BAB III LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pencahayaan Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek-objek secara jelas, cepat, dan tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik akan semakin diperlukan apabila manusia mengerjakan pekerjaan yang memerlukan ketelitian penglihatan. 1 Pencahayaan yang terlalu suram mengakibatkan mata pekerja semakin cepat lelah karena mata akan berusaha untuk bisa melihat. Lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata karena bisa menyilaukan. Kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan jelas ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras antara objek dengan sekelilingnya, luminansi, dan lamanya melihat Faktor Pencahayaan terhadap Operator Pencahayaan merupakan persyaratan penting dalam industri tekstil dan juga industri lainnya. 2 Cahaya adalah energi dari panas tubuh yang menghasilkan sensasi visual pada mata manusia. Hal ini diperlukan untuk tujuan praktis maupun estetika. Iluminasi sangat berbeda dari cahaya, umumnya istilah-istilah ini digunakan secara sinonim. Cahaya adalah penyebabnya dan iluminasi adalah hasil 1 2 Iftikar Z. Sutalaksana Teknik Perancangan Sistem Kerja. Edisi Kedua. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Hal. 96 Uttam Lighting in Textile Industry. International Journal of Advanced Research in Engineering and Applied Sciences

2 cahaya yang jatuh pada permukaan. Konsumsi daya oleh pencahayaan industri bervariasi antara 2 sampai 10% dari total daya tergantung pada jenis industri. Pencahayaan yang tepat dan memadai di industri tekstil meningkatkan visibilitas objek, meningkatkan kinerja, meningkatkan kepuasan kerja dan mengurangi kerugian dan pembayaran kompensasi karena kecelakaan di industri. Cahaya hanyalah satu bagian dari berbagai gelombang elektromagnetik yang bergerak melalui ruang angkasa. Gelombang ini memiliki panjang dan frekuensi, nilai-nilai yang membedakan cahaya dari bentuk energi lainnya pada spektrum elektromagnetik. Gelombang cahaya mampu menarik retina mata, yang menghasilkan sensasi visual yang disebut penglihatan. Karena itu, penglihatan membutuhkan fungsi mata dan cahaya tampak. Di industri, pencahayaan yang buruk di tempat kerja bisa menyebabkan ketegangan mata, kelelahan, stres, sakit kepala dan kecelakaan. Di sisi lain, terlalu banyak cahaya silau juga bisa menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Keduanya dapat menyebabkan kesalahan pada pekerjaan, kualitas buruk dan produktivitas rendah. Karakteristik pencahayaan yang baik adalah: 1.Cahaya harus memiliki intensitas yang cukup untuk pekerjaan tertentu, 2.Harus sama-sama terang sepanjang lantai. 3.Cahaya seharusnya tidak membiarkan bayangan yang ditandai. 4.Harus dibedakan dan tidak silau (luminansi yang berlebihan). Pencahayaan yang baik di industri memiliki manfaat dalam menigkatkan hasil produksi, meningkatkan kualitas produk, melindungi kesehatan, mata dan sistem saraf pekerja, meningkatan keselamatan dan keamanan, mengurangi

3 kelelahan pekerja, mengurangi kecelakaan, meningkatkan kepuasan dan moral karyawan Istilah-istilah dan Pengertian dalam Pencahayaan Cahaya, (light) adalah gelombang elektromagnet yang mempunyai panjang antara 380 hingga 700 nm (nanometer, 1nm = 10-9 m), dengan urutan warna: (ungu-ultra), ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah, (merah-infra). 3 Ungu-ultra dan merah-infra hanya dapat dilihat dengan bantuan alat optik khusus. Spektrum radiasi Ungu-ultra ( nm) berdaya kimia, sedangkan merah-infra ( nm) berdaya panas. Kecepatan cahaya adalah 3x10 8 m/dtk. Sinar adalah berkas cahaya yang mengarah ke satu tujuan. Cahaya matahari (sunlight, daylight) mempunyai panjang gelombang antara 290 hingga 2300 nm dan mempunyai spektrum lengkap dari ungu-ultra hingga merah-infra. Mata manusia paling peka terhadap cahaya kuning (550nm). Cahaya langit (sky light) adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang dipakai untuk penerangan alami ruangan, bukan sinar matahari langsung. Sinar matahari langsung akan sangat menyilaukan dan membawa panas, sehingga tidak dipakai untuk menerangi ruangan. Catatan: hindari kekacauan antara sky light dan skylight (disambung) yang berarti kaca atap atau jendela loteng. Cahaya buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang bersumber dari alat yang diciptakan manusia, seperti lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah dan obor. Lawan dari cahaya buatan adalah cahaya alami, yaitu 3 Prasasto Satwiko Fisika Bangunan. Yogyakarta: ANDI. Hal

4 cahaya yang bersumber dari alam, misalnya: matahari, lahar panas, fosfor di pohon-pohon, kilat, dan kunang-kunang. Bulan adalah sumber cahaya alami sekunder karena dia sebenarnya hanya memantulkan cahaya matahari. Dalam pembicaraan kuantitatif cahaya, kita akan menemukan istilahistilah berikut: 1. Arus cahaya (luminos flux, flow diukur dengan lumen) adalah banyaknya cahaya yang dipancarkan ke segala arah oleh sebuah sumber cahaya persatuan waktu. 2. Intensitas sumber cahaya (light intensity, luminos intensity diukur dengan cendela) adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya ke arah tertentu. Sebuah sumber cahaya berintensitas 1 cendela (1 lilin) mengeluarkan cahaya total ke segala arah sebanyak 12,57 lumen. (12,57 adalah luas kulit bola berjari-jari 1 meter dengan sumber cahaya sebagai titik pusatnya.) Dengan kata lain, 1 cendela = 1 lumen per 1 sudut bola (steradian). 3. Iluminan (illuminance, diukur dengan lux, lumen/m 2 ) adalah banyak arus cahaya yang datang pada satu unit bidang. Illuminasi (illumination) adalah datangnya cahaya ke suatu objek. 4. Luminan (Luminance, diukur dengan candela/m 2 adalah intensitas cahaya yang dipancarkan, dipantulkan, atau diteruskan oleh satu unit bidang yang diterangi. Tetapi kita mengukur terang yang dipantulkan oleh sebuah bidang dengan cendela/m 2, demikian juga kita mengukur terang bidang yang meneruskan cahaya, seperti kaca lampu, dengan candela/m 2. Pada buku referensi lama sering digunakan satuan footlambert (fl), untuk membedakan

5 satuan luminan dari iluminan. FootLambert = (Footcandle) x (Reflection Factor). Luminasi (lumination) adalah perginya cahaya dari suatu objek. Penggunaan terminologi dalam pencahayaan mengenai iluminasi dan luminansi dapat di lihat pada Gambar 3.1. Iluminansi (Cahaya yang datang) Luminansi (Cahaya yang pergi) Luminansi (Cahaya yang pergi) Sumber : Fisika Bangunan, 2008 Gambar 3.1. Iluminasi dan Luminansi 3.4. Standar Pencahayaan di Tempat Kerja Pencahayaan di tempat kerja harus disesuaikan dengan kompleksitas detail pekerjaannya. Standar pencahayaan di Indonesia diatur oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui Kepmenkes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. 4 Lampiran II mengenai Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri bagian V membahas mengenai pencahayaan. 4 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002

6 Rekomendasi persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja industri menurut Kepmenkes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Intensitas Cahaya yang Direkomendasikan No Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan Keterangan Minimal (Lux) 1 Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus 100 Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instansi yang memerlukan pekerjaan yang kontinu 200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar 2 Pekerjaan kasar dan terus menerus 3 Pekerjaan rutin 300 R. administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan/penyusun 4 Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor Pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin 5 Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus dan perakitan halus 6 Pekerjaan amat halus 1500 Tidak menimbulkan bayangan 7 Pekerjaan terinci 3000 Tidak menimbulkan bayangan Sumber:1405/MENKES/SK/XI/2002 Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus Pemeriksaan pekerjaan dan perakitan sangat halus

7 3.5. Pengukuran Pencahayaan Pengukuran tingkat iluminasi untuk bidang kerja dengan menggunakan luxmeter diukur secara horizontal sejauh 75 cm di atas permukaan lantai, sedangkan untuk luasan tertentu tingkat iluminasi diperoleh dengan mengambil nilai rata-rata dari beberapa titik pengukuran (SNI ). 5 Penentuan titik pengukuran tingkat iluminasi diatur dalam SNI tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. Metode penentuan titik pengukuran tingkat penerangan dibagi berdasarkan kegunaannya menjadi penerangan setempat dan penerangan umum. Pengukuran tingkat penerangan setempat dilakukan pada objek kerja yang akan diukur, misalnya meja kerja ataupun peralatan. Sedangkan pada penerangan umum, metode penentuan titik pengukuran dibagi berdasarkan luas ruangan dengan menentukan grid-grid dengan ukuran tertentu. Titik pertemuan grid-grid tersebut akan menjadi titik-titik pengukuran tingkat penerangan. Tata cara pengukuran yang direkomendasikan oleh Badan Standarisasi Nasional adalah sebagai berikut: 1. Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor. 2. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum. 3. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil. 5 Standar Nasional Indonesia. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. SNI

8 4. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan setempat. 5. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov Smirnov Uji kolmogorov-smirnov adalah uji yang digunakan untuk mengganti uji kuadrat chi untuk dua sampel yang independen. 6 Data yang diperlukan dapat berupa kontinu atau diskrit, data ordinal atau bukan, dan dapat digunakan untuk sampel besar atau kecil. Uji kolmogorov-smirnov bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa tidak ada beda antara dua buah distribusi, atau untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran berdistribusi normal atau tidak Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian tertentu jumlahnya telah memenuhi atau tidak. 7 Untuk menetapkan berapa jumlah observasi yang seharusnya dibuat (N ), maka terlebih dahulu harus ditetapkan tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran rancangan. Uji kecukupan data dilakukan jika ukuran populasi cukup besar dan terdistribusi secara normal. Pengujian ini juga untuk memastikan data yang 6 7 Moh. Nazir Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal Sritomo Wignjosoebroto Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama. Cetakan Kedua. Surabaya: Guna Widya. Hal. 172

9 dikumpulkan adalah cukup secara objektif. Rumus yang digunakan untuk menguji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5 % adalah: k / s N ' = N. X 2 X ( X ) 2 2 Dimana, k = tingkat keyakinan s = tingkat ketelitian N = jumlah observasi yang seharusnya dilakukan x = data yang diperoleh dari pengamatan 3.8. Regresi Linear Persamaan matematik yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai suatu peubah tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas disebut persamaan regresi.istilah ini berasal dari telaah kebakaan yang dilakukan oleh Sir Francis Galton ( ) yang membandingkan tinggi badan anak laki-laki dengan tinggi badan ayahnya. 8 Galton menunjukkan bahwa tinggi badan anak laki-laki dari ayah yang tinggi setelah beberapa generasi cenderung mundur (regressed) mendekati nilai tengah populasi. Persamaan regresi dinyatakan dengan: y =a+bx 8 Ronald E, Walpole Pengantar Statistika. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal

10 3.9. Uji Korelasi Pearson Product Moment Korelasi Pearson Product Moment (r) digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dangan suatu variabel dependen. 9 Koefisien korelasi ukuran hubungan linear antara dua peubah X dan Y dihitung dengan rumus: nσxy-(σx)(σy) r = {nσx 2 - (Σx) 2 }{nσy 2 - (Σy) 2 } Dimana, n x y = banyaknya data = variabel dependen = variabel independen Uji Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1< r < + 1). Apabilah nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r yang ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 0,199 Sangat Rendah 0,20 0,399 Rendah 0,40 0,599 Cukup Kuat 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,000 Sangat Kuat Sumber: Metode Penelitian Kuantitatf Kualitatif dan R&D, Ibid., Hal.370

11 3.10 Six Sigma Six Sigma adalah filosofi dan metodologi untuk meningkatkan kualitas dengan menganalisis data statistik untuk menemukan akar permasalahan kualitas dan menerapkan kontrol. 10 Secara statistik, six sigma mengacu pada pengukuran kualitas proses dan batas spesifikasi terdekat setidaknya enam kali lipat deviasi standar dari proses. Kerja six sigma untuk mengurangi cacat yang terjadi pada produk akhir (aksesoris mobil) yang diproduksi dengan proses die casting. DMIAC diadopsi di perusahaan manufaktur.bagi perusahaan di industri tekstil untuk bersaing dengan orang lain dan tetap berada di pasar, harus memperbaiki kualitas dan meminimalkan cacat pada produk mereka. Oleh karena itu, diterapkan berbagai inisiatif berkualitas seperti six sigma berdasarkan alat define, measure, analyze, improve, control (DMAIC). Metodologi DMAIC six sigma adalah metode pemecahan masalah dimana enam alat sigma digunakan untuk menganalisis data proses dan akhirnya akar penyebab dibalik cacat yang dihasilkan pada produk diidentifikasi. 10 Rajat Ajmera, Valase K.G Applying Six Sigma Methodology Based on DMAIC Tools to Reduce Defects in Textile Industry. International Journal of Informative & Futuristic Research

12 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Pusaka Prima Mandiri yang berlokasi Jalan Brigjen Zein Hamid Km 6,9 Titi Kuning, Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2017 sampai bulan April Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelasi yang menjelaskan fakta lapangan dari objek yang diteliti hubungan antar variabel dalam penelitian berdasarkan koefisien korelasi yaitu tingkat iluminasi terhadap hasil kerja stasiun roll slitter Objek Penelitian Objek penelitian yang diamati adalah produk cacat yang lolos inspeksi dan tingkat pencahayaanpada PT. Pusaka Prima Mandiri pada stasiun roll slitter Variabel Penelitian Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Dependen Variabel yang termasuk ke dalam variabel ini adalah jumlah produk cacat yang lolos inspeksi pada stasiun roll slitter.

13 2. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi nilai variabel dependen. Variabel yang termasuk ke dalam variabel ini adalah daya lampu, jarak lampu terhadap bidang, iluminasi, luminansi dan luas ruangan Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah. Kerangka penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan antar variabel dalam proses analisisnya. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dan melakukan wawancara tentang proses produksi dan pengolahan terhadap pihak perusahaan 4.6. Pelaksanaan Penelitian PT. Pusaka Prima Mandiri terdiri dari 3 bagian, yaitu stock preparation, paper making dan converting. Bagian paper making terdiri dari stasiun paper machine, sample check dan roll slitter. Stasiun paper machine terdiri 2 operator yang mengontrol mesin, stasiun sample check terdiri dari 2 operator yang melihat secara kasat mata lima tarikan kertas bentuk jumbo roll, stasiun paper machine terdiri dari 4 operator yang mengatur kecepatan mesin, mengamati kesesuaian kriteria gulungan kertas.

14 BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1. Pengumpulan Data Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah tingkat iluminasi, tingkat luminansi pada material objek di stasiun roll slitter dan jumlah produk cacat lolos inspeksi pada stasiun kerja tersebut Tingkat Iluminasi pada Lantai Produksi Tingkat iluminasi di area pengukuran stasiun roll slitter pada 18 titik. Besar lux untuktingkat iluminasi dan tingkat luminansi dilakukan pengukuran pada semua objek yang berada di stasiun kerja, yaitu meliputi lantai, dinding, meja sample check, mesin slitter, dan gulungan jumbo roll Tingkat Iluminasi dan Tingkat Luminansi Material Objek Stasiun Roll Slitter Hasil pengukuran untuk masing-masing material objek pada stasiun roll slitterbagian dinding, lantai langit-langit, gulungan jumbo roll, meja slitter dan meja sample check Pengamatan Hasil Kerja Stasiun Roll Slitter Pengamatan hasil kerja stasiun roll slitter dilakukan selama empat hari kerja. Pengamatan ini bertujuan untuk mendapatkan data produk cacat yang lolos

15 inspeksi di stasiun roll slitter. Tugas operator di stasiun roll slitter yaitu untuk mengatur kecepatan mesin, mengamati gulungan kertas sudah sesuai kriteria, tidak berlubang, tidak kusut, tidak retak, daya tembus kertas dan kebersihan kertas serta memperbaiki gulungan cacat yang telah diberi tanda. Kategori jenis kecacatan pada stasiun roll slitter adalah berlubang, kusut, retak, susunan kertas, daya tembus dan kebersihan Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan adalah meliputi uji kenormalan data, uji kecukupan data, perhitungan tingkat iluminasi rata-rata, menguji hubungan tingkat iluminasi dan luminansi terhadap hasil kerja stasiun roll slitter yaitu produk cacat lolos inspeksi dengan perhitungan persamaan regresi, perhitungan koefisien korelasi, menghitung angka reflektansi material objek dan menghitung jumlah dan pemilihan jenis lampu Uji Kenormalan Data Uji kenormalan data pada data tingkat iluminasi dan jumlah produk cacat lolos inspeksi pada stasiun roll slitter dilakukan dengan menggunakan menggunakan UjiKolmogorov-Smirnov. Uji ini digunakan untuk mengetahui distribusi dari data sampel, apakah sebaran data tersebut menyebar normal atau tidak. Tahapan pengujian kenormalan data menggunakan Uji Kolmogorov- Smirnov adalah sebagai berikut:

16 1. Diurutkan data pengamatan mulai dari pengamatan dengan nilai terkecil sampai nilai terbesar. 2. Dihitung nilai Fa(X) dengan menggunakan rumus: Nomor data Fa(X)= Total data 3. Dihitung nilai Z dengan menggunakan rumus: Z= X-XX σ Diketahui: XX = nn ii=1 xxxx nn σ = ii ii 1 (X-XX) 2 nn 1 4. Dihitung nilai distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan kurva normal) dan notasikan dengan Fe(X). 5. Dihitung selisih absolut nilai Fa(X) dengan Fe(X) sebagai nilai D D = Fa(X) Fe(X) 6. Setelah didapatkan semua nilai D, maka cari nilai D maks dan bandingkan dengan nilai Dα yang didapatkan dari tabel nilai D untuk Uji Kolmogorov- Smirnov dengan besar nilai α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya adalah: H 0 diterima apabila D Dα ; H 0 ditolak apabila D Dα

17 Uji Kenormalan Data Tingkat Iluminasi di Stasiun Roll Slitter Hasil perhitungan kenormalan data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk data tingkat iluminasi di stasiun roll slitter.berdasarkan perhitungan didapat D maks Dα, menunjukkan H 0 diterima. Artinya sebaran data tingkat iluminasi di stasiun roll slitter menyebar secara normal Uji Kenormalan Data Produk Cacat Lolos Inspeksi di Stasiun Roll Slitter Hasil perhitungan kenormalan data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk data ptoduk cacat lolos inspeksi di stasiun roll slitter. Berdasarkan perhitungan didapat D maks Dα, menunjukkan H 0 diterima. Artinya sebaran data produk cacat lolos inspeksi di stasiun roll slitter menyebar secara normal Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data dilakukan untuk memastikan data yang dikumpulkan adalah cukup secara objektif. Rumus yang digunakan untuk menguji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5 % adalah: k / s N ' = N. X 2 X ( X ) Uji Kecukupan Data Tingkat Iluminasi di Stasiun Roll Slitter Hasil peritungan didapatkan N < N=16, maka data telah cukup.

18 Uji Kecukupan Data Produk Cacat Lolos Inspeksi di Stasiun Roll Slitter Hasil peritungan didapatkan N < N=8, maka data telah cukup Perhitungan Tingkat Iluminasi Rata-rata Berdasarkan data hasil tingkat iluminasi lantai produksi yang diperoleh dari pengukuran, maka dapat dihitung tingkat iluminasi rata-rata stasiun roll slitteryang berada jauh di bawah standar yang ditetapkan oleh Kepmenkes untuk jenis pekerjaan kasar dan kontinu, yaitu 200 lux Perhitungan Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi. Persamaan yang digunakan dalam perhitungan persamaan regresi adalah: y =a+bx Persamaan garis regresi diatas dapat diperoleh dari rumus: b= n n i=1 x i y i ( n xi n n x 2 i i=1 ) n i=1 y i n i=1 ) 2 i=1 - ( x i a= y -bx Perhitungan koefisien korelasi dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel tingkat iluminasi dengan hasil kerja stasiun roll slitter. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai koefisien korelasi ini adalah rumus koefisien korelasi pearson.

19 r = n n i= 1 n Xi XiYi i= 1 i= 1 i= 1 2 n n n 2 Xi n Xi n i= 1 n i= 1 Yi 2 Yi n i= 1 2 Yi Perhitungan Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi Tingkat Iluminasi dengan Produk Cacat Lolos Inspeksi di Stasiun Roll Slitter Rekapitulasi data tingkat iluminasi stasiun roll slitter selama empat hari kerja. Hasil perhitungan koefisien korelasi tingkat iluminasi stasiun roll slitter terhadap produk cacat lolos inspeksi menyatakan bahwa untuk tingkat iluminasi stasiun roll slittermemiliki hubungan berbanding terbalik dan sangat kuat terhadap produk cacat lolos inspeksi.artinya, semakin besar tingkat iluminasi stasiun roll slitteryang digunakan maka semakin sedikit produk cacat yang lolos inspeksi Perhitungan Angka Reflektansi Material Objek Setiap objek memantulkan sestasiun dari cahaya yang mengenainya. Perbandingan dari cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang diterima oleh objek tersebut dikali dengan 100% disebut dengan angka reflektansi material. Reflektansi yang direkomendasikan untuk pencahayaan material objek ditunjukkan pada Tabel Berdasarkan data reflektansi diperoleh bahwa terdapat tiga objek material yang angka reflektansi materialnya melebihi nilai yang direkomendasikan, yaitu angka reflektansi dinding, lantai dan langit-langit. Dinding pada stasiun kerja roll slitter di PT. Pusaka Prima Mandiri memiliki warna yang cerah, sehingga

20 meningkatkan angka reflektansinya. Lantai pada bagian paper machine tidak ada yang rusak sehingga mempengaruhi meningkatnya angka reflektansi lantai. Langit-langit pada stasiun ini masih menggunakan seng sehingga mengurangi tingkat pantulan ruangan. Angka reflektansi objek material gulungan jumbo roll berada dalam ambang batas nilai yang direkomendasikan. Sedangkan objek material mesin roll slitter dan meja sample check memiliki angka reflektansi sesuai rekomendasi Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Six Sigma Metode Six Sigma merupakan suata cara untuk dapat meningkatkan kualitas produksi dalam suatu proses produksi. Six sigma memiliki langkahlangkah yang sesuai untuk meningkatkan kualitas. Tahapan-tahapan tersebut adalah dengan define, measure, analyze, improve, dan control. Langkah-langkah ini membantu perusahaan untuk mencari akar permasalahan dari produk cacat tersebut Define PT. Pusaka Prima Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi kertas rokok. Tujuan perusahaan adalah menghasilkan produk dengan kualitas yang sangat baik dan harga yang bersaing di masyarakat. Namun dalam prosesnya, ditemukan produk cacat lolos inspeksi yang menyebabkan tidak tercapainya target. Untuk itu diperlukan sebuah cara agar produk cacat ini dapat

21 diminimalisir. Fokus penelitian pada bagian roll slitter yang melakukan pemotongan jumbo roll. Tabel 5.15 CTQ Potensial Kertas Rokok No CTQ Keterangan 1 Berlubang Udara pada pori-pori kertas, susunan serat kertas 2 Kasar Tekstur kusut, berlipat, retak 3 Kotor Warna kertas putih dan bersih Measure Perhitungan defect per million opportuities (DPMO) merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk ataupun proses, sebab berkorelasi langsung dengan cacat, biaya dan waktu yang terbuang. Perhitungan besarnya nilai sigma produk dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus perhitungan sigma yang sudah baku, sebelum dilakukan perhitungan nilai sigma, perlu diketahui dahulu oppurtinity yang mempengaruhi nilai sigma tersebut.oppurtinity adalah kesempatan yang memungkinkan terjadinya cacat. Dilakukan perhitungan untuk mencari nilai sigma (σ), yang merupakan ukuran dari kinerja perusahaan yang menggambarkan kemampuan dalam menghasilkan produk bebas cacat.berdasarkan perhitungan terhadap data kecacatan produksi diperoleh bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi batas spesifikasi proses produksi yang ditentukan untuk menghasilkan kertas rokoksudah cukup baik karena sudah sesuai dengan implementasi nilai sigma yaitu sebesar 3,4 untuk standar perusahaan di Indonesia Analyze

22 Dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui penyebab-penyebab apa saja yang menjadi faktor terjadinya cacat tersebut. Sebelum dilakukan langkah-langkah perbaikan, maka terlebih dahulu harus dianalisa penyebab kecacatan produk kertas rokok berlubang, kasar dan kotor dengan menggunakan diagram sebab akibat Improve Pada tahapan ini dilakukan penetapan rencana tindakan atau usulan perbaikan untuk melakukan peningkatan kualitas. Pada dasarnya rencana-rencana tindakan akan mendeskripsikan tentang alokasi sumber-sumber daya serta prioritas dan alternatif yang dilakukan dalam implementasi dari rencana tersebut. Perbaikan dilakukan terhadap semua sumber yang berpotensi untuk menciptakan produk cacat berdasarkan hasil analisis diagram sebab akibat Faktor Lingkungan Kerja Faktor lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produk cacat lolos inspeksi, sebab lingkungan secara tidak langsung mempengaruhi kondisi fisik pekerja. Untuk menyelesaikan masalah ini maka dilakukan perancangan jumlah lampu untuk bagian paper making.usulan dalam perhitungan jumlah dan pemilihan jenis lampu adalah dengan menggunakan jenis lampu yang berbeda, jenis lampu yang digunakan adalah lampu Philips Faktor Mesin

23 Faktor mesin merupakan salah satu penyebab terjadinya kecacatan kertas rokok. Oleh karena itu diperlukan beberapa perbaikan terhadap mesin agar bekerja optimal, sehingga potensi yang menyebabkan kecacatan dapat dicegah Faktor Manusia / Operator Faktor manusia merupakan salah satu penyebab terjadinya kecacatan kertas rokok. Oleh karena itu diperlukan beberapa perbaikan terhadap kinerja dari manusia/operator, sehingga potensi yang menyebabkan kecacatan dapat dicegah Faktor Metode Kerja Faktor metode kerja merupakan salah satu penyebab terjadinya kecacatan kertas rokok Faktor Material Faktor material merupakan salah satu penyebab terjadinya kecacatan kertas rokok. Dilakukan perbaikan berupa pemeriksaan setiap kadar bahan baku sesuai standar sebelum dilakukan proses pencampuran antar bahan maupun sebelum masuk proses produksi Control Pada tahap control, hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses distandarisasikan dan disebarluaskan, prosedur-prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau

24 tanggung jawab ditransfer dari tim kualitaskepada pemilik atau penanggung jawab proses.

25 BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. Analisis Kondisi Aktual Uji kenormalan data dilakukan untuk mengetahui jenis sebaran data apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Sebaran data tingkat iluminasi dan produk cacat lolos inspeksi di stasiun roll slitter menyebar secara normal. Maka data pengukuran dianggap sudah mewakili populasi. Uji kecukupan data dilakukan untuk memastikan data yang dikumpulkan adalah cukup secara objektif. Pengujian kecukupan data berpedoman pada tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian untuk mendapatkan jumlah minimum data yang harus dikumpulkan selama pengukuran. Hasilnya data pengukuran telah cukup secara objektif. Tingkat iluminasi rata-rata stasiun roll slitter diukur untuk mengetahui jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan dan membandingkan dengan standar Kepmenkes No Tahun Iluminasi rata-rata ini berada jauh di bawah standar yang ditetapkan oleh Kepmenkes untuk jenis pekerjaan kasar dan kontinu, yaitu 200 lux.indikasi bahwa tingkat iluminasi yang rendah berakibat pada turunnya ketelitian kerja pada operator. Dilakukan pengujian koefisien korelasi untuk mengetahui derajat hubungan tingkat iluminasi dengan produk cacat yang lolos inspeksi. Sehingga perlu dilakukan perbaikan pencahayaan pada stasiun roll slitter agar dapat meminimalisir produk cacat yang lolos inspeksi.

26 Material objek yang diukur reflektansinya adalah dinding, lantai, langitlangit, gulungan jumbo roll, mesin slitter dan meja sample check. Penyebab terjadinya produk cacat pada stasiun ini adalah operator yang kurang teliti, kurangnya tingkat iluminasi terhadap luas ruangan dan kurangnya kebersihan terhadap mesin Rancangan Perbaikan Pencahayaan Dari analisis diketahui bahwa tingkat iluminasi yang rendah pada stasiun roll slitter diakibatkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan lumen standar sehingga menyebabkan produk cacat lolos inspeksi.

27 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisa pemecahan adalah: 1. Intensitas cahaya rata-rata pada stasiun roll slitter belum memenuhi standar yang direkomendasikan oleh Kepmenkes No Tahun 2002 sebesar 200 lux. 2. Perhitungan persamaan regresi dan koefisien korelasi antara faktor iluminasi di stasiun roll slitter terhadap produk cacat lolos inspeksi terdapat hubungan berbanding terbalik yang sangat tinggi antara tingkat iluminasi di stasiun roll slitter dengan produk cacat lolos inspeksi 7.2. Saran Saran yang dapat diberikan yaitu: 1. PT. Pusaka Prima Mandiri sebaiknya lebih memperhatikan lingkungan kerja terutama pencahayaan di lantai produksi sehingga dapat meminimalisir jumlah produk cacat. 2. PT. Pusaka Prima Mandiri sebaiknya melakukan pembersihan secara rutin terhadap lampu terutama saat tidak sedang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Kualitas hasil kerja dari suatu proses produksi di suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Kualitas hasil kerja dari suatu proses produksi di suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kualitas hasil kerja dari suatu proses produksi di suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu hal yang mempengaruhinya adalah lingkungan

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja (Suma mur,2009). Faktor pendukung ini diantaranya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja (Suma mur,2009). Faktor pendukung ini diantaranya yaitu II-20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,

Lebih terperinci

Daylighting Ilumination. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Daylighting Ilumination. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Daylighting Ilumination By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Definisi Energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380 750 nm. didefinisikan sebagai dualisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mata. Intensitas pencahayaan (Illumination level) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mata. Intensitas pencahayaan (Illumination level) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata merupakan salah satu bagian tubuh pekerja yang harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya. Cahaya yang cukup merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan

Lebih terperinci

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN PERMASALAHAN Intensitas penerangan yang kurang dapat

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam mencapai tujuan penelitian, peneliti harus

Lebih terperinci

RANCANGAN PENCAHAYAAN LANTAI PRODUKSI DI PT INTAN NASIONAL IRON

RANCANGAN PENCAHAYAAN LANTAI PRODUKSI DI PT INTAN NASIONAL IRON RANCANGAN PENCAHAYAAN LANTAI PRODUKSI DI PT INTAN NASIONAL IRON TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh RAHMAD SYAPUTRA DAMANIK 110403093

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM PENCAHAYAAN DI UNIT PERCETAKAN PD ANEKA INDUSTRI DAN JASA SUMATERA UTARA TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

USULAN PERBAIKAN SISTEM PENCAHAYAAN DI UNIT PERCETAKAN PD ANEKA INDUSTRI DAN JASA SUMATERA UTARA TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari USULAN PERBAIKAN SISTEM PENCAHAYAAN DI UNIT PERCETAKAN PD ANEKA INDUSTRI DAN JASA SUMATERA UTARA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik oleh Poppy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 10 LINGKUNGAN KERJA FISIK 1 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta *

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta * EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR Muhammad Yusuf 1* 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta * Email:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

MODUL TATA CAHAYA. Desain Interior Universitas Esa Unggul. Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds

MODUL TATA CAHAYA. Desain Interior Universitas Esa Unggul. Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds MODUL TATA CAHAYA Desain Interior Universitas Esa Unggul Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds CARA MENGGUKUR INTENSITAS PENCAHAYAAN BUATAN RUANG LINGKUP PENERANGAN Penerangan yg baik adalah penerangan yg

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Pengertian dan Teori Dasar Cahaya 3.1.1. Pengertian Cahaya Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang dan membantu kita melihat benda di sekeliling kita. Sifat-sifat cahaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal tertentu yang dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAHAYAAN STASIUN PEMOTONGAN DENGAN MENGUKUR LUMINANSI DAN ILUMINASI PADA PT. MAHAKARYA JAYA SINERGI

ANALISIS PENCAHAYAAN STASIUN PEMOTONGAN DENGAN MENGUKUR LUMINANSI DAN ILUMINASI PADA PT. MAHAKARYA JAYA SINERGI ANALISIS PENCAHAYAAN STASIUN PEMOTONGAN DENGAN MENGUKUR LUMINANSI DAN ILUMINASI PADA PT. MAHAKARYA JAYA SINERGI TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2017

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2017 PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PRODUK CACAT PADA STASIUN EMPTY BOTTLE INSPECTION PT. COCA-COLA AMATIL INDONESIA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB (ANALISA METODE PENGUKURAN MANUAL DAN METODE LUX-METER) PENULIS : HAJAR SUWANTORO, ST. NIP. 132 30 6868 DEPARTEMEN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatanklorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman eum

Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatanklorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman eum JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 5 (2) 108-112 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dituntut untuk mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan agar dapat tumbuh dan berkembang. Bahkan perusahaan diharapkan dapat memproduksi

Lebih terperinci

Fisika Bangunan I. Ultraviolet. Inframerah. Fisika Bangunan. Pencahayaan

Fisika Bangunan I. Ultraviolet. Inframerah. Fisika Bangunan. Pencahayaan Fisika Bangunan I Pengantar Fisika Bangunan Pencahayaan HVAC Pengontrolan Energi Dalam Bangunan Pustaka : Prasasto Satwiko, Fisika Bangunan Edisi 1, Penerbit Andi, 004 1 Fisika Bangunan Fisika Bangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, berupa material bening atau transparan yang biasanya dihasilkan dari

Lebih terperinci

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya Cahaya sebagai media Fotografi Pencahayaan merupakan unsur dasar dari fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang cahaya mutlak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mata 1. Definisi Mata Mata merupakan organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk transduksi (mengubah bentuk energi ke bentuk lain) sinar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA Julianus Hutabarat 1, Ellysa Nursanti 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang Kampus

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Maesaroh, Yayan Harry Yadi, Wahyu Susihono,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

Oleh : Heri Justiono

Oleh : Heri Justiono Oleh : Heri Justiono 2409201002 Pada umumnya pencahayaan di dalam ruang pada siang hari menggunakan : Cahaya Alami Cahaya Buatan Pencahayaan + Pencahayaan Pencahayaan dlm ruang alami buatan yg memenuhi

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG TINGKAT PENCAHAYAAN DI LABTEK IXC

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG TINGKAT PENCAHAYAAN DI LABTEK IXC AR 3121 FISIKA BANGUNAN LAPORAN TUGAS MENGHITUNG TINGKAT PENCAHAYAAN DI LABTEK IXC KELOMPOK 2 Indra Rhamadhan 15213025 Raudina Rahmi 15213037 Shafira Anjani 15213027 Putri Isti Karimah 15213039 Estu Putri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu dituntut untuk menjaga dan mempertahankan kualitas produk yang dihasilkannya supaya perusahaan tersebut dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

DAFTAR ISI. Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran ABSTRAK Pembangunan industri yang baik terutama harus memperhatikan faktor manusia sebagai penggerak utamanya. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatan dengan baik bila ditunjang oleh sistem kerja dan

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat dimana

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi dan fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap industri pada umumnya berusaha menjaga agar produk yang dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini mendorong perusahaan untuk

Lebih terperinci

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau 1 Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau Nanang C Darmawan, Andi Rahmadiansah, Wiratno Argo A Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS FARID KHUSNUL MUJIB 2404100038 PEMBIMBING: ANDI RAHMADIANSAH Latar Belakang Intensitas pencahayaan (E) dan pemerataan intensitas pencahayaan (min/ave)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Desain Penelitian Metodologi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu pemecahan masalah dengan menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data hasil pengecekan kualitas dalam bentuk bihun jagung pada periode bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data hasil pengecekan kualitas dalam bentuk bihun jagung pada periode bulan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu, obyek psikologis merupakan obyek yang bisa diraba maupun obyek abstrak (Rasyid,1993:

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y Moses L. Singgih dan Renanda Email: moses@ie.its.ac.id Jurusan Teknik Industri FTI, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dan menggunakan pendekatan Cross Sectional, dimana variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas

Lebih terperinci

Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja

Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja Standar Nasional Indonesia Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja ICS 17.180.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

- PENCAHAYAAN - 13/11/2011. Ajeng Yeni Setianingrum. Universitas Mercu Buana 2011 IRIS PUPIL LENSA SARAF OPTIK. dsb

- PENCAHAYAAN - 13/11/2011. Ajeng Yeni Setianingrum. Universitas Mercu Buana 2011 IRIS PUPIL LENSA SARAF OPTIK. dsb ERGONOMI - PENCAHAYAAN - Ajeng Yeni Setianingrum Universitas Mercu Buana 2011 Sistem Penglihatan Manusia KORNEA IRIS PUPIL LENSA RETINA SARAF OPTIK dsb http://www.google.co.id/imgres?q=mata&hl=id&biw=1024&bih=437&gb

Lebih terperinci

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer HUMAN Manusia merasakan dunia nyata dengan menggunakan piranti yang lazim dikenal dengan panca indera -mata, telinga, hidung, lidah dan kulit- sehingga lewat komponen inilah kita dapat membuat model manusia

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN CAMPURAN DI RUANG BENGKEL KAYU

KAJIAN PENCAHAYAAN CAMPURAN DI RUANG BENGKEL KAYU Kajian Pencahayaan Campuran... (Isda/ hal. 53 - XX) ABSTRACT KAJIAN PENCAHAYAAN CAMPURAN DI RUANG BENGKEL KAYU Isda Wdyani 1, Sumardjito 2 1,2 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, FT-UNY sumardjito@uny.ac.id

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pencahayaan (Lighting) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan

Lebih terperinci

PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA DI LINGKUNGAN SEKITAR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN IPB

PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA DI LINGKUNGAN SEKITAR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN IPB PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA DI LINGKUNGAN SEKITAR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN IPB MEASUREMENT OF LIGHT INTENSITY IN THE ENVIRONMENT AROUND THE DEPARTMENT OF CIVIL AND ENVIRONMENTAL ENGINEERING,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Akhmad Rafsanjani 1, Yayan Harry Yadi 2, Ade Sri Mariawati 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa rafsanjani089@yahoo.com

Lebih terperinci

Pengaruh Intensitas Pencahayaan Terhadap Kelelahan Fisik Operator Pada Simulasi Handscarfing

Pengaruh Intensitas Pencahayaan Terhadap Kelelahan Fisik Operator Pada Simulasi Handscarfing Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.2, Juni 2013, pp.139-144 ISSN 2302-495X Pengaruh Intensitas Pencahayaan Terhadap Kelelahan Fisik Operator Pada Simulasi Handscarfing Andhika Kurniawan 1, Yayan Harry Yadi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG

EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG Ade Supriatna, ST. MT, Ir. Atik Kurnianto, MEng. Fakultas Teknik / Jurusan Teknik Industri Abstrak Usaha mikro

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

Upaya Penurunan Tingkat Kecacatan Produk dengan Metode DMAIC di PT. X

Upaya Penurunan Tingkat Kecacatan Produk dengan Metode DMAIC di PT. X 19-114 Upaya Penurunan Tingkat Kecacatan Produk dengan Metode DMAIC di PT. X Amelia Agnes Sunjono 1, Siana Halim 1 Abstract: This research aims to discover the factors that influences and causes any defects

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM PENCAHAYAAN DI UNIT PERCETAKAN PERUSAHAAN XXX SUMATERA UTARA

USULAN PERBAIKAN SISTEM PENCAHAYAAN DI UNIT PERCETAKAN PERUSAHAAN XXX SUMATERA UTARA USULAN PERBAIKAN SISTEM PENCAHAYAAN DI UNIT PERCETAKAN PERUSAHAAN XXX SUMATERA UTARA Poppy Cynthia Devi 1, A. Rahim Matondang 2 & Dini Wahyuni 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Istilah dan Satuan Cahaya Tabel 2.1 Simbol dan Satuan Cahaya Sumber: Satwiko (2004: 83) Satwiko (2004) menjelaskan empat istilah standar dalam pencahayaan beserta satuannya

Lebih terperinci

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah JAWABAN LATIHAN UAS 1. INTERFERENSI CELAH GANDA YOUNG Dua buah celah terpisah sejauh 0,08 mm. Sebuah berkas cahaya datang tegak lurus padanya dan membentuk pola gelap terang pada layar yang berjarak 120

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Gerakan-gerakan kerja operator untuk tiap stasiun kerja sudah dirancang

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FAILURE MODE AND EFFECT (FMEA) PADA PRODUK RIBBED SMOKE SHEET DI PABRIK KARET PTPN. II KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu kerangka yang memuat langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada bagian ini akan dijelaskan secara

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cahaya Cahaya adalah Suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak.perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang- gelombang

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI POMPA MINYAK MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Ilham Maulana NPM : 33412606 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. Pembimbing

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Collection Shoes merupakan perusahaan sepatu yang sudah berdiri cukup lama. Dalam penelitian saat ini pengamatan dilakukan pada produksi sepatu pantofel. Masalah utama dari bagian produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

Pertemuan 03 ERGONOMIK

Pertemuan 03 ERGONOMIK Pertemuan 03 ERGONOMIK Ergonomik Ilmu yang mempelajari karakteristik fisik dalam interaksi Ergonomik baik untuk pendefinisian standar dan pedoman pembatasan bagai mana kita mendesain aspek tertentu dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Intensitas Cahaya a. Pengertian Cahaya Di tempat kerja Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan (Ahmadi, 2009). Cahaya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencahayaan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia sehari-hari,.

BAB I PENDAHULUAN. Pencahayaan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia sehari-hari,. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pencahayaan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia sehari-hari,. Tanpa pencahayaan yang baik dapat membuat suasana ruangan membosankan dan menghambat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metode Pemecahan Masalah Flow Chart metodologi pemecahan masalah merupakan diagram alir yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI PERANCANGAN TINGKAT ILLUMINASI UNTUK MENGURANGI KELELAHAN MATA DI RUANG BACA BEBERAPA PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

TECHNOLOGIC, VOLUME 7, NOMOR 2

TECHNOLOGIC, VOLUME 7, NOMOR 2 Politeknik Manufaktur Astra DESEMBER 20 PENURUNAN LOSSES KERNEL PADA LIGHT TENERA DRY SEPARATING (LTDS ) DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA Agung Kaswadi, Edwar Rosyidi, Ilham Nur Aziz Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM Syavir Latif (1), Nurul Jamala (2), Syahriana (3) (1) Lab.Perancangan, Studio

Lebih terperinci

Bab 13 Pergerakan Matahari dan Pemodelan Angkasa. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T Pergerakan Matahari

Bab 13 Pergerakan Matahari dan Pemodelan Angkasa. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T   Pergerakan Matahari Bab 13 Pergerakan Matahari dan Pemodelan Angkasa Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 140 Pergerakan Matahari 141 1 Pergerakan Matahari Proyeksi matahari 142 Model Angkasa (Sky

Lebih terperinci

KAJIAN DATA KETAHANAN HIDUP TERSENSOR TIPE I BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN SIX SIGMA. Victoria Dwi Murti 1, Sudarno 2, Suparti 3

KAJIAN DATA KETAHANAN HIDUP TERSENSOR TIPE I BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN SIX SIGMA. Victoria Dwi Murti 1, Sudarno 2, Suparti 3 JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 241-248 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian KAJIAN DATA KETAHANAN HIDUP TERSENSOR TIPE I BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN

Lebih terperinci