BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. tentang Akuntansi Investasi Efek Tertentu yang telah dikeluarkan oleh DSAK sejak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. tentang Akuntansi Investasi Efek Tertentu yang telah dikeluarkan oleh DSAK sejak"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. PSAK 50 dan PSAK 50 PSAK 50 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tanggal 16 Desember 2006 dimana PSAK ini menggantikan PSAK 50 (1998) tentang Akuntansi Investasi Efek Tertentu yang telah dikeluarkan oleh DSAK sejak 15 Juli PSAK 50 ini di adopsi dari International Accounting Standard (IAS) no. 32. Mengenai Financial Instrument : Disclosure and Presentation. PSAK 50 sendiri di dalamnya membahas tentang penyajian klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, dalam aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian yang terkait dengan suku bunga, dividen, kerugian dan keuntungan. Selain itu PSAK ini mengatur apa saja yang harus di ungkapkan. Selanjutnya prinsip ini melengkapi prinsip untuk pengakuan dan pengukuran asset keuangan dan kewajiban keuangan dalam PSAK 55 (revisi 2006) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran PSAK 55 PSAK 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tanggal 16 Desember 2006 dimana PSAK ini menggantikan PSAK 55 (1999) tentang 7 1

2 8 Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai yang telah dikeluarkan oleh DSAK sejak 10 September Pada saat penerbitan PSAK ini, seluruh pengaturan dalam PSAK ini sesuai dengan International Accounting Standard (IAS) No.39 : Financial Instrument : Recognition and Measurement. Dimana PSAK ini mengatur mengenai prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan items non keuangan Lebih jauh lagi PSAK 50 ini juga menggantikan ketentuan pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan yang diatur dalam: a) PSAK 10 : Transaksi Dalam Mata Uang Asing b) PSAK 28 (revisi 1996) : Akuntansi Kerugian Asuransi c) PSAK 31 (revisi 2000) : Akuntansi Perbankan d) PSAK 36 (revisi 1996): Asuransi Jiwa e) PSAK 42 (1998) : Akuntansi Perusahaan Efek f) PSAK 43 (1997) : Akuntansi Anjak Piutang g) PSAK 50 (1998) : Akuntansi Investasi Efek Tertentu ; dan h) PSAK 55 (revisi 1999): Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai 2. Perbedaan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) dengan pernyataan sebelumnya Ada beberapa perbedaan antara PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) dengan PSAK 50 (1998) dan PSAK 55 (1999). Aminullah (2007) menjelasakan ada beberapa perbedaan mendasar dari ke dua standar tersebut mencakup: (1) Definisi, (2) pengakuan, (3) penghentian pengakuan (derecognition) (4) pengukuran, (5)

3 9 reklasifikasi,(6) penurunan nilai (impairment) dan (7) pilihan nilai wajar (Fair value option ) Definisi Pada PSAK 50 (1998) paragraf 6, isntrumen keuangan di artikan sebagai : Surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif. Kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek Sedangkan definisi instrumen keuangan menurut IAS 32 /PSAK 50 (2006) paragraf 7 adalah : Setiap kontrak yang menambah nilai asset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain. Dari ke-2 definisi tersebut terlihat jelas bahwa pada PSAK 50 (1998) lebih menekankan pada jenis-jenis dan contoh dari instrumen keuangan itu sendiri, sedangkan definisi menurut PSAK 50 ( 2006 ) lebih kepada kata kontrak, sehingga cakupan jenis instrumen keuangan menjadi lebih luas. Dimana jika kita melihat dari definisi kontrak itu sendiri sesuai dengan PSAK 50 (2006) paragraf 9, yaitu: Dalam pernyataan ini, kontrak dan kontraktual mengacu pada suatu kesepakatan antara dua pihak atau lebih, yang memiliki konsekuensi ekonomis yang jelas dan kecil peluangnya akan diabaikan oleh pihak-pihak yang terlibat, umumnya karena pemenuhan kesepakatan ini dapat dipaksakan secara hukum. Dengan demikian kontrak dan instrument keuangan mungkin memiliki bentuk yang beragam dan tidak perlu dalam bentuk tertulis Dari penjelasan kontrak diatas terlihat jelas bahwa definisi kontrak tidak tergantung oleh bentuk-bentuk instrumen keuangan tertentu.

4 Pengakuan ( recognition ) Selain dapat di klasifikasikan berdasarkan penyajiannya di dalam neraca, maka instrument keuangan dapat pula di klasifikasikan berdasarkan pengakuan dan pengukuran nya. Klasifikasi dilakukan berdasarkan jangka waktu suatu asset keuangan akan dimiliki ataupun jangak waktu jatuh tempo untuk kewajiban keuangan. Dimana sebelumnya PSAK 50 ( 1998 ) mengklasifikasikan instrument keuangan kedalam tiga kategori, yakni: (a) dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity); (b) diperdagangkan (trading) ; (c) tersedia untuk dijual (available for sale). Sedangkan menurut PSAK 55 revisi 2006, instrument keuangan di klasifikasikan kedalam empat kategori, yakni: 1. Asset keuangan atau kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (financial asset at fair value through profit or loss / FVTPL) dengan kriteria: a) Untuk diperdagangkan (trading) termasuk instrument derivarif (kecuali derivatif yang ditetapkan sebagai instrument lindung nilai dan efektif ) b) Ditetapkan (designated) 2. Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo (hold to maturity / HTM), dengan kriteria: a) Asset keuangan non-derivatif b) Pembayaran tetap / telah ditentukan c) Jatuh tempo telah di tetapkan

5 11 d) Entitas memiliki maksud dan kemampuan untuk memiliki hingga jatuh tempo 3. Pinjaman yang diberikan dan piutang ( Loan & Receivable / L&R), dengan kriteria yang sama dengan HTM hanya saja tidak memiliki kuotasi di pasar aktif 4. Asset keuangan tersedia untuk di jual ( Available for sale / AFS ), dengan kriteria: a) Asset keuangan non-derivatif b) Ditetapkan sebagai AFS c) Tidak diklasifikasikan sebagai FVTPL, L&R dan HTM 2.3. Penghentian Pengakuan ( derecognition ) Instrument keuangan bukanlah instrument yang akan terus ada pada neraca. Ia dapat dikeluarkan dari neraca jika jatuh tempo, pemutusan kontrak, ataupun melalui transfer jual beli. PSAK 50 (1998) hanya sedikit sekali yang menyinggung masalah penghentian pengakuan. PSAK 55 (revisi 2006) memberikan penekanan pada keterlibatan berkelanjutan (continuing involvement) jika terjadi transfer asset keuangan. Yakni, apakah seluruh resiko (risk) dan manfaat (reward) secara substansial juga sudah ditransfer, dan juga apakah pengendalian (control) masih dimiliki atau tidak. Walaupun sebuah entitas masih mempunyai hak kontraktual untuk menerima arus kas dari asset keuangan, entitas tersebut masih dapat mengakui adanya transfer keuangan jika entitas tersebut memiliki kewajiban kontraktual untuk membayar arus kas yang diterima tersebut kepada satu atau pihak lain sesuai kesepakatan dan

6 12 memenuhi persyaratan sebagaimana yang disebutkan pada PSAK 55 revisi 2006 paragraf 19. Dimana transaksi ini tidak diatur pada PSAK 55 (1999). Dan oleh IAS di istilahkan sebagai Pass-through arrangement. Transaksi ini lazim di temui pada sekuritisasi ataupun Special purpose entities (SPE) Pengukuran (Measurement) IAS 39/PSAK 55 (revisi 2006) mengatur masalah pengukuran kedalam beberapa hal, yakni: (a) Pengukuran awal (initial measurement); (b) pengukuran setelah pengukuran awal (subsequent measurement); (c) pertimbangan dalam pengukuran nilai wajar ; (d) reklasifikasi; (e) keuntungan dan kerugian, dan (f) penurunan nilai dan tidak tertagihnya asset keuangan. Ada perbedaan mendasar pada pengukuran awal antara PSAK 55 (1999) dengan PSAK 55 (revisi 2006). Sebelumnya, semua instrumen keuangan pengukuran nilai awalnya berdasarkan biaya historis (historical cost). Sedangkan menurut PSAK 55 (revisi 2006), pengukuran nilai awal instrumen keuangan berdasarkan nilai wajar. Untuk HTM, nilai wajar tersebut ditambah dengan biayabiaya yang berhubungan langsung dengan akuisisi ataupun penerbitan (issue) instrumen keuangan tersebut. Tabel 2.1 Perbandingan Pengukuran PSAK 50 (1998) dan PSAK 55 (revisi 2006) PSAK 55 (revisi 2006) PSAK 50 (1998) FVTPL 1.pengukuran awal berdasarkan nilai wajar (par 43) 2.pengukuran selanjutnya berdasarkan nilai wajar (par 46) 3.keuntungan (gain) & kerugian (losses) diakui 1.pengukuran awal berdasarkan biaya (cost) 2.pengukuran selanjutnya berdasarkan nilai wajar 3.Laba atau rugi yang belum direalisasi atas efek dalam kelompok diperdagangkan harus diakui sebagai penghasilan

7 13 pada laporan laba rugi (par 50) HTM 1. Pengukuran awal berdasarkan nilai wajar (par 43) 2. Pengukuran selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif (par 46) 3. Keuntungan (gain) & kerugian (losses) diakui pada laporan laba rugi, terjadi jika asset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut di hentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, dan melalui proses amortisasi (par 50) L & R 1. Pengukuran awal berdasarkan nilai wajar 2. Pengukuran selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif (par 46) 3. Keuntungan (gain) & kerugian (losses) diakui pada laporan laba rugi, terjadi ketika asset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, dan melalui proses amortisasi. AFS 1. Pengukuran awal berdasarkan nilai wajar ( fair value ) 2. Pengukuran selanjutnya berdasarkan nilai wajar 3. Keuntungan (gain) & kerugian (losses) diakui 1. Pengukuran awal berdasarkan cost 2. Pengukuran selanjutnya berdasarkan amortized cost ( tidak di klasifikasikan) 1. Pengukuran awal berdasarkan cost 2. Pengukuran selanjutnya berdasarkan nilai wajar 3. Laba atau rugi yang belum direalisasi atas efek dalam kelompok tersedia untuk dijual

8 14 pada laporan perubahan ekuitas (termasuk efek yang di klasifikasikan sebagai aktiva lancar) harus dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang disajikan secara terpisah, dan tidak boleh diakui sebagai penghasilan sampai saat laba atau rugi tersebut dapat direalisasi Sumber: PSAK 50 (1998) dan PSAK 55 (revisi 2006) dalam Aminullah (2007) Namun untuk menentukan nilai wajar atas suatu asset tidak semudah yang di bayangkan. Seperti diungkapkan oleh Barth dan Landsman dalam Landsman (2006) : In the absence of active, liquid markets, fair value is not well defined in the sense that an instrument s acquisition price, selling price, and value-in-use to the entity can differ from each other Dari pernyataan diatas tergambar dengan jelas bahwa instrument keuangan dengan tujuan untuk diperdagangkan dan memiliki kuota dipasar aktif, seperti FVTPL, tentunya mudah untuk menentukan berapa nilai wajar dari instrument keuangan tersebut. Tetapi akan menjadi sulit ketika bank harus mengukur instrument keuangan yang tidak memiliki pasar aktif. Maka dari itu di Pedoman Aplikasi (PA) PSAK 55 (revisi 2006) No. 86 dan 89, mengatur bahwa pengukuran bisa dilakukan dengan teknik penilaian, yakni: (a) penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak-pihak yang memahami berkeinginan (recent arm s length market transaction); (b) nilai wajar terkini instrument lain yang secara substansial sama; (c) analisis discounted cash flow; dan (4) penggunaan option pricing model Reklasifikasi Sebenarnya PSAK 50 (1998) memang memperbolehkan perusahaan untuk melakukan reklasifikasi instrument keuangannya, dengan pengakuan dan pengukuran

9 15 gain dan loss yang telah ditentukan pada (paragraf 16). Akan tetapi PSAK 50 (1998) tidak menjelaskan apakah instrument keuangan yang sebelumnya telah direklasifikasi bisa direklasifikasi kembali. Karena hal ini dapat memungkinkan manajemen melakukan manajemen laba. Maka dari itu di dalam PSAK 55 ( revisi 2006 ) dibuatlah peraturan yang lebih ketat untuk mengatur masalah reklasifikasi ini. Ada tiga larangan dalam reklasifikasi menurut PSAK 55 (revisi 2006), yaitu: (a) manajemen tidak dapat mereklasifikasi instrument keuangan kelompok klasifikasi manapun dari atau ke FVTPL (paragraf 51) ; (b) manajemen tidak dapat mereklasifikasi instrument keuangan L&R dari atau ke HTM dan FVTPL, (c) manajemen tidak dapat mereklasifiaksi instrument keuangan AFS menjadi L&R. Selain itu terdapat Tainting rule, yakni larangan untuk mengklasifikasikan instrument keuangan sebagai HTM selama dua tahun jika entitas bermaksud menjual atau mereklasifikasi investasi HTM dalam jumlah yang cukup signifikan, kecuali ketika sudah mendekati jatuh tempo, jumlah pokok hutang hampir seluruhnya tertagih, atau pun terkait dengan kejadian tertentu yang berada di luar kendali entitas (Paragraf 8) 2.6. Penurunan Nilai (Impairment) Dibandingkan dengan PSAK 50 (1998), PSAK 55 (revisi 2006) memberikan penekanan lebih pada bukti objektif (objective evidence) yang menjadi dasar dari penurunan nilai tersebut (paragraf 60) dan juga penekanan bahwa evaluasi akan adannya penurunan tersebut harus dilakukakan pada setiap tanggal neraca (paragraf 59). Bukti objektif yang dimaksud diantaranya: (a) kesulitan keuangan signifikan

10 16 yang dialami oleh penerbit atau pihak peminjam; (b) pelanggaran kontrak; (c) pemberian keringanan (konsesi) kepada pemberi pinjaman; (d) ada kemungkinan pihak peminjam akan dinyatakan pailit; (e) hilangnya pasar aktif dari instrument keuangan akibat kesulitan keuangan (paragraf 60). Sedangkan untuk penurunan nilai investasi pada instrument ekuitas, PSAK 50 (1998) tidak memberikan panduan jelas tentang indikator-indikator penurunan nilai untuk instrument tersebut. Maka dari itu PSAK 55 (revisi 2006) paragraf 62 menyebutkan bahwa bukti objektif untuk penurunan nilai instrument ekuitas adalah : (a) harus mencakup informasi mengenai perubahan signifikan yang berpengaruh buruk pada lingkungan teknologi, pasar, ekonomi, atau hukum di wilayah tempat penerbit menjalankan usahanya dan mengindikasi bahwa biaya perolehan investasi pada instrument ekuitas tersebut tidak dapat diperoleh kembali; (b) penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang pada nilai wajar dari investasi dalam instrument ekuitas di bawah biaya perolehannya. Perbedaan selanjutnya ada pada masalah apakah bisa instrument keuangan yang sudah diturunkan kemudian di pulihkan kembali (restorasi). Secara jelas PSAK 50 (1998) hanya menyebutkan bahwa biaya perolehan yang diturunkan tidak dapat diubah lagi, tetapi tidak dengan PSAK 55 (revisi 2006) yang ternyata mengatur lebih detil terhadap nilai yang sudah diturunkan Pilihan Nilai Wajar ( Fair value option ) Jika sebelumnya pada PSAK 50 (1998) instrument keuangan yang diukur dengan nilai wajar hanya instrument keuangan dengan tujuan untuk diperdagangkan, maka dengan adanya pilihan nilai wajar, perusahaan diperbolehkan untuk

11 17 menetapkan (designated) instrument keuangan diluar keperluan trading, sebagai fair value through profit or loss (FVTPL), kecuali instrument ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif, dan yang nilai wajarnya tidak dapat diukur secara handal (PSAK 55 revisi 2006 par 8). Tabel 2.2. Perbedaan PSAK 50 (1998) dan 55 (1999) dengan Revisi 2006 No. Perbedaan PSAK 50 (1998) dan 55 (1999) 1. Definisi Lebih mendifinisikan pada Instrumen jenis-jenis instrument keuangan keuangan berupa surat berharga. 2. Pengakuan (Recognition) 3. Penghentian Pengakuan (Derecognition) 4. Pengukuran (Measurement) Mengakui instrument keuangan dalam 3 klasifikasi : Trading securities, AFS, dan HTM. Tidak mengenal ketentuan Derecognition sedetil revisi 2006 a) Semua Instrumen pengakuan awalnya pada biaya historis (Cost) b) Biaya transaksi tidak di amortisasi (HTM) c) Diskon atau Premium di amortisasi menggunakan Straight line method 5. Reklasifikasi Diperbolehkannya Reklasifikasi. 6. Penurunan Nilai (Impairment) Tidak mengenal adanya Bukti objektif penurunan nilai PSAK 50 dan 55 (Revisi 2006) Cakupan definisi lebih luas, karena lebih pada sebuah kontrak yang dapat menambah asset atau kewajiban Mengakui instrument keuangan pada 4 klasifikasi: FVTPL, AFS, HTM, dan L&R Diatur mengenai ketentuan Pass Trough Arrangement dan Continuing Involvement. a) Semua Instrumen pengakuan awalnya pada Nilai wajar (Fair Value) b) Biaya transaksi di amortisasi (HTM dan L&R) c) Diskon atau Premium di amortisasi menggunakan Effective Interest Rate a) Tidak diperbolehkanya Reklasifikasi dari/dan menuju FVTPL, dari instrument jenis apapun b) Hanya boleh dari AFS ke HTM dan sebaliknya dengan beberapa syarat. c) Diperkenalkanya Tainting Rule Sangat menekankan bukti objektif sebelum di lakukan penurunan nilai

12 18 7. Pilihan Nilai wajar (FV option) Tidak diperkenankanya pilihan nilai wajar di luar keperluan Trading Diperkenankanya pilihan nilai wajar di luar keperluan trading termasuk kewajiban. 3. Kredit yang diberikan dan Surat Berharga 3.1 Kredit yang diberikan Definisi Kredit Sesuai yang tertulis di dalam PAPI 2008, yang merupakan penjabaran lebih lanjut lagi atas PSAK yang berhubungan dengan industri perbankan, mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11) Klasifikasi Kredit Yang Diberikan 1) Diukur pada nilai wajar didalam laporan laba rugi (FVTPL) a. Kredit yang diberikan atau dibeli untuk dijual kembali dalam waktu dekat, dan atau untuk memperoleh keuntungan jangka pendek. Misalnya, kredit yang diberikan dengan maksud dijual kembali secara langsung atau melalui skema sekuriti sasi. b. Kredit yang pada saat diberikan/dibeli ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (fair value option) meskipun ti dak dimaksudkan untuk diperjualbelikan. Untuk dapat diukur pada nilai wajar tersebut, bank harus memenuhi persyaratan dalam PSAK 55 dan ketentuan yang berlaku lainnya mengenai penggunaan fair value option.

13 19 2) Dimiliki hingga jatuh tempo (HTM) a. Kredit yang memiliki pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan; b. Bank memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki hingga jatuh tempo. 3) Tersedia untuk dijual (AFS) a. Kredit yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kategori Tersedia untuk Dijual b. Kredit yang diberikan dimana bank mungkin tidak akan memperoleh kembali pokok kredit secara substansial, yang bukan disebabkan penurunan kualitas kredit. 4) Pinjaman yang di berikan dan piutang ( L&R ) a. Kredit yang memiliki pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif Penghentian Pengakuan Kredit Didalam laporan keuangan, bank dapat menghentikan pengakuan (derecognition) atas kredit yang diberikan jika dan hanya jika: 1) Bank tidak lagi memiliki hak kontraktual atas arus kas masa datang dari kredit tersebut ; atau 2) Bank telah mentransfer kredit tersebut dimana transfer tersebut memenuhi kriteria penghentian pengakuan sebagai berikut: a. Terdapat pass trough arrangement

14 20 b. Jika bank mentransfer atau mengalihkan kredit, maka bank mengevaluasi sejauh mana bank tetap memiliki resiko dan manfaat serta Control atas kredit tersebut 3.2. Surat Berharga Definisi Surat Berharga `Sesuai yang dijelaskan di dalam PAPI 2008, yang merupakan penjabaran lebih lanjut lagi atas PSAK yang berhubungan dengan industri perbankan, mendefinisikan surat berharga sebagai surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang Klasifikasi Surat Berharga 1) Diukur pada nilai wajar didalam laporan laba rugi (FVTPL) a. Surat berharga yang dimiliki atau dibeli untuk dijual kembali dalam waktu dekat, dan atau untuk memperoleh keuntungan jangka pendek. b. Surat berharga yang dimiliki /dibeli ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (fair value option) meskipun ti dak dimaksudkan untuk diperjualbelikan. Untuk dapat diukur pada nilai wajar tersebut, bank harus memenuhi persyaratan dalam PSAK 55 dan ketentuan yang berlaku lainnya mengenai penggunaan fair value option. 2) Dimiliki hingga jatuh tempo (HTM)

15 21 a. Surat berharga dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan; b. Bank memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki hingga jatuh tempo. 3) Tersedia untuk dijual (AFS) a. Surat berharga yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kategori Tersedia untuk Dijual b. Surat berharga yang diberikan dimana bank mungkin tidak akan memperoleh kembali pokok kredit secara substansial, yang bukan disebabkan penurunan kualitas kredit. 4) Pinjaman yang di berikan dan piutang ( L&R ) a. Surat berharga yang memiliki pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif Penghentian Pengakuan Surat Berharga Didalam laporan keuangan, bank dapat menghentikan pengakuan (derecognition) atas surat berharga jika dan hanya jika: 1) Bank tidak lagi memiliki hak kontraktual atas arus kas masa datang dari surat berharga tersebut ; atau 2) Bank telah mentransfer surat berharga tersebut dimana transfer tersebut memenuhi kriteria penghentian pengakuan sebagai berikut: a. Terdapat pass trough arrangement

16 22 b. Jika bank mentransfer atau mengalihkan surat berharga, maka bank 4. Mekanisme pencadangan mengevaluasi sejauh mana bank tetap memiliki resiko dan manfaat serta Control atas surat berharga tersebut 4.1. Definisi PPAP dan CKPN Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia no 31/147/KEP/DIR tanggal 12 november 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif pasal 1, ayat m, PPAP ( Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) di istilahkan sebagai cadangan yang memiliki definisi: Cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari nominal bedasarkan penggolongan kualitas aktiva produktif Sedangkan CKPN ( Cadangan Kerugian Penurunan Nilai ) sendiri menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) Revisi 2008 didefinsikan sebagai: Penyisihan yang dibentuk apabila nilai tercatat kredit setelah penurunan nilai kurang dari nilai tercatat awal Dari kedua definisi diatas terlihat jelas bahwa besaran penyisihan menurut peraturan sebelumnya yaitu berupa PPAP di bentuk dari suatu persentase yang ditentukan oleh BI. Sedangkan CKPN menitikberatkan pada kombinasi penyisihan dengan aturan penuruanan nilai yang dinilai dalam bentuk estimasi bank tersebut, bukan dari aturan persentase tetap yang sudah di tetapkan Bank Indonesia. 5. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih lanjut dari PSAK yang relevan untuk

17 23 industri perbankan. PAPI disusun dengan kerjasama antara Bank Indonesia, perbankan, dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Perkembangan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) PAPI sendiri telah mengalami revisi dari PAPI 2001 menjadi revisi Hal ini sesuai dengan Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No.11/4/DPNP tanggal 27 Januari 2009 yang menggantikan SE No.3/33/DPNP tanggal 14 Desember 2001 dimana berkaitan dengan penerbitan PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan serta PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, maka PAPI 2001 kemudian telah direvisi menjadi PAPI PAPI 2008 merupakan acuan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan sebuah bank, mengingat sifat PAPI merupakan petunjuk pelakasanaan dari PSAK maka untuk hal-hal yang tidak diatur di dalam PAPI tetap mengacu ke PSAK yang berlaku. Namun sejalan dengan berjalan nya waktu dan timbulnya kendala teknis yang harus dihadapi oleh perbankan terutama dalam penerapan PSAK 55 terkait dengan keterbatasan dalam memperoleh data kerugian historis, maka SE No.11/4/DPNP sebagai dasar pemberlakuan PAPI 2008 kemudian mengalami perubahan berdasarkan SE No. 11/33/DPNP tanggal 8 Desember SE perubahan tersebut antara lain mengatur mengenai penerapan Estimasi Penurunan Nilai secara kolektif bagi bank yang menghadapi beberapa keterbatasan kondisi serta tugas dan tanggung jawab dari Akuntan Publik yang melakukan pemeriksaan atas Estimasi Penurunan Nilai Kolektif. Adapun ketentuan dalam SE No.11/4/DPNP, SE No.11/33/DPNP dan PAPI 2008 beserta penyesuaiannya mulai

18 24 berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2010 seiring dengan mulai berlakunya PSAK 50 dan 55 dengan masa transisi sampai 31 Desember Perkembangan Revisi PSAK 50 dan PSAK PSAK 50 (revisi 2010) dan 60 Pada 22 Mei 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengeluarkan kembali Exposure Draft (ED) berupa PSAK 50 (revisi 2010) dan PSAK 60. Dimana ED PSAK 50 (revisi 2010): Instrumen Keuangan :Penyajian merevisi PSAK 50 (revisi 2006): Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan. Sedangkan Pengungkapan akan diatur dalam ED PSAK 60 : Instrumen Keuangan : Pengungkapan. Namun penerapan ke dua PSAK ini baru akan secara prospektif di mulai pada atau setelah tanggal 1 Januari PSAK IFRS 9 Sejalan dengan proses implementasi PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) yang merupakan adopsi atas IAS 32 dan 39, banyak kalangan perbankan yang menilai bahwa regulasi ini cukup sulit diterapkan dan mereka mengharapkan adanya simplifikasi dan juga regulasi yang lebih mudah di bandingkan dengan IAS 32 dan 39. Maka dari itu IASB ( International Accounting Standard Board ) mengeluarkan Exposure Draft berupa IFRS 9: Clasification and Measurement tanggal 14 juli Dan kemudian pada tanggal 12 november 2009 di keluarkan secara resmi oleh IASB yaitu IFRS 9, dimana pada proyek awalnya regulasi ini mengganti IAS 39 atas Instrumen keuangan beruapa Asset, yang kemudian mengalami revisi pada tanggal

19 25 28 oktober 2010, sehubungan dengan masalah derecognition atas Financial asset dan liabilities pada IAS 39. Dimana IASB mengharapkan pada tahun 2013 regulasi ini dapat diterapkan secara international oleh semua Negara. Namun untuk Indonesia, IAI (Ikatan Akuntan Indonesia ) sebagai institusi yang mengeluarkan PSAK di Indonesia mengatakan bahwa sampai tahun 2012, Bank tidak perlu menyesuaikan terhadap apa pun regulasi yang baru dibuat di luar PSAK 50 dan 55 (revisi 2006), sehingga konvergensi terhadap IFRS 9 masih akan ditunda paling tidak sampai akhir Penelitian Sebelumnya Menurut Aminullah (2007) penerapan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) jelas memiliki konsekuensi dan beberapa tantangan. Bagi manajemen bank, penerapan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) membutuhkan kesiapan sistem untuk menggunakan internal credit model, memenuhi ketentuan supervisory guidance jika BI memperbolehkan penggunaan nilai wajar, dan tentunya juga kesiapan SDM. Bagi BI tentunya harus menyiapkan perangkat dan sistem, melakukan sosialisasi dan menilai kesiapan bank-bank sebelum PSAK 50 dan 55 berlaku efektif.

20 26 B. Kerangka Penelitian Gambar 2.1 Skema Kerangka Teoritis PSAK 50 dan 55 Implementasi PSAK 50 dan 55 pada Kredit yang diberikan dan surat berharga yang dimiliki di BNI Masalah di dalam implementasi PSAK 50 dan 55 pada Kredit yang diberikan dan surat berharga yang dimiliki di bank BNI Pemecahan Masalah

FINANCIAL INSTRUMENT

FINANCIAL INSTRUMENT Pelaporan Akuntans Keuangan- Financial Instrument 1 FINANCIAL INSTRUMENT Dwi Martani Latar Belakang Revisi PSAK 50-55 2 Perkembangan standar Internasional IFRS 30 dan 39 Investor melakukan investasi secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

Investasi - Bonds. Pertemuan ke 6

Investasi - Bonds. Pertemuan ke 6 Investasi - Bonds Pertemuan ke 6 Agenda 1 2 3 3 4 4 5 Aset Keuangan Investasi di Instrumen Utang Investasi di Instrumen Ekuitas Latihan dan Pembahasan 2 Mahasiswa mampu : Tujuan Pemelajaran 1. Menjelaskan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (REVISI 0) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (revisi 0) terdiri dari paragraf - dan Panduan Aplikasi. Seluruh paragraf

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

PSAK 55 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PSAK 55 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PSAK 55 INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN OVERVIEW Ringkasan perubahan Standar Akuntansi Standar akuntansi yang berlaku efektif sebelumnya Cakupan Standar akuntansi yang berlaku efektif saat

Lebih terperinci

Penerapan Laporan Keuangan Syariah PSAK 110 : Sukuk pada Lembaga Keuangan Syariah

Penerapan Laporan Keuangan Syariah PSAK 110 : Sukuk pada Lembaga Keuangan Syariah Penerapan Laporan Keuangan Syariah PSAK 110 : Sukuk pada Lembaga Keuangan Syariah Disusun Oleh : Rifky Yusuf Shalahuddin M Falah Azzam M Faris Fauzan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PSAK 110 merupakan

Lebih terperinci

Investasi Stock. Pertemuan ke 7

Investasi Stock. Pertemuan ke 7 Investasi Stock Pertemuan ke 7 Agenda 1 2 3 3 4 4 5 5 Aset Keuangan Investasi di Instrumen Surat Utang Investasi di Instrumen Ekuitas Latihan dan Pembahasan.. 2 Mahasiswa mampu : Tujuan Pemelajaran 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan rangkuman kinerja perusahaan untuk melaporkan setiap aktivitas yang dilakukan, mulai dari aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian PSAK Menurut PSAK No. 1, paragraf 5, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Instrumen Keuangan:Pengakuan dan Pengukuran. Sebelum

BAB I PENDAHULUAN. tentang Instrumen Keuangan:Pengakuan dan Pengukuran. Sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki tahun 2010, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mewajibkan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia menerapkan PSAK 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan:Pengakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. perbankan Indonesia serta sejalan dengan upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. perbankan Indonesia serta sejalan dengan upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Dalam rangka menyelaraskan standar akuntansi keuangan khususnya untuk perbankan Indonesia serta sejalan dengan upaya peningkatan market discipline, Bank Indonesia berinisiatif

Lebih terperinci

LIMITED HEARING. PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. 14 November 2006 PUBLIC HEARING

LIMITED HEARING. PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. 14 November 2006 PUBLIC HEARING LIMITED HEARING PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan 14 November 2006 TUJUAN PSAK 50 (1998) Vs PSAK 50 (2006) Menyamakan pengaturan akuntansi dan pelaporan investasi efek

Lebih terperinci

PSAK 60 (REVISI 2014) PENGUNGKAPAN INSTRUMEN KEUANGAN

PSAK 60 (REVISI 2014) PENGUNGKAPAN INSTRUMEN KEUANGAN PSAK 60 (REVISI 2014) PENGUNGKAPAN INSTRUMEN KEUANGAN 60 PSAK 60 PSAK 60 mengatur persyaratan pengungkapan dalam laporan keuangan terhadap instrumen keuangan. Sebelumnya diatur dalam PSAK 50 (revisi 2006):

Lebih terperinci

Investasi Stock. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 7. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Investasi Stock. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 7. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Investasi Stock - Pertemuan 7 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 3 3 4 4 5 5 Aset Keuangan Investasi di Instrumen Surat Utang Investasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA Nur Fadilla, Sofatul Lail Lisa, Rohmania Nur Laily, Fitriya Indah Wahyuni nurfadilajuniandra@gmail.com Abstrak Instrumen keuangan adalah

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP Materi ini dipersiapkan oleh Divisi Teknis IAI sebagai bagian yang takterpisahkan dari Discussion Paper Reviu 1 Ruang lingkup Small and medium entities (SMEs),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perbankan A. Definisi Perbankan Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 PSAK 50, Penyajian dan Pengungkapan PSAK 50 merupakan adopsi dari IAS 32 dengan tema pembahasan yang sama, yaitu mengenai penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan.

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 50 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 50 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 0 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks dengan

Lebih terperinci

AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50 AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50

AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50 AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA Akuntansi Investasi Efek Tertentu PSAK No. 50 PSAK No.50 tentang AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU telah disetujui oleh Komite Standar Akuntansi

Lebih terperinci

MAKALAH TEORI AKUNTANSI ASET

MAKALAH TEORI AKUNTANSI ASET MAKALAH TEORI AKUNTANSI ASET Nama Kelompok 1 : 1. Daud Dody Irwansyaf 24932 2. Ni Made Anggi L.P.W. 25106 3. Evi Yuniasari S. 25110 4. Getta Septina Wibowo 25115 5. Leilyta Vika Permatasari 25133 DEFINISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International

BAB I PENDAHULUAN. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada International Accounting Standard (IAS) 39 mengenai Recognition and Measurement of Financial Instruments

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN PSAK 50, PSAK 55 DAN PSAK 60 (REVISI) PADA PENYISIHAN KERUGIAN KREDIT PERBANKAN

DAMPAK PENERAPAN PSAK 50, PSAK 55 DAN PSAK 60 (REVISI) PADA PENYISIHAN KERUGIAN KREDIT PERBANKAN DAMPAK PENERAPAN PSAK 50, PSAK 55 DAN PSAK 60 (REVISI) PADA PENYISIHAN KERUGIAN KREDIT PERBANKAN Sari Rahmadhani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Totalwin Semarang Abstract Bank Indonesia, together with the

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Ada beberapa instrumen keuangan banyak digunakan oleh perusahaan seperti

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Ada beberapa instrumen keuangan banyak digunakan oleh perusahaan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instrumen keuangan adalah suatu kontrak yang menambah nilai aset keuangan suatu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas dari entitas lain (IAI,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN INSTRUMEN KEUANGAN LINDUNG NILAI PADA PERBANKAN DAN NON-PERBANKAN

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN INSTRUMEN KEUANGAN LINDUNG NILAI PADA PERBANKAN DAN NON-PERBANKAN ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN INSTRUMEN KEUANGAN LINDUNG NILAI PADA PERBANKAN DAN NON-PERBANKAN NUR WAHYU NINGSIH Universitas Lampung ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sejarah Perkembangan Akuntansi di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sejarah Perkembangan Akuntansi di Indonesia 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Akuntansi di Indonesia Tonggak sejarah perkembangan akuntansi pertama kali merupakan masa menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat bagi investor untuk mengetahui kondisi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu laporan keuangan juga memiliki

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PSAK 50 DAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI (STUDI KASUS PADA PT. BANK NTB)

EVALUASI PENERAPAN PSAK 50 DAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI (STUDI KASUS PADA PT. BANK NTB) EVALUASI PENERAPAN PSAK 50 DAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI (STUDI KASUS PADA PT. BANK NTB) Herawati Khotmi 1), Endang Kartini 2) 1,2) Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram. Abstract

Lebih terperinci

PERSIAPAN PENERAPAN PSAK ETAP Oleh : Syarief Basir, CPA, SH, MBA

PERSIAPAN PENERAPAN PSAK ETAP Oleh : Syarief Basir, CPA, SH, MBA Edisi : Juli 2010 PERSIAPAN PENERAPAN PSAK ETAP Oleh : Syarief Basir, CPA, SH, MBA Tidak lama lagi, atau pada 1 Januari 2011, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan informasi yang relevan dan reliabel merupakan hal yang penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial Reporting Standard

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 dan (PSAK) 55 (Revisi 2006)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 dan (PSAK) 55 (Revisi 2006) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 dan (PSAK) 55 (Revisi 2006) Pernyataan standar akuntasi keuangan (PSAK) merupakan sebuah standar yang mengatur tentang sistem pelaporan

Lebih terperinci

AUDIT ON SECURITIES & INVESTMENT

AUDIT ON SECURITIES & INVESTMENT AUDIT ON SECURITIES & INVESTMENT PEMERIKSAAN SURAT BERHARGA DAN INVESTASI 2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 7-1 Konsep Surat Berharga Investasi dalam Surat Berharga

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang Pendapatan disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal

Lebih terperinci

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP SAK UMUM vs SAK ETAP No Elemen PSAK SAK ETAP 1 Penyajian Laporan Keuangan Laporan posisi keuangan Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan Pembedaan asset lancar dan tidak lancar dan laibilitas

Lebih terperinci

Berdasarkan tujuan investasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Investasi jangka pendek (sudah dibahas) 2. Investasi jangka panjang

Berdasarkan tujuan investasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Investasi jangka pendek (sudah dibahas) 2. Investasi jangka panjang INVESTASI (INVESTMENT) Pengertian investasi di dalam akuntansi meliputi semua penanaman dana perusahaan atau penyertaan perusahaan pada perusahaan lain, yang tidak ada hubungan langsung dengan operasi

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN INFORMASI ASET KEUANGAN DAN IMPAIRMENT-NYA DI PERBANKAN MENURUT PSAK 50 DAN 60

PENGUNGKAPAN INFORMASI ASET KEUANGAN DAN IMPAIRMENT-NYA DI PERBANKAN MENURUT PSAK 50 DAN 60 Seminar Nasional dan Call for Paper (Sancall 2014): ISBN: 978-602-70429-1-9 RESEARCH METHODS AND ORGANIZATIONAL STUDIES Hlm. 296-306 PENGUNGKAPAN INFORMASI ASET KEUANGAN DAN IMPAIRMENT-NYA DI PERBANKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Perbankan Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

Lebih terperinci

II. DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi di masa yang akan datang. Menurut PSAK 1 (2009) manfaat laporan

II. DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi di masa yang akan datang. Menurut PSAK 1 (2009) manfaat laporan II. DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Manfaat Laporan Keuangan Menurut Fahmi (2012) manfaat dari laporan keuangan adalah membantu pihak pemegang saham dalam proses pengambilan keputusan, dan

Lebih terperinci

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved Ikatan Akuntan Indonesia Tiga Pilar Akuntansi Keuangan: Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK ETAP SAK Syariah SAK ETAP digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP). ETAP adalah entitas yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba

Lebih terperinci

Perbedaan PSAK dan SAK ETAP

Perbedaan PSAK dan SAK ETAP Perbedaan PSAK dan SAK ETAP No Elemen 1Penyajian Laporan Keuangan PSAK Laporan posisi keuangan Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan Pembedaan asset lancar dan tidak lancar dan laibilitas

Lebih terperinci

PT BANK VICTORIA INTERNATIONAL Tbk DAN ENTITAS ANAK

PT BANK VICTORIA INTERNATIONAL Tbk DAN ENTITAS ANAK PT BANK VICTORIA INTERNATIONAL Tbk DAN ENTITAS ANAK REVISI LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2013 DENGAN ANGKA PERBANDINGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2012 (AKUN-AKUN

Lebih terperinci

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Laporan No. AR/L-099/12 Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi PT Sidomulyo Selaras Tbk Kami telah mengaudit laporan posisi keuangan konsolidasian PT Sidomulyo Selaras Tbk

Lebih terperinci

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan BAB 1 Apa itu AKUNTANSI? Akuntansi adalah seni yg menurut kepercayaan luas pertama kali ditemukan oleh Fra Luca Bartolomeo de Pacioli, seorang ahli matematika Italia dan friar Franciscan di abad ke 16

Lebih terperinci

Investasi - Bonds Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Investasi - Bonds Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Investasi - Bonds - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 3 3 4 4 5 Aset Keuangan Investasi di Instrumen Utang Investasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

Transaction in Foreign Currency

Transaction in Foreign Currency Transaction in Foreign Currency Dwi Martani 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan- Forex 1 Transaksi dalam Mata Uang Asing D G 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan- Forex 2 1/26/2010 Pelaporan Akuntans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Instrumen keuangan merupakan kontrak yang mengakibatkan timbulnya aset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas

Lebih terperinci

AKUTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AKUTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN AKUTANSI PERPAJAKAN Akuntansi Pajak atas Piutang Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi Magister Akuntansi 04 Kode MK Dr. Suhirman Madjid, SE,MSi,Ak, CA Abstract

Lebih terperinci

MATRIKS TANGGAPAN EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA

MATRIKS TANGGAPAN EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA ASOSIASI SURANSI JIWA INDONESIA MATRIKS TANGGAPAN EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA Halaman: i Nomor: 1 Klasifikasi Aset Keuangan (4.1 Klasifikasi Aset

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 tentang Akuntansi Untuk Investasi disetujui dalam Rapat Komite Prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriteria laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK 1 (revisi 1998) dengan PSAK 1 (revisi 2009) adalah dalam butir (f) yang mengharuskan entitas untuk menyajikan laporan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi

KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi ED AMANDEMEN PSAK 62 KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi Diterbitkan oleh: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan,

Lebih terperinci

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan. EXPOSURE DRAFT BULETIN TEKNIS 8 DIKELUARKAN OLEH KONTRAK ASURANSI DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA TANGGAL 19 OKTOBER 2012 Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

ED PSAK 110. Akuntansi Sukuk. exposure draft pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

ED PSAK 110. Akuntansi Sukuk. exposure draft pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ED PSAK 0 exposure draft pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Sukuk Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. Menteng, Jakarta

Lebih terperinci

RECEIVABLES 1. Apa itu receivables 2. Ada berapa jenis receivables PENGAKUAN A/R 3. A/R diakui sebesar apa?

RECEIVABLES 1. Apa itu receivables 2. Ada berapa jenis receivables PENGAKUAN A/R 3. A/R diakui sebesar apa? RECEIVABLES 1. Apa itu receivables? - Receivables merupakan financial asset. - Receivables adalah klaim yang dimiliki terhadap konsumen dan lainnya, atas uang, barang atau jasa. 2. Ada berapa jenis receivables?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

C H A P T E R 17 INVESTASI

C H A P T E R 17 INVESTASI 17-1 Volume 2 C H A P T E R 17 INVESTASI Intermediate Accounting IFRS Edition Kieso, Weygandt, and Warfield 17-2 Akuntansi untuk Aset Keuangan Aset Keuangan Kas. Investasi ekuitas di perusahaan lain (misal

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA PEMBELIAN KREDIT OLEH BANK DARI BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

Neraca: Klasifikasi Aset dan Liabilitas Sesuai IFRS

Neraca: Klasifikasi Aset dan Liabilitas Sesuai IFRS Neraca: Klasifikasi Aset dan Liabilitas Sesuai IFRS Khususnya di perusahaan publik, urusan klasifikasi aset dan liabilitas, dalam neraca, bisa menjadi sumber tantangan tersendiri, terutama bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 54 AKUNTANSI RESTRUKTURISASI UTANG-PIUTANG BERMASALAH

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 54 AKUNTANSI RESTRUKTURISASI UTANG-PIUTANG BERMASALAH 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI RESTRUKTURISASI UTANG-PIUTANG BERMASALAH Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam

Lebih terperinci

I NSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

I NSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ED PSAK (revisi ) Oktober EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN I NSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan

Lebih terperinci

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN TRANSLATED PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN 01 Industri asuransi berkembang selaras dengan perkembangan dunia usaha pada umumnya. Kehadiran

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 50 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 50 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 0 (REVISI 0) INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 0 (revisi 0) terdiri dari paragraf - dan Panduan Aplikasi. Seluruh

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK 50 DAN 55 (REVISI 2006) ATAS KEWAJIBAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA PT JASA MARGA (PERSERO))

ANALISIS PENERAPAN PSAK 50 DAN 55 (REVISI 2006) ATAS KEWAJIBAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA PT JASA MARGA (PERSERO)) PROCEEDINGS Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional ANALISIS PENERAPAN PSAK 50 DAN 55 (REVISI 2006) ATAS KEWAJIBAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA PT JASA MARGA (PERSERO)) ABSTRACT Sendi

Lebih terperinci

PUBLIC HEARING ED PSAK 71: Instrumen Keuangan

PUBLIC HEARING ED PSAK 71: Instrumen Keuangan DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA PUBLIC HEARING ED PSAK 71: Instrumen Keuangan Waktu / Tempat: Senin, 24 Oktober 2016 / Grha Akuntan, Jakarta Materi ini dipersiapkan sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Setelah dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) mulai tanggal 1 Januari 2012 dalam menyajikan aset keuangan dan

Lebih terperinci

KUIS & SOAL INVESTASI BONDS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

KUIS & SOAL INVESTASI BONDS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI KUIS & SOAL INVESTASI BONDS Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Soal 1 C Investasi utang (debt investment) yang memenuhi model

Lebih terperinci

PT VICTORIA INSURANCE

PT VICTORIA INSURANCE ` PT VICTORIA INSURANCE Laporan Keuangan 30 September 2015 (Tidak Diaudit), 31 December2014 Dan Periode Sembilan Bulan yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 30 September 2015 dan 2014 (Tidak Diaudit) LAPORAN

Lebih terperinci

01. Tujuan Pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi.

01. Tujuan Pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi. Berikut adalah isi dari PSAK 28 Revisi 2012 dan PSAK 36 Revisi 2012 berikut Dasar Kesimpulan yang disadur dari website IAI: www.iaiglobal.or.id. PT Padma Radya Aktuaria tidak bertanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

PT SIANTAR TOP Tbk DAN ENTITAS ANAK

PT SIANTAR TOP Tbk DAN ENTITAS ANAK PT SIANTAR TOP Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI INTERIM UNTUK PERIODE ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2016 (TIDAK DIAUDIT) DAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2015

Lebih terperinci

TAMBAHAN ILUSTRASI DAN PENJELASAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA BUKU 1

TAMBAHAN ILUSTRASI DAN PENJELASAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA BUKU 1 TAMBAHAN ILUSTRASI DAN PENJELASAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA BUKU 1 TIM PERUMUS PAPI 1 Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia TAMBAHAN ILUSTRASI DAN PENJELASAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA

Lebih terperinci

ED PSAK 55. exposure draft

ED PSAK 55. exposure draft ED PSAK exposure draft PERNYATAAN Standar Akuntansi Keuangan INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan

Lebih terperinci

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010 Akuntansi Keuangan serta Workshop PSAK Terbaru" 1 PSAK TERBARU Dr. Dwi Martani Tiga Pilar Standar Akuntansi 2 Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK-ETAP Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Standar akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008

PENYESUAIAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/ 33 /DPNP tanggal 8 Desember 2009 PENYESUAIAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008 BAB III : Penjelasan Umum 2. Ketentuan Transisi D. Estimasi Penurunan

Lebih terperinci

PT. VERENA MULTI FINANCE Tbk (d/h PT. VERENA OTO FINANCE Tbk)

PT. VERENA MULTI FINANCE Tbk (d/h PT. VERENA OTO FINANCE Tbk) LAPORAN KEUANGAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2011, 31 DESEMBER 2010 (AUDITAN) DAN 31 MARET 2010 DAFTAR ISI Halaman SURAT PERNYATAAN DIREKSI LAPORAN KEUANGAN Untuk periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PIUTANG USAHA 1. Pengertian Piutang Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk

Lebih terperinci

AKUNTANSI UNTUK INVESTASI

AKUNTANSI UNTUK INVESTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 13 IKATAN AKUNTAN INDONESIA AKUNTANSI UNTUK INVESTASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi disetujui dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. oleh pengguna laporan keuangan (investor, kreditor, dan calon kreditor) memiliki

BAB V PENUTUP. oleh pengguna laporan keuangan (investor, kreditor, dan calon kreditor) memiliki BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Informasi akuntansi harus memiliki relevansi nilai yang bermanfaat bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Penggunaan informasi akuntansi yang akurat oleh pengguna

Lebih terperinci

DENGAR PENDAPAT PUBLIK DRAF EKSPOSUR AMENDEMEN PSAK 71: INSTRUMEN KEUANGAN TENTANG FITUR PERCEPATAN PELUNASAN DENGAN KOMPENSASI NEGATIF

DENGAR PENDAPAT PUBLIK DRAF EKSPOSUR AMENDEMEN PSAK 71: INSTRUMEN KEUANGAN TENTANG FITUR PERCEPATAN PELUNASAN DENGAN KOMPENSASI NEGATIF DENGAR PENDAPAT PUBLIK DRAF EKSPOSUR AMENDEMEN PSAK 71: INSTRUMEN KEUANGAN TENTANG FITUR PERCEPATAN PELUNASAN DENGAN KOMPENSASI NEGATIF DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IAI Grha Akuntan/ Jumat, 8 Desember

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/3/DPNP tanggal 16 Desember 211 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Bank Tanggal : JTRUST INDONESIA, Tbk. : 31-Jul-16 (dalam jutaan rupiah) ASET 1.

Lebih terperinci

PT. PUSAKO TARINKA, Tbk

PT. PUSAKO TARINKA, Tbk PT. PUSAKO TARINKA, Tbk LAPORAN KEUANGAN INTERIM 6 (ENAM) BULANAN Untuk Tahun-Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 30 Juni 2012 dan 2011 DAFTAR ISI Halaman 1. Laporan Posisi Keuangan Interim 30 Juni 2012

Lebih terperinci

Salinan Surat Pernyataan tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2010 dan 2009 PT Citatah Tbk

Salinan Surat Pernyataan tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2010 dan 2009 PT Citatah Tbk DAFTAR ISI Halaman Salinan Surat Pernyataan tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2010 dan 2009 PT Citatah Tbk Laporan Auditor Independen 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB XV PENYAJIAN KEMBALI (RESTATEMENT) NERACA

BAB XV PENYAJIAN KEMBALI (RESTATEMENT) NERACA BAB XV PENYAJIAN KEMBALI (RESTATEMENT) NERACA A. DEFINISI PSAP 10 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 paragraf 42 menyatakan bahwa perubahan kebijakan akuntansi harus disajikan pada Laporan Perubahan

Lebih terperinci

PT GOLDEN RETAILINDO Tbk

PT GOLDEN RETAILINDO Tbk Laporan Keuangan Dengan Angka Perbandingan 30 September 2010 dan 31 Desember 2010 (Mata Uang Indonesia) Laporan Keuangan Dengan Angka Perbandingan 30 September 2010 dan 31 Desember 2010 (Mata Uang Indonesia)

Lebih terperinci

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 30 JUNI 2014 DAN 31 DESEMBER 2013

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PER 30 JUNI 2014 DAN 31 DESEMBER 2013 1. UMUM a. Pendirian dan Informasi Umum PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. (Perusahaan) didirikan di Bandung berdasarkan Akta No. 7 tanggal 1 Juli 1988 dan Notaris Nany Sukarja, S. H. Akta Pendirian

Lebih terperinci

PT PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2014

PT PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2014 PT PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN PT PELAYARAN BAHTERA ADHIGUNA DAN ENTITAS ANAK Lampiran 1/1 LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN ASET 31 Desember 31 Desember

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendapatan Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008 :516), Pendapatan ialah arus masuk aktiva dan penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian

Lebih terperinci

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN PSAK 71 Instrumen Keuangan Direncanakan Efektif 1 Januari 2019 Klasifikasi dan pengukuran untuk instrumen keuangan. Klasifikasi amortized cost dan fair

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci