BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Provinsi Jawa Tengah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Provinsi Jawa Tengah"

Transkripsi

1 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Provinsi Jawa Tengah Disusun oleh: POKJA SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Tahun 2012

2 SAMBUTAN BUPATI WONOSOBO Assalamu'alaikum wr. Wb.. Pembangunan sektor sanitasi (yang meliputi persampahan, air limbah dan drainase) di lndonesia pada umumnya dan di Kabupaten Wonosobo khususnya dapat dikatakan relatif rnasih tertinggal dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur perkotaan/perdesaan lainnya. Oleh karena itu seiring laju pembangunan wilayah, Pemerintah Kabupaten Wonosobo berkomitmen penuh untuk ikut dalam pengarus-utamaan pencapaian Tujuari Mitlenium Development Goals (MDG's) tahun Untuk mencapai target pembangunan sanitasi sesuai dengan tujuan MDGs tahun 2015 oerlu adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi (KISS) dalam perenemaan diantara SKPD dan keterlibatan berbagai pihak termasuk meningkatkan peran serta masyarakat, swasta dan media. Di sisi lain, keberadaan geografis Kabupaten Wonosobo merupakan kawasan lindung bawahan bagi Kabupaten, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cihcap, Punrvorejo dan Kebumen. Dengan melihat kondisi struktur tanah dan batuan serta merupakan hulu badi beberapa Sungai besar, seperti Sungai serayu, Sungai Lukulo, Sungai Bogowonto dan anak-anak sungainya menyebabkan air limbah yang dibuang akan mengalir se ra gravitasi ke wilayah Kabupaten- Kabupaten lain yang berada di bawahnya. Oleh karenanya, Pemerintah Kabupaten Wonosobo berkomitnen menjaga kelestarian wilayahnya dengan pembangunan sanitasilayak lingkungan. Penyusunan Dokumen Buku Putih Sanitiasi Kabupaten Wonosobo Tahun 2A12 dimaksudkan sebagai keterbukaan informasi kepada seluruh pemangku kepentingan, mengenai kondisi eksisting layanan sanitasi di Kabupaten Wonosobo. Buku ini sekaligus diperhitungkan sebagai titik awal dalam penyusunan kebijakan, strategi dan program pengembangan sanitasi di Kabupaten Wonosobo. Akhirnya kami mengajak kepada para pengambil keputusan serta pemangku kepentingan, bersama saya untuk memberikan komitmen dan mendukung proses pembangunan sanitasi di Kabupaten Wonosobo dengan baik, dan dapat mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan didaerah, dan menjadikan sanitasi menjadisalah satu prioritas pembangunan. Tak lupa pula, kami menyampaikan terima kasih kepada Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Wonosobo dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dokumen ini Semoga Allah SWT meridhoi upaya kita dalam mewujudkan kondisisanitasiyang baik di Kabupaten Wonosobo, yang dapat diakses oleh masyarakat dengan komponen teknis yang lengkap, dapat beroperasisecara berkelanjutan, dan tidak menimbulkan dampak sampingan bagilingkungan. Wassalamu'alaikum wr. Wb.

3 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i SAMBUTAN BUPATI WONOSOBO... ii BAB I. PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Landasan Gerak... I Maksud dan Tujuan... I Metodologi... I Dasar Hukum dan Kaitanya dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... I-15 BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH... II Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik... II Demografis... II Keuangan dan Perekonomian Daerah... II Tata Ruang Wilayah... II Sosial dan Budaya... II Kelembagaan Pemerintah... II-21 BAB III. PROFIL SANITASI WILAYAH... III Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) DAN Promosi Higiene... III Tatanan Rumah Tangga... III Tatanan Sekolah... III Pengelolaan Air Limbah Domestik... III Kelembagaan... III Sistem dan Cakupan Pelayanan... III Kesadaran Masyarakat dan PMJK... III Pemetaan Media... III Partisipasi Dunia Usaha... III Pendanaan dan Pembiayaan... III Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak... III Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat)... III Kelembagaan... III Sistem dan Cakupan Pelayanan... III Kesadaran Masyarakat dan PMJK... III Pemetaan Media... III Partisipasi Dunia Usaha... III Pendanaan dan Pembiayaan... III Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak... III-27

4 3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan... III Kelembagaan... III Sistem dan Cakupan Pelayanan... III Kesadaran Masyarakat dan PMJK... III Pemetaan Media... III Partisipasi Dunia Usaha... III Pendanaan dan Pembiayaan... III Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak... III Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi... III Pengelolaan Air Bersih... III Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga... III Pengelolaan Limbah Medis... III-42 BAB IV. PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN... IV Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene... IV Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik... IV Peningkatan Pengelolaan Persampahan... IV Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan... IV Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi... IV-6 BAB V. INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI... V Area Berisiko Sanitasi... V Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini... V-27 BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... VI Kesimpulan... VI Rekomendasi... VI-2 DAFTAR TABEL... DAFTAR PETA... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISTILAH...

5 1.1 Latar Belakang BAB 1: PENDAHULUAN Pembangunan sektor sanitasi (sampah domestik/rumah tangga, air limbah dan drainase) di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Wonosobo khususnya dapat dikatakan relatif tertinggal dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur perkotaan/perdesaan lainnya. Berbagai program pembangunan sanitasi telah dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemda (Provinsi dan Kabupaten) namun hasilnya masih belum memuaskan dan masih harus bekerja keras untuk dapat mengejar ketertinggalan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah telah mencanangkan Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) yang telah dimulai pada tahun PPSP merupakan Upaya terobosan untuk mengejar ketertinggalan dalam pembangunan sanitasi. roadmap sanitasi (air limbah, sampah, drainase) juga dimaksudkan untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia memenuhi tujuan-tujuan Millenium Development Goals (MDGs). Khususnya yang terkait dengan Butir 7 Target ke-10 MDG, yakni mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak punya akses berkelanjutan pada air yang aman diminum dan sanitasi yang layak pada tahun Target ini bisa dipenuhi secara kuantitif, tetapi secara kualitatif layanan yang tersedia masih belum memadai. Program PPSP dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan di daerah sehingga sanitasi dapat menjadi salah satu prioritas pembangunan di daerah yang bertujuan mewujudkan kondisi sanitasi yang baik yang dapat diakses oleh masyarakat dengan komponen teknis yang lengkap, dapat beroperasi secara berkelanjutan, serta tidak menimbulkan dampak sampingan bagi lingkungan. Keikutsertaan Kab. Wonosobo dalam Program PPSP dilatarbelakangi dengan kondisi aktual akses sanitasi (air limbah domestik, sampah rumah tangga, dan drainase lingkungan) layak masih rendah, kualitas lingkungan buruk, potensi kerugian ekonomi tinggi, investasi sanitasi yang masih belum memadai, dan sektor sanitasi belum menjadi prioritas pembangunan daerah. Penawaran Program PPSP dari Pemerintah ditindaklanjuti dengan Surat Pernyataan Minat Bupati Nomor: 050/ 382/2011 tanggal 18 Agustus 2011 dalam Program PPSP (terlampir) dan syarat keikutsertaan yang lainnya seperti RKA/KUA PPAS/kesediaan menganggarkan dana pendamping operasional, dan draft SK Pokja sanitasi, dan rekomendasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun Anggaran 2012, Kabupaten Wonosobo ditetapkan menjadi peserta Program PPSP dengan dasar Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 660/4500/VI/Bangda, tanggal 26 September 2011 tentang Penetapan Kabupaten/Kota sebagai Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman tahun Dengan telah terbentuknya Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Wonosobo yang dikuatkan legitimasinya melalui Keputusan Bupati Nomor: 658/97/2012 tanggal 13 Februari 2012 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Wonosobo yang susunan keanggotaan telah disesuaikan dengan Pedoman Pelaksanaan PPSP Kab/Kota dan efisiensi dan efektivitas pokja kabupaten. Pokja sanitasi telah memulai menyusun Buku Putih dan pelaksanaan PPSP didampingi oleh 2 (dua) orang City Fasilitator (CF) yang disediakan oleh Pemerintah Pusat melalui Satker PLP Provinsi Jawa Tengah. Melalui PPSP, menjadikan sanitasi sebagai urusan bersama antara Pemerintah kabupaten/kota, provinsi, pusat, swasta, donor, dan masyarakat. Profil dan investasi sanitasi diharapkan semakin meningkat. Di samping itu, mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk menyusun suatu perencanaan strategis pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif dan koordinatif. Oleh sebab itu perlu disusun suatu Strategi Sanitasi Kota/Kab (SSK) yang komprehensif, terpadu dan operasional. Produk-produk PPSP Buku Putih (potret kondisi sanitasi wilayah kabupaten), Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), dan Program Memorandum bisa menjadi porto folio bagi daerah untuk mengajukan investasi sanitasi di daerah (dari pemerintah pusat, lembaga donor, maupun swasta). Tren dimasa mendatang, SSK sebagai syarat memperoleh fasilitasi bantuan pendanaan fisik dan non fisik sektor sanitasi. Hal itu didukung pula dengan upaya melakukan sosialisasi kepada masyarakat, tentang pentingnya hidup sehat dan selalu memperhatikan kesehatan lingkungan di sekitarnya yaitu dengan tidak buang air besar sembarangan, melaksanakan praktik mengurangi, mempergunakan kembali dan mendaur ulang atau 3R (Reduce, Reuse, Recycle), meningkatkan tempat pembuangan akhir (TPA) menjadi area bersih dan sehat (sanitary landfill).. Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonosobo ini disusun sebagai langkah awal yang dilakukan oleh Pokja Sanitasi dalam program PPSP. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonosobo ini berisi pemetaan dan penilaian kondisi aktual sanitasi kabupaten Wonosobo saat ini, baik sarana dan prasarana sanitasi secara fisik maupun sistem pengeloaan layanan sanitasi berikut keadaan masyarakat pengguna layanan serta potensi lain diluar pemerintahan yang dapat digunakan untuk menunjang pembanguan sanitasi kota. Dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonosobo ini dengan empat karakteristik utama penyusunan yaitu : 1) Berdasarkan data aktual, 2) Berskala kabupaten, 3) Disusun sendiri oleh kabupaten, 4) Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down. Dalam konteks ini Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonosobo merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Wonosobo. Buku Putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB I - 1

6 1.2 Landasan Gerak Definisi dan Ruang Lingkup Sanitasi Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu: 1. Air limbah mencakup limbah black water dan grey water. Limbah black water; di antaranya terdiri dari tinja, urine, air pembersih, material pembersih, air bekas cucian dan dapur, dan lain sebagainya. Limbah grey water adalah limbah cair dari berbagai aktivitas yang berlangsung di dapur dan kamar mandi rumah tangga yakni mandi, mencuci pakaian atau peralatan makan. 2. Persampahan ; terdiri dari sampah rumah tangga (sampah dapur, plastik, kaca, kertas, dan lain-lain); sampah medis, sampah industri, dan lain sebagainya. 3. Drainase tersier ; selain mengalirkan dan menampung limpasan, juga melakukan hal yang sama untuk air limbah rumah tangga (umumnya berupa grey water) dan air limbah lainnya Wilayah Kajian Cakupan Wilayah Kajian dalam Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Wonosobo ini adalah seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo. Untuk wilayah Studi EHRA setelah dipilih dengan menggunakan teknik random sampling serta dengan melihat dokumen RTRW Kabupaten Wonosobo, diperoleh 25 (dua puluh lima) desa/kelurahan lokasi Studi EHRA. Data-data yang diperoleh dari sampel terpilih merupakan perwakilan dari seluruh cakupan wilayah kajian, sehingga diperlukan penentuan sampel yang benar-benar mewakili secara agregat. Adapun metode pemilihan sampel menggunakan cara Clustering. Kriteria klaster yaitu berdasarkan: 1. kepadatan penduduk (>25 jiwa/ha) 2. persentase KK miskin (jumlah pra KS dan KS I alasan ekonomi > 50%) 3. dilalui aliran sungai/saluran irigasi yang berpotensi digunakan sebagai pembuangan MCK. 4. genangan. Dari 5 klaster (klaster 0,1,2,3,4) pada modul, di Kabupaten Wonosobo hanya ada 3 klaster yaitu klaster 1, klaster 2 dan klaster 3. Hal ini salah satunya dikarenakan untuk kriteria klaster genangan/banjir desa-desa di Kab. Wonosobo tidak memenuhi SPM yakni genangan/banjir lebih dari 30 cm, lebih dari 2 jam baru surut, dan lebih dari 2 periode dalam setahun Kebijakan Perencanaan Kabupaten Kebijakan Perencanaan Kabupaten Wonosobo secara garis besarnya, sebagaimana tertuang dalam Visi dan misi kabupaten Wonosobo yang terdapat dalam dokumen RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun sesuai dengan Perda Kabupaten Wonosobo Nomor 1 Tahun 2011, serta tujuan penataan ruang sebagaimana terdapat dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sesuai dengan Perda Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun Visi Daerah adalah WONOSOBO YANG LEBIH MAJU DAN SEJAHTERA LEBIH MAJU memiliki pengertian : Meningkatkan kemajuan pembangunan daerah dibidang sosial, ekonomi, politik dan hukum menuju kemandirian daerah. Kemajuan dibidang sosial diukur dengan kualitas sumberdaya manusia yang tercermin dari sumber daya manusia yang memiliki karakter dan kepribadian bangsa, ahklak mulia, berkualitas, berpendidikan yang tinggi, dengan derajad kesehatan yang baik dan produktivitas yang tinggi. Kemajuan dibidang ekonomi diukur dari kemakmuran yang tercermin dari tingkat pendapatan yang tinggi dan distribusi yang merata. Kemajuan dibidang politik dan hukum diukur dari semakin mantapnya lembaga politik dan hukum yang tercermin dari berfungsinya lembaga politik dan kemasyarakatan sesuai konstitusi, meningkatnya peran aktif masyarakat dalam segala aspek kehidupan. LEBIH SEJAHTERA memiliki pengertian : Pembangunan daerah bukan hanya untuk kemajuan dan kemandirian, tetapi juga untuk kesejahteraan, yaitu suatu kondisi yang semakin baik dan damai dalam arti, dalam arti semakin adil dan tidak ada kekerasan dalam bentuk apapun. Usaha-usaha Perwujudan Visi Wonosobo 2015 akan dijabarkan dalam misi tahun sebagai berikut: Melanjutkan praktik pemerintahan partisipatif dan demokratis menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Meningkatkan kemajuan pembangunan menuju kemandirian daerah Meningkatkan pelayanan sosial dasar untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Meningkatkan perekonomian daerah yang berbasis pada potensi unggulan daerah. Meningkatkan dimensi keadilan dan meniadakan kekerasan dalam semua bidang. 2. Tujuan Penataan Ruang Penataan ruang Daerah bertujuan mewujudkan Daerah berbasis agroindustri dan pariwisata yang didukung oleh pertanian berkelanjutan. Pada dasarnya Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Dalam struktur ruang dibahas mengenai Sistem prasarana wilayah, yang mengatur tentang sistem prasarana pengelolaan lingkungan. Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud RTRW (Perda No 2 Th 2011) meliputi: Buku Putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB I - 2

7 a. Sistem pengelolaan sampah dilakukan dengan prinsip mengurangi (re-duce), menggunakan kembali (re-use) dan mendaur ulang (re-cycle) meliputi: 1) Rencana Pengelolaan di lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), berupa optimalisasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wonorejo dengan pengelolaan sistem sanitary landfill. 2) Rencana Pengelolaan di lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) melalui pengembangan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST); dan 3) Rencana pengelolaan sampah skala rumah tangga. b. Prasarana pengelolaan limbah meliputi pengelolaan limbah rumah tangga; dan pengelolaan limbah industri. 1) Pengelolaan limbah rumah tangga meliputi: a. penanganan limbah secara on site dengan pembangunan jamban keluarga, jamban komunal dan Mandi Cuci Kakus umum; b. penanganan limbah secara off site dengan sistem perpipaan dengan membangun Instalasi Pengolah Air limbah (IPAL) Komunal; c. penanganan limbah padat dengan incenerator dan limbah tinja dengan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT); dan d. menyediakan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah. 2) Pengelolaan limbah industri berupa pengembangan instalasi pemrosesan limbah di setiap lokasi industri. c. Prasarana jaringan pengelolaan drainase terdiri atas: 1) peningkatan saluran drainase kawasan perkotaan Kabupaten pada kawasan permukiman padat, kumuh, dan kawasan sekitar pasar tradisional; 2) pengembangan saluran drainase pada kawasan-kawasan terbangun; dan 3) pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan-kiri jalan pada ruas jalan nasional, provinsi, dan kabupaten. 1.3 Maksud dan Tujuan Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonosobo juga dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan di daerah. Tujuan penyusunan Buku Putih Sanitasi kabupaten Wonosobo ini adalah untuk mendapatkan potret (pemetaan) situasi sanitasi kabupaten Wonosobo secara komprehensif, lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan stakeholder yang nantinya menjadi database sanitasi kabupaten Wonosobo sebagai dasar pijakan penyusunan Strategi Sanitasi (SSK) Kabupaten Wonosobo. 1.4 Metodologi Proses dan metode penyusunan Buku Putih terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1. Penetapan lingkup buku putih : Scoping (penetapan lingkup) adalah penyamaan persepsi di antara anggota Pokja tentang pengertian Buku Putih dan merupakan proses konsolidasi awal Pokja dalam menyepakati : jenis informasi dan sumbernya, cakupan wilayah pemetaan, metoda analisis, pembagian tugas dan pelaporan, rencana penetapan kawasan prioritas, kemungkinan melibatkan pihak luar dan jadwal kerja penyusunan Buku Putih. 2. Pemetaan secara cepat situasi sanitasi : Pengumpulan dan analisis data sekunder untuk menghasilkan gambaran situasi sanitasi secara cepat. Data sekunder yang dimaksud meliputi aspek umum dan aspek teknis yaitu : kebijakan daerah dan kelembagaan, populasi dan proyeksinya, kepadatan penduduk, kemiskinan dan keluarga miskin, kesehatan masyarakat, sarana dan prasarana sanitasi, cakupan layanan sanitasi, tataruang wilayah, keuangan, komunikasi dan media, pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan. Data yang dikumpulkan merupakan dasar informasi untuk melakukan penilaian dan pemetaan situasi sanitasi kota yang mencakup pelaksanaan fungsi pembangunan dan pengelolaan sanitasi; kebijakan sanitasi kota/kabupaten; pendanaan pembangunan dan pengelolaan sanitasi perkotaan; kegiatan sanitasi dan hygiene dengan pelibatan masyarakat, jender dan kemiskinan; dan berbagai upaya Advokasi, mobilisasi sosial dan komunikasi program untuk perubahan perilaku. Data dan peta dikumpulkan dari laporan berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). 3. Penyusunan/finalisasi buku putih : Penulisan dokumen Buku Putih melalui penyempurnaan hasil pemetaan cepat yang dilakukan melalui (pemutakhiran) data primer, yaitu hasil pelaksanaan beberapa studi seperti : a. Survei EHRA (environmental health risk assessment) atau penilaian risiko kesehatan lingkungan adalah survei yang dimaksudkan untuk mengetahui penerapan PHBS di masyarakat dan sarana sanitasi yang dimiliki rumah tangga. b. Studi komunikasi dan pemetaan media, adalah studi yang dimaksudkan untuk mengetahui potensi dan peluang pelaksanaan kegiatan komunikasi kebijakan dan pembangunan sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB I - 3

8 c. Studi penyedia layanan sanitasi/ssa (Sanitation supply assessment) dimaksudkan untuk mengetahui partisipasi sektor swasta dan masyarakat dalam penyediaan produk dan layanan sanitasi. 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Buku Putih Sanitasi kabupaten Wonosobo tahun 2012 ini sebagai dokumen yang menjadi acuan dasar penyusunan Setrategi Sanitasi Kabupaten Wonosobo. Posisi Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonosobo terhadap dokumen perencanaan Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut : 1. RPJPD ; Salah satu misi dalam RPJPD Kabupaten Wonosobo yang terkait dengan bidang Sanitasi yaitu Mewujudkan lingkungan hidup Kabupaten Wonosobo yang subur, indah dan lestari, yang selalu tertuang dalam setiap tahapan. RPJPD dalam tahapannya dijabarkan menjadi RPJMD dan akan dijabarkan lagi kedalam RKPD (tahunan), oleh karena itu Buku putih menjadi sangat penting sebagai penuntun arah dalam kerangka implementasi. 2. RPJMD ; RPJMD yang merupakan dokumen perencanaan politis telah menuangkan dan menegaskan bahwa sektor Sanitasi menjadi salah satu bidang pembangunan yang mendapatkan perhatian, hal ini dapat dilihat melalui Misi Kabupaten Wonosobo tahun yang ke-3 (tiga) berbunyi Meningkatkan pelayanan sosial dasar untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonosobo berfungsi sebagai acuan untuk mencapai tujuan yang sudah tertuang di dalam Visi dan Misi Kabupaten Wonosobo Tahun Renstra ; Kebijakan yang terkait dengan Sanitasi telah tertuang dalam Renstra Kabupaten Wonosobo yaitu antara lain a. Meningkatkan kualitan lingkungan melalui peningkatan kualitas air, udara dan tanah. b. Mendorong program lingkungan sehat permukiman c. Meningkatan Kapasitas pengelolaan sampah d. Mendorong Peran masyarakat dalam kegiatan penyedioaan sarana air minum dan air limbah e. Peningkatan kualitas lingkungan hidup, melalui advokasi dan pembinaan desa STBM, jamban sehat. Sehingga Buku putih ini akan sangat berguna dalam menuntun arah dalam implementasi dilapangan. 4. RTRW ; Dengan telah disyahkannya Peraturan daerah No 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo Tahun diperlukan penjabaran-penjabaran dalam implementasinya. Di dalam RTRW Kabupaten Wonosobo (Perda No.2 Th.2011) dibahas mengenai Sistem prasarana wilayah, yang mengatur tentang sistem prasarana pengelolaan lingkungan meliputi: Sistem pengelolaan sampah, Prasarana pengelolaan limbah dan Prasarana jaringan pengelolaan drainase. Sehingga Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonosobo dapat berfungsi sebagai penjabaran tentang rencana dari dokumen RTRW yang terkait dengan bidang Sanitasi. Penyusunan Buku Putih Sanitasi juga didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yaitu meliputi : Undang-Undang : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Tujuan Pembangunan Kesehatan 5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antar Pemerintah Pusat dan Daerah 8. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 9. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan 10. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 11. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 12. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Air 2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan 3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai 4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman 5. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 8. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan 9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang WilayahNasional Buku Putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB I - 4

9 Keputusan Presiden : 1. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri 2. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung 3. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah Bagi Kawasan Industri Peraturan Menteri 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Pengelolaan Persampahan. 3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis dan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota. 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492 Tahun 2012 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Keputusan Menteri 1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai Drainase Kota dan Fungsi Utama sebagai Pengendali Banjir. 2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 876 Tahun 2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan. 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 586/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan. Peraturan Daerah Propinsi : 1. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah 2. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan 3. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi jawa Tengah. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo : 1. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Wonosobo 2. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 15 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Wonosobo 3. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2010 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Wonosobo Kepada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Wonosobo 4. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wonosobo Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Wonosobo Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 9 Tahun 2011 tentang Bangunan dan Gedung Buku Putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB I - 5

10 Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 (tiga puluh lima) kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Terletak antara 7.43'.13" dan 7.04'.40" garis lintang selatan (LS) serta '.19" dan '.40" garis bujur timur (BT). Wonosobo dengan luas wilayah hektareberada di tengah wilayah Jawa Tengah, pada jalur utama yang menghubungkan Cilacap - Banjarnegara - Temanggung - Semarang. Jarak ibukota Kabupaten Wonosobo ke ibukota Propinsi Jawa Tengah berjarak 120 Km dan 520 Km dari ibukota negara (Jakarta). Topografi wilayah Kabupaten Wonosobo memiliki ciri yang berbukit-bukit, terletak pada ketinggian antara 200 sampai m di atas permukaan laut.ketinggian tempat tertinggi adalah Kecamatan Kejajar dpl, dan terendah adalah Kecamatan Wadaslintang 275 dpl.rata-ratasuhu udara di Wonosobo antara 14,3 26,5 derajat Celcius dengancurah hujan rata-rata per tahun berkisar antara mm/tahun. Banyaknya gunung di Wonosobo juga menjadi sumber mata air beberapa sungai. Daerah aliran sungai yang ada di wilayah Kabupaten wonosobo adalah sebagai berikut : Tabel 2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Wonosobo Debit Max Debit Min Debit Rata-rata No Nama DAS Luas (Ha) (M3/dtk) (M3/dtk) (M3/dtk) KRS (Koef Rejim Sugai) 1 Serayu ,54 866,81 70,63 282,53 12,27 2 Bogowonto ,28 770,65 73,27 293,07 10,52 3 Jalicokroyasan ,90 638,01 31,03 124,14 20,56 4 Luk Ulo , ,14 301,90 301,90 3,65 5 Wawar Medono ,38 240,00 15,12 60,49 15,87 Sumber : BP DAS SOP (2005) Untuk peta pembagian Daerah aliran sungai di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada peta 2.3 di bawah ini. Batas Wilayah Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten lain adalah sebagai berikut :Sebelah utara: Kab.Kendal dan Kab.Batang, Sebelah Timur : Kab.Magelang dan Kab.Temanggung, Sebelah Selatan: Kab. Purworejo dan Kab. Kebumen, Sebelah Barat: Kab. Banjarnegara dan Kab.Kebumen. Secara administratif Kabupaten Wonosobo dibagi menjadi 15 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan 265 yang terdiri dari 236 desa dan 29 wilayah kelurahan. Untuk lebih jelasnya pembagian kecamatan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut : Tabel 2.2. Nama, luas wilayah per-kecamatan dan jumlah desa/kelurahan Luas Wilayah NO Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan / Desa (ha) (%) thd total 1 Wadaslintang ,91 2 Kepil ,53 3 Sapuran ,89 4 Kalibawang ,86 5 Kaliwiro ,16 6 Leksono ,48 7 Sukoharjo ,51 8 Selomerto ,03 9 Kalikajar ,46 10 Kertek ,31 11 Wonosobo ,29 12 Watumalang ,93 13 Mojotengah ,58 14 Garung ,2 15 Kejajar ,85 Jumlah Sumber: Kabupaten Wonosobo Dalam Angka Tahun 2011 Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 1

11 Peta 2.1. Peta Orientasi Kabupaten Wonosobo dalam Wilayah Provinsi Jawa Tengah BAB II - 2 Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 2

12 Peta 2.2. Peta Administrasi Kabupaten Wonosobo dan Cakupan Wilayah Kajian BAB II - 3 Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 3

13 Peta 2.3. Peta Daerah Aliran sungai Kabupaten Wonosobo BAB II - 4 Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 4

14 Secara hidrogeologi sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo termasuk dalam cekungan air tanah (CAT) Wonosobo yang terletak di lereng barat laut-timur Gunung api Sundoro dan Gunungapi Sumbing. Pergerakan air tanahnya. pergerakan air tanahnya secara menyeluruh mengalir dari utara menuju ke selatan. Muka freatik air tanah terpotong oleh lembah-lembah sungai, sehingga dapat dimungkinkan munculnya mataair di daerah tersebut. Selain itu mataair sering dijumpai pada daerah peralihan slope. Peralihan slope ini selain ditandai dengan adanya mataair juga ditandai dengan adanya perbedaan yang mencolok pada daerah tersebut, antara lain perubahan/lereng curam ke lereng yang datar, ataupun juga oleh perbatasan antara penggunaan lahan yang kering dengan areal persawahan. Mata air di lereng Gunung Sundoro dan Sumbing membentang membentuk jalur melingkar atau sabuk. Meskipun berada di bawah permukaan tanah, air tanah dapat tercemar. Sumber pencemaran tersebut dapat berupa penimbunan sampah, kebocoran pompa bensin, limbah cair dari rumah tangga serta kebocoran tangki septik. Ditengarai pula bahwa pertanian yang menggunakan pupuk industri dapat memberi dampak penimbunan logam pada air tanah. Meningkatnya jumlah permukiman telah mendorong meningkatnya kebutuhan air untuk domestik, irigasi, industri. Fenomena lapangan menunjukkan makin banyaknya sumur bor untuk mengeksplorasi air tanah. Memperhatikan jumlah pemanfaatan air tanah dan sebaran permukiman yang dapat mengganggu ketersediaan air tanah dan mendorong pencemaran air tanah, kegiatan perlindungan terhadap daerah resapan air digiatkan Penghitungan kondisi imbuhan air tanah dapat dilakukan dengan pendekatan formasi geologi (dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No Kecamatan Tabel 2.3. Kondisi Air Tanah (Imbuhan Air tanah) Kabupaten Wonosobo Luas Luas A CH RC Sawah (ha) (m2) (mm) (%) (Ha) RC (Juta m 3 /tahun) 1 Wadaslintang , ,81 2 Kepil , ,23 3 Sapuran , ,92 4 Kalibawang , ,75 5 Kaliwiro , ,31 6 Leksono , ,46 7 Sukoharjo , ,45 8 Selomerto , ,70 9 Kalikajar , ,61 10 Kertek , ,17 11 Wonosobo , ,15 12 Watumalang , ,89 13 Mojotengah , ,34 14 Garung , ,18 15 Kejajar , ,54 Sumber: Buku NSASD Kab. Wonosobo, 2011 Perhitungan imbuhan air tanah dilakukan dengan pendekatan dan metode sebagai berikut: Tabel 2.4. Persentase imbuhan dan curah hujan tahunan rata-rata berdasar keadaan formasi Geologi Formasi Geologi Imbuhan RC(%) Volkanikresen 30 50% Volkaniktua/sedimen/campuransedimenresen 15 25% Sedimen terutama napalatauinduratedrocks 5% Batugamping 30 50% Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 5

15 Imbuhan padaakuifer dapatdihitungsebagaiberikut: RC =RFxAxRC(%) Keterangan: RC : Imbuhan(m3/tahun) RF : Curahhujanrata-ratatahunandidaerahtangkapandihitung dengan metode Isohyetdan Poligon Thiessen. A : Luasarea/ tadah(m2) dihitungdengan planimeter, tidak termasuk sawah irigasi. RC (%) : Persentaseimbuhan. Tabel 2.5. Kondisi Klimatologi dan Curah Hujan Kabupaten Wonosobo Tahun (mm) No Kecamatan Curah Hujan (mm) Tahun Wadaslintang Kepil*) Sapuran Kalibawang*) Kaliwiro Leksono*) Sukoharjo*) Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Sumber: Wonosobo dalam Angka, 2011 Ket: *) tidak ada data 2.2 Demografi Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dengan luas wilayah 984,68 km2 yang didiami oleh jiwa, maka ratarata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Wonosobo adalah 766 jiwa per km2. Kecamatan paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Wonosobo yaitu jiwa per km2. Sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Wadaslintang uakni 404 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Wonosobo per tahun selama sepuuh tahun terakhir rata-rata sebesar 0,15%. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Wonosobo adalah yang tertinggi yakni sebesar 0,76%, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Kalikajar yakni sebesar -0,62%. Berdasarkan data tersebut terlihat juga bahwa penyebaran penduduk di masing-masing kecamatan belum merata. Jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Wonosobo yang merupakan pusat aktivitas ekonomi dengan jumlah jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu Kecamatan Kalibawang dengan jumlah penduduk jiwa. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo Tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 6

16 No Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonosobo Tahun Tahun Kecamatan Wadaslintang Kepil Sapuran Kalibawang Kaliwiro Leksono Sukoharjo Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Jumlah Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010, BPS Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 7

17 Nama Kecamatan Tabel 2.7. Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Tahun Tahun Tahun Wadaslintang , Kepil ,63 18,39 19,4 19,4 19,4 Sapuran ,16 8, Kalibawang ,97 35,31 36,8 36,8 36,8 Kaliwiro ,28 10, Leksono ,22 16,9 17,8 17,8 17,8 Sukoharjo ,66 9, Selomerto ,4 14,31 15,4 15,4 15,4 Kalikajar ,95 15, Kertek ,08 7, Wonosobo ,52 1,32 1,6 1,6 1,6 Watumalang ,35 19, Mojotengah ,02 20,35 21,4 21,4 21,4 Garung ,62 20,45 21,4 21,4 21,4 Kejajar ,08 21, Jumlah Sumber : Sensus Penduduk 2010 BPS diolah Metode proyeksi penduduk yang digunakan adalah Metode Geometrik ( bunga berganda), dengan formula sebagai berikut : Pn = Po ( 1 + r ) n Pn = jumlah penduduk tahun tertentu / akhir Po = jumlah penduduk tahun awal R = rata-rata pertumbuhan penduduk n = selisih tahun Asumsi : laju pertumbuhan adalah sama untuk tiap tahun, yang artinya pertambahan absolut tiap tahun semakin besar Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 8

18 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah Kondisi keuangan daerah pada dasarnya merupakan anggaran pendapatandan belanja daerah. Pendapatan daerah berupa pendapatan asli daerah, transfer (dana perimbangan) dan lain-lain pendapatan yang sah. Belanja dapat di bedakan untuk belanja tidak langsung dan biaya langsung. APBD Kabupaten Wonosobo lima tahun ke belakang selalu menerapkan defisit anggaran, walaupun sebenarnya pendapatan selalu naik tiap tahunnya sekitar 6,55% saja. Tabel 2.8. Ringkasan realisasi APBD 5 tahun terakhir No Anggaran A Pendapatan 1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan (Transfer) Lain-lain Pendapatan ygsah Jumlah Pendapatan B Belanja 1 Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Jumlah Belanja Surplus/Defisit Anggaran ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Sumber : DPPKAD Kab. Wonosobo Belanja modal sanitasi dalam APBD Kab. Wonosobo selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan, dimana belanja modal sanitasi per penduduk telah meningkat hampir 2 x lipat. Tabel 2.9. Ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per penduduk 5 tahun terakhir No Subsektor/SKPD A Air Limbah B Persampahan C Drainase D Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi, komunikasi, pendampingan) E Total Belanja Modal Sanitasi(A s/d D) F Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD murni (bukan pendamping) G Total Belanja APBD H Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja 0,42 0,39 0,56 0,17 0,56 Total (9:10x100%) I Jumlah penduduk J Belanja Modal Sanitasi per penduduk (E:I) Sumber : DPPKAD Kab. Wonosobo diolah Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 9

19 Tabel Data Ruang Fiskal Kabupaten Wonosobo 5 tahun terakhir Indeks Kemampuan Fiskal/ Tahun Kapasitas Fiskal Daerah Ruang Fiskal Daerah (IRFD) , , , , , , , , , ,00 Sumber : DPPKAD Kab. Wonosobo Pertumbuhan ekonomi kabupaten Wonosobo dari tahun 2008 sampai tahun 2010 selalu mengalami pertumbuhan, walaupun pertumbuhannya dirasa masih sangat lamban. Pertumbuhan pada tahun 2010 hanya tercatat 4,29 persen yang masih berada dibawah angka provinsi dan nasional. Dengan dapat mengendalikan laju inflasi maka dapat memberikan informasi adanya gerak laju pertumbuhan yang positif walaupun secara perlahan. Tabel Data perekonomian umum daerah 5 tahun terakhir No D e s k r i p s i PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) , , ,28 Belum ada Belum ada 2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) , , ,11 3 Upah Minimum Regional Kabupaten/Kota (Rp.) Inflasi (%) 8,45 3,41 4,4 5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 3,69 4,02 4,29 Sumber : Badan Pusat Statistik 2.4 Tata Ruang Wilayah Penataan ruang Daerah Kabupaten Wonosobo bertujuan mewujudkan daerah berbasis agroindustri dan pariwisata yang didukung oleh pertanian berkelanjutan. Untuk mewujudkan tujuan dimaksud ditetapkan kebijakan perencanaan ruang wilayah, Kebijakan yang dimaksud meliputi: a. pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal; b. pengembangan pariwisata yang berkelanjutan; c. peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah; d. percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki; e. pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif; f. peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung; g. pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah; h. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara. Adapun Rencana Sistem Pusat Kegiatan Kabupaten Wonosobo terdiri atas (lihat peta struktur ruang): a. sistem perkotaan, yang terdiri dari : 1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten. PKW mempunyai fungsi utama pengembangan kawasan pusat pemerintahan; pusat perdagangan dan jasa; pusat pendidikan; dan pusat kesehatan. PKW berada di Kecamatan Wonosobo; 2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) adalah pusat pelayanan kawasan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. PKLp mempunyai fungsi utama pengembangan kawasan pemerintahan kecamatan; perdagangan dan jasa; pendidikan menengah; jasa pariwisata; pertanian; pelayanan sosial dan ekonomi skala regional; pengembangan permukiman; dan peruntukan industri. PKLp meliputi : Kecamatan Kertek dan Kecamatan Selomerto. 3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. PPK mempunyai fungsi utama pengembangan kawasan : pemerintahan Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 10

20 kecamatan; pertanian; pendidikan; peternakan; pariwisata; perkebunan; dan jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan atau beberapa desa. PPK meliputi Kecamatan : Mojotengah; Kejajar dan Sapuran. b. Sistem perdesaan, Sistem perdesaan berupa Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. PPL mempunyai fungsi utama pengembangan kawasan : pemerintahan kecamatan; pusat pemerintahan desa; pusat permukiman desa; pertanian; agropolitan; jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala antar desa; dan pendukung aktivitas wisata. PPL meliputi Kecamatan : Kepil; Kaliwiro; Wadaslintang; Leksono; Kalikajar; Garung; Watumalang; Sukoharjo; dan Kalibawang. Dalam RTRW Kabupaten, selain direncanakan struktur ruang, juga direncakan mengenai pola ruangnya, sebagai ketentuan alokasi untuk pemanfaatan ruang. Untuk pola ruangnya dapat dilihat pada tabel di bawah Tabel Pola Ruang Kabupaten Wonosobo NO. KAWASAN LOKASI 1. KAWASAN LINDUNG A. Kawasan Hutan Lindung a. Kawasan hutan lindung yang dikelola Negara Kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. b. Kawasan Lindung yang dikelola Masyarakat Kawasan lindung yang dikelola masyarakat adalah kawasan yang sepenuhnya diperuntukan bagi konservasi hidrologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi serta memelihara keawetan kesuburan tanah. B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahnya Kawasan Resapan Air Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman yang mampu menyimpan air tanah sebagai cadangan air bagi kawasan di bawahnya. C. Kawasan Perlindungan Setempat a. Kawasan Sempadan Sungai Kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. b. Kawasan Sempadan Waduk Kawasan tertentu, disekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk. D. Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Cagar Budaya a. Kawasan Cagar Alam Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di daratan Terletak di Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil Terletak di Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang Terletak di Kecamatan Kejajar, Mojotengah, Watumalang,Wonosobo, Garung,Kertek, Kalikajar, Sapuran dan Kepil a. Sub DAS Begaluh; b. Sub DAS Bogowonto; c. Sub DAS Tulis; d. Sub DAS Preng; e. Sub DAS Sanggaluwung; f. Sub DAS Beber; g. Sub DAS Putih; h. Sub DAS Kodil; i. Sub DAS Jurang; j. Sub DAS Mawar k. Sub DAS Medono l. Sub DAS Luk ulo a. Waduk Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang; b. Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warno, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar dan Kecamatan Garung; dan c. Kawasan sekitar Bendung Sungai Serayu, Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil, Bogowonto, Medono dan Cecep CA Pantodomas (Desa Pacekelan Kecamatan Sapuran) Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 11

21 NO. KAWASAN LOKASI maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berlangsung secara alami. b. Kawasan taman wisata alam Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun bantuan manusia. c. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. E. Kawasan Rawan Bencana Alam Wilayah yang sering mengalami bencana alam seperti banjir, tanah longsor. Pada kawasankawasan seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana tersebut. F. Kawasan Lindung Geologi Kawasan Imbuhan Air kawasan daerah resapan air yang mampu menambah jumlah air tanah dalam secara alamiah pada cekungan air tanah. Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. 2. KAWASAN BUDIDAYA A. KawasanHutan Produksi a. Kawasan Hutan Produksi Tetap kawasan hutan produksi dengan faktorfaktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai dibawah 125 b. Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan yang dapat diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas dimana eksploitasinya hanya dapat dengan sistem tebang pilih dan penanaman kembali ataupun hutan rakyat, Kompleks Telaga Pengilon dan Telaga Warno di Kecamatan Kejajar serta Cagar Alam Pantodomas Situs Tuk Bimalukar di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Watu Kelir di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Ondho Budho di Desa Sikunang (Kecamatan Kejajar), Candi Bogang di Kecamatan Selomerto dan Situs Bongkotan di Kecamatan Kertek, rumah dinas bupati dan wakil bupati, gedung dewan perwakilan daerah, gedung komando distrik militer(kodim), kantor pos dan giro, gedung sekolah menengah pertama(smp) N 1 wonosobo, gedung sekolah dasar(sd) N 1 wonosobo, gedung samsat, alun-alun wonosobo dan paseban, masjid Al Manshur, sekolah Don Bosco dan dena Upakara. Daerah rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang dan Kecamatan KalibawangDaerah rawan angin topan terdapat di Kecamatan Wonosobo, Mojotengah, Kertek, Sapuran, Watumalang dan Kalikajar. Daerah rawan kebakaran hutan terdapat di kecamatan yang memiliki wilayah hutan Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil Terdapat di kawasan sekitar mata sepeti misalnya Silutung, Sewu, Muncar, Mlandi, Mangur, Rancah, Jalaksono, Kajaran, Mbeji, Citrolangu, Prigi, Kayubimo, Gajah, Mangli, Jogopati, Plodongan, Rogojati, Mudal, Deroduwur, Sumber, Lamuk, Sunten, Brunyahan, Pager Gunung, Banyuwangi, Sibangkong, Gondang, Kidang, Sendang, Siklenteng dan Dadungan Siring, serta mata air lainnya yang ada di Kabupaten Wonosobo (970 mata air). Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Wadaslintang Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 12

22 NO. KAWASAN LOKASI maksudnya tanah rakyat yang ditanami Wadaslintang dengan tanaman seperti halnya tanaman kehutanan namun sudah biasa ditanam rakyat dalam upaya konservasi tanah dan air. kawasan hutan produksi dengan faktorfaktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai antara B. KawasanPeruntukan Pertanian c. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan lahan basah, dimana pengairannya dapat diperoleh baik secara alamiah maupun secara teknis. d. Kawasan Peruntukan Pertaniann Lahan Kering Kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian pangan dan hortikultura yang didukung oleh kondisi dan topografi tanah yang memadahi dan sumber utama pengairannya berasal dari air hujan, dapat ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan dan cadangan lahan pertanian pangan yang dilindungi agar berkelanjutan C. Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan yang diperuntukkan bagi perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan maupun bahan baku industri. D. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan yang diperuntukkan bagi usaha pengembangan perikanan. E. Kawasan Peruntukan Peternakan Kawasan untuk usaha pengembangan peternakan. Secara umum dapat digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu ternak besar dan aneka Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung dan Kecamatan Kejajar a. Sentra tanaman kelapa sayur berada di Kecamatan Selomerto, Kepil, dan Wadaslintang; b. Sentra tanaman kelapa aren terdapat di Kecamatan Kaliwiro dan Kalibawang; c. Sentra tanaman kopi arabika berada di Kecamatan Kalikajar, Watumalang, Kejajar, dan Mojotengah; d. Sentra tanaman kopi robusta berada di Kecamatan Selomerto dan Leksono; e. Sentra tanaman kakao berada di Kecamatan Leksono, Sapuran, dan Kaliwiro; f. Sentra tanaman tembakau berada di Kecamatan Garung, Watumalang, Kertek, Mojotengah dan Kalikajar; g. Sentra tanaman teh berada di Kecamatan Kejajar, Kertek dan Sapuran; h. Sentra tanaman kapulogo berada di semua kecamatan kecuali Kecamatan Kejajar dan Garung; i. Sentra tanaman cengkeh berada di Kecamatan Sapuran; a. Kawasan budidaya kolam air tawar, tersebar di kecamatan yang memiliki sumber air; b. Kawasan budidaya mina padi pada daerah pertanian sawah baik irigasi teknis maupun setengah teknis; serta c. Kawasan pengembangan perikanan umum terdapat di seluruh kecamatan sedangkan perikanan waduk atau telaga terdapat di Kecamatan Wadaslintang, Garung, Kejajar, Kertek, Kalikajar dan Kaliwiro a. Kawasan peternakan ternak besar terdapat di Kecamatan Wadaslintang, Kepil, leksono, Kalikajar, Sapuran, Kaliwiro, Kalibawang, Sukoharjo, Kertek, Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 13

23 NO. KAWASAN LOKASI ternak. Untuk peternakan hewan besar paling tidak harus tersedia atau dekat dengan areal tumbuhnya makanan ternak yang cukup, sedang untuk peternakan aneka ternak biasa menyebar di seluruh kawasan budidaya asal makanan tercukupi F. Kawasan Peruntukan Pertambangan Kawasan yang diperuntukkan bagi perkembangan, baik wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan. G. Kawasan peruntukan industri bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Selomerto, Watumalang, Wonosobo dan Mojotengah; dan b. Kawasan peternakan unggas terdapat di Kecamatan Kalikajar, Kejajar, Garung, Mojotengah, Watumalang, Wadaslintang, Kalibawang, Kaliwiro, Leksono, Sukoharjo, Wonosobo, Kepil, Sapuran, Kertek dan Selomerto. Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara terlatak di: Andesit : Kecamatan Watumalang, Mojotengah, Garung Batu belah / batu gamping : Kecamatan Sukoharjo dan Watumalang Bentonit : Kecamatan Kalibawang Sirtu : Kecamatan Kertek, Kalikajar, Kaliwiro dan Wadaslintang Tanah liat/lempung : Kecamatan Kaliwiro Tras : Kecamatan Watumalang, Mojotengah, Selomerto, Kaliwiro, Wadaslintang dan Kalibawang Kawasan pertambangan panas bumi di wilayah kerja pertambangan [anas bumi Dieng Kawasan peruntukan industri menengah dan besar akan dikembangkan di sepanjang jalur Regional Temanggung-Wonosobo-Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo dan Selomerto serta Jalur kertek-kalikajar-sapuran-kepil. Kawasan ini menghindari kawasan permukiman Pembentukan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan H. Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata. Kawasan wisata alam terdapat di lokasi sebagai berikut: - Dataran Tinggi Dieng (Telaga Warno, Telaga Pengilon, Goa Sumur, Goa Semar, Goa Jaran, Kawah Sikendang dan Batu Semar. - Lembah Dieng (Telaga Cebong, Bukit Sikunir, Air Terjun Sikarim dan Seloka, Agrowisata Tambi, dan Lereng Pegunungan Sindoro); - Telaga Menjer di Kecamatan Garung; - Gunung Kembang di Kecamatan Garung;. - Mata air Wonojoyo di Kecamatan Wonosobo Kawasan wisata budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan terdapat di lokasi sebagai berikut: - Situs Tuk Bimalukar di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar; - Situs Watu Kelir di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar; - Situs Ondho Budho di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar; - Candi Bogang di Kecamatan Selomerto; - Situs Bongkotan di Kecamatan Kertek; dan - Desa Wisata : Desa Sendangsari Kecamatan Garung; Dusun Giyanti Desa Kadipaten Kecamatan Selomerto; Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari Kecamatan Wonosobo. Kawasan wisata religius terdapat di makam pendiri Wonosobo di Selomerto (Kiai Karim), Wonosobo (Kiai Walik), Makam Asmorosuff di Kecamatan Kejjar, Makam Jogonegoro di Kecamatan Selomerto dan Makam Selomanik di Kecamatan Kejajar. Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 14

24 NO. KAWASAN LOKASI Kawasan wisata buatan terdapat di kecamatankecamatan sebagai berikut: - Dieng Peteau di Kecamatan Kejajar; - Gardu Pandang Tieng Kecamatan Kejajar; - Gelanggang Renang Mangli, Pusat Rekreasi dan Olahraga Kalianget dan Gerbang Mandala Wisata di Kecamatan Wonosobo; dan - Waduk Wadaslintang dan Pemandian Air Panas Somogede di Kecamatan Wadaslintang. Kawasan Wisata tradisi terdapat di desa dan kecamatan sebagai berikut: - Tradisi Ruwat Rambut Gembel di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar; - Tradisi Tenongan putri di Dusun Giyanti, Desa Kadiaten, Kecamatan Selomerto; - Tradisi Tenongan putra di Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek; - Tradisi Undhuh-undhuhan di Desa Sendangsari, Kecamatan Garung; - Tradisi Hak-hakan di Dusun Kaliyoso, Desa Tegalombo, Kecamatan Kalikajar; - Tradisi Baritan di Desa Simbang, Kecamatan Kalikajar; dan - Tradisi Larung Sukerta di Kampung Sruni, Kelurahan Jaraksari, Kecamatan Wonosobo. Kawasan wisata sejarah terdapat di Kecamatan Wonosobo yakni adanya beberapa benda cagar budaya (BCB) tidak bergerak antara lain: Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati, gedung DPRD, Kodim 0707, Kantor Pos dan Giro, SMP N 1 Wonosobo, SD N 1 Wonosobo, Eks gedung Bank Jateng, Alun-alun Wonosobo dan Paseban, Masjid Al Manshur, Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara, makam Kiai Walik dan lain-lain. Kawasan wisata minat khusus terdapat di Kecamatan Selomerto, yakni Arung Jeram Sungai Serayu dan tea walk di agro wisata Tambi, Kecamatan Kejajar. I. Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan yang diperuntukkan bagi permukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Wonosobo sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosialnya. Permukiman Kota Kawasan permukiman kota mencakup wilayah pengembangan kota dan kawasan PKW, PPK, dan PKLp). Permukiman Pedesaan Pengembangan desa-desa yang ada di kawasan PPL Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 15

25 Peta 2.4. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo Sumber, RTRW Kabupaten Wonosobo Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 16

26 Peta 2.5. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo Sumber, RTRW Kabupaten Wonosobo Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 17

27 Peta 2.6. Peta Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Wonosobo Sumber, RTRW Kabupaten Wonosobo Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 18

28 2.5 Sosial dan Budaya Dalam Bidang Pendidikan kesadaran masyarakat tentang pendidikan semakin meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya sarana dan jumlah murid di tingkat pendidikan anak usia dini sampai pendidikan lanjutan. Jumlah sekolah dan murid TK pada tahun ajaran 2009/2010 mengalami peningkatan dibanding tahun ajaran sebelumnya. Sedangkan murid tingkat pendidikan dasar, baik di lingkungan Kementrian Pendidikan Nasional maupun Kementrian Agama mengalami penurunan sebesar 1,67 persen. Penduduk yang mengikuti pendidikan tingkat SLTP sebanyak mengalami penurunan, sebesar 5,20 persen dibanding tahun ajaran sebelumnya. Jumlah sekolah SMA dan MA tetap, dan jumlah murid relatif sama. Sedangkan jumlah murid SMK sebanyak mengalami peningkatan 11,24 persen diikuti jumlah sekolah naik menjadi 17 yang pada tahun sebelumnya 15 sekolah. Tabel Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten/Kota Nama Kecamatan Jumlah Sarana Pendidikan Umum Agama SD SLTP SMA SMK MI MTs MA Wadaslintang Kepil Sapuran Kalibawang Kaliwiro Leksono Sukoharjo Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Sumber: Kabupaten Wonosobo dalam angka, 2011 Ditinjau dari segi sosial ekonomi, kondisi kesejahteraan masyarakat semakin meningkat, terindikasi dengan menurunnya jumlah keluarga yang masuk kategori pra sejahtera dan sejahtera I. Dari keluarga di Kabupaten Wonosobo, sebanyak 28,29 persen masuk kategori keluarga pra sejahtera dan 19,29 persen keluarga sejahtera I. Hal ini bisa disimpulkan bahwa sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Wonosobo secara umum masih rendah. Gambar 2.7. Grafik Jumlah Keluarga Menurut Keadaan Ekonomi Tahun Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 19

29 Tabel Keluarga Kabupaten Wonosobo Menurut Sosial EkonomiPer kecamatan Tahun 2010 No Kecamatan Pra KS KS I KS II KS III KS III+ Jumlah Total 1 Wadaslintang Kepil Sapuran Kalibawang Kaliwiro Leksono Sukoharjo Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Jumlah Sumber: Kabupaten Wonosobo dalam angka, 2011 Tabel Jumlah Rumah per Kecamatan No Kecamatan Jumlah Rumah 1 Wonosobo Kertek Selomerto Leksono Sukoharjo Garung Mojotengah Watumalang Kejajar Sapuran Kalikajar Kepil Kaliwiro Wadaslintang Kalibawang Jumlah Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat Kab Wonosobo, 2008 Masalah kesehatan pada masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Indikator pelayanan kesehatan lingkungan diantaranya rumah sehat dan kepemilikan sanitasi dasar yang meliputi akses air bersih, jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah. Status kesehatan dan gizi masyarakat diukur dari umur harapan hidup (UHH), angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan prevalensi kekurangan gizi pada balita terus menunjukkan perbaikan selama kurun waktu Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 20

30 No Kecamatan Table Fasilitas Kesehatan dirinci Per Kecamatandi Kabupaten Wonosobo Tahun 2011 Fasilitas Kesehatan Rumah Rumah Balai Balai Puske Rumah Labora Sakit Sakit Pengobatan Pengoba Apotik smas/ Bersalin torium Umum Khusus /RB tan Pustu Pos Yandu 1 Wonosobo / Kertek / Selomerto 2 1/ Leksono 2/ Kalikajar 1 2/ Sapuran / Kepil 2/ Kalibawang 1/ Garung 2 1/ Mojotengah 1 1/ Kejajar / Watumalang 1 1/ Kaliwiro / Wadaslintang 1 2/ Sukoharjo 2/ JUMLAH / Sumber data Dinas Kesehatan Kab. Wonosobo 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Wonosobo pada tahun 2011 ini telah menyesuaikan Peraturan Pemerintah dimaksud dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 14 Tahun 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Wonosobo. Dan Perda No 15 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Wonosobo. Perkembangan jumlah SKPD Kabupaten Wonosobo tahun 2007 s/d tahun 2011 sebagaimana dalam table dan gambar berikut ini: Tabel Jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Wonosobo Th s/d 2011 Satuan Kerja Perangkat Daerah Jumlah Tahun Badan Daerah Dinas Daerah Kantor Daerah + RSU Bagian pada SETDA Insektorat Daerah Kecamatan Kelurahan Sekretariat DPRD UPTD Sekretariat KPU Jumlah Sumber Data BKD Kabupaten Wonosobo, Data sampai Nopember 2011 Struktur organisasi Tugas Pokok dan Fungsi Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Wonosobo ada pada SKPD Bappeda, Bapermas, BKKBN, Dinkes, BLH dan Bagian Humas, seperti pada Gbr 2.8. Pus- Ling Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 21

31 Gambar 2.7. Struktur organisasi pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo BUPATI / WAKIL BUPATI SEKRETARIAT DAERAH DPRD SEKRETARIAT DPRD - Bag. Umum & Keuangan - Bag. Persidangan - Bag. Hukum STAFF AHLI ASISTEN PEMERINTAHAN ASISTEN PEREKONOMIAN & PEMB ASISTEN ADMINISTRASI - Hukum dan Politik - Pemerintahan - Pembangunan - Kemasy & SDM - Ekonomi & Keuangan - Bag. Tata Pemerintahan - Bag. Hukum - Bag. Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak - Bag. Perekonomian& Penanaman modal - Bag. Administrasi Pembangunan - Bag. Kesejahteraan Rakyat - Bag. Humas - Bag, PDE - Bag. Kerjasama KECAMATAN DINAS DAERAH LEMBAGA TEKNIS DAERAH SATPOL PP - Wonosobo - Kertek - Selomerto - Leksono - Sukoharjo - Garung - Mojotengah - Watumalang - Kejajar - Sapuran - Kalikajar - Kepil - Kaliwiro - Wadaslintang - Kalibawang - Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; - Dinas Kesehatan; - Dinas Sosial; - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; - Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; - Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan; - Dinas Pekerjaan Umum; - Dinas Perindustrian dan Perdagangan; - Dinas Pertanian Tanaman Pangan; - Dinas Peternakan dan Perikanan; - Dinas Kehutanan dan Perkebunan; - Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; - Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. - Inspektorat; - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; - Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; - Badan Keluarga Berencana; - Badan Kepegawaian Daerah; - Badan Lingkungan Hidup; - Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; - Kantor Ketahanan Pangan; - Kantor Arsip; - Kantor Perpustakaan. - Kantor Pelayanan dan Perijinan Terpadu DESA / KELURAHAN Gambar 2.8. Struktur Tupoksi Pembangunan Sanitasi Kabupaten Wonosobo BUPATI BAPPEDA BIDANG FISIK &PRASARANA BAPERMASDES SUB BIDANG PENGEMBANGAN & PEMANFAATAN SDA & TEKNOLOGI TEPAT GUNA BKKBN BIDANG ADVOKASI &INFORMASI KELUARGA - BIDANG CIPTA KARYA - BIDANG PENTAMBEN, KEBERSIHAN & PERTAMANAN DINKES BIDANG PROMOSI KESEHATAN & PENYEHATAN LINGK BLH BIDANG PENGENDALIAN & PENGAWASAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP BAGIAN HUMAS SUB. BAG. SARANA KOMUNIKASI & DISEMINASI INFORMASI Mandat Tupoksi Langsung (Stakeholder Utama) Mandat Tupoksi Langsung (Stakeholder Mitra) Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 22

32 BAB 3: PROFIL SANITASI WILAYAH Akses penduduk kepada prasarana dan sarana air limbah permukiman, persampahan dan drainase pada dasarnya erat kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, sosial budaya serta kemiskinan. Hasil berbagai pengamatan dan penelitian telah membuktikan bahwa semakin besar akses penduduk kepada fasilitas prasarana dan sarana air limbah permukiman, persampahan dan drainase (serta pemahaman tentanghygiene) semakin kecil kemungkinan terjadinya kasus penyebaran penyakit yang ditularkan melalui media air (waterborne diseases). Dengan menampilkan Profil sanitasi wilayah adalah untuk melihat kondisi umum sanitasi Kabupaten Wonosobo, yang dikelompokan ke dalam 5 bagian, yaituperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene, Pengelolaan Air Limbah Domestik, Pengelolaan Persampahan, Pengelolaan Drainase Lingkungan, Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi. 3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan.tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Terdapat 5 (lima) tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum. Tatanan yang dibahas dalam profil sanitasi ini hanya dua tatanan yaitu Tatanan Rumah Tangga dan Tatanan Sekolah Tatanan Rumah Tangga PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu : 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi ASI ekslusif 3. Menimbang balita setiap bulan 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu 8. Makan buah dan sayur setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah Dari 10 indikator PHBS dalam tatanan Rumah Tangga terdapat 4 empat indikator yang terkait dengan sanitas, yaitu Rumah Tangga (RT) menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban yang sehat dan memberantas jentik di rumah sekali seminggu (dengan menguras tempat-tempat penampungan air). Indikator pertama yang digunakan yaitu, RT yang menggunakan air bersih. Kondisi RT pengguna air minum yang ada di Kabupaten Wonosobo dapat dlihat dari data hasil Sensus Penduduk, 2010 yang menampilkan data sumber air minum dari berbagai macam sumber seperti ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai dan lainnya (air hujan, air ledeng non PDAM, BSPAM). Dari data SP 2010 tersebut, dapat dianalisis lebih lanjut mengenai sumber air minum layak dan tidak layaknya. Dalam hal ini, sumber air bersih berarti air yang layak minum yang hanya berasal dari ledeng, pompa, mata air terlindung dan sumur terlindung (lihat Tabel 3.1.). Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 1

33 Tabel 3.1.a. Banyaknya Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum No Kecamatan Ledeng air minum layak Pompa Sumur terlindung Sumber utama air minum mata air terlidung sumur tak terlindung air minum tak layak Mata air tak terlindung Air sungai Lainnya 1 Wadaslintang Kepil Sapuran Kalibawang , Kaliwiro Leksono , Sukoharjo , Selomerto , Kalikajar Kertek Wonosobo , Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Jumlah Jumlah % 54,45 45, Sumber: SP 2010, BPS, diolah, 2012 Total Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 2

34 Jika melihat olahan data sensus Penduduk, 2010 sebagaimana di tabel di atas terlihat bahwa persentase rumah tangga pengguna air bersih yang berasal dari sumber air minum layak sudah cukup tinggi hingga mencapai 81,82 %. Adapun jumlah tertinggi pertama berasal dari mata air terlindung yang disusul dari ledeng. Hal itu didukung dengan kondisi fisik wilayah Kabupaten Wonosobo yang berada di daerah pegunungan dan juga dengan terdapatnya cekungan air tanah (CAT) Wonosobo menjadikan banyaknya sumber airtanah dalam bentuk mata air muncul di wilayah ini. Berdasar data sensus Penduduk 2010, jumlah rumah tangga di Kabupaten Wonosbo yang telah menggunakan jamban sudah mencapai 69% sedangkan jumlah jamban sehat menurut data Dinas Kesehatan adalah sebesar 52,24% dari jumlah jamban berdasar Sensus Penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun dengan kepemilikan jamban yang telah mendekati ideal (80%) namun belum semua jamban dikategorikan sehat karena belum memenuhi kategori 7 syarat jamban sehat yakni : Tidak mencemari air, Tidak mencemari tanah permukaan, Bebas dari serangga, tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan, Aman digunakan oleh pemakainya, Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya, dantidak menimbulkan pandangan kurang sopan. Untuk lebih jelasnya dapat melihat pada tabel Sedangkan fasilitas cuci tangan yang dilmiliki rumah tangga berdasarkan data Dinas Kesehatan masing sangat rendah hanya 26,38 % saja. Namun demikian jumlah fasilitas cuci tangan tersebut tidak mutlak menunjukan bahwa rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas cuci tangan tidak melakukan kegiatan cuci tangan, dengan semakin banyaknya fasilitas cuci tangan di rumah tangga membuktikan bahwa kesadaran masyarakat akan kebersihan dan kesehatan semakin meningkat. Berdasarkan hasil sampel Studi EHRA kebiasaan masyarakat dalam mencuci tangan dengan sabun juga masih sangat rendah terutama kebiasaan cuci tangan di 5 waktu penting dari 824 sampel hanya 7,8% saja yang telah melakukan kebiasaan tersbut Tatanan Sekolah PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu : 1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun 2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah 3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat 4. Olahraga yang teratur dan terukur 5. Memberantas jentik nyamuk 6. Tidak merokok di sekolah 7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan 8. Membuang sampah pada tempatnya Indikator yang memiliki kedekatan dengan Sanitasi dalam tatanan sekolah adalah mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, menggunakan jamban yanag bersih dan sehat, memberantas jentik nyamuk dan membuang sampah pada tempatnya. Terkait dengan indikator tersebut maka hampir seluruh sekolah di Kabupaten Wonosobo memiliki akses air bersih yang bersumber dari PDAM, dengan fasilitas toilet/wc, namun dari jumlah itu masih sangat sedikit yang memiliki fasilitas cuci tangan/wastafel (lihat tabel 3.2.), Namun secara bertahap dalam pembangunan sekolah ataupun rehab gedung sekolah akan disediakan fasilitas cuci tangan ini. Hampir semua sekolah telah tersedia tong sampah dan masing-masing sekolah pengolahan sampahnya berbeda-beda, sebagian besar hanya dikumpulkan saja, ada yang sudah dilakukan pemisahan bahkan ada yang sudah dilakukan dengan cara pengkomposan hal ini akan memberikan dampak baik dalam pengurangan sampah maupun dalam hal penanaman sejak dini tentang pengelolaan sampah pada anak sekolah.berdasarkan data dari Dinas Kesehatan untuk sampah dikumpulkan prosentasenya paling tinggi yakni 56,06%, dipisahkan 16,44% dan sisanya 27,49% dikomposkan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel (3.3.) Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 3

35 Nama Sekolah Tabel 3.1.b. Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Fas. Siapa yang Jumlah Jumlah Sumber Air Bersih Jml Jml Tempat Persediaan Cuci membersihkantoilet Siswa Guru Toilet/WC Kencing Sabun PDAM SPT SGL Tangan Siswa Guru Pesuruh L P L P S K T S K T S K T Guru L P Guru L P Y T Y T L P L P L P SD (487) 47,362 43,762 2,238 3, , MI (94) 6,286 5, (94) 6,286 5, SMP (94) 13,795 14, MTS (28) 3,597 3, SMA (17) 2,868 3, MA (4) SMK (18) 4,297 3, Keterangan ; L = Laki-laki, P = Perempuan, S = selalu, K = Kadang-kadang, T = Tidak ada persediaan air, Y = Ya, T = Tidak, SPT = Sumur pompa tangan, SGL = Sumur gali Suber :Dinkes Kab. Wonosobo Tahun2010 Nama Sekolah Tabel 3.2. Kondisi sarana sanitasi sekolah (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (pengelolaan sampah dan pengetahuan higiene) Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Sanitasi diberikan Ya, saat Ya, saat mata pertemuan/ pelajaran Tidak penyuluhan PenJas di pernah tertentu kelas Apakah ada dana utk air bersih/sanitasi higiene Ya Tidak Dikumpulkan Cara Pengelolaan Sampah Dipisahkan Dibuat Kompos Tempat buangan air kotor Dari Toilet Dari Kamar Mandi Kapan Tangki Septik Dikosongkan SD V MI V SMP V MTS V SMA V MA V SMK V Suber :Dinkes Kab. Wonosobo Tahun 2010 Kondisi Higiene Sekolah Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 4

36 3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik Pada saat ini sistem pengelolaan limbah secara off-site belum dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo. Sebagian besar warga membuang limbah kakus atau yang juga dikenal sebagai black water belum menggunakan septic tank yang dirancang dan dibangun dengan baik sehingga tidakmemberikan pengolahan optimal kepada limbah tersebut, walaupun sudah ada yang melakukan dengan baik dengan menggunakan Septi tank komunal walaupun jumlahnya masih sangat sedikit seperti yang di lakukan di Kelurahan Mlipak, Jaraksari, Wonosobo Barat dan Wonosobo Timur. Kebiasaan masyarakat mengelola Limbah kakus dengan dibuang ke kolam, kebun, atau sungai/drainase lingkungan. Demikian juga air limbah mandi, cuci dan masak (grey water) dalam pengelolaanya didak jauh berbeda dengan black water, yaitu dibuang langsung ke kolam, kebun, tanah resapan dan saluran drainase mikro maupun ke saluran terbuka lainnya. Untuk lebih jelasnya diagram pengelolaan limbah domestik dapat dilihat pada tabel 3.5. Permasalahan terkait dengan pengelolaan air limbah domestik, yaitu : a. Faktor Topografi Wilayah Dengan melihat kondisi alam yang ada di Kabupaten Wonosobo, dengan kelerengan yang relatif tinggi dan keberadaan drainase alam maupun buatan yang cukup banyak, dan terbatasnya luasan lahan yang cukup datar sehingga permukiman yang sangat berimpitan antara rumah satu dengan lainnya (baik diperkotaan maupun diperdesaannya) dan ditambah dengan ketersediaan air permukaan yang cukup banyak, sehingga masyarakat sangat mudah mengalirkan limbah pada drainase tersebut dengan biaya yang sangat murah, walaupun tanpa disadari bahwa membuang limbah dengan cara seperti itu akan membawa dampak pada kesehatan lingkungan yang akan berimbas kepada kesehatan masyarakat. b. Faktor SDM Kesadaran Masyarakat Dengan Kapasitas masyarakat yang masih relatif terbatas maka belum menyadari tentang bahayanya membuang limbah dengan cara yang tidak baik akan berdampak kepada kesehatan. Dan yang terpenting lagi bahwa seolah-olah dengan mengalirkan air limbah ke saluran irigasi maka masalah limbah sudah selesai artinya dalam tataran rumah mungkin bisa dimengerti tetapi dalam kontek lingkungan bisa bisa menimbulkan dampak negatif yang serius. Dengan melihat permasalahan tersebut di atas maka dengan melihat data bahwa jumlah keluarga yang memiliki kloset/wc/kakus dirumah sudah cukup besar berdasar data sensus penduduk tahu 2010yaitu 56,71 % namun dari jumlah itu yang memiliki tanki septik yang baik dan benar baru mencapai 13,97 % saja, artinya bahwa limbah dari kloset/wc/kakus sebagian besar belum dikelola dengan baik dan masih memiliki potensi menimbulkan dampak pada kesehatan lingkungan/masyarakat Kelembagaan Sanitasi merupakan sektor yang menjadi tanggung jawab dari berbagai dinas dan instansi. Identifikasi dinas dan instansi terkait dalam pengelolaan sanitasi menjadi sangat penting dalam pelaksanaan tata kelola sanitasi secara menyeluruh. organisasi utama yang terlibat dalam bidang sanitasi sebagai pemangku kepentingan di Kabupaten Wonosobo sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dapat dilihat pada tabel 3.4. berikut. Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten/Kota dan kondisi aktual pengelolaan air limbah di kabupaten/kota ini, maka SKPD pengelola air limbah domestik adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo. Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo (berdasarkan Perda No 28 tentang Organisasi Dinas Kabupaten Wonosobo) terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat terdiri dari : 1) Sub Bagian Perencanaan Program, Evaluasi dan Pelaporan; 2) Sub Bagian Keuangan; 3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. c. Bidang Pengairan, terdiri dari: 1) Seksi Operasi dan Pemeliharaan; 2) Seksi Pembangunan dan Peningkatan; 3) Seksi Bina Manfaat. d. Bidang Bina Marga, terdiri dari : 1) Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; 2) Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan; Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 5

37 3) Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jembatan. e. Bidang Cipta Karya, terdiri dari : 1) Seksi Tata Ruang, Tata Bangunan dan Tata Kota; 2) Seksi Perumahan dan Pemukiman; 3) Seksi Bina Manfaat. f. Bidang Pertambangan dan Energi, Kebersihan dan Pertamanan terdiridari: 1) Seksi Pertambangan dan Energi; 2) Seksi Kebersihan; 3) Seksi Pertamanan dan Pemakaman; g. Kelompok Jabatan Fungsional; h. Unit Pelaksana Teknis Dinas. Bentuk unit pengelola sub sektor air limbah domestik tersebut adalah seksi Perumahan dan Permukiman Bidang Cipta Karya. Adapun untuk daftar pemangku kepentingan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.3. Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan air limbah PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten Swasta Masy PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah skala kab/kota Menyusun rancana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian total Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembangunan awal air limbah domestik Ada Membangun sarana pembuangan awal air limbah domestik (Tangki Septik) Ada Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor Membangun sarana IPLT dan atau IPAL PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Ada Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Ada Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik KPPT Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) - Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik - Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota BAPPEDA Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik BAPPEDA / Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik LH/DKK/ Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik LH/DKK/ Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 6

38 Dari tabel 3.4. di atas, dapat terlihat Sub fungsi pengelolaan air limbah domestik yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di kabupaten Wonosobo, yaitu terkait dengan fungsi pembinaan dan pengaturan dengan subfungsi Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) dan Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk mengakomodasi fungsi tersebut di masa mendatang. Selain itu, terlihat pula sub fungsi pengelolaan air limbah domestik dimana pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola yaitu terkait fungsi pengadaan prasarana dengan subfungsi berupa Menyediakan sarana pembangunan awal air limbah domestik dan Membangun sarana pembuangan awal air limbah domestik (Tangki Septik). Meskipun keterlibatan swasta ini masih terbatas dari 1 pihak saja yaitu dari CSR PT. Tirta Investama (aqua danone) dan hanya di satu lokasi di Kelurahan Kejiwan, namun diharapkan dapat menjadi pilot project dimasa mendatang yang dapat mendatangkan sektor swasta yang lain untuk ikut terlibat. Adanya keterlibatan swasta tentunya cukup membantu Pemerintah yang notabene memiliki keterbatasan anggaran. Dengan demikian, pada masa mendatang perlu digalakkan adanya pola kemitraan Pemerintah dan swasta yang djuga didukung masyarakat untuk penanganan sanitasi. Disamping itu diperlukan perangkat kebijakan dalam pengelolaan sanitasi, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan oleh SKPD atau pemangku kepentingan, dalam kaitannya dengan hal tersebut di Kabupaten Wonosobo masih dirasa kurang dalam hal kebijakan yang terkait dengan sanitasi utamanya air limbah, oleh karena itu kedepan masih diperlukan kebijakan yang mengatur tentang air limbah dengan secara terinci dan jelas. Kerangka kebijakan/peraturan terkait sanitasi air limbah di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dalam tabel 3.4 dibawah. Tabel 3.4. Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Wonosobo Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada Tidak Efektif Belum Efektif (sebutkan) ada Dilaksanakan Dilaksanakan Target capaian pelayanan pengelolaan Ada air limbah domestik di di Kabupaten ini (RPJMD) V Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan Tidak Ada pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam Tidak Ada pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat Ada dan atau pengembang untuk (Perda menyediakan sarana pengelolaan air Bang. V limbah domestik di hunian rumah Gedung) Kewajiban dan sanksi bagi industi rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi penyedotan air limbah domestik Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan pemukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Ada (Perda Lingkungan) Tidak Ada Ada (SK Bupati) Ada (IMB) V V V Tidak Efektif Dilaksanakan Keterang an Perda Berdasarkan tabel 3.5. di atas, ditemukan hanya ada 2 (dua) isian tabel yang menyatakan bahwa Peraturan terkait air limbah domestik yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif. Sebagian besar peraturan terkait limbah domestik yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif. Contohnya, Target Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 7

39 capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik, Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah, Kewajiban dan sanksi bagi industi rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha. Hal tersebut sudah di atur, namun belum menyentuh pada aspek penegakan peraturan ini. Semuanya masih dibiarkan. Tentunya ini juga menjadi tantangan Pemerintah dengan dukungan swasta dan masyarakat dalam upaya penegakan peraturan dan pencapaian target peraturan yang ada. Peraturan terkait air limbah domestik yang belum ada di kabupaten ini: 1. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik 2. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik 3. Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Hal itu dapat dijadikan bahan evaluasi, bahwa selama ini peraturan yang dibuat selain Perda tata ruang, hanya memuat ketentuan sanksi bagi pelanggar dari unsur masyarakat, belum melibatkan unsur pemerintah sebagai pelayan masyarakat untuk dikenai sanksi pula jika tidak memenuhi kewajibannya. Berbeda halnya dengan Peraturan terkait tata ruang yang sudah mengamanatkan adanya ketentuan sanksi yang dapat menjerat dua sisi baik itu pelanggar tata ruang dari unsur masyarakat/swasta maupun dari pejabat pemerintah yang memberikan izin yang tidak sesuai dengan tata ruang. Kedepannya, jika model peraturan yang ada mengakomodasi hal tersebut, tentunya dapat meningkatkan supremasi hukum peraturan yang ada Sistem dan Cakupan Pelayanan Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pada saat ini sistem pengelolaan limbah secara off-site belum dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo. Secara umum masih dikelola oleh masyarakat sendiri dari masing-masing rumah tangga dengan cara yang sangat minim bahkan banyak yang belum dilakukan pengelolaan dengan kaidahkaidah yang sehat. Dengan melihat kondisi yang demikian maka sejak tahun 2009 Pemerintah kabupaten Wonosobo berupaya untuk mengelola air limbah ini melalui program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat, dimana dalam kegiatan ini adalah membangun Septiktank komunal untuk sekelompok permukiman penduduk diwilayah perkotaan, yang selama ini karena kondisi topografi Wonosobo yang memiliki alur alur sebagai drainase alam sangat banyak sehingga masyarakat dengan mudah membuang limbah ke saluran/ alur tersebut. SLBM ini disamping difasilitasi pendanaan oleh pemerintah juga melibatkan sektor swasta/dunia usaha walaupun saat ini baru satu perusahaan swasta yaitu PT Tirta investama yang sudah terlibat secara penuh pada lokasi Kelurahan Kejiwan. Secara umum SLBM ini baru mencakup areal yang sangat kecil dari Seluruh Wilayah Rencana Induk Kota (RIK) yang terdiri dari 22 kelurahan, baru ada 8 Lokasi septictank komunal yang berada di 5 wilayah Kelurahan. Peta Lokasi septictank komunal pada program SLBM dapat dilihat pada gambar 3.1. di bawah. Sedangkan diagram alir sistem pengelolaan air limbah ada 7 sistem aliran, dimana sistem aliran dari WC jongkok/jamban sederhana kemudian dialirkan atau di tampung ke kolam / tangki septik sederhana (sebagian kecil) kemudian dialirkan ke badan air berupa sungai/selokan. Sehingga dimungkinkan pencemaran oleh limbah itu menyebar kemana-mana, termasuk ke dalam kolam yang disitu dipelihara ikan untuk konsumsi masyarakat. Untuk lebih jelasnya diagram alirnya dapat dilihat pada tabel 3.5. dan tabel Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 8

40 Peta 3.1. Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik Sumber : Bappeda Kab. Wonosobo diolah, tahun 2001 Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 9

41 Peta 3.2. Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestic Sumber : Bappeda Kab. Wonosobo diolah, tahun 2001 Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 10

42 Input Black Water Grey Water User Interface WC Jongkok / jamban sederhana WC Jongkok / jamban sederhana Tabel 3.5. Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik Penampungan Pengolahan Pembuangan Kode/Nama Pengaliran Awal Akhir /Daur Ulang Aliran Tangki Septik Mobil Tinja TPA Aliran 1 Kolam / Tangki Septik (sebagian kecil) Sungai Aliran 2 WC Jongkok / jamban Sungai Aliran 3 sederhana Kebun Kebun Aliran 4 WC Jongkok / jamban Kolam Drainase Sawah Sungai Aliran 5 sederhana Lingkungan WC Jongkok / jamban Tanah Resapan Tanah Aliran 6 sederhana Resapan WC Jongkok / jamban sederhana Drainase Lingkungan Sungai Aliran 7 Wastafel, Dapur, Tempat Tangki Septik Mobil Tinja TPA Aliran 1 cuci, Kamar mandi Wastafel, Dapur, Tempat Sungai Aliran 2 cuci, Kamar mandi Kolam / Tangki Septik (sebagian kecil) Wastafel, Dapur, Tempat Sungai Aliran 3 cuci, Kamar mandi Wastafel, Dapur, Tempat Kebun Kebun Aliran 4 cuci, Kamar mandi Wastafel, Dapur, Tempat Kolam Drainase Sawah Sungai Aliran 5 cuci, Kamar mandi Lingkungan Wastafel, Dapur, Tempat Tanah Resapan Aliran 6 cuci, Kamar mandi Wastafel, Dapur, Tempat Drainase Sungai Aliran 7 cuci, Kamar mandi Lingkungan Sumber: survei lapangan dan analisis, 2012 Dari tabel 3.6. DSS diatas, di Kabupaten Wonosobo teridentifikasi masing-masing ada 7 tipe aliran DSS untuk black water dan grey water. Dari berbagai tipe di atas, pada tipe aliran 4 black water patut diperhatikan lebih khusus karena ada praktek PHBS dengan membuang hajat dikebun, karena tidak dimilikinya jamban. Itu terjadi di Desa Lancar Wadaslintang dan Winongsari Kaliwiro. Tipe lainnya yang harus mendapat perhatian khusus, yaitu meski sudah ada Wc jongkok/jamban, tetapi tidak ditampung, dialirkan langsung ke drainase lingkungan baru masuk ke sungai. Selain itu, dari WC jongkok/jamban yang ditampung di kolam ikan. Fenomena itu banyak terjadi di kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi kolam ikan yang besar seperti di Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Selomerto, dan lain sebagainya. Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 11

43 Kelompok Fungsi Black Water User Interface Penampungan Awal Tabel 3.6. Sistem pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Wonosobo Teknologi Yang Digunakan Jamban Individu Jamban komunal /SLBM Sungai Kebun Tangki Septik Jumlah Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data Jumlah RT yang mempunyai jamban 116,765 Data SP 2010 Bappeda Jumlah KK dari 2 Desa wilayah kota, Wonosobo Barat dan Wonosobo Timur Sungai yang ada di Kabupaten Wonosobo; Serayu, Bogowonto, Jalicokroyasan, Luk Ulo, Wawar Medono Jumlah Desa yang diluar RIK dan Kota Kecamatan Semua Desa yang ada di wilayah RIK dan Kota Kecamatan Kolam Desa disepanjang aliran sungai di Kab. Wonosobo. Pengaliran Mobil Tinja 1 Unit (belum berfungsi maksimal, baik opersional maupun pemanfaatnya) Drainase lingkungan/ perkotaan/ Saluran irigasi Wilayah RIK dan di Kecamatan Wonosobo Pengolahan Akhir IPLT Ada tapi tidak difungsikan di IPLT Wonorejo Pembuangan / Daur Ulang Grey Water User Interface Pengumpulan & Penampungan/ Pengolahan Awal Pengangkutan/ pengaliran Pengolahan akhir terpusat Pembuangan akhir/daur Ulang Sungai Kebun/ tanah resapan Tempat cuci piring Kamar Mandi Kubangan Tanah Terbuka Resapan SPAL Drainase Sungai Drainase lingkungan/ perkotaan/ Saluran irigasi IPLT Sungai Kebun/ tanah resapan Sungai Serayu, Bogowonto, Jalicokroyasan, Luk Ulo, Wawar Medono Semua Desa di Luar RIK dan Desa di Kota Kecamatan. Wilayah RIK Desa sepanjang Alitran sungai Wilayah RIK dan Kota kecamtan di Kabupaten wonosobo Ada tapi tidak berfungsi di IPLT Wonorejo Sungai yang ada di Kabupaten Wonosobo; Serayu, Bogowonto, Jalicokroyasan, Luk Ulo, Wawar Medono 48,018 Data SP 2010 Bappeda 20,564 Asumsi: proporsi jml KK NJ = proporsi jml desa 20,564 Asumsi: proporsi jml KK NJ = proporsi jml desa 28,765 Data SP 2010 Bappeda 59,848 Asumsi: proporsi jml KK NST = proporsi jml desa 28,765 Asumsi: Semua tangki septik dikuras mobil tinja 136,018 Asumsi: pengguna jamban NST menggunakan saluran 28,765 Asumsi: semua limbah dari mobil tinja diolah di IPLT 181,202 Asumsi: proporsi jml KK = proporsi jml desa 24,709 Asumsi: proporsi jml KK = proporsi jml desa Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 12

44 3.2.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan limbah domestik dirasa masih kurang, hal ini belum disadari betul bahwa sanitasi dalam hal ini limbah domestik seolah-olah tidak berbahaya bagi kehidupan manusia/lingkungan, sebagai agen penyebaran penyakit dan masalah-masalah yang merugikan lainnya oleh masyarakat. Mungkin disamping penyampaian informasi yang kurang juga karena kondisi topografi sehingga sangat memudahkan dalam membuang limbah domestik secara sembarangan. Indikator-indikator sederhana dari kepemilikan ataupun akses masyarakat pada pelayanan sanitasi dasar masih sangat rendah. Dari 265 Desa/Kelurahan baru 50 desa/kelurahan atau 18,87% yang merupakan Desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dengan jumlah rumah sehat 50,04% atau sekitar rumah, dengan jamban sehat 38,17% KK yang memiliki jamban sehat walaupun ada 79,294 % KK yang dapat mengakses jamban sehat artinya ada jamban dimanfaatkan secara komunal (jamban umum) maupun karena kehidupan sosial tipe perdesaan di Wonosobo masih sangat kental sehingga dalam pemanfaatan jamban (akses) bisa menumpang di tempat saudara / tetangga. Pemakaian jamban bersama juga dipengaruhi sosial ekonomi masyarakat, masyarakat dengan sosial ekonomi rendah mereka akan lebih memanfaatkan fasilitas jamban bersama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.7. Tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan limbah domestik di Kabupaten Wonosobo masih sebatas pembuangan ke saluran drainase kota/got/sungai dan belum sesuai dengan kaidah pengelolaan limbah semestinya hal ini terjadi karena karena tidak adanya pelayanan pengelolaan air limbah, tidak adanya larangan, biayanya murah, serta kurangnya pemahaman masyarakat terhadap dampak air limbah domestik terhadap pencemaran air. Dari data dari Dinas Kesehatanmemperlihatkan jumlah KK yang memiliki SPAL sangat rendah hanya 27,82% saja. Peran serta masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan di permukiman khususnya sanitasi terlihat dengan adanya kerja bakti/gotong royong seperti pembersihan saluran air limbah pada pemukiman, pembersihan MCK umum dan lain-lain. Kegiatan gotong royong tersebut lebih terlihat di daerah perdesaan yang masih lekat dengan kebersamaan, sedang di daerah perkotaan masyarakatnya lebih mengandalkan menggunakan tenaga tukang dalam menyelesaikan masalah sanitasi di lingkungan mereka. Dalam kegiatan gotong royong perbaikan saluran limbah di perkampungan keterlibatan lelaki lebih menonjol dibanding dengan perempuan, keterlibatan perempuan dalam pengelolaan limbah domsetik hanya sebatas lingkungan rumah tangga saja. Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat pemerintah dengan berbagai program mencoba menggalakan peran serta masyarakat dalam pembangunan yang didalamnya terdapat unsur pemberdayaan masyarakat (parcipatory), seperti halnya dalam program sanitasi. Untuk Kabupaten Wonosobo Program Sanitasi yang melibatkan keterlibatan masyarakat animo masyarakat cukup tinggi hal ini terlihat pada pemilihan kampung kegiatan SLBM masyarakat cukup antusias dan bersemangat mengharapkan kegiatan tersebut ada di wilayah mereka. Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat mulai tumbuh, mereka sadar membutuhkan lingkungan yang bersih. Selain kegiatan SLBM program pemerintah yang masih dekat dengan sanitasi yang melibatkan masyarakat adalah PAMSIMAS, masyarakatpun cukup mempunyai animo tinggi untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Dengan semakin banyaknya program pemerintah dibidang sanitasi dengan pelibatan masyarakat (parcipatory) maka semakin terbuka akses rumah tangga miskin menikmati informasi maupun fasilitas sanitasi yang memadai Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 13

45 Tabel 3.7. Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh Masyarakat Jumlah Jumlah MCK Jumlah Sanimas Tahun Tahun MCK Kecamatan SANIMAS Dikelola Dikelola Dikelola Dikelola dibangun Dikelola Dikelola Dikelola RT RW Pddk Jamban dibangun RT RW CBO Lainya RT RW CBO Wadaslintang Kepil Sapuran Kalibawang Kaliwiro Leksono Sukoharjo Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo v Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 14

46 Kecamatan Lokasi MCK Jumlah Pemakai Tabel 3.8.a. Kondisi Sarana MCK Jml Toilet/WC Fas. Cuci Tangan Peredia an Sabun Ada biayapem akaian WC Tempat buangan Air Kotor MCK PDAM SPT SGL RT RW L P S K T S K T S K T L P Y T Y T Y T Tangki Septik Cubluk Wadaslintang Belum Kepil Belum Sapuran Belum Kalibawang Belum Kaliwiro Belum Leksono Belum Sukoharjo Belum Selomerto Belum Kalikajar Belum Kertek Belum Wonosobo Belum Watumalang Belum Mojotengah Belum Garung Belum Kejajar Belum Keterangan: L = laki-laki T = tidak SPT = sumur pompa tangan T = tidak ada persediaan air P = perempuan S = selalu tersedia air SGL = sumur gali Y = ya K = Kadang-Kadang. Kapan tangki Septik dikosongk an Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 15

47 Tabel 3.8.b. Data dasar kepemilikan dan akses sarana sanitasi dasar NO PUSKESMAS DESA STBM KONDISI RUMAH Jumlah KK Jumlah KK Jumlah KK Jumlah KK memiliki Jumlah KK Akses jamban mengelola memiliki Sarana RUMAH memiliki SPAL Jml DESA jamban Sampah Cuci Tangan % JIWA KK DESA STBM Jamban Jmlh Sehat % Sehat % Total % % MS % MS % MS % sehat 1 Wadaslintang , , ,48-0,0-0,0-0, Kepil , , , , , , ,04 3 Kalibawang , , , , , , , ,16 4 Kaliwiro , , , , , , ,92-5 Sapuran , , , , , , ,95-6 Sukoharjo , , , , , , , Leksono , , , , , , , ,03 8 Selomerto , , , , , , , ,32 9 Kalikajar , , , , , , , ,80 10 Kertek , , , , , , , ,42 11 Wonosobo , , , , , , , ,79 12 Watumalang , , , , , , , ,16 13 Mojotengah , , , , ,4 0, , ,14 14 Garung , ,62-0,0 0,0 0, , ,69 15 Kejajar , , , , , , , ,71 No Jumlah : ,00 18, , , , , , , ,38 Sumber : Dinkes Kab. Wonosobo 2011 Sub Sektor 1. Air Limbah Domestik: Onsite Individual Tabel 3.9. Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Nama Program/ Pelaksana/PJ Tahun Mulai Proyek/Layanan Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK Fungsi Tidak Fungsi Rusak PM JDR MBR 2. Air Limbah Domestik: Onsite Komunal SLBM 2010 v - - v v v 3. Air limbah domestik : Onsite Komunal Peningkatan Lingkungan Sanitasi Permukiman Dinkes, Kec, Kab, Prop 1993 v - - v v v 4. Air limbah domestik : Onsite Komunal PSM Kab 2007 v - v v v v 5. Peningkatan Kualitas Sanitasi Pedesaan PNPM Mandiri Cipta Karya 2005 v - v v v v 6. Peningkatan Kualitas Sanitasi Pedesaan PAMSIMAS /DINKES 2008 v - v v v v Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 16

48 Melihat permasalahan sanitasi khususnya di subsektor air limbah domestik yang masih banyak terjadi di daerah, pemerintah pusat telah mengembangkan program/proyek dengan konsep kombinasi top down dan participatory.program/proyek dari pemerintah, namun tetap melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya. Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM), lebih menekankan pada pembangunan on site komunal untuk air limbah domestik di kawasan perkotaan. Demikian pula untuk program peningkatan lingkungan sanitasi permukiman. Adapun program PNPM Mandiri dan Pamsimas terkait pada peningkatan kualitas sanitasi perdesaan Pemetaan Media Pengelolaan air limbah ternyata tetap membutuhkan media komunikasi sebagai penunjang. Hal ini digunakan untuk media sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan penerapan sanitasi yang baik dan sehat. Beberapa kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Wonosoboo untuk subsektor limbah domestik dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut ini. Tabel Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Wonosobo Dinas Khalayak No Kegiatan Tahun Tujuan Kegiatan Pesan Kunci Pembelajaran 1 Siaran Radio Dialog Interaktif Hallo Wonosobo live di pesona FM dan dipancarluaskan oleh 6 stasiun radio FM lain di Wonosobo 2 Publikasi kegiatan SLBM di 5 lingkungan kelurahan, yaitu Kelurahan Wonosobo Barat, Wonosobo Timur, Mlipak, Jaraksari, dan Kelurahan Kejiwan melalui leaflet, brosur, dan pemberitaan di media massa cetak dan Elektronik Pelaksana 2012 Bagian Humas Setda, & Dinkes 2012 dan Bagian Humas Setda Mensosialisasikan kegiatan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) yang mendapatkan reward berupa MDGs Award Mempublikasikan kegiatan SLBM di Kelurahan Wonosobo Barat, Wonosobo Timur, Mlipak, Jaraksari, dan Kelurahan Kejiwan yang juga melibatkan CSR yakni PT Aqua Tirta Investama dan cheneling dengan PNPM Perkotaan Sasaran Pendengar 7 stasiun Radio FM di Wonosobo Masyarakat umum, Pembaca Koran Suara Merdeka, Radar Semarang, Wonosobo Express, papan informasi di Alun-Alun Wonosobo (2 buah), Majalah Wonosobo ASRI, dan Buletin Sobo ndeso, Pendengar Radio Pesona FM, dan Penonton Metro TV sanitasi yang baik dan sehat Keterlibatan pihak swasta dan masyarakat dalam program SLBM Tabel Media komunikasi yang ada di Kabupaten Kabupaten Wonosobo (Limbah Domestik) Dengan program SLBM diharapkan ada peningkatan derajat kesehatan masyarakat Program SLBM akan lebih optimal apabila didukung oleh berbagai kalangan terutama oleh swasta dan masyarakat itu sendiri No Nama Media Jenis Acara Isu yang Diangkat Pesan Kunci Pendapat Media 1 Suara Merdeka, 11-Jan-11 2 Radar Kedu, 13-Jan-11 3 Wonosobo Ekspres,14 Januari 2011 Stright News SLBM Keterlibatan masyarakat dalam progam SLBM sangat diperlukan Stright News SLBM Keterlibatan masyarakat dalam progam SLBM sangat diperlukan Stright News SLBM Keterlibatan masyarakat dalam progam SLBM sangat diperlukan Kedalamannya kurang Fokus keterlibatan masyarakat lebih ditonjolkan Positif kedalamannya memadai Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 17

49 4 Radar Kedu,17 Januari Wonosobo Ekspres,17 Januari Suara Merdeka,18 Januari Channel Metro TV, Januari Pesona FM, Purnamasidi FM, Nawa FM, Citra FM, Kesuma FM, G2 FM, dan Pop FM Januari 2012 Artikel SLBM Mengajak masyarakat untuk sadar akan kebersihan lingkungan Stright News SLBM Pemanfaatan limbah domestik untuk sumber biogas Stright News SLBM Keterlibatan semua pihak dalam kegiatan dan pengembangan SLBM MDGs Award Dialog Interaktif Hallo Wonosobo Apresiasi terhadap Program SLBM di Kabupaten Wonosobo Apresiasi terhadap Keterlibatan masyarakat dan pihak swasta dalam program SLBM dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat Kegiatan SLBM di Kabupaten Wonosobo Dari kajian pemetaan media, juga dapat diidentifikasi mitra kerjasama dalam pengelolaan limbah domestik ini. Mitra dalam hal ini dapat berbentuk perusahaan swasta ataupun organisasi kemasyarakatan yang dibentuk untuk mendukung program yang bersangkutan (lihat tabel 3.12). Tabel 3.12 Kerjasama terkait Sanitasi No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Mitra Kerja Sama Bentuk Kerjasama 1. SLBM ( Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat ) Merupakan kegiatan penyehatan lingkungan yang berbasis masyarakat berupa kegiatan pemb. Septik Komunal 2. PAMSIMAS Merupakan kegiatan penyehatan lingkungan yang berbasis masyarakat berupa kegiatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Sekolah dan masyarakat PT Aqua Tirta Investama(AQUA) dg LKM Ngudi Rahayu Ds Kejiwan Kec. Wonosobo LKM ditiap desa penerima Program PAMSIMAS Bantuan uang Tunai Rp & bantuan Teknis Pembangunan Hibah Pemerintah dan Swadya masyarakat Total Rp ,- PT. Aqua Tirta Investama (Aqua Danone), misalnya dalam kegiatan CSR-nya telah berperan serta dalam kegiatan SLBM berupa pembangunan septic tank komunal di Kelurahan Kejiwan, yang merupakan lokasi permukiman disekitar industrinya. CSR yang dilakukannya ini selain akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar tetapi juga akan memberikan keuntungan yang besar bagi PT. Aqua itu sendiri. Bantuan uang tunai Rp dan bantuan teknis pembangunan septic tank komunal, bagi perusahaan sebesar Aqua Danone tidaklah besar mengingat keuntungan yang diperoleh dikemudian hari akibat sanitasi yang baik di sekitarnya. Mata air yang digunakan oleh Aqua, kemungkinan kecil akan terpapar bakteri e-coli, sehingga kualitas (dari sisi biologis) tetap terjaga. Tentunya akan membutuhkan biaya operasional yang lebih besar jika mata air sebagai bahan baku produk aqua tercemar bakteri e-coli yang harus dimusnahkan. Untuk pamsimas melibatkan mitra kerjasama Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM). Hal ini karena ada mekanisme pencairan dana dari APBN yang tentunya akan lebih aman untu diterimakan melalui LKM daripada rekening pribadi warga.beberapa miitra potensial lainnya yaitu PT Bank Jateng, PT. Indonesia Power dan Bank BRI yang kesemuanya memiliki usaha di Kabupaten Wonosobo dan memiliki kepedulian untuk turut mendukung pengelolaan sanitasi (tabel 3.13). Tabel Daftar Mitra Potensial No Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama 1 PT Tirta Investama (AQUA) SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat) 2 PT Bank Jateng SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat) 3 PT Indonesia Power SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat) 4 Bank BRI SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat) Bantuan uang Tunai & bantuan Teknis Pembangunan Bantuan uang Tunai & bantuan Teknis Pembangunan Bantuan uang Tunai & bantuan Teknis Pembangunan Bantuan uang Tunai & bantuan Teknis Pembangunan Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 18

50 3.2.5 Partisipasi Dunia Usaha Penyedia layanan dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Wonosobo belum ada yang dari swasta, namun lebih oleh Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang dalam hal ini berbentuk KSM dan LKM. Pembentukan KSM dan LKM ini bukan murni inisiatif masyarakat namun karena lebih sebagai prasyarat yang ditentukan dari pemerintah pusat untuk menerima program kegiatan seperti SLBM dan Pamsimas. Karena kegiatan SLBM khususnya lebih banyak di kawasan perkotaan, maka KSM dan LKM yang teridentifikasi berlokasi di Kecamatan Wonosobo (lihat tabel 3.14). No Tabel Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Wonosobo Tahun mulai Nama Provider Jenis kegiatan operasi 1. KSM Kp. Tanggung Kliwonan Kel. Wsb Barat Kec. Wonosobo 2. KSM Sidomulyo & Manglongsari Kel. Wsb Timur Kec. Wonosobo 3. LKM Ngudi Rahayu Kel. Kejiwan Kec. Wonosobo 4. KSM Sumber Utama RW. 01 Sumberan Utara Kel. Wsb Barat Kec. Wonosobo 5. KSM Praba indah RW.10 Prajuritan Bawah Kel. Wsb Timur Kec. Wonosobo 6. KSM Sekar Arum RW. 09 Kasiran Kel. Mlipak Kec. Wonosobo 7. KSM Anugerah RW. 01 jaraksari Kel. Jaraksari Kec. Wonosobo 2010 Operasional dan pemeliharaan Septictank Komunal 2010 Operasional dan pemeliharaan Septictank Komunal 2011 Operasional dan pemeliharaan Septictank Komunal 2011 Operasional dan pemeliharaan Septictank Komunal 2011 Operasional dan pemeliharaan Septictank Komunal 2011 Operasional dan pemeliharaan Septictank Komunal 2011 Operasional dan pemeliharaan Septictank Komunal KSM dan LKM yang ada berfungsi untuk operasional dan pemeliharaan septictank komunal yang dibangun melalui kegiatan SLBM. Adanya KSM/LKM yang merupakan wadah perkumpulan masyarakat pengguna septictank komunal ini menjadikan program kegiatan SLBM khususnya septictank komunalnya dapat terpelihara dengan keswadayaan masyarakat karena masyarakat pun merasa memiliki. Hal itu sebagai terobosan program kegiatan pemerintah yang berasal dari pengalaman sebelumnya, jika proyek kegiatan selesai dilakukan, maka tak lama kemudian, infrastruktur yang dibangun mangkrak dan rusak karena tidak ada pemeliharaan dari masyarakat sebagai wujud partisipasinya dalam pembangunan Pendanaan dan Pembiayaan Pengelolaan sanitasi subsektor air limbah juga tidak terlepas dari aspek pendanaan dan pembiayaan. Sumber pendanaan yang berasal dari hibah dari Pemerintah pusat maupun dari swasta, kemudian ditampung dalam mekanisme APBD Kabupaten Wonosobo (lihat tabel 3.15). No Subsektor/ SKPD Tabel Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan air limbah domestik Rata-rata Pertu mbuh an (%) A Air Limbah 505,000, ,080,000 1,597,647,000 1,795,040,000 1,096,768,000 1,175,907, B Retribusi air limbah NA NA NA NA NA NA NA Berdasarkan tabel di atas, dari tahun terlihat ada tren peningkatan belanja subsektor pengelolaan air limbah domestik. Rata-rata pertumbuhan 32,31 %. Hal ini menjadi indikasi positif, bahwa sudah ada perhatian yang cukup besar dari Pemerintah dan Pemerintah daerah untuk sektor sanitasi. Retribusi sektor air limbah belum ada di kabupaten wonosobo, retribusi hanya pada saat masyarakat meminta bantuan penyedotan menyedot tinja yang dilakukan oleh. Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 19

51 3.2.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak Isu strategis dan permasalahan mendesak yang dihadapi terkait pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Wonosobo, diantaranya: 1. Air limbah rumah tangga berupa grey water dan black water serta tinja manusia banyak yang dibuang langsung ke kolam ikan, ataupun ke saluran drainase tanpa ada pengelolaan terlebih dulu. 2. Terbatasnya sarana dan prasarana pengelolaan limbah domestik (mobil penguras tinja hanya 1 buah) 3. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) tidak berfungsi optimal. 4. SPAL dimasing-masing rumah warga kurang memadai sehingga banyak yang dibuang ke halaman ataupun kebun warga (saluran terbuka) 3.3 Pengelolaan Persampahan Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Wonosobo saat ini yan dilakukan seksi kebersihan Bidang PKP Kab. Wonosobo rata-rata baru dapat menangani sampah sejumlah 184,5 m3/hari. Jangkauan pelayanannya pun masih terbatas di perkotaan Wonosobo dan pasar Kecamatan utama seperti Pasar Kertek, Pasar Selomerto dan Kawasan Dieng, serta insidental di kecamatan lain. Dari hasil perhitungan tahun 2009 studi Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) kawasan Perkotaan, perkiraan produksi sampah yang dilakukan dengan asumsi (standar) sebagai berikut: a. Produksi sampah rumah tangga 1 1,5 Lt/org/hr (rata-rata 1,25 Lt/org/hr atau 0,00125 m3/org/hr) b. Produksi sampah komersial 20 % dari total sampah rumah tangga (domestik) c. Produksi sampah lain-lain 5 % dari total sampah rumah tangga (domestik) Dengan menggunakan dasar perhitungan diatas, maka diketahui timbulan sampah di Kabupaten Wonosobo keseluruhan mencapai m3/hari, sementara sampah terangkat saat ini adalah 184,5 m3/hari, sehingga diketahui layanan baru mencapai 15 % pada tahun Adapun sisanya yang hingga 85% banyak yang dibuang langsung oleh masyarakat di lereng-lereng sungai dan sekitar saluran, badan sungai. Adapula yang dibakar, ditimbun, dan atau dilakukan pemilahan dan pengelolaan terlebih dahulu. Adapula sebagian masyarakat dan institusi yang telah menerapkan prinsip 3 R dalam pengelolaan sampah, diantaranya pembuatan pupuk organik hasil pemilahan sampah yang dilakukan di Kelurahan Kejiwan, Kampung Stasiun Kel. Wonosobo Barat, dan SMKN 1 Wonosobo. Kegiatan pemilahan sampah juga dilakukan penduduk di Perumahan Tawangsari dan Asli Permai Kelembagaan Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten dan kondisi aktual pengelolaan sampah di Kabupaten Wonosobo,maka unit SKPD pengelola sampah adalah Kabupaten Wonosobo Bidang Pertambangan dan Energi, Kebersihan dan Pertamanan Seksi Kebersihan. Jadi, unit pengelola sampahnya adalah berbentuk Seksi. Tabel Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala Kabupaten / BLH Menyusun rancana program persampahan dalam rangka pencapaian / BLH total Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka / BLH pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah / BLH Bank Jateng, Yayasan Danamon Peduli Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Menyediakan sarana komposting BLH Bank Jateng, Yayasan Danamon Masyarakat Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 20

52 PENGELOLAAN (dalam wilayah RIK) Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Geo Dipa, Bank Jateng Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah* Masyarakat Melakukan penarikan retrubusi sampah Melakukan izin usaha pengelolaan sampah KPPT PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal / BLH pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target Bappeda pengelolaan sampah skala Kabupaten Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur Bappeda sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Bappeda Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di kabupaten yaitu Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Selama ini meski sudah ada peraturan tentang pelanggaran sampah, namun tidak ada upaya penegakan hukum. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang sudah dikelola masyarakat secara mandiri, yaitu: a. Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) b. Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik. Hanya saja kendalanya, khususnya dalam hal pemilahan sampah yang sudah dilakukan masyarakat terkesan sia-sia, karena begitu diangkut ke dalam armada sampah akhirnya menjadi satu bagian. Hal ini karena belum adanya armada yang dapat memisahkan sampah organik dan anorganik. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola a. Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah b. Menyediakan sarana komposting c. Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Keterlibatan swasta ini merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat/corporate social responsibility (CSR). Dalam hal subfungsi mengangkut sampah dari TPS ke TPA, bantuan swasta berupa armada truk pengangkutan sampah yang berlabel perusahaan. Peduli Peraturan Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan bahan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersial/fasilitas sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyadiakan tempat Tabel Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Ketersediaan Ada (sebutkan) Ada (RPJMD) Ada Ada Ada Ada Tidak ada Efektif Dilaksa nakan Pelaksanaan Belum Tidak Efektif Efektif Dilaksa Dilaksana nakan kan Keterang an Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 21

53 sampah dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Ada Kerjasama pemerintah Kabupaten dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Ada Retribusi sampah atau kebersihan Ada Jam Operasion al dikelola oleh DANAMO N PEDULI Dari tabel 3.17 di atas, peta peraturan persampahan di atas, tampaknya di Kabupaten Wonosobo sudah memenuhi ketersediaan peraturan persampahan. Meksipun sudah ada, namun pelaksanaannya ada yang belum efektif. Peraturan terkait persampahan yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif, diantaranya: a. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah b. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan bahan usaha dalam pengelolaan sampah Peraturan terkait persampahan yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif. a. Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS b. Kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersial/fasilitas sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyadiakan tempat sampah dan membuang ke TPS c. Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA d. Retribusi sampah atau kebersihan Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem pengelolaan sampah yang sudah dilaksanakan Dinas Pekerjaan Umum selama ini di antaranya terwujud dalam kegiatan berikut: 1. Mengangkut sampah rumahtangga/perumahan, RT/RW dari TPS yang telah terkumpul, yang telah diangkut petugas sampah dari desa dan kelurahan setempat. 2. Mengangkut sampah dari pasar yang telah dikumpulkan oleh petugas pasar 3. Mengangkut sampah dari ruas jalan dan guguran daun yang dikumpulkan oleh penyapu jalan 4. Mengangkut sampah dari saluran yang dikumpulkan oleh petugas olor-olor 5. Mengangkut sampah kotoran kuda yang tercecer di jalan yang dikumpulkan oleh penyapu jalan. Cakupan pelayanan masih terbatas di wilayah perkotaan Wonosobo dan beberapa lokasi di luar kota yang diambil secara insidental. Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 22

54 Peta 3.3. Peta cakupan layanan persampahan Sumber : Bappeda Kab. Wonosobo diolah, tahun 2001 Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 23

55 Peta 3.4. Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan persampahan Sumber : Bappeda Kab. Wonosobo diolah, tahun 2001 Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 24

56 Input Sampah Rumah Tangga Sampah Fasilitas Perkotaan non domestik (Pasar,Terminal) Sampah Rumah Tangga Tabel Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan User Interface Penampungan Pengolahan Pembuangan Kode /Nama Pengaliran Awal Akhir /Daur Ulang Aliran Tong sampah TPS Gerobak + Truk TPA TPA Sampah (Komposting) Aliran 1 Tong sampah Truk Sampah TPA TPA (Komposting) Aliran 2 TPS Truk Sampah TPA TPA (Komposting) Aliran 3 Tong sampah TPA (Bakar,Timbun ) Aliran 4 Tong sampah Gerobak TPA (Bakar sampah,timbun ) Aliran 5 Tong sampah Sungai Aliran 6 Tong sampah Gerobak sampah Sungai Aliran 7 Kebun Kebun Aliran 8 Kebun/halaman Tong sampah (Bakar, Aliran 9 Timbun) Tong sampah Tong sampah TPS TPS Gerobak + Truk Sampah Gerobak + Truk Sampah TPA TPA Tong sampah Truk Sampah TPA Tong sampah TPS Truk Sampah TPA TPA (Bakar,Timbun ) TPA (Komposting) TPA (Komposting) TPA (Komposting) TPA (Komposting) Aliran 10 Aliran 1 Aliran 2 Aliran 3 Aliran 4 Untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang aliran sampah: dari sejak dihasilkan sampai dibuang ke lingkungan di wilayahnya dapat digunakan alat bantu Diagram Sistem Sanitasi (DSS) pengelolaan persampahan sebagaimana pada tabel Dari diagram DSS persampahan di atas, dapat diidentifikasi bahwa di Kabupaten Wonosobo terdapat 11 tipe aliran pengelolaan persampahan. Untuk wilayah perkotaan Wonosobo (RIK) didominasi oleh aliran 1-3, Sementara itu di wilayah perdesaan masih didominasi tipe aliran 4-9. Hal ini karena layanan persampahan dari pemerintah Kabupaten belum mencakup wilayah perdesaan. Tabel Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota Kelompok Fungsi Teknologi yang Jumlah Data (Perkiraan) digunakan Sekunder Nilai Data Sumber Data User Interface Rumah Tangga Tong Sampah 184 Bidang Kebersihan Dinas PU Taman fasilitas umum Tong Sampah 2 62 Bidang Kebersihan Dinas PU Warna Fasum jalan Gerobak sampah 1 Bidang Kebersihan Dinas PU Pasar Gerobak sampah Bidang Kebersihan Dinas PU Industri Tong sampah Bidang Kebersihan Dinas PU Penampungan awal TPS 62 Bidang Kebersihan Dinas PU Pengaliran Gerobak Sampah 75 Bidang Kebersihan Dinas PU Truk Sampah 7 Bidang Kebersihan Dinas PU Pengolahan Akhir TPA 1 Bidang Kebersihan Dinas PU Kebun / halaman Bidang Kebersihan Dinas PU (bakar, timbun) Komposting TPA Bidang Kebersihan Dinas PU Pembuangan / Daur Ulang TPA Bidang Kebersihan Dinas PU Sungai Bidang Kebersihan Dinas PU Depo Daur Ulang 4 pengusaha yang terbesar Bidang Kebersihan Dinas PU Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 25

57 Terkait dengan sarana dan prasarana persampahan di wilayah Kabupaten Wonosobo, untuk penampungan awal dari user interface, selain terdapat TPS juga tersedia kontainer. Untuk bangunan TPS, ada yang terbuka dan juga ada yang tertutup. Lama waktu sampah berada di TPS (holding time) < 6 jam. Untuk pengolahan akhir di TPA, berdasarkan data operasional persampahan tahun 2010, volume sampah yang dapat terangkut ke TPA sekitar m3. Kemudian 60% sampah terangkut diolah komposting yang menghasilkan pupuk organik, 20% didaur ulang, dan 10% untuk pemanfaatan lain. Selama ini, operasionalisasi di TPA masih dalam tahap peningkatan dari controlled landfill menuju sanitary landfill. Meskipun untuk prasarana sanitary landfill sudah ada, namun masih banyak keterbatasan sarana seperti operasionalisasi kolam lindi, incinerator dan pengadaan tanah urugannya. Untuk yang di luar pelayanan armada sampah, sampah dari rumah tangga banyak yang dibuang langsung ke sungai ataupun kebun untuk dibakar/ditimbun. Hal itu tentu saja menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan, khususnya bagi kabupaten tetangga yang berada di hilir daerah aliran sungai (mengingat Wonosobo berada di hulu DAS) Kesadaran Masyarakat dan PMJK Dalam pengelolaan persampahan masih ditemui fenomena bahwa masyarakat itu telah sadar namun tidak peduli dengan pengeloaan persampahan. Sebagai contoh, mereka sadar bahwa membuang sampah sembarang itu tidak baik dan dapat mencemari lingkungan, namun sayangnya tidak diikuti aksi nyata kepedulian untuk mengelola sampah, mereka tetap saja membuang sampah sembarangan. Hal itu boleh jadi karena memang keterbatasan sarana dan prasarana persampahan yang disediakan pemerintah, dan masyarakat sendiripun enggan untuk berinisiatif mengelola sampah mandiri. Masih ada secercah harapan, manakala, ada beberapa kelompok masyarakat yang telah mencoba upaya pemilahan sampah seperti penduduk di Perumahan Tawangsari dan Asli Permai, kemudian adapula kelompok masyarakat yang telah mengolah sampah secara komposting seperti di Kelurahan Kejiwan Kecamatan Wonosobo yang telah dibantu pengadaan alat komposting dari perusahaan Aqua. Kondisi pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan/kecamatan yang ada pada matriks tabel 3.20, hasil survei pokja sanitasi belum dapat menyajikan data kuantitatif. Namun dari deskripsi diatas, memang sebenarnya telah ada beberapa wilayah di tingkat kelurahan yang telah menerapkan praktik pengeloaan sampah, meskipun belum secara keseluruhan sistemik dari hulu ke hilir. Tabel Pengelolaan Persampahan di Tingkat Kelurahan/Kecamatan - di wilayah kota Dikelola oleh Masyarakat Dikelola oleh Dikelola Pihak Sektor Formal di Jenis Kegiatan RT RW Swasta tingkat Kel /Kec L P L P L P L P Pengumpulan sampah dari rumah Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan Keteranga n Tidak ketahui secara kuantitatif Selama ini, pengelolaan persampahan terkait dengan penyediaan TPS dan saranan pengangkutan ke TPA menjadi urusan pemerintah kabupaten dalam hal ini menjadi tupoksi seksi kebersihan bidang PKP Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo. Pengelolaan persampahan di tingkat kabupaten masih dominan dikelola oleh Pemkab. Keterlibatan swasta terbatas pada bantuan penyediaan satu buah armada pengangkutan (dari PT. Geo Dipa Energi), dan pengolahan kompsoting di TPA. Tabel Pengelolaan Persampahan di Tingkat Kabupaten/Kota Jenis Kegiatan Dikelola oleh Kabupaten/Kota Dikelola oleh Masyarakat Dikelola oleh Sektor Formal di tingkat Dikelola Pihak Swasta L P L P L P L P Pengumpulan sampah dari rumah ada ada Pemilahan sampah di TPS 0 Pengangkutan sampah ke TPS 0 Pengangkutan sampah ke TPA 40 Pemilahan sampah di TPA ada ada Para Penyapu Jalan 99 Dari tabel 3.21 di atas, komponen kegiatan yang perlu mendapat perhatian adalah pemilahan sampah di TPS. Meskipun pada user interface (tong sampah) dijalanan ataupun milik masyarakat yang sudah dibedakan antara organik Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 26

58 dan anorgani, ternyata menjadi sia-sia saat diangkut ke TPS dan TPA. Hal itu karena tidak adanya sarana pengangkutan/armada sampah yang ada pemilahnya. Pemilahan baru dilakukan di TPA secara manual dan dalam jumlah banyak, karena ada yang akan dilakukan proses komposting dari sampah organiknya. Hal itu cukup memberi beban yang besar bagi pengeloa TPA. Tentunya akan lebih baik, jika sampah yang sampai di TPA sudah dalam kondisi terpilah. Tabel 3.22 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat No Sub Sektor Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK Nama Program/ Tahun Pelaksana/PJ Tidak Proyek/Layanan Mulai Fungsi Rusak PM JDR MBR Fungsi 1 Persampahan CSR Aqua Masy Kel Kejiwan Pengelolaan Masyarakat Desa persampahan Sikunang Pengelolaan Masyarakat Desa persampahan Maron Pemilahan sampah Masyarakat Perumahan Pemilahan sampah Tawangsari Masyarakat Perumahan Asli Permai Bank Sampah Prajuritan Praba Indah Wonosobo Timur Keterangan :PM = Pemberdayaan Masyarakat, JDR = Jender, MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah Dari tabel 3.22 di atas, dapat diidentifikasi program/layanan di subsektor persampahan yang dimulai tahun 2009 telah melibatkan aspek pemberdayaan masyarakat, jender dan juga masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini akan menunjang promosi higiene di masyarakat yang lebih luas karena sudah ada proyek percontohan dengan hasil yang baik, masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sesuai dengan tatanan yang ada. Khusus untuk pemilahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di perumahan, kurang menunjukkan aspek MBR. Hal itu karena pada umumnya warga yang tinggal di perumahan bukan dari kalangan MBR, meskipun ada sebagian yang melakukan praktik pemilahan adalah para asisten rumah tangga yang berasal dari MBR. Selain itu, di Kabupaten Wonosobo juga telah disediakan Pemetaan Media Kajian pemetaan media komunikasi menunjukkan bahwa perhatian media terhadap urusan persampahan sudah begitu besar. Hal ini ada beberapa media yang sudah mengangkat isu sampah menjadi berita. Selain itu, upaya sosialisasi, publikasi dan pemberitaan juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo dengan menggandeng pihak swasta yang memberikan CSR-nya terkait dengan persampahan (tabel 3.23). Tabel Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Wonosobo No Kegiatan Tahun Dinas Tujuan Khalayak Pelaksana Kegiatan Sasaran 1 Publikasi kegiatan 2008, Bagian Pemberian Bantuan Humas Setda, Mesin Pengolah Bank Sampah melalui Danamon Program Danamon Pusat Peduli 2 Pemberitaan tentang kondisi sampah di Wonosobo dan upaya penanganannya 2011 Bagian Humas Setda Pesan Kunci Pembelajaran Beberapa media surat kabar lokal juga telah memberitakan masalah persampahan. Adapun isu yang diangkat adalah pemberdayaan sampah, volume sampah yang meningkat tajam, daur ulang sampah, sampah jadi uang, ibu rumah tangga belajar mengelola sampah (tabel 3.24). Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 27

59 No Nama Media 1 Wonosobo Ekspres 18 Februari Wonosobo Ekspres 18 Februari Suara Merdeka 8 November Suara Merdeka 25 November Wonosobo Ekspres 10 Januari Suara Merdeka 12 Januari Wonosobo Ekspres 14 Januari Suara Merdeka 25 Januari Wonosobo Ekspres 25 Januari Radar Semarang 25 Januari Suara Merdeka 26 Januari Kedaulatan Rakyat 27 Januari Radar Semarang 3 Februari Wonosobo Ekspres 3 Februari Suara Merdeka 3 Februari 2012 Tabel Media komunikasi yang ada di Kabupaten/Kota Jenis Acara Isu yang Diangkat Pesan Kunci Artikel Pemberdayaan sampah Memberdayakan masyarakat untuk mengolah sampah Artikel Volume sampah meningkat tajam Kenaikan volume sampah dari tahun ke tahun mencapai 100% Artikel Daur ulang sampah Masyarakat khususnya Ibu Rumah Tangga diharapkan mampu mengolah sampah menjadi sesuatu (barang) yang bermanfaat Artikel Volume sampah di TPA Produksi pupuk organi dari sampah harus meningkat ditingkatkan Artikel Sampah yang Pentingnya keterlibatan semua pihak menggunung dalam pengelolaan sampah Artikel Sampah yang semakin Pentingnya keterlibatan semua pihak banyak dalam pengelolaan sampah Artikel Pengelolaan sampah Pentingnya keterlibatan semua pihak belum maksimal dalam pengelolaan sampah Artikel Potensi sampah Mengajak warga meningkatkan menggiurkan kesadaran terhadap pentingnya lingkungan bersih Artikel Ibu rumah tangga belajar Mengajak Ibu rumah tangga mengolah mengolah sampah sampah menjadi barang yang bermanfaat Artikel Sampah jadi uang Mengajak Ibu rumah tangga mengolah sampah menjadi barang yang bermanfaat Artikel Pengolahan sampah Kerjasama semua pihak dalam pengelolaan sampah Artikel Pengolahan sampah Ibu rumah tangga kelola sampah Artikel Gerakan kelola sampah Karang taruna kelola sampah Artikel Gerakan kelola sampah Karang taruna kelola sampah Artikel Gerakan kelola sampah Karang taruna kelola sampah Pendapat Media Positif kedalamannya memadai Dari tabel 3.24, pesan kunci pemberitaan media lebih ditekankan pada ibu rumah tangga dan remaja untu kmengelola sampah, serta pentinganya kerjasama semua pihak dalam pengelolaan sampah. Fungsi media sangat diharapkan untuk dapat mengubah pola pikir dan budaya masyarakat dalam mengelola sampah. Jika ada cerita sukses pengelolaan sampah, diharapkan dapat menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejaknya atau berinovasi dalam pengelolaan sampah. Masalah sampah memang memerlukan kerjasama semua pihak. Pihak swasta pun seharusnya terlibat dalam pengelolaan sampah. Jadinya tidak hanya menjadi beban pemerintah semata, perlu dukungan partisipasi masyarakat dan swasta. Kerjasama dengan swasta dapat berupa CSR, namun juga nantinya dapat dikembangkan pola kemitraan infrastruktur Public Private Partnership (PPP.) Tabel Kerjasama terkait Sampah No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Mitra Kerja Sama Bentuk Kerjasama 1. Danamon Peduli Pengelolaan Sampah Pasar Bank Danamon Alat komposting TPA (komposting) 2 CSR Geo Dipa Energy Geo Dipa Energy Donasi Uang Tunai Bantuan armada truk sampah Pengelolaan sampah juga sudah melibatkan sektor swasta. Di Kabupaten Wonosobo, baru teridentifikasi dua perusahaan yang melalui CSR-nya terlibat dalam upaya pengelolaan sampah. Dari program Danamon Peduli, telah memberikan alat komposting sampah. Kemudian PT Geo Dipa Energy juga memberikan bantuan uang tunai dan armada truk sampah, mengingat terbatasnya armada pengangkutan serta sudah berumur tua. Di samping itu, dengan Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 28

60 adanya armada truk sampah ini, jangkauan pelayanan diperluas hingga di kawasan Dieng sebagai tempat pariwisata dan beroperasinya PT. Geo Dipa Energi. Tabel 3.26:. Daftar Mitra Potensial No Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama 1 PT Tirta Investama Penanganan Persampahan Skala Permukiman MOU 2 PT Bank Jateng Penanganan Persampahan Skala Permukiman MOU 3 PT Indonesia Power Penanganan Persampahan Skala Permukiman MOU 4 Bank BRI Penanganan Persampahan Skala Permukiman MOU 5 PT Geo Dipa Penanganan Persampahan Skala Permukiman MOU Selain dari yang dua perusahaan di atas, masih ada beberapa mitra potensial yang dapat diajak kerjasama untuk kegiatan sanitasi, diantaranya PT. Tirta Investama (aqua danone), PT. Bank Jateng, PT. Indonesia Power, Bank BRI (lihat tabel 3.26) Partisipasi Dunia Usaha Pengelolaan persampahan idealnya bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, namun memerlukan partisipasi masyarakat dan swasta ataupun dunia usaha. Dari hasil survei penyedia layananan (SSA), penyedia layanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel Tabel 3.27 Penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota No Nama Provider Tahun mulai operasi Jenis kegiatan 1 Pengelolaan Sampah Pasar Komposting Sampah TPA Wonorejo (komposting) 2 Mekar Jaya (Bpk Rujito, E) Pengepul barang bekas / Rosok 3 Bpk. Bagyo Pengepul barang bekas / Rosok 4 Bpk. Pringgo Pengepul barang bekas / Rosok 5 Bpk. Ade Pengepul barang bekas / Rosok Berdasarkan tabel 3.27 di atas, dapat diidentifikasi bahwa keterlibatan swasta dalam pengelolaan sampah terwujud dalam kegiatan komposting sampah dan juga pengepul barang bekas/rosok. Komposting sampah pasar yang berasal dari CSR Bank Danamon, disinyalisasi dapat mengurangi beban sampah TPA. Sampah yang berasal dari pasar, sudah diolah menjadi kompos terlebih dulu, sehingga sisa sampah yang tidak dapat diolah baru diangkut ke TPA. Hal ini tentunya akan mengurangi beban operasional dan memperpanjang usia TPA. Saat ini baru ada satu buah komposting sampah pasar yaitu di Pasar Induk Wonosobo. Jika alat ini juga tersedia di pasar-pasar besar lainnya yang ada di Kabupaten Wonosobo, maka akan meningkatkan kinerja pengelolaan sampah. Usaha swasta lainnya yang ikut menunjang pengelolaan sampah adalah para pengepul barang rosok/bekas yang tentu saja di bantu oleh para pemulung. Meskipun aktiviitas ini bergerak dibidang informal, namun aksi mereka dapat membantu mengurangi timbulan sampah di TPS maupun TPA. Pada dasarnya, mereka melakukan pemilahan sampah agar dapat dilakukan 3R Pendanaan dan Pembiayaan Dalam pengelolaan persampahan tidak terlepas pula dari unsur pendanaan dan pembiayaan. Dalam hal ini yang akan diulas adalah belanja operasional persampahan dalam rangka program peningkatan kinerja pengelolaan persampahan dan besaran retribusi sampahnya (lihat tabel 3.28). Tabel 3.28: Ringkasan pendapatan dan belanja subsektor pengelolaan persampahan No Subsektor/SKPD Rata-rata Pertumb uhan (%) A Persampahan 200,000, ,000, ,000, ,500, ,750, ,850, B Retribusi sampah NA * ,40 *data hingga triwulan pertama Berdasarkan tabel 3.28 di atas, untuk belanja pengelolaan persampahan oleh seksi kebersihan bidang PKP kab. Wonosobo mengalami peningkatan dengan pertumbuhan dari tahun 2008 ke 2012 sekitar 44,28%. Dari sisi pendanaan, hal ini menunjukkan indikasi positif adanya perhatian pendanaan untuk subsektor persampahan ini. Harapannya dengan adanya dukungan dana yang cukup besar, kinerja pengelolaan persampahan pun semakin Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 29

61 meningkat. Namun, ternyata masih diperlukan dana yang lebih besar untuk meningkatkan jangkauan pelayanan dan optimalisasi TPA menuju sanitary landfill. Hal ini karena, peningkatan dana belanja yang ada selama ini lebih banyak untuk peremajaan sarana dan prasarana persampahan yang sudah mulai tua dan menurun kinerjanya serta untuk operasional sehari-hari pengelolaan sampah dari TPS, kontainer hingga pemrosesan di TPA yang butuh dana yang besar pula. Dari ketiga subsektor sanitasi, subsektor persampahan merupakan satu-satunya yang telah menerapkan untuk pemungutan retribusi sampah. Retribusi sampah baru dimulai pada tahun Mulai mengalami peningkatan pada tahun 2010, hanya saja pada tahun 2011 mengalami penurunan retribusi. Sistem pembayaran retribusi sampah biasanya berada di samping loket pembayaran listrik, telepon, air. Namun, dengan berkembanganya pembayaran terpisah dengan sistem real time on line untuk listrik, telepon, PDAM yang dapat dilakukan dimana saja, di kantor, atau melalui ATM Bank, menjadikan masyarakat tidak bisa secara langsung ikut membayar retribusi sampah. Hal ini salah satu menjadi penyebab kebocoran retribusi sampah Isu strategis dan permasalahan mendesak Dengan permasalahan yang ada dan terjadi di Kabupaten Wonosobo bisa kita gambarkan permasalahan yang mendasari terkait dengan sektor persampahan, yaitu; Operasionalisasi sarana pengangkutan sampah menuju tempat pemrosesan akhir (TPA)belum menjangkau seluruh wilayah kabupaten. Belum optimalnyasarana dan prasarana pengelolaan sampah sistem menuju sanitary landfill yang solid. Belum terkelolanya sampah secara sistemik dari hulu ke hilir (dari sumber hingga di tempat akhir). Masih adanya sampah rumah tangga yang langsung dibuang di saluran air dan sungai baik pada lereng/tebing sungai maupun langsung di badan sungai. Kesadaran sais dokar untuk menampung kotoran kuda masih rendah sehingga banyak yang tercecer di jalanan Penempatan tong sampah yang belum merata secara optimal Masih adanya sampah yang teronggok di tepi jalan tanpa penampungan Terbatasnya armada sampah seperti truk arm roll (hanya 1 buah) sehingga pelayanan container terbatas 7 buah. 3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan Subsektor sanitasi selanjutanya yaitu drainase lingkungan. Pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya yang menimbulkan tekanan terhadap ruang/lahan yang selanjutnya menjadikan kawasan terbangun. Hal itu menjadikan koefisienn aliran (run of) bertambah besar, air hujan maupun buangan tidak lagi mudah diserap ke dalam tanah, padahal kapasitas saluran drainase eksisting sudah tidak memadai, ditambah dngan pola masyarakat yang membuang sampah ke saluram ini menyebabkan hambatan aliran dan daya tampung menjadi berkurang. Kondisi riil drainase lingkungan di Kabupaten Wonosobo lainnya ditandai dengan permasalahan seperti tidakmemadainya daya tampung saluran sehingga air buangan meluber ke kanan kiri saluran yang mengakibatkan genangan. Saluran drainase yang berada di dalam rumah warga menyulitkan pemeliharaan. Adanya pengendapan material di saluran juga menyebabkan permasalahan meluapnya air saluran di musim hujan. Bercampurnya saluran drainase lingkungan dengan air buangan limbah rumah tangga dan industri pemotongan ayam yang menimbulkan bau tidak sedap. Bercampurnya saluran drainase perkotaan/lingkungan dengan saluran irigasi yang tentunya dapat mengganggu kesuburan tanaman di daerah irigasi. Pengelolaan drainase lingkungan masih terbatas oleh pihak pemerintah saja. Upaya partisipasi masyarakat masih tergolong rendah. Demikian halnya, untuk partisipasi swasta pun belum ada untuk subsektor drainase lingkungan ini Kelembagaan Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten dan kondisi aktual pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Wonosobo,maka unit SKPD pengelola drainase adalah Kabupaten Wonosobo Bidang Cipta Karya Seksi Perumahan dan Permukiman. Jadi, unit pengelola sampahnya adalah berbentuk Seksi. Subsektor drainase juga harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan juga didukung oleh swasta dan masyarakat. Ketiga pihak inilah yang berperan menjadi pemangku kepentingan pembangunan dan pengelolaan drainase lingkungan. Fungsi-fungsi dalam pengelolaan drainase lingkungan dicoba untuk dipetakan menurut pemangku kepentingan, hasilnya dapat dilihat pada tabel Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 30

62 Tabel 3.29 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Bappeda - - Menyusun rancana program drainase lingkungan dlm rangka pencapaian total Bappeda - - Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Bappeda - - Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan - - PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan - - Memperbaiki saluran drainase lingkungan dengan yang rusak - - Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN - - Menyediakan advise planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk Tim Perijinan - - penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan intregasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase - - lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan dranase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan BAPPEDA Berdasarkan tabel 3.29 di atas, fungsi perencanaan, pengadaan sarana, pengelolaan, pengaturan dan pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Meskipun demikian, dalam hal perencanaan seperti menyusun target pengelolaan drainase lingkungan belum menggunakan perhitungan teknis yang baik yang memperhatikan berbagai aspek. Dari berbagai fungsi di atas, belum ada satu pun yang melibatkan peran swasta dan masyarakat terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan. Semuanya masih menjadi tanggung jawab pemerintah. Tabel Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Wonosobo Ketersediaan Pelaksanaan Belum Efektif Peraturan Ada Efektif Tidak ada Dilaksan (sebutkan) Dilaksan akan akan Target capaian pelayanan pengelolaan drainase ada lingkungan di Kabupaten ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Ada ( IMB ) Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak Efektif Dilaksa nakan Keteran gan Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 31

63 Dari tabel 3.30, terkait peta peraturan drainase lingkungan di atas, hal yang perlu mendapat perhatian adalah adanya peraturan target capaian peayanan pengelolaan drainase di beberapa dokumen perencanaan memang telah ada, namun dalam pelaksanaannya belum efektif. Adapun peraturan yang belum ada adalah kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam menyediakan drainase lingkungan, serta kewajiban dan sanksi bagi emerintah kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem drainase di wilayah Kabupaten Wonosobo sebagian besar berupa saluran terbuka, meski ada sebagian pula yang menggunakan saluran tertutup. Hirarki saluran yang ada yaitu saluran lingkungan yang berukuran cm kemudian ditampung/dialirkan ke saluran sekunder yang berukuran cm dan dibuang langsung ke saluran primer (sungai). Sungai utama yang ada di Kabupaten Wonosobo berada pada 5 (lima) daerah aliran sungai (DAS) yaitu DAS Serayu, DAS Bogowonto, DAS Wawar Medono, DAS Jali Cokroyasan, dan DAS Luk Ulo. Saluran drainase yang dikelola pemerintah lebih banyak mencakup lingkungan permukiman di perkotaan saja. Hal ini juga yang menjadikan tantangan ke depan bagi Pemerintah Kabupaten untuk memperluas layanan. Selama ini, untuk yang diluar wilayah perkotaan, saluran drainasenya banyak yang menjadi satu dengan salura irigasi, ataupun selokan alami yang kemudian teralirkan ke sungai besar. Padatnya permukiman dan semakin banyaknya lahan yang tertutup bangunan maka menyebabkan koefisien aliran dan aliran permukaan (runoff) semakin besar. Ha itu perlu diwaspadai untuk mengatasi banyaknya genangan yang terjadi. Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 32

64 Peta 3.5. Peta jaringan drainase Kota Wonosobo Sumber : Bappeda Kab. Wonosobo diolah, tahun 2001 Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 33

65 Input Grey Water Untuk sistem sanitasi pengelolaan drainase lingkungan, dapat dilihat pada tabel Tabel Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase lingkungan User Interface Penampungan Pengolahan Pembuangan Kode/Nama Pengaliran Awal Akhir /Daur Ulang Aliran Pembuangan Kamar Kolam Ikan Drainase Lingkungan Sungai Aliran 1 Mandi, Tempat Cuci Piring Pembuangan Kamar Drainase Lingkungan Sungai Aliran 2 Mandi, Tempat Cuci Piring Pembuangan Kamar Drainase Sungai Aliran 3 Mandi, Tempat Cuci Perkotaan/Saluran Piring Irigasi Pembuangan Kamar Mandi, Tempat Cuci Piring Pembuangan Kamar Mandi, Tempat Cuci Piring DrainasePerkotaan / Saluran Irigasi Air hujan Atap genting Sumur resapan DrainasePerkotaan / Saluran Irigasi Air hujan jalanan DrainasePerkotaan / Saluran Irigasi Air hujan Atap genting Sumur resapan DrainasePerkotaan / Saluran Irigasi Air hujan jalanan DrainasePerkotaan / Saluran Irigasi Waduk/Telaga Aliran 4 Sumur resapan Drainase Lingkungan Sungai Aliran 5 Sungai Aliran 6 Sungai Aliran 7 Waduk/telaga Aliran 8 Waduk/telaga Aliran 9 Berdasarkan tabel 3.31 di atas, kondisi eksisting pengelolaan drainase di Kabupaten Wonosobo dapat dibedakan menjadi 9 (sembilan)) tipe aliran, dengan dua input yaitu dari grey water dan air hujan. Tipe aliran yang menjadi masalah adalah semuanya karena tidak melalui pengolahan akhir. Tipe aliran 5,6,8 perlu mendapat apresiasi dan hendaknya diperbanyak di wilayah ini karena adanya sumur resapan sebagai penampungan awal yang dapat menyaring bahan-bahan cairan sehingga aman dibuang ke sungai. Kelompok Fungsi User Interface Penampungan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan / Daur Ulang Tabel Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten/Kota Jumlah Data (Perkiraan) Nilai Teknologi yang digunakan Sekunder Data Wastafel, tempat cuci piring Kamar mandi Tangki Septik Kolam Drainase Lingkungan Drainase Perkotaan/Saluran Irigasi Tangki Septik Sungai Waduk / telaga Sumber Data Kesadaran Masyarakat dan PMJK Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan drainase masih tergolong rendah. Budaya gotong royong yang dahulu bisa digunakan untuk bersama-sama membersihkan got saluran drainase semakin luntur. Kebanyakan dibebankan kepada pemerintah daerah. Sementara anggaran dan tenaga yang disediakan terbatas, yaitu petugas olorolor, yang jumlahnya pun terbatas. Masyarakat pun masih banyak yang menggunakan saluran drainase sebagai tempat sampah terpanjang. Hal itu menyebabkan banyak saluran drainase yang tersumbat akibat sampah. Di samping itu, tidak adanya pengolahan dulu dari limbah kamarmandi, tempat cuci, menjadikan saluran drainase mudah terhambat alirannya Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 34

66 karena adanya cairan minyak, rambut, lindian sabun. Jika kapasitas atau daya tampung saluran drainase sudah terlampaui, maka dapat dipastikan pada musim hujan, saluran akan meluap/meluber ke jalanan. Pada kondisi normal, dengan bantuan tenaga olor-olor, menjadikan saluran drainase menjadi lancar. Hal itu juga ditunjukkan pada tabel 3.33 tentang kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan. Kelurahan/Desa Tabel Kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan Kondisi Drainase Pembersihan Jumlah Pengelola Oleh Saat Ini Drainase Tidak Pemerin Masyarakat Rutin Kelura RT RW Lancar Mampet Rutin tah (RT/RW) Swasta Ada han L P L P Kab L P Bangunan Di Atas Saluran Wadaslintang Kepil Sapuran Kalibawang Kaliwiro Leksono Sukoharjo Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Tidak Ada No Sub Sektor Tabel Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Nama Program/ Proyek/Layanan Pelaksana/PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK Fungsi Tidak Fungsi Rusak PM JDR MBR 1 Tidak ada NA NA NA NA NA NA NA NA NA Dari ketiga subsektor sanitasi yaitu air limbah domestik, persampahan dan drainase lingkunan yang belum pernah ada program/proyek layanan yang berbasis masyarakat. Hal ini karena drainase lingkungan belum menjadi isu sensistif bagi masyarakat Pemetaan Media Hasil kajian pemetaan media terkait subsektor drainase menunjukkan bahwa belum adanya media yang mengulas tentang masalah drainase, demikian juga dengan kerjasama dan mitra potensial belum ada. Hal ini tentunya menjadikan tantangan bagi stakeholder di kabupaten ini, agar masalah subsektor drainase lingkungan ini menjadi sesuatu hal yang penting dibicarakan dan diperhatikan karena akan berakibat lanjut pada segi perikehidupan lainnya. Tabel Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran 1 NA NA NA NA NA NA NA 2 NA NA NA NA NA NA NA Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 35

67 Tabel Media komunikasi yang ada di Kabupaten No Nama Media Jenis Acara Isu yang Diangkat Pesan Kunci Pendapat Media 1 NA NA NA NA NA 2 NA NA NA NA NA 3 NA NA NA NA NA 4 NA NA NA NA NA Tabel Kerjasama Terkait Drainase No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Mitra Kerja Sama Pendapat Media 1. Tidak Ada NA NA NA No Nama Mitra Tabel Daftar Mitra Potensial Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama 1 Tidak Ada NA NA Partisipasi Dunia Usaha Di Wilayah Kabupaten Wonosobo belum ada partisipasi dunia usaha dalam pengelolan drainase ataupun penyedia layanan. Hal ini menjadi tatangan bagi pemerintah kabupaten untuk dapat menarik minat dunia usaha agar terlibat dalam kemitraan drainase lingkungan. Tabel Penyedia Layanan Pengelolaan Drainase Lingkungan Yang Ada di Kabupaten Wonosobo No Nama Provider Tahun mulai operasi Jenis kegiatan 1 Tidak ada NA NA Pendanaan dan Pembiayaan Urusan drainase lingkungan menjadi tupoksi Dinas Pekerjaan Umum. Dinas ini mempunyai tugas untuk operasional pemeliharaan drainase lingkungan. Dalam pengelolaan drainase lingkungan pembiayaannya melalui APBD kabupaten baik itu bersumber dari APBD murni atau APBN (lihat Tabel 3.40). No Subsektor /SKPD Tabel Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Subsektor Pengelolaan Drainase Rata-rata Pertum buhan (%) A Drainase 724,300, ,000, ,888,800 1,877,600,000 1,136,175, B Retribusi Berdasarkan tabel 3.40 di atas, tren belanja untu subsektor drainase mengalami fluktuatif meningkat dan menurun. Peningkatan terbesar dari tahun 2010 ke Jika pada tahun 2010, hanya pada kisaran tiga ratusan juta, kemudian pada tahun 2011 meningkat hingga pada angka 1 Milyar. Peningkatan belanja untuk operasional ini tidak didukung dengan pendapatan daerah dari retribusi drainase lingkungan. Hal ini karena memang belum ada aturan yang mengikat untuk pembayaran retribusi drainase. Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 36

68 3.4.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak Isu Strategi dan Permasalahan Mendesak terkait pengelolaan drainase di kabupaten, diantaranya: a. tidak memadainya daya tampung saluran sehingga air buangan meluber ke kanan kiri saluran yang mengakibatkan genangan. b. Saluran drainase yang berada di dalam rumah warga menyulitkan pemeliharaan. c. Adanya pengendapan material di saluran juga menyebabkan permasalahan meluapnya air saluran di musim hujan. d. Bercampurnya saluran drainase lingkungan dengan air buangan limbah rumah tangga dan industri pemotongan ayam yang menimbulkan bau tidak sedap. e. Bercampurnya saluran drainase perkotaan/lingkungan dengan saluran irigasi yang tentunya dapat mengganggu kesuburan tanaman di daerah irigasi. 3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi Pengelolaan sektor sanitasi berada dibawah naungan program besar nasional AMPL (air minum dan penyehatan lingkungan). Jika selama ini, fokus AMPL lebih ke air minum, namun untuk PPSP hanya berfokus besar pada sektor sanitasi. Namun demikian, unsur air minum/bersih juga tidak lepas dari sanitasi. Kondisi sanitasi yang baik tentunya didukung oleh ketersediaan air bersih. Selain air bersih, komponen lainnya yaitu pengelolaan air limbah industri rumah tangga dan air limbah medis Pengelolaan Air Bersih Pengelolaan air bersih yang ada di Kabupaten Wonosobo didominasi oleh PDAM Tirta Aji Wonosobo. Kondisii fisiografi wilayah Wonosobo yang berada di daerah pegunungan dan memiliki cekungan air tanah (CAT) Wonosobo, menjadikan wilayah ini kaya akan potensi mata air. Oleh karena itu, sumber air baku yang digunakan PDAM bukanlah air permukaan namun airtanah berupa mata air. Pada tahun 2011, PDAM Tirta Aji Wonosobo menggunakan 23 sumber mata air dengan total kapasitas terpasang mencapai liter per detik. Sumber air diambil langsung dari mata air dan dialirkan ke reservoir maupun langsung ke pelanggan secara gravitasi. Penyediaan air bersih lainnya dilakukan melalui program penyediaan air minum berbasis masyarakat (PAMSIMAS) yang dimulai tahun Hingga tahu 2010, telah ada 53(Lima puluh tiga) desa yang mendapatkan program PAMSIMAS. Desa yang mengikuti Pamsimas berada di daerah yang belum menjadi cakupan layanan PDAM. Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 37

69 Peta 3.6. Peta cakupan layanan air bersih Sumber : PDAM Wonosobo dan Bappeda 2011 diolah Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 38

70 Tabel Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Wonosobo No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Keterangan 1 Pengelolaan PDAM 2 Tingkat Pelayanan Perkotan % Tingkat Pelayanan Perdesaan % Kapasitas Produksi M3/tahun 21,949,056 4 Kapasitas Terpasang M3/tahun 32,482,080 5 Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit 65,116 6 Jumlah Hidran Umum/Smb, Komunal Unit 12 7 Kehilangan Air (UFW) % 40 8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3 Rp.900,00 9 Jumlah pelanggan per kecamatan Wadaslintang Pelanggan 2,579 Kepil Pelanggan 2,444 Sapuran Pelanggan 2,304 Kalibawang Pelanggan - Kaliwiro Pelanggan 5,845 Leksono Pelanggan 6,789 Sukoharjo Pelanggan 1,961 Selomerto Pelanggan 7,775 Kalikajar Pelanggan 1,729 Kertek Pelanggan 3,440 Wonosobo Pelanggan 23,594 Watumalang Pelanggan 3,901 Mojotengah Pelanggan 5,964 Garung Pelanggan 1,270 Sumber : PDAM Wonosobo dan Bappeda 2011 diolah Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Industri rumah tangga yang berkembang di Kabupaten Wonosobo diantaranya industri aneka olahan, industri tahu, industri kerajinan, indusri batik Talunombo. Industri yang ada masih banyak yang belum menerapkan upaya mencapai green product. Kebanyakan idustri belum memiliki IPAL mandiri maupun komunal. Sebagai contoh, industri tahu di sentra tahu Dusun Tempelsari Desa Maduretno Kecamatan Kalikajar, limbah pabrik tahunya dialirkan langsung ke kolam ikan yang selanjutnya dialirkan ke badan sungai. Tabel Pengelolaan limbah industri rumah tangga kabupaten/kota Jenis Industri Rumah Tangga Lokasi Jumlah industri RT Jenis Pengolahan Tidak ada Kapasitas (m3/hari) Pengelolaan Limbah Medis Salah satu syarat beroperasinya rumah sakit adalah tersedianya IPAL untuk mengolah limbah medis. Limbah medis sangat membahayakan karena dapat menjadi vektor penyebaran penyakitmembahayakan/bersifat infeksius. IPAL medik ini hendaknya dapat berfungsi optimal sehingga dapat mengolah limbah medik yang biasanya bersifat B3 menjadi aman untuk dapat dibuang ke lingkungan. Tabel Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas (m3/hari) Rumah Sakit Umum Jl, RSU Biofilter Anaerob Setyonegoro Kec. Wonosobo Rumah Sakit Islam MendoloKec. Wonosobo Anaerobik Vegetatif Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB III - 39

71 Bab 4: Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan yang Direncanakan Melihat kondisi sanitasi eksisting di Kabupaten Wonosobo sebagaimana yang tercantum pada Bab 3 sebelumnya, memang diperlukan upaya program dan kegiatan ke depan untuk mengatasi permasalahan sanitasi. Namun demikian, perlu upaya inventarisasi program pengembangan sanitasi yang sudah dilaksanakan saat ini, sebagai dasar monitoring dan evaluasi untuk penentuan rencana program/kegiatan yang akan datang. Pengembangan program sanitasi terkait aspek berikut ini: 1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene 2. Peningkatan Pengelolaan Air Limbah domestik 3. Peningkatan pengelolaan persampahan 4. Peningkatan pengelolaan drainase lingkungan Uraian tiap aspek akan dijelaskan di bawah ini. 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene Program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi dan perilaku sehat bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment). Program ini selalu dihubungkan dengan kegiatan promosi higiene pada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, sesuai dengan tatanan yang ada. Program PHBS meliputi 5 tatanan yaitu (a) Rumah Tangga, (b) Sekolah, (c) Tempat Kerja, (d) Sarana Kesehatan dan (e) Tempat Tempat Umum (TTU). Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang biasa hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Program sanitasi sekolah merupakan salah satu tatanan yang terintegrasi dengan PHBS. Program PPSP hanya akan fokus pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah. Beberapa progra dan kegiatan PHBS dan Promosi Higiene yang akan dilakukan pada tahun depan (2013) dan yang sudah dilaksanakan pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2. Tabel 4.1. Rencana program dan kegiatan PHBS dan Promosi Higiene tahun 2013 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume 1 Pelatihan Promoso Higiene guru UKS 2 Pengadaan Media Promosi Higiene Indikasi Biaya (Rp) Sumber Pendanaan /Pembiayaan APBD Kabupaten SKPD Penang gung Jawab DKK Sumber Dokumen Perencanaan RKA/DPA SKPD DKK - Stiker APBD Kabupaten - Poster APBD Kabupaten 3 Bantuan Stimulan CTPS anak APBD sekolah Kabupaten 4 Kampanye PHBS, pengadaan Pusk / 23 / APBD media penyuluhan dan penyuluhan Desa Kabupaten terpadu 5 Sosialisasi air minum berkualitas orang APBD Kab & Prov 6 Sosialisasi jamban sehat orang APBD Kab & Prov 7 Advokasi dan kampanye stop 12 desa APBD Kab & BABS Prov 8 Fasilitasi kegiatan sekolah sehat unit APBD Kabupaten 9 Fasilitasi kegiatan K3 unit APBD Kab & 10 Kampanye PHBS dan pengadaan Closet Prov ds/kel APBD Kabupaten DKK DKK DKK DKK DKK DKK DKK BLH BLH Kec. Sapuran RKA/DPA SKPD DKK RKA/DPA SKPD DKK RKA/DPA SKPD DKK RENJA SKPD 2013 RENJA SKPD 2013 RENJA SKPD 2013 RENJA SKPD 2013 RENJA SKPD 2013 RENJA SKPD 2013 RENJA SKPD 2013 Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB IV - 1

72 Dari rencana kegiatan di tahun 2013, ada beberapa hal yang harus dilaksanakan yaitu adanya sosialisasi jamban sehat. Kriteria jamban sehat pun harus diketahui oleh masyarakat luas. Hal ini karena budaya masyarakat di Wonosobo lebih terkesan pada kondisi yang dipermukaan saja (jamban atas), tidak termasuk pada bangunan jamban dibawahnya. Tidak heran jika banyak rumah di wilayah ini yang telah memiliki jamban bagus, tapi tidak punya sarana pengelolaannya. Kegiatan Advokasi stop BABS pun harus rutin dilakukan. Untuk pengadaan media promosi melalui poster dan stiker hendaknya dibuat dengan bahasan komunikatif dan menarik audiens, bisa menggunakan bahasa sindiran ataupun hiperbola yang lebih menyentuh daripada kalimat biasa. Kegiatan lain yang perlu mendapat apresiasi adalah bantuan stimulan CTPS (cuci tangan pakai sabun. Usia anak sekolah sangatlah mudah untuk diberikan pengaruh untuk memperbaiki perilaku hidup sehat dengan cara cuci tangan pakai sabun. Dengan intervensi sabun, disinyalisasi dapat mengurangi infeksi kuman ke dalam tubuh sehingga dapat mengurangi resiko kesakitan akibat sanitasi buruk. Tabel 4.2. Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene Tahun 2012 No Nama program/kegiatan Satuan Vol Sumber Lokasi Pelaksana Biaya (Rp) ume dana kegiatan Kegiatan 1 Promosi Higiene Masyarakat & Unit APBD Kab 49 ds DKK Sekolah Pamsimas 2 Advokasi dan Kampanye stop BABS Unit APBD Kab 12 ds DKK Pamsimas 3 Advokasi penyediaan air minum Unit APBD Kab 6 ds DKK berkualitas 4 Kampanye PHBS dan Unit APBD Kab 23 DKK pengembangan media Puskesmas 5 Penyuluhan kesehatan terpadu Unit APBD Kab Kab DKK Wonosobo 6 Lomba sekolah sehat TK/SD/SMP/SMA Unit APBD Kab Kab Wonosobo DIKPORA Kegiatan PHBS dan promosi hiegine lebih banyak dilakukan oleh SKPD Dinas Kesehatan karena memang tupoksinya yang didalamya terdapat bidang promosi kesehatan dan penyehatan lingkungan. Adapun instansi lainya yaitu BLH dan Dikpora. Dari daftar kegiatan yang ada masih terpaku pada upaya kampanye dan promosi PHBS di sekolah dan juga kepada masyarakat terkait dengan stop BABS. Hal itu karena masih banyak pula masyarakat yang melakukan BABS seperti di jamban helikopter. 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Permasalahan pada air limbah domestik sebagaimana juga tercantum dalam kondisi eksisting limbah domestik di BAB III, coba telah diupayakan melalui program kegiatan di tahun 2012 maupun yang direncanakan untuk tahun 2013 (tabel 4.3 dan tabel 4.4). Namun tentu saja pemilihan program kegiatan tersebut baru mendasarkan pada aspek kondisi eksisting secara dangkal, belum dilakukan kajian komprehensif sebagaimana nantinya terkait dengan area beresiko sanitasi. Tabel 4.3. Rencana program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik Tahun 2013 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume 1 Penyusun regulasi yang berkaitan dengan lingkungan hidup. 2 Pembinaan Kelompok Masyarakat Pengelola Air Limbah 3 Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) 4 Perencanaan pembangunan MCK Komunal 5 Pembangunan Sanitasi Lingkungan Sehat Perumahan 6 Perencanaan pembangunan IPALRT Komunal Indikasi Biaya (Rp) Sumber Pendanaan /Pembiayaan SKPD Penanggung Jawab Sumber Dokumen Perencanaa n bh APBD kab BLH RENJA SKPD 2013 Kel APBD kab RENJA SKPD 2013 RW APBD kab & RENJA Prov SKPD 2013 unit APBD kab RENJA SKPD 2013 unit APBD kab RENJA SKPD 2013 unit APBD kab RENJA SKPD 2013 Hal yang patut diapresiasi adalah program dan kegiatan di tahuan 2013 mendatang cukup banyak yang melibatkan unsur masyarakat. Masalah akses jamban di masyarakat dapat diatasi salah satunya dengan pemabngunan Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB IV - 2

73 MCK komunal yang tentu saja pengelolaannya pun sudah layak sanitasi. Selanjutnya dikembangkan lagi sanitasi lingkungan berbasis masyarakat yang bentuk kegiatannya dapat berupa pembangunan IPAL komunal di beberapa lokasi. Hanya saja jika dilhat dari satuan yang bisa berarti lokus lebih banyak dilakukan di kawasan perkotaan Wonosobo. Tabel 4.4. Kegiatan pengelolaan air limbah domestik Tahun 2012 No Nama program/kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber dana Lokasi kegiatan 1 Rehabilitasi sarana pemandian Unit APBD kab Kelurahan umum Desa Sawangan Rt. 02 Leksono, Kec. Rw. III Kelurahan Leksono, Leksono Kec. Leksono 2 MCK Masjid Krajan Lor, Desa Unit APBD kab Desa Beran, Kec. Beran, Kec. Kepil 3 Pembuatan MCK (sebelah lapangan) Pelaksana Kegiatan Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB IV - 3 Kepil Unit APBD kab Kel. Bumireso Kel. Bumireso Adapun untuk kegiatan pengelolaan limbah domestik di tahun 2012, masih terbatas pada upaya penyediaan prasarana sanitasi (bangunan atas) baik itu di kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang belum diikuti dengan pembangunan bangunan pengelolaan IPALnya. Dengan demikianperlu diupayakan program kegiatan terpadu antara pembuatan MCK/jamban komunal berikut prasarana dan sarana IPAL-nya. 4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan Dari kondisi permasalahan pengelolaan persampahan yang ada telah diupayakan beberapa program dan kegiatan untuk mengatasinya baik itu yang ditahun 2012 maupun untuk tahun 2013 yang akan datang, sebagaimana tercantum pada tabel 4.5 dan tabel 4.6. Tabel 4.5. Rencana program dan kegiatan pengelolaan persampahan tahun 2013 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volu me Indikasi Biaya (Rp) Sumber Pendanaan /Pembiayaan SKPD Penang gung Jawab Sumber Dokumen Perencanaan 1 Pembuatan demplot pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat demplot APBD Kab BLH RENJA SKPD Pelatihan manajemen pengelolaan sampah orang APBD Kab BLH RENJA SKPD Sosialisasi pengolahan sampah di sekolah-sekolah orang APBD Kab BLH RENJA SKPD Pengadaan komposting untuk rumah tangga unit APBD Prov BLH RENJA SKPD Pengadaan gerobak sampah untuk masyarakat unit APBD Prov BLH RENJA SKPD Pengadaan tempat sampah gantung untuk masyarakat unit APBD Prov BLH RENJA SKPD Penyediaan mesin pencacah sampah unit APBD Prov BLH RENJA SKPD Pengadaan alat takakura unit APBD Prov BLH RENJA SKPD Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Persampahan Unit APBD Kab RENJA SKPD Pembangunan senderan lingkungan TPA Unit APBD Kab RENJA SKPD Pembuatan Tempat Sampah Organik dan Anorganik APBD Kab RENJA SKPD Pengadaan Loader unit APBD Kab RENJA SKPD Pengadaan Dump Truck Sampah unit APBD Kab RENJA SKPD Kegiatan Pengadaan Grobag dan Tong Sampah Pasar Kec APBD Kab Disperin dag RENJA SKPD 2013

74 15 Pembinaan pengelolaan sampah ke desa/kel ds/kel APBD Kab Kec. Sapuran 16 Pengadaan Mesin pengolah sampah unit APBD Kab Kec. Sapuran 17 Pembuatan TPS (Sampah Pilah) unit APBD Kab Kel. Sambek RENJA SKPD 2013 RENJA SKPD 2013 RENJA SKPD 2013 Rencana program kegiatan di tahun 2013 terkait persampahan, hal yang perlu diapresiasi adalah sudah adanya upaya untuk melibatkan masyarakat. Rencana kegiatan tidak lagi terfokus pada pengadaan infrastruktur fisik persampahan namun juga sudah mengacu pada upaya partisipasi masyarakat, seperti Pembuatan demplot pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat, Pelatihan manajemen pengelolaan sampah. Tabel 4.6. Kegiatan pengelolaan persampahan Tahun 2012 No Nama program/kegiatan Satu Volu Sumber Lokasi Biaya (Rp) an me dana kegiatan 1 Pengadaan Gerobak Sampah untuk 9 Rw APBD Kab Kel Kertek di kelurahan Kertek Kec Kertek 2 Pengembangan teknologi pengelolaan Unit APBD Kab Kab sampah berbasis masyarakat Wonosobo 3 Pembinaan dan Pengendalian terhadap Unit APBD Kab Kab sumber - sumber pencemaran serta Wonosobo sosialisasi tentang SDA dan LH Pelaksana Kegiatan BLH BLH Untuk kegiatan di subsektor persampahan di tahun 2012, masih terbatas pada upaya sarana pengangkutan sampah, belum menyentuh pada aspek mengurangi timbulan sampah dari sumbernya. Namun demikian, apresiasi positif layak diberikan pada kegiatan pengembangan teknologi pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Hal ini karena jika pada masyarakat telah berkembang budaya pengelolaan sampah, maka niscaya dapat membantu pemerintah dalam mengelola sampah, mengurangi beban operasional dalam armada pengangkutan sampah dan operasional di TPA. 4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Adanya berbagai tipe aliran dalam DSS drainase lingkungan sebagaimana di Bab III, memerlukan upaya penanganan sistemik. Beberapa rencana program kegiatan di tahun mendatang ataupun yang sudah dilakukan tahun ini, diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan drainase lingkungan (lihat tabel 4.7 dan tabel 4.8). No Tabel 4.7. Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase tahun 2013 Sumber SKPD Sat Volu Indikasi Nama Program/Kegiatan Pendanaan Penanggung uan me Biaya (Rp) /Pembiayaan Jawab Perencanaan Pembangunan Unit APBD kab Saluran Drainase/Gorong-gorong Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong di lingkungan permukiman Perencanaan pembangunan saluran drainase/gorong-gorong di lingkungan permukiman Unit APBD Bangub Adhoc Unit APBD kab Unit APBD kab Sumber Dokumen Perencanaan RENJA SKPD 2013 RENJA SKPD 2013 RENJA SKPD 2013 RENJA SKPD 2013 No Nama program/kegiatan 1 Betonisasi dan Drainase RT. 05 RW. 05 Dusun Gending Desa Sukoharjo Kec. Sukoharjo 2 Pembangunan senderan bahu jalan dan Drainase Dukuh Deles Desa Lumajang Kec. Watumalang Tabel 4.8. Kegiatan pengelolaan drainase tahun 2012 Satu Volu Sumber Lokasi Biaya (Rp) an me dana kegiatan unit APBD Kab Desa Sukoharjo Kec. Sukoharjo unit APBD Kab Desa Lumajang Kec. Watumalang Pelaksana Kegiatan Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB IV - 4

75 No Nama program/kegiatan 3 Pembangunan Senderan Jalan Siringin dan Drainase Jalan Siringin Dusun Larangan Desa Rejosari, Kec. Kalikajar 4 Pembangunan Drainase Mendolo - Makam Pahlawan 5 Pembangunan Drainase Mirombo - Ngasinan 6 Pembangunan Drainase Jalan Bhayangkara 7 Pembangunan Drainase Jalan Ronggolawe 8 Pembangunan Drainase Jalan Cangkring, Wadaslintang 9 Drainase dan Senderan Wanalagi, Desa Kajeksan, Kec. Sukoharjo 10 Pembangunan Saluran Drainase Jalan Pegedongan Desa Sempol Kec. Sukoharjo 11 Pembangunan Saluran Drainase Dukuh Banaran Rt. 10 dan Rt. 11 Desa Kajeksan, Kec. Sukoharjo 12 Pembangunan Drainase Jalan Desa Wonokerto,Kec. Leksono 13 Pebangunan Drainase Desa Tripis Kecamatan Watumalang 14 Pembangunan Drainase Desa Mergosari Kecamatan Sukoharjo 15 Pembangunan Gorong-gorong plat Dusun / Desa Wonosari Kecamatan Kalikajar 16 Pembangunan gorong-gorong Rt. 2 Rw. 3 Karangkajen, Kelurahan Wonosobo Timur, Wonosobo 17 Pembangunan / Perbaikan Saluran Drainase / Gorong-gorong 18 Pembangunan / Rehabilitasi Drainase Infrastruktur Pedesaan 19 Pembangunan / Rehabilitasi Drainase Infrastruktur Pedesaan Satu Volu Sumber Lokasi Biaya (Rp) an me dana kegiatan unit APBD Kab Desa Rejosari, Kec. Kalikajar unit APBD Kab Kec Wonosobo unit APBD Kab Kec Wonosobo unit APBD Kab Kec Wonosobo unit APBD Kab Kec Wonosobo unit APBD Kab Kec Wadaslintang unit APBD Kab Desa Kajeksan, Kec. Sukoharjo unit APBD Kab Desa Sempol Kec. Sukoharjo unit APBD Kab Desa Kajeksan, Kec. Sukoharjo unit APBD Kab Desa Wonokerto,Kec. Leksono unit APBD Kab Desa Tripis Kecamatan Watumalang unit APBD Kab Desa Mergosari Kecamatan Sukoharjo unit APBD Kab Desa Wonosari Kecamatan Kalikajar unit APBD Kab Kel, Wonosobo Timur, Wonosobo Pelaksana Kegiatan unit APBD Kab Kec Sapuran Kec Sapuran unit APBD Kab Kel. Wsb Barat Kel. Wsb Barat unit APBD Kab Kel. Bumireso Kel. Bumireso Dari daftar kegiatan di tahun 2013 dan 2012, dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan pengelolaan drainase lingkungan masih terbatas dilakukan pada penanganan pembangunan fisik drainase lingkungan di permukiman kampung di kelurahan (perkotaan) maupun di kawasan perdesaan, dengan aktor sepenuhnya dari Pemerintah kabupaten. Belum ada program kegiatan yang melibatkan unsur masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan. Hal utama yang masih menjadi beban pemerintah berarti adalah upaya untuk mengubah paradigma atau pola pikir, bahwa masalah drainase (masalah sanitasi) adalah masalah bersama yang tidak hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah sendiri saja namun juga melibatkan masyarakat dan juga dunia usaha. 4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Peningkatan pengelolaan sanitasi juga dipengaruhi oleh komponen lain yang terkait. Masalah sanitasi juga terkait dengan adanya air bersih. Maka dari itu beberapa program terkait dengan air bersih/air minum juga perlu diupayakan untuk mendukungan pengelolaan sanitasi (lihat tabel 4.9 dan tabel 4.10). Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB IV - 5

76 No Nama Program/Kegiatan 1 Pendataan sarana air bersih di Kabupaten Wonosobo 2 Pembangunan sarana dan prasarana air bersih perdesaan 3 BLM Bidang Air Minum (PAMSIMAS) 4 Pendamping BLM Bidang Air Minum (PAMSIMAS) 5 Penunjang BLM Bidang Air Minum (PAMSIMAS) 6 Desa ReplikaBLM Bidang Air Minum (PAMSIMAS) 7 Pengadaan Fasilitator Desa Replika BLM Bidang Air Minum (PAMSIMAS) 8 Pelestarian sumbersumber mata air 9 konservasi di daerah tangkapan air 10 Pengadaan sumur resapan Tabel 4.9. Rencana program dan kegiatan Tahun 2013 Satua n Vol Indikasi Biaya (Rp) Sumber Pendanaan /Pembiayaan SKPD Penanggung Jawab Sumber Dokumen Perencanaan unit APBD Kab RENJA SKPD DAK, Bangub, TP RENJA SKPD 2013 Desa DAK, Bangub, TP RENJA SKPD 2013 unit APBD Kab RENJA SKPD 2013 unit APBD Kab RENJA SKPD 2013 Desa APBD Kab RENJA SKPD 2013 unit APBD Kab RENJA SKPD 2013 Kec APBD Kab BLH RENJA SKPD 2014 Kec APBD Kab BLH RENJA SKPD 2015 unit APBD Kab & BLH RENJA SKPD Prop Pengadaan biopori unit APBD Kab & BLH RENJA SKPD Prop Pengawasan kualitas air sampe APBD Kab & DKK RENJA SKPD minum l Prop 2018 Tabel 4.10: Kegiatan Tahun 2012 No Nama program/kegiatan Sat Vol Biaya (Rp) Pembangunan Sarana Unit 1 1 air Bersih kampung Kenjuran Desa Karang Luhur, Kecamatan Kertek Pembangunan sarana air Unit 1 2 bersih Dukuh Wonodadi Desa Tlogo, Kec. Sukoharjo Air Bersih / Sumur Bor Unit 1 3 Yayasan Pendidikan Madinatussalam, Jebeng Plampitan, Kec. Sukoharjo Rehabilitasi Sarana Air Unit 1 4 bersih Rw. 1 Krakal Tamanan, Kecamatan Kertek Pembuatan Sambungan Unit 1 5 Rumah dan Bak untuk air bersih Dusun Siyono- Kenteng, Desa Bojosari, Kec. Kertek Meterisasi Air Bersih Unit 1 6 Desa Sukoharjo, Sumber dana APBD kab APBD kab APBD kab APBD kab APBD kab APBD kab Lokasi kegiatan Desa Karang Luhur, Kecamatan Kertek Desa Tlogo, Kec. Sukoharjo Desa Jebeng Plampitan, Kec. Sukoharjo Kel Kertek Desa Bojosari, Kec. Kertek Desa Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo Pelaksana Kegiatan Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB IV - 6

77 Kecamatan Sukoharjo Rehabilitasi Air Bersih Mangunsari, Desa Mergosari, Kec. Sukoharjo Saluran bak air bersih dan pipanisiasi Dusun Grogol Rt. 1 Rw. 3 Komplek masjid Ibrahim, Desa Beran, Kec. Kepil Pendamping BLM Bid. Air Minum (PAMSIMAS) Penunjang BLM Bid. Air Minum (PAMSIMAS) Desa Replika BLM Bid. Air Minum (PAMSIMAS) Pengadaan Sarana dan Prasarana Air Bersih Pedesaan ( DAK) Sarana Air Bersih Dsn Laranganonje Mojosari Mojotengah Sarana Air Bersih Keseneng Mojotengah Pengadaan Infrastruktur Air Bersih Dusun Senden Desa Tlogodalem Kertek Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Desa Rejosari Kec. Kerpil Saluran Air Bersih Mutisari Kec. Watumalang Pembangunan / Rehabilitasi Sarana Air Bersih Infrastruktur Pedesaan Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Des a Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit APBD kab APBD kab Desa Mergosari, Kec. Sukoharjo Desa Beran, Kec. Kepil APBD kab Kab Wonosobo APBD Kab Wonosobo kab APBD Kab Wonosobo kab DAK Kab Wonosobo Bant Prov Bant Prov Bant Prov Bant Prov Bant Prov APBD kab Desa Mojosari Kec Mojotengah Desa Keseneng Kec Mojotengah Desa Tlogodalem Kec Kertek Desa Rejosari Kec. Kerpil Desa Mutisari Kec. Watumalang Kel Kertek Kel Kertek Pada kedua tabel di atas program kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2012 maupun yang direncanakan pada tahun 2013 terkait komponen lain terkait sanitasi lebih berfokus pada air bersih. Air minum/air bersih memang berkaitan erat dengan sanitas. Selama ini kita mengenal program istilah AMPL air minum dan penyehatan lingkungan. Hal ini karena masalah sanitasi buruk juga dipengaruhi oleh ketersediaan air minum/bersih. Sebagai contoh, untuk mendukung jamban sehat, tentunya diperlukan kontinuitas ketersediaan air bersih. Oleh karena itu, kegiatan saluran air bersih (SAB), Penyediaan Air Minum berbasis Masyarakat (Pamsimas) digalakkan di wilayah Kabupaten Wonosobo. Selama ini, program AMPL lebih fokus pada penyediaan air minumnya, sedangkan PPSP yang juga jika secara nasional dibawah pokja AMPL, lebih memfokuskan pada masalah sanitasinya. Jika masalah air, biar diselesaikan melalui program/kegiatan AMPL utama, sementara sektor sanitasi diselesaikan melalui PPSP. Namun demikian, diperlukan upaya koordinasi dan intergrasi di antara kedua program aspek tersebut agar keberhasilan program dapat digunakan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat. Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB IV - 7

78 Bab 5: Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Buku putih sanitasi selain menyajikan gambaran eksisting kondisi sanitasi di lingkungan permukiman masyarakat, juga memuat permasalahan dan posisi pengelolaan sanitasi eksisting. Hal ini akan dijadikan dasar dalam penentuan strategi sanitasi kabupaten kedepannya. Dengan demikian, strategi yang dipilih sudah berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kondisi yang sudah ada dan juga program kegiatan yang sudah dilakukan. Hal ini akan mengurangi tingkat resiko kegagalan dan atau ketidaksesuaian strategis sanitasi yang dipilih.selain itu, yang terpenting adalah aspek lokus spasial dimanakah program dan kegiatan yang tercantum dalam strategi sanitasi kabupaten tidak salah sasaran. Keterbatasan anggaran juga mengharuskan adanya prioritas lokasi penanganan sanitasi yang didahulukan. Dengan demikian, hasil dari penetapan area berisiko sanitasi yag telah dilakukan dengan mendasarkan pada aspek-aspek penilaian studi primer dan sekunder BPS, sangat bermanfaat dalam penentuan lokus strategi sanitasi kabupaten (SSK) kedepannya. Aspek yang dibahas dalam bab ini yaitu area beresiko sanitasi dan pengelolaan sanitasi saat ini. 5.1 Area Berisiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan data primer berdasarkan hasil penilaian oleh SKPD dan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih dan sanitasi dan data umum, meliputi Sambungan Rumah dan Hidran Umum (PDAM/BPAM/HIPPAM); jumlah jamban; nama kelurahan, jumlah RT & RW, jumlah populasi, luas administratif, luas terbangun; Jumlah KK miskin; serta bila data tersedia, luas genangan. Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kota/kabupaten. Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumahtangga; kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air minum, buang air besar sembarangan) sebagaiman telah termuat di bab sebelumnya. Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data sekunder, diikuti dengan penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Hasil penetapan area berisiko sanitasi di Kabupaten Wonosobo dapat terlihat pada peta dan tabel di bawah ini. Area beresiko ditetapkan ke dalam 4 (empat) klasifikasi yaitu Skor 4 = Resiko tinggi Skor 3 = Resiko sedang Skor 2 = Resiko rendah Skor 1 =Tidak beresiko Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB V - 1

79 Peta 5.1, Peta area berisiko sanitasi Sumber : Data EHRA diolah Pokja Sanitasi Th Buku putih Sanitasi Kab. Wonosobo BAB II - 1

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Provinsi Jawa Tengah

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Provinsi Jawa Tengah BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Provinsi Jawa Tengah Disusun oleh: POKJA SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Provinsi Jawa Tengah Disusun oleh: POKJA SANITASI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

: Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor : 2 Tahun 2011 Tanggal : 6 Agustus 2011

: Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor : 2 Tahun 2011 Tanggal : 6 Agustus 2011 Lampiran VII INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN : Peraturan Daerah Wonosobo Nomor : 2 Tahun 2011 Tanggal : 6 Agustus 2011 No. Program Utama Lokasi Besaran 1 A. Perwujudan Struktur Ruang 1. Perwujudan Pusat Kegiatan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan urusan wajib Pemerintah Kabupaten/, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sanitasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA Provinsi Jawa Tengah Disiapkan oleh: POKJA PPSP KOTA SALATIGA 1 Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL SEKILAS BUKU PUTIH Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

LAMPIRAN SECURITY DIREKTUR MANAGER PEMASARAN MANAGER HRD SPV KITCHEN GENERAL CASHIER SPV MARKETING RESTO GENERAL MANAGER MANAGER PRODUCTION

LAMPIRAN SECURITY DIREKTUR MANAGER PEMASARAN MANAGER HRD SPV KITCHEN GENERAL CASHIER SPV MARKETING RESTO GENERAL MANAGER MANAGER PRODUCTION LAMPIRAN DIREKTUR WAKIL DIREKTUR GENERAL SEKRETARIS OPERATIONAL ACCOUNTING PRODUCTION RESTO OUTDOORS HRD PEMASARAN SPV OPERATIONAL GENERAL CASHIER SPV PRODUCTION SPV KITCHEN SPV OPERATIONAL MARKETING SPV

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Pemutakhiran SSK Kab. Wonosobo TINJAUAN BAB II : Format Peta sebagian besar belum A3 Tabel kondisi prasarana dan sarana Pengelolaan Air limbah, Drainase belum lengkap 2.1.

Lebih terperinci

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 2011 Daftar Isi Bagian 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam menentukan visi dan misi sanitasi kabupaten Takalar, mengacu kepada visi dan misi kabupaten yang terdapat dalam RPJMD. Dengan adanya kesamaan persepsi dalam

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan pemenuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia dalam kehidupannnya sehari-hari. Kondisi sanitasi suatu masyarakat dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya. Bila sanitasinya

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013 CATATAN KEGIATAN PERTEMUAN POKJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PPSP TAHUN ANGGARAN 2013 Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan : Kick off Meeting PPSP : Aula Wiratanubaya, Bappeda Kab. Tasikmalaya Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan 3. URUSAN KEHUTANAN Sumber daya hutan di Kabupaten Wonosobo terdiri dari kawasan hutan negara seluas + 20.300 Ha serta hutan rakyat seluas ± 19.481.581 Ha. Kawasan hutan negara di wilayah Wonosobo secara

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi Kota Kendari disusun dengan mengacu pada visi misi Kota Kendari yang tertuang dalam RPJMD Kota Kendari, dengan adanya

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang 1 Bab : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Belajar dari pengalaman kegagalan berbagai daerah dalam mengelola pembangunan khususnya yang berkaitan dengan dampak negatif dari pembangunan yang kurang peduli terhadap

Lebih terperinci

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH MATERI SOSIALISASI & FGD Rabu, 30 November 2011 PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI Dalam Rangka

Lebih terperinci

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA Hari/Tanggal : Jumat / 2 Mei2014 Tempat : Ruang Rapat Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Jl. Mayor Sugianyar No.3 Negara Pimpinan rapat : I Ketut

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci