LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PENGKAJIAN KOMPETITIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PENGKAJIAN KOMPETITIF"

Transkripsi

1 Kode Registrasi : LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PENGKAJIAN KOMPETITIF ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAHTANGGA PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SL PTT, PUAP (peningkatan peran dan fungsi wanita >20%) DI BENGKULU Oleh : Umi Pudji Astuti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 i

2 LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAHTANGGA PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SL PTT, PUAP (peningkatan peran dan fungsi wanita >20%) DI BENGKULU Oleh : Umi Pudji Astuti Eddy Makruf A.Damiri Andi Ishak Johan Syafri Bahagia BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 ii

3 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR TAHUN Judul RPTP : Analisis peran wanita dalam rumahtangga petani mendukung keberhasilan program SLPTT, PUAP (peningkatan peran dan fungsi wanita >20%) di Bengkulu 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu Penanggung Jawab : a. Nama : Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MP b. Pangkat/Golongan : Pembina /IVa c. Jabatan Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya 5. Lokasi : Provinsi Bengkulu 6. Status Penelitian (L/B) : Rutin 7. Tahun Dimulai : Jangka Waktu : Baru 9. Biaya : Rp 72,942,.000,- (Tujuh puluh dua juta Sembilan ratus epat puluh dua ribu rupiah ) 10. Sumber Dana : Satker Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian TA Mengetahui Kepala Balai, Penanggung Jawab Kegiatan Dr. Ir. Dedi Segandi,MP Dr. Ir, Umi Pudji Astuti, MP NIP NIP iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan kepada kami sehingga kami diperkenankan menyelesaikan kegiatan Analisis peran wanita dalam rumahtangga petani mendukung keberhasilan program SLPTT, PUAP di Bengkulu dari bulan Januari sampai bulan Desember 2011 yang tertuang dalam Laporan Akhir Tahun Kegiatan ini secara intensif baru dimulai pada bulan Juli sampai Desember 2011 dan merupakan salah satu kegiatan pengkajian kompetitif dari DIPA Balai Besar Pengkajian yang harus dilaksanakan di BPTP sebagai wujud nyata BPTP Bengkulu dalam mendukung pemberdayaan perempuan dalam pembangunan pertanian. BPTP Bengkulu juga dituntut untuk dapat menyediakan teknologi spesifik lokasi, meningkatkan kemitraan dengan stekholders, menjaring umpan balik teknologi pertanian. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mempertanggung jawabkan kegiatan selama 12 (dua belas) bulan dan sekaligus menghimpun masukan untuk perbaikan kegiatan selanjutnya. Realisasi kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu tahun anggaran telah sesuai dengan perencanaan dan tercapai output yang diharapkan. Secara prosentase, realisasi fisik telah mencapai 100%, sedangkan realisasi keuangan mencapai 100%. Kami menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu evaluasi dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan ini Bengkulu, Desember 2011 Penanggung Jawab Kegiatan Dr. Umi Pudji Astuti, MP NIP iv

5 RINGKASAN Wanita tani memegang peranan yang tidak kecil dan menentukan dalam keberhasilan usahatani keluarga. Untuk mengetahui peranan wanita tani dalam pola pengambilan keputusan dan strategi pemberdayaan wanita tani dalam usahatani padi, pemeliharaan ternak sapi dan pengolahan hasil pertanian maka dikumpulkan data dan informasi melalui survei pada 6 desa/kelurahan di Kabupaten Seluma, Kepahiang, dan Kota Bengkulu. Lokasi survei adalah penerima program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) Padi Sawah dan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Tujuan penelitian yaitu: (1) mengetahui peranan wanita dalam kegiatan usahatani padi, pemeliharaan ternak sapi, dan pengolahan hasil pertanian, (2) mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan (3) merumuskan rekomendasi strategi pemberdayaan wanita tani. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan 118 orang wanita tani sebagai responden dan diskusi kelompok dengan metode Focus Group Discussion (FGD). Data tersebut meliputi penentuan jenis usaha, penyediaan modal, pembelian sarana produksi, kegiatan pengolahan, pengemasan, pemasaran hasil olahan, dan aktivitas produktif wanita tani dalam keluarga, serta identifikasi faktorfaktor lingkungan strategis dalam pemerdayaan wanita tani. Data dianalisis dengan menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP) untuk menunjukkan besarnya peran wanita dalam usahatani, analisis deskriptif untuk mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan analisis SWOT untuk merumuskan strategi pemberdayaan wanita tani serta QSPM untuk menentukan strategi terpilih yang dijadikan prioritas utama dalam pemberdayaan wanita tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peranan wanita dalam usahatani padi sawah dan pengolahan hasil pertanian lebih dominan daripada peranan pria dengan sumbangan peranan masing-masing cabang usaha 41,13% dan 67,13%. Sedangkan peranan wanita tani dalam usaha ternak sapi potong tidak dominan yaitu hanya 21,12%; (2) Alokasi waktu rata-rata usaha produktif wanita tani dalam kegiatan pengolahan hasil adalah 10 jam per hari, usahatani padi sawah 6,3 jam dan pemeliharaan ternak sapi 2 jam; (3) prioritas utama strategi pemberdayaan wanita tani adalah mendorong peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif. Kata kunci : analisis, peran wanita, fungsi wanita, pembangunan pertanian v

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN. KATA PENGANTAR... I iii iv RINGKASAN. v I II III IV V VI VII DAFTAR TABEL. DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Luaran... TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori 2.2. Penelitian Terdahulu METODE PELAKSANAAN... PROFIL DAERAH/LOKASI SAMPEL PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan... KESIMPULAN DAN SARAN... KINERJA HASIL PELAKSANAAN. DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN. vii viii vi

7 DAFTAR TABEL Halaman 1. Lokasi survey Analisis Peran Wanita dalam Rumah Tangga Petani di Bengkulu tahun Deskripsi Responden Hasil Survey Analisis Peran Wanita di Bengkulu Tahun Peranan Pria dan Wanita dalam Usaha Budidaya Padi, Ternak Sapi potong, dan Pengolahan Hasil Pertanian di Bengkulu Tahun Alokasi Waktu Usaha Produktif Wanita Tani di Bengkulu Tahun Matrik SWOT Strategi Pemberdayaan Wanita Tani di Bengkulu Tahun Analisis QSPM untuk Pemilihan Alternatif Strategi dalam Pemberdayaan Wanita Tani di Bengkulu Tahun vii

8 LAMPIRAN Halaman 1. Tenaga dan Organisasi Pelaksana Kegiatan Tahun Jadwal Pelaksanaan Anggaran Yang Digunakan Foto Kegiatan Questioneer pengkajian 36

9 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya perhatian terhadap isu gender sangat menarik perhatian dunia, hal ini sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan (security) menuju pendekatan kesejahteraan dan keadilan (prosperity) atau dari pendekatan produksi ke pendekatan kemanusiaan dalam suasana yang lebih demokratis dan terbuka. Pada dasarnya isu gender bukan hanya sekedar menyangkut permasalahan hubungan laki-laki dan perempuan, tetapi juga berkaitan erat dengan masalah kependudukan. Konferensi kependudukan dan pembangunan internasional (ICPD) di Caiaro pada tahun 1994 merupakan bukti penting dari komitmen masyarakat internasional tentang isu-isu gender ( 2010) Konsep pemberdayaan perempuan dalam pembangunan dilihat dari perspektif gender berangkat dari ide kesetaraan bukan dominasi, namun implementasinya terjadi kerancuan dalam memahami jender dan seks. Hal ini terjadi karena sifat, peran, kedudukan yang ada pada jenis kelamin tertentu terjadi akibat proses sosial yang panjang, sehingga sering dianggap sebagai kodrat yang tidak dapat dipertukarkan dari laki laki ke perempuan, atau sebaliknya. Misalnya, mendidik dan merawat anak, menjaga kebersihan rumah, dan memasak seolah olah menjadi kodrat perempuan. Sedangkan laki laki harus kuat secara fisik agar bisa melakukan pekerjaan pekerjaan kasar dan dianggap lebih kuat dari perempuan. Padahal kegiatan kegiatan tersebut juga dapat dipertukarkan. Perbedaan perbedaan jender ini tidak menjadi masalah selama tidak merugikan salah satu pihak. Akan tetapi seringkali perbedaan ini menimbulkan ketidakadilan gender, seperti : marginalisasi, subordinasi, steriotipe dan kekerasan, serta bias gender dalam program pembangunan. Contohnya adalah program Revolusi Hijau yang menyebabkan perempuan termarginalisasi, karena dengan menanam padi varietas baru berumur pendek, banyak kegiatan yang biasa dilakukan oleh perempuan digantikan dengan alat yang dioperasikan oleh 9

10 laki laki, misalnya panen (dulu dengan ani ani sekarang dengan sabit). Akibatnya, perempuan kehilangan pekerjaan yang pada akhirnya kehilangan pendapatan ( 2010) Di Indonesia, ketimpangan gender terjadi di berbagai bidang kehidupan, misalnya di bidang program kependudukan, pendidikan, ketenaga kerjaan, politik, sosial maupun bidang ekonomi. Di Provinsi Bengkulu, di bidang kependudukan (contoh : keluarga berencana) ketimpangan jender sangat menonjol terutama dalam penggunaan alat kontrasepsi dengan sasaran lebih banyak kepada kaum perempuan. Di bidang pendidikan, seperti angka partisipasi mahasiswa di UNIB, laki-laki mencapai 660 orang sedangkan perempuan hanya 277 orang. Ketimpangan gender di bidang ketenagakerjaan antara lain, tampak dari tingkat partisipasi angkatan kerja. Pada tahun 2008 TPAK penduduk laki-laki dan perempuan di Bengkulu berbeda hampir 20 persen yakni laki-laki 74,3 persen dan perempuan 56,7 persen (BPS, 2009). Ada kesenjangan hasil capaian pembangunan antara perempuan dan lakilaki di hampir segala bidang pembangunan pertanian, hal ini terjadi karena belum adanya keadilan dan kesetaraan dalam peran, kedudukan dan tanggung jawab dalam setiap kegiatan pembangunan pertanian. Program strategis Kementerian Pertanian (SL-PTT, PUAP) telah dilaksanakan oleh BPTP melalui berbagai kegiatan pendampingan teknologi. Sasaran pendampingan selama ini 90% diikuti oleh pria sehingga dirasakan perlu adanya analisis pembagian peran dan sumberdaya yang tersedia di setiap pelaksana pembangunan. Dalam kegiatan usahataninya, peran antara pria dan wanita kurang terjadi keseimbangan seperti pada kegiatan keluar (kursus teknis, sosialisasi, pelatihan) biasanya dihadiri oleh pria di sisi lain pelaksana teknis di lahan usahatani banyak dilakukan oleh wanita. Demikian halnya dengan penentu pengambilan keputusan lebih dominan dilakukan oleh pria, kondisi ini apabila tidak mendapat perhatian dan dibiarkan terus akan terjadi marjinalisasi peran wanita di pedesaan khususnya dalam pembangunan pertanian. Peranan perempuan di sektor pertanian adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah lagi, banyak sekali penelitian yang sudah membuktikannya. Di dunia pertanian khususnya pertanian tanaman pangan pembagian kerja antara pria dan perempuan sangat jelas terlihat, sehingga dengan adanya spesifikasi 10

11 pekerjaan antara perempuan dan pria sering di katakan bahwa pria bekerja untuk kegiatan yang banyak menggunakan otot dan perempuan bekerja untuk kegiatan yang banyak memakan waktu. Memfokuskan isu gender dengan memberikan peluang kepada perempuan untuk berpartisipasi secara aktif, akan berpengaruh bukan saja terhadap kinerja suatu program, tetapi juga memberdayakan perempuan dan menimbulkan rasa kepemilikan (sense of ownership) terhadap suatu sumber usaha. Akses yang lebih baik terhadap sumberdaya juga memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berkontribusi dalam kegiatan ekonomi produktif ( 2010) Mulai tahun 2010, Departemen Pertanian menjadi salah satu pilot dalam melaksanakan anggaran pembangunan pertanian yang responsive gender yang dikoordinasikan Departemen Keuangan. Dengan konsep pengarusutamaan gender ini maka pembangunan pertanian akan lebih baik dalam mengakomodir keinginan semua golongan, sehingga efektifitas pelasanaan pembangunan lebih baik dan pendapatan petani meningkat (Sinar Tani, 2010). Pengarusutamaan gender tidak hanya untuk lebih adil antara laki-laki dan perempuan melainkan agar lebih adil bagi semua golongan pelaku. Menurut Sudaryanto dalam Sinar Tani 2010, konsep pengarusutamaan gender sangat baik diterapkan pada program Pengembangan Agribisnis Pedesaan (PUAP), maka BPTP Bengkulu juga ingin mengkaji gender pada program PUAP dan SL-PTT. Dalam Pembangunan Pertanian, program pengarusutamaan gender bertujuan untuk : 1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pembangunan pertanian, 2) mengakselerasikan peningkatan status ekonomi dan kesejahteraan keluarga tani, 3) mengakselerasikan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di Provinsi Bengkulu, sasaran kegiatan pendampingan selama ini diikuti oleh kelompok tani yang umumnya adalah pria (90%) sehingga kegiatan pelatihan maupun sosialisasi juga untuk pria. Apabila diamati aktivitas harian di sawah dan usahatani lainnya banyak dilakukan oleh wanita, sehingga aktivitas produktif dan non produktif di pedesaan sangat menarik untuk dikaji guna diperolehnya informasi tentang pembagian peran antara pria dan wanita secara porposional. Untuk mengetahui peranan wanita tani dalam usahatani dan strategi pemberdayaan gender, maka dikumpulkan data dan informasi melalui kegiatan survei. Kajian ini difokuskan pada peranan wanita dalam kegiatan budidaya padi, pemeliharaan ternak sapi, dan usaha pengolahan dan pemasaran hasil. 11

12 12

13 1.2. Tujuan Secara umum tujuan pengkajian ini akan mengkaji aspek-aspek produksi pertanian berperspektif gender di Provinsi Bengkulu, secara khusus tujuan penelitian ini adalah : 1. mengetahui peranan wanita dalam kegiatan usahatani budidaya padi, pemeliharaan sapi, dan pengolahan hasil pertanian, 2. mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, 3. merumuskan rekomendasi strategi pemberdayaan wanita tani pada usahatani padi, sapi potong, dan pengolahan hasil pertanian Keluaran 1. Diperolehnya alternatif kebijakan pembangunan pertanian berwawasan gender di Provinsi Bengkulu 2. Diperolehnya gambaran peranan wanita dalam kegiatan produktif SLPTT dan PUAP di Provinsi Bengkulu 3. Terumuskannya rekomendasi strategi pemberdayaan wanitatani dalam usahatani padi, sapi, dan pengolahan hasil Outcome Hasil pengkajian yang diharapkan adalah: 1. Tersusunnya gambaran aktifitas dan peran perempuan, dan pembagian peran yang seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan program SL-PTT DAN PUAP di Bengkulu 2. Rumusan strategi pembangunan pertanian berwawasan gender di Bengkulu. 3. Publikasi 1 jurnal nasional dan prosiding 13

14 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasarn Teori Program SL-PTT di Bengkulu SL-PTT adalah program strategis Kemtan untuk mencapai swasembada beras lestari dan bahkan menjadi ekportir beras pada tahun Teknologi yang disusun dengan PTT bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian lingkungan. Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan program SL-PTT. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas ha dengan produksi dan produktivitas yang masih rendah, yang berturut-turut adalah ton dan 4,06 t/ha. Peluang untuk meningkatkan produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka melalui intensifikasi dan efisiensi penggunaan lahan. Intensifikasi dilakukan dengan penerapan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) padi sawah. PTT dilaksanakan berdasarkan 5 (lima) prinsip utama, yaitu: (1) Partisipatif. Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai kondisi setempat serta meningkatkan kemampuan melalui pembelajaran di laboratorium lapangan. (2) Spesifik lokasi. Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan sosial budaya, dan ekonomi petani setempat. (3) Terpadu. Sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu (4) Sinergis atau serasi. Pemanfaatan teknologi terbaik memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung. (5) Dinamis. Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan Iptek serta kondisi sosial ekonomi setempat. 14

15 SL-PTT adalah bentuk sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya di lakukan di lapangan dan di tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar, tidak terikat ruang kelas. Sekolah lapang (SL) menjadi tempat pendidikan nonformal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan utamanya dalam mengenali potensi, penyusunan rencana usahatani, mengatasi permasalahan. Melalui SL petani diharapkan mampu mengambil keputusan untuk menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan. Dengan demikian usahataninya lebih efisien, produktivitas tinggi dan berkelanjutan. Pendekatan SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. SL-PTT merupakan salah satu cara untuk mengenalkan inovasi teknologi spesifik lokasi secara partisipatif kepada masyarakat tani. Melalui kegiatan SL- PTT diharapkan terjadi perbaikan pemahaman petani dan kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi teknologi dengan benar untuk meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan usahataninya. Dalam pelaksanaan SL-PTT terdapat dua komponen teknologi, yaitu komponen dasar dan komponen ilihan. Komponen teknologi dasar yaitu teknologi yang sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Komponen teknologi ini terdiri dari atas: (1) Varietas unggul baru, inbrida atau hibrida (2) Benih bermutu dan berlabel (3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos. (4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum (5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (6) Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) Konseptualisasi Gender 15

16 Gender diartikan sebagai konstruksi sosiokultural yang membedakan karakteristik maskulin dan feminine. Gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis (Moore, 1994 dalam Abdulah, 2003). Hal ini disebabkan bahwa anggapan maskulin dalam suatu kebudayaan dapat dianggap faminim dalam budaya lain. Dengan kata lain kategori maskulin dan feminine itu tergantung pada konteks social budaya setempat. Gender membagi atribut dan pekerjaan menjadi maskulin dan feminine, realita sosial menunjukkan bahwa pembagian peran berdasarkan gender melahirkan suatu keadaan yang tidak seimbang saat perempuan menjadi tersubordinasi oleh laki-laki. Hal ini yang disebut dengan ketimpangan gender ( 2010) Ketidak seimbangan berdasarkan gender (gender inequality) mengacu pada ketidakseimbangan akses ke sumber-sumber yang langka dalam masyarakat yang didasarkan pada keanggotaan kategori gender. Untuk dapat memahami tentang peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender, terlebih dahulu perlu dibahas tentang konsep gender, agar kita berangkat dari pengertian yang sama. Pembahasan mengenai gender, tidak terlepas dari seks dan kodrat. Seks, kodrat dan gender mempunyai kaitan yang erat, tetapi mempunyai pengertian yang berbeda. Dalam kaitannya dengan peranan pria dan wanita di masyarakat, pengertian dari ketiga konsep itu sering disalahartikan. Untuk menghindari hal itu dan untuk mempertajam pemahaman kita tentang konsep gender, maka pengertian seks dan kodrat perlu dijelaskan terlebih dahulu ( 2010) Istilah seks dapat diartikan kelamin secara biologis, yakni alat kelamin pria (penis) dan alat kelamin wanita (vagina). Sejak lahir sampai meninggal dunia, pria akan tetap berjenis kelamin pria dan wanita akan tetap berjenis kelamin wanita (kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin). Jenis kelamin itu tidak dapat ditukarkan antara pria dengan wanita. Kodrat adalah sifat bawaan biologis sebagai anugerah Tuhan Yang Mahaesa, yang tidak dapat berubah sepanjang masa dan tidak dapat ditukarkan yang melekat pada pria dan wanita. Konsekuensi dari anugerah itu, manusia yang berjenis kelamin wanita, diberikan peran kodrati yang berbeda dengan manusia yang berjenis kelamin pria. Wanita diberikan peran kodrati: (1) menstruasi, (2) mengandung, 16

17 (3) melahirkan, (4) menyusui dengan air susu ibu dan (5) menopause, dikenal dengan sebutan lima M. Sedangkan pria diberikan peran kodrati membuahi sel telur wanita dikenal dengan sebutan satu M. Jadi, peran kodrati wanita dengan pria berkaitan erat dengan jenis kelamin dalam artian ini (Arjani, 2002 dan Agung Aryani, 2002 dalam Sudarta.W, ). Gender berasal dari kata gender (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini bukan seks secara biologis, melainkan sosial budaya dan psikologis. Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan kelamin seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria dengan wanita dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya sesuai dengan lingkungan. Peran gender juga dapat berubah dari masa ke masa, karena pengaruh kemajuan : pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain-lain. Hal itu berarti, peran jender dapat ditukarkan antara pria dengan wanita (Agung Aryani, 2002 dan Tim Pusat Studi Wanita Universitas Udayana, 2003 dalam ) Perkembangan Gender Merespon Dekade Perempuan PBB, pemerintah Indonesia memasukkan kebijakan perempuan dalam GBHN yang dikenal dengan kebijakan Peran Ganda Perempuan. Kebijakan ini didasarkan pada asumsi bahwa selama ini kaum perempuan, karena hanya berperan sebagai istri dan ibu, dianggap tidak dapat memberikan kontribusi apapun dalam pembangunan. Oleh karenanya perempuan didorong untuk berpartisipasi aktif di sektor publik sekaligus tetap harus menjalankan fungsinya sebagai istri dan ibu (Nursyahbani, 1999 dalam Handayani,2010). Terdapat kurang lebih 21,74 juta rumah tangga petani di Indonesia, persentase tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di sektor pertanian dan perhutanan cenderung meningkat sampai 40,71%, ini berarti jumlah SDM perempuan hampir separoh SDM laki-laki. Kenyataan menunjukkan bahwa hampir 40% perempuan tani berasal dari golongan rumah tangga tidak mampu. Oleh karena itu SDM perempuan harus diberdayakan. Untuk itu pelatihan dan penyuluhan IPTEK untuk pengembangan kualitas SDM pertanian 17

18 harus dimulai dari menghilangkan segala bentuk diskriminatif (Sri Wahyuni, 2005 dalam Handayani, pswunud). Peran perempuan sebagai tenaga kerja di sektor pertanian dalam arti luas memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Menurut Sayogyo (dalam Sudarta, 2002), peran perempuan di bidang pertanian dimulai semenjak orang mengenal alam dan bercocok tanam. Semenjak itu pula mulai berkembang pembagian kerja yang nyata antara laki-laki dan perempuan pada beragam pekerjaan baik di dalam rumah tangga maupun di dalam masyarakat luas. Perempuan mempunyai peran ganda yaitu sebagai pembina rumah tangga (sektor domestik) dan pencari nafkah (sektor publik). Keterlibatan perempuan dalam bidang pekerjaan sering tidak diperhitungkan. Besarnya upah yang diterima perempuan lebih rendah dari pada laki-laki. Dengan tingkat pendidikan yang sama, pekerja perempuan hanya menerima sekitar 50% sampai 80% upah yang diterima laki-laki. Selain itu banyak perempuan yang bekerja pada pekerjaan pekerjaan marginal sebagai buruh lepas, atau pekerja keluarga tanpa memperoleh upah atau dengan upah rendah. Mereka tidak memperoleh perlindungan hukum dan kesejahteraan (Hastuti, 2005 dalam Handayani,2010; pswunud,2010). Kerja konkret mereka begitu diremehkan di dalam dokumentasi statistik. Meskipun kaum perempuan tampil mayoritas dalam produksi pertanian, namun sumbangan besar mereka ini tetap dianggap sepi Analisis SWOT Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Metoda analisa SWOT bisa dianggap sbg metoda analisa yg paling dasar, yg berguna utk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan/rekomendasi utk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yg ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) pada 18

19 kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau popular disebut Analisis SWOT ( 5 Juli 2010). Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya. Dalam penelitian dilakukan identifikasi variable-variabel yang merupakan kekuatan dan peluang yang kemudian digunakan skala likert (berupa skala likert Keunggulan dan Peluang) atas lima tingkat yang terdiri dari : Sangat baik (5), Baik (4), Cukup baik (3), Kurang baik (2), dan Tidak baik (1). Kemudian penelitian dilanjutkan dengan identifikasi variable-variabel yang merupakan kelemahan dan ancaman dari luar yang kemudian digunakan skala likert (berupa Skala Likert Tantangan dan Ancaman) atas lima tingkat yang terdiri dari: Sangat berat (=5), Berat (=4), Cukup berat (=3), Kurang berat (=2), dan Tidak berat (=1), analisis SWOT ini adalah membandingkan antara faktor eksternal, berupa Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal, yang berupa Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses). Selanjutnya, nilai rata-rata masing-masing faktor positif dibandingkan dengan faktor negatif baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Dan Hasil dari perhitungan tersebut, dituangkan dalam digram Cartesius. Dari diagram Cartesius tersebut, dapat diketahui hasil analisis SWOT, sesuai dengan posisi dari hasil perhitungannya, yaitu : Sebelah kiri atas -> Startegi Rasionalisasi (Turne around), sebelah kanan atas -> Strategi Agresif (Growth), sebelah kiri bawah -> Strategi Defensif, sebelah Kanan bawah -> Strategi Diversifikasi ( 5 Juli 2010) Menentukan Strategi-strategi berdasarkan Hasil Analisis SWOT Setelah hasil analisis SWOT dilakukan yang menghasilkan faktor-faktor internal (Kekuatan / Strengths dan Kelamahan / Weaknesses ) dan eksternal ( Peluang / Opportunities dan Ancaman / Threats ), maka berdasarkan hasil tersebut digunakan untuk menentukan strategi-strategi, yaitu: 1. Startegi SO dengan mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. 19

20 2. Strategi WO yaitu mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada. 3. Strategi ST yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkana kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). 4. Strategi WT yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T). Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor SWOT diatas ditetapkan strategistrategi seperti di bawah ini: FAKTOR INTERNAL (O) Opportunities/ Peluang (T) Threats/Ancaman (S) Strengths/Kekuatan. Strategi SO : mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada. Strategi ST: mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkana kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). (W) Weaknesses / Kelemahan Strategi WO: mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada. Strategi WT : mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T) Penelitian Terdahulu Pengalaman dari berbagai lembaga bantuan internasional menunjukkan bahwa dengan memperhatikan isu jender dan partisipasi perempuan dalam kegiatan pembangunan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan dan keberlanjutan suatu program atau proyek. Hasil hasil penelitian tentang peran perempuan dalam pertanian selama dua dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa perempuan adalah juga petani, dan kontribusinya terhadap produksi pertanian dan rumah tangga adalah signifikan (Mehra and Esim, 1998 dalam Sudirja, 2007). Dengan demikian, perempuan pedesaan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan ekonomi, baik melalui kegiatan 20

21 produktif di usahatani maupun sebagai tenaga kerja tidak dibayar (unpaid worker) melalui investasi non material yang dilakukannya di dalam rumah tangga (misal: menumbuhkembangkan anak, disamping kegiatan kegiatan rumah tangga lainnya). Malangnya, seringkali oleh masyarakat secara sistematis mereka dilepaskan/dicabut dari akses terhadap sumberdaya, pelayanan pelayanan publik yang esensial, dan proses pengambilan keputusan. Khusus dalam bidang keirigasian, terabaikannya perempuan dalam kegiatan pembangunan terutama disebabkan oleh kurang terwakilkannya mereka dalam organisasi pengguna air. Padahal aktivitas mereka dalam berbagai kegiatan usahatani berkaitan erat dengan kegiatan pengelolaan irigasi. Oleh karena itu, untuk keberhasilan suatu program, maka harus dipertimbangkan berbagai peran, kebutuhan, dan persepsi laki laki dan perempuan dalam pengelolaan irigasi. Hambatan hambatan atau keterbatasan apa yang dihadapi oleh perempuan untuk berpartisipasi dalam perencanaan, implementasi dan pengelolaan irigasi. Jika hal hal tersebut tidak menjadi bahan pertimbangan maka akan berpengaruh terhadap kinerja suatu program. Memfokuskan isu gender dengan memberikan peluang kepada perempuan untuk berpartisipasi secara aktif, akan berpengaruh bukan saja terhadap kinerja suatu program, tetapi juga memberdayakan perempuan dan menimbulkan rasa kepemilikan (sense of ownership) terhadap suatu sumber usaha. Akses yang lebih baik terhadap sumberdaya juga memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berkontribusi dalam kegiatan ekonomi produktif. Hasil kajian Suhaeti.RN dan S Suharni, tentang Inkorporasi Perspektif Gender dalam Pengembangan Rekayasa Alat Mesin Pertanian, disimpulkan bahwa Usaha agribisnis dan pengembangan ekonomi pertanian rakyat akan behasil apabila segala bentuk diskriminatif untuk pemberdayaan pelaku usaha dihilangkan dan keadilan mekanisme pasar dapat ditegakkan. Hambata social dan institusional yang masih melekat pada budaya kita perlu dikaji karena SDM perempuan tani perlu mendapat ketrampilan di dalam pemeliharaan dan pengoperasian serta perbaikan-perbaikan alsintan secara sederhana dan sesuai dengan tugas pelerjaan sehari-hari. Pada masyarakat pedesaan, umumnya jenis alisntan pasca panen sekunder dan pengolahannya dilakukan oleh perempuan 21

22 (Mesin perajang bawang, oven, blender, penepung cabe). Peluang ini dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembangunan pertanian khususnya dddalam pemberdayaan pelaku usaha agribisnis. Hasil pendampingan teknologi dalam pelaksanaan SL-PTT Padi yang dilaksanakan oleh Wibawa (2010) antara lain disebutkan bahwa koordinasi dan persamaan persepsi tentang filosofi pelaksanaan SL-PTT dari tingkat pusat hingga daerah perlu ditingkatkan agar tidak menimbulkan tafsiran, kebijaksanaan dan implementasi yang beragam. Dari temuan ini akan dicoba melakukan kajian terhadap pelaksanaan SL-PTT Padi khususnya pembagian peran pria dan wanita mulai dari peresiapan lahan sampai pemasaran hasil. 22

23 III METODOLOGI Metoda dasar dalam pelaksanaan pengkajian ini adalah survey yang dimaksudkan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Waktu pengkajian pada bulan Juli sampai dengan Desember 2011, kegiatan survey dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan November 2011 di 2 kabupaten dan 1 kota yaitu Kabupaten Seluma, Kepahiang, dan Kota Bengkulu (Tabel 1). Lokasi survei adalah 6 desa/kelurahan penerima program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) Padi Sawah dan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Tabel 1. Lokasi survey Analisis Peran Wanita dalam Rumah Tangga Petani di Bengkulu tahun No Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Bantuan program (tahun) SLPTT PUAP 1 Seluma Air Periukan Ds. Lokasi Baru Seluma Seluma Selatan Kel. Rimbo Kedui Kepahiang Kabawetan Ds. Tangsi Baru Kepahiang Merigi Ds. Bukit Barisan Kota Bengkulu Ratu Agung Kel. Sawah Lebar Lama Kota Bengkulu Ratu Agung Kel. Sawah Lebar Baru Metode pengambilan sampel lokasi secara purposive dengan mempertimbangkan bahwa lokasi sampel terdapat program PUAP dan SL-PTT. Jumlah Kabupaten dipilih 2 Kabupaten (Kepahiang dan Seluma) dan Kota dengan kriteria bahwa Kabupaten terpilih merupakan pelaksana PUAP dan SL-PTT dan terdapat peran laki-laki dan perempuan di dalamnya. Responden dipilih secara acak sebanyak 118 orang wanita tani pada 6 desa/kelurahan yang melakukan usahatani padi, usaha pemeliharaan ternak sapi potong, dan usaha pengolahan hasil pertanian yang mendapat program SL- PTT dan atau PUAP. Masing-masing jenis usahatani diwakili oleh 2 desa/kelurahan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik petani, aktifitas harian wanita tani, pola pengambilan keputusan dan alokasi waktu dalam usahatani, serta identifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) (SWOT) terhadap wanita tani. Pengumpulan Data dilakukan melalui wawancara individu menggunakan 23

24 daftar pertanyaan serta diskusi kelompok dengan metode FGD (focus group disccussion). Data sekunder dikumpulkan dengan penelusuran pustaka, laporan, dan browsing internet. Analisis data menggunakan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) untuk mengetahui besarnya peranan wanita tani, analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran aktivitas wanita tani dalam keluarga, sedangkan strategi pemberdayaan gender dirumuskan dengan analisis SWOT serta QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk menentukan strategi terpilih yang dijadikan prioritas utama dalam pemberayaan wanita tani. Lingkup kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari isu-isu gender yang dihimpun dalam program PUAP dan SL-PTT adalah adanya informasi tentang profil keluarga, profil kegiatan produktif dan non produktif, serta profil pola pengambilan keputusan laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya pembangunan. Kegiatan penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yakni sebagai berikut: 1. Persiapan (review data sekunder, penyusunan instrumen penelitian, dan administrasi penelitian). 2. Survey awal, uji coba instrumen penelitian (kuesioner), dan penyempurnaan instrumen penelitian. 3. Pengumpulan data dan informasi penelitian, baik data kuantitatif maupun kualitatif. 4. Analisis awal serta interpretasi data dan informasi yang telah dikumpulkan. 5. Persiapan untuk kegiatan Focus Group Discussion/FGD, dan koordinasi dengan instansi terkait. 6. pelaksanaan FGD : pengumpulan data primer yang berasal dari petani pelaksana SL-PTT dan PUAP. 7. Validasi data ke Kabupaten yang telah tersurvey 8. Penulisan dan penyampaian laporan akhir penelitian. 24

25 IV PROFIL DAERAH/LOKASI SAMPEL PENELITIAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Propinsi Bengkulu terletak pada pantai barat pulau Sumatera dengan posisi 101 derajat 1 menit sampai 104 derajat 46 menit Bujur Timur dan 2 derajat 16 menit sampai 5 derajat 13 menit Lintang Selatan, yang membujur sejajar dengan bukit barisan dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dengan panjang pantai 525 km dan luas teritorial km 2. Secara administratif Provinsi Bengkulu berbatasan sebelah selatan dengan provinsi Lampung, sebelah utara dengan Provinsi Sumatera Barat, Sebelah Barat Samudera Indonesia dan sebeleh Timur dengan Provinsi Sumatera Selatana dan Jambi. Pemerintahan Provinsi Bengkulu terbagi atas 9 Kabupaten dan 1 Kota yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kaur, Seluma, Lebong, Mukomuko, Kepahiang, Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu. Kondisi tanah di Bengkulu terdiri dari tekstur tanah halus seluas ha, agak halus ha, sedang ha dan agak kasar ha. Sedangkan jenis tanah terdiri dari tanah organosol 1,48%; tanah alluvial 5,15%; Regosol 3,58%; asosiasi potsolik-merah-kuning dan latosol 41,22% latosol 20,81%, andosol 6,56%; asosiasi andosol-regosol 6% dan asosiasi podsolik-coklat, podsolik-litosol 15,21%. Profil Kabupaten Kepahiang Kepahiang merupakan salah satu Kabupaten di provinsi Bengkulu yang luas wilayah daerahnya Ha. Daerah ini berbatasan dengan Kecamatan Curup,Sindang Kelingi, Padang Ulak Tanding, Kabupaten rejang lebong di utara, Kecamatn Ulu Musi Kabupaten Lahat Provinsi sumatera Selatan di timur, Kabupaten Taba penanjung dan Kabupaten bengkulu Utara di selatan, kecamatan Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu utara dan Bermani Ulu, serta Kabupaten Rejang Lebong di barat. 25

26 Secara administratif, daerah ini terbagi menjadi delapan Kecamatan dan 91 Desa. Pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk jiwa terdiri dari laki-laki dan perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk 562 per/km2. Kabupaten Kepahiang merupakan daerah yang sejuk terdapat perkebunan teh yang hijau dan rapi terdapat dua perusahaan yang mengelola perkebunan teh ini yaitu PT. Trisula Ulung Mega Karya dan PT. Sarana Mandiri Mukti, keberadaan kebun teh ini juga dapat dijadikan potensi pariwisata yakni agrowisata, Kepahiang juga memiliki aset alam yang berpotensi dioptimalkan untuk wisata. Aset itu berupa kawah belerang dan hamparan pasir di Kecamatan Ujan Mas, habitat bunga Rafflesia Arnoldi di Kecamatan Kepahiang, air terjun di Kecamatan Tebat Karai, serta aliran Sungai Musi yang dapat digunakan untuk arena olahraga arung jeram. Hasil pertanian Kabupaten Kepahiang di sektor perkebunan adalah komoditi kopi robusta ( ton), lada (1.439 ton), dan kelapa dalam (295 ton). Untuk komoditas tanaman pangan berupa padi dan palawija serta tanaman hortikultura seperti sayuran, tanaman obat-obatan, dan buah-buahan. Jumlah unit pelaksana SLPTT seluas 60 kelompok atau seluas ha dan jumlah penerima Bantuan Langsung PUAP sebanyak 73 Desa dari 101 Desa. Hasil kegiatan agraris masyarakat Kepahiang relatif mudah dipasarkan, ini terkait dengan lokasi kabupaten yang strategis. Letaknya yang berada di daerah perlintasan, ditunjang dengan sarana jalan yang terbilang mulus, dan kemudahan transportasi. Daerah ini juga memiliki dukungan sarana pembangkit tenaga listik, air bersih, gas, dan jaringan telekomunikasi, serta internet. Profil Kabupaten Seluma Jumlah unit pelaksana SLPTT 300 kelompok atau seluas ha dan jumlah penerima Bantuan Langsung PUAP sebanyak 101 Desa dari 110 Desa/Kelurahan. Profil Kota Bengkulu Kota Bengkulu memiliki luas wilayah 151,7 Km2, terletak di pesisir barat pulau Sumatera dan berada diantara 3 derajat 45 menit 3 derajat 59 menit lintang selatan serta 102 derajat 14 menit 102 derajat 22 menit bujur timur. Relief permukaan tanah yang bergelombang, terdiri dari dataran pantai dan daerah berbukit- bukit serta di beberapa tempat terdapat cekungan alur sungai kecil. Secara administratif, Kota Bengkulu berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Tengah (sebelah utara), sebelah 26

27 selatan berbatasan dengan Kabupaten Seluma, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Tengah dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak jiwa, rumah tangga, rata-rata ART sebesar 3,9 ART per rumah tangga, dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2. Jumlah unit pelaksana SLPTT seluas 80 kelompok atau seluas ha dan jumlah penerima Bantuan Langsung PUAP sebanyak 50 Kelurahan dari 67 Kelurahan 27

28 V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Deskripsi Responden Jumlah responden survey sebanyak 152 responden wanitatani dan pria, namun yang dapat diolah hanya 118 responden. Cabang usahatani utama yang diusahakan oleh wanita tani di lokasi survei adalah pengolahan hasil (Bukit Barisan dan Sawah Lebar Lama), budidaya padi (Rimbo Kedui dan Sawah Lebar Baru), dan pemeliharaan sapi potong (Lokasi Baru dan Tangsi Baru). Umur ratarata responden adalah 43,75 tahun dengan pendidikan rata-rata 7,04 tahun. Deskripsi responden tersebut menggambarkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan wanita tani masih rendah. Kelompok wanita tani telah tumbuh dan berkembang pada 2 lokasi yaitu di Desa Bukit Barisan (Kepahiang) dan Kelurahan Sawah Lebar Lama (Kota Bengkulu). Kelompok wanita tani pada kedua lokasi ini merupakan kelompok pengolah hasil pertanian. Tabel 2 menampilkan deskripsi responden survei. Tabel 2. Deskripsi Responden Hasil Survey Analisis Peran Wanita di Bengkulu Tahun No Desa/Kelurahan Jumlah responden (org) 1 Lokasi Baru, Seluma 2 Rimbo Kedui, Seluma 3 Tangsi Baru, Kepahiang 4 Bukit Barisan, Kepahiang 5 Sawah Lebar Lama, Kota Bengkulu Umur rata-rata (thn) Pendidikan rata-rata (thn) Kegiatan 20 45,66 6,60 Pemeliharaan - ternak sapi 20 32,10 6,55 Budidaya padi ,07 8,60 Pemeliharaan ternak sapi 20 42,10 6,70 Pengolahan marning 28 43,54 9,14 Pengolahan hasil (kue, tempe, keripik, kopi) 6 Sawah Lebar 13 40,40 6,40 Budidaya padi - Baru, Kota Bengkulu ,75 7,04 Sumber : data primer terolah Kelompok wanita tani Akses Wanita Tani terhadap Program SL-PTT dan PUAP 28

29 Akses wanita tani terhadap program pembangunan hanya terlihat pada program PUAP untuk usaha pengolahan hasil di 2 desa yaitu Sawah Lebar Baru (Kota Bengkulu) dan Bukit Barisan (Kepahiang). Pada kedua desa ini, kaum wanita melalui kelompok wanita tani ikut serta dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan program. Untuk usaha budidaya padi dan pemeliharaan ternak sapi potong, akses terhadap program dilakukan oleh kaum pria. Kaum pria yang merencanakan dan melaksanakan program bantuan Kementerian Pertanian. Dalam kegiatan usaha pengolahan hasil, wanita tani terlibat aktif sejak tahapan penyediaan bahan baku, proses produksi, pengepakan, dan pemasaran. Dalam budidaya padi, wanita tani berperan membantu dalam kegiatan penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Sedangkan pada pemeliharaan sapi potong wanita tani membantu dalam pemberian pakan, air minum, dan membersihkan kandang. Akses wanita tani pengolah hasil pertanian terhadap program pembangunan terlihat dengan eksistensi kelompok wanita tani yang ada di desa. Terdapat 3 kelompok wanita tani yang ada di Kelurahan Sawah Lebar Lama dan 5 kelompok di Desa Bukit Barisan (Tabel 2). Kelompok ini telah eksis sebelum adanya bantuan pemerintah melalui program PUAP. Fenomena yang menarik adalah kelompok wanita tani juga memiliki fungsi sosial keagamaan dalam masyarakat seperti pengajian/perayaan keagamaan dan kunjungan suka duka. Pertemuan kelompok wanita tani dilakukan setiap bulan untuk pembayaran angsuran pinjaman, pembayaran simpanan, pemberian pinjaman kepada anggota, dan arisan. Pada saat-saat tertentu, dilakukan pembinaan usaha dan penyuluhan oleh petugas dari dinas/instansi teknis. Pertemuan secara rutin ini akan mempengaruhi pengelolaan organisasi kelompok. Menurut Pranadji dan Hastuti (2010), sistem manajemen yang digunakan dalam organisasi harus menggunakan kaidah pertanggungjawaban (accountability), keterbukaan manajemen (transparency), keputusan yang bersifat partisipatif dan demokratis. Sehingga pertemuan secara rutin untuk merencanakan dan mengevaluasi jalannya organisasi merupakan sesuatu yang harus ada. Pada 4 desa (Lokasi Baru Seluma, Rimbo Kedui Seluma, Tangsi Baru Kepahiang, dan Sawah Lebar Baru Kota Bengkulu) kegiatan produktif wanita taninya adalah budidaya padi dan beternak sapi potong, namun belum terbentuk 29

30 kelompok wanita tani sehingga wanita tani belum dapat mengakses program SL-PTT dan PUAP. Kegiatan wanita berkelompok tidak mengarah kepada kegiatan produktif, masih terbatas pada kegiatan kemasyarakatan, seperti pengajian dan arisan. Dari uraian di atas jelas bahwa akses wanita tani terhadap program pembangunan sangat ditentukan oleh keberadaan kelompok. Hal ini disebabkan karena bantuan program pemerintah kepada petani disalurkan melalui kelompok tani atau gabungan kelompok tani. Peran Wanita Tani dalam Usahatani Keluarga Perbandingan tingkat peranan pria dan wanita dalam usahatani pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa wanita tani memiliki peran dominan atau lebih tinggi daripada pria dalam usahatani padi dan pengolahan hasil. Rata-rata sumbangan peranan wanita tani dalam usahatani padi adalah 41,13% dibandingkan pria sebesar 35,96%. Dalam usaha pengolahan hasil, peranan wanita tani jauh lebih tinggi daripada pria yaitu mencapai 67,13% berbanding 17,63%. Sedangkan peranan wanita tani dalam usaha ternak sapi potong tidak dominan yaitu hanya 21,12% dibandingkan pria sebesar 49,48%. Dalam usahatani padi, wanita berperan lebih besar daripada pria pada hampir seluruh tahapan usaha, hanya pada penentuan jenis usaha dan penyediaan modal kaum pria lebih berperan. Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, dominannya peranan wanita disebabkan oleh karena kaum pria juga melakukan pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti menjadi buruh tani, tukang, jasa, berdagang, PNS dan sebagainya. Tujuan utama budidaya padi adalah untuk memenuhi konsumsi pangan keluarga. Pada usaha pemeliharaan ternak sapi potong, peranan kaum pria dominan. Namun yang menarik adalah peranan wanita pada saat penjualan sapi lebih dominan (44,4%). Hal ini dapat dimaklumi karena tujuan utama memelihara ternak sapi adalah sebagai tabungan keluarga. Kepemilikan rata-rata sapi dalam keluarga berkisar antara 2-3 ekor. Sapi akan dijual untuk kebutuhan mendadak dan biasanya untuk kebutuhan yang telah direncanakan terlebih dahulu seperti untuk biaya pendidikan anak. 30

31 Tabel 3. Peranan Pria dan Wanita dalam Usaha Budidaya Padi, Ternak Sapi potong, dan Pengolahan Hasil Pertanian di Bengkulu Tahun No Uraian Persentase peranan rata-rata (%) Pria Wanita Pria dan Wanita 1 Budidaya padi sawah Penentuan jenis usaha 52,5 18,3 29,2 Penyediaan modal 69,9 12,5 17,6 Pembelian sarana produksi 40,4 41,6 18,0 Kegiatan budidaya 20,5 52,6 26,9 Panen 20,5 52,6 26,9 Pasca panen 11,5 69,0 19,5 Pemasaran hasil 36,4 41,3 22,3 Rata-rata 35,96 41,13 22,91 2 Pemeliharaan ternak sapi potong Penentuan jenis usaha 54,0 16,3 29,7 Penyediaan modal 63,7 10,5 25,8 Pembelian bibit 67,3 10,1 22,6 Kegiatan budidaya 45,5 24,3 30,2 Penjualan sapi 16,9 44,4 38,7 Rata-rata 49,48 21,12 29,40 3 Usaha pengolahan hasil Penentuan jenis usaha 8,9 77,5 13,6 Penyediaan modal 34,4 49,4 16,2 Pembelian sarana produksi 23,8 61,3 14,9 Kegiatan produksi 10,4 72,2 17,4 Kegiatan pengepakan 12,5 72,1 15,4 Pemasaran hasil 15,8 70,3 13,9 Rata-rata 17,63 67,13 15,23 Sumber : data primer terolah Peranan wanita tani sangat dominan dalam usaha pengolahan hasil pertanian. Pada Tabel 3 di atas jelas terlihat bahwa wanita tani berperan dominan pada seluruh kegiatan usahatani sejak penentuan jenis usaha sampai dengan pemasaran hasil. Aktivitas Produktif Wanita Tani dalam Usahatani Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh petani/kelompok tani yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan (Departemen Pertanian, 2008). Dari hasil pengamatan diketahui bahwa alokasi waktu yang digunakan untuk usaha 31

32 produktif wanita tani adalah memanfaatkan waktu luang yang dimiliki, setelah alokasi waktu untuk melakukan fungsi utama sebagai ibu rumah tangga yaitu dalam pengasuhan anak dan mengurusi keperluan keluarga. Dalam kegiatan usahatani di sawah, wanita tani di Desa Rimbo Kedui (Seluma) dan Kelurahan Sawah Lebar Baru (Kota Bengkulu) rata-rata melakukan kegiatan produktif di sawah 4-7 jam, kecuali pada saat tanam dan panen membutuhkan waktu yang lebih lama. Curahan waktu lainnya dimanfaatkan oleh wanita tani untuk mengurusi rumah tangga dan kemasyarakatan (kegiatan sosial) dan kegiatan non produktif. Rata-rata lamanya kegiatan per hari untuk kegiatan produktif usahatani padi adalah sekitar 6,3 jam. Selain itu wanita tani melakukan kegiatan sosial seperti mengurus keperluan rumah tangga, anak sekolah, dan perhimpunan kemasyarakatan/keagamaan sekitar 6,5 jam. Sedangkan kegiatan non produktif seperti waktu tidur dan santai sekitar 11,2 jam per hari. Alokasi waktu wanita dalam kegiatan usaha pemeliharaan ternak sapi potong relatif lebih sedikit daripada alokasi waktu wanita tani dalam usahatani padi sawah. Untuk membantu usaha ternak sapi hanya dibutuhkan waktu ratarata 2 jam per hari untuk pemberian pakan, memandikan ternak, atau membersihkan kandang. Waktu luang yang tersisa dimanfaatkan untuk keperluan usaha produktif lainnya seperti menjadi buruh tani, membantu di kebun/lahan usahatani atau berdagang. Rata-rata lamanya alokasi waktu untuk kegiatan produktif wanita tani di Desa Lokasi Baru (Seluma) dan Tangsi Baru (Kepahiang) adalah sekitar 9,24 jam, kegiatan sosial 6,76 jam, dan kegiatan non produktif 8 jam. Waktu yang digunakan dalam aktivitas pengolahan hasil pertanian di Sawah Lebar Lama (Kota Bengkulu) dan Bukit Barisan (Kepahiang) adalah sekitar 10 jam, kegiatan sosial 6,5 jam, dan kegiatan non produktif 8 jam per hari. Terlihat bahwa kegiatan wanita tani dalam pengolahan hasil membutuhkan alokasi waktu yang lebih lama dibandingkan dengan usahatani padi atau membantu dalam pemeliharaan ternak sapi. Tabel 4 menunjukkan pembagian waktu wanita tani dalam kegiatan produktif, sosial dan non produktif. Tabel 4. Alokasi Waktu Usaha Produktif Wanita Tani di Bengkulu Tahun No Kegiatan Kegiatan produktif rata-rata (jam) 32

33 1 Budidaya padi 6,3 2 Pemeliharaan ternak sapi 2 3 Pengolahan hasil pertanian 10 Sumber : data primer terolah Strategi Pemberdayaan Wanita Tani Strategi pemberdayaan wanita tani dirumuskan menggunakan analisis SWOT. Matrik SWOT (Tabel 5) menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sehingga menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis. Selanjutnya untuk menentukan strategi prioritas dilakukan analisis dengan QSPM (Rangkuti, 2008). Tabel 5. Matrik SWOT Strategi Pemberdayaan Wanita Tani di Bengkulu Tahun FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL Peluang (Opportunities): 1. Adanya program pemerintah yang dapat diakses wanita tani 2. Dukungan keluarga terhadap partisipasi wanita tani dalam kegiatan usaha produktif 3. Dukungan pemerintah terhadap pemberdayaan kelompok wanita tani cukup tinggi 4. Potensi pengembangan agribisnis khususnya dalam usaha pengolahan hasil masih terbuka Ancaman (Threats): 1. Persaingan antara pria dan wanita dalam mengakses program pembangunan 2. Pembinaan petugas kepada kelompok wanita tani masih kurang Sumber : hasil FGD Kekuatan (Strengths): 1. Tingginya peranan wanita dalam usahatani 2. Kemampuan wanita tani dalam menambah pendapatan keluarga 3. Pemanfaatan waktu luang wanita tani cukup tinggi 4. Potensi berkelompok wanita tani cukup tinggi Strategi S-O: Memanfaatkan peranan wanita dalam usaha produktif untuk mengakses program pemerintah (S1, S2, S3, S4, O1, O2) Strategi S-T: Membentuk kelompok wanita tani sehingga dapat mengakses program pemerintah dan pelayanan petugas/pembina (S4, T1, T2) Kelemahan (Weaknesses): 1. Lemahnya organisasi wanita tani 2. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan teknis wanita tani 3. Akses wanita tani terhadap program pembangunan terbatas 4. Fungsi utama wanita tani secara sosial adalah sebagai ibu rumah tangga Strategi W-O: a. Membuka akses wanita tani dalam pengembangan agribisnis melalui penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani (W2, W3, O4) b. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan yang difasilitasi program pemerintah (W2, O3) Strategi W-T: Memperbaiki kelemahan organisasi wanita tani melalui peningkatan intensitas pembinaan petugas (W1, T2) 33

34 Berdasarkan analisis matrik SWOT pada Tabel 5 diperoleh empat arahan strategi pemberdayaan wanita tani. Jika lebih disederhanakan lagi, maka keempat arahan strategi tersebut mengarah pada dua strategi utama yaitu (1) penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani agar dapat mengakses program pemerintah dan (2) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif. Untuk menentukan pilihan strategi tersebut, selanjutnya dilakukan analisis dengan QSPM yang terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Analisis QSPM untuk Pemilihan Alternatif Strategi dalam Pemberdayaan Wanita Tani di Bengkulu Tahun Faktor Internal (SW) Uraian Alternatif strategi (1) penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani agar dapat mengakses program pemerintah (2) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor Kekuatan (S): S1. Tingginya peranan wanita dalam usahatani 0,15 2 0,30 0,15 3 0,45 S2. Kemampuan wanita tani dalam menambah 0,15 1 0,15 0,15 3 0,45 pendapatan keluarga S3. Pemanfaatan waktu luang wanita tani cukup 0,10 1 0,10 0,10 3 0,30 tinggi S4. Potensi berkelompok wanita tani cukup tinggi 0,10 4 0,40 0,10 3 0,30 Kelemahan (W): W1. Lemahnya organisasi wanita tani 0,20 4 0,80 0,20 1 0,20 W2. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan 0,15 1 0,15 0,15 4 0,60 teknis wanita tani W3. Akses wanita tani terhadap program 0,10 4 0,40 0,10 3 0,30 pembangunan terbatas W4. Fungsi utama wanita tani secara sosial adalah sebagai ibu rumah tangga 0, , Faktor Eksternal Jumlah Faktor Internal 1,000 2,30 1,000 2,60 Peluang (O): O1. Adanya program pemerintah yang dapat 0,20 4 0,80 0,20 3 0,60 diakses wanita tani O2. Dukungan keluarga terhadap partisipasi 0,05 2 0,10 0,05 3 0,15 wanita tani dalam kegiatan usaha produktif O3. Dukungan pemerintah terhadap 0,10 4 0,40 0,10 3 0,30 pemberdayaan kelompok wanita tani cukup tinggi O4. Potensi pengembangan agribisnis khususnya 0,30 2 0,60 0,30 3 0,90 34

35 dalam usaha pengolahan hasil masih terbuka Ancaman (T): T1. Persaingan antara pria dan wanita dalam mengakses program pembangunan T2. Pembinaan petugas kepada kelompok wanita tani masih kurang 0,20 3 0,60 0,20 3 0,60 0,15 3 0,45 0,15 3 0,45 Jumlah Faktor Eksternal 1,000 2,95 1,000 3,00 Jumlah Skor Total 5,25 5,60 Sumber : data primer terolah Keterangan: Nilai rating (1=tidak menarik, 2=kurang menarik; 3=menarik; 4=sangat menarik) Analisis QSPM pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa strategi (2): peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif dapat lebih mendorong pemberdayaan wanita tani dengan nilai skor ketertarikan (attractive score) 5,60 dibandingkan pada strategi (1): penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani agar dapat mengakses program pemerintah (5,25) Pembahasan Peran Wanitatani dalam kegiatan usahatani keluarganya ternyata cukup besar, namun jarang terlihat adanya pelatihan ataupun apresiasi teknologi yang melibatkan wanitatani. Dalam pengambilan keputusanpun Nampak bahwa wanitatani cukup menentukan hanya pada usaha pengolahan hasil padahal dalam Pengambilan keputusan usahatani dalam keluarga sebenarnya merupakan hasil kompromi (keputusan bersama dalam keluarga), umumnya antara bapak dan ibu tani. Hal ini disebabkan oleh konsekuensi dari keputusan yang juga akan ditanggung secara bersama-sama dalam keluarga. Menurut Reason (1997), pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau pengetahuan yang membawa pada pemilihan suatu tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan akhir. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan. Oleh karenanya hasil keputusan seseorang berupa tindakan akan menentukan peranannya. Hasil suevey menunjukkan bahwa dalam kelompok dilakukan pertemuan kelompok wanita tani secara rutin setiap bulan. Kegiatan yang dilakukan dalam kelompok antara lain : pembayaran angsuran pinjaman, pembayaran simpanan, pemberian pinjaman kepada anggota, dan arisan dan pengajian. Pada saat-saat 35

36 tertentu, dilakukan pembinaan usaha dan penyuluhan oleh petugas dari dinas/instansi teknis. Pertemuan secara rutin ini akan mempengaruhi pengelolaan organisasi kelompok, hal ini juga disampaikan oleh Pranadji dan Hastuti (2010) bahwa sistem manajemen yang digunakan dalam organisasi harus menggunakan kaidah pertanggungjawaban (accountability), keterbukaan manajemen (transparency), keputusan yang bersifat partisipatif dan demokratis. Sehingga pertemuan secara rutin untuk merencanakan dan mengevaluasi jalannya organisasi merupakan sesuatu yang harus ada. Hasil analisis QSPM menunjukkan bahwa strategi pemberdayaan wanita tani yang lebih menarik dilakukan adalah melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani seperti pelatihan usaha ekonomi produktif dan sejenisnya dibandingkan strategi penumbuhan kelompok. 36

37 VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Penelitian ini menunjukkan bahwa peranan wanita dalam usahatani padi sawah dan pengolahan hasil pertanian lebih dominan daripada peranan pria dengan dengan sumbangan peranan masing-masing cabang usaha 41,13% dan 67,13%. Sedangkan peranan wanita tani dalam usaha ternak sapi potong kurang dominan dibandingkan pria yaitu hanya 21,12%. 2. Alokasi waktu rata-rata usaha produktif wanita tani dalam kegiatan pengolahan hasil adalah 10 jam per hari, usahatani padi sawah 6,3 jam dan pemeliharaan ternak sapi 2 jam. 3. Pilihan strategi untuk pemberdayaan wanita tani ke depan sebagai masukan bagi pengambil kebijakan adalah mendorong peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif Saran 1. Begitu besarnya sumbangan/peran wanita dalam usahatani padi dan pengolahan hasil, disarankan untuk program pembangunan pertanian ke depan lebih banyak melibatkan wanitatani 2. Perlu dilakukan pelatihan teknis budidaya dan pelatihan usaha produktif kepada wanitatani 37

38 VII KINERJA HASIL 1. Telah terpenuhinya output kegiatan berupa laporan akhir dan alternative rekomendasi strategi pembinaan wanitatani dalam pembangunan pertanian di Bengkulu. 2. Telah ditulis secara ilmiah dalam seminar nasional sebanyak 2 kali yang akan diterbitkan dalam prosiding nasional. Sedangkan tulisan dalam jurnal nasional akan disampaikan pada tahun

39 DAFTAR PUSTAKA Abdulah, I, Penelitian Berwawasan Gender dalam Ilmu Sosial, Humaniora Vol XV No.2.tahun tanggal 25 Juni 2010 BPS Bengkulu, Bengkulu Dalam Angka Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Bengkulu. BPS Kota, Kota Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Bengkulu, Bengkulu. BPS Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Kepahiang Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepahiang, Kepahiang. BPS Kabupaten Seluma, Kabupaten Seluma Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Seluma, Seluma. Bappenas Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu. Kerjasama Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dengan Universitas Bengkulu. Jakarta BPTP Bengkulu Database Gapoktan PUAP Tahun 2008 Provinsi Bengkulu. BPTP Bengkulu. Laporan tidak dipublikasikan. Departemen Pertanian Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Departemen Pertanian. Jakarta. Handayani.Th.M dan R.P Yusuf, aapenyadaran Peran Wanita sebagai Tenaga Kerja Sektor Informal dalam Persamaan Jender, 5 Juli 2010 Pranadji, T. dan E.L. Hastuti Transformasi Sosio Budaya dalam Pembangunan Pedesaan dalam Analisis Kebijakan Pertanian Volume 8 Nomor 1, Maret Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor. Rangkuti, F Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Kelimabelas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Reason, J Managing The Risks of Organizational Accidents. Cetakan keempat. Ashgate Publishing Ltd. Hampshire. Inggris. Sudarta, W Peran Wanita dalam Pembangunan Berwawasan Gender. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. 5 Juli Sudaryanto, T Anggaran Berbasis Gender mengakomodir semua Golongan. Artikel dimuat dalam Sinar Tani, Edisi 6-12 Januari 2010 No.3336 Tahun XL, hal

40 Sudirja, R Partisipasi Perempuan dalam Penyusunan Program Pembangunan Pertanian di Pedesaan. Makalah disampaikan dalam Pelatihan PRA bagi Tenaga Pemandu Dinas Tenaga Kerja se-kabupaten/kota di Indonesia tanggal 8 13 Juli 2007, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jawa Barat. Suhaeti, N.R. dan S. Suharni Inkorporasi Perspektif Gender dalam Pengembangan Rekayasa Alat Mesin Pertanian Juni Wiasti.M.N, Gender dan Kesetaraan dan Keadilan Gender : Studi tentang Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Bali. 5 Juli : analisis SWOT. 5Juli 2010 Wibawa. W, Laporan Tengah Tahun : Pendampingan Program SL-PTT Minimal 60% Unit di 10 Kabupaten (965 LL) di Provinsi Bengkulu Untuk Peningkatan Produktivitas Padi dan Jagung > 15%. Balai Pengkajian Teknologi Bengkulu. Bengkulu 40

41 LAMPIRAN 41

42 Lampiran 1 TENAGA DAN ORGANISASI PEKLAKSANAAN NO NAMA INSTITUSI JABATAN FUNGSIONAL/ BIDANG KEAHLIAN 1 Dr. Umi Pudji Astuti,MP 2 Dr. Dedi Sugandi, MP BPTP BKL BPTP BKL Peny. Pert. Muda/ Ekonomi Pertanian Peneliti Madya/ Farming Sistem 3 Ir.Eddy Makruf BPTP BKL Peny. Pert. Madya/ Agronomi 4 Dr. Reni Kustiari, MSc 5 Johan Syafri, A.Md PSEKP Peneliti Madya/Ekono mi Pertanian JABATAN DALAM KEGIATAN Penanggu ng Jawab Anggota Tim Anggota Tim Anggota Tim BPTP BKL - Peternakan Anggiota Tim 6 Bahagia, AMd BPTP BKL - Peternakan Anggiota Tim URAIAN TUGAS Bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan, penyusunan rencana kerja, pelaporan, mempresentasikan rencana kegiatan dan hasil pelaksanaan Membuat tulisan dalam jurnal Melaksanakan survey, membantu dalam analisis data Melaksanakan survey di 3 Kabupaten,melaku kan tabulasi data Melaksanakan survey di 1 Kabupaten, membantu dalam analisis data Membuat tulisan dalam jurnal Membantu dalam pelaksanaan survey, tabulasi data Membantu dalam pelaksanaan survey, dan penyelesaian administrasi keuangan ALOKASI WAKTU (JAM/ MINGGU)

43 Lampiran 2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Waktu Pelaksanaan (2011) Persiapan: konsultasi, Koordinasi, Pemantapan dokumen perencanaan, quesioner Pelaksanaan prasurvey dan pre test quesioner Pelaksanaan survey Tabulasi dan analisis Data Evaluasi kemajuan, konsinyasi,seminar hasil pengkajian Penyusunan Laporan dan distribusi 43

44 Lampiran 3 REKAPITULASI ANGGARAN No. Jenis Pengeluaran Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Belanja Bahan 1 Keg 5,760,000 5,760,000 - ATK, komputer supplies, dan bahan pembantu lainnya - Fotokopi, jilid, pengiriman surat/laporan, dokumentasi 1 tahun 3,500,000 3,500,000 1 tahun 1,760,000 1,760,000 - Konsumsi dalam rangka persiapan dan pelaksanaan kegiatan 2 Honor yang Terkait Dengan Output Kegiatan - Penyusunan dan pengetikan laporan 2 kali 250, ,000 1 Keg 4,000,000 4,000,000 1 kali 2,000,000 2,000,000 - Upah Harian Lepas (UHL) 20 OH 50,000 1,000,000 - Pengolahan dan analisis data 1 kali 1,000,000 1,000,000 3 Belanja Barang non operasional Lainnya 1 tahun 3,500,000 3,500,000 - Konsumsi, Akomodasi dalam Rangka Konsinyasi 1 kali 2,000,000 2,000,000 - Sewa Kendaraan 3 kali 500,000 1,500,000 4 Belanja Jasa Profesi 1,000,000 - Narasumber 2 OJ 500,000 1,000,000 5 Belanja perjalanan lainnya 1 Tahun 58,682,000 58,682,000 Perjalanan Konsultasi, Konsolidasi, Koordinasi di Indonesia - Perjalanan Luar Provinsi 5 OP 3,864,000 19,320,000 - Perjalanan ke Kabupaten 126 OP 300,000 37,800,000 - Perjalanan pendek 20 OP 78,100 1,562,000 Total 72,942,000 44

45 Lampiran 4 FOTO KEGIATAN SURVEY Kegiatan FGD di Kabupaten Seluma Kegiatan Survey di Kabupaten Kaba Wetan Kab Kepahiang dan Kota Bengkulu Kegiatan ekonomi produktif wanitatani di Desa Harapan makmur Kota Bengkulu 45

46 PENILAIAN POHON KEPUTUSAN (DENGAN AHP) POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEGIATAN USAHATANI BERWAWASAM GENDER (STUDI KASUS PADA PROGRAM SL-PTT PADI DAN PROGRAM PUAP DI KABUPATEN KEPAHIANG, SELUMA, DAN KOTA BENGKULU) BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) BENGKULU

47 Tujuan (akar) Penentuan Pengambil keputusan dalam keluarga petani Kriteria I (batang) Penentuan Jenis Usahatani Kegiatan Usahatani Kriteria II (cabang) Penyediaan modal Pembelian saprodi Produksi/ budidaya Panen Pasca panen Pemasaran hasil Alternatif (daun) Pria Wanita Pria dan wanita 1 Gambar pohon keputusan Pola Pengambilan Keputusan dalam kegiatan usahatani berbasis gender

48 1. Nama Responden: 2. Petunjuk pengisian: Pernyataan di bawah ini mohon diisi oleh Bapak/Ibu dengan angka dari 1 s/d 9. Berilah salah satu angka pada salah satu kolom kosong dari dua kolom yang kosong sesuai pendapatan Saudara. Apabila salah satu kolom kosong telah diisi, maka kolom yang lainnya diisi dengan tanda X. Penjelasan angka 1 = sama menentukan 3 = sedikit menentukan 5 = cukup menentukan 7 = banyak menentukan 9 = sangat menentukan 2,4,6,8 = nilai antara Tanda X tidak perlu diisi Uraian Tingkat kepentingan Jenis usahatani Kegiatan usahatani Pengambilan keputusan Alasan:

49 Uraian Tingkat kepentingan kegiatan usahatani Penyediaan modal Pembelian saprodi Produksi/ budidaya Panen Pasca panen Pemasaran hasil Kegiatan usahatani a. Kegiatan usahatani X X X X b. Kegiatan usahatani X X X X c. Kegiatan usahatani X X X X d. Kegiatan usahatani X X X X e. Kegiatan usahatani X X X X f. Kegiatan usahatani X X X X g. Kegiatan usahatani X X X X h. Kegiatan usahatani X X X X i. Kegiatan usahatani X X X X j. Kegiatan usahatani X X X X k. Kegiatan usahatani X X X X l. Kegiatan usahatani X X X X m. Kegiatan usahatani X X X X n. Kegiatan usahatani X X X X X o. Kegiatan usahatani X X X X Alasan: 3

50 Uraian Pengambil keputusan Bapak Ibu Bapak dan Ibu 1. Penentuan jenis usahatani a. Penentuan jenis usahatani X b. Penentuan jenis usahatani X c. Penentuan jenis usahatani X Alasan: Uraian Pengambil keputusan Bapak Ibu Bapak dan Ibu 2. Penyediaan modal a. Penyediaan modal X b. Penyediaan modal X c. Penyediaan modal X Alasan: 3. Pembelian saprodi a. Pembelian saprodi X b. Pembelian saprodi X c. Pembelian saprodi X Alasan: 4. Kegiatan produksi/budidaya a. Kegiatan produksi/budidaya X b. Kegiatan produksi/budidaya X c. Kegiatan produksi/budidaya X Alasan: 5. Panen a. Panen X b. Panen X 4

51 Alasan: c. Panen X 6. Pasca panen a. Pasca panen X b. Pasca panen X c. Pasca panen X Alasan: 7. Pemasaran hasil a. Pemasaran hasil X b. Pemasaran hasil X c. Pemasaran hasil X Alasan: 5

52 Lampiran 5 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR SWOT STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN BERWAWASAM GENDER (STUDI KASUS PADA PROGRAM SL-PTT PADI DAN PUAP DI KABUPATEN KEPAHIANG, SELUMA, KOTA BENGKULU) BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) BENGKULU

ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SLPTT PUAP DI BENGKULU

ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SLPTT PUAP DI BENGKULU ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SLPTT PUAP DI BENGKULU Umi Pudji Astuti, Eddy Makruf, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian

Lebih terperinci

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti, Andi Ishak dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU 189 Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN (ROPP) ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA 2015-2019 DEDI SUGANDI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2014 RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS Seminar Nasional BKS PTN Barat Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 Mulyana & Hamzah: Kontribusi Pendapatan Usaha Perikanan 933 KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU ABSTRAK FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa dan Andi Ishak Balai Pengkajian Pertanian Bengkulu,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN TANAMAN PANGAN MENJADI PERKEBUNAN SAWIT (STUDI KASUS DI DESA KUNGKAI BARU, KECAMATAN AIR PERIUKAN, KABUPATEN SELUMA) Umi Pudji Astuti,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Laporan Akhir Hasil Penelitian TA.2015 KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Tim Peneliti: Kurnia Suci Indraningsih Dewa Ketut Sadra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp) BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 3.1. Program dan Kegiatan Dinas Pertanian Tahun 2008 Program yang akan dilaksanakan Dinas Pertanian Tahun 2008 berdasarkan Prioritas Pembangunan Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

Laporan Penelitian PIP Tahun Anggaran 2015

Laporan Penelitian PIP Tahun Anggaran 2015 Laporan Penelitian PIP Tahun Anggaran 2015 ANALISIS KEBUTUHAN DAN PERSEDIAAN BERAS DI KOTA BENGKULU OLEH : IR. SARINA, M.Si HERMAWATI, SE. MM FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN BENGKULU

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai sektor primer memiliki kewajiban untuk memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga tani.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian adalah bagian dari pembangunan ekonomi yang berupaya dalam mempertahankan peran dan kontribusi yang besar dari sektor pertanian terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN BERAS KOTA BENGKULU. Sarina 1 dan Hermawati 2

PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN BERAS KOTA BENGKULU. Sarina 1 dan Hermawati 2 PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN BERAS KOTA BENGKULU Sarina 1 dan Hermawati 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu 2 Fakultas Ekonomi Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu ABSTRAK

Lebih terperinci

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) GELAR TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

Umi Pudji Astuti, Eddy Makruf, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km 6,5 Bengkulu

Umi Pudji Astuti, Eddy Makruf, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km 6,5 Bengkulu KAJIAN POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER GAPOKTAN PUAP DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti, Eddy Makruf, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 1 KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP) PADI Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN URUSAN PILIHAN

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN URUSAN PILIHAN 4.2 URUSAN PILIHAN 4.2.1 URUSAN PILIHAN PERTANIAN 4.2.1.1 KONDISI UMUM Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu wujud pemberdayaan ekonomi rakyat dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA Eddy Makruf, Yulie Oktavia, Wawan Eka Putra, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) (Suatu Kasus di Desa Wanareja Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Eni Edniyanti

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Jenis Kajian Ditinjau dari aspek tujuan penelitian, kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode deskriptif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian menjadi prioritas dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 2019, pada RPJMNtahap-3

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN: 1 RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN: PENDAMPINGAN PROGRAM SLPTT PADI DAN JAGUNG DI KABUPATEN BANTAENG LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memegang peranan yang strategis dalam perekonomian nasional. Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk memperbaiki taraf dan mutu hidup serta kesejahteraan

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

Seuntai Kata. Bengkulu, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Ir. Dody Herlando, M.Econ.

Seuntai Kata. Bengkulu, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Ir. Dody Herlando, M.Econ. La p o r a nha s i l Se n s u spe r t a n i a n2 0 1 3Pr o v i n s i Be n g k u l u Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008). 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Peran Kelembagaan Pertanian Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa pembangunan sekarang ini sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus tujuan pembangunan. Produktivitas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu

Lebih terperinci

Kiprah Perempuan Dalam Pertanian

Kiprah Perempuan Dalam Pertanian Kiprah Perempuan Dalam Pertanian Disampaikan pada siaran Kiprah Desa di RRI Pro-1 Yogyakarta 21 April 2017 Titiek Widyastuti HP 081 328 25 2005 Prodi Agroteknologi Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 01/Kpts/SR.130/1/2006 TANGGAL 3 JANUARI 2006 TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MH. Togatorop dan Wayan Sudana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor ABSTRAK Suatu pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal tebu yang tidak kurang dari 400.000 ha, industri gula nasional pada saat ini merupakan

Lebih terperinci