BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II : TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Penelitian mengenai studi kenyamanan dan pengruh bukaan terhadap kenyamanan termal bangunan di Indonesia telah banyak dilakukan sebelumnya, diantaranya yaitu: Desyana dan Hidayat (2014); Amin, dkk (2004); Hidayatullah dan Hidayat (2015); Puspitorini, dkk (2013); Ayuningtyas dan Karyono (2016); Jayanto dan Karyono (2016); Riyanto dan Karyono (2016). Pada Jayanto dan Karyono (2016); Hidayatullah dan Hidayat (2015); Riyanto dan Karyono (2016); mengaitkan penelitiannya pada pengaruh bukaan terhadap kenyamanan termal di daerah tropis lembab. Akan tetapi berbeda pada bangunan yang di teliti. Hasil yang didapat dari penelitian Hidayatullah dan Hidayat (2015); dengan studi kasus pada bangunan SMPN 206 Jakarta Barat jalan meruya selatan yang terdiri dari 4 lantai. Metode yang digunakan untuk menentukan kenyamanan termal adalah standar baku kenyamanan termal pada ASHRAE DAN ISO 7730 yaitu index termal PMV dan PPD. Hasil kuesioner menunjukan bahwa sensasi termal semua responden diseluruh ruangan pengamatan adalah netral. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 6-8 november 2014 kepada sejumlah siswa dibeberapa ruangan, sebagian besar siswa pada umumnya menyatakan bahwa ruang belajar mereka kurang nyaman jika ditinjau dari segi kenyamanan termal. Hal ini mengakibatkan berkurangnya konsentrasi pada saat belajar, karena siswa sering merasa kepanasan seiring meningkatnya temperature ruangan pada saat proses belajar mengajar. Sedangkan Hasil yang didapat dari penelitian Jayanto dan Karyono (2016); Riyanto dan Karyono (2016); yaitu sama-sama mencari hasil dari persepsi pengguna, suhu nyaman dan rentang suhu, dan hasil dari pengaruh bukaan terhadap kenyamanan termal hanya saja berbeda objek lokasi. Jayanto dan Karyono (2016) melakukan penelitian nya di puskesmas kebon jeruk. Dari keseluruhan hasil persepsi tidak ada responden yang menyatakan dingin sekali dan panas sekali. Secara ratarata responden merasakan nyaman (56,36%). Bukaan memberikan peningkatan kenyamanan dari segi termal dari pada tidak adanya bukaan sama sekali. Sama seperti Jayanto dan Karyono (2016); Riyanto dan Karyono (2016); melakukan penelitiannya di stasiun palmerah dengan hasil persepsi pengguna dapat dibuktikan bahwa sebagian besar pengunjung merasakan Hangat berada di area peron stasiun dan bukaan pada peron Stasiun Palmerah sangat tidak berpengaruh terhadap suhu (33ºC). Walaupun tidak terlalu berpengaruh terhadap suhu tinggi, bukaan sangat berpengaruh penting Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 6

2 dalam bangunan, karena dapat memberikan pengaruh lebih nyaman pada saat suhu terendah (27,2ºC), daripada tidak adanya bukaan sama sekali. Pada penelitian Desyana dan Hidayat (2014); membahas mengenai studi kenyamanan termal untuk mendukung kondisi termal pada bangunan dan sensasi termal yang dirasakan penggunanya. Penelitian tersebut mengambil studi kasus pada masjid jami al-mubarok yang berlokasi di kabupaten tangerang. Hasil data yang diperoleh berdasarkan pengukuran langsung dan kuesioner pada responden dinyatakan selama pengukuran 2 hari. Hasil yang didapatkan selama 2 hari berada pada posisi netral, dengan suhu pengukuran estimator rata-rata suhu udara 28,3 o C, dengan kelembaban udara mencapai 78% dan kecepatan angina 0,2 m/s, PMV 1,30 +1 (Hangat) dan PPD 40,11%. Puspitorini, dkk (2013); Amin, dkk (2004); Ayuningtyas dan Karyono (2016); mengaitkan penelitiannya pada pengaruh bukaan pada bangunan masjid yang beradaptasi dengan iklim di daerah tropis lembab. Hasil yang didapat dari penelitian Puspitorini, dkk (2013); adalah pada Masjid Al Irsyad Kotabaru Parahyangan, Jawa Barat sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi kenyamanan termal yang dirasakan oleh para penggunanya. Hal ini terlihat dari perbedaan kondisi yang dirasakan pada tiap titik penelitian. Pada titik-titik tertentu, diperoleh hasil yang dianggap tidak nyaman dikarenakan besarnya pergerakan udara di area tersebut. Akan tetapi secara keseluruhan, kondisi kenyamanan pada lingkungan masjid tersebut masih berada di rentang nyaman. Dengan kata lain, bangunan masjid tersebut masih memenuhi syarat kenyamanan termal di dalam suatu bangunan. Dengan desain kolam setengah lingkaran yang berada di area mihrab masjid juga berpengaruh terhadap nilai kelembaban yang terdapat di sekitar area tersebut. Dimana kelembaban relatif tersebut memiliki nilai flukstuasi yang tinggi, yang sangat dipengaruhi oleh temperature udara. Sedangkan hasil penelitian Amin, dkk (2004); Pengaruh dari bukaan berupa pintu yang mengakibatkan turunnya tingkat kenyamanan pada daerah yang berhdapan dengan bukaan. Dari hasil penelitian tersebut dikatakan orang-orang di daerah tropis lembab lebih dapat menerima keadaan yang lebih panas dikarenaakan telah beradaptasi dengan keadaan iklim lingkungannya. Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah, dalam perencanaan dan perancangan sebuah bangunan hendaknya diperhatikan bukaan dinding yang menghadap arah datangnya pergerakan angin/udara yang paling banyak. Hasil penelitian Ayuningtyas dan Karyono (2016) membandingkan skala ASHRAE dan skala Bedford dinyatakan nyaman. Walaupun bukaan tidak terlalu berpengaruh terhadap suhu tertinggi, bukaan sangat berpengaruh penting dalam bangunan. Hal tersebut dikarena dapat memberikan pengaruh lebih nyaman pada saat suhu terendah, daripada tidak adanya bukaan sama sekali. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 7

3 Berdasarkan hasil pembahasan diatas terhadap problem statement dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa suhu ataupun kenyamanan termal pada sebuah ruangan maupun bangunan sangat penting untuk mendukung kinerja penggunanya. Ada beberapa variable yang mempengaruhi kenyamanan termal pada suatu ruagan maupun bangunan yaitu, suhu udara, radiasi, kelembaban, dan kecepatan angin. Dari hasil pembahasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bukaan pada dinding bangunan yang akan dibuat dalam judul Pengaruh Bukaan Pada Dinding Terhadap Kenyamanan Termal Pengguna Di Masjid Istiqlal Jakarta meneruskan apa yang telah dibuat sebelumnya oleh Ayuningtyas dan Karyono (2016); Puspitorini, dkk (2013); dan Amin, dkk (2004); yang membedakannya adalah wilayah dan lokasi masjid tersebut berada di pusat perkotaan Kenyamanan Termal Definisi kenyaman termal menurut beberapa pendapat, yang dikutip pada buku Teori dan Acuan Kenyamanan Termis dalam Arsitektur adalah: 1. Dalam kaitannya dengan bangunan, kenyamanan di definisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat memberikan sensasi yang menyenangkan (atau tidak menyulitkan) bagi pengguna bangunan tersebut. (Karyono, 1989) 2. Manusia dinyatakan nyaman secara termis ketika ia tidak dapat menyatakan apakah ia hendak melakuka perubahan suhu udara yang lebih panas atau lebih dingin dalam ruangan tersebut. (Mclntyre, 1980) 3. Hoppe (1988); mengemukakan bahwa suhu manusia naik ketika suhu ruang dinaikkan sekitar 21ºC. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC suhu nyaman untuk kulit tercapai. Selain suhu udara, suhu radiasi matahari dari sekeliling permukaan (plafon, dinding, pintu, jendela dan lantai) juga ikut mempengaruhi kenyamanan ruang. Sementara itu, pengaruh kelembaban udara pada kenyamanan ruang tidak sebesar pengaruh suhu udara. 4. Suatu daerah nyaman sebagai suatu kondisi dimana manusia berhasil meminimalkan pengeluaran energi dari dalam tubuhnya dalam rangka menyesuaikan (mengadaptasi) terhadap lingkungan termisnya. (Olglay,1963) 5. ASHARAE (1992); mendefinisikan kenyamanan termis sebagai perasaan dalam pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termisnya. Berdasarkan standar ini juga, disyaratkan bahwa suatu kondisi dinyatakan nyaman apabila tidak kurang dari 90% responden yang diukur menyatakan nyaman secara termis. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 8

4 Dari kelima definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan termal adalah suatu perasaan atau pikiran nyaman manusia dalam mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan di sekitarnya. Dimana kenyamanan termal tersebut dapat tercipta dari kondisi iklim disekitar. Suatu kenyamanan termal dapat di ukur berdasarkan 90% responden menyatakan nyaman secara termal. Selain pengaruh dari iklim, sifat fisik yang dapat menyesuaikan untuk menjadi suhu juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal. Berikut standar zona kenyamanan termal di Indonesia adalah sebagai berikut (Kurniasih, 2009, h.33) : a. Sejuk Nyaman : 22,5 22,8 C b. Nyaman Optimal : C c. Nyaman Hangat : 26 27,1 C d. Panas : > 27,1 C Faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal Menurut teori kenyamanan termis yang dikutip pada buku Teori dan Acuan Kenyamanan Termis dalam Arsitektur, dinyatakan bahwa kondisi kenyamanan termis ditentukan oleh faktor ikilm dan faktor individu atau faktor personal. Faktor iklim yang mempengaruhi terdiri dari: suhu udara, suhu radiasi rata-rata, kelembapan udara, serta kecepatan angin. Sementara faktor inidividu yang turut menentukan keadaan sushu nyaman adalah laju metabolisme atau jenis aktifitas serta jenis pakaian yang dikenakan. Sementara menurut Adanya pengaruh dari bukaan dinding berupa pintu yang mengakibatkan turunnya tingkat kenyamanan pada daerah yang berhadapan dengan bukaan, ini ditandai dengan nilai PMV yang terendah berada pada daerah yang berhadapan dengan bukaan. Dan juga daerah yang berada padaa titik silang dari ventilasi silang. Iklim Dalam kamus Oxford iklim didefinisikan sebagai kawasan dengan kondisi tertentu yang meliputi temperatur, kelembaban, angin, cahaya, dan sebagainya. Secara etimologi iklim berasal dari bahasa Latin clima yaitu daerah atau lereng dari Bumi; bahasa Yunani klima daerah, zona. Menurut kamus Merriam-Webster climate berarti kondisi atau keadaan cuaca rata-rata pada suatu tempat-biasanya dalam periode tahunan yang meliputi temperatur, kecepatan angin, dan curah hujan. Dalam KBBI arti kata iklim adalah keadaan hawa (suhu, kelembaban, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang agak lama. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 9

5 Temperatur Udara Hoppe (1988); melakukan pengukuran terhadap suhu kulit dari sempel laki-laki berusia 35 tahun yang dalam posisi duduk dan melakukan kerja ringan, mengenakan pakaian lengkap (jas, baju, dan jaket). Memperlihatkan bahwa suhu kulit manusia (yang dijadikan sempel percobaan) naik ketika suhu ruang (dimana manusia ini berada dinaikkan hingga sekitar 21 o C. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik namun menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20 o C suhu nyaman pada kulit tercapai. Kelembapan Udara Secara umum, pengaruh kelembaban terhadap iklim ruang (dalam bangunan) tidaklah sebesar pengaruh suhu udara, atau suhu radiasi rata-rata. Kenaikan RH dari 30% hingga sekitar 75% hanya akan meningkatkan suhu rata-rata kulit. Meskipun demikian masih belum diketahui apakah kenaikkan RH diats 75% tidak akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kenyamanan termal. Pada kondisi nyata, manusia dari daerah beriklim kering kemungkinan besar akan menderita apabila berkunjung ke daerah beriklim lembab. Temperatur Radiasi Suhu radiasi rata-rata adalah ukuran untuk aliran panas radiasi dari sekeliling permukaan seperti halnya langit-langit, dinding, pintu, jendela dan lantai. Kenyamanan termal pada kecepatan angin yang rendah tidak jauh berbeda dengan efek yang diberikan suhu udara terhadap kenyaman termal. Fenomena ini akan muncul karena adanya peningkatan koefisien perambatan panas secara konveksi. Kecepatan Angin Mangunwijaya (2000); dan Krisek (1978); menjelaskan bahwa kecepatan angin ataupun kecepatan udara termasuk faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal seseorang. Kecepatan angin untuk kenyamanan dalam ruangan terdapat pada batas-batas kecepatan antara 0,1 m/detik sampai dengan 0,5 m/detik, apabila melebihi batas tersebut sudah dirasakan tidak enak terutama bagi orang yang sudah lanjut usia menurut Mangunwijaya (2000). Sedangkan Krisek (1978); Kecepatan udara yang optimum bagi pertumbuhan tanaman di bawah kondisi terkendali adalah 0,5 m/s. Pengaruh kecepatan angin pada kenyamanan termal berbeda jika kita bandingkan dengan fakto-faktor iklim lain. Semakin besar nilai kecepatan angin (udara) akan berpengaruh Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 10

6 terhadap semakin rendahnya suhu kulit rata-rata. Ketika kecepatan udara meningkat, dari 0.00 m/s menjadi m/s, nilai T akan turun sekitar 2 o C. Meskipun demikian, hal ini hanya berlaku pada lingkungan dimana suhu udara berada dibawah suhu kulit. Jika suhu udara lebih tinggi dibanding suhu kulit, efek dari aliran udara akan sama dengan faktor-faktor iklim yang lain, dimana peningkatan kecepatan angin akan menaikkan suhu kulit. Berdasarkan ASHRAE (1992); merumuskan angin maksimum untuk kecepatan udara pada ruang kantor yang sebesar 0.25 m/s untuk kondisi musim panas. Angka diperkirakan dapat digunakan bagi kondisi iklim tropis basah seperti halnya Indonesia. Orientasi Bangunan Pada iklim tropis, fasad bangunan yang berorientasi Timur-Barat merupakan bagian yang paling banyak terkena radiasi matahari (Mangunwijaya, 1980). Oleh karena itu, bangunan dengan orientasi ini cenderung lebih panas dibandingkan dengan orientasi lainnya. Selain orientasi terhadap matahari, orientasi terhadap arah angin juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal, karena orientasi tersebut dapat mempengaruhi laju angin ke dalam ruangan (Boutet, 1987). (Gambar 2.1). Dimensi dan bentuk dari suatu bangunan juga dapat mempengaruhi lebar bayangan angin (Boutet, 1987) (Gambar 2.2). Gambar 2. 1 Orientasi bangunan persegi terhadap arah angin (Boutet, 1987 dalam Latifah, dkk 2013) Radiasi panas matahari masuk melalui proses konduksi pada material bangunan (Latifah, dkk 2013). Panas tersebut dapat masuk ke dalam ruangan melalui dinding, atap, ataupun kaca jendela (Tabel 2.1). Perletakan massa bangunan yang berpola seperti papan catur akan membuat aliran udara lebih merata. Perletakan massa bangunan yang berpola sejajar akan menciptakan pola lompatan aliran udara yang tidak biasa dengan kantung turbulensinya(boutet, 1987 dalam Latifah, dkk 2013) (Gambar 2.2). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 11

7 Gambar 2. 2 Pengaruh dimensi dan bentuk dari bangunan terhadap ukuran bayangan angin (Boutet, 1987 dalam Latifah, dkk 2013) Tabel Transmitan konstruksi pada dinding bangunan NO Tipe Konstruksi Transmitan, U (W/m2DegoC) 1 Batu bata diplester kedua sisi, tebal 144 mm 3,24 2 Batu bata tidak diplester, tebal 228 mm 2,67 3 Batu bata diplester kedua sisi, tebal 228 mm 2,44 4 Beton padat biasa, tebal 152 mm 3,58 (Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) Faktor Individu Yang Mepengaruhi Penjabaran faktor-faktor individu yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal ini, di kutip bedasarkan buku Teori dan Acuan Kenyamanan Termis dalam Arsitektur Karyono, (2001). Berikut penjabarannya: Jenis Aktivitas Jenis aktifitas berpengaruh pada laju metabolisme tubuh manusia. Laju metabolisme pada tubuh manusia bervariasi tergantung dari jenis aktifitas yang dilakukannya. Laju metabolisme dinyatakan dalam satuan met (metabolic rate atau laju metabolisme), yang didefinisikan sebagai laju metabolisme tubuh persatuan luas tubuh manusia dalam keadaan istirahat (duduk/diam). Penelitian Boothby yang dikutip Mclntyre (1980); memperlihatkan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 12

8 bahwa basal metabolisme manusia menurun seiring dengan bertambahnya usia, dan laju metabolisme pria lebih tinggi dibanding wanita pada usia sama. Jenis Pakaian Jenis pakaian yang dikenakan oleh seseorang akan berpengaruh pada pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga akan menentukan tingkat kenyamanan dari orang yang bersangkutan. Karena panas yang ditimbulkan tubuh harus dibuang ke lingkungan di sekitarnya dalam rangka mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan pada sekitar 37 C, pakaian yang dikenakan oleh seseorang akan menghambat pelepasan panas dari tubuh ke lingkungan di sekitarnya. Pada suhu udara yang rendah (dingin), pakaian tebal diperlukan untuk menahan pelepasan panas dari tubuh ke udara sekitarnya. Sebaliknya pada suhu udara tinggi (dimana suhu udara mendekati atau melebihi suhu kulit, pakian tipis dan longgar akan diperlukan untuk mempermudah pelepasan panas tubuh ke udara di sekitarnya. Dalam banyak hal, pakaian dapat mencerminkan keadaan iklim setempat. Di daerah yang beriklim panas orang cenderung berpakaian tipis, sebaliknya di Negara yang beriklim dingin orang cenderung berpakaian tebal Faktor Ketidaknyamanan Setempat Fanger (1970); menyatakan bahwa kondisi termal (suhu) yang netral belum merupakan jaminan tercapainya udara ruang yang nyaman (atau netral), jika satu atau beberapa bagian tubuhnya menerima efek panas yang sangat berbeda antar satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat terjadi misalnya jika salah satu bagian tubuhnya menerima efek pemanasan sementara bagian yang lain menerima pendinginan. Keadaan seperti ini biasanya disebut dengan istilah ketidaknyamanan setempat (local discomfort). Ketidaknyamanan setempat (lokal) dapat disebabkan oleh hembusan udara dingin atau panas yang mengenai sebagian tubuh manusia, atau oleh radiasi yang tidak merata pada tubuh yang disebabkan oleh benda panas contohnya, pancaran sinar matahari yang langsung mengenai bagian tubuh, atau dapat juga terjadi ketidaknyamanan setempat disebabkan oleh perbedaan suhu yang besar pada arah vertikal, misalnya suhu udara disekitar kepala normal (nayaman) namun suhu lantai dimana kaki berpijak sangat rendah (dingin). Hal tersebut dapat mengakibatkan ketidaknyamanan setempat. ASHRAE (1989). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 13

9 Hembusan Udara Kencang Hembusan udara yang mengenai hanya sebagian dari tubuh serta memiliki kecepatan diatas ambang tertentu dapat mengakibatkan efek ketidaknyamanan setempat. Di daerah dengan iklim seperti indonesia, pada umumnya aliran udara sangat diharapkan untuk memeberikan kenyamanan. Meskipun demikian, jika aliaran atau hembusan udara ini terjadi secara lokal dan cukup kencang yang mengenai hanya sebagian tubuh tertentu, misalnya bagian kepala, atau bagian kaki saja, dimana bagian tubuh yang lain tidak terkena, hal ini akan mengakibatkan ketidaknyamanan setempat. Ayuningtyas dan Karyono (2016). Radiasi Tidak Merata Radiasi yang tidak merata yang mengenai tubuh manusia akan mengekibatkan ketidaknyaman. Radiasi matahari yang menembus dinding kaca mungkin akan jatuh mengenai sebagian dari tubuh manusia yang kebetulan duduk atau berada didekat dinding kaca tersebut. Penelitaian Fanger (1980) memperlihatkan bahwa ternyata manusia lebih sensitif terhadap radiasi yang tidak merata yang disebabkan oleh radiasi panas yang terpancar dari atas kepala dibanding dengan radiasitidak merata yang disebabkan oleh elemen vertikal seperti hal nya dinding yang dingin atau bersuhu rendah. Fanger (1980) dalam Ayuningtyas dan Karyono (2016). Perbedaan Suhu Udara Secara Vertikal Secara umum dapat dikatakan bahwa suhu udara pada setiap titik dalam ruang akan meningkat sesuai dengan ketinggian titik tersebut terhadap lantai. Ketidaknyamanan termal dapat terjadi apabila suhu udara di sekitar kepala seseorang (dalam posisi duduk atau berdiri) berbeda cukup besar dibanding suhu udara disekitar kaki. Bagian kepala orag tersebut akan merasakan panas-tidak nyaman, sedangkan bagian kaki akan merasakan dingin tidak nyaman. Meskipun secara keseluruhan tubuh dalam keadaan nyaman. ASHRAE (1989) Pengukuran Tingkat Kenyamanan Termal kutipan buku Teori dan Acuan Kenyamanan Termis dalam Arsitektur, salah satu persoalan yang perlu dipechkan dalam ilmu kenyamanan termal adalah bagaimanan kenyamanan dapat diukur secara kuantitatif. Bagaimana menyatakan kaitan antara sensasi termal manusia terhadap stimuli termal dari lingkungan sekitarnya. Bagaimana memperlhatkan atau membedakan bahwa ruang A lebih nyaman secara termal dibanding ruang B misalnya. Ada dua persoalan penting yang perlu digaris bawahi: pertama, bagaimana menyatakan sensasi yang dirasakan oleh manusia terhadap lingkungan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 14

10 termalnya melalui ukuran atau satuan yang dapat dinyatakan secara kuantitatif. Kedua, bagaimana mengukur variabel-variabel yang dapat mewakili sensasi termal untuk kemudian dapat digabungkan menjadi satu nilai yang dapat mewakili secara menyeluruh kondisi lingkungan (atau ruang) tertentu. Sensasi Termal (Suhu) Perilaku sensasi termal tidaklah sederhana. Sensasi yang dirasakan seseorang tidak dapat dirasakan seseorang tidak dapat diperkirakan atau diprediksi secara sederhana akibat stimuli dari suhu udara atau faktor iklim yang lain seperti halnya kelembapan dan kecepatan angin. Mclntyre menyatakan bahwa hampir tidak mungkin untuk mempediksi sensasi termal secara akurat meskipun kita mengandaikan bahwa seluruh informasi atau variabel yang berpengaruh terhadap sensasi yang tersedia. Menurut Mclntyre (1980), sensasi termal yang dirasakan oleh seseorang dipengaruhi oleh: o o o Sensivitas sensor termal manusia yang terletak dibawah kulit dimana stimuli termal mengenai bagian tersebut Daerah yang mengalami stimuli: semakin besar daerah tersebut semakin banyak sensor yang menerima stimuli, secara langsung akan memperkuat sensasi yang dialami. Kemampuan adaptasi dari tiap individu yang berbeda terhadap stimuli termis. Untuk dapat memahami secara kuantitatif, secara termal manusia terhadap stimuli yang diterimanya seperti halnya terhadap faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dsb.), sensasi tersebut harus dapat diekspresikan atau dinyatakan dalam angka atau skala. Penggunaan skala dalam menyatakan sensasi termal telah dirintis sejak (Yaglou 1927) dan (Bedford 1936) dalam Ayuningtyas dan Karyono (2016). Skala yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah skala yang berdasarkan pada tujuh angka. Humphreys dan Nicol (1994), juga melakukan modifikasi terhadap skala yang digunakan Bedford. Beberapa skala yang bervariasi hingga menggunakan 25 angka telah digunakan oleh beberapa peneliti. Meskipun demikian, hasil terakhir dari penelitian psikologi memperlihatkan bahwa skala dengan tujuh bilangan merupakan skala yang terbaik untuk digunakan dalam pengukuran sensasi termal menurut Mclntre (1980). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 15

11 Tabel Skala Pengukuran Sensasi Termal (Sumber: Mclntre (1980) dalam Buku Teori danacuan Kenyamanan Termis dalam Arsitektur) Ukuran (Index) Kenyamanan Termal Dalam kenyataan sangatlah tidak mungkin untuk menyatakan respon manusia terhadap lingkungan termal sebagai fungsi salah satu faktor iklim saja, misalnya suhu udara atau kelambaban atau yang lainnya. Respon manusia terhadap lingkungan termal merupakan akumulasi efek dari beberapa faktor yang berpengaruh secara simultan, yakni suhu udara, sahu radiasi, kelembaban udara, kecepatan angin, laju metabolisme (jenis aktifitas) dan jenis pakaian yang dikenakan oleh seseorang. Suatu angka yang dianggap dapat mewakili ukuran rasa (sensasi) panas disebut dengan index termal, didefinisikan sebagai satuan (unit) nilai kuantitatif (dalam bentuk angka) yang dapat digunakan untuk menyatakan rasa panas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam ruang atau lingkungan termal tertentu. Dengan kata lain index termal adalah angka yang dapat digunakan untuk memperkirakan (memprediksi) tingkat (derajat) panasnya suatu keadaan yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang. Berbagai macam index telah diformulasikan oleh para peneliti yang berbeda melalui pendekatan yang berbeda dan kadangkala untuk tujuan yang berbeda pula. Beberapa index termal yang sering digunakan oleh peneliti kenyamanan termal diuraikan pada berikut ini. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 16

12 Suhu Udara Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan manusia adalah suhu udara. Meskipun suhu udara tidak dikategorikan sebagai index termal, namun dalam kebutuhan praktis sehari-hari suhu udara sering sekali dikaitkan atau digunakan memperkirakan tingkat kenyamanan. Suhu udara rendah diperkirakan akan memberikan sensasi termal dingin sementara suhu udara tinggi diperkirakan akan memberikan efek panas pada tubuh manusia. Bagi kebutuhan praktis, dimana hanya tersedia alat termometer, maka pengukuran sensasi termal dapat langsung dikaitkan dengan bacaan suhu udara pada termometer. PMV dan PPD dari Fanger Berbagai index lain telah dikembangkan di berbagai tempat di dunia seperti: Prediksi Laju Pengeluaran Keringat Empat Jam (Predicted Four Hours Sweat Rate, P4SR), diperkenalkan McArdle dan kawan pada Pusat Penelitian Angkatan Laut Inggris (Royal Naval Research Establishment), Index Tekanan Panas (Heat Stress Index, HSI) dikembangkan Belding dan Hatch di Universitas Pittburgh, AS, serta Index Tekanan Termis (Index of Thermal Stress) dikembangkan Givoni tahun Meskipun demikian, Standar Internasional untuk Kenyamanan Termal (ISO ) merekomendasikan penggunaan index yang dicetuskan oleh professor Fanger, yakni Prediksi Sensasi TermalRata-Rata (Predicted Mean Vote, PMV) dan Prediksi Prosentase Ketidaknyamanan (Predicted Precentage Dissatisfied, PPD) sebagai index atau parameter untuk indikasi sejauh mana suatu kumpulan manusia merasa nyaman atau tidak nyaman secara termal (suhu). PMV akan memberikan prediksi terhadap sensasi termal rata-rata dari sekelompok manusia yang menggunakan pakaian sejenis, aktifitas serupa dan berada pada suatu ruang tertantu. Sedangkan PPD akan memberikan prediksi terhadap prosentase ketidaknyamanan sekelompok manusia yang berada pada ruang tertentu (menggunakan pakaian dan melakukan aktifitas sejenis) Elemen yang Mempengaruhi Parameter Iklim Faktor Eksternal Vegetasi Elemen lansekap seperti pohon dan vegetasi juga dapat digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi matahari. Keberadaan pohon secara langsung/ tidak langsung akan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 17

13 menurunkan suhu udara di sekitarnya, karena radiasi matahari akan diserap oleh daun untuk proses fotosintesa dan penguapan. Efek bayangan oleh vegetasi akan menghalangi pemanasan permukaan bangunan dan tanah di bawahnya. Daerah dengan iklim yang relatif hangat atau panas menyebabkan desain lebih ditujukan untuki pendinginan atau menyejukkan. Bagaimana cara mendinginkan atau menyejukkan bangunan tergantung dari potensi iklim. Pada daerah beriklim tropis hangat lembab tentunya berbeda dengan iklim panas kering. Indonesia adalah daerah yang beriklim hangat lembab dengan potensi angin berlimpah dan altitude yang relatif tinggi. Matahari dengan kualitas ultra violet datang dari arah terbit hingga 45. Sedangkan kualitas radiasi matahari infra merah menjadi dominan memberikan efek panas mulai sudut 45 hingga 15 sebelum tenggelam. Oleh karena itu bila kita ingin menghalangi sinar matahari dengan kualitas radiasi panas maka pada sisi terbit ditanam tanaman dengan tipe kanopi. Sedangkan sebaliknya disisi matahari tenggelam ditanam penghalang radiasi matahari dengan tipe dahan rendah. Gambar Peneduhan Dengan Vegetasi Yang Tepat Pada Posisi yang Tepat (Sumber: Sugini, 2014 dalam Riyanto dan Karyono 2016) Pohon dan tanaman dapat dimanfaatkan untuk mengatur aliran udara ke dalam bangunan. Penempatan pohon dan tanaman yang kurang tepat menghilangkan udara sejuk yang diinginkan terutama pada periode puncak panas. Menurut White R.F (dalam Concept in Thermal Comfort, Egan, 1975) kedekatan pohon terhadap bangunan mempengaruhi ventilasi alami dalam bangunan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 18

14 Gambar Jarak Pohon Terhadap Bangunan dan Pengaruhnya Terhadap Ventilasi Alami (Sumber: Basaria, 2005 dalam Riyanto dan Karyono, 2016) Unsur Air Untuk memodifikasi udara luar yang terlalu panas masuk ke dalam bangunan dapat dilakukan dengan membuat air mancur di dalam bangunan. Keberadaan air akan menurunkan suhu udara di sekitarnya karena terjadi penyerapan panas pada proses penguapan air. Selain menurunkan suhu udara, proses penguapan akan menaikkan kelembaban. Untuk daerah iklim tropis basah seperti di Indonesia yang memiliki kelembaban yang tinggi maka peningkatan kelembaban harus dihindarkan. Oleh sebab itu penggunaan unsur air harus mempertimbangkan adanya gerakan udara (angin) sehingga tidak terjadi peningkatan kelembapan. Faktor Internal Orientasi Bangunan Orientasi adalah hadapan fasade bangunan atau arah tegak lurus dari sumbu bangunan. B. Givon (1998) mengatakan bahwa orientasi bangunan mempengaruhi kondisi dalam ruang pada dua hal yang berhubungan dengan faktor iklim yaitu: 1. Radiasi matahahari dengan efek pemanasannya terhadap dinding dan ruang. 2. Masalah-masalah yang berhubungan dengan ventilasi seperti arah yang berlaku pada bangunan. Orientasi bangunan yang didasarkan pada radiasi matahari kadang jauh berbeda dengan yang didasarkan pada arah angin. Maka untuk menentukan orientasi yang akan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 19

15 dipilih harus didasarkan dari evaluasi keuntungan dari setiap faktor, yang juga ditentukan oleh faktor temperatur dan kelembapan udara setempat. Pengudaraan Dalam Bangunan Berdasarkan Modul fisika bangunan, Hidayat (2012); pengudaraan perlu diadakan didalam bangunan secara alami atau mekanikal. Peruntukan bukaan minimum untuk tujuan pencahayaan dan pengudaraan secara alami pun telah tersedia sebagaimana yang terkandung di dalam Undang-undang Kecil Bangunan Seragam (UBBL) Pemahaman terhadap peranan bukaan (jendela, pintu dan bukaan-bukaan kekal lain) pada bangunan khususnya dalam menyediakan alir-udara secara alami yang berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan penghuni serta penyejukan ruang dalamam sesebuah bangunan akan dapat menginsafkan kita agar sentiasa mematuhi kehendak (UBBL) dan kehendak-kehendak penguasa setempat. Sebenarnya peruntukan penyediaan bukaan minimum sebagaimana yang tertera di dalam undang-undang kecil bangunan ini masih lagi tidak mencukupi sekiranya tahap kenyamanan sebenar ingin dicapai, khususnya didalam iklim panas lembap tropika seperti negara kita. Garispanduan perancangan berteraskan iklim menghendaki luas bukaan pada bangunan di sekitar 40% hingga 80% dari luas dinding. Undang-undang kecil bangunan seragam pula hanya menghendaki bukaan seluas 10% hingga 20% dari keluasan lantai. Nyatalah bahawa bukaan yang lebih besar diperlukan untuk pengudaraan alami yang lebih berkesan, bukan sebaliknya yaitu mengecilkan bukaan hingga ketahap kritikal dan memudaratkan. Peranan Pengudaraan Dan Aliran Udara Kita perlu memahami peranan atau fungsi pengudaraan dan alir udara terlebih dahulu sebelum kita dapat menghargai betapa pentingnya peruntukan bukaan kepada bangunan yang sewajarnya dipatuhi. Kegagalan kita untuk menilai perkara ini akan menyebabkan kita mengambil ringan kehendak-kehendak asas perancangan bangunan yang sensitif kepada iklim dan dapat memberi kenyamanan kepada penghuninya. Berikut ialah peranan-peranan yang asas pengudaraan dan alir udara didalam bangunan: 1. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dengan mengganti kualitas udara di dalam bangunan di atas satu paras minimum, yaitu menukarkan udara terpakai dengan udara bersih. Keadaan ini mesti dipatuhi dalam sebarang situasi dan perancangan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 20

16 2. Untuk menghasilkan kenyamanan termal yaitu untuk menambahkan kehilangan kalor badan dan mengurangi ketidakselasaan oleh kulit yang lembab dan lengket. 3. Untuk menyejukkan struktur bangunan apabila berlaku keadaan suhu didalam ruang bangunan meningkat lebih tinggi dari suhu di luar bangunan. Mekanisme Pengudaraan Dan Alir Udara Udara akan mengalir atau bergerak melalui sebuah bangunan hanya sekiranya terdapat perbezaan tekanan. Terdapat dua bentuk tekanan yang akan menyebabkan aliran ini berlaku yaitu: 1) Tekanan Termal Apabila purata suhu udara di luar dan di dalam bangunan adalah berbeda, maka perbezaan ketumpatan juga berlaku dan menyebabkan cerunan tekanan udara secara menegak terbentuk. Sekiranya suhu didalam lebih tinggi dan dua bukaan disediakan, satu pada bahagian atas dan satu lagi pada bahagian bawah dinding, udara akan mengalir keluar pada bahagian atas bukaan yang disebabkan oleh tekanan yang lebih tinggi terbentuk pada bahagian atas ruang bangunan. Sementara itu tekanan rendah terbentuk pada bahagian bawah yang menyebabkan udara dingin mengalir masuk kedalam bangunan. 2) Tekanan Angin Salah satu sumber pengudaraan alami ialah tiupan angin yang bertiup dengan kelajuan dan arah yang tertentu. Apabila angin bertiup kearah sebuah bangunan, alirannya yang lurus akan terpecah-pecah dan terlencong keatas dan kesisi bangunan berkenaan. Bahagian bangunan yang menghadap arah angin akan mengalami tekanan dan bahagian yang membelakangi arah angin akan mengalami kesan sedutan. Material Panas masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi (lewat dinding, atap, jendela kaca) dan radiasi matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca. Radiasi matahari memancarkan sinar ultra violet (6%), cahaya tampak (48%) dan sinar infra merah yang memberikan efek panas sangat besar (46%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari adalah penyumbang jumlah panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan. Besar radiasi matahari yang ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 21

17 bangunan yaitu perbandingan luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan serta jenis dan tebal kaca yang digunakan. Ventilasi Kenyamanan termal dalam ruang dapat dikendalikan dengan meningkatkan fungsi dari ventilasi. Agar performa sistem ventilasi alamiah pada bangunan mempunyai kualitas yang baik maka, diperlukan suatu desain lubang ventilasi tertentu. Berikut adalah aspek-aspek penting untuk mendesain lubang ventilasi: 1. Orientasi Lubang Ventilasi Bukaan Tunggal Bukaan Dinding yang sama Bukaan dengan sayap Bukaan dinding yang berdekatan Bukaan dinding yang berlawanan Gambar 2. 5Ventilasi Silang (Sumber: Dekay,2000 dalam Riyanto dan Karyon 2016) Lubang ventilasi sebaiknya ditempatkan/diorientasikan untuk menghadap arah dimana arah angin utama menuju bangunan. Perletakan dan orientasi bukaan inlet terletak pada zona bertekanan positif dan bukaan outlet terletak pada zona bertekanan negative dalam rangka untuk mengoptimalkan pergerakan udara dalam sebuah bangunan. Perletakan dan orientasi bukaan inlet tidak hanya mempengaruhi kecepatan udara, tetapi juga pola aliran udara dalam ruangan, sedangkan lokasi outlet hanya memiliki pengaruh kecil dalam kecepatan dan pola aliran udara. 2. Posisi Lubang Ventilasi Lubang ventilasi yang berfungsi untuk memasukan udara (inlet) seyogyanya ditempatkan dengan ketinggian manusia beraktifitas. Salah satu syarat untuk bukaan yang baik yaitu harus terjadi cross ventilation. Dengan memberikan bukaan pada kedua sisi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 22

18 ruangan maka akan memberi peluang supaya udara dapat mengalir masuk dan keluar. Sementara lubang ventilasi yang berfungsi mengeluarkan udara (outlet) sebaiknya diletakan sedikit lebih tinggi (di atas ketinggian aktivitas manusia) agar udara dikeluarkan dengan mudah tanpa tercampur lagi dengan udara segar yang masuk melalui inlet. Ketinggian aktivitas manusia di dalam ruangan adalah lebih kurang cm (aktivitas duduk) dan cm (aktivitas berdiri). Gambar Posisi Inlet dan Outlet Berpengaruh Terhadap Arah Angin Di Dalam Ruangan/ Bangunan (Sumber: Mediastika, 2003 dalam Riyanto dan Karyono 2016) 1. Dimensi Lubang Ventilasi Semakin besar ukuran lubang ventilasi dan semakin banyak jumlahnya, maka semakin besar tingkat ventilasi yang terjadi dalam ruang atau bangunan tersebut. Rasio dimensi antara inlet dan outlet akan sangat berpengaruh dalam proses ventilasi. Gambar Perbedaan Dimensi Inlet dan Outlet Mempengaruhi Kecepatan Angin Pada Bangunan (Sumber: Mediastika, 2003 dalam Riyanto dan Karyono 2016 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 23

19 2. Tipe Bukaan Tipe bukaan yang berbeda akan memberi sudut pengarah yang berbeda dalam menentukan arah gerak udara dalam ruang, serta efektifitas berbeda dalam mengalirkan udara masuk/ keluar ruang. Fixed 0% Casement sidehung 90% Casement tophung 75% Casement bottom-hung 75% Horizontal pivoted 75% Verticaly pivoted 75% Gambar Desain Bukaan (Sumber: Beckett, 1974 dalam Riyanto dan Karyono) Tipe jendela yang baik adalah yang mampu mengalirkan udara dengan prosentase terbesar yaitu tipe casement side-hug dengan nilai prosentase 90%. 3. Arah Bukaan Arah bukaan sangatlah berpengaruh terhadap upaya pemanfaatan angin dalam pengkondisian ruangan. Arah pada inlet akan menentukan arah gerak dan pola udara dalam ruang, sehingga perbedaan bentuk pengarah akan memberikan pola aliran udara yang berbedabeda. Penggunanaan kanopi pada bukaan inlet akan mengarahkan aliran udara ke atas dibandingkan bukaan inlet tanpa kanopi. Pada kondisi kecepatan angin dan arah angin terbatas, sebuah lubang ventilasi bisa dilengkapi dengan fitur-fitur tambahan untuk mengarahkan dan menambah laju angin sebelum masuk ke dalam lubang ventilasi. Sayap horizontal merupakan fitur pada inlet yang dipasang secara horizontal untuk mengarahkan angi dari luar ke dalam bangunan. Contoh penggunaan fitur tambahan kanopi dan perbedaan aliran udara antara bukaan yang menggunakan kanopi dan tidak menggunakan kanopi dapat dilihat pada gambar 2.9 dibawah ini. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 24

20 Gambar Perbedaan Antara Bukaan Udara Menggunakan Kanopi dan Tidak Menggunakan Kanopi (Sumber: Melaragno, Michele, 1982) 2.3. Masjid Masjid merupakan bangunan ibadah yang dapat kita jumpai hampir pada semua tempat di Indonesia. Bentuk dan ukurannya beragam, mulai dari yang kecil sampai yang paling besar, dari yang sederhana sampai yang mewah, dari yang tradisional sampai yang modern, dari yang kuno sampai yang terbaru. Prasetyo, (2003) dalam Ayuningtyas dan Karyono, (2016) Definisi Masjid Definisi Masjid menurut para ahli: 1. masjid adalah Tempat untuk bersujud. Namun dalam arti terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti yang luas (universal). Muhaimin, (2003) dalam Meidiana (2016). 2. Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab, yang artinya perbuatan atau pernyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama, segala usaha lahir batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya, dan upacara yang berhubungan dengan agama. Rahadian, (2011) dala Meidiana (2016). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 25

21 Masjid pada umumnya menggunakan ventilasi alami untuk menunjang kenyamanan termal ruang. Untuk aktifitas shalat sehari-hari dengan jumlah jama ah yang tidak terlalu banyak, kenyamanan termal dalam ruang masjid umumnya dapat dicapai. Tetapi pada saat pelaksanaan shalat jum at dengan kapasitas penuh, ruangan akan menjadi panas dan pengap, karena terjadinya akumulasi panas yang dikeluarkan oleh setiap tubuh. Untuk mengatasi hal ini biasanya digunakan kipas angin listrik agar ruangan tidak terlalu pengap. Namun, upaya ini tidak banyak membantu apabila bangunan memiliki sistem ventilasi yang buruk dan hanya menambah biaya saja. Untuk meningkatkan kenyamanan termal dalam ruang cara yang paling baik adalah dengan memaksimalkan aliran udara, yaitu dengan mengupayakan bukaan pada dinding yang seluas-luasnya, bahkan pada beberapa masjid tidak memiliki dinding. Indaryadi, (2011) dalam Ayuningtyas dan Karyono (2016) Fungsi Peranan Masjid Berdasarkan kutipan Desyana (2014), fungsi masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama ah adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang shalat berjama ah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin. Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama ah, yang merupakan salah satu syi ar Islam terbesar. Sementara yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama ah merupakan indikator utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan kekurangberhasilan kita dalam memakmurkan masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjamaah. Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya. Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid. Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da wah dan lain sebagainya. Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26

22 2.4. Kerangka teoritis Berdasarkan kajian di atas tentang kenyamanan termal, faktor pengaruh kenyamanan termal, dan penjelasan tentang masjid maka dapat dibuat kerangka teoritis sebagai berikut : Pengaruh Bukaa Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Shalat Masjid Istiqlal Kenyamanan Termal Masjid Faktor Faktor Kenyamanan Termal Pengukuran Tingkat Kenyamanan Termal Elemen Yang Mempengaruhi Parimeter Iklim Definisi Masjid Fungsi Dan Peranan Masjid Faktor Faktor Kenyamanan Termal: Suhu radiasi rata-rata. Suhu udara. Kelembapan udara. Kecepatan angin Faktor Individu : Sensasi Termal (Suhu): Skala ASHRAE Skala Bedford Skala Humphreys & Ukuran (Indeks) Kenyamanan Termal : Suhu Udara PMV dan PPD Faktor Eksternal): Vegetasi Unsur Air Faktor Internal : Orientasi bangunan Material Ventilasi Jenis Pakaian Jenis Aktivitas Faktor Ketidaknyamanan Setempat Kenyamanan Setempat : Hembusan udara kencang. Radiasi panas tidak merata. Perbedaan suhu udara secara vertical. Gambar Kerangka Teoritis (sumber : Dokumen pribadi) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 27

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kenyamanan Termal 2.1.1 Definisi Kenyamanan Termal Kenyamanan termal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang menunjukkan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sensasi dan kenyamanan termal telah menjadi fokus masyarakat dalam beberapa periode terakhir. Lingkungan yang nyaman telah menjadi salah satu syarat untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis

Lebih terperinci

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam PATHOLOGI BANGUNAN DAN KENYAMANAN TERMAL Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, April 1997 Dalam ilmu bahasa, pathologi berarti ilmu tentang penyakit, dengan pengertian ini, ilmu tersebut dianggap tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS)

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS) EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS) Bambang Suhardi 1), Pringgo Widyo Laksono 2), dan Bekti Budisantosa 3) 1,3 Laboratorium Perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Arsitektur Bioklimatik Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal Studi Kasus: Campus Center Barat ITB Rizki Fitria Madina (1), Annisa Nurrizka (2), Dea Ratna

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM James Rilatupa 1 ABSTRACT This paper discusses the thermal comfort for room as a part of comfort principles in architecture design. This research

Lebih terperinci

PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA

PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA Novan H. Toisi 1 dan Kussoy Wailan John 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keutamaan untuk beribadah dan memakmurkan mesjid banyak dijabarkan pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36 Bertasbih kepada Allah

Lebih terperinci

STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN TANGERANG

STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN TANGERANG STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN TANGERANG Debby Desyana dan M.Syarif Hidayat Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta - Indonesia e-mail: debby_desyana@yahoo.com

Lebih terperinci

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN STUDENT CENTER ITENAS BANDUNG

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN STUDENT CENTER ITENAS BANDUNG KAJIAN KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN STUDENT CENTER ITENAS BANDUNG Disusun oleh: Nur Laela Latifah, Harry Perdana, Agung Prasetya, Oswald P. M Siahaan Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan di paparkan mengenai kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan mengenai kualitas dalam ruang pada kantor PT. RTC dari aspek termal dan pencahayan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

ANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR

ANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR ANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR Tri Harso Karyono Jurnal Sains dan Teknologi EMAS Elektro Mesin Arsitektur Sipil, Vol. 16, No 3, Agustus, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang akan dilakukan pada pemahaman judul Desain Arsitektur. Tropis dalam Kaitannya dengan Kenyamanan Thermal pada Rumah

BAB III KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang akan dilakukan pada pemahaman judul Desain Arsitektur. Tropis dalam Kaitannya dengan Kenyamanan Thermal pada Rumah RUMAH TRADISIONAL (Studi Kasus Rumah Tradisional Kejang Lako Dirantau Panjang Provinsi Jambi) KAJIAN PUSTAKA 3.1. Pemahaman Judul Kajian yang akan dilakukan pada pemahaman judul Desain Arsitektur Tropis

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Fasad selubung ganda merupakan fasad yang terbentuk dengan adanya penambahan kaca eksternal dari fasad kaca internal yang terintegrasi pada dinding tirai. Fasad

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007:

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan suhu akibat pemanasan global menjadi faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007: 28). Isu pemanasan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)

Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim selama tiga dekade terakhir telah meningkatkan suhu permukaan bumi. Suhu telah meningkat sekitar 0,8 dan menyebabkan lapisan es laut Artik berkurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pembahasan perilaku termal dan pembangkitan energi mengkonfirmasi beberapa hasil riset terdahulu. Kebaruan dari riset ini adalah dihasilkannya optimalisasi kinerja

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana

Lebih terperinci

GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan.

GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan. GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, Desember-Januari 2007 Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan protokol termewah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1: DAFTAR ISTILAH Kenyamanan termal atau thermal comfort adalah kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termal. Temperatur udara atau air temperature (T a )

Lebih terperinci

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA Tri Harso Karyono Desain Arsitektur, vol. 1, April, 2000, pp.7-8. Satu di antara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi

Lebih terperinci

PENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

PENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR Irfandi Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala ABSTRAK. Bangunan sebagai hasil perancangan arsitektur dimaksudkan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Permasalahan Kindangen (2005: 172) menulis penghalang di depan bangunan menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang dibanding

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM Lisa Novianti dan Tri Harso Kayono Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta-Indonesia e-mail: sha.lisa2@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di

Lebih terperinci

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI Muhammad Faisal Jurusan Teknil Planologi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Malang Jl. Bendungan Sigura-Gura Nomor 2 Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK Katerina 1), Hari Purnomo 2), dan Sri Nastiti N. Ekasiwi

Lebih terperinci

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T Iklim, karakternya dan Energi Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T Cuaca Cuaca terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer atau planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang, sedangkan di era krisis global saat ini kebutuhan hidup melambung tinggi termasuk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

Hermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNSIQ Wonosobo

Hermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNSIQ Wonosobo Persepsi Kenyamanan Termal Penghuni Rumah Tinggal di Daerah Pegunungan dan Pantai (Studi Kasus Rumah Tinggal di Pegunungan Muria, Pantai Jepara dan Pantai Pati) Hermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan

Lebih terperinci

PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR

PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR Muhammad Tayeb 1, Ramli Rahim 2, Baharuddin 3 1 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC Dalam perancangan pemasangan AC pada Ruang Dosen dan Teknisi, data-data yang dibutuhkan diambil dari berbagai buku acuan. Data-data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Definisi Kenyamanan Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer.

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer. BAB I PNDAHULUAN I. 1. LATAR BLAKANG I. 1. 1. Latar Belakang Perancangan Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer. Diantaranya yaitu tempat tinggal. Tempat tinggal atau rumah merupakan kulit ke

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: INVESTIGASI SETING AIR CONDITIONING (AC) PADA USAHA PENINGKATAN KENYAMANAN THERMAL DAN HEMAT ENERGI DI KELAS Sugiono* 1, Ishardita P.Tama 2,Wisnu W 3, Lydia D.R. Suweda 4 Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah proses belajar-mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar- mengajar tersebut melibatkan peran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis Menurut Petterssen (1941), iklim merupakan rata-rata atau kondisi normal cuaca dalam jangka waktu panjang, 30 tahun atau lebih. Iklim suatu wilayah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengujian kenyamanan termal ruang luar di Koridor Jalan Tugu-Kraton menjadi salah satu alat ukur tingkat kenyamanan di Kota Yogyakarta. terdiri dari kenyamanan ruang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

lib.archiplan.ugm.ac.id

lib.archiplan.ugm.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keterbatasan lahan yang terjadi di perkotaan diiringi dengan tingginya kebutuhan penduduk akan hunian menjadikan kawasan kota berkembang menjadi kawasan yang padat

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III -.. -- e---"l PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian mengenai Pengendalian Pengaruh Iklim Mikro terhadap Kenyamanan Thermal dengan mengambil

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal Bab 14 Kenyamanan Termal Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 172 Kenyaman termal Kenyaman termal adalah suatu kondisi yang dinikmati oleh manusia. Faktor-faktor kenyamanan termal

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan Desain Arsitektur Tropis Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di Kabupaten Magelang ini karena, kondisi alam di Kab. Magelang

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA 100406077 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STUDI TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenyamanan adalah bagian dari salah satu tujuan utama dari ilmu ergonomika yang harus dicapai. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

Lebih terperinci

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN BAB 3 14 Variasi Suhu Udara Harian Pemanasan Siang Hari Pemanasan permukaan bumi pada pagi hari secara konduksi juga memanaskan udara di atasnya. Semakin siang, terjadi perbedaan suhu yang besar antara

Lebih terperinci

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Variasi Suhu Udara Harian Bagaimana Suhu Lingkungan Diatur? Data Suhu Udara Suhu Udara dan Rasa Nyaman Pengukuran Suhu Udara Variasi Suhu Udara

Lebih terperinci

Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya

Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya Anisa Budiani Arifah 1, M. Satya Adhitama 2 dan Agung Murti Nugroho 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan

Lebih terperinci

KENYAMANAN TERMAL GEDUNG SETDA KUDUS

KENYAMANAN TERMAL GEDUNG SETDA KUDUS 105 KENYAMANAN TERMAL GEDUNG SETDA KUDUS Farid Firman Syah, Muhammad Siam Priyono Nugroho Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan

Lebih terperinci

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, berupa material bening atau transparan yang biasanya dihasilkan dari

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night ventilative cooling masih kurang dikenal di Indonesia. Dalam riset-riset terdahulu,

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PERANCANGAN BANGUNAN TROPIS BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Diajukan oleh : Kurnia N

ARTIKEL ILMIAH PERANCANGAN BANGUNAN TROPIS BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Diajukan oleh : Kurnia N ARTIKEL ILMIAH PERANCANGAN BANGUNAN TROPIS BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Diajukan oleh : Kurnia N 0851010020 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi Penelitian Perkembangan dan pembangunan yang terjadi di perkotaan membuat kawasan kota menjadi semakin padat. Salah satu penyebabnya adalah pertambahan jumlah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996

Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996 ARSITEKTUR, KENYAMANAN TERMAL DAN ENERGI Tri Harso Karyono Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996 Ada tiga sasaran yang seharusnya dipenuhi oleh suatu

Lebih terperinci

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi ABSTRAK Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci