MODUL PENGANTAR. Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan Analisis dan Pengembangan Pasar (APP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PENGANTAR. Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan Analisis dan Pengembangan Pasar (APP)"

Transkripsi

1 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) MODUL PENGANTAR Pengembangan wirausaha kehutanan berbasis masyarakat Diadopsi dari modul Market Analysis & Development (MAD)

2 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) MODUL PENGANTAR Diterjemahkan dan diadaptasi oleh:

3 Modul Pelatihan Analisis dan Pengembangan Pasar ini diterjemahkan dan diadaptasi dari modul pelatihan Market Analysis and Development yang diterbitkan oleh Food and Agriculture Organization pada tahun SNV dan RECOFTC melakukan kegiatan pelatihan dan penerjemahan modul APP ini sebagai bagian dari program Kehutanan Multi Pihak 3 (Multistakeholder Forestry Program 3) yang didanai oleh Pemerintah Inggris. Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi: Rizki Pandu Permana (Sector Leader Agriculture) SNV Indonesia Jl. Kemang Timur Raya No.66 Jakarta Selatan 12730, Indonesia rpermana@snv.org T +62 (0) Gabriella Lisa (Training Coordinator Indonesia Program) RECOFTC The Center for People and Forests Pusdiklat Kehutanan Jalan Gunung Batu Kotak Pos 141 Bogor 16118, Indonesia gabriella.lissa@recoftc.org T +62 (0)

4 Daftar isi Kata Pengantar...v Petunjuk Penggunaan Panduan Fasilitator Lapangan...vi Simbol-Simbol yang Digunakan dalam Panduan Fasilitator Lapangan...viii Daftar singkatan yang digunakan dalam Panduan Fasilitator Lapangan... x BAGIAN 1 Menetapkan konteks...1 Mengorganisasi sesi pelatihan pada tujuan dan alur proses APP...6 BAGIAN 2 Prinsip panduan dalam pendekatan APP Keberlanjutan dan penyaringan kelima bidang pengembangan usaha Relevansi untuk usaha berbasis sumber daya alam Sensitivitas gender Peran utama pelaku usaha Menciptakan kemitraan yang strategis Menyelenggarakan sesi pelatihan tentang pengenalan prinsip-prinsip panduan APP BAGIAN 3 Metode dan peralatan utama Menggunakan metode dan peralatan partisipatif Tingkat pengumpulan informasi di dalam APP Mengakses informasi dan memaksimalkan efisiensi biaya di dalam APP BAGIAN 4 Memperkenalkan konsep dalam konteks APP Terminologi khusus dalam APP Menyelenggarakan sesi pelatihan terkait istilah dan konsep yang digunakan dalam APP BAGIAN 5 Bersiap-siap untuk pelaksanaan APP Apakah proyek siap untuk implementasi lapangan? Apakah Anda siap untuk menggunakan panduan ini?... 23

5 iv Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR BAGIAN 6 Bersiap-siap untuk memulai Memahami konteks lokal dan mempersiapkan peralatan pelatihan yang akan digunakan di lapangan Memperjelas batasan dukungan pengembangan usaha pada proyek Mempersiapkan rencana kerja untuk mengimplementasikan Fase Peralatan untuk melakukan fasilitasi Peralatan 1: Perbedaan antara pendekatan pengembangan mata pencaharian tradisional dengan pendekatan pengembangan usaha Peralatan 2: Peta APP Peralatan 3: Diagram Penyaring Peralatan 4: Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi Fase 3 dan Peralatan 5: Contoh-contoh proyek yang telah berhasil menggunakan proses APP untuk pengembangan usaha Peralatan 6: Lima karakteristik keberlanjutan: definisi, contoh dan latihan Peralatan 7: Daftar perbedaan produk hutan dengan produk pertanian Peralatan 8: Peran fasilitator Peralatan 9: Menciptakan kemitraan strategis Peralatan 10: Pentingnya informasi dalam proses APP Peralatan 11: Perbedaan penjualan dan pemasaran Peralatan 12: Penambahan nilai Peralatan 13: Tabel-tabel dan daftar-daftar yang harus dipersiapkan sebelum memulai pelatihan lapangan Peralatan 14: Rangkuman sumber daya dan produk potensial di area proyek Peralatan 15: Menentukan area intervensi Peralatan 16: Daftar kegiatan-kegiatan persiapan utama yang harus dilaksanakan oleh fasilitator sebelum memulai Fase 1 dari proses APP Peralatan 17: Daftar isian untuk memastikan proses APP dapat diimplementasikan dengan sukses Peralatan 18: Pengingat kegiatan-kegiatan kunci yang harus diselesaikan sebelum sebuah proyek dimulai Peralatan 19: Bersiap-siap untuk implementasi proses APP yang sukses Peralatan 20: Tugas-tugas fasilitator selama proses APP Glosarium APP... 53

6 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR v Kata Pengantar Pembangunan lingkungan dan kehutanan yang berkelanjutan dan berkeadilan memerlukan peran serta yang aktif dan signifikan dari segenap pemangku kepentingan, seperti pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan para profesional. Peningkatan peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai skema yang mampu meningkatkan kesejahteraan, di antaranya melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilah dalam menganalisis dan mengembangkan pasar yang potensial di wilayah mereka. Modul-modul Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) telah dikembangkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian/Food and Agirculture OrganIzation pada tahun 2011, yang telah diterjemahkan dan diadaptasi oleh SNV (Stichting Nederlandse Vrijwilligers/Netherlands Development Organization) Indonesia dan the Center for People and Forests. Modul APP terdiri dari empat modul, yaitu Modul Pengantar, Modul 1 (Penilaian Situasi Saat Ini), Modul 2 (Survei Pemilihan Produk), dan Modul 3 (Mempersiapkan Rencana Pengembangan Usaha). Modul-modul tersebut di atas telah diuji-coba untuk pelatihan para fasiltator di KPH Benakat (Sumatera Selatan), KPH Banjar (Kalimantan Selatan), KPH Alor (Nusa Tenggara Timur dan KPH Poigar (Sulawesi Utara). Selain itu, Modul-modul ini juga telah didiskusikan/dibahas di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumberdaya Manusia Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang keseluruhannya difasilitasi oteh Multi-stakeholder Forestry Programme 3 (MFP-3), proyek kerjasama bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Inggris. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung, khususnya kepada MFP-3, dalam memfasilitasi penerjemahan/ adaptasi dan penerbitan Modul-modul ini. Akhir kata, semoga Modul-modul ini bermanfaat. Jakarta, Mei 2017 Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari IB. Putera Parthama, PhD

7 vi Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Petunjuk Penggunaan Panduan Fasilitator Lapangan Panduan bagi Fasilitator Lapangan dibagi menjadi lima modul. Modul pertama adalah modul pengantar yang berfokus pada peningkatan pemahaman dan kesiapan untuk melaksanakan pendekatan Berikutnya adalah Panduan Fasilitator Lapangan (PFL) 1-4 yang sesuai dengan setiap fase APP (4 fase). Berikut ini adalah gambaran besar dari kelima modul tersebut: Pengantar: Menetapkan Konteks Panduan Fasilitator Lapangan 1: Penilaian Situasi Saat Ini Panduan Fasilitator Lapangan 2: Survei Pasar Panduan Fasilitator Lapangan 3: Rencana Pengembangan Usaha Panduan Fasilitator Lapangan 4: Tahap Awal Pengembangan Usaha

8 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR vii Pengguna Panduan Fasilitator Lapangan Tujuan dari PFL adalah untuk membimbing fasilitator dalam mendukung para pelaku usaha pedesaan dalam pelaksanaan proses APP. PFL berbeda dari buku manual karena buku manual ditargetkan untuk para pengambil keputusan dan memberikan gambaran umum tentang proses APP, sedangkan PFL disusun untuk fasilitator lapangan dan menyediakan pendekatan yang sangat rinci, langkah-demi-langkah untuk pelaksanaan dengan komunitas pedesaan. Fasilitator umumnya tidak akan perlu menggunakan manual karena informasi yang mereka butuhkan telah tercakup dalam PFL. Fasilitator lapangan harus benar-benar dilatih oleh seorang ahli APP sebelum mereka mulai melaksanakan pelatihan dengan komunitas setempat. (Lihat Bagian 6. Pelatihan Manual APP bagi fasilitator untuk informasi lebih lanjut). Mengimplementasikan Panduan Panduan ini disusun dari beberapa tahun pengalaman yang diperoleh melalui penerapan proyek APP di banyak negara. Merupakan panduan umum yang perlu disesuaikan dengan konteks lokal dan kebutuhan komunitas yang terlibat. Ini berarti bahwa peralatan yang diusulkan dalam PFL juga harus disesuaikan, dan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan berbagai peralatan akan cenderung sangat bervariasi sesuai dengan konteks pelatihan, pendekatan (pendekatan yang benar-benar partisipatif akan memakan waktu) dan jumlah orang yang terlibat dalam pelatihan. Akhirnya, harus benar-benar dipahami bahwa peran fasilitator adalah untuk memberdayakan para pelaku usaha, memastikan bahwa merekalah yang melaksanakan kegiatan pengembangan usaha. Peran fasilitator bukan untuk melakukan proses APP sendiri atau melakukannya untuk para pelaku usaha. Struktur Panduan Informasi yang ada telah ditata ke dalam kategori-kategori berikut. Setiap kategori telah diberikan ikon yang relevan seperti tertera pada tabel di bawah yang akan digunakan sebagai cara untuk mengenali bila mana jenis informasi ini muncul di seluruh materi APP. Informasi kunci tentang APP. Bagian ini meninjau kembali informasi yang seharusnya dikuasai oleh fasilitator sebelum memulai pelatihan. Ingatlah bahwa informasi ini telah disampaikan kepada fasilitator dalam sesi pelatihan orientasi sebelum memfasilitasi pelatihan APP. Petunjuk tentang penyelenggaraan lokakarya. Bagian ini menjelaskan secara detail bagaimana cara mengatur dan memfasilitasi lokakarya dan mengenali peralatan yang tepat. Panduan ini menggunakan pendekatan pembelajaran terpusat dengan tujuan untuk memberdayakan para pelaku usaha dan komunitasnya masing-masing. Kotak peralatan. Pada bagian akhir PFL, fasilitator akan menemukan kotak peralatan yang berisi peralatan yang mereka butuhkan untuk memfasilitasi lokakarya untuk fase pelatihan yang sesuai. Sangat disarankan untuk mengadaptasikan peralatan ini dengan konteks lokal dan kebutuhan khusus dari pelatihan bersangkutan.

9 viii Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Simbol-Simbol yang Digunakan dalam Panduan Fasilitator Lapangan Informasi kunci: pelatih harus memahami secara mendalam sebelum memfasilitasi sesi latihan Petunjuk rinci tentang pengaturan sesi pelatihan Tujuan pembelajaran lokakarya Materi pelatihan yang diperlukan untuk sesi tersebut (dipersiapkan dan diadaptasikan dari alat pelatihan) Alat pelatihan yang tersedia dari bagian peralatan dalam PFL dan diperlukan untuk sesi tersebut Kiat-kiat fasilitasi Informasi atau saran yang bermanfaat

10 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR ix Referensi untuk Panduan bagi Fasilitator Lapangan Referensi manual Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) Formulir lapangan untuk digunakan oleh pelaku usaha dan dijelaskan oleh fasilitator selama pelatihan Peralatan yang digunakan oleh fasilitator selama pelatihan Informasi teoritik tentang topik pembahasan selama pelatihan Kegiatan untuk mendorong keseimbangan gender Menjadi Fasilitator yang Efektif Panduan dan sesi pelatihan, akan memastikan bahwa fasilitator memiliki: pengetahuan dan keterampilan dasar dalam pengembangan usaha; pemahaman akan manfaat penggunaan APP sebagai pendekatan berbasis pasar; kapasitas untuk mengenali kendala utama terkait ide-ide calon pelaku usaha; kapasitas untuk memfasilitasi diskusi antara pelaku usaha dan membantu mereka dalam membuat keputusan tentang strategi pemasaran dan struktur organisasi; kemampuan untuk memahami dinamika sosial dalam komunitas; sadar akan kebutuhan anggota komunitas yang paling lemah dan kemampuan untuk memastikan partisipasi mereka dalam proses identifikasi usaha; pemahaman tentang unsur-unsur dasar dalam rencana keuangan dan rencana usaha; pemahaman akan lima bidang dalam pengembangan usaha; kapasitas untuk memfasilitasi proses partisipatif.

11 x Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Daftar singkatan yang digunakan dalam Panduan Fasilitator Lapangan JPU RPU IG APP SIP HHBK PRA RRA Jasa Pengembangan Usaha Rencana Pengembangan Usaha Indikasi Geografis Analisis dan Pengembangan Pasar Sistem Informasi Pasar Hasil Hutan Bukan Kayu Participatory rural appraisal (Penilaian desa partisipatif) Rapid rural appraisal (Penilaian desa dengan cepat)

12 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 1 BAGIAN 1 Menetapkan konteks Bagian ini memperkenalkan proses APP: 1) tujuan dan alur; 2) prinsip-prinsip; 3) metode dan peralatan; dan 4) konsep utama. Penting untuk fasilitator dan calon pelaku usaha untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang metodologi APP sebelum mulai melaksanakan proses yang disajikan pada Bagian 2 sampai 5. Tujuan dan Alur Proses APP Pendekatan APP telah dikembangkan untuk membantu komunitas meningkatkan mata pencaharian mereka melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Kelebihan utama proses APP adalah tingginya tingkat partisipasi calon pelaku usaha, baik dalam kelompok atau secara individu, dalam perencanaan dan perancangan usaha. Proses ini fokus pada pengembangan kapasitas komunitas lokal untuk menjadi pelaku usaha. Dengan pertimbangan aspek lingkungan, sosial, hukum dan kelembagaan, teknologi dan komersial pengembangan usaha, APP membantu komunitas untuk menghubungkan kegiatan pengelolaan sumber daya alam dan konservasi secara langsung dengan peluang menghasilkan pendapatan. APP berfokus pada keberlanjutan ekologi, oleh karena itu APP berlaku khususnya untuk usaha berbasis sumber daya alam yang perlu dilestarikan atau dilindungi dari penggunaan secara berlebihan atau perusakan. APP juga menyediakan cakupan yang luas untuk menyelidiki lingkungan pasar, yang dapat membantu untuk menghindari kegagalan usaha yang direncanakan. Pada akhirnya, APP menitikberatkan pada pengembangan kelembagaan, memastikan bahwa pelaku usaha baru bisa mandiri dan usaha mereka berjalan berkelanjutan. 1.1 Pendekatan pengembangan mata pencaharian tradisional berbeda dari pendekatan pengembangan usaha Selaku fasilitator yang menyampaikan proses APP kepada calon pelaku usaha, penting untuk dengan jelas memahami perbedaan antara pendekatan pengembangan mata pencaharian tradisional dan pendekatan pengembangan usaha. Jika tidak, peserta mungkin berpikir bahwa kegiatan APP sama saja seperti proyek intervensi langsung lainnya dan akan mengharapkan untuk menerima peralatan (sepeda, sarang lebah, sumur, dll) seperti yang terjadi di masa lalu. Harapan seperti ini dapat merusak kegiatan pelatihan dan memunculkan kemungkinan untuk memenuhi tujuan tersebut. Contoh beberapa perbedaan antara pendekatan mata pencaharian tradisional dan pendekatan pengembangan usaha dapat ditemukan pada peralatan 1.

13 2 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Fasilitator sebaiknya menggunakan Peralatan 1 untuk mempersiapkan presentasi pendekatan pengembangan usaha bagi calon pelaku usaha dan mitra pelatihan. Penting untuk menjelaskan perbedaan tersebut kepada peserta pelatihan untuk membantu mereka memutuskan apakah mereka benar-benar ingin terlibat dalam kegiatan pengembangan usaha dan untuk menjauhkan harapkan mereka akan intervensi langsung atau subsidi dalam pendekatan APP. Penting juga untuk menterjemahkan Peralatan 1 ke dalam bahasa lokal dan dibagikan kepada peserta. 1.2 Gambaran umum empat fase dalam proses APP APP merupakan kerangka kerja untuk merencanakan usaha berbasis produk hasil tanaman dan hasil hutan. Fase awal, mungkin bisa dikatakan Fase 0, adalah waktu untuk melakukan kegiatan penelitian latar belakang dan perencanaan yang harus dilakukan sebelum menginisiasi bantuan untuk pengembangan usaha produk hasil tanaman dan hutan. Empat fase yang berurutan akan menggiring peserta melalui proses partisipatif yang sederhana dan jelas untuk perencanaan dan pengembangan usaha. Setiap fase dipecah ke dalam beberapa langkah untuk memastikan bahwa tidak ada tindakan kritis yang diabaikan dan mengurangi risiko yang terkait dengan pembangunan usaha. Fase 1 dan 2 adalah fase diagnostik. Fase ini memungkinkan identifikasi peluang pengembangan usaha dan membantu anggota komunitas untuk memilih produk untuk usaha mereka. Fase 3 dan 4 adalah fase pendukung. Fase 3 membantu pelaku usaha untuk mempersiapkan rencana usaha mereka, dan fase 4 membantu mereka dalam memulai usaha mereka. Sebuah representasi grafis tentang proses keempat tahapan tersebut disajikan dalam peta APP di Peralatan 2. Dibawah ini merupakan representasi dari empat fase dan langkah-langkahnya. FASE 1: MENILAI SITUASI YANG ADA LANGKAH 1 Fasilitator, melalui konsultasi dengan komunitas, mengenali calon pelaku usaha LANGKAH 2 Calon pelaku usaha menilai kapasitas mereka untuk menjadi pelaku usaha LANGKAH 3 Calon pelaku usaha membuat daftar sumber daya dan produk lokal LANGKAH 4 Calon pelaku usaha mengenali kendala utama dalam sistem pasar LANGKAH 5 Calon pelaku usaha mensortir produk potensial untuk usaha mereka LANGKAH 6 Calon pelaku usaha mengetahui manfaat kerja kelompok KELUARAN FASE 1 1) Sekelompok calon pelaku usaha bersedia untuk mengeksplorasi pengembangan usaha; 2) Daftar pendek potensi sumber daya dan produk yang akan dievaluasi dalam Fase 2; 3) Kelompok calon pelaku usaha telah mendapatkan pemahaman akan lima bidang pengembangan usaha yang merupakan dasar untuk analisis lebih lanjut mengenai sistem pasar.

14 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 3 FASE 2: MELAKUKAN SURVEI UNTUK MEMILIH PRODUK DAN MENGENALI IDE USAHA LANGKAH 1 Calon pelaku usaha mengumpulkan data pada lima bidang pengembangan usaha LANGKAH 2 Calon pelaku usaha memilih produk yang paling menjanjikan LANGKAH 3 Calon pelaku usaha merefleksikan bentuk usaha yang paling tepat KELUARAN FASE 2 1) Seleksi akhir untuk produk yang paling menjanjikan; 2) Pengumpulan data yang dibutuhkan untuk merancang Rencana Pengembangan Usaha (RPU); 3) Calon pelaku usaha sadar akan bentuk usaha yang paling tepat; 4) Kelompok kepentingan dibentuk untuk produk yang dipilih. FASE 3: MENYIAPKAN SEBUAH RENCANA PENGEMBANGAN USAHA LANGKAH 1 Para pelaku usaha menganalisis data yang dikumpulkan di Fase 2 untuk memperbaiki ide-ide usaha LANGKAH 2 Para wirausahwan menyiapkan rencana pengembangan usaha mereka LANGKAH 3 Para wirausahwan mengenali kebutuhan untuk pelatihan dan bantuan KELUARAN FASE 3 1) Pelaku usaha (atau kelompok pelaku usaha) telah mengenali strategi untuk usaha mereka, termasuk skema pembiayaan; 2) Pelaku usaha (atau kelompok pelaku usaha) telah menyiapkan RPU, termasuk rencana pelaksanaan tahunan untuk usaha percontohan; 3) Kebutuhan pelatihan dan bantuan telah dikenal.

15 4 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR FASE 4: MENDUKUNG DIMULAINYA USAHA LANGKAH 1 Para pelaku usaha memperoleh sumber keuangan seperti yang diperkirakan di RPU mereka LANGKAH 2 Para wirausahwan menerima pelatihan yang diperlukan untuk memulai usaha mereka LANGKAH 3 Para wirausahwan memulai kegiatan mereka pada tingkat percontohan LANGKAH 4 mempelajari cara untuk memantau dan mengevaluasi hasil usaha mereka KELUARAN FASE 4 1) Para pelaku usaha mengerahkan bantuan yang mereka butuhkan selama tahap permulaan usaha mereka; 2) Para pelaku usaha melakukan kegiatan usaha (dengan dukungan dari fasilitator); 3) Para pelaku usaha sudah terbiasa dengan alat-alat untuk kegiatan monitoring usaha dan dapat mengevaluasi hasil usaha mereka. 1.3 Titik masuk ke dalam proses APP Proses APP mengikuti serangkaian langkah-langkah yang logis. Umumnya, semua langkah, harus dilalui dan setiap fase biasanya harus diselesaikan sebelum fase berikutnya dimulai. Beberapa pengguna mungkin ingin mempersingkat proses APP, tergantung pada situasi mereka. Secara umum, disarankan untuk meninjau semua langkah-langkah dalam setiap fase, dan menyelesaikan setiap fase sebelum memulai yang berikutnya. Misalnya, sebelum melakukan studi kelayakan Fase 2 pada teknologi baru yang berpotensi untuk perbaikan produk, penting untuk mengetahui apakah akses jangka panjang untuk sumber daya alam dapat diperoleh. Seperti yang ditunjukkan pada peta APP, keluaran dari setiap fase menjadi dasar untuk tahap berikutnya. Namun demikian, dalam beberapa situasi mungkin untuk memasuki proses pada titik-titik yang berbedabeda. 1.4 Proses APP dapat disesuaikan dengan kebutuhan proyek Dalam pedoman ini, kita menggunakan terminologi usaha berbasis sumber daya alam namun pendekatan APP juga dapat digunakan oleh sektor lain, seperti pariwisata berbasis komunitas, produk pertanian dan hasil tanaman, inisiatif ternak atau perikanan pesisir. Pendekatan APP dapat diterapkan secara luas untuk pengembangan pelaku usaha yang telah ada atau baru dibentuk pada setiap titik dalam rantai pasar, baik itu produsen, pabrik atau pun pedagang. Contoh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adaptasi Fase 3 dan 4 disajikan pada Peralatan 4. Contoh proyek yang sudah melaksanakan proses APP disajikan di dalam Peralatan 5.

16 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 5 Kelompok calon pelaku usaha telah diidentifikasi Hanya tinjau Langkah 1, Fase 1 Lalu segera lanjutkan dengan Langkah 2, Fase 2 Produk dan usaha telah diidentifikasi dengan jelas tetapi kelompok calon pelaku usaha belum diketahui Lakukan tinjauan cepat terhadap Langkah 3 & 5 pada Fase 1 dan Langkah 2, Fase 2 Lalu fokus pada langkahlangkah yang tersisa pada Fase 1 dan 2 Kelompok calon pelaku usaha telah diidentifikasi, kondisi dan kapasitas sosial-ekonomi untuk pengembangan usaha telah dinilai, bahan-bahan baku telah diinventarisir, hambatan utama dan calon produk telah diidentifikasi Usaha telah ada Tinjau Fase 1 dengan cepat Lakukan diagnosis terhadap usaha Lalu segera lanjutkan dengan Fase 2 Tinjau fase 1 dan 2 untuk menentukan solusi yang memungkinkan untuk mengatasi tantangan yang sedang dan akan dihadapi oleh usaha

17 6 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Mengorganisasi sesi pelatihan pada tujuan dan alur proses APP 1 2 jam Tujuan Pembelajaran Pada akhir sesi peserta akan dapat: menjelaskan proses APP dengan menggambarkan dan menjelaskan proses seleksi menggunakan 2 filter; menjelaskan alur proses APP, terutama ke empat fase; telah sepakat untuk fokus pada tahap pertama proses APP. Materi pembelajaran Siapkan bahan pembelajaran berikut, pastikan bahwa semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa lokal: representasi proses APP pada kertas presentasi. Poster ini akan berfungsi sebagai peta jalan sepanjang sesi pelatihan selanjutnya; salinan diagram penyaring APP; salinan peta yang mengilustrasikan proses APP; tabel kosong (yaitu yang belum diisi) pada kertas presentasi berjudul Perbedaan antara pendekatan pengembangan mata pencaharian tradisional dan pendekatan pengembangan usaha. Tabel ini dapat ditemukan dalam Peralatan 1; sebuah catatan / salinan tabel dari Peralatan 1 (yang disebutkan dalam poin terakhir di atas) untuk masing-masing peserta; daftar contoh proyek yang telah menggunakan proses APP untuk memenuhi berbagai tujuan. Peralatan Pelatihan Peralatan 1 - Perbedaan antara pendekatan pengembangan mata pencaharian tradisional dan pendekatan pengembangan usaha; Peralatan 2 - Peta APP; Peralatan 3 - Diagram filter. Memfasilitasi sesi: 1. Sebelum menjelaskan tujuan utama dari pendekatan APP, tanyakan peserta pertanyaanpertanyaan berikut: Mengapa sesi pelatihan tentang pengembangan usaha ini berlangsung sekarang? Mengapa pelatihan sedang dilakukan di di tempat ini? Menurut pendapat peserta pelatihan, bagaimana aktifitas ini dapat meningkatkan pengetahuan pengembangan usaha dan keterampilan mereka? Luangkan waktu untuk merefleksikan dan membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setelah itu, Anda akan menyajikan program pelatihan, menjelaskan pentingnya sesi di kelas, latihan di lapangan dan juga pelaksanaan proses di tempat.

18 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 7 2. Tinjau perbedaan antara pengembangan mata pencaharian tradisional dan pendekatan pengembangan usaha: Tempelkan kertas presentasi kosong pada dinding yang berjudul Perbedaan antara pengembangan mata pencaharian tradisional dan pendekatan pengembangan usaha. Bagi peserta ke dalam sub-kelompok dan minta mereka untuk memikirkan kemungkinan perbedaan antara dua pendekatan. Bagikan temuan dari sub-kelompok dengan semua peserta dan tuliskan pada kertas presentasi. Perkaya jawaban peserta dengan informasi dari Peralatan 1. Untuk memastikan apakah peserta memahami dengan jelas tentang pengembangan usaha, lakukanlah latihan bermain peran di mana beberapa peserta mempresentasikan konsep kepada peserta lainnya. 3. Bagikan Peralatan 1 untuk peserta. 4. Perkenalkan proses APP Jelaskan alur APP secara keseluruhan secara bertahap dengan menampilkan kertas presentasi berisi peta proses, tahap demi tahap. Tekankan tujuan utama dan keluaran yang diharapkan dari tiap-tiap fase. Tunjukkan hubungan dan kaitan antar setiap fase. Tekankan fleksibilitas dalam menerapkan proses. Mungkin ada hal di mana suatu tahapan tidak akan diperlukan atau tidak perlu untuk menggunakan semua langkah. 5. Mulailah di awal Pada saat fase 1 dan 2, pelaku usaha dan produk akan dipilih. Jelaskan proses seleksi yang berlangsung selama fase1 dan 2 dengan membagikan diagram filter pada Peralatan 3. Jelaskan proses penyaringan produk yang didasarkan pada kriteria dalam lima bidang pengembangan usaha. 6. Tanyakan kepada peserta apakah mereka sudah familiar dengan peralatan perencanaan lainnya untuk pengembangan bisnis atau usaha. Mintalah mereka untuk menggambarkan persamaan dan perbedaan antara peralatan tersebut dengan membandingkannya dengan proses APP, dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, hukum dan kelembagaan, dan ekologi. 7. Membagikan salinan peta proses APP dan diagram filter. Kiat-kiat fasilitasi Siapkan beberapa contoh dan pengalaman yang sukses APP yang dapat Anda bagikan dengan peserta. Pikirkan pengalaman Anda sendiri atau carilah contoh pada website FAO tentang pengembangan usaha berbasis komunitas: forestry/enterprises/en/. Sebelum sesi dimulai, gambarlah peta proses APP dan ilustrasi diagram filter pada kertas presentasi. Pastikan untuk memiliki salinan peta APP dan diagram filter untuk masing-masing peserta.

19 8 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR BAGIAN 2 Prinsip panduan dalam pendekatan APP Prinsip-prinsip berikut menjadikan APP sebagai metodologi yang tepat untuk usaha kecil pedesaan. 2.1 Keberlanjutan dan penyaringan kelima bidang pengembangan usaha Prinsip keberlanjutan mendasari semua analisis dan perencanaan seluruh proses APP. A. Keberlanjutan sumber daya Ide usaha yang berbasis pada sumber daya yang dapat terancam oleh aktivitasnya akan diabaikan. Usaha yang dipilih melalui proses APP memastikan bahwa pemanfaatan sumber daya akan berkelanjutan. Pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan akan mempertahankan ekosistem. Dengan perawatan, sumber daya dapat dipanen tanpa batas dari area hutan terbatas atau di lahan pertanian. B. Keberlanjutan sosial Setiap ide usaha yang dapat menyebabkan ketidakharmonisan sosial atau eksklusi kelompokkelompok lokal akan diabaikan. APP memastikan terselenggaranya kegiatan dan manfaat usaha yang adil dan seimbang secara gender, dan usaha tersebut tidak membahayakan anggota terlemah dalam komunitas atau menimbulkan konflik sosial. C. Keberlajutan pasar Setiap ide usaha yang tidak bisa mengusulkan produk yang menarik untuk pasar akan diabaikan. APP dirancang untuk keberlanjutan pasar dengan memastikan akses konstan ke informasi pasar sehingga pelaku usaha tetap kompetitif. Pelaku usaha dengan demikian dapat menilai perubahan dalam lingkungan pasar dan menyesuaikan produk mereka dengan tepat. D. Keberlanjutan hukum dan kelembagaan Setiap ide usaha yang tidak mampu beradaptasi dengan realitas hukum dan kelembagaan akan diabaikan. APP memastikan bahwa pelaku usaha tetap mengikuti perubahan kebijakan yang mempengaruhi hasil panen, pengolahan, transportasi atau distribusi produk mereka. Pelaku usaha juga harus tetap memperhatikan perubahan dalam prosedur administratif yang dapat berdampak dalam pendaftaran, pembiayaan atau manajemen unit usaha mereka.

20 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 9 E. Keberlanjutan teknologi Setiap ide usaha yang tidak mampu memperoleh peralatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi akan diabaikan. APP mendorong pelaku usaha untuk memilih peralatan yang sesuai dengan kebutuhan usaha mereka, pengguna dan kondisi setempat. Pengguna harus belajar untuk menggunakan peralatan dengan benar, untuk mempertahankan dan untuk meningkatkannya sesuai kebutuhan. Contoh lebih lanjut dan latihan mengenai keberlanjutan dapat ditemukan di Peralatan 5 dan 6. Pendekatan yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data disebut skrining lima bidang pengembangan usaha (lihat gambar di bawah). Salah satu kekuatan utama dari proses APP adalah penyertaan lima aspek pengembangan usaha secara sistematis. EKONOMI/KEUANGAN SOSIAL/BUDAYA TEKNOLOGI/ PENELITIAN PRODUK/ PENGEMBANGAN USAHA BERKELANJUTAN KELEMBAGAAN/ LEGAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA/ LINGKUNGAN Kelima bidang tersebut adalah: Pasar / Ekonomi, termasuk aspek keuangan; Pengelolaan sumber daya alam / lingkungan; Sosial / Budaya; Kelembagaan / Hukum; Teknologi / Penelitian Produk / Pengembangan Informasi yang berkaitan dengan lima bidang tersebut dikumpulkan dan dianalisis sepanjang proses APP. Alat untuk mengumpulkan informasi memastikan bahwa hanya informasi relevan yang dikumpulkan pada setiap tahap sehingga sumber daya tidak terbuang. Proses awalnya mungkin tampak agak terlalu rumit, terutama bagi mereka yang belum pernah terlibat dalam latihan semacam ini, tetapi ini dirancang untuk memastikan bahwa hanya informasi yang berguna yang dikumpulkan. Mengumpulkan informasi membutuhkan keterampilan khusus, terutama dalam meninjau materi cetak, melaksanakan wawancara dan observasi. Keterampilan dan alat yang diperlukan disajikan secara rinci dalam Modul PFL 2: Melakukan survei untuk memilih produk dan mengenali ide usaha.

21 10 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Skrining lima bidang pengembangan usaha dijelaskan secara lebih rinci dalam Modul PFL 2: Melakukan survei untuk memilih produk dan mengenali ide usaha. 2.2 Relevansi untuk usaha berbasis sumber daya alam Pendekatan APP dapat sangat berguna khususnya untuk usaha berbasis sumber daya alam, meskipun penerapannya tidak harus terbatas pada usaha jenis tersebut. Sumber daya alam pastinya berbeda dari produk pertanian. Namun, pelaku usaha pedesaan skala kecil sering tidak memahami perbedaanperbedaan ini dan tidak mengadaptasikan usaha mereka dengan tepat. Inilah yang menjadi peran fasilitator untuk membantu pelaku usaha dalam menangani kendala dan peluang terkait sumber daya alam. Perbedaan antara sumber daya alam dan produk pertanian, dan bagaimana perbedaan ini mempengaruhi pemasaran sumber daya alam dibahas lebih mendalam dalam Peralatan Sensitivitas gender APP memberikan kesempatan bagi laki-laki dan perempuan dan keseimbangan gender dipertimbangkan selama proses APP. Walupun wanita adalah aktor kunci dalam sistem ekonomi komunitas, namun sebagian besar potensi mereka belum dimanfaatkan, sehingga penting bagi fasilitator untuk memastikan keterlibatan dan partisipasi perempuan dalam setiap langkah proses. Kesetaraan dan keseimbangan gender merupakan masalah yang menjadi bahan pertimbangan secara konsisten selama proses APP. Hal ini disampaikan dalam peralatan dan mekanisme untuk memastikan bahwa perempuan terlibat secara setara dalam proses. PFL mengusulkan peralatan untuk memastikan bahwa prioritas perempuan tidak terganggu oleh prioritas pria, untuk mengenali usaha-usaha yang mungkin lebih cocok untuk perempuan dan untuk memberikan saran tentang jenis usaha yang dapat lebih siap dan mudah untuk dikembangkan oleh perempuan. Penggunaan peralatan ini dapat memastikan bahwa kepentingan perempuan dilindungi. Misalnya, di dalam Fase 1 dan 2, pada saat memilih produk, dapat dibuat sub-kelompok perempuan untuk memastikan bahwa peserta perempuan memiliki ruang dan kebebasan untuk memilih produk dan ide usaha yang paling sesuai dengan situasi dan kapasitas mereka. 2.4 Peran utama pelaku usaha Peran pelaku usaha merupakan inti dalam metodologi. Usaha yang muncul dari proses APP harus berkelanjutan setelah kepergian fasilitator. Sebagai fasilitator, Anda akan mendukung pelaku usaha saat mereka melewati proses APP, namun pelaku usaha harus membuat keputusan dan rencana mereka sendiri untuk kegiatan usaha mereka di masa depan. Peran penting seorang fasilitator adalah untuk memastikan bahwa pelaku usaha adalah pusat dari proses setiap saat. Peran fasilitator secara terperinci dapat dilihat dalam Peralatan Menciptakan kemitraan yang strategis Satu penyedia layanan tunggal tidak akan cukup untuk mendukung semua kebutuhan usaha berbasis sumber daya alam karena berbagai keahlian amatlah dibutuhkan. Berbagai keahlian tersebut antara lain terkait dengan produksi atau pengelolaan hutan, ada pula yang berkaitan dengan pemasaran dan manajemen usaha dan ada juga yang terkait dengan teknologi dan bahkan isu-isu kebijakan.

22 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 11 Jika salah satu pihak dalam rantai nilai ini lemah, seluruh usaha bisa terpengaruh dan bahkan mungkin ambruk. Membentuk kemitraan yang efektif dengan demikian menjadi perhatian utama. Sebagai fasilitator, peran Anda akan membantu peserta untuk mengenali mitra yang paling mampu berkontribusi untuk mengembangkan usaha mereka. Dalam Fase 3 dan 4 proses APP, pelaku usaha akan mengenali dan menjalin hubungan dengan mitra yang telah dikenal dalam Fase 1 dan 2. Mitra ini kemudian akan memperkuat pengaruh mereka di dalam subsektor produk yang dipilih. Misalnya, membangun pengolahan kopi hutan secara sederhana dan dan dikelola secara bersama di pinggir kawasan hutan/batas desa di sekitar hutan dapat menguntungkan kelompok-kelompok produsen kecil yang tersebar di seluruh di dekat kawasan hutan. Solusi ini akan lebih baik bila membangun fasilitas penyimpanan perorangan di setiap desa. Pedoman umum tentang cara membuat kemitraan strategis disajikan dalam Peralatan 9. Penguatan struktur pelaksanaan lokal APP mendorong kolaborasi dengan LSM nasional dan lokal dalam rangka meningkatkan pasar, sosial dan kinerja pelaku usaha dalam pengelolaan sumber daya. Hal ini juga mendukung penciptaan atau penguatan kelompok kewirausahaan untuk memobilisasi kekuatan kolektif. Kelompok-kelompok ini sering kali berguna dalam meningkatkan efisiensi kegiatan usaha. Mereka dapat membantu memaksimalkan keuntungan dari penggunaan hutan berkelanjutan dengan mengurangi biaya produksi, meningkatkan pemantauan penggunaan hasil, membangun hubungan dengan institusi pendukung dan membuat standarisasi sistem harga dan pengukuran. Untuk detail lebih lanjut tentang prinsip panduan APP, merujuk pada buku manual APP, Bagian A2 tentang prinsip-prinsip utama metodologi APP. Menyelenggarakan sesi pelatihan tentang pengenalan prinsip-prinsip panduan APP 1 2 jam Tujuan Pembelajaran Pada akhir sesi peserta akan: dapat menyebutkan contoh berdasarkan pengalaman mereka sendiri terkait dengan prinsip APP (terutama untuk lima karakteristik keberlanjutan); dapat menjelaskan apa yang akan terjadi jika salah satu ciri keberlanjutan dihilangkan.

23 12 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Materi pembelajaran Peralatan Pelatihan Siapkan bahan pembelajaran berikut, pastikan bahwa semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa lokal: diagram yang memuat kelima karakteristik keberlanjutan pada kertas presentasi (lihat Peralatan 6); daftar definisi dan contoh kelima karakteristik (lihat Peralatan 6); contoh pendekatan APP yang digunakan untuk produk selain hasil hutan; kertas presentasi dan catatan yang menampilkan perbedaan potensial antara bisnis berbasis produk pertanian dan berdasarkan hasil hutan (lihat Peralatan 7); contoh usaha yang telah gagal karena pengaruh eksternal; dalam hal pemilihan produksi atau strategi usaha; contoh proyek yang gagal karena berbasis pada produk yang lemah; kertas presentasi dan catatan yang memuat daftar calon penyedia layanan atau mitra komersial. Peralatan 6 - Lima karakteristik keberlanjutan: definisi, contoh dan latihan; Peralatan 7 - Daftar isian perbedaan antara produk sumber daya alam dan produk pertanian. Memfasilitasi sesi: 1. Merangkum apa yang telah dibahas dalam sesi pelatihan sebelumnya mengenai tujuan dan proses pendekatan APP dan memperkenalkan prinsip-prinsip panduan APP. 2. Peserta merefleksikan tentang prinsip-prinsip pendekatan APP. Tahapan yang dilakukan adalah: Bagi peserta ke dalam kelompok kecil (4-5 orang per kelompok). Ceritakan tentang penerapan APP yang berhasil dari daerah tersebut. Minta peserta untuk menceritakan tentang bisnis atau usaha yang sukses di desa atau kabupaten mereka. Tulislah tugas di bawah ini pada kertas presentasi untuk dibahas dalam kelompok kecil tersebut: a. Berikan satu contoh bisnis atau usaha yang sukses, dan satu contoh bisnis atau usaha yang gagal. b. Jelaskan alasan kesuksesan atau kegagalan tersebut. Mintalah kelompok untuk membagikan temuan mereka kepada yang lain. Catatlah temuan utama dan karakteristik keberlanjutan yang relevan. Tunjukkan kepada peserta bagaimana kegagalan atau keberhasilan sebuah usaha mungkin berhubungan dengan satu atau lebih karakteristik keberlanjutan. 3. Dengan menggunakan Peralatan 6, dan mengacu pada contoh yang tercantum dalam Peralatan 5, definisikan lima karakteristik keberlanjutan dan ilustrasikan setiap kasus dengan sebuah contoh yang diambil dari peserta atau dari pengalaman Anda sendiri: Tekankan bahwa pendekatan APP memastikan bahwa usaha menghargai lima karakteristik keberlanjutan dan meningkatkan peluang keberhasilan mereka. Tunjukkan diagram kelima karakteristik pada kertas presentasi (lihat Peralatan 6). 4. Opsional: Jika Anda punya waktu, mintalah peserta untuk berbagi contoh-contoh lain terkait panen hasil hutan yang tidak berkelanjutan, atau fasilitasi kegiatan berikut ini: Bagi peserta ke dalam kelompok kecil (4-5 orang per kelompok). Mintalah tiap kelompok untuk memilih salah satu dari lima karakteristik keberlanjutan dan renungkan apa yang terjadi jika aspek tersebut tidak diperti,bangkan. Anda juga dapat menggunakan latihan pada Peralatan 6.

24 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Peserta belajar tentang prinsip kedua: APP berlaku bagi usaha berbasis sumber daya alam. Berikan peserta contoh bagaimana APP dapat digunakan untuk produk selain produk hutan. Tekankan bahwa proses akan menjadi unik bila diterapkan untuk hasil hutan karena produk tersebut memiliki karakteristik tertentu. Bagi peserta ke dalam kelompok kecil (4-5 orang per kelompok). Berikan masing-masing kelompok lima menit untuk merefleksikan perbedaan antara memulai sebuah usaha berbasis produk pertanian dan berbasis hasil hutan. Siapkan kertas presentasi dengan label: "Perbedaan antara usaha berbasis produk pertanian dan usaha berbasis produk hutan" (lihat Peralatan 7). Isi kertas presentasi dengan masukan dari kelompok-kelompok kecil (lihat Peralatan 7). Tekankan bahwa peserta harus memperhitungkan perbedaan-perbedaan ini ketika mengembangkan strategi usaha mereka 6. Peserta belajar tentang prinsip ketiga: "APP merupakan pendekatan sensitif terhadap gender." Minta peserta untuk membuat daftar sumber daya atau produk yang biasanya mereka jual. Mintalah mereka untuk menggambarkan kegiatan utama yang terdapat dalam semua langkah, dari panen hingga penjualan produk tersebut. Untuk setiap langkah, mereka harus mengenali orang yang paling bertanggung jawab untuk kegiatan tersebut. Hal ini sangat mungkin bahwa untuk beberapa produk pria akan berperan lebih dalam kegiatan, dan untuk produk lain wanita akan berperan lebih untuk kegiatan tersebut. Diskusikan pentingnya memberi kesempatan yang sama untuk laki-laki dan perempuan, sehingga setiap gender dapat memberikan kontribusi yang bermakna dalam kegiatan. Prakarsai diskusi tentang peluang bahwa perempuan harus mengembangkan usaha, dan kondisi dan perubahan yang akan dibutuhkan oleh komunitas untuk merealisasikan hal tersebut, tanyakan kepada peserta apakah memungkinkan untuk menciptakan kondisi seperti itu untuk proyek tersebut. 7. Peserta belajar tentang prinsip keempat: "Peran utama pelaku usaha." Berikan studi kasus yang menggambarkan bagaimana sebuah usaha gagal karena campur tangan dari sebuah lembaga, LSM atau individu dalam hal pemilihan produk atau strategi usaha. Jelaskan dampak negatif kegagalan terhadap mata pencaharian pelaku usaha. 8. Peserta belajar tentang prinsip kelima: Menciptakan kemitraan yang strategis Minta peserta untuk memberikan contoh aktivitas usaha yang mana mereka terlibat saat init, termasuk semua langkah dimana mereka terlibat, dari panen sampai penjualan. Minta peserta untuk menggambarkan orang-orang yang terlibat di setiap langkah dalam proses. Tekankan bahwa beberapa individu atau organisasi mungkin berkontribusi untuk sebuah usaha yang sukses. Bagian penting dari pengembangan usaha adalah untuk menyadari individu dan organisasi yang dapat membantu Anda, dan untuk membangun hubungan dengan mereka. Buatlah daftar calon penyedia layanan atau mitra komersial yang tersedia untuk peserta pada kertas presentasi dan catatan. Kiat-kiat fasilitasi Doronglah peserta untuk berbicara tentang pengalaman mereka sendiri.

25 14 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR BAGIAN 3 Metode dan peralatan utama APP menyediakan seperangkat alat yang dapat dipilih oleh fasilitator sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan, peluang atau tantangan yang timbul untuk melaksanakan proyek. Peralatan yangdiusulkan dalam panduan ini telah dirancang khusus untuk proyek-proyek yang berkaitan dengan sumber daya alam, dan telah diuji secara luas di lapangan. Keberhasilan proyek berbasis APP tergantung pada: 1) cara menggunakan peralatan dan metode partisipatif; 2) kualitas informasi untuk pemilihan ide usaha dan penyusunan rencana pengembangan usaha; dan 3) kemampuan peserta untuk mengakses informasi tersebut dan untuk mencapai efisiensi biaya di dalam APP. Ketiga faktor keberhasilan tersebut disajikan lebih rinci di bawah ini. 3.1 Menggunakan metode dan peralatan partisipatif Konsep yang mendasari peralatan APP mungkin sudah tidak asing karena sebagian besar telah diadaptasi dari panduan penilaian desa partisipatif atau manual pengembangan kewirausahaan. Memang, APP adalah hasil dari pengalaman bersama dan praktik terbaik dari proses partisipatif yang diterapkan untuk komunitas yang terlibat dalam mengembangkan usaha. Sama halnya dengan semua peralatan pelatihan partisipatif, yang disajikan dalam panduan ini perlu disesuaikan, kadangkadang secara ekstensif, untuk memenuhi kebutuhan proyek tertentu. Proses APP hanya dapat dilaksanakan dengan sukses dengan partisipasi aktif dari semua calon pelaku usaha di dalam komunitas. Hal ini bergantung pada kemampuan fasilitator untuk mengelola dinamika kelompok. Keterampilan pendampingan yang baik sangatlah penting untuk memastikan terlaksananya pembagian, proses belajar dan proses pengambilan keputusan partisipatif yang efektif selama berjalannya proyek. Peralatan 8, tekankan pada kegiatan yang memerlukan peranan kunci dari fasilitator selama berlangsungnya proyek menggunakan pendekatan APP. 3.2 Tingkat pengumpulan informasi di dalam APP Pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pengembangan usaha terjadi pada tiga tingkatan: tingkat makro, yaitu tingkat nasional dan internasional; tingkat meso, yaitu tingkat daerah dan provinsi; tingkat mikro, yaitu tingkat desa dan komunitas.

26 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 15 Tingkatan dalam pengumpulan informasi pada APP MAKRO nasional/internasional MIKRO paling dasar / desa / komunitas MESO daerah/provinsi Biasanya, intervensi di satu tingkat akan menunjukkan investigasi di tingkat yang lebih tinggi. Misalnya, ketika mengembangkan produk di tingkat komunitas, disarankan untuk mempelajari calon pembeli di tingkat daerah. Selain itu, bila mana pasokan melebihi permintaan di tingkat daerah, sudah seharusnya mempelajari calon pembeli di tingkat nasional. Pengumpulan informasi perlu berlanjut meskipun setelah produk akhir telah dipilih dan usaha telah dibentuk (di dalam Fase 3 dan 4). Informasi akan dibutuhkan pada tiga tingkatan untuk: secara rutin mengkaji iklim bisnis dari usaha yang dijalankan; meninjau strategi usaha dan rencana kegiatan; memantau kemajuan kinerja usaha. Pendekatan tiga tingkat yang sama harus dilakukan terlepas dari skala usaha, konteks dan calon pelaku usaha yang terlibat. Satu-satunya variasi mungkin dalam hal waktu yang diperlukan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memperoleh informasi tersebut. 3.3 Mengakses informasi dan memaksimalkan efisiensi biaya di dalam APP Waktu dan biaya yang dibutuhkan dalam mengenali dan mengembangkan sebuah usaha umumnya menjadi perhatian yang cukup besar bagi komunitas setempat, yang tidak memiliki banyak simpanan. Sebuah pendekatan sistematis diperlukan untuk memastikan bahwa hanya informasi yang relevan saja yang dikumpulkan. Dalam APP, pengumpulan informasi biasanya dimulai dalam konteks di mana sedikit informasi formal telah tersedia. Proses APP mengadopsi perspektif komunitas setempat, mengakui informasi yang dikumpulkan untuk tujuan praktis dan bukan untuk penelitian. Informasi harus dikumpulkan dalam jumlah yang realistis dan dalam cara yang hemat biaya. Keterangan lebih lanjut tentang peran informasi dalam pendekatan APP dapat dilihat pada Peralatan 10.

27 16 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR BAGIAN 4 Memperkenalkan konsep dalam konteks APP 4.1 Terminologi khusus dalam APP Terminologi yang digunakan di seluruh proses APP telah dipilih dengan seksama agar konsisten dengan metodologi partisipatif. Sebab itu penting untuk tidak menggunakan istilah konvensional walaupun sudah lebih dikenal, karena hal ini dapat membawa konotasi yang salah. Gunakan istilah APP dan jelaskan artinya kepada peserta proyek (lihat daftar istilah APP) Perbedaan antara penjualan dan pemasaran Pemasaran adalah proses yang lebih rumit dibandingkan penjualan. Penjualan adalah bagian dari proses pemasaran dan merupakan tindakan untuk mendorong calon pelanggan untuk membeli produk dengan imbalan kompensasi, biasanya uang. Pemasaran, di sisi lain, adalah pendekatan komprehensif untuk merancang suatu produk, mengantarkannya dengan tepat waktu dan harga yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pemasaran meliputi produksi, pengolahan, promosi, distribusi dan akhirnya penjualan produk. Prinsip utama dalam pemasaran adalah untuk menghasilkan apa yang bisa dijual untuk mendapatkan laba, bukan hanya apa yang dapat diproduksi dengan mudah. Suatu usaha harus mengenali dan memenuhi kebutuhan konsumen untuk dapat bertahan hidup. Pada umumnya, hal ini berarti menambah nilai produk dengan memproses atau mengemasnya, yang biasanya melibatkan pelaku tidak langsung dalam proses tersebut. Pelaku usaha sukses biasanya berorientasi terhadap pasar daripada berorientasi terhadap produk. Informasi lebih lanjut tentang perbedaan antara penjualan dan pemasaran dapat dilihat pada Peralatan Pasar atau bisnis lingkungan Lingkungan pasar didefinisikan sebagai kombinasi dari faktor-faktor ekonomi, politik, sosial budaya, teknologi dan ekologi yang mempengaruhi permintaan, produksi, pengolahan dan distribusi produk.

28 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Pelaku usaha Istilah pelaku usaha digunakan untuk menggambarkan individu yang memperoleh pendapatan langsung dari penjualan produk mereka. Pelaku usaha menggunakan sumber daya alam untuk memperoleh pendapatan, bukan hanya untuk keperluan nafkah hidup. Istilah pelaku usaha digunakan dalam APP bukanlah istilah tradisional pelaku usaha karena tidak hanya mencakup orang yang melakukan perdagangan produk, tetapi juga mereka yang memanen, menanam, memproses, menyimpan, dan mengangkutnya. Istilah pelaku usaha menunjukan kapasitas untuk perencanaan, komitmen dan keterampilan yang melampaui persyaratan yang umumnya diperlukan untuk kegiatan peningkatan pendapatan. Pelaku usaha merupakan inti dari APP dan akan menerima dukungan dari fasilitator saat mereka melaksanakan proses APP. Pada akhirnya, para pelaku usaha bagaimanapun juga membuat keputusan dan rencana berkaitan dengan usaha mereka di masa mendatang Sistem pasar Sistem pasar merupakan seperangkat faktor langsung dan tidak langsung yang tidak dapat berdiri sendiri dan mempengaruhi proses penyampaian produk kepada pembeli yang ditargetkan. Sebuah sistem pasar dimulai dari produsen atau kolektor dan berakhir pada konsumen. Di antara produsen dan konsumen, ada dua jenis pelaku atau lembaga, pelaku langsung dan tidak langsung. Seluruh sistem harus beroperasi dalam batas-batas tertentu yang terbentuk dari hasil faktor eksternal, seperti ketersediaan sumber daya manusia, tingkat pendidikan orang yang terlibat, infrastruktur, ketersediaan transportasi, komunikasi dan ekonomi Pelaku: Langsung dan Tidak Langsung Ada dua jenis pelaku yang beroperasi di antara produsen dan konsumen yaitu pelaku langsung dan pelaku tidak langsung. Pelaku ini bisa datang dari sektor swasta ataupun publik. Pelaku langsung melekat dalam rantai nilai melalui produk yang dipasarkan. Mereka termasuk pemanen, pedagang, pengolah dan pengecer. Misalnya, pelaku langsung dalam produksi madu adalah pemburu dan peternak lebah, unit pemurnian dan pengemasan tingkat desa (yang mengumpulkan madu dari pemanen yang berbeda), grosir dan pengecer. Aktor tidak langsung mempengaruhi nilai-rantai produk. Mereka termasuk pembuat kebijakan, peneliti teknis dan kelompok aktifis lingkungan. Pelaku tidak langsung adalah individu atau organisasi yang memungkinkan kelancaran arus barang dan jasa. Misalnya, pelaku tidak langsung dalam produksi madu mungkin termasuk bank pertanian lokal yang menyediakan pinjaman kecil, departemen teknis pemerintahan yang menyediakan pelatihan teknis dan organisasi non-pemerintah di bidang lingkungan yang melatih produsen dalam teknologi pemanenan ramah lingkungan Rantai nilai Rantai nilai terdiri dari kegiatan yang menghasilkan nilai yang dibutuhkan untuk membawa produk dari tempat asalnya sebagai sumber daya alam ke tahap produksi dan selanjutnya dikirimkan ke konsumen akhir. Ini mancakup kegiatan seperti pemanenan, pembersihan, transportasi, desain, pengolahan / produksi / transformasi, pengemasan, pemasaran, layanan distribusi dan dukungan. Sebuah rantai dapat bersifat lokal, nasional maupun global. Dalam proses APP, rantai nilai produk atau jasa akan dianalisis, khususnya saat Fase 2, dalam rangka mengatasi kelemahan kunci dan untuk mengenali peluang. Untuk informasi lebih lanjut tentang analisis rantai nilai, baca Modul 2: Melakukan survei untuk memilih produk dan mengenali ide usaha.

29 18 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Nilai tambah Selisih antara harga jual produk dengan biaya bahan dan jasa yang dibutuhkan untuk memproduksinya disebut nilai tambah per unit. Nilai tambah adalah penciptaan nilai dari pengolahan produk sampai konsumsi akhir. Proses APP bertujuan untuk mengubah penduduk desa menjadi pelaku usaha. Dalam kebanyakan kasus, penduduk desa biasanya membutuhkan beberapa insentif untuk bergerak dari produk tradisional yang ada ke produk baru. Konsep nilai tambah merupakan inti dalam pemasaran. Melalui nilai tambah, pelanggan memiliki pilihan produk yang lebih banyak dan dapat memutuskan produk mana yang menawarkan nilai terbaik untuk uang. Keterangan lebih lanjut tentang nilai tambah disajikan dalam Peralatan Perbedaan antara sumber daya dan produk SUMBER DAYA ADALAH Substansi tumbuhan, hewan atau mineral yang tersedia di hutan atau ekosistem alami lainnya sebelum diekstraksi. Sumber daya merupakan cadangan bahan baku untuk calon produk. PRODUK ADALAH Keluaran berbentuk barang atau jasa yang merupakan hasil dari pemasukan sumber daya dan/atau kerja. Sebagai contoh, tumbuhan di hutan merupakan sumber daya alam yang dapat menghasilkan produk kayu bakar. Pemotongan kayu merupakan faktor produksi. Orang dapat membuat berbagai produk yang berbeda dari satu sumber daya. Sebagai contoh, rotan dapat diubah menjadi tali, keranjang atau furnitur. Buah hutan dapat dikeringkan, dibuat menjadi jus, selai, permen atau anggur. Penting untuk memperjelas perbedaan antara sumber daya dan produk. Sering kali, komunitas mengenali sumber daya yang menjanjikan pada Fase 1 dan menggunakan sumber daya ini sebagai dasar untuk analisis dan seleksi usaha di Fase 2. Namun, pada saat pelaku usaha sampai ke Fase 2, mereka harus membandingkan produk, bukan sumber daya. Sebagai contoh, jika buah berri hutan, madu dan jamur dipilih dalam Fase 1, maka Fase 2 akan menjadi waktu untuk membandingkan peluang penjualan untuk selai beri, jus, madu yang disaring dan jamur kering Rencana Pengembangan Usaha Istilah Rencana Pengembangan Usaha digunakan sebagai pengganti rencana bisnis karena bisnis berfokus terutama pada pertimbangan ekonomi, keuangan dan teknologi, sementara usaha mencakup aspek-aspek dalam bisnis dan juga aspek ekologi, sosial serta kelembagaan. Rencana Pengembangan Usaha adalah dokumen yang dihasilkan dari latihan perencanaan usaha yang menggambarkan usaha dan strateginya. RPU berguna untuk menilai potensi kinerja suatu usaha, untuk mengkomunikasikan maksud mengenai usaha, mengklarifikasi maksud antara mitra usaha dan meyakinkan penyedia layanan untuk membantu usaha tersebut. Untuk informasi lebih lanjut tentang Rencana Pengembangan Usaha, disajikan pada Modul 3: Menyiapkan Rencana Pengembangan Usaha.

30 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 19 Menyelenggarakan sesi pelatihan terkait istilah dan konsep yang digunakan dalam APP 1,5-2 jam Tujuan Pembelajaran Materi pembelajaran Peralatan Pelatihan Pada akhir sesi peserta akan dapat: menjelaskan setidaknya dua perbedaan antara penjualan dan pemasaran; menjelaskan perbedaan antara pelaku langsung dan tidak langsung dan bagaimana mereka terhubung ke sistem pasar; menjelaskan kebutuhan akan nilai tambah dan partisipasi pelaku tidak langsung dalam pemasaran; menjelaskan pentingnya membedakan sumber daya dengan produk, dan apa saja perbedaan tersebut. Siapkan bahan-bahan berikut: kertas presentasi dengan judul Penjualan pada bagian atas; kertas presentasi dengan judul Pemasaran pada bagian atas; daftar empat kelompok peserta dengan pengetahuan bisnis dan pengalaman yang beragam kartu kosong; kertas presentasi yang memuat daftar perbedaan karakteristik antara penjualan dan pemasaran; produk lokal dari sumber daya yang sama dalam berbagai tahap pengolahan dan kemasan: misalnya, daun teh, daun teh kotakan dan daun teh vakum kemas; representasi rantai pasar untuk produk yang dikenal oleh peserta; daftar pelaku dan fungsinya yang akan terlibat dalam rantai pasar seperti contoh diatas; kertas presentasi yang memuat daftar definisi utama untuk istilah yang digunakan dalam APP; catatan yang memuat definisi dari istilah utama yang digunakan dalam APP untuk setiap peserta. Peralatan 11 - Perbedaan antara penjualan dan pemasaran; Peralatan 12 Nilai tambah; Peralatan 14 - Gambaran umum terkait sumber daya dan produk potensial di wilayah proyek. Memfasilitasi sesi: 1. Jelaskan bahwa sesi ini mengenai konsep pemasaran yang merupakan dasar dari pendekatan APP 2. Bagi peserta ke dalam empat kelompok. Kelompok tersebut sebaiknya dibentuk terlebih dahulu dengan menggunakan perpaduan pengetahuan dan pengalaman. 3. Ciptakan pemahaman yang benar tentang perbedaan antara penjualan dan pemasaran:

31 20 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Mintalah setiap kelompok untuk menuliskan empat contoh terkait pengalaman perdagangan atau bisnis mereka dan kegiatan pasar yang berhubungan (siapa menjual kepada siapa, di mana dan kapan penjualan berlangsung, apa jenis transportasi yang digunakan, harga, bentuk produk, dll). Setiap contoh harus ditulis pada kartu yang berbeda. Untuk menghemat waktu, mintalah dua dari empat kelompok menjadi relawan untuk memberikan contoh untuk semua peserta. Jika ada waktu, keempat kelompok dapat menyajikan contoh mereka masing-masing. Fasilitasi latihan dengan meminta peserta untuk menggolongkan setiap contoh yang disajikan ke dalam penjualan atau pemasaran, dan mengapa. Tulislah setiap contoh pada kertas presentasi pada kolom yang sesuai; yaitu Penjualan atau Pemasaran. 4. Opsional: Tempelkan dua kertas presentasi yang berjudul Penjualan dan Pemasaran di dua sudut yang berbeda dalam ruangan. Jelaskan bahwa Anda akan membacakan daftar karakteristik penjualan atau pemasaran. Peserta yang menganggap daftar tersebut termasuk ke dalam penjualan berjalan ke sisi ruangan dengan kertas presentasi yang menunjukkan Penjualan sementara peserta yang menganggap daftar tersebut merupakan Pemasaran berjalan ke sisi ruangan yang berbeda. Mintalah peserta kelompok Penjualan dan Pemasaran untuk menjelaskan pilihan mereka dan memperjelas definisi dari dua operasi tersebut seperlunya. Mulailah diskusi dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut:» Mengapa memahami perbedaan antara penjualan dan pemasaran itu penting?» Apa jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemasaran?» Apa jenis informasi yang dibutuhkan untuk penjualan? Rangkumlah poin pembelajaran utama dengan menekankan pentingnya perencanaan usaha dan pemasaran. Untuk latihan tambahan tentang perbedaan antara penjualan dan pemasaran, gunakan Peralatan Ciptakan pemahaman yang benar tentang nilai tambah: Tampilkan produk lokal yang dihasilkan dari sumber daya yang sama dalam berbagai tahap pengolahan dan kemasan. Tanyakan pada peserta apa perbedaan yang mereka lihat antara produk-produk tersebut. Fasilitasi diskusi tentang perbedaan teknis dan harga antara produk. Tanyakan peserta bentuk produk mana yang lebih mereka sukai untuk digunakan dan mengapa. Tanyakan peserta mengapa kebanyakan produsen membuat dan menjual produk yang sama bukannya mendiversifikasi dan menjual hal yang berbeda. Tekankan bahwa, seperti halnya peserta, konsumen yang berbeda akan memilih produk yang berbeda juga. Jelaskan konsep nilai tambah. Pilih contoh sumber daya lokal, seperti produk gaharu dan cendana, dan mintalah peserta untuk membayangkan varian bentuk yang dapat dijual dari sumber daya tersebut. Tekankan pentingnya berbagai produk yang berbeda untuk menarik berbagai jenis pelanggan. Jika setiap orang menghasilkan produk yang sama, permintaan akan menurun, sama halnya dengan harga. Rangkumlah poin utama dengan menekankan perlunya nilai tambah dan melibatkan pelaku tidak langsung dalam pemasaran.

32 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Ciptakan pemahaman yang benar tentang perbedaan antara pelaku langsung dan tidak langsung: Minta sukarelawan untuk memilih produk lokal yang ditampilkan atau mengganti produk lain yang lebih mereka kenali. Minta peserta untuk mempertimbangkan mana pelaku yang mungkin telah terlibat dalam produksi produk tersebut. Catatlah setidaknya tiga jenis pelaku, masing-masing pada kartu yang berbeda. Siapkan kertas presentasi dengan kolom berjudul pelaku langsung, dan pelaku tidak langsung. Bagi setiap kolom menjadi lima sub-kolom yang mewakili lima bidang pengembangan usaha seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah. Diskusikan dua jenis pelaku; langsung dan tidak langsung. Minta peserta untuk menempatkan kartu daftar pelaku di tempat yang sesuai pada kertas presentasi. Tanyakan kepada peserta apakah mereka berpikir bahwa semua kartu telah ditempatkan dengan benar. Koreksi dan jelaskan seperlunya. Rangkumlah poin utama. Tekankan bahwa semua pelaku tidak langsung dan kegiatannya mempengaruhi pelaku langsung. Perjelas bahwa pelaku langsung dan tidak langsung membentuk sistem pasar untuk semua produk. Pelaku Langsung Pelaku Tidak Langsung Pasar / Keuangan Pengelolaan sumber daya alam / Lingkungan Sosial / Budaya kelembagaan / Hukum Teknologi Kiat-kiat fasilitasi Sebagai fasilitator, Anda perlu memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep dan istilah yang digunakan dalam APP. Untuk mentransfer pengetahuan ini kepada peserta, gunakan pengalaman lokal dan nyata dari peserta sebagai contoh.

33 22 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR BAGIAN 5 Bersiap-siap untuk pelaksanaan APP Apabila berdiri sendiri, pedoman ini tidak cukup untuk menjamin usaha yang sukses. Kontribusi fasilitator untuk pengembangan usaha kecil sebagiannya akan tergantung pada kualitas proyek dan pada bagaimana peralatan APP dipraktekkan. Bila metodologi APP digunakan dengan tepat, maka akan membuahkan hasil yang diharapkan. Di sisi lain, hasilnya kemungkinan akan mengecewakan jika digunakan secara tidak tepat. Beberapa aturan dasar dapat menjamin keberhasilan metodologi. Sebagai contoh, sebuah proyek harus melibatkan pelaku usaha dari awal dan fasilitator harus benar-benar dilatih dalam penggunaan metodologi APP. Apabila salah satu dari hal-hal ini gagal dilakukan, maka dapat menyebabkan produk atau ide-ide usaha yang dipilih tidak dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelaku usaha. Tujuan dari bagian ini adalah untuk membantu menilai apakah kondisi saat ini cocok untuk melaksanakan proses APP. Untuk menentukan hal ini, ada dua pertanyaan utama yang perlu dipertimbangkan: Apakah persyaratan minimum untuk memulai dukungan untuk pengembangan usaha sudah dipenuhi? Apakah kegiatan pendahuluan / persiapan telah dilakukan untuk memastikan bahwa proyek siap untuk diimplementasikan di lapangan? Kurangnya persiapan yang memadai dapat menyebabkan kesulitan dan bahkan kegagalan proyek. Sangat disarankan bagi fasilitator, bersama-sama dengan manajer proyek, menilai secara detail kondisi yang diperlukan seperti yang disajikan dalam Peralatan 17. Untuk keterangan lebih lanjut tentang persyaratan minimum yang diperlukan untuk memulai dukungan dalam pengembangan usaha, mengacu pada manual, APP Bagian B1. Apakah proyek siap untuk implementasi lapangan? Untuk menerapkan metodologi APP, sumber daya termasuk waktu staf, dukungan keuangan untuk waktu yang dihabiskan di lapangan dan dukungan administratif sangatlah penting. Manajemen

34 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 23 proyek harus memastikan bahwa sumber daya ini dipertimbangkan sepenuhnya selama proses perencanaan proyek. Pengingat untuk kegiatan awal yang harus diselesaikan sebelum Anda memulai pekerjaan disajikan dalam Peralatan 18. Apakah Anda siap untuk menggunakan panduan ini? Terdapat tiga jenis pengalaman yang akan berguna sebagai latar belakang untuk melakukan fasilitasi proses APP: pengalaman bekerja dengan warga desa di lapangan pengalaman dengan teknik dan peralatan penilaian partisipatif. pengalaman dalam melakukan fasilitasi proses partisipatif dengan warga desa. Semakin banyak pengalaman yang Anda miliki, semakin mudah pula bagi Anda untuk melakukan fasilitasi proses APP. Bagaimanapun, sikap Anda sebagai fasilitator merupakan faktor yang paling penting. Anda kemungkinan akan menghadapi suatu kondisi dimana warga desa akan menemukenali sendiri jenis usaha yang paling cocok bagi mereka dibandingkan memperhatikan pilihan-pilihan yang Anda berikan. Anda perlu memastikan bahwa warga desa dapat memperoleh informasi yang benar pada waktu yang tepat sehingga mereka bisa membuat keputusan yang terbaik dalam membangun usaha mereka. Pendekatan ini menuntut Anda untuk memiliki pemikiran yang terbuka dan berkomitmen untuk memberdayakan usaha kecil untuk membangun usaha mereka sendiri. Rincian lebih lanjut mengenai bagaimana mempersiapkan diri Anda untuk menerapkan proses APP dengan sukses tersedia pada Peralatan 19. Sementara deskripsi tugas-tugas utama yang akan Anda lakukan pada proses APP, serta sebuah daftar isian untuk membantu menentukan apakah Anda cocok dengan peran sebagai fasilitator, terdapat pada Peralatan 20.

35 24 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR BAGIAN 6 Bersiap-siap untuk memulai Bagian ini menjelaskan 1) kegiatan-kegiatan yang harus Anda lakukan sebelum memulai kegiatan pelatihan di lapangan; dan 2) pengetahuan dasar yang harus Anda miliki untuk mendampingi para pelaku usaha potensial melalui proses APP. 6.1 Memahami konteks lokal dan mempersiapkan peralatan pelatihan yang akan digunakan di lapangan Memahami konteks lokal Sebelum memulai sesi pelatihan di lapangan, Anda perlu memiliki pemahaman atas hal-hal berikut: kebutuhan pasar akan produk dengan alur dagang yang sudah ada pada tingkat nasional dan internasional; Para pemangku kepentingan kunci dan organisasi-organisasi jasa pengiriman di sektor usaha, serta konteks legal dan kelembagaan nasional untuk pengembangan sumberdaya dan usaha hutan; Kebijakan untuk ekstraksi, pengelolaan, transportasi, pengolahan dan perdagangan pohon dan produk hutan (termasuk kebijakan pajak) pada area proyek; Peluang dan hambatan pengembangan usaha secara lokal, termasuk pengalaman di masa lalu, penyedia jasa yang ada, strategi pencaharian dan daftar sumber daya yang berpotensi serta produk dengan keuntungan komparatif bagi area tersebut. Untuk memperoleh informasi ini, Anda perlu: Mempelajari informasi yang dikumpulkan untuk mengetahui karakteristik proyek dan strategi awal; Menyempurnakan informasi ini dengan mengumpulkan informasi legal, teknis, keuangan dan pasar tambahan dari sumber-sumber lokal pada tingkat daerah dan provinsi. Mempersiapkan peralatan untuk kerja lapangan Kami menyarankan Anda untuk mempersiapkan daftar-daftar dan tabel-tabel yang digambarkan pada Peralatan 13 dan 14 sebelum memulai sesi pelatihan di lapangan. Untuk memperoleh informasi ini, Anda perlu: Mengkaji dokumen-dokumen yang diberikan oleh tim proyek; Memastikan apakah sebuah sektor produk (misalnya sumber daya alam, HHBK atau produk pohon dan hutan yang telah dipanen) telah dipilih untuk proyek tersebut; Merujuk pada informasi yang tersedia mengenai sektor produk dengan berkonsultasi atau melakukan wawancara dengan tokoh utama regional, pejabat pemerintah, anggota kamar dagang dan tokoh-tokoh lainnya yang dianggap relevan.

36 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 25 Mengkaji sumber daya lokal dan produk-produk yang telah diproduksi dan/atau diperdagangkan di masa lalu; Mengenali potensi produk-produk dan/atau teknologi baru. 6.2 Memperjelas batasan dukungan pengembangan usaha pada proyek Sebelum memulai sesi pelatihan di lapangan, Anda perlu: Memperjelas kerangka waktu dan bentuk dukungan (pinjaman atau hibah untuk investasi modal, pelatihan, hubungan dengan pihak lain, dll) yang dapat diharapkan oleh para pelaku usaha selama implementasi APP (khususnya saat Fase 3) dan setelah proyek selesai; Memperjelas bentuk dukungan yang dapat diharapkan oleh masing-masing usaha produk dan jumlah produk yang dapat didukung oleh proyek, dan memperkirakan strategi jalan keluar jika dukungan yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha melebihi kapasitas proyek. 6.3 Mempersiapkan rencana kerja untuk mengimplementasikan Fase 1 Tentukan area intervensi Anda pada tempat yang disediakan Sebelum memulai sesi pelatihan apapun di lapangan, Anda perlu menentukan area intervensi Anda, dengan mempertimbangkan: Batasan waktu dalam bentuk apapun; Jumlah rekan dan anggota staf yang akan mendampingi Anda; Moda transportasi yang tersedia. Rincian mengenai bagaimana menentukan area intervensi tersedia pada Peralatan 15. Rangkuman kegiatan-kegiatan persiapan utama yang harus dilakukan oleh fasilitator sebelum memulai Fase 1 dari keseluruhan proses tersedia pada Peralatan 16. Sebelum memulai sesi pelatihan di lapangan, Anda perlu: Mempersiapkan rencana kerja Anda untuk implementasi Fase 1; Menentukan hasil-hasil yang ingin dicapai dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan; Merencanakan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan; Mempersiapkan rencana kerja dan alur waktu untuk memastikan bahwa rekan-rekan Anda (seperti pengelola proyek, anggota staf lainnya dan para konsultan) serta rekan-rekan potensial (termasuk para petani, kelompok yang berkepentingan, pendonor dan pejabat setempat) memahami tujuan dan objektif dari inisiasi tersebut. Anda juga harus melakukan hal-hal berikut dengan staf proyek di kantor: Mengingat kembali elemen-elemen penting yang dibutuhkan untuk perencanaan Fase 1, seperti digambarkan sebelumnya; Mempersiapkan rencana kerja dan alur waktu untuk kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan, serta mengestimasi sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk melaksanakan Fase 1. Proses APP berbeda dengan metodologi pengembangan usaha lainnya karena proses ini berfokus pada masalah-masalah lingkungan dan sosial selayaknya isu teknis dan finansial. Atas alasan ini, Anda tidak hanya memiliki kemampuan teknis tetapi juga kemampuan serta motivasi untuk bekerja secara langsung dengan orang-orang lokal. Anda perlu membantu mereka untuk mengembangkan kemampuan dan menggerakkan usaha mereka sendiri. Ketika mempersiapkan rencana kerja, ingatlah untuk memberikan waktu yang cukup bagi orang-orang lokal untuk mempelajari dan memahami peralatan-peralatan serta metode-metode baru ini dengan cara mereka sendiri.

37 26 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Sebuah ilustrasi diagram saringan di KPH... dengan kelompok masyarakat Peralatan untuk melakukan fasilitasi Setiap perjalanan 1000 mil diawali dengan satu langkah. Sun Tze. Filsuf Tiongkok Kuno

38 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 27 Peralatan 1: Perbedaan antara pendekatan pengembangan mata pencaharian tradisional dengan pendekatan pengembangan usaha KARAKTERISTIK PENDEKATAN PENGEMBANGAN MATA PENCAHARIAN TRADISIONAL Kelompok pelaku usaha potensial menerima pendampingan meskipun mereka tidak menunjukkan adanya kebutuhan akan pendampingan. Para pelaku usaha potensial tidak memiliki kendali penuh atas pendampingan yang mereka terima. Perlengkapan teknis atau dana hibah diberikan tanpa adanya penentuan apakah terdapat pasar untuk produk yang akan dikembangkan. Hibah diberikan tanpa persyaratan yang banyak. Kegiatan berhenti pada pelengkapan dukungan proyek. Para pelaku usaha potensial mempelajari area teknis yang sangat khusus dan tidak relevan dengan area lain pada kehidupan mereka. Kelompok komunitas baru harus dibentuk untuk menerima hibah atau dukungan teknis dalam proyek. Pelaku usaha membuat keputusan atas sebuah kegiatan tanpa membuat analisis mendalam mengenai potensinya atau membandingkannya dengan pilihanpilihan lain. Para pelaku usaha tidak mempersiapkan perencanaan terperinci untuk usaha mereka. Kebanyakan rencana bisnis tidak mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial. KARAKTERISTIK PENDEKATAN PENGEMBANGAN USAHA Kelompok pelaku usaha potensial atau pelaku usaha yang sudah ada meminta pendampingan sesuai kebutuhan mereka. Pelaku usaha mengetahui dan memiliki kendali atas setiap bagian usaha mereka. Pasar telah diperiksa secara mendalam sebelum para pelaku usaha diminta untuk menginvestasikan uang dan usaha mereka dalam sebuah usaha. Hibah tidak diberikan secara sistematis. sebaiknya para pelaku usaha didorong untuk berhubungan dengan penyedia jasa yang dapat mendampingi mereka dalam mengakses sumber daya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi khusus mereka (pinjaman ringan, hibah, dll.). Para pelaku usaha memperoleh kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan penghidupan yang berkelanjutan, yang akan terus berlanjut setelah proyek berakhir. Pelaku usaha dapat menerapkan pengetahuan dan kemampuan baru mereka setelah proyek berakhir. Tidak ada kebutuhan untuk membentuk kelompok komunitas baru dari awal karena biasanya, para pelaku usaha potensial akan memutuskan untuk bekerja bersama karena mereka menyadari bahwa bekerja sama dalam sebuah kelompok akan memberikan keuntungan tambahan bagi mereka. Para pelaku usaha menganalisis kelemahan dan kekuatan dari produk-produk potensial. Para pelaku usaha mempersiapkan sebuah RPU sebagai peta jalan dan sebagai media untuk mendukung permintaan apapun atas dukungan. RPU mempertimbangkan masalah lingkungan dan sosial yang terkait dengan usaha tersebut. Catatan: jika dibutuhkan, tabel ini harus diterjemahkan ke bahasa setempat dan dibagikan kepada para peserta

39 28 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Peralatan 2: Peta APP Empat Fase APP FASE PERENCANAAN AWAL ATAU FASE 0 FASE 1: MENILAI SITUASI YANG ADA LANGKAH 1 Fasilitator, melalui konsultasi dengan komunitas, mengidentifikasi calon pelaku usaha LANGKAH 2 Calon pelaku usaha menilai kapasitas mereka untuk menjadi pelaku usaha LANGKAH 3 Calon pelaku usaha membuat daftar sumber daya dan produk lokal LANGKAH 4 Calon pelaku usaha mengidentifikasi kendala utama dalam sistem pasar LANGKAH 5 Calon pelaku usaha mensortir produk potensial untuk usaha mereka LANGKAH 6 Calon pelaku usaha mengetahui manfaat kerja kelompok FASE 2: MELAKUKAN SURVEI UNTUK MEMILIH PRODUK DAN MENGIDENTIFIKASI IDE USAHA LANGKAH 1 Calon pelaku usaha mengumpulkan data pada lima bidang pengembangan usaha LANGKAH 2 Calon pelaku usaha memilih produk yang paling menjanjikan LANGKAH 3 Calon pelaku usaha merefleksikan bentuk usaha yang paling tepat FASE 3: MENYIAPKAN SEBUAH RENCANA PENGEMBANGAN LANGKAH 1 Para pelaku usaha menganalisis data yang dikumpulkan di Fase 2 untuk memperbaiki ide-ide usaha LANGKAH 2 Para pelaku usaha menyiapkan rencana pengembangan usaha mereka LANGKAH 3 Para pelaku usaha mengidentifikasi kebutuhan untuk pelatihan dan bantuan FASE 4: MENDUKUNG DIMULAINYA USAHA LANGKAH 1 Para pelaku usaha memperoleh sumber keuangan seperti yang diperkirakan di RPU mereka LANGKAH 2 Para pelaku usaha menerima pelatihan yang diperlukan untuk memulai usaha mereka LANGKAH 3 Para pelaku usaha memulai kegiatan mereka pada tingkat percontohan LANGKAH 4 Para pelaku usaha mempelajari cara untuk memantau dan mengevaluasi hasil usaha mereka

40 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 29 Peralatan 3: Diagram Penyaring Diagram berikut menunjukkan rangkuman dari keseluruhan aliran proses implementasi 2. Silakan merujuk pada Panduan Fasilitator Lapangan APP untuk informasi tambahan mengenai peralatan praktis yang digunakan oleh fasilitator lapangan dan para pelaku usaha saat implementasi berbagai langkah pada proses tersebut. FASE 1 Menilai situasi yang ada dan mengenali produk-produk potensial PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM/LINGKUNGAN TEKNOLOGI/PENELITIAN PRODUK/PENGEMBANGAN EKONOMI/KEUANGAN KELEMBAGAAN/ LEGAL SOSIAL/BUDAYA FASE 2 Melakukan survei dan seleksi produk akhir PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM/LINGKUNGAN TEKNOLOGI/PENELITIAN PRODUK/PENGEMBANGAN EKONOMI/KEUANGAN KELEMBAGAAN/ LEGAL FASE 3 Merencanakan pelatihan, identifikasi dan kebutuhan pendampingan Produk akhir terseleksi Rencana Pengembangan Usaha (RPU) FASE 4 Memulai kegiatan usaha pada tingkat awal Pelaku usaha memulai kegiatannya 2 Salah satu prinsip utama pada APP adalah keberlanjutan. Untuk mendukung pengembangan usaha yang berkelanjutan 5 aspek pengembangan bisnis mengalami evaluasi selama proses APP artinya: data dari area-area tersebut dikumpulkan dan dianalisis. Lima aspek tersebut meliputi: (1) pasar/ekonomi, (2) pengelolaan sumber daya alam/lingkungan, (3) sosial/budaya, (4) kelembagaan/legal, dan (5) teknologi/penelitian produk/pengembangan produk.

41 30 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Peralatan 4: Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi Fase 3 dan 4 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adaptasi Fase 3 dan 4 Skala usaha: skala usaha dan tingkat kompleksitasnya akan menentukan tingkat kebutuhan peralatan sebagai contoh, usaha mikro akan memerlukan proyeksi finansial yang lebih sedikit dibandingkan dengan usaha kecil, sehingga rencana pengembangan usaha mereka akan lebih sederhana. Jumlah informasi yang tersedia setelah Fase 1 dan 2: jika kekurangan informasi, para fasilitator harus merencanakan studi banding tambahan pada awal Fase 3. Jika seluruh informasi telah dikumpulkan, pengembangan RPU dapat segera dimulai. Adanya pendatang baru yang bergabung pada tahap lanjutan: staf proyek dan para fasilitator harus melakukan diagnosis situasi pada saat kehadiran pendatang baru proyek, dan mungkin perlu menjelaskan ulang beberapa hal yang telah disampaikan pada Fase 2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi bagaimana Fase 3 dan 4 terlaksana: apakah modal beperan untuk usaha-usaha yang akan datang tersedia, dan apakah ada hambatan waktu yang dihadapi oleh para fasilitator.

42 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 31 Peralatan 5: Contoh-contoh proyek yang telah berhasil menggunakan proses APP untuk pengembangan usaha Proses APP telah digunakan di berbagai negara. Salah satu contohnya termasuk: 1. Di KPH Banjar, Kalimantan Selatan, APP digunakan bersama-sama antara kelompok petani hutan, KPH, LSM lokal dan nasional, penyuluh dll untuk meningkatkan pendapatan petani hutan yang melakukan budidaya getah karet. 2. Di KPH Alor Pantar, Alor, NTT, APP diguanakan para stakeholder terkait untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok masyarakat yang melakukan budidaya tanaman kemiri. 3. Di KPH Bulukumba, Jeneberang, Sulawesi Selatan, APP digunakan para pihak untuk mengembangkan tata niaga gula semut dari nira pohon aren (Arenga pinata) untuk meningkatkan pendapatan petani hutan di sekitar KPH.

43 32 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Peralatan 6: Lima karakteristik keberlanjutan: contoh dan latihan Keberlanjutan Sumber Daya Pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan dapat melindungi ekosistem di mana sumber daya ini tumbuh, sehingga dapat dipanen secara berkelanjutan dari wilayah yang terbatas dalam jangka waktu yang tidak ditentukan, atau dengan kata lain, mengalami domestikasi. Pengembangan pasar bagi produk-produk yang dikembangkan dari sumber daya ini tidak selalu berujung pada eksploitasi yang berlebihan. Contoh Di beberapa KPH di Indonesia (KPH Banjar, KPH Alor Pantar, dan KPH Jeneberang), APP diujicobakan dan sedang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal sekitar hutan yang tergabung dalam kelompok tani untuk menambah pendapatan dari komoditas getah karet (Hevea sp.), kemiri (Aleurites moluccana), gula semut dari nira pohon aren (Arenga pinnata) dan kopi. Keberlanjutan Sosial APP memastikan bahwa kegiatan dan keuntungan dari usaha yang didukung bersifat setara dan seimbang secara jender, tidak merugikan anggota masyarakat yang kurang beruntung serta tidak menimbulkan konflik sosial. Contoh Keberlanjutan sosial merupakan masalah kunci dalam pemilihan jenis usaha masyarakat di Viet Nam tengah. Produksi ulat sutra lebih disukai dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan lain dengan potensi pendapatan lebih besar karena perempuan memiliki keterlibatan besar dalam aktivitas ini. Bagi beberapa perempuan, terlibat dalam usaha produksi ulat sutra mungkin berarti adanya peningkatan dalam beban kerja tetapi mereka memperoleh keuntungan kerja yang lebih adil. Di beberapa negara, pembudidayaan tanaman obat memiliki nilai pemasaran yang tinggi. Meskipun demikian, jika lahannya telah digunakan untuk peternakan, hal tersebut dapat menyebabkan konflik antara para pelaku usaha dengan pemilik ternak. Proses APP harus memasukkan dualitas ini ke dalam pertimbangan. Serupa dengan contoh di Benakat, Indonesia, kelompok perempuan lebih memilih kopi sebagai salah satu produk potensial yang bisa mereka kembangkan. Hal ini karena, mereka banyak terlibat dalam proses produksinya, sehingga bisa meningkatkan pendapatan bagi mereka dan lebih jauh lagi keluarga. Indonesia termasuk negara yang memperhatikan aspek keberlanjutan sosial. Memperhatikan normanorma, termasuk agama, yang ada di masyarakat merupakan salah satu diantaranya. Sebagai contoh, di Poigar, Sulawesi Utara, pengembangan nira untuk bahan minuman keras bisa menjadi salah satu produk potensial bagi masyarakat di sana. Namun hal ini tidak bisa dilakukan di tempat yang mengharamkan minuman beralkohol, walaupun potensi nira di tempat tersebut ada dalam jumlah yang cukup. Keberlanjutan Legal APP memastikan bahwa para pelaku usaha selalu mengikuti perkembangan kebijakan dan hukum yang berubah-ubah mengenai pemanenan, pengolahan, transportasi dan distribusi produk sebagaimana terhadap registrasi, pembiayaan dan operasional usaha.

44 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 33 Contoh Saat mengumpulkan data dalam Fase 2 APP, beberapa pelaku usaha mempelajari bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan dari pembebasan pajak saat memulai usaha mereka. Pelaku usaha lain menemukan bahwa mereka dapat memperoleh akses terhadap institusi keuangan atau program pembiayaan pemerintah dengan melakukan beberapa formalitas sederhana, sementara sebagian menyadari bahwa ada royalti yang harus mereka bayar untuk mengambil spesies tertentu dari hutan. Informasi ini mempengaruhi keputusan-keputusan yang dibuat dalam pengembangan usaha. Di Indonesia, pemanfaatan hasil hutan kayu dan non-kayu di dalam kawasan hutan negara diatur oleh regulasi. Melalui APP, calon pelaku usaha harus mengetahui dan mempelajari atuaran-aturan yang berlaku jika meraka mau memanen ataupun memanfaatkan hasil hutan di sekitar lokasi mereka, termasuk mengetahui perizinan-perizinan dalam mengelola kawasan tersebut. Keberlanjutan Pasar APP memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan usaha dengan memastikan adanya akses terhadap informasi pasar dan mengikuti perkembangan kebijakan yang berubah-ubah yang dapat mempengaruhi distribusi produk. Proses ini juga membantu para pelaku usaha agar tetap bersaing dengan menilai perubahan-perubahan di lingkungan pasar dan mengadaptasikan produk agar produk tersebut tetap menarik bagi pelanggan. Contoh Saat praktisi medis tradisional di Nepal memahami bahwa konsumen tertarik dengan obat-obatan berpenampilan modern, mereka mengubah penampilan persiapan obat-obatan mereka agar tetap bisa bersaing. Mereka mengemas obat-obatan tradisional mereka dalam kapsul dan tablet yang berwarna warni, di samping menjaga kesegaran obat tersebut lebih lama. Peternak lebah pada desa-desa terpencil di pegunungan Vietnam memperoleh keuntungan dari pembentukan kemitraan dengan unit usaha milik pemerintah yang bergerak di pemurnian dan pemasaran madu. Para peternak lebah ini dapat menjual sebagian produk mereka melalui kanal-kanal pemasaran milik unit usaha pemerintah sembari menerima informasi teknis yang dapat membantu mereka meningkatkan kualitas produk mereka. Petani gula kelapa di Poigar, Sulawesi Utara selama ini mengolah kelapa mereka dalam nira yang dijual ke pabrik gula semut atau dibuat sendiri dalam bentuk blok untuk dijual ke pasar tradisional. Melalui APP, mereka membuka kesempatan untuk bisa membuat rencana usaha pembuatan gula semut yang memiliki nilai tambah sehingga dapat dijual kepada pabrik gula semut dengan harga yang lebih tinggi. Bahkan, mereka merencanakan untuk menjualnya langsung ke retailer-retailer besar di kota. Keberlanjutan Teknologi Keberlanjutan teknologi diperoleh dengan memilih perlengkapan teknis yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan jenis usaha dan cocok dengan pengguna maupun kondisi lokalnya. Dalam sistem yang berkelanjutan, pengguna mengetahui cara penggunaan peralatan dengan tepat, cara merawatnya saat dibutuhkan dan menggantinya ke peralatan yang lebih efisien ketika sudah tersedia. Contoh Di Dataran Tinggi Barat Daya Uganda, masyarakat melakukan modifikasi dan meningkatkan sarang lebah tradisional alih-alih membeli sarang lebah modern yang terbuat dari kayu, yang mana lebih mahal dan kurang efektif di iklim pegunungan yang dingin dan lembab. Sarang lebah tradisional, yang dibuat dari jalinan tanaman merambat lokal, dapat mengurangi tingkat predasi dan meningkatkan perolehan madu. Masyarakat tersebut kemudian dilatih untuk membuat sarang lebah tradisional, yang memberikan jaminan pasokan di masa depan dengan harga yang lebih terjangkau. Petani karet di Banjar, Kalimantan Selatan mengubah bentuk komoditas karet mereka dari lump menjadi Ribbed Smoke Sheet (RSS). Dengan APP mereka membuat Rencana Pengelolaan Usaha

45 34 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR komoditas tersebut. Walaupun membutuhkan biaya yang jauh lebih besar dan proses pembuatan yang membutuhkan teknologi berbeda dengan apa yang dilakukan selama ini, mereka melihat bahwa produk tersebut akan memberikan penambahan nilai dari produk karet mereka. Konsekuensinya produk bentuk baru ini akan memberikan penambahan pendapatan bagi keluarga mereka. Lima jenis keberlanjutan: latihan Instruksi Bacalah studi kasus berikut dengan cermat. Diskusikan pertanyaan-pertanyaan di bawah dengan kelompok Anda dan tulislah jawaban Anda pada selembar kertas presentasi. Studi kasus Di Vietnam Utara, Provinsi Lai Chau memiliki banyak jenis HHBK. Beberapa darinya telah dieksploitasi secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan pasar selama bertahun-tahun, seperti: Amomum villosum, yang mana juga dikenal dengan Bengal Cardamom, digunakan untuk kebutuhan medis dan aromatik; Rotan berdiameter besar Produk-produk ini menjadi sumber pemasukan yang baik secara turun-temurun, bagaimanapun pasokannya telah menjadi terbatas dan berdampak pada pemasukan sebagai hasil dari: Produksi yang tidak terkendali bagi pasar Pembalakan hutan yang disebabkan oleh perdagangan kayu dan penyelundupan, serta konversi hutan menjadi lahan pertanian. Untuk mengekang tren ini, pemerintah telah melakukan percobaan perkebunan untuk spesies tertentu. Meskipun tanaman-tanaman tersebut berhasil tumbuh, kebanyakan percobaan gagal karena rendahnya kemampuan untuk memelihara (dalam konteks staf dan modal), pengelolaan yang buruk dan kerangka kerja yang tidak memadai, yang mana tidak dapat mencukupi pengelolaan sumber daya yang dibutuhkan. Pihak yang berwenang dalam pengembangan perkebunan ini mengakui bahwa meskipun tanamantanaman baru dapat tumbuh dengan baik, usaha perhutanan ini tidak dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut karena para petaninya memanen produkproduknya secara ilegal. Sebagai hasil dari berkurangnya spesies bernilai di pasar, perdagangan lintas batas negara dari Laos meningkat pesat. Sebagai contoh, pada tahun 1999, sekitar persen Amomum villosum yang diperdagangkan berasal dari Laos. Pertanyaan 1. Bagaimanakah cara berkurangnya pendapatan warga desa dari perdagangan pohon dan produkproduk hutan? 2. Bagaimana cara mencegah situasi tersebut? 3. Apa saja yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pendekatan pemasaran yang layak?

46 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 35 Peralatan 7: Daftar perbedaan produk hutan dengan produk pertanian PRODUK POHON DAN HUTAN Tumbuh di alam liar. Berasal dari ekosistem yang kompleks. Kepemilikan pengguna lahan terkadang menjadi masalah. Diperoleh dari lahan bersama, membutuhkan keputusan kelompok. Akses terbuka. Dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mengatur perlindungan hutan. Tumbuh di hutan yang jauh dari pasar dan jalan yang baik. Dukungan pemasaran yang sedikit. Lebih banyak persyaratan legal. Sering terjadi perdagangan ilegal. Para pelaku usaha produk pohon dan hutan tidak dapat menggunakan lahan sebagai jaminan. PRODUK PERTANIAN Dibudidayakan. Berasal dari ekosistem yang kurang bervariasi dan rentan. Lebih sedikit masalah tentang kepemilikan pengguna lahan. Diperoleh dari tanah pribadi sehingga memperbolehkan adanya keputusan pribadi. Akses dikendalikan. Dikelola oleh Kementerian Pertanian, yang menyediakan layanan peningkatan produksi bagi petani. Lebih dekat dengan pasar dan akses transportasi. Dukungan pemasaran yang lebih banyak. Lebih sedikit persyaratan legal. Tidak ada perdagangan ilegal. Para pelaku usaha produk pertanian dapat menggunakan lahan sebagai jaminan. Perbedaan di atas menunjukkan bahwa produk pohon dan hutan membutuhkan strategi pemasaran khusus: Aturan mengenai pemanenan dan mekanisme bagi hasil haruslah disepakati oleh masyarakat. Informasi pasar yang informal dan tersebar lebih sulit diperoleh. Umumnya usaha memiliki skala kecil. Umumnya biaya transportasi tergolong tinggi.

47 36 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Peralatan 8: Peran fasilitator Ingatlah bahwa Anda merupakan seorang fasilitator bukan pekerja perpanjangan. Peran Anda adalah untuk memfasilitasi proses partisipatif yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas para pelaku usaha untuk berpikir, menganalisis dan bertindak sendiri. Untuk menjadi fasilitator yang efektif, Anda perlu mengikuti sesi pelatihan fasilitator dan mempelajari panduan-panduan tersebut secara mendalam. Dengan mempelajari panduan yang tersedia, Anda akan: Memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar dalam pengembangan usaha; Memperoleh pemahaman atas manfaat penggunaan APP sebagai pendekatan berbasis kondisi pasar; Membangun kapasitas untuk mengetahui batasan-batasan utama mengenai ide-ide produk dari masyarakat; Mampu memfasilitasi diskusi di antara pelaku usaha sehingga mereka dapat membuat keputusan yang terkait dengan strategi pemasaran dan struktur organisasi; Mampu memahami dinamika sosial dalam masyarakat; Mampu menyadari kebutuhan dari anggota terlemah di masyarakat dan meyakinkan mereka bahwa mereka tetap bisa berpartisipasi dalam proses identifikasi usaha; Memahami elemen-elemen dasar dari perencanaan finansial dan bisnis. A. Menghargai panjangnya proses APP Sebagai fasilitator, Anda perlu menyesuaikan kecepatan proses APP dengan kapasitas para pelaku usaha. Mereka akan membutuhkan waktu untuk memahami informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan terbaik bagi usaha mereka. Jangan terburu-buru untuk menghemat waktu atau untuk mencapai sebuah keputusan lebih cepat. B. Melibatkan pelaku usaha dari awal proses Melibatkan pelaku usaha dari awal akan memastikan bahwa mereka mengerti dan menghargai aturan dan keputusan-keputusan yang ada karena mereka merasa memiliki proses tersebut, serta memiliki ketertarikan dalam mengenali masalah dan solusi yang memungkinkan. C. Menjelaskan keuntungan dari pemanfaatan APP Hal ini akan menginspirasi para peserta, menciptakan antusiasme di sekitar ide-ide usaha dan mendorong terjadinya alur informasi yang saling menguntungkan, dari dan ke dalam kelompok pelaku usaha. D. Memilih peralatan dan materi pengajaran yang sesuai Penggunaan peralatan yang tepat akan memungkinkan para pelaku usaha untuk memperoleh kemampuan dan informasi yang mereka butuhkan untuk membangun usaha yang berkelanjutan.

48 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 37 Tabel berikut merangkum peran ideal fasilitator dalam sebuah proyek APP: Peran fasilitator dalam mendukung proses pembelajaran para pelaku usaha Memperkenalkan proyek kepada para pemangku kepentingan kunci, pemimpin masyarakat, perwakilan organisasi berbasis masyarakat atau organisasi yang telah aktif di masyarakat. Berusaha menyelaraskan prosedur-prosedur milik LSM dengan institusi pembiayaan mikro yang menyediakan pendampingan perencanaan bisnis atau pinjaman untuk menghindari perbedaan suku bunga pinjaman. Memastikan bahwa kelompok target terlemah tidak terpinggirkan selama proses APP. Mencari tahu hubungan-hubungan yang dapat dibentuk dengan kelompok pembiayaan mikro yang sudah ada di masyarakat atau mekanisme pemberian pinjaman/hibah lainnya. Mempersiapkan kuesioner dan melatih calon pelaku usaha untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi dan untuk memantau serta mengevaluasi hasil proyek. Membantu mengorganisir lokakarya APP, memastikan bahwa lokasi dan waktunya dapat dihadiri oleh perwakilan kelompok target. Mendorong pembentukan kelompok minat di sekitar produk-produk khusus, dengan mempertimbangkan masalah pemasaran serta faktor sosial-ekonomi dan budaya. Membangun mekanisme untuk memastikan informasi pasar yang diperoleh dapat dibagikan dengan semua calon pelaku usaha. Waspada terhadap munculnya konflik dan memfasilitasi dialog untuk menemukan solusi. Menjelajahi kemungkinan untuk membangun hubungan yang berkelanjutan antara calon pelaku usaha dan penyedia jasa seperti pembeli, penyedia perlengkapan, pelatih atau ahli teknis lainnya. Jika proyek menggunakan konsultan untuk melakukan survei di masyarakat, pastikan bahwa mereka dapat membangun kapasitas masyarakat melalui teknik-teknik survei yang digunakan dan menyampaikan rangkuman temuan mereka kepada perwakilan masyarakat. Membangun mekanisme penyimpanan dan penampilan informasi bagi masyarakat, dari proses APP seperti kertas presentasi dari lokakarya, laporan konsultan, foto-foto, video, dll. Memberikan pelatihan dan motivasi kepada calon pelaku usaha agar mereka memiliki kepercayaan diri untuk menciptakan usaha pertama mereka. Mendokumentasi tantangan-tantangan yang muncul selama proyek dan solusi yang digunakan untuk menghadapinya.

49 38 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Peralatan 9: Menciptakan kemitraan strategis Untuk menciptakan kemitraan strategis, para pelaku usaha harus: Menilai kekuatan dan halangan utama mereka. Membuat daftar masalah yang paling membutuhkan pendampingan eksternal. Memilih anggota lain di rantai pasar yang dapat memperoleh manfaat dari kemitraan tersebut. Membangun hubungan dengan aktor kunci terpilih. Memberikan prioritas rendah atau tidak mempertimbangkan aktoraktor yang hubungannya tidak diperlukan. Contoh Petani pisang, kopi dan coklat di Daerah Santong dan Sesaot, Nusa Tenggara Barat bermitra dengan KPH Lindung Rinjani Barat, LSM lokal dan nasional, dinas kehutanan propinsi NTB juga membangun kemitraan strategis yang saling mendukung dan menguntungkan. Kemitraan lainnya adalah di bidang pemeliharaan pohon hutan oleh masyarakat karena pohon-pohon tersebut menjadi naungan kopi dan kakao serta menjaga keberlangsungan hutan lindung sebagai sumber penyedia air kehidupan.

50 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 39 Peralatan 10: Pentingnya informasi dalam proses APP APP bertujuan untuk menyederhanakan kebutuhan informasi yang kompleks. APP mengidentifikasi area prioritas dan menyediakan daftar untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan yang masuk akal. Indikator-indikator yang digunakan bersifat relevan dan mudah dipahami. Dalam APP, pengetahuan lokal dianggap sebagai sumber informasi yang penting. Warga lokal telah memiliki informasi yang memadai mengenai sumber daya lokal dan situasi saat itu. Pengetahuan ini harus diakui dan dimasukkan sebagai pertimbangan penilaian informasi yang ada pada masingmasing lima aspek pengembangan usaha. Warga lokal dilatih untuk mengumpulkan informasi dan bergantung pada fasilitator hanya untuk tugas tertentu. Pengambilan keputusan seringkali bergantung pada informasi yang diperoleh dari teknik penilaian cepat dengan alat penelitian sederhana. Warga lokal haruslah bisa melakukan survei pasar dengan mengikuti instruksiinstruksi sederhana. Jika dibutuhkan, lakukan sesi pelatihan singkat mengenai metode pengumpulan informasi, seperti kemampuan wawancara, observasi dan analisis terhadap sumber informasi sekunder yang tersedia di tingkat lokal. Kemitraan dibangun dengan institusi atau individu yang tepat untuk memperoleh akses terhadap informasi. Jika penelitian mendalam diperlukan, berhubunganlah dengan individu atau institusi yang berada dalam posisi yang baik untuk memperoleh informasi yang dimaksud dengan biaya rendah. Peralatan sederhana disediakan untuk menghemat waktu dan uang Pada Fase 1, peralatan yang digunakan untuk melakukan seleksi produk akan menghindarkan proyek dari mengeluarkan uang, usaha dan waktu kepada produk yang tidak diperlukan. Para pelaku usaha dikelompokkan dan dilatih untuk mengumpulkan informasi Para pelaku usaha diajarkan tentang teknik-teknik pengumpulan informasi dasar di awal proses APP dan bekerja bersama untuk mengumpulkan data kunci.

51 40 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Peralatan 11: Perbedaan penjualan dan pemasaran Karakteristik penjualan Jual apa yang Anda bisa buat Orientasi produk Orientasi volume Mencari peluang baru untuk menjual produk Mempromosikan bagaimana produk dibuat Pelayanan pelanggan menjadi hal sekunder Perencanaan dan umpan balik yang terbatas Tidak melibatkan aktor-aktor tidak langsung Karakteristik pemasaran Buat apa yang bisa Anda jual Orientasi pelanggan Orientasi keuntungan Menambahkan nilai dan kemasan Mempromosikan bagaimana produk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan Pelayanan pelanggan adalah produk Perencanaan dan umpan balik yang ekstensif. Melibatkan aktor-aktor tidak langsung. Harga Pengguna akhir dan pelanggan umumnya memberi perhatian utamanya kepada Kebutuhan Kenyamanan Keinginan Kualitas Cari tahu apa yang diinginkan atau dibutuhkan orang. Atur sumber daya sehingga produk akhir dapat menyesuaikan kebutuhan pelanggan Pelaku usaha dengan orientasi pasar Gunakan strategi pemasaran yang sesuai dan pastikan baik pembeli maupun penjual sama-sama memperoleh keuntungan dari transaksi Cari peluang pemasaran baru dan adaptasikan kepada kebutuhan pelanggan saat ini maupun calon pelanggan. Kualitas

52 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 41 Latihan 1 Pikirkan sebuah produk yang Anda ketahui dengan baik. Gambarlah sebuah diagram mengenai rantai pasar untuk produk tersebut pada selembar kertas presentasi. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada para peserta: 1. Apakah produk tersebut berubah ketika berpindah melalui rantai pasar? Jika ya, bagaimana dan mengapa? 2. Siapa saja yang terlibat dalam berbagai langkah melalui rantai pemasaran? 3. Apakah proses yang digambarkan di sini termasuk penjualan atau pemasaran? Mengapa? 4. Minta peserta untuk membuat daftar perbedaan antara penjualan dan pemasaran. Latihan 2 Letakkan sebuah kertas presentasi bertuliskan pemasaran pada ujung ruangan dan kertas presentasi bertuliskan penjualan di ujung satunya. Saat Anda membacakan pernyataan dari meja mengenai pemasaran atau penjualan, peserta diminta untuk bergerak menuju kertas presentasi yang sesuai. PENJUALAN Jual apa yang Anda bisa buat Orientasi produk Orientasi volume Mencari peluang baru untuk menjual produk Mempromosikan bagaimana produk dibuat Pelayanan pelanggan menjadi hal sekunder Perencanaan dan umpan balik yang terbatas Tidak melibatkan aktor-aktor tidak langsung PEMASARAN Buat apa yang bisa Anda jual Orientasi pelanggan Orientasi keuntungan Menambahkan nilai dan kemasan Mempromosikan bagaimana produk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan Pelayanan pelanggan terintegrasi dengan produk Perencanaan dan umpan balik yang ekstensif. Melibatkan aktor-aktor tidak langsung.

53 42 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Peralatan 12: Penambahan nilai Tingkat ketertarikan konsumen terhadap produk baru dan penambahan nilai tergantung pada selera pelanggan. Pelanggan yang mencari kemudahan akan cenderung membeli teh celup, ketupat/lontong dan mi siap saji dalam kemasan sementara pelanggan yang lebih peduli mengenai harga akan memilih teh seduh atau tepung beras. Maka dari itu, produsen wajib memahami selera pelanggan di pasar. Tujuan dan pemanfaatan sebuah produk juga berubah dengan hadirnya produk baru. Sebagai contoh, mi siap saji berguna saat berjalan-jalan karena mudah dimasak. Para pelaku usaha perlu menganalisis fungsi dan biaya produk mereka karena dua hal tersebut menentukan nilai produk. Nilai ini akan dipandang secara berbeda oleh masing-masing pelanggan. Pengembangan produk baru membutuhkan analisis dan pemikiran yang mendalam. Melalui penambahan nilai, produsen dapat mengincar pembeli yang berbeda dengan produk yang berbeda pula, menyesuaikan dengan berbagai jenis selera pelanggan dan beradaptasi pada berbagai fluktuasi dalam lingkungan bisnis. Adaptasi terhadap pasar yang berubahubah Harga jual yang lebih tinggi Mencapai pelangganpelanggan baru PENAMBAHAN NILAI Biaya produksi yang lebih tinggi Pilihan yang lebih besar bagi pelanggan

54 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 43 Peralatan 13: Tabel-tabel dan daftar-daftar yang harus dipersiapkan sebelum memulai pelatihan lapangan. Persiapkan sebuah daftar yang berisi usaha, sumber daya dan produk yang telah tersedia di lokasi proyek atau mungkin diperkenalkan di sana. Sebagai latar belakang, gunakan dokumen-dokumen rangkuman dan laporan survei yang disediakan oleh tim pengelola proyek dan informan yang telah Anda temui saat kunjungan persiapan. Lihat Peralatan 14 untuk membantu Anda mempersiapkan daftar tersebut. Persiapkan sebuah tabel (lihat di bawah) untuk mencatat kemungkinan sumber modal internal dan eksternal (formal dan informal) bagi pelaku usaha kecil di daerah tersebut. Sertakan pula kekuatan dan kelemahan masing-masing sumber pembiayaan. Sumber modal eksternal Kekuatan Kelemahan Sumber modal internal Persiapkan sebuah tabel (lihat di bawah) untuk mencatat peraturan dan undang-undang utama yang berpengaruh pada akses terhadap sumber daya, produksi, pengolahan, transportasi dan perdagangan hasil hutan di negara dan daerah tersebut. Akses terhadap sumber daya Produksi Pengolahan Transportasi Perdagangan Aturan dan undang-undang Persiapkan sebuah tabel (lihat di bawah) mengenai status legal yang tersedia bagi pelaku usaha kecil di daerah tersebut. Sertakan pula kekuatan dan kelemahan masing-masing jenis status.

55 44 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Status legal potensial Kekuatan Kelemahan Untuk mempersiapkan tabel-tabel di atas, Anda perlu: 1. Mengkaji seluruh dokumen yang disediakan oleh tim proyek. 2. Memeriksa apakah sektor dari sebuah produk (misal: sumber daya alam, HHBK atau produk perkebunan dan kehutanan) telah ditentukan untuk proyek tersebut. 3. Merujuk pada informasi mengenai sektor produk yang disediakan oleh tokoh-tokoh kunci di tingkat daerah, pejabat pemerintahan, anggota kamar dagang dan pihak-pihak lainnya yang dirasa berhubungan. 4. Mengkaji sumber daya dan produk yang dihasilkan dan/atau diperdagangkan di daerah tersebut di masa lalu. 5. Mengkaji produk atau teknologi baru yang potensial.

56 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 45 Peralatan 14: Rangkuman sumber daya dan produk potensial di area proyek Gunakan tabel berikut untuk mempersiapkan daftar sumber daya dan produk yang tersedia pada lokasi proyek untuk proyek Anda. Peralatan ini akan membantu peserta untuk mengkaji sumber daya dan produk yang tersedia selama Langkah 3 dari Fase 1 proses APP. Biji-bijian Tanaman umbi-umbian, gula, alkohol dan asam Lemak dan minyak nabati Buah-buahan dan kacangkacangan yang dapat dimakan Sayur-sayuran Rempah-rempah Serat dan benang, seperti bambu Pengemasan dan anyaman Produk-produk yang dapat dimakan Tanaman untuk pakan hewan Damar dan getah-getahan Tannin dan pewarna Minyak-minyakan industri Tanaman minyak esensial Tanaman untuk minuman Insektisida Tanaman obat-obatan, narkotika atau beracun Produk bahan bakar Produk kayu Tanaman hias, pagar atau tepi jalan Produk hewani Lainnya Rangkuman sumber daya dan produk di area proyek

57 46 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Peralatan 15: Menentukan area intervensi Sebelum memulai sesi pelatihan Anda perlu menentukan area intervensi Anda, dengan mempertimbangkan: Batasan waktu; Rekan atau anggota staf yang akan mendampingi pelaksanaan proyek; Moda transportasi yang tersedia. Lokasi proyek sudah ditentukan pada tahapan ini, berdasarkan pada survei yang dilakukan di masyarakat. Meskipun demikian, lokasi yang diberikan kepada Anda bisa saja terlalu besar atau tidak mendukung pelaksanaan kegiatan proyek. Jika hal ini terjadi, tentukan sebuah area di mana Anda bisa bekerja dengan realistis, dengan mempertimbangkan sarana dan waktu yang Anda miliki. Untuk menyempurnakan area intervensi proyek Anda, Anda perlu: 1. Menggambar sebuah peta dari sub-lokasi yang memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan pada lokasi besar yang dialokasikan pada Anda. 2. Tentukan pada peta: Rata-rata populasi dan jumlah keluarga pada masing-masing desa; Jarak antar desa-desa (dalam km dan waktu tempuh jalan kaki atau menggunakan moda transportasi lain(sebutkan) serta jarak antara desa dengan pasar utama di daerah atau provinsi tersebut. 3. Perkirakan jumlah kunjungan yang dapat Anda lakukan dalam satu minggu atau satu bulan ke desa-desa tersebut. 4. Bandingkan perkiraan ini dengan rata-rata hari per bulan yang Anda (dan tim pengelolaan proyek) rencanakan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan APP. Untuk mempersiapkan peta ini, lihat rangkuman yang dikumpulkan sebelum inisiasi proyek untuk menentukan strategi, serta laporan survei untuk memilih lokasi proyek. Pada Peralatan 16, Anda akan menemukan tabel yang merangkum kegiatan-kegiatan persiapan utama yang harus dilaksanakan oleh fasilitator sebelum memulai Fase 1 dari proses APP.

58 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 47 Peralatan 16: Daftar kegiatan-kegiatan persiapan utama yang harus dilaksanakan oleh fasilitator sebelum memulai Fase 1 dari proses APP Langkah Persiapan fasilitator Kegiatan, lokasi, serta individu yang terlibat dan bertanggung jawab Ruang pelatihan Menghadiri pelatihan fasilitator pertama untuk Fase 1 untuk memperoleh pemahaman yang jelas mengenai proses APP, prinsip-prinsip, metode, peralatan dan konsep utama serta tips untuk memperkenalkan topik tersebut kepada calon pelaku usaha. Menghadiri pelatihan mengenai peralatan dan metode fasilitasi partisipatif. Kantor proyek Menghubungi tim pengelola proyek untuk memastikan kondisi lapangan sudah sesuai untuk implementasi proses APP pada saat ini. Kantor proyek dan lokasi proyek Mempelajari dokumen-dokumen pelatihan (peta proses dan Modul Perkenalan PFL APP dan Fase 1) Meminta dan mempelajari rangkuman nasional dan hasil survei yang dilakukan di tingkat daerah serta mengumpulkan informasi tambahan yang dibutuhkan untuk memastikan konteks proyek dan batasan-batasan operasional Anda. Mempersiapkan peralatan untuk kerja lapangan, termasuk;» Daftar sumber daya dan produk yang sudah ada di daerah tersebut;» Daftar sumber pendanaan yang memungkinkan bagi pelaku usaha kecil;» Daftar aturan dan undang-undang utama yang memengaruhi akses terhadap sumber daya dan produksi, pengolahan, transportasi dan perdagangan hasil hutan di negara dan daerah.» Daftar kemungkinan status legal yang relevan dengan pelaku usaha kecil di pelosok, tingkat negara dan daerah. Memperjelas batasan dukungan pengembangan usaha. Mempersiapkan rencana kerja Anda untuk menerapkan Fase 1.

59 48 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Peralatan 17: Daftar isian untuk memastikan proses APP dapat diimplementasikan dengan sukses Pertimbangkan dua pertanyaan berikut: Apakah persyaratan minimal untuk memulai dukungan terhadap pengembangan usaha telah tersedia? Apakah kegiatan-kegiatan persiapan telah dilakukan untuk memastikan bahwa proyek tersebut siap diterapkan di lapangan? Kurangnya persiapan (lihat Peralatan 16 sebagai pengingat untuk kegiatan-kegiatan persiapan) dapat menimbulkan masalah atau bahkan menggagalkan proses APP. Jangan memulai implementasi APP jika Institusi administratif tingkat daerah, provinsi atau otoritas politik tidak mendukung proyek tersebut. Rekan yang terlibat dalam proyek tidak sepakat dengan tujuannya untuk mendukung pengembangan usaha atau tidak yakin dengan pemanfaatan APP sebagai metodologi perencanaan dan implementasi utama. Tidak terdapat adanya sumber daya manusia yang memadai untuk pelaksanaan tugas. Usaha harus dibentuk dalam waktu yang sangat singkat. Sumber daya alam tergolong langka atau warga desa tidak bisa mengaksesnya Mitra organisasi yang ada kurang tertarik pada aspek sosial dan ekologis dibandingkan dengan aspek ekonomis dan/atau teknologi pada usaha. Warga setempat menolak pengembangan usaha berbasis pohon dan hutan Pemerintah daerah atau LSM tidak menginginkan atau tidak mampu mendukung inisiasi sejenis. Mitra organisasi yang ada telah menentukan jenis bisnis yang mereka dukung. Tim proyek tidak menyadari akan kebutuhan/situasi pasar dari sumber daya alam yang dimaksud serta subsektor produk. Tim proyek tidak menyediakan pendanaan untuk menolong para pelaku usaha untuk memulai usaha mereka Tim proyek belum menentukan strategi untuk pembiayaan kebutuhan permodalan usaha.

60 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 49 Peralatan 18: Pengingat kegiatan-kegiatan kunci yang harus diselesaikan sebelum sebuah proyek dimulai Pastikan bahwa kegiatan-kegiatan berikut telah terlaksana Objektif yang realistis telah ditentukan, khususnya dalam area intervensi Anda pada lokasi dan kelompok tujuan yang telah dipilih. Anggota tim proyek telah diketahui, mereka mengerti proses APP serta hubungan Anda dengan mereka telah jelas. Pemerintah dan mitra implementasi non-pemerintah memiliki ekspektasi yang realistis mengenai proses APP dan telah menetapkan komitmen yang jelas terhadap kontribusi mereka. Pertemuan untuk meningkatkan kesadaran berwirausaha telah dilakukan dengan pemimpin masyarakat serta anggota di lokasi proyek sehingga mereka memahami proyek. Sebuah strategi proyek telah ditentukan. Panduan pengawasan dan evaluasi telah disiapkan. Proyek tersebut telah menetapkan sebuah strategi untuk melatih para fasilitator dalam APP Kegiatan-kegiatan APP telah diintegrasikan dengan rencana kerja serta anggaran proyek dan terdapat sumber daya yang memadai (waktu, transportasi dan insentif) untuk menerapkan proses APP.

61 50 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Peralatan 19: Bersiap-siap untuk implementasi proses APP yang sukses Agar Anda mampu mengikuti panduan berikut, Anda perlu memiliki pengetahuan latar belakang mengenai proses APP serta kemampuan fasilitasi dasar. Maka dari itu, pengawas Anda dan tim yang mengorganisir sesi pelatihan memiliki peran penting yang harus dijalani. Pengawas Anda dan tim organisir perlu Mengorganisir sesi pelatihan fasilitator mengenai Fase 1 APP untuk menjelaskan kontennya serta instruksi pemanfaatan panduan lapangan. Memberikan Anda waktu yang cukup untuk membaca Manual APP dan panduan lapangan agar Anda memperoleh pemahaman yang jelas mengenai konsep-konsep dasar serta prinsip operasional di balik proses APP. Memberikan Anda waktu yang cukup untuk membaca laporan survei mengenai peluang dan hambatan pengembangan usaha di daerah, penyedia jasa, strategi mata pencaharian di lokasi terpilih dan potensi sumber daya serta produk yang tersedia. Memberikan Anda waktu yang cukup untuk membaca dokumen-dokumen rangkuman mengenai kebutuhan pasar, pemangku kepentingan kunci dan organisasi jasa pengiriman, serta konteks legal dan kelembagaan pada proyek Melakukan sesi pelatihan singkat mengenai fasilitasi, terkait pengumpulan dan analisis data jika dibutuhkan.

62 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 51 Peralatan 20: Tugas-tugas fasilitator selama proses APP Sebagai fasilitator Anda akan Memperkenalkan proyek kepada pemangku kepentingan kunci, pemimpin masyarakat, perwakilan organisasi berbasis masyarakat dan perwakilan organisasi yang sudah aktif di masyarakat. Berkolaborasi dengan tim pengelola proyek dan melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan seperti mengenali calon pelaku usaha, atau mendorong partisipasi anggota pada kelompok yang kurang diuntungkan. Berusaha menyelaraskan arahan dari organisasi pendukung untuk menghindari perbedaan suku bunga pinjaman atau uang saku harian bagi peserta pelatihan. Memastikan bahwa kelompok sasaran yang paling lemah tidak mengalami marginalisasi selama proses (kecuali proyek tersebut menyasar komunitas khusus). Mencari cara berhubungan dengan kelompok pembiayaan mikro yang telah ada di masyarakat atau mekanisme pinjaman (atau hibah) lokal di daerah tersebut. Mendampingi anggota kelompok sasaran untuk mengenali, merencanakan dan memulai usaha kecil mereka. Mempersiapkan format kuesioner dan melatih calon pelaku usaha untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi, juga mengenai prinsip-prinsip pengawasan dan evaluasi (P&E) Membantu mengorganisir lokakarya APP, memastikan bahwa waktu dan lokasi pelaksaan dapat dihadiri oleh perwakilan kelompok sasaran dengan jumlah yang cukup. Mendorong pembentukan kelompok minat bagi pelaku usaha untuk produkproduk tertentu. Membangun mekanisme untuk memastikan bahwa informasi pasar dibagikan dengan seluruh pelaku usaha yang terkait. Mewaspadai terjadinya konflik dan memfasilitasi dialog untuk mencapai sebuah resolusi. Mencari cara untuk membangun hubungan yang berkelanjutan antara calon pelaku usaha dengan penyedia jasa. Memastikan bahwa para konsultan yang melakukan survei di komunitas juga membangun kapasitas para pelaku usaha dan menjelaskan temuan mereka kepada perwakilan masyarakat. Membangun sebuah mekanisme agar masyarakat dapat menyimpan dan menampilkan informasi yang muncul dari proses APP, seperti materi lokakarya, laporan konsultan, foto, video, dll. Memberikan pelatihan dan motivasi bagi calon pelaku usaha agar mereka memiliki kepercayaan diri untuk memulai usaha mereka. Mendokumentasikan tantangan-tantangan yang terjadi selama proyek dan solusi terkait yang telah dicapai untuk menyelesaikannya.

63 52 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Periksa apakah Anda memiliki karakteristik berikut dan, jika tidak, minta organisasi Anda untuk mendampingi Anda menyempurnakan kemampuan Anda pada fase persiapan APP. Ajukan pertanyaanpertanyaan berikut pada diri Anda sendiri Apakah Anda memiliki pengalaman bekerja di lapangan dan apakah Anda menikmati bekerja dengan kondisi lapangan? Apakah Anda bisa diterima dan dihormati oleh masyarakat? Apakah Anda memiliki pengetahuan mengenai budaya setempat di lokasi proyek (termasuk bahasa setempat)? Apakah Anda peka terhadap gender? Apakah Anda dapat melakukan perhitungan sederhana? Apakah Anda bisa membaca? Apakah Anda memiliki pengalaman dalam kearsipan? Dapatkah Anda berinisiatif untuk menggerakkan proses dan membangun hubungan dengan aktor-aktor lain? Apakah Anda memiliki pengalaman dalam memfasilitasi proses partisipatif? Apakah Anda memiliki pengalaman tentang Penilaian Desa secara Cepat dan Penilaian Desa Partisipatif? Apakah Anda mampu memperkuat kelompok? Apakah Anda memiliki dasar-dasar pengalaman bisnis?

64 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 53 Glosarium APP Terminologi APP telah dipilih secara berhati-hati agar tetap konsisten dengan filosofi metodologi partisipatif. Anggota staf proyek dan para fasilitator harus menghindari penggunaan istilah-istilah konvensional meskipun lebih awam diketahui karena mungkin memiliki konotasi yang salah. Lebih baik menggunakan terminologi APP dan menjelaskan artinya. Aktor-aktor: aktor langsung dan tidak langsung Antara produsen dan konsumen, terdapat sejumlah aktor. Aktor-aktor ini dikelompokkan menjadi dua: aktor langsung, yang berada pada rantai pasar sebagai media pemasaran produk (seperti petani, pedagang, pengolah dan pengecer); dan aktor tidak langsung, yang memiliki pengaruh terhadap rantai nilai produk (seperti pembuat kebijakan, peneliti teknis dan kelompok lingkungan). Survei dasar Informasi dasar berasal dari sebuah survei yang dilakukan sebelum pelaksanaan intervensi. Survei tersebut menyediakan informasi mengenai sebuah situasi sebelum adanya intervensi. Informasi ini dibutuhkan untuk menilai hasil intervensi pada fase pengawasan dan evaluasi proyek. Titik impas Jumlah minimal produk yang dihasilkan dan dijual untuk menutup biaya produksi dan penjualan. Arus kas Arsip terperinci mengenai uang yang diterima dan dibayarkan oleh usaha. Staf institusi pemerintah pusat dan APP Pelaksanaan proses APP harus berkonsultasi dan melibatkan staf pemerintah untuk memastikan bahwa mereka mendukung pengembangan usaha. Institusi-institusi pemerintah pusat seringkali dapat memberikan dukungan untuk proses regulasi maupun dukungan teknis. Di kebanyakan negara, istilah pemerintah pusat, dalam konteks APP, merujuk pada otoritas pengembangan kehutanan nasional.

65 54 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Pesaing Bisnis atau usaha yang menjual produk serupa kepada pelanggan sasaran yang sama. Konsumen Seorang individu (atau keluarga) yang merupakan pembeli akhir dari sebuah produk. Kontrak Kesepakatan antara dua pihak yang mengikat secara hukum. Sebagai contoh, sebuah kontrak penyediaan ditandatangani antara seorang pelaku usaha dengan seorang pemasok untuk menyediakan barang pada waktu dan kondisi tertentu bersifat mengikat secara hukum. Pelanggan Seorang individu, firma atau institusi yang membeli sebuah produk. Permintaan Sejumlah produk yang diinginkan atau dibutuhkan oleh pelanggan. Depresiasi/penyusutan Berkurangnya nilai peralatan modal yang disebabkan oleh penggunaan normal. Saluran distribusi Rantai individu atau organisasi yang memindahkan produk-produk dari produser ke konsumen. Diversifikasi Proses pengembangan sebuah bisnis atau usaha melalui pengembangan produk atau pasar baru. Pelaku usaha Istilah pelaku usaha digunakan untuk mendeskripsikan individu yang memperoleh pendapatan secara langsung dari penjualan produk mereka. Para pelaku usaha menggunakan sumber daya alam untuk menciptakan pemasukan dibanding untuk penghidupan. Istilah pelaku usaha digunakan karena istilah tersebut tidak hanya melibatkan individu yang memperdagangkan produk, tetapi juga mereka yang memanen, menumbuhkan, mengolah, menyimpan dan memindahkannya. Istilah pelaku usaha berarti mereka memiliki kapasitas perencanaan, komitmen dan kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang hanya terlibat pada kegiatan mencari pemasukan semata. Para pelaku usaha merupakan fokus dari APP dan mereka akan memperoleh dukungan dari fasilitator ketika mereka melaksanakan proses APP. Meskipun demikian, para pelaku usaha nantinya akan mengambil keputusan dan membuat perencanaan terkait calon usaha mereka secara independen. Rencana Pengembangan Usaha (RPU) Proses APP menggunakan istilah Rencana Pengembangan Usaha daripada rencana bisnis karena RPU mempertimbangkan aspek ekologis, sosial dan kelembagaan sebagai tambahan pada pertimbangan ekonomi, keuangan dan teknologi, yang biasanya difokuskan pada rencana bisnis. Rencana Pengembangan Usaha adalah dokumen hasil pelatihan perencanaan usaha. RPU memuat deskripsi

66 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 55 usaha dan strategi-strateginya. Sebuah RPU sangatlah berguna untuk menilai potensi kemampuan sebuah usaha, mengkomunikasikan niatan usaha, memperjelas tujuan usaha pada mitra dan mendorong penyedia jasa untuk mendampingi usaha tersebut. Ekuitas Uang yang diinvestasikan pada sebuah bisnis oleh pemilik-pemiliknya. Evaluasi Evaluasi menentukan seberapa berhasil sebuah proyek dalam memenuhi tujuan-tujuannya, serta mengukur dampak dari kegiatan-kegiatan proyek. Evaluasi dilakukan pada awal proyek melalui survei dasar. Pengawasan sementara juga dilakukan selama implementasi proyek. Di akhir proyek, data dikumpulkan melalui survei akhir proyek. Hasil survei dasar dan survei akhir proyek kemudian dibandingkan. Hasil perbandingan tersebut, didukung dengan data pengawasan sementara, dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi proyek. Fasilitator Fasilitator mendukung dan memantau progres pelaku usaha selama proses APP. Mereka berperan untuk memberdayakan pelaku usaha agar dapat mencapai tujuan pengembangan usaha mereka melalui proses APP. Para fasilitator dapat berfungsi secara optimal ketika mereka dilibatkan dari awal proses APP. Mereka biasanya merupakan staf dari institusi mitra proyek, organisasi pemerintah atau non-pemerintah dan, terkadang, anggota kelompok profesional. Karena sifat partisipatifnya, seleksi fasilitator yang efektif pada fase sebelum pelaksanaan APP menjadi faktor keberhasilan yang penting bagi proyek. Studi kelayakan Investigasi sistematis terhadap calon produk atau proses, untuk memeriksa apakah usaha tersebut dapat dijalankan dan akan memberikan keuntungan yang diharapkan. Fase 2 APP meliputi studi kelayakan. Penyedia jasa keuangan Sebuah badan keuangan, seperti bank, institusi keuangan mikro, koperasi simpan pinjam, dll yang menyediakan pelayanan finansial kepada klien mereka jika memiliki rekening atau merupakan anggota dari institusi tersebut. Lima aspek pengembangan usaha Lima aspek pengembangan usaha: Pasar/Keuangan Pengelolaan sumber daya/lingkungan Sosial/Budaya Kelembagaan/Legal Teknologi Biaya tetap Biaya produksi yang tidak berubah terlepas dari jumlah produk yang dihasilkan.

67 56 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Hibah Sejumlah uang yang diberikan sebagai hak istimewa atau hak. Hibah biasanya dialokasikan oleh yayasan, unit usaha, pemerintah, bisnis atau individu kepada organisasi nirlaba atau pemerintah daerah dan tidak perlu dikembalikan. Investasi Pembelian yang dilakukan oleh produsen atas barang fisik, seperti peralatan yang bertahan lama atau perlengkapan, dengan harapan untuk memperkuat calon usaha. Buku besar Buku arsip yang memuat rangkuman informasi keuangan. Pinjaman Sejumlah uang yang diberikan kepada sebuah usaha dengan bunga tertentu dari penyedia jasa keuangan, dan harus dikembalikan. Institusi pemerintah daerah dan APP Staf dari institusi pemerintah daerah biasanya terlibat sebagai koordinator lokal untuk kegiatankegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan usaha selaras dengan prioritas pemerintah. Mereka juga dapat memberikan dukungan kepada pelaku usaha dalam hal masalah legal (izin, dll), atau membantu menghubungkan mereka dengan program-program pendanaan dari pemerintah. Ahli APP Ahli APP adalah individu yang biasanya melatih pada fasilitator lapangan mengenai metodologi APP. Ia juga mendampingi fasilitator lapangan saat implementasi APP di lapangan bersama dengan para pelaku usaha. Pasar Sebuah tempat penjualan produk. Pasar juga berarti jaringan transaksi antara orang-orang yang ingin membeli barang atau jasa dengan individu yang memiliki sumber daya yang sesuai atau produk yang ditawarkan. Ada berbagai jenis pasar: pasar untuk bahan baku (seperti rhizoma kering untuk industri parfum), pasar untuk barang setengah jadi (seperti minyak esensial untuk industri makanan), dan pasar untuk barang jadi (seperti lap dengan serat alami). Pasar tersebut bisa bersifat lokal, daerah, nasional atau internasional. Rantai pasar Alur yang menjelaskan perpindahan produk dari masing-masing aktor, dari produsen ke pengguna akhir. Lingkungan pasar atau bisnis Kombinasi faktor ekonomi, politik, sosial-budaya, teknologi dan ekologi yang berpengaruh pada permintaan, produksi, pengolahan dan distribusi produk.

68 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 57 Pemasaran Sebuah pendekatan komprehensif dalam merancang produk, mengirimkannya pada waktu dan harga yang tepat agar sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Pemasaran melibatkan produksi, pengolahan, promosi, distribusi dan akhirnya penjualan produk. Marketing mix (Bauran pemasaran)/5ps Bauran pemasaran, yang dikenal juga dengan 5Ps terdiri dari aspek-aspek umum mengenai produk (Product), harga (Price), lokasi (Place), orang (People) dan promosi (Promotion). Variasi komponen pada bauran pemasaran digunakan untuk memotivasi pelanggan agar membeli produk. Kelompok sasaran dapat menggunakan bauran pemasaran untuk menentukan bagaimana produk diposisikan di pasar. Saat siklus perencanaan tahunan, bauran pemasaran menjadi dasar dari penentuan objektif dan strategi-strategi yang akan merespon terjadinya perubahan dalam pengembangan bisnis. Lokasi pasar Tempat di mana pembeli dan penjual bertemu untuk bertransaksi. Sebagai contoh, lokasi pasar bisa saja merupakan sekelompok toko yang menjual tanaman obat-obatan di sebuah kota besar atau ruang penyimpanan milik pedagang yang menjual tanaman obat-obatan di sebuah desa. Sistem pasar Sistem pasar adalah serangkaian faktor langsung dan tidak langsung yang terikat dan berpengaruh pada proses penyampaian produk kepada sasaran pembeli. Sebuah sistem pasar berawal dari produsen atau pengumpul dan berakhir pada konsumen. Antara produsen dan konsumen, terdapat dua jenis aktor atau pihak, aktor langsung dan tidak langsung (seperti yang dijelaskan di atas). Survei/penelitian pasar Survei/penelitian pasar akan mengenali calon-calon pelanggan untuk produk tertentu untuk mencari peluang pasar. Ukuran pasar Jumlah produk yang dibeli dalam periode tertentu (bulan, musim, tahun) yang ditunjukkan dalam volume atau nilai. Pengawasan Sebuah kegiatan yang berlangsung selama masa hidup usaha atau proyek. Pengawasan menunjukkan progres terkait dengan rencana kerja awal dan melihat apakah usaha atau proyek tersebut sudah di jalan yang benar. Pengawasan juga membantu menentukan perubahan yang diperlukan. Staf LSM dan APP Anggota staf LSM biasanya dilibatkan sebagai fasilitator proses APP pada tingkat lokal. Mereka juga bisa dilibatkan sebagai penyedia jasa, khususnya dengan menyediakan pelatihan mengenai aspek teknis sesuai kompetensi mereka, seperti pengarsipan untuk pengelolaan keuangan dasar.

69 58 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Bahan-bahan biologis (tumbuhan atau hewan) yang berasal dari hutan alami, buatan atau yang dikelola, tanah atau pepohonan di luar hutan. HHBK meliputi buah-buahan dan kacang-kacangan, sayur-sayuran, ikan, tanaman obat, damar, esen, serat seperti bambu, rotan, palem dan rumputrumputan. Produk Keluaran berbentuk barang dan jasa yang merupakan hasil masukan sumber daya alam dan/atau kerja yang digunakan untuk menghasilkannya. Sebagai contoh, tumbuhan di hutan merupakan sumber daya yang menghasilkan produk penebangan pohon dan pembagian batang dan pembagian batang adalah faktor produksi. Keuntungan Pemasukan usaha di luar pengeluarannya. Pengadaan Pembelian dari pemasok. Perencanaan produksi Perhitungan dan prediksi jumlah masukan yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah produk. Product development (pengembangan produk) Konsepsi atau modifikasi produk yang sudah ada untuk menyesuaikannya pada pasar tertentu. Promosi Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran terhadap sebuah produk dan meningkatkan penjualannya. Sumber daya Substansi nabati, mineral atau hewani yang tersedia di hutan atau ekosistem alami lainnya sebelum mengalami ekstraksi. Substansi tersebut merupakan cadangan calon produk. Pendapatan Pemasukan yang berasal dari penjualan produk atau sumber lainnya seperti bunga yang diperoleh, sewa, dll. Simpanan Menyisihkan sebagian uang, misalnya di bank, dan menyimpannya untuk kebutuhan yang akan datang. Penjualan Sebuah bagian dari proses pemasaran yang lebih besar (lihat pemasaran), penjualan adalah tindakan untuk mendorong calon pelanggan agar membeli sebuah produk tepatnya memperoleh kepemilikan atas produk dengan timbal balik berupa kompensasi, biasanya uang.

70 Panduan Fasilitator Lapangan: Pelaksanaan Pendekatan APP MODUL PENGANTAR 59 Penyedia jasa Penyedia jasa merupakan institusi keuangan atau pengembangan bisnis (seperti bank) yang menyediakan jasa teknis dan/atau finansial berdasarkan permintaan pelaku usaha pada berbagai titik dalam rantai pasar. Produk kayu Produk kayu merupakan produk kayu-kayuan dari pohon, termasuk kayu industri (kayu tebang atau tumbang, kayu yang belum diolah, dan produk turunan maupun serpihan kayu), kayu bakar, arang, dan tiang berdiameter kecil. Pedagang Manual ini menggunakan istilah pedagang daripada middlemen karena bersifat lebih inklusif kepada perempuan dan laki-laki. Produk hutan dan pohon Material biologis yang berasal dari ekosistem hutan. Produk hutan dan pohon meliputi tanaman hias, tanaman dan hasil tanaman obat-obatan dan dapat dimakan, seperti rempah-rempah dan kacangkacangan, produk makanan berbasis hewan dan kehidupan liar seperti sarang burung dan madu, produk hewan yang tidak dapat dimakan seperti bulu dan tanduk, hasil ekstraksi dan eksudasi seperti minyak esensial, damar, pewarna dan bitumen, produk serat seperti rotan dan bambu, benda kecil yang berasal dari kayu seperti kerajinan kayu, produk hasil pohon di lahan pertanian dan perkebunan seperti jeruk dan buah-buahan lain, tanaman obat-obatan dan kayu yang dihasilkan dan dipasarkan untuk keuntungan produsen lokal (sebagai contoh, dalam konteks kegiatan kehutanan masyarakat). Penambahan nilai Perbedaan antara harga penjualan sebuah produk dengan biaya materi dan jasa yang dibutuhkan untuk menghasilkannya disebut sebagai penambahan nilai per satuan. Penambahan nilai merupakan penciptaan nilai dari konsepsi sebuah produk hingga konsumsi akhirnya. Rantai nilai Sebuah rantai nilai terdiri dari kegiatan-kegiatan pembentukan nilai yang dibutuhkan untuk membawa sebuah produk dari asalnya sebagai sumber daya menuju produksi, dan perpindahannya kepada pelanggan akhir. Kegiatan yang dimaksud meliputi pemanenan, pembersihan, transportasi, perancangan, pengolahan/produksi/transformasi, pengemasan, pemasaran, distribusi dan layanan dukungan. Rantai ini bisa bersifat lokal, nasional maupun internasional. Analisis rantai nilai Sebuah kerangka kerja konseptual untuk memetakan dan mengelompokkan proses ekonomi pada rantai produk secara sistematis. Proses ini menganalisis cara sebuah usaha atau kelompok menciptakan nilai pada sebuah produk. Biaya tidak tetap Biaya produksi yang bervariasi sesuai dengan jumlah barang yang dihasilkan.

71 Sumber: Penerjemahan dan adaptasi: Didukung oleh: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

MODUL 1. Penilaian Situasi Saat Ini. Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP)

MODUL 1. Penilaian Situasi Saat Ini. Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) 1 Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) MODUL 1 Penilaian Situasi Saat Ini Pengembangan wirausaha kehutanan berbasis masyarakat Diadopsi dari modul Market Analysis & Development

Lebih terperinci

MODUL 2. Survei Pemilihan Produk. Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP)

MODUL 2. Survei Pemilihan Produk. Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) 2 Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) MODUL 2 Survei Pemilihan Produk Pengembangan wirausaha kehutanan berbasis masyarakat Diadopsi dari modul Market Analysis & Development

Lebih terperinci

MODUL 4. Tahap Awal Pelaksanaan Usaha. Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP)

MODUL 4. Tahap Awal Pelaksanaan Usaha. Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) 4 Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) MODUL 4 Tahap Awal Pelaksanaan Usaha Pengembangan wirausaha kehutanan berbasis masyarakat Diadopsi dari modul Market Analysis & Development

Lebih terperinci

MODUL 3. Mempersiapkan Rencana Pengembangan Usaha. Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP)

MODUL 3. Mempersiapkan Rencana Pengembangan Usaha. Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) 3 Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) MODUL 3 Mempersiapkan Rencana Pengembangan Usaha Pengembangan wirausaha kehutanan berbasis masyarakat Diadopsi dari modul Market Analysis

Lebih terperinci

Panduan Pelatihan untuk Fasilitator Analisis dan Pengembangan Pasar (Market Analysis and Development)

Panduan Pelatihan untuk Fasilitator Analisis dan Pengembangan Pasar (Market Analysis and Development) Panduan Pelatihan untuk Fasilitator Analisis dan Pengembangan Pasar (Market Analysis and Development) Pendahuluan: Pengenalan Pengembangan & Analisis Pasar (Market Analysis & Development) 2 Perbedaan Karakteristik

Lebih terperinci

METODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia

METODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia Hutan untuk Masa Depan 2 METODOLOGI Struktur Buku ini adalah sebuah upaya untuk menampilkan perspektif masyarakat adat terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan. Buku ini bukanlah suatu studi ekstensif

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 A) Latar Belakang Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE 1. Persoalan apa yang akan diselesaikan? Pertumbuhan produktivitas di negara-negara

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONGRES INTERNASIONAL KE-6 ISPAH (KONGRES KESEHATAN MASYARAKAT DAN AKTIVITAS FISIK Bangkok, Thailand 16-19

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian

Lebih terperinci

Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat Pelayanan Ekspor Pemerintah Indonesia

Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat Pelayanan Ekspor Pemerintah Indonesia RI N G K ASA N KEG IATA N AGUSTUS SEPTEMBER 2016, JAKARTA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Proyek TPSA Terus Memberikan Pelatihan Bisnis Internasional untuk Memperkuat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

ANALISA KOMUNITAS. Kelompok sasaran: Alat dan bahan: Rencana fasilitasi. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit.

ANALISA KOMUNITAS. Kelompok sasaran: Alat dan bahan: Rencana fasilitasi. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit Pengantar: ANALISA KOMUNITAS Aktivitas belajar ini tepat diberikan kepada kelompok yang mau menyusun rencana kegiatan atau yang mau memfasilitasi perencanaan

Lebih terperinci

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi Pembelajaran Akselerasi Bertindak Melihat Mendengar Merasa Siklus Belajar

Lebih terperinci

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Inisiatif Kompor Bersih Indonesia Kasus Kompor Biomassa Bersih di Indonesia

Inisiatif Kompor Bersih Indonesia Kasus Kompor Biomassa Bersih di Indonesia Inisiatif Kompor Bersih Indonesia Inisiatif Kompor Bersih Indonesia Clean Stove Initiative (CSI) Indonesia adalah suatu inisiatif Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia Kasus bisnis ini dikembangkan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen RI N G K ASA N KEG IATA N 6 8 MARET, 2017, BENER MERIAH (KABUPATEN GAYO, ACEH 13 16 MARET, 2017, TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Memperkuat

Lebih terperinci

Deklarasi Dhaka tentang

Deklarasi Dhaka tentang Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi

Lebih terperinci

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Untuk Knowledge Sector Initiative Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Nomor Permintaan Aplikasi: 01/KSI/SG-S/Des/2014 Tanggal Mulai dan Penutupan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Studi Kelayakan Hutan Rakyat Dalam Skema Perdagangan Karbon dilaksanakan di Hutan Rakyat Kampung Calobak Desa Tamansari, Kecamatan

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia Skema Hibah Alumni

Australia Awards Indonesia Skema Hibah Alumni Australia Awards Indonesia Skema Hibah Alumni Tanya Jawab Umum Apa itu Skema Hibah Alumni? Skema Hibah Alumni bertujuan untuk mendukung alumni dari Australia untuk membagi pengetahuan dan pengalaman yang

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal

Lebih terperinci

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

Membangun pasar kopi inklusif

Membangun pasar kopi inklusif Membangun pasar kopi inklusif Manfaat dari kekuatan kopi Potensi kopi Indonesia sangat besar, karenanya Indonesia dikenal sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia dan sektor kopi mempekerjakan ratusan

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI

Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI Versi 01-1 Juli 2014 Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI 2 Hibah Kemitraan Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI: Kemitraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 958, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kemitraan Kehutanan. Masyarakat. Pemberdayaan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.39/MENHUT-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan

Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan Hasil Survei dan Konsultasi Tim Greenomics Indonesia terhadap Masyarakat Pengungsi di Sepanjang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( ) PERENCANAAN PARTISIPATIF Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry (2013280004) Pengertian Perencanaan Adapun definisi perencanaan menurut para ahli antara lain sebagai berikut : Perencanaan adalah suatu proses

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia

Australia Awards Indonesia Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Kepemimpinan Organisasi dan Praktek-praktek Manajemen untuk Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) Page 1 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards

Lebih terperinci

Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor

Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor RI N G K ASA N KEG IATA N JAKARTA, 26 27 MEI 2016 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan

Lebih terperinci

European Union. Potensi rotan ramah lingkungan

European Union. Potensi rotan ramah lingkungan European Union Potensi rotan ramah lingkungan Manfaat rotan ramah lingkungan Solo, (Provinsi Jawa Tengah) Surabaya (Provinsi Jawa Timur) SNV menyadari besarnya kebutuhan akan produk rotan Indonesia yang

Lebih terperinci

Identifikasi Proyek. Menanggapi KebutuhanResponding to a need

Identifikasi Proyek. Menanggapi KebutuhanResponding to a need Bagian 1 Identifikasi Proyek TELAAH ALKITAB Penilaian Kebutuhan Menanggapi KebutuhanResponding to a need Baca Nehemia 1 Nehemia adalah seorang Yahudi dalam pembuangan di negeri asing. Sebagaian orang Yahudi

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Walikota Ridwan Kamil serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, telah menunjukkan pentingnya inovasi dalam dalam program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan berbagai dasar dan harapan dapat dijadikan sebagai perangkat bantuan untuk pengelolaan

Lebih terperinci

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR PRA SEBAGAI METAMORFOSIS DARI RRA 1 Participatory Rural Appraisal (PRA) seringkali dilekatkan dengan nama Robert Chambers, sehingga rasanya perlu dimunculkan pertanyaan

Lebih terperinci

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan KODE UNIT : O.842340.031.01 JUDUL UNIT : MemfasilitasiPengkajianRisikoBencana DESKRIPSIUNIT : Unit ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk membuat daftar prioritas risiko

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Brief Note Edisi 19, 2016 Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Pengantar Riza Primahendra Dalam perspektif pembangunan, semua

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Untuk menggambarkan kegiatan rekayasa persyaratan pokok dan hubungan mereka. Untuk memperkenalkan teknik untuk elisitasi persyaratan dan analisis.

Untuk menggambarkan kegiatan rekayasa persyaratan pokok dan hubungan mereka. Untuk memperkenalkan teknik untuk elisitasi persyaratan dan analisis. Untuk menggambarkan kegiatan rekayasa persyaratan pokok dan hubungan mereka. Untuk memperkenalkan teknik untuk elisitasi persyaratan dan analisis. Untuk menjelaskan validasi persyaratan dan peran tinjauan

Lebih terperinci

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Rapat SAC ke-10 di Pangkalan Kerinci, Riau - Indonesia, 23-25 Mei 2017 ANGGOTA SAC TURUT

Lebih terperinci

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

UNDANGAN BAGI AGREGATOR PASAR UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PROGRAM INISIATIF TUNGKU SEHAT HEMAT ENERGI (CLEAN STOVE INITIATIVE CSI) INDONESIA

UNDANGAN BAGI AGREGATOR PASAR UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PROGRAM INISIATIF TUNGKU SEHAT HEMAT ENERGI (CLEAN STOVE INITIATIVE CSI) INDONESIA UNDANGAN BAGI AGREGATOR PASAR UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PROGRAM INISIATIF TUNGKU SEHAT HEMAT ENERGI (CLEAN STOVE INITIATIVE CSI) INDONESIA Informasi Umum Inisiatif Tungku Sehat Hemat Energi (Clean Stove

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kondisi hutan yang semakin kritis mendorong pemerintah membuat sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan pengelolaan hutan. Komitmen tersebut

Lebih terperinci

KITA, HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM

KITA, HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM KITA, HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM Peningkatan Kapasitas Akar Rumput untuk REDD+ di kawasan Asia Pasifik Maret 2012 RECOFTC - The Center for People and Forests adalah satusatunya organisasi nirlaba internasional

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

A. Apa itu Portofolio Sekolah?

A. Apa itu Portofolio Sekolah? Portofolio Sekolah Gambaran Umum i A. Apa itu Portofolio Sekolah? 1. Map A-4: Portofolio Sekolah adalah sebuah buku/map yang berisi serangkaian materi, termasuk di dalamnya foto-foto dan dokumen-dokumen.

Lebih terperinci

Kuesioner Kebijakan, Instrumen, Kerangka Kerja, Proyek dan Prakarsa Gaya Hidup yang Berkelanjutan

Kuesioner Kebijakan, Instrumen, Kerangka Kerja, Proyek dan Prakarsa Gaya Hidup yang Berkelanjutan Kuesioner Kebijakan, Instrumen, Kerangka Kerja, Proyek dan Prakarsa Gaya Hidup yang Berkelanjutan Selamat Datang di Kuesioner Gaya Hidup yang Berkelanjutan Cara kita menjalani hidup kita sehari-hari pilihan-pilihan

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DAERAH URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kota Mamuju adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung Ardhana Januar Mahardhani Mahasiswa Magister Kebijakan Publik, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya Abstract Implementasi

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Sistematika presentasi

Sistematika presentasi Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan Wiwik D Pratiwi Sistematika presentasi Mengapa? Apa prinsipnya? Apa pertimbangannya? Apa elemen-elemen strategisnya? Apa hal-hal yang diperlukan bila berdasar pada

Lebih terperinci

SINERGI PEMBANGUNAN ANTAR SEKTOR DALAM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

SINERGI PEMBANGUNAN ANTAR SEKTOR DALAM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG SINERGI PEMBANGUNAN ANTAR SEKTOR DALAM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG Sri Endang Kornita Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Sinergi dalam kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan Indikator

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

Pelatihan Cara Mengekspor Kopi ke Kanada

Pelatihan Cara Mengekspor Kopi ke Kanada RI N G K ASA N KEG IATA N MAKASSAR, 14 15 MARET 2017 TAKENGON, 21 22 MARET 2017 TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Pelatihan Cara Mengekspor Kopi ke Kanada Sebagai bagian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

Produksi minyak sawit berkelanjutanmelestarikan. masa depan hutan

Produksi minyak sawit berkelanjutanmelestarikan. masa depan hutan Produksi minyak sawit berkelanjutanmelestarikan masa depan hutan Menabur benih untuk masa depan yang lebih baik SNV menyadari besarnya dampak ekonomi dan lingkungan dari pembangunan sektor kelapa sawit

Lebih terperinci

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu Strategi 2020 Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu (Mid-Term Review/MTR) atas Strategi 2020 merupakan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA PANDUAN PELAKSANAAN: MEMBUKA DATA DARI BAWAH Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan

Lebih terperinci

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses Panduan Pelaksanaan 25 Agustus 2015 JAKARTA Panduan Pelaksanaan: Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data

Lebih terperinci

Berkembangnya perkebunan kopi dari waktu ke waktu dapat memunculkan kekhawatiran terhadap kelestarian kawasan hutan di Aceh Tengah dan Bener Meriah

Berkembangnya perkebunan kopi dari waktu ke waktu dapat memunculkan kekhawatiran terhadap kelestarian kawasan hutan di Aceh Tengah dan Bener Meriah Berkembangnya perkebunan kopi dari waktu ke waktu dapat memunculkan kekhawatiran terhadap kelestarian kawasan hutan di Aceh Tengah dan Bener Meriah Gayo merupakan daerah dataran tinggi di wilayah tengah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Lebih terperinci