BAB II FRAKTUR PELVIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II FRAKTUR PELVIS"

Transkripsi

1 BAB II FRAKTUR PELVIS A. Anatomi Pelvis adalah daerah batang tubuh yang berada disebelah dorsokaudal terhadap abdomen dan merupakan daerah peralihan dari batang tubuh ke ekstremitas inferior. Pelvis bersendi dengan vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dengan caput femoris kanan dan kiri pada acetabulum yang sesuai. Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh tulang, ligamentum, dan otot. Cavitas pelvis yang berbentuk seperti corong, member tempat kepada vesika urinaria, alat kelamin pelvic, rectum, pembuluh darah dan limfe, dan saraf. Kerangka pelvis terdiri dari : Dua os coxae yang masing-masing dibentuk oleh tiga tulang : os ilii, os ischii, dan os pubis Os sacrum Os coccyges Gambar 2.1 2

2 a. Os sacrum Os sacrum terdiri dari lima rudimenter yang bersatu membentuk tulang berbentuk baji yang cekung kearah anterior. Pinggir atas atau basis ossis sacri bersendi dengan vertebra lumbalis V. pinggir inferior yang sempit bersendi dengan os coccygis. Dilateral, os sacrum bersendi dengan kedua os coxae membentuk articulation sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis pertama menonjol kedepan sebagai batas posterior aperture pelvis superior, disebut promontorium os sacrum yang merupakan bagian penting bagi ahli kandungan untuk menentukan ukuran pelvis. Foramina vertebralia bersama-sama membentuk kanalis sakralis. Kanalis sakralis berisi radiks anterior dan posterior nervi lumbales, sacrales, dan coccygeus vilum terminale dan lemak fibrosa. b. Os coccyges Os coccyges berartikulasi dengan sacrum di superior tulang ini terdiri dari empat vertebra rudimenter yang bersatu membentuk tulang segitiga kecil yang basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum. Vertebra coccygea hanya terdiri atas corpus, namum vertebra pertama mempunyai prosecus tranversus rudimenter dan kornu coccygeum. Kornu adalah sisa pediculus dan procesus articularis superior yang menonjol ke atas untuk bersendi dengan kornu scrale. c. Os inominatum tulang panggul Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu : ilium, iscium, dan pubis. Saat dewasa tulang-tulang ini telah menyatu seluruhnya pada acetabulum. Ilium : batas atas tulang ini adalah Krista iliaca. Krista iliaca berjalan ke belakang dari spina iliaka anterior superior menuju spina iliaka posterior superior. Di bawah tonjolan tulang ini terdapat spina inferiornya. Permukaan aurikularis ilium disebut permukaan glutealis karena disitulah perlekatan m. gluteus. Linea glutealis inferior, anterior, dan posterior membatasi perlekatan glutei ke tulang. Permukaan dalam ilium halus dan berongga membentuk fossa iliaka. Fossa ilika merupakan tempat melekatnya m. iliakus. Permukaan aurikularis ilium berartikulasi dengan sacrum pada sendi sacroiliaca (sendi synovial). 3

3 Ligamentum sacroiliaca posterior, interoseus, dan anterior memperkuat sendi sakroiliaka. Linea iliopectinealis berjalan disebelah anterior permukaan dalam ilium dari permukaan aurikularis menuju pubis. Iscium : terdiri dari spina dibagian posterior yang membatasi incisura isciadica mayor (atas) dan minor (bawah). Tuberositas iscia adalah penebalan bagian bawah korpus iscium yang menyangga berat badan saat duduk. Ramus iscium menonjol ke depan dari tuberositas ini dan bertemu serta menyatu dengan ramus pubis inferior. Pubis : terdiri dari korpus serta rami pubis superior dan inferior. Tulang ini berartikulasi dengan tulang pubis ditiap sisi simfisis pubis. Permukaan superior dari korpus memiliki Krista pubicum dan tuberkulum pubicum. Foramen obturatorium merupakan lubang besar yang dibatasi oleh rami pubis dan iscium. d. Pelvis major (panggul besar, pelvis spurium) Terletak cranial terhadap aperture pelvis superior (aditus pelvis). Terbuka dan melebar pada ujung atasnya dan harus dipikirkan sebagai bagian cavitas abdominalis. Melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan bulan ke tiga, membantu menyokong uterus gravidarum. Ke arah ventral dibatasi dinding abdomen, ke arah lateral oleh fossa iliaca dextra, dan fossa iliaca sinistra, dan ke arah dorsal oleh vertebra L. S dan vertebra S1. e. Pelvis minor (panggul kecil, pelvis verum) Berada antara aperture pelvis superior dan aperture pelvis inferior (exitus pelvis). Merupakan lokasi fisera pelvis (misalnya vesika urinaria). Dibatasi oleh permukaan dalam os coxae, os sacrum dan os coccygis. Ke bawah dibatasi oleh diafragma pelvis. Pelvis minor mempunyai pintu masuk, pintu keluar, dan sebuah cavitas. Pelvis minor merupakan saluran tulang yang harus dilalui oleh janin pada proses persalinan. Ada 4 sendi pelvis, yaitu : Dua articulation sacroiliaca Symphisis pubis Articulation sacrococcygea 4

4 a. Dua articulation sacroiliaca Articulation sacroiliaca kanan dan kiri terletak diantara korpus vertebrae sacralis ke-1 dan ke-2 dan fascies artikularis ilium pada kedua sisi. Karena berat tubuh dihantarkan lewat pelvis, maka sendi-sendi ini dapat mengalami tekanan yang berat. Permukaan sacrum dan ilium mempunyai banyak tonjolan dan cekungan yang saling mengunci seperti jigsaq puzzle dan dengan demikian memeberikan kestabilan pada sendi tersebut sesuai dengan kebutuhan, karena terdapat sedikit gerakan sinovia pada setinggi vertebra sacralis ke-2. Ligament sacroiliaca yang kuat mengelilingi sendi ini. Ligament sacrospinosa dan sacrotuberosa menghubungkan sacrum dan os coxae. Ligament sacrotuberostum terentang dari tepi bawah sacrum sampai tuberisciadicum. Ligament sacrospinosum terentang dari tepi bawah sacrum sampai spinaisciadicum. Semua ligamentum tersebut secara normal membantu membatasi gerakan sacrum. b. Simfisis pubis Adalah articulation cartilaginosa sekunder yang panjangnya kira-kira 4cm. Fascies artikularis dari corpus ossis pubis ditutupi oleh cartilage hyaline, dan suatu diskus cartilaginosa yang menggabungkan kedua corpora tersebut. Ligamentum pubicum mengelilingi sendi tersebut dan hanya dapat melakukan gerakan yang minimum. c. Articulation saccrococcygea Merupakan articulation cartilaginosa sekunder dibentuk oleh tepi bawah sacrum dan tepi atas coccyx. Sendi ini dikelilingi dan ditopang oleh ligamentum sacrococcygeu dan dapat melakukan flexi dan ekstensi yang merupakan gerakan pasif saat defekasi dan melahirkan. Ligamentum poupart juga disebut ligamentum inguinale terentang antara spinailiaca anterior superior dan corpus osis pubis. Membrane obturatoria : membrane obturatoria menutup foramen obturatorium dan padanya terdapat celah sempit untuk lewat pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfatika. 5

5 Semua sendi ini dapat bertambah keluasan gerakannya selama kehamilan karena terjadi elastisitas (kelenturan) ligment yang memperkuat sendi tersebut akibat adanya hormone relaxin. Dinding pelvis dapat dibedakan atas : Dinding ventral Dua dinding lateral Dinding dorsal Sebuah dasar pelvis. a. Dinding pelvis ventral Dinding pelvis ventral pertama-tama dibentuk oleh kedua corpus ossis pubis dan ramus ossis pubis serta simfisis pubica. b. Dinding pelvis lateral Dinding pelvis lateral memiliki kerangka tulang yang dibentuk oleh bagianbagian os coxae, muskulus obturator internus menutupi seluruh dinding-dinding ini. Medial terhadap muskulus obturator internus terdapat nervus obturatorius dan pembuluh obturatoria, dan cabang lain dari pembuluh iliaca interna. Masing-masing musculus obturator internus meninggalkan pelvis melalui foramen isciadicum minus dan melekat pada femur (os femuris). c. Dinding pelvis dorsal Dinding pelvis dorsal dibentuk oleh sacrum, bagian-bagian os iscii yang berdekatan, dan articulation sacroiliaca serta ligament sacroiliaca. Muskulus piriformis melapisi dinding ini disebelah lateral. Masing-masing muskulus piriformis meninggalkan pelvis minor melalui foramen isciadicum (sciaticum) majus. Medial terhadap muskulus piriformis terdapat saraf-saraf dari pleksus sacralis dan pembuluh iliaca interna serta cabangnya. d. Dasar pelvis Dasar pelvis dibentuk oleh diafragma pelvis yang dibentuk oleh musculus levator ani dan musculus coccygeus serta fascia-fascia yang menututpi permukaan cranial dan permukaan caudal otot tersebut. Diafragma pelvis terbentang antara os pubis disebelah ventral dan os coccyges disebelah dorsal, dan dari dinding-dinding pelvis lateral yang satu ke dinding-dinding pelvis lateral disberangnya. Karena itu, 6

6 diafragma pelvis menyerupai sebuah corong yang tergantung pada tempat perlekatan tadi. Klasifikasi jenis pelvis normal yang dipakai adalah klasifikasi dari CALD WELL dan MOLLOY. Ada 4 kelompok utama : a. Ginekoid Pelvis ginekoid adalah nama lain dari pelvis wanita normal. Mempunyai pintu masuk berbentuk bulat dan pintu keluarnya mempunyai spina isciadica yang tumpul (bulat), dan tidak tajam dan tidak menonjol. Arcus pubis memiliki sudut yang membulat. Pelvis jenis ini memiliki efek yang menguntungkan pada saat persalinan, karena pelvis bulat didepan, maka fetus akan memberikan presentasi kepala sehingga jalannya persalinan akan lebih mudah. b. Android Pelvis android mempunyai pintu masuk yang berbentuk jantung, menyebabkan pelvis bagian depan sangat sempit. Mempunyai kurvatura yang buruk. Pintu keluar membentuk angulus subpubicus yang lebih tajam dan mempersempit ruangan. Spina isciadica tajam dan membelok. Pelvis jenis ini membuat persalinan cenderung lebih lama tetapi berlangsung normal. c. Platipeloid Pelvis jenis ini dapat disebabkan oleh factor perkembangan, rakhitis atau factor herediter. Pintu masuknya berbentuk ginjal. Pintu keluarnya cukup luas karena arcus pubisnya sangat besar. Pada pelvis platipeloid proses persalinannya cukup sulit karena kepala fetus mengalami kesulitan dalam memasuki pintu masuk pelvis. d. Anthropoid Pintu masuknya berbentuk oval, mempunyai diameter anteroposterior yang panjang, tetapi diameter transversa yang lebih pendek. Cavitas pelvisnya cukup memadai pada semua diameternya tetapi agak dalam. Pintu keluarnya juga cukup memadai pada semua diameternya, dengan arcus pubis yang agak lebar. Pelvis ini mempunyai pintu masuk yang paling mudah dilalui kepala fetus. Lebih sering occiput terletak pada cekung sacrum dan bukannya mengarah ke anterior. Kemudian fetus melewati pelvis dengan posisi yang sama, dan lahir dengan posisi occipitoposterior yang tidak mengalami reduksi dan bukannya muka yang menghadap perineum. 7

7 Gambar 2.2 B. Fraktur Pelvis a. Penyebab 1. Mekanisme injury Mekanisme injury bergantung dari seberapa besar kekuatan injury dan seperti apa bentuk dari injury tersebut. 2. Low-Energy injuries Low-energy injuries terjadi pada pasien osteoporosis serangan awal yang diakibatkan karena jatuh pada posisi terduduk. Terapi yang diberikan berupa analgetik dan mobilisasi pasien. Fraktur karena penekanan dapat terjadi tanpa harus didahului adanya jatuh. Scan tulang sangat dibutuhkan untuk mendiagnosis kejadian ini. 3. High-Energy Injuries Penyebab terjadinya high-energy injuries adalah kecelakan kendaraan bermotor, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan antara pejalan kaki dengan pengguna sepeda motor, atau jatuh dari ketinggian. Hal ini merupakan insiden tertinggi yang menyebabkan perdarahan dan syok hipovlemik. Penanganan yang dilakukan adalah evaluasi dan penanganan secara darurat. b. Pemeriksaan Fisik 1. Prioritas utama Prioritas utama adalah penilaian trauma untuk dilakukannya penangan sesuai dengan protocol ATLS. 8

8 2. Bimanual kompresi dan distraksi dari Iliac wings Penilaian secara klinikal mengenai instabilitas dari rotasional. 3. Manual leg traction Manual leg traction dapat menolong dalam menentukan instabilitas vertical 4. Rectal examination Posisi prostat yang meninggi dapat mengindikasi adanya tetesan uretra. Guaiac tes yang positif menunjukkan adanya luka yang dalam. Teraba sacrum pada kasus sembelit. 5. Vaginal examination Perdarahan atau laserasi mengindikasi adanya fraktur terbuka. 6. Perineal skin Laserasi mungkin mengindikasi adanya fraktur terbuka; laserasi dapat disebabkan oleh hiperabduksi kaki. c. Evaluasi Radiografi 1. Anteroposterior View of Pelvis Pada foto anteroposterior pelvis dapat mengidentifikasi 90% pelvis injury. 2. Pelvic Inlet View Pada foto posisi ini menunjukkan pemindahan pada bagian anterior-posterior. 3. Pelvic Outlet View Pada foto posisi ini menunjukkan pemindahan superior-inferior dan melihat gambaran foramen sacrum. 4. Computed Tomography (CT) Pada CT-Scan ini menunjukkan gambaran terbaik dari sendi SakroIliaka. Pada metode ini identifikasi pada fraktur sacrum digambarkannya tidak sebaik dengan menggunakan foto polos. 5. Lateral Sacral View Pada posisi ini mengidentifikasi transverse sacral fractures. 9

9 d. Evaluasi luka pada bagian abdomen 1. Diagnostic peritoneal lavage Lokasi Jika saat ini terjadi fraktur pelvis, lokasi yang dipilih untuk dilakukan pembilasan harus pada bagian supraumbilical untuk menghindari hasil postif palsu pada hematoma pelvis. Emergent exploratory laparotomy Eksplorasi laparotomi darurat harus dilakukan jika pada saat awal aspirasi terbuka lebih dari 5ml darah kotor atau secara nyata isi atau cairan bilasan peritoneal lebih dari sel darah merah/ml 3, lebih dari 500 sel darah putih/ml 3, atau konsentrasi amylase lebih tinggi dari 175 IU. 2. CT CT-Scan dapat dilakukan jika kondisi hemodinamika pasien dalam keadaan stabil. Ini dapat dilakukan untuk evaluasi minor abdominal injuries secara berkala. 3. Ultrasound-Focused Abdominal Sonogram for Trauma (FAST) Keakuratan dari ultrasound-fast sama dengan penangan DPL atau CT-Scan. Metode ini meningkat penggunaannya di U.S. Trauma centers. C. Klasifikasi a. Tile classification of pelvic injury 1. Kombinasi antara mekanisme injury dan stabilitas Tipe A : stable pelvic fracture o Tipe A1 : pelvis intak. o Tipe A2 : nondisplaced pelvic fracture o Tipe A3 : fraktur jenis transverse pada sacrum dan coccygeus. Pelvis intak. Gambar

10 Tipe B : rotationally unstable, vertically stable fractures o Tipe B1 : anterior-posterior kompresi injury. Pada tipe B1 merupaan jenis fraktur open-book fraktur pelvis, yang terbagi dalam tiga bagian : Stage 1 : diastasis simfisis pubis <2,5cm Tidak ada hubungan dengan pelvis bagian posterior Stage 2: diastasis simfisis pubis >2,5cm Unilateral injury pelvis bagian posterior Stage 3 : diastasis simfisis pubis >2,5cm Bilateral injury pelvis bagian posterior Gambar 2.4 o Tipe B2 : lateral kompresi injury (ipsilateral). Terjadi fraktur rami anterior. Bagian posterior hancur. o Tipe B3 : kompresi lateral (kontralateral). Pada anterior lesi mayor biasanya berada pada sisi yang berlawanan dari sisi posterior lesi, tetapi dapat terjadi fraktur di keempat rami. Efek yang terjadi berupa hemipelvis pada rotasi anterior dan superior. Injury tipe ini biasanya disebabkan oleh pukulan secara lamgsung pada puncak iliac. Gambar

11 Tipe C : rotationally and vertically unstable fractures o Tipe C1 : ipsilateral anterior dan posterior injury o Tipe C2 : bilateral hemipelvic disruption o Tipe C3 : jenis fraktur pelvis mana saja yang berhubungan dengan fraktur acetabular Gambar Keuntungan Tile classification membantu menentukan dalam memilih pengobatan dan prognosis dari suatu fraktur pelvis. b. Young and burgess classification 1. Mekanisme injury Kompresi anteroposterior Kompresi lateral Vertical shear Mekanisme gabungan / kombinasi 2. Keuntungan Young and burgess classification menjadi perhatian bagi para ahli bedah sebagai syarat potensi resusitasi dan pola gabungan injury. c. Bucholz classification Bucholz classification ditentukan berdasarkan keparahan dari injury pelvis posterior. 1. Tipe 1 : melibatkan injury pada bagian anterior dengan injury pelvs posterior stabil atau intak. 2. Tipe 2 : melibatkan injury pelvis anterior yang berhubungan dengan bagian yang berpindah dari sendi SacroIliaca; ligament SacroIliaca posterior tetap intak. 12

12 3. Tipe 3 : melibatkan perpindahan lengkap dari sendi SacroIliaca dengan dislokasi hemipelvis. D. Stabilitas Pelvis a. Pemilihan terapi Pemilihan terapi berdasarkan stabilitas pelvis dan derajat disklokasi. 1. Stable pelvis Stable pelvis adalah salah satu gejala fisiologis normal tanpa adanya deformitas. 2. Unstable pelvis Komponen pelvis yang mengalami ketidakstabilan dalam gerakan rotasi dan vertical. 3. Associated bony injury Injury yang berhubungan dengan penonjolan tulang dapat menunjukkan seperti ligament injury murni dan bisa dipastikan menjadi ketidakstabilan pelvis. 4. Common radiographic signs of instability Tanda umum melingkupi displacement dari sacroiliac posterior yang kompleks dengan ukuran lebih dari 1cm pada setiap bidang, terbentuk celah pada fraktur posterior dari impaction, dan avulsion pada L5 proses transverse atau avulsion fraktur pada sacrum atau ischial spine yang mengindikasi gangguan pada ligament sacrospinous. 5. Operative determination of stability Intraoperatif traksi dan stress examination kadang-kadang mungkin diperlukan untuk penentuan stabilitas. b. Ligament sectioning studies 1. Sectioning of the pubic symphysis Bagian simfisis pubis sendiri menghasilkan diastasis yang kurang dari 2,5cm; ligament sacrospinous yang intak mencegah displacement lebih lanjut. Rotasi dan vertical pelvis dalam keadaan stabil. 2. Sectioning of the pubic symphysis and the sacrospinous ligaments Bagian simfisis pubis dan ligament sacrospinous menghasilkan diastasis yang lebih dari 2,5cm. Pada rotasi hemipelvis eksterna selanjutnya terbatas dikarenakan iliac spine posterior berbatasan dengan sacrum. 13

13 3. Sectioning of the pubic symphysis and sacrospinous, sacrotuberous, and posterior sacroiliac ligaments Pada bagian ini menyebabkan pergerakan pelvis secara rotasi maupun vertical tidak stabil. E. ASSOCIATED INJURIES a. High-energy injuries Biasanya berhubungan dengan major injuries yang melibatkan susunan saraf pusat, dada dan abdomen. Perdarahan terjadi pada 75% pasien. Cedera musculoskeletal terjadi pada 60-80% pasien. Cedera urogenital terjadi pada 12% pasien, dan cedera pleksus lumbosakral terjadi pada 8% pasien. Angka kematian terjadi antara 15-20%. b. Hemorrhage Perdarahan terjadi sampai dengan 75% pada pasien. Hal ini menyebabkan kematian pada pasien dengan fraktur pelvis dan yang memerlukan banyak cairan resusitasi. Kejadian syok hipovolemik berhubungan dengan tingginya angka kematian setelah terjadinya fraktur pelvis. Terdapat tiga sumber perdarahan pada kejadian fraktur pelvis, yaitu: osseous, pembuluh darah, dan visceral. Perdarahan yang bersumber dari intraabdominal terjadi lebih dari 40% pada pasien. Perdarahan yang bersumber dari arteri terjadi pada 10-15% pada pasien. Sumber perdarahan yang terbesar berasal dari vena pleksus, yang dapat menyebabkan hematoma retroperitoneal dalam jumlah yang besar. Rongga retroperitoneal dapat menampung sampai dengan 4L darah. c. Open pelvic fractures Pada fraktur pelvis terbuka memiliki angka kematian yang cukup tinggi yaitu 30-50%. Hal ini karena berpotensi mencederai pembuluh darah besar yang dapat menyebabkan perdarahan dan meningkatkan kejadian cedera pada gastrointestinal maupun cedera genitourinary. Pelaksanaan kolostomi mungkin dapat dilakukan pada cedera intestinal. Pada fraktur pelvis terbuka dibutuhkan terapi yang multidisiplin. F. EMERGENT TREATMENT a. Military antisbock trousers (MAST) Metode MAST sangat baik untuk stabilisasi sebelum mendapatkan perawatan rumah sakit tetapi terbatas pada pemeriksaan, menurunkan perkembangan paru, dan mungkin dapat berkontribusi pada perkembangan kompartemen sindrom ekstremitas 14

14 bawah. Pada bagian kaki meningkatkan resistensi pembuluhdarah sekitar, dan pada bagian abdomen mungkin dapat menurunkan gerakan pada fraktur pelvis. b. Resuscitation of patients in bypovolemic shock 1. Intravenous lines Dua lubang besar jalur intravena (16 gauge atau lebih) seharusnya diletakkan pada ekstremitas atas. Jalur intravena pada ekstremitas bawah kurang efisien pada kasus cedera vena pelvis. 2. Crystalloid solution Sekurang-kurangnya 2L cairan kristaloid harus didistribusikan lebih dari 20 menit dan respon pasien baik. 3. Blood administration Jika hanya terdapat perbaikan yang bersifat sementara atau tidak terdapat respon, pendonoran darah harus diatur. Pada donor darah O yang bersifat universal rhesus negative dapat diberikan segera pada kasus perdarahan hebat. Pada darah jenis tertentu biasanya dibutuhkan wktu selama 10 menit. Pemeriksaan pencocokan darah lebih baik dilakukan, tetapi hal ini membutuhkan waktu kira-kira sekitar 1 jam untuk melakukan pemeriksaan ini. Total dari 50-69% pada fraktur pelvis yang tidak stabil membutuhkan 4 atau lebih unit darah, 30-40% membutuhkan 10 atau lebih unit. Platelet dan fresh frozen plasma adalah jenis yang dibutuhkan pada tranfusi massif untuk memperbaiki keadaan dilutional coagulophaty. 4. Hypothermia Keadaan hipotermia seharusnya dihindarkan atau diperbaiki. Penatalaksanaannya melibatkan cairan hangat, peningkatan temperature lingkungan, dan pencegahan proses kehilangan panas. Hipotermia dapat disebabkan oleh gangguan koagulasi, fibrilasi ventrikel, dan gangguan asam-basa. 5. Urinary output Penggantian volume yang adekuat seharusnya memproduksi pengeluaran urin kira-kira 50 ml/jam pada dewasa. 15

15 c. External fixation 1. Indication Fiksasi eksternal dilakukan secara darurat pada pasien dengan gangguan hemodinamik yang tidak memberikan respon setelah dilakukan resusitasi cairan. 2. Function Stabilisasi fiksasi eksternal pada bagian pelvis, pencegahan terjadinya gangguan pembekuan yang bersifat berulang. Hal ini dapat menurunkan volume pelvis. 3. Inadequate posterior stabilization Fiksasi eksternal sendiri tidak adekuat dalam menunjang stabilisasi posterior jika pelvis bagian posterior mengalami gangguan. 4. Incisions Insisi pada kulit dilakukan pada sisi yang tepat dari bagian pinggir pelvis untuk mrnghindarkan terjadinya insisi tambahan, penjepitnya melewati garis insisi pada pelvis. 5. Orientation of the pelvic brim Jarum spinal atau K-wire tipis dapat membantu dalam menentukan dalam orientasi pinggiran pelvis. 6. Bars Bars dapat diletakkan cukup jauh dari abdomen untuk memperkenankan pada kasus distensi abdomen. d. Pelvic C-clamp Yang dimaksud dengan clamp adalah menggunakan garis posterior ilium dengan sacrum. e. Angiographic embolization Embolisasi angiografi diindikasikan pada pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik yang menetap setelah dilakukan resusitasi, setelah penggunaan fiksator eksternal, dan setelah terdapat sumber perdarahan yang lain terjadi. Sumber perdarahan arteri terjadi pada 10-15% pasien. 16

16 G. DEFINITIVE SURGICAL TREATMENT a. External fixation Fiksasi eksternal digunakan sementara pada stabilisasi darurat dan resusitasi. Terapi ini biasanya dilakukan pada kasus cedera tipe open-book dimana ligament sakroiliaka intak. Fiksasi eksternal sendiri tidak cukup adekuat untuk stabilisasi fraktur pelvis posterior. b. Internal fixation Banyak tehnik yang dapat dilakukan tergantung pada tipe frakturnya. Pada fraktur posterior tidak stabil memerlukan stabilisasi posterior. Pemasangan plat pada dislokasi simfisis utama harus dilakukan pada tulang inominate yang intak karena dapat memoerbaiki dislokasi posterior pelvis; selain itu, reduksi posterior juga biasanya dilakukan. c. Anterior pubic symphisis plating Reduksi dan fiksasi sederhana pada diastasis simfisis pubis yang lebih dari 2,5cm dapat dilakukan segera sebelum atau sesudah laparotomi dengan pemanjangan insisi bagian distal laparotomi atau pada penundaan dengan menggunakan insisi Pfannenstiel. Open-book injuries Reduksi dengan menggunakan tenaculum Weber dilakukan pada kasus open-book injuries. Clamp diletakkan pada bagian anterior melewati otot rectus. Pokok dari tenaculum diletakkan pada permukaan yang sejajar dengan pubis. Gambar

17 Penempatan utama clamp pada tingkat yang sama dengan badan pubis sehingga terjadi penutupan, pada setiap rotasi arah sagital dikurangi. Posteriorly displaced hemipelvis Jika hemipelvis posterior terjadi dislokasi, bagian anteriornya dapat diarahkan secara paksa dengan menggunakan Jungbluth pelvic reduction clamp. Plat dan murnya dapat diletakkan dibelakang pubis untuk mencegah clamp keluar. Gambar 2.8 Fixation hardware Biasanya menggunakan beberapa plat dan mur. Matta merekomendasikan enam lubang, 3.5mm, plat rekonstruksi bengkok. Plat ganda dapat dilakukan untuk membuktikan stabilitas jika fiksasi posterior tidak bisa dilakukan. d. Pubic rami fractures Terapi kebanyakan bersifat non-operatif. Pada fraktur tidak stabil dilakukan pemasangan plat melewati arah ilioinguinal. e. Posterior pelvic ring fixation Dislokasi sendi sakroiliaka biasanya membutuhkan reduksi terbuka. Non-anatomi reduksi sakroiliaka berhubungan dengan nyeri jangka panjang. Dislokasi vertical 18

18 malunion dapat menghasilkan panjang kaki yang tidak sesuai dan posisi duduk yang tidak seimbang. o Posterior approach Posisi pronasi memberikan kemudahan dan fiksasi yang aman dengan menggunakan mur sakroiliaka. Komplikasi penyembuhan luka dilaporkan tidak lebih dari 25% pada beberapa kasus namun kurang dari 3% pada kasus lain. a) Matta sudut jepitan forceps digunakan untuk memperoleh reduksi. Satu saran dalam penempatan derajad sciatic, dan yang lainnya ditempatkan pada luar ilium. b) Dislokasi cephalad. Reduksi dapat dijangkau dengan Weber tenaculum, atau pengalihan femoral dapat digunakan dengan menempatkan Shantz pins pada spina iliac posterior. o Anterior approach Posisi supinasi, tehnik ini memiliki resiko cedera neurologi yang sangat tinggi (L5 2cm setara medial dengan sendi sakroiliaka). Fiksasi dengan menggunakan dua plat parallel atau plat segiempat khusus lubang empat. Anterior approach dapat memvisualisasikan secara langsung sendi sakroiliaka, tetapi pemasangan plat anterior dapat menyebabkan terbukanya sendi sakroiliaka posterior. Fiksasi tidak seaman seperti pada pemasangan mur iliosakrum. Anterior approach disarankan pada kasus cedera berat jaringan lunak posterior. Prosedur pemasangan plat iliosakral dapat dilakukan pada pasien dengan posisi supinasi maupun pronasi. Mur dapat tempatkan secara prekutan setelah reduksi tertutup atau terbuka pada sendi sakroiliaka atau pada fraktur sacrum. Prosedur ini memerlukan visualisasi C-arm yang baik. Ring digunakan pada pasien usia tua untuk mencegah terjadinya penetrasi mur yang menembus bagian korteks. Mur solid lebih kuat dibandingkan dengan mur cannulated dan dapat menggunakan bor. Satu atau dua mur ditempatkan pada plat, tergantung dari anatomi pelvis dan stabilitasnya. 19

19 Gambar 2.9 f. Crescent fractures Fraktur-dislokasi pada sendi sakroiliaka dapat melibatkan bagian dari sacrum atau ilium. Fiksasi dapat dilakukan dengan interefragmentary lag screws jika bagian utuh dari ilium besar dan benar-benar menempel pada sacrum. (mur iliosakral tidak dibutuhkan.) Jika fragment kecil atau ligament posterior mengalami cedera, fiksasi internal dengan menggunakan mur iliosakral dapat dilakukan. g. Iliac wing fractures Dislokasi atau ketidakstabilan fraktur pada iliac wing membutuhkan fiksasi yang melewati jalur ilioinguinal. Bagian iliac wing adalah bagian yang sangat tipis kecuali sekitar puncak atau bagian lebar dekat asetabulum. Terapinya adalah dengan fiksasi pada bagian puncak dengan menggunakan plat (pada bagian dalam atau luar dari ilium) atau fiksasi panjang, 3,5mm mur ditempatkan antara tables. H. NONOPERATIVE TREATMENT a. Stable, nondisplace or minimal displace fractures Cedera kompresi lateral dimana fraktur sacrum terjepit biasanya stabil dan dapat ditangani dengan weightbearing pada sisi yang tidak dipengaruhi. 20

20 b. Simple open-book fractures Cedera pada diastasis pubis kurang dari 2.5cm dapat diterapi nonoperatif. c. Unstable and severely displaced fractures Terapi nonoperatif pada dislokasi fraktur berat atau tidak stabil memerlukan imobilisasi yang lama dan menghasilkan hasil akhir yang buruk. d. Early mobilization Mobilisasi awal dilakukan untuk mencegah terjadinya komlikasi pada tirah bari lama. e. Skeletal traction Fraktur vertical tidak stabil pada pasien dimana merupakan kontraindikasi pada tindakan operatif dapat dilakukan traksi otot. I. COMPLICATIONS OF THE INJURY AND TREATMENT a. Nerve injury Cedera saraf dapat terjadi yang disebabkan oleh cedera karena kompresi atau ketegangan. Cedera iatrogenic dapat terjadi pada pembedahan manipulasi, jalur pembedahan, atau pengeboran yang arahnya salah atau mur. Dari keseluruhan angka kejadian cedera saraf pada pasien fraktur pelvis adalah 10-15%. Sebagian besar pasien sembuh secara parsial maupun sempurna. Cedera saraf permanen dapat menyebabkan efek yang besar pada fungsional pasien. b. Thromboembolisme Deep venous thrombosis (DVT) Kejadian DVT adalah 35-50%. Dapat terjadi pada pelvis atau vena ekstremitas bagian bawah. Pulmonary embolism (PE) Angka kejadian simtomatik PE sekitar 2-10%. Kejadian fatal PE adalah 0.5-2%. Prophylaxis and treatment options Pilihan profilaksis dan terapi termasuk heparin dosis rendah, heparin molekul kecil, earfarin, kompresi mekanik, dan filter vena caval inferior. Diagnosis Venografi dengan kontras, duplex ultrasound, magnetic resonance venography digunakan untuk mendiagnosis tromboembolis. 21

21 J. NONUNIONS AND MALUNIONS Nonunion dan malunion sering terjadi akibat dari terapi awal yang tidak adekuat dari dislokasi atau fraktur pelvis tak stabil. a. Vertical displacement Dislokasi vertical hemipelvis menyebabkan panjang kaki yang tidak sesuai maupun posis duduk yang tidak seimbang. b. Treatment Terapi pada nonunion dan malunion rumit. Perkiraan waktu pembedahan sekitar 7 jam. Perkiraan kehilangan darah selama tindakan pembedahan sekitar 1977ml, perkiraan terjadinya komplikasi sekitar 19%. Hal ini juga beresiko menyebabkan cedera neurovascular. c. Three-stage reconstruction 1. Anterior approach Jalur anterior biasanya dilakukan dokter bedah untuk melepaskan susunan atau melakukan osteotomies. 2. Posterior approach Jalur posterior dilakukan dokter bedah untuk melepaskan susunan atau melakukan osteotomies, yang diikuti dengan reduksi dan fiksasi internal. 3. Repeat anterior approach Jalur anterior dilakukan reduksi dan fiksasi internal. Hal ini bergantung pada deformitas, terapi biasanya dilakukan pada bagian posterior terlebih dahulu. d. Soft tissue constraints Nonunion dan malunion biasanya sering sulit dilakukan perbaikan pada deformitas karena jaringan lunaknya mendesak. Peralatan fiksasi internal konfensional biasanya tidak adekuat untuk mencegah kehilangan reduksi. Pasien akan dibatasi aktifitasnya selama 5 bulan setelah tindakan pembedahan. K. DEFORMITIES AND OTHER SEQUELAE a. Leg-length discrepancy and sitting imbalance Panjang kaki yang tidak sesuai dan posisi duduk yang tidak seimbang dapat terjadi jika dislokasi hemipelvis vertical. 22

22 b. Osteitis pubis Osteitis pubis dapat terjadi setelah tindakan pembedahan pada penggantung leher kandung kemih. Hal ini juga dapat disebabkan oleh efek cedera yang ditimbulkan karena aktifitas yang berlebihan pada atlit hasil dari adductor yang berulang dan kontraksi otot rektus abdominis. Bilateral uptake terlihat pada rontgen tulang, dimana tumor dan fraktur stress terlihat pada unilateral uptake. Pada penemuan pemeriksaan fisik termasuk kelunakan diatas simfisis pubis dan nyeri pasif abduction pada pinggul. Hasil sedimentasi dalam batas normal. SACRAL FRACTURES A. DENNIS CLASSIFICTION 1. Zone 1 (alar region) Cedera saraf jarang terjadi (5.9%). Cedera L5 sering terjadi. 2. Zone 2 (foraminal region) Angka kejadian cedera saraf sekitar 28.4%. Cedera unilateral terjadi pada L5, S1 atau S2. 3. Zone 3 (central sacral canal) Angka kejadian cedera saraf 56.7% (sering terjadi pada perut, kandung kemih, dan fungsi seksual [cauda inguinal]). Tindakan pembedahan dekompresi menghasilkan penyembuhan saraf yang lebih baik. Cedera pada zona 3 berhubungan dengan angka kejadian tertinggi pada cedera kandung kemih neurogenil. Cystometogram harus dilakukan untuk mengevaluasi dari fungsi saluran kencing. Mekanisme cedera paling sering disebabkan karena jatuh dari tempat yang tinggi. Fraktur sacrum zona 3 berhubungan dengan fraktur torakolumbar terbuka. 23

23 Gambar 2.1 B. TRANSVERSE SACRAL FRACTURES Fraktur sacrum transvers dapat luput dari pemeriksaan CT-Scan dan rontgen anteroposterior; visualisasi terbaik adalah dengan x-ray lateral sacrum. C. MINIMALLY DISPLACE IMPACTED FRACTURES Dislokasi impaksi fraktur minimal stabil dan dapat diterapi dengan tindakan nonoperatif kecuali pada dekompresi saraf diperlukan tindakan operatif. D. SURGICAL TREATMENT Dislokasi fraktur mengurangi secara langsung pada bagian spinal posterior untuk penanganan manipulasi. Jika fraktur yang terjadi transforaminal, bagian tulang lunak seharusnya tergeser, dan saraf harusnya tervisualisasi selama reduksi. Penangan penuh pada penggunaan mur iliosakrum untuk menghindari overkompresi pada fraktur, yang dapat menyebabkan penekanan pada saraf yang menyebabkan cedera transforaminal zona 2. 24

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN A. JALAN LAHIR (PASSAGE) B. JANIN (PASSENGER) C. TENAGA atau KEKUATAN (POWER) D. PSIKIS WANITA (IBU)

Lebih terperinci

BENTUK & UKURAN PANGGUL. dr. Al-Muqsith, M.Si

BENTUK & UKURAN PANGGUL. dr. Al-Muqsith, M.Si BENTUK & UKURAN PANGGUL dr. Al-Muqsith, M.Si Tulang panggul terdiri atas a. os. Coxae (inominata) - os. Ilium - os. Ischium - os. Pubis b. Os. Sacrum c. Os. Coccygeus Tulang-tulang ini satu dengan yang

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

DISLOKASI SENDI PANGGUL

DISLOKASI SENDI PANGGUL DISLOKASI SENDI PANGGUL Pembimbing: Prof. dr. H. Hafas Hanafiah, Sp.B, Sp.OT(K), FICS Oleh: Leni Agnes Siagian (070100153) Rahila (070100129) Hilda Destuty (070100039) ILMU BEDAH ORTOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI

Lebih terperinci

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Anatomi Dasar Panggul : Dibuat Mudah dan Sederhana Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) OUTLINE: Tujuan Pendahuluan Tulang dan ligamen Otot-otot dasar panggul Jaringan Penyambung Viseral DeLancey Level Derajat

Lebih terperinci

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment Dislokasi Hips Posterior Mekanisme trauma Caput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi.

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

Cedera Spinal / Vertebra

Cedera Spinal / Vertebra Cedera Spinal / Vertebra Anatomi 7 Servikal Anterior 12 Torakal Posterior 5 Lumbal Sakral Anatomi Posterior Anterior Motorik Cedera Spinal Sensorik Otonom Susunan Syaraf ke Ekstremitas Plexus Brachialis

Lebih terperinci

Wan Rita Mardhiya, S. Ked

Wan Rita Mardhiya, S. Ked Author : Wan Rita Mardhiya, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr PENDAHULUAN Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanalis Mandibularis Kanalis mandibularis adalah saluran yang memanjang dari foramen mandibularis yang terletak pada permukaan medial ramus. Kanalis ini dialiri oleh inferior

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Fraktur pelvis berkekuatan-tinggi merupakan cedera yang membahayakan jiwa. Perdarahan luas sehubungan dengan fraktur pelvis relatif umum namun terutama lazim dengan fraktur berkekuatan-tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju. Hal ini ditandai dengan munculnya industri-industri

Lebih terperinci

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)

Lebih terperinci

Semester 5 Prodi D3 Fisioterapi STIKES St. Vincentius a Paulo Surabaya

Semester 5 Prodi D3 Fisioterapi STIKES St. Vincentius a Paulo Surabaya Semester 5 Prodi D3 Fisioterapi STIKES St. Vincentius a Paulo Surabaya 1. Nondisplaced 2. Medial displacement 3. Lateral displacement 4. Distracted 5. Overidding with posterior & superior displacement

Lebih terperinci

PELVIS DAN DINDING PELVIS

PELVIS DAN DINDING PELVIS Nama dosen : Dr.dr.Sitti Rafiah, M.Si Judul mata kuliah : Biomedik 1 Standar kompetensi : Area kompetensi 5 : Landasan ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Memahami ilmu kedokteran dasar pada sistem

Lebih terperinci

M.Biomed. Kelompok keilmuan DKKD

M.Biomed. Kelompok keilmuan DKKD SISTEM PERKEMIHAN By: Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed Kelompok keilmuan DKKD TUJUAN PEMBELAJARAN Mhs memahami struktur makroskopik sistem perkemihan (Ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra) dan struktur

Lebih terperinci

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: DEFINISI Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh 3 : 1. Prosesus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

: Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

: Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN Mata Kuliah Semester/Kelas Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Dosen Pengampu : Asuhan Kebidanan II (Persalinan) : III/Reguler : Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan : 1. Power 2. Passager 3. Passage

Lebih terperinci

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA Rekonstruksi mandibula masih merupakan tantangan yang kompleks. Tulang mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga dukungan jalan pernafasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa,

BAB I PENDAHULUAN. karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika manusia mendapatkan sebuah ujian salah satunya diberikan rasa sakit karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa, bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang meliputi segala aspek kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan, pada hakekatnya adalah untuk

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN. Nor Tri Astuti Wahyuningsih, SST, M.Kes

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN. Nor Tri Astuti Wahyuningsih, SST, M.Kes FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN Nor Tri Astuti Wahyuningsih, SST, M.Kes 5P (faktor) Tenaga atau kekuatan (Power) Janin (Passanger) Jalan lahir (passage) Psikis ibu Penolong POWER Adalah kekuatan

Lebih terperinci

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur.

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur. Definisi fraktur Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur ekstremitas atas cukup sering terjadi, biasanya disebabkan karena jatuh dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit rawat

Lebih terperinci

AMNIOTOMI. Diadjeng Setya W

AMNIOTOMI. Diadjeng Setya W AMNIOTOMI Diadjeng Setya W Definisi Membuat robekan pada selaput amnion Hal Penting! Dilakukan selang antara kontraksi untuk mencegah air ketuban menyemprot. EPISIOTOMI DEFINISI Episiotomi adalah insisi

Lebih terperinci

Cedera medulla spinalis yang disebabkan trauma terjadi karena : Axial loading Hiperfleksi Hiperekstensi Rotasi Lateral bending

Cedera medulla spinalis yang disebabkan trauma terjadi karena : Axial loading Hiperfleksi Hiperekstensi Rotasi Lateral bending Cedera medulla spinalis adalah cedera pada medulla spinalis yang dapat mempengaruhi fungsi motorik, sensorik, dan otonom. Perubahan ini dapat sementara atau permanen. Cedera medulla spinalis paling banyak

Lebih terperinci

RUMUSAN PRAKTER PROSES PERSALINAN NORMAL. turunnya kepala janin, agar seorang bidan dapat mendeteksi secara dini kelainan atau

RUMUSAN PRAKTER PROSES PERSALINAN NORMAL. turunnya kepala janin, agar seorang bidan dapat mendeteksi secara dini kelainan atau RUMUSAN PRAKTER PROSES PERSALINAN NORMAL Dalam proses persalinan seorang bidan haru menguasai anatoni dan ukuranukuran panggul, anatomi dan ukuran tengkorak kepala bayi serta mekanisme turunnya kepala

Lebih terperinci

MAKALAH KASUS FRAKTUR PELVIS. Disusun oleh: Adinda Dian Permata Pembimbing: dr. Lukman, Sp.OT

MAKALAH KASUS FRAKTUR PELVIS. Disusun oleh: Adinda Dian Permata Pembimbing: dr. Lukman, Sp.OT MAKALAH KASUS FRAKTUR PELVIS Disusun oleh: Adinda Dian Permata 106103003530 Pembimbing: dr. Lukman, Sp.OT KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN BEDAH RSUP FATMAWATI JAKARTA PERIODE 25 April 2011 2 Juli 2011 PROGRAM

Lebih terperinci

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun 1 RANGKUMAN Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun skrotum yang dapat menyebabkan rasa nyeri, atrofi testis dan menyebabkan infertilitas. 5 Anatomi dan Histologi a. b. Gambar

Lebih terperinci

Kata Kunci : durasi waktu ketahanan, kesigapan, gitar, penyangga gitar, penyangga kaki. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci : durasi waktu ketahanan, kesigapan, gitar, penyangga gitar, penyangga kaki. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PERBANDINGAN DURASI WAKTU KETAHANAN (DURATION OF ENDURANCE) DAN KESIGAPAN (ALERTNESS) KOGNITIF DAN EKSEKUTIF PEMAKAI GITAR MENGGUNAKAN PENYANGGA GITAR (GUITAR SUPPORT) DAN PENYANGGA KAKI (FOOTSTOOL)

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Hadi Winarso 1.1.20360 POLITEKNIK KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, maka tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunya mengalami peningkatan, total jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan pusat statistik,

Lebih terperinci

Yusuf Hakan Çavusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J Pediatrics 2005;72(3):201-4

Yusuf Hakan Çavusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J Pediatrics 2005;72(3):201-4 Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik.1 Gejala nyeri ini dapat semakin menghebat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pada pria membentuk sebuah kantong tertutup sedangkan pada wanita berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. dimana pada pria membentuk sebuah kantong tertutup sedangkan pada wanita berhubungan BAB I PENDAHULUAN Peritoneum merupakan membran serosa pada tubuh yang terbesar dan paling kompleks, dimana pada pria membentuk sebuah kantong tertutup sedangkan pada wanita berhubungan dengan rongga ekstraperitoneal

Lebih terperinci

DESKRIPSI FOTO X-Ray. Foto Schedel AP/Lateral. o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak

DESKRIPSI FOTO X-Ray. Foto Schedel AP/Lateral. o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak DESKRIPSI FOTO X-Ray Foto Schedel AP/Lateral o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak o Tabula eksterna, diploe dan tabula interna ada fraktur?, kalsifikasi? o Vaskular marking (garis pembuluh darah) ada/tidak,

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara Sopir atau pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Ijin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus

BAB I PENDAHULUAN. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ischialgia adalah rasa nyeri yang menjalar sepanjang perjalanan n. Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus tibialis. Keluhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Anatomi Perineum Wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Anatomi Perineum Wanita BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ruptur Perineum a. Anatomi Perineum Wanita Perineum adalah regio yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Saat persalinan, tidak hanya

Lebih terperinci

KEGAWATDARURATAN ORTOPEDI

KEGAWATDARURATAN ORTOPEDI KEGAWATDARURATAN ORTOPEDI Adalah trauma pada muskuloskeletal dimana apabila tidak mendapat penanganan yang tepat dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut, kelumpuhan bahkan kematian. Jenisnya antara lain:

Lebih terperinci

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM TRAUMA MUKA DAN HIDUNG DEPT. THT FK USU / RSHAM PENDAHULUAN Hidung sering fraktur Fraktur tulang rawan septum sering tidak diketahui / diagnosis hematom septum Pemeriksaan dapat dilakukan dengan palpasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang terbentuk antara ventral rami (akar) dari empat nervus cervical (C5-C8) dan nervus thoracal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI DINDING THORAX 1 THORAX Bgn tubuh yg terdapat diantara leher dan abdomen Rangka dinding thorax ( compages thoracis ), dibentuk oleh

Lebih terperinci

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Asuhan neonatus, bayi, dan balita trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Oleh: Witri Nofika Rosa (13211388) Dosen Pembimbing Dian Febrida Sari, S.Si.T STIKes MERCUBAKTIJAYA

Lebih terperinci

masukan sensoris pada sendi. Penelitian lain menjelaskan mengenai persarafan melalui dorsal rami dari akar saraf spinal L5-S4.

masukan sensoris pada sendi. Penelitian lain menjelaskan mengenai persarafan melalui dorsal rami dari akar saraf spinal L5-S4. Definisi Sendi sakroiliaka merupakan penyebab kecil tetapi signifikan dari nyeri punggung bawah, bokong, dan nyeri ekstremitas bagian bawah. Disfungsi sendi sakroiliaka adalah diagnosis yang dapat ditegakkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I CTEV merupakan kelainan pada kaki, dimana kaki belakang equinus (mengarah ke bawah), varus (mengarah ke dalam/ medial), dan kaki depan adduktus (mendekati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyebab tingginya angka kematian pada pasien trauma tumpul abdomen adalah perdarahan pada organ hepar yang umumnya disebabkan oleh karena kecelakaan lalu

Lebih terperinci

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung dr. Asmah Yusuf, Sp. Rad Kontributor Blok Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Pendahuluan Penilaian pembacaan foto rontgen toraks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berjalan merupakan sebuah aktifitas berpindah atau bergerak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berjalan merupakan sebuah aktifitas berpindah atau bergerak untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berjalan merupakan sebuah aktifitas berpindah atau bergerak untuk menempuh suatu jarak. Aktifitas ini dilakukan setiap harinya untuk membantu setiap manusia dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung maupun trauma tidak langsung

Lebih terperinci

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU ALAT GENITALIA Departemen Anatomi FK USU Embriologi Kelenjar kelamin tidak memperlihatkan ciri-ciri ii ii bentuk maupun hingga minggu ke-7 kehamilan Pada manusia sel-sel benih primodial nampak pada tahap

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya Pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari upaya pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

BAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL. Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan

BAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL. Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan BAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL 2.1 Defenisi Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan sekitarnya. 2 Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan

Lebih terperinci

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot OTOT DAN SKELET Tujuan. Mengidentifikasi struktur otot. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi. Mengetahui macam-macam otot berdasarkan lokasi 4. Mengetahui macam-macam kerja otot yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang diiringi dengan kemajuan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan masyarakat

Lebih terperinci

Fraktura Os Radius Ulna

Fraktura Os Radius Ulna Fraktura Os Radius Ulna Pendahuluan Fraktura adalah patah atau ruptur kontinuitas struktur dari tulang atau cartilago dengan atau tanpa disertai dislokasio fragmen. Fraktur os radius dan fraktus os ulna

Lebih terperinci

2. Sumsum Ginjal (Medula)

2. Sumsum Ginjal (Medula) 1. GINJAL Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH BAYU TIRTA SUKMANA 1 ANATOMI OLAHRAGA Ebook Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA ANATOMI OLAHRAGA PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA Buku ini didedikasikan untuk kemajuan Sport Science

Lebih terperinci

Distosia. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Distosia. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Distosia Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Distosia adalah Waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan persalinan yang terhambat. Persalinan lama memiliki definisi

Lebih terperinci

DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I

DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I DDH juga diistilahkan sebagai Developmental Displasia of the hip. Dahulu, lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global angka pertumbuhan lansia semakin hari semakin meningkat dan sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia, atau 58 juta

Lebih terperinci

Patologi persalinan (2)

Patologi persalinan (2) Patologi persalinan (2) Mampu membuat diagnosis klinis, terapi pendahuluan, dan merujuk pada kasus-kasus terkait patologi persalinan Dapat menentukan diagnosis banding dan mengusulkan terapi pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kerangka Teoritis II.1.1 Definisi Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya sering terjadi karena jatuh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA MUSCULUS /OTOT Otot terdiri atas jaringan otot. Sifat istimewa otot adalah dapat berkerut/kontraksi sehingga mengakibatkan gerakan organ di sekitarnya. Jaringan

Lebih terperinci

11/28/2011 SISTEM URINARIA. By. Paryono

11/28/2011 SISTEM URINARIA. By. Paryono SISTEM URINARIA By. Paryono 1 KOMPONEN SISTEM URINARIA GINJAL Bentuk seperti kacang Terletak retroperitoneal cavum abdomen (antara dinding dorsal badan dan peritoneum parietal) pada daerah lumbal superior.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178). 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemijatan Perenium 1. Pengertian Pijat perineum adalah salah satu cara yang paling kuno dan paling pasti untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi

Lebih terperinci

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Trauma Lahir dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Jenis trauma lahir 1. Trauma lahir pada kepala Ekstrakranial Intrakranial 2. Trauma Medulla Spinalis 3. Trauma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama terjadinya fraktur pada medula spinalis/thorako lumbal. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama terjadinya fraktur pada medula spinalis/thorako lumbal. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma merupakan keadaan dimana individu mengalami cidera oleh suatu sebab keran kecelakaan baik lalu lintas, olahraga, industri, jatuh dari pohon, dan penyebab utama

Lebih terperinci

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI 1 BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI Judul mata Kuliah : Neuropsikiatri Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi dasar : Menerapkan ilmu Kedokteran klinik pada sistem

Lebih terperinci

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala 1 BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fraktur Collum Femoris Fraktur collum femoris merupakan fraktur yang terjadi antara ujung permukaan articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur merupakan

Lebih terperinci