BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA"

Transkripsi

1 BAB III 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan pada bulan September sampai Oktober Bahan dan Peralatan Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA Daya = 5 KW Cos ф = 0,8 Jumlah Kutub = 4 Belitan = Y (Wye) Tegangan Terminal = 400 Volt Arus = 9 Ampere Kelas Isolasi Stator = E Rotor = E Tegangan Eksitasi = 44 Volt DC Arus Eksitasi = 5,7 Ampere Frekuensi = 50 Hz N = 1500 rpm 2. Motor Induksi Tiga Fasa Tipe VZ 132 M4 (Penggerak Mula) P = 7,5 KW Cos ф = 0,82 Jumlah Kutub = 4 IP = 44 Kelas Rotor = D (Rotor Sangkar) Belitan = Y / 33

2 Tegangan = 380 / 220 Volt Arus = 16,5 / 28,5 Ampere 3. 1 Unit Power Suplai AC 4. 1 Unit Power Suplai DC 5. Multimeter 3.3 Variabel yang Diamati Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : a) Tegangan terminal (Vt). b) Daya keluaran (Pout). c) Arus Beban (Ia) d) Efisiensi (ղ) 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam suatu penelitian akan sangat menentukan keberhasilan penelitian, oleh karena itu perlu direncanakan dengan tepat dalam memilih metode untuk pengumpulan data. Sedangkan metode-metode tersebut adalah sebagai berikut : 1. Metode Dokumentasi Yang dimaksud metode dokumentasi adalah cara memperoleh data melalui hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan lain-lain. Adapun dokumentasi yang akan peneliti gunakan adalah data-data yang berhubungan dengan efisiensi dan regulasi tegangan. 2. Metode Observasi Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data ke tempat penelitian. Dalam hal ini penulis langsung berada di lokasi penelitian yaitu di Laboratorium Konversi Energi Listrik dan mengadakan penelitian mengenai halhal yang perlu dicatat sebagai data dalam penelitian. 34

3 3.5 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian adalah dengan melakukan percobaan rangkaian generator sinkron yang dikopel dengan motor asinkron dengan menghubungkan terminal output generator sinkron tersebut ke beban seimbang hubung wye dan delta serta dihubungkan pada beban tidak seimbang hubung wye dan delta, sehingga dapat dilihat besar karakteristik dan efisiensi generator sinkron tersebut. Pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada diagram alur penelitian pada Gambar 3.1 berikut : 35

4 Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian 36

5 3.6 Rangkaian Percobaan Percobaan Beban Nol A. Rangkaian Percobaan S1 A1 N P T A C V1 M 3θ G SINKRON V2 PTDC Gambar 3.2 Rangkaian percobaan beban nol B. Prosedur Percobaan Beban Nol 1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.1, atur range alat ukur sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Hidupkan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm. 3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2 untuk mengatur eksitasi generator sinkron. 4. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan (If=0). 5. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC 1. Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikkan arus penguat generator, kemudian catat tegangan terminal. 6. Turunkan arus penguat generator (PTDC 1) lalu buka S2, minimumkan PTAC 1, hingga nol kemudian buka S1. 7. Percobaan selesai 37

6 C. Data Hasil Percobaan Data hasil percobaan tampak pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan Beban Nol n = 1500 rpm No. If V (Amp) (Volt) 1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,3 360 Dari data di atas dapat digambarkan karakteristik EA atau Vф sebagai fungsi arus medan If. Dan karakteristiknya disebut juga dengan karakteristik beban nol (Open Circuit Characterisic atau OCC) dari generator. Dari gambar terlihat bahwa kurva ini mempunyai garis linear sampai diperoleh harga saturasi dari arus medan. Dan ketika besi mencapai titik saturasi, reluktansi besi akan bertambah secara drastis dan fluksi akan bertambah besar secara lambat sesuai dengan perubahan 38

7 garis garis gaya magnet. Garis linear pada karakteristik disebut juga sebagai garis celah udara V (Volt) ,5 1 1,5 2 2,5 If (Amp) Gambar 3.3 Karakteristik Beban Nol Generator Sinkron Percobaan Hubung Singkat A. Rangkaian Percobaan S1 A1 N P T A C V1 M 3θ G SINKRON A2 PTDC Gambar 3.4 Rangkaian percobaan hubung singkat 39

8 B. Prosedur Percobaan 1. Rangkai alat percobaan seperti pada Gambar 3.2, PTAC dalam keadaan minimum. 2. Tutup S1 dan atur putaran motor sinkron sampai pada putaran nominal 1500 rpm. 3. Tutup S2, dan naikkan arus penguat generator (If) secara bertahap dengan mengatur PTDC1. 4. Catat arus hubung singkat generator (If) untuk setiap tahapan arus medan generator (If) dengan putaran generator dijaga konstan. 5. Turunkan arus medan generator (If) hingga nol, lalu buka S3 dan turunkan PTAC hingga nol kemudian buka S1. 6. Percobaan selesai. C. Data Percobaan Hubung Singkat Data percobaan hubung singkat tampak pada Tabel 3.2 berikut Tabel 3.2 Data Percobaan Hubung Singkat n = 1500 rpm No. If(Amp) Ia (Amp) 1 0,1 0,48 2 0,2 0,8 3 0,3 0,99 4 0,4 1,28 5 0,5 1,56 6 0,6 1,91 7 0,7 2,16 8 0,8 2,44 9 0,9 2, ,1 3, ,2 3,6 13 1,3 3, ,4 4,2 15 1,5 4,5 16 1,6 4, ,7 5,04 40

9 18 1,8 5, ,9 5, ,92 Dari data diatas dapat digambar karakteristik hubung singkat generator sinkron seperti yang terlihat pada Gambar 3.5 : Ia (Amp) ,5 1 1,5 2 2,5 If (Amp) Gambar 3.5 Grafik Karakteristik Hubung Singkat Generator Sinkron Penentuan Parameter Generator Sinkron Untuk menghitung parameter generator sinkron, maka dapat diketahui dari karakteristik hubung singkat dan karakteristik beban nol seperti pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5. A. Impedansi Sinkron Besar nilai impedansi dapat ditentukan seperti persamaan berikut : Z S = E I (Ohm) (3.1) Maka nilai impedansi sinkron untuk kondisi saturasi seperti pada gambar 3.4 dapat dirumuskan sebagai berikut : 41

10 Z S = E nl/ 3 I SC (Ohm) (3.2) Dari gambar 3.4 nilai Enl adalah 350 Volt dan arus medan (If) sebesar 2 Amp, untuk arus medan yang sama maka arus hubung singkat Isc pada kurva hubung singkat adalah sebesar 5,92 Amp. Maka besar impedansi sinkron Zs adalah: B. Reaktansi Sinkron Z S = 350/ 3 5,92 = 34,13 Ohm Karena tahanan jangkar besarnya sangat kecil maka tahanan jangkar diabaikan (Ra = 0) sehingga diperoleh reaktansi sinkron Zs = Xs = 34,13 Ohm. Percobaan Berbeban Seimbang Hubung Wye A. Rangkaian Percobaan S1 S2 P T A C V1 A1 M 3θ N G SINKRON V2 V3 A2 A3 Z2 Z1 Z3 A4 PTDC Gambar 3.6 Rangkaian percobaan beban seimbang hubung wye B. Prosedur Percobaan 1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.4, atur range alat ukur sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Hidup kan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm. 3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2 untuk mengatur eksitasi generator sinkron. 42

11 4. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan (If=0). 5. Catat arus IR, IS, dan IT, Cos θ, dan daya pada beban. 6. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC. Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikan arus penguat generator, kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 7. Turunkan arus penguat generator (PTDC ) lalu buka S2, minimum kan PTAC, hingga nol kemudian buka S1. 8. Percobaan selesai. C. Data Hasil Percobaan Tabel 3.3 Data Hasil Percobaan Beban Seimbang Hubung Wye n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No. BEBAN (ohm) V (Volt) Ia (Amp) P Out (Watt) R S T R S T R S T ,09 3,09 3,09 528, ,89 2,89 2,89 667, ,78 2,78 2,78 750, ,65 2,65 2,65 890, ,54 2,54 2,54 944, ,3 2,3 2,3 952, ,22 2,22 2, ,06 2,06 2,06 976, ,95 1,95 1,95 965, ,83 1,83 1,83 938,79 43

12 Percobaan Beban Seimbang Hubung Delta A. Rangkaian Percobaan S1 S2 A1 N A2 P T A C V1 M 3θ G SINKRON V2 V3 A3 Z1 Z2 Z3 A4 PTDC Gambar 3.7 Rangkaian percobaan beban seimbang hubung delta B. Prosedur Percobaan 1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.5, atur range alat ukur sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Hidupkan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm. 3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2 untuk mengatur eksitasi generator sinkron. 4. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan (If=0). 5. Catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 6. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC. Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikan arus penguat generator, kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan IT, Cos θ, dan daya pada beban. 7. Turunkan arus penguat generator (PTDC ) lalu buka S2, minimum kan PTAC, hingga nol kemudian buka S1. 8. Percobaan selesai 44

13 C. Data Hasil Percobaan Tabel 3.4 Data Hasil Percobaan Beban Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No. BEBAN V (Volt) Ia (Amp) POUT (ohm) (Watt) R S T R S T R S T ,8 16,8 16,8 1,67 1,67 1,67 84, ,5 24,5 24,5 1,63 1,63 1,63 119, ,7 31,7 31,7 1,58 1,58 1,58 150, ,5 38,5 38,5 1,54 1,54 1,54 177, ,5 44,5 44,5 1,48 1,48 1,48 197, ,9 50,9 50,9 1,44 1,44 1,44 219, ,7 56,7 56,7 1,41 1,41 1,41 239, ,1 62,1 62,1 1,37 1,37 1,37 255, ,3 67,3 67,3 1,34 1,34 1,34 270, ,2 72,2 72,2 1,3 1,3 1,3 281,58 Percobaan Beban Tak Seimbang Hubung Wye A. Rangkaian Percobaan S1 S2 P T A C V1 A1 M 3θ N G SINKRON V2 V3 A2 A3 Z2 Z1 Z3 A4 PTDC Gambar 3.8 Rangkaian percobaan beban tidak seimbang hubung wye B. Prosedur Percobaan 1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.6, atur range alat ukur sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Hidup kan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm. 45

14 3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2 untuk mengatur eksitasi generator sinkron. 4. Atur besar impedansi masing masing beban pada fasa R, S, dan T 5. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan (If=0). 6. Catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 7. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC. Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikan arus penguat generator, kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 8. Turunkan arus penguat generator (PTDC) lalu buka S2, minimum kan PTAC, hingga nol kemudian buka S1. 9. Percobaan selesai C. Data Hasil Percobaan Tabel 3.5 Data Hasil Percobaan Beban Tidak Seimbang Hubungan Wye n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No. BEBAN V Ia PR PS PT POUT (ohm) (Volt) (Amp) (Watt) (Watt) (Watt) (Watt) R S T R S T R S T ,15 1,65 1, ,4 607, ,2 2,1 1,7 1, ,4 602, ,3 2,06 1,75 1, , ,2 2,01 1,82 2, ,1 587, ,1 1,97 1,9 2, ,1 578, ,93 1,99 2, ,9 567, ,89 2,1 2, ,7 554, ,71 1,93 1, ,7 620, ,68 2,01 1, ,2 617, ,65 2,11 1, ,3 614,4 46

15 Percobaan Beban Tak Seimbang Hubung Delta A. Rangkaian Percobaan S1 S2 A1 N A2 P T A C V1 M 3θ G SINKRON V2 V3 A3 Z1 Z2 Z3 A4 PTDC Gambar 3.9 Percobaan beban tak seimbang hubung delta B. Prosedur Percobaan 1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.7, atur range alat ukur sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Hidupkan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm. 3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2 untuk mengatur eksitasi generator sinkron. 4. Atur besar impedansi masing masing beban pada fasa R, S, dan T 5. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan (If=0). 6. Catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 7. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC. Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikkan arus penguat generator, kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 8. Turunkan arus penguat generator (PTDC) lalu buka S2, minimumkan PTAC, hingga nol kemudian buka S1. 9. Percobaan selesai. 47

16 C. Data Hasil Percobaan Tabel 3.6 Data Hasil Percobaan Beban Tidak Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No. BEBAN V Ia PR PS PT POUT (ohm) (Volt) (Amp) (Watt) (Watt) (Watt) (Watt) R S T R S T R S T ,25 1,03 1, ,5 30,8 215, ,04 1,08 1, ,8 44,4 209, ,85 1,14 1,54 94,9 52, , ,66 1,21 1,65 80, ,5 199, ,47 1,31 1,39 67,3 46,8 61,4 175, ,28 1,43 1,95 54,8 41,9 87, ,08 1,58 2,16 42,7 34,1 93,3 170, ,34 1,91 1,14 51, , ,21 2,05 1,21 37, ,4 234, ,09 2,23 1,3 24,

17 BAB IV 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Untuk dapat melihat bagaimana pengaruh perubahan beban terhadap karakteristik dan efisiensi generator sinkron maka diperlukan beberapa percobaan yaitu : 1. Percobaan generator beban seimbang. 2. Percobaan generator beban tidak seimbang Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (If). Tegangan E0 akan terinduksi pada kumparan stator seperti pada Persamaan Pada generator sinkron keadaan tanpa beban mengandung arti bahwa arus armatur (Ia) = 0. Dengan demikian besar tegangan terminal adalah : V t = E a = E 0 (4.1) Oleh karena besar GGL armatur adalah merupakan fungsi dari fluks magnetik, maka ggl armatur dapat ditulis : E a = f(ф) (4.2) Dari persamaan diatas, jika arus penguat medan diatur besarnya maka akan diikuti kenaikan fluks dan akhirnya juga pada ggl armatur. Pengaturan arus pengat medan pada keadaan tertentu besarnya akan didapatkan besar ggl armatur tanpa beban dalam keadaan saturasi. Dengan adanya beban yang terpasang pada output generator sinkron, maka segera mengalir arus armatur (Ia); dengan adanya arus armature ini, pada kumparan armatur atau kumparan jangkar timbul fluks putar jangkar. Fluks putar jangkar ini brsiat mengurangi atau menambah fluks putar yang dihasilkan oleh kumparan rotor. Hal ini tergantung pada faktor daya beban. 49

18 Dengan adanya fluks putar armatur akibat timbulnya arus armatur, maka pada kumparan timbul reaktansi pemagnit Xm. Reaktansi bersama sama dengan reaktansi bocor dikenal dengan reaktansi sinkron (Xs) dan secara matematis ditulis: X s = X L = X m (4.3) 4.2 Analisis Data Percobaan Beban Seimbang dan Tidak Seimbang Hubung Wye Terhadap Karakteristik dan Efisiensi Generator Sinkron Analisis dan Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Sinkron Hubung Wye Regulasi tegangan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut E 0 V t E 0 x 100% (4.4) Sebelum mendapatkan berapa besar voltage regulation (VR) maka terlebih dahulu kita menghitung berapa besar tegangan induksi, dengan persamaan berikut: E 0 = (V t ) 2 + (X s I A ) 2 (4.5) A. Beban Seimbang Beban ke 1 ( ZR = ZS = ZT = 10 Ohm) E 0 = (57) 2 + (34,13. 3,09) 2 = 119,88 Volt 119, ,88 x 100% = 52,45 % Beban ke 2 (ZR = ZS = ZT = 15 Ohm) E 0 = (77) 2 + (34,13. 2,89) 2 = 125,13 Volt 125, ,13 x 100% = 38,46 % Beban ke 3 (ZR = ZS = ZT = 20 Ohm) E 0 = (90) 2 + (34,13. 2,78) 2 = 130,78 Volt 130, ,78 x 100% = 31,18 % 50

19 Beban ke 4 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm) E 0 = (112) 2 + (34,13. 2,65) 2 = 143,96 Volt 143, ,96 x 100% = 22,20 % Beban ke 5 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm) E 0 = (124) 2 + (34,13. 2,54) 2 = 151,29 Volt 151, ,29 x 100% = 18,04% Beban ke 6 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm) E 0 = (138) 2 + (34,13. 2,3) 2 = 158,76 Volt 158, ,76 x 100% = 13,08 % Beban ke 7 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm) E 0 = (150) 2 + (34,13. 2,22) 2 = 168,05 Volt 168, ,05 x 100% = 10,74 % Beban ke 8 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm) E 0 = (158) 2 + (34,13. 2,06) 2 = 172,94 Volt 172, ,94 x 100% = 8,64 % Beban ke 9 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm) E 0 = (165) 2 + (34,13. 1,95) 2 = 177,92 Volt 177, ,92 x 100% = 7,26 % 51

20 Beban ke 10 ( ZR = ZS = ZT = 55 Ohm) E 0 = (171) 2 + (34,13. 1,83) 2 = 182,05 Volt 182, ,05 x 100% = 6,07 % Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Hasil Analisa Pengaturan Tegangan Generator Beban Seimbang Hubung Wye n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No. BEBAN (ohm) V (Volt) Ia (Amp) VR (%) R S T R S T R S T ,09 3,09 3,09 52, ,89 2,89 2,89 38, ,78 2,78 2,78 31, ,65 2,65 2,65 22, ,54 2,54 2,54 18, ,3 2,3 2,3 13, ,22 2,22 2, ,06 2,06 2,06 8, ,95 1,95 1,95 7, ,83 1,83 1,83 6,07 Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara variasi beban terhadap pengaturan tegangan pada generator beban seimbang hubung wye seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini : Pengaturan Tegangan (%) 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, Variasi Beban Gambar 4.1 Grafik hubungan antara variasi Beban terhadap pengaturan tegangan 52

21 B. Beban Tidak Seimbang Beban ke 1 o Untuk beban ZR = 10 Ohm E 0 = (104) 2 + (34,13. 2,15) 2 = 127,28 Volt 127, ,28 x 100% = 18,29 % o Untuk beban ZS = 55 Ohm E 0 = (131) 2 + (34,13. 1,65) 2 = 142,59 Volt 142, ,59 x 100% = 8,13 % o Untuk beban ZT = 40 Ohm E 0 = (90) 2 + (34,13. 1,86) 2 = 110,14 Volt 110, ,14 x 100% = 18,28 % Beban ke 2 o Untuk beban ZR = 15 Ohm E 0 = (105) 2 + (34,13. 2,1) 2 = 127,13 Volt 127, ,13 x 100% = 17,41 % o Untuk beban ZS = 50 Ohm E 0 = (124) 2 + (34,13. 1,7) 2 = 136,90 Volt 136, ,90 x 100% = 9,42 % o Untuk beban ZT = 35 Ohm E 0 = (90) 2 + (34,13. 1,9) 2 = 111,09 Volt 53

22 111, ,09 x 100% = 18,81 % Beban ke 3 o Untuk beban ZR = 20 Ohm E 0 = (105) 2 + (34,13. 2,1) 2 = 126,37 Volt 126, ,37 x 100% = 16,91 % o Untuk beban ZS = 45 Ohm E 0 = (115) 2 + (34,13. 1,75) 2 = 129,59 Volt 129, ,59 x 100% = 11,26 % o Untuk beban ZT = 30 Ohm E 0 = (90) 2 + (34,13. 1,96) 2 = 112,38 Volt 112, ,38 x 100% = 19,65 % Beban ke 4 o Untuk beban ZR = 25 Ohm E 0 = (105) 2 + (34,13. 2) 2 = 125,42 Volt 125, ,42 x 100% = 16,28 % o Untuk beban ZS = 40 Ohm E 0 = (106) 2 + (34,13. 1,75) 2 = 122,86 Volt 122, ,86 x 100% = 13,72 % o Untuk beban ZT = 25 Ohm E 0 = (90) 2 + (34,13. 2,03) 2 = 113,74 Volt 54

23 113, ,74 x 100% = 20,69 % Beban ke 5 o Untuk beban ZR = 30 Ohm E 0 = (105) 2 + (34,13. 2) 2 = 124,68 Volt 124, ,68 x 100% = 15,79 % o Untuk beban ZS = 35 Ohm E 0 = (95) 2 + (34,13. 1,9) 2 = 155,35 Volt 155, ,35 x 100% = 17,30 % o Untuk beban ZT = 20 Ohm E 0 = (90) 2 + (34,13. 2,11) 2 = 115,34 Volt 113, x 100% = 21,89 % Beban ke 6 o Untuk beban ZR = 35 Ohm E 0 = (105) 2 + (34,13. 1,9) 2 = 123,95 Volt 123, ,95 x 100% = 15,29 % o Untuk beban ZS = 30 Ohm E 0 = (83) 2 + (34,13. 1,99) 2 = 107,56 Volt 107, ,56 x 100% = 22,46 % o Untuk beban ZT = 15 Ohm E 0 = (90) 2 + (34,13. 2,21) 2 = 117,43 Volt 55

24 117, ,43 x 100% = 23,36 % Beban ke 7 o Untuk beban ZR = 40 Ohm E 0 = (105) 2 + (34,13. 1,89) 2 = 123,23 Volt 123, ,23 x 100% = 14,79 % o Untuk beban ZS = 25 Ohm E 0 = (70) 2 + (34,13. 2,1) 2 = 100,05 Volt 100, ,05 x 100% = 30,23 % o Untuk beban ZT = 10 Ohm E 0 = (90) 2 + (34,13. 2,33) 2 = 120,10 Volt 120, ,10 x 100% = 25,06 % Beban ke 8 o Untuk beban ZR = 45 Ohm E 0 = (105) 2 + (34,13. 1,71) 2 = 120,13 Volt 120, ,13 x 100% = 12,59 % o Untuk beban ZS = 20 Ohm E 0 = (115) 2 + (34,13. 1,93) 2 = 132,53 Volt 132, ,53 x 100% = 13,23 % o Untuk beban ZT = 55 Ohm E 0 = (135) 2 + (34,13. 1,62) 2 = 145,88 Volt 56

25 145, ,88 x 100% = 7,46 % Beban ke 9 o Untuk beban ZR = 50 Ohm E 0 = (105) 2 + (34,13. 1,68) 2 = 119,64 Volt 119, x 100% = 12,23 % o Untuk beban ZS = 15 Ohm E 0 = (106) 2 + (34,13. 2,01) 2 = 126,26 Volt 126, ,26 x 100% = 16,05 % o Untuk beban ZT = 50 Ohm E 0 = (135) 2 + (34,13. 1,69) 2 = 146,81 Volt 146, ,81 x 100% = 8,04 % Beban ke 10 o Untuk beban ZR = 55 Ohm E 0 = (105) 2 + (34,13. 1,65) 2 = 119,15 Volt 119, x 100% = 11,87 % o Untuk beban ZS = 10 Ohm E 0 = (95) 2 + (34,13. 2,11) 2 = 119,37 Volt 119, ,37 x 100% = 20,25 % o Untuk beban ZT = 45 Ohm E 0 = (135) 2 + (34,13. 1,78) 2 = 148,04 Volt 57

26 148, ,04 x 100% = 8,81 % Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Hasil Analisa Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Wye n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No. BEBAN (ohm) V (Volt) Ia (Amp) VR (%) R S T R S T R S T R S T ,15 1,65 1,86 18,29 8,13 18, ,2 2,1 1,7 1,9 17,41 9,42 18, ,3 2,06 1,75 1,96 16,91 11,26 19, ,2 2,01 1,82 2,03 16,28 13,72 20, ,4 90,1 1,97 1,9 2,11 15,79 17,30 21, ,4 90 1,93 1,99 2,21 15,29 22,46 23, ,8 90 1,89 2,1 2,33 14,79 30,23 25, ,71 1,93 1,62 12,59 13,23 7, ,68 2,01 1,69 12,23 16,05 8, , ,65 2,11 1,78 11,87 20,25 8,81 Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara variasi beban terhadap pengaturan tegangan pada generator beban tidak seimbang hubung wye seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini : 35,00 Pengaturan Teangan (%) 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 fasa R fasa S fasa T 0, Variasi Beban Gambar 4.2 Kurva Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Wye 58

27 Analisis dan Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye Efisiensi dapat dihitung dari persamaan: Pculosses = 3. I 2. R (4.6) Pin = Pout + Pculoses (4.7) efisiensi = Pout Pin A. Beban Seimbang Beban ke 1 ( ZR = ZS = ZT = 10 Ohm) x 100 % (4.8) Pin = 528, ,44 = 814,83 Watt efiesensi = 528,39 x 100 % = 64,85 % 814,83 Beban ke 2 ( ZR = ZS = ZT = 15 Ohm) Pin = 667, ,84 = 1043,43 Watt efiesensi = 667,59 x 100 % = 63,98 % 1043,43 Beban ke 3 ( ZR = ZS = ZT = 20 Ohm) Pin = 750, ,7 = 1214,3 Watt efiesensi = 750,6 x 100 % = 61,81 % 1214,3 Beban ke 4 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm) Pin = 890, ,69 = 1417,09 Watt efiesensi = 890,4 x 100 % = 62,83 % 1417,09 Beban ke 5 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm) Pin = ,64 = 1525,52 Watt efiesensi = 944,88 x 100 % = 61,94 % 1525,52 Beban ke 6 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm) 59

28 Pin = 952, ,45 = 1507,65 Watt efiesensi = 952,2 x 100 % = 63,16 % 1507,65 Beban ke 7 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm) Pin = ,41 = 1590,41 Watt efiesensi = 999 x 100 % = 62,81 % 1590,41 Beban ke 8 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm) Pin = 976, ,89 = 1549,33 Watt efiesensi = 976,44 x 100 % = 63,02 % 1549,33 Beban ke 9 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm) Pin = 965, ,38 = 1535,63 Watt efiesensi = 965,25 x 100 % = 62,86 % 1535,63 Beban ke 10 ( ZR = ZS = ZT = 55 Ohm) Pin = 938, ,38 = 1491,36 Watt efiesensi = 938,79 x 100 % = 62,95 % 1491,36 Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut : 60

29 Tabel 4.3 Hasil Analisa Efisiensi Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Wye n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No. BEBAN V (Volt) Ia (Amp) (ohm) POUT Pin effiseinsi (Watt) (Watt) (%) R S T R S T R S T ,09 3,09 3,09 528,39 814,8 64, ,89 2,89 2,89 667, , ,78 2,78 2,78 750, , ,65 2,65 2,65 890, , ,54 2,54 2,54 944, , ,3 2,3 2,3 952, , ,22 2,22 2,22 999, , ,06 2,06 2,06 976, , ,95 1,95 1,95 965, , ,83 1,83 1,83 938, ,95 Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara variasi beban terhadap efisiensi pada generator beban seimbang hubung wye seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini : 65 64,5 64 efisiensi % 63, , , Variasi beban Gambar 4.3 Kurva Efisiensi Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Wye 61

30 B. Beban Tidak Seimbang Untuk mencari daya input generator pada saat beban tidak seimbang digunakan persamaan : Pin total = Pout + Plosses R + Plosses S + Plosses T (4.9) Beban ke 1 Pin total = , , ,38 = 941,50 Watt efiesensi = 607 x 100 % = 64,49 % 941,50 Beban ke 2 Pin total = , , ,35 = 939,68 Watt efiesensi = 603 x 100 % = 64,14 % 939,68 Beban ke 3 Pin total = , , ,25 = 932,47 Watt efiesensi = 595 x 100 % = 63,76 % 932,47 Beban ke 4 Pin total = , ,02 = 923,60 Watt efiesensi = 587 x 100 % = 63,56 % 923,60 Beban ke 5 Pin total = , , ,04 = 910,04 Watt efiesensi = 578 x 100 % = 63,54 % 910,04 Beban ke 6 Pin total = , , ,26 = 889,25 Watt efiesensi = 568 x 100 % = 63,77 % 889,25 62

31 Beban ke 7 Pin total = , , ,29 = 862,15 Watt efiesensi = 555 x 100 % = 64,34 % 862,15 Beban ke 8 Pin total = , , ,34 = 970,62 Watt efiesensi = 620 x 100 % = 63,90 % 970,62 Beban ke 9 Pin total = , , ,81 = 962,14 Watt efiesensi = 618 x 100 % = 64,19 % 962,14 Beban ke 10 Pin total = , , ,58 = 951,26 Watt efiesensi = 614 x 100 % = 64,59 % 951,26 Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut Tabel 4.4 Analisa Efisiensi Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Wye n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No. BEBAN V (Volt) Ia (Amp) (ohm) POUT Pin Efisiensi (Watt) (Watt) (%) R S T R S T R S T ,15 1,65 1,86 670,80 941,50 64, ,2 2,1 1,7 1,9 661,50 939,68 64, ,3 2,06 1,75 1,96 648,90 932,47 63, ,2 2,01 1,82 2,03 633,15 923,60 63, ,4 90,1 1,97 1,9 2,11 620,55 910,04 63, ,4 90 1,93 1,99 2,21 607,95 889,95 63, ,8 90 1,89 2,1 2,33 595,35 862,15 64, ,71 1,93 1,62 538,65 970,62 63, ,68 2,01 1,69 529,20 962,14 64, , ,65 2,11 1,78 519,75 951,26 64,59 63

32 Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara variasi beban terhadap efisiensi pada generator beban tidak seimbang hubung wye seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini : 64,80 64,60 64,40 Efisiensi (%) 64,20 64,00 63,80 63,60 63, Variasi Beban Gambar 4.4 Kurva Efisiensi Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Wye 4.3 Analisis Data Percobaan Beban Seimbang dan Tidak Seimbang Hubung Delta Terhadap Karakteristik dan Efisiensi Generator Sinkron Analisis dan Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Sinkron Hubung Delta Untuk menghitung regulasi tegangan generator sinkron pada beban seimbang dan tidak seimbang sama dengan perhitungan regulasi tegangan pada generator sinkron hubung wye, yaitu menggunakan Persamaan 4.4 untuk mencari besar regulasi tegangannya dan menggunakan Persamaan 4.5 untuk mencari tegangan induksinya. A. Beban Seimbang Beban ke 1 ( ZR = ZS = ZT = 10 Ohm) E 0 = (17) 2 + (34,13. 1,67) 2 = 59,42 Volt 59, ,42 x 100% = 71,73 % 64

33 Beban ke 2 ( ZR = ZS = ZT = 15 Ohm) E 0 = (25) 2 + (34,13. 1,63) 2 = 60,79 Volt 60, ,79 x 100% = 59,70 % Beban ke 3 ( ZR = ZS = ZT = 20 Ohm) E 0 = (32) 2 + (34,13. 1,58) 2 = 62,55 Volt 62, ,55 x 100% = 49,32 % Beban ke 4 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm) E 0 = (39) 2 + (34,13. 1,54) 2 = 65,15 Volt 65, ,15 x 100% = 40,91 % Beban ke 5 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm) E 0 = (45) 2 + (34,13. 1,48) 2 = 67,32 Volt 67, ,32 x 100% = 33,90 % Beban ke 6 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm) E 0 = (51) 2 + (34,13. 1,44) 2 = 70,75 Volt 70, ,75 x 100% = 28,06 % Beban ke 7 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm) E 0 = (58) 2 + (34,13. 1,41) 2 = 74,37 Volt 74, ,37 x 100% = 23,76 % 65

34 Beban ke 8 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm) E 0 = (62) 2 + (34,13. 1,37) 2 = 77,37 Volt 77, ,37 x 100% = 20,11 % Beban ke 9 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm) E 0 = (67) 2 + (34,13. 1,34) 2 = 81,37 Volt 81, ,37 x 100% = 17,29 % Beban ke 10 ( ZR = ZS = ZT = 55 Ohm) E 0 = (72) 2 + (34,13. 1,3) 2 = 84,74 Volt 84, ,74 x 100% = 14,80 % Data hasil analisa dan perhitungan regulasi tegangan pada generator hubung delta pada beban seimbang yaitu dapat dilihat pada tabel 4.5 : Tabel 4.5 Hasil Analisa dan Perhitungan Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No. BEBAN (ohm) V (Volt) Ia (Amp) VR (%) R S T R S T R S T ,8 16,8 16,8 1,67 1,67 1,67 71, ,5 24,5 24,5 1,63 1,63 1,63 59, ,7 31,7 31,7 1,58 1,58 1,58 49, ,5 38,5 38,5 1,54 1,54 1,54 40, ,5 44,5 44,5 1,48 1,48 1,48 33, ,9 50,9 50,9 1,44 1,44 1,44 28, ,7 56,7 56,7 1,41 1,41 1,41 23, ,1 62,1 62,1 1,37 1,37 1,37 20, ,3 67,3 67,3 1,34 1,34 1,34 17, ,2 72,2 72,2 1,3 1,3 1,3 14,80 66

35 Dari tabel 4.5 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi beban terhadap regulasi tegangan generator sinkron beban seimbang hubung delta, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5 berikut : 80,00 70,00 Pengaturan Tegangan (%) 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, Veriasi Beban Gambar 4.5 Kurva Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta B. Beban Tidak Seimbang Beban ke 1 Untuk beban ZR = 10 Ohm E 0 = (56,8) 2 + (34,13. 2,25) 2 = 95,53 Volt 95,52 56,8 95,52 x 100% = 40,53 % Untuk beban ZS = 55 Ohm E 0 = (54,9) 2 + (34, ) 2 = 65,20 Volt 65,20 54,9 65,20 x 100% = 15,79 % 67

36 Untuk beban ZT = 40 Ohm E 0 = (22,5) 2 + (34,13. 1,37) 2 = 51,90 Volt 51,90 22,5 51,90 x 100% = 56,64 % Beban ke 2 Untuk beban ZR = 15 Ohm E 0 = (54) 2 + (34,13. 2,04) 2 = 88,13 Volt 88, ,13 x 100% = 38,71 % Untuk beban ZS = 50 Ohm E 0 = (50,7) 2 + (34, ) 2 = 62,69 Volt 62,69 50,7 62,69 x 100% = 19,12 % Untuk beban ZT = 35 Ohm E 0 = (30,6) 2 + (34,13. 1,45) 2 = 58,20 Volt 58,20 30,6 58,20 x 100% = 47,41 % Beban ke 3 Untuk beban ZR = 20 Ohm E 0 = (51,3) 2 + (34,13. 1,85) 2 = 81,37 Volt 81,37 51,3 81,37 x 100% = 36,94 % Untuk beban ZS = 45 Ohm E 0 = (46,2) 2 + (34,13. 1,14) 2 = 60,41 Volt 60,41 46,2 60,41 x 100% = 23,51 % 68

37 Untuk beban ZT = 30 Ohm E 0 = (37) 2 + (34,13. 1,54) 2 = 64,29 Volt 64, ,29 x 100% = 42,44 % Beban ke 4 Untuk beban ZR = 25 Ohm E 0 = (48,6) 2 + (34,13. 1,66) 2 = 74,66 Volt 74,66 48,6 74,66 x 100% = 34,89 % Untuk beban ZS = 40 Ohm E 0 = (41,3) 2 + (34,13. 1,21) 2 = 58,41 Volt 58,41 41,3 58,41 x 100% = 29,29 % Untuk beban ZT = 25 Ohm E 0 = (41,5) 2 + (34,13. 1,65) 2 = 69,97 Volt 69,97 41,5 69,97 x 100% = 40,68 % Beban ke 5 Untuk beban ZR = 30 Ohm E 0 = (45,8) 2 + (34,13. 1,47) 2 = 67,94 Volt 67,94 45,8 67,94 x 100% = 32,58 % Untuk beban ZS = 35 Ohm E 0 = (35,7) 2 + (34,13. 1,31) 2 = 57,22 Volt 57,22 35,7 57,22 x 100% = 37,60 % 69

38 Untuk beban ZT = 20 Ohm E 0 = (44,2) 2 + (34,13. 1,39) 2 = 64,85 Volt 64,85 44,2 64,85 x 100% = 31,83 % Beban ke 6 Untuk beban ZR = 35 Ohm E 0 = (42,8) 2 + (34,13. 1,28) 2 = 61,17 Volt 61,17 42,8 61,17 x 100% = 30,02% Untuk beban ZS = 30 Ohm E 0 = (29,3) 2 + (34,13. 1,43) 2 = 56,94 Volt 56,94 29,3 56,94 x 100% = 48,53 % Untuk beban ZT = 15 Ohm E 0 = (44,8) 2 + (34,13. 1,95) 2 = 80,24 Volt 80,24 44,8 80,24 x 100% = 44,16 % Beban ke 7 Untuk beban ZR = 40 Ohm E 0 = (39,5) 2 + (34,13. 1,08) 2 = 54,03 Volt 54,03 39,5 54,03 x 100% = 26,89 % Untuk beban ZS = 25 Ohm E 0 = (21,6) 2 + (34,13. 1,58) 2 = 58,11 Volt 58,11 21,6 58,11 x 100% = 62,82 % 70

39 Untuk beban ZT = 10 Ohm E 0 = (43,2) 2 + (34,13. 2,16) 2 = 85,46 Volt 85,46 43,2 85,46 x 100% = 49,44 % Beban ke 8 Untuk beban ZR = 45 Ohm E 0 = (38,2) 2 + (34,13. 1,34) 2 = 59,60 Volt 59,60 38,2 59,60 x 100% = 35,89 % Untuk beban ZS = 20 Ohm E 0 = (62,4) 2 + (34,13. 1,91) 2 = 90,25 Volt 90,25 62,4 90,25 x 100% = 30,85 % Untuk beban ZT = 55 Ohm E 0 = (60,2) 2 + (34,13. 1,14) 2 = 71,69 Volt 71,69 60,2 71,69 x 100% = 16,01 % Beban ke 9 Untuk beban ZR = 50 Ohm E 0 = (30,8) 2 + (34,13. 1,21) 2 = 51,53 Volt 51,53 30,8 51,53 x 100% = 40,22% Untuk beban ZS = 15 Ohm E 0 = (60,5) 2 + (34,13. 2,05) 2 = 92,51 Volt 92,51 60,5 92.,51 x 100% = 34,59 % 71

40 Untuk beban ZT = 50 Ohm E 0 = (60,7) 2 + (34,13. 1,21) 2 = 73,42 Volt 73,42 60,7 73,42 x 100% = 17,32 % Beban ke 10 Untuk beban ZR = 55 Ohm E 0 = (22,3) 2 + (34,13. 1,09) 2 = 43,38 Volt 43,38 22,3 43,38 x 100% = 48,59 % Untuk beban ZS = 10 Ohm E 0 = (58,6) 2 + (34,13. 2,23) 2 = 96,07 Volt 96,07 58,6 96,07 x 100% = 38,99 % Untuk beban ZT = 45 Ohm E 0 = (60) 2 + (34,13. 1,3) 2 = 74,63 Volt 74, ,63 x 100% = 19,60 % Data hasil perhitungan regulasi tegangan pada generator sinkron beban tidak seimbang hubung delta dapat dilihat pada Tabel 4.6 : 72

41 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm If = 1,0 Amp BEBAN No. (ohm) V (Volt) Ia (Amp) VR (%) R S T R S T R S T R S T ,8 54,9 22,5 2,25 1,03 1,37 40,53 15,79 59, ,7 30,6 2,04 1,08 1,45 38,71 19,12 47, ,3 46,2 37 1,85 1,14 1,54 36,94 23,51 42, ,6 41,3 41,5 1,66 1,21 1,65 34,89 29,29 40, ,8 35,7 44,2 1,47 1,31 1,39 32,58 37,60 31, ,8 29,3 44,8 1,28 1,43 1,95 30,02 45,83 44, ,5 21,6 43,2 1,08 1,58 2,16 26,89 62,82 49, ,2 62,4 60,2 1,34 1,91 1,14 35, , ,8 60,5 60,7 1,21 2,05 1,21 40,22 34,59 17, ,3 58,6 60 1,09 2,23 1,3 48,59 38,99 19,60 Dari tabel 4.6 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi beban terhadap regulasi tegangan generator sinkron beban tidak seimbang hubung delta, seperti yang terlihat pada Gambar 4.6 berikut : 70,00 60,00 Pengaturan trgangan (%) 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, Variasi Beban Fasa R Fasa S Fasa T Gambar 4.6 Kurva Karakteristik Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta 73

42 Analisis dan Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Delta Untuk menghitung besar efisiensi generator sinkron hubung delta, persamaan yang digunakan sama seperti Persamaan A. Beban Seimbang Beban ke 1 ( ZR = ZS = ZT = 10 Ohm) Pin = 84, ,67 = 167,84 Watt efiesensi = 84,17 x 100 % = 50,15 % 167,84 Beban ke 2 ( ZR = ZS = ZT = 15 Ohm) Pin = 119, ,56 = 239,37 Watt efiesensi = 119,81 x 100 % = 50,05 % 239,37 Beban ke 3 ( ZR = ZS = ZT = 20 Ohm) Pin = 150, ,78 = 300,04 Watt efiesensi = 150,26 x 100 % = 50,08 % 300,04 Beban ke 4 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm) Pin = 177, ,87 = 355,74 Watt efiesensi = 177,87 x 100 % = 50 % 355,74 Beban ke 5 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm) Pin = 197, ,14 = 394,72 Watt efiesensi = 197,58 x 100 % = 50,06 % 394,72 74

43 Beban ke 6 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm) Pin = 219, ,73 = 437,62 Watt efiesensi = 219,89 x 100 % = 50,25 % 437,62 Beban ke 7 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm) Pin = 239, ,57 = 478,41 Watt efiesensi = 239,84 x 100 % = 50,13 % 478,41 Beban ke 8 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm) Pin = 255, ,38 = 508,61 Watt efiesensi = 255,23 x 100 % = 50,18 % 508,61 Beban ke 9 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm) Pin = 270, ,34 = 539,89 Watt efiesensi = 270,55 x 100 % = 50,11 % 539,89 Beban ke 10 ( ZR = ZS = ZT = 55 Ohm) Pin = 281, ,85 = 560,43 Watt efiesensi = 281,58 x 100 % = 50,24 % 560,43 75

44 Data hasil perhitungan efisiensi pada generator sinkron beban seimbang hubung delta dapat dilihat pada Tabel 4.7 : Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No. BEBAN V (Volt) Ia (Amp) (ohm) POUT Pin efisiensi (Watt) (Watt) (%) R S T R S T R S T ,8 16,8 16,8 1,67 1,67 1,67 84,17 167,84 50, ,5 24,5 24,5 1,63 1,63 1,63 119,81 239,37 50, ,7 31,7 31,7 1,58 1,58 1,58 150,26 300,04 50, ,5 38,5 38,5 1,54 1,54 1,54 177,87 355,74 50, ,5 44,5 44,5 1,48 1,48 1,48 197,58 394,72 50, ,9 50,9 50,9 1,44 1,44 1,44 219,89 437,62 50, ,7 56,7 56,7 1,41 1,41 1,41 239,84 478,41 50, ,1 62,1 62,1 1,37 1,37 1,37 255,23 508,61 50, ,3 67,3 67,3 1,34 1,34 1,34 270,55 539,89 50, ,2 72,2 72,2 1,3 1,3 1,3 281,58 560,43 50,24 Dari tabel 4.7 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi beban terhadap efisiensi generator sinkron beban seimbang hubung delta, seperti yang terlihat pada Gambar 4.7 berikut : 50,30 50,25 50,20 efisensi (%) 50,15 50,10 50,05 50,00 49, Variasi Beban Gambar 4.7Kurva Karakteristik Efisiensi Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta 76

45 B. Beban Tidak Seimbang Beban ke 1 Pin total = 215,2 + 50, , ,08 = 399,22 Watt efiesensi = 215,2 x 100 % = 53,90 % 399,22 Beban ke 2 Pin total = 209,3 + 62, , ,59 = 403,62 Watt efiesensi = 209,3 x 100 % = 51,85 % 403,62 Beban ke 3 Pin total = 204,6 + 68, , ,15 = 402,63 Watt efiesensi = 204,6 x 100 % = 50,80 % 402,63 Beban ke 4 Pin total = 199,1 + 68, , ,06 = 394,64 Watt efiesensi = 199,1 x 100 % = 50,46 % 394,64 Beban ke 5 Pin total = 175,5 + 64, , ,64 = 339,06 Watt efiesensi = 175,5 x 100 % = 51,77 % 339,06 Beban ke 6 Pin total = , , ,04 = 359,77 Watt efiesensi = 184 x 100 % = 51,16 % 359,77 Beban ke 7 Pin total = 170,1 + 46, , ,66 = 325,82 Watt efiesensi = 170,1 x 100 % = 52,21 % 325,82 77

46 Beban ke 8 Pin total = , , ,48 = 464,24 Watt efiesensi = 239 x 100 % = 51,48 % 464,24 Beban ke 9 Pin total = 234,7 + 73, , ,21 = 444,19 Watt efiesensi = 234,7 x 100 % = 52,85 % 444,19 Beban ke 10 Pin total = , , ,05 = 424,11 Watt efiesensi = 233 x 100 % = 54,94 % 424,11 Data hasil perhitungan efisiensi pada generator sinkron beban seimbang hubung delta dapat dilihat pada Tabel 4.8 : Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No. BEBAN V (Volt) Ia (Amp) (ohm) POUT Pin Efisiensi (Watt) (Watt) (%) R S T R S T R S T ,8 54,9 22,5 2,25 1,03 1,37 215,17 399,223 53, ,7 30,6 2,04 1,08 1,45 209,29 403,618 51, ,3 46,2 37 1,85 1,14 1,54 204,55 402,633 50, ,6 41,3 41,5 1,66 1,21 1,65 199,12 394,641 50, ,8 35,7 44,2 1,47 1,31 1,39 175,53 339,064 51, ,8 29,3 44,8 1,28 1,43 1,95 184,04 359,772 51, ,5 21,6 43,2 1,08 1,58 2,16 170,10 325,822 52, ,2 62,4 60,2 1,34 1,91 1,14 239,00 464,242 51, ,8 60,5 60,7 1,21 2,05 1,21 234,74 444,188 52, ,3 58,6 60 1,09 2,23 1,3 232,99 424,11 54,94 78

47 Dari tabel 4.8 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi beban terhadap efisiensi generator sinkron beban seimbang hubung delta, seperti yang terlihat pada Gambar 4.8 berikut : Effisiensi (%) 55,50 55,00 54,50 54,00 53,50 53,00 52,50 52,00 51,50 51,00 50,50 50, Variasi beban Gambar 4.8 Kurva Karakteristik Efisiensi Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta 4.4 Kurva Perbandingan Karakteristik dan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang dan Tidak Seimbang. Kurva Perbandingan Karakteristik Generator Sinkron Perbandingan pengaturan tegangan generator sinkron hubung wye dan hubung delta pada saat beban seimbang dan tidak seimbang dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 berikut : 79

48 80,00 70,00 Pengaturan Tegangan 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, Variasi Beban beban hubungan delta beban hubungan wye Gambar 4.9 Kurva Perbandingan Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang Pengaturan Tegangan (%) 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0, Variasi Beban beban hubungan delta beban hubungan wye Gambar 4.10 Kurva Perbandingan Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Beban Pada Saat Beban Tidak Seimbang 80

49 Kurva Perbandingan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang dan Tidak Seimbang Perbandingan pengaturan tegangan generator sinkron hubung wye dan hubung delta pada saat beban seimbang dan tidak seimbang dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 berikut : Efisiensi % Variasi beban Hubungan Wye Hubungan Delta Gambar 4.11 Kurva Perbandingan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang efisiensi % 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, Variasi Beban Hubungan Wye Hubungan Delta Gambar 4.12 Kurva Perbandingan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Tidak Seimbang 81

50 BAB V 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengaturan tegangan generator sinkron hubung delta pada beban seimbang lebih besar dari pada pengaturan tegangan pada hubung wye, yaitu sebesar 71,73 %. Lebih besar dari pada pengaturan tegangan hubung wye yaitu sebesar 52,45 %. Dimana semakin lama pengaturan tegangan semakin kecil.pengaturan tegangan generator sinkron hubung delta pada beban tidak seimbang juga lebih besar dibanding dengan pengaturan tegangan pada hubung wye. Yaitu rata rata tertinggi sebesar 46,38 % pada beban hubung delta dan 23,36 % pada beban hubung wye. 2. Efisiensi generator sinkron dengan beban seimbang hubung wye lebih besar dari pada generator sinkron dengan beban seimbang hubung delta, pada beban hubung wye efisiensi tertinggi yaitu sebesar 64,85 % sedangkan pada beban hubung delta efisiensi tertinggi yaitu sebesar 50,25 %. Effisiensi generator dengan beban tidak seimbang hubung wye dibandingkan dengan generator dengan beban tidak seimbang hubung delta yaitu sebesar 64,59% pada beban hubung wye dan 54,95 % pada beban hubung delta. 82

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Pendahuluan Generator arus bolak balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak balik. Generator arus bolak balik sering disebut juga sebagai alternator,

Lebih terperinci

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

DA S S AR AR T T E E ORI ORI BAB II 2 DASAR DASAR TEORI TEORI 2.1 Umum Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator)

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA II.1. Umum Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (alternator)

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic 42 BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR 4.1 Pendahuluan Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic Voltage Regulator (AVR) dalam tugas akhir ini dilakukan pada generator

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA Wendy Tambun, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa ANALISA PERBANDINGAN METODE IMPEDANSI SINKRON, AMPER LILIT DAN SEGITIGA POTIER DALAM MENENTUKAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR SINKRON DENGAN PEMBEBANAN RESISTIF, INDUKTIF DAN KAPASITIF Hanri Adi Martua Hasibuan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI ( APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT USU

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON Irpan Rosidi Tanjung, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Telah disebutkan sebelumnya bahwa motor induksi identik dengan sebuah transformator, tentu saja dengan demikian

Lebih terperinci

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) Dimas Harind Yudha Putra,Riswan Dinzi Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 DOSEN PEMBIMBING : Bp. DJODI ANTONO, B.Tech. Oleh: Hanif Khorul Fahmy LT-2D 3.39.13.3.09 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA PHASA. berupa putaran menjadi energi listrik bolak-balik (AC).

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA PHASA. berupa putaran menjadi energi listrik bolak-balik (AC). BAB II GENERATOR SINKRON TIGA PHASA 2.1 Umum Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan generator sinkron. Oleh sebab itu generator sinkron memegang peranan penting dalam sebuah pusat

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi BAB II GENERATOR SINKRON 2.1. UMUM Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator) merupakan

Lebih terperinci

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) BAB I GENERATOR SINKRON (ALTERNATOR) Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA 2.1 UMUM Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik yang paling banyak dipakai dalam industri dan rumah tangga. Dikatakan motor induksi karena arus rotor motor ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Generator merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik melalui medium medan magnet. Bagian utama generator terdiri dari stator dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR SALIENT POLE DENGAN METODE BLONDEL (TWO REACTION THEORY)

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR SALIENT POLE DENGAN METODE BLONDEL (TWO REACTION THEORY) ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR SALIENT POLE DENGAN METODE BLONDEL (TWO REACTION THEORY) Selamat Aryadi (1), Syamsul Amien (2) Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Generator sinkron (alternator) adalah mesin listrik yang digunakan untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik dengan perantara induksi medan magnet. Perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN EFEK PEMBEBANAN TERHADAP GGL BALIK DAN EFISIENSI PADA MOTOR DC PENGUATAN KOMPON PANJANG DAN MOTOR INDUKSI

ANALISIS PERBANDINGAN EFEK PEMBEBANAN TERHADAP GGL BALIK DAN EFISIENSI PADA MOTOR DC PENGUATAN KOMPON PANJANG DAN MOTOR INDUKSI ANALISIS PERBANDINGAN EFEK PEMBEBANAN TERHADAP GGL BALIK DAN EFISIENSI PADA MOTOR DC PENGUATAN KOMPON PANJANG DAN MOTOR INDUKSI Jean Jhenesly F Tumanggor, Ir. Riswan Dinzi, MT Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor listrik yang paling umum dipergunakan dalam perindustrian industri adalah motor induksi. Berdasarkan phasa sumber daya yang digunakan, motor induksi dapat

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Generator sinkron merupakan alat listrik yang berfungsi mengkonversikan energi mekanis berupa putaran menjadi energi listrik. Energi mekanis berupa putaran tersebut

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) II.1 Umum Motor induksi tiga phasa merupakan motor yang banyak digunakan baik di industri rumah tangga maupun industri skala besar. Hal ini dikarenakan konstruksi

Lebih terperinci

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan 1

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan 1 TOPIK 14 MESIN SINKRON PRINSIP KERJA MESIN SINKRON MESIN sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sarna dengan mesin induksi. sedangkan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Generator adalah mesin yang mengelola energi mekanik menjadi energi listrik. Prinsip kerja generator adalah rotor generator yang digerakan oleh turbin sehingga menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator. BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA II.1. Umum Mesin Induksi 3 fasa atau mesin tak serempak dibagi atas dua jenis yaitu : 1. Motor Induksi 3 fasa 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Umum Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Generator Sinkron Tegangan output dari generator sinkron adalah tegangan bolak balik, karena itu generator sinkron disebut juga generator AC. Perbedaan prinsip antara generator

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) M. Arfan Saputra, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN JALA-JALA TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR SANGKAR TUPAI

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN JALA-JALA TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR SANGKAR TUPAI ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN JALA-JALA TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR SANGKAR TUPAI (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) O L E H EKO PRASETYO NIM : 0404007

Lebih terperinci

LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK (MESIN SEREMPAK)

LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK (MESIN SEREMPAK) LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK (MESIN SEREMPAK) ALTERNATOR DAN MOTOR SEREMPAK Disusun : Drs. Sunyoto, MPd PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA I. MOTOR LISTRIK 1 FASA Pada era industri modern saat ini, kebutuhan terhadap alat produksi yang tepat guna sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan effesiensi waktu dan biaya.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA.1 UMUM Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik 1 Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik Pada motor DC berlaku persamaan-persamaan berikut : V = E+I a Ra, E = C n Ф, n =E/C.Ф Dari persamaan-persamaan diatas didapat : n = (V-Ra.Ra) / C.Ф

Lebih terperinci

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k I-2. MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan besar kecepatan putar motor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

Mesin AC. Dian Retno Sawitri

Mesin AC. Dian Retno Sawitri Mesin AC Dian Retno Sawitri Pendahuluan Mesin AC terdiri dari Motor AC dan Generator AC Ada 2 tipe mesin AC yaitu Mesin Sinkron arus medan magnet disuplai oleh sumber daya DC yang terpisah Mesin Induksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan ditemukannya Generator Sinkron atau Alternator, telah memberikan. digunakan yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan ditemukannya Generator Sinkron atau Alternator, telah memberikan. digunakan yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generator Sinkron merupakan mesin listrik yang mengubah energi mekanis berupa putaran menjadi energi listrik. Energi mekanis diberikan oleh penggerak mulanya. Sedangkan

Lebih terperinci

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan. MESIN ASINKRON A. MOTOR LISTRIK Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC berbasis metrik (milimeter),

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Generator Pengujian ini dilakukan untuk dapat memastikan generator bekerja dengan semestinya. pengujian ini akan dilakukan pada keluaran yang dihasilakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Generator Generator adalah salah satu jenis mesin listrik yang digunakan sebagai alat pembangkit energi listrik dengan cara menkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik.

Lebih terperinci

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah Modul 3 Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah 3.1 Definisi Motor Arus Searah Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah menjadi tenaga listrik arus

Lebih terperinci

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan M O T O R D C Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut Ac Shunt Motor. Motor

Lebih terperinci

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni 2014

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni 2014 ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH BEBAN SEIMBANG DAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR TIGA FASA Yuliana Tanjung [1], A. Rachman Hasibuan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Generator fluks radial yang telah dirancang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan dan perakitan alat. Pada stator terdapat enam buah kumparan dengan lilitan sebanyak 650 lilitan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: generator dc, arus medan dan tegangan terminal. 1. Pendahuluan

ABSTRAK. Kata Kunci: generator dc, arus medan dan tegangan terminal. 1. Pendahuluan ANALISIS PENGARUH BEBAN TERHADAP KARAKTERISTIK DAN EFISIENSI GENERATOR ARUS SEARAH PENGUATAN KOMPON KUMULATIF DAN KOMPON DIFERENSIAL (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) Syahrizal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 57 Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Isdiyarto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan banyak keuntungan seperti bersahabat dengan lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor DC Motor DC adalah suatu mesin yang mengubah energi listrik arus searah (energi lisrik DC) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor. [1] Pada dasarnya, motor

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

MODUL III SCD U-Telkom. Generator DC & AC

MODUL III SCD U-Telkom. Generator DC & AC MODUL III SCD U-Telkom 2013 Generator DC & AC Pengertian Generator DC Generator DC merupakan sebuah perangkat mesin listrik dinamis yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan

Lebih terperinci

METODE PERLAMBATAN (RETARDATION TEST) DALAM MENENTUKAN RUGI-RUGI DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH

METODE PERLAMBATAN (RETARDATION TEST) DALAM MENENTUKAN RUGI-RUGI DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH METODE PERLAMBATAN (RETARDATION TEST) DALAM MENENTUKAN RUGI-RUGI DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH Lamcan Raya Tamba, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB MOTOR NDUKS SATU PHASA.1. Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Generator sinkron adalah mesin pembangkit listrik yang mengubah energi mekanik sebagai input menjadi energi listrik sebagai output. Tegangan output dari generator sinkron

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON 3 FASA

BAB II GENERATOR SINKRON 3 FASA BAB II GENERATOR SINKRON 3 FASA 2.1 Umum Genetaror sinkron merupakan pembangkit listrik yang banyak digunakan. Oleh sebab itu generator sinkron memegang peranan penting dalam sebuah pusat pembangkit listrik.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan dilaboratorium konversi energi listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik. Penelitian akan dilaksanakan setelah proposal

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi

Lebih terperinci

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1 TOPIK 12 MESIN ARUS SEARAH Suatu mesin listrik (generator atau motor) akan berfungsi bila memiliki: (1) kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet; (2) kumparan jangkar, untuk mengimbaskan ggl pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Generator Sinkron Sebagian besar energi listrik yang dipergunakan oleh konsumen untuk kebutuhan sehari-hari dihasilkan oleh generator sinkron 3 fasa yang ada di pusatpusat tenaga

Lebih terperinci

BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR

BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR 28 BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR 3.1 Karakteristik Generator Sinkron Terdapat dua metode untuk dapat mengetahui karakteristik generator sinkron, yaitu Analisis grafis dan pengukuran

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah ( listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik, dimana tenaga gerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Listrik Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron

Lebih terperinci

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Frekuensi dan Tegangan Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri (421 13 019) Ryan Rezkyandi Saputra (421 13 018) Hardina Hasyim (421 13 017) Jusmawati (421 13 021) Aryo Arjasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perubahan beban terhadap karakteristik generator sinkron 3 fasa PLTG Pauh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perubahan beban terhadap karakteristik generator sinkron 3 fasa PLTG Pauh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Rujukan penelitian yang pernah dilakukan untuk mendukung penulisan skripsi ini antara lain: Sepannur Bandri (2013), melakukan penelitian mengenai analisa pengaruh

Lebih terperinci

KONDISI TRANSIENT 61

KONDISI TRANSIENT 61 KONDISI TRANSIENT 61 NAMEPLATE GENERATOR GENERATOR SET SALES MODEL RATING 1000 KVA 800 KW 0.8 COSΦ 50 HZ CONTINUOUS XXX PRIME STANDBY STANDBY GENERATOR DATA 3 PHASE 12 WIRE XXX WYE DELTA CONNECTION XXX

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya berasal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator adalah

BAB II DASAR TEORI. Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator adalah BAB II DAAR TEORI 2.1. Generator inkron Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mengkonversi energi mekanik (gerak) menjadi energi listrik

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) Makruf Abdul Hamid,Panusur S M L Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Umum Untuk menganalisa kegagalan pengasutan pada motor induksi 3 fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung ( visual ) terhadap motor induksi

Lebih terperinci

MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz. M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi

MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz. M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi TEKNO, Vol : 19 Maret 2013, ISSN : 1693-8739 MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi Abstrak : Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik Nama : Gede Teguh Pradnyana Yoga NIM : 1504405031 No Absen/ Kelas : 15 / B MK : Teknik Tenaga Listrik PRINSIP KERJA MOTOR A. Pengertian Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA.1 UMUM Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi

Lebih terperinci

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 SYNCHRONOUS GENERATOR Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 1 Kelompok 7: Ainur Rofiq (0706199022) Rudy Triandi (0706199874) Reza Perkasa Alamsyah (0806366296) Riza Tamridho (0806366320) 2 TUJUAN

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA 2.1 Umum Motor listrik merupakan beban listrik yang paling banyak digunakan di dunia, motor induksi tiga fasa adalah suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik menjadi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TEGANGAN TERMINAL GENERATOR SINKRON TERHADAP PERUBAHAN ARUS DAN FAKTOR DAYA BEBAN

PENGENDALIAN TEGANGAN TERMINAL GENERATOR SINKRON TERHADAP PERUBAHAN ARUS DAN FAKTOR DAYA BEBAN PENGENDALIAN TEGANGAN TERMINAL GENERATOR SINKRON TERHADAP PERUBAHAN ARUS DAN FAKTOR DAYA BEBAN ( APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT-USU ) O L E H NAMA : ELMAN FAERI LASE NIM : 070422007

Lebih terperinci

JENIS-JENIS GENERATOR ARUS SEARAH

JENIS-JENIS GENERATOR ARUS SEARAH JENISJENIS GENERATOR ARUS SEARAH Medan magnet pada generator dapat dibangkitkan dengan dua cara yaitu : dengan magnet permanen dengan magnet remanen Generator listrik dengan magnet permanen sering juga

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Bagian 9: Motor Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Outline Pendahuluan Konstruksi Kondisi Starting Rangkaian Ekivalen dan Diagram Fasor Rangkaian

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang hampir sama dengan komponen mesin-mesin lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat konversi energi mekanis

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI

BAB II MOTOR INDUKSI BAB II MOTOR INDUKSI 2.1 Umum Motor-motor listrik pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu atau membantu manusia dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari, terutama

Lebih terperinci

Kata Kunci: motor DC, rugi-rugi. 1. Pendahuluan. 2. Rugi-Rugi Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt ABSTRAK

Kata Kunci: motor DC, rugi-rugi. 1. Pendahuluan. 2. Rugi-Rugi Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN KUTUB BANTU PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SERI DAN SHUNT UNTUK MEMPERKECIL RUGIRUGI (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FTUSU) Al Magrizi Fahni, Syamsul Amien Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci