BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan informasi yang lengkap dalam sebuah layanan kesehatan sangatlah penting. Berbagai layanan kesehatan memiliki keberagaman jenis informasi yang saling mendukung namun masih tersebar pada layanan yang tidak saling berhubungan. Informasi yang lengkap dapat mendukung pengambilan keputusan yang tepat, cepat dan aman. Tingkat keberhasilan sebuah layanan dapat diukur melalui keberhasilan memenuhi kebutuhan organisasi dan pengguna layanan, sehingga informasi yang lengkap sudah merupakan kebutuhan layanan kesehatan. Pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 192/MENKES/SK/VI/2012 telah merancang sebuah solusi integratif tentang Roadmap Rencana Penguatan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia. Integrasi dan standarisasi data kesehatan merupakan bagian penting dari roadmap tersebut. Di dalam roadmap tersebut mencakup pembangunan Bank Data Kesehatan Nasional sebagai data warehouse dan pengembangan aplikasi sistem terintegrasi yang interoperable. Pada misi ke-empat roadmap tersebut disebutkan perlunya meningkatkan pengelolaan data kesehatan yang meliputi pengumpulan, penyimpanan, analisis data serta diseminasi informasi. Hal ini membutuhkan usaha-usaha integrasi mulai dari lingkup terkecil. Namun integrasi data kesehatan di Indonesia masih mengalami kesulitan karena belum tersedianya standar komunikasi data secara nasional. Proses menuju Roadmap Penguatan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia harus dimulai dari penyedia layanan kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat. Langkah-langkah integrasi diperlukan sebagai persiapan dan penguatan secara internal. Sementara itu keberadaan berbagai macam penyedia layanan kesehatan baik publik maupun privat menyebabkan keberagaman pengelolaan informasi.

2 Perbedaan tersebut terjadi dalam beberapa dimensi seperti lingkup (dari puskesmas sampai rumah sakit besar), letak geografis (pedesaan, kota kecil, kota besar), kelompok profesi (dokter, perawat, bidan, analis) stakeholder (pasien, penyedia layanan, rekanan, perusahaan asuransi) serta spesialisasi (laboratorium, kardiologi, neurologi, radiologi) [1]. Perbedaan dimensi informasi tersebut menyebabkan implementasi sistem informasi menjadi beragam. Misalkan rumah sakit sebagai layanan kesehatan yang cukup kompleks, masih banyak memiliki sistem informasi elektronik yang terpisah untuk penanganan data rekam medis seperti data poliklinik, laboratorium, radiologi, farmasi. Keterpisahan ini seringkali dapat mengurangi unjuk kerja dan produktivitas organisasi [2]. Monteiro (2003) menjelaskan bahwa kompleksitas antar sistem informasi yang ada, dalam banyak kasus terjadi karena sistem-sistem memiliki struktur yang kaku dalam hal messaging, interface dan database. Organisasi tidak hanya kumpulan staf-staf dan proses bisnis yang terkoordinasi tetapi juga usaha untuk mengintegrasikan aplikasi organisasi ke dalam sistem yang dapat menghubungkan anggota rantai proses secara bersama-sama melalui data, informasi dan pengetahuan [3]. Teknologi informasi dan sistem informasi telah menjadi enabler dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi organisasi, dengan mengintegrasikan aplikasi bisnis yang berbeda dalam organisasi menuju jaringan dari aplikasi yang fungsional dan dinamis [4]. Hal ini juga terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi yang berada di wilayah kotamadya Surakarta. Rumah sakit tipe A ini memiliki beragam layanan. Pelayanan ini meliputi sejumlah Staf Medis Fungsional/SMF, instalasi dan pelayanan lain. Keragaman layanan dan semakin banyaknya pasien membutuhkan pelayanan yang lebik baik sesuai slogan cepat, tepat, nyaman dan mudah. Keberagaman layanan tersebut mengakibatkan keragaman implementasi sistem informasi [1]. Hal ini menyebabkan RSUD Dr. Moewardi telah beberapa kali mencoba mengimplementasikan sejumlah sistem informasi. Terdapat beberapa sistem informasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta seperti Sistem Informasi Rumah Sakit, Sistem Informasi Laboratorium, Sistem 2

3 Informasi Bank Darah dan lain-lain. Sistem-sistem tersebut digunakan sebagai pendukung pelayanan pasien dan telah bertransformasi menjadi core business organisasi. Sistem-sistem ini berbagi banyak hal yang sama, misalkan data pasien sebagai data primer. Namun pada saat dilakukan penelitian, sistem-sistem tersebut berdiri sendiri-sendiri. Pulau-pulau otomatisasi tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan sistem di dalam organisasi dan bahkan tidak terhubung dengan sistem eksternal, misalkan dengan supplier. Sistem perlu dikembangkan untuk saling bertukar data secara langsung karena semakin banyak fungsi yang diotomasi [5]. Hal ini bertujuan mengurangi kesalahan manusia pada proses entry data. Laboratorium sebagai bagian penunjang dalam rumah sakit memegang peran penting dalam proses penanganan pasien. Data yang kompleks dalam laboratorium memerlukan pengelolaan yang tepat, salah satu solusi adalah dengan penggunaan teknologi informasi. Data demografi pasien, data instrumen diagnostik, data kalibrasi/quality control dan data hasil pemeriksaan perlu dikelola dengan baik. Konektivitas dengan instrumen diagnostik yang mempercepat pengerjaan sampel merupakan satu peran penting Sistem Informasi Laboratorium/Laboratory Information System (LIS). Di sisi lain, kekurangan dari sistem ini adalah data dan hasil pemeriksaan hanya didistribusikan internal laboratorium maupun langsung kepada pasien. Informasi belum dapat terdistribusi secara real-time untuk keperluan divisi-divisi lain dalam rumah sakit seperti ruang keperawatan, bagian keuangan dan lain-lain. Sebagai bagian dari organisasi yang lebih besar yaitu rumah sakit, laboratorium memiliki kewajiban untuk dapat berbagi informasi yang diperlukan oleh stakeholder/bagian-bagian lain seperti bagian manajemen, bagian keuangan, ruang perawatan dan lain-lain. Terkait dengan hal keuangan, laboratorium diharuskan untuk menggunakan Sistem Informasi Rumah Sakit/Hospital Information System (HIS). Sistem ini sudah terhubung dengan bagian-bagian rumah sakit lain sehingga tagihan biaya kesehatan dapat disatukan. Kedua sistem ini, baik LIS maupun HIS, digunakan oleh bagian laboratorium dalam pelayaan 3

4 sehari-hari, walaupun terjadi perulangan dua proses bisnis yaitu pendaftaran pasien dan pengisian hasil. Menurut laporan rekapitulasi hasil pemeriksaan pada tahun 2013, setiap hari Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta melayani rata-rata 600 pasien di laboratorium induk, laboratorium 24 jam dan poli Cendana. Pada level transaksional, LIS telah mempermudah layanan. Hampir seluruh proses, mulai pendaftaran, pengambilan, distribusi dan pengerjaaan sampel dengan instrumen diagnostik telah menggunakan komputer. Permasalahan yang terjadi adalah kebutuhan ketersediaan data digital laboratorium pada sistem dengan cakupan yang lebih besar yaitu HIS untuk informasi hasil pemeriksaan dan sejarah pasien. Informasi ini berfungsi untuk penanganan pasien di ruang keperawatan, pencocokan data keuangan dan keperluan strategis eksekutif. Pada kenyataannya terjadi dua proses yang berjalan bersamaan untuk mengatasi hal tersebut. Pendaftaran dan pengisian hasil dilakukan pada kedua sistem. Keperluan keuangan diatasi dengan melakukan rekap pelaporan keuangan secara manual kemudian dicocokan. Data-data strategis misalkan jumlah pasien per bulan, peta persebaran pasien dan pemeriksaan populer perlu diolah pada LIS, baru diolah lebih lanjut dengan data-data pendukung lain yang tersedia pada HIS. Keadaan ini sering menyebabkan perdebatan karena informasi yang dihasilkan oleh kedua sistem ternyata berbeda. Dalam rangka memberikan dukungan yang lengkap, efisien dan dapat diandalkan, sistem informasi harus diintegrasikan [6]. Integrasi adalah transformasi dari tugas kerja individu menuju tugas kerja yang berurutan yaitu model yang lebih kolektif atau bersama bekerja [1]. Alasan utama integrasi sistem informasi adalah transformasi dalam organisasi bisnis untuk merampingkan dan menginterkoneksi value chain atau proses bisnis sebuah layanan [1]. Pergerakan data antara sistem harus lebih efisien dengan tetap melibatkan interaksi antar manusia serta interaksi antara manusia dan komputer [7]. Hal ini sebagai upaya menghapus operasi berlebihan, memilah ambiguitas dan mengurangi overhead administration. Hammer (1996) 4

5 mengemukakan model logika bisnis ini dalam teori Business Process Reengineering. Kebutuhan untuk integrasi data diperlukan oleh manajemen laboratorium dan rumah sakit untuk memperingkas proses bisnis transaksional, memudahkan manajemen data pemeriksaan dan mendukung Executive Information System. Langkah-langkah ini sangat diperlukan untuk mengurangi inkonsistensi data antar sistem dan penyebaran informasi hasil pemeriksaan melalui satu pintu, baik kepada pasien maupun kepada bagian rumah sakit yang lain. Walaupun di Sistem Informasi Rumah Sakit terdapat fitur untuk laboratorium, namun tidak semua proses bisnis dapat dipenuhi. Saat ini LIS dan HIS belum terhubung. Padahal terdapat kesamaan proses bisnis yang membutuhkan banyak sumber daya. Terjadi perulangan proses yaitu pendaftaran dan pengisian hasil. LIS Pendaftaran Proses Pengisian dan distribusi hasil Proses manajerial pencocokan HIS Pendaftaran Pengisian dan distribusi Sistem Informasi Eksekutif Gambar 1.1 Proses bisnis di laboratorium Pada tingkat transaksional dan manajemen diperlukan sistem yang mengakomodasi pertukaran data. Fungsi utama integrasi sistem ini adalah membagikan data pendaftaran pasien dari HIS menuju ke LIS. Data yang terkirim dapat diproses secara real-time pada LIS dan dilanjutkan dengan proses pencetakan barcode serta worklist. Data kemudian diproses sesuai alur pada laboratorium dan hasil pemeriksaan dikirimkan ke HIS. Pada tingkat top management, data tersebut diolah menjadi informasi untuk mendukung sistem informasi eksekutif. 5

6 Usaha integrasi tentu saja membutuhkan peran serta manusia. Goel (2005) menyebutkan selain peran serta teknologi, diperlukan peran manusia secara sentral untuk menuju ke sistem yang terintegrasi. Mykanen (2004) berpendapat secara alamiah proyek integrasi membutuhkan kemampuan negosiasi untuk memperoleh kesepakatan dalam hal teknis maupun non teknis. Hal ini terjadi karena kebutuhan stakeholder yang bermacam-macam dan peran manajemen yang sangat sentral. Kemampuan yang berbeda antara berbagai macam partisipan (petugas administrasi, profesi kesehatan, ahli teknologi informasi) harus diakomodasi. Setelah komitmen di tingkat manajemen, partisipan harus memperoleh kesepakatan dalam hal kebutuhan sistem, sumber daya dan jadwal proyek. Lee dan Lee (2000) juga berpendapat bahwa untuk mencapai fleksibilitas dan kelincahan sistem, maka usaha integrasi memerlukan aspek teknis dan aspek perilaku. Mengintegrasikan perangkat lunak dan keras hanyalah salah satu aspek. Tantangan terbesar adalah integrasi perilaku pelaku proses bisnis. Distribusi ulang peran dan tanggung jawab antara anggota dapat membahayakan organisasi bila tidak dikelola dengan baik. Integrasi harus memberikan keuntungan bagi setiap partisipan dan membawa keuntungan bagi organisasi seperti efisiensi biaya dan sumber daya, serta peningkatan penggunaan [8]. Pekembangan sistem informasi elektronik dimulai dari penggunaan dumb terminal pada mainframe, arsitektur client server, sampai teknologi web serta penggunaan perangkat bergerak. Kebutuhan informasi yang semakin lengkap menyebabkan metode pendekatan integrasi sistem informasi turut berkembang. Beberapa pendekatan yang digunakan dalam integrasi sistem informasi adalah Enterprise Resource Planning/ERP, Service Oriented Architecture/SOA, Enterprise Application Integration/EAI dan lain lain. Pendekatan integrasi SOA dengan web service merupakan teknologi terkini dan sangat populer, namum sistem informasi di RSUD DR. Moewardi, keduanya menggunakan arsiktektur client/server sehingga penggunaan teknologi web dapat meningkatkan waktu pengembangan sistem. ERP yang bersifat sentralisasi dan bottom-up kurang cocok dengan kondisi penelitian yang memiliki proses bisnis yang terdesentralisasi. 6

7 Kondisi tersebut sesuai dengan pendekatan Enterprise Application Integration (EAI) yang bersifat eksternalisasi dan bersifat top-down. Menurut Themistocleous, Irani dan Love (2002) perkembangan teknologi ini menggabungkan teknologi integrasi tradisional (misalnya middleware yang berorientasi pada basis data) dengan teknologi EAI baru (misalnya adapter, message broker dan file transfer). Penggunaan tipe integrasi yang akan digunakan memerlukan pendalaman kondisi yang melibatkan kebutuhan semua stakeholder. Dengan demikian hasil integrasi dapat mendukung data, objek, proses penggabungan dan pengembangan sistem informasi kesehatan. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana melakukan integrasi Sistem Informasi Laboratorium sebagai bagian dari Sistem Informasi Rumah Sakit menggunakan Enterprise Application Integration di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 1.3 Keaslian Penelitian Beberapa referensi penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan keaslian penelitian ini. Hall Haris (2004) menuliskan bahwa integrasi HIS dan LIS telah difasilitasi dengan bermacam-macam standar. Pada sistem yang menggunakan LOINC (Logical Observations, Identifiers, Names and Codes), standar yang sering digunakan adalah HL7/Health Level 7. Strategi yang digunakan dalam integrasi ini adalah menggunakan interface engine antara HIS dan LIS sebagai penerjemah antar sistem. Engine ini didesain untuk menyalurkan informasi secara bi-directional. Benuriadi (2012) di Rumah Sakit Umum Daerah Praya Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat melakukan penelitian tentang pengembangan sistem informasi laboratorium klinik pendukung kegiatan pelayanan laboratorium di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan stakeholder yaitu untuk manajemen rumah sakit, teknisi laboratorium, dokter, kepala ruang rawat inap dan kebutuhan informasi bagi pasien. 7

8 Wirawan (2007) melakukan penelitian yang bertujuan untuk melakukan analisis kelayakan implementasi Enterprise Resource Planning/ERP di Rumah Sakit Umum Daerah Tirtonegoro Klaten. Peneliti mengamati layanan pada banyak departemen dengan proses bisnis yang kompleks. Setiap departemen membutuhkan data dari departemen lain. Proses bisnis dipelajari untuk menganalisis faktor-faktor efektivitas, efisiensi, serta kecepatan pertukaran data. Peneliti juga mengumpulkan informasi dan mendaftar kemungkinan untuk penerapan ERP. Sumanti (2008) meneliti tentang interoperabilitas dalam integrasi data pemerintahan pada Dinas Kesehatan dan Kependudukan Kota Mataram. Peneliti merancang model broker menggunakan web service untuk menyelesaikan masalah pada sistem terintegrasi, sehingga data dapat diakses dan dipergunakan oleh beragam aplikasi. Fasilitas layanan web yang tersedia di kedua platform tersebut mengijinkan sistem saling berhubungan dengan sistem lain dalam model broker pada framework interoperabilitas. Web services menggunakan Extensible Markup Language/XML, Simple Object Access Protocol/SOAP dan Web Services Description Language/WSDL. Hasil yang diperoleh adalah model broker yang mampu menyimpan data medis ke basis data terpusat melalui klien lokal. Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana layanan kesehatan di rumah sakit dapat ditingkatkan melalui integrasi beberapa sistem yang ada di dalamnya, dalam hal ini adalah Sistem Informasi Laboratorium dan Sistem Informasi Rumah Sakit dengan menggunakan Enterprise Application Integration. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mengintegrasikan layanan Sistem Informasi Laboratorium ke dalam Sistem Informasi Rumah Sakit dengan menggunakan pendekatan Enterprise Application Integration. 1.5 Manfaat Penelitian Laboratorium sebagai salah satu pendukung dan penyumbang pendapatan sebuah layanan diharapkan dapat memberikan layanan yang lebih baik, efektif dan 8

9 efisien serta memiliki keterhubungan dengan Sistem Informasi Rumah Sakit. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: a. diperolehnya solusi untuk ketersediaan informasi pasien, informasi permintaan dan hasil pemeriksaan pada kedua sistem yang terpisah. Solusi ini sekaligus mengurangi perulangan bisnis proses yang sama yaitu pendaftaran, pengisian dan distribusi hasil. b. pemanfaatan penggunaan Enterprise Application Integration di bidang medis. c. diperolehnya referensi bagi perkembangan penelitian selanjutnya, khususnya di bidang data rekam medis. 9