RIKYŪ HYAKUSHU SEBAGAI CERMINAN DARI JIWA CHA NO YU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RIKYŪ HYAKUSHU SEBAGAI CERMINAN DARI JIWA CHA NO YU"

Transkripsi

1 RIKYŪ HYAKUSHU SEBAGAI CERMINAN DARI JIWA CHA NO YU Michiko Cicilia Tantri Suryawati FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DR.SOETOMO, SURABAYA ABSTRAK Dalam cha no yu terdapat istilah WaKeiSeiJaku yakni ajaran yang dicetuskan oleh Sen no Rikyū yang merupakan nilai-nilai kejiwaan yang terdapat dalam Cha no Yu. Ajaran-ajaran tersebut sebagian besar terdapat pada sajak-sajak dalam kumpulan sajak Rikyū Hyakushu. Dalam melakukan prosesi Cha no Yu, keempat ajaran tersebut harus diterapkan secara bersamaan. Akan tetapi tidak sedikit pembelajar asing yang kurang mengerti tentang apa dan bagaimana jiwa dan perasaan yang harus dibawa / dimiliki ketika melakukan prosesi Cha no Yu. Oleh Karena itu peneliti memutuskan untuk menganalisis sajak Rikyū Hyakushu untuk dicerminkan ke dalam jiwa cha no yu. Berikut rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini: 1. Bagaimanakah cerminan jiwa 和 (wa) dalam Rikyū Hyakushu? 2. Bagaimanakah cerminan jiwa 敬 (kei) dalam Rikyū Hyakushu? 3. Bagaimanakah cerminan jiwa 清 (sei) dalam Rikyū Hyakushu? 4. Bagaimanakah cerminan jiwa 寂 (jaku) dalam Rikyū Hyakushu? Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan teori tentang puisi, strukturalisme, sejarah Cha no Yu (Sadō), Ocha no kokoro (Jiwa Cha no Yu), Biografi Sen no Rikyū, dan Rikyū Hyakushu. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif karena data-data yang digunakan merupakan sajak-sajak yang terdapat dalam Rikyū Hyakushu. Dalam penelitian kali ini, peneliti mendapatkan data dari buku yang berjudul Rikyū Dōka ni Manabu (Ura Senke Gakuen Kōkai Kōza PEL Siri-zu) karangan Abe Sosei, dengan penerbit Tankōsha, tahun Adapun hal yang ditemukan peneliti dalam penelitian ini adalah jiwa wa merupakan keselarasan dimana antara satu dan yang lainnya saling berkaitan, dan jiwa wa merupakan sesuatu yang fleksibel tetapi mengandung suatu keharmonisan. Sedangkan jiwa kei terwujud dengan menghargai atau menghormati niat dan tindakan sesama serta cara memperlakukan benda. sei tercermin dari cara membersihkan alat-alat, penggunaan alatalat yang serba bersih pada saat jamuan minum teh, serta melakukan cha no yu dengan hati yang bersih, tidak dengan perasaan marah, ataupun dengki. Dan jiwa jaku, tidak hanya sekedar suasana yang tenang, namun juga perasaan batin yang tenang agar dapat membentuk suatu keanggunan ketika melakukan cha no yu. Kata kunci : Rikyū Hyakushu, Ocha no Kokoro 49

2 A PENDAHULUAN DAN TINJAUAN TEORI Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek & Warren 1995: 3). Sebagai hasil seni, sastra merupakan karya imajinatif hasil cipta manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, tanggapan, perasaan penciptanya tentang kehidupan, dengan bahasa yang khas. Karya sastra terdiri dari puisi, novel, cerpen, dan sebagainya. Berbicara mengenai puisi, hal yang biasanya terbayang di pikiran kita diantaranya adalah bahasa, aturan-aturan penulisan puisi, dan lain-lain. Bahasa puisi bermakna kias namun memiliki nilai keindahan / estetis tersendiri. Dalam pembacaan puisi diperlukan intonasi yang tepat dan disertai penghayatan akan maknanya. Waluyo (1987:4) mengatakan bahwa pada pokoknya puisi dibangun oleh 2 unsur pokok, yakni struktur fisik yang berupa bahasa yang digunakan dan struktur batin atau struktur makna yakni pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh penyair. Struktur kebahasaan (struktur fisik) puisi disebut pula metode puisi, terdiri dari diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif/ majas, Versifikasi (Rima, Ritma dan Metrum) dan tata wajah atau tipografi. Sedangkan struktur batin puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan penyair. Terdiri atas pokok pikiran, tema, perasaan, nada dan amanat. Richards dalam Waluyo (1987:27) menyebut kedua struktur itu dengan metode puisi dan hakikat puisi. Hakikat adalah unsur hakiki yang menjiwai puisi, sedangkan medium bagaimana hakikat tersebut diungkapkan disebut metode puisi. Hakikat puisi terdiri dari tema, nada, perasaan dan amanat, metode puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, majas, rima dan ritma. Berdasarkan pembagian struktur puisi menurut para ahli seperti yang telah disebutkan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa puisi memiliki struktur fisik puisi merupakan metode puisi yang mengandung elemen kebahasaan sebagai medium untuk pengungkapan struktur batin puisi, sedangkan struktur batin puisi itu sendiri merupakan unsur yang menjiwai sebuah puisi yang mengandung makna puisi dan ungkapan batin pengarang. Berdasarkan pengelompokkan tersebut, penulis memilih struktur batin amanat sebagai bahan kajian. Untuk mengkaji amanat tersebut, peneliti perlu melakukan apresiasi puisi. Apresiasi puisi merupakan suatu proses pemahaman terhadap makna yang terkandung dalam sebuah puisi. Untuk dapat memahami makna sebuah puisi, 50

3 diperlukan telaah yang seobjektif mungkin terhadap unsur-unsurnya, Apresiasi puisi menurut Waluyo (1987: ) dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Struktur karya sastra Pada tahap pertama kita berusaha memahami struktur karya sastra secara umum. Penelaah berusaha memahami bait-bait dan lirik-lirik, serta memahami secara global tema apakah yang dikemukakan oleh penyair. 2. Penyair dan kenyataan sejarah Untuk melengkapi pemahaman secara global karya yang kita telaah, maka kita bahas siapakah penyairnya, bagaimana aliran filsafat, corak khas yang menjadi ciri dari jaman penyair itu berkarya, kata-kata dan ungkapan khusus yang berhubungan dengan penyair, aliran, filsafat, dan jaman saat puisi itu diciptakan. Dengan dilengkapi data tentang penyair dan kenyataan sejarah ini, totalitas puisi akan lebih mudah diinterpretasikan. 3. Telaah unsur-unsur Struktur fisik dan struktur batin puisi ditelaah unsur-unsurnya. Kedua struktur itu harus mempunyai kepaduan dalam mendukung totalitas puisi. 4. Sintesis dan interpretasi Setelah menelaah secara mendalam struktur puisi hingga ke unsurunsurnya, kemudian kita dapat mensintesiskan telaah kita itu. Berdasarkan pendapat tersebut, pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan telaah kedua tentang penyair dan kenyataan sejarah, tapi langsung menuju tahap telaah unsur-unsur yang difokuskan pada struktur batin puisi yang mengandung makna dan yang menjiwai puisi, kemudian dilanjutkan dengan sintesis dan interpretasi. Apresiasi puisi ini kemudian diterapkan pada puisi dalam cha no yu. Cha no Yu, adalah seni tradisional Jepang mengenai cara menyajikan teh dan meminumnya. Cha no Yu merupakan suatu seni yang menekankan keindahan / estetika, tidak hanya fisik, namun juga jiwa. Menurut Okakura (2000:72), teh pertama kali masuk ke Jepang pada Jaman Nara, tahun 729. Kaisar Shomu memberikan teh kepada 100 orang pendeta yang ada di istana kekaisaran Nara. Diduga, mungkin daun teh tersebut diimpor melaui para utusan Jepang yang diutus ke istana Cina pada masa dinasti Tō (Kentōshi). Kemudian pada Jaman Heian, tahun 801, pendeta yang bernama Saicho datang membawa dan menanam beberapa bibit teh di gunung Eizan (prefektur Shiga). Pada masa itu dancha merupakan barang yang sangat mewah, sehingga hanya kaisar, orang-orang istana, pendeta 51

4 kelas atas dan orang-orang tertentu saja yang dapat meminumnya. Akan tetapi pada pertengahan jaman Heian, budaya dalam negeri lebih diutamakan daripada budaya yang berbau Tō, akhirnya Kentōshi dihapuskan. Tidak hanya itu, cara perawatannya juga sulit dan rasa tehnya tidak sesuai dengan selera orang Jepang pada masa itu, sehingga kebiasaan minum teh jadi ditinggalkan. Sementara itu, muncul cara baru minum teh yang sedang populer di Cina, yaitu matcha. Menurut Kawaguchi (2009:73), untuk kedua kalinya teh dibawa masuk dan ditanam di Jepang pada abad 12 (tepatnya Jaman Kamakura tahun 1191) oleh seorang pendeta Zen yang menjalani pendidikan di Cina pada masa dinasti Sō bernama Myōan Yousai (kerap juga disebut Myōan Eisai). Bibit teh tersebut kemudian di 3 tempat yang berbeda dan tumbuh dengan subur, yakni di Kuil Kōzan (Toganō, Kyōto), Yamashiro Uji (Kyōto), dan Kuil Saidai di Yamato (sekarang Nara). Diketahui bahwa hingga saat ini daerah Uji merupakan daerah penghasil teh terbaik di seluruh dunia. Istilah untuk jiwa Cha noyu disebut 和敬清寂 (WaKeiSeiJaku). Pada mulanya, kata tersebut bukan berasal dari Jepang, namun dari ajaran Zen yang berasal dari Cina. Menurut Sakurai (2000:12), WaKeiSeiJaku dikemukakan oleh Sen no Rikyū yang disebut dengan Shiki, jiwa yang terkandung dalam Cha no Yu seluruhnya terangkum dalam 4 huruf ini. Sen Soshitsu dalam Okakura (2000:210) Wa dan Kei merupakan etiket tentang hubungan antar orang, sedangkan Sei dan Jaku lebih merujuk kepada personal. Namun keempat kata saling berkaitan erat satu sama lain, satu kata menunjuk pada kata yang lain, dan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, keempat kata tersebut memiliki arti yang terperinci perihal kebatinan, baik hubungan antara si pembuat teh dan tamu, juga segala sesuatu yang berhubungan dengan teh itu sendiri. Orang yang berpengaruh besar terhadap jiwa Cha noyu (WaKeiSeiJaku) adalah Sen no Rikyū (nama kecilnya adalah Yoshiro). Lahir tanggal 21 April 1522 di Sakai (sekarang Osaka). Ayahnya adalah pemilik Gudang bernama Tanaka Yoyue yang menggunakan nama keluarga Sen, dan ibunya bernama Gesshin Myochin. Sen no Rikyū dikenal sebagai maha guru yang berpengaruh besar dalam Cha no Yu dan mengembangkan tradisi wabicha tata cara menikmati teh yang merefleksikan rasa sederhana dan ketenangan dari teh. Hal ini lah yang diajarkan di Jepang dan disebarkan ke seluruh dunia hingga hari ini. Selain itu Rikyū juga mencetuskan ajaran yang dikenal dengan jiwa Cha no Yu yakni WaKeiSeiJaku. Sampai sekarang terdapat 3 52

5 besar aliran Cha no Yu yang dibentuk oleh anak-anak Sen no Sotan (generasi ke 5 keluarga Sen) yakni Urasenke (Sen Sōshitsu), Omotesenke (Sen Sōsa), dan Mushakojisenke (yakni Sen Sōshu). Sebagai seorang pemuda Rikyū belajar seni teh dibawah arahan Kitamuki Dochin dan pada usianya yang ke 19, melalui Dochin dia dikenalkan dan mulai belajar teh dibawah arahan Takeno JōOu, yang terkait juga dengan pengembangan dari estetika Wabi dalam upacara minum teh. Ia menerima nama Buddha Sōeki dari pendeta Rinzai Zen yang bernama Dairin Soto dari Kuil Nanshuji di Sakai. Ketika ia berusia dua puluh-satu, dia menikah dengan seorang wanita yang bernama Hoshin Myoju. Rikyu juga menjalani pelatihan Zen di kuil Daitoku, Kyoto. Ajaran Sen no Rikyuu kemudian dituangkan ke dalam Rikyū Hyakushu adalah kumpulan 100 buah sajak yang berisi ajaran Sen no Rikyū. Dibuat dengan tujuan agar ajarannya mudah dipahami dan diingat, maka Sen no Rikyū meminjam bentuk Waka (puisi lama Jepang) yang jumlahnya 31suku kata perbaris. Berisi tentang jiwa yang terkandung dalam upacara minum teh, cara memperlakukan alat, serta prosedur dan tata cara dalam pembuatan teh. Menurut Abe (2000:10), masih tidak jelas apakah benar Sen no Rikyū membuat 100 buah sajak tersebut. Sajak-sajak Rikyū Hyakushu ditulis oleh Gengensai Sōshitsu (generasi ke 11 Ura Senke) di 4 lembar fusuma (pintu geser tradisional Jepang) yang ada di ruangan Totsutotsu Sai yang disebut Hogo Busuma. Ada yang mengatakan catatan yang ditulis oleh Nanbō Sōkei yang berjudul Nanbō Roku, berisi 31 buah sajak Kyōka (puisi pendek yang berisi cerita jenaka), dijadikan landasan penulisan sajak. Kemudian guru Sen no Rikyū, Takeno JōŌu yang seorang penulis Renga juga pernah menulis Waka. Kemungkinan diantara sajak Rikyū Hyakushu juga terdapat JōŌu Hyakushu yakni sajak yang dibuat oleh Takeno JōŌu yakni guru Sen no Rikyū yang diajarkan kepadanya. B. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif juga dapat disebut dengan metode deskriptif. Hal ini didukung oleh pendapat Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007:3) yang mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati. Metode ini sesuai dengan tujuan yang ingin peneliti capai pada penelitian, yakni untuk memberikan pemaparan tentang jiwa Cha no Yu yang dicerminkan dari kumpulan 53

6 sajak Rikyū Hyakushu. Melalui teknik kajian pustaka, data berupa sajak-sajak puisi yang terdapat pada kumpulan sajak Rikyū Hyakushu dalam buku berjudul Rikyū Dōka ni Manabu (Ura Senke Gakuen Kōkai Kōza PEL Siri-zu) karangan Abe Sosei tahun 2000 oleh penerbit Tankosha, Kyoto diklasifikasikan sesuai rumusan masalah. Tahap analisis data dilakukan dengan cara (1) memahami teori yang digunakan dalam penelitian, (2) mengidentifikasi struktur batin puisi, (3) menelaah sajak dengan mengkaitkan hubungan antar unsur-unsur yang membentuk struktur batin puisi, (4) menginterpretasi makna sajak sesuai telaah strukturnya, (5) menganalisis keterkaitan antara makna sajak yang telah didapatkan dengan jiwa Cha no Yu, sesuai dengan rumusan masalah. C. HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN Menurut struktur batin yang terdapat dalam kumpulan sajak Rikyū Hyakushu, terdapat 4 macam struktur batin yaitu wa, kei, sei dan jaku. Peneliti hanya mengambil 42 buah sajak dari 100 buah sajak Rikyū Hyakushu yang mengandung struktur batin tersebut, berikut pemaparannya: a. Cerminan jiwa 和 (wa) dalam Rikyū Hyakushu Menurut Sen Soshitsu dalam Okakura (2000:210), yang paling ditekankan dari Wa adalah kebajikan Konfusianisme yakni keselarasan (harmoni). Keselarasan itu dapat berupa keselarasan antara manusia dengan benda, manusia dengan sesamanya dan antara benda yang satu dengan benda lainnya. Jiwa wa dalam cha no yu, tercermin pada sajak-sajak berikut: 1. 炭置くはたとへ習ひにそむくとも湯のよくたぎる炭は炭なり (sajak no. 23) Sumi oku ha tatohe narahi ni somuku tomo yu no yoku tagiru sumi ha sumi nari Arti : Letakkan arang yang dapat mendidihkan air dengan baik, walaupun mengingkari ajaran. Sajak di atas bertemakan tentang peletakkan arang dan memiliki amanat untuk melihat sesuatu berdasarkan fungsinya. Mengingkari ajaran maksudnya, dalam cha no yu tidak hanya tata cara membuat teh saja yang diperhatikan, namun cara meletakkan arang di tungku juga diperhatikan mulai dari cara pemotongannya, ukuran, jumlah, sampai cara menyusunnya. Dilihat dari struktur batinnya, sajak ini bermakna 54

7 peletakkan arang harus lebih mementingkan fungsi dibandingkan dengan bentuk. Pada dasarnya fungsi dasar arang adalah untuk mendidihkan air. Seberapa sempurnanya bentuk arang tersebut, bila tidak dapat mendidihkan air maka kesempurnaan dari bentuk arang itu akan hilang dan hanya menjadi suatu hal yang tidak berarti dan sia-sia karena untuk membuat teh dalam cha no yu dibutuhkan air panas, bila tidak ada air panas maka tidak akan terjadi prosesi cha no yu. Seperti yang telah disebutkan di atas, dalam cha no yu cara peletakkan arang dan menyusunnya juga diperhatikan. Bentuk arang yang terlalu sempurna, misalnya terlalu bulat, bila saling digabungkan akan jadi saling bertumbuk dan susunannya tidak dapat menyatu dengan baik, sehingga menyebabkan api tidak dapat menyala dengan baik dan juga akan mempengaruhi proses pendidihan air. Bisa jadi bahwa bentuk arang yang tidak sempurna misalnya agak cuil atau retak bila digabungkan dengan arang yang lain akan dapat menyatu dan susunannya menjadi rapi sehingga api dapat menyala dengan baik, merupakan salah satu cerminan dari jiwa wa yakni keselarasan antara bentuk arang yang tidak sempurna dapat saling menyatu sehingga memiliki nilai atau fungsi untuk mendidihkan air. Hal ini didukung dengan pendapat Soshitsu dalam Okakura (2000: ), keindahan arang dan nilai ekonomisnya dapat dilihat dari bentuk ranting bulat yang dipotong miring dan sisa kulit kayu yang masih menempel, akan tetapi biarkanlah hal itu apa adanya. Dari hal-hal yang tidak sempurna dapat muncul keaggunannya dan menjadi sesuatu yang bernilai bila dipadukan dengan tepat dengan hal lain yang akan menutupi ketidak sempurnaan hal tersebut. b. Cerminan jiwa 敬 (kei) dalam Rikyū Hyakushu Menurut Kobori (2005:206), kei adalah perasaan menghormati / menghargai orang, menghargai benda, alam, bahkan rumput dan pohon sebatang pun juga dihargai. Berarti jiwa kei merupakan penghormatan, penghargaan terhadap nilai semua hal yang ada di alam semesta. Jiwa kei dalam cha no yu, tercermin pada sajak-sajak berikut: 2. ならひつつ見てこそ習へ習はずによしあしいふは愚かなりけり (sajak no. 2) Narahi tsutsu mite koso narahe narahazuni yoshiashi ifu ha orokanarikeri Arti : Mengatakan baik dan buruk hanya dengan melihat saja tanpa mempelajari adalah hal yang bodoh. 55

8 Sajak di atas memberikan amanat kepada kita agar tidak sembarangan menilai suatu hal bila kita tidak pernah melakukannya sendiri. Dalam keseharian, kita sering mendengar bahwa teori tidak sama dengan praktek. Hal itu dapat dibuktikan benar adanya. Orang tidak akan pernah tahu sebelum ia mencoba sendiri. Dalam cha no yu pun juga demikian, melihat dan mengahafalkan teorinya kelihatannya mudah, namun pada saat prekteknya kita sering menemukan kesulitan. Lain halnya bila kita sudah sering mempraktekkannya dengan latihan yang rutin maka kita sendiri akan menjadi tahu kesulitan-kesulitan yang kita alami sehingga dapat memaklumi kesulitan orang lain yang baru belajar cha no yu. Dilihat dari makna sajak tersebut, peneliti melihat cerminan jiwa kei yakni menghargai sesama dengan melihat usaha yang telah mereka lakukan. Cerminan jiwa wa yang demikian, nampak dalam hubungan antara pembuat teh dan tamu. Pembuat teh berusaha sebaik mungkin membuat teh yang enak, dan tamu meminumnya dengan penuh rasa syukur. Walaupun rasa tehnya kurang enak, untuk menghargai usaha yang telah dilakukan oleh pembuat teh, maka tamu tidak seharusnya mengucapkan keluhan akan teh tersebut. Sebelum meminum teh, tamu mengucapkan salam pada si pembuat teh otemae choudai itashimasu yang artinya saya ambil tehnya, menunjukkan rasa hormat tamu kepada pembuat teh karena telah membuatkan teh dan pembuat teh juga membalas hormat. Kemudian setelah meminum teh juga, tamu kembali mengucapkan salam taihen kekkou desu yang artinya cukup sekali, untuk menunjukkan rasa terima kasihnya kepada pembuat teh. Menghargai sesama tidak hanya antara pembuat teh dan tamu saja, antara tamu dengan tamu juga demikian, tamu yang pertama kali menerima teh mengatakan osaki ni yang artinya saya duluan ya, kepada tamu selanjutnya untuk menunjukkan rasa hormat. c. Cerminan jiwa 清 (sei) dalam Rikyū Hyakushu Menurut Sakurai (2000:12) arti dari sei adalah perihal kebersihan / kesucian. Yang dimaksud dengan kebersihan tidak hanya kebersihan dari suatu benda melainkan juga kebersihan hati. Jiwa sei dalam cha no yu, tercermin pada sajak-sajak berikut: 3. 肩衝は中次とまた同じこと底に指をばかけぬとぞ知れ Katatsuki ha nakatsugi to mata onaji koto soko ni yubi wo ba kakenu to zo shire. Arti : Katatsuki sama dengan nakatsugi, ketahuilah kita tidak boleh 56

9 memasukkan jari ke dasarnya. Katatsuki adalah wadah teh kental, sedangkan nakatsugi adalah wadah teh encer. Walaupun fungsinya berbeda namun kedua jenis wadah teh tersebut memiliki perlakuan yang sama pada saat membersihkan yakni tidak boleh memasukkan jari kita ke dalamnya, agar wadah bagian dalam tidak menjadi kotor. Apabila cara membersihkan keduanya salah, maka tidak akan membuat bersih, malah akan mengotori wadah teh tersebut. d. Cerminan jiwa 寂 (jaku) dalam Rikyū Hyakushu Bila dilihat dari kanjinya Jaku berarti ketenangan. Menurut Kobori (2005: ) jaku adalah perasaan yang datar, dan ketenangan. Mengandung nilai estetika yakni suatu ketenangan yang anggun dimana tidak mengacaukan perasaan orang lain, dan memberikan ketenangan batin. Jiwa jaku dalam cha no yu, tercermin pada sajak-sajak berikut: 4. 点前には弱みをすててた hal-hal yang peneliti temukan selama だ強くされど風俗いやし penelitian: きを去れ (sajak no. 6) Temae ni ha yowami wo sutete tada tsuyoku saredo fūzoku iyashiki wo sare Arti : Pada tata cara membuat teh hendaknya 1. Jiwa wa mencakup beberapa aspek, tidak hanya secara kasat mata terlihat yakni antara alat atau hiasan satu membuang kelemahan dengan yang lainnya, atau antara alat tetapi juga tidak menonjolkan kekuatan, dan dengan pembuat teh saja, namun juga meninggalkan tata cara keselarasan antara hati dan tindakan yang tidak disukai. 57 Sajak ini memiliki suasana yang menunjukkan perasaan hati si pembuat teh ketika membuat teh. Ketika membuat teh bila seseorang menunjukkan sosok yang lemah, menjadikan tamu yang diundangya pun menjadi malas. Maka dari itu harus menapilkan sosok yang kuat. Akan tetapi bila terlalu fokus menampilkan sosok yang kuat, maka gerakan ketika membuat teh akan menjadi kaku dan tidak bisa gemulai. Sehingga lama kelamaan jamuan minum teh hanya akan sekedar menjadi formalitas belaka. Gerakan yang terlalu kaku, juga tidak disukai. Maka dari itu, supaya gerakan dapat terlihat indah diperlukan perasaan hati yang tenang dan tidak canggung ketika membuat teh yang merupakan cerminan jiwa jaku. D. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian berjudul Rikyū Hyakushu Sebagai Cerminan dari Jiwa Cha no yu menjawab tentang cerminan jiwa wa kei sei jaku dalam Rikyū Hyakushu yang terdapat pada rumusan masalah, berikut

10 dimana keseluruhannya saling berkaitan. Keselarasan yang terbentuk misalnya antara A dan B, mempengaruhi C, dan C mempengaruhi D, dan seterusnya sehingga membentuk harmoni yang kuat pada saat jamuan minum teh dilaksanakan. Selain itu, jiwa wa merupakan suatu hal yang fleksibel, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu dan tidak boleh dipaksakan. 2. Cerminan jiwa kei peneliti menemukan bahwa menghormati sesama dapat dilakukan dengan cara tidak sembarangan menilai baik dan buruk seseorang, menghargai niat dan usaha yang dimiliki orang tersebut, dan tidak bertindak seenaknya sendiri. Selain itu cara kita dalam memperlakukan benda-benda juga sangat diperhatikan demi menjaga keindahan yang dimiliki benda tersebut yang merupakan bentuk penghargaan kepada suatu benda. 3. Jiwa sei baik kebersihan raga maupun jiwa, tercermin dari cara membersihkan alat-alat, penggunaan alat-alat yang serba bersih pada saat jamuan minum teh, dan mengadakan jamuan dengan hati yang bersih dimana tidak dengan perasaan marah, ataupun dengki. 4. Jiwa jaku tercermin dalam tindakantindakan diantaranya, gerakan yang tenang pada saat membuat teh tidak dengan perlakuan yang kasar, atau gerakan yang kaku, tenang namun tetap dapat berkonsentrasi agar tidak merusak suasana hati orang lain akibat kesalahan yang kita lakukan, membawa barang-barang dengan hatihati. Jiwa jaku juga merupakan ketenangan perasaan yakni tetap santai walaupun ada sesuatu yang mendadak, mengambil dan menaruh alat dengan penuh perasaan. Jadi, jiwa jaku tidak hanya sekedar suasana yang tenang, namun juga perasaan batin yang tenang ketika melakukan prosesi cha no yu juga diutamakan agar dapat membentuk suatu keanggunan. Besar harapan peneliti untuk dilanjutkannya pelitian ini, karena masih banyak hal yang menjadi pertanyaan bagi peneliti mengenai jiwa cha no yu bila dicerminkan dari Rikyū Hyakushu. Kelemahan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak menganalisis seluruh sajak yang terdapat dalam Rikyū Hyakushu sehingga mungkin banyak hal yang terlewatkan yang berkaitan dengan jiwa cha no yu. Untuk itu, bagi peneliti selanjutnya yang hendak melanjutkan penelitian ini peneliti harapkan agar dapat menganalisis seluruh sajak yang terdapat 58

11 dalam Rikyū Hyakushu agar dapat menemukan hasil yang lebih akurat mengenai hal yang berkaitan dengan jiwa chanoyu. DAFTAR PUSTAKA Buku Abe, Sosei Rikyuuū Douka ni Manabu(Ura Senke Gakuen Koukai Kouza PEL Siri-zu). Kyoto: Tankousha. Djojosuroto, Kinayati Puisi, Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Nuansa. Kawaguchi, Sosei Rikyū 101 no Nazo. Tokyo: PHP Kenkyūjo. Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Okakura, Tenshin Cha no Hon. Tokyo: Koudansha. Pradopo,Rachmat Djoko Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sakurai, Souko DVD de Oboeru Cha no Yu. Tokyo: Kabushikigaisha Shinsei Shuppan. Siswantoro Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Waluyo, Herman J Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. Wellek, Rene dan Austin Warren Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. WS, Hasanuddin Drama Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa. Internet Tn. 千利休. Wikipedia Free Encyclopedia, (Online), ( diakses 27 September 2011). Tn. Pengertian Sastra, (Online), ( t_bind_ _chapter1.pdf, diakses 1 April 2012). Tn. Teknik Studi Pustaka, (Online), ( _d0551_ _chapter3.pdf, diakses 9 Juli 2012). 59

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari Bab 5 Ringkasan Upacara minum teh atau chanoyu ( 茶の湯 ) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari huruf-huruf sebagai berikut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI PENGESAHAN TIM PENGUJI UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI PENGESAHAN TIM PENGUJI UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI PENGESAHAN TIM PENGUJI UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii iii iv v viii xi BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan tersebut sampai sekarang masih berlaku dalam masyarakat Jepang. Dalam kebudayaan Jepang

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang memiliki berbagai macam budaya yang orisinil dan unik seperti dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan Bab 5 Ringkasan Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan keterkaitan dengan karya sastra yang terbit sebelumnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang diperlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

PDF created with FinePrint pdffactory trial version YUK BELAJAR NIHONGO

PDF created with FinePrint pdffactory trial version  YUK BELAJAR NIHONGO 1 YUK BELAJAR NIHONGO PENGANTAR Saat ini sedang bekerja di sebuah perusahaan Jepang? Atau barangkali sedang kuliah jurusan Bahasa Jepang, atau suatu saat anda ingin pergi ke Jepang baik untuk belajar atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, saling berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang selalu terjadi setiap saat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP BUDDHA ZEN DALAM UPACARA CHANOYU ALIRAN URASENKE ABSTRAK ABSTRACT

PENERAPAN PRINSIP BUDDHA ZEN DALAM UPACARA CHANOYU ALIRAN URASENKE ABSTRAK ABSTRACT PENERAPAN PRINSIP BUDDHA ZEN DALAM UPACARA CHANOYU ALIRAN URASENKE The Application of Zen Buddhism Principles in Urasenke Style Tea Ceremony Widya Magdalena dan Budi Santoso Program Studi Sasta Jepang,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesalahan dalam berbahasa lumrah terjadi dalam proses belajar bahasa, karena dengan adanya kesalahan pembelajar berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari* ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI Mei Ambar Sari* Abstrak Novel Bocchan karya Natsume Souseki merupakan salah satu novel yang masih banyak dibaca oleh

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran NAMA SEKOLAH : SMA NEGERI 1 KRIAN MATA PELAJARAN : BAHASA JEPANG MATERI POKOK : SALAM, UNGKAPAN dan HURUF KELAS / SEMESTER : X / I ALOKASI WAKTU : 6 Jam Pelajaran ( 6 x

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan seharihari. Bahasa yang digunakan bisa beragam sesuai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan merupakan bentuk dari konfiks ke-an dan susastra. Menurut Teeuw (Rokhmansyah, Alfian. 2014 :

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna figuratif yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan Vol.32 sebagai bahasa sasaran dan manga クレヨンしんちゃん

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

Pergi kemana? どこへ行きますか

Pergi kemana? どこへ行きますか Pergi kemana? どこへ行きますか i Oleh : Ahmad Hasnan www.oke.or.id doko e ikimasuka. pergi kemana, pertanyaan ini mudah dan sering digunakan dalam bepergian,dalam artikel edisi ini akan di bahas cara bertanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tak lepas dari interaksi berupa komunikasi antara manusia satu dan manusia lainnya. Pembelajar bahasa Jepang sebagai pelaku komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara

Bab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang atau disebut juga dengan 日本 (Nippon/Nihon) adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI 2.1 Pengertian Joshi Joshi memiliki beberapa pengertian. Salah satu pengertian joshi dapat dilihat dari penulisannya. Istilah joshi ditulis dengan dua buah huruf kanji.

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) Hargo Saptaji, Hani Wahyuningtias, Julia Pane, ABSTRAK Dalam Bahasa Jepang, partikel (joshi) sangat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : X MIA 6 (kelas Eksperimen) LAMPIRAN 88 89 90 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester : SMAN 1 Yogyakarta : Bahasa Jepang : X MIA 6 (kelas Eksperimen) : 2 (dua) Pertemuan ke : 1 dan 2 Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang Universitas Indonesia tiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa tidak sedikit orang yang ingin mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan penuturnya untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, dan perasaannya dalam berbagai situasi. Cara penyampaian pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa karena bahasa merupakan alat penghubung atau alat untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai media untuk menyampaikan suatu gagasan, pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang digunakan manusia dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prawiroatmodjo & Hoed (1997:115) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum, menyatakan peranan bahasa sebagai berikut: Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali.

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap), yang bersifat arbitrer dan konvensional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bagi pembelajar yang berasal dari negara yang tidak mempelajari kanji ( 非漢字圏 )seperti orang Indonesia, kanji merupakan salah satu huruf yang dirasa sulit, karena jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, maupun pertanyaan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, maupun pertanyaan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran bahasa merupakan suatu bidang pengajaran yang mempunyai masalah kompleks dan belum terjawab.salah satu contoh permasalahannya adalah bagaimana mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Sadō merupakan salah satu kesenian yang masih menjadi tradisi dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika tradisional dalam menyajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak sosial antarmanusia, karena kehidupan manusia yang tidak lepas dari aktivitas berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal BAB 3 ANALISIS DATA Dalam Bab 3 ini, saya akan menjelaskan mengenai spesifikasi kuesioner dan validasi instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal kuesioner yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa di dunia sangat banyak, dan para penuturnya juga terdiri dari berbagai suku bangsa atau etnis yang berbeda-beda. Oleh sebab itu setiap bahasa

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi kepada sesamanya, baik itu lisan maupun tulisan. Menurut Parera (1997:27), bahasa ialah

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bahasa adalah sistem tanda yang menimbulkan reaksi yang sama pada lawan bicara

Bab 5. Ringkasan. Bahasa adalah sistem tanda yang menimbulkan reaksi yang sama pada lawan bicara Bab 5 Ringkasan Bahasa adalah sistem tanda yang menimbulkan reaksi yang sama pada lawan bicara yang menimbulkan reaksi yang sama bila orang menanggapinya. Penulis memilih lirik lagu Uzu karya Isshi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbedaan budaya antara suatu negara tentu saja menghasilkan suatu cara komunikasi yang berbeda antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap ragam bahasa, baik dalam bahasa Indonesia, Inggris, maupun dalam bahasa Jepang, memiliki kaidah atau aturan dan beberapa keunikan, salah satu keunikan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi Eksperiment.

BAB III PROSES PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi Eksperiment. BAB III PROSES PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi Eksperiment. Menurut Arikunto yang dimaksud penelitian pre eksperimen atau kuasi eksperimen adalah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang memiliki berbagai keunikan dalam kehidupan mereka,

Bab 1. Pendahuluan. Jepang memiliki berbagai keunikan dalam kehidupan mereka, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bangsa Jepang memiliki berbagai keunikan dalam kehidupan mereka, khususnya dalam kebudayaan. Festival, makanan, tarian, drama dan upacara adatnya memiliki makna dan

Lebih terperinci

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Jepang b. Semester : 1 c. Kompetensi Dasar : 3.3 dan 4.3

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Jepang b. Semester : 1 c. Kompetensi Dasar : 3.3 dan 4.3 Ima nanji desuka? 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Jepang b. Semester : 1 c. Kompetensi Dasar : 3.3 dan 4.3 3.3 Menentukan informasi berkenaan dengan memberi dan meminta informasi terkait tanggal,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm dan Jensen dalam Wiryanto (2004, hal.44), mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berawal dari ketertarikan penulis mengenai kuliner Jepang, penulis memiliki keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai budaya kuliner Jepang. Dari pengamatan

Lebih terperinci

BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN

BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN Komik-komik Kobo-Chan yang menjadi sumber data terdiri dari 7 seri komik. Dari ketujuh seri komik tersebut, 20 data akan dianalisis tujuan penggunaan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakang kehidupan pengarangnya. Penulis menemukan sedikitnya 4 (empat) buah

BAB I PENDAHULUAN. belakang kehidupan pengarangnya. Penulis menemukan sedikitnya 4 (empat) buah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk memahami isi suatu karya sastra kita harus memahami latar belakang kehidupan pengarangnya. Penulis menemukan sedikitnya 4 (empat) buah kumpulan puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penguasaan terhadap bahasa asing sangat dibutuhkan. Bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penguasaan terhadap bahasa asing sangat dibutuhkan. Bukan hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, penguasaan terhadap bahasa asing sangat dibutuhkan. Bukan hanya bahasa Inggris yang merupakan bahasa Internasional, tetapi juga bahasa-bahasa asing lain

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( 伝達 ) suatu makna kepada

Bab 5. Ringkasan. Bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( 伝達 ) suatu makna kepada Bab 5 Ringkasan Bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( 伝達 ) suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis. Dan dalam kasus menikmati karya tulis, suatu karya tulis bahasa asing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan mitra tutur. Melalui bahasa, pikiran, perasaan, dan keinginan

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan mitra tutur. Melalui bahasa, pikiran, perasaan, dan keinginan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah tuturan yang berfungsi sebagai alat komunikasi dan digunakan manusia untuk dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Kegiatan berkomunikasi tersebut

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. untuk mendukung analisis pemaknaan dari lagu Without You yang terdapat di bab 3.

Bab 2. Landasan Teori. untuk mendukung analisis pemaknaan dari lagu Without You yang terdapat di bab 3. Bab 2 Landasan Teori Dalam bab dua ini akan dibahas mengenai beberapa teori yang berhubungan dengan semantik yang meliputi makna dan majas disertai dengan pengkajian puisi. Hal tersebut untuk mendukung

Lebih terperinci

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5 UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB JEP-02-05) 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : BAHASA JEPANG PEMINATAN b. Semester : Genap c. KompetensiDasar : 3.5 dan 4.5 3.5menganalisisungkapanyangmenyatakankemampuan (dekirukoto)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu rangkaian kalimat. Kalimat merupakan rangkaian dari beberapa kata. Kata-kata itu terbagi dalam kelas kata, yaitu kata benda, kata kerja,

Lebih terperinci

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO 4.1 Dialek Osaka Pada Komik Yozakura Quartet Jilid ke-1 Dalam komik Yozakura Quartet jilid pertama, terdapat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO 2.1 Pengertian Partikel Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak mengalami perubahan dan tidak bisa berdiri sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika membicarakan objek, baik berupa benda maupun orang lain, kita mengenal kata tunjuk. Kata tunjuk dalam Bahasa Indonesia adalah kata ini dan itu. Dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB III STRUKTUR PUISI. dilanggar oleh para penyair terhadap kaidah dalam puisi.

BAB III STRUKTUR PUISI. dilanggar oleh para penyair terhadap kaidah dalam puisi. BAB III STRUKTUR PUISI 3.1 Struktur Fisik Puisi Struktur fisik puisi disebut pula metode puisi. Media pengucapan yang hendak disampaikan penyair adalah bahasa. Bahasa puisi bersifat khas, tidak sama dengan

Lebih terperinci

Konversi Romaji ke Hiragana dengan Algoritma Pencocokan String

Konversi Romaji ke Hiragana dengan Algoritma Pencocokan String Konversi Romaji ke Hiragana dengan Algoritma Pencocokan String Venny Larasati Ayudiani 13513025 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat

BAB V KESIMPULAN. dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat 82 BAB V KESIMPULAN 5.1 KESIMPULAN Seorang Receptionist merupakan orang yang paling sering berkomunikasi dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat dan sopan. Dalam

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 4 KESIMPULAN Sebelumnya, telah dilakukan penelitian tentang realisasi penolakan dalam bahasa Jepang terhadap permohonan, penawaran, undangan, dan pemberian saran. Hasil penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan oleh manusia dalam kegiatannya sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

Putri Antikasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya

Putri Antikasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya SIMBOL 水 AIR DAN 喜 KEGEMBIRAAN YANG MELAMBANGKAN KEINDAHAN DALAM PUISI いまここ IMA KOKO KARYA 相田みつを AIDA MITSUO Putri Antikasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terciptanya interaksi antara manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa, manusia tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. terciptanya interaksi antara manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa, manusia tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berinteraksi, karena bahasa adalah sumber untuk terciptanya

Lebih terperinci

PENERAPAN HUKUMAN DALAM CERPEN OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI

PENERAPAN HUKUMAN DALAM CERPEN OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI PENERAPAN HUKUMAN DALAM CERPEN OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI JURNAL Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi Sarjana Sastra Disusun Oleh : ULFATUL FITRIANI C12.2012.00424

Lebih terperinci