BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL. dipresentasikan dan dideskripsikan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL. dipresentasikan dan dideskripsikan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL 1.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT.Indonesia Power UPJP Kamojang, didapatkan data-data yang berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yaitu tentang data pengujian tahanan isolasi pada generator unit 3 PT.Indonesia Power UPJP Kamojang dengan metode Tangent Delta. Data yang diperoleh tersebut akan dipresentasikan dan dideskripsikan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini. Hasil observasi tentang tahanan isolasi generator dapat mengetahui cara pemeliharaan pada generator dan mengetahui hasil pengujian Tangent Delta pada generator unit 3 PT.Indonseia Power UPJP Kamojang. 1.2 Data spesifikasi generator Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah energi mekanik putaran poros turbin menjadi energi listrik. PLTP kamojang mempergunakan generator jenis hubung langsung dan didinginkan dengan air, memiliki 2 kutub, 3 phasa, 50 Hz dengan putaran 3000 rpm. Sistem penguatan yang digunakan adalah rotating brushless type (AC) dengan rectifier, sedangkan tegangannya diatur dengan automatic voltage regulator ( AVR ). Kemampuan generator maksimum untuk unit 1 adalah 30 MW, sedangkan untuk unit 2 dan 3 adalah 55 MW. 67

2 68 Generator akan menghasilkan energi listrik bolak balik sebesar 11,8 kv ketika turbin yang berputar dengan putaran 3000 rpm mengkopel terhadap generator. Perputaran pada generator tersebut akan menghasilkan perpotongan gaya gerak magnet yang menghasilkan energi listrik. Adapun data teknis atau spesifikasi dari generator yang digunakan di PLTP Kamojang adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Spesifikasi Generator Unit 3 PT.Indonesia Power UPJP Kamojang URAIAN SATUAN KAMOJANG Pabrik Pembuatan UNIT 2 & 3 Mitsubishi Electric Corp Phase 3 Frekuensi Hz 50 Tegangan Pada Terminal Volt Rotasi Rpm Arus Pada Beban Nominal Amp Kapasitas KVA Faktor Daya Cos ɸ 0,8

3 Pemeliharaan Peralatan Listrik Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi merupakan serangkaian tindakan atau proses kegiatan yang dilakukan untuk melakukan pencegahan terjadinya gangguan peralatan yang menyebabkan kerusakan sehingga peralatan dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Tujuan utama dari pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi antara lain: 1. Untuk menjamin kontinuitas penyaluran tenaga listrik dan juga mengurangi lama waktu padam (trip) akibat gangguan. 2. Meningkatkan keandalan sistem dan efisiensi peralatan. 3. Memperpanjang umur peralatan. 4. Mengurangi terjadinya risiko kegagalan atau kerusakan pada alat. 5. Meningkatkan safety peralatan. Sistem isolasi merupakan faktor yang paling dominan dalam pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi. Semakin bagus bahan isolasi suatu peralatan listrik maka umur dari peralatan tersebut semakin panjang. Oleh karena itu, pemeliharaan terhadap sistem isolasi merupakan hal yang paling diutamakan baik dari segi pemeliharaan terhadap isolasinya maupun penyebab kerusakan isolasi. Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi dibedakan antara pemeriksaan /monitoring (melihat, mendengar, dan meraba serta mencatat) dalam keadaan operasi dan memelihara (kalibrasi/pengujian, koreksi dan memperbaiki/membersihkan) dalam keadaan padam (trip).

4 70 Pemeriksaan atau monitoring dapat dilaksanakan oleh operator maupun petugas patroli setiap hari dengan sistem check list atau catatan saja. Sedangkan pemeliharaan harus dilaksanakan oleh tim teknisi pemeliharaan. 1.4 Jenis-jenis Pemeliharaan Jenis-jenis pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut: 1. Conditional Maintenance Merupakan pemeliharaan yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik dan menentukan kapan kemungkinan peralatan tersebut menuju kegagalan. Dengan demikian dapat diketahui gejala kerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi secara inline baik pada saat peralatan beroperasi maupun tidak beroperasi. Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi (Conditional Maintenance). 2. Time Base Maintenance Merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan kerja peralatan yang optimum sesuai dengan umur teknisnya. Kegiatan ini dilakukan secara berkala dengan berpedoman terhadap Instruction Manual dari pabrik, standar-standar yang ada (IEC dan CIGRE) serta pengalaman operasi di lapangan. Pemeliharaan ini juga disebut dengan pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Base Maintenance).

5 71 3. Corrective Maintenance Merupakan pemeliharaan terencana yang dilakukan pada waktuwaktu tertentu ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau peralatan tidak dalam kerja yang optimum dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi peralatan menjadi lebih baik disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga Curative Maintenannce, yang bias berupa trouble shooting atau penggantian part/bagian yang rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan dengan terencana. 4. Breakdown Maintenance Merupakan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan bersifat mendadak dan darurat. 1.5 Remaining Life Assessment (RLA) Pada teori pemeliharaan, Condition Base Maintenance mulai banyak diterapkan pada sistem kelistrikan, karena mampu mencegah terjadinya kerusakan tiba-tiba. Skenario perawatan modern adalah memonitor, mendiagnosa serta penentuan umur sisa perawatan. Bahkan jika memungkinkan memperpanjang umur peralatan. Tujuan akhir dari skema perawatan modern ini adalah meningkatkan availability, reliability, efficiency dan safety peralatan. Langkahlangkah untuk menentukan umur sisa peralatan listrik atau dikenal dengan Remaining Life Assessment (RLA).

6 72 Data Historis Peralatan Data Tes Diagnostik Analisis Penentuan Umur Sisa Gambar 4.1 Flowchart Remaining Life Assessment (RLA) a. Data historis Data historis peralatan harus sangat detail antara data pabrik, data commissioning dan data pemeliharaan. Dikarenakan data-data pada peralatan pembangkit harus lah sesuai dengan data dari pabrikan. Data historis ini yaitu berupa data peralatan pembangkit yang sudah pernah dilakukan pemeliharaan rutin oleh pihak perusahaan. b. Data tes diagnostik Data tes diagnostik diperlukan untuk menentukan kondisi terbaru dari peralatan yang akan dilakukan RLA. Data ini akan menjadi acuan dari perusahaan untuk mengetahui bagaimana keadaan peralatan pembangkit yang sedang digunakan. Dari data ini akan menghasilkan baik tidak nya suatu peralatan pembangkit yang digunakan.

7 73 Penyebab Kegagalan Isolasi pada Mesin Listrik 8% 7% 14% Other Normal Deterioration With Age Poor Vetilation/Cooling Poor Lubrication 18% 18% Aggressive Chemicals High Vibration Abnormal Frequency 5% 1% 9% 7% 5% 8% Abnormal Voltage Abnormal Moisture High Ambient Temperature Persistent Overloading Gambar 4.2 Grafik penyebab kegagalan isolasi Dari data tabel penyebab kegagalan isolasi pada mesin listrik dapat diliat penyebab kegagalan yang paling bnyak adalah batasan usia peralatan (Normal Deterioration With Age) dan ketidak normalan kelembaban (Abnormal Miosture) yang mencapai nilai 18% dari penyebab kegagalan isolasi hal itu disebabkan karena faktor usia pada mesin sangat lah menjadi hal penting karena semakin lama nya usia mesin yang digunakan maka akan berpengaruh pada kondisi kerja mesin tersebut. Apalagi bila mesin jarang mendapat perawatan yang berkala menyebabkan mesin lebih cepat rusak. Sedangkan pada faktor kelembaban yang tidak normal akan membuat mesin menjadi cepat

8 74 usak karena suhu panas yang dihasilkan mesin akan menjadikan berlawanan dengan keadaan suhu sekitar semakin tinggi nya panas mesin dan kelembaban udara yang tidak normal akan mempengaruhi kepada kondisi kerja mesin tersebut. 1.6 Tangent Delta Tangent Delta dikenal juga sebagai tangent delta atau dissipation factor atau dielectric loss, merupakan bilangan tanpa dimensi yang menunjukkan loss dielektrik dalam insulasi elektrik. Idealnya, insulasi yang baik tidak mengkonduksikan listrik sama sekali, berarti tidak terdapat loss. Namun, insulasi elektrik yang sempurna sulit diperoleh dan menjadi konduktor sejumlah kecil arus mengalir dan pada akhirnya menyebabkan terjadi loss. Loss ini merupakan bukti terjadinya internal heating pada insulasi dan bila terjadi secara besar-besaran dapat mengakibatkan deteriorasi secara cepat. Pada insulasi dengan material yang baik, memiliki losses cukup rendah sehingga tidak memiliki efek detrimental (merusak) terhadap usia insulasi. Pengujian tan delta berguna untuk memeriksa losses yang terjadi atau sebagai quality control. Pengujian tan delta dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi resin insulasi dalam keadaan undercured atau kontaminasi. 1.7 Derivatif Tangent Delta Insulasi berfungsi sebagai penyekat arus listrik. Jika dua konduktor diletakkan berimpitan, berarti insulasi berada diantaranya. Model ini sama dengan

9 75 kapasitor. Bila tegangan (DC) diaplikasikan pada konduktor, arus charging kapasitif yang kuat mengalir pada insulator, menyebabkan terjadinya kebocoran arus. Arus bocor yang mengalir melalui insulasi berbanding lurus terhadap tegangan dan berbanding terbalik terhadap tahanan insulasi. Ini merupakan prinsip pengukuran tahanan insulasi atau Megger tes. Mirip dengan tegangan (DC), sinusoidal tegangan (AC) yang bervariasi menyebabkan arus terbagi atas 2 komponen : 1. Bagian terbesar ialah charging current akibat variasi sinusoidal (dikenal sebagai arus leading atau kapasitif). 2. Yang kedua, sejumlah kecil kebocoran (resistif) arus. Jika digambarkan kondisi tegangan (AC) secara vektor, arus pada arah melintang insulasi yang sempurna seluruhnya kapasitif dan 90 o terhadap fase tegangan (leading), seperti ditunjukkan pada gambar berikut. Pada insulalsi yang nyata, terdapat kebocoran arus melalui insulasi dengan kondisi satu fase dengan tegangan, karena adanya sifat resistif. Berarti, saat tegangan (AC) diaplikasikan, arus total yang mengalir I terdiri atas komponen kapasitif Ic dan komponen resistif Ir. Losses pada insulasi seluruhnya dipengaruhi komponen resistif arus. Losses yang terjadi dapat dihitung dengan: Loss I V atau cos Loss I V sin Namun, pada sudut δ kecil (seperti pada insulasi riil) dapat dianggap sin tan

10 76 berarti Loss I V tan Faktor dispasi dielektrik Tangent Delta dapat kita gunakan rumus perhitungan : DF = ω R S C s Dimana Rs dapat kita cari terlebih dahulu dengan rumus : R s = P I 2 Jadi dapat dilihat pada persamaan diatas bahwa losses berbanding lurus dengan tangen sudut δ (loss). Ini merupakan faktor tak berdimensi. Sudut loss (tan delta) ini dapat diukur dengan mudah menggunakan berbagai m(ac)am peralatan dan menjadi parameter terukur untuk mengetahui karakteristik loss dielektrik insulasi. 1.8 Metode Pengujian Tangent Delta Tan delta biasa diukur dengan tiga metode : 1. Schering bridge Ini merupakan bridge (AC) klasik yang menggunakan komponen pasif (resistor dan kapasitor) pada bridge arm. Insulasi yang akan diuji diletakkan pada bridge arm pada sisi upper (HV) arm, dengan kapasitor standar pada sisi lainnya; dan komponen bridge balance di sisi lower end. Karena in-phase dan arus leading perlu di-balance secara bersamaan, maka digunakan oscillospic null indicator untuk pemb(ac)aan. Schering bridge banyak digunakan di laboratorium, sebab kurang praktis di lapangan.

11 77 Schering bridge harus terjaga dalam kondisi tegangan tinggi, seperti pengujian. Gambar 4.3 Schering bridge 2. Transformer ratio bridge Bridge ini dikenal juga sebagai ampere-turn bridge. Upper arm bridge ini identik dengan Schering bridge. Namun, lower arm-nya menggunakan pendekatan rasio transformator pada belitan. Metode ini banyak digunakan dalam coil motor dan fasilitas pengujian belitan. Keseluruhan belitan dapat diuji tan delta di pabrik atau on-site dengan frame di-ground-kan. 3. Dielectric loss analyser (DLA) Pengujian ini mengukur loss energi pada insulasi dan merupakan metode alternatif untuk mengetahui jumlah partial discharge yang terjadi pada coil atau belitan. Nilai tan delta dapat diperoleh dengan mengkalkulasi jumlah loss energi pada belitan atau coil.

12 Kelebihan Tangent Delta Pada perinsipnya pengujian Tanget Delta adalah tes diagnostik yang dilakukan pada isolasi kabel dan belitan. Hal ini digunakan untuk tingkat degradasi dalam bahan-bahan isolasi pada peralatan mesin mesin listrik dan kabel ataupun belitan pada mesin. Pengujian Tangent Delta bekerja dalam prinsip bahwa setiap isolasi dalam keadaan murni bertindak sebagai kapasitor. Pengujian Tangent Delta memberikan hasil tangent dari sudut yang Ir / Ic memberikan suatu kondisi pada isolasi suatu peralatan mesin. Makin tinggi nilai sudut Loss akan menunjukan tingginya tingkat kontaminasi pada isolasi. Dengan aplikasi dan interpretasi yang tepat dari pengujian tan delta, insulasi belitan dapat dimonitor dan dijaga sesuai standar, sekaligus meyakinkan bahwa kondisi partial discharge masih dalam batas sehingga tidak memperpendek usia belitan. Pengujian tan delta dapat juga digunakan pada mesin listrik yang telah selesai dilakukan maintenance agar dapat diketahui kondisi belitan dan kemungkinan juga usia pakainya Interpretasi Pengujian Tangent Delta Pengujian tan delta mengukur total loss sistem insulasi, dibutuhkan pemisahan losses yang diakibatkan partial discharge agar dapat diperoleh loss yang diinginkan.

13 79 Gambar 4.4 Grafik Tan Delta Pada tegangan rendah, tidak terjadi partial discharge (karena ronggarongga dalam insulasi mampu menahan tegangan yang diaplikasikan padanya) dan pengukuran tan delta mempengaruhi karakteristik dielectric loss insulasi. Karakteristik dielectric loss akan tetap konstan atau mengalami perubahan sedikit terhadap variasi tegangan. Gambar 4.5 Nilai Tan Delta vs Kurva Tegangan Pengujian Jika ada void, selama peningkatan tegangan akan tercapai satu titik dimana discharge mulai terjadi dalam arah melintang void (dikenal sebagai tegangan awal discharge). Intensitas dan frekuensi discharge akan meningkat seiring dengan peningkatan tegangan.

14 Pengujian Tangent Delta Setalah melakukan penelitian pada pengujian isolaso Tangent Delta telah mendapatkan hasil berupa pengukuran yang telah diuji dengan alat ukur pabrikan Mitsubishi Elektrik. Hasil yang didapatkan berupa tegangan pada setiap Phasa pada generator pembangkit. Phasa R, S, T telah diukur untuk mengetahui hasil tahanan isolasi. Dari hasil pengujian tan delta coil stator generator unit 3 PLTP Kamojang diperoleh data-data sebagai berikut: - Alat ukur : M400 Insulation Analyzer Doble - Step up trafo : Transformer External 250 kva/45 kv - Tanggal : 22 Juni Temperature : 31 C - waktu : Malam Hari - Humidity : 40% - Frekuensi : 50 Hz Pengukuran akan mendapatkan hasil berupa : 1. Perbandingan Tangent Delta dengan tegangan uji. 2. Perbandingan Charge Current dengan tegangan uji. 3. Perbandingan nilai kapsitansi dengan tegangan uji. Pengukuran akan dilakukan pada setiap phasa generator agar mengetahui hasil dari tahanan isolasi pada setiap phasa yaitu phasa R, S, T. Standar pengujian tan delta yang dipakai untuk generator unit 3 PT.Indonesian Power UPJP Kamojang adalah standar Mitsubishi karena

15 81 generator unit 3 menggunakan mesin Mitsubishi. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan Tanget Delta dimulai dengan tegangan injek 1 KV. 2. Tegangan injek dinaikkan menjadi 2 KV, 6,82 KV (Un/ 3), 8,53 KV (1.25 Un/ 3), sampai dengan 11,8 KV (Un) Pengujian Tangent Delta Pada Setiap Phasa Pengujian Pada Phasa R Tabel 4.2 Data uji Tangent Delta pada Phasa R Phasa R No Tegangan Uji Tan delta ( % ) Cx ( μf ) Charge Current ( ma ) Watts 1 1 KV KV KV (Un/ 3) KV (1.25 Un/ 3) KV (Un)

16 Tan δ (%) 82 a. Perbandingan Tangent Delta dengan Tegangan uji Phasa R Tan δ vs Tegangan Uji Phasa R 3,5 3 3,03 2,5 2 1,5 2,19 1,56 1,69 1,86 1 0, Tegangan Uji (V) Phasa R Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Tangent Delta dengan Tegangan Uji Phasa R Dari hasil pengujian pada phasa R hasil menunjukan berapa persen ukuran Tangent Delta pada phasa R dan juga hasil tegangan uji yang telah diberikan pada pengujian phasa R, hasil tersebut mendapatkan perbedaan level tegangan yang digunakan untuk pada saat pengetesan tidak terlalu mengubah hasil dari nilai Tangent Delta secara signifikan. Hal ini terbukti dengan menginjeksi nilai tegangan yang berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Hasil rata-rata nilai Tangent Delta yang telah diuji pada phasa R yaitu :

17 83 Tabel 4.3 Hasil Rata-rata Tangent Delta Phasa R NO Tegangan Uji (V) Hasil Tangent Delta (%) 1 1 KV KV KV (Un/ 3) KV (1.25 Un/ 3) KV (Un) 3.03 Hasil Rata- Rata Tangent Delta Phasa R 1,56 Dapat dilihat pada tabel 5.3 paengujian pada phasa R menunjukan hasil ratarata nilai Tangent Delta yang dihasilkan yaitu 1,56 %. Sempel perhitungan pada Fasa R : R s = P I 2 R = 1,65 W 1,65 X ,652 = 5723 X = Ω DF = ω R S C s tan δ = 2 π f. R s. C s = 2 x 3,14 x 50 x x 0,24 x 10 6 = 2, 17 % Pada hasil perhitungan Nilai Tangent Delta tidak memiliki hasil yang jauh dengan nilai pengukuran. Selisih nilai nya hanya berkisar 0,02.

18 CHARGE CURRENT (MA) 84 b. Perbandingan Charge Current dengan Tegangan Uji Phasa R Charge Current vs Tegangan Uji Phasa R 924, ,68 656, , , TEGANGAN UJI (V) Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Charge Current dengan Tegangan Uji Phasa R Dari hasil pengujian perbandingan charge current phasa R dengan tegangan uji dapat dilihat bahwa kenaikan charge current terhadap kenaikan tegangan terlihat linear. Hal tersebut dikarenakan pengujian dengan menginjeksi nilai tegangan yang berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Semakin tinggi menginjeksikan nilai tegangan maka dapat dilihat bahwa kenaikan charge current semakin tinggi juga dan kenaikan charge current linear terhadap kenaikan nilai tegangan uji.

19 KAPASITANSI (ΜF) 85 c. Perbandingan Kapasitansi dengan Tegangan Uji Phasa R Kapasitansi vs Tegangan Uji Phasa R 0,252 0,25 0,25 0,25 0,25 0,248 0,246 0,244 0,242 0,24 0,238 0,24 0 0,236 0, TEGANGAN UJI (V) Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Kapasitansi dengan Tegangan Uji Phasa R Dari hasil pengujian perbandingan kapasitansi dengan tegangan uji phasa R dapat dilihat dari data di atas bahwa kenaikan kapasitansi terhadap kenaikan tegangan terlihat linear. Nilai kapasitansi terlihat tidak ada kenaikan yang sangat signifikan bahkan kenaikannya hanya berkisar 0,01 saja. Hal tersebut dikarenakan pada belitan memiliki kapasitansi yang baik. Pengujian dengan menginjeksi nilai tegangan yang berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Dari grafik terlihat rata-rata nilai kapasitansi pada phasa R yaitu µf.

20 Pengujian Pada Phasa S Tabel 4.4 Data Pengujian Phasa S Phasa S NO Tegangan Uji Tan d Cx Charge Current Watts ( % ) ( μf ) ( ma ) 1 1 KV KV KV (Un/ 3) KV (1.25 Un/ 3) KV (Un)

21 Tan δ (%) 87 a. Perbandingan Tangent Delta dengan Tegangan uji Phasa S Tan δ vs Tegangan Uji Phasa S 3 2,63 2,5 2 2,03 1,5 1,84 1,4 1,84 1 0, Tegangan Uji (V) Phasa S Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Tangent Delta dengan Tegangan Uji Phasa S Dari hasil pengujian pada phasa S hasil menunjukan berapa persen ukuran Tangent Delta pada phasa S dan juga hasil tegangan uji yang telah diberikan pada pengujian phasa S, hasil tersebut mendapatkan perbedaan level tegangan yang digunakan untuk pada saat pengetesan tidak terlalu mengubah hasil dari nilai Tangent Delta secara signifikan. Hal ini terbukti dengan menginjeksi nilai tegangan yang berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Hasil rata-rata nilai Tangent Delta yang telah diuji pada phasa S yaitu :

22 88 Tabel 4.5 Hasil Rata-rata Tangent Delta Phasa R NO Tegangan Uji (V) Hasil Tangent Delta (%) 1 1 KV 2, KV 1, KV (Un/ 3) 1, KV (1.25 Un/ 3) KV (Un) 2,63 Hasil Rata- Rata Tangent Delta Phasa S 1,84 Dapat dilihat pada tabel 4.5 paengujian pada phasa R menunjukan hasil ratarata nilai Tangent Delta yang dihasilkan yaitu 1,84 %. Sempel perhitungan pada phasa S : R s = P I 2 1,56W R = = 1,56 X , X = Ω DF = ω R S C s tan δ = 2 π f. R s. C s = 2 x 3,14 x 50 x x 0,24 x 10 6 = 2, 07 % Pada hasil perhitungan Nilai Tangent Delta tidak memiliki hasil yang jauh dengan nilai pengukuran. Selisih nilai nya hanya berkisar 0,04.

23 Charge Current (ma) 89 b. Perbandingan Charge Current dengan Tegangan Uji Phasa S Charge Current vs Tegangan Uji Phasa S , ,59 653, ,31 149, Tegangan Uji (V) Phasa S Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Charge Current dengan Tegangan Uji Phasa S Dari hasil pengujian perbandingan charge current phasa S dengan tegangan uji dapat dilihat bahwa kenaikan charge current terhadap kenaikan tegangan terlihat linear. Pengujian dengan menginjeksi nilai tegangan yang berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Semakin tinggi menginjeksikan nilai tegangan maka dapat dilihat bahwa kenaikan charge current semakin tinggi juga dan kenaikan charge current linear terhadap kenaikan nilai tegangan uji.

24 Kapasitansi (µf) 90 c. Perbandingan Kapasitansi dengan Tegangan Uji Phasa S 0,252 Kapasitansi vs Tegangan Uji Phasa S 0,25 0,25 0,248 0,246 0,244 0,242 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,238 0,236 0, Tegangan Uji (V) Phasa S Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Kapasitansi dengan Tegangan Uji Phasa S Dari hasil pengujian perbandingan kapasitansi dengan tegangan uji phasa S dapat dilihat dari data di atas bahwa kenaikan kapasitansi terhadap kenaikan tegangan terlihat linear. Pengujian dengan menginjeksi nilai tegangan yang berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Dari grafik terlihat rata-rata nilai kapasitansi pada phasa R yaitu µf.

25 Pengujian Pada Phasa T Tabel 4.6 Data Pengujian Phasa T Phasa T NO Tegangan Uji Tan d Cx Charge Current Watts ( % ) ( μf ) ( ma ) 1 1 KV KV KV (Un/ 3) KV (1.25 Un/ 3) KV (Un)

26 Tan δ (%) 92 a. Perbandingan Tangent Delta dengan Tegangan uji Phasa T 3 Tan δ vs Tegangan Uji Phasa T 2,5 2,53 2 1,5 1,75 1,86 1,69 1,8 1 0, Tegangan Uji (V) Phasa T Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Tangent Delta dengan Tegangan Uji Phasa T Dari hasil pengujian pada phasa T hasil menunjukan berapa persen ukuran Tangent Delta pada phasa T dan juga hasil tegangan uji yang telah diberikan pada pengujian phasa T, hasil tersebut mendapatkan perbedaan level tegangan yang digunakan untuk pada saat pengetesan tidak terlalu mengubah hasil dari nilai Tangent Delta secara signifikan. Hal ini terbukti dengan menginjeksi nilai tegangan yang berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Hasil rata-rata nilai Tangent Delta yang telah diuji pada phasa T yaitu :

27 93 Tabel 4.7 Hasil Rata-rata Tangent Delta Phasa S NO Tegangan Uji (V) Hasil Tangent Delta (%) 1 1 KV 1, KV 1, KV (Un/ 3) 1, KV (1.25 Un/ 3) 1, KV (Un) 2,53 Hasil Rata- Rata Tangent Delta Phasa S 1,86 Dapat dilihat pada tabel 4.7 paengujian pada phasa R menunjukan hasil ratarata nilai Tangent Delta yang dihasilkan yaitu 1,86 %. Sempel perhitungan pada phasa T : R s = P I 2 1,38W R = = 1,38 X , X = Ω DF = ω R S C s tan δ = 2 π f. R s. C s = 2 x 3,14 x 50 x x 0,24 x 10 6 = 1,77 % Pada hasil perhitungan Nilai Tangent Delta tidak memiliki hasil yang jauh dengan nilai pengukuran. Selisih nilai nya hanya berkisar 0,02.

28 Charge Current (ma) 94 b. Perbandingan Charge Current dengan Tegangan Uji Phasa T Charge Current vs Tegangan Uji Phasa T , ,78 658, ,47 146, Tegangan Uji (V) Phasa T Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Charge Current dengan Tegangan Uji Phasa T Dari hasil pengujian perbandingan charge current phasa T dengan tegangan uji dapat dilihat bahwa kenaikan charge current terhadap kenaikan tegangan terlihat linear. Pengujian dengan menginjeksi nilai tegangan yang berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Semakin tinggi menginjeksikan nilai tegangan maka dapat dilihat bahwa kenaikan charge current semakin tinggi juga dan kenaikan charge current linear terhadap kenaikan nilai tegangan uji.

29 Kapasitansi (µf) 95 c. Perbandingan Kapasitansi dengan Tegangan Uji Phasa S 0,252 Kapasitansi vs Tegangan Uji Phasa T 0,25 0,25 0,248 0,246 0,244 0,242 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,238 0,236 0, Tegangan Uji (V) Phasa T Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Kapasitansi dengan Tegangan Uji Phasa T Dari hasil pengujian perbandingan kapasitansi dengan tegangan uji phasa T dapat dilihat dari data di atas bahwa kenaikan kapasitansi terhadap kenaikan tegangan terlihat linear. Pengujian dengan menginjeksi nilai tegangan yang berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Dari grafik terlihat rata-rata nilai kapasitansi pada phasa R yaitu µf.

30 Hasil dan Analisa Pengujian Tangent Delta Standar Isolasi Tangent Delta Pada pengujian Tangent Delta yang dilakukan nilai tahan isolasi pada generator unit 3 PT.Indonesia Power UPJP Kamojang memiliki standar nilai yang menjadi (AC)uan apakah tahanan isolasi pada generator masih baik. Standar nilai yang dipakai untuk pengujian Tangent Delta pada generator Unit 3 PT.Indonesia Power UPJP Kamojang yaitu standar dari pabrikan Mitsubishi sebagai merk dari generator yang dipakai. Nilai Tangen Delta dianggap baik bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Tan δo (2 KV) 5 % 2. ΔTanδ (at Un 2 KV) 6.5% Tabel 4.8 Nilai Standar Tangent Delta Kriteria Phasa R Phasa S Phasa T Standar Kreteria Tan δo Tan δo 5 % Dapat Diterima Δ Tan δ Dapat (%) at Un ΔTanδ (%) 6.5% Diterima kv

31 Tan δ (%) 97 Second Dapat Rapid Increasing Point > 11.8 kv > 11.8 kv > 11.8 kv Pi2 < Rated Voltage Diterima (Pi2) Perbandingan Tangent Delta dengan Tegangan Uji Tan δ vs Tegangan Uji Phasa R, S, T 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, Tegangan Uji (V) Phasa R Phasa S Phasa T Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Tangent Delta dengan Tegangan Uji Phasa R, S, T Hasil di atas menunjukan bahwa perbedaan level tegangan yang digunakan untuk pada saat pengetesan tidak terlalu mengubah hasil dari nilai tangent delta secara signifikan. Hal ini terbukti dengan menginjeksi nilai tegangan yang berbedabeda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv nilai tangent delta yang dihasilkan masing-masing phasa masih berkisar rata-rata 1,56 untuk phasa R,

32 Charge Current (ma) 98 1,84 untuk phasa S dan 1,86 untuk phasa T. dapat dilihat dari hasil pengujian yang dilakukan dan telah mendapatkan nilai Tangent Delta yang telah diukur hasil nya menunjukan bahwa setiap phasa masih dalam keadaan standar yang diijinkan yaitu Tan δo 5 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tahanan isolasi generator masih dalam keadaan yang baik. Karena memiliki nilai Tangent Delta yang dibawah 5% Perbandingan Charge Current dengan Tegangan Uji Charge Current vs Tegangan Uji Phasa R, S, T 918,82 924,25 918,67 653,57 658,34 523,78 656,93 521,59 523,68 146,44 149,95 76,47 158,17 75,31 75, Tegangan Uji (V) Phasa R Phasa S Phasa T Gambar 4.16 Grafik Perbandingan Charge Current dengan Tegangan Uji Hasil dari grafik diatas menunjukan perbandingan Charge Current dengan tegangan uji. Pengujian Charge Current dilakukan pada setiap phasa ini menggunakan injek tegangan berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv.

33 Kapasitansi (µf) 99 Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa kenaikan charging current terhadap kenaikan tegangan uji pada phasa R, phasa S, dan phasa T masih linear. Serta tidak ada perbedaan yang signifikan pada setiap phasa yang diuji. Ini berarti belum ada tanda-tanda adanya gejala awal kebocoran arus di dalam insulasi dan insulasi generator unit 3 masih dalam kondisi yang baik Perbandingan Kapasitansi dengan Tegangan Uji 0,252 Kapasitansi vs Tegangan Uji 0,25 0,25 0,25 0,25 0,248 0,246 0,244 0,242 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,238 0,236 0, Tegangan Uji (V) Phasa R Phasa S Phasa T Gambar 4.17 Grafik Perbandingan Kapasitansi dengan Tegangan Uji Hasil diatas menujukan perbandingan kapasitansi dengan tegangan uji. Pengujian diatas masih menggunakan tegangan injek yang sama yaitu mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Pengujian dilakukan pada setiap phasa pada generator.

34 100 Dapat dilihat dari data di atas bahwa kenaikan kapasitansi terhadap kenaikan tegangan masih linear. Dapat disimpukan bahwa dengan adanya perbedaan nilai tegangan yang digunakan untuk pengujian nilai kapasitansi yang dihasilkan masih memiliki nilai yang hampir sama berkisar rata-rata µf. Ini berarti belum ada tanda-tanda adanya gejala awal void di dalam insulasi dan insulasi masih dalam kondisi yang baik. Dari data hasil pengujian Tangent Delta tahanan isolasi Tangent Delta pada generator unit 3 PT.Indonesia Power UPJP Kamojang. Dapat dilihat bahwa tahanan isolasi pada generator masih dalam kondisi baik. Hal itu dikarenakan dari pengujian yang dilakukan yaitu pengujian perbandingan tangent delta dengan tegangan uji dapat diliat pada gambar 4.15 yang dilakukan dengan tegangan uji yang berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. mendapatkan hasil bahwa phasa R, phasa S, phasa T memiliki hasil rata-rata nilai Tangent Delta 1,56 untuk phasa R, 1,84 untuk phasa S dan 1,86 untuk phasa T. dari hasil tersebut dapat dipastikan nilai tidak melampaui dari nilai standar dari pabrikan Mitshubisi yaitu Tan δo (2 KV) 5 % dan ΔTanδ (at Un 2 KV) 6.5%. jadi nilai pada setiap phasa masih dalam batas kondisi yang baik. Pengujian juga dilakukan untuk mengetahui nilai Charge Current. pada hasil pengujian perbandingan Charge Current dengan tegengan uji dapat diliat pada ganbar 4.16 yaitu dengan menggunakan tegangan uji yang berbeda-beda mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Hasil dari pengujian menunjukan bahwa kenaikan arus pada phasa R, phasa S, phasa T masih lah linear. Dapat

35 101 dipastikam bahwa belum ada tanda-tanda kebocoran arus pada setiap phasa generator. Pengujian terakhir dilakukan untuk mengetahui perbandingan kapasitansi dengan tegangan uji dapat diliat pada gambar Pada pengujian ini tegangan injek yang digunakan juga masih sama yaitu mulai dari 1 kv, 2 kv 6.82 kv, 8.53 kv hingga 11.8 kv. Pengujian ini juga dilakukan pada setiap phasa dari hasil pengujian menunjukan bahwa setiap phasa memiliki nilai rata-rata kapasitansi yaitu µf. Hasil tersebut membuktikan belum ada tanda-tanda gelaja void di dalam insulasi.

BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI

BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI 4.1 Definisi dan Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 P E N D A H U L U A N BAB 1 P E N D A H U L U A N Pada umumnya lokasi pembangkit tenaga listrik tidak selalu dekat dengan pusat beban, sehingga penyaluran daya diselenggarakan melalui instalasi penyaluran (transmisi dan gardu

Lebih terperinci

BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI BAB IV PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI 4.1 Pengerian dan Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Frekuensi dan Tegangan Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri (421 13 019) Ryan Rezkyandi Saputra (421 13 018) Hardina Hasyim (421 13 017) Jusmawati (421 13 021) Aryo Arjasa

Lebih terperinci

Muhammad Hamdani Rizal [1] ; Rudy Setiabudy [2] Departemen Teknik Elektro. Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Muhammad Hamdani Rizal [1] ; Rudy Setiabudy [2] Departemen Teknik Elektro. Fakultas Teknik Universitas Indonesia. ANALISIS KUALITAS ISOLASI BELITAN DARI KUMPARAN STATOR MOTOR 6,6 kv BERDASARKAN NILAI TAHANAN ISOLASI, TAN δ, DAN ARUS BOCOR PADA PENGUJIAN TEGANGAN TINGGI DC Muhammad Hamdani Rizal [1] ; Rudy Setiabudy

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN GENERATOR PADA PLTA JELOK UBP MRICA

PEMELIHARAAN GENERATOR PADA PLTA JELOK UBP MRICA Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN GENERATOR PADA PLTA JELOK UBP MRICA Herda Dwi Cahyanova (L2F 008 132) Email: cahyanovaht@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979. BAB IV PERHITUGA ARUS GAGGUA HUBUG SIGKAT FASA TUGGAL KE TAAH TERHADAP GEERATOR YAG TITIK ETRALYA DI BUMIKA DEGA TAHAA TIGGI PADA PLTU MUARA KARAG 4.1. UMUM Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara Karang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik

Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik Muhammad Qahhar 2209 100 104 Dosen Pembimbing: Dedet Candra Riawan, ST., M.Eng., Ph.D.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL Arwadi Sinuraya*) Abstrak Pembangunan pembangkit listrik dengan daya antara 1kW 10 kw banyak dilaksanakan

Lebih terperinci

Keandalan dan kualitas listrik

Keandalan dan kualitas listrik Keandalan dan kualitas listrik Disadur dari tulisan: Hanif Guntoro dan Parlindungan Doloksaribu Pentingnya Keandalan dan Kualitas Listrik Pemadaman listrik yang terlalu sering dengan waktu padam yang lama

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR UBOH Banten 3 Lontar merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang memiliki kapasitas daya mampu 315 MW sebanyak 3 unit jadi total daya mampu PLTU Lontar 945 MW. PLTU secara

Lebih terperinci

BAB III PENGAMBILAN DATA

BAB III PENGAMBILAN DATA BAB III PENGAMBILAN DATA Didalam pengambilan data pada skripsi ini harus di perhatikan beberapa hal sebagai berikut : 3.1 PEMILIHAN TRANSFORMATOR Pemilihan transformator kapasitas trafo distribusi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTU TAMBAK LOROK UNIT III

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTU TAMBAK LOROK UNIT III Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTU TAMBAK LOROK UNIT III, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Telah disebutkan sebelumnya bahwa motor induksi identik dengan sebuah transformator, tentu saja dengan demikian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan banyak keuntungan seperti bersahabat dengan lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 57 Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Isdiyarto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder TRANSFORMATOR PENGERTIAN TRANSFORMATOR : Suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik (lewat mutual induktansi) Bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

Pengujian Tangen Delta Trafo dan Bushing Kasus khusus Tangen Delta Negatif Oleh : Arief Setyowibowo

Pengujian Tangen Delta Trafo dan Bushing Kasus khusus Tangen Delta Negatif Oleh : Arief Setyowibowo Pengujian Tangen Delta Trafo dan Bushing Kasus khusus Tangen Delta Negatif Oleh : Arief Setyowibowo PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali Email : arief_setyo@pln-jawa-bali.co.id Abstrak Isolasi trafo merupakan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) Makruf Abdul Hamid,Panusur S M L Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA Yogyakarta, 0 Nopember 2007 RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA Sofian Yahya, Toto Tohir Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Listrik, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Generator sinkron adalah mesin pembangkit listrik yang mengubah energi mekanik sebagai input menjadi energi listrik sebagai output. Tegangan output dari generator sinkron

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Jln. Babarsari No 1, Sleman, Yogyakarta diah.w73@gmail.com Intisari Arester

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan : BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data yang Diperoleh Dalam penelitian ini menggunakan data di Pembangkit listrik tenaga panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasokan energi listrik yang cukup merupakan salah satu komponen yang penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di dalam suatu negara, sehingga penyedia energi

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) Oleh : Agus Sugiharto Abstrak Seiring dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia serta bertambah padatnya aktivitas masyarakat,

Lebih terperinci

1. Proteksi Generator

1. Proteksi Generator 1. Proteksi Generator Generator merupakan sumber energi listrik didalam sistem tenaga listrik, maka perlu diproteksi dari semua gangguan jangan sampai mengalami kerusakan karena kerusakan generator akan

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

Pengujian Transformator

Pengujian Transformator Pengujian Transformator Pengujian transformator dilaksanakan menurut SPLN 50-1982 dengan melalui tiga macam pengujian, sebagaimana diuraikan juga dalam IEC 76 (1976), yaitu : - Pengujian Rutin Pengujian

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek OFFLINE PREVENTIVE MAINTENANCE TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK 1

Makalah Seminar Kerja Praktek OFFLINE PREVENTIVE MAINTENANCE TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK 1 Makalah Seminar Kerja Praktek OFFLINE PREVENTIVE MAINTENANCE TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK 1 1 Mahasiswa dan 2 Hafrizal Lazuardi Susiawan. 1, Karnoto, ST, MT. 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB II SALURAN DISTRIBUSI BAB II SALURAN DISTRIBUSI 2.1 Umum Jaringan distribusi adalah salah satu bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di tanah air.

BAB I PENDAHULUAN. energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di tanah air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya sektor perindustrian di Indonesia, maka kebutuhan akan energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DAYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Hadha Alamajibuwono 1, Dr. Ir. Hermawan, DEA 2 1 Mahasiswa dan 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pembangkit Listrik Tenaga Uap merupakan pembangkit yang memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik. Pembangkit

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF BAB III PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF 3.1. Perancangan Perbaikan Faktor Daya ( Power Factor Correction ) Seperti diuraikan pada bab terdahulu, Faktor

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Umum Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN KONSTRUKSI CORE PADA TRANSFORMATOR. DISTRIBUSI 20/0,4 kv, 315 kva. (Aplikasi Di PT Trafoindo Prima Perkasa)

BAB IV PEMBAHASAN KONSTRUKSI CORE PADA TRANSFORMATOR. DISTRIBUSI 20/0,4 kv, 315 kva. (Aplikasi Di PT Trafoindo Prima Perkasa) BAB IV PEMBAHASAN KONSTRUKSI CORE PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20/0,4 kv, 315 kva (Aplikasi Di PT Trafoindo Prima Perkasa) 4.1. Penentuan dimensi core Transformator Distribusi 20 / 0,4 kv dengan Konstruksi

Lebih terperinci

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r. Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi (R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR GANGGUAN PADA GENERATOR Pada Sirkit Listrik Generator yang menyebabkan tripnya PMT, pada umumnya disebabkan oleh : 1. Gangguan diluar seksi generator tetapi PMT generator

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... KATA PENGANTAR... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... KATA PENGANTAR... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... KATA PENGANTAR... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... ABSTRAK... i ii iii iv v vii ix x I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram dan Alur Rangkaian Blok diagram dan alur rangkaian ini digunakan untuk membantu menerangkan proses penyuplaian tegangan maupun arus dari sumber input PLN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Partial Discharge (PD) pada bahan isolasi yang diakibatkan penerapan tegangan gelombang AC sinusoidal pada listrik bertegangan tinggi sekarang ini telah banyak

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai generator set dengan pengertian adalah

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi 4.1.1. Umum Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi merupakan pembangkit listrik tenaga air dengan tipe

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

ENERGY IS OUR BUSINESS. Transformer Test. Himawan Samodra Pauwels Trafo Asia Temperature Rise TRANSFORMING YOUR NEEDS INTO SOLUTIONS

ENERGY IS OUR BUSINESS. Transformer Test. Himawan Samodra Pauwels Trafo Asia Temperature Rise TRANSFORMING YOUR NEEDS INTO SOLUTIONS ENERGY IS OUR BUSINESS Transformer Test Himawan Samodra Pauwels Trafo Asia 1 General Tujuan Transformer Test : Untuk memverifikasi seberapa jauh transformer memenuhi requirement tertentu (loading capability,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

Mesin AC. Dian Retno Sawitri

Mesin AC. Dian Retno Sawitri Mesin AC Dian Retno Sawitri Pendahuluan Mesin AC terdiri dari Motor AC dan Generator AC Ada 2 tipe mesin AC yaitu Mesin Sinkron arus medan magnet disuplai oleh sumber daya DC yang terpisah Mesin Induksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type.

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type. Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Analisis Arus Transien Transformator Setelah Penyambungan Beban Gedung Serbaguna PT

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR III.1 Umum Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan arus yang tidak melalui pembumian disebut arus gangguan fasa.

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya zaman, teknologi pun berkembang maka dari itu kebutuhan energy pun meningkat, terutama energy listrik yang menjadi kebutuhan sehari-hari untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mengubah suatu nilai arus maupun tegangan (energi listrik AC) pada satu rangkaian listrik atau lebih ke rangkaian listrik

Lebih terperinci

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA BAB III 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Umum Untuk menganalisa kegagalan pengasutan pada motor induksi 3 fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung ( visual ) terhadap motor induksi

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI

BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI 4.1 Prinsip Kerja Sinkronisasi Genset di PT. ALTRAK 1978 Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnet homogen, maka akan terinduksi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT BUILD DESIGN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT Tri Agus Budiyanto (091321063) Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam istilah elektro, transformator adalah suatu alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi listrik dengan frekuensi yang sama. Perubahan energi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic 42 BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR 4.1 Pendahuluan Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic Voltage Regulator (AVR) dalam tugas akhir ini dilakukan pada generator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba BAB III PERANCANGAN 3.1 Tujuan Perancangan Sebagai tahap akhir dalam perkuliahan yang mana setiap mahasiswa wajib memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti sidang yudisium yaitu dengan pembuatan tugas

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN Disusun oleh : SWITO GAIUS AGUSTINUS SILALAHI PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA Wendy Tambun, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) II.1 Umum Motor induksi tiga phasa merupakan motor yang banyak digunakan baik di industri rumah tangga maupun industri skala besar. Hal ini dikarenakan konstruksi

Lebih terperinci

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) BAB I GENERATOR SINKRON (ALTERNATOR) Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20

PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 Laporan Penelitian PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2013 Kata Pengantar Puji

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 DOSEN PEMBIMBING : Bp. DJODI ANTONO, B.Tech. Oleh: Hanif Khorul Fahmy LT-2D 3.39.13.3.09 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA I. MOTOR LISTRIK 1 FASA Pada era industri modern saat ini, kebutuhan terhadap alat produksi yang tepat guna sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan effesiensi waktu dan biaya.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) M. Arfan Saputra, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit 2

Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit 2 Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.1 Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transformator Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah tenaga listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya,

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK

SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK Berikut ini ditampilkan beberapa soal dan pembahasan materi Fisika Listrik Arus Bolak- Balik (AC) yang dibahas di kelas 12 SMA. (1) Diberikan sebuah gambar rangkaian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 KVA Berdasarkan Data Citra Kamera Termal dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph

Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 KVA Berdasarkan Data Citra Kamera Termal dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisis Kualitas Minyak Transformator Daya 25 KVA Berdasarkan Data Citra Kamera Termal dan Data Hasil Uji Gas Chromatograph Subkhi Abdul Aziz, Vita Lystianingrum

Lebih terperinci