BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
|
|
- Dewi Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan strategi yang dilakukan Cina untuk menangani separatisme di wilayah Xinjiang, khususnya pada masa pemerintahan Hu Jintao. Fenomena ini menarik karena pada saat yang sama, Beijing terus berupaya untuk mengembangkan kemitraan strategis dalam kerangka Shanghai Cooperation Organisation (SCO), khususnya dalam hal keamanan. Di samping itu, pada masa pemerintahan Hu Jintao juga terjadi kerusuhan di Xinjiang yang merupakan kerusuhan terbesar yang pernah ada di Cina. Kebangkitan Cina sebagai aktor penting dalam percaturan politik internasional telah menjadi suatu fenomena yang menjadi perhatian dunia. Selain itu, Cina saat ini telah menjadi negara yang mengonsumsi energi terbesar dan menjadi kekuatan ekonomi kedua di dunia. Bahkan Cina diramalkan mampu menggeser posisi Amerika Serikat dalam beberapa tahun ke depan. Pertumbuhan ekonomi Cina ini dikarenakan Cina telah menjadi negara manufaktur dan pusat utama dari jaringan perdagangan yang memproduksi berbagai macam barang yang diekspor ke negara-negara berkembang. Cina juga telah muncul sebagai salah satu negara terbesar dalam hal produksi baja, semen, kapal-kapal, peralatan elektronik, dan tekstil. 1 Walaupun mempunyai perkembangan ekonomi yang sangat pesat, namun Cina juga menghadapi gejolak politik di ranah domestik. Gejolak tersebut di antaranya terjadi di wilayah Xinjiang, tempat di mana populasi Muslim terbesar di Cina berada. Mayoritas penduduk Xinjiang adalah etnis Uyghur yang beragama Islam, dengan etnis Han sebagai mayoritas penduduk terbesar kedua. Wilayah Xinjiang adalah tempat kelompok separatis Uyghur yang menolak otoritas Cina dan menginginkan kemerdekaan, untuk kemudian mendirikan negara baru bernama Turkistan Timur. 2 Usaha pendirian Turkistan Timur oleh kelompok separatis Uyghur menciptakan tensi politik tidak hanya antara kelompok separatis dan pemerintah Cina, namun juga antara etnis Uyghur dan Han. Separatis Uyghur 1 R.G. Sutter, China s Rise in Asia-Promises, Prospects and Implications for the United States, Asia-Pacific Center for Security Studies, February 2005, p. 2, < OPChinasRise.pdf>, diakses pada 9 Oktober M.D. Haas & F.P.V.D. Putten, The Shanghai Cooperation Organisation, Netherlands Institute of International Relations Clingendae, The Hague, p. 32, < _cscp_security_paper_3.pdf>, diakses pada 9 Oktober 2015.
2 menganggap wilayah tersebut mempunyai perbedaan budaya dengan Cina; Xinjiang adalah wilayah yang dianggap diokupasi oleh pemerintah Cina pada tahun Namun, pemerintah Cina mengklaim Xinjiang telah menjadi bagian dari Cina sejak dulu. Kelompok separatis Uyghur adalah Muslim yang merasa identitas mereka justru lebih dekat dengan etnis Turki di negara-negara Asia Tengah. Selain perbedaan budaya, agama juga menjadi alasan munculnya gerakan separatis di Xinjiang. 3 Gejolak politik di Xinjiang menjadi hal yang dapat berakibat buruk kepada Cina, sebab Xinjiang yang berbatasan langsung dengan negara-negara di Asia Tengah. Wilayah ini berjarak sekitar km dengan Kazakhstan, km dengan Kyrgyzstan, dan sekitar 450 km dengan Tajikistan. 4 Cina mendapatkan pasar dan suplai bahan mentah dari negara-negara Asia Tengah yang kaya akan sumber daya alam, yang kemudian menjadi sumber pemasukan bagi negara-negara tersebut yang sedang bergiat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Lancarnya arus barang juga merupakan pendukung utama kelancaran perdagangan antara Cina dan Asia Tengah, khususnya melalui Kazakhstan yang memiliki kondisi geografis yang baik dan pengembangan jaringan rel dengan Cina, yang kelak akan menghubungkan negara Asia Tengah lainnya dan Rusia. Di samping Kazakhstan, arus barang Cina ke Asia Tengah dapat melewati Kyrgyzstan melalui tiga rute. Satu rute menghubungkan Kashgar di Xinjiang dengan bagian utara Kyrgyzstan melalui Naryn, rute kedua menghubungkan Cina melalui Sary Tash dengan daerah di bagian selatan, kemudian ke Lembah Fergana dan Uzbekistan, dan rute ketiga dapat melewati wilayah Badakhshan (Gorno-Badakhshan Autonomous Oblast, GBAO) ke daerah pusat Tajikistan, yang cenderung agak sulit dilewati ketika musim dingin. 5 Bila melihat ketiga rute tersebut, wilayah Cina yang sangat potensial sebagai jembatan antara Cina dan negara Asia Tengah adalah Xinjiang. Sebagai jalur yang menghubungkan Cina dengan Asia Tengah. Xinjiang menjadi wilayah yang sangat strategis. Ia bukan hanya menjadi gerbang bagi arus perdagangan Cina, namun juga pasokan energi bagi Cina. Salah satu contohnya adalah kerja sama antara Cina dan Asia Tengah di bidang energi dan transportasi terkait pipa gas sepanjang mil, yang akan mengalirkan gas dari Turki hingga ke Cina melalui Uzbekistan dan 3 E.V.W. Davis, Uyghur Muslim Separatism in Xinjiang China, Asian Affairs: An American Review, vol. 35, no. 1, 2008, p R. Castets, The Uyghurs in Xinjiang-The Malaise Grows, China Perspectives, no. 49, September-October 2003, p S. Ibraimov, China-Central Asia Trade Relations: Economic and Social Patterns, China and Eurasia Forum Quarterly, vol. 7, no. 1, 2009, p. 49.
3 Kazakhstan. Cina juga melakukan kerja sama membangun instalasi pipa dengan Kazakhstan untuk mengalirkan 14 juta ton minyak setiap tahunnya melalui Xinjiang. 6 Mempertahankan Xinjiang dari isu disintegrasi juga penting bagi kepentingan nasional Cina. Inti dari kepentingan nasional Cina adalah mempertahankan rezim yang tengah berlangsung dengan cara mempertahankan legitimasi politik. Sangat penting bagi penguasa Cina untuk mempertahankan legitimasi politiknya dengan melindungi integritas teritorial dan kedaulatan nasional. 7 Isu separatisme di Xinjiang akan mengancam kepentingan Cina dalam mempertahankan integritas teritorialnya. Untuk itu, Cina telah berusaha menciptakan keamanan yang stabil di wilayah Xinjiang dengan berbagai macam cara, termasuk melalui SCO. Organisasi ini bermula dari Shanghai Five yang didirikan pada tahun 1996 sebagai kerja sama keamanan antara Cina, Rusia, Kyrgyzstan, Kazakhstan, dan Tajikistan. Shanghai Five bertujuan untuk memperkuat batas-batas wilayah dan mengusahakan kesepakatan untuk perlucutan senjata, mempromosikan kestabilan dan perdamaian regional, dan memperkuat kerja sama ekonomi. 8 Kemudian, dengan bergabungnya Uzbekistan pada tahun 2001, Shanghai Five bertransformasi menjadi SCO. Melalui SCO, Cina juga memperkenalkan prinsip dalam kerja sama keamanan antaranggota, yaitu melawan tiga iblis (three evils): teroris, separatisme, dan ekstrimis agama. 9 Prinsip tersebut secara tidak langsung berkaitan dengan gerakan separatis di wilayah Xinjiang. Pada tahun 2009, terjadi kerusuhan yang dipicu oleh pertikaian antara etnis Uyghur dan etnis Han. Kerusuhan tersebut menjadi kerusahan antaretnis di Cina dengan korban meninggal terbanyak. Pemicu dari kerusuhan ini adalah faktor ekonomi dan rasa tertekan yang dialami etnis Uyghur akibat stereotype antiterorisme. Konflik diawali oleh isu pemerkosaan yang dilakukan etnis Uyghur kepada perempuan etnis Han yang terjadi di Shaoguan. Insiden ini akhirnya berbuntut panjang menjadi pertikaian antara etnis Uyghur 6 V. Frederenko, The New Silk Road Initiative in Central Asia, Rethink Paper, Rethink Institute, Washington, D.C., August 2013, p. 13, < diakses pada 9 Oktober Haas & Putten, p Z. Sun, The Relationship between China and Central Asia, Eager Eyes Fixed on Eurasia, Slavic Research Center, 2007, p. 55, < diakses pada 9 Oktober Eurasia: Uphold Human Rights in Combating Terrorism, Human Rights Watch (daring), 14 June 2006, < diakses pada 20 Oktober 2015.
4 dan etnis Han. 10 Pada tanggal 5 Juli 2009, sekitar seribu orang Uyghur melakukan protes di Urumqi. Kerusuhan pecah saat aksi protes berlangsung; aksi protes berubah menjadi aksi penyerangan kepada etnis Han yang mengakibatkan 197 orang meninggal. 11 Kerusuhan ini juga memicu semakin besarnya keinginan kelompok separatis Uyghur untuk memerdekakan diri dari Cina sehingga menarik perhatian yang sangat serius dari Beijing. Kerusuhan tahun 2009 membuat Cina mengambil langkah penting dalam menangani isu keamanan di wilayah Xinjiang. Salah satu solusi yang diberikan oleh pemerintahan Hu Jintao adalah mempercepat pembangunan di Xinjiang. 12 Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa mempertahankan wilayah Xinjiang dan menekan gerakan separatis yang berlangsung di wilayah tersebut tidak hanya menjadi kepentingan Cina dalam mempertahankan integritasnya sebagai sebuah negara, namun juga untuk menjaga pertumbuhan ekonomi serta pasokan energi Cina. Pemerintah Cina tidak hanya menggunakan otoritasnya, namun juga menggunakan kerja sama internasional SCO untuk menangani separatisme di Xinjiang. SCO menjadi bagian penting karena sejalan dengan prinsip dunia harmonis pada masa Hu yang menekankan pentingnya multilateralisme dalam menyelesaikan suatu isu. Melalui prinsip melawan tiga iblis, SCO menjadi kerja sama yang relevan bagi Cina untuk menstabilkan keamanan Xinjiang. Di sinilah arti penting mengkaji strategi Cina dalam menangani separatisme di wilayah Xinjiang, khususnya di masa Hu Jintao. 1.2 Pertanyaan penelitian Bagaimana strategi Cina untuk menangani separatisme di wilayah Xinjiang melalui kerja sama SCO pada masa pemerintahan Hu Jintao? 10 A. Godbole & A.S. Goud, China s Xinjiang Problem: The 2009 Riots and its Aftermath, Institute for Defence and Anlysis (IDSA) Issue Brief, 20 April 2012, p. 6, < diakses pada 20 Oktober Yan Hao, Geng Ruibin & Ye Yuan, Xinjiang Riot Hits Regional Anti Terror Nerve, Xinhua (daring), 18 July 2009, < diakses pada 21 Oktober The fundamental way to resolve the Xinjiang problem is to expedite development in Xinjiang, dikutip dalam kunjungan Hu Jintao di Xinjiang pada tahun Lihat M. Tukmadiyeva, Xinjiang in China s Foreign Policy toward Central Asia, The Quarterly Journal, vol. 12, no. 3, Summer 2013, p. 95.
5 1.3 Reviu literatur Penelitian ini akan berfokus pada strategi Cina untuk menangani separatisme di wilayah Xinjiang melalui SCO. Hal ini menjadi penting, sebab menjaga integritas wilayah merupakan hal yang utama bagi semua negara, termasuk Cina. Berkenaan dengan itu, telah banyak literatur yang ditulis oleh para ahli dengan tiga fokus: strategi Cina menggunakan forum multilateral, SCO sebagai suatu kerja sama keamanan regional, dan gejolak di wilayah Xinjiang. a. Strategi Cina menggunakan forum multilateral Dalam hubungan internasional, Cina tak jarang memanfaatkan multilateralisme sebagai strategi mencapai kepentingannya. Hal ini seperti yang dipaparkan oleh Anna Samson dalam tulisannya A Friendly Elephant in the Room? The Strategic Foundations of China s Multilateral Engagement in Asia. Menurut Samson, strategi multilateralisme Cina hadir karena organisasi multilateral memberikan mekanisme dengan efektifitas yang tinggi bagi Cina untuk mencapai kepentingannya. Di samping itu, Cina biasanya meggunakan jalan multilateral ketika mengalami kesulitan bertindak secara unilateral ataupun bilateral. Banyak lembaga mulitilateral yang diikuti oleh Cina. Untuk melihat strategi Cina, Samson memberi contoh kasus Six Party Talks (6PT). Dimulai pada tahun 2003, 6PT yang beranggotakan Cina, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, dan Rusia, dimaksudkan untuk mengatasi keprihatinan internasional mengenai potensi pengembangan kemampuan senjata nuklir oleh Korea Utara. Selain terlibat aktif, Cina merupakan salah satu negara kunci yang mendorong terbentuknya 6PT. Dalam mekanisme ini, Cina gencar menjadi penyelenggara dalam putaran-putaran negosiasi dan menjadi pendamai di antara peserta. Meskipun partisipasi Cina dalam 6PT sebagai bentuk konsistensi posisi Cina terkait dengan non-proliferasi nuklir, namun hal ini bukanlah alasan fundamental Cina untuk mendukung 6PT. Cina memperoleh instrumen untuk mencapai kepentingan stabilitas regional: 6PT memberikan Cina suatu peluang untuk menjaga stabilitas regional dengan meningkatkan prediktabilitas rezim Korea Utara dan mencegah Amerika Serikat untuk bertindak unilateral, dengan di saat yang sama Cina dapat tetap menjaga hubungan baik dengan Korea Utara dan Amerika Serikat. Untuk mencapai hal tersebut, Cina melakukan diplomasi di belakang layar di 6PT sehingga dapat
6 meyakinkan Korea Utara bahwa datang untuk bernegosiasi sudah dapat dianggap sebagai suatu kesuksesan. 13 b. SCO sebagai suatu kerja sama keamanan regional Dalam melihat SCO sebagai suatu kerja sama kawasan, penulis mereviu artikel yang ditulis oleh Kuralai Baizakova dan Marc Lanteigne. Tulisan Baizakova yang berjudul The Shanghai Cooperation Organization s Role in Countering Threats and Challenges to Central Asian Regional Security membahas transformasi Shanghai Five menjadi SCO yang ditandai dengan bergabungnya Uzbekistan. Transformasi ini mendorong SCO untuk memperdalam kerja samanya. Memastikan dan memperkuat keamanan militer dari anggota merupakan tugas penting SCO, namun bukanlah hal yang utama. Menurut Baizakova, tugas utama SCO adalah memupuk rasa saling percaya antaranggota serta pentingnya melakukan tindakan nyata dalam melawan ancaman baru, seperti terorisme. Baizakova juga mengungkapkan bahwa SCO bukanlah aliansi militer ataupun kesatuan politik dari negara-negara, melainkan suatu struktur kerja sama keamanan regional yang fleksibel. Adanya ancaman eksternal terorisme dan ekstremisme serta tantangan terhadap stabilitas dan keamanan negara di kawasan Asia Tengah mendorong negara-negara anggota SCO untuk menjalin hubungan yang lebih erat. Baizakova melihat bahwa SCO memegang peran penting dalam hal keamanan dan resolusi konflik di kawasan, sebab tidak ada organisasi lain untuk menangani masalah keamanan di Asia Tengah. Di samping itu, keterlibatan Cina dan Rusia dalam organisasi kawasan ini memberikan rasa aman bagi negara-negara di Asia Tengah, karena SCO dapat digunakan sebagai wadah konsultasi, sinkronisasi, dan pemantauan kebijakan dari dua negara besar tersebut. 14 Sementara itu, dalam artikel yang berjudul In Media Res: The Development of the Shanghai Co-operation Organization as a Security Community Author, Lanteigne berusaha menjelaskan tentang dinamika SCO sebagai sebuah kerja sama keamanan. Ia menggunakan pandangan Rusia dan Cina dalam melihat perkembangan SCO sebagai organisasi keamanan. Namun, Lanteigne lebih berfokus kepada Cina. Dalam suatu argumennya, Lanteigne berpendapat bahwa munculnya SCO didorong oleh kekhawatiran 13 A. Samson, A Friendly Elephant in the Room? The Strategic Foundations of China s Multilateral Engagement in Asia, Security Challenges, vol. 8, no. 3, Spring 2012, pp K.I. Baizakova, The Shanghai Cooperation Organization s Role in Countering Threats and Challenges to Central Asian Regional Security, Russian Politics and Law, vol. 51, no. 1, January-February 2013, pp
7 Cina saat banyaknya negara-negara yang terbentuk pasca runtuhnya Uni Soviet, yang berbatasan langsung dengan wilayah Cina. Cina khawatir bahwa negara-negara baru tersebut akan mempengaruhi Xinjiang, wilayah Cina yang juga tengah dilanda isu separatisme. SCO akhirnya terbentuk karena tujuan untuk mengamankan keamanan perbatasan. Namun, dalam perkembangannya SCO berubah menjadi organisasi keamanan yang tidak hanya mengamankan wilayah perbatasan, namun juga mempunyai peran untuk menjaga stabilitas regional. Insiden 11 September 2001, menurut Lanteigne, memberikan pengaruh besar kepada SCO. Perang melawan teroris menjadi isu yang sangat berkembang setelah peristiwa tersebut. Hal inilah yang mendorong SCO mengeluarkan tiga prinsip yang dijadikan haluan keamanan SCO (three evil doctrine), yakni prinsip melawan terorisme, separatisme, serta ekstrimis agama. Dalam perkembangannya sekarang SCO lebih berfokus dalam menangani isu keamanan seperti terorisme dan separatisme. Walaupun Lanteigne tidak secara eksplisit menulis bahwa Cina mengambil peran dalam menentukan haluan keamanan SCO, tapi SCO telah menjadi organisasi yang membantu Cina dalam mengatasi isu di Xinjiang. 15 c. Gejolak di Xinjiang Untuk memahami permasalahan yang terjadi di Xinjiang, penulis mereviu artikel yang ditulis oleh Chien-peng Chung dan Yitzhak Shichor. Chung menulis artikel yang berjudul China s War on Terror : September 11 and Uighur Separatism. Di sini Chung menjelaskan bahwa selain Amerika Serikat yang mengibarkan bendera perang kepada terorisme setelah kejadian 9/11, Cina juga melakukan perang terhadap isu terorisme. Cina melabeli kelompok separatis Uyghur di wilayah Xinjiang sebagai kelompok teroris. Pemerintah Cina menyebut kelompok ini sebagai salah satu jaringan teroris Islam internasional, yang mendapatkan pembiayaan dari kelompok teroris Islam di Timur Tengah, mendapatkan pelatihan di Pakistan dan pengalaman tempur dari Afganistan. Artikel Chung ini juga menyebutkan kesulitan yang dihadapi Cina terhadap aksi yang dilancarkan oleh kelompok separatis Uyghur dalam beberapa dekade terakhir. Chung berargumen bahwa gerakan separatis Uyghur semakin menunjukkan aksinya secara jelas karena terinspirasi dari negara-negara yang berdiri setelah lepas dari Uni Soviet. Negaranegara tersebut berada di wilayah Asia Tengah, yang sebagian besar mempunyai mayoritas 15 M. Lanteigne, In Media Res: The Development of the Shanghai Co-operation Organization as a Security Community Author, Pacific Affairs, vol. 79, no. 4, Winter 2006/2007, pp
8 penduduk Muslim. Peningkatan tren aksi kelompok separatis Uyghur dapat terlihat dari banyaknya aksi yang mereka lakukan antara tahun 1990 hingga tahun Pihak-pihak yang terlibat dalam aksi kelompok separatis di wilayah Xinjiang ditangkap, disiksa, dan diberikan hukuman tanpa disidang terlebih dahulu. Cina tidak bisa melepaskan wilayah Xinjiang, karena Xinjiang memproduksi sekitar sepertiga jumlah produksi kapas di Cina. Eksplorasi di wilayah Cekungan Tarim menunjukkan bahwa Xinjiang mempunyai cadangan minyak dan gas yang sangat besar. Begitu juga garis perbatasan antara Mongolia, Rusia, beberapa negara Asia Tengah, Pakistan, serta India, menjadilkan wilayah Xinjiang sangat strategis. Pemerintah Cina khawatir jika gerakan separatis di Xinjiang dapat memicu semangat untuk merdeka yang lebih kuat dari Taiwan dan Tibet. Artikel ini berusaha menjelaskan bahwa Xinjiang adalah wilayah di mana gerakan separatis Cina yang paling keras berlangsung, namun di saat yang sama wilayah tersebut adalah daerah yang sangat strategis. Kemerdekaan dan disintegrasi Xinjiang hanya akan memberikan pengaruh yang buruk kepada Cina sebagai sebuah negara. 16 Dalam artikel yang berjudul Blow up: Internal and External Challenges of Uyghur Separatism and Islamic Radicalism to Chinese Rule in Xinjiang, Shichor berargumen bahwa permasalahan separatis di wilayah Xinjiang adalah isu yang pelik bagi Cina. Keberadaan gerakan Turmekistan Timur yang ingin menjadikan wilayah Xinjiang sebagai negara jelas merupakan sebuah ancaman. Gerakan separatis Uyghur sendiri didorong oleh perbedaan budaya dan agama yang mencolok dengan Cina. Dalam tulisan ini Shichor juga menyebutkan kesenjangan yang dirasakan oleh etnis Uyghur bila dibandingkan dengan etnis Han. Sebelum berada di bawah administrasi pemerintahan Cina, Xinjiang hanya didiami oleh sekitar 2% etnis Han, namun sekarang melonjak menjadi 42% dari total populasi. Pergerakan etnis Han yang sangat besar ke wilayah Xinjiang membuat etnis Uyghur merasa tertekan. Etnis Han yang berada di Xinjiang mempunyai akses politik, ekonomi, dan kesempatan yang lebih baik dalam mengisi posisi pekerjaan yang strategis. Namun demikian, Shichor berpendapat bahwa gerakan separatis di Xinjiang sudah mulai dapat ditekan oleh pemerintah Cina C. Chung, China s War on Terror : September 11 and Uighur Separatism, Foreign Affairs, vol. 81, no. 4, July-August, 2002, pp Y. Shichor, Blow up: Internal and External Challenges of Uyghur Separatism and Islamic Radicalism to Chinese Rule in Xinjiang, Asian Affairs, vol. 32, no. 2, Summer 2005, pp
9 Sebagai ringkasan reviu literatur, dapat dicatat bahwa Anna Samson menjelaskan tentang kerja sama multilateral 6PT yang dimanfaatkan oleh Cina sebagai upaya untuk mencapai kepentingan terkait stabilisasi regional; mekanisme multilateral lebih efektif dibanding mekanisme bilateral. Kemudian, artikel Kuralai Baizakova menjelaskan pentingnya peran SCO sebagai organisasi regional dalam hal keamanan dan resolusi konflik, khususnya ketika tidak ada organisasi lain yang menangani masalah keamanan di kawasan Asia Tengah. Keterlibatan Cina dan Rusia dalam organisasi kawasan ini memberikan rasa aman bagi negara-negara di Asia Tengah. Marc Lanteigne menunjukkan bahwa SCO berfokus pada isu ekstrimisme, separatisme, dan terorisme, serta bahwa Cina memegang peranan penting dalam menentukan haluan keamanan SCO. Chien-peng Chung menggambarkan posisi Cina yang dilematis dalam menghadapi permasalahan di Xinjiang dan usaha Cina dalam melabeli aktivitas separatis di Xinjiang sebagai aksi terorisme yang harus diperangi. Artikel Yitzhak Shichor menjelaskan tentang meruncingnya permasalahan etnis Uyghur dan Han karena kesenjangan di antara keduanya. Kesemua literatur tersebut tidak secara langsung menjelaskan strategi Cina dalam menangani separatisme di wilayah Xinjiang, namun mereka memberikan bantuan kepada penulis dalam melihat pentingnya kerja sama multilateral dalam hal ini SCO bagi Cina dalam mencapai kepentingannya, khususnya dalam konteks kestabilan dan keamanan Xinjiang. 1.4 Kerangka konseptual Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan konsep regional security partnership (kemitraan keamanan kawasan). Kemitraan keamanan kawasan Keamanan merupakan suatu hal yang vital bagi suatu negara karena berkaitan dengan kemampuan suatu negara untuk memelihara tatanan, ketertiban, dan memberikan perlindungan bagi rakyatnya dari ancaman dalam maupun luar negeri. Untuk mengatasi ancaman yang datang dari luar teritorialnya, banyak negara yang memilih untuk melakukan kerja sama dengan negara lain. Inilah yang menjadi basis dari konsep kemitraan keamanan kawasan sebagaimana dikembangkan oleh Fulvio Attinà. Kemitraan keamanan kawasan merupakan suatu pengaturan keamanan dalam sebuah wilayah internasional yang berasal dari konsensus antarpemerintah untuk bekerja sama dalam menangani ancaman keamanan serta peningkatan stabilitas dan perdamaian di kawasan. Cara pengaturan tersebut dengan menggunakan berbagai macam kesepakatan, instrumen,
10 dan mekanisme seperti perjanjian keamanan formal, organisasi internasional, perjanjian aksi bersama, perjanjian perdagangan dan ekonomi lainnya, proses dialog multilateral, pakta perdamaian termasuk tindakan membangun kepercayaan, langkah-langkah diplomasi preventif, dan tindakan yang berhubungan dengan lingkungan domestik. 18 Attinà mengasumsikan bahwa pemerintah melakukan perjanjian dalam menghadapi permasalahan keamanan ketika ia menghadapi situasi tertentu. Pertama, negara-negara di kawasan menyadari adanya saling ketergantungan secara timbal balik dan ketergantungan pada permasalahan transnasional bersama. Kedua, hubungan internasional di kawasan tersebut tidak terpolarisasi oleh persaingan kekuatan besar. Dalam situasi seperti ini, pemerintah meletakkan instrumen-instrumen dan mekanisme dalam melakukan praktikpraktik pengelolaan keamanan yang terinspirasi oleh prinsip-prinsip kerja sama keamanan yang berdasarkan pada pertukaran informasi, dialog, kolaborasi, dan penggabungan sumber daya. Untuk menangani berbagai macam isu keamanan domestik dan internasional dipergunakanlah berbagai macam sumber daya, termasuk ekonomi, militer, teknik, dan budaya. Di dalam hal ini, semua negara yang tergabung berkontribusi sebagai mitra dalam sebuah kerangka institusi dan praktik-praktik yang terlembaga. 19 Attinà secara ringkas menggambarkan konsepnya seperti di bawah ini: Pra-kondisi: Kesadaran dari negara-negara di kawasan untuk saling ketergantungan dan efek lokal dari permasalahan global. Tidak ada kompetisi dalam hal kekuasaan di kawasan serta tidak ada penggunaan kekerasan dalam konflik internasional. Kondisi: Konsensus dari pemerintah-pemerintah di kawasan dalam membangun kerja sama keamanan dengan mengurangi kekerasan dalam hubungan internasional, meningkatkan stabilitas domestik dan internasional, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan perdamaian. Tidak adanya aliansi militer yang berlawanan. Struktur dan sarana: Perjanjian tertulis Perjanjian operasi, kantor multilateral, dan organisasi internasional 18 F. Attinà, Regional Security Partnership: The Concept, Model, Practice, and A Preliminary Comparative Scheme, Jean Monnet Working Papers in Comparative and International Politics, vol. 58, 2005, p Attinà, p. 5.
11 Seperangkat ukuran internal dan internasional, serta mekanisme pengelolaan dan pencegahan konflik Keterlibatan kekuatan regional tambahan (sangat mungkin). Konsekuensi: Pengurangan kesenjangan antara doktrin keamanan maupun budaya negara-negara di kawasan. Peningkatan keamanan dan kebijakan pertahanan. 20 Melalui gambaran singkat ini, dapat dipahami bahwa terdapat suatu pra-kondisi yang mendorong terjadinya kondisi untuk melakukan kerja sama keamanan kawasan. Kemudian, kondisi tersebut mendorong negara-negara untuk membuat suatu bentuk struktur dari kerja sama, seperti suatu kesepakatan tertulis, kantor pusat dari kerja sama tersebut, serta mekanisme-mekanisme tertentu terkait pengelolaan atau pencegahan suatu konflik. Semua ini pada akhirnya akan memunculkan konsekuensi seperti peningkatan keamanan dan kebijakan pertahanan negara-negara di kawasan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kemitraan keamanan kawasan merupakan suatu pengaturan keamanan di suatu kawasan berdasarkan keinginan negaranegara untuk bekerja sama dalam menangani ancaman keamanan. Melalui konsep ini pula, secara pra-kondisi SCO akan dilihat sebagai kerja sama keamanan multilateral yang hadir karena adanya konsensus dari pemerintah-pemerintah negara anggota yang sadar akan permasalahan lokal dan dapat dirasakan dampaknya oleh negara anggota lainnya. Selanjutnya, dalam kerangka SCO, negara anggota akan berupaya untuk membuat suatu aturan atau mekanisme politik terkait permasalahan keamanan yang hendak diselesaikan. Pada akhirnya, SCO sebagai kerja sama keamanan dapat memberikan konsekuensi sesuai yang diharapkan oleh negara anggota SCO. Dalam penelitian ini, konsep kemitraan keamanan kawasan membantu penulis dalam mendeskripsikan bagaimana SCO dapat dilihat sebagai sebuah strategi Cina dalam menangani separatisme di Xinjiang melalui forum multilateral di bidang keamanan. Sesuai dengan konsep kemitraan keamanan, anggota-anggota SCO dipandang sebagai mitra bagi satu sama lain dalam menangani permasalahan yang dianggap ancaman bersama. 20 Attinà, p. 6.
12 1.5 Argumen utama Dalam menangani separatisme di Xinjiang, Cina menggunakan strategi kemitraan keamanan kawasan melalui kerja sama multilateral SCO dengan basis doktrin melawan tiga iblis. Hal ini diterapkan antara lain melalui mekanisme multilateral yang dapat mencegah dan mengelola permasalahan tiga iblis diantaranya dengan menyepakati Konvensi Shanghai Melawan Ekstrimis, Separatis, dan Terorisme sebagai kerangka kerja resmi yang mengikat Cina dan negara anggota SCO lainnya untuk aktif terlibat dalam melawan tiga iblis. Konvensi ini direalisasikan dengan membentuk basis pusat perlawanan terorisme (Regional Anti-Terrorism Structure, RATS) di Tashkent yang dapat Cina manfaatkan untuk meminta informasi, melakukan koordinasi, serta penyiapan operasi untuk menangani aktivitas tiga iblis yang berada di luar teritorial Cina. Berikutnya melalui kerja sama militer seperti pemberian bantuan militer kepada Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan dari Cina dalam melawan aktivitas tiga iblis, serta melakukan latihan militer bersama (joint military excersice) dengan negara anggota SCO. Di samping itu, pemberian bantuan dana dalam hal ekonomi dimanfaatkan Cina untuk menanamkan pengaruh agar dapat meminta dukungan dalam melakukan aksi melawan tiga iblis. Penggunaan strategi kerja sama kawasan yang digunakan Cina dalam menangani aksi separatis di Xinjiang sejalan dengan prinsip dunia harmonis pada masa pemerintahan Hu Jintao yang menekankan pentingnya penggunaan kerja sama multilateral dalam menangani permasalahan Cina, termasuk dalam permasalahan keamanan. 1.6 Sistematika penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab. Setelah Bab Pertama ini, Bab Kedua membahas permasalahan keamanan Cina di Xinjiang. Di sini akan diuraikan tentang awal mula pergolakan di Xinjiang, kaitan permasalahan ini dengan Asia Tengah, serta pentingnya stabilisasi keamanan wilayah Xinjiang bagi Cina. Bab Ketiga berisi tentang kerja sama multilateral SCO, mulai dari sejarah, kepentingan negara anggota terhadap SCO. Pada bagian ini juga dipaparkan mengenai prinsip dunia harmonis sebagai landasan keterlibatan Cina dalam kerja sama SCO. Pada Bab Keempat, penulis akan membahas strategi yang dilakukan Cina pada masa pemerintahan Hu Jintao dalam menangani separatisme di wilayah Xinjiang melalui kerja sama SCO. Tesis ini kemudian ditutup dengan Bab Kelima yang berisikan kesimpulan dan inferens yang dapat ditarik dari temuan penelitian.
BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperincimerupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang,
BAB V PENUTUP Kebijakan pintu terbuka pada akhir 1978 menjadi awal keterbukan Cina atas berbagai peraturan yang bersifat lebih liberal terhadap pasar. Kawasan ekonomi khusus (Special Economic Zones, SEZ)
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION. sistem pemerintahan negara negara baru merdeka. (Hidayatulah, 2009)
BAB II DESKRIPSI SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION Pada tahun 1990an, dunia digemparkan dengan runtuhnya Uni Soviet menjadi 15 negara independen dan meninggalkan Amerika Serikat menjadi kekuatan tunggal
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kawasan disekitarnya. Kawasan Asia Tengah terdiri dari lima
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Tengah merupakan salah satu kawasan yang sangat strategis di dunia. Asia tengah merupakan penghubung antara Asia Timur dan Timur Tengah yang kaya akan hasil
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciBAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan
BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN Bab IV ini akan membahas mengenai reaksi Rusia sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan Amerika Serikat dalam melancarkan ambisi
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciKEPENTINGAN CINA DALAM SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION (SCO) Erna Herawati 1 NIM
ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3(4) 839-852 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2015 KEPENTINGAN CINA DALAM SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION (SCO) Erna Herawati 1 NIM. 0802045077
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.
100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia
Lebih terperinciBAB II SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION. dari Rusia dan China. Organisasi ini merupakan organisasi yang baru
BAB II SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION Shanghai Cooperation Organization (SCO) merupakan salah satu oranisasi regional yang bisa dikatakan baru. Berdiri pada tahun 2001 oleh insiasi dari Rusia dan China.
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperincicambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan
BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri
Lebih terperinciBAB III POLITIK LUAR NEGERI CHINA MASA PEMERINTAHAN HU JINTAO. dikerahkan oleh setiap presiden China yang memimpin. Meskipun bisa dikatakan
BAB III POLITIK LUAR NEGERI CHINA MASA PEMERINTAHAN HU JINTAO China tumbuh menjadi negara yang semakin kuat, baik dari sisi politik maupun ekonomi. Hal ini merupakan pencapaian dan usaha yang besar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciterlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.
BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana serangan teroris tertentu telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperinciBAB II AWAL TERBENTUKNYA SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION. regional. Organisasi regional hanyalah salah satu dimensi dalam regionalisme 1.
BAB II AWAL TERBENTUKNYA SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION Salah satu fenomena setelah tahun 1945 adalah pesatnya pertumbuhan organisasiorganisasi regional. Organisasi regional hanyalah salah satu dimensi
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciSINGKATAN DAN ISTILAH...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SINGKATAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur
Lebih terperinciSerikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.
BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)
ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinci2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti
Lebih terperinciturut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai
BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya
BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan
Lebih terperinciSignifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si
Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan
BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan
Lebih terperinciMODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL
MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin
Lebih terperinciDIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
BAB V KESIMPULAN Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai
Lebih terperinciUMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan
PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciPidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010
Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek
BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dingin yang diiringi menyebarnya demokratisasi juga berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986 dimana saat itu WTO masih berbentuk GATT ( General Agreement On Tariffs and Trade ). Dengan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa
Lebih terperinciPengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan
Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.
BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang
BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciSENGKETA INTERNASIONAL
SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia
BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI
KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Lebih terperinci"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"
H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP KESIMPULAN. Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan
BAB V PENUTUP KESIMPULAN Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan Strategi Republik Kosovo dalam Proses Mencapai Status Kedaulatannya pada Tahun 2008 telah berlangsung sejak didirikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEGIATAN KERJA SAMA DI BIDANG PERTAHANAN
Lebih terperinciAndy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016
Andy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016 SAFETY SAFEGUARDS SECURITY IPTEK NUKLIR Keamanan nuklir mencakup keamanan bahan nuklir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan dunia menjadi aman. Justru pada masa itulah situasi politik yang mencekam semakin terasa,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer
BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Publishers, Inc., Plymouth, 2011, Seung Yoon Yang & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad hingga Masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik berkepanjangan antara Korea Utara dan Korea Selatan tidak kunjung mereda hingga saat ini. Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan
Lebih terperinciKERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
Lebih terperinciOEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA
OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Melalui uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kerjasama internasional memiliki peranan penting dalam mendukung pencapaian nasional,
Lebih terperinciSATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan
Lebih terperinci