KONSERVASI LOGAM DENGAN BAHAN TRADISIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSERVASI LOGAM DENGAN BAHAN TRADISIONAL"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN LAPORAN HASIL KAJIAN KONSERVASI LOGAM DENGAN BAHAN TRADISIONAL Oleh : Ari Swastikawati, S.Si, M.A Henny Kusumawati, S.S Rony Muhammad, S.T Heri Yulianto Yudi Atmaja Hendra Purnama BALAI KONSERVASI BOROBUDUR MAGELANG 2014 i

2 Halaman Pengesahan Laporan Kajian KONSERVASI LOGAM DENGAN BAHAN TRADISIONAL Tim Pelaksana: Ketua : (Ari Swastikawati, S.Si., M.A / ) Anggota : (Henny Kusumawati, S.S / ) (Rony Muhammad, S.T / ) (Heri Yulianto / ) (Yudi Atmaja Hendra Purnama / ) Jangka waktu Pelaksanaan : 4 bulan Sumber Anggaran : DIPA Balai Konservasi Borobudur Tahun 2014 Borobudur, Desember 2014 Kasi. Layanan Konservasi Ketua Tim Iskandar Mulia Siregar, S.Si Ari Swastikawati, S.Si., M.A NIP NIP Mengetahui/ Menyetujui Kepala Balai Konservasi Borobudur Drs. Marsis Sutopo, M.Si NIP ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kajian yang berjududl Konservasi Logam dengan Bahan Tradisional. Laporan ini merupakan bukti hasil kajian yang telah dilaksanakan mulai dari penyusunan rencana, pengumpulan data lapangan dan laboratorium, konsultasi narasumber, hingga penyusunan laporan. Laporan ini telah diseminarkan pada acara Diskusi Hasil Kajian Balai Konservasi Borobudur yang diselenggarakan di Yogyakarta, untuk mendapatkan tanggapan dan masukan dari narasumber dan berbagai pihak. Selanjutnya kami berharap agar kajian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan konservasi cagar budaya secara lebih luas. Selama pelaksanaan kajian ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan hingga laporan ini selesai. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang setinggitingginya kepada: 1. Drs. Marsis Sutopo, M.Si., selaku Kepala Balai Konservasi Borobudur yang telah memberikan masukan dan arahan dalam pelaksaaan kajian. 2. Prof. Dr. Endang Tri Wahyuni, M.S., dosen Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, selaku narasumber dalam pelaksanaan kajian. 3. Iskandar Mulia Siregar, S.Si., selaku Kasi layanan Konservasi Balai Konservasi Borobudur yang telah memberikan saran dan masukan dalam pelaksanaan kajian. 4. Wiwit Kasiyati, S.S., selaku Kasubag Tata Usaha Balai Konservasi Borobudur yang telah memberikan saran dan masukan dalam pelaksanaan kajian. 5. Serta pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan kajian yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Demikian laporan kajian ini kami susun. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan acuan untuk kajian selanjutnya. Borobudur, Desember 2014 Penulis iii

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Permasalahan... 2 C. Maksud dan Tujuan... 2 D. Ruang Lingkup... 3 BAB II LANDASAN TEORI... 4 A. Artefak Logam sebagai Material Arkeologi... 4 B. Artefak Logam Berbahan besi, Tembaga, dan Paduannya... 4 C. Korosi pada Logam... 6 D. Pengertian Konservasi... 8 E. Metode Konservasi Logam... 9 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Pikir B. Alat dan Bahan C. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Korosi Pasif dan Aktif pada Besi dan Paduan Tembaga 19 B. Jenis-Jenis Korosi pada Keris C. Pembersihan Korosi Besi menggunakan Bahan Alam D. Pembersihan Korosi Paduan Tembaga Menggunakan Bahan Alam BAB V KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

5 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Prosedur Eksperimen Konservasi Logam Secara Tradisional Tabel 4.1 Komposisi Unsur keris Besar Tabel 4.2 Komposisi Unsur Besi dengan Baut Tabel 4.3 Komposisi Unsur Keris Kecil Tabel 4.4 Komposisi Unsur Pisau Besar Tabel 4.5 Komposisi Unsur Besi Persegi Panjang Tabel 4.6 Komposisi Unsur pada Pisau Pengot Tabel 4.7 Komposisi Unsur Pasah Tabel 4.8 Komposisi Unsur Pasah Tabel 4.9 Komposisi Unsur pada Keris Tabel 4.10 Komposisi Unsur pada Warangka Tabel 4.11 Komposisi Unsur pada Koin Tabel 4.12 Komposisi Unsur pada Koin Tabel 4.13 Komposisi Unsur pada Cawan Tabel 4.14 Komposisi Unsur pada Cawan Tabel 4.15 Komposisi Unsur pada Nampan Tabel 4.16 Komposisi Unsur pada Koin v

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Kegiatan Wawancara dengan Gusti Kanjeng Winarno Gambar 3.2 Melihat Proses Pembuatan Keris di Padepokan serta Kegiatan Wawancara dengan Empu Daliman Gambar 3.3 Melihat Proses Pembuatan Keris di Padepokan serta Kegiatan Wawancara dengan Bapak Basuki Teguh Yuwono Gambar 4.1 Meriam di Museum Benteng Vredeburg yang Mengalami Korosi Pasif 19 Gambar 4.2 Contoh Korosi Pasif pada Paduan Tembaga Gambar 4.3 Korosi Aktif pada Tang Besi Hasil Temuan Eskavasi Situs Liangan Gambar 4.4 Korosi Aktif yang Terjadi pada Temuan Hasil Eskavasi Situs Liangan yang ditandai Adanya Pengelupasan dan Retakan Gambar 4.5 Korosi aktif pada Artefak Besi yang Ditandai Adanya sweating or weeping (berkeringat dan menangis) Gambar 4.6 Korosi Aktif pada Paduan Tembaga Gambar 4.7 Permukaan Bilah yang Mengalami Karat Tahun Gambar 4.8 Karat Darah yang Belum Dibersihkan Gambar 4.9 Karat Darah yang Sudah Dibersihkan tapi Belum Sempurna sehingga Masih Meninggalkan Bekas Gambar 4.10 Karat Darah pada Bilah Keris yang Sudah Dibersihkan Gambar 4.11 Bilah Pisau yang Ditemukan di Sungai Mengalami Korosi Aktif Gambar 4.12 Bilah Keris yang Temukan di Sungai, Mengalami Korosi Aktif tapi Sudah Dibersihkan dengan Sempurna Gambar 4.13 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan dengan Blimbing Wuluh Gambar 4.14 Proses Pembersihan Keris Menggunakan Blimbing Wuluh Gambar 4.15 Kondisi Keris Setelah Dibersihkan Gambar 4.16 Kondisi Besi dan Baut yang belum Dibersihkan Gambar 4.17 Proses Perendaman Objek dalam Air Mengkudu dan Pengukuran Gambar 4.18 Proses Pembersihan dengan Lerak Gambar 4.19 Kondisi Besi dan Baut Setelah Dibersihkan Gambar 4.20 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan Gambar 4.21 Proses Pembersihan Keris dengan Direndam dalam Air Nanas Gambar 4.22 Kondisi Keris Setelah Dibersihkan Gambar 4.23 Kondisi Pisau Sebelum Dibersihkan Gambar 4.24 Kondisi Pisau Setelah Dibersihkan Gambar 4.25 Kondisi Besi Persegi Sebelum Dibersihkan Gambar 4.26 Proses Pembersihan Karat Menggunakan Blmbing Wuluh vi

7 Gambar 4.27 Kondisi Besi Setelah Dibersihkan dengan Blimbing Wuluh Gambar 4.28 Kondisi Pisau Pengot Sebelum Dibersihkan Gambar 4.29 Proses Pembersihan Pisau Pegot Menggunakan Buah Maja Gambar 4.30 Kondisi Pisau setelah Dibersihkan Gambar 4.31 Kondisi Kuncian Sebelum Dibersihkan Gambar 4.32 Proses Penyiapan Larutan dari Buah Mengkudu Gambar 4.33 Proses Pembersihan Korosi Menggunakan Buah Mengkudu Gambar 4.34 Kondisi Kuncian Setelah Direndam dalam Air Mengkudu Gambar 4.35 Kondisi larutan Mengkudu dan Pengukuran ph Larutan Gambar 4.36 Proses Pencucian Setelah Perendaman Gambar 4.37 Kondisi Kuncian Setelah Proses Pencucian dengan Lerak Gambar 4.38 Kondisi Kuncian Pasah Sebelum Dibersihkan Gambar 4.39 Perendaman Kuncian Pasakh dalan Air Nanas Gambar 4.40 Kondisi Kuncian Pasah setelah Perendaman Gambar 4.41 Pengukuran ph Air Nanas setelah Digunakan untuk Perendaman dan Proses Pembesihan Secara Mekanis Gambar 4.42 Kondisi Kuncian Pasah Setelah Dibersihkan dengan Air Nanas Gambar 4.43 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan Gambar 4.44 Garam dan Sulfur yang Digunakan dalam Proses Pembersihan Karat 42 Gambar 4.45 Campuran Sulfur, Garam dan Air serta Pengukuran ph Gambar 4.46 Proses Pembalutan awal Gambar 4.47 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan Gambar 4.48 Pembalutan Ulang Keris Gambar 4.49 Kondisi Keris Setelah Pembalutan 24 Jam Gambar 4.50 Kondisi Keris Setelah Dibersihkan dengan Pembalutan 24 Jam Gambar 4.51 Kondisi Warangka Sebelum Dibersihkan Gambar 4.52 Proses Penyiapan Santan Gambar 4.53 Kondisi Keris setelah Dibersihkan Gambar 4.54 Kondisi Koin Sebelum Dibersihkan Gambar 4.55 Proses Pembersihan dengan Jeruk Nipis Gambar 4.56 Kondisi Koin Setelah Dibersihkan Gambar 4.57 Kondisi Koin 2 Sebelum Dibersihkan Gambar 4.58 Proses Pembersihan Koin 2 Mengunakan Jeruk NIpis dan Abu Gambar 4.59 Kondisi Koin 2 Setelah Dibersihkan dengan Jeruk Nipis dan Abu Gosok 49 Gambar 4.60 Kondisi Cawan Sebelum Dibersihkan Gambar 4.61 Kondisi Cawan Sesudah Dibersihkan Gambar 4.62 Kondisi Cawan 2 Sebelum Dibersihkan vii

8 Gambar 4.63 Kondisi Cawan 2 Setelah Dibersihkan Gambar 4.64 Kondisi Nampan Sebelum Dibersihkan Gambar 4.65 Kondisi Nampan Setelah Dibersihkan Gambar 4.66 Kondisi Koin 3 Sebelum Dibersihkan Gambar 4.67 Proses Pencampuran Jeruk Nipis dan Soda Kue Gambar 4.68 Proses Pembersihan Korosi pada Koin 3 dengan Pasta Jeruk Nipis dan Soda Kue Gambar 4.69 Kondisi Koin 3 setelah Dibersihkan viii

9 Abstrak Saat ini di bidang konservasi cagar budaya terdapat kecenderungan untuk kembali menggunakan metode konservasi tradisional. Kecenderungan ini didasarkan pada fakta bahwa penggunaan metode tradisional lebih mudah dan ramah terhadap lingkungan. Salah satu metode tradisional yang perlu dikaji adalah penggunaan bahan tradisional atau bahan alam untuk perawatan dan pengawetan cagar budaya berbahan logam. Pertimbangan terpenting untuk menentukan apakah sebuah artefak logam perlu dibersihkan atau tidak adalah jenis korosinya. Penentuan karakteristik korosi aktif dan pasif dari setiap jenis artefak logam baik secara visual maupun dari sudut pandang kimia, perlu dilakukan untuk mengetahui suatu artefak mengalami korosi aktif atau pasif. Kajian Konservasi Logam dengan Bahan Tradisional ini dilaksanakan untuk menggali metode konservasi artefak logam dengan menggunakan bahan tradisional atau bahan alam. Adapun tujuan dari kajian ini adalah mengidentifikasi karakteristik korosi aktif dan pasif pada artefak berbahan besi dan paduan tembaga serta menginventarisasi bahan-bahan alam yang dapat digunakan dalam konservasi artefak berbahan besi dan paduan tembaga. Kerangka pikir yang digunakan dalam kajian ini adalah melakukan kegiatan survei. Survei dilaksanakan untuk menginventarisasi praktek-praktek konservasi logam menggunakan bahan tradisional yang masih berlangsung di masyarakat. Berdasarkan hasil survei tersebut kemudian dilakukan praktek di laboratorium. Selain survei untuk mengiventarisasi praktek-praktek konservasi tradisional, juga dilaksanakan survei di museum. Kegiatan survei di museum terutama untuk mengidentifikasi korosi aktif dan pasif pada koleksi logam. Berdasarkan eksperimen di laboratorium, beberapa bahan bahan alam yang dapat dimanfaatkan untuk pembersihan korosi pasif pada besi adalah blimbing wuluh, mengkudu, dan buah nanas. Bahan yang dapat digunakan untuk pembersihan korosi aktif pada besi adalah jeruk nipis, mengkudu, dan buah nanas. Campuran sulfur, garam dan air sebaiknya tidak digunakan dalam pembersihan korosi aktif pada bcb. Bahan yang dapat digunakan dalam pembersihan korosi pada kuningan adalah santan, jeruk nipis, campuran jeruk nipis dan abu gosok, campuran jeruk nipis dan bubukan bata, campuran jeruk nipis dan bubukan bata serta pasta campuran jeruk nipis dan soda kue. Kata kunci : Konservasi tradisional, logam, korosi aktif, korosi pasif ix

10 BAB I PENDAHULUAN A) Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam budaya. Keanekaragaman budaya tersebut menghasilkan beraneka ragam tinggalan cagar budaya pula. Baik berupa benda, struktur, bangunan, situs dan kawasan cagar budaya seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomer 11 tahun Berdasarkan aspek material penyusunnya maka dibedakan menjadi cagar budaya berbahan batu, bata, kayu, logam dan sebagainya. Supaya cagar budaya tersebut dapat dinikmati oleh generasi mendatang dalam kondisi yang utuh dan lengkap, maka cagar budaya tersebut harus dilestarikan. Dalam upaya pelestarian cagar budaya tersebut maka diperlukan tindakan konservasi. Berdasarkan bahan serta peralatan yang digunakan maka konservasi cagar budaya dapat dibedakan menjadi konservasi modern dan konservasi tradisional. Konservasi modern adalah tindakan konservasi dengan menggunakan bahan serta peralatan yang relative modern. Bahan yang direkomendasikan dalam kegiatan konservasi tersebut merupakan hasil penelitian, pengkajian dan pengembangan dalam bidang konservasi. Sedangkan yang dimaksud dengan peralatan modern adalah merupakan seperangkat peralatan modern yang dibuat atau dapat digunakan untuk kegiatan konservasi. Konservasi tradisional adalah tindakan konservasi dengan menggunakan bahan dan peralatan tradisional, yang berpatokan pada kearifan local (local wisdom) serta pengalaman yang terakumulasi dalam pengetahuan masyarakat setempat (people knowledge). Bahan tradisional adalah bahan yang didapat dari lingkungan masyarakat setempat, yang dipercayai dapat digunakan dalam konservasi cagar budaya, atas dasar pengalaman dan tradisi turun temurun. Peralatan tradisional adalah peralatan sederhana, yang dibuat oleh masyarakat dengan bahan yang diperoleh dari lingkungannya (Sunarno, 2010). Saat ini terdapat kecenderungan di dunia untuk kembali menggunakan metode konservasi tradisional dalam penanganan konservasi cagar budaya. Kecenderungan ini didasarkan pada fakta bahwa penggunaan metode tradisional lebih mudah dan ramah terhadap lingkungan. Beberapa metode tradisional dalam konservasi cagar budaya telah diteliti oleh Balai Konservasi Borobudur, seperti metode penjamasan, penggunaan cengkeh, pelepah pisang dan tembakau untuk konservasi kayu dan lain sebagainya. Sesungguhnya Indonesia memiliki lebih 1

11 banyak lagi metode tradisional sebagai bentuk kearifan local yang dapat digunakan untuk mengkonservasi cagar budaya. Namun metode-metode tersebut belum dikaji dengan baik. Salah satu metode tradisional yang perlu dikaji adalah penggunaan bahan tradisonal atau bahan alam untuk perawatan dan pengawetan cagar budaya berbahan logam. Seperti penggunaan jeruk nipis untuk membersihkan kuningan dan besi, penggunaan batu apung untuk polishing gamelan, penggunaan santan untuk pembersihan perunggu, dan sebagainya. Akan tetapi pertimbangan terpenting untuk menentukan apakah sebuah artefak logam perlu dibersihkan atau tidak adalah jenis korosinya. Apakah artefak tersebut mengalami korosi aktif ataukah pasif. Sehingga perlu untuk menentukan karakteristik korosi aktif dan pasif dari setiap jenis artefak logam. Baik karakterisitik secara visual maupun dari sudut pandang kimia. B) Permasalahan Kajian dengan judul Konservasi Logam dengan Bahan Tradisional merupakan tema kajian yang sangat luas. Dari aspek jenis material saja, cagar budaya berbahan logam dapat dibedakan menjadi cagar budaya berbahan besi, tembaga, panduan tembaga (perunggu dan kuningan), perak, emas, dan sebagainya. Dari aspek langkah-langkah tindakan konservasi yang dilakukan dapat dimulai dari identifikasi kerusakan dan dilanjutkan dengan penanganan konservasi yang meliputi perawatan dan pengawetan koleksi logam. Langkah-langkah tindakan konservasi tersebut pun masih dapat diuraikan berdasarkan tinjauan jenis kurusakan apakah kimia berupa korosi ataukah fisik patah, retak dan sebagainya. Korosi pun masih dapat dibedakan menjadi korosi aktif maupun korosi pasif. Begitu pula dari aspek bahan tradisional atau bahan alam. Apakah bahan tersebut berfungsi sebagai pembersih seperti bahan alam yang mengandung asam sitrat dan bahan alam yang bersifat koloid. Serta bahan alam yang bersifat menstabilkan seperti bahan alam yang mengandung asam tannin. Agar kajian ini tidak terlalu luas maka kajian ini akan dibatasi pada pengunaan bahan alam untuk membersihkan korosi pada artefak besi dan paduan tembaga yang tidak dilapisi. Serta identifikasi karakteristik korosi aktif dan pasif pada besi dan paduan tembaga secara visual. Kajian ini diharapkan akan menjadi awal kajian selanjutnya yang lebih terspesifikasi sehingga hasilnya akan lebih aplikatif. C) Maksud dan Tujuan Maksud dari kajian ini adalah menggali metode konservasi artefak logam dengan menggunakan bahan tradisional atau bahan alam. Adapun tujuan dari kajian ini adalah: 2

12 1. Identifikasi karakteristik korosi aktif dan pasif pada artefak berbahan besi dan paduan tembaga. 2. Inventarisasi bahan-bahan alam yang dapat digunakan dalam konservasi artefak berbahan besi dan paduan tembaga. D) Ruang Lingkup Kajian Konservasi Logam dengan Bahan Tradisional akan dibatasi pada jenis logam besi serta paduan tembaga (perunggu dan kuningan). 3

13 BAB II LANDASAN TEORI A) Artefak Logam sebagai Material Arkeologi Indonesia memiliki cagar budaya dalam bentuk artefak logam dalam jumlah yang sangat berlimpah, yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Artefak-artefak tersebut memiliki bentuk dan fungsi yang beraneka ragam serta beraneka ragam pula bahan penyusunnya. Artefak logam merupakan sumber data primer dalam arkeologi. Menurut Mircea dkk (2010) material arkeologi secara lengkap dapat menggambarkan kronologi evolusi manusia dari tinjauan perkembangan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat serta hubungannya dengan kebudayaan serta peradaban sebelumnya. Oleh karena itu mengapa artefak logam sebagai material arkeologi tersebut, harus dilestarikan. Ditambahkan pula oleh Mircea dkk (2010), jika material arkeologi tersebut dipertimbangkan dalam kaitanya dengan degradasi yang dialami pada beberapa kondisi. Pada kondisi keterawatanya dan mekanisme perubahan logam di dalam tanah berturutturut dari aspek fisik (fragmen, retakan, lubang dan sebagainya), aspek kimia pembentukan kerak korosi pada bagian terbesar tanpa atau dengan bagian tengah dari logam, dapat digunakan untuk menguraikan beberapa kesimpulan terkait dengan hal tersebut. Dari aspek arkeometalorgi, teknologi masa lalu, metode yang digunakan untuk menghasilkan objek atau asal dari logam-logam yang digunakan di dalamnya. B) Artefak Logam Berbahan Besi, Tembaga dan Paduannya Artefak logam berbahan logam besi banyak ditemukan di Indonesia mulai dari yang berukuran kecil hingga besar seperti keris, tombak, meriam, lokomotif, pesawat, kapal perang dan sebagainya. Begitu pula artefak berbahan tembaga dan paduannya seperti sendok-garpu, arca, vadjra, genta, bokor, nekara dan sebagainya. Baik besi, tembaga maupun paduannya memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Sebelum melakukan tindakan konservasi perlu kiranya mempelajari sifat-sifat dari logam-logam tersebut. a. Besi Besi merupakan jenis logam kedua yang paling melimpah di bumi dan masih menjadi tulang punggung dalam peradaban modern. Ketergantungan terhadap logam tersebut dinyatakan oleh penggunaannya dalam kehidupan manusia; mulai dari keperluan rumah, pertanian, permesinan, hingga alat transportasi (Herman, 2006). Besi memiliki sifat fisika antara lain 4

14 pada suhu kamar berwujud padat, mengkilap dan berwarna keabu-abuan dan merupakan penghantar panas yang baik. Sedangkan sifat kimia besi antara lain: bersifat elektro positif (mudah melepaskan elektron) sehingga bilangan oksidasinya bertanda positif, logam murni besi sangat reaktif secara kimiawi dan mudah terkorosi, khususnya di udara yang lembab atau ketika terdapat peningkatan suhu, mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti halogen, sulfur, pospor, boron, karbon dan silicon, larut dalam asam- asam mineral encer dan sebagainya. Ada tiga jenis besi yaitu: - Besi tempa adalah logam yang komposisinya terdiri dari besi murni dan besi silikat. - Besi tuang adalah besi dengan kadar carbon di atas 1.7 % meskipun biasanya besi tuang memiliki kadar carbon %. Besi tuang banyak digunakan dalam dunia tehnik dan industri karena karakteristik atau sifat mach inability yang mudah dikerjakan dengan mesin dan memiliki sifat tahan aus karena bersifat self lubrication. Besi tuang dibagi menjadi 2 bagian yaitu : Besi tuang kelabu: sebagian besar dari zat arang atau karbon dalam besi tuang ini terpisah sebagai graphite. Bidang patahan dari besi tuang ini berwarna abu-abu tua sampai hitam. Besi tuang putih: dimana sebagian besar karbon yang terikat dalam besi sebagai zementite (Fe3C) yang keras. Besi tuang ini memiliki bidang patahan yang berwarna putih. Sifat yang keras sehingga sukar dikerjakan di mesin - Baja merupakan perpaduan antara besi (Fe) dan karbon (C), besi adalah elemen metal dan carbon adalah elemen non metal. Baja sendiri digolongkan menjadi dua golongan yaitu baja bukan paduan (yang hanya terpadu dengan carbon saja) dan baja paduan yaitu yang terpadu dengan elemen elemen lain sesuai dengan kebutuhan dan sifat yang dikehendaki. Elemen paduan yang ditambahkan itu sendiri terdiri dari mangan, chrome, nickel, wolfram, silisium, dan lainnya (Munandar, 2007). b. Tembaga dan paduannya Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu, unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur-unsur kimia tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan mempunyai bobot atom (BA) 63,546. Unsur tambahan di alam dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau dalam 5

15 senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam badan perairan laut tembaga dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO3, CuOH, dan sebagainya (Fribeg, 1977). Cu (tembaga) merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna cokelat kemerahan dan merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat baik. Di alam, tembaga terdapat dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk senyawa-senyawa, dan terdapat dalam bentuk biji tembaga seperti (CuFeS2), cuprite (Cu2O), chalcosite (Cu2S), dan malasite (Cu2(OH)2CO3). Dalam sejarahnya, penggunaan tembaga oleh manusia tercatat dari kurang lebih tahun lalu lamanya. Peleburan tembaga nampaknya telah berkembang secara baik di beberapa belahan dunia. Di samping berkembang di Anatolia pada 5000 SM, tembaga juga dikembangkan di China sebelum 2800 SM, Amerika Tengah sekitar 600 TM, dan Afrika Barat sekitar 900 TM. Artefak logam tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk paduan sekalipun ada juga artefak logam yang memiliki komposisi tembaga (Cu) lebih dari 90%. Paduan tembaga (copper alloy) yang paling banyak ditemukan dalam bentuk perunggu dan kuningan. Menurut Razak (1983), perunggu merupakan logam paduan antara tembaga (Cu) dan timah putih (Sn), ditambah logam lain seperti seng (Zn), timah hitam (Pb) dan besi (Fe) dalam jumlah kecil sebagai logam penyerta. Tembaga dan timah putih adalah logam lemah dan lunak, sedangkan logam paduan antara tembaga dan timah lebih keras dan lebih kuat jika dibandingkan dengan unsur-unsur pembentuknya, serta memiliki titik lebur yang lebih rendah jika dibandingkan dengan titik lebur logam tembaga itu sendiri. Bentuk lain dari paduan tembaga adalah kuningan. Kuningan merupakan logam paduan antara tembaga (Cu) dan seng (Zn) serta logam-logam lain timah putih (Sn), timah hitam (Pb), besi (Fe) dalam jumlah yang kecil sebagai logam penyerta. C) Korosi pada Logam Difinisi korosi menurut Trethewey dan Chemberlain (1991: 4) korosi adalah penguraian dan kehilangan bahan oleh agresi kimia dan korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam sedangkan karat (rust) merupakan sebutan yang hanya dikhususkan bagi korosi pada besi. Maaβ and Peibker (2011) mengatakan bahwa korosi adalah interaksi logam dengan lingkunganya yang menghasilkan perubahan sifat logam dan mungkin menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan pada logam. 6

16 Korosi logam dapat aktif atau tidak aktif. Beberapa benda dapat berkarat tapi stabil disebut sebagai korosi tidak aktif. Korosi tidak aktif terjadi sebagai lapisan oksida yang stabil atau perubahan warna yang perlahan-lahan terbentuk pada artefak logam dan melindungi permukaan logam mendasarinya. Lapisan oksida tsb sering dianggap sebagai patina. Sebaliknya korosi aktif menyebabkan kehilangan material yang berkelanjutan pada objek (Logan, Judy: 2007). Oleh karena itu bagian terpenting dalam konservasi logam secara preventif adalah mengenali tahap awal destruksi korosi aktif. Faktor yang berpengaruh dan mempercepat korosi yaitu air dan kelembapan udara, elektrolit berupa asam atau garam, adanya oksigen, permukaan logam yang tidak rata serta letak logam dalam potensial reduksi. Air merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi. Elektrolit berupa asam ataupun garam merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan air laut (garam) merupakan penyebab utama terjadinya korosi. Pada peristiwa korosi adanya oksigen mutlak diperlukan. Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Pada permukaan logam yang licin dan bersih korosi tidak mudah terjadi, sebab sukar terbentuk kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode. Korosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah, sedangkan logam yang potensialnya lebih tinggi justru lebih tahan. Besi merupakan logam yang mudah teroksidasi, lebih-lebih bila berada di tempat dengan kondisi udara yang lembab. Reaksi kimia korosi besi adalah sebagai berikut : 4Fe(s) + 3O 2 (aq) H 2 O 2Fe 2 O 3 (s) (karat besi berwarna kuning) Pada tingkat awal bentuk oksidasi besi adalah ferro oxida (FeO), lama kelama akan berubah menjadi ferri oksida (Fe2O3). Pembentukan karat akan dipercepat oleh udara yang sudah tercemar sulfur dioksida dan klor (Cl). Di samping itu reaksi tersebut akan dipicu oleh adanya bakteri-bakteri tertentu. Berdasarkan hasil penelitian bakteri pereduksi sulfat dari jenis Desulforibrio disulfucaus mempunyai peran yang cukup berarti dalam korosi besi (Sadirin, 1991: 84). Terjadinya korosi pada perunggu disebabkan oleh faktor lingkungan dan sifat logam perunggu sendiri yang memungkinkan terjadinya korosi. Faktor tersebut antara lain : kondisi 7

17 tanah, unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, pencemaran lingkungan, kelembaban udara dan lain-lain. Kondisi tanah memiliki peran penting dalam menentukan tingkat korosi pada perunggu. Perunggu yang terkubur dalam tanah yang berpasir akan mengalami tingkat korosi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perunggu yang terkubur dalam tanah lempung. Dalam tanah yang berpasir merupakan tanah yang berpori sehingga kandungan oksigennya cukup besar dan biasanya mengandung air. Kondisi ini mempercepat proses korosi pada perunggu. Unsur-unsur tertentu yang terlarut dalam tanah dan dianggap paling berbahaya pada logam perunggu adalah ion clorida, ion sulfat dan oksigen. Adanya gas-gas pencemar dalam udara di sekitar koleksi atau zat-zat pencemar dalam air yang digunakan untuk mencuci koleksi akan mempercepat korosi pada perunggu. Gas-gas pencemar yang dapat menyebabkan reaksi korosi pada perunggu adalah gas CO2, SO2 dan H2S. Gas-gas tersebut dalam kondisi udara yang lembab akan membentuk asam. Asam yang terbentuk tersebut bersifat korosif dan dapat mengkorosi logam perunggu. D) Pengertian Konservasi Konservasi berasal dari kata conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902). Rosevelt merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Terkadang ada yang memaknai konservasi sama dengan preservasi, tetapi adapula yang sebaliknya preservasi lebih luas dari konservasi atau sebaliknya. Di Inggris dan Australia difinisi konservasi lebih cenderung kepada konservasi lingkungan, dimana konservasi merupakan pelestarian secara luas sedangkan preservasi merupakan perawatan secara kimiawi. Tetapi berbeda dengan negara-negara di Eropa seperti Prancis, Itali, dan Belgia dimana konservasi merupakan bagian dari pemeliharaan yang menangani perawatan secara kimiawi sedangkan preservasi merupakan pelestarian dalam arti umum yang mencakup perlindungan hukum, dokumentasi, pemeliharaan dan pemugaran. Di Indonesia difinisi konservasi menurut Balai Pustaka (1980) meliputi pemeliharaan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan. Kata konservasi dalam UU No.11 tahun 2010 tetang Cagar Budaya tidak disebutkan namun demikian dalam undang-undang tersebut disebutkan tentang pelestarian dan pemeliharaan. Dimana difinisi pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan cagar 8

18 budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan. Sedangkan difinisi pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik cagar budaya tetap lestari. Tindakan konservasi dapat dilakukan melalui langkah preventif dengan konservasi preventif (pencegahan) dan langkah kuratif dengan konservasi kuratif (penanggulangan atau perawatan). Berdasarkan sasaran yang diperlakukan maka konservasi benda cagar budaya dapat dibedakan menjadi dua yakni konservasi aktif dan konservasi pasif. Konservasi aktif yaitu segala tindakan konservasi yang dikenakan langsung ke bendanya. Konservasi pasif adalah tindakan konservasi yang tidak secara langsung dikenakan ke bendanya tetapi tindakan konservasi dilakukan dalam bentuk pengendalian lingkungan (Swastikawati, A., 2011:1). Sementara itu berdasarkan bahan serta peralatan yang digunakan maka konservasi cagar budaya dapat dibedakan menjadi konservasi tradisional dan konservasi modern. Konservasi tradisional adalah tindakan konservasi dengan menggunakan bahan dan peralatan tradisional, yang berpatokan pada kearifan local (local wisdom) serta pengalaman yang terakumulasi dalam pengetahuan masyarakat setempat (people knowledge). Bahan tradisional adalah bahan yang didapat dari lingkungan masyarakat setempat, yang dipercayai dapat digunakan dalam konservasi cagar budaya, atas dasar pengalaman dan tradisi turun temurun. Peralatan tradisional adalah peralatan sederhana, yang dibuat oleh masyarakat dengan bahan yang diperoleh dari lingkungannya. Konservasi modern adalah tindakan konservasi dengan menggunakan bahan serta peralatan yang relative modern. Bahan yang direkomendasikan dalam kegiatan konservasi tersebut merupakan hasil penelitian, pengkajian dan pengembangan dalam bidang konservasi. Sedangkan yang dimaksud dengan peralatan modern adalah merupakan seperangkat peralatan modern yang dibuat atau dapat digunakan untuk kegiatan konservasi (Sunarno, 2010). E) Metode Konservasi Logam Tahapan dalam metode konservasi logam meliputi (1) pembersihan kerak secara mekanis, (2) evaluasi kondisi logam dan pelaksanaan konservasi. Adapun pelaksanaan kegiatan konservasinya meliputi (1) pembersihan, (2) perbaikan, (3) konsolidasi, (4) pelapisan atau stabilisasi dan (5) penyimpanan. Sedangkan pembersihan yang dimaksud meliputi pembersihan secara kimiawi, pembersihan secara elektrokimia, dan pembersihan secara elektro reduksi (Munandar, 2014). Berdasarkan ulasan tersebut di atas maka kegiatan konservasi logam yang 9

19 dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan alam atau bahan tradisional adalah pada tahap pembersihan karat secara kimia melalui proses perendaman, pengosokan maupun pengolesan dan tahap pelapisan atau stabilisasi artefak logam. 10

20 BAB III METODE PENELITIAN A) Kerangka Pikir Kerangka pikir yang digunakan dalam kajian ini adalah yang pertama melakukan kegiatan survai. Survai dilaksanakan untuk menginventarisasi praktek-praktek konservasi logam menggunakan bahan tradisional yang masih berlangsung di masyarakat. Berdasarkan hasil survai tersebut kemudian dilakukan praktek di laboratorium. Selain survai untuk mengiventarisasi praktek-praktek konservasi tradisional, juga dilaksanakan survai di museum. Kegiatan survai di museum terutama untuk mengidentifikasi korosi aktif dan pasif pada koleksi logam. Dalam kajian tahap ini belum sampai menekankan pada tinjauan kimia dari penggunaan bahan-bahan tradisional dalam konservasi logam. Tinjauan kimia tersebut akan banyak ditekankan dalam kajian tahap berikutnya. B) Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah field atau portable XRF (X-ray flourescence), digital mikroskop, pinset, dan skavel. Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam kajian ini meliputi sarung tangan, kertas milimeter, tissue, platik klip, kertas label, larutan tannin, jeruk nipis, teh, malam (beewax), lilin mikrokristalin, toluene, terpenten, paraloid, polivinil asetat (PVA), aseton, artefak besi atau besi tua, arca perunggu dan kuningan. C) Prosedur Penelitian Adapun tahapan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dalam kajian ini meliputi studi referensi, survai lapangan dan experimen di laboratorium dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Studi Referensi Studi referensi atau studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan data atau referensi, baik dalam bentuk buku, artikel, jurnal dan sebagainya yang memiliki relevasi dengan kajian ini. Penelusuran referensi dilakukan di perpustakaan Balai Konservasi Borobudur, perpustakaan Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, perpustakaan Fakultas MIPA UGM serta penelusuran referensi lewat internet. 11

21 2. Survai Secara garis besar survai pertama dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai praktekpraktek metode konservasi tradisional yang masih berlangsung di masyarakat. Survai dilaksanakan dengan cara observasi langsung dan wawancara. Adapun tokoh-tokoh yang diwawancarai adalah sebagai berikut: 1) Empu Daliman, pengajar di ISI Surakarta dan pemilik padepokan Puspobudoyo 2) Basuki Teguh Yuwono, M.Sn, pengajar di ISI Surakarta dan pemilik padepokan Brojobuwono 3) Kanjeng Winarno, sesepuh Keraton Surakarta 4) Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Puger kerabat dan tokoh budaya Keraton Surakarta Gambar 3.1 Kegiatan Wawancara dengan Gusti Kanjeng Winarno Survai kedua dilaksanakan dengan observasi jenis korosi aktif dan korosi pasif cagar pada koleksi logam di museum dan studio BPCB. Adapun sampel koleksi yang diobservasi meliputi koleksi: 1) Museum Sonobudoyo 2) Museum Benteng Van Derbueg 3) Studio Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY 4) Studio Balai Pelestarian Cagar Budaya Jateng Survai bertujuan mengidentifikasi karakteristik dari kedua jenis korosi tersebut berdasarkan kenampakan visual. Dengan teridentifikasinya jenis korosi maka dapat ditentukan metode konservasi yang tepat. 12

22 Gambar 3.2 Melihat Proses Pembuatan Keris di Padepokan serta Kegiatan Wawancara dengan Empu Daliman Gambar 3.3 Melihat Proses Pembuatan Keris di Padepokan serta Kegiatan Wawancara dengan Bapak Basuki Teguh Yuwono 3. Eksperimen dan analisis kimia di Laboratorium Eskperimen di laboratorium dilakukan dengan mempraktekan kembali metode-metode konservasi tradisional yang didapat dari hasil survai. Analisis laboratorium dilaksanakan untuk mengetahui karakteristik korosi aktif dan korosi pasif dari sudut pandang ilmu kimia. 13

23 Tabel 3.1 Prosedur Eksperimen Konservasi Logam Secara Tradisional No Logam Konservasi Bahan Prosedur 1 Besi a. Pembersihan Lapisan karat pasif dan aktif Bahan yang bersifat asam 1. Jeruk nipis 2. Buah blimbing wuluh 3. Buah mojo 4. Buah mengkudu (tua) 5. Buah nanas (muda) Prosedur a: - 1, 2 dan 3 dengan cara pengosokan sampai bersih dan di bilas dengan air sampai bersih. - Terakhir dibilas dengan aquades - Keringgakan menggunakan tissue atau kain katun berlapis keringkan dibawah sinar matahari Prosedur b: - 4 dan 5 dihancurkan dan diambil airnya, air digunakan untuk merendam koleksi. - Diamkan sampai karat hilang. - Bilas dengan air bersih. - Terakhir dibilas dengan aquades - Keringgakan menggunakan tissue atau kain katun berlapis keringkan di bawah sinar matahari NB: 1. ph semua bahan sebelum perlakuan diukur-setelah perlakukan diukur. 2. Dokumentasikan koleksi sebelum perlakukan dan sesudah perlakukan 3. Dokumentasikan kegiatan melalui foto dan video pada setiap tahap kegiatan 4. Buat lembar kerja (form kegiatan) b. Pembesihan karat sangat aktif (padepokan brojobuwono) 1. Bubuk belerang + garam dapur Pembuatan pasta belerang + garam gr garam ditambah gr bubuk belerang ditambah dengan 20 ml air. Prosedur aplikasi: 1. Bilah keris/besi yang berkarat tebal direndam dalam campuran garam+ belerang + air 2. Angkat keris dan cuci bersih dengan lerak 3. Rendam dalam aquades 4. Keringkan sampai benar-benar bersih 5. Angin-anginkan NB: 1. ph semua bahan sebelum perlakuan diukur-setelah perlakukan diukur. 2. Dokumentasikan koleksi sebelum perlakukan dan sesudah perlakukan 3. Dokumentasikan kegiatan melalui foto dan video pada setiap tahap kegiatan 5. Buat lembar kerja (form kegiatan) 14

24 c. Pembakaran bilah keris yang rapuh pada besi yang sudah tua (karat aktif dan rapuh) d. Stabilisasi besi Sumber api dan abu dari kayu Bahan yang mengandung asam tannin: 1. Asam tannin sintetik 2. Teh 3. Daun jambu biji 4. Buah salak 5. Kentang Prosedur pembakaran: 1. Pilih keris koleksi yang sangat rapuh, bersikan secara kering 2. Siapkan arang panas, bakar keris sampai suhu C 3. Keris dilalukan berulang kali diatas bara, 4. Keris ditaruh pada wadah yang terdapat abu, letakan keris diatas dan ditutup abu, 5. Lalukan kegiatan ini setelah tiga hari kemudian. NB: 1. Dokumentasikan koleksi sebelum perlakukan dan sesudah perlakukan 2. Dokumentasikan kegiatan melalui foto dan video pada setiap tahap kegiatan 3. Buat lembar kerja (form kegiatan) Prosedur pembuatan larutan: 1. Membuat larutan asam tannin 10% dengan ph 2,2 sampai 2,4 dengan menambahkan asam phospat encer (H 3PO 4). 2. Cari referensi tentang kandungan asam tannin pada semua bahan alam. Buat ekstraknya dengan cara dihaluskan dan diambil air perasannya. Ukur ph masing-masing. Sebelum digunakan dan setelah digunakan Prosedur aplikasi 1. Larutan asam tannin diaplikasikan pada masing-masing koleksi besi yang yang berbeda yang sudah dibersihkan, biarkan kering dan bersihkan kotoran yang menempel. 2. Diamati berapa lama karat akan muncul kembali 3. Selama pengamatan pasang alat data logger diseting ketika proses aplikasi asam tannin selesai sampai waktu tertentu (mulai timbul karat) sampai keseluruhan koleksi berkarat. NB: 1. ph semua bahan sebelum perlakuan diukur-setelah perlakukan diukur. 2. Dokumentasikan koleksi sebelum perlakukan dan sesudah perlakukan 3. Dokumentasikan kegiatan melalui foto dan video pada setiap tahap kegiatan 4. Buat lembar kerja (form kegiatan) 15

25 e. Pelapisan atau Coating Bahan yang digunakan: Pelapis sintetik: 1. Paraloid B 66, 2-5% 2. PVA 5% 3. Mikrokristalin lilin + minyak terpenten Bahan tradisional: 4. Malam/ beewax + minyak terpenten 5. Lilin yang ada dipasaran Prosedur 1.Membuat larutan 1. Paraloid B 66 + etil asetat atau toluol 5% 2. PVA 5% + etanol 3. Mikrokristalin llin + terpenten : 1: 5 atau 20% 4. Malam/ beewax + minyak terpenten: 1: 5 atau 20% 5. Lilin yang ada dipasaran + minyak terpenten: 1: 5 atau 20% 6. Pembuatan larutan wax, lilin dan malam dengan cara ukur terpentin dan wax, lilin atau malam sesuai dengan yang dibutuhkan. Panaskan lilin, wak atau malam sampai mencair seluruhnya campur dengan minyak terpentin. 7. Cara membuat paraloid B66 5%, timbang paraloid 50 gram campur dengan toluol atau etil asetal 1000ml 8. Cara membuat larutan PVA 5%, timbang PVA 50 gram tambahkan etanol teknis 1000cc Prosedur aplikasi: 1. Setiap bahan diaplikasikan pada koleksi yang benar-benar sudah bersih dan kering. 2. Cara aplikasi, bahan dioleskan satu kali biarkan kering, ulaskan kedua biarkan kering, ulasakan ketiga biarkan kering 3. Diamati hasilnya. NB: 1. ph semua bahan sebelum perlakuan diukur-setelah perlakukan diukur. 2. Dokumentasikan koleksi sebelum perlakukan dan sesudah perlakukan 3. Dokumentasikan kegiatan melalui foto dan video pada setiap kegiatan 4. Buat lembar kerja (form kegiatan) 5. Analisis menggunakan ada tidaknya kandungan polietilen pada paraloid 66, mikrokristalin lilin, beewax, dan lilin dipasaran mengunakan IR di laboratorium kimia organik UGM 2 Kuning an dan perung gu a. Pembersihan korosi Bahan yang digunakan: 1. Air santan 2. Jeruk nipis 3. Jeruk nipis + abu gosok 4. Jeruk nipis + soda kue /sodium Prosedur : larutan santan, Sumber. Museum Natuna 1. Satu kelapa tua diparut ditambah air 1-2 liter didiamkan satu malam (24 jam) 2. Endapan pada bagian atas diambil untuk membuat minyak kelapa 16

26 b. Polishing (hanya untuk kuningan (Cu + Zn). Tidak korosi tapi kusam. Polishing berfungsi untuk mengkilapkan c. Pelapisan hanya untuk perunggu (Cu + Sn), yang permukaanya kusam, tidak rata, penuh dengan noda bikarbonat (NaHCO 3 ) 5. Abu dari kayu atau arang yang dibakar 6. Bubuk Bata dan campuan air blimbng wuluh 7. Bata bata dan campuran air asam jawa 1. Abu gosok 2. Tumbukan bata 3. Batu apung (batu hijau) Bahan yang digunakan: Pelapis sintetik: 1. Paraloid B 66, 2-5% 2. PVA 5% 3. Mikrokristalin lilin + minyak terpenten 4. Bahan tradisional: 5. Malam/ beewax + minyak terpenten 3. Larutan pada bagian bawah digunakan untuk membersihkan kuningan yang korosi, dengan cara koleksi direndam dalam larutan selama 24 sampai 48 jam sesuai dengan tingkat ketebalan korosi 4. Setelah kotoran bersih, koleksi dicuci dengan lerak kemudian dikeringkan. NB: 1. ph semua bahan sebelum perlakuan diukur-setelah perlakukan diukur. 2. Dokumentasikan koleksi sebelum perlakukan dan sesudah perlakukan 3. Dokumentasikan kegiatan melalui foto dan video pada setiap kegiatan 4. Buat lembar kerja (form kegiatan) Penyiapan bahan: 1. Cari abu gosok dari kayu 2. Dibuat bubukan bata kalus 3. Persiapkan batu apung Prosedur kerja : 1. Pilih satu koleksi besar, atau koin yang kusam 4 buah (satu dibersihkan dengan abu gosok, satu dengan bubukan bata, satu batu apung dan satu sebagai kontrol. 2. Perlakukan tiap bagian sesuai perlakukan dengan jumlah dan penggosok yang sama. Satu bagian dibiarkan sebagai kontrol 3. Setelah mengkilap, bersihkan dengan air NB : 1. Dokumentasikan dengan foto sebelum dan sesudah perlakukan 2. Dokumentasikan pula dengan video proses kegiatan yang dilakukan dari mulai penyiapan bahan. 3. Buat lembar kerja (form kegiatan) Prosedur 1.Membuat larutan 1. Paraloid B 66 + etil asetat atau toluol 5% 2. PVA 5% + etanol 3. Mikrokristalin llin + terpenten : 1: 5 atau 20% 4. Malam/ beewax + minyak terpenten: 1: 5 atau 20% 5. Lilin yang ada dipasaran + minyak terpenten: 1: 5 atau 20% 17

27 korosi, tidak mengkilap. 6. Lilin yang ada dipasaran 6. Pembuatan larutan wax, lilin dan malam dengan cara ukur terpentin dan wax, lilin atau malam sesuai dengan yang dibutuhkan. Panaskan lilin, wak atau malam sampai mencair seluruhnya campur dengan minyak terpentin. 7. Cara membuat paraloid B66 5%, timbang paraloid 50 gram campur dengan toluol atau etil asetal 1000ml 8. Cara membuat larutan PVA 5%, timbang PVA 50 gram tambahkan etanol teknis 1000 cc Prosedur aplikasi: 1. Setiap bahan diaplikasikan pada koleksi yang benar-benar sudah bersih dan kering. Satu bahan diaplikasikan pada satu koleksi. 2. Cara aplikasi, bahan dioleskan satu kali biarkan kering, ulaskan kedua biarkan kering, ulasakan ketiga biarkan kering 3. Diamati hasilnya. NB: 1. ph semua bahan sebelum perlakuan diukur-setelah perlakukan diukur. 2. Dokumentasikan koleksi sebelum perlakukan dan sesudah perlakukan 3. Dokumentasikan kegiatan melalui foto dan video pada setiap kegiatan 4. Buat lembar kerja (form kegiatan) 18

28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Korosi Pasif dan Aktif pada Besi dan Paduan Tembaga Jenis korosi yang terjadi pada cagar budaya logam sangat penting untuk diketahui sebelum melakukan tindakan konservasi. Sehingga langkah awal sebelum pelaksanaan kegiatan konservasi adalah melakukan identifikasi jenis korosi. Menurut Judy Logam (2007), jenis korosi pada logam dibedakan menjadi korosi pasif dan korosi aktif. a. Korosi Pasif Korosi pasif terjadi sebagai lapisan oksida yang stabil atau perubahan warna yang terjadi secara perlahan-lahan pada permukaan artefak logam. Lapisan oksida tersebut akan melindungi permukaan logam yang mendasarinya. Sehingga apisan oksida tersebut sering dianggap sebagai patina. Adapun ciri-ciri korosi pasif pada besi dan paduan tembaga adalah sebagai berikut: Ciri-ciri korosi pasif pada artefak besi sebagai berikut: - bersifat stabil, kompak, dan melekat - memiliki variasi dalam warna antara biru-hitam dan merah-coklat. Gambar 4.1 Meriam di Museum Benteng Van Derbeurg yang Mengalami Korosi Pasif Ciri-ciri korosi pasif pada artefak paduan tembaga: - Bersifat koheren atau jelas, melekat, dan halus. - Memiliki variasi dalam warna dari merah, coklat, hitam, dan biru sampai nuansa warna hijau. 19

29 Gambar 4.2 Contoh Korosi Pasif pada Paduan Tembaga b. Korosi Aktif Korosi aktif merupakan jenis korosi yang menyebabkan kehilangan material yang berkelanjutan pada objek. Adapun ciri-ciri umum korosi aktif adalah (1) luas permukaan yang mengalami korosi bertambah dengan cepat, (2) adanya pengelupasan atau bubukan (powdering) pada permukaan sehingga di sekitar artefak ditemukan serpihan atau bubukan sebagai produk korosi. Sedangkan ciri-ciri korosi aktif pada besi dan paduan tembaga lebih lengkap sebagai berikut: Ciri-ciri korosi aktif pada artefak besi sebagai berikut: - Adanya fragmen atau serpihan (loose powder) di sekitar objek - Adanya lekukan atau semacam lepuhan pada permukaan - Adanya bintik-bintik berwarna orange pada pusat-pusat lekukan - Adanya retakan pada permukaan artefak besi ( Gambar 4.3 c) - Adanya sweating or weeping (berkeringat dan menangis) berupa tetesan pada permukaan objek yang berwarna kuning, coklat atau orange yang terjadi pada lingkungan dengan RH sangat tinggi di atas 55% (Gambar 4.5) 20

30 - Area artefak besi yang mengalami sweating or weeping disebabkan oleh kontaminasi ion klorida. - Jika kelembaban menurun di bawah 50% maka area yang mengalami sweating or weeping akan mengering dan melepuh yang berwarna orange atau kuning. a b c d Gambar 4.3 Korosi Aktif pada Tang Besi Hasil Temuan Eskavasi Situs Liangan Gambar 4.4 Korosi Aktif yang Terjadi pada Temuan Hasil Eskavasi Situs Liangan yang ditandai Adanya Pengelupasan dan Retakan 21

31 Gambar 4.5 Korosi aktif pada Artefak Besi yang Ditandai Adanya sweating or weeping (berkeringat dan menangis) Ciri-ciri korosi aktif pada artefak paduan tembaga sebagai berikut: - Lapisan korosi melekat secara longgar dengan logam inti - Adanya lapisan bubuk di atas permukaan, tetapi bukan sebagai spot - Adanya lapisan permukaan berwarna hijau yang disebabkan polutan klorida dan asam asetat. - Adanya lapisan korosi yang berwarna biru yang disebabkan oleh polutan gas amoniak Tetapi pada beberapa kasus dalam satu artefak besi maupun paduan tembaga sering kali tidak hanya satu jenis korosi, tetapi terdapat korosi aktif maupun pasif. Kondisi ini tentu membutuhkan pertimbangan yang cermat dalam menentukan metode konservasi yang akan dilakukan. Gambar 4.6 Korosi Aktif pada Paduan Tembaga 22

32 B. Jenis-Jenis Korosi pada Keris Menurut Basuki Teguh Yuwono, jenis-jenis korosi atau karat pada keris berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi karat kambang, karat tahun, karat minyak, karat darah, dan karat air. 1. Karat Kambang Karat kambang disebabkan oleh debu, dengan ciri-ciri warna keris natural tapi kusam. Jika karat kambang tersebut tidak dilakukan pembersihan secara rutin maka akan menjadi karat tahun. Oleh karena itu penting untuk melalukan pembersihan secara rutin terutama keriskeris yang didisplai tanpa warangkanya. 2. Karat Tahun Karat tahun terjadi karena karat kambang yang tidak pernah dibersihkan. Ciri-ciri karat tahun adalah adanya lapisan korosi atau karat yang merata pada permukaan bilah keris dan berwarna merah. Karat tahun ini dapat menjadi korosi aktif ketika bilah keris berhubungan dengan garam, baik yang berasal dari setuhan tangan maupun garam yang terdapat di lingkungan keris. Karat tahun jika dibiarkan akan berpotensi menjadi karat aktif. Gambar 4.7 Permukaan Bilah yang Mengalami Karat Tahun 23

33 3. Karat Minyak Ciri-ciri karat minyak adalah permukaan keris berwarna hitam dan menutup semua permukaan. 4. Karat Darah Karat yang disebabkan oleh noda darah, menempel di bagian tertentu, tidak merata, dan timbul. Darah ini akan masuk ke pori dan meninggalkan bekas. Ciri-cirinya setelah daerah yang berkarat terkelupas akan membentuk cekungan. Karat darah termasuk karat aktif karena karat darah menyebabkan pengelupasan menghasilkan serpihan sebagai produk korosi. Gambar 4.8 Karat Darah yang Belum Dibersihkan Gambar 4.9 Karat Darah yang Sudah Dibersihkan tapi Belum Sempurna sehingga Masih Meninggalkan Bekas 24

34 Gambar 4.10 Karat Darah pada Bilah Keris yang Sudah Dibersihkan 5. Karat Air Karat air adalah karat yang terjadi karena bilah keris kontak dengan air dalam jangka panjang, jenis karat termasuk korosi aktif. Jenis karat air ditemukan pada artefak besi yang ditemukan dari dalam sungai atau terkubur lama dalam tanah yang basah. Gambar 4.11 Bilah Pisau yang Ditemukan di Sungai Mengalami Korosi Aktif Gambar 4.12 Bilah Keris yang Temukan di Sungai, Mengalami Korosi Aktif tapi Sudah Dibersihkan dengan Sempurna 25

35 C. Pembersihan Korosi Besi Menggunakan Bahan Alam Obyek yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari 10 obyek dimana 5 obyek terdapat korosi aktif dan sisanya merupakan korosi pasif. Jenis obyek yang digunakan sangat beragam yaitu berupa pisau, keris, engsel pintu. 1. Permbersihan korosi pasif a. Pembersihan korosi pasif menggunakan blimbing wuluh - Keris Besar Keris mempunyai ukuran panjang 30 cm dan lebar bawah 6,4 cm. Hasil pengukuran dengan XRF menunjukkan bahwa keris terbuat dari besi dengan unsure besi sebesar 94,57%. Untuk hasil lengkap komposisi kimia dari keris dapat dilihat dalam Tabel 4.1 Gambar 4.13 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan dengan Blimbing Wuluh Tabel 4.1 Komposisi Unsur Keris Besar No Parameter Kadar Keterangan 1 Fe 94,57 2 Si 3,25 3 Al 1,42 4 Cu 0,51 5 S 0,165 6 P 0,088 Hasil observasi tingkat keterawatan menunjukkan bahwa obyek masih dalam kondisi baik secara fisik. Akan tetapi pada permukaan keris tampak adanya karat tipis (korosi pasif). Proses pembersihan : Pembersihan karat dilakukan dengan menggunakan belimbing wuluh. Keris pertamatama dibersihkan secara mekanis menggunakan sikat untuk menghilangkan debu ataupun kotoran yang melekat. 26

36 Gambar 4.14 Proses Pembersihan Keris Menggunakan Blimbing Wuluh Setelah digosok dengan belimbing wuluh kemudian keris dinetralkan kembali dengan menggunakan air lerak dan dibilas dalam air mengalir. Hasil pembersihan menunjukkan bahwa belimbing wuluh dapat digunakan untuk membersihkan korosi pasif pada artefak besi. Gambar 4.15 Kondisi Keris Setelah Dibersihkan b. Pembersihan korosi pasif menggunakan mengkudu - Besi dengan baut Obyek mempunyai ukuran panjang 17,4 cm dan lebar 5 cm. Hasil pengukuran dengan XRF menunjukkan bahwa unsure dominan adalah Fe sebesar 76,36%. Hasil lengkap komposisi obyek dapat dilihat dalam Table 4.2 Tabel 4.2 Komposisi Unsur Besi dengan Baut No Parameter Kadar Keterangan 1 Fe 76,36 2 Si 13,65 3 Al 8,07 4 Mn 0,75 5 S 0,540 6 P 0,296 7 Zn 0,19 8 Cu 0,09 9 Cr 0,04 27

37 Gambar 4.16 Kondisi Besi dan Baut yang belum Dibersihkan Pengamatan terhadap tingkat keterawatan obyek, menunjukkan bahwa obyek dalam keadaan baik secara fisik namun pada bagian permukaan sebelah dalam terdapat karat. Prosedur pembersihan : Pembersihan dilakukan dengan merendam obyek di dalam air mengkudu. Proses pembuatan sama seperti pada pembersihan pasah tertutup. Gambar 4.17 Proses Perendaman Objek dalam Air Mengkudu dan Pengukuran Pengukuran menggunakan ph indicator menunjukkan bahwa ph larutan adalah 5. Percobaan waktu perendaman adalah selama 24 jam. Setelah itu obyek kemudian dinetralkan kembali dengan menggunakan air lerak dan kemudian dibilas dalam air mengalir. 28

38 Gambar 4.18 Proses Pembersihan dengan Lerak Setelah proses penetralan kemudian obyek dilap menggunakan kertas tissue dan dikering-anginkan. Adapun hasil dari pembersihan cukup efektif untuk mengangkat karat tipis yang ada pada permukaan sebelah dalam. Gambar 4.19 Kondisi Besi dan Baut Setelah Dibersihkan c. Pembersihan korosi pasif menggunakan air nanas - Keris Kecil Keris ini mempunyai ukuran panjang 26 cm dan lebar bawah yaitu 4,5 cm. Hasil pengukuran dengan menggunakan XRF menunjukkan bahwa kandungan besi yang terukur adalah 96,43 %. Adapun hasil lengkap pengukuran dapat dilihat dalam Table.4.3 Tabel 4.3 Komposisi Unsur Keris Kecil No Parameter Kadar Keterangan 1 Fe 96,43 2 Si 2,03 3 Al 1,25 4 S 0,146 5 P 0,140 29

39 Secara umum kondisi keris masih dalam keadaan baik, hanya pada permukaan terdapat karat-karat tipis pada kedua sisi permukaannya (korosi pasif). Gambar 4.20 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan Proses pembersihan : Pembersihan karat-karat dilakukan dengan merendam keris di dalam air nanas, prosesnya sama seperti pada pembersihan kuncian pasha. Waktu perendaman yaitu selama 24 jam. Gambar 4.21 Proses Pembersihan Keris dengan Direndam dalam Air Nanas Setelah 24 jam keris kemudian dinetralkan kembali dengan menggunakan air lerak dan dibilas dengan air mengalir. Gambar 4.22 Kondisi Keris Setelah Dibersihkan Hasil pembersihan dengan perendaman dalam air nanas dapat digunakan untuk menghilangkan karat pada permukaan keris. 30

40 2. Permbersihan korosi aktif a. Permbersihan korosi aktif menggunakan jeruk nipis - Pisau Besar Pisau besar ini terbuat dari besi dan mempunyai ukuran panjang 20,5 cm, lebar 5,3 cm dengan ketebalan 0,8 cm. Hasil pengukuran menggunakan XRF menunjukkan bahwa kadar Fe yang terukur sebesar 88,91 %. Unsur yang lain yang terukur adalah Si, Al, Mn, Cr, S dan P. Untuk prosentase lengkap dari masing-masing unsure dapat dilihat dalam Table 4.4 Tabel 4.4 Komposisi Unsur Pisau Besar No Parameter Kadar Keterangan 1 Fe 88,91 2 Si 5,43 3 Al 3,48 4 Mn 1,18 5 Cr 0,68 6 S 0,240 7 P 0,078 Berdasarkan pengamatan tingkat keterawatan menunjukkan adanya korosi merata pada kedua sisi permukaan. Korosi berwarna kecokelatan dan merupakan korosi yang aktif dimana apabila diusap maka akan menempel pada tangan. Gambar 4.23 Kondisi Pisau Sebelum Dibersihkan Proses pembersihan : Pembersihan dilakukan menggunakan jeruk nipis dengan cara digosokkan pada obyek. Waktu pembersihan adalah selama 5 menit. ph jeruk yang terukur dengan menggunakan ph indicator adalah 3. 31

41 Gambar 4.24 Kondisi Pisau Setelah Dibersihkan b. Permbersihan korosi aktif menggunakan blimbing wuluh - Besi Persegi Panjang Besi mempunyai panjang 24 cm dengan lebar 2,4 cm dan mempunyai ketebalan 0,5 cm. Hasil pengukuran dengan menggunakan XRF menunjukkan bahwa unsure dominan yang terukur adalah Fe 78,60%. Untuk hasil komposisi lengkap dapat dilihat dalam Table 4.5. Tabel 4.5 Komposisi Unsur Besi Persegi Panjang No Parameter Kadar Keterangan 1 Fe 78,60 2 Si 13,85 3 Al 6,14 4 Co 0,46 5 S 0,311 6 P 0,309 7 Ti 0,15 8 Mn 0,10 9 Zn 0,085 Hasil pengamatan tingkat keterwatan menunjukkan bahwa obyek telah mengalami proses korosi aktif. Gambar 4.25 Kondisi Besi Persegi Sebelum Dibersihkan 32

42 Proses pembersihan : Pembersihan terhadap korosi menggunakan blimbing wuluh. Obyek pertama-tama dibersihkan secara mekanis menggunakan sikat gigi untuk menghilangkan kotoran debu atau tanah yang melekat pada permukaan. Setelah bersih kemudian obyek mulai di gosok dengan menggunakan blimbing wuluh Gambar 4.26 Proses Pembersihan Karat Menggunakan Blmbing Wuluh Waktu penggosokan dengan blimbing wuluh untuk masing-masing permukaan adalah 5 menit. Setelah selesai langkah selanjutnya adalah netralisasi dengan cara dicuci menggunakan air lerak dan dibilas dengan air mengalir. Gambar 4.27 Kondisi Besi Setelah Dibersihkan dengan Blimbing Wuluh Hasil pembersihan menunjukkan bahwa bilmbing wuluh dapat digunakan mengangkat korosi tipis, akan tetapi untuk korosi tebal belum seluruhnya bersih. c. Permbersihan korosi aktif menggunakan buah maja - Pisau pengot Pisau pengot ini mempunyai ukuran panjang adalah 22 cmn dengan lebar 5 cm dan mempunyai ketebalan 0,3 cm. Hasil pengukuran dengan menggunakan alat XRF menunjukkan bahwa pisau terbuat dari logam besi. Adapun kadar besi terukur adalah 92.99%. Secara lengkap komposisi kimia dari obyek dapat dilihat pada Table

43 Tabel 4.6 Komposisi Unsur pada Pisau Pengot No Parameter Kadar Keterangan 1 Fe 62,48 2 Si 23,07 3 Al 12,06 4 Mn 0,88 5 P 0,43 6 S 0,34 7 Ti 0,33 8 Cr 0,20 9 Zn 0, Cu 0,063 Kondisi keterawatan secara umum adalah tampak pada bagian permukaan telah mengalami proses pengkaratan pada kedua sisinya. Gambar 4.28 Kondisi Pisau Pengot Sebelum Dibersihkan Proses Pembersihan : Bahan yang digunakan untuk pembersihan menggunakan Buah Maja. Buah maja dibelah menjadi 2 kemudian daging buahnya digunakan untuk menggosok pada obyek. Hasil pengkukuran keasaman buah maja dengan ph indicator menunjukkan ph yang terukur adalah 5. Gambar 4.29 Proses Pembersihan Pisau Pegot Menggunakan Buah Maja 34

44 Hasil pembersihan menunjukkan bahwa untuk karat belum terangkat secara maksimal, terutama pada karat yang tebal. Gambar 4.30 Kondisi Pisau setelah Dibersihkan d. Pembersihan Korosi Aktif Menggunakan Buah Mengkudu - Kuncian Pasah Tertutup (mengkudu) Mempunyai bentuk persegi dengan ukuran panjang 12 cm, lebar 3,7 cm dan tebal 0,3 cm. Hasil pengukuran dengan XRF menunjukkan bahwa kadar dominan adalah Fe sebesar 94,24%. Tabel 4.7 Komposisi Unsur Pasah No Parameter Kadar Keterangan 1 Fe 94,24 2 Si 2,92 3 Al 2,02 4 Mn 0,51 5 S 0,164 6 Ni 0,09 7 P 0,058 Kondisi keterawatan secara umum adalah terdapat korosi pada kedua sisi nya. Korosi yang ada merupakan korosi aktif. Gambar 4.31 Kondisi Kuncian Sebelum Dibersihkan 35

45 Proses Pembersihan : Pembersihan dilakukan dengan merendam obyek pada air mengkudu. Langkah awal yaitu mempersiapkan buah mengkudu kemudian dihaluskan menggunakan mesin blender dan kemudian disaring untuk memisahkan air dengan ampas mengkudu. Gambar 4.32 Proses Penyiapan Larutan dari Buah Mengkudu Setelah air mengkudu siap kemudian obyek dibersihkan secara mekanis dengan menggunakan sikat untuk menghilangkan kotoran pada permukaan. Gambar 4.33 Proses Pembersihan Korosi Menggunakan Buah Mengkudu Setelah itu obyek dimasukkan kedalam air mengkudu. Adapun derajat keasaman yang terukur adalah 5. Waktu perendaman adalah selama 24 jam Setelah proses perendaman selesai kemudian obyek di netralkan pada air mengalir dan kemudian di lap dengan menggunakan kertas tissue Hasil pembersihan menunjukkan bahwa air mengkudu mampu mengangkat karat. Karat yang awal sebelum pembersihan rata menutup kedua sisi permukaan tampak menipis. 36

46 Gambar 4.34 Kondisi Kuncian Setelah Direndam dalam Air Mengkudu Untuk melihat waktu efektif air mengkudu terhadap pembersihan obyek, maka pembersihan dilanjutkan kembali selama 24 jam. Derajat keasaman air mengkudu kembali diukur dengan menggunakan ph indicator dan masih menunjukkan ph 5. Gambar 4.35 Kondisi larutan Mengkudu dan Pengukuran ph Larutan Setelah kontak selama 48 jam, air mengkudu tampak semakin berwarna coklat pekat. Hal ini menunjukkan adanya reaksi pelarutan karat oleh air mengkudu terhadap obyek. Setelah selesai proses perendaman dilanjutkan kembali dengan penetralan obyek dengan menggunakan air lerak dan dibilas air mengalir Gambar 4.36 Proses Pencucian Setelah Perendaman 37

47 Hasil dari pembersihan kedua menunjukkan bahwa obyek masih terdapat karat tipis pada ke dua sisi permukaan. Gambar 4.37 Kondisi Kuncian Setelah Proses Pencucian dengan Lerak e. Pembersihan Korosi Aktif Menggunakan Buah Nanas - Kuncian Pasah (Nanas) Berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 12 cm, lebar 3,5 cm dan mempunyai ketebalan 0,3 cm. Pada satu sisi ada bagian yang tidak utuh. Hasil pengukuran dengan XRF menunjukkan bahwa obyek tersebut terbuat dari logam besi dengan kadar Fe terukur 92,13 %. Selain unsure Fe, ada beberapa unsure yang terdeteksi diantaranya Si, Al, Mn, S, P dan Zn. Untuk hasil prosentase dari masing-masing unsure dapat dilihat dalam Table 4.8. Tabel 4.8 Komposisi Unsur Pasah No Parameter Kadar Keterangan 1 Fe 92, 13 2 Si 4,29 3 Al 2,61 4 Mn 0,50 5 S 0,234 6 P 0,137 7 Zn 0,10 Untuk kondisi keterwatan memperlihatkan bahwa obyek telah mengalami korosi di kedua sisinya. Korosi berwarna kecokelatan dan merupakan korosi aktif. 38

48 Gambar 4.38 Kondisi Kuncian Pasah Sebelum Dibersihkan Proses pembersihan : Pembersihan dilakukan dengan perendaman di dalam air nanas. Sebelum direndam buah nanas diblender terlebih dahulu, kemudian disaring untuk memisahkan air dengan ampas nanas. Obyek dibersihkan dahulu secara mekanis dengan sikat untuk menghilangkan kotoran-kotoran debu atau tanah yang melekat. Kemudian obyek direndam dalam air nanas yang telah ditempatkan pada bak rendaman selama 24 jam. Adapun ph air nanas yang terukur dengan ph indikator adalah 5. Gambar 4.39 Perendaman Kuncian Pasakh dalan Air Nanas Setelah proses perendaman selama 24 jam kemudian obyek di angkat dan kemudian dibilas untuk menetralkan keasaman dan kemudian dikeringkan menggunakan kertas tissue. Hasil pembersihan dengan metode ini dapat digunakan untuk membersihkan karat yang ada. Tampak karat yang awalnya menutupi pada kedua sisi obyek hilang walapun masih belum semuanya. 39

49 Gambar 4.40 Kondisi Kuncian Pasah setelah Perendaman Proses pembersihan belum berhenti sampai disini, dimana obyek kembali di rendam dalam air nanas selama 24 jam. Derajat keasaman diukur kembali dengan menggunakan ph indicator dan ph yang terukur masih tetap sama yaitu 5. Gambar 4.41 Pengukuran ph Air Nanas setelah Digunakan untuk Perendaman dan Proses Pembesihan Secara Mekanis Dalam gambar tampak air nanas yang awalnya berwarna kuning berubah menjadi kecoklatan. Hal ini dimungkinkan karena adanya proses pelarutan dari karat maupun obyek itu sendiri. Setelah proses perendaman, obyek kembali dinetralkan didalam air mengalir. Gambar 4.42 Kondisi Kuncian Pasah Setelah Dibersihkan dengan Air Nanas 40

50 Saat pembilasan tampak kotoran-kotoran berwarna hitam terlarut. Hal ini menandakan bahwa perendaman di dalam air nanas yang terlalu lama akan mengakibatkan pengikisan permukaan obyek itu sendiri. f. Pembersihan Korosi Aktif Menggunakan Campuran Sulfur, Garam dan Air Keris ini mempunyai ukuran panjang ± 30 cm dan lebar ± 4 cm. Hasil uji kandungan unsure dengan XRF menunjukkan bahwa keris ini mempunyai unsur dominan yaitu Fe sebesar 92,99 %. Tabel 4.9 Komposisi Unsur pada Keris No Parameter Kadar Keterangan 1 Fe Si Al P Sn S Pb 0.13 Gambar 4.43 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan Kondisi keterawatan dari obyek terlihat adanya korosi merata pada kedua sisi keris. Korosi tersebut berwarna merah kecoklatan dan apabila diusap maka korosi menempel pada tangan. Timbulnya korosi tersebut akibat adanya proses oksidasi dimana udara sekitar memiliki kelembaban yang tinggi. Proses Pembersihan : Proses pembersihan yang digunakan mengacu pada metode yang di gunakan di Padepokan Keris Brojobuwono yaitu dengan menggunakan campuran bubuk belerang dengan garam dapur. 41

51 Gambar 4.44 Garam dan Sulfur yang Digunakan dalam Proses Pembersihan Karat Bubuk belerang seberat 100 gram ditambah 20 gram garam dicampur kemudian tambahkan sekitar 20 ml air kemudian diaduk hingga menjadi homogen. Hasil pengukuran derajat keasaman dengan menggunakan ph Indikator memperlihatkan bahwa campuran mempunyai keasaman tinggi yaitu 1-2. Gambar 4.45 Campuran Sulfur, Garam dan Air serta Pengukuran ph Setelah semua bahan tercampur, kemudian dibalutkan pada permukaan keris yang mengandung karat aktif dan dibiarkan selama 12 jam. Gambar 4.46 Proses Pembalutan awal Selama proses perendaman selama 12 jam kemudian keris diangkat dan kemudian dibersihkan dengan menggunakan air lerak sampai ph menjadi netral kembali dan kemudian dikeringkan. 42

52 Gambar 4.47 Kondisi Keris Sebelum Dibersihkan Hasil selama perandaman selama 12 jam memperlihatkan tidak semua karat dapat terangkat secara langsung. Untuk melihat waktu efektif dari bahan terhadap obyek maka keris kembali di rendam selama 12 jam sehingga total waktu menjadi 24 jam. Gambar 4.48 Pembalutan Ulang Keris Bahan yang digunakan kembali ditambah air sebagai pengencer. Hasil pengukuran derajat keasaman menunjukkan bahwa ph tidak mengalami penurunan, akan tetapi masih tetap menunjukkan ph 1-2. Gambar 4.49 Kondisi Keris Setelah Pembalutan 24 Jam Setelah kontak 24 jam tampak bahan yang tadinya kuning rata mulai muncul adanya kerak-kerak hitam. Lapisan belerang kemudian dibuka, tampak permukaan keris berwarna kehitaman dan pada adonan belerang banyak membawa karat dan sekaligus kulit luar keris. 43

53 Gambar 4.50 Kondisi Keris Setelah Dibersihkan dengan Pembalutan 24 Jam Penjelasan Tentang Penggunaan Belerang (S), Air (H 2 O) dan garam dapur (NaCl) S + 4 H 2 O SO H + H 2 SO 4 H 2 O NaCl Na + + Cl - H 2 SO 4 + Fe 2 O 3 FeSO 4 Dalam proses pembersihan karat besi menggunakan campuran belerang, garam dan air, reaksi kimia yang paling berperan adalah proses reaksi kimia antara belerang dengan air membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat ini yang berperan dalam membersihkan karat. Sementara garam dalam hal ini ion Na + berfungsi dalam membantu pelarutan belerang dalam air. D. Pembersihan Korosi Paduan Tembaga Menggunakan Bahan Alam 1. Pembersihan Kuningan Menggunakan Santan - Warangka Mempunyai panjang 34,5 cm, lebar bawah 4 cm, lebar atas 2 cm. Hasil pengkuran dengan XRF menunjukkan bahwa unsure dominan adalah Cu sebesar 60, 01 % dan Zn sebesar 33, 26%. Hasil lengkap pengkuran dapat dilihat pada Table 4.10 Tabel 4.10 Komposisi Unsur pada Warangka No Parameter Kadar Keterangan 1 Cu 60,01 2 Zn 33,26 3 Ni 3,58 4 Sn 1,15 5 Pb 0,74 6 Si 0,48 7 Fe 0,42 8 S 0,293 9 Co 0,055 44

54 Gambar 4.51 Kondisi Warangka Sebelum Dibersihkan Hasil observasi tingkat keterawatan menunjukkan bahwa obyek secara fisik masih utuh akan tetapi pada permukaan terdapat bagian yang pleok. Warna sudah mulai kusam dan ditemui juga karat hijau tipis. Prosedur pembersihan : Pembersihan dilakukan dengan merendam obyek di dalam air santan. Kelapa yang telah diparut kemudian diperas dan air santan dibiarkan semalam. Setelah 24 jam maka akan terlihat endapan pada permukaan air santan. Endapan tersebut kemudian dihilangkan dengan cara disaring kembali. Air hasil saringan tersebut kemudian digunakan untuk merendam obyek. Hasil pengukuran derajat keasaman air dengan ph indikator adalah 4-5. Gambar 4.52 Proses Penyiapan Santan 45

55 Gambar 4.53 Kondisi Keris setelah Dibersihkan Setelah proses perendaman selama 24 jam, obyek kemudian dinetralkan kembali dengan menggunakan air lerak dan kemudian dibilas dengan air mengalir. Hasil dari pembersihan menunjukkan bahwa warna yang awalnya kusam kembali menjadi mengkilap. 2. Pembersihan Kuningan Menggunakan Jeruk Nipis - Koin 1 (jeruk nipis) Koin mempunyai diameter 3 cm dengan tebal 1 mm. Hasil pengukuran dengan XRF menunjukkan bahwa unsure dominan adalah Cu 90,17 %. Untuk hasil lengkap dapat dilihat dalam Table 4. Tabel 4.11 Komposisi Unsur pada Koin 1 No Parameter Kadar Keterangan 1 Cu 90,17 2 Zn 5,56 3 Si 3,04 4 Al 0,75 5 Fe 0,26 6 S 0,209 Gambar 4.54 Kondisi Koin Sebelum Dibersihkan Berdasarkan hasil observasi tingkat keterawatan memperlihatkan adanya karat yang berwarna hijau pada kedua sisi koin dan warna juga terlihat kusam 46

56 Prosedur pembersihan Pembersihan dilakukan hanya dengan menggunakan jeruk nipis. Jeruk nipis dibelah menjadi dua kemudian digosok pada permukaan koin. Jeruk mempunyai ph yang sangat asam yaitu 3. Adapun lamanya pembersihan sekitar 2 menit. Gambar 4.55 Proses Pembersihan dengan Jeruk Nipis Proses selanjutnya adalah melakukan netralisasi dengan membilas pada air mengalir. Hasil pembersihan secara umum sangat efektif, dimana warna kusam maupun korosi hijau pada permukaan koin menjadi bersih. Akan tetapi sifat asam yang ada pada jeruk nipis cenderung membuat warna koin menjadi kemerahan dimana lapisan kuning yang sebelumnya ada menjadi hilang. Gambar 4.56 Kondisi Koin Setelah Dibersihkan 3. Pembersihan Kuningan Menggunakan Jeruk Nipis dan Abu Gosok - Koin 2 (jeruk nipis dan abu gosok) Koin mempunyai diameter 3 cm dengan tebal 1 mm. Hasil pengukuran dengan XRF menunjukkan bahwa unsure dominan adalah Cu 90,17 %. Untuk hasil lengkap dapat dilihat dalam Table 4. 47

57 Tabel 4.12 Komposisi Unsur pada Koin 2 No Parameter Kadar Keterangan 1 Cu 90,64 2 Zn 5,60 3 Si 1,23 4 Al 0,99 5 Fe 0,20 6 S 0,250 7 Ni 0,043 Pb 0,041 Gambar 4.57 Kondisi Koin 2 Sebelum Dibersihkan Hasil pengamatan kondisi keterawatan menunjukkan bahwa koin masih dalam keadaan utuh. Permukaan tampak kusam berwarna coklat kehitaman serta pada kedua sisi muncul adanya karat berwarna hijau Proses pembersihan : Bahan pembersih menggunakan jeruk nipis dan abu gosok. Prosesnya jeruk nipis dipotong kemudian dioleskan pada koin dan digosok menggunakan abu. Proses penggosokan yaitu sekitar 2 menit dan dibilas dalam air mengalir hingga ph netral Gambar 4.58 Proses Pembersihan Koin 2 Mengunakan Jeruk Nipis dan Abu 48

58 Hasil pembersihan menunjukkan bahwa cukup efektif untuk mengangkat noda kusam dan karat hijau pada koin. Namun hanya noda kusam yang tipis saja yang tampak terangkat perlu, sedangkan noda kusam yang tebal perlu dilakukan pembersihan lagi. Berbeda dengan pembersihan yang menggunakan jeruk nipis saja, untuk metode tidak begitu dalam menggerus permukaan koin dimana lapisan kuning pada permukaan masih tampak baik. Gambar 4.59 Kondisi Koin 2 Setelah Dibersihkan dengan Jeruk Nipis dan Abu Gosok 4. Pembersihan Kuningan Menggunakan Jeruk Nipis dan Abu Gosok - Cawan 1 (jeruk nipis dan abu gosok) Obyek terdiri dari dua bagian yaitu berupa cawan dan tutup dengan ukuran tinggi 5,5 cm dan mempunyai diameter 4,7 cm. Cawan tersebut merupakan obyek berbahan kuningan. Hasil pengukuran dengan XRF memperlihatkan kadar dominan dari obyek adalah Cu 67.53% dan Zn 26.55%. No Parameter Tabel 4.13 Komposisi Unsur pada Cawan 1 Tutup Hasil Mangkok 1 Cu Zn Pb Si Sn Al Ni Fe P Keterangan 49

59 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa obyek masih masih dalam keadaan utuh dan tidak terdapat korosi. Hanya tampilan warna berwarna kuning kusam dimana pada permukaannya tampak adanya endapan hitam tipis yang melekat terutama pada lekuk-lekuk motifnya. Gambar 4.60 Kondisi Cawan Sebelum Dibersihkan Proses Pembersihan Bahan yang digunakan dalam pembersihan ini adalah dengan menggunakan abu gosok. Abu Gosok ini diperoleh dari hasil sisa pembakaran kayu. Bahan yang lain yang disiapkan adalah jeruk nipis. Setelah kedua bahan tersebut siap langkah awal adalah pembersihan mekanis dengan menggunakan kuas untuk menghilangkan kontoran-kotoran yang melekat pada obyek tersebut. Setelah bersih langkah selanjutnya adalah memotong jeruk nipis kemudian dioleskan pada permukaan yang kusam kemudian dibantu gosok dengan menggunakan abu sekitar 2 gram. Penggosokan dilakukan menggunakan tangan secara perlahan lahan. Setelah beberapa menit tampak endapan-endapan terangkat.langkah selajutnya adalah melakukan pencucian guna menetralkan ph yang asam didalam air mengalir dan kemudian dibilas menggunakan aquadest. Setelah Pembersihan menunjukkan hasil yang positif dimana tampak obyek yang tadinya kusam kembali mengkilap. Gambar 4.61 Kondisi Cawan Setelah Dibersihkan 50

60 5. Pembersihan Kuningan Menggunakan Jeruk Nipis dan Bubuk Bata - Cawan 2 Cawan ini mempunyai bentuk dan ukuran sama seperti cawan nomor 1 diatas. Bahan utama penyusun cawan adalah logam kuningan dimana kadar dominan yang terukur menggunakan XRF adalah Cu 58.77% dan Zn 24, 63 %. No Tabel 4.14 Komposisi Unsur pada Cawan 2 Parameter Tutup Hasil Cawan 1 Cu 58,77 60,82 2 Zn 24,63 31,49 3 Pb 4,55 3,85 4 Si 6,87 1,59 5 Al 2,97 1,20 6 Sn 1,38 0,53 7 Fe 0,38 0,17 8 Ni 0,27 0,153 9 Sb - 0,13 10 P 0,194 - Keterangan Gambar 4.62 Kondisi Cawan 2 Sebelum Dibersihkan Hasil observasi tingkat keterawatan memperlihatkan bahwa pada permukaan tampak kusam tertutama pada bagian tutup serta samping cawan. Proses pembersihan: Bahan yang digunakan dalam pembersihan ini adalah dengan menggunakan bubukan bata. Setelah kedua bahan tersebut siap langkah awal adalah pembersihan mekanis dengan menggunakan kuas untuk menghilangkan kontoran-kotoran yang melekat pada obyek tersebut. Setelah bersih langkah selanjutnya adalah memotong jeruk nipis kemudian dioleskan pada permukaan yang kusam kemudian dibantu gosok dengan menggunakan bubukan bata. Penggosokan dilakukan menggunakan tangan secara perlahan lahan. 51

61 Setelah beberapa menit tampak endapan-endapan terangkat. Langkah selajutnya adalah melakukan pencucian guna menetralkan ph yang asam didalam air mengalir dan kemudian dibilas menggunakan aquadest. Gambar 4.63 Kondisi Cawan 2 Setelah Dibersihkan Hasil pembersihan menunjukkan bahwa pembersihan dengan bubukan bata cukup efektif untuk mengkilatkan kembali obyek. Akan tetapi karakter butiran bubukan bata yang kasar sangat rentan menggores halus permukaan kuningan. 6. Pembersihan Kuningan Menggunakan Jeruk Nipis dan Batu Apung - Nampan (batu apung dan jeuk nipis) Nampan ini merupakan satu bagian dengan kedua bagian diatas. Nampan ini dipergunakan sebagai tempat diletakkannya cawan. Mempunyai bentuk oval dan terdapat 4 buah kaki yang menopang pada bagian bawahnya. Berdasarkan hasil pengukuran, nampan mempunyai panjang 18 cm, lebar 14, 5 dan tinggi adalah 2 cm. Adapun tinggi masing-masih kaki adalah 1,5 cm. Nampan terbuat dari logam kuningan dan berdasarkan hasil pengukuran dengan XRF menunjukkan bahwa logam dominan adalah Cu sebesar 63.87% dan Zn 25.79% pada bagian dalam. Untuk bagian penampang bawah hasil pengukuran menunjukkan kadar Cu yang terukur sebesar 68,47 % dan Zn sebesar 19,56 %. Mengenai lengkap hasil pengukuran dengan menggunakan XRF dapat dilihat dalam Table 4. 52

62 Tabel 4.15 Komposisi Unsur pada Nampan No Parameter Lokasi Dalam Bawah 1 Cu 63,87 68,47 2 Zn 25,79 19,56 3 Si 3,10 2,84 4 Pb 2,69 2,86 5 Al 1,70 1,75 6 Fe 1,53 0,90 7 Ni 0,68 0,31 8 Sb 0,31 0,30 9 P 0,29 0, Cr - 0,34 Keterangan Hasil pengamatan tingkat keterawatan menunjukkan tidak terdapat korosi, akan tetapi pada seluruh permukaan telah tampak kusam. Gambar 4.64 Kondisi Nampan Sebelum Dibersihkan Prosedur pembersihan : Pembersihan dilakukan dengan penggosokan dengan menggunakan batu apung. Tetapi sebelum penggosokan permukaan obyek di oles dengan menggunakan jeruk nipis. Waktu penggosokan adalah 5 menit. Untuk menetralkan pengaruh keasaman karena jeruk maka kemudian di bilas dalam air mengalir. Gambar 4.65 Kondisi Nampan Setelah Dibersihkan 53

63 7. Pembersihan Kuningan Menggunakan Jeruk Nipis dan Soda Kue (Sodium Bikarbonat) - Koin 3 (jeruk nipis soda kue) Koin mempunyai diameter 3 cm dengan tebal 1 mm. Hasil pengukuran dengan XRF menunjukkan bahwa unsure dominan adalah Cu 90,17 %. Untuk hasil lengkap dapat dilihat dalam Table 4. Tabel 4.16 Komposisi Unsur pada Koin 3 No Parameter Kadar Keterangan 1 Cu 93,10 2 Zn 5,54 3 Si 1,08 4 S 0,168 5 Fe 0,084 6 Ni 0,023 Gambar 4.66 Kondisi Koin 3 Sebelum Dibersihkan Hasil observasi tingkat keterawatan menunjukkan bahwa koin masih dalam keadaan utuh. Permukaan tampak kusam dan terdapat korosi hijau di kedua sisinya. Proses pembersihan : Pembersihan dilakukan dengan menggunakan pasta campuran antara jeruk nipis dengan soda kue. Jeruk nipis diperas kemudian tambahkan soda kue sampai menjadi berbentuk pasta. 54

64 Gambar 4.67 Proses Pencampuran Jeruk Nipis dan Soda Kue Setelah campuran menjadi berbentuk pasta kemudian di oleskan pada permukaan koin dan dibiarkan selama 2 menit pada masing-masing sisi koin. Gambar 4.68 Proses Pembersihan Korosi pada Koin 3 dengan Pasta Jeruk Nipis dan Soda Kue Hasil dari pembersihan memperlihatkan warna kusam pada permukaan hilang. Lapisan kuning masih terlihat dibandingkan hasil pembersihan dengan hanya menggunakan jeruk nipis saja. Karat hijau juga dapat terangkat akan tetapi masih tersisa sedikit. Gambar 4.69 Kondisi Koin 3 setelah Dibersihkan 55

KONSERVASI LOGAM DENGAN BAHAN TRADISIONAL

KONSERVASI LOGAM DENGAN BAHAN TRADISIONAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN LAPORAN HASIL KAJIAN KONSERVASI LOGAM DENGAN BAHAN TRADISIONAL Oleh : Ari Swastikawati, S.Si, M.A Henny Kusumawati, S.S Rony Muhammad,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A) Artefak Logam sebagai Material Arkeologi Indonesia memiliki cagar budaya dalam bentuk artefak logam dalam jumlah yang sangat berlimpah, yang tersebar di seluruh wilayah nusantara.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Korosi Pasif dan Aktif pada Besi dan Paduan Tembaga Jenis korosi yang terjadi pada cagar budaya logam sangat penting untuk diketahui sebelum melakukan tindakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Artefak Logam dalam Arkeologi Indonesia memiliki cagar budaya dalam bentuk artefak logam dalam jumlah yang sangat berlimpah, yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Artefak-artefak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang dilaksanakan dalam kajian ini meliputi studi referensi, observasi, dan eksperimen di laboratorium dengan penjelasan sebagai

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI Materi ( zat ) adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Batu, kayu, daun, padi, nasi, air, udara merupakan beberapa contoh materi. Sifat Ekstensif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

Handout. Bahan Ajar Korosi

Handout. Bahan Ajar Korosi Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah

Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah A. Pengantar Tinggalan Cagar Budaya berbahan kayu sangat banyak tersebar di wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab yang keempat ini mengulas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan beserta analisa pembahasannya. Hasil penelitian ini nantinya akan dipaparkan olahan data berupa grafik

Lebih terperinci

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Reaksi Kimia bisa terjadi di manapun di sekitar kita, bukan hanya di laboratorium. Materi berinteraksi untuk membentuk produk baru melalui proses yang disebut reaksi

Lebih terperinci

1. Pengertian Perubahan Materi

1. Pengertian Perubahan Materi 1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa

Lebih terperinci

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi BAB I MATERI 1.1 Pengertian Materi Dalam Ilmu Kimia kita mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan yang dialami materi, baik dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan.

Lebih terperinci

Oksidasi dan Reduksi

Oksidasi dan Reduksi Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

LAPORAN PENGAMATAN PENYEPUHAN LOGAM

LAPORAN PENGAMATAN PENYEPUHAN LOGAM LAPORAN PENGAMATAN PENYEPUHAN LOGAM Nama Anggota : 1. Christover Tony Manurung (08) 2. Ganda Fikri (15) 3. Muhammad Rizal Adamy (23) 4. Nukris Ariyo Cokro (24) 5. Ratna Dwi Hapsari (25) 6. Vita Oktanti

Lebih terperinci

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Dody H. Dwi Tiara Tanjung Laode F. Nidya Denaya Tembaga dalam bahasa latin yaitu Cuprum, dalam bahasa Inggris yaitu Copper adalah unsur kimia yang mempunyai simbol

Lebih terperinci

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KRIYA LOGAM Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PERALATAN DAN BAHAN BAHAN 1. Aluminium 2. Baja 3. Besi 4. Emas 5. Kuningan/Loyang 6. Monel

Lebih terperinci

PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL. Tanya (T-01) :Bagaimana cara kerja RUST COMBAT?

PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL. Tanya (T-01) :Bagaimana cara kerja RUST COMBAT? PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL Tanya (T-01) :Bagaimana cara kerja RUST COMBAT? JAWAB (J-01) : RUST COMBAT bekerja melalui khelasi (chelating) secara selektif. Yaitu proses di mana molekul sintetik yang

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Korosi Dosen pengampu: Drs. Drs. Ranto.H.S., MT. Disusun oleh : Deny Prabowo K2513016 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kandungan Tanin Dalam Daun Teh yang Berasal dari Nglinggo Ektraksi daun teh dengan cara perendaman, penambahan dextrin dan tween 80 serta dilanjutkan pengovenan dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam metode pelapisan plastik ABS dengan elektroplating ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, diantaranya adalah tingkat kecerahan suatu

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang akan dilaksanakan dalam kajian ini meliputi studi referensi, observasi, dan eksperimen di laboratorium dengan penjelasan sebagai

Lebih terperinci

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN Dari Asam Buah Menjadi Listrik Hasil teknologi ini merupakan pengembangan hasil penelitian dari Alexander Volta. Dari penelitian volta disebutkan bahwa jika suatu deretan

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ZAT. 1. Identifikasi Sifat Asam, Basa, dan Garam

KLASIFIKASI ZAT. 1. Identifikasi Sifat Asam, Basa, dan Garam KLASIFIKASI ZAT Pola konsep 1. Identifikasi Sifat Asam, Basa, dan Garam Di antara berbagai zat yang ada di alam semesta ini, asam,basa, dan garam merupakan zat yang paling penting yang diamati oleh para

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS Oleh : Anna Kristina Halim (02) Ardi Herdiana (04) Emma Ayu Lirani (11) Lina Widyastiti (14) Trisna Dewi (23) KELAS XII IA6 SMA NEGERI 1 SINGARAJA 2011/2012 BAB

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERUBAHAN KIMIA. Disusun Oleh. Ari Wahyuni PROGRAM D3 FARMASI LABORATORIUM KIMIA DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERUBAHAN KIMIA. Disusun Oleh. Ari Wahyuni PROGRAM D3 FARMASI LABORATORIUM KIMIA DASAR LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERUBAHAN KIMIA Disusun Oleh Ari Wahyuni 107113039 PROGRAM D3 FARMASI LABORATORIUM KIMIA DASAR STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2014 PERUBAHAN KIMIA I. Tujuan Agar mahasiswa

Lebih terperinci

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida Diah Riski Gusti, S.Si, M.Si, jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Abstrak Telah dilakukan penelitian laju korosi baja dalam

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK LOGAM

MATERIAL TEKNIK LOGAM MATERIAL TEKNIK LOGAM LOGAM Logam adalah Jenis material teknik yang dipakai secara luas,dan menjadi teknologi modern yaitu material logam yang dapat dipakai secara fleksibel dan mempunyai beberapa karakteristik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN. Hand Out HUKUM FARADAY Disusun untuk memenuhi tugas work shop PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna Oleh: LAURENSIUS E. SERAN 607332411998 Emel.seran@yahoo.com UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air. III. REAKSI KIMIA Tujuan 1. Mengamati bukti terjadinya suatu reaksi kimia. 2. Menuliskan persamaan reaksi kimia. 3. Mempelajari secara sistematis lima jenis reaksi utama. 4. Membuat logam tembaga dari

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. KIMIA DASAR I PERTEMUAN 1 Tujuan Perkuliahan: Setelah proses pembelajaran ini selesai, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian dari larutan beserta contohnya. 2. Menjelaskan perbedaan larutan

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

Tanin Sebagai Inhibitor Korosi Artefak Besi Cagar Budaya

Tanin Sebagai Inhibitor Korosi Artefak Besi Cagar Budaya Tanin Sebagai Inhibitor Korosi Artefak Besi Cagar Budaya Ari Swastikawati, Henny Kusumawati, Rifqi Kurniadi Suryanto, Yudi Atmaja Hendra Purnama Balai Konservasi Borobudur Email : arie_swastik@yahoo.com

Lebih terperinci

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI Definisi Reduksi Oksidasi menerima elektron melepas elektron Contoh : Mg Mg 2+ + 2e - (Oksidasi ) O 2 + 4e - 2O 2- (Reduksi) Senyawa pengoksidasi adalah zat yang mengambil elektron

Lebih terperinci

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam PERCOBAAN VI A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam B. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengetahui sifat bahan kimia terutama logam Cu dan logam Mg terhadap asam sitrat. 2. Mengamati reaksi-reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Kimia Tanggal : 07 Juni 009 Kode Soal : 9. Penamaan yang tepat untuk : CH CH CH CH CH CH OH CH CH adalah A. -etil-5-metil-6-heksanol B.,5-dimetil-1-heptanol C.

Lebih terperinci

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn 1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A D. Cu E. Zn 2. Nomor atom belerang adalah 16. Dalam anion sulfida, S 2-, konfigurasi elektronnya adalah...

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( )

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( ) Sn & Pb Kelompok I Anggota: Dian Agustin (1113023010) Diantini (1113023012) Ika Nurul Sannah (1113023030) M Weddy Saputra (1113023036) Sumber dan Kelimpahan Sumber dan Kelimpahan Sn Kelimpahan timah di

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM BAB VI L O G A M Baja banyak di gunakan dalam pembuatan struktur atau rangka bangunan dalam bentuk baja profil, baja tulangan beton biasa, anyaman kawat, atau pada akhir-akhir ini di pakai juga dalam bentuk

Lebih terperinci

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh 14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh Written by Rosalia in Beauty Tips Sebelum membahas lebih lanjut mengenai berbagai cara menghilangkan komedo, terlebih dahulu kita harus tahu

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA K I M I A PROGRAM STUDI IPA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan persiapan

Lebih terperinci

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA BAB II ZAT DAN WUJUDNYA Zat adalah : Sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Wujud zat ada 3 macam : padat, cair, dan gas 1. MASSA JENIS ZAT ( ) Yaitu perbandingan antara massa dan volume zat

Lebih terperinci

Minyak Atsiri sebagai Bahan Aktif Konservasi Benda Cagar Budaya Riyanto 4-10

Minyak Atsiri sebagai Bahan Aktif Konservasi Benda Cagar Budaya Riyanto 4-10 1 Daftar Isi Minyak Atsiri sebagai Bahan Aktif Konservasi Benda Cagar Budaya Riyanto 4-10 Kajian Efektivitas Teknik dan Bahan Konservasi pada Lontar di Bali Ida Bagus Alit Sancana 11-23 Foto sampul depan:

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari Setelah mempelajari dan memahami konsep atom, ion, dan molekul, kini saatnya mempelajari ketiganya dalam bahan kimia sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah dapat melihat atom, ion,

Lebih terperinci

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A Selesaikan dengan cara!!! 1. Reduksi 1 mol ion SO 4 2- menjadi H 2S, memerlukan muatan listrik sebanyak A. 4 F D. 6 F B. 8F E. 16 F C. 20 F 2. Proses elektrolisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran

Lebih terperinci

REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim.

REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim. REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim. e-mail enni_p3gipa@yahoo.co.id Di sekitar kita terdapat berbagai proses kimia yang dapat dijelaskan dengan konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA Oleh kelompok 7 AYU ANDRIA SOLIHAT (20130110066) SEPTIYA WIDIYASTUTY (20130110077) BELLA LUTFIANI A.Z. (20130110080) M.R.ERNADI RAMADHANI (20130110100) Pengertian Baja Baja

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG TUGAS AKHIR PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun Oleh: ADI PRABOWO D 200 040 049 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

Soal-soal Redoks dan elektrokimia 1. Reaksi redoks : MnO 4 (aq) + C 2 O 4 2- (aq) Mn 2+ (aq) + CO 2 (g), berlangsung dalam suasana asam. Setiap mol MnO 4 memerlukan H + sebanyak A. 4 mol B. 6 mol D. 10 mol C. 8 mol E. 12 mol 2. Reaksi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung. Karakaterisasi

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun : RULENDRO PRASETYO NIM : D 200 040 074 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah. 1. Dari beberapa unsur berikut yang mengandung : 1. 20

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

SILABUS. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan.

SILABUS. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan. Sekolah : SMP... Kelas : VII (Tujuh) Semester : 1 (Satu) Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam SILABUS Standar Kompetensi : 1. Memahami ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Kereaktifan Logam alkali dan alkali tanah luar biasa besar. Dalam satu golongan,

Lebih terperinci

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) NAMA : KARMILA (H311 09 289) FEBRIANTI R LANGAN (H311 10 279) KELOMPOK : VI (ENAM) HARI / TANGGAL : JUMAT / 22 MARET

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05% BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05% Pengecoran suhu cetakan 250 C Pengecoran

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN LARUTAN

KIMIA TERAPAN LARUTAN KIMIA TERAPAN LARUTAN Pokok Bahasan A. Konsentrasi Larutan B. Masalah Konsentrasi C. Sifat Elektrolit Larutan D. Sifat Koligatif Larutan E. Larutan Ideal Pengantar Larutan adalah campuran homogen atau

Lebih terperinci

KULIAH III KEMASAN GELAS. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan.

KULIAH III KEMASAN GELAS. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan. KULIAH III KEMASAN GELAS Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan. SEJARAH PERKEMBANGAN Asal : pelaut Venezia membuat tungku

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL AIR (ANALISIS AIR) (situs Ini Asa, Cerita dan Tujuan Analis Kesehatan) Oleh : OKTIA EKA RINASIH NIM : G0C015051

PENGAMBILAN SAMPEL AIR (ANALISIS AIR) (situs Ini Asa, Cerita dan Tujuan Analis Kesehatan) Oleh : OKTIA EKA RINASIH NIM : G0C015051 1 - PENGAMBILAN SAMPEL AIR (ANALISIS AIR) (situs Ini Asa, Cerita dan Tujuan Analis Kesehatan) Oleh : OKTIA EKA RINASIH NIM : G0C015051 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN

Lebih terperinci

NAMA : KELOMPOK : Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X 5 /2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit.

NAMA : KELOMPOK : Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X 5 /2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit. NAMA : KELOMPOK : 90 Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X 5 /2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit. Materi Pokok : Sifat dan jenis larutan elektrolit dan non elektrolit. Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Logam merupakan salah satu jenis bahan yang sering dimanfaatkan untuk dijadikan peralatan penunjang bagi kehidupan manusia dikarenakan logam memiliki banyak kelebihan

Lebih terperinci

Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung

Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung Standar Nasional Indonesia Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung ICS 87.020; 91.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci