RANCANGAN PERBAIKAN PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN QFD, LCA DAN LCC DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANGAN PERBAIKAN PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN QFD, LCA DAN LCC DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO"

Transkripsi

1 RANCANGAN PERBAIKAN PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN QFD, LCA DAN LCC DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO Noris Dian 1), Sri Gunani Partiwi 2) dan Udisubakti Ciptomulyono 3) 1) Program Studi Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 3) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Semakin meningkatnya jumlah industri yang ada pada suatu daerah maka akan meningkatkan juga emisi yang dihasilkan dan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam industri tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan perbaikan pada proses produksi yang dilakukan, salah satu cara yang digunakan untuk melakukan perbaikan adalah dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). QFD digunakan untuk mentranslet keinginan dan kebutuhan konsumen yang digunakan sebagai dasar melakukan strategi perancangan dengan menggunakan alat House of Quality (HoQ). Tujuan penelitian adalah melakukan perbaikan proses produksi maka yang menjadi konsumen adalah manajer bagian Keuangan dan Tata Usaha, Tanaman, Utilitas dan SDM. Dalam pembangunan HoQ diperlukan atribut Voice of Customer (VoC). Untuk mendapatkan atribut kualitas diperoleh dari literatur dan wawancara. Atribut lingkungan diperoleh dari perhitungan dengan Life Cycle Assessment. Atribut biaya diperoleh dari Life Cycle Cost. Sedangkan atribut kesehatan dan keselamatan pekerja diperoleh dari data perusahaan dan wawancara. Berdasarkan pada hasil perhitungan HoQ maka dapat ditentukan rancangan perbaikan proses produksi. PT PG Candi Baru Sidoarjo sebagai objek penelitian akan melakukan perbaikan berdasarkan pada technical respon : mengurangi penggunaan belerang dna penggunaan Ca sakarat dan H3PO4. Hasil perbaikan menunjukkan bahwa dengan melakukan penggantian belerang dengan H3PO4 pada stasiun pemurnian dapat menurunkan dampak lingkungan yaitu dari 149 menjadi 145. Namun penggantian ini menyebabkan biaya bahan baku menjadi lebih mahal. Kata kunci: Industri Gula, Rancangan Perbaikan, Proses Produksi, Quality Function Deployment PENDAHULUAN Pada saat ini pertumbuhan industri di dunia semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya dan beraneka ragamnya kebutuhan dari para konsumen terhadap suatu barang. Salah satunya adalah pertumbuhan industri yang terjadi di Jawa Timur. Pada tahun 2013 sektor industri pengolahan di Jawa Timur memberikan kontribusi sebesar 26,60 % terhadap struktur perekonomian Jawa Timur. Sedangkan sisanya sebesar 31,33% dipengaruhi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, 14,91 % di pengaruhi oleh sektor pertanian (BPS Provinsi Jawa Timur, 2013). Peningkatan ini terjadi di berbagai sektor antara lain pada sektor kimia, agro, hasil hutan, industri logam, mesin dan elektronika. Dengan meningkatnya jumlah industri yang ada disuatu daerah maka akan meningkatkan masalah lingkungan yang terjadi didaerah itu. Diantaranya adalah pencemaran yang A-39-1

2 diakibatkan oleh aktivitas industri yang berupa pencemaran udara, tanah dan air. Data pencemaran yang diperoleh dari BPS dari tahun dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Pencemaran air, tanah dan udara di Jawa Timur TAHUN AIR TANAH UDARA ,48 0,86 5, ,6 0,59 8, ,81 0,46 7, ,82 0,76 7,45 Sumber : BPS Jawa Timur, (2013) Pencemaran terjadi karena limbah buangan industri dan limbah rumah tangga, namun yang memiliki peranan terbesar dalam pencemaran adalah limbah industri. Hal ini di karena sebagian besar industri menggunakan bahan kimia sebagai bahan baku maupun bahan pembantu dalam proses produksi. Selain menyebabkan permasalahan lingkungan meningkatnya jumlah industri juga akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Data tenaga kerja pada sektor industri dari tahun dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Jumlah Tenaga Kerja di Jawa Timur Tahun Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Kecelakaan Biaya (Milyar) 328,5 401, Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur (2013) Perbandingan antara jumlah pekerja dengan jumlah kecelakaan kerja berbanding lurus. Kasus kecelakaan industri yang terjadi di indonesia sebanyak 31,6% dipengaruhi oleh sektor industri. Sedangkan menurut Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengatakan bahwa Jawa Timur menjadi peringkat ke-3 dalam kasus kecelakaan kerja sebesar 30% dari total kecelakaan kerja keseluruhan ( antarajatim, 2012). Salah satu industri yang menjadi sorotan karena dampak pencemaran dan tingkat kecelakaan yang tinggi adalah industri gula. Pada industri gula pencemaran lingkungan dimulai dari awal penanaman sampai dengan proses produksi (Ramjaewon, 2004; Renouf et al, 2007; Contretas et al, 2009). Namun sebenarnya pada pabrik gula banyak limbah yang dapat dimanfaatkan untuk produk lain seperti pemanfaatan ampas tebu sebagai penghasil listrik (Nguyen et al, 2010; Mashoko et al, 2013), pemanfaatan molasses untuk bahan baku pembuatan ethanol (Nguyen et al, 2010; Mashoko et al, 2013). Jumlah pabrik gula yang ada di indonesia saat ini berjumlah 59 pabrik gula dan 8 pabrik gula rafinasi. Namun kebanyakan pabrik gula yang ada di indonesia ini memiliki tingkat produktivitas yang rendah. Penyebab rendahnya tingkat produktivitas pada pabrik gula disebabkan karena berbagai permasalahan : A-39-2

3 Bahan baku : Rendahnya produktivitas lahan dan tingkat rendemen pada pabrik pabrik gula serta pasokan tebu sebagai bahan baku susah diperoleh. Bahan baku raw sugar untuk gula rafinasi pada saat ini masih import semua (Departemen Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009). Hal ini disebabkan karena adanya penyempitan lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi area perumahan maupun perindustrian. Karena tebu yang digunakan merupakan tebu yang dibudidayakan oleh masyarakat. Proses produksi : Kualitas gula putih produksi dalam negeri masih belum memadai Produksi tebu dan gula masih terkonsentrasi di pulau Jawa dan Sumatra Pada umumnya mesin produksi yang digunakan pada pabrik gula sudah sangat tua dan program revitalisasi belum berjalan seperti yang diharapkan (Departemen Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009). Selain permasalahan kualitas bahan baku dan proses produksi untuk meningkatkan produktifitas, perusahaan harus melakukan perbaikan proses produksi yang memperhatikan masalah lain seperti masalah lingkungan, biaya selama proses produksi berlangsung (Utne, 2009) dan kesehatan keselamatan pekerja (Liew et al, 2014). Untuk melakukan perbaikan tersebut dapat dilakukkan dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). QFD digunakan untuk mentranslet keinginan dan kebutuhan konsumen yang digunakan sebagai dasar penentuan strategi perbaikan (Cohen, 1995). Dalam menggunakan metode QFD digunakan alat yaitu House of Quality (HoQ). Dalam pembangunan HoQ diperlukan data tentang Voice of Customer (VoC). Untuk aspek kualitas dan kesehatan pekerja VoC diperoleh dari literatur dan wawancara. Sedangkan untuk aspek lingkungan diperoleh dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA), untuk aspek biaya diperoleh dengan menggunakan metode Life Cycle Cost (LCC). Berdasarkan pada uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah melakukan rancangan perbaikan proses produksi yang memperhatikan aspek kualitas, lingkungan, biaya dan kesehatan keselamatan pekerja dengan pendekatan QFD. METODE Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap, tahap pendahuluan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap analisa dan penarikan kesimpulan. Tahap pendahuluan dimulai dari identifikasi awal yaitu dengan melakukan studi literatur pada jurnal, artikel, tugas akhir dan tesis tentang QFD, LCA, LCC, kesehatan dan keselamatan pekerja. Setelah itu dilakukan penentuan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dilanjutkan dengan identifikasi data yang diperlukan dan penentuan objek penelitian. Pada penelitian yang dilakukan menggunakan objek penelitian PT.PG Candi Baru Sidoarjo. Tahap Pengumpulan Data Data yang diperlukan pada penelitian ini berasal dari data primer yang berupa data hasil wawancara dari karyawan PT.PG Candi Baru Sidoarjo dan observasi yang dilakukan secara langsung pada area produksi PT.PG Candi Baru Sidoarjo. Untuk mendapatkan atribut kualitas pada proses produksi dilakukan studi literatur yang berhubungan dengan proses produksi gula yang ideal dan dilakukan wawancara dengan ahli. Sedangkan untuk mendapatkan atribut pada aspek lingkungan dilakukan dengan menggunakan metode LCA dengan menggunakan software SimaPro. Sebagai inputan dalam software SimaPro diperlukan data tentang jumlah bahan baku dan bahan pembantu yang A-39-3

4 digunakan, energi dan air yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Untuk mendapatkan atribut dari aspek biaya selama proses produksi berlangsung digunakan metode LCC. Dalam perhitungan dengan menggunakan LCC maka diperlukan data tentang biaya bahan baku, energi, transportasi, biaya pemeliharaan dan gaji karyawan. Tahap Pengolahan Data Pada tahap pengolahan data terdapat 4 tahapan pengolahan yaitu penentuan atribut Voice of Customer (VoC), penyebaran kuisioner, pembangunan House of Quality (HoQ) dan rumusan perbaikan proses. Tahap Penentuan Atribut Aspek Kualitas Untuk mendapatkan atribut kualitas pada proses produksi gula dilakukan strudi literatur yang berhubungan dengan proses produksi gula yang ideal dan akan dilakukan wawancara dengan ahli. Kemudian dilakukan penentuan atribut yang akan digunakan dalam penyebaran kuisioner. Aspek Lingkungan Untuk mengetahui dampak lingkungan dilakukan dengan menggunakan LCA. Dimana dalam menerapkan LCA diperlukan data data tentang jenis bahan baku, spesifikasi alat yang digunakan, energi yang digunakan, aliran proses produksi dari raw material sampai end produk dan kebutuhan air yang digunakan selama proses produksi. Data yang diperlukan dalam penghitungan LCA secara keseluruhan merupakan data sekunder yang diperoleh dari perusahaan secara keseluruhan. Dalam menggunakan metode LCA harus ditentukan tujuan. Tujuan adalah untuk mengetahui dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi gula yang memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan melakukan alokasi emisi yang dihasilkan. Dengan functional unit yaitu produksi per satu ton gula. Sedangkan untuk batasan penelitian dilakukan pada proses produksi saja tanpa memperhatikan proses penanaman, penggunaan dan disposal. Setelah didapatkan kriteria aspek dampak dari proses produksi kemudian dilakukan penentuan aspek dampak yang harus diatasi. Penentuan aspek dampak menggunakan diagram pareto. Sehingga dapat ditentukan atribut lingkungan yang perlu untuk diperbaiki berdasarkan pada skor yang telah dihitung. Aspek Biaya Untuk mengetahui aspek biaya yang digunakan selama proses produksi maka pada penelitian ini akan menggunakan Life Cycle Cost (LCC). Dalam perhitungan dengan menggunkan LCC ini maka semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi akan diperhitungkan. Data yang digunakan untuk perhitungan LCC ini adalah data yang keseluruhannya berasal dari perusahaan. Data yang diperhitungkan adalah biaya operasional yang terdiri dari biaya pekerja, bahan baku, transportasi, biaya pemeliharaan, energi. Setelah dilakukan perhitungan untuk menentukan biaya yang harus dikurangi maka ditentukan dengan memilih data yang memiliki nilai 3 terbesar. Penentuan ini digunakan sebagai atribut biaya yang dimasukkan kedalam matriks HoQ. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Pekerja Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur, pengumpulan data kecelakaan yang pernah terjadi dalam waktu 3 tahun terakhir, wawancara dan melakukan observasi A-39-4

5 langsung ke area proses produksi di PT. PG Candi Baru Sidoarjo. Setelah dilakukan pengumpulan data maka dapat ditentukan atribut pada aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Penyebaran Kuisioner Setelah diperoleh atribut dari aspek kualitas, lingkungan, biaya, kesehatan dan keselamatan pekerja maka akan dibuat kuisioner. Pembuatan kuisioner untuk mengetahui tingkat kepentingan, kepuasan dan harapan dari para konsumen yang nantinya akan dijadikan dasar dalam pembangunan HoQ. Kuisioner akan disebarkan kepada para manajer bagian instalasi, tanaman, sumber daya manusia dan tata usaha dan keuangan. Setelah kuesioner kembali maka dilakukan penyusunan House of Quality. Dari Kuesioner tersebut akan diperoleh voice of customer yang digunakan sebagai dasar penentuan technical respon. Pembangunan House of Quality Setelah diperoleh atribut proses produksi dari aspek kualitas, lingkungan, biaya, kesehatan dan keselamatan pekerja maka langkah selanjutnya adalah pembangunan House of Quality. Perumusan Strategi Perbaikan Perumusan tindakan perbaikan ditujukan untuk memperbaiki proses produksi yang saat ini sedang berlangsung. Sehingga diperoleh rancangan proses produksi yang menghasilkan kualitas produk yang baik, dampak terhadap lingkungan rendah, biaya rendah, tingkat kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja juga rendah. Tahap Analisa dan Penarikan Kesimpulan Setelah diperoleh hasil dari pengolahan data maka dilakukan analisa terhadap hasil penelitian dan dilakukan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Metode QFD Quality Function Deployment (QFD) merupakan metode yang digunakan untuk menerjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap suatu barang atau jasa, dengan mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen tersebut maka akan dapat diketahui respon teknis yang harus dilakukan perusahaan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen tersebut. Objek amatan penelitian pada proses produksi di PT.PG Candi Baru Sidoarjo. Alat yang digunakan dalam metode QFD adalah House of Quality (HoQ). Hasil dari analisa HoQ maka dapat ditentukan rancangan perbaikan sebagai berikut. Rancangan Perbaikan Proses Produksi Pada bagian ini dijabarkan tentang rancangan perbaikan proses produksi. Rancangan perbaikan berdasarkan hasil pengolahan HoQ. Penjelasannya adalah sebagai berikut : Mengurangi Penggunaan Belerang (TR15) Belerang merupakan salah satu bahan dasar yang sangat penting dalam industri pengolahan kimia. Penggunaan terbesar belerang adalah dalam pembuatan asam sulfat (SO2) (Austin, 1996). Pada industri pengolahan gula dengan metode sulfitasi penggunaan SO2 sangat diperlukan. SO2 digunakan pada proses pemurnian gula pada stasiun pemurnian. Hal ini disebabkan karena sifat dari SO2 sebagai bahan pengoksidasi dan bahan pendehidrasi A-39-5

6 terhadap senyawa organik. Pada proses dehidrasi yaitu menyerap air dalam proses konversi kimia dalam proses sulfitasi. Pada proses pemurnian nira sering terbentuk kalsium sulfit yang berasal dari reaksi antara gas SO2 dengan nira. Garam sulfit (CaSO 3) memiliki sifat yang lebih stabil, kelarutannya rendah bahkan lebih rendah dibandingkan dengan CaCO3 dan tidak berubah menjadi sulfat jika berada pada ph netral (7 7,4). Jika pemberian SO2 berlebihan dengan ph < 6,5 maka kalsium sulfit akan berubah menjadi kalsium bi sulfite (Ca(HSO3)2) yang bersifat larut dalam cairan. Pada proses penguapan gas SO2 akan mengakibatkan terserapnya gas kedalam air kondensat yang dapat menurunkan ph air kondensate sedangkan untuk gas SO2 yang tidak terserap oleh air maka akan terbang ikut bersama uap nira. Gas SO2 yang terbang bersama nira ini bersifat korosif dan dapat menyebabkan gangguan pernapasan jika terhirup oleh manusia. Jika dalam nira kental masing terkandung gas SO2 dengan konsentrasi berlebihan maka gas SO2 akan bereaksi dengan sisa kapur yang lolos dari penguapan dan dapat membentuk kalsium sulfit yang mengendap. Sisa gas SO2 yang lainnya akan menuju ke kondensor dan dapat merusak perpipaan dan badan kondensor. Selain dapat merusak sistem perpipaan dan peralatan proses produksi gas SO2 juga dapat menyebabkan gula yang diproduksi masih mengandung belerang. Hal ini dapat menyebabkan mutu gula menjadi buruk.gas SO2 dalam proses pemurnian berfungsi sebagai bleaching efek untuk mereduksi ion feri menjadi ferro. Menurut standart nasional indonesia (SNI) kandungan SO2 dalam gula pasir tidak boleh melebihi 2 mg/ kg gula untuk mutu satu dan 5 mg/kg untuk gula mutu dua. Hal ini disebabkan sifat SO2 yang digunakan sebagai pemucat bahan makanan dapat membahayakan kesehatan manusia. Melihat dampak yang diakibatkan oleh penggunaan SO2 dalam proses pemurnian gula begitu banyak maka perlu adanya tidakan perbaikan untuk mengurangi dampak yang diakibatkan. Salah satunya adalah dengan melakukan penggantian penggunaan SO2 dengan bahan pemucat lainnya. Penambahan asam phosphat (H 3PO4) sebanyak 80 mg/l dan penambahan flokulan dapat menggantikan penggunaan SO2 pada tahap pemurnian. Untuk mendapatkan hasil pemurnian yang baik penggunaan asam phosphat dapat dilakukan dengan penambahan sebanyak 100 sampai 200 mg/l (Sumarno, 1997). Pemberian asam phosphat bertu juan untuk membentuk gumpalan gumpalan yang lebih besar yang diperoleh dari penambahan susu kapur untuk menghasilkan nira jernih. Pemberian asam phosphat dalam proses pemurnian disebut teknik fosfatasi. Dalam penerapan teknik fosfatasi memiliki beberapa keunggulan diantaranya : Dapat membentuk gumpalan tricalsium phosphat berupak butiran butiran kecil Dapat meningkatkan Harkat Kemurnian nira jika penambahan asam phosphat dilakukan sebanyak 200 mg/l. Dapat menurunkan warna nira. Jika ingin mendapatkan hasil yang optimal maka penggunaan asam phosphat harus ditingkatkan lagi menjadi mg/l (Perwitasari, 2010). Dalam proses fosfatasi sangat memerlukan bantuan dari flokulan. Flokulan merupakan senyawa polielektrolik yang memiliki muatan anion sebanyak 5 10 juta. Anion yang digunakan sangat berguna untuk meningkatkan efisiensi pemurnian nira. Sedangkan untuk jumlah dari flokulan yang ditambahkan adalah sebanyak 2 3 mg/l ( Perwitasari, 2010). Pada PT PG Candi Baru Sidoarjo dalam proses pemurnian nira menggunakan teknik sulfitasidefekasi, namun juga sudah menggunakan penambahan H3PO4 dan penambahan flokulan tetapi penambahan H3PO4 dan flokulan masih dalam dosis yang rendah. A-39-6

7 Pada saat ini penggunaan H3PO4 yang ada di PT PG Candi Baru Sidoarjo pada proses pemurnian masih memiliki dosis yang sangat rendah yaitu sekitar 3,24 kg H3PO4 dengan jumlah nira mentah sebanyak 25,2 ton. Hal ini disebabkan proses pemurnian masih bergantung pada penggunaan SO2. Pada skenario 1 akan menggantikan SO2 dengan H3PO4. Berdasarkan literature dalam proses pemurnian dengan menggunakan teknik fosfatasi jumlah H3PO4 yang diperlukan agar mendapatkan hasil yang maksimal adalah sebesar 300 mg/l. Sehingga jumlah H3PO4 yang digunakan untuk memurnikan 25,2 ton nira mentah adalah sebanyak 7,227 kg. Untuk jumlah flokulan yang digunakan pada saat ini di PT PG Candi Baru Sidoarjo adalah sebesar 0,189 kg, berdasarkan penjelasan diatas jumlah flokulan yang digunakan untuk mendapatkan hasil pemurnian yang baik adalah sebanyak 3 mg/l. Jadi jumlah flokulan yang seharusnya digunakan adalah sebanyak 0,072 kg. Jumlah flokulan yang digunakan pada teksik fosfatasi berjumlah lebih sedikit jika dibandingkan dengan teknik sulfitas. Sehingga neraca masa pada stasiun pemurnian adalah sebagai berikut : Tabel 3. Input dan Output pada Stasiun Pemurnian Input Output Material Quantity Unit Material Quantity Unit Raw Juice 25,2 Ton Clear Juice 22,52 Ton Phosphoric acid (H3PO4) 7,227 Kg Filter Cake 2,72 Ton Ca (OH)2 0,03 Ton Condensate water 7,27 Ton De-ionised water 2,49 Ton Super Flocculant A-110 0,072 Kg Condensate water 0,51 Ton Steam 4,27 Ton Electricity 83,95 kwh Sumber : Pengolahan data produksi Dari aliran input dan output pada stasiun pemurnian diatas kemudian dilakukan uji terhadap dampak lingkungan dengan menggunakan software SimaPro. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software SimaPro diperoleh dampak lingkungan dari penggantian SO2 menjadi H3PO4. Dampak terhadap lingkungan dapat dilihat pada tabel 2. Dari perhitungan katagori dampak pada tabel 2 terlihat bahwa dengan melakukan penggantian belerang dengan H3PO4 dapat mengurangi jumlah dampak yang disebabkan selama proses produksi berlangsung. Total dampak sebelum perbaikan adalah 148,97 Pt dan setelah dilakukan perbaikan menjadi 145,88 Pt. Pada tabel 2 terlihat bahwa ada beberapa kategori dampak yang mengalami penurunan namun ada juga yang mengalami kenaikan poin setelah dilakukan perbaikan. Dengan penggantian SO2 dengan H3PO4 juga dapat mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil, respiratory inorganik, perubahan iklim, ecotoxicity, acidification/ eutrophication, mineral, radiation, respiratory organik dan ozone layer. Namun penggantian SO2 dengan H3PO4 mengakibatkan kenaikan dampak bahaya karsinogenik dan penggunaan tanah. Namun peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan. A-39-7

8 Perbandingan proses produksi sebelum dilakukan perbaikan dan setelah dilakukan perbaikan adalah sebagai berikut. Tabel 4 Input dan output pada stasiun pemurnian setelah perbaikan dan sebelum perbaikan. Setelah Perbaikan Sebelum Perbaikan Impact category Unit Product Product Impact category Unit of Sugar of Sugar Total Pt 145,887 Total Pt 148,975 Fossil fuels Pt 103,207 Fossil fuels Pt 103,759 Resp. inorganics Pt 19,191 Resp. inorganics Pt 21,209 Climate change Pt 15,945 Climate change Pt 16,279 Carcinogens Pt 3,713 Carcinogens Pt 3,635 Ecotoxicity Pt 1,638 Ecotoxicity Pt 1,679 Land use Pt 0,929 Acidification/ Eutrophication Pt 0,929 Acidification/ Eutrophication Pt 0,750 Land use Pt 0,923 Minerals Pt 0,382 Minerals Pt 0,419 Radiation Pt 0,093 Radiation Pt 0,103 Resp. organics Pt 0,031 Resp. organics Pt 0,032 Ozone layer Pt 0,008 Ozone layer Pt 0,009 Sumber : Pengolahan data SimaPro Kekurangan dan kelebihan penggunaan SO2 Kekurangan dari proses produksi dengan menggunakan SO2 dalam proses prmurnian : Dapat menyebabkan gangguan terhadap pernapasan Menyebabkan acidification/ eutrophication Menyebabkan keropos pada peralatan produksi Gula yang dihasilkan memiliki warna yang kurang bersih Jumlah filter cake yang terbentuk lebih banyak Sedangkan kelebihan dari proses pemurnian dengan menggunakan SO2 : Harga SO2 lebih murah dari pada H3PO4 Kekurangan dan kelebihan penggunaan H3PO4 Kekurangan penggunaan H3PO4 dalam proses pemurnian gula adalah : Penggunaan H3PO4 dalam proses pemurnian memiliki biaya produksi lebih mahal. Hal ini disebabkan harga H3PO4 lebih mahal jika dibandingkan dengan harga SO2. Kelebihan penggunaan H3PO4 dalam proses pemurnian gula adalah : Nira yang dihasilkan lebih jernih dan lebih banyak Jumlah filter cake lebih sedikit Dampak terhadap lingkungan lebih rendah Gula yang dihasilkan lebih putih Penggunaan Ca Sakarat (TR10) Ca Sakarat merupakan campuran antara susu kapur dengan nira kental yang direaksikan selama 5 menit dalam proses pencampuran dengan perbandingan 1 : 7 dengan ph 11-11,5. Pada kondisi tersebut proses ionisasi sakarat dapat memberikan kualitas endapan yang lebih baik (Chen & Chou, 1993). Penggunaan Ca Sakarat ini juga berfungsi untuk menggantikan penggunaan susu kapur dalam proses pemurnian dengan teknik sulfitasi. Ca Sakarat memiliki waktu reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan susu kapur pada proses A-39-8

9 pemurnian. Waktu reaksi Ca Sakarat adalah selama detik, sedangkan waktu reaksi dengan menggunakan susu kapur adalah 3 5 menit, hal ini disebabkan karena sifat Ca Sakarat yang memiliki sifat mudah larut dan mudah terionisasi dalam air. Selain sebagai pengganti penggunaan susu kapur dengan menggunakan Ca Sakarat dapat menekan jumlah belerang yang digunakan. Hal ini disebabkan karena ph yang terjadi pada proses defekasi memiliki ph yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan susu kapur. Selain berasal dari campuran antara susu kapur dengan nira kental, Ca Sakarat juga dapat diperoleh dari pencampuran antara susu kapur dengan nira encer maupun dengan nira mentah dengan perbandingan 1 : 9. Dalam penerapan proses pemurnian dengan bantuan Ca Sakarat memiliki keuntungan dan kelebihan. Untuk itu perlu diperhatikan hal hal dibawah ini agar tidak terjadi kehilangan sukrosa. ph Ca Sakarat harus dijaga pada keadaan 10,5 11. Hal ini disebabkan karena sukrosa akan pecah menjadi senyawa asam dan senyawa lainnya jika ph diatas 12. ph Ca Sakarat diatas 12 juga akan menyebabkan terjadinya endapan putih susu kapur dilarutan bawah Ca Sakarat. Endapan ini akan menggikat sukrosa sehingga menyebabkan kandungan sukrosa dalam blotong tinggi. Jika pemurnian dengan menggunakan Ca Sakarat dilakukan dengan cara manual (terutama pengaturan ph) maka dapat menyebabkan variable proses pemurnian sulit untuk dicapai, kehilangan sukrosa meningkat dan kualitas nira encer tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sehingga perlu ditunjang dengan system otomatisasi. Agar kualitas nira encer sesuai dengan tujuan yang diinginkan maka pihak pabrikasi harus menjaga keajegan giling. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Berdasarkan pada tahapan QFD dengan menggunakan House of Quality dihasilkan 19 customer requirement dan 22 technical response untuk proses produksi gula yang digunakan sebagai dasar perancangan perbaikan proses produksi. 2. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan House of Quality respon teknis yang memiliki prioritas tertinggi untuk diperbaiki adalah mengurangi penggunaan belerang (TR15). Salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi penggunaan belerang adalah mengganti belerang dengan H3PO4. Dengan penggantian tersebut dampak lingkungan yang diakibatkan menjadi lebih kecil yaitu dari 148,97 Pt menjadi 145,88 Pt. Namun dari segi biaya bahan baku penggantian H3PO4 memiliki biaya yang lebih mahal. Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah 1. Penentuan perbaikan terhadap proses produksi di PT. PG Candi Baru Sidoarjo sebaiknya berdasarkan pada prioritas technical respons yang telah didapat dalam penelitian ini. Karena prioritas pada penelitian ini berdasarkan pada tingkat kepentingan dan kepuasan yang dirasakan konsumen. 2. Pengembangan pada penelitian masih terbuka luas yaitu melakukan pemilihan technical respons dengan mempertimbangkan benefit,cost dan risk dengan menggunakan skala Saaty. A-39-9

10 DAFTAR PUSTAKA Austin, G.T. (1996), Industri Proses Kimia. Penerbit Erlangga, Jakarta Badan Pusat Statistik. (2013), Surabaya Jawa Timur dalam Angka 2013, CV Media Konstruksi, Chen, J.C.P & Chou, C.C. (1993), Cane Sugar Handbook, 12 ed.,singapore Cohen,L. (1995), Quality Function Deployment : How to make QFD work to you, Addison- Wisley, Canada. Koran Antara Jatim, (2012), Jatim Peringkat Tiga Tertinggi Angka Kecelakaan Kerja. Dikutip 1 April 2014, Web Site : antarajatim.com Liew, Weng Hui., Hassim, Mimi H., dan Denny, K.S.Ng, (2014), Review of Evaluation, Technology and Sustainability Assessments of Biofuel Production, Journal of Cleaner Production, Vol. 71, hal Mashoko, L., Mbohwa, C. dan Thomas, V.M, (2013), Life Cycle Inventory of Electricity Cogeneration From Bagasse in The South African Sugar Industry, Journal of Cleaner Production, Vol. 39, hal Nguyen, T. L. T., Gheewala, S. H., dan Sagisaka, M, (2 010), Greenhouse Gas Savings Potential of Sugar Cane Bio-Energy Systems, Journal of Cleaner Production, Vol. 18, hal Perwitasari, Dyah Suci, (2010), Phosphat Acid and Flocculant Added in Juice Sugar Crystal Process, Journal Teknik Kimia, Vol. 4 (2), hal Ramjeawon, T., (2004). Life Cycle Assessment of Cane -Sugar on the Island of Mauritius, International Journal of LCA, Vol 9, hal Renouf, M.A., dan Wegener, M.K.., (2007), Environmental Life Cycle Assessment ( LCA) of Sugarcane Production and Processing in Australia, Proceedings of the Australian Society of Sugar Cane Technologists, Vol 29. Sumarno, (1997). Kemampuan Proses Fosfatasi dan Flotasi dalam Meningkatkan Kualitas Gula Produk di Pabrik Pelaihari, Majalah Penelitian Gula P3GI, Pasuruan A-39-10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nira Tebu Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu, kemudian air hasil gilingan itu disaring dan air itu yang di namakan nira dan proses penyaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1964 perusahaan NV My Handle Kian Gwan diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, yang bernama PT. Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN)

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP:

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP: LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: 5203013008 Lovitna Novia Puspitasari NRP: 5203013045 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pemurnian Nira Setelah diperoleh larutan nira dari hasil proses pengilingan. Dilakukan proses pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari

Lebih terperinci

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Nurul Istiqomah (2309 030 075) Rini Rahayu (2309 030 088) Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Danawati Hari Prajitno, M.Pd NIP : 19510729 198603

Lebih terperinci

PHOSPHAT ACID AND FLOCCULAN ADDED IN JUICE SUGAR CRYSTAL PROCESS

PHOSPHAT ACID AND FLOCCULAN ADDED IN JUICE SUGAR CRYSTAL PROCESS Jurnal Teknik Kimia Vol.4, No.2, April 2010 318 PHOSPHAT ACID AND FLOCCULAN ADDED IN JUICE SUGAR CRYSTAL PROCESS Dyah Suci Perwitasari Jurusan Teknik Kimia FakultasTeknologi Industri UPN Veteran JawaTimur

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN ENERGI PADA BUDIDAYA TANAMAN TEBU DAN INDUSTRI GULA THE ENERGY BALANCE IN SUGAR CANE CULTIVATION AND SUGAR INDUSTRY

KESETIMBANGAN ENERGI PADA BUDIDAYA TANAMAN TEBU DAN INDUSTRI GULA THE ENERGY BALANCE IN SUGAR CANE CULTIVATION AND SUGAR INDUSTRY Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 14 No. 2 Desember 2015 : 95-102 ISSN 1978-2365 KESETIMBANGAN ENERGI PADA BUDIDAYA TANAMAN TEBU DAN INDUSTRI GULA THE ENERGY BALANCE IN SUGAR CANE CULTIVATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik BAB I PENDAHULUAN PT. PG Candi Baru adalah salah satu pabrik gula di Indonesia yang menghasilkan gula kristal putih (GKP) jenis Superior Hooft Suiker IA (SHS IA) sebagai produk utamanya. Hasil samping

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI SIKLUS HIDUP GULA Siklus hidup gula terjadi pada proses produksi gula di pabrik, yaitu mulai dari tebu digiling hingga menjadi produk gula yang siap untuk dipasarkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pemberian zat aditif mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan industri pertanian sekarang ini. Zat aditif yang dimaksud adalah berbagai

Lebih terperinci

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia) 1.1 Latar Belakang Ketel uap sebagai sumber utama penghasil energi untuk pembangkit listrik yang menyuplai seluruh kebutuhan energi dalam pabrik. Dalam melakukan kerjanya, ketel uap membutuhkan adanya

Lebih terperinci

PG. TJOEKIR PENERAPAN INDUSTRI HIJAU BY: EDWIN RISANANTO SURABAYA, 16 FEBRUARI 2017

PG. TJOEKIR PENERAPAN INDUSTRI HIJAU BY: EDWIN RISANANTO SURABAYA, 16 FEBRUARI 2017 PG. TJOEKIR PENERAPAN INDUSTRI HIJAU BY: EDWIN RISANANTO SURABAYA, 16 FEBRUARI 2017 Penerapan Industri Hijau Tahapan yang harus dilakukan: 1. Mengidentifikasi secara rinci alur proses produksi 2. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dibutuhkan di industri, seperti industri tekstil dan pulp. Serat selulosa ini juga sudah dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Produksi gula indonesia dari tahun 2010 2012 terus mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan kebutuhan nasional akan gula, seperti tergambar dalam tabel di bawah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Penulisan tugas akhir ini melalui beberapa tahapan yang dilakukan. Tahapantahapan tersebut, antara lain: a. Menentukan Tempat Penelitian Tahap awal

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Wawancara

Lampiran 1 Daftar Wawancara LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Wawancara 1. Bagaimana proses produksi di Pabrik Gula Pagotan? 2. Dalam proses produksi tersebut menghasilkan limbah apa saja? 3. Tolong jelaskan proses pengolahan limbah tersebut?

Lebih terperinci

01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR

01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA PABRIK 01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR OLE H : ERN I SWANDAYANI SANDY SUYANTO FRANSISCA IRHANNY (6103001009) (6103001051) (6103001055) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan basis sumberdaya agraris, Indonesia pernah menjadi salah satu produsen dan eksportir gula pasir yang terbesar di dunia pada decade 1930-40 an.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat Oleh: Thia Zakiyah Oktiviarni (3308100026) Dosen Pembimbing IDAA Warmadewanthi, ST., MT., PhD Latar

Lebih terperinci

ANALISIS DIVERSIFIKASI PRODUK MINUMAN PADA CV FAUZI KABUPATEN BEKASI PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS DIVERSIFIKASI PRODUK MINUMAN PADA CV FAUZI KABUPATEN BEKASI PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS DIVERSIFIKASI PRODUK MINUMAN PADA CV FAUZI KABUPATEN BEKASI PROPINSI JAWA BARAT ( Menggunakan Metode Quality Function Deployment ) Oleh: WENI SRIWAHYUNI A14103606 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buah tomat di antaranya solanin (0,007 %), saponin, asam folat, asam malat,

BAB I PENDAHULUAN. buah tomat di antaranya solanin (0,007 %), saponin, asam folat, asam malat, BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Namun pemanfaatannya hanya sebatas sebagai lalap dan bahan tambahan

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( ) Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo Adam Alifianto (2707 100 021) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung dengan air demi mempertahankan hidupnya. Air yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM)

PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM) SIDANG TUGAS AKHIR PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM) Oleh : M. Renardo Prathama Abidin 2307 030 049 Ferry Oktafriyanto 2307 030 076 DIPRESENTASIKAN PADA JUMAT, 9 JULI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gula merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Setiap tahun konsumsi gula penduduk Indonesia semakin meningkat. Produksi gula tebu dalam negeri tidak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Kegiatan industri gula terdiri dari kegiatan proses produksi dan kegiatan unit-unit operasi. Kegiatan proses produksi berlangsung pada proses penggilingan,

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Proses menghasilkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI PERANCANGAN ALAT PENYARING TAHU DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ATHROPOMETRI Rosleini Ria PZ 1), Erni Suparti 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian 1 Ruang Lingkup Penelitian Batasan a. Alat pengasapan ikan mampu memproduksi ikan asap sebanyak 120 ekor sekali proses pengasapan b. Data yang digunakan dalam pengembangan alat pengasapan ikan adalah data

Lebih terperinci

PEMANFAATAN HASIL SAMPING UNTUK PEMBANGKITAN ENERGI DAN AIR PADA PRODUKSI GULA KRISTAL PUTIH DESTIARA NOVITASARI

PEMANFAATAN HASIL SAMPING UNTUK PEMBANGKITAN ENERGI DAN AIR PADA PRODUKSI GULA KRISTAL PUTIH DESTIARA NOVITASARI PEMANFAATAN HASIL SAMPING UNTUK PEMBANGKITAN ENERGI DAN AIR PADA PRODUKSI GULA KRISTAL PUTIH DESTIARA NOVITASARI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PABRIK CAUSTIC SODA DARI LIMESTONE DAN SODA ASH DENGAN PROSES CONTINUOUS DORR CAUSTICIZING PRA RENCANA PABRIK

PABRIK CAUSTIC SODA DARI LIMESTONE DAN SODA ASH DENGAN PROSES CONTINUOUS DORR CAUSTICIZING PRA RENCANA PABRIK PABRIK CAUSTIC SODA DARI LIMESTONE DAN SODA ASH DENGAN PROSES CONTINUOUS DORR CAUSTICIZING PRA RENCANA PABRIK Oleh : ALIFUDDIN ROZAQ 063101 0081 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL. ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL Peneliti: Fuat Albayumi, SIP., M.A NIDN 0024047405 UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER 2015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu demi waktu kini industri baik industri rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dunia industri merupakan salah satu indikator yang memberikan penggambaran untuk menilai perkembangan ekonomi suatu Negara. Kemajuan industri di Indonesia

Lebih terperinci

PENENTUAN RENDEMEN GULA TEBU SECARA CEPAT 1

PENENTUAN RENDEMEN GULA TEBU SECARA CEPAT 1 2003 Purwono Posted 7 October, 2003 Science Philosophy (PPs 702) Graduate Program / S3 Institut Pertanian Bogor October 2003 Instructors: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Principal) Prof Dr Ir Zahrial Coto

Lebih terperinci

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA Nyimas Dewi Sartika 1 ABSTRACT Generally on BUMN sugar factory the rendement is lower than private sugar factory. The audit purpose is to know processing

Lebih terperinci

Perancangan Alat Pengemasan Tempe dengan Pendekatan QFD,FAST, dan PUGH untuk Peningkatan Produktivitas dan Kualitas

Perancangan Alat Pengemasan Tempe dengan Pendekatan QFD,FAST, dan PUGH untuk Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Perancangan Alat Pengemasan Tempe dengan Pendekatan QFD,FAST, dan PUGH untuk Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Oleh : Rozy Fatahurrohman 2509100088 Dosen Pembimbing : Arief Rahman, S.T, M.T 197706212002121002

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Elemen Kompetensi III Elemen Kompetensi 1. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao yang dihasilkan sebanyak 70% diekspor dalam bentuk biji kakao (raw product). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH NIRA MENTAH. Sri Risnojatingsih Progdi Teknik Kimia FTI-UPNV Jatim ABSTRACT

PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH NIRA MENTAH. Sri Risnojatingsih Progdi Teknik Kimia FTI-UPNV Jatim ABSTRACT 24 Penggunaan Susu Kapur dari Limbah Gas Acetylen Jurnal Penelitian (Sri Risnojatingsih) Ilmu Teknik Vol. 10, No.1 Juni 2010 : 24-28 24 PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menghasilkan suatu barang. Pentingnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menghasilkan suatu barang. Pentingnya masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas merupakan salah satu faktor penting yang digunakan dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan. Produktivitas memberikan gambaran pada perusahaan dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

2015 KONVERSI LIGNOSELULOSA TANDAN PISANG MENJADI 5-HIDROKSIMETIL-2-FURFURAL (HMF) : OPTIMASI KOMPOSISI

2015 KONVERSI LIGNOSELULOSA TANDAN PISANG MENJADI 5-HIDROKSIMETIL-2-FURFURAL (HMF) : OPTIMASI KOMPOSISI 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan bahan bakar saat ini masih sangat bergantung pada sumber daya fosil. Sumber energi berbasis fosil masih merupakan sumber energi utama yang digunakan

Lebih terperinci

PABRIK AMMONIUM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI PRA RENCANA PABRIK

PABRIK AMMONIUM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI PRA RENCANA PABRIK PABRIK AMMONIUM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI PRA RENCANA PABRIK Oleh : WURI INDAH LESTARI NPM : 0931010029 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. HALAMAN MOTTO...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. HALAMAN MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya kebutuhan gedung dan perumahan saat ini menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Seperti kita ketahui bersama, kebutuhan

Lebih terperinci

PABRIK AMMONIUM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI PRA RENCANA PABRIK

PABRIK AMMONIUM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI PRA RENCANA PABRIK PABRIK AMMONIUM SULFAT DENGAN PROSES NETRALISASI PRA RENCANA PABRIK Oleh : FERDINAND MANGUNDAP NPM : 0931010014 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

Lebih terperinci

Ratna Kencana Ekasari LOGO.

Ratna Kencana Ekasari LOGO. Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan pada Plasa Telkom Sidoarjo dengan Menggunakan Integrasi Metode Service Quality dan Quality Function Deployment (QFD) Ratna Kencana Ekasari 9110 201 504 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian atau kerangka pemecah masalah merupakan tahap-tahap penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian lebih lanjut yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaanperusahaan dikarenakan sebagai suatu sarana untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN NOTULENSI Pengelompokan Kegiatan Value Added dan Non Value Added No Kegiatan 1. Tebu dibawa ke pabrik menggunakan truk 2. Truk menunggu untuk ditimbang 3. Truk yang berisikan tebu ditimbang 4.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN ABSTRACT Dian Yanuarita P 1, Shofiyya Julaika 2, Abdul Malik 3, Jose Londa Goa 4 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan penerapan perangkat-perangkat pengelolaan lingkungan diarahkan untuk mendorong seluruh pihak di dunia ini untuk melakukan tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI DI TIMOR LESTE

PENGEMBANGAN INDUSTRI DI TIMOR LESTE PENGEMBANGAN INDUSTRI TEBU - GULA & BIO-ETHANOL DI TIMOR LESTE GT Leste Biotech Timor Leste, Juni 2008 GAMBARAN UMUM TIMOR LESTE Luas wilayah: 15,410 km², + 640 km (northwest) Darwin, Australia. Jumlah

Lebih terperinci

PENILAIAN DAUR HIDUP (LIFE CYCLE ASSESSMENT) GULA TEBU DI PG SUBANG, JAWA BARAT IKA WATI PURWANINGSIH

PENILAIAN DAUR HIDUP (LIFE CYCLE ASSESSMENT) GULA TEBU DI PG SUBANG, JAWA BARAT IKA WATI PURWANINGSIH PENILAIAN DAUR HIDUP (LIFE CYCLE ASSESSMENT) GULA TEBU DI PG SUBANG, JAWA BARAT IKA WATI PURWANINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun

Lebih terperinci

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PRODUK KURSI MAKAN PADA UKM PENGRAJIN ROTAN DOMAS DENGAN METODE GREEN QFD II

PENGEMBANGAN PRODUK KURSI MAKAN PADA UKM PENGRAJIN ROTAN DOMAS DENGAN METODE GREEN QFD II PENGEMBANGAN PRODUK KURSI MAKAN PADA UKM PENGRAJIN ROTAN DOMAS DENGAN METODE GREEN QFD II UKM adalah kegiatan ekonomi yang mendominasi struktur perekonomian Indonesia. Situasi persaingan yang semakin ketat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sektor utama perekonomian dari sebagian besar negara-negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA NIP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011

Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA NIP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011 PABRIK BIOETHANOL DARI LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN PROSES FERMENTASI OLEH : ARTHANI ROSYIDA (2308 030 070) EVI ANGGRAINI (2308 030 078) Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA NIP. 19600624

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan bahan bakar fosil ini semakin meningkat

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: PENERAPAN GREEN PRODUCTIVITY UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN DI PABRIK GULA SRAGI

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: PENERAPAN GREEN PRODUCTIVITY UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN DI PABRIK GULA SRAGI PENERAPAN GREEN PRODUCTIVITY UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN DI PABRIK GULA SRAGI Haryo Santoso 1, Puji Nugrahaeni 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri di Indonesia. Salah satu industri yang banyak berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri di Indonesia. Salah satu industri yang banyak berkembang adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang seiring dengan peningkatan jumlah konsumen suatu barang, mempengaruhi perkembangan pembangunan sektor industri di Indonesia.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KERAMIK DI PT. PLATINUM CERAMICS INDUSTRY

IMPLEMENTASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KERAMIK DI PT. PLATINUM CERAMICS INDUSTRY IMPLEMENTASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KERAMIK DI PT. PLATINUM CERAMICS INDUSTRY Efi Krunia Sari, Udisubakti Ciptomulyono Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gipsum dengan Proses Desulfurisasi Gas Buang PLTU dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gipsum dengan Proses Desulfurisasi Gas Buang PLTU dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan pembangunan di Indonesia pada era globalisasi ini semakin meningkat yang ditandai dengan banyaknya pembangunan fisik, sehingga kebutuhan

Lebih terperinci

GULANAS PT. GULA ENERGY NUSANTARA

GULANAS PT. GULA ENERGY NUSANTARA GULANAS PT. GULA ENERGY NUSANTARA PELOPOR PRODUSEN GULA TEBU CAIR copyright 2015 www.gulanas.com PT. GULA ENERGY NUSANTARA PRESENTS GULANAS -Export Quality- LPPOM 1522088930713 PT. GULA ENERGY NUSANTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia Prarancangan Pabrik Etil Alkohol dari Molase BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Harga minyak dunia yang melambung, sudah lama diprediksi. Logikanya, minyak bumi (fossil fuel) adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tentang penilaian energi. Hal-hal yang melatarbelakangi dan tujuan dari penelitian dijelaskan pada bagian ini. 1.1. Latar Belakang Energi

Lebih terperinci

STRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP

STRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP STRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP PG PT KEBUN TEBU MAS NGIMBANG LAMONGAN JAWA TIMUR IR. WAYAN SUKASEDANA, M.M. 2016 PT KEBUN TEBU MAS SITUASI PERGULAAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 P-larut Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel 9 (Lampiran), dan berdasarkan hasil analisis ragam pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

seminar TUGAS PABRIK BIOETHANOL DARI MOLASE DENGAN PROSES FERMENTASI

seminar TUGAS PABRIK BIOETHANOL DARI MOLASE DENGAN PROSES FERMENTASI seminar TUGAS AKHIR PABRIK BIOETHANOL DARI MOLASE DENGAN PROSES FERMENTASI Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Lily Pudjiastuti, MT NIP. 19580703 198502 2 001 Novi Dwi Fatmawati (2311 030 016) Muhammad Iqbal (2311

Lebih terperinci

sedangkan industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis

sedangkan industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Home industry, home yang memiliki arti rumah atau tempat tinggal, sedangkan industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang ataupun perusahaan.

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU TUGAS AKHIR PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat

Lebih terperinci

PERENCANAAN BAHAN BAKU PADA PRODUKSI GULA TEBU (Studi Kasus PTPN XI PG Djatiroto Kabupaten Lumajang)

PERENCANAAN BAHAN BAKU PADA PRODUKSI GULA TEBU (Studi Kasus PTPN XI PG Djatiroto Kabupaten Lumajang) PERENCANAAN BAHAN BAKU PADA PRODUKSI GULA TEBU (Studi Kasus PTPN XI PG Djatiroto Kabupaten Lumajang) SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pabrik gula merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia karena pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, kebutuhan industri lainnya, dan penyedia

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016 Program Studi MMT-ITS, Surabaya Januari 6 PENGEMBANGAN MODEL KEBERLANJUTAN KLASTER INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM RANGKA SWASEMBADA GULA NASIONAL STUDI KASUS: KLASTER INDUSTRI BERBASIS TEBU DI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan Pengenceran Suatu Larutan B. Tujuan praktikum Melatih menggunakan labu ukur di dalam membuat pengenceran atau suatu larutan. 1 BAB II METODE A. Alat dan Bahan Alat:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melimpah. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan

I. PENDAHULUAN. melimpah. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Studi Pendahuluan Studi pendahuluan merupakan tahap awal dalam metodelogi penulisan ini. Pada tahap ini dilakukan studi lapangan dengan mengamati langsung keadaan gedung

Lebih terperinci

PENGKAJIAN DAUR HIDUP AMPAS TEBU DI PABRIK GULA MADUKISMO, YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA) *

PENGKAJIAN DAUR HIDUP AMPAS TEBU DI PABRIK GULA MADUKISMO, YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA) * PENGKAJIAN DAUR HIDUP AMPAS TEBU DI PABRIK GULA MADUKISMO, YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA) * (Assessment of Bagasse Life Cycle at Madukismo Sugar Mill, Yogyakarta Using Life Cycle

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan bakar fosil telah banyak dilontarkan sebagai pemicu munculnya BBM alternatif sebagai pangganti BBM

Lebih terperinci

ll. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi

ll. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi ll. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Tahu Industri tahu di Indonesia merupakan salah satu industri yang berkembang cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi setiap hari

Lebih terperinci

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD P3GI 2017 IMPLEMENTASI INSENTIF PERATURAN BAHAN BAKU MENTERI RAW PERINDUSTRIAN SUGAR IMPORNOMOR 10/M-IND/3/2017 UNTUK PABRIK DAN GULA KEBIJAKAN BARU DAN PEMBANGUNAN PABRIK PERLUASAN PG BARU DAN YANG PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING) ASAM BASA PENELITIAN OLEH :

PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING) ASAM BASA PENELITIAN OLEH : PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING) ASAM BASA PENELITIAN OLEH : ANDRY HERDIAN POMANTOUW NPM : 0731010013 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci