah Timur : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang; Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen; Sebelah Barat : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen. BAB II -

2 Tahun c. Luas Wilayah Kabupaten Wonosobo memiliki luas hektar (98,68 km2) atau,% (persen) dari luas Jawa Tengah dengan komposisi tata guna lahan terdiri atas tanah sawah mencakup 8.696,68 ha (8,99 %), tanah kering seluas 55.,8 ha (55,99.%), hutan negara 8.99,72 ha (9.2.%), perkebunan negara/swasta 2.76,5 ha (2,8.%) dan lainnya seluas 2.968,7 ha (,.%). 2. Geologi a. Iklim Kabupaten Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan penghujan. Suhu udara rata-rata 2 o C di siang hari, turun menjadi 2 o C pada malam hari. Pada bulan Juli Agustus turun menjadi 2 5 o C pada malam hari dan 5 2 o C di siang hari. Rata-rata hari hujan adalah 96 hari, dengan curah hujan rata-rata. mm, tertinggi di Kecamatan (.82 mm) dan terendah di Kecamatan Watumalang (.55 mm). b. Jenis Tanah Keadaan tanah di Kabupaten Wonosobo dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Tanah andosol (25%) terdapat di Kecamatan Kejjar, sebagai Kecamatan, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Kertek dan Kecamatan. Tanah Regosol (%) terdapat di Kecamatan Kertek, Kecamatan Sapuran, Kecamatan, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Watumalang dan Kecamatan. Tanah Podsolik (5%) terdapat di Kecamatan Selomerto, Kecamatan Leksono dan Kecamatan Sapuran. Jenis tanah di Kabupaten Wonosobo meliputi tanah andosol seluar.87,7 ha, tanah regosol seluas 9.72,7 ha, tanah latosol seluas 6., ha, tanah argonosol seluas 76, ha, mediterian merah kuning seluas.5 ha dan gramosol seluas.778,6 ha. Dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Wonosobo bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, daerah dengan ketinggian 25 5 m dpl seluas,% dari seluruh wilayah. Daerah dengan ketinggian 5. m dpl seluas 5,% dari seluruh areal dan daerah dengan ketinggian >. m dpl seluas 6,67% dari seluruh wilayah, sehingga menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wajah Kabupaten. Kabupaten Wonosobo sebagai daerah yang terletak di sekitar gunung api muda menyebabkan tanah di Wonosobo termasuk subur. Hal ini sangat mendukung pengembangan pertanian, sebagai mata pencaharian utama masyarakat Wonosobo. Namun demikian karena topografinya dengan lembah yang masih curam. menyebabkan sering timbul bencana alam seperti tanah longsor. BAB II - 2

3 . Tahun Iklim Sebagai daerah beriklim tropis, Wonosobo hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Sepanjang tahun 2 terjadi curah hujan yang fluktuatif selama 8 hari dan beragam menurut bulan. Curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Desember dengan 798 mm, sedangkan terendah terjadi pada bulan September sebesar mm. Tabel 2. Jarak Jarak Ibukota Kecamatan ke Kabupaten Wonosobo Kecamatan Sub District. Kec. Wadaslintang 2. Kec. Kepil. Kec. Sapuran. Kec. Kalibawang 5. Kec. Kaliwiro 6. Kec. Leksono 7. Kec. Sukoharjo 8. Kec. Selomerto 9. Kec.. Kec. Kertek. Kec. Wonosobo 2. Kec. Watumalang. Kec. Mojotengah. Kec. 5. Kec. Kejajar Jarak Ibukota Kecamatan ke Kabupaten (km) Ketinggian BAB II -

4 Peta 2. : Peta Administratif Kabupaten Wonosobo Tahun BAB II -

5 Tahun Kabupaten Wonosobo terbagi menjadi 5 Kecamatan dengan jumlah desa / kelurahan 265 desa/kel, terdiri dari 26 desa dan 29 kelurahan. Kecamatan dengan desa / kelurahan terbanyak adalah Kec. Selomerto sebanyak 2 desa/kel sedangkan yang paling sedikit adalah Kec. Kalibawang 8 desa. Tabel 2. : Tabel Luas Administrasi dan Luas Wilayah Terbangun per-kecamatan Kabupaten Wonosobo Tahun 26 No. Nama Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Kelurahan/ Desa Kelurahan Desa Administrasi (Ha) 2,76. 9,86.92 Terbangun (%) thd total administrasi.8%.9% (Ha) 2 Kec. Wadaslintang Kec. Kepil 6 2 Kec. Sapuran 6 7, %.58.96% Kec. Kaliwiro 2,8..87%, % 5 Kec. Leksono,7..79% 27.5.% 6 Kec. Selomerto 2 22,97.7.% % 7 Kec. 8 8, % 5..98% 8 Kec. Kertek 2 9,9.8.7% % 9 Kec. Wonosobo 7, % % Kec. Watumalang 5 6, % 66..9% Kec. Mojotengah 6, % 9.78.% 2 Kec. 5, % % Kec. Kejajar 5 5, % % Kec. Sukoharjo - 7 5, %.6.58% 5 Kec. Kalibawang - 8,8..6% 76.8 Jumlah ,97.2.% Sumber : Wonosobo dalam angka dan Kecamatan Dalam Angka Tahun 2 Kabupaten Wonosobo,278.8,566.7 (%) thd luas administrasi 8, % 7.9%.%.% Berdasarkan data BPS pada triwulan tahun 25, penduduk Wonosobo secara de facto berjumlah orang, terdiri dari 92.7 perempuan (5,7%) dan 8.26 laki-laki (9,%). Sedangkan berdasarkan catatan penduduk secara de jure dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, penduduk Wonosobo berjumlah orang, dengan proporsi.7 perempuan (8,65%) dan.59 laki-laki (5,5%). Selisih penduduk antara data de facto dengan data dejure mencerminkan adanya penduduk yang tidak berdomisili di Wonosobo tetapi secara administratif tercatat sebagai penduduk Wonosobo. BAB II - 5

6 Tahun Tabel a : Jumlah Penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun kedepan Kabuaten Wonosobo Tahun Wilayah Perkotaan No Kecamatan Tahun Kec. Wadaslintang Kec. Kepil Kec. Sapuran Kec. Kaliwiro Kec. Leksono Kec. Selomerto Kec. Kec. Kretek Kec. Wonosobo Kec. Watumalang Kec. Mojotengah Kec. Kec. Kejajar Kec. Sukoharjo Wilayah Perdesaan 27 Total Tahun Tahun ,755 5,22 56,96 59,678 6,9 52,755 5,22 56,96 59,678 6,9 7,59 7,25 9,97 87, 8,8 5,69 7,56 7,5,2 89,757 8,586 5,795 7,88 7,76,62 9,52 9,66 6,9 8,25 8,5,2 98,79 2,57 6,79 8,95 8,729 2,8 5,796 2,98 6,8 57,662 8,879 5,5,865 9,6 58,986 69,58 9,8 2,76 9,69 7,97 2,776 59,26 5,27 6,89 2,,7 6,62 7,56 5,229,9 5,987 8,27,687 6,75 52,5 8,6,76 2, 6,68 7,57 5,79 5,75 5,27 9,727 5, 65,229 55,29 5,59 6,228,85 66,727 78,75 56,86 8,22 56,2,965 7,77 69,85 59,25 5,679 9,56 8, 7,58 8,296 6,8 5,79 6,99,9 9,76 57,662 56,28 5,5,865 6,88 58,986 79,52 87, 9,8 6,8 9,69 2,76 2,776 59,26 57,8 6,89 2, 8, 6,62 8,729 89,757 5,229 62,89 5,987,92,687 6,75 6,226 8,6,76 5,6 6,68 85,59 9,52 5,79 65,2 5,27 5,766 5, 65,229 6,69 5,59 6,228 52,985 66,727 89,956 98,79 56,86 68,78 56,2 8, 7,77 69,85 68, 5,679 9,56 56,72 7,58 96,5 5,796 6,8 7,657 6,99 5,772 9,76 22,85 2,88 2,7 25,852 27,685 5 Kec. Kalibawang Total Jumlah 5,555 9,2 5,66 5, 6,28 68,9 666,7 69,69 7,86 785,96 Sumber : Wonosobo dalam angka Tahun 2 dan Perhitungan Proyeksi Pertumbuhan Pendududk Tahun Pokja SANITASI Kabupaten Wonosobo Metode proyeksi penduduk yang digunakan adalah Metode Geometrik ( bunga berganda), dengan formula sebagai berikut : Pn = Po ( + r )n Pn = jumlah penduduk tahun tertentu / akhir Po = jumlah penduduk tahun awal R = rata-rata pertumbuhan penduduk N = selisih tahun Asumsi : laju pertumbuhan adalah sama untuk tiap tahun, yang artinya pertambahan absolut tiap tahun semakin besar BAB II ,85 2,88 2,7 25,852 27,685 78,98 85,727 89,56 886,8 99,7

7 Tahun Tabel b : Jumlah Kepala keluarga saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun kedepan Kabuaten Wonosobo Tahun Wilayah Perkotaan No Kecamatan Kec. Wadaslintang 2 Kec. Kepil Kec. Sapuran Kec. Kaliwiro 5 Kec. Leksono 6 Kec. Selomerto 7 Kec. 8 Kec. Kretek 9 Kec. Wonosobo Kec. Watumalang Kec. Mojotengah 2 Kec. Kec. Kejajar Kec. Sukoharjo 5 Kec. Kalibawang Total Jumlah , 2, 2,89 22,27,58,79 5,7 2,96 2,7 2,972 22,89,6,767 6,2 Tahun 28 2,8 2,57,96 2,85,828,8 7,96 Wilayah Perdesaan ,7 2,279,27 25,97 5,,95,99 2,7 2,,5 26,98 5,62 2,8 2,9 26 7,97 9,72 5,76,,777 2,8 8,2 2,77 5,8,898,,8 8,98 8,22 99, 27 8,72 9,6 5,95,78 2, 2,75 8,79 2,97 5,52 2,228,7,88 9,66 8,52 2,97 Tahun 28 9,27 2,2 6,5 5,25 2,62 2,999 9,9 22,89 6,5 2,72 5,7,865 9,55 8,87 2, , 2,57 7,55 6,89,2,7 2,59 2,82 7,6,59 6,8 2,5,89 9, 225,66 Total 22 2,77 2, 8,26 7,7,268,75 22,5 25,897 8,27, 7,27,2,8 9,96 2,6 Sumber : Wonosobo dalam angka Tahun 2 dan Perhitungan Proyeksi Pertumbuhan Pendududk Tahun Pokja Sanitasi Kabupaten Wonosobo Metode proyeksi penduduk yang digunakan adalah Metode Geometrik ( bunga berganda), dengan formula sebagai berikut : Pn = Po ( + r )n Pn = jumlah penduduk tahun tertentu / akhir Po = jumlah penduduk tahun awal R = rata-rata pertumbuhan penduduk N = selisih tahun Asumsi : laju pertumbuhan adalah sama untuk tiap tahun, yang artinya pertambahan absolut tiap tahun semakin besar BAB II ,97 9,72 7,6,,777,5 8,2 2,268 22,27 5,8 6,6, 2,799 8,98 8,22 2, ,72 9,6 7,59,78 2,,56 8,79 2,92 22,89 5,52 6,862,7,55 9,66 8,52 2,6 Tahun 28 9,27 2,2 8, 5,25 2,62 5,56 9,9 25,989 2,85 6,5 7,57 5,7,77 9,55 8,87 25, , 2,57 9,62 6,89,2 6, 2,59 27,5 25,97 7,6 8,559 6,8,79,89 9, 265, ,77 2, 2,75 7,7,268 7,5 22,5 29, 26,98 8,27 9,875 7,27 5,56,8 9,96 28,56

8 Tahun Berdasarkan Tabel 2.2 jumlah Penduduk Kabupaten Wonosobo cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan,5%. Arahan pengembangan distribusi penduduk Kabupaten Wonosobo dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi eksisting, daya dukung lahan, rencana pengembangan, kepadatan penduduk dan jumlah fasilitas yang ada. Fasilitas merupakan faktor penarik utama penduduk untuk bertempat tinggal dan dapat digunakan untuk pendistribusian penduduk. Pertumbuhan penduduk di wilayah Kabupaten Wonosobo ditetapkan sebesar,87%. Hal tersebut mengikuti skenario kecenderungan perkembangan penduduk dan perkembangan Kabupaten Wonosobo secara umum. Sehingga jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Wonosobo pada akhir tahun perencanaan 22 sebesar 99.7 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk dan Kepadatan untuk 5 tahun ke depan di wilayah Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Saat ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun Kabupaten Wonosobo Tahun No. Kecamatan Kec. Wadaslintang Kec. Kepil Kec. Sapuran Kec. Kaliwiro Kec. Leksono Kec. Selomerto Kec. Kec. Kretek Kec. Wonosobo Kec. Watumalang Kec. Mojotengah Kec. Kec. Kejajar Kec. Sukoharjo Kec. Kalibawang 26.6%.6%.6%.6%.6%.6%.6%.6%.6%.6%.6%.6%.6%.6%.6% Tingkat Pertumbuhan (%) Tahun %.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% 2.7%.% 5.% % 6.62% 6.62% 6.62% 6.62% 6.62% 6.62% 6.62% 6.62% 6.62% 6.62% 6.62% 6.62% 6.62% 6.62% Kepadatan Pddk (orang/ha) Tahun Sumber : Wonosobo dalam angka Tahun 2 dan Perhitungan Proyeksi Pertumbuhan Pendududk Tahun Pokja SANITASI Kabupaten Wonosobo Berdasarkan perhitungan table 2. Di atas, dapat diketahui bahwa Di Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek dan Kecamatan Mojotengah akan mengalami Kepadatan penduduk rata-rata lebih meningkat dari pada kecamatan yang lainnya. Hal ini signifikan dengan RTRW Kabupaten terkait dengan keberadaan Kecamatan tersebut sebagai wilayah perkotaan. Pada Tahun 26 secara keseluruhan wilayah di Kabupaten Wonosobo meningkat sebanyak 5. Jiwa/Ha, diproyeksikan akan mengalami peningkatan kepadatannya pada tahun 22 sebesar 8.66 jiwa /Ha Penambahan jumlah penduduk di atas perlu diantisipasi dengan berbagai upaya menyediakan kebutuhan ruang secara memadai. Untuk itu dalam perencanaan ini akan dikaji berbagai pertimbangan dalam rangka menghasilkan pola pemanfaatan ruang yang optimal. BAB II - 8

9 Tahun Tabel : Jumlah Penduduk Miskin per - Kecamatan di Kabupaten Wonosobo Tahun 2 No. Kecamatan 2 Kec. Wadaslintang 2 Kec. Kepil Kec. Sapuran Kec. Kaliwiro 5 Kec. Leksono 6 Kec. Selomerto 7 Kec. 8 Kec. Kretek 9 Kec. Wonosobo Kec. Watumalang Kec. Mojotengah 2 Kec. Kec. Kejajar Kec. Sukoharjo 5 Kec. Kalibawang Total Jumlah Sumber : Data PPLS Tahun 2 Kabupaten Wonosobo Jumlah penduduk miskin (KK) 2 8,8,675 8,29 6,5,597 5,9,52,28 5,8 8,997 8,9 6,9 6,99,57,95 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Wonosobo mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 7. jiwa menjadi 65.8 jiwa pada tahun 2 dimana inflasi pada tahun yang sama juga mengalami penurunan. Penurunan jumlah penduduk miskin ini juga berimplikasi pada menurunnya persentase penduduk miskin dari 22,8 menjadi 2,2 persen pada tahun 2. Pada periode tahun 2-2, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman dan keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan tajam pada tahun 2. Dengan kenaikan sebesar,56 indeks kedalaman kemiskinan pada tahun 2 bergeser naik menjadi,52 demikian juga dengan indeks keparahan kemiskinan yang mengalami kenaikan menjadi,25 pada tahun 2. Pada periode 2 tahun berikutnya indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan meskipun melambat namun mengalami penurunan menjadi,7 untuk indeks kedalaman kemiskinan dan,7 untuk indeks keparahan kemiskinan pada tahun 2. Grafik 2. Perkembangan Indeks Kedalama Kemiskinan dan Keparahan Kemiskinan Kab. Wonosobo Th 2-2 BAB II - 9

10 Tahun Grafik perkembangan Indeks kedalaman kemiskinan yang semakin mendekati nol menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit, dengan demikian ada peningkatan rata-rata pengeluaran penduduk miskin. Sedangkan penurunan indeks keparahan kemiskinan menunjukkan semakin menyempitnya ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo Penataan ruang Daerah Kabupaten Wonosobo bertujuan mewujudkan daerah berbasis agroindustri dan pariwisata yang didukung oleh pertanian berkelanjutan. Untuk mewujudkan tujuan dimaksud ditetapkan kebijakan perencanaan ruang wilayah, Kebijakan yang dimaksud meliputi: a) pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal; b) pengembangan pariwisata yang berkelanjutan; c) peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah; d) percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki; e) pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif; f) peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung; g) pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah; h) peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara. Adapun Rencana Sistem Pusat Kegiatan Kabupaten Wonosobo terdiri atas (lihat peta struktur ruang): a. sistem perkotaan, yang terdiri dari :. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten. PKW mempunyai fungsi utama pengembangan kawasan pusat pemerintahan; pusat perdagangan dan jasa; pusat pendidikan; dan pusat kesehatan. PKW berada di Kecamatan Wonosobo; 2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) adalah pusat pelayanan kawasan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. PKLp mempunyai fungsi utama pengembangan kawasan pemerintahan kecamatan; perdagangan dan jasa; pendidikan menengah; jasa pariwisata; pertanian; pelayanan sosial dan ekonomi skala regional; pengembangan permukiman; dan peruntukan industri. PKLp meliputi : Kecamatan Kertek dan Kecamatan Selomerto.. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. PPK mempunyai fungsi utama pengembangan kawasan : pemerintahan kecamatan; pertanian; pendidikan; peternakan; pariwisata; perkebunan; dan jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala BAB II -

11 Tahun kecamatan atau beberapa desa. PPK meliputi Kecamatan : Mojotengah; Kejajar dan Sapuran. b. Sistem perdesaan, Sistem perdesaan berupa Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. PPL mempunyai fungsi utama pengembangan kawasan : pemerintahan kecamatan; pusat pemerintahan desa; pusat permukiman desa; pertanian; agropolitan; jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala antar desa; dan pendukung aktivitas wisata. PPL meliputi Kecamatan : Kepil; Kaliwiro; Wadaslintang; Leksono; ; ; Watumalang; Sukoharjo; dan Kalibawang. Dalam RTRW Kabupaten, selain direncanakan struktur ruang, juga direncakan mengenai pola ruangnya, sebagai ketentuan alokasi untuk pemanfaatan ruang. Untuk pola ruangnya dapat dapat di jelaskan sebagai berikut : BAB II -

12 Peta 2.2 : Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Wonosobo BAB II - 2 Tahun 26-22

13 Pola Ruang Kabupaten Wonosobo. Tahun KAWASAN LINDUNG A. Kawasan Hutan Lindung a. Kawasan hutan lindung yang dikelola Negara Kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Terletak di Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil b. Kawasan Lindung yang dikelola Masyarakat Kawasan lindung yang dikelola masyarakat adalah kawasan yang sepenuhnya diperuntukan bagi konservasi hidrologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi serta memelihara keawetan kesuburan tanah. Terletak di Kecamatan,, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahnya Kawasan Resapan Air Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman yang mampu menyimpan air tanah sebagai cadangan air bagi kawasan di bawahnya. Terletak di Kecamatan Kejajar, Mojotengah, Watumalang,Wonosobo,,Kertek,, Sapuran dan Kepil C. Kawasan Perlindungan Setempat a. Kawasan Sempadan Sungai Kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. a) Sub DAS Begaluh; b) Sub DAS Bogowonto; c) Sub DAS Tulis; d) Sub DAS Preng; e) Sub DAS Sanggaluwung; f) Sub DAS Beber; g) Sub DAS Putih; h) Sub DAS Kodil; i) Sub DAS Jurang; j) Sub DAS Mawar k) Sub DAS Medono l) Sub DAS Luk ulo BAB II -

14 b. Kawasan Sempadan Waduk Tahun Kawasan tertentu, disekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk. a) Waduk Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang; b) Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warno, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar dan Kecamatan ; dan c) Kawasan sekitar Bendung Sungai Serayu, Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil, Bogowonto, Medono dan Cecep D. Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Cagar Budaya a. Kawasan Cagar Alam Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berlangsung secara alami. CA Pantodomas (Desa Pacekelan Kecamatan Sapuran) b. Kawasan taman wisata alam Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun bantuan manusia. Kompleks Telaga Pengilon dan Telaga Warno di Kecamatan Kejajar serta Cagar Alam Pantodomas c. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Situs Tuk Bimalukar di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Watu Kelir di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Ondho Budho di Desa Sikunang (Kecamatan Kejajar), Candi Bogang di Kecamatan Selomerto dan Situs Bongkotan di Kecamatan Kertek, rumah dinas bupati dan wakil bupati, gedung dewan perwakilan daerah, gedung komando distrik militer(kodim), kantor pos dan giro, gedung sekolah menengah pertama(smp) N Wonosobo, gedung sekolah dasar(sd) N Wonosobo, gedung samsat, alun-alun Wonosobo dan paseban, masjid Al Manshur, sekolah Don Bosco dan dena Upakara. E. Kawasan Rawan Bencana Alam Wilayah yang sering mengalami bencana alam seperti banjir, tanah longsor. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana tersebut. Daerah rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, BAB II -

15 Tahun Kecamatan Selomerto, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang dan Kecamatan KalibawangDaerah rawan angin topan terdapat di Kecamatan Wonosobo, Mojotengah, Kertek, Sapuran, Watumalang dan. Daerah rawan kebakaran hutan terdapat di kecamatan yang memiliki wilayah hutan F. Kawasan Lindung Geologi a. Kawasan Imbuhan Air kawasan daerah resapan air yang mampu menambah jumlah air tanah dalam secara alamiah pada cekungan air tanah. Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, Kecamatan, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil b. Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Terdapat di kawasan sekitar mata sepeti misalnya Silutung, Sewu, Muncar, Mlandi, Mangur, Rancah, Jalaksono, Kajaran, Mbeji, Citrolangu, Prigi, Kayubimo, Gajah, Mangli, Jogopati, Plodongan, Rogojati, Mudal, Deroduwur, Sumber, Lamuk, Sunten, Brunyahan, Pager Gunung, Banyuwangi, Sibangkong, Gondang, Kidang, Sendang, Siklenteng dan Dadungan Siring, serta mata air lainnya yang ada di Kabupaten Wonosobo (97 mata air). 2. KAWASAN BUDIDAYA A. KawasanHutan Produksi a. Kawasan Hutan Produksi Tetap kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai dibawah 25 Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Leksono, Kecamatan, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Wadaslintang b. Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan yang dapat diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas dimana eksploitasinya hanya dapat dengan sistem tebang pilih dan penanaman kembali ataupun hutan rakyat, maksudnya tanah rakyat yang ditanami dengan tanaman seperti halnya tanaman kehutanan namun sudah biasa ditanam rakyat dalam upaya konservasi tanah dan air. BAB II - 5

16 Tahun kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai antara 25-7 Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Leksono, Kecamatan, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Wadaslintang B. KawasanPeruntukan Pertanian a. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan lahan basah, dimana pengairannya dapat diperoleh baik secara alamiah maupun secara teknis. Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan b. Kawasan Peruntukan Pertaniann Lahan Kering Kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian pangan dan hortikultura yang didukung oleh kondisi dan topografi tanah yang memadahi dan sumber utama pengairannya berasal dari air hujan, dapat ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan dan cadangan lahan pertanian pangan yang dilindungi agar berkelanjutan Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan dan Kecamatan Kejajar C. Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan yang diperuntukkan bagi perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan maupun bahan baku industri. a. Sentra tanaman kelapa sayur berada di Kecamatan Selomerto, Kepil, dan Wadaslintang; b. Sentra tanaman kelapa aren terdapat di Kecamatan Kaliwiro dan Kalibawang; c. Sentra tanaman kopi arabika berada di Kecamatan, Watumalang, Kejajar, dan Mojotengah; d. Sentra tanaman kopi robusta berada di Kecamatan Selomerto dan Leksono; e. Sentra tanaman kakao berada di Kecamatan Leksono, Sapuran, dan Kaliwiro; f. Sentra tanaman tembakau berada di Kecamatan, Watumalang, Kertek, Mojotengah dan ; g. Sentra tanaman teh berada di Kecamatan Kejajar, Kertek dan Sapuran; BAB II - 6

17 Tahun h. Sentra tanaman kapulogo berada di semua kecamatan kecuali Kecamatan Kejajar dan ; i. Sentra tanaman cengkeh berada di Kecamatan Sapuran; D. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan yang diperuntukkan bagi usaha pengembangan perikanan. a. Kawasan budidaya kolam air tawar, tersebar di kecamatan yang memiliki sumber air; b. Kawasan budidaya mina padi pada daerah pertanian sawah baik irigasi teknis maupun setengah teknis; serta c. Kawasan pengembangan perikanan umum terdapat di seluruh kecamatan sedangkan perikanan waduk atau telaga terdapat di Kecamatan Wadaslintang,, Kejajar, Kertek, dan Kaliwiro E. Kawasan Peruntukan Peternakan Kawasan untuk usaha pengembangan peternakan. Secara umum dapat digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu ternak besar dan aneka ternak. Untuk peternakan hewan besar paling tidak harus tersedia atau dekat dengan areal tumbuhnya makanan ternak yang cukup, sedang untuk peternakan aneka ternak biasa menyebar di seluruh kawasan budidaya asal makanan tercukupi a. Kawasan peternakan ternak besar terdapat di Kecamatan Wadaslintang, Kepil, leksono,, Sapuran, Kaliwiro, Kalibawang, Sukoharjo, Kertek, Selomerto, Watumalang, Wonosobo dan Mojotengah; dan b. Kawasan peternakan unggas terdapat di Kecamatan, Kejajar,, Mojotengah, Watumalang, Wadaslintang, Kalibawang, Kaliwiro, Leksono, Sukoharjo, Wonosobo, Kepil, Sapuran, Kertek dan Selomerto. F. Kawasan Peruntukan Pertambangan Kawasan yang diperuntukkan bagi perkembangan, baik wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan. Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara terlatak di: Andesit : Kecamatan Watumalang, Mojotengah, Batu belah / batu gamping : Kecamatan Sukoharjo dan Watumalang Bentonit : Kecamatan Kalibawang Sirtu : Kecamatan Kertek,, Kaliwiro dan Wadaslintang Tanah liat/lempung : Kecamatan Kaliwiro Tras : Kecamatan Watumalang, Mojotengah, Selomerto, Kaliwiro, Wadaslintang dan Kalibawang Kawasan pertambangan panas bumi di wilayah kerja pertambangan [anas bumi Dieng BAB II - 7

18 G. Kawasan peruntukan industri Tahun bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan Kawasan peruntukan industri menengah dan besar akan dikembangkan di sepanjang jalur Regional Temanggung-Wonosobo-Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo dan Selomerto serta Jalur kertek--sapurankepil. Kawasan ini menghindari kawasan permukiman Pembentukan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan H. Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata. Kawasan wisata alam terdapat di lokasi sebagai berikut: - Dataran Tinggi Dieng (Telaga Warno, Telaga Pengilon, Goa Sumur, Goa Semar, Goa Jaran, Kawah Sikendang dan Batu Semar. - Lembah Dieng (Telaga Cebong, Bukit Sikunir, Air Terjun Sikarim dan Seloka, Agrowisata Tambi, dan Lereng Pegunungan Sindoro); - Telaga Menjer di Kecamatan ; - Gunung Kembang di Kecamatan ;. - Mata air Wonojoyo di Kecamatan Wonosobo Kawasan wisata budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan terdapat di lokasi sebagai berikut: - Situs Tuk Bimalukar di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar; - Situs Watu Kelir di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar; - Situs Ondho Budho di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar; - Candi Bogang di Kecamatan Selomerto; - Situs Bongkotan di Kecamatan Kertek; dan - Desa Wisata : Desa Sendangsari Kecamatan ; Dusun Giyanti Desa Kadipaten Kecamatan Selomerto; Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari Kecamatan Wonosobo. Kawasan wisata religius terdapat di makam pendiri Wonosobo di Selomerto (Kiai Karim), Wonosobo (Kiai Walik), Makam Asmorosuff di Kecamatan Kejjar, Makam Jogonegoro di Kecamatan Selomerto dan Makam Selomanik di Kecamatan Kejajar. Kawasan wisata buatan terdapat di kecamatan-kecamatan sebagai berikut: - Dieng Peteau di Kecamatan Kejajar; - Gardu Pandang Tieng Kecamatan Kejajar; - Gelanggang Renang Mangli, Pusat Rekreasi dan Olahraga Kalianget dan Gerbang Mandala Wisata di Kecamatan Wonosobo; dan BAB II - 8

19 Tahun Waduk Wadaslintang dan Pemandian Air Panas Somogede di Kecamatan Wadaslintang. Kawasan Wisata tradisi terdapat di desa dan kecamatan sebagai berikut: - Tradisi Ruwat Rambut Gembel di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar; - Tradisi Tenongan putri di Dusun Giyanti, Desa Kadiaten, Kecamatan Selomerto; - Tradisi Tenongan putra di Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek; - Tradisi Undhuh-undhuhan di Desa Sendangsari, Kecamatan ; - Tradisi Hak-hakan di Dusun Kaliyoso, Desa Tegalombo, Kecamatan ; - Tradisi Baritan di Desa Simbang, Kecamatan ; dan - Tradisi Larung Sukerta di Kampung Sruni, Kelurahan Jaraksari, Kecamatan Wonosobo. Kawasan wisata sejarah terdapat di Kecamatan Wonosobo yakni adanya beberapa benda cagar budaya (BCB) tidak bergerak antara lain: Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati, gedung DPRD, Kodim 77, Kantor Pos dan Giro, SMP N Wonosobo, SD N Wonosobo, Eks gedung Bank Jateng, Alun-alun Wonosobo dan Paseban, Masjid Al Manshur, Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara, makam Kiai Walik dan lain-lain. Kawasan wisata minat khusus terdapat di Kecamatan Selomerto, yakni Arung Jeram Sungai Serayu dan tea walk di agro wisata Tambi, Kecamatan Kejajar. I. Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan yang diperuntukkan bagi permukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Wonosobo sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosialnya. Permukiman Kota Kawasan permukiman kota mencakup wilayah pengembangan kota dan kawasan PKW, PPK, dan PKLp). Permukiman Pedesaan Pengembangan desa-desa yang ada di kawasan PPL BAB II - 9

20 Tahun Peta 2. : Peta Pola Ruang Kabupaten Wonosobo BAB II - 2

21 Tahun KEMAJUAN PELAKSANAAN SSK Selama kurun waktu 5 tahunan pelaksanaan Penyusunan dokumen SSK yang dimulai tahun 22 sampai dengan tahun 26, banyak sudah kegiatan pembangnunan Sanitasi di Kabupaten Wonosobo. Baik yang menyangkut Subsektor Air Limbah Domestik, Persampahan maupun Drainase. A. AIR LIMBAH DOMESTIK Pada saat ini sistem pengelolaan limbah secara off-site skala kwasan dan perkotaan belum dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo. Akan tetapi dalam perjalan [penyususnan dokumen SSK pada Tahun 22 smapi dengan atahun 26 ini s, sebagian masyarakat terutama di RIK sudah mengenal septictank Komunal dan IPAL Komunal yang dibiaya dari Program Sanitasi (SLBM ) dan CSR baik dari Bank Danamon atau dari Aqua Danone dan Sebagian besar warga membuang limbah kakus atau yang juga dikenal sebagai black water belum menggunakan septic tank yang dirancang dan dibangun dengan baik sendiri sehingga tidak memberikan pengolahan optimal kepada limbah tersebut. Demikian juga air limbah mandi, cuci dan masak (grey water) dalam pengelolaanya didak jauh berbeda dengan black water, yaitu dibuang langsung ke kolam, kebun, tanah resapan dan saluran drainase mikro maupun ke saluran terbuka lainnya. Untuk lebih jelasnya diagram pengelolaan limbah domestik dapat dilihat pada tabel.5. Tabel ; 2. Data Akse Santasi Layak, akses sanitasi Dasar dan Jumlah KK yang masih BABs perkecamatan di Kabupaten Wonosobo Tahun 26. Kecamatan Akses Layak (KK) 2 Wadaslintang Kepil Sapuran Kaliwiro Leksono Selomerto Kretek Wonosobo Watumalang Mojotengah Kejajar Sukoharjo Kalibawang 65,2 2,789,7 7,259,8,79 89,8 6,79,89,29,97,79 2,27 58,86 % Akses Dasar (KK).28%.62%.2%.6%.%.%.6%.6% 5.96% 2.9% 2.8%.9%.8%.5%.97% 25.% 9,8,99 2,96 7,755,29 6,2,67 2,855 2,882,8 87,828 2,225 2, 72 52,72 % 5.2%.86%.28%.5%.56% 2.6%.88%.2%.2%.9%.7%.65%.96%.9%.2% 22.6% BABs(KK) * 6 7,766 5,76,,2,68,85,2 2,2 5,289,69,527 7,6 8,6,2 5, 2,8 % 7.5% 6.6%.8%.9%.2% 2.%.% 8.7% 2.28% 2.%.5%.5%.65%.8% 2.% 5.99% Dengan melihat Tabel diatas berdsarkan Data yang diambil di STBM Nasional un tuk Kabupaten Wonosobo dengan jumlah keluarga yang terentry memiliki akses dasar 22,6 % namun yang memiliki tanki septik yang baik dan benar baru mencapai 25, % saja, Sedangakan Jumlah yng BABs masih sangat besar yaitu 5,99%. BAB II - 2

22 Tabel 2.6. : Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Sub Sektor Air Limbah Domestik Kabupaten Wonosobo Tahun SSK SUB SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK (PERIODE SEBELUMNYA) THN 22 THN 27 TUJUAN () Peningkatan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah baik sistemon site maupunoff site di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman Tahun SSK (SAAT INI) SASARAN (2) Berkurangnya praktek BABS menjadi 5% di wilayah perkotaan / RIK pada tahun 27 DATA DASAR* () 95% RT Wilayah perkotaan/rik melakukan praktek BABS Berkurangnya praktek BABS menjadi 25% di wilayah non perkotaan / RIK pada tahun 27 % RT Wilayah non perkotaan/rik melakukan praktek BABS % sarana Perkantoran tidak melakukan praktek BABS pada tahun 27 75% Sarana Perkantoran melakukan praktek BABS % sarana Pendidikan tidak melakukan praktek BABS pada tahun 27 95% RT Wilayah perkotaan/rik melakukan praktek BABS Desa Penerima Program Sanitasi berbasis masyarakat BAB II - 22 STATUS SAAT INI () Di Kecamatan Wonosobo dengan jumlah 2,97 KK saat ini yang sudah terlayani dengan Tangki Septik Individual aman 5.6% ; Tangki Septik Komunal ( KK) 2.76% ; MCK***.% ; Tangki Septik Komunal (> KK).9% ; IPAL Komu nal 2.2%. Sedangkan Tangki Septik Individual Belum Aman ** terapat.2% dan KK yang sampai semarang masih BABs(KK)*Kebanyakan dibuang ke Kolam dan sebagian lagi ke sungai terdapat : 2.7%. Di Seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Wonosobo kecuali Kecamatan Wonosobo (RIK) terdapat 29,7 KK yang terlayani dengan Tangki Septik Individual 8.6% ;Tangki Septik Komunal ( KK) 2.8% ; MCK***.%. Sedangkan Tangki Septik Individual Belum Aman ** ada 2.6% ; dan KK yang sampai semarang masih BABs(KK)*Kebanyakan dibuang ke Kolam dan sebagian lagi ke sungai terdapat ; 5.9% Tangki Septik Individual 2.9% Tangki Septik Komunal ( KK) 2.5% MCK***.9% Tangki Septik Komunal (> KK).% IPAL Komunal.2% IPAL Kawa san.% IPAL Kota.% Tangki Septik Individual Belum Aman ** 22.6% Cubluk.% BABs(KK)* 5.99% Dengan adanya program PAMSIMAS yang melaksanakan kampanye di sekolah tentang PHBS danpengadaan bangunan fisik seperti tempat cuci tangan dan, bangunan WC, meningkatkan layanana sanitasi dan pendididkan PHBS bagi siswa Dengan banyak program Penanganan sanitasi yang berbasisi masyarakat terbentuk suatau wadah dalam pengelolaan dan pemeliharaan di Dua Kecamatan (Kec. Wonosobo dan Kec. Mojotengah) dan di 8 desa Kelurahan yaitu : KSM Bersatu Kliwonan ; KSM Sidosari ; KSM Sumber Utama ; KSM Anugerah ; KSM Sekar Arum ; KSM Anugerah ; KSM Sukses ; KSM Kamara ; KSM Guyup Rukun ; KSM Sumber Asih ; KSM Karangkajen ; KSM Warga Sari ; KSM

23 Tahun Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan air limbah permukiman Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman. Sejahtera ; KSM Serasi ; KSM karya mandiri ; KSM Suka Karya ; KSM Sumber Berkah ; KSM Berkah ; KSM Sumber Sehat ; KSM Mataram ; KSM Krasak Asri ; KSM Al Ikhlas ;KSM Sayang Mulyo ; KSM Rukun Santoso ; SM Harapan Sehat ; KSM Rukun Sejahtera ; KSM Mawar ; KSM Karang Kembang ; KSM Kauman Sejahtera ; KSM Cempaka ; KSM Flamboyan Belum ada perda yang secara khusus mengatur tentang air limbah. Belumad ada UPT air Limbah Meningkatkan anggaran Anggaran Rutin APBD untuk pembaungan air limbah sebesar.5% pada tiap tahunnya Meningkatkan alokasi anggaran dalam APBD Mencari sumber pembiayaan APBN dan APBD Prov *) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya **) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai dasar perhitungannya) ***) Diolah dari Hasil Laporan dari STBM. Org dan hasil laporan para sanitarian masing-masing puskesmas di Kabupaten Wonosobo BAB II - 2 Pningkatan Sumber Pendanaan lewat APBD Pningkatan Sumber Pendanaan lewat CSR Pningkatan Sumber Pendanaan lewat DAK Sanitasi

24 B. Tahun PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Pengelolaan sistem persampahan di wilayah Kabupaten Wonosobo pada saat ini dibagi ke dalam 2 (dua) sistem, yaitu pengelolaan sampah oleh masyarakat dan pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Rencana pengelolaan sampah diarahkan dengan sistem R (Reduce, Reuse, Recycle) di setiap wilayah secara komunal. Di kecamatan kota sudah ada tempat sampah yang membedakan sampah kering dan basah. Hal ini sangat membantu dalam pemilihan sampah yang kemudian bisa didaur ulang sesuai pemanfaatannya, tetapi pembedaan sampah tersebut hanya terdapat di kecamatan Kota sedangkan di tempat lain belum terdapat. Pembedaan sampah ini harus diterapkan di semua kecamatan agar sampah lebih mudah dalam pemilahannya, juga membantu dalam pengelolaan sampahnya karena sudah adanya pembagian jenis sampahnya. Sedangkan untuk persampahan di pedesaan direncanakan juga dengan sistem R secara komunal untuk setiap wilayah (RT/RW). ) Pola Penanganan Sampah Domestik : dibakar dan ditimbun kecuali yang sudah terdapat pelayanan dari Pemerintah Kabupaten Wonosobo Sampah pasar : dikumpulkan di TPS kemudian dibawa ke TPA Wonorejo Sampah Jalan Raya : dibersihkan oleh tenaga dari Pemerintah Kabupaten Wonosobo kemudian dibawa ke transfer Depo terdekat Sampah Daerah Komersial dan Perkantoran: dikumpulkan di tong kemudian diambil dengan gerobak sampah dan dibawa ke transfer depo 2) Sistem Pewadahan Daerah Permukiman : Kantong plastik, tong plastik, keranjang dan kotak kayu Daerah Komersial : Tong sampah Jalan Protokol : Tong sampah Pasar : Keranjang dan TPS ) Sistem Pengumpulan Sistem Pengumpulan sampah di daerah permukiman umumnya menggunakan pola komunal tidak langsung, masyarakat membuang sendiri ke TPS dan kemudian diangkut ke TPA. ) Sistem Pengangkutan Menggunakan 2 konsep pemindahan yaitu: a. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) : 2 b. Transfer Depo : c. Tong Sampah : d. Kontainer : 2 Sarana pengangkutan sampah yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo yaitu ; a. Gerobak sampah : 5 b. Pick up sampah : 2 c. Dump Truck : 7 d. Arm Roll Truck : BAB II - 2

25 e. Bank Sampah : 2 f. Lahan urug terkendali : Ha g. Penimbunan terbuka : Ha h. Luas total lahan :.7 Ha i. Luas sel Landfill :.2 Ha j. Daya tampung TPA : 2,995 k. xcavator / backhoe : Tahun (m/h) 5) Tempat Pemrosesan Akhir Tempat pemrosesan akhir berlokasi di Desa Wonorejo Kecamatan Selomerto dengan luas.79 hektar dan saat ini luas yang dimanfaatkan sebesar,2 hektar. Direncanakan TPA ini akan habis dipakai sampai tahun 222. Hal ini juga dengan pertimbngan nantinya telah dilakukan pengurangan sampah dari sumbernya terwujud dengan adanya TPS R atau TPST di setiap Kecamatan. Sistem pengelolaan sampah di TPA menggunakan sistem open dumping dan direncanakan untuk ditingkatkan menjadi sanitary landfill, sedangkan untuk 8tahun ke depan diarahkan dengan sistem R. Jumlah sumber daya manusia yang mengolah sampah sebanyak 7 orang. Berdasarkan kondisi eksisting letak TPA dengan permukiman terdekat berjarak,5 km dan jarak sungai terdekat.8 km. Pengelolaan sampah merupakan hal yang penting terkait dengan penanganan permasalahan sampah yang ada di Kabupaten Wonosobo. Kondisi saat ini di Kabupaten Wonosobo pengelolaan sampah masih menggunakan sistem open dumping, oleh karena itu untuk 7 tahun ke depan pengelolaan sampah harus diarahkan dengan sistem R (Recycle, Reuse, Reduce). Diharapkan dengan sistem ini pengelolaan sampah yang ada Kabupaten Wonosobo akan ditangani dari kelompok yang paling kecil/rumah tangga hingga skala kabupaten, sehingga perlu pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan sistem R ini. BAB II - 25

26 Tabel 2.7 : Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Sub Sektor Persampahan Kabupaten Wonosobo Tahun 2-2 SSK SUB SEKTOR PERSAMPAHAN (PERIODE SEBELUMNYA) THN 2 THN 2 TUJUAN SASARAN DATA DASAR* () (2) () Pengurangan sampah semaksimal Ketrsediaan TPS di lingkungan RIK sebesar jumlah RW di Kabupaten Wonosobo keseluruhan mungkin dimulai dari sumbernya wilayah RIK. Tmbunan sampah mencapiai.29 Perluasan Lahan untuk TPA Wonorejo karena volume m/hari, sementara sampah terangkat sampah yang teruis meningkat. saat ini adalah 8,5 m/hari, sehingga diketahui layanan baru mencapai 5 % pada tahun 29 Peningkatan cakupan pelayanan dan Keterbatasan informasi bagi masyarakat ternyata sampah Tersedianya sistem penanganan sampah kualitas sistem pengelolaan mempunyai nilai ekonomis tinggi. diperkotaan.7% 2 Masih banyak sampah sekitar 85% banyak yang dibuang Tersedianya fasilitas pengurangan sampah langsung oleh masyarakat di lereng-lereng sungai dan di perkotaan.2% 2 sekitar saluran, badan sungai Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan Pengembangan pembiayaan alternatif sumber Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan Penetapan Perda dan pedoman teknis tentang pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana persampahan. Terbentuknya dan terbinanya kelompok pengelola sarana prasarana persampahan di lingkungan permukiman dan sekolah. Optimalisasi Sosialisasi Pengelolaan Perrsamapahan dengan juga disertai Undang-undang yang tegas menyangkut buang sampah sembarang. Keterlibatan Legislatif dalam terutamanya penganggaran dan tentunya dari eksekutif untuk segera memberi perhatian lebih di sub sektor persampahan. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta Meningkatkan anggaran Anggaran Rutin APBD untuk Penangan Snapah terp[adu dan berwawsan lingkungan. Tahun SSK (SAAT INI) STATUS SAAT INI () Mempromosiskan TPS R Bank Sampah Dalam perkembangnnya Dinas Ciptakaru dan Tata Ruang Kabupaten Wonosobo telah menambah kealat operasional dan perlasan lahan al: Gerobak sampah 5 Pick up sampah 2 Tong Sampah TPS 2 Kontainer 2 Transfer Depo Dump Truck 7 Arm Roll Truck Bank Sampah Lahan urug terkendali Ha Penimbunan terbuka Ha Luas total lahan.7 Ha Luas sel Landfill.2 Ha Daya tampung TPA 2,995 (m/h) Excavator / backhoe Perda No. 5 tahun 22 tentang Retribusi Jasa Umum, Perda No Tahun 22, tentang Pengelolaan Persampahan Dalam persiapan IPST di beberapa wilayah Kabupaten Wonosobo. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan melakukan pemilahan sampah mulai dari sumbernya (rumah,sekolah,kantor dll) BAB II - 26

27 Tahun Sampah dikelola dengan R. (6 Bank sampah di Kota) Pembentukan bank sampah di tingkat RW *) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya **) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai dasar perhitungannya) BAB II - 27

28 C. Tahun DRAINASE PERKOTAAN Sistem drainase memegang bagi pengembangan wilayah. Rencana pengelolaan sistem drainase di wilayah kabupaten Wonosobo diarahkan melalui upaya normalisasi dan peningkatan saluran primer yang melewati Perkotaan Wonosobo, Kawasan Perkotaan Kertek, Kawasan Perkotaan Selomerto dan kawasan Ibukota kecamatan lainnya yang berpotensi rawan genangan; normalisasi saluran sekunder yang melewati Kawasan Perkotaan Wonosobo, Kawasan Perkotaan Kertek, Kawasan Perkotaan Selomerto serta kawasan ibukota kecamatan lainnya yang kawasan Ibukota kecamatan lainnya yang berpotensi rawan genangan; perawatan dan operasional alat berat (excavator, dump truck dan pompa); serta penyelenggaraan program kali bersih. Untuk menjaga keberlangsungan resapan air hujan, perlu dikembangkan pembuatan sumur resapan dan atau kolam penampung air dalam skala lingkungan, yang berfungsi untuk menampung air hujan di Perkotaan Wonosobo, Kawasan Perkotaan Kertek, Kawasan Perkotaan Selomerto dan kawasan Ibukota kecamatan lainnya. BAB II - 28

29 Tabel 2.8 : Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Sub Sektor Drainase Perkotaan Kabupaten Wonosobo Tahun 2-2 SSK SUB SEKTOR DRAINASE PERKOTAAN (PERIODE SEBELUMNYA) THN 2 THN 2 TUJUAN SASARAN DATA DASAR* () (2) () Tersedianya sarana dan prasarana Berkurangnya permasalahan drainase di wilayah Tidak ada lagi yang memakai saluran drainase lingkungan. RIK pada tahun 2 drainase untuk berfungsi selain untuk pembuangan limpahan air hujan dpada tahun 27 Mengoptimalkan system yang ada Saluran drainase yang fungsinya sudah tidak Tidak ada lagi yang memakai saluran optimal lagi, rusak, endaoan lumpurnya tinggi dan drainase untuk berfungsi selain untuk kurangnya pe,eliharaan pembuangan limpahan air hujan dpada tahun 27 Memastikan pengutamaan penerapan Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase Tidak ada lagi yang memakai saluran teknologi drainase lingkungan berbiaya yang berfungsi baik dari 67% menjadi 7% pada drainase untuk berfungsi selain untuk rendah dan sensistif jender. akhir tahun 2. pembuangan limpahan air hujan dpada tahun Meningkatnya porsi belanja fisik sub sektor 27 drainase Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan Tersedianya Regulasi drainase lingkungan pada peraaturan perundanga-undangan tahun 2. mengenai Drainase Lingkungan. Terwujudnya pembangunan drainase lingkungan yang partisipatif dan tanggap kebutuhan. Diterapkannya SPM untuk layanan drainase lingkunngan. Meningkatnya intensitas upaya Meningkatnya peran media dan masyarakat dalam penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan penyadaran perilaku hidup bersih dan sehat di 2 Sehat secara terus menerus di sub kelurahan pada akhir tahun 2. drainase lingkungan. *) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya **) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai dasar perhitungannya) BAB II - 29 Tahun SSK (SAAT INI) STATUS SAAT INI () Deseminasi drainase bagi SDM Pengelola tahun 22 Belum tersedia MP Drainase skala kota Drainase di perkotaan Wonosobo dan wilayah sekitarnya, total terbangun% Sampai 26 belum tercapai pemeliharaan sebesar % Drainase terbangun memanfaatkan daerah milik jalan Dilakukan sosialisasi pra, konstruksi dan paska sebelum kegiatan dilaksanakan pada area terbangun Deseminasi drainase bagi SDM Pengelola tahun 22

30 2.. A. Tahun AIR LIMBAH DOMESTIK Arahan pengelolaan limbah permukiman perkotaan berupa pengembangan instalasi pengolahan limbah tinja, WC/ jamban umum dan limbah rumah tangga perkotaan dilakukan dengan pengembangan dan peningkatan Instalasi Pengolah Limbah Terpadu (IPLT), pengembangan sistem pengolahan dan pengangkutan limbah tinja dari WC/ jamban umum terminal, pasar, lokasi Sanitasi masyarakat dan rumah tangga perkotaan; dan pemantauan ketat terhadap masyarakat yang melakukan pencemaran lingkungan perkotaan dengan limbah tinja. Adapun untuk kawasan perdesaan, pengembangan instalasi pengolahan limbah kotoran hewan dan rumah tangga diarahkan melalui upaya pemantapan instalasi pengolahan limbah kotoran hewan sederhana yang telah dibangun, pengembangan sistem pengolahan limbah kotoran hewan dan limbah rumah tangga perdesaan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna serta pemantauan ketat terhadap masyarakat yang melakukan pencemaran lingkungan perdesaan dengan limbah kotoran hewan dan tinja. Sesuai dengan amaant yang ada di dalam dokumen RTRW Kabuapten Wonosobo 25-2 tentang Prasaran Pengelolaan imbah di Kabupaten Wonosobi meliputi : ) Pengelolalan Limbah Rumah Tnagga Pengelolaaan Limah Ruumah tangga sebagaimana tersebut meliputi a. Penanganan Limbah secara On-site dengan pembanguna jamban keluarg, jamban komunal dan mandi Cuci Kakus Umum. b. Penanganan Limbah secara Off-site dengan sistem perpipaaan dengan membangun instalasi pengolahan air Limbah (IPAL) Komunal c. Penanganan Limbah Padat dengan incenerator dan limbah Tinja dengan instalasi Pengolah Lumpr Tinja; dan d. Menyediakan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah. 2) Pengelolaan Limbah Industri Pengelolalan Limbah industri sebagaimana dimaksud berupa pengmabangan instalasi pemrosesan limbah disetiap lokasi industri () Sistem Dan Infrastruktur Sedangkan diagram alur sistem pengelolaan air limbah ada 7 sistem aliran, dimana sistem aliran dari WC jongkok/jamban sederhana kemudian dialirkan atau di tampung ke kolam / tangki septik sederhana (sebagian kecil) kemudian dialirkan ke badan air berupa sungai/selokan. Sehingga dimungkinkan pencemaran oleh limbah itu menyebar kemanamana, termasuk ke dalam kolam yang disitu dipelihara ikan untuk konsumsi masyarakat. Untuk lebih jelasnya diagram alirnya dapat dilihat pada tabel.5. dan tabel.6 BAB II -

31 Tahun Tabel 2.9 : Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik Dari tabel 2.9. DSS diatas, di Kabupaten Wonosobo teridentifikasi masing-masing ada tipe aliran DSS untuk black water dan 8 aliran grey water. Dari berbagai tipe di atas, pada tipe aliran black water patut diperhatikan lebih khusus karena ada praktek PHBS dengan membuang hajat dikebun, karena tidak dimilikinya jamban.tipe lainnya yang harus mendapat perhatian khusus, yaitu meski sudah ada Wc jongkok/jamban, tetapi tidak ditampung, dialirkan langsung ke drainase lingkungan baru masuk ke sungai. Selain itu, dari WC jongkok/jamban yang ditampung di kolam ikan. Fenomena itu banyak terjadi di kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi kolam ikan yang besar. BAB II -

32 Tahun Tabel 2. : Cakupan Akses dan Sistem Layanan Air Limbah Domestiki per Kecamatan di Kabupaten Wonosobo Akses Layak (KK) No Pendu duk (KK) Kec. (i) (ii) (iii) Tangki Septik Individua l (iv) On-Site Tangki Septik Komun al ( KK) (v) MCK** * (vi) Tangki Septik Komun al (> KK) (vii) Akses Dasar (KK) Off-Site IPAL Komu nal IPAL Kawa san IPAL Kota (viii) (ix) (x) Tangki Septik Individua l Belum Aman ** Cubluk (xi) (xii) BABs(KK )* (xiii) Wadaslintang 7, ,8 7,766 2 Kepil 8,82,2,99 5,76 Sapuran 6,88 2, ,96, Kaliwiro,6 2,8 6 7,755,2 5 Leksono,67 6,86,29,68 6 Selomerto,96 2,98 5 6,2,85 7 7,956,79,67,2 8 Kretek 2, ,855 2,2 9 Wonosobo 2,97, ,882 5,289 Watumalang,878,86,927,8,69 Mojotengah 6,8, ,527 2,8 2,,9,828 7,6 Kejajar 2,625,66 2,225 8,6 Sukoharjo 8,797,78 2,,2 5 Kalibawang 8,2, , JUMLAH 2,68 5,75 5, ,72 2,8 2.5%.9%.%.2%.%.% 22.6%.% 5.99% Maka Prosentase Layanan Limbah adalah :. % Layanan Sistem Sanitasi 2. % On-site & Off-site. % Akse Layak & Akses Dasar 2.9% 2.8%.6% 22.6% 25.% 22.6% * Yang termasuk BABS: BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb. ** Tidak Aman: tangki septik tidak sesuai kriteria SNI atau tidak mempunyai tangki septik sama sekali ***Cubluk dikategorikan tidak aman bila dibangun di area dengan kepadatan > 5 orang/ha dan jarak terhadap sumber air bersih yg bukan perpipaan < m. ****MCK Komunal: cakupan layanan 2 KK baik dengan tangki septik, biofilter dan dapat dilengkapi dengan biodigester. Termasuk didalamnya toilet bergerak (mobile toilet). Dari Tabel diatas yang diambil dari data Sanitasi STBM Nasional Porgram DAK SLBM dan CSR serta Program Sanimas dapat dilihat bahwa di Kecamatan Wonosobo tangki septic yang aman terdapt,72 KK, Kecamatan Leksono 6,86 menggunakan KK, Kecamatan Watumalang,86 KK adalah Kecamatan paling banyak warganya menggunakan tangki septic yang aman sedangkan yang terendah ada di Kecamatan Wadaslintang 68 KK, Kecamatan Kertek 89 KK. Sedangkan untuk BABs Kecamatan Kertek terdapat 2,2 KK, Kecamatan Kepil 5,76 KK dan Kecamatan Mojotengah,527 menjadi yang paling atas kasus BABsnya, Sedangkan untuk Kecamatan Kaliwiro,2 KK, Kecamatan Leksono,68 KK dan Kecamatan Sukoharjo,2 KK adalah Kecamtan yang paling rendah kasus BABsnya Tinja atau blackwater adalah sisa metabolisme manusia yang berwujud padat dan dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus. Rata-rata volume tinja manusia Indonesia per orang per hari sebanyak, kg. Kabupaten Wonosobo dengan jumlah penduduk jiwa, BAB II - 2

33 Tahun maka volume tinja mencapai kg/hari, sementara untuk wilayah perkotaan Wonosobo dengan jumlah penduduk sebanyak 9.87 jiwa, maka volume tinja di wilayah kota mencapai 6. kg/hari. Untuk wilayah kota, sebagian besar masyarakat telah menggunakan closet leher angsa (jongkok) dan closet duduk, sedangkan sebagian kecil masyarakat masih menggunakan cubluk dan helicopter. Menurut data di stbm.indonesia. org, merupakan situs online data Kepemilikan jamban seluruh kabupaten di Indonesia, dari informasi tersebut dan kolaborasi data di Instrumen Profil sanitasi Kabupaten Wonosobo mempunyai data kepemilikan dan layanan Sanitasi sebagai berikut ;. Kepala Keluarga yang tidak punya fasilitas BAB 2,6 KK (5,99%) 2. Kepala Keluarga yg memiliki akses ke jamban yang terhubung ke tangki septik/cubluk yg "tidak layak" 52,77 KK (22.6%). Kepala Keluarga yg memiliki akses ke jamban dan cubluk yg "layak" 5,75 KK (2.9%). Kepala Keluarga yang memiliki akses ke jamban bersama "layak" Tangki Septik Komunal ( KK) 6,6 KK (2,5%) 5. Kepala Keluarga yang terkoneksi ke MCK 5 KK Jiwa (.9%) Lokasi 6. Kepala Keluarga yang terkoneksi ke Tangki Septik Komunal (> KK),597 KK (,%) 7. Jumlah KK yang terkoneksi ke IPAL Komunal 85 KK (,2%) 8. Adanya layanan sedot tinja Baik dari pemerintah maupun dari swasta yang tidak terkontrol dalam pembuangannya. Grafik... Prosentase Sebaran Layanan Sanitasi Dasar, Sanitasi Layak dan BABs per-kecamatan di Kabupaten Wonosobo Tahun 26 9.% 8.% 7.% 6.% 5.%.%.% 2.%.%.% Akses Layak (KK) Akses Dasar (KK) BABs(KK)* BAB II -

34 Tahun Tabel 2. ; Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik No Jenis (i) (ii) SPAL Setempat (Sistem Onsite) Tangki Septik Komunal ( KK) 2. MCK. Truk Tinja. IPLT : kapasitas SPAL Terpusat (Sistem Offsite) Tangki Septik Komunal (> KK) 2. IPAL Komunal. IPAL Kawasan IPLT: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah Kondisi Satuan Jumlah/ Kapasitas Berfungsi (iii) (iv) (v) Tdk berfungsi (vi) 6, M/hari Keterang an (vii) Penggunaan sarana Sanitasi di wilayah Kabupaten Wonosobo sebagian besar menggunakan sistem on site seperti jamban keluarga dan MCK. Sementara ini pengangkutan limbah tinja dilakukan oleh Pemerintahan Kabupaten dalam ha ini di Dinas Pertamanan dan Kebersihan dengan menggunakan mobil sedot tinja dan realisasinya pembuangan menggunakan sarana pengolahan IPLT. Dengan memahami prinsip pengolahan air limbah rumah tangga secara tepat, maka di masa mendatang akan tercipta kondisi Sanitasi lingkungan yang memadai, terkendalinya pencemaran air dan tidak menganggu keseimbangan ekologi terhadap sirkulasi air di dalam tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:. Membuat pengolahan air limbah rumah tangga dari kegiatan mandi, mencuci (grey water) dengan metode Peresapan (meresapkan kembali air limbah tersebut yang diawali dengan penyaringan) dengan tujuan mengembalikan air ke dalam tanah, tidak lagi menjadikan saluran drainase sebagai tempat pembuangan air limbah rumah tangga (greywater), sehingga pencemaran yang terjadi di sungai dapat diminimalisir. Hal ini dapat dilakukan pada masing-masing rumah tangga (apabila masih memiliki lahan) ataupun dilakukan secara komunal (pada daerah pemukiman padat penduduk/lahan terbatas). 2. Membuat septic tank yang kedap air sehingga tidak terjadi pencemaran air tanah oleh bakteri jenis Coliform yang terkandung pada tinja. Hal ini juga dapat diaplikasikan pada masing-masing rumah tangga maupun secara komunal.. Membangun sarana IPLT sebagai tempat pengolahan tinja akhir dan dapat dikembangkan menjadi pupuk organik.. Meningkatkan pemahaman masyarakat bahwa saluran drainase sesuai peruntukannya adalah sebagai saluran limpasan air hujan, bukan sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga (air limbah dan sampah). Menurut dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Kabupaten Wonosobo Pengelolaan prasarana air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat () huruf c meliputi: BAB II -

35 Tahun Pengelolaan air limbah nondomestik berupa pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah pada kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan restoran yang tersebar di seluruh wilayah daerah; 2. Pengelolaan air limbah domestik berupa pembangunan jamban umum/komunal dan Mandi Cuci Kakus pada kawasan permukiman di seluruh wilayah daerah; dan. Pengelolaan limbah industri kecil dan mikro dan pengelolaan limbah hewan ternak pada kawasan permukiman di seluruh wilayah daerah. BAB II - 5

36 Tahun Peta 2. : Peta Cakupan Akses dan Sistem Layanan Air Limbah Domestik per Kecamatan BAB II - 6

37 (2) Kelembagaan dan Peraturan Tahun Sanitasi merupakan sektor yang menjadi tanggung jawab dari berbagai dinas dan instansi. Identifikasi dinas dan instansi terkait dalam pengelolaan Sanitasi menjadi sangat penting dalam pelaksanaan tata kelola Sanitasi secara menyeluruh. organisasi utama yang terlibat dalam bidang Sanitasi sebagai pemangku kepentingan di Kabupaten Wonosobo Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota dan kondisi aktual pengelolaan air limbah di kabupaten/kota ini, maka SKPD pengelola air limbah domestik adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo. Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo (berdasarkan Perda No 28 tentang Organisasi Dinas Kabupaten Wonosobo) terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat terdiri dari : ) Sub Bagian Perencanaan Program, Evaluasi dan Pelaporan; 2) Sub Bagian Keuangan; ) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. c. Bidang Pengairan, terdiri dari: ) Seksi Operasi dan Pemeliharaan; 2) Seksi Pembangunan dan Peningkatan; ) Seksi Bina Manfaat. d. Bidang Bina Marga, terdiri dari : ) Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; 2) Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan; ) Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jembatan. e. Bidang Cipta Karya, terdiri dari : ) Seksi Tata Ruang, Tata Bangunan dan Tata Kota; 2) Seksi Perumahan dan Pemukiman; ) Seksi Bina Manfaat. f. Bidang Pertambangan dan Energi, Kebersihan dan Pertamanan terdiridari: ) Seksi Pertambangan dan Energi; 2) Seksi Kebersihan; ) Seksi Pertamanan dan Pemakaman; g. Kelompok Jabatan Fungsional; h. Unit Pelaksana Teknis Dinas. Bentuk pengelola sub sektor air limbah domestik tersebut adalah seksi Perumahan dan Permukiman Bidang Cipta Karya. Adapun untuk daftar pemangku kepentingan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel. Sanitasi merupakan sektor yang menjadi tanggung jawab dari berbagai dinas dan instansi. Identifikasi dinas dan instansi terkait dalam pengelolaan Sanitasi menjadi sangat BAB II - 7

38 Tahun penting dalam pelaksanaan tata kelola Sanitasi secara menyeluruh. organisasi utama yang terlibat dalam bidang Sanitasi sebagai pemangku kepentingan di Kabupaten Wonosobo sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dapat dilihat pada tabel.. berikut. Tabel 2.2. : Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah skala kab/kota Menyusun rancana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian total Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembangunan awal air limbah domestik Membangun sarana pembuangan awal air limbah domestik (Tangki Septik) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor Membangun sarana IPLT dan atau IPAL PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik Sumber: survei lapangan dan analisis, 26 PEMANGKU KEPENTINGAN Pem.Kab. Swasta Masy DPU DPU DPU DPU DPU DPU DPU Tidak Fungsi Belum ada 58 Lokasi KPPT DPU - LH/DKK/ DPU LH/DKK/ DPU Dari tabel.. di atas, dapat terlihat Sub fungsi pengelolaan air limbah domestik yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di kabupaten Wonosobo, yaitu terkait dengan fungsi pembinaan dan pengaturan dengan subfungsi Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) dan Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk mengakomodasi fungsi tersebut di masa mendatang. BAB II - 8

39 Tahun Selain itu, terlihat pula sub fungsi pengelolaan air limbah domestik dimana pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola yaitu terkait fungsi pengadaan prasarana dengan subfungsi berupa Menyediakan sarana pembangunan awal air limbah domestik dan Membangun sarana pembuangan awal air limbah domestik (Tangki Septik). Meskipun keterlibatan swasta ini masih terbatas dari pihak saja yaitu dari CSR PT. Tirta Investama (aqua Danone) dan hanya di satu lokasi di Kelurahan Kejiwan, namun diharapkan dapat menjadi pilot project dimasa mendatang yang dapat mendatangkan sektor swasta yang lain untuk ikut terlibat. Adanya keterlibatan swasta tentunya cukup membantu Pemerintah yang notabene memiliki keterbatasan anggaran. Dengan demikian, pada masa mendatang perlu digalakkan adanya pola kemitraan Pemerintah dan swasta yang djuga didukung masyarakat untuk penanganan sanitasi. Disamping itu diperlukan perangkat kebijakan dalam pengelolaan sanitasi, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan oleh SKPD atau pemangku kepentingan, dalam kaitannya dengan hal tersebut di Kabupaten Wonosobo masih dirasa kurang dalam hal kebijakan yang terkait dengan sanitasi utamanya air limbah, oleh karena itu kedepan masih diperlukan kebijakan yang mengatur tentang air limbah dengan secara terinci dan jelas. Kerangka kebijakan/peraturan terkait sanitasi air limbah di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dalam tabel. dibawah Tabel 2.: Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Wonosobo Ketersediaan Peraturan Ada (sebutkan) Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di di Kabupaten ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah Kewajiban dan sanksi bagi industi rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Ada (RPJMD) Retribusi penyedotan air limbah domestik Ketera ngan V Tidak Ada Tidak Ada Ada (Perda Bang. Gedung) V Ada (Perda Lingkunga) V Tidak Ada Ada (SK Bupat Wonosobo) Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi Ada kegiatan pemukiman, usaha rumah (IMB) tangga, dan perkantoran Sumber: survei lapangan dan analisis, 26 Tidak ada PEMANGKU KEPENTINGAN Belum Tidak Efektif Efektif Efektif Dilaksan Dilaksan Dilaksan akan akan akan V V BAB II - 9

40 Tahun Berdasarkan tabel.5. di atas, ditemukan hanya ada 2 (dua) isian tabel yang menyatakan bahwa Peraturan terkait air limbah domestik yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif. Sebagian besar peraturan terkait limbah domestik yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif. Contohnya, Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik, Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah, Kewajiban dan sanksi bagi industi rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha. Hal tersebut sudah di atur, namun belum menyentuh pada aspek penegakan peraturan ini. Semuanya masih dibiarkan. Tentunya ini juga menjadi tantangan Pemerintah dengan dukungan swasta dan masyarakat dalam upaya penegakan peraturan dan pencapaian target peraturan yang ada. Dinas yang terkait dalam penanganan air limbah domestik di Kabupaten Wonosobo adalah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil). Guna mendukung target pencapaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Wonosobo telah diatur dalam:. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 29 tentang Pelayanan Publik; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;. Keputusan Presiden Nomor 85 Tahun 2 tentang Percepatan Penyediaan Air minum dan Sanitasi;. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/28 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPLAP); 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2 tentang Baku Mutu Air Limbah; 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/28 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total berbasis Masyarakat; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 68-82/Kep/Bangda/25 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor /Kep/Bangda/2 tentang Penetapan Kabupaten/Kota Sebagai Pelaksana Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 25; 8. Surat EdaranMenteri Dalam Negeri Nomor66/99/SJ tentang Pedoman Pengelolaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Daerah; 9. Peraturan terkait air limbah domestik yang belum ada di kabupaten ini: Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septic. BAB II -

41 Tahun Hal itu dapat dijadikan bahan evaluasi, bahwa selama ini peraturan yang dibuat selain Perda tata ruang, hanya memuat ketentuan sanksi bagi pelanggar dari unsur masyarakat, belum melibatkan unsur pemerintah sebagai pelayan masyarakat untuk dikenai sanksi pula jika tidak memenuhi kewajibannya. Berbeda halnya dengan Peraturan terkait tata ruang yang sudah mengamanatkan adanya ketentuan sanksi yang dapat menjerat dua sisi baik itu pelanggar tata ruang dari unsur masyarakat/swasta maupun dari pejabat pemerintah yang memberikan izin yang tidak sesuai dengan tata ruang. Kedepannya, jika model peraturan yang ada mengakomodasi hal tersebut, tentunya dapat meningkatkan supremasi hukum peraturan yang ada. B. PERSAMPAHAN Pembangunan berwawasan lingkungan meliputi aspek pengendalian pencemaran lingkungan (air, udara, tanah), perlindungan kawasan lindung dan konservasi. Pengendalian pencemaran lingkungan diprioritaskan pada pengelolaan sampah padat perkotaan, perbaikan akses terhadap sumber air bersih dan pengelolaan air limbah. Perlindungan kawasan konservasi dan memulihkan kembali kawasan-kawasan yang berfungsi lindung. Persoalan pengelolaan sampah di Kabupaten Wonosobo, harus mendapat perhatian khusus. Jumlah sampah yang terangkut di empat tahunn terakhir cenderung mengalami peningkatan dari pada tahun 2 meningkat menjadi 86.7 pada tahun 2, dengan jumlah sampah yang terangkut hanya 8% pada tahun 2 dan meningkat 9% sampah pada tahun 2, yang berarti 9% sampah yang belum terangkut, bisa jadi 9% sampah yang tidak terangkut ini dikelola oleh masyarakat sendiri atau dibuang ke sungai, lahan kosong atau di pinggir jalan, perilaku ini yang harus segera diubah. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk di Kabupaten Wonosobo selama periode 2-2 relatif stagnan di angka sekitar,5-,7 TPS/satuan penduduk. Ini menunjukkan bahwa daya tampung TPS (m) mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada. Namun peningkatan TPS masih sangat kecil dibandingkan jumlah penduduk yang ada, yang berarti hanya 7% penduduk di Wonosobo yang membuang sampahnya di TPS. Adapula sebagian masyarakat dan institusi yang telah menerapkan prinsip R dalam pengelolaan sampah, diantaranya pembuatan pupuk organik hasil pemilahan sampah yang dilakukan di Kelurahan Kejiwan, Kampung Stasiun Kel. Wonosobo Barat, dan SMKN Wonosobo. Kegiatan pemilahan sampah juga dilakukan penduduk di Perumahan Tawangsari dan Asli Permai. Sumber-sumber sampah di Kota :. Sampah Permukiman, Sampah ini berasal dari rumah tangga perkampungan maupun permukiman jalan protokol. Sampah ini berasal dari aktivitas dapur, sampah pohon di halaman maupun kegiatan rumah tangga lain. 2. Sampah Tempat-tempat umum, Merupakan sampah dari kegiatan pasar, baik sisa bahan pembungkus maupun sisa bahan-bahan yang diperjual belikan yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Kebanyakan merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan. Juga ada sampah yang BAB II -

42 Tahun berasal dari pertokoan atau daerah perdagangan dan daerah pertokoan lain. Sampah dari kawasan ini biasanya berupa sampah kertas plastik pembungkus atau sisa bahan yang dijual. Pada umumnya bersifat tidak mudah membusuk, atau membutuhkan waktu yang relatif lama. Kemudian ada juga sampah yang berasal dari terminal dan semua kegiatan hotel atau penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas, makanan. sampah dapur dan lain-lain.. Sampah Perkantoran dan Sekolah, Merupakan sampah yang berasal dari aktifitas kantor dan sekolah.. Sampah Rumah Sakit, Merupakan sampah yang berasal dari aktifitas rumah sakit baik ternasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang dibuang di TPA adalah sampah jenis non B. 5. Sampah Industri, Sampah jenis ini berasal dari sisa-sisa aktifitas pemrosesan di industri. Sampah dari kawasan ini yang dihasilkan dan dibuang ke TPA adalah sampah jenis non B. 6. Sampah Jalan, Merupakan sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sesuai dengan amanat didalam dokumen RTRW Kabupaten Wonosobo, Prasarna pengelolaan sampah meliputi : a. Sistem Pengelolaan samapah dengan prinsip mengurangi (re-duce), menggunakan kembali (re-use) dan mendaur ulang (re-cycle) meliputi : ) Rencana Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) 2) Rencana lokasi tempat penampungan semetara (TPS) ) Rencana pengelolaan sampah rumah tangga b. Rencana Peningkatan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Berupa optimalisaai Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wonorejo dengan pengelolalaan sistem sanitary Landfill yangbbrada di Kecamatan Selomerto. c. Rencana lokasi tempat penampungan semetara (TPS) akan diatur dalam rencana rinci tata ruang d. Mengurangi timbulan sampah dilokasi-lokasi TPS melalui pengembangan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPS) e. Mengebangkan pemilahan awal sampah pada masing-masing PPL; dan f. Rencana pengelolalan sampah skala rumah tangga sebagaimana dimaksud dengan peningkatan partisipasi setiap rumah tangga () Sistem dan infrastruktur Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten dan kondisi aktual pengelolaan sampah di Kabupaten Wonosobo,maka SKPD pengelola sampah adalah DPU Kabupaten Wonosobo Bidang Pertambangan dan Energi, Kebersihan dan Pertamanan Seksi Kebersihan. Jadi, pengelola sampahnya adalah berbentuk Seksi. BAB II - 2

43 Tahun Tabel 2. 6 : Diagram sistem Sanitasi( DSS) yang berlaku termasuk informasi mengenai lokasi infrastruktur pengelolaan persampahan (TPA, transfer station dll). Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di kabupaten yaitu Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Selama ini meski sudah ada peraturan tentang pelanggaran sampah, namun tidak ada upaya penegakan hukum. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang sudah dikelola masyarakat secara mandiri, yaitu: a. Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) b. Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik. Hanya saja kendalanya, khususnya dalam hal pemilahan sampah yang sudah dilakukan masyarakat terkesan sia-sia, karena begitu diangkut ke dalam armada sampah akhirnya menjadi satu bagian. Hal ini karena belum adanya armada yang dapat memisahkan sampah organik dan anorganik. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola a. Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah b. Menyediakan sarana komposting BAB II -

44 Tahun c. Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Keterlibatan swasta ini merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat/corporate social responsibility (CSR). Dalam hal subfungsi mengangkut sampah dari TPS ke TPA, bantuan swasta berupa armada truk pengangkutan sampah yang berlabel perusahaan. Tabel 2.7 : Timbulan Sampah per-kecamatan di Kabupaten Wonosobo Nama Kecamatan Wadaslintang Kepil Sapuran Kaliwiro Leksono Selomerto Kretek Wonosobo Watumalang Mojotengah Kejajar Sukoharjo Kalibawang Jumlah Penduduk (Jiwa) 52,755 57,662 56,28 5,5,865 6,88 58,986 79,52 87, 9,8 6,8 9,69 2,76 2,776 22,85 Timbulan Sampah Sampah Sampah Terangkut Ke Terproses R TPA (%) (m/hari) (%) (m/hari) Sampah di Kelola Mandiri di Sumber (%) (m/hari) 5 2,82 8 Total Sampah Tidak Terproses (%) 5,8 (m/hari) 5 8,522 (%) (m/hari) 56,8 78,97 Tabel 2.9 : Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah Kapasitas Ritasi/hari (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) 2 Pengumpulan Setempat. Gerobak sampah. Motor sampah. Pick up sampah Unit Tempat Penampungan Sementara (TPS). Bak biasa. Kontainer. Transfer Depo. SPA (Stasiun Peralihan Antara) Pengangkutan. Dump Truck. Arm Roll Truck. Compactor Truck Kondisi Baik Rusak ringan Rusak Berat Keterangan* (vii) (viiii) (ix) (x) BAB II -

45 Tahun No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah Kapasitas Ritasi/hari (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (i) Kondisi Baik Rusak ringan Rusak Berat Keterangan* (vii) (viiii) (ix) (x) Pengolahan Sampah. TPS R. ITF. Bank Sampah. Incinerator TPA Wonorejo : Lahan urug saniter Lahan urug terkendali Penimbunan terbuka. Luas total lahan. Luas sel Landfill. Daya tampung TPA Ha Ha Ha Ha Ha (m/h).7.2 2,995 Alat Berat. Bulldozer. Excavator / backhoe. Truk tanah IPL Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD): - Efluen di Inlet - Efluen di Outlet mg/l Hasil pemeriksaan Lab tulis di bawah ini :.. Keterangan : IPL: Instalasi Pengolahan Lindi *Beri keterangan mengenai umur dan lembaga pengelola Kemudian di tahun 26 ini jajaran struktur di seksi Persampahan pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang DPUPR Kabupaten Wonosobo didukung dengan tenaga yang mendududki jabatan sebagai berikut: - Kepala Seksi, - Pengawas Angkutan Sampah & Penyapu, - Pengawas Penyapu & Operator Excavator, - Pengawas Penyapu jalan Status PNS, - Pengawas Petugas penyapu status PHL, - 8 Driver Angkutan Sampah Status PNS, - 2 Driver angkutan Sampah Status PHL, - Petugas angkutan sampah Status PNS, - 2 Penyapu jalan status PNS 5 Status PHL, - Petugas TPA Pencatat Volume sampah masuk TPA PNS PHL, - Operator Sedot Tinja status PNS, - Petugas Olor-Olor PHL, - 6 Petugas Penarik RKK PHL, dan BAB II - 5

46 - Tahun dibantu ada 2 Orang tenaga outsouurching. Sistem pengelolaan sampah yang sudah dilaksanakan Dinas Pekerjaan Umum selama ini di antaranya terwujud dalam kegiatan berikut:. Mengangkut sampah rumahtangga/perumahan, RT/RW dari TPS yang telah terkumpul, yang telah diangkut petugas sampah dari desa dan kelurahan setempat. 2. Mengangkut sampah dari pasar yang telah dikumpulkan oleh petugas pasar. Mengangkut sampah dari ruas jalan dan guguran daun yang dikumpulkan oleh penyapu jalan. Mengangkut sampah dari saluran yang dikumpulkan oleh petugas olor-olor 5. Mengangkut sampah kotoran kuda yang tercecer di jalan yang dikumpulkan oleh penyapu jalan. 6. Sistem pengolahan yang digunakan masih manual, yaitu dengan sistem open dumping (diratakan dengan alat berat). Pengangkutan sampah ke TPA dilakukan dengan menggunakan armada sampah oleh Bidang Kebersihan DPU. Selain itu, pengangkutan sampah ke TPS juga dilakukan secara swadaya oleh masyarakat, yaitu dengan melalui paguyuban persampahan yang ada di RT/RW masing-masing, yaitu sampah lingkungan dan rumah tangga dibawa ke TPS yang terdekat. Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas adalah untuk sampah rumah tangga dan niaga. Sedangkan pengelolaan sampah industri dilakukan oleh masing-masing industri yang bersangkutan. 7. Cakupan pelayanan masih terbatas di wilayah perkotaan Wonosobo dan beberapa lokasi di luar kota yang diambil secara insidental. Tabel 2. Timbulan sampah rata-rata per hari (m) Banyaknya produksi sampah TPA wonorejo kabupaten Wonosobo tahun NO BULAN 28 5,8 5,5 5,8 5, ,9 5,9 5,2 6, 2 5,5 5,5 5,57 6,75 PRODUKSI SAMPAH ( M ) ,56 5,228 5,69,985 5,6 5,2,65 5,9 5,7 5,88 5,22 5,52 2 5,758,8,57,559 25,77,,8,6 2 JANUARI FEBRUARI MARET APRIL 5 MEI 5,75 6,5 6,5 6,52 5,228 5,79,, JUNI JULI 5,75 5,9 6,65 6,6 6,65 6,7 5,729 6, 5,9 5, 5,526 5,726,2,58,22,77 8 AGUSTUS 5,2 6,76 6,95 6,6 5,6 5,552,2,675 9 SEPTEMBER 5,2 6,55 6,25 5,855 5,22 5,56,,86 OKTOBER 5, 6,78 6,8 5,989 5,686 5,77,6,928 NOPEMBER 5, 6,7 6,7,968 5,6 5,57,95,925 2 DESEMBER JUMLAH 5,5 6,7 6,7 7,6 6,7 7,75 5,66 67,68 5,7 6,6 5,76 67,297,8 5,6,99 56,8 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab. Wonosobo 26,99,72,92,66 9,8 BAB II - 6

47 Tahun Peta 2.5: Peta cakupan akses dan sistem layanan persampahan per kecamatan di Kabupaten Wonosobo BAB II - 7

48 (2) Tahun Kelembagaan dan Peraturan Secara umum pengelolaan persampahan di Kabupaten Wonosobo ditangani oleh bidang Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo. Pelayanan persampahan yang dilakukan tidak meliputi seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo, tetapi hanya meliputi wilayah pelayanan Kota Wonosobo, Sedangkan wilayah yang belum mendapatkan pelayanan persampahan dari Dinas PU umumnya dikelola oleh masyarakat secara langsung yaitu dengan cara membuang sampah pada halaman/tanah kosong disekitar rumah tinggal untuk kemudian dibakar dan ditimbun. Jumlah timbulan sampah untuk wilayah perkotaan hingga tahun 29 mencapai 88 m/hari baru dapat diangkut sebesar 5 m/hari. Pelayanan persampahan di Kabupaten Wonosobo dilayani oleh TPA, yaitu TPA Wonorejo di Kecamatan Selomerto. Tabel : Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta Kabupaten FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala Kabupaten Menyusun rancana program persampahan dalam rangka pencapaian total Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Menyediakan sarana komposting PENGELOLAAN (dalam wilayah RIK) Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah* Melakukan penarikan retrubusi sampah Melakukan izin usaha pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala Kabupaten Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Sumber : Data Dinas DPUdan BLH Kabupaten Wonosobo Masyarakat DPU / BLH DPU / BLH DPU / BLH DPU / BLH DPU Masyarakat DPU DPU DPU DPU DPU DPU DPU DPU DPU KPPT DPU Masyarakat DPU DPU / BLH Bappeda Bappeda Bappeda Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati Wonosobo tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten dan kondisi aktual pengelolaan BAB II - 8

49 Tahun sampah di Kabupaten Wonosobo,maka SKPD pengelola sampah adalah DPU Kabupaten Wonosobo Bidang Kebersihan dan Pertamanan Seksi Kebersihan. Jadi, pengelola sampahnya adalah berbentuk Seksi. Dari tabel.7 di atas, peta peraturan persampahan di atas, tampaknya di Kabupaten Wonosobo sudah memenuhi ketersediaan peraturan persampahan. Meksipun sudah ada, namun pelaksanaannya ada yang belum efektif. Peraturan terkait persampahan yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif, diantaranya: a. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah. b. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan bahan usaha dalam pengelolaan sampah Peraturan terkait persampahan yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif. a. Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS b. Kewajiban dan sanksi bagi kantor/ usaha di kawasan komersial/fasilitas sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyadiakan tempat sampah dan membuang ke TPS c. Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA d. Retribusi sampah atau kebersihan. Tabel : Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Wonosobo Ketersediaan Peraturan Ada (sebutkan) Target capaian pelayanan pengelolaan Ada persampahan di Kabupaten ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan layanan Ada pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat Ada dan bahan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat Ada sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor/ usaha di kawasan komersial/fasilitas sosial/fasilitas Ada umum untuk mengurangi sampah, menyadiakan tempat sampah dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di Ada TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah Kabupaten dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan Ada sampah Retribusi sampah atau kebersihan Ada Sumber : Data Dinas DPU dan BLH Kabupaten Wonosobo Tidak ada Pelaksanaan Belum Tidak Efektif Efektif Efektif Dilaksa Dilaksa Dilaksa nakan nakan nakan Keter anga n BAB II - 9

50 Tahun Terkait dengan sarana dan prasarana persampahan di wilayah Kabupaten Wonosobo, untuk penampungan awal dari user interface, selain terdapat TPS juga tersedia kontainer. Untuk bangunan TPS, ada yang terbuka dan juga ada yang tertutup. Lama waktu sampah berada di TPS (holding time) < 6 jam. Untuk pengolahan akhir di TPA, berdasarkan data operasional persampahan tahun 2, volume sampah yang dapat terangkut ke TPA sekitar 5.85 m. Kemudian 6% sampah terangkut diolah komposting yang menghasilkan pupuk organik, 2% didaur ulang, dan % untuk pemanfaatan lain. Selama ini, operasionalisasi di TPA masih dalam tahap peningkatan dari controlled landfill menuju sanitary landfill. Meskipun untuk prasarana sanitary landfill sudah ada, namun masih banyak keterbatasan sarana seperti operasionalisasi kolam lindi, incinerator dan pengadaan tanah urugannya. Untuk yang di luar pelayanan armada sampah, sampah dari rumah tangga banyak yang dibuang langsung ke sungai ataupun kebun untuk dibakar/ditimbun. Hal itu tentu saja menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan, khususnya bagi kabupaten tetangga yang berada di hilir daerah aliran sungai (mengingat Wonosobo berada di hulu DAS). Tata peraturan perundang-undangan yang berakitan dengan persampahan :. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 66/99/SJ tentang Pedoman Pengelolaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Daerah; 2. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 68-82/Kep/Bangda/25 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor /Kep/Bangda/2 tentang Penetapan Kabupaten/Kota Sebagai Pelaksana Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2/PRT/ 26 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/28 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis MAsyarakat 5. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah; 6. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan; 7. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah. 8. Perda Nomor 29 Tahun 2 tentang Pengelolaan Sampah, 9. Perda nomor 2 Tahun 2 tentang Perlindungan Lingkungan Hidup. BAB II - 5

51 . Tahun Kemudian sebagai penguat Undang-Undang untuk mengoptimalkan Operasioanl TPA Wonorejo dikeuarkan Keputusan kepala dinas cipta karya, tata ruang dan kebersihan kabupaten Wonosobo nomor : 658. / 275 /25 Tentang susunan pelaksana kegiatan tempat pemrosesan akhir (TPA) wonorejo Keputusan kepala dinas cipta karya, tata ruang dan kebersihan Kabupaten Wonosobo C. DRAINASE PERMUKIMAN Subsektor Sanitasi selanjutanya yaitu drainase lingkungan. Pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya yang menimbulkan tekanan terhadap ruang/lahan yang selanjutnya menjadikan kawasan terbangun. Hal itu menjadikan koefisienn aliran (run of) bertambah besar, air hujan maupun buangan tidak lagi mudah diserap ke dalam tanah, padahal kapasitas saluran drainase eksisting sudah tidak memadai, ditambah dngan pola masyarakat yang membuang sampah ke saluram ini menyebabkan hambatan aliran dan daya tampung menjadi berkurang. Kondisi riil drainase lingkungan di Kabupaten Wonosobo lainnya ditandai dengan permasalahan seperti tidakmemadainya daya tampung saluran sehingga air buangan meluber ke kanan kiri saluran yang mengakibatkan genangan. Saluran drainase yang berada di dalam rumah warga menyulitkan pemeliharaan. Adanya pengendapan material di saluran juga menyebabkan permasalahan meluapnya air saluran di musim hujan. Bercampurnya saluran drainase lingkungan dengan air buangan limbah rumah tangga dan industri pemotongan ayam yang menimbulkan bau tidak sedap. Bercampurnya saluran drainase perkotaan/lingkungan dengan saluran irigasi yang tentunya dapat mengganggu kesuburan tanaman di daerah irigasi. Pengelolaan drainase lingkungan masih terbatas oleh pihak pemerintah saja. Upaya partisipasi masyarakat masih tergolong rendah. Demikian halnya, untuk partisipasi swasta pun belum ada untuk subsektor drainase lingkungan ini. Kabupaten Wonosobo belum memiliki Master Plan Sistem Drainase. Seperti yang tertuang dalam Dokumen RTRW Kabupaten Wonosobo, bahwa prasarana jaringan drainase sebagaimana yang dimaksud dalam dokumen tersebut terdiri atas; a. Peningkatan saluran drainase kawasan perkotaan kabupaten pada kawasan permukiman padat, kumuh, dan kawasan pasar tradisional; b. Pengembangan saluran drainase pada kawasan-kawasan terbangun; dan c. Pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan-kiri jalan pada ruas jalan nasional, provinsi dan kabupaten. BAB II - 5

52 Tabel : Lokasi Genangan di Kabupaten Wonosobo Tahun Wilayah Genangan No. Lokasi Genangan Luas (Ha) Ketinggian Lama Frekuensi (M) (jam/har i) (kali/tahu n) Penyebab* ** Infrastruktur* Keteranga Jenis n** ) Sistem dan Infrastruktur Sistem drainase di wilayah Kabupaten Wonosobo sebagian besar berupa saluran terbuka, meski ada sebagian pula yang menggunakan saluran tertutup. Hirarki saluran yang ada yaitu saluran lingkungan yang berukuran -6 cm kemudian ditampung/dialirkan ke saluran sekunder yang berukuran 8- cm dan dibuang langsung ke saluran primer (sungai). Sungai utama yang ada di Kabupaten Wonosobo berada pada 5 (lima) daerah aliran sungai (DAS) yaitu DAS Serayu, DAS Bogowonto, DAS Wawar Medono, DAS Jali Cokroyasan, dan DAS Luk Ulo. Saluran drainase yang dikelola pemerintah lebih banyak mencakup lingkungan permukiman di perkotaan saja. Hal ini juga yang menjadikan tantangan ke depan bagi Pemerintah Kabupaten untuk memperluas layanan. Selama ini, untuk yang diluar wilayah perkotaan, saluran drainasenya banyak yang menjadi satu dengan salura irigasi, ataupun selokan alami yang kemudian teralirkan ke sungai besar. Padatnya permukiman dan semakin banyaknya lahan yang tertutup bangunan maka menyebabkan koefisien aliran dan aliran permukaan (runoff) semakin besar. Ha itu perlu diwaspadai untuk mengatasi banyaknya genangan yang terjadi.. BAB II - 52

53 Tahun Tabel : Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase lingkungan Di Kabupaten Wonosobo Input Grey Water User Interface Air hujan Pembuangan Kamar Mandi, Tempat Cuci Piring Pembuangan Kamar Mandi, Tempat Cuci Piring Pembuangan Kamar Mandi, Tempat Cuci Piring Pembuangan Kamar Mandi, Tempat Cuci Piring Pembuangan Kamar Mandi, Tempat Cuci Piring Atap genting Air hujan Jalanan Air hujan Atap genting Air hujan Jalanan Penampungan Awal Pengol ahan Akhir Pembuangan /Daur Ulang Kode/Nama Aliran Drainase Lingkungan Sungai Aliran Drainase Lingkungan Sungai Aliran 2 Drainase Perkotaan/Saluran Irigasi Sungai Aliran DrainasePerkotaan / Saluran Irigasi Waduk/Telag a Aliran Sumur resapan Drainase Lingkungan Sungai Aliran 5 Sumur resapan DrainasePerkotaan / Saluran Irigasi DrainasePerkotaan / Saluran Irigasi DrainasePerkotaan / Saluran Irigasi DrainasePerkotaan / Saluran Irigasi Sungai Aliran 6 Sungai Aliran 7 Waduk/telaga Aliran 8 Waduk/telaga Aliran 9 Kolam Ikan Sumur resapan Pengaliran Berdasarkan tabel. di atas, kondisi eksisting pengelolaan drainase di Kabupaten Wonosobo dapat dibedakan menjadi 9 (sembilan)) tipe aliran, dengan dua input yaitu dari grey water dan air hujan. Tipe aliran yang menjadi masalah adalah semuanya karena tidak melalui pengolahan akhir. Tipe aliran 5,6,8 perlu mendapat apresiasi dan hendaknya diperbanyak di wilayah ini karena adanya sumur resapan sebagai penampungan awal yang dapat menyaring bahan-bahan cairan sehingga aman dibuang ke sungai. Tabel : Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kabupaten Wonosobo No Jenis Prasarana / Sarana Satuan (i) (ii) (iii) 2 Saluran S. Primer A Saluran Sekunder A Saluran Sekunder A2 Bangunan Pelengkap Rumah Pompa Pintu Air Kolam retensi Trash rack/ saringan sampah S. Primer B Bentuk Penampang Saluran* Dimensi B** Kondisi H** * Berfungsi Tdk berfungsi (iv) (v) (vi) Frekuensi Pemeliharaan (kali/tahun) (vii) m m m m BAB II - 5

54 . Saluran Sekunder B Bangunan Pelengkap Rumah Pompa Pintu Air Kolam retensi Trash rack/ saringan sampah m Tahun *) Infrastruktur dapat terdiri dari saluran drainase (primer dan sekunder) ataupun bangunan pelengkap. Infrastruktur yang terdapat di dalam kawasan genangan. **) Dapat berupa informasi terkait panjang saluran, kapasitas pompa, luas kolam retensi dll yang terdapat di dalam kawasan genangan ***) Merupakan indikasi penyebab dari timbulnya genangan. Indikasi penyebab dapat berasal dari dalam kawasan atau dapat berasal dari luar kawasan namun masih dalam satu sistem drainase. Sistem drainase di wilayah Kabupaten Wonosobo sebagian besar berupa saluran terbuka, meski ada sebagian pula yang menggunakan saluran tertutup. Hirarki saluran yang ada yaitu saluran lingkungan yang berukuran -6 cm kemudian ditampung/dialirkan ke saluran sekunder yang berukuran 8- cm dan dibuang langsung ke saluran primer (sungai). Sungai utama yang ada di Kabupaten Wonosobo berada pada 5 (lima) daerah aliran sungai (DAS) yaitu DAS Serayu, DAS Bogowonto, DAS Wawar Medono, DAS Jali Cokroyasan, dan DAS Luk Ulo. Saluran drainase yang dikelola pemerintah lebih banyak mencakup lingkungan permukiman di perkotaan saja. Hal ini juga yang menjadikan tantangan ke depan bagi Pemerintah Kabupaten untuk memperluas layanan. Selama ini, untuk yang diluar wilayah perkotaan, saluran drainasenya banyak yang menjadi satu dengan salura irigasi, ataupun selokan alami yang kemudian teralirkan ke sungai besar. Padatnya permukiman dan semakin banyaknya lahan yang tertutup bangunan maka menyebabkan koefisien aliran dan aliran permukaan (runoff) semakin besar. Ha itu perlu diwaspadai untuk mengatasi banyaknya genangan yang terjadi. BAB II - 5

55 Peta 2.6 : Peta jaringan drainase Kota Wonosobo Tahun BAB II - 55

56 2) Tahun Kelembagaan dan Peraturan Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten dan kondisi aktual pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Wonosobo,maka SKPD pengelola drainase adalah DPU Kabupaten Wonosobo Bidang Cipta Karya Seksi Perumahan dan Permukiman. Jadi, pengelola sampahnya adalah berbentuk Seksi. Subsektor drainase juga harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan juga didukung oleh swasta dan masyarakat. Ketiga pihak inilah yang berperan menjadi pemangku kepentingan pembangunan dan pengelolaan drainase lingkungan. Fungsi-fungsi dalam pengelolaan drainase lingkungan dicoba untuk dipetakan menurut pemangku kepentingan, hasilnya dapat dilihat pada tabel.29..subsektor drainase juga harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan juga didukung oleh swasta dan masyarakat. Ketiga pihak inilah yang berperan menjadi pemangku kepentingan pembangunan dan pengelolaan drainase lingkungan. Fungsi-fungsi dalam pengelolaan drainase lingkungan dicoba untuk dipetakan menurut pemangku kepentingan, hasilnya dapat dilihat pada tabel.29. Tabel : Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Menyusun rancana program drainase lingkungan dlm rangka pencapaian total Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan Memperbaiki saluran drainase lingkungan dengan yang rusak Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advise planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan intregasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan dranase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swast Masyaraka Kabupaten a t Bappeda Bappeda Bappeda DPU DPU DPU DPU Tim Perijinan BAB II - 56

57 Tahun Berdasarkan tabel.29 di atas, fungsi perencanaan, pengadaan sarana, pengelolaan, pengaturan dan pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Meskipun demikian, dalam hal perencanaan seperti menyusun target pengelolaan drainase lingkungan belum menggunakan perhitungan teknis yang baik yang memperhatikan berbagai aspek. Dari berbagai fungsi di atas, belum ada satu pun yang melibatkan peran swasta dan masyarakat terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan. Semuanya masih menjadi tanggung jawab pemerintah. Ketersediaan Peraturan Ada (sebutkan) Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan ada Tidak ada Pelaksanaan Efektif Dilaksa nakan Belum Efektif Dilaksa nakan Tidak Efektif Dilaks anaka n Ketera ngan Tidak ada Tidak ada Ada ( IMB ) Tidak ada Sumber : Data Dinas DPUdan BLH Kabupaten Wonosobo Dari tabel., terkait peta peraturan drainase lingkungan di atas, hal yang perlu mendapat perhatian adalah adanya peraturan target capaian peayanan pengelolaan drainase di beberapa dokumen perencanaan memang telah ada, namun dalam pelaksanaannya belum efektif. Adapun peraturan yang belum ada adalah kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam menyediakan drainase lingkungan, serta kewajiban dan sanksi bagi emerintah kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan. BAB II - 57

58 Tahun AREA BERISIKO DAN PERMASALAHAN MENDESAK SANITASI A. AREA BERISIKO DAN PERMASALAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK Limbah cair rumah tangga dibagi menjadi dua yaitu air sisa kegiatan rumah tangga yang disebut dengan greywater dan tinja yang merupakan sisa metabolisme manusia yang sering disebut blackwater. Untuk greywater berdasarkan perhitungan jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2 sejumlah jiwa, dikalikan dengan asumsi penggunaan air per hari setiap orangnya, yaitu apabila rata-rata penggunaan air per orang per hari mencapai ± liter (untuk mandi, cuci, minum, dsb), sebanyak 8% air tersebut akan menjadi air limbah (dibuang ke lingkungan setelah pemakaian) dikalikan jumlah penduduk sebanyak jiwa, maka volume air limbah rumah tangga di Kabupaten Wonosobo mencapai.25.5 liter /hari. Untuk wilayah perkotaan dengan jumlah penduduk kurang lebih 9.87 jiwa, maka jumlah greywaternya bisa mencapai liter/hari. Dari sejumlah itu, sebagian besar dibuang langsung (tanpa proses pengolahan terlebih dahulu) ke badan air di sekitar rumah seperti drainase dan sungai. Hal ini oleh masyarakat dipandang efektif daripada mengolah air limbah tersebut melalui metode resapan (air limbah diresapkan kembali ke dalam tanah). Kondisi ini menyebabkan kondisi perairan seperti drainase dan sungai menjadi bau dan tercemar. Permasalahan air limbah rumah tangga di Kabupaten Wonosobo sebagai berikut:. Perilaku atau kebiasaan masyarakat membuang air limbah yang tidak memenuhi syarat. 2. Terbatasnya sarana infrastuktur Sanitasi yang memiliki peran dalam penanganan saluran air limbah.. Kemampuan pendanaan menyebabkan keterbatasan pelayanan Sanitasi.. Pelayanan air limbah Kabupaten Wonosobo secara umum sudah menggunakan prasarana dan sarana Sanitasi sistem on-site yang meliputi pengumpulan dan pengolahan. 5. Terkait dengan Limbah Industri di Kabupaten Wonosobo sudah diantisipasi dengan pembuatan sistem drainase, pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan penghijauan tanaman resapan air. Seluruh Industri terutama perusahaan rambut yang banayak (sekitar 25 peruhaann) di Kabupaten Wonosobo belum memiliki Ijin Pengolahan Limbah Cair (IPLC) dan baru satu perusahaan (PT. Royal Korindah) yang mengajukan IPLC. Dengan kata lain, IPAL yang ada di perusahaan sudah berjalan tetapi tanpa memiliki IPLC. Permasalahan terkait dengan pengelolaan air limbah domestik, yaitu : a. Faktor Topografi Wilayah Dengan melihat kondisi alam yang ada di Kabupaten Wonosobo, dengan kelerengan yang relatif tinggi dan keberadaan drainase alam maupun buatan yang cukup banyak, dan terbatasnya luasan lahan yang cukup datar sehingga permukiman yang sangat berimpitan antara rumah satu dengan lainnya (baik diperkotaan maupun diperdesaannya) dan ditambah dengan ketersediaan air permukaan yang cukup banyak, sehingga masyarakat sangat mudah mengalirkan limbah pada drainase tersebut dengan biaya yang sangat murah, walaupun BAB II - 58

59 Tahun tanpa disadari bahwa membuang limbah dengan cara seperti itu akan membawa dampak pada kesehatan lingkungan yang akan berimbas kepada kesehatan masyarakat. b. Faktor SDM Kesadaran Masyarakat Dengan Kapasitas masyarakat yang masih relatif terbatas maka belum menyadari tentang bahayanya membuang limbah dengan cara yang tidak baik akan berdampak kepada kesehatan. Dan yang terpenting lagi bahwa seolah-olah dengan mengalirkan air limbah ke saluran irigasi maka masalah limbah sudah selesai artinya dalam tataran rumah mungkin bisa dimengerti tetapi dalam kontek lingkungan bisa bisa menimbulkan dampak negatif yang serius. c. Isu Lingkungan permukiman kumuh Kawasan permukiman kumuh yang telah diidentifikasi baru di kawasan perkotaan Wonosobo. d. Belum optimalnya penegakan peraturan perundangan di bidang tata ruang Ruang wilayah yang terbatas, sementara jumlah dan aktivitas penduduk bertambah menjadikan ruang wilayah harus ditata melalui aturan tata ruang untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Aturan tata ruang tingkat kabupaten telah ditetapkan melalui Perda No 2 Tahun 2 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo Tahun 2-2. Untuk penegakan perda-nya masih tergolong lemah. Banyak masyarakat yang mengajukan izin saat sudah membangun. Masih ditemuinya bangunan yang melanggar aturan tata ruang. Dari hasil instrument profil area beresiko terkait air limbah domestik terjadi di beberapa wilayah, dan disajikan dalam bentuk Gambar Peta 2.7 dan Tabel 2.28 berikut ini : BAB II - 59

60 Tahun Peta 2.7 : Peta area berisiko air limbah domestik BAB II - 6

61 Tabel : Prioritas Area Berisiko Air Limbah Domestik Wilayah prioritas No Area Berisiko*) Air Limbah Domestik Wadaslintang Wadaslintang Wadaslintang Kepil Kepil Kepil Kepil Kepil Sapuran Sapuran Kaliwiro Selomerto Kertek Kertek Kertek Kertek Kertek Kertek Kertek Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Mojotengah Mojotengah Mojotengah Mojotengah Mojotengah Catatan: *) Hanya untuk wilayah dengan risiko dan Lancar Somogede Kalidadap Gadingrejo Gondowulan Beran Ropoh Pulosaren Kel. Sapuran Batursari Cledok Tumenggungan Mungkung Kedalon Rejosari Simbang Karangduwur Kwadungan Kalikuning Maduretno Tegalombo Kembaran Bowongso Butuh Kel. Kertek Karangluhur Damarkasian Tlogodalem Pagerejo Candiyasan Kapencar Wonosroyo Limbangan Bumiroso Pasuruhan Watumalang Binangun Lumajang Wonokampir Krinjing Kalidesel Larangan Kulon Sojopuro Kel. Kalibeber Blederan Kebrengan Tegalsari Sitiharjo Sendangsari Gemblengan No Area Berisiko *) Tahun Wilayah prioritas Air Limbah Domestik Kejajar Kejajar Kejajar Kejajar Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Kalibawang Kalibawang Kalibawang Kalibawang Lengkong Kayugiyang Siwuran Jengkol Maron Menjer Larangan Lor Surengede Tieng Parikesit Sikunang Pulus Pucungwetan Tlogo Kalibening Jebengplampitan Kalikarung Karangsambung Mergolangu Kalialang BAB II - 6

62 Tahun Permasalahan yang paling mendasar dan paling prioritas yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Wonosobo Kita bagi menjadi 2 aspek, aspektteknis dan Aspek Non Teknis Tabel : Tabel Permasalahan Mendesak Sub Sektor Air Limbah Domestik No Permasalahan Mendesak. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana (user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis a b c d e f g Jumlah Rumah Tangga Bersanitasi masih kecil. Tahun 25 Kepala Keluarga yang tidak punya fasilitas BAB 2,6 KK (5,99%) Masih banyak Kepala Keluarga yg memiliki akses ke jamban yang terhubung ke tangki septik/cubluk yg "tidak layak" 52,77 KK (22.6%) Sebagian kecil masyarakat terkoneksi dengan IPAL Jumlah KK yang terkoneksi ke IPAL Komunal 85 KK (,2%) Adanya Truk sedot tinja swasta yang tidak terkontrol dengan baik kurangnya pengawasan pemerintah Sarpras kurang kualitas dan kuantitasnyatersedia tenaga terampil Makin sempitnya daya tampung TPA Wonorejo karena tumpukan sampah menghambat perencanaan IPLT masih ada sebagian masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk tenpat penyaluran limbah domestik No Permasalahan Mendesak 2. Aspek Non Teknis: Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Peranserta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta, Komunikasi a b c d e f g h i j l m n o p q Anggaran Sanitasi dalam APBD menurun (rata-rata 6 % dalam lima tahun terakhir) serta PAD meningkat rata-rata 9 % dalam 5 tahun terakhir. Belum adanya Regulasi utama (Perda Pengelolaan Air Limbah Domestik) serta belum memadainya sistem penegakan aturan yang dapat mendukung pengelolaan air limbah domestik yang baik ; Belum mempunyai Master Plan air Limbah domestik Belum Adanya organisasai LSM yang aktif atau yang mengadvokasi di sub sector aair Limbah Domestik Belum ada media massa yang membuat rubrik khusus Sanitasi Kewajiban pemerintah daerah dalam memenuhi SPM (PP No. 65 Tahun 25) ; PHBS masyarakat rendah dan sulitnya merubah perilaku masyarakat ; Budaya yang beranggapan bahwa apabila air limbah telah meresap ke dalam tanah tidak akan menimbulkan masalah serta sebagian besar tangki septik yang ada belum memenuhi SNI. Belum adanya iuran masyarakat yang berkembang dengan baik untuk yang sudah mempunyai IPAL Komunal Perilaku masyarakat yang membuang air limbah semabrangan (termasuk BABS) Masih didominasinya kegiatan ekonomi berbasis lahan (dengn praktik tidak ramah lingkungan) di kawasan Dieng yang merupakan kawasan hulu DAS Serayu) Tidak optimalnya edukasi petani terhadap konsep dan praktik pertanian ramah lingkungan Belum optimalnya sarana dan prasarana untuk pengawasan terhadap kerusakan dan atau pencemaran lingkungan. Belum optimalnya implementasi pengelolaan lingkungan berdasarkan dokumen lingkungan (AMDAL, UKL/UPL) oleh pemrakarsa kegiatan/badan usaha. Belum optimalnya koordinasi antar sektor, antar wilayah kabupaten tetangga terkait pengelolaan LH berbasis ekosistem DAS. Belum ada penerapan mekanisme imbal jasa lingkungan BAB II - 62

63 B. AREA BERISIKO DAN PERMASALAHAN PERSAMPAHAN Tahun Belum optimalnya pengelolaan persampahan disamping karena cakupan penanganan persampahan masih rendah. Pada kondisi 25 penanganan sampah masih tergolong rendah,6%. Secara kewilayaha,layanan persampahan hanya meliputi Kota Wonosobo dan sekitarnya.untuk yang di luar kota hanya di Pasar Kertek, Pasar Sapuran, dan WisataDieng. Sementara itu, di luar wilayah tersebut masih terbuang sembarangan.jikapun sudah ada penanganan, hanya sampai pada tahap pengumpulansampah tidak diolah lebih lanjut. Kesadaran masyarakat dalam mengelolasampah juga perlu ditingkatkan, meskipun inisiasi beberapa kelompokmasyarakat mulai tumbuh dalam hal pembentukan bank sampah yang difasilitasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk tentu akan meningkatkan volume sampah di Kabupaten Wonosobo. Masalah persampahan selalu menjadi masalah yang klasik di berbagai kota. Karena masalah sampah terkait banyak faktor terutama kesadaran akan kebersihan dan pengelolaan sampah. Pola pengelolaan sampah di masyarakat Kabupaten Wonosobo juga berbeda-beda, seperti ada yang langsung membuang sampah di tempat pembuangan sampah sementara, namun masih ada juga yang membuang sampah di saluran drainase, dan dipinggir-pinggir jalan. Sampah dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Dari hasil instrument profil area beresiko terkait persampahan terjadi di beberapa wilayah, dan disajikan dalam bentuk Gambar Peta 2.7 dan Tabel 2.28 berikut ini : BAB II - 6

64 Peta 2.8 ; Peta Area Resiko Persampahan Kabupate Wonosobo Tahun 26 BAB II - 6 Tahun 26-22

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Pemutakhiran SSK Kab. Wonosobo TINJAUAN BAB II : Format Peta sebagian besar belum A3 Tabel kondisi prasarana dan sarana Pengelolaan Air limbah, Drainase belum lengkap 2.1.

Lebih terperinci

LAMPIRAN SECURITY DIREKTUR MANAGER PEMASARAN MANAGER HRD SPV KITCHEN GENERAL CASHIER SPV MARKETING RESTO GENERAL MANAGER MANAGER PRODUCTION

LAMPIRAN SECURITY DIREKTUR MANAGER PEMASARAN MANAGER HRD SPV KITCHEN GENERAL CASHIER SPV MARKETING RESTO GENERAL MANAGER MANAGER PRODUCTION LAMPIRAN DIREKTUR WAKIL DIREKTUR GENERAL SEKRETARIS OPERATIONAL ACCOUNTING PRODUCTION RESTO OUTDOORS HRD PEMASARAN SPV OPERATIONAL GENERAL CASHIER SPV PRODUCTION SPV KITCHEN SPV OPERATIONAL MARKETING SPV

Lebih terperinci

: Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor : 2 Tahun 2011 Tanggal : 6 Agustus 2011

: Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor : 2 Tahun 2011 Tanggal : 6 Agustus 2011 Lampiran VII INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN : Peraturan Daerah Wonosobo Nomor : 2 Tahun 2011 Tanggal : 6 Agustus 2011 No. Program Utama Lokasi Besaran 1 A. Perwujudan Struktur Ruang 1. Perwujudan Pusat Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Provinsi Jawa Tengah

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Provinsi Jawa Tengah BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Provinsi Jawa Tengah Disusun oleh: POKJA SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Tahun 2012 SAMBUTAN BUPATI WONOSOBO Assalamu'alaikum wr. Wb.. Pembangunan sektor sanitasi (yang

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI TRATEGI BAB 4 TRATEGI PENGEMBANGAN trategi pengembangan sanitasi ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan abupaten untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB 4 TRATEGI PENGEMBANGAN ANITAI trategi pengembangan sanitasi ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan abupaten untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga diharapkan terjadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM 72 BAB II GAMBARAN UMUM 2. 1 Kabupaten Wonosobo 2.1.1 Letak Geografis Kabupaten Wonosobo yang bersemboyan : Pusakaning Dwi Pujangga Nyawiji dan memiliki Motto: Wonosobo ASRI (Aman, Sehat, Rapi, Indah)

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Tabel 4.1 Tujuan, asaran, dan trategi Pengembangan Air Limbah Domestik Tujuan asaran Indikator trategi Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan, air limbah (1) (2) (3) (4) BABs berkurang hingga

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab ini menjelaskan mengenai strategi sanitasi yang mencakup tidak hanya aspek teknis saja tetapi juga aspek non teknis (kelembagaan, pendanaan, komunikasi, partisipasi

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Dari hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap sub-sektor sanitasi maka telah dirumuskan tentang tujuan, sasaran dan strategi. Tujuan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 VISI DAN MISI SANITASI Visi merupakan suatu pemikiran atau pandangan kedepan, tentang apa, kemana dan bagaimana mencapai keadaan yang lebih baik di masa depan.

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 No PERMASALAHAN MENDESAK ISU-ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN INDIKATOR STRATEGI INDIKASI PROGRAM INDIKASI KEGIATAN A SEKTOR AIR LIMBAH A TEKNIS/AKSES 1 Belum

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK Bab ini merupakan strategi sanitasi kota tahun 2013 2017 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran/target serta strategi sub sektor persampahan, drainase, air limbah serta aspek PHBS. Penjelasan masingmasing

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016

1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016 1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016 1. Jumlah masyarakat yang BABS di Barat adalah 28.257 KK atau 15.58%. 2. Jumlah masyarakat yang menggunakan cubluk/tangki

Lebih terperinci

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam menentukan visi dan misi sanitasi kabupaten Takalar, mengacu kepada visi dan misi kabupaten yang terdapat dalam RPJMD. Dengan adanya kesamaan persepsi dalam

Lebih terperinci

BAB II Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB II Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB II Kerangka Pengembangan Sanitasi. Visi Misi Sanitasi Konsep awal penyusunan kerangka kerja Strategi Sanitasi Kota (SSK) dicantumkan dalam Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Singkil yang diturunkan

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat memiliki beberapa permasalahan pembangunan. Antara lain permasalahan lingkungan serta sanitasi yang buruk. Permasalahan tersebut tidak terlepas dari persoalan kemiskinan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi Bab 3: Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi Bab ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Salatiga tahun 2013-2017 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian serta strategi

Lebih terperinci

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pengelolaan pembangunan air limbah domestik Kota Tangerang yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 100% terlayani (universal akses)

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 L-3 Kerangka Kerja Logis TABEL KKL Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 TABEL KKL SUBSEKTOR KEGIATAN AIR LIMBAH IPLT masih dalam proses optimalisasi BABs masih 34,36% Cakupan layanan sarana prasarana

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /

Lebih terperinci

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam organisasi

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

5.1 Gambaran Umum Monitoring dan Evaluasi

5.1 Gambaran Umum Monitoring dan Evaluasi 5.1 Gambaran Umum Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi (Monev) pelaksanaan SSK perlu dilakukan secara rutin oleh Pokja kabupaten, hal ini dilakukan sebagai umpan balik bagi pengambil keputusan

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Logis Pembangunan Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu

Kerangka Kerja Logis Pembangunan Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Kerangka Kerja Logis Pembangunan Sanitasi u Permasalahan Mendesak Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Indikator Strategi Program Kegiatan Air Limbah Domestik 1. Pemerintah 1. Pemerintah Berkurangnya praktek

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab IV ini merupakan inti dari Strategi Pengambangan Sanitasi Kota Tebing Tinggi tahun 2016-2020 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah praktek BABS dari 30,5 % menjadi

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. VISI DAN MISI SANITASI Visi merupakan suatu pemikiran atau pandangan kedepan, tentang apa, kemana dan bagaimana mencapai keadaan yang lebih baik di masa depan.

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Subsektor Permasalahan Mendesak Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran dan Air Limbah Domestik 1 Pencemaran air tanah dan sungai Meningkatkan kinerja SKPD terkait memiliki

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dokumen Layanan Persampahan Kota Bogor merupakan dokumen yang memuat keadaaan terkini kondisi persampahan Kota Bogor. Penyusunan dokumen ini pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan segenap

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 1.1. LATAR BELAKANG BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis

Lebih terperinci

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi 213 Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1 Visi Misi Sanitasi Terwujudnya Kabupaten Kayong Utara yang sehat melalui pembangunan infrastruktur dasar sanitasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari Strategi Kabupaten Toba Samosir tahun 2011-2015 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian serta trategi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT A. Sub Sektor Air Limbah Domestik Tabel Kerangka Kerja Logis (KKL) Sektor Air Limbah Domestik Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi (SWOT) Indikasi Program Indikasi

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1. Rencana Kegiatan Air Limbah Sasaran dan strategi untuk mencapai visi sanitasi dan melaksanakan misi sanitasi, dirumuskan berdasarkan kondisi terkini dari

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK PEMERINTAH BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK Tabel 6.1 Capaian Stratejik AIR LIMBAH Tujuan : Tersedianya infrastruktur pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi standar teknis dan menjangkau

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Tujuan Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Secara umum kegiatan pengelolaan limbah cair di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan cukup

Lebih terperinci

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota. A. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) A.1. KERANGKA KERJA LOGIS AIR LIMBAH Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan Belum adanya Master Plan dan peta Pengelolaan air limbah domestik Mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 4.1 Air Limbah Domestik Penetapan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan air limbah domestik dilakukan berdasarkan misi pengembangan sanitasi yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 4.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Indikasi program dan kegiatan percepatan pembangunan sanitasi merupakan bagian dari strategi yang

Lebih terperinci

Mendapatkan gambaran tentang kondisi dan rencana penanganan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2017

Mendapatkan gambaran tentang kondisi dan rencana penanganan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2017 L ampiran - 1 A. Kerangka Kerja Logis (KKL) A.1 Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Isu Strategis Tujuan Belum adanya Master Plan dan peta Pengelolaan air limbah domestik Penaganan air limbah

Lebih terperinci

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 45 Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Sukabumi Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Peningkatan akses layanan air limbah rumah tangga menjadi 85 90 % pada akhir

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 1.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi 4.. Air limbah domestik Perencanaan pembangunan air limbah domestik di Kabupaten Pati didasarkan kepada permasalahan permasalahan mendesak dan posisi pengelolaan sanitasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI. 3.1 Tujuan,Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI. 3.1 Tujuan,Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI 3.1, dan Pengembangan Air Limbah Domestik Tabel 3.1,sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembngan Air Limbah Domestik Tercapainya peningkatan cakupan dan

Lebih terperinci

ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN. Jumlah KK yang tidak mempunyai jamban dari 30% menjadi 0% di tahun 2018

ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN. Jumlah KK yang tidak mempunyai jamban dari 30% menjadi 0% di tahun 2018 KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) AIR LIMBAH PERMASALAHAN MENDESAK ISSU STRATEGIS TUJUAN SASARAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN PERNYATAAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 30% penduduk Wakatobi tidak memiliki jamban

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yaitu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI 6.1. Strategi Monitoring dan Evaluasi Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Manggarai Barat perlu melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Strategi Sanitasi Kota

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada strategi percepatan pembangunan sanitasi ini akan menjelaskan pernyataan tujuan, sasaran, dan strategi yang ingin dicapai dalam pengembangan sanitasi

Lebih terperinci

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, visi dan misi pembangunan jangka menengah adalah visi dan misi kepala daerah

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Strategi monitoring dan evaluasi merupakan salah satu strategi pendukung yang akan turut menentukan keberhasilan program pembangunan sektor sanitasi. Monitoring adalah

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi Kota Tomohon yang akan di capai yang terkandung dalam RPJMD dan disesuaikan dengan visi dan misi sanitasi yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Mengacu pada dokumen Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pekanbaru tahun 2012-2017, Visi Pembangunan Kota Pekanbaru Tahun 2012

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KOTA 4.1 Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Tujuan Umum pembangunan sanitasi di Kota Batu adalah terciptanya kondisi kota dan lingkungan yang bersih yang akan berdampak

Lebih terperinci

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Dalam bab ini akan dijelaskan strategi untuk melakukan pemantauan/ monitoring dan evaluasi dengan fokus kepada pemantauan dan evaluasi Strategi Kabupaten Berskala Kota ()

Lebih terperinci