MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XIII/2015

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN AHLI PIHAK TERKAIT (AAI) DAN KETERANGAN PIHAK TERKAIT (KONGRES ADVOKAT INDONESIA [KAI]) (VIII) J A K A R T A RABU, 29 JULI 2015

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Ikhwan Fahrojih 2. Aris Budi Cahyono 3. Muadzim Bisri ACARA Mendengarkan Keterangan Ahli Pihak Terkait (AAI) dan Keterangan Pihak Terkait (Kongres Advokat Indonesia [KAI]) (VIII) Rabu, 29 Juli 2015 Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Arief Hidayat (Ketua) 2) Anwar Usman (Anggota) 3) I Dewa Gede Palguna (Anggota) 4) Wahiduddin Adams (Anggota) 5) Aswanto (Anggota) 6) Patrialis Akbar (Anggota) 7) Suhartoyo (Anggota) 8) Manahan MP Sitompul (Anggota) Hani Adhani Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Ikhwan Fahrojih B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Suyanto C. Pemerintah: 1. Jaya 2. Tri Rahmanto 3. Liana Sari 4. Heni Susila Wardoyo D. Pihak Terkait: 1. Sholeh Ali (AAI) 2. Sutrisno (Ikadin) 3. Happy SP Sihombing (Peradi) 4. Harlen Sinaga (Peradi) 5. Indra Sahnun Lubis (KAI) 6. Rahmat Arta (KAI) ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: ARIEF HIDAYAT Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang dalam Perkara Nomor 32/PUU- XIII/2015 dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum. Pemohon, yang hadir? 2. KUASA HUKUM PEMOHON: IKHWAN FAHROJIH Terima kasih, Yang Mulia. Saya Ikhwan Fahrojih, Pemohon. Dan di samping kanan saya, Suyanto, Kuasa Pemohon. Terima kasih, Yang Mulia. 3. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, terima kasih. Dari Pemerintah yang mewakili Presiden, yang hadir siapa? 4. PEMERINTAH: JAYA Terima kasih, Yang Mulia. Dari Pemerintah hadir dari Kementerian Hukum dan HAM. 5. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Pihak Terkait Peradi, hadir? 6. PIHAK TERKAIT (PERADI): HAPPY SP SIHOMBING Terima kasih, Yang Mulia. Kami dari Kuasa Hukum Peradi, saya Happy SP Sihombing. 7. PIHAK TERKAIT (PERADI): HARLEN SINAGA Dan satu orang lagi, Harlen Sinaga, Yang Mulia. 8. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Pihak Terkait AAI? KETUK PALU 3X 1

5 9. PIHAK TERKAIT (AAI): SHOLEH ALI Yang Mulia, saya Sholeh Ali, Pihak Terkait AAI. 10. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Pihak Terkait dari IKADIN? 11. PIHAK TERKAIT (IKADIN): SUTRISNO Yang Mulia, saya Sutrisno dari Pihak Terkait IKADIN. 12. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Kemudian ada KAI, ya, yang belum? Pihak Terkait KAI? Silakan. 13. PIHAK TERKAIT (KAI): INDRA SAHNUN LUBIS Saya Indra Shanun Lubis dari Kongres Advokat Indonesia. 14. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Agenda kita pada siang hari ini, persidangan kali ini sebenarnya ada dua, mendengarkan keterangan ahli dari AAI, tapi sampai siang ini tidak bisa menghadirkan ahli padahal sebenarnya sudah kita tunggu dari persidangan yang lalu, jadi hanya ada satu, agendanya adalah mendengarkan keterangan dari Pihak Terkait dari KAI. Saya persilakan untuk memberikan keterangannya, Pak Indra, atau siapa? Silakan di mimbar. 15. PIHAK TERKAIT (KAI): INDRA SAHNUN LUBIS Saya wakilkan dengan asisten saya. 16. KETUA: ARIEF HIDAYAT Silakan. 17. PIHAK TERKAIT (KAI): RAHMAT ARTA Jakarta, 29 Juli Kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, dalam Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 32/PUU-XIII/2015. Dengan hormat, perkenankan kami yang bertanda tangan di bawah ini, Advokat H. Indra 2

6 Sanun Lubis S.H. dalam hal ini bertindak selaku presiden dari Kongres Advokat Indonesia berdasarkan akta nomor 39 tanggal 17 September 2014 yang dibuat di hadapan Makmur Tri Darma S.H. Notaris di Jakarta. Dengan ini hendak memberikan keterangan sebagai Pihak Terkait di dalam Perkara Pengujian Undang-Undang dengan register Nomor 32/PUU-XIII/2015. Keterangan tertulis dari kami selaku Pihak Terkait di dalam perkara a quo disampaikan bukan guna memberikan dukungan permohonan yang diajukan oleh Pemohon, namun lebih pada guna memberikan keterangan-keterangan yang sesuai dengan fakta hukum yang ada terkait dengan organisasi advokat sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat yang dilakukan pengujian di dalam perkara a quo pada faktanya hingga saat ini belumlah terbentuk. Adapun keterangan-ketarangan dari kami selaku Pihak Terkait adalah sebagai berikut. 1. Organisasi advokat sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat selanjutnya disebut Undang-Undang Advokat, belumlah terbentuk hingga saat ini. Bahwa fakta hukum belum terbentuknya organisasi advokat sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat. Secara eksplisit dan gamblang tercantum di dalam Amar Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 101/PUU- VII/2009, tanggal 30 Desember 2009, selanjutnya disebut Putusan Mahkamah Konstitusi 101 yang secara nyata dan tegas dinyatakan secara de facto organisasi advokat yang ada di adalah Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) dan Kongres Advokat Indonesia (KAI). Quod non, apabila Pihak Terkait menganggap bahwa Peradi adalah organisasi advokat tunggal secara de jure, perlu kami pertanyakan dasar hukum peraturan perundang-undangan atau pertimbangan hukum manakah yang dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa Peradi adalah organisasi advokat sebagaimana dimaksud Pasal 28 Undang-Undang Advokat. Sehingga kita dengan ini sampai kepada titik logis yang amat mudah dipahami dan dicerna yang pada hakikatnya dapat disimpulkan bahwa secara de facto organisasi advokat yang ada adalah Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) dan Kongres Advokat Indonesia (KAI). Secara de jure belum terbentuknya organisasi advokat sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat sebagaimana dimaksud di dalam Putusan Mahkamah Konstitusi 101. Hal tersebut juga terlihat di dalam pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Di dalam Putusan Mahkamah Konstitusi 101 halaman 35 huruf f yang kutipannya sebagai berikut. Bahwa penyelenggaraan sidang terbuka pengadilan tinggi untuk mengambil sumpah bagi para advokat sebelum menjalankan profesinya sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Advokat merupakan kewajiban atributif yang 3

7 diperintahkan oleh undang-undang, sehingga tidak ada alasan untuk tidak menyelenggarakannya. Namun demikian, Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat juga mengamanatkan adanya organisasi advokat yang merupakan satu-satunya wadah profesi advokat. Sehingga para advokat dan organisasi-organisasi advokat yang saat ini secara de facto ada, yaitu Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) dan Kongres Advokat Indonesia (KAI) harus mengupayakan terwujudnya organisasi advokat sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat. Sehingga, berdasarkan pertimbangan hukum tersebut, dapat secara tegas disimpulkan memang bahwasanya organisasi advokat sebagai wadah satusatunya profesi advokat sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat tersebut belumlah terbentuk pada saat dikeluarkannya Putusan MK 101 dan hingga saat ini. 2. Perintah Mahkamah Konstitusi terhadap Peradi dan KAI untuk mengupayakan terbentuknya organisasi advokat sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat tidak pernah dilakukan dan dilaksanakan baik oleh Peradi dan KAI dan juga tidak pernah diselesaikan melalui peradilan umum. Bahwa Mahkamah Konstitusi di dalam amar Putusan MK 101 telah menyatakan secara tegas bahwa apabila setelah jangka waktu dua tahun organisasi advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) Undang- Undang Advokat belum juga terbentuk, maka perselisihan tentang organisasi advokat yang sah diselesaikan melalui peradilan umum. Pada faktanya hingga saat ini, perintah dari Mahkamah Konstitusi yang dalam hal ini turut membantu untuk mewujudkan organisasi advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) Undang- Undang Advokat tidak pernah dilaksanakan oleh kedua belah pihak, baik itu oleh Peradi dan KAI. Sehingga dengan demikian sudah sangat jelas hingga saat ini pun organisasi advokat sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Advokat tersebut juga belumlah terbentuk. 3. Tidak ada putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan Peradi adalah sebagai organisasi advokat tunggal sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang Advokat. Bahwa sebagaimana dapat dilihat dari keterangan-keterangan yang telah disampaikan oleh pihak pemerintah dan Pihak-Pihak Terkait lainnya di dalam perkara a quo yang seolah-olah, baik secara langsung dan tidak langsung menyatakan bahwa Peradi adalah merupakan organisasi advokat sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang Advokat dengan mendasarkan terhadap putusan-putusan Mahkamah sebelumnya adalah hal yang sangat tidak berdasarkan hukum. Bahwa pada faktanya tidak ada satu pun amar putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan Peradi adalah sebagai organisasi advokat sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang Advokat, terkecuali yaitu Putusan 4

8 Mahkamah Konstitusi MK 101 yang merupakan satu-satunya putusan Mahkamah yang menyebutkan bahwa organisasi advokat yang ada secara de facto adalah Peradi dan KAI. Dan sekaligus menerangkan bahwa organisasi advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat tersebut belumlah terbentuk atau terwujud hingga saat ini. Bahwasanya sesuai dengan pada asasnya, Mahkamah Konstitusi selalu dapat melakukan evaluasi terhadap relevansi dan validitas putusan-putusan sebelumnya yang telah dikeluarkan, sehingga sudah sesuai dengan hukum. Jika di dalam pemeriksaan perkara a quo, Putusan MK 101 yang juga merupakan sumber hukum yang setara dengan undang-undang dan merupakan putusan akhir yang bersifat final dan binding mempunyai kekuatan hukum mengikat dan final, serta wajib dipatuhi dan ditaati, serta dijalankan oleh para Pihak Terkait, tetap dipergunakan sebagai bentuk pertimbangan di dalam memutus perkara a quo. Khususnya perihal mengenai organisasi advokat sebagaimana yang dimaksud di dalam Undang-Undang Advokat tersebut belumlah terbentuk hingga saat ini dan Putusan MK 101 tersebut juga belum pernah dilaksanakan, baik oleh Peradi dan KAI. 4. Penandatanganan piagam perdamaian antara Peradi dan KAI di Mahkamah Agung Republik Indonesia pada tanggal 24 Juni 2010 adalah bukan merupakan bentuk pelaksanaan pembentukan organisasi advokat sebagaimana diperintahkan di dalam Putusan MK 101. Bahwa sebagaimana diketahui pada faktanya perdamaian antara Peradi dan KAI yang pada awalnya memang ditujukan guna membentuk organisasi advokat sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat pada akhirnya menjadi tidak sesuai dengan tujuan awalnya. Dimana secara tiba-tiba tujuan awal tersebut berbelok menjadi bentuk pengakuan dari KAI yang dipaksakan terhadap eksistensi Peradi sebagaimana organisasi advokat sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang- Undang Advokat. Dan hal tersebut tidak sesuai dengan perintah yang diamanatkan oleh Mahkamah Konstitusi di dalam Putusan MK 101. Bahwa KAI telah secara langsung berkeberatan atas piagam perdamaian tersebut. Hal tersebut terlihat dengan langsung dicoretnya kata-kata Peradi pada saat penandatanganan tersebut. Namun, hal tersebut tetap tidak diindahkan dan justru dipergunakan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk mengakui eksistensi Peradi sebagai organisasi advokat sebagaimana dimaksud Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat. Bahwa asli dokumen dari piagam perdamaian tersebut pun tidak pernah diberikan kepada kami, KAI dan KAI pun telah mengirimkan surat keberatannya atas piagam perdamaian tersebut secara langsung kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia, sehingga jika masih dinyatakan bahwa antara Peradi dan KAI telah sepakat dan berdamai mengakui Peradi adalah 5

9 sebagai organisasi advokat sebagaimana dimaksud Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat adalah hal yang tidak benar dan mengadaada. Berdasarkan hal tersebut, jika dikaitkan dengan keterangan yang telah diberikan oleh Peradi melalui Saudara Viator Harlen Sinaga yang tercatat pada risalah persidangan perkara a quo pada hari Selasa, tanggal 19 Mei 2015, pada halaman 19, butir 25 yang menyatakan dari pihak KAI tidak bersedia untuk menjadi pengurus di Peradi terkait dengan penandatanganan piagam perdamaian tersebut dan itu merupakan bentuk kesepakatan antara Peradi dan KAI yang melengkapi soal penyumpahan advokat harus dilakukan melalui Peradi adalah keterangan yang tidak sesuai dengan fakta dan keadaan sebenarnya. Oleh dan karenanya melalui sidang perkara a quo perlu diluruskan dari kami selaku Kongres Advokat Indonesia. Kesimpulan. Dengan berdasarkan segala uraian fakta di atas, dengan ini dapat disimpulkan secara tegas hal-hal sebagai berikut. 1. Organisasi advokat sebagaimana termasuk pada Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat belumlah terbentuk hingga saat ini karena perintah pembentukan organisasi advokat sebagaimana termasuk di dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 101 tersebut tidak pernah dilaksanakan baik oleh Peradi dan KAI. 2. Organisasi advokat yang diakui secara de facto ada oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah Peradi dan KAI sebagaimana berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 101 tetap harus dijadikan pertimbangan di dalam perkara a quo, khususnya perihal bahwa organisasi advokat sebagaimana termasuk pada Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Advokat belumlah terbentuk hingga saat ini. 4. Tidak ada perdamaian atau pun bentuk pengakuan dari Kongres Advokat Indonesia mengenai eksistensi Peradi sebagai organisasi advokat sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 28 ayat (1) Undang- Undang Advokat. Demikian keterangan tertulis ini kami sampaikan dan semoga dapat memberikan pencerahan kepada seluruh pihak terkait di dalam perkara a quo, dan untuk dapat dipergunakan sebagai pertimbangan oleh Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia di dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pengujian undang-undang ini. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Hormat, H. Indra Sahnun Lubis, S.H. Presiden Kongres Advokat Indonesia. Terima kasih. 18. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih. Silakan duduk kembali. Silakan. 6

10 19. PIHAK TERKAIT (KAI): INDRA SAHNUN LUBIS Ada yang ingin ( ) 20. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ada tambahan, Pak Indra? 21. PIHAK TERKAIT (KAI): INDRA SAHNUN LUBIS Ada yang saya tambahkan. 22. KETUA: ARIEF HIDAYAT Silakan. Di tempat duduk juga boleh. Silakan 23. PIHAK TERKAIT (KAI): INDRA SAHNUN LUBIS Jadi begini, Majelis Yang Terhormat. Saya singkat saja. Oleh karena tidak dijalankan apa yang disebut di dalam Undang-Undang Advokat Pasal 28 bahwa wadah tunggal. Untuk itu kita diskusi dengan Ketua Mahkamah Agung, yaitu Pak Harifin Tumpa. Dalam diskusi, intinya kita ingin wadah tunggal. Ketua Mahkamah Agung setuju sekali. Kalau begitu, mari kita mulai. Dibentuklah satu panitia, panitia itu untuk mewujudkan munas advokat. Jadi, kata Ketua Mahkamah Agung, Cobalah kalian berembuk. Tim dari Kongres Advokat Indonesia misalnya ditunjuk berapa orang. Tim dari Peradi berapa orang. Jadi, kita sepakati waktu itu 15, 15. Jadi, 30 orang. Cobalah kalian bertemu. Sebulan sekali kita kita evaluasi apa pertemuan hasilnya. Pulang dari Mahkamah Agung, kita rapatlah, bertemu. Kita bertemu sampai selesai apa konsep daripada musyawarah nasional advokat. Lebih-kurang tiga bulan sudah adalah konsep yang diinginkan oleh KAI dan Peradi. Pada waktu itu kami sepakat besok kita laporkan sama Ketua Mahkamah Agung. Tau-taunya ( ) 24. KETUA: ARIEF HIDAYAT Di samping, di samping kena itu. Ya, oke. 25. PIHAK TERKAIT (KAI): INDRA SAHNUN LUBIS Sudah, sudah. 7

11 26. KETUA: ARIEF HIDAYAT Sudah, sudah cukup. 27. PIHAK TERKAIT (KAI): INDRA SAHNUN LUBIS Tiba-tiba, Ketua Peradi menginformasikan sama saya bahwa hasil pertemuan apa namanya (suara tidak terdengar jelas), ya. Pertemuan (suara tidak terdengar jelas) yang tiga bulan sudah kita kerjakan itu dibatalkan. Kata si Otto Ketua Peradi. Dengan alasan 15 orang yang ditunjuk itu, Orang yang tidak seizin saya, dia katakan. Tidak seizin saya dan dia itu orang yang tidak berkualitas. Itulah yang ditunjukan kepada KAI dan Peradi. Peradi waktu itu dipimpin oleh Deni Kalimang. Sehabis itu saya menghadap ketua Mahkamah Agung, kata Ketua Mahkamah Agung, Sudahlah, kalau kalian tidak bisa merumuskannya, kita putuskan saja minggu depan akan kita lantik wadah tunggal itu. Ya, saya pikir oke-oke saja, apakah kedua belah pihak yang dilibatkan menjadi organisasi tunggal. Datanglah dari seluruh Indonesia, ketua PT seluruh Indonesia, penjabat tinggi negara kita yang terkait, dan saya juga begitu. Tahu-tahu kita dapat masukan bahwa wadah tunggal itu adalah Peradi. Terus kita ribut dengan ketua Mahkamah Agung, Mahkamah Agung kok kayak gini? Ah, ini kan cuma piagam saja. Piagam tidak piagam kan menjurus ke arah wadah tunggal ini, Pak. Sempat saya ribut dengan ketua Mahkamah Agung di ruang ketua, di hadapan pejabat negara maupun hakim-hakim tinggi apa... ketua-ketua muda Mahkamah Agung. Saya enggak setuju, Pak, kalau begini saya tidak setuju. Ya, sudahlah turun saja kita, ya sudah waktunya habis. Okelah, saya juga tidak mau mempermalukan KAI di seluruh pejabat negara, seluruh ketua PT se-indonesia, saya ikut turun mensahkan daripada apa yang diinginkan wadah tunggal itu. Kita turun, semua sudah pada hadir, acara daripada penandatanganan, dimulailah yang tanda tangan duluan ketua Peradi maupun sekjen, habis itu saya dan sekjen saya. Saya baca wadah tunggal itu adalah Peradi, saya enggak setuju dong, saya coret itu, Pak, itu Peradi ini saya coret, yang ada hanya wadah tunggal. Sudah saya coret, baru ditandatangani terakhir oleh ketua Mahkamah Agung. Berarti yang ditandatangani ketua Mahkamah Agung adalah bukan seperti wadah tunggal itu Peradi. Sudah selesai, ya, saya tidak tahu selanjutnya, tidak dikasih kepada kita yang saya tanda tangani itu. Saya dengar ketua Peradi si Otto masuk ke bagian administrasi mencoret juga... eh, dibuatnya lagi yang baru 8

12 dengan tanda tangan. Jadi kan yang sah apa yang ditandatangani di depan forum itu. Nah, di situlah ributnya kita, Pak. Kan sebaiknya bagus sekali kalau cita-cita wadah tunggal itu kita munas, apa sih yang mau dikejar? Tapi Otto berperan terus mendekati ketua Mahkamah Agung, Mahkamah Agung tidak dekat sama kita, (suara tidak terdengar jelas) pada waktu itu. Nah, itulah yang terjadi. Kalau begitu saya harap sekalilah, terus keluar lagi putusan Mahkamah Konstitusi... eh, 101, jadi saya mengharapkan apa yang diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi, bisa dieksekusi apa tidak? Ternyata sekarang masih belum selesai juga. Itulah harapan saya, kami organisasi advokat maupun advokat, kita ingin bersatulah supaya kita bersatu kuat, segala perbuatan pemerintah yang bertentangan dengan undang-undang bisa kita kawal, bisa kita kecam apabila bertentangan dengan undang-undang. Itulah harapan kami, Pak, di Mahkamah Konstitusi ini. 28. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, ya, cukup ya? 29. PIHAK TERKAIT (KAI): INDRA SAHNUN LUBIS Dan assalamualaikum wr. wb. 30. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb. Berikutnya dari meja Hakim ada yang akan dimasalahkan? Pak Patrialis, Yang Mulia, silakan. 31. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Terima kasih, Pak Ketua. Saya ingin memperdalam sedikit apa yang disampaikan oleh Pak Indra Sahnun Lubis, ya. Pada saat peresmian wadah tunggal yang dimaksudkan tadi tanpa nama, tapi adalah wadah tunggal organsasi advokat. Waktu peresmian itu apakah juga sudah tersusun pengurusnya dan diumumkan atau tidak? Kemudian apakah juga sudah ada anggaran dasar anggaran rumah tangga dari wadah tunggal itu? Dan apakah ada juga pembicaraan bahwa tentang masalah pengurus anggaran dasar anggaran rumah tangga bagaimana selanjutnya, tolong dijelaskan, supaya ada suatu gambaran. Kemudian peresmian pada waktu itu sesungguhnya itu untuk apa? Ini sangat substantif, coba dijelaskan. 9

13 32. KETUA: ARIEF HIDAYAT Ya, sebelumnya Pak Indra. Ada yang lain lagi? Cukup. Ya, kalau cukup, silakan Pak Indra. 33. PIHAK TERKAIT (KAI): INDRA SAHNUN LUBIS Jadi begini, Pak. Tidak ada sama sekali dibicarakan masalah kepengurusan, tidak ada. Jadi, tidak ada anggaran dasar, AD/ART tidak ada, pengurus tidak ada. Diresmikan saja wadah tunggal itu adalah Peradi. Itukah yang saya keberatan, saya coret di muka di depan di depan Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Agung tidak ada keberatan, tidak ada melarang. Tahu-tahu belakang-belakangan, seminggu kemudian dibuat susunan pengurus. Diumumkan, kita tidak masuk sama sekali di situ. Kan enggak benar, Pak. Jadi, sebenarnya, Pak, kalau dipikir-pikir, Organisasi Advokat Peradi pada waktu itu bukanlah ingin berperan menyatukan organisasi menjadi satu visi, enggak ada, yang hanya mengejar ujian advokat, lomba banyak. Jadi, hanya menarik advokat untuk masuk ke masingmasing organisasi advokat. Mengejar uang, enggak ada motivasi lain, mengejar uang saja cuma. Kita juga buat, mereka buat. Kita dihalangi dengan alasan Berita Acara sumpah harus melalui ketua eh, harus di depan ketua pengadilan tinggi lewat Peradi. Ini kan sudah enggak benar. Apa bedanya kita KAI dengan Peradi? Sama-sama membuat ujian advokat, sama-sama mendidik advokat. Berapa ribu yang sudah kita lahirkan advokat? Nah, itulah. Kita tidak disumpah lewat pengadilan tinggi melalui Peradi. Kalau Peradi, semua dipenuhi, diizinkan. Sampai kita buat sumpah sendiri, kita minta, kita jelaskan kepada MUI, Boleh enggak kita melaku sumpah? Boleh. Kata MUI. Siapa tidak sah? Sebab masalah sumpah ini masalah kita dengan Tuhan, bukan masalah organisasi. Itulah yang terjadi sampai saat ini. Makanya, Ketua Mahkamah Agung Harifin Tumpa, disumpahnya orang ribuan advokat. Sekian itu, Pak. Terima kasih. 34. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Pak Wahid, ada? Silakan, Yang Mulia. 35. HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Yang Mulia Ketua, saya ingin minta tambahan dari Pak Indra Sahnun Lubis. Tadi terkait bahwa pada acara penandatanganan tersebut hadir pejabat-pejabat dari Mahkamah Agung dan juga jajaran petinggi. Nah, 10

14 apakah ada yang disebut pejabat-pejabat negara yang lain yang hadir di dalam acara itu? Terima kasih. 36. PIHAK TERKAIT (KAI): INDRA SHANUN LUBIS Jadi, hadir. Hadir, misalnya mewakili Kapolri, Jaksa Agung, Menkumham hadir. Malah pada waktu itu, ada Menkumham menyarankan, Oke, kita buat saja namanya Advokat Indonesia. (Suara tidak terdengar jelas) saya setuju. Jadi, bukan Peradi, bukan KAI, kita buat saja namanya Advokat Indonesia. Tapi, Pak Harifin Tumpa yang sudah ya, saya beranikan diri mungkin, disuap, sehingga dia membela Peradi. Seperti itu. Kalau enggak, kok dia enggak mau? Buat saja satu nama, Advokat Indonesia. Mengapa dia enggak mau? Jadi, begitu, Pak. Jadi, sangat saya sesalkanlah. Keadaan sekarang begitu banyak masalah-masalah hakim di Indonesia yang bermasalah, aman-aman saja. Bukan advokat yang mengklaim, dari dari KAI ya banyak, Pak. Mengklaim hakim yang tidak benar-tidak benar. Saya inginnya bersatu advokat ini supaya advokat ini kuat. Contohnya, hakim di meja bisa membuat suatu keputusan tanpa ada dibicarakan di dalam persidangan, dia membuat putusan dengan cara dia sendiri. Saya klaim habis-habisan dengan Anggota KAI. Buktinya, dicopot, dipindahkan, dianulir itu keputusannya, dan banyak yang lain-lainnya. Itulah saya inginkan advokat ini bersatu, bukan untuk kepentingan KAI. Ayo ganti nama Advokat Indonesia, selesai kok. Tapi, kenapa dipecah belah? Mengejar materi? Atau melaga advokat ini seperti tidak bersatu supaya mereka bebas melakukan apa saja? Sekian, terima kasih. 37. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, cukup. Jadi jadi, Pemohon, Pemerintah, dan Pihak Terkait seluruhnya, seluruh rangkaian persidangan pada Perkara Nomor 32 sudah selesai, yang terakhir adalah keterangan Pihak Terkait. Sebelum saya akhiri, apakah ada yang disampaikan? Cukup, ya? Dari Pihak Terkait, ada? Silakan. 38. PEMERINTAH: JAYA Mohon izin, Yang Mulia. Berdasarkan rapat tim kami. Kami memohon kepada Majelis untuk Pihak Terkait AAI mengajukan Ahli di persidangan berikutnya. 39. KETUA: ARIEF HIDAYAT Nah, ini yang sudah kita beri kesempatan dua kali, tapi tetap tidak datang. Maka kita tidak bisa menunggu-nunggu lagi, kita anggap sudah 11

15 terlalu lama rangkaian persidangan ini harus kita selesaikan. Sehingga kami mengambil satu kebijakan. Perangkaian persidangan sudah selesai setelah keterangan Pihak Terkait dari AAI, ya. Jadi sudah dua kali kesempatan kita berikan kepada AAI untuk mengajukan Ahli, tapi ternyata sampai siang hari ini AAI belum mendatangkan Ahli. Ya, begitu, ya. Ada lagi dari Pihak Terkait? Cukup. Dari Pemerintah? 40. PEMERINTAH: JAYA Cukup, Yang Mulia. 41. KETUA: ARIEF HIDAYAT Cukup, ya. Baik, kalau begitu seluruh rangkaian persidangan dalam Perkara 32/PUU-XIII/2015 sudah selesai. Maka kesimpulan, baik kesimpulan yang berasal dari Pemohon, dari Pemerintah, dari DPR, dan seluruh Pihak Terkait atas dasar seluruh rangkaian persidangan ini bisa dikumpulkan di Kepaniteraan. Sudah tidak ada persidangan lagi. Penyerahan kesimpulan ditunggu paling lambat hari Rabu saya ulangi hari Kamis, 6 Agustus 2015, ya, pukul WIB. Saya ulangi, kesimpulan dari Pemerintah dari Pemohon, Pemerintah, DPR, dan Pihak Terkait seluruh Pihak Terkait kita tunggu pada hari Kamis, 6 Agustus Tahun 2015 paling lambat pukul WIB. Tidak ada persidangan lagi, kesimpulan diserahkan di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Baik. Semuanya sudah cukup? Tidak ada yang akan dikemukakan? Persidangan selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 29 Juli 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 12