MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL"

Transkripsi

1 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jalan Sapta Taruna Raya, Komplek PU Pasar Jumat - Jakarta Selatan 2013

2 KATA PENGANTAR Pengembangan sumber daya manusia di bidang jasa konstruksi bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sesuai standar berkompetisi yang dipersyaratkan dengan bidang kerjanya. Berbagai upaya ditempuh, baik melalui pendidikan formal, pelatihan secara berjenjang sampai pada tingkat pemagangan di lokasi proyek atau kombinasi antara pelatihan dan pemagangan, sehingga tenaga kerja mampu mewujudkan standar kinerja yang dipersyaratkan di tempat kerja. Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, Pusat Pembinan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Kementian Pekerjaan Umum yang merupakan salah satu institusi pemerintah yang ditugasi untuk melakukan pembinaan kompetensi, secara bertahap menyusun standar-standar kompetensi kerja yang diperlukan oleh masyarakat jasa konstruksi. Kegiatan penyediaan kompetensi kerja tersebut dimulai dengan analisa kompetensi dalam rangka menyusun suatu standar kompetensi kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi tenaga kerja di bidang jasa konstruksi yang bertugas sesuai jabatan kerjanya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi dan peraturan pelaksanaannya. Penyusunan Modul Materi Pelatihan (Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi) untuk jabatan kerja mengacu kepada SKKNI Teknisi Laboratorium, yang dalam penjabarannya kepada program pelatihan tertuang pada Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi (KPBK). Penyusunan KPBK dilakukan dengan mengidentifikasi Unit-unit Kompetensi melalui analisis terhadap Kriteria Unjuk Kerja (KUK) yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang merupakan dasar rumusan penyusunan kurikulum dan silabus pelatihan. Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai upaya memenuhi kompetensi standar seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut di atas, sehingga adanya tambahan materi-materi lainnya untuk meningkatkan kompetensi dari standar yang dipersyaratkan setiap jabatan kerja. Penyusunan modul ini melalui beberapa tahapan diantaranya Focus Group Discussion serta Workshop yang melibatkan para nara sumber, prktisi, pemangku jabatan serta stakeholder. Dengan keterbatasan pelibatan stakeholder terkait dengan proses penyusunan modul ini, dan seiring dengan perkembangan dan dinamika teknologi konstruksi ke depan, maka tetap diupayakan penyesuaian dan perbaikan secara berkelanjutan sejalan dengan dilaksanakannya pelatihan dengan menggunakan modul ini di lapangan melalui respon peserta pelatihan, instruktur, asesor, serta semua pihak. Pada kesempatan ini disampaikan banyak terima kasih kepada tim penyusun yang telah mencurahkan segala kemampuannya untuk dapat menyelesaikan modul ini, serta semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan modul ini. Jakarta, Nopember 2013 PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Halaman i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Penjelasan Materi Pelatihan Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertian-pengertian Istilah... 3 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi Yang Dipelajari... 6 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode pelatihan Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan BAB IV PERSIAPAN PENGUJIAN BETOAN ASPAL Umum Penyiapan Bahan Baku Untuk Pengujian Beton Aspal Penyiapan Formulir Olah Data Pemeriksaan kondisi Peralatan Uji Material BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Kepustakaan (Buku Informasi) Daftar Peralatan Laboratorium Halaman ii

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja Kompeten di tempat kerja Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri: a. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang instruktur. b. Pelatihan individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari instruktur Isi Materi Pelatihan a. Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun peserta pelatihan. b. Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual/mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: 1) Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. 2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. 3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. Halaman 1

5 c. Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi: 1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. 2) Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. 3) Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. 4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. 5) Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek. 6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Penerapan Materi Pelatihan a. Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: 1) Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. 2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peeserta pelatihan. 3) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. 4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. b. Pada pelatihan individual/mandiri kewajiban peserta pelatihan adalah: 1) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. 2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. 3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja. 4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. 5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan Persyaratan Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui: a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau Halaman 2

6 b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4 Pengertian-pengertian Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan Standardisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu Penilaian/Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. Halaman 3

7 1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/atau internasional. Halaman 4

8 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Teknisi Laboratorium Beton Aspal, yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Melakukan Persiapan Pengujian Beton Aspal (Kode Unit F45.TLBA ) sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Komunikasi di Tempat Kerja. Pengujian Material Aspal. Pengujian Material Agregat Kasar. Pengujian Material Agregat Halus. Pengujian Material Filler. Rancangan Campuran Kerja Beton Aspal. Pengujian Contoh Beton Aspal Hasil Penghamparan dan Pemadatan di Lapangan. Pelaporan Kegiatan Pelaksanaan Pengujian Beton Aspal. 2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas/pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu Unit Kompetensi Yang Dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Melakukan Persiapan Pengujian Beton Aspal Durasi/waktu Pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu Kesempatan Untuk Menjadi Kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.. Halaman 5

9 2.3 Unit Kompetensi Yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat: mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. memeriksa kemajuan peserta pelatihan. menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Judul Unit Melakukan Persiapan Pengujian Beton Aspal Kode Unit Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk Persiapan Pengujian Beton Aspal Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal tentang: Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L). Komunikasi di Tempat Kerja Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja ELEMEN KOMPETENSI 1. Menyiapkan bahan baku yang dibutuhkan 2. Menyiapkan formulir olah data di lokasi tempat kerja sesuai dengan kebutuhan 3. Memeriksa kondisi peralatan uji material KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Material untuk Beton Aspal diidentifikasi jenisjenisnya sesuai dengan kebutuhan. 1.2 Material untuk Beton Aspal dikelompokkan sesuai dengan ketentuan ukuran. 1.3 Jenis-jenis material yang telah dikelompokkan untuk diperiksa kuantitasnya sesuai dengan kebutuhan. 2.1 Jenis formulir olah data diidentifikasi sesuai keperluan pengujian. 2.2 Jenis formulir olah data yang telah diidentifikasi, dipilah sesuai kebutuhan pengujian Formulir yang sudah disiapkan diperiksa kembali kelengkapannya. 3.1 Kebutuhan peralatan uji material dan kelengkapannya diidentifikasi sesuai ketentuan. 3.2 Peralatan uji material dan kelengkapannya diperiksa kelaikannya. 3.3 Hasil pemeriksaan peralatan uji dicatat sebagai bahan laporan. Halaman 6

10 2.3.6 Batasan Variabel a. Konteks Variabel 1) Kompetensi ini diterapkan pada satuan kerja mandiri dalam membuat pekerjaan persiapan yang meliputi kesiapan material dan formulir olah data serta peralatan uji material. 2) Unit ini berlaku dalam menyiapkan bahan baku yang dibutuhkan, menyiapkan formulir olah data di lokasi tempat kerja sesuai dengan kebutuhan dan memeriksa kondisi peralatan uji material. 3) Unit ini diterapkan pada pekerjaan persiapan pengujian di laboratorium. b. Perlengkapan Yang Diperlukan 1) Peralatan a) Termometer, Gelas ukur, timbangan digital, oven, mould, cawan, corong, labu erlemeyer, Sieve Shecker, Alat Marshall, dll. b) Alat pengolah data. c) ATK, penggaris skala, dan alat hitung (scientific calculator). 2) Bahan atau Fasilitas a) Material aspal, material agregat, dan material filler. b) Try Chloroethylene, Gliserine, Talk, Air suling (aquades). c) Tempat ruangan tertutup. c. Tugas-tugas Yang Harus Dilakukan 1) Menyiapkan bahan baku yang dibutuhkan 2) Menyiapkan formulir olah data di lokasi tempat kerja sesuai dengan kebutuhan 3) Memeriksa kondisi peralatan uji material. d. Peraturan-peraturan Yang Diperlukan 1) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum N0. 28/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Lapis Campuran Beraspal Panas. 3) SNI , Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal 4) SNI Ukuran Butir Maksimum Dan Gradasi 5) SNI Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat 6) SNI Spesifikasi Agregat Untuk Campuran Perkerasan Beraspal. 7) SNI Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat. 8) SNI Spesifikasi Bahan Pengisi Untuk Campuran Beraspal. 9) Bina Marga, 2010 Perencanaan Campuran Beraspal Panas. 10) Asphalt Institute MS2 Mix Design Asphalt. 11) Peraturan-Peraturan Lain Sebagai Pengganti Peraturan Diatas. Halaman 7

11 2.3.7 Panduan Penilaian a. Penjelasan Penilaian Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait adalah sebagai berikut: 1) Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi: (a) F45.TLBA Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L). (b) F45 TLBA Menerapkan Komunikasi di Tempat Kerja. 2) Keterkaitan dengan unit kompetensi lain: (a) F45.TLBA (b) F45.TLBA Melakukan Pengujian Material Agregat Kasar. (c) F45.TLBA Melakukan Pengujian Material Agregat Halus. (d) F45.TLBA Melakukan Pengujian Material Filler. (e) F45 TLBA Membuat rancangan campuran kerja aspal beton. (f) F45.TLBA Melakukan Pengujian Contoh Beton AspalHasil Penghamparan dan Pemadatan di lapangan. (g) F45 TLBA Membuat Laporan Kegiatan Pelaksanaan Pengujian Beton Aspal. b. Kondisi Pengujian Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperi tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Metode uji yang digunakan adalah: 1) Tes tertulis; 2) Tes lisan (wawancara); 3) Tes praktek. c. Pengetahuan Yang Dibutuhkan 1) Ruang lingkup pekerjaan. 2) Spesifikasi teknis. 3) Peralatan dan bahan. 4) Metoda pengujian di laburatorium sesuai standar yang berlaku: SNI, Asphalt Institute, AASHTO, ASTM, dll. d. Keterampilan Yang Dibutuhkan 1) Mengidentifikasi peralatan laboratorium, bahan pengujian, secara teliti dan lengkap. 2) Mempersiapkan formulir pengujian. Halaman 8

12 3) Mengidentifikasi potensi bahaya dilingkungan kerja. e. Aspek Kritis 1) Ketepatan dalam menentukan spesifikasi. 2) Ketelitian dalam melaksanakan pengujian. 3) Ketelitian dalam membuat rangkuman hasil pengujian material aspal. 4) Ketepatan dalam mengidentifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja Kompetensi Kunci NO. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 1 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1 4. Bekerja sama dengan orang lain dan kelompok 1 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 1 7. Menggunakan teknologi 1 Halaman 9

13 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem Berdasarkan Kompetensi berbeda dengan yang sedang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini anda akan bertanggung jawab terhadap belajar anda sendiri, artinya bahwa anda perlu merencanakan belajar anda dengan pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan/perencanaan a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki. d. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan anda Permulaan Dari Proses Pembelajaran a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. b. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda Pengamatan Terhadap Tugas Praktek a. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. b. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan Implementasi a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman. b. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek. c. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah anda peroleh Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar anda. 3.2 Metode pelatihan Terdapat 3 (tiga) prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar Halaman 10

14 dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. 3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan penjelasan tentang penyusunan strategi pembelajaran, termasuk metode pelatihan yang disarankan, media yang digunakan, rencana pelatihan (session plan), dan strategi penilaian tiap penugasan yang diberikan kepada seorang peserta pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya sebagai instruktur. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut: Halaman 11

15 Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 1 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melakukan Persiapan Pengujian Beton Aspal : Menyiapkan bahan baku yang dibutuhkan Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif (menit) Material untuk Beton Aspal diidentifikasi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta Ceramah Diskusi Peragaan a. Ceramah/Diskusi Tujuan mengidentifikasi Spesifikasi Umum Bina Marga jenis-jenisnya dapat aspal, agregat kasar, Bina Marga sesuai dengan mengidentifikasi agregat halus dan (2002). Manual kebutuhan. jenis-jenis filler untuk bahan Pekerjaan 1) Dapat material yang beton aspal. Campuran menjelaskan akan digunakan Cara membedakan Beraspal tujuan untuk beton jenis-jenis material Panas. mengidentifikasi aspal, Fungsi aspal, aspal. beton aspal. Asphalt agregat kasar, agregat kasar, Institute. agregat halus agregat halus, dan Principles of Construction of dan filler untuk filler dalam beton bahan beton aspal. Hot-Mix aspal. Cara memastikan Asaphalt 2) Mampu bahwa jenis material Pavement. membedakan beton aspal Manual Series jenis-jenis diidentifikasi dengan No. 22 (MSmaterial beton benar. 22), January aspal b. Peragaan 3) Harus mampu memastikan - (sejauh mungkin jenis material ada peragaan) beton aspal diidentifikasi dengan benar. Asphalt Institute. Mix Design for Asphalt Concrete and Other Hot-Mix Types. Manual Series No. 2 (MS-2). Standar Nasional Indonesia (SNI)* *Daftar SNI SNI : Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal SNI : Ukuran Butir Maksimum Dan Gradasi SNI : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat SNI : Spesifikasi Agregat Untuk Campuran Perkerasan Beraspal. SNI : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat. SNI : Spesifikasi Bahan Pengisi Untuk Campuran Beraspal. Halaman 12

16 Elemen Kompetensi 1 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Menyiapkan bahan baku yang dibutuhkan (lanjutan) Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif (menit) Material untuk Beton Aspal dikelompokkan sesuai dengan ketentuan ukuran. 1) Dapat menjelaskan tata cara mengklasifikasikan/ mengelompokkan material untuk Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengklasifikasikan agregat untuk beton aspal sesuai dengan ukuran butirnya. Ceramah Diskusi Peragaan a. Ceramah/Diskusi Cara mengklasifikasikan/mengelompokan agregat untuk beton aspal. Cara memilah agregat untuk beton aspal sesuai dengan ukurannya. Cara memastikan bahwa ukuran agregat sesuai ketentuan. Lihat Angka beton aspal. 2) Mampu b. Peragaan memilah material - beton aspal sesuai dengan ukuran. 3) Harus mampu mengklasifika sikan material beton aspal sesuai ketentuan Jenis-jenis material yang telah dikelompokkan untuk diperiksa kuantitasnya sesuai dengan kebutuhan. 1) Dapat menjelaskan kuantitas jenis material yang dibutuhkan sebagai bahan. pengujian. 2) Mampu menghitung kebutuhan material untuk seluruh pengujian. 3) Harus mampu memeriksa kebutuhan material untuk pengujian dengan tepat. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat memastikan bahwa material untuk beton aspal telah siap untuk diuji. Ceramah Diskusi Peragaan a. Ceramah/Diskusi Jenis-jenis pengujian material untuk beton aspal. Kuantitas material yang dibutuhkan untuk pengujian. b. Peragaan - Lihat Angka Halaman 13

17 Elemen Kompetensi 2 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Menyiapkan formulir olah data di lokasi tempat kerja sesuai dengan kebutuhan Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif (menit) Jenis formulir olah data diidentifikasi sesuai keperluan pengujian. 1) Dapat menjelaskan tujuan formulir olah data. 2) Mampu menentukan jenis formulir Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat mengidentifikasi jenis formulir olah data sesuai keperluan pengujian. Ceramah Diskusi Peragaan a. Ceramah/Diskusi Tujuan formulir olah data Cara menentukan jenis formulir sesuai dengan keperluan pengujian Cara memastikan formulir yang dibutuhkan dalam pengujian dengan tepat - 15 sesuai dengan b. Peragaan keperluan pengujian. - 3) Harus mampu memastikan formulir yang dibutuhkan dalam pengujian dengan tepat. 2.2 Jenis formulir olah data yang telah diidentifikasi, dipilah sesuai kebutuhan pengujian. 1) Dapat menjelaskan pemilahan formulir untuk setiap jenis pengujian. 2) Mampu menyesuaikan formulir yang tepat untuk masingmasing pengujian dengan benar. 3) Harus mampu menentukan formulir yang sangat dibutuhkan dalam pengujian dengan tepat dan benar. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat menjelaskan pemilahan dan menentukan formulir yang dibutuhkan untuk setiap jenis pengujian dengan benar. Ceramah Diskusi Peragaan a. Ceramah/Diskusi Cara pemilahan formulir untuk setiap jenis pengujian. Cara menyesuaikan formulir yang tepat untuk masingmasing pengujian dengan benar. Cara menentukan formulir yang sangat dibutuhkan dalam pengujian dengan tepat dan benar. b. Peragaan Halaman 14

18 Elemen Kompetensi 2 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Menyiapkan formulir olah data di lokasi tempat kerja sesuai dengan kebutuhan (lanjutan) Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif (menit) Formulir yang sudah disiapkan diperiksa kembali kelengkapannya 1) Dapat menjelaskan pemeriksaan kelengkapan formulir untuk setiap pengujian. 2) Mampu Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat menjelaskan pemeriksaan kelengkapan formulir yang dibutuhkan untuk setiap jenis pengujian dengan benar. Ceramah Diskusi Peragaan a. Ceramah/Diskusi Cara pemeriksaan kelengkapan formulir untuk setiap pengujian. Cara memeriksa kembali kelengkapan formulir. Cara melengkapi formulir untuk setiap percobaan dengan benar. 15 memeriksa b. Peragaan kembali kelengkapan - formulir. 3) Harus mampu melengkapi formulir untuk setiap percobaan dengan benar. Halaman 15

19 Elemen Kompetensi 3 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Memeriksa kondisi peralatan uji material Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif (menit) Kebutuhan peralatan uji material dan kelengkapannya diidentifikasi sesuai ketentuan. 1) Mampu menjelaskan tujuan melakukan identifikasi kebutuhan peralatan uji material dan kelengkapannya. 2) Mampu menjelaskan peralatan dan kelengkapan untuk Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menjelaskan tujuan melakukan identify-kasi kebutuhan peralatan uji material dan kelengkapannya, Ceramah Diskusi Peragaan a. Ceramah/Diskusi Tujuan melakukan identifikasi kebutuhan peralatan uji material dan kelengkapannya, Peralatan dan kelengkapan untuk pengujian material Cara menentukan jenis kebutuhan peralatan uji material dan kelengkapannya. Cara memastikan peralatan uji material dan kelengkapannya yang sangat dibutuhkan dalam pengujian dengan tepat pengujian b. Peragaan material. 3) Mampu - menentukan jenis kebutuhan peralatan uji material dan kelengkapannya. 4) Harus mampu memastikan peralatan uji material dan kelengkapanny a yang sangat dibutuhkan dalam pengujian dengan tepat. Halaman 16

20 Elemen Kompetensi 3 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Memeriksa kondisi peralatan uji material (lanjutan) Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif (menit) Peralatan uji material dan kelengkapannya diperiksa kelaikannya. 1) Dapat menjelaskan tujuan pemeriksaan kelaikan peralatan pengujian. 2) Mampu Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menjelaskan kelengkapan dan kelaikan peralatan sangat dibutuhkan dalam pengujian material, Ceramah Diskusi Peragaan a. Ceramah/Diskusi Tujuan pemeriksaan kelaikan peralatan pengujian. Proses pengecekan masa kadaluarsa peralatan pengujian. Cara untuk memastikan kelaikan dan kelengkapan setiap peralatan pengujian dengan benar 15 melakukan b. Peragaan proses pengecekan - masa kadaluarsa peralatan pengujian. 3) Harus mampu memastikan kelaikan dan kelengkapan setiap peralatan pengujian dengan benar. Halaman 17

21 Elemen Kompetensi 3 No. Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Memeriksa kondisi peralatan uji material (lanjutan) Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif (menit) Hasil pemeriksaan peralatan uji dicatat sebagai bahan laporan. 1) Dapat menjelaskan tujuan dilakukan pencatatan terhadap peralatan uji. 2) Mampu melakukan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menjelaskan tujuan dilakukan pencatatan terhadap hasil pemeriksaan peralatan, kelengkapannya dan menyimpulkan kesiapan setiap Ceramah Diskusi Peragaan a. Ceramah/Diskusi Tujuan dilakukan pencatatan terhadap peralatan uji. Cara melakukan pencatatan hasil pemeriksaan peralatan dan kelengkapannya. Cara menyimpulkan kesiapan setiap peralatan untuk masing-masing pengujian. 15 pencatatan peralatan untuk b. Peragaan hasil masing-masing pemeriksaan pengujian. - peralatan dan kelengkapannya. 3) Harus mampu menyimpulkan kesiapan setiap peralatan untuk masingmasing pengujian. Diskusi kelompok, praktek lab perlu disajikan untuk tiap Kompetensi yg relevan Halaman 18

22 BAB IV PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL 4.1 Umum Agar persiapan pengujan beton aspal dapat dilakukan dengan seksama, maka terlebih dulu perlu dipahami beberapa hal pokok tentang beton aspal dan bahan untuk beton aspal. Pada buku informasi ini diuraikan secara ringkas beberapa hal tentang beton aspal serta persiapan pengujian pengujian beton aspal. Beberapa hal tentang beton aspal diuraikan pada subbab ini, sedangkan persiapan pengujian beton aspal diuraikan pada subbab selanjutnya buku informasi ini Struktur dan Sifat-sifat Beton Aspal Beton aspal merupakan bahan perkerasan yang dibuat melalui pencampuran secara panas (dalam mesin pencampur) antara agregat dengan aspal (biasanya aspal keras, atau disebut juga aspal semen), kemudian diangkut ke lokasi pekerjaan dan selanjutnya dihampar dan dipadatkaan dalam keadaan panas. Dalam hal tersebut, agregat terdiri atas agregat kasar, agregat halus, dan material filler. Struktur beton aspal ditunjukkan pada Gambar 1. ASPAL RONGGA UDARA BUTIR AGREGAT Gambar 1. Struktur beton aspal Sebagai bahan perkerasan, beton aspal biasanya digunakan sebagai lapis permukaan, yaitu lapis perkerasan yang bersentuhan langsung dengan roda kendaraan. Dengan demikan, untuk memenuhi fungsinya, maka beton aspal harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a. Stabilitas kemampuan lapis beton aspal untuk memikul beban roda kendaraan tanpa mengalami deformasi. b. Kelenturan kemampuan lapis beton aspal untuk menyesuaikan terhadap penurunan gradual dan pergerakan pada tanah dasar tanpa mengalami retak. c. Ketahanan retak lelah kemampuan lapis beton aspal untuk tidak mudah mengalami retak pada saat menerima beban roda kendaraan yang berulang. Halaman 19

23 d. Kekesatan kemampuan permukaan lapis beton aspal untuk mencegah roda kendaraan mengalami selip, terutama pada saat permukaan beton aspal pada kondisi basah. e. Durabilitas/keawetan kemampuan lapis beton aspal untuk tahan terhadap polimerisasi dan oksidasi aspal, disintegrasi agregat, dan pengelupasan selimut aspal dari butir-butir agregat. f. Kekedapan kemampuan lapis beton aspal untuk tidak mudah diresapi udara dan air. g. Kemudahan dikerjakan (workability) kemudahan campuran beton aspal untuk dihampar dan dipadatkan. Sifat-sifat beton aspal di atas dipengaruhi oleh sifat-sifat aspal dan agregat dan aspal serta proporsi keempat bahan tersebut dan rongga udara. a. Stabilitas Akibat beban roda kendaraan, lapis beton aspal yang stabil akan mempunyai bentuk dan kerataan yang tetap, sedangkan lapis beton aspal yang tidak stabil akan mengalami perubahan bentuk; misal dalam bentuk alur atau gelombang. Oleh karena itu, agar lapis beton aspal mampu menahan beban kendaraan tanpa mengalami deformasi, maka lapisan tersebut harus mempunyai stabilitas yang cukup tinggi. Namun demikian, lapis beton aspal yang mempunyai stabilitas terlalu tinggi akan menjadi kaku sehingga mudah mengalami retak. Stabilitas beton aspal dipengaruhi oleh tahanan geser internal butir-butir agregat dan kohesi. Tahanan geser internal butir-butir agregat tergantung pada bentuk dan tekstur permukaan butir-butir agregat, sedangkan kohesi dihasilkan melalui pelekatan antar butir-butir agregat dengan aspal. Gabungan antara tahanan geser internal butir-butir agregat dan kohesi yang memadai akan mencegah pergeseran butir-butir agregat pada saat lapis beton aspal menerima beban roda kendaraan. Secara umum dapat dinyatakan bahwa makin bersudut dan makin kasar permukaan butir-butir agregat, maka makin tinggi stabilitas beton aspal. Apabila agregat dengan karakteristik tahanan geser internal yang tinggi tidak tersedia, maka untuk lapis beton aspal yang melayani lalu-lintas ringan dapat digunakan agregat dengan tahanan geser internal yang lebih rendah. Daya lekat antar butir-butir agregat dengan aspal (kohesi) akan makin meningkat sejalan dengan peningkatan viskositas aspal, atau sejalan dengan penurunan suhu lapis beton aspal. Disamping itu, kohesi akan makin meningkat pula sejalan dengan peningkatan, sampai tingkat tertentu, kandungan aspal. Namun demikian, apabila kandungan aspal melampaui nilai tertentu, maka film aspal akan menjadi tebal sehingga akan mengakibatkan Halaman 20

24 kehilangan tahanan geser internal butir-butir agregat. Sesuai dengan karakteristik aspal, kohesi makin meningkat juga sejalan dengan peningkatan kecepatan pembebanan. Stabilitas beton aspal yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya stabilitas beton aspal dan akibat yang ditimbulkannya ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Penyebab dan akibat stabilitas beton aspal yang rendah PENYEBAB Kandungan aspal yang terlalu tinggi Porsi pasir medium yang terlalu banyak Butir-butir agregat yang bulat, tekstur permukaan butir-butir agregat yang halus AKIBAT THD BETON ASPAL Gelombang/keriting. Alur. Kegemukan (bleeding). Sulit dipadatkan. Empuk (tenderness) pada saat dipadatkan dan untuk beberapa periode setelah selesai. Alur. Channeling. b. Durabilitas Durabilitas atau keawetan merupakan kemampuan lapis beton aspal untuk tahan terhadap polimerisasi dan oksidasi aspal, disintegrasi agregat, dan pengelupasan selimut aspal dari butir-butir agregat. Faktor-faktor tersebut dapat diakibatkan oleh salah satu atau gabungan cuaca dan lalu-lintas. Secara umum, durabilitas beton aspal dapat ditingkatkan melalui tiga cara, yaitu: Penerapan kadar aspal yang maksimum. Penerapan gradasi padat agregat yang tahan pengelupasan. Perancangan dan pemadatan campuran yang dapat menghasilkan kekedapan maksimum. Kandungan aspal yang maksimum dapat meningkatkan durabilitas, karena selimut/film aspal yang tebal tidak mudah mengalami pelapukan dan pengerasan secepat selimut/film aspal yang tipis. Oleh karena itu, maka kandungan aspal yang tinggi akan mempertahankan karakteristik asli aspal dalam periode yang panjang. Disamping itu, kandungan aspal yang tinggi akan secara efektif menyumbat (seals) beberapa bagian rongga dalam beton aspal sehingga beton aspal tidak mudah diresapi air. Sudah barang tentu, beberapa bagian rongga harus tetap terdapat dalam beton aspal, yaitu sebagai ruang untuk menampung aspal yang memuai pada saat cuaca panas atau pada saat lapis beton aspal mengalami pemadatan akibat beban roda kendaraan. Halaman 21

25 Agregat yang mempunyai gradasi padat atau menerus, keras (sound), ulet (tough), dan tahan pengelupasan memberikan sumbangan terhadap durabilitas melalui tiga cara sebagai berikut: Sumbangan gradasi padat agregat terhadap durabilitas adalah melalui kontak butiran yang rapat sehingga meningkatkan kekedapan beton aspal. Kekerasan dan keuletan agregat menyumbangkan terhadap durabilitas beton aspal adalah melalui ketahanannya untuk tidak mudah mengalami disintegrasi akibat beban roda kendaraan; Ketahanan pengelupasan menyumbangkan terhadap durabilitas beton aspal melalui kemampuan aspal untuk tidak mengelupas dari butir-butir agregat sehingga akibat air dan roda kendaraan, butir-butir agregat dalam beton aspal tahan terhadap pelepasan butir (ravelling). Pada beberapa kondisi, kemampuan aspal untuk menahan butir-butir agregat agar tidak mudah lepas dapat ditingkatkan melalui penggunaan bahan tambah anti pengelupasan, atau melalui penggunaan material filler yang terdiri atas kapur hidrat (hydrated lime). Perancangan dan pemadatan beton aspal yang dapat menghasilkan kekedapan maksimum akan mengurangi peresapan udara dan air ke dalan beton aspal sehingga meningkatkan durabilitas lapis beton aspal. Durabilitas beton aspal yang tidak memadai mempunyai penyebab dan akibat yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Penyebab dan akibat durabilitas beton aspal yang rendah PENYEBAB Kandungan aspal yang rendah Porsi kandungan udara yang rendah, baik akibat perancangan atau pemadatan yang tidak memadai Butir-butir agregat yang hidrofilik (menyukai air) AKIBAT THD BETON ASPAL Campuran menjadi kering. Pelepasan butir. Pengerasan aspal yang diikuti dengan disintegrasi atau retak. Pengelupasan selimut aspal dari butir-butir agregat yang selanjutnya mengakibatkan pengkasaran atau pelepasan butir pada permukaan lapis beton aspal. c. Kekedapan (impermeability) Kekedapan merupakan kemampuan lapis beton aspal untuk tidak mudah diresapi udara dan air. Karakteristik tersebut erat kaitannya dengan rongga Halaman 22

26 udara dalam lapis beton aspal. Meskipun porsi rongga udara dalam beton aspal merupakan indikasi potensi pengaliran udara dan air, namun karakter rongga udara adalah lebih penting daripada jumlah rongga udara. Ukuran rongga udara, terlepas saling berhubungan atau tidak saling berhubungan, serta akses rongga ke permukaan lapis beton aspal merupakan karakter rongga yang menentukan tingkat kekedapan lapis beton aspal. Meskipun kekedapan penting bagi keawetan lapis beton aspal, namun semua beton aspal yang digunakan sebagai lapis perkerasan pada dasarnya dapat dinyatakan bahwa sampai tingkat tertentu, adalah tidak kedap. Pernyataan tersebut adalah benar untuk beton aspal yang mempunyai sifat dalam batasbatas spesifikasi. Kekedapan beton aspal yang tidak memadai (beton aspal tidak kedap) mempunyai penyebab dan akibat yang ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Penyebab dan akibat kekedapan beton aspal yang rendah PENYEBAB Kandungan aspal yang rendah Porsi kandungan udara yang tinggi Kepadatan yang rendah AKIBAT THD BETON ASPAL Selimut aspal menjadi tipis sehingga beton aspal mudah mengalami pelapukan dan pelepasan butir. Udara dan air mudah memasuki lapis beton aspal sehingga mempercepat oksidasi dan disintegrasi. Porsi rongga udara yang tinggi sehingga air mudah meresap ke dalam lapis beton aspal dan beton aspal menjadi lemah. d. Kemudahan dikerjakan (workability) Kemudahan dikerjakan menggambarkan kemudahan campuran beton aspal untuk dihampar dan dipadatkan. Beton aspal dengan kemudahan dikerjakan yang baik akan mudah dihampar dan dipadatkan, sedangkan beton aspal dengan kemudahan dikerjakan yang jelek akan sulit dihampar dan dipadatkan. Kemudahan dikerjakan beton aspal dapat ditingkatkan melalui penyesuaian parameter rancangan campuran, sumber agregat, dan/atau gradasi agregat. Campuran beton aspal yang kasar (mengandung agregat kasar yang banyak), cenderung mengalami segregasi dan kemungkinan sulit dipadatkan. Agar campuran beton aspal menjadi mudah dikerjakan, maka (melalui percobaan pencampuran di laboratorium) agregat halus, dan mungkin aspal, dapat ditambahkan terhadap campuran yang kasar. Hal tersebut perlu dilakukan secara hati-hati, agar dipastikan bahwa campuran beton aspal yang sudah Halaman 23

27 dirubah tetap memenuhi semua kriteria rancangan; terutama kandungan rongga udara dan stabilitas. Kandungan material filler yang terlalu tinggi juga dapat mempengaruhi kemudahan dikerjakan campuran beton aspal. Dalam hal tersebut, campuran akan mirip permen karet sehingga sulit dipadatkan. Kemudahan dikerjakan terutama sangat penting pada saat pengerjaan secara manual (tidak mungkin dilakukan dengan alat berat); misal perataan (luting) pada daerah lubang got (manhole), tikungan tajam, atau daerah sempit lain. Perlu diperhatikan bahwa pengerjaan beton aspal pada daerah tersebut menuntut beton aspal yang mudah dikerjakan. Campuran beton aspal yang terlalu mudah dikerjakan atau mudah disingkup menunjukkan bahwa campuran adalah empuk sehingga pada saat dihampar dan dipadatkan sangat tidak stabil. Campuran tersebut sering disumbangkan oleh material filler yang terlalu sedikit, pasir medium yang terlalu banyak, butirbutir agregat yang bulat dan permukaannya halus, dan/atau campuran yang mengandung air. Meskipun tidak selalu menjadi penyumbang utama terhadap persoalan kemudahan dikerjakan, aspal dapat memberikan pengaruh terhadap kemudahan dikerjakan. Karena suhu campuran beton aspal mempengaruhi viskositas aspal, maka suhu yang rendah akan mengakibatkan campuran sulit dikerjakan, sedangkan suhu yang tinggi akan mengakibatkan campuran menjadi empuk. Kelas aspal keras juga dapat mempengaruhi kemudahan dikerjakan. Kemudahan dikerjakan beton aspal yang tidak memadai mempunyai penyebab dan akibat yang ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Penyebab dan akibat kemudahan dikerjakan yang tidak memadai PENYEBAB Ukuran maksimum agregat yang terlalu besar Agregat kasar yang banyak Temperatur campuran yang terlalu rendah Pasir medium yang banyak Kandungan material filler yang banyak Kandungan material filler yang banyak AKIBAT THD BETON ASPAL Permukaan lapis beton aspal kasar. Campuran sulit dihampar. Berpotensi sulit dipadatkan. Butir-butir agregat tidak terselimuti. Pada saat digilas, campuran mengalami sungkur (shoves) dan tetap empuk. Campuran empuk. Campuran sangat tidak kedap. Campuran mungkin kering atau mirip permen. Campuran sulit ditangani. Campuran tidak awet. Halaman 24

28 d. Kelenturan (flexibility) Kelenturan merupakan kemampuan lapis beton aspal untuk menyesuaikan terhadap penurunan gradual dan jembul pada tanah dasar tanpa mengalami retak. Karena tanah dasar pada dasarnya akan mengalami penurunan (akibat beban roda kendaraan) atau jembul (akibat pemuaian), maka lapis beton aspal dituntut memiliki kelenturan. Beton aspal bergradasi terbuka dengan kandungan aspal yang tinggi umumnya lebih lentur daripada beton aspal bergradasi padat dengan kandungan aspal yang rendah. Karena tuntutan untuk memenuhi kelenturan kadang-kadang bertentangan dengan tuntutan untuk memenuhi stabilitas, maka kedua karakteristik tersebut perlu dikompromikan. e. Ketahanan lelah (fatigue resistance) Ketahanan lelah merupakan kemampuan lapis beton aspal terhadap lendutan berulang akibat beban roda kendaraan tanpa mengalami retak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rongga udara (terkait dengan kandungan aspal) dan viskositas aspal mempunyai pengaruh signifikan terhadap terhadap ketahanan lelah. Apabila rongga udara dalam beton aspal meningkat, baik akibat perancangan maupun pemadatan, maka umur kelelahan lapis beton aspal akan sangat pendek. Demikian juga, lapis beton aspal yang telah mengalami pelapukan dan pengerasan akan mempunyai ketahanan lelah yang rendah. Tebal dan karakteristik kekuatan perkerasan serta daya dukung tanah dasar juga menentukan umur lapis beton aspal akibat kelelahan. Akibat beban roda kendaraan, lapis beton aspal yang tebal dan didukung secara kuat oleh tanah dasar akan mengalami lendutan yang lebih kecil daripada lapis beton aspal yang tipis dan didukung secara lemah oleh tanah dasar. Ketahanan lelah beton aspal yang rendah mempunyai penyebab dan akibat yang ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Penyebab dan akibat ketahanan lelah beton aspal yang rendah PENYEBAB Kandungan aspal yang rendah Porsi rongga udara yang tinggi Kepadatan yang rendah Tebal perkerasan yang tidak memadai AKIBAT THD BETON ASPAL Retak lelah. Pelapukan dini yang diikuti dengan retak lelah. Pelapukan dini yang diikuti dengan retak lelah. Lendutan berlebih yang diikuti dengan retak lelah. Halaman 25

29 e. Kekesatan (skid resistance) Kekesatan merupakan kemampuan permukaan lapis beton aspal untuk mencegah roda kendaraan tidak mengalami selip, terutama pada saat permukaan lapis beton basah. Pada permukaan yang basah dan mempunyai kekesatan yang baik, permukaan ban akan bersentuhan dengan butir-butir agregat, sedangkan pada permukaan basah dan mempunyai kekesatan yang jelek, permukaan ban akan terapung pada film air (hydroplaning). Kekesatan biasanya diukur di lapangan dengan kendaraan yang mempunyai ban standar, pada kecepatan 40 mil/jam (64,4 km/jam). Pada pengujian tersebut, permukaan perkerasan dibasahi secara terkendali dengan air. Permukaan perkerasan yang kasar dengan puncak dan lembah yang kecil-kecil mempunyai kekesatan yang lebih tinggi daripada permukaan perkerasan yang halus. Kekesatan yang baik dapat diperoleh melalui penggunaan agregat yang butirannya mempunyai tekstur permukaan kasar dan campuran mempunyai gradasi yang relatif terbuka dengan ukuran maksimum butir antara 9,5 mm (1/8 in) sampai 12,5 mm (½ in). Disamping harus mempunyai permukaan yang kasar, butir-butir agregat juga harus mempunyai ketahanan aus akibat roda kendaraan. Dalam hal tersebut, agregat kalkarius mempunyai keausan yang lebih besar daripada agregat silika. Beton aspal yang tidak stabil dan cenderung mudah mengalami alur atau gemuk (aspal naik ke permukaan lapis beton aspal) mempunyai persoalan kekesatan yang serius. Beberapa penyebab dan akibat kekesatan beton aspal yang rendah ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Penyebab dan akibat kekesatan beton aspal yang rendah PENYEBAB Kandungan aspal yang berlebih Agregat dengan permukaan butir halus dan gradasi yang tjelek Pengausan agregat dalam campuran AKIBAT THD BETON ASPAL Kegemukan (bleeding). Kekesatan rendah. Permukaan lapis beton aspal halus dan cenderung menimbulkan hydroplaning. Kekesatan rendah Fungsi Agregat Dan Aspal Dalam Beton Aspal a. Fungsi Agregat Fungsi utama agregat dalam beton aspal adalah sebagai rangka atau tulangan yang menyumbang stabilitas mekanis bagi beton aspal. Karena fungsinya sebagai pemikul utama beban, maka agregat yang digunakan sebagai beton aspal harus dipilih secara tepat. Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk Halaman 26

30 memilih agregat, di bawah diuraikan lebih lanjut fungsi masing-masing kelompok agregat serta sifat-sifatnya yang dituntut untuk memenuhi fungsi tersebut. a) Fungsi Agregat Kasar Fungsi agregat kasar dalam beton aspal adalah untuk menyumbang stabilitas beton aspal melalui saling penguncian (interlocking) dan tahanan geser butir-butir agregat. Oleh karena itu, maka bentuk butir dan tekstur agregat kasar mempunyai peranan penting dalam menyumbang terhadap stabiltas beton aspal. Agregat kasar yang ideal untuk beton aspal adalah agregat yang terdiri atas butir-butir yang keras bersudut dan mempunyai bentuk yang menyerupai kubus (cubical) serta mempunyai tekstur permukaan yang kasar; contoh, batu pecah dan terak (slag). Kekerasan agregat merupakan faktor yang tidak terlalu signifikan dalam menyumbang terhadap stabilitas beton aspal, karena beton aspal yang mempunyai stabilitas yang tinggi dapat diperoleh melalui penggunaan agregat kasar yang relatif tidak keras. Namun demikian, untuk mencegah pengausan oleh roda kendaraan, agregat kasar harus memenuhi kerkerasan tertentu. b) Fungsi Agregat Halus Agregat halus mempunyai fungsi untuk menambah stabilitas beton aspal, yang melalui mekanisme yang sama seperti mekanisme pada agregat kasar. Disamping itu, fungsi lain agregat halus adalah untuk mengurangi rongga yang terdapat dalam agregat kasar. Sehubungan dengan hal tersebut, maka agregat halus harus mempunyai gradasi yang menerus dan harus terdiri atas pasir alam, abu batu, atau gabungan kedua-duanya. Dalam menyumbang terhadap stabilitas beton aspal, tekstur permukaan butir-butir agregat merupakan faktor yang sangat penting; makin kasar permukaan butir-butir agregat halus, makin tinggi stabilitas beton aspal. Dalam hal tersebut, pasir alam biasanya merupakan agregat halus yang memberi sumbangan terkecil terhadap stabilitas beton aspal, karena bahan tersebut mempunyai permukaan butir yang halus dan mempunyai gradasi yang tidak menerus. Porsi butir-butir kasar yang terkandung dalam agregat halus, yaitu butir-butir yang lolos saringan 2,36 mm (No. 8) dan tertahan saringan 0,6 mm (No. 30), mempunyai peranan penting dalam menyumbang terhadap kekesatan beton aspal. Hal tersebut dikarenakan mortar (campuran aspal dengan agregat halus) yang terbentuk akan menyerupai kertas ampelas. Di sisi lain, porsi butir-butir halus agregat halus, yaitu butir-butir yang lolos saringan 0,6 mm (No. 30) dan tertahan saringan 0,075 mm (No. 200), mempunyai peranan penting dalam menyumbang terhadap keawetan beton aspal. Hal tersebut Halaman 27

31 dikarenakan bagian butir-butir tersebut mempunyai permukaan yang luas sehingga dapat menampung aspal yang lebih banyak. Uraian di atas menunjukkan bahwa gradasi dan keseimbangan proporsi bagian kasar dan bagian halus agregat halus merupakan faktor-faktor penting untuk mendapatkan beton aspal yang awet dan kesat. c) Fungsi Bahan Pengisi (Filler) Fungsi bahan pengisi dalam beton aspal adalah sebagai pengisi terakhir rongga serta sebagai pengaku (stiffening) film aspal yang menyelimuti butirbutir agregat. Bahan yang dinilai cocok sebagai bahan pengisi adalah abu batu kapur, semen, kapur hidrasi (hydrated lime), atau abu mineral lain yang mengandung sekurang-kurangnya 65 persen butiran yang lolos saringan 0,075 mm (no. 200). Persyaratan yang biasa ditetapkan untuk bahan pengisi adalah kehalusan. Namun demikian, terdapat indikasi bahwa kapur hidrasi, dan mungkin bahan pengisi aktif yang lain, dapat meningkatkan stabilitas beton aspal. Perbandingan antara bahan pengisi dengan aspal harus dikendalikan secara seimbang dan beberapa pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa perbandingan yang dinilai seimbang antara berat bahan pengisi (berat jenis 2,5-2,8) dengan berat aspal adalah sekitar 1,0 berbanding 1,5 sampai 1,0. Untuk bahan pengisi yang mempunyai berat jenis yang lain, perbandingan tersebut perlu disesuaikan. d) Fungsi Aspal Fungsi aspal dalam beton aspal adalah sebagai pengikat butir agregat serta sebagai pengedap lapis beton aspal. Melalui pemilihan jenis dan proporsi aspal, sifat-sifat beton aspal dapat dikendalikan Pengaruh Kelas Aspal Serta Proporsi Bahan Terhadap Sifat Beton Aspal Di atas diuraikan bahwa sifat-sifat beton aspal dipengaruhi oleh sifat-sifat dan proporsi bahan. Pada Tabel 7 ditunjukkan pengaruh angka penetrasi (kekerasan) aspal serta proporsi kandungan aspal, filler, dan rongga udara terhadap beberapa sifat beton aspal Lingkup Pekerjaan Beton Aspal Seperti diilustrasikan pada Gambar 2, pekerjaan beton aspal mencakup langkahlangkah pokok sebagai berikut: Penyiapan bahan. Pencampuran. Pengangkutan. Penghamparan. Pemadatan. Halaman 28

32 CAMPURAN MORTAR (FILLER + ASPAL) ASPAL Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Tabel 7. Pengaruh kelas aspal dan proporsi bahan terhadap sifat-sifat beton aspal BAHAN PARAMETER PERUBAHAN ANGKA PENETRASI MENURUN (MAKIN KERAS) PENGARUH THD SIFAT BETON ASPAL KETAHANAN KEKAKUAN DEFORMASI LELAH PERSENTASE KANDUNGAN ASPAL MENINGKAT OPTIMUM MENURUN PERSENTASE KANDUNGAN MORTAR MENINGKAT OPTIMUM MENURUN PERBANDINGAN FILLER/ASPAL MENINGKAT OPTIMUM MENURUN PERSENTASE KANDUNGAN ASPAL MENINGKAT OPTIMUM MENURUN PERSENTASE RONGGA UDARA MENINGKAT OPTIMUM MENURUN Gambar 2. Langkah-langkah pokok pekerjaan beton aspal Pekerjaan Beton Aspal Menurut Kepentingan Kompetensi Kerja Teknisi Laboratorium Beton Aspal Apabila ditinjau dari kepentingan Kompetensi Kerja Teknisi Laboratorium Beton Aspal dan memperhatikan langkah-langkah yang disebutkan di atas, maka pekerjaan beton aspal dapat dikelompokkan menjadi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Melakukan persiapan pengujian beton aspal. Halaman 29

33 b. Melakukan pengujian material aspal. c. Melakukan pengujian material agregat kasar. d. Melakukan pengujian material agregat halus. e. Melakukan pengujian material filler. f. Membuat rancangan campuran kerja beton aspal. g. Melakukan pengujian beton aspal hasil penghamparan dan pemadatan di lapangan. h. Membuat laporan kegiatan pelaksanaan pengujian beton aspal. Kegiatan b sampai dengan h diuraikan lebih lanjut pada buku-buku informasi yang lain, sedangkan Kegiatan a diuraikan pada subbab-subbab di bawah. Dengan mengacu pada Elemen Kompetensi yang diuraikan pada Subbab 2.3.5, persiapan pengujian beton aspal mencakup tiga kegiatan sebagai berikut: Penyiapan bahan baku untuk pengujian beton aspal. Penyiapan formulir. Pemeriksaan kondisi peralatan uji material. 4.2 Penyiapan Bahan Baku Untuk Pengujian Beton Aspal Penyiapan bahan baku untuk pengujian beton aspal mencakup hal-hal sebagai berikut: Identifikasi jenis-jenis bahan untuk beton aspal. Pengelompokan bahan untuk beton aspal. Pemeriksaan kuantitas tiap kelompok material untuk pengujian beton aspal Identifikasi Jenis-jenis Material Untuk Beton Aspal Identifikasi jenis-jenis material untuk beton aspal mencakup tiga hal sebagai berikut: Cara identifikasi untuk menjamin bahwa kuantitas material untuk beton aspal memenuhi kebutuhan pengujian di laboratorium. Cara membedakan secara visual jenis-jenis material untuk beton aspal. Cara memastikan bahwa proses identifikasi jenis-jenis material untuk beton aspal telah dilakukan secara benar (menurut prosedur yang baku). Seperti telah ditunjukkan pada Gambar 1, bahan untuk beton aspal terdiri atas aspal, agregat dan udara. Dalam hal tersebut, agregat dibagi menjadi agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi (filler). Sesuai dengan jenis bahan tersebut, cara untuk mencapai tujuan yang disebutkan di atas diuraikan di bawah. a. Cara Identifikasi Untuk Menjamin Bahwa Kuantitas Material Untuk Beton Aspal Telah Memenuhi Kebutuhan Pengujian Cara identifikasi untuk menjamin bahwa kuantitas material untuk beton aspal telah memenuhi kebutuhan pengujian dapat dilakukan melalui dua langkah. Langkah pertama adalah melalui penguasaan ketentuan atau persyaratan tentang berat minimum bahan untuk beton aspal yang diperlukan untuk Halaman 30

34 pengujian di laboratorium, sedangkan langkah yang ke dua adalah melalui penimbangan material untuk beton aspal yang tersedia untuk pengujian di laboratorium, sehingga dipastikan bahwa berat bahan tersebut telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Untuk keperluan pengujian di laboratorium, ketentuan tentang berat minimum bahan untuk beton aspal di ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Berat minimum bahan untuk keperluan pengujian di laboratorium JENIS BAHAN UKURAN MAKSIMUM BERAT MINIMUM (kg) Aspal - 1 Agregat halus 2,36 mm (No. 8) 10 4,75 mm (No. 4) 10 Agregat kasar 9,50 mm (3/8 in.) 10 12,50 mm (1/2 in.) 15 19,00 mm (3/4 (in.) 25 25,00 mm (1 in.) 50 37,50 mm 1½ in.) 75 Untuk menjamin bahwa kuantitas material untuk beton aspal memenuhi kebutuhan pengujian di laboratorium, maka material yang telah tersedia perlu ditimbang dengan timbangan yang mempunyai kapasitas yang sesuai dengan berat bahan yang akan ditimbang. Selanjutnya berat bahan hasil penimbangan dibandingkan dengan ketentuan berat yang ditunjukkan pada Tabel 8. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa bahan yang tersedia memenuhi atau tidak memenuhi kebutuhan pengujian. Tentunya, apabila berat bahan kurang dari berat minimum pada Tabel 8, maka bahan perlu diganti dengan bahan baru yang diambil dari persediaan bahan. Dalam hal tersebut, agregat biasanya diambil dari timbunan agregat di pusat pemecah batu, aspal diambil dari persediaan aspal yang biasanya disimpan dalam beberapa buah drum. b. Cara Membedaan Secara Visual Jenis-jenis Material Untuk Beton Aspal Agar pengamatan secara visual untuk membedakan jenis-jenis material untuk beton aspal dapat dilakukan, terlebih dulu perlu dipahami beberapa hal sebagai berikut: Pengertian agregat, termasuk pengertian agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi (filler). Gradasi agregat. Jenis-jenis aspal. Berdasarkan pemahaman di atas diharapkan pengamatan secara visual, dan mungkin dengan cara merabanya, untuk membedakan jenis-jenis material untuk beton aspal dapat dilakukan. Halaman 31

35 1) Pengertian Agregat Agregat merupakan bahan yang terdiri atas butir-butir yang keras dan tidak mengalami perubahan secara kimia serta biasa digunakan dengan ukuran butir yang gradual (bergradasi). Contoh agregat adalah pasir, kerikil, batu pecah, terak (slag). Dalam beton aspal, agregat mempunyai berat sekitar persen atau mempunyai volume sekitar persen. Untuk bton aspal, agregat terdiri atas agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi (filler) dengan pengertian sebagai berikut: Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada saringan 2,36 mm (biasa diberi kode No. 8). Ukuran maksimum agregat untuk beton aspal biasanya 25 mm (1 inci). Agregat halus agregat yang lolos saringan 2,36 mm (No. 8) dan tertahan pada saringan 0,075 mm (No. 200). Bahan pengisi (atau filler) adalah agregat yang lolos saringan 0,075 mm (No. 200). 2) Gradasi Agregat Ditinjau dari susunan butir atau gradasinya, agregat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sebagai berikut: Agregat bergradasi menerus. Agregat bergradasi seragam. Agregat bergradasi senjang atau timpang. Agregat bergradasi menerus teridiri atas butir-butir yang berukuran gradual mulai dari ukuran halus sampai ukuran kasar; agregat bergradasi seragam terdiri atas butir-butir yang berukuran seragam; sedangkan agregat bergradasi senjang terdiri atas butir-butir berukuran tidak lengkap. Ketiga jenis gradasi tersebut diilustrasikan pada Gambar 3. a. Agregat dengan gradasi menerus b. Agregat dengan gradasi seragam b. Agregat dengan gradasi senjang/timpang Gambar 3. Tiga jenis gradasi agregat Halaman 32

36 3) Jenis-jenis Aspal Aspal merupakan bahan berwarna hitam yang mempunyai sifat merekat (cementing) dan pada suhu normal mempunyai konsistensi (kekentalan) yang bervareasi, mulai dari padat sampai encer. Apabila dipanaskan, aspal menjadi lembek dan kemudian menjadi encer sehingga bila dicampur dengan agregat, aspal dapat menyelimuti butir-butir agregat. Umumnya aspal merupakan produk penyulingan minyak bumi dan dapat diproduksi dalam beberapa kelas konsistensi, mulai dari keadaan padat dan keras sampai keadaan cair dengan keenceran seperti air. Karena merupakan produk penyulingan minyak, aspal jenis ini kadang-kadang disebut juga aspal minyak. Produk penyulingan dalam bentuk padat dikenal sebagai aspal keras atau aspal semen dan dapat diproses menjadi jenis aspal yang lain; yaitu aspal cair dan aspal emulsi. Aspal cair diperoleh melalui pencampuran aspal keras dengan destilat minyak bumi (misal minyak tanah atau solar), sedangkan aspal emulsi diperoleh melalui pencampuran (emulsifying) aspal keras dengan air. Aspal keras merupakan jenis aspal yang cocok untuk beton aspal dan sesuai dengan konsistensinya (keenceran atau plastisitas pada suhu tertentu), aspal keras biasanya diklasifikasikan berdasarkan angka viskositas atau angka penetrasinya. Menurut angka penetrasinya aspal keras dikelompokkan menjadi aspal keras penetrasi 40-50, 60-70, , , dan Dalam hal tersebut, angka penetrasi yang lebih kecil menyatakan bahwa aspal makin keras (padat). Di Indonesai, aspal keras yang biasa digunakan untuk beton aspal adalah aspal keras penetrasi (atau biasa ditulis aspal keras Pen 60). Pada pekerjaan beton aspal, aspal cair atau aspal emulsi biasa digunakan sebagai lapis perekat (tack coat). Disamping jenis-jenis aspal yang diperoleh pada penyulingan minyak bumi, terdapat pula aspal jenis lain, yaitu aspal alam dan aspal modifikasi. Sejauh ini terdapat dua jenis aspal alam, yaitu aspal danau (lake asphalt) dan aspal batu (rock asphalt). Contoh aspal danau adalah aspal yang terdapat di Danau Trinidad, Venezuela dan yang terdapat di Lawele. Karena konsistensinya yang keras, maka untuk mendapatkan aspal yang lebih encer, aspal alam perlu dicampur dengan aspal minyak yang lebih encer. Aspal batu merupakan aspal yang terbentuk dalam celah-celah atau rongga batuan dengan kadar yang bervareasi, mulai dari 12 persen sampai 35 persen. Contoh aspal batu adalah Aspal Buton (dikenal dengan nama Aspal Batu Boton yang disingkat ASBUTON). Seperti halnya aspal danau, aspal batu mempunyai konsitensi yang keras sehingga dalam penggunaanya, Halaman 33

37 biasanya dicampur dengan bahan pelunak, misal solar atau oli. Dewasa ini, sedang dikembangkan teknologi untuk memisahkan (ekstraksi) aspal yang terkandung dalam ASBUTON, agar penggunaan aspal lebih praktis. Aspal modifikasi merupakan aspal hasil pencampuran antara aspal minyak (aspal keras) dengan polymer. Tujuan pembuatan aspal polimer adalah untuk mendapatkan aspal yang mempunyai sifat-sifat yang lebih memenuhi tuntutan perkerasan yang mampu memikul lalu-lintas dewasa ini dan tahan terhadap pengaruh cuaca, terutama suhu. Uraian lebih lanjut tentang aspal (terutama sifat-sifatnya) disajikan dalam dalam Buku Informasi tentang Pengujian Material Aspal. 4) Metoda Pengamatan Visual Langkah pertama cara membedakan secara visual jenis-jenis agregat adalah menyebarkan agregat pada permukaan yang rata. Selanjutnya agregat diamati dan dinilai jenis kelompoknya (atau disebut fraksi), apakah agregat kasar, agregat halus, atau bahan pengisi. Karena masing-masing fraksi agregat biasanya mengandung juga fraksi yang lain, maka cara membedakan tiap fraksi adalah dengan mengamati kuantitas agregat yang dinilai dominan (bagian terbesar). Dalam hal tersebut, agregat dinyatakan sebagai agregat kasar apabila sebagian besar agregat diperkirakan mempunyai ukuran butir lebih besar dari 2,36 mm; agregat dinyatakan sebagai agregat halus apabila sebagian besar agregat diperkirakan mempunyai ukuran butir antara 0,075 mm dan 2,36 mm; agregat dinyatakan sebagai bahan pengisi apabila sebagian besar agregat diperkirakan mempunyai ukuran butir lebih kecil dari 0,075 mm. Ukuran butir 0,075 mm atau lebih kecil tidak dapat diperkirakan melalui pengamatan visual, tetapi diperkirakan dengan cara mengamati atau meraba kemiripannya dengan semen. Apabila sebagian besar agregat mirip dengan semen, maka agregat dapat dinyatakan sebagai bahan pengisi (filler). Melalui pengamatan visual, aspal dapat diidentifikasi melalui warnanya. Sedangkan jenis aspal (aspal keras, aspal cair, aspal emulsi) dapat diidentifikasi melalui konsistensinya (tingkat keenceran atau kekentalan) pada suhu udara dan mungkin juga aromanya. Aspal dinyatakan sebagai aspal keras apabila pada suhu udara, konsistensinya sangat kental sampai keras; aspal dinyatakan sebagai aspal cair apabila pada suhu udara, konsitensinya agak kental sampai kental; dan aspal dinyatakan sebagai aspal emulis apabila pada suhu udara, konsitensinya encer. c. Cara Memastikan Proses Identifikasi Material Untuk Beton Aspal Proses identifikasi material untuk beton aspal yang benar dapat dipastikan melalui penyaringan agregat dan melalui identifikasi jenis-jenis aspal. Halaman 34

38 Ukuran saringan yang digunakan untuk menyaring agregat adalah sebagai berikut: Saringan 2,36 mm (No. 8), untuk menyaring agregat kasar; Saringan 2,36 mm (No. 8) dan 0,075 mm (No. 200), untuk menyaring agregat halus; dan Saringan 2,36 mm (No. 8), untuk menyaringan bahan pengisi (filler). Apabila hasil penyaringan menunjukkan bahwa sebagian besar porsi agregat tertahan saringan 2,36 mm (No. 8), maka agregat adalah agregat kasar; apabila sebagian besar porsi agregat lolos saringan 2,36 mm (No. 8) dan tertahan saringan 0,075 mm (No. 200), maka agregat adalah agregat halus; dan apabila sebagian besar porsi agregat lolos saringan 0,075 mm (No. 200), maka agregat adalah bahan pengisi (filler). Di atas disebutkan bahwa cara untuk memastikan bahwa proses identifikasi aspal telah dilakukan secara benar adalah melalui identifikasi jenis-jenis aspal. Namun demikian, cara tersebut dinilai memberikan hasil yang kurang pasti, karena bersifat subyektif dan memerlukan keakhlian yang tinggi. Cara lain proses identifikasi yang dinillai lebih pasti adalah melalui pengamatan terhadap pengujian di laboratorium, apakah dilakukan secara lengkap dan benar, atau tidak lengkap dan/atau tidak benar. Pengujian di laboratorium terhadap aspal keras yang umumnya dilakukan adalah sebagai berikut: Pengujian penetrasi sebelum dan sesudah kehilangan berat. Pengujian daktilitas. Pengujian titik lembek. Pengujian titik nyala. Pengujian kelarutan. Pengujian kehilangan berat. Pengujian berat jenis Pengelompokan/Pengklasifikasian Material Untuk Beton Aspal Pengelompokan/pengklasifikasian material untuk beton aspal mencakup hal-hal sebagai berikut: Tata cara mengklasifikasikan/mengelompokkan material untuk beton aspal. Cara memilah material untuk beton aspal menurut ukurannya. Cara melakukan klasifikasi material untuk beton aspal sesuai dengan ketentuan. Halaman 35

39 a. Tata Cara Mengklasifikasikan/Mengelompokkan Material Untuk Beton Aspal 1) Tata Cara Mengklasifikasikan/Mengelompokkan Agregat Untuk Beton Aspal Salah satu cara untuk mengelompokkan agregat untuk beton aspal adalah berdasarkan sumber atau asalnya. Dalam hal tersebut, agregat dapat diklasifikasikan menjadi agregat alam, agregat prosesan, dan agregat sintetis. Agregat alam adalah agregat yang diperoleh dari alam dan digunakan sesuai dengan yang terbentuk di alam; agregat prosesan diperoleh melalui pemecahan dan penyaringan kerikil atau bongkah-bongkah batuan; sedangkan agregat sintetis merupakan agregat yang tidak tersedia di alam, tetapi merupakan hasil proses kimia atau fisika. Contoh agregat sintetis adalah terak, yaitu bahan nonmetal yang dihasilkan pada saat peleburan besi. Agregat dapat diklasifikasikan pula berdasarkan jenis batuannya; yaitu batuan sedimen, batuan beku, dan batuan metamorf. (a) Batuan Sedimen Batuan sedimen terbentuk melalui akumulasi sedimen (butir-butir halus) di dalam air. Sedimen dapat terdiri atas partikel-partikel mineral atau fragmen-fragmen (seperti pada kasus batu pasir), sisa-sisa atau produk binatang (batu kapur tertent), tumbuhan (batu bara), produk akhir proses kimia atau penguapan (garam, gipsum), atau gabungan bahanbahan tersebut. Terdapat dua istilah yang biasa digunakan untuk batuan sedimen; yaitu siliceous dan calcareous. Batuan sedimen siliceous adalah batuan yang mengandung silika dengan kadar yang tinggi, sedangkan batuan yang mengandung kalsium karbonat (batu kapur) dengan kadar yang tinggi disebut calcareous. Batuan sedimen biasanya dijumpai dalam bentuk lapisan-lapisan (strata) pada kulit bumi. Lapisan-lapisan tersebut merupakan hasil langsung pembentukan batuan sedimen. (b) Batuan Beku Batuan beku terdiri atas magma yang sudah mendingin dan memadat. Terdapat dua jenis batuan beku, extrusive dan intrusive. Batuan beku extrusive terbentuk dari bahan yang menyembur ke permukaan bumi pada saat erupsi vulkano atau aktifitas geologi yang serupa. Karena akibat persentuhan dengan atmosfir bahan menjadi cepat dingin, maka batuan yang dihasilkan mempunyai tampilan dan struktur yang mirip Halaman 36

40 dengan tampilan dan struktur kaca. Contoh batuan beku extrusive adalah ryolite, andesit, dan basalt. Batuan intrusive terbentuk dari magma yang terperangkap jauh di bawah kulit bumi. Karena terperangkap jauh di bawah kulit bumi, maka magma mendingin dan mengeras secara perlahan-lahan, sehingga terbentuk struktur kristalin. Sebagai akibatnya, batuan beku intrusive mempunyai struktur dan tampilan kristalin; contoh, granit, diorit, dan gabro. Akibat proses pergerakan dan erosi, batuan intrusive dapat muncul ke permukaan bumi sehingga dapat ditambang. (c) Batuan Metamorf Batuan metamorf umumnya merupakan batuan sedimen atau batuan beku yang telah mengalami perubahan akibat tekanan dan panas di dalam bumi serta reaksi kimia. Karena proses tersebut sangat kompleks, maka sering dihadapi kesulitan untuk menentukan asal batuan metamorf. Beberapa jenis batuan metamorf mempunyai karakteristik yang jelas: mineral tersusun dalam bidang-bidang atau lapisan-lapisan. Oleh karena itu, batuan metamorf lebih mudah dipisahkan melalui bidang mineral daripada melalui bidang yang lain. Batuan metamorf yang mempunyai struktur demikian disebut foliated. Contoh batuan foliated adalah gneisses dan schist (terbentuk dari batuan beku) dan slate (terbentuk dari shale, batuan sedimen). Tidak semua batuan metamorf mempunyai struktur foliated. Dalam hal tersebut, marmer (terbentuk dari batu kapur) dan quartzite (terbentuk dari batupasir) merupakan jenis-jenis batuan metamorf yang tidak mempunyai struktur foliated. 2) Tata Cara Mengklasifikasikan/Mengelompokkan Aspal Untuk Beton Aspal Pengklasifikasian/pengelompokkan aspal dapat didasarkan pada berbagai aspek sebagai berikut: Pembentukan di alam; Proses pembuatan; Konsistensi (tingkat keenceran/kekentalan; Kecepatan curing (penguapan bahan pelarut); dan Kecepatan setting (penurunan butir-butir aspal). Sejauh ini, aspal yang tersedia di pasar adalah aspal yang berasal dari alam. Berdasarkan keberadaannya di alam, aspal dapat dikelompokkan menjadi aspal minyak, aspal danau, dan aspal batu. Aspal minyak adalah aspal yang dikenal sehari-hari sebagai bahan beton aspal; contoh aspal danau adalah aspal yang terdapat di Danau Trinidad; sedangkan aspal batu Halaman 37

41 adalah aspal yang tekandung dalam rongga-rongga atau celah-celah batuan, contohnya adalah ASBUTON. Aspal minyak merupakan salah satu produk pada penyulingan minyak bumi dan aspal yang dihasilkan adalah aspal keras atau diebut juga aspal semen. Aspal keras selanjutnya dapat dijadikan aspal cair dan aspal emulsi. Aspal cair diperoleh melalui pencampuran aspal keras dengan destilat minyak bumi (misal minyak tanah atau solar), sedangkan aspal emulsi diperoleh melalui pencampuran (emulsifying) aspal keras dengan air. Di Indonesia, aspal keras biasa diklasifikasikan berdasarkan angka penetrasinya sehingga menjadi aspal keras penetrasi 40-50, 60-70, , , dan Aspal cair biasa dikelompokkan menurut kecepatan curing-nya sehingga menjadi tiga kelompok utama; yaitu Rapid Curing (RC), Medium Curing (MC), dan Slow Curing (SC). Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dikelompokan menjadi aspal anionik (bermuatan negatif) dan aspal kationik (bermuatan positif). Masing-masing kelompok aspal emulsi selanjutnya dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok utama menurut tingkat setting-nya; yaitu Rapid Setiing (RS), Medium Setting (MS), dan Slow Setting (SS). b. Tata Cara Memilah Material Untuk Beton Aspal Menurut Ukurannya Meskipun material untuk beton aspal terdiri atas dua jenis, yaitu agregat dan aspal, namun uraian ini hanya menyangkut tata cara memilah agregat menurut ukuran butirnya. Menurut ukuran butir yang dominan, agregat dikelompokkan menjadi: Agregat kasar apabila agregat mengandung sebagian besar porsi agregat yang tertahan saringan 2,36 mm (No. 8) dan lolos saringan 25,4 mm (1 inci). Agregat kasar apabila agregat mengandung sebagian besar porsi agregat yang tertahan saringan 0,075 mm (No. 200) dan lolos saringan 2,36 mm (No. 8). Agregat kasar apabila agregat mengandung sebagian besar porsi agregat yang lolos saringan 0,075 mm (No. 200). Berdasarkan kelas-kelas di atas, agregat untuk beton aspal dipilah sehingga berat minimum agregat kasar adalah 50 kg, agregat halus adalah 10 kg, dan bahan pengisi 1 kg. c. Cara Melakukan Klasifikasi Material Beton Aspal Yang Sesuai Dengan Ketentuan Yang dimaksud dengan cara melakukan klasifikasi pada uraian ini adalah garis besar prosedur pengujian/analisis saringan untuk menentukan gradasi agregat. Halaman 38

42 Setelah agregat yang akan disaring disiapkan (telah dikeringkan dalam oven dan ditimbang, misal 5 kg), secara garis besar, langkah-langkah analisis saringan adalah sebagai berikut: Susun saringan saringan berukuran terbesar diletakkan paling atas (setelah penutup) dan saringan paling kecil (berukuran 0,075 mm) diletakkan paling bawah (sebelum pan), seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Pasang pan pada posisi paling bawah. Tuangkan agregat ke dalam saringan paling atas. Tutup saringan. Letakkan saringan pada alat penggetar. Jalankan alat penggetar dan biarkan selama waktu yang cukup (sampai agregat yang tertahan pada tiap saringan mempunyai berat yang tetap). Matikan alat penggetar dan angkat saringan. Masukkan agregat yang tertahan pada tiap saringan dan pan. Hitung berat agregat yang tertahan pada tiap saringan sebagai persentase terhadap berat total. Lakukan pencatatan hasil pengujian seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9. PENUTUP SARINGAN BERUKURAN TERKECIL ALAT PENGGETAR (SIEVE SHAKER) SARINGAN BERUKURAN TERKECIL PAN Gambar 4. Susunan saringan pada analisis saringan Tabel 9. Contoh gradasi agregat hasil analisis saringan BERAT BUTIR UKURAN SARINGAN TERTAHAN (gram) KOMULATIF TERTAHAN (gram) KOMULATIF TERTAHAN (%) LOLOS (%) 50,000 mm (2 in) 37,500 mm (1,5 in) 25,000 mm (1 in) 09,500 mm (¾ in) 04,760 mm (No. 4) 02,000 mm (No. 10) 00,425 mm (No. 40) 00,075 mm (No. 200) Halaman 39

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.001.02 BUKU KERJA

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL FORMULA CAMPURAN KERJA BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.008.02

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL AGREGAT KASAR KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Agregat Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi

Lebih terperinci

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aspal Aspal didefinisikan sebagai bahan yang berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, mempunyai sifat lekat baik dan berlemak,

Lebih terperinci

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas: 17 BABUI LANDASAN TEORI 3.1 Perkerasan Jalan Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas: 1. Konstmksi perkerasan lentur ("fleksibel pavement"), yaitu perkerasan yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh Departemen Pekerjaan umum adalah Asphalt Concrete - Binder

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung beban lalulintas dan meneruskannya sampai

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X KAJIAN CAMPURAN PANAS AGREGAT ( AC-BC ) DENGAN SEMEN SEBAGAI FILLER BERDASARKAN UJI MARSHALL Oleh: Hendri Nofrianto*), Zulfi Hendra**) *) Dosen, **) Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded) BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton (Laston) Lapis aspal beton adalah lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN: KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MELAKUKAN PENGUJIAN MATERIAL AGREGAT HALUS KODE UNIT KOMPETENSI F.45.TLBA.02.004.02

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar

Lebih terperinci

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC Januardi 1) Abstrak Dalam Ditjen (2011), khusus pada sifat-sifat campuran perkerasan hanya terdapat standar untuk

Lebih terperinci

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,

Lebih terperinci

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1, Arys Andhikatama 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI HALAMAN JIJDUL, EEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR,-,-, DAFTAR ISI v DAFTAR LAMPIRAN vn) DAFTAR TABEL jx DAFTAR GAMBAR x DAFTAR 1STILAH XI NTISARI x, BAB I PENDAHULUAN 1 1 1 Latar Belakang I 1.2

Lebih terperinci

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH OF SUGAR CANE) SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS ATB (ASPHALT TREATD BASE) Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG Fergianti Suawah O. H. Kaseke, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA

BABII TINJAUAN PUSTAKA BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspal Secara urnum aspal dikenal sebagai material yang lengket, bersifat viscoelastic pada suhu kamar, dan berwarna coklat gelap sampai hitam. Aspal sebagai material penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1), Isyak Bayu M 2) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS Prylita Rombot Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi perkerasan lentur terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70 BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70. Pengujian aspal di laboratorium Jalan

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH Sri Sunarjono 1, Robby Samantha 2 1 Dosen Pengajar Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR Michael Kevindie Setyawan 1, Paravita Sri Wulandari 2, Harry Patmadjaja

Lebih terperinci

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4 STUDI KOMPARASI PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN NILAI KONSTANTA ASPAL RENCANA TERHADAP NILAI STABILITAS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (HRSWC) TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal,aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pada penelitian penulis yang berjudul Perbandingan Tebal Perkerasan Lentur Metode Manual Desain Perkerasan 2013 dengan Metode AASHTO 1993 (Studi Kasus: Jalur JLS Ruas

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,

Lebih terperinci

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspal Aspal yang sering digunakan di Indonesia adalah aspal keras hasil destilasi minyak bumi dengan jenis AC 60-70 dan AC 80-100, karena penetrasi aspal relatif rendah, sehingga

Lebih terperinci

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL M. Aminsyah Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas Abstrak Dalam rangka peningkatan dan pengembangan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.002.02 BUKU KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 SM, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang,

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1 PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1 Windi Nugraening Pradana INTISARI Salah satu bidang industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Natural Rubber Natural rubber (karet alam) berasal dari getah pohon karet atau yang biasa dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet mentah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik - Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH SIFAT FISIK AGREGAT TERHADAP RONGGA DALAM CAMPURAN BERASPAL PANAS

PENGARUH SIFAT FISIK AGREGAT TERHADAP RONGGA DALAM CAMPURAN BERASPAL PANAS Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.3, Februari 2013 (184189) PENGRUH SIFT FISIK GREGT TERHDP RONGG DLM CMPURN BERSPL PNS Fernando Rondonuwu O.H. Kaseke,.L.E. Rumayar, M.R.E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Menurut Totomihardjo (1995), perkerasan adalah suatu lapis tambahan yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaruh dan Kualitas Drainase Jalan Raya Drainase jalan raya adalah pengeringan atau pengendalian air dipermukaan jalan yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada badan

Lebih terperinci

UJI STABILITAS TERHADAP FLOW CAMPURAN ASPAL DENGAN MARSHALL TEST (KADAR ASPAL 5 %, PENETRASI 60/70)

UJI STABILITAS TERHADAP FLOW CAMPURAN ASPAL DENGAN MARSHALL TEST (KADAR ASPAL 5 %, PENETRASI 60/70) ISSN 1410-9840 UJI STABILITAS TERHADAP FLOW CAMPURAN ASPAL DENGAN MARSHALL TEST (KADAR ASPAL 5 %, PENETRASI 60/70) Agus Muldiyanto Universitas Semarang Email : mulsuga@yahoo.co.id ABSTRAK Untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS Dwinanta Utama Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unversitas Borobudur Jl. Raya Kali Malang No. 1,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi Perkerasan Jalan Tanah saja biasanya tidak cukup dan menahan deformasi akibat beban roda berulang, untuk itu perlu adanya lapis tambahan yang terletak antara tanah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BB III LNDSN TEORI. Metode Pengujian gregat dapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam pengujian material yaitu mengacu pada spesifikasi Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 3) sebagai berikut: 1. gregat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut, peningkatan mobilitas penduduk mengakibatkan banyak kendaraan-kendaraan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) Vonne Carla Pangemanan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN: PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON LAPIS AUS GRADASI SENJANG Risky Aynin Hamzah Oscar H. Kaseke, Mecky M. Manoppo

Lebih terperinci

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG Lalu Heru Ph. 1) Abstrak Penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.001.02 BUKU PENILAIAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI F45.TLBA.01.002.02

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Tinjauan Teknis dan Ekonomi Penggunaan Aspal Beton dan Hot Rolled Sheet Sebagai Bahan Pelapisan Ulang Permukaan Jalan ( Kasus Ruas Widang Gresik Sta 7+150 s/d Sta 10+200 ) Djoko Sulistiono, Amalia FM,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama untuk menggerakkan roda perekonomian nasional, hal ini karena jalan memiliki peran penting dan strategis untuk mendorong

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2 PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/ dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan INTISARI Jalan merupakan sarana penghubung mobilisasi dari satu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Menurut (Sukirman, S 1992) Lapisan perkerasan adalah konstruksi diatas tanah dasar yang berfungsi memikul beban lalu lintas dengan memberikan rasa

Lebih terperinci

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT STUDI PENGGUNAAN PASIR PANTAI BAKAU SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS) AKHMAD BESTARI Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan suatu lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada

Lebih terperinci

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN Asrul Arifin ABSTRAK Pengujian dilaboratorium terdiri dari Tes Ekstraksi, Uji Analisa Saringan dan Tes Marshall. Uji Ekstraksi harus dilakukan

Lebih terperinci

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 135 STUDI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS HRS-BASE (STUDI KASUS PAKET KEGIATAN PENINGKATAN JALAN HAMPALIT PETAK BAHANDANG STA. 26+500 s.d.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS Praesillia Christien Ator J. E. Waani, O. H. Kaseke Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI STUDI PERBANDINGAN NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN AGREGAT SUNGAI GRINDULU, SUNGAI LESTI, DAN BENGAWAN SOLO UNTUK LALULINTAS SEDANG Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, terutama di daerah perkotaan terus memacu pertumbuhan aktivitas penduduk. Dengan demikian, ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk sehingga muncul banyak kendaraan-kendaraan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERAPIAN DAN PEMELIHARAAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat. Dengan melihat peningkatan mobilitas penduduk yang sangat tinggi

Lebih terperinci

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah salah satu konstruksi yang terdiri dari beberapa lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Material Dasar 1. Agregat dan Filler Material agregat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari batu pecah yang berasal dari Tanjungan, Lampung Selatan. Sedangkan sebagian

Lebih terperinci

NASKAH SEMINAR INTISARI

NASKAH SEMINAR INTISARI NASKAH SEMINAR PENGARUH VARIASI PEMADATAN PADA UJI MARSHALL TERHADAP ASPHALT TREATED BASE (ATB) MODIFIED MENURUT SPESIFIKASI BINA MARGA 2010 (REV-2) 1 Angga Ramdhani K F 2, Anita Rahmawati 3, Anita Widianti

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN: KAJIAN KINERJA CAMPURAN LAPIS PONDASI JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI (HRS-BASE) BERGRADASI SENJANG DENGAN JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI (AC-BASE) BERGRADASI HALUS Meggie Huwae Oscar

Lebih terperinci