ARTIKEL ILMIAH PERANCANGAN BANGUNAN TROPIS BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Diajukan oleh : Kurnia N

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL ILMIAH PERANCANGAN BANGUNAN TROPIS BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Diajukan oleh : Kurnia N"

Transkripsi

1 ARTIKEL ILMIAH PERANCANGAN BANGUNAN TROPIS BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Diajukan oleh : Kurnia N FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012

2 PERANCANGAN BANGUNAN TROPIS PENDAHULUAN Arsitektur tropis adalah suatu perancangan bangunan yang di rancang untuk memecahkan permasalahan permasalahan yang terdapat di daerah tropis, dimana permasalah permasalahan tersebut ditentukan oleh iklim yang hanya terdapat 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang bervariasi pula. Untuk melangsungkan aktivitas kantor, misalnya, diperlukan ruang dengan kondisi visual yang baik dengan intensitas cahaya yang cukup; kondisi termis yang mendukung dengan suhu udara pada rentang-nyaman tertentu; dan kondisi audial dengan intensitas gangguan bunyi rendah yang tidak mengganggu pengguna bangunan. Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasidiubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai. Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai tropis, manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan. Arsitektur tropis diartikan sebagai suatu karya aritektur yang mengarah pada pemecahan problematic iklim tropis, iklim tropis dicirikan oleh barbagai karakteristik, seperti : kelembaban udara yang tingggi (dapat mencapai angka diatas 90%), suhu udara relative tinggi (18º hingga 35º C), radiasi yang menyengat dan mengganggu, serta curah hujan yang tinggi (dapat mencapai angka diatas 3000 mm/tahun). Factor factor iklim tersebut berpengaruh sangat besar terhadap aspek kenyamanan fisik manusia terutama aspek kenyamanan suhu (termis).

3 Aspek kenyamanan suhu sesungguhnya telah mendominasi kehidupan manusia dalam rangka berinteraksi dengan lingkungan fisiknya, hamper pada setiap kesempatan manusia selalu membicarakan masalah sensasi termisnya terhadap udara disekitarnya, seperti terlalu panas atau terlalu dingin atau mungkin sekedar mengatakan bahwa pada saat tertentu mereka merasa kepanasan, kedinginan dan sebagainya, hal ini menunjukan bahwa aspek kenyamanan suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia sehari hari. Dalam teori kenyamanan suhu dinyatakan bahwa rasa panas atau dingin yang dirasakan oleh manusia sesungguhnya merupakan wujud respon dari sensor perasa yang terdapat pada kulit terhadap stimuli suhu yang ada disekitarnya. Sensor perasa berperan menyampaikan informasi rangsangan rasa kepada otak dimana otak akan memberikan perintah kepada bagian bagian tubuh tertentu agar melakukan antisipasi guna mempertahankan suhu tubuh agar tetap berada pada sekitar 37ºC, dimana hal ini diperlukan agar organ tubuh dapat menjalankan fungsinya secara baik. Standar Intrnasional untuk kenyamanan suhu (termis) ISO 7730 : 1994 menyatakan bahwa sensasi termis yang dialami manusia merupakan fungsi dari empat factor iklim yaitu suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara,kecepatan angina serta dua factor individu yakni tingkat aktifitas yang berkaitan dengan laju metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan. Dari teori Fanger menghasilkan suatu rumusan bahwa kenyamanan suhu merupakan fungsi dari 4 (empat) factor iklim (climatic factors) yaitu : suhu udara (º C ), suhu radiasi (º C ), kelembaban udara (% ) dan kecepatan angina ( m/s ). Dalam buku standart tata cara perencanaan teknis konservasi energi pada bangunan gedung yang diterbitkan oleh yayasan LPMB PU menyatakan bahwa suhu nyaman untuk orang Indonesia adalah sebagai berikut : - sejuk nyaman antara 20,5 22,8 º C ET (suhu efektif) - suhu nyaman oftimal antara 22,8 25,8 º C ET - hangat nyaman antara 25,8 27,1 º C ET - orientasi

4 Bangunan - bangunan didaerah tropis biasanya berorientasi menghadap kearah utara selatan, karrena dengan orientasi ke arah utra selatan dapat menghindari panas matahari langsung dari arah matahari terbit (timur) dan matahari terbenam (barat). Dengan orientasi tersebut sinar matahari langsung dari timur maupun barat akan di tahan oleh dinding, untuk mengatasi perambatan panas melalui dinding maka dinding dapat di buat dua rangkap, dimana diantaranya dapat diberi peredam panas, sehingga panas matahari tidak dapat masuk kedalam ruangan. Selain itu, orientasi utara selatan ini juga dapat memanfaatkan aliran udara yang sulalu bertiup dari selatan ke utara atau sebalikmya, dengan masuknya aliran udara dari ventilasi ventilasi seperti jendela dan kisi kisi maka akan dapat menyejukan suhu didalam ruangan. Untuk mengatasi kelembaban ruang akibat tidak masuknya sinar / cahaya matahari, maka pada atap bisa digunakan penutup atap yang transparan seperti fiberglass, atau infrabord. Untuk penutup transparan yang baik biasanya digunakan infrabord, kerena infrabord memiliki dua lapis dan ditengah tengahnya terdapat lobang yang berfungsi untuk aliran udara sehingga dengan dua lapis tersebut dapat menahan sinar matahari, sehingga panas matahari langsung tidak dapat menyebabkan panas pada ruangan dibawahnya. Dalam orientasi bangunan juga perlu dipikirkan mengenai hal hal seperti curah hujan, curah hujan didaerah tropis seperti di Indonesia masanya seimbang dengan masa kemarau, dimana musim hujan rata rata pada bulan juli desember sedangkan musim kemarau dari bulan januari juni. Dengan keseimbangan musim tersebut maka bangunan di Indonesia direncanakan untuk mengatasi masalah pada musim hujan yang relative suhu / iklim menjadi lembab dan dingin, sedangkan pada musim kemarau suhu / iklim berubah menjadi panas. Dengan permasalahan permasalahan tersebut maka secara umum design daerah tropis di Indonesia selalu menerapkan overstek yang berfungsi untuk menjaga agar air hujan tidak tamyas, selain itu overstek juga menjaga sinar matahari langsung, sehingga ruangan dibawah hanya akan mendapat cahaya matahari yang tidak terlalu panas. Seperti rumah adat di Indonesia yang selalu / kebanyakan menerapkan system rumah panggung, system tersebut dibuat untuk mengatasi masalah suhu panas sehingga dengan

5 rumah panggung itu dapat mengalirkan udara sehingga ruangan pada rumah rumah tersebut akan menjadi sejuk. Dan untuk mengatasi perambatan panas melalui dinding dan atap, maka rumah adat di Indonesia memakai bahan / material dari kayu, bambu untuk dinding sedangkan ijuk, jerami dan daun kelapa digunakan untuk menutup atap. Pengunaan material alam itu berfungsi untuk menyerap panas matahari langsung dan dipantulkan lagi keluar bangunan, sehingga suhu udara didalam ruangan akan selalu sejuk. Sedangkan bangunan tropis yang berorientasi timur barat (menghadap timur dan barat) maka untuk mengatasi sinar matahari langsung yang terbit dari timur dan tanggelam dari barat, biasanya pasade bangunan tersebut dipasangkan tirai bamboo atau yang lainnya, yang berfungsi untuk menahan panas matahari dari barat ataupun dari timur, atau bisa juga ditanami pohon pohon yang dapat menahan sinar matahari langsung, selain itu pohonan juga dapat memberikan kesejukan dengan mengalirkan udara di sekitar bangunan. Sekarang juga banyak terdapat cara untuk mengatasi masalah panas di dalam ruangan, yaitu memakai teknologi (AC), yang berfungsi untuk memberikan kesejukan pada setiap ruangan, tetapi akibat dari pemakaian AC, yang menggunakan gas Freon ini dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon di langit, sehingga panas matahari akan langsung masuk kebumi tanpa disaring oleh lapisan ozon, akibat sinar matahari langsung inilah yang dapat menyebabkan pemanasan global. Makanya disarankan untk bangunan tropis khususnya di Indonesia didesign selain untuk mengatasi masalah masalah yang terjadi di daerah tropis juga harus dapat menciptakan bangunan hemat energi. Seperti diperbanyak bukaan bukaan, memperlebar overstek dan menanami pohon disekitar bangunan, selain memberikan keteduhan dean kesejukan pohonan juga dapat menahan angin yang kencang dan dapat memutarkan sirkulasi angin kedalam bangunan sehingga angin yang masuk kedalam bangunan akan terasa sepoi sepoi.

6 IKLIM Indonesia adalah Negara yang dilalui oleh garis katulistiwa, dimana Negara Negara yang dilalui oleh garis katuistiwa akan mendapat dua musim, yaitu musim panas (kemarau) dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan di Negara Indonesia hampir seimbang, dimana pada musim kemarau biasanya dimulai dari bulan januari - bulan juni, sedangkan musim penghujan dari bulan juli bulan desember. Dari kondisi iklim di Indonesia ini terlihat jelas bahwa kedua musim ini sangat berpengaruh dalam merancang bangunan tropis, karena arsitektur tropis adalah arsitektur yang dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan kenyamanan termis manusia. Oleh karena itu bangunan tropis khususnya di Indonesia selalu memakai atap plana, karena atap plana selain untuk mempermudah mengalirnya air hujan, atap plana juga dapat mengatasi tekanan angin yang terlalu kencang didaerah tropis. Atap plana juga berfungsi untuk mengatasi tampyasnya air hujan dengan cara memperlebar overstek. Arsitektur tropis (basah) pada umumnya mengarah pada dominasi bentuk atap yang lebar yangnberfungsi sebagaipenahan cucuran hujan dan radiasi langsung sinar matahari. Dimana keduanya dianggap sebagai factor factor dominan iklim tropis basah (lembab). Pemikiran ini tidaklah terlalu keliru meskipun belum cukup memberikan pengertian menyeluruh tentang arsitektur tropis. Arsitektur tropis harus diartikan sebagai rancangan spesifik suatu karya arsitektur yang mengarah pada pemecahan problematic iklim tropis, dimana iklim tropis sendiri dicirikan oleh berbagai karakteristik, misalnya kelembaban udara yang tinggi / dapat mencapai angka diatas 90%, suhu udara relative tinggi / 18higga 35 º C. radiasi matahari langsug, serat curah hujan tinggi dapat mencapai angka diatas 3000 mm/tahun. Dimana factor fakto iklim teresebut berpengaruh sangat besar terhadapaspek kenyamanan manusia terutama aspek kenyamanan suhu / termal.

7 Arsitektur tropis diharapkan mampu menjawab seluruh persoalan iklim yang terjadi pada daerah tropis dengan bentuk rancangan yang hamper tanpa batas. Bukan sebatas pada penyelesaian atap lebar saja. Aspek kenyamanan visual (pencahayaan) serta kenyamanan suhu (termis) merupakan dua hal dominant yang perlu dipecahkan agar penghuni bangunan tropis dapat mencapai kebutuhan kenyamanan secara fisik. Atap lebar memang diperlukan pada bangunan tropis berlantai rendah, namun rancangan ini tidak merupakan jamian bahwa penghuni akan mampu mencapai kenyamanan fisik secara visual dan termal seperti diharapkan diatas. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah masalah seperti diatas, maka bangunan tropis untuk memberikan pencahayaan (visual) biasanya memakai glass blok atau fiberglass dan lain sebagainya dimana bahan tersebut harus transparan sehingga dapat memberikan pencahayaan pada ruangan, selain itu bahan bahan tersebut juga harus dapat mengatasi radiasi matahari langsung. Untuk mengatasi suhu ruangan yang terlalu panas juga bisa dengan cara memakai dan memperbanyak bukaan bukaan sebagai sarana ventilasi dalam bangunan secara memadai. Apabila tidak tersedianya bukaan bukaan sebagai sarana ventilasi maka akan mengakibatkan ruang dalam bangunan tropis akan terasia panas. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya radiasi dinding atau langit langit,atau disebabkan oleh meningkatnya kelembaban dalam ruang tersebut akibat minimnya aliran udara. Banyak factor lain yang dapat menghambat pencapaian kenyamanan fisik bagi pengguna bangunan yang pada umumnya disebabkan oleh rancangan arsitektur yang tidak tepat dimana kondisi iklim setempat (tropis) tidak diperhitungkan dalam proses perancangan. Dari brbagai penelitian kenyamanan suhu didaerah beriklim tropis basah memperlihatkan rentang suhu antara 24 º C - 30º C yang dianggap nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah yang beriklim tersebut, sedangkan hasil penelitian karyono dijakarta memperlihatkan angka suhu nyaman optimal (netral) pada 25,3 º CTeq (suhu ekuivalen), dimana sekitar 95 % responden diperkirakan Nyman. Sedangkan rentang suhu nyaman (antara sejuk Nyaman hingga hangat nyaman adalah antara 23,6 º CT hingga 27,0º CTeq.

8 Seandainya digunakan parameterlain yakni, suhu udara (Ta) sebagai unit sekala suhu, suhu nyaman optimal (netral) tersebut menjadi 26,7º C Ta, sedangkan rentang rentang antara sejuk Nyman hingga hangat nyaman adalah antara 25,1 º C sampai 28,3º C. Hasil penelitian tentang kenyamanan suhu manusia yang tinggal didaerah tropis memiliki perbedaan dengan hasil penelitian manusia yang tinggal di daerah sub tropis. Maka suhu nyaman manusia yang tinggal didaerah tropis berada diatas rata rata suhu nyaman mereka yang tinggal di daerah dingin. Dari hasil penelitian penelitian itu maka dapat disimpulkan bahwa kenyamanan manusia di daerah tropis dan daerah sub tropis berbeda, perbadaan itu terjadi karena adaptasi / keseringan dan kebiasaan manusia yang sudah tinggal di daerahnya masing masing. Untuk itu maka arsitek dalam merancang juga harus mengerti tentang kenyamanan suhu pada daerah daerah tropis dan sub tropis, sehingga dalam perancangan tersebut dapat menghasilkan karya arsitektur tropis yang benar benar dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada daerah tersebut. Masalah yang harus dipecahkan pada iklim tropis sebagaimana halnya Indonesia adalah bagaimana menciptakan suhu ruangan agar berada dibawah 28,3º C (batas atas suhu hangat Nyman) sementara suhu udara luar bekisar pada 32º C (siang hari). Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengkondisian udara secara mekanis dan pengkondisian udara secara alamiah. Pengkondisian udara secara mekanis dalam melakukan pencapaian suhu ruangan dibawah 28,3º C tidak terlalu sulit. Karena tinggal mengatur suhu udara dalam ruangan sesuai keinginan kita, tetapi dengan menggunakan AC ini akan menyebabkan permasalahan baru, yaitu pemanasan global, yang disebabkan menipisnya lapisan ozon akibat pemakaian gas Freon yang terlalu banyak. Dan dengan cara modifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi nyaman (melalui cara mekanis) lebih merupakan tugas para engineer disbanding arsitek. Yang kedua dengan cara pengkondisian udara secara alamiah, dimana dalam pengkondisian udara secara alamiah arsitek lebih banyak memegang peranan. Karena arsitek

9 dituntut untuk supaya mampu memodifikasi udara luar yang tidak nyaman (dengan suhu sekitar 32º C) menjadi nyaman (dengan suhu dibawah 28,3º C) melalui karya arsitektur. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan modifikasi iklim secara alamiah adalah sebagai berikut : Melakukan penanaman pohon lindung disekitar bangunan sebagai upaya menghalangi radiasi matahari langsung pada material keras seperti halnya atap, dinding, halaman parker dan halaman yang ditutup dengan material keras seperti beton atau aspal akan sangat membantu untuk menurunkan suhu lingkungan. Dari berbgai penelitian yang dilakukan oleh akabri dan parker memperlihatkan bahwa penurunan suhu hingga 3º C bukan merupakan suatu hal yang mustahil dapat dicapai dengan cara penanaman pohon lindung disekitar bangunan. Selain itu juga penanaman pohon lindung di sekitar bangunan dapat mengatasi masalah yang disebabkan oleh polusi, baik polusi udara maupun suara. Dengan adanya pohon lindung disekitar bangunan dapat mengatasi polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor dan juga dapat mengatasi masalah kebisingan akibat dari kendaraan bermotor atau mesin mesin lainnya. Dan melakukan pendinginan malam hari, simulasi kompeter terhadap efek pendinginan malam hari (night passive cooling) yang dilakukan oleh Cambridge architectural reserceh limited memperlihatkan bahwa penurunan suhu sampai 3ºC (pada siang hari) dapat dicapai oleh bangunan yang menggunakan material dengan masa berat (beton, batu bata) apabila perbedaan suhu antara siang dan malam tidak kurang dari 8ºC (perbedaan suhu siang dan malam dikota kota di Indonesia umumnya berkisar sekitar 10ºC. Dan juga dapat meminimalkan perolehan panas (heat gain) dari matahari pada bangunan, hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, pertama menghalangi radiasi mataharilangsung pada dinding dinding transparan yang dapat mengakibatkan efek rumah kaca, yang berarti dapat menaikan suhu dalam bangunan, kedua, mengurangi transmisi panas dari dinding dinding massif yang terkena radiasi matahari langsung, denan melakukan melakukan penyelesaian rancangan tertentu, misalnya membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada rongganya, menempatkan ruang ruang servis (tangga, toilet, pantry gudang dll) pada sisi sisi jatuhnya radiasi matahari langsung (sisi timur dan sisi barat).

10 Kemudian dengan memberikan ventilasi pada ruang antara atap dan langit langit (pada bangunan rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut. Seandainya tidak maka panas yang terkumpul pada ruang ini akan ditransmisikan kebawah, kedalam ruangan di bawahnya sehingga ruangan dibawahnya akan terasa lebih panas. Memaksimalkan pelepasan panas dalam bangunan, hal ini dapat dilakukan dengan pemecahan rancangan arsitektur yang memungkinkan terjaidnya aliran udara silang secara maksimum didalam bangunan, aliran udara sangat berpengaruh dalam menciptakan efek dingin pada tubuh manusia, sehingga dapat membantu dalam pencapaian kenyamanan suhu. Rancangan kota tropis, dengan karakter iklim yang berbeda, setiap tempat didunia seharusnya memiliki rancangan kota yang berbeda, yang disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan manusia terhadap kenyamanan fisik, terutama kenyamanan suhu. Suhu udara, radiasi matahari serta kelembaban yang tinggi perlu diatasi karena tidak diharapkan bagi pencapaian kenyamanan suhu manusia tropis. Kota tropis memerlukan banyak ruang terbuka yang hijau untuk menurunkan suhu kota dan sekaligus meningkatkan aliran udara (umumnya kecepatan angina diwilayah kota tropis basah atau rendah). Bangunan perlu diatur tata letaknya agar udara dapat bergerak (untuk menciptakan angina ) disekitar bangunan.penempatan masa masa bangunan secara rapat tidak mencirikan pemecahan problematic iklim tropis, karena pada akhirnya akan memperkecil terjadinya aliran (sirkulasi) udara secara silang didalam bangunan. Ruas ruas jalan (yang didominasi oleh perkerasan bahan aspal dan beton) perlu dilindungi dari radiasi matahari langsung yakni dengan cara penenaman pohon di sepanjang tepi jalan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya pemanasan udara disekitarnya, yang paa akhirnya akan menaikan suhu udara di kota tersebut. Demikian pula halaman halaman parkir yang perlu di beri perlindungan serupa, bil hal tersebut diatas dapat diwujudkan, maka suhu kota tropis diharapkan dapat menjadi rendah. Hal ini akan membantu pada penurunan suhusuhu udara di sekitar bangunan yang secara langung atau tidak langsung akan mempermudah pencapaian suhu nyaman didalam bangunan tropis.

11 Roof Colour Warna yang biasanya dipakai pada bangunan tropis adalah warna warna lembut, seperti biru muda, hijau, coklat dll. Karena warna juga bisa mengakibatkan / mengganggu kenyamanan manusia. Misalnya untuk material yang terkena sinar matahari langsung berwarna kontras seperti hijau stabile, maka material itu akan membuat silau kemudian akan mengesankan panasnya daerah tropis sehingga membuat kenyamanan manusia itu akan terganggu. Pewarnaan atap atau dinding yang terkena sinar matahari langsung seharusnya berwarna yang dapat menyejukan suasana didaerah tropis, selain itu juga harus dapat menanggulangi masalah sinar matahari langsung, sehingga panas yang dihasilkan oleh sinsr matahari langsung terseit dapat di redam dan dipantulkan kembali, sehingga panas matahari tersebut tidak dapat merambat melalui dinding bangunan ataupun dari atap. Bayangan Matahari Perencanaan bayangan pada bangunan tropis bermula pada orientasi bangunan, dimana orientasi tersebut menentukan bayangan matahari. Sinar matahari langsung akan ditahan oleh dinding dinding massif dooble atau ditempatkan untuk area servis, sehingga panas matahari tidak akan merambat masuk ke dalam bangunan, sehingga suhu didalam akan tetap sejuk dan mencapai angka kenyamanan manusia. Untuk menutupi / menjaga permukaan bangunan yang terbuat dari bahan keras seperti beton dan aspal dari sinar matahari langsung, maka bisa diatasi dengan cara penanaman pohon lindung, selaindapat melindungi pekerasan pada bangunan, pohon lindung ini juga dapat berfungsi sebagai peredam polusi yang diakibatkan dari asap asap pabrik dan asap kendaraan bermotor. Dan juga dapat menanggulangi kebisingan. Poon lindung ini juga dapat membantu menyalurkan udara kedalam bangunan, sehingga udara didalam bangunan akan tetap bersih dan aliran udara tersebut akan menejukan suasana didalam ruangan.

12 Untuk mengatasi masalah udara yang lembab karena tidak mendapat cahaya matahari, maka cara mengatasinya perlu diberikan atap trasnparan yang berfungsi untuk memaskan cahaya kedalam ruangan, sehingga suhu udara didalam ruangan terebut tidak menjadi lembab. Material transparan untuk memasukan cahaya juga harus dapat menangkal sinar matahari langsung, kemudian dipantulkan keluar ruangan, dengan begini maka ruangan akan tetap sejuk dan dapat memberikan kenyamanan pada manusia. Material tranparan seperti kaca merupakan material yang harus terlindungi dari sinar matahari langsung, karena kaca apabila terkena matahari akan membiaskan sinar sinar tersebut menjadi gelombang pendek yang masuk kedalam bangunan sehingga akam menaikan suhu didalam ruangan akan menjadi panas. Bukaan bukaan seperti jendela, pintu, lobang angin untuk di atap memang sanga dibutuhkan dalam bangunan tropis, karena bukaan bukaan itu dapat berfungsi sebagai jalan keluar masuk angin (sirkulasi udara) sehingga udara didalam bangunan akan selalu segar dan juga dapat menyejukan ruangan yang dilaluinya. Selain itu bukaan bukaan itu juga berfungsi untuk memasukan cahaya matahari kedalam ruangan sehingga suhu udara didalam ruangan tidak akan menjadi lembab. Penghijauan Dalam arsitektur tropis penghijauan juga tidak kalah penting dengan yang lainnya, karena penghijauan pada area bangunan akan dapat menurunkan suhu panas sampai 3%. Pada penghijauan membantu untuk memberikan kesejukan dan keteduhan pada bengunan. Selain itu penghijauan juga dapat mengatasi beberapa masalah, seperti masalah pencemaran polusi udara, yang biasanya didapat dari asap kendaraan bermotor dan polusi suara, yang mendapat kebisingan dari mesin mesin yang ada disekitas bangunan. Penghijauan disekitas bangunan juga dapat menahan aliran angin kemudian disalurkan kedalam bangunan secara perlahan lahan, sehingga udara dalam bangunan akan

13 terjaga kebersihannya dan perputaran sirkulasi udara itu membuat ruangan menjadi lebih fress. Karena pohonan dapat mengeluarkan gas O2 (oksigen) yang dibutuhkan oleh manusia maupun hewan, sedangkan CH2O (karbon) diserap oleh pohonan, maka penghijaunan pada sekitar bangunan akan sangat membantu dalam memberikan kenyamanan yang dibutuhkan manusia. Perlindungan bangunan Dalam melakukan perlindungan bangunan dari sinar matahari dan air hujan, maka perlu dilakukan analisa. Bagian mana dinding / jendela yang langsung terkena sinar dan hujan diharap dapat diberi perlindungan. Memberikan perlindungan pada bagian bagian yang terkena sinar matahari dan hujan dapat diatasi seperti, memberikan halangan yang dapat menghalangi sinar matahari atau air hujan yang langsung terkena pada bagian bangunan. Dalam memberikan perlindungan pada bagian bangunan yang terkena sinar matahari langsung juga bisa dengan cara memberi perlindungan dengan mengecat permukaan yang teerkena panas dan hujan. Dalam pengecatan perlu diperhatikan beberapak ketentuannya, seperti membersihkan permukaan, memplitur dan mengecat 2 3 kali, sehingga akihir finishing mendapat hasil yang terbaik.

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam PATHOLOGI BANGUNAN DAN KENYAMANAN TERMAL Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, April 1997 Dalam ilmu bahasa, pathologi berarti ilmu tentang penyakit, dengan pengertian ini, ilmu tersebut dianggap tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. (0951010024) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)

Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil) ARSITEKTUR DAN ENERGI Tri Harso Karyono Harian Kompas, 21 September 1995, Jakarta, Indonesia. Pengamatan para akhli memperlihatkan konsumsi energi dunia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan.

GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan. GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, Desember-Januari 2007 Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan protokol termewah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer.

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer. BAB I PNDAHULUAN I. 1. LATAR BLAKANG I. 1. 1. Latar Belakang Perancangan Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer. Diantaranya yaitu tempat tinggal. Tempat tinggal atau rumah merupakan kulit ke

Lebih terperinci

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA Tri Harso Karyono Desain Arsitektur, vol. 1, April, 2000, pp.7-8. Satu di antara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam perancangaan Hotel Resort ini saya menggunakan kosep dasar adalah Arsitektur Hijau dimana bangunan ini hemat energi, minim menimbulkan dampak negatif

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa ini adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Konsep ini merupakan konsep turunan dari

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Disusun Oleh: Ignatius Christianto S

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Disusun Oleh: Ignatius Christianto S SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Disusun Oleh: Ignatius Christianto S 0951010043 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

ANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR

ANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR ANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR Tri Harso Karyono Jurnal Sains dan Teknologi EMAS Elektro Mesin Arsitektur Sipil, Vol. 16, No 3, Agustus, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA UNIT 9 SUMBER-SUMBER PANAS Delapan unit sebelumnya telah dibahas dasar-dasar tata udara dan pengaruhnya terhadap kenyamanan manusia. Juga

Lebih terperinci

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan Desain Arsitektur Tropis Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di Kabupaten Magelang ini karena, kondisi alam di Kab. Magelang

Lebih terperinci

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi ABSTRAK Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Arsitektur Bioklimatik Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenyamanan adalah bagian dari salah satu tujuan utama dari ilmu ergonomika yang harus dicapai. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK 3.1 Tinjauan Tema Tema yang akan penulis akan angkat dalam penyusunan skripsi yang berjudul Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) ini adalah Arsitektur Tropis sebagai pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah proses belajar-mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar- mengajar tersebut melibatkan peran

Lebih terperinci

ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak

ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak Perencanaan serta tata letak suatu bangunan harus disesuaikan dengan keadaan iklim sesuai

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( ) SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pembahasan perilaku termal dan pembangkitan energi mengkonfirmasi beberapa hasil riset terdahulu. Kebaruan dari riset ini adalah dihasilkannya optimalisasi kinerja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night ventilative cooling masih kurang dikenal di Indonesia. Dalam riset-riset terdahulu,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar-mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Potensi Pengembangan Rumah Berkonsep Ergo- Ekologi untuk Daerah Beriklim Tropis

Potensi Pengembangan Rumah Berkonsep Ergo- Ekologi untuk Daerah Beriklim Tropis Petunjuk Sitasi: Susanti, L., Zadry, H. R., & Fithri, P. (2017). Potensi Pengembangan Rumah Berkonsep Ergo-Ekologi untuk Daerah Beriklim Tropis. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B168-173). Malang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang dipilih pada proyek adalah Efisiensi Energi karena tipologi dalam sumber dari daftar pustaka sebelumnya buku Metric Planing and Design Data (David Atler,

Lebih terperinci

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA Diajukan oleh : LUTHFI HARDIANSYAH 0951010022 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012 Balai Kota Surabaya

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM ( )

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM ( ) SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM (0951010016) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, abu gosok, bahan bakar dan sebagai pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipologi bangunan rumah tinggal masyarakat lereng gunung Sindoro tepatnya di Dusun

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keutamaan untuk beribadah dan memakmurkan mesjid banyak dijabarkan pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36 Bertasbih kepada Allah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 160 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang di gunakan dalam perancangan ini adalah konsep yang berlandaskan pada tema sustainable building. Perancangan ini mengambil prinsip sustainable

Lebih terperinci

STRUKTURISASI MATERI

STRUKTURISASI MATERI STRUKTURISASI MATERI KOMPETENSI DASAR 3.9 Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan 4.8 Menyajikan ide/gagasan pemecahan masalah gejala pemanasan global dan dampaknya

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi dari penelitian yang berjudul Hubungan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif. BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Orientasi Massa Bangunan Bagian massa bangunan apartemen menghadap arah utara-selatan sedangkan massa bangunan pusat perbelanjaan berbentuk masif dan mengarah ke dalam.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Griya seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Re-Inventing Tradition

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel menjadi salah satu solusi tempat sementara seseorang/kelompok untuk menginap selama mereka pelakukan keperluannya di daerah/kota tersebut. Tidak heran di jaman

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II. Bioklimatik Desain. Bioklimatik berasal dari bahasa asing yaitu Bioclimatology. Menurut

BAB II. Bioklimatik Desain. Bioklimatik berasal dari bahasa asing yaitu Bioclimatology. Menurut BAB II Bioklimatik Desain Bioklimatik berasal dari bahasa asing yaitu Bioclimatology. Menurut Kenneth Yeang Bioclimatology is the study of the relationship between climate and life, particulary the effect

Lebih terperinci

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI Muhammad Faisal Jurusan Teknil Planologi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Malang Jl. Bendungan Sigura-Gura Nomor 2 Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Desain dan Perancangan Van Dyke (1990) mengemukakan bahwa desain atau perancangan merupakan suatu bentuk pemecahan masalah dengan beberapa tahapan dan mengacu pada

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU SAINS ARSITEKTUR II

TUGAS INDIVIDU SAINS ARSITEKTUR II TUGAS INDIVIDU SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Dosen : Heru subiyantoro ST.MT Di Susun Oleh : Kristian Rendra Wicaksono UPN VETERAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse atau yang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse atau yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Greenhouse adalah sebuah bangunan yang berkerangka atau dibentuk menggelembung, diselubungi bahan bening atau tembus cahaya yang dapat meneruskan cahaya secara optimum

Lebih terperinci