Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Transkripsi

1 Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms. Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

2 LAMPIRAN A: MIND MAPPING xix

3 LAMPIRAN B: KUISIONER xx

4 LAMPIRAN C: STORYBOARD xxi

5 LAMPIRAN D: PAGE PLAN SCRIPT Prologue Cerita ini mengisahkan tentang Bimasuci, yaitu ketika Sang Arya Werkodara atau Bima berguru kepada Dangnyang Drona, ia disuruh mencari air suci tirtapawitra untuk menyucikan dirinya. Dangnyang Drona mengatakan bahwa air suci tirtapawitra terdapat di dalam gua bukit Candramuka di daerah hutan Tribasara, di kaki gunung Gadamadana. Bima segera berangkat ke hutan Tibrasara. Tanpa ragu bima pun segera bergerak menuju hutan tribasara. Namun, bima tidak dapat menemukan apa yang ia cari. Di hutan tersebut bima harus menghadapi 2 raksasa yang bernama rukmuka dan rukmukala. Setelah berhasil dikalahkan, tanpa disangka raksasa tersebut merupakan jelmaan dari batara bayu. Diberitahukan oleh batara bayu bahwa air suci tirtapawitra berada di dasar samudera. Setelah mendapat petunjuk dari Batara Bayu, Bima pun segera menuju ke samudera. Halaman 1 Melihat samudera yang luas membentang, Bima ragu-ragu sejenak. Tetapi Bima adalah seorang kesatria. Ia telah berjanji untuk mentaati perintah gurunya. Bagi seorang kesatria pantang untuk mengingkari janji. Bima berdiri dengan gagah diatas sebuah bukit menghadap ke samudera yang luas. xxii

6 Bima : aku tidak akan mundur (dalam hati Bima). Memperlihatkan bima yang menutup mata mengingat pesan dari gurunya Resi Durna. Panel 3 : Tangan Bima yang menggenggam dengan erat sampai-sampai bergetar. Halaman 2 Merupakan Flashback ketika Bima diperintahkan oleh Resi Durna untuk mencari air suci tirtapawitra. Berlokasi di dalam hastinapura. Resi Durna berdiri dihadapan Bima, Bima pun menghadap gurunya dengan membungkuk. Resi Durna : Hei bima, kau telah mempelajari banyak hal. Kuperintahkan kau mencari air suci tirtapawitra untuk mensucikan dirimu. Resi Durna dengan tampak ¾ dari atas. Resi Durna : Air suci tirtapawitra berada di dalam gua bukit Candramuka di daerah hutan Tribasara, di kaki gunung Gadamadana. Panel 3: Memperlihatkan tampak belakang Bima yang segera beranjak pergi meninggalkan gurunya. xxiii

7 Halaman 3 Bima bangkit dan teringat akan kesaktiannya. Segera Bima mengeluarkan Ajian JALASANGARA yang dapat membuat bima berjalan diatas air. Bima pun segera melompat ke samudera dengan gagah. Bima membuka mata setelah tersadar. Bima mengangkat tangan kanannya dan mengeluarkan ajian JALASANGARA, kemudian muncul cahaya kekuningan dari tangan Bima tanda bahwa ajiannya telah muncul. Panel 3 : Dengan gagah bima segera melompat kedalam samudera. Halaman 4 Berkat ajian JALASANGARA, Bima dapat berjalan diatas air. Bima berjalan menuju ketengah samudera. Tanpa ia sadari, sesuatu pun muncul dihadapannya. Bima telah berada diatas air dan siap untuk mengarungi samudera. Bima berjalan menuju ketengah samudera. xxiv

8 Panel 3 : Ekspresi Bima terkejut melihat sesuatu tiba-tiba muncul dihadapannya. Halaman 5 Tiba-tiba muncul seekor naga laut yang meluncur ke arahnya. Dengan mata merah yang menyala, dan mulutnya terbuka memperlihatkan taringnya yang tajam siap menerkam tubuh Bima. Naga laut dengan mulut yang terbuka meluncur ke arah bima. Halaman 6 Dalam sekejap naga itu telah melilit tubuh Bima tanpa sempat ia menghindari. Bima mencoba melepaskan tubuhnya dari lilitan sang naga. Namun semakin ia mencoba, semakin kuat lilitan sang naga tersebut. Naga melilit tubuh bima dengan kuat. Namun kepala bima masih terlihat. Dan kepala sang naga pun menghadap ke Bima. Memperlihatkan gigi-giginya yang tajam seolah akan menerkamnya ketika Bima menemui ajal. xxv

9 Halaman 7 Sang naga melilit tubuh bima dengan kuat. Sampai-sampai Bima putus asa dibuatnya. Namun ditengah keputus asaanya teringat olehnya bahwa ia memiliki kuku pancanaka. Maka bima segera mengumpulkan sisa tenaga. Bima menusuk naga dengan kuku pancanakanya tepat dibagian leher, membuat darah bercucuran dan naga laut pun mati seketika. Bima putus asa dibuatnya. Sesaat timbul dibenaknya bahwa ajal segera menemuinya. Namun, ingatlah Bima bahwa ia memiliki kuku Pancanaka. Bima segera mengumpulkan sisa tenaganya. Bima tampak putus asa dengan sang naga yang tetap melilit tubuhnya. Bima teringat akan kuku pancanakanya. Panel 3 : Bima segera berusaha mengumpulkan segenap tenaganya yang masih tersisa. Panel 4 : Bima menusukan kuku pancanakanya ke arah leher sang naga, dan darah pun bercucuran. Bima : Matilah kau! rasakanlah kuku pancanakaku ini xxvi

10 Halaman 8 Setelah naga berhasil dikalahkan, seketika lautan pun berubah menjadi merah darah. Tubuh sang naga pun dicabik-cabik oleh Bima. Bima tampak terengahengah setelah berhasil lepas dari lilitan sang naga. Sang naga pun meregang nyawa dengan kuku pancanaka tertancap di lehernya. Tubuh sang naga pun tercabik-cabik. Seketika lautan menjadi merah darah. Bima mencabik-cabik tubuh sang naga dengan kuku pancanakanya. Seketika lautan berubah menjadi merah darah, akibat darah sang naga yang bercipratan. Panel 3 : Bima tampak terengah-engah setelah berhasil membunuh sang naga dan terlepas dari lilitannya. Panel 4 : Tidak lama kemudian lautan pun kembali menjadi biru, dan bima melanjutkan perjalannanya. Halaman 9 Bima kembali melanjutkan perjalannya ketengah samudera. Ditengah samudera Bima pun mersa bingung harus kemana lagi ia harus mencari air suci tirtapawitra. Karena sejauh yang dilihat Bima hanyalah lautan yang sangat luas. Nampak dari xxvii

11 kejauhan muncul sesosok anak kecil yang melayang-layang diatas lautan. Bima pun berjalan menghampiri sosok anal kecil tersebut. Setelah terus berjalan, Bima pun bingung harus kemana lagi melangkah mencari air suci. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat sosok anak kecil yang sedang melayanglayang diatas samudera yang luas. Bima meneruskan perjalannya ketengan samudera. Bima pun kebingungan kemana lagi dia harus melangkah. Bima : kemana lagi aku harus melangkan untuk mencari air suci itu. (Tanya Bima dalam hati). Panel 3 : Dari kejauhan terlihat sosok anak kecil yang melayang-layang diatas samudera yang luas. Panel 4 : Bima segera menghampiri sosok anak kecil dengan penuh keheranan. xxviii

12 Halaman 10 Bima berhadapan dengan sosok nak kecil itu dan terheran. Sosok anak kecil itu pun serupa dengan diri Bima. Dengan penuh keheranan Bima menegur sosok anak kecil itu. Bima betanya kepada sosok anak kecil itu. Bima : Di tengah samudera ada anak kecil yang serupa denganku, siapakah kau? tanya Bima kepada sosok anak kecil itu. Dewa Ricu : Aku Dewa Ruci. Sahutnya Dewa ruci kembali bertanya kepada Bima. Dewa Ruci : Ada perlu apa kau Bima jauh-jauh datang ke tengah samudera? Bima : Bagaimana kau tahu namaku, aku mencari Air suci Tirtapawitra. Panel 3 : Dewa Ruci pun menjawab pertanyaan Bima dan memberitahukan siapakah dirinya. Dewa Ruci : ketahulah Bima, Air Suci Tirtapawitra adalah air suci yang bersal dari dalam hatimu sendiri. Dari hatimu yang suci tanpa dipenuhi hawa nafsu. Sedangkan diriku adalah perwujudan dari jatidirimu. xxix

13 Halaman 11 Bima bertemu dengan dewa ruci di tengah samudera. Dewa ruci pun bekata pada Bima bahwa sesunggunya air suci Tirtapawitra itu berasal dari dalam hatinya sendiri yang menjadi suci setelah dapat menghadapi segala rintangan. Dewa ruci pun memerintahakan Bima untuk masuk ke dalam Gua Garba nya. Bima pun akhirnya masuk melalui telinga kiri dewa ruci. Dewa Ruci memerintahkan Bima untuk masuk kedalam tubuhnya. Sejenak Bima terkejut dan bingung. Namun Bima menuruti perintah Dewa Ruci, Bima pun ternyata dapat masuk melalui telinga kiri. Dewa Ruci : Dengan berhasilnya menghadapi segala rintangan, kau telah berhasil mengatasi hawa nafsumu. Kini hatimu telah suci kembali. Bima : Dewa Ruci, sudi kiranya dirimu memberitahukan segala petunjuk dan pedoman yang aku butuhkan. Dewa Ruci : Baiklah Bima, masuklah kau ke dalam Gua Garbaku. Kata Dewa Ruci. Bima : Bagaimana mungkin masuk ke dalam tubuh kecil itu, tubuhku begitu besar. Bahkan kelingkingku saja terasa sesak. Panel 3 : Dewa Ruci memiringkan kepalanya. Dewa Ruci : telinga kiriku inilah jalannya Bima." xxx

14 Panel 4 : Bima segera masuk kedalam tubuh Dewa Ruci melalui telinag kirinya. Halaman 12 Didalam Gua Garba Dewa Ruci sangatlah luas bagaikan angkasa yang luas tiada batas. Tidaklah jelas arah utara, timur, selatan dan barat. Bima pun menenangkan dirinya dengan bertapa. Gua Garba Dewa Ruci bagaikan angkasa yang luas. Tidak jelas arah utara, timur, barat dan selatan. Gua Garba ibarat sebuah rahim yang merupakan tempat bayi yang masih suci. Bima telah menjadi suci lahir dan batin. Terdengar suara Dewa Ruci. Dewa Ruci : Bima, janganlah kau berkecil hati! Bima bertapa didalam Gua Garba Dewa Ruci. Bima : Merasa puas hatiku berada ditempat yang luas tiada batas, dan begitu tentram sekali disini. Halaman 13 xxxi

15 Di dalam Gua Garba, Bima melihat empat cahaya yang berbeda warna. Ada warna Hitam, Merah, Kuning, dan putih. Dewa Ruci Pun memberitahukan mengenai keempat cahaya tersebut. Bima bertapa dan tiba-tiba muncul keempat cahaya. Bima : Dewa Ruci, aku melihat empat macam cahaya. Dan cahaya itu memiliki warna yang berbeda, apakah maksud dari cahaya itu? Dewa Ruci menjawab Pertanyaan Bima. Dewa Ruci : cahaya itu benama Caturwarna. Yang berwarna hitam itu berpengaruh kepada amarah, gusar, dan naik pitam yang menjadi penghambat semua kebaikan dan kebijaksanaan. Sedangkan merah berpengaruh kepada nafsu yang mengarah kepada perbuatan yang tidak baik. Warna kuning menghalangi segala angan dan pikiran yang menuju ke keselamatan dan kebahagian hati sehingga lebih menjurus kepada sesuatu yang merusak. Warna putihlah yang benar-benar mewarnai hati yang tenang dan mempengaruhi semua tindakan yang mengarah kepada kesucian, keselamatan, dan kebahagiaan. xxxii

16 Halaman 14 Bima merasakan ketentraman yang luar biasa, membuatnya ingin tinggal lebih lama disana. Namun atas petunjuk dari Dewa Ruci, Bima akhirnya menurutui perkataannya untuk keluar dari dalam Gua Garbanya. Bima merasakan ketentraman. Bima : wahai Dewa Ruci, disini sangatlah tentram, ijinkanlah aku untuk berada disini dalam waktu yang lama. Dewa Ruci : Jangan Bima, ketahuilah masih banyak yang harus kau kerjakan dan keluargamu di hastinapura menunggumu. Bima keluar dari Gua Garba Dewa Ruci melalui telinga kirinya. Halaman 15 Dewa Ruci menyatu dengan raga Bima. Dewa Ruci menyatu dengan Raga Bima. Dewa Ruci : Bima kini kau telah mengenali jati dirimu dan memperoleh kesempurnaan hidup. Kesucianmulah yang kini bisa membuatmu lebih dekat dengan tuhan. xxxiii

17 Bima merasa sangat puas. Bima : Terima Kasih Dewa Ruci, kini diriku merasa sangat puas. Halaman 16 Setelah bertemu Dewa Ruci, Bima merasa dirinya telah suci kembali. Dan Bima bersiap untuk segera pulang ke hastinapura untuk bertemu dengan guru dan saudara-saudaranya. Bima berdiri dengan kaki kanan menginjak sebuah batu besar. Bima : Kini saatnya aku pulang ke Hastinapura. Shot dari belakang Bima Pulang ke hastinapura. xxxiv

18 LAMPIRAN E: KARTU KONSULTASI BIMBINGAN xxxv