Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi
|
|
- Vera Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 135 STUDI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS HRS-BASE (STUDI KASUS PAKET KEGIATAN PENINGKATAN JALAN HAMPALIT PETAK BAHANDANG STA s.d. STA ) Oleh: Prima Reynaldo 1), Murniati 2), dan Salonten 3) Prasarana jalan merupakan suatu prasarana transportasi darat yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan wilayah. Sebagai sarana utama, jalan raya harus memenuhi syaratsyarat teknis khususnya mutu dan kualitas. Faktor-faktor mulai dari pemeriksaan laboratorium, peralatan yang sesuai dan terkalibrasi serta pelaksanaan pengendalian kualitas (Quality Control) disetiap pelaksanaan merupakan aspek penting dalam menghasilkan perkerasan jalan yang kuat, awet dan tahan lama. Oleh karena itu perlu dilakukan Studi Pengendalian Mutu (Quality Control) terhadap berbagai aspek, salah satunya adalah Campuran Aspal Panas Jenis HRS-Base. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah uji laboratorium. Pada pengujian di laboratorium diperlukan benda uji (Core Sample) yang didapatkan dari hasil Core Drill pada Jalan Hampalit Petak Bahandang STA s.d. STA , kemudian dilakukan pengujian meliputi pengujian sifat campuran aspal dan agregat pada Core Sample dengan alat Marshall serta pengujian kadar aspal yang dilakukan dengan metode ekstraksi dengan alat Centrifuge Ekstraktor. Dari hasil pengujian diperoleh data mengenai mutu perkerasan jalan yang digambarkan melalui nilai karakteristik Marshall dan uji ekstraksi. Data yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk dasar analisis sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dari mutu perkerasan lapis permukaan di lokasi. Pengujian di laboratorium memberikan hasil sebagai berikut: (1) Nilai stabilitas rata-rata sebesar 1441,656 kg, mengalami penurunan 2,23% dari nilai stabilitas pada Job Mix Formula sebesar 1474,6 kg. (2) nilai flow rata-rata sebesar 3,367 mm, mengalami penurunan 0.97% dari nilai flow pada Job Mix Formula sebesar 3,40 mm. (3) nilai Marshall Quotient rata-rata sebesar 426,189 kg/mm, mengalami penurunan 1,89% dari nilai Marshall Quotient pada Job Mix Formula sebesar 434,4 kg/mm. (4) nilai VIM (Void In Mixture) rata-rata dan nilai VFB (Void Filled Bitument) rata-rata didapatkan masing-masing sebesar 4,99% dan 74,563%. (5) Nilai kadar aspal rata-rata pada core sample didapatkan sebesar 6,54%, terjadi peningkatan 12,84% dari nilai kadar aspal pada Job Mix Formula sebesar 5,7%. Secara umum nilai-nilai parameter Marshall dan uji ekstraksi dari core sample lapis permukaan jenis HRS-Base Jalan Hampalit Petak Bahandang STA s.d. STA masih memenuhi syarat dari spesifikasi teknis Bina Marga. Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi PENDAHULUAN Prasarana jalan merupakan suatu prasarana transportasi darat yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan wilayah. Sebagai salah satu sarana untuk membuka akses bagi arus barang, jasa dan orang, jalan merupakan salah satu penyokong urat nadi perekonomian pada suatu daerah. Dengan tingginya mobilitas penduduk, jalan yang tidak didukung dengan kualitas yang memadai akan menghambat arus perekonomian, terutama di daerah-daerah terpencil dengan akses terbatas. Sebagai sarana utama jalan raya harus memenuhi syarat-syarat teknis menurut fungsi, volume serta sifat lalu lintas dengan mempertimbangkan beberapa aspek pendukung seperti aspek kekuatan, pemeliharaan, penggunaan material maupun mutu perkerasan, terutama didaerah dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Prasarana jalan merupakan suatu prasarana transportasi darat yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan wilayah. Sebagai salah satu sarana untuk membuka akses bagi arus barang, jasa dan orang, jalan merupakan salah satu penyokong urat nadi perekonomian pada suatu daerah. Dengan tingginya mobilitas penduduk, jalan yang tidak didukung dengan kualitas yang memadai akan menghambat arus perekonomian, 1) Prima Reynaldo adalah mahasiswa dari Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya 2) Murniati, S.T., M.T. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangkaraya 3) Salonten, S.T., M.T. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangkaraya
2 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 136 terutama di daerah-daerah terpencil dengan akses terbatas. Sebagai sarana utama jalan raya harus memenuhi syarat-syarat teknis menurut fungsi, volume serta sifat lalu lintas dengan mempertimbangkan beberapa aspek pendukung seperti aspek kekuatan, pemeliharaan, penggunaan material maupun mutu perkerasan, terutama didaerah dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Beberapa jenis campuran beraspal panas yang dapat ditemui di Indonesia antara lain: 1. Lapis tipis aspal pasir (Latasir) atau Sand Sheet Kelas A dan B. 2. Lapis tipis aspal beton (Lataston) atau Hot Rolled Sheet (HRS) yang terdiri dari HRS- Base dan HRS-Wearing Course. 3. Lapis aspal beton (Laston) atau Asphalt Concrete (AC) yang terdiri dari AC-Base dan AC-WC. Dalam menentukan kualitas campuran perkerasan, komposisi yang tepat dan teruji dari material penyusun merupakan faktor terpenting yang harus juga didukung dengan sumber daya manusia yang mengerti betul penanganan pelaksanaan pekerjaan serta pengujian material di lapangan. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengendalian mutu lapis perkerasan yang berjudul Studi Pengendalian Mutu (Quality Control) Campuran Aspal Panas Jenis HRS-Base (Studi Kasus Paket Kegiatan Peningkatan Jalan Hampalit Petak Bahandang STA s.d. STA ). Tujuan Studi Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui bagaimana kualitas lapis permukaan jenis HRS-Base jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ) berdasarkan nilai karakteristik Marshall jika dibandingkan dengan nilai karateristik Marshall pada Job Mix Formula (JMF), sesuai atau tidak dengan spesifikasi teknis bina marga. 2. Mengetahui nilai persentase kadar aspal lapis permukaan jenis HRS-Base jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ) jika dibandingkan dengan nilai persentase kadar aspal pada Job Mix Formula (JMF), sesuai atau tidak dengan spesifikasi teknis Bina Marga. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode uji laboratorium. Benda uji (Core Sample) yang didapatkan dari hasil Core Drill di lokasi tinjauan diperiksa di laboratorium untuk memperoleh data mengenai mutu perkerasan jalan yang digambarkan melalui nilai karakteristik Marshall dan uji ekstraksi. Data yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk dasar analisis sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dari mutu perkerasan lapis permukaan di lokasi. 1. Pelaksanaan Pengujian Core Sample dengan Metode Marshall Pengujian sifat-sifat campuran aspal panas pada penelitian ini adalah pengujian pada Core Sample dengan alat Marshall Test untuk mendapatkan sifat campuran aspal dan agregat. Dasar teori yang digunakan mengacu pada buku penuntun praktikum bahan perkerasan jalan, Laboratorium Jalan Raya, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya (2007). Adapun prosedur pengujian nya adalah sebagai berikut: a) Benda uji (Core Sample) ditimbang dalam suhu ruang dan beratnya ditetapkan. b) Selanjutnya direndam dalam air selama 24 jam pada suhu ruang dan ditimbang dalam air lalu beratnya ditetapkan. c) Setelah itu benda uji diangkat dan dikeringkan sampai mencapai kering permukaan jenuh (SSD) lalu ditimbang dan ditetapkan beratnya. d) Benda uji kemudian direndam dalam bak (Water Bath) berisi air panas dengan suhu ± 60 C selama menit dengan tujuan untuk menyesuaikan suhu benda uji dengan suhu terpanas di lapangan. e) Setelah rendaman benda uji mencapai suhu ± 60 C, kemudian dilakukan test Marshall. Data yang didapat dari hasil pengujian tersebut selanjutnya digunakan untuk pengisian tabel Marshall. Data yang diperlukan antara lain:
3 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 137 a) Kadar aspal benda uji (Core Sample) (%) b) Berat isi (gr/cm³) c) Kepadatan (gr/cm³) d) Stabilitas (kg) e) Kelelehan/Flow (mm) f) Rongga Terisi Aspal (VFB) (%) g) Rongga dalam Campuran (VIM) (%) h) Hasil Bagi Marshall (Marshall Qoutient) Sedangkan tata cara pengisisan tabel hasil uji Marshall untuk benda uji Core Sample adalah sebagai berikut: a) Kadar Aspal terhadap berat campuran b) Isi Core Sample c) Kepadatan (Density) d) Berat Isi Core Sample e) Rongga Terisi Aspal (VFB) di mana VMA adalah Persentase Rongga diantara butir-butir agregat dalam campuran. f) Rongga Terhadap Campuran (VIM) ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Laboratorium Pengujian atas mutu Core Sample pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, yang dilakukan selama lebih kurang 7 hari. Penelitian yang dilakukan meliputi pengujian sifat campuran aspal dan agregat pada Core Sample dengan alat Marshall serta pengujian kadar aspal yang dilakukan dengan metode ekstraksi dengan alat Centrifuge Ekstraktor. Pengujian Marshall Sebelum pengujian dengan alat Marshall dilakukan, benda uji direndam terlebih dahulu dengan bak berisi air panas (Water Bath) dengan temperatur 60 C selama 30 sampai 40 menit. Hasil pengujian Marshall untuk setiap Core Sample yang berasal dari jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ) dengan berbagai variasi kadar aspal yang diperoleh berdasarkan uji ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Variasi Kadar Aspal yang Diperoleh Berdasarkan Uji Ekstraksi g) Stabilitas h) Kelelehan/Flow Pembacaan Flowmeter pada alat Marshall Test. i) Hasil Bagi Marshall (Marshall Quotient) 2. Metode Ekstraksi (Extract Test) Perhitungan kadar aspal dengan metode ekstraksi sebagaimana berikut: di mana Berat Awal (A) adalah Berat sampel sebelum pengujian, Berat Akhir (B) adalah Berat sampel + Berat Mineral pada Kertas Saring setelah pengujian. Perhitungan Pengisian Tabel Data yang didapat dari pengujian sebelumnya selanjutnya digunakan untuk pengisian Tabel Marshall. Adapun Tabel Marshall yang
4 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 138 digunakan adalah jenis Tabel yang ada dalam buku Manual Pemeriksaan Bahan Jalan PC dari Bina Marga. Datadata yang diperlukan dalam pengisian Tabel Marshall berdasarkan PC antara lain: a. Data kadar aspal terhadap campuran. b. Data kadar aspal terhadap total agregat. c. Data berat jenis agregat dan aspal. d. Data berat dan tinggi benda uji. e. Pembacaan angka stabilitas dan flow dari hasil pengujian Marshall. Analisis Hasil Pengujian Pada Core Sample Karakteristik utama campuran aspal panas yang diukur dari pengujian Marshall adalah: stabilitas, flow, rongga udara dalam campuran, rongga terisi aspal, dan nilai Marshall Quotient. Dari hasil pengujian Marshall menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kelima karakteristik campuran aspal panas dengan variasi kadar aspal pada Core Sample. Untuk menganalisis hubungan kelima karakteristik campuran tersebut dengan variasi kadar aspal digunakan bantuan grafik. Teknik dan Metode Pengambilan Sampel Sampel berupa Core Sample yang diambil dari hasil Core Drill pada saat pemeriksaan lapangan 100% pihak kontraktor, konsultan, dan panitia PHO pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ). Sampel yang digunakan sebanyak 15 (lima belas) buah pada sisi jalan dengan jarak per 200 m (berdasarkan data dari pihak kontraktor). Tebal Lapisan dan Toleransi Tebal lapisan campuran aspal pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ) dapat dilihat dengan mengukur tinggi Core Sample dengan ketelitian 0,1 mm. Hasil pengukuran tebal lapisan pada Core Sample didapat hasil seperti pada Tabel 2 berikut ini dengan tebal nominal dan toleransi berdasarkan spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh Bina Marga: Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Tebal Lapisan Aspal Pada Core Sample Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk semua Core Sample pada tiap STA. telah memenuhi syarat tebal nominal minimum tetapi tidak memenuhi toleransi yang ditetapkan oleh Bina Marga pada spesifikasi teknis. Uji Ekstraksi Sampel Sampel berupa Core Sample lapis permukaan jenis HRS-Base yang diambil pada saat pemeriksaan lapangan 100% pihak kontraktor, konsultan, dan panitia PHO pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ) diuji untuk mengetahui kadar aspal pada lapisan perkerasan di Laboratorium Rekayasa Jalan Raya dengan metode ekstraksi. Dari hasil pengujian ekstraksi didapat hasil seperti Tabel 3 berikut: Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kadar Aspal dengan Ekstraksi
5 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 139 Hubungan Stabilitas dengan Variasi Kadar Aspal Stabilitas, lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk, gelombang, alur atau Bleeding. Kestabilan yang tinggi menyebabkan lapisan perkerasan menjadi kaku dan mudah retak. Untuk aspal panas jenis HRS-Base, stabilitas yang disyaratkan oleh Bina Marga adalah minimal 800 kg. Pada Gambar 1 berikut dapat dilihat pengaruh variasi kadar aspal terhadap nilai stabilitas, gambar ini adalah hasil dari perhitungan Marshall Core Sample I sampai dengan Core Sample XV dengan kadar aspal sesuai dengan hasil yang didapatkan di lapangan. Dari hasil pengujian pada lapis permukaan dapat diambil rata-rata nilai stabilitas yaitu sebesar 1441,656 kg sedangkan untuk nilai stabilitas pada Job Mix Formula diketahui sebesar 1474,6 kg. Terjadi penurunan 2,23% setelah 6 bulan penghamparan dan pemadatan. Nilai stabilitas perkerasan pada Core Sample dari jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ) dapat dikatakan memenuhi syarat spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Bina Marga untuk aspal campuran panas jenis HRS-Base yaitu minimal 800 kg. Hubungan Kelelehan (Flow) dengan Variasi Kadar Aspal Kelelehan (flow) adalah kemampuan lapisan beban berulang tanpa terjadi kelelehan yang berupa alur (rutting) dan retak. Nilai kelelehan (flow) yang disyaratkan oleh Bina Marga untuk campuran jenis HRS-Base adalah minimal 3,0 mm. Hasil pengujian kelelehan (flow) diperoleh dari pengujian pada Core Sample. Pengaruh nilai kelelehan (flow) dengan variasi kadar aspal hasil Core Sample dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. Gambar 1. Grafik Hubungan Stabilitas Dengan Variasi Kadar Aspal Pada Core Sample Dari grafik di atas nilai stabilitas tertinggi didapatkan pada nilai kadar aspal tertinggi yaitu 7,21% pada Core Sample dari STA dengan nilai stabilitas 2074,767 kg, sedangkan untuk nilai stabilitas terendah didapatkan pada STA dengan kadar aspal 6,06% dengan nilai stabilitas sebesar 1034,896 kg. Stabilitas campuran beraspal yang tinggi disebabkan karena pada kadar aspal yang tinggi terjadi peningkatan terhadap daya ikat campuran dan efek lumas aspal terhadap agregat sehingga lapisan perkerasan mudah menjadi padat, sedangkan pada kadar aspal yang rendah, stabilitas menurun yang disebabkan oleh berkurangnya daya ikat campuran antara aspal dan agregat sehingga mudah lepas mengakibatkan perkerasan rentan terhadap beban lalu lintas. Hal ini mengingat fungsinya sebagai lapisan aus yang paling awal menerima beban lalu lintas. Gambar 2. Grafik Hubungan Flow Dengan Variasi Kadar Aspal Pada Core Sample Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai tertinggi flow terjadi pada kadar aspal 7,21% yaitu sebesar 3,80 mm. Sedangkan nilai terendah pada kadar aspal 6,06% yaitu nilai yang dicapai sebesar 3,00 mm. Secara umum pada grafik menunjukkan bahwa nilai kelelehan (flow) cenderung naik mengikuti peningkatan kadar aspal dalam campuran sampai pada batas tertentu. Dari hasil pengujian pada lapis permukaan dapat diambil rata-rata nilai flow yaitu sebesar 3,367 mm sedangkan untuk nilai flow pada Job Mix Formula diketahui sebesar 3,40 mm. Terjadi penurunan 0.97% dari nilai flow pada Job Mix
6 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 140 Formula setelah 6 bulan penghamparan dan pemadatan. Nilai kelelehan (flow) pada Core Sample dari jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ) telah memenuhi syarat spesifikasi yang ditetapkan oleh Bina Marga untuk aspal campuran panas jenis HRS-Base yaitu minimal 3,00 mm. Bila kelelehan (flow) kurang dari 3,00 mm, maka perkerasan akan bersifat kaku sehingga perkerasan akan mudah mengalami retak. Hubungan Hasil Bagi Marshall (Marshall Quotient) dengan Variasi Kadar Aspal Hasil bagi Marshall adalah hasil bagi antara stabilitas dengan kelelehan. Nilai hasil bagi Marshall merupakan indikator kelenturan yang potensial terhadap keretakan. Persyaratan yang ditetapkan oleh Bina Marga untuk campuran HRS-Base adalah minimal 250 kg/mm. Hasil perhitungan nilai hasil bagi Marshall dapat dilihat pada lampiran tabel Marshall. Untuk mengetahui lebih jelasnya hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 berikut: sebesar 1,89% setelah 6 bulan penghamparan dan pemadatan. Hubungan Rongga Udara Dalam Campuran (VIM) dengan variasi Kadar Aspal Rongga udara dalam campuran (Void In Mixture) merupakan indikator terhadap ketahanan campuran (durabilitas). Rongga udara yang cukup akan memberikan kesempatan untuk pemadatan tambahan akibat pemadatan berulang yang diakibatkan oleh beban lalu lintas. Nilai rongga udara dalam campuran, yang disyaratkan oleh Bina Marga adalah 4 6%. Hasil perhitungan nilai rongga udara dalam campuran dapat dilihat pada Tabel 1 yang merupakan nilai dari Core Sample. Pada Gambar 4 berikut akan dilihat pengaruh variasi aspal terhadap rongga udara dalam campuran. Gambar 4. Grafik Hubungan Rongga Udara Dalam Campuran (VIM) Dengan Variasi Kadar Aspal pada Core Sample Gambar 3. Grafik Hubungan Hasil Bagi Marshall Dengan Variasi Kadar Aspal pada Core Sample Nilai tertinggi hasil bagi Marshall terjadi pada kadar aspal 7,21% yaitu sebesar 545,991 kg/mm dan nilai terendah pada kadar aspal 6,06% yaitu sebesar 344,965 kg/mm. Pada grafik menunjukkan nilai hasil bagi Marshall untuk Core Sample pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ) telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Bina Marga untuk campuran HRS-Base yaitu minimal 250 kg/mm. Dari hasil pengujian pada lapis permukaan dapat diambil rata-rata nilai hasil bagi Marshall yaitu sebesar 426,189 kg/mm sedangkan untuk nilai hasil bagi Marshall pada Job Mix Formula diketahui sebesar kg/mm terjadi penurunan Rongga terisi aspal adalah persentase dari rongga antar butir agregat yang terisi aspal. Nilai rongga yang terisi aspal yang terlalu kecil menyebabkan daya lekat antar agregat menjadi berkurang, sehingga mudah lepas dan sangat mempengaruhi Durabilitas campuran, tetapi rongga terisi aspal terlalu besar memungkinkan terjadinya Bleeding. Nilai rongga terisi aspal yang disyaratkan oleh Bina Marga untuk campuran HRS-Base adalah minimal 68%. Hasil perhitungan nilai rongga terisi aspal (Void Filled Bitument) dapat dilihat pada Tabel 1 pada halaman sebelumnya, nilai tersebut adalah merupakan nilai Core Sample dari jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ). Pada Gambar 5 berikut dapat dilihat hubungan rongga terisi aspal dengan kadar aspal.
7 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 141 Gambar 5. Grafik Hubungan Rongga Terisi Aspal (VFB) Dengan Variasi Kadar Aspal pada Core Sample Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai rongga terisi aspal cenderung meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah aspal. Hal tersebut disebabkan peningkatan jumlah aspal yang mengisi rongga-rongga udara diantara butiran agregat. Dari hasil pengujian pada lapis permukaan dapat diambil rata-rata nilai Void Filled Bitument yaitu sebesar 74,563% sedangkan untuk nilai Void Filled Bitument pada Job Mix Formula diketahui sebesar 71.19%. Terjadi peningkatan 4,524% setelah 6 bulan penghamparan dan pemadatan. Nilai rongga terisi aspal pada Core Sample jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ) telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Bina Marga pada spesifikasi teknis yaitu minimal 68%. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pengujian di Laboratorium Rekayasa Jalan Raya yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur pengujian Marshall dan pengujian ekstraksi pada core sample yang diambil pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ), dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu 1. Nilai stabilitas rata-rata didapatkan sebesar 1441,656 kg, mengalami penurunan 2,23% dari nilai stabilitas pada Job Mix Formula sebesar 1474,6 kg, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 800 kg. Nilai flow rata-rata didapatkan sebesar 3,367 mm, mengalami penurunan 0.97% dari nilai flow pada Job Mix Formula sebesar 3,40 mm, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 3,00 mm. Nilai Marshall Quotient rata-rata didapatkan nilai sebesar 426,189 kg/mm, mengalami penurunan 1,89% dari nilai Marshall Quotient pada Job Mix Formula sebesar 434,4 kg/mm, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 250 kg/mm. Nilai VIM (Void In Mixture) didapatkan nilai rata-rata sebesar 4,99%, mengalami penurunan 1,96% dari nilai VIM pada Job Mix Formula sebesar 5,09%, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 4 6%. Nilai VFB (Void Filled Bitument) rata-rata didapatkan sebesar 74,563%, mengalami peningkatan 4,524% dari nilai VFB pada Job Mix Formula sebesar 71,19%, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 68%. Jadi secara umum nilai-nilai parameter Marshall dari core sample lapis permukaan jenis HRS- Base pada jalan Hampalit Petak Bahandang (STA s.d. STA ) ada yang mengalami penurunan dan peningkatan yang bervariasi jika dibandingkan dengan nilai parameter Marshall pada Job Mix Formula, tetapi masih memenuhi syarat dari spesifikasi teknis Bina Marga. 2. Hasil pengujian dengan metode ekstraksi pada masing-masing core sample menunjukkan beberapa variasi kadar aspal. Nilai kadar aspal rata-rata pada core sample didapatkan sebesar 6,54%, terjadi peningkatan 12,84% jika dibandingkan dengan kadar aspal optimum pada Job Mix Formula sebesar 5,7%, telah memenuhi syarat minimum spesifikasi teknis Bina Marga yaitu 5,5%. Saran Berdasarkan penelitian di laboratorium dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Perlunya ketelitian pada saat melakukan eksperimen di laboratorium seperti dalam hal menimbang, ketelitian dalam pengujian serta hal lain yang harus diawasi secara benar sehingga didapatkan hasil yang lebih teliti dan dilakukan dengan alat yang memadai. 2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk membahas lebih dalam lagi mengenai faktor-faktor penyebab
8 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 142 penurunan kualitas perkerasan jalan, serta penelitian lebih lanjut untuk menentukan faktor toleransi dan penurunan mutu perkerasan jalan selama umur pelayanan jalan. 3. Diharapkan untuk instansi terkait yang menangani pelaksanaan konstruksi jalan dapat melakukan suatu pengawasan yang ketat pada kegiatan pembangunan konstruksi jalan dan awal pelaksanaan konstruksi sampai pada masa pemeliharaan jalan tersebut, agar hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan mutu yang disyaratkan dalam Job Mix Formula atau memenuhi ketentuan sesuai yang tercantum dalam spesifikasi teknis. Untuk pengawasan sebaiknya yang ditekankan adalah temperatur aspal yaitu untuk proses produksi berada diantara C, penghamparan pada suhu 15 C, dan pemadatan pada suhu 110 C, sedangkan untuk proses pengangkutan campuran diperhatikan kelayakan truk pengangkut dan selama pengangkutan aspal bak truk harus tertutup, untuk pengawasan keseragaman campuran beraspal juga harus dijaga dan diawasi secara teliti oleh teknisi khusus yang berpengalaman. 4. Adanya suatu pengawasan dari pihakpihak terkait bekerja sama dengan masyarakat dalam pemeliharaan fasilitas jalan. DAFTAR PUSTAKA Desriantomy Penuntun Praktikum Bahan Perkerasan Jalan Raya. Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya. Indriany, S Modul 12 Perencanaan Geometrik Jalan. Universitas Mercu Buana Jakarta. Priyandi, A Studi Pengendalian Mutu (Quality Control) Campuran Aspal Panas Jenis HRS-WC Pada Pekerjaan Lapis Permukaan (Studi Kasus Paket Kegiatan Pemeliharaan Berkala Jalan sp. Sei Asam Takaras STA s.d. STA Tugas Akhir, Universitas Palangka Raya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Prospek Agregat Lokal Kalimantan Tengah untuk Bahan Perkerasan Jalan. Bandung: Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum Revisi SNI Tentang Pelaksanaan Lapis Campuran Beraspal Panas. Sukirman, S Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Penerbit Nova. Sukirman, S Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Penerbit Granit. Tenriajeng, A Laston Sebagai Bahan Alternatif Pada Pekerjaan Pelapisan Jalan. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT
Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT STUDI PENGGUNAAN PASIR PANTAI BAKAU SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS) AKHMAD BESTARI Dosen
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:
KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:
PENGARUH PERUBAHAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LATASTON JENIS LAPIS PONDASI DAN LAPIS AUS Tri Utami Wardahni Oscar H.
Lebih terperinciPENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1
PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1 Windi Nugraening Pradana INTISARI Salah satu bidang industri yang
Lebih terperinciPENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 153 PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET-BASE (HRS-BASE) Oleh: Hendri Agung 1), Supiyan 2),
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG
PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG Fergianti Suawah O. H. Kaseke, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian
Lebih terperinciKAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC
KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC Rizky Mamangkey O.H. Kaseke, F. Jansen, M.R.E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinci3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran
Lebih terperinciKAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS
KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS Prylita Rombot Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:
PENGARUH PERUBAHAN GRADASI DAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP BESARAN MARSHALL QUOTIENT PADA CAMPURAN ASPAL LATASTON Maria Rainy Lengkong Oscar H. Kaseke,
Lebih terperinciAgus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4
STUDI KOMPARASI PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN NILAI KONSTANTA ASPAL RENCANA TERHADAP NILAI STABILITAS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (HRSWC) TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR
KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1), Isyak Bayu M 2) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:
PENGARUH JUMLAH KANDUNGAN FRAKSI BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS BERGRADASI HALUS Windy J. Korua Oscar H. Kaseke, Lintong Elisabeth
Lebih terperinciPENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC
PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC Januardi 1) Abstrak Dalam Ditjen (2011), khusus pada sifat-sifat campuran perkerasan hanya terdapat standar untuk
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.
PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T. ABSTRAK Hot rolled sheet Wearing Course (HRS WC) adalah campuran lapis tipis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Agregat Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 SM, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang,
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:
PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON LAPIS AUS GRADASI SENJANG Risky Aynin Hamzah Oscar H. Kaseke, Mecky M. Manoppo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut, peningkatan mobilitas penduduk mengakibatkan banyak kendaraan-kendaraan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Agregat Kasar A. Hasil Pengujian Agregat Agregat kasar yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari desa Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pemeriksaan bahan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat
Lebih terperinciKAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS
KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS Steward Paulus Korompis Oscar H. Kaseke, Sompie Diantje Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi memberikan tantangan tersendiri bagi pelayanan fasilitas umum yang dapat mendukung mobilitas penduduk. Salah satu
Lebih terperinciKamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI
STUDI PERBANDINGAN NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN AGREGAT SUNGAI GRINDULU, SUNGAI LESTI, DAN BENGAWAN SOLO UNTUK LALULINTAS SEDANG Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal,aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:
KAJIAN KINERJA CAMPURAN LAPIS PONDASI JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI (HRS-BASE) BERGRADASI SENJANG DENGAN JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI (AC-BASE) BERGRADASI HALUS Meggie Huwae Oscar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70. Pengujian aspal di laboratorium Jalan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B
PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B Sabaruddin Fakultas Teknik Universitas Khairun Kampus Gambesi Kotak Pos 53 - Ternate 97719 Ternate Selatan Telp. (0921)
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur
Lebih terperinciDAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)
PENGARUH PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) Kiftheo Sanjaya Panungkelan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik,
Lebih terperinciNASKAH SEMINAR INTISARI
NASKAH SEMINAR PENGARUH VARIASI PEMADATAN PADA UJI MARSHALL TERHADAP ASPHALT TREATED BASE (ATB) MODIFIED MENURUT SPESIFIKASI BINA MARGA 2010 (REV-2) 1 Angga Ramdhani K F 2, Anita Rahmawati 3, Anita Widianti
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2
PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/ dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan INTISARI Jalan merupakan sarana penghubung mobilisasi dari satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang sangat dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan lainnya, terutama bidang perekonomian.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,
Lebih terperinciANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi
ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciPENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)
PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) Vonne Carla Pangemanan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang sangat penting. Di Indonesia sendiri, transportasi merupakan sarana penunjang berbagai aspek
Lebih terperinciPENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON
PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk sehingga muncul banyak kendaraan-kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan digunakan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat. Jalan dapat digunakan untuk masyarakat umum dan
Lebih terperinciBATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji
BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji Abstract : Daerah Baturaja merupakan kawasan penghasil batu kapur yang ada
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN
PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN JF. Soandrijanie L Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl Babarsari 44 Yogyakarta
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama untuk menggerakkan roda perekonomian nasional, hal ini karena jalan memiliki peran penting dan strategis untuk mendorong
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas
Lebih terperinciVARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK
VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK Lapis permukaan konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang paling besar menerima beban. Oleh sebab itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting pada pengembangan kehidupan dalam memajukan kesejahteraan masyarakat. Jalan dikembangkan melalui
Lebih terperinciKARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR
KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR Heryanto dan Sondang Sylvia Manurung Fakultas Teknik Universitas Panca Bhakti Abstrak: Hot Rolled Sheet-Wearing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi jalan dikatakan baik apabila dapat memberikan rasa aman, nyaman dan ekonomis kepada pengguna jalan. Hal ini tidak terlepas dari kondisi perkerasan yang digunakan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong
Lebih terperinciPEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)
PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA) Hendra Cahyadi 1, Nirwana Puspasari 2 Staf Pengajar Prodi
Lebih terperinciEVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK
EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN Asrul Arifin ABSTRAK Pengujian dilaboratorium terdiri dari Tes Ekstraksi, Uji Analisa Saringan dan Tes Marshall. Uji Ekstraksi harus dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISA DAN DATA
BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70, serat alam berupa sabut kelapa, Asbuton
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah pada
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR STUDI KOMPARASI CAMPURAN LASTON AC WC DENGAN BAHAN PENGIKAT ASPAL SHELL 60/70 DAN ASPAL PERTAMINA 60/70 DENGAN CARA PRD (PERCENTAGE REFUSAL DENSITY) (The Comparation Study
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak yaitu 3.452.390 jiwa pada sensus tahun 2010, belum lagi saat ini Daerah Istimewa Yogyakarta mulai
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
56 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan 1. Pengujian agregat Hasil Pengujian sifat fisik agregat dan aspal dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5.1. Hasil Pengujian Agregat Kasar dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Menurut Totomihardjo (1995), perkerasan adalah suatu lapis tambahan yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus yang
Lebih terperinciTINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 90 TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT Raden Hendra Ariyapijati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAFTAR
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Material Dasar 1. Agregat dan Filler Material agregat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari batu pecah yang berasal dari Tanjungan, Lampung Selatan. Sedangkan sebagian
Lebih terperinciABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum
PENGGUNAAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI FILLER PADA PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA Muhammad Zainul Arifin Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya di lapangan, pada saat suatu kendaraan yang melintas di atas suatu perkerasan jalan, perkerasan jalan tersebut akan mendapatkan gaya tekan pada bagian atas
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Polsri Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 1 ) E-mail:cecesumi@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT MIX ASPAL UNTUK LAPISAN PERMUKAAN AC-WC DENGAN STANDAR KEPADATAN MUTLAK
TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT MIX ASPAL UNTUK LAPISAN PERMUKAAN AC-WC DENGAN STANDAR KEPADATAN MUTLAK Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S 1) Disusun oleh : PRIYOGI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Penelitian ini dilakukan di laboratorium jalan raya UPT. Pengujian dan Pengendalian Mutu Dinas Bina Marga, Provinsi Sumatera Utara. Jalan Sakti Lubis No. 7 R Medan.
Lebih terperinciTINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR
TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1, Arys Andhikatama 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG
PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG Stevan Estevanus Rein Rumagit Oscar H. Kaseke, Steve Ch. N. Palenewen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS Dwinanta Utama Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unversitas Borobudur Jl. Raya Kali Malang No. 1,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Pengujian Material 1. Agregat Kasar dan Steel Slag Agregat kasar merupakan agregat yang tertahan diatas saringan 2.36 mm (No.8), menurut saringan ASTM. a. Berat Jenis Curah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat. Dengan melihat peningkatan mobilitas penduduk yang sangat tinggi
Lebih terperinciPENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)
PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC) Nasrul Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Lebih terperinciPERENCANAAN CAMPURAN HRS-WC MENGGUNAKAN AGREGAT DAUR ULANG DARI SAMPEL PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON
PERENCANAAN CAMPURAN HRS-WC MENGGUNAKAN AGREGAT DAUR ULANG DARI SAMPEL PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON Riza Mahendra Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya Jl. Yos Sudarso, Palangka Raya Hp. +6282329640007
Lebih terperinci(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)
(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal) LABORATORIUM INTI JALAN RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMPUNG Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Jurusan PEMERIKSAAN
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC
PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC Ronni Olaswanda 1 Anton Ariyanto, M.Eng 2 dan Bambang Edison, S.Pd, MT 2 Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan proses perpindahan manusia atau barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan. Perpindahan ini tentunya membutuhkan sarana dan prasarana agar
Lebih terperinciPENGARUH SAMPAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL
PENGARUH SAMPAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHAL LL PADA HOT ROLLED SHEET-BB (HRS-B) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC
ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC DONNY SUGIHARTO NRP : 9321069 NIRM: 41077011930297 Pembimbing: TAN LIE ING, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG
STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG Lalu Heru Ph. 1) Abstrak Penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA
PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA Charly Laos 1, Gedy Goestiawan 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Pertumbuhan jumlah kendaraan
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS
ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS TUGAS AKHIR Oleh : Putu Anggi Wedayanti (0719151037) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG
PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG ( LIMBAH BAJA ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERTAHAN SARINGAN / DAN 3/8 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN AC-WC Afif Ghina Hayati INTISARI Semakin banyaknya industri
Lebih terperinciPENGARUH VISKOSITAS ASPAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.1, Januari 2015 (77-84) ISSN: 2337-6732 PENGARUH VISKOSITAS ASPAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL Novita Lucia Senduk Oscar H. Kaseke, Theo K. Sendow Fakultas
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Aspal Beton Menurut Sukirman (1999) aspal beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran merata antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan hal yang utama untuk menunjang dalam bertansportasi secara aman, nyaman dan mudah maka dari itu dibutuhkan perkerasan jalan yang memadai dan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS
PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS Praesillia Christien Ator J. E. Waani, O. H. Kaseke Fakultas Teknik, Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat yang diiringi dengan peningkatan mobilitas penduduk. Salah satu prasarana transportasi adalah jalan yang
Lebih terperinciNILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL
NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL M. Aminsyah Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas Abstrak Dalam rangka peningkatan dan pengembangan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di 2 lokasi yaitu di ruas jalan Ketapang Labuan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 2 lokasi yaitu di ruas jalan Ketapang Labuan Ratu meliputi pengambilan sampel perkerasan dan di Laboratorium Inti Jalan Raya
Lebih terperinciPENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS
PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS Sumarni Hamid Aly Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar, 90445 Telp: (0411) 587636 marni_hamidaly@yahoo.com
Lebih terperinciVARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1
VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1 Dosen Pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana E-mail : agusariawan17@yahoo.com
Lebih terperinci