BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 dan (PSAK) 55 (Revisi 2006)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 dan (PSAK) 55 (Revisi 2006)"

Transkripsi

1 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 dan (PSAK) 55 (Revisi 2006) Pernyataan standar akuntasi keuangan (PSAK) merupakan sebuah standar yang mengatur tentang sistem pelaporan keuangan yang mengadopsi dari International Accountuing Standards (IAS) untuk mengacu pada international financial reporting standards (IFRS) oleh karena itu beberapa PSAK mengalami perubahan agar sesuai dengan IFRS seperti pada PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006). PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006) mengalami perubahan dalam ruang cakup seperti penyajian, pengungkapan, pengukuran dan pengakuan dan sebagaimana yang tertuang dalam surat No.1705/DSAK/IAI/12/2008 "DSAK-IAI mengubah tanggal efektif pemberlakuan PSAK 50 dan PSAK 55 yang semula berlaku efektif pada atau setelah 1 Januari 2009 menjadi pada atau setelah 1 Januari 2010," tentang pengumuman perubahan tanggal efektif PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006) tertanggal 30 desember 2008, entitas harus menerapkan implementasi PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006) secara prospektif untuk laporan keuangan yang mencakup periode yang dimulai pada atau setelah 1 januari Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 dan (PSAK) 55 PSAK 50 dan 55 merupakan revisi dari PSAK 50 revisi 1998 yang mencakup tentang Efek yang diperdagangkan dan PSAK 55 yang merupakan revisi dari PSAK 55 revisi 1999 yang mencakup tentang derivatif dan lindung nilai dan PSAK 50 dan PSAK 55 mengalami revisi kembali dan menjadi PSAK 50 dan PSAK 55( revisi 2006) yang mencakup tentang instrumen keuangan, PSAK 50 yang mengadopsi dari IAS 32 yang mencakup tentang penyajian dan 6

2 7 pengunkapan instrumen keuangan dan PSAK 55 yang mengadopsi dari IAS 39 yang mencakup tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan. Berikut ini perubahan yang terjadi : 1. Ruang Lingkup Instrumen keuangan (PSAK 50 dan 55 revisi 2006): a. Efek yang Diperdagangkan (PSAK 50 revisi 1998) b. Derivatif dan Lindung Nilai (PSAK 55 revisi 1999) 2. Klasifikasi Dahulu : a. Diperdagangkan b. Tersedia untuk Dijual c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo PSAK 50 dan PSAK 55 (revisi 2006) : a. Diukur pada Nilai Wajar melalui laporan laba rugi b. Tersedia untuk Dijual c. Dimiliki hingga Jatuh Tempo d. Pinjaman dan Piutang 3. Pengakuan dan Pengukuran Dahulu : a. Contractual Rate b. Nilai Kontrak PSAK 50 dan PSAK 55 (revisi 2006) : a. Effective interest rate b. Nilai Wajar Nilai Wajar +/- Biaya Transaksi a. PSAK 50 (revisi 2006) instrumen keuangan penyajian dan pengungkapan 1. Ruang lingkupnya meliputi seluruh penyajian dan pengungkapan tipe instrumen keuangan yaitu aset keuangan, liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas. Instrumen ekuitas adalah kontrak yang memberikan

3 8 kepada pemiliknya hak residu atas aset entitas setelah dikurangi dengan semua liabilitas. 2. Alokasi nilai buku instrumen keuangan untuk komponen ekuitas dan utang. Nilai utang ditetapkan terlebih dahulu. 3. Pembelian saham diperoleh kembali (treasury stock) dicatat sebagai perubahan atas ekuitas sehingga tidak ada keuntungan/kerugian yang diakui. 4. Termasuk dalam definisi aset dan liabilitas keuangan adalah kontrak yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas suatu entitas. 5. Aset dan liabilitas keuangan diakui ketika entitas mengambil bagian dalam suatu kontrak provisi atas suatu instrumen. semua ketentuan tentang pengungkapan dipindahkan ke PSAK 60 (IFRS 7) b. PSAK 55 (revisi 2006) instrumen keuangan pengakuan dan pengukuran 1.Instrumen keuangan diukur pada pengakuan awal sebesar nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi kecuali untuk instrumen yang diukur dengan menggunakan nilai wajar. 2.Penghapusan (decerognition) aset keuangan didasarkan atas kombinasi risk and reward dan pendekatan pengendalian. Evaluasi atas risk and reward dilakukan sebelum evaluasi transfer pengendalian. 3.Pengakuan gain/loss atas penghapusan (extinguishment) liabilitas keuangan ketika utang baru diterbitkan memiliki persyaratan (term) yang berbeda dengan utang lama. 4.Restrukturisasi utang yang menyebabkan modifikasi substansial term dapat menghasilkan gain/loss pada saat penerbitan liabilitas baru. 5.Empat kategori aset keuangan : a. Aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. b. Investasi dimiliki hingga jatuh tempo. c. Pinjaman yang diberikan atau piutang, dan

4 9 d. Aset keuangan tersedia untuk dijual. 6.Dua katagori liabilitas keuangan : a.kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. b.kewajiban lain. 7.Pengukuran aset keuangan dengan menggunakan nilai wajar dalam arti luas. 8.Beberapa perbedaan dalam praktik dalam mengidentifikasi derivative majemuk. 9.Haraga pasar atas aset yang dimiliki atau liabilitas yang akan diterbitkan adalah harga penawaran (bid price) dan untuk aset yang akan dibeli atau liabilitas yang dimiliki adalah harga permintaan (asking price). 10. Pengukuran instrumen keuangan nilai amortisasi, premium, dan diskon diamortisasi dengan menggunakan Effective Interest Rate. 11. Aturan tainting atas held to maturity investment, pembatasan selama 2 tahun tidak boleh melakukan transfer antar kategori investasi. 12. Bukti obyektifitas atas penurunan nilai aset keuangan dan penilaiannya dilakukan setiap tanggal laporan keuangan. 13. Penilaian penurunan nialai dilakukan secara individu dan kolektif 14. Pembalikan atas penurunan atas piutang, investasi HTM 15. AFS instrumen utang dapat dilakukan jika memenuhi kriteria. 16. Reklasifikasi menjadi atau keluar dari FVPL dilarang yang didesain untuk tujuan hedging Tujuan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) 50 dan PSAK 55 (revisi 2006) Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan kontrak pembelian dan penjualan item non keuangan. Penyajian dan pengungkapan informasi keuangan diatur dalam PSAK 50 (revisi 2006).

5 10 Meningkatnya penjualan saham-saham milik perusahaan Indonesia di dunai membuat perusahaan-perusahaan yang memilik penjualan saham go public bahkan sampai internasional harus mulai menyiapkan laporan keuangan yang bisa dibaca oleh seluruh dunia atau dengan kata lain harus mulai menerapkan PSAK yang mengacu pada IFRS agar saham kita dapat dengan mudah diterima di pasar modal dunia Kewajiban Keuangan Berdasarkan PSAK 50 (revisi 2006) kewajiban keuangan merupakan salah satu bagian dari instrumen keuangan. Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai asset keuangan, sebelum melakukan pencatatan atas kewajiban keuangan, belum tentu kewajiban keuangan akan ditulis dilaporan keuangan karena mungkin terjadi penghapusan atau pembelian terhadap kewajiban keuangan Pengertian Kewajiban Keuangan Berdasarkan PSAK 50 (revisi 2006) kewajiban keuangan adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas asset suatu entitas setelah dikurangi seluruh kewajibannya, penting bagi entitas untuk memahami definisi dan klasifikasi dari kewajiban keuangan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang berhubungan dengan kewajiban keuangan yang didapat dari berbagai sumber : Berdasarkan PSAK 50 (revisi 2006), kewajiban keuangan adalah setiap kewajiban berupa: 1) Kewajiban kontraktual : a) Untuk menyerahkan kas atau asset keuangan lain kepada entitas lain; atau b) Untuk mempertukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas tersebut; atau

6 11 2) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas yang bersangkutan dan merupakan : a) Non derivative dimana entitass harus atau mungkin diwajibkan untuk menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau b) Derivative yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau asset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Untuk kewajiban keuangan ini, pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu: a) Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi; dan b) Kewajiban keuangan yang diukur menggunakan biaya perolehan diamortisasi. Suatu kewajiban keuangan dikategorikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut ini: a) Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan; atau b) Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Definisi kewajiban menurut beberapa ahli: Kewajiban keuangan berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009;9) didefinisikan sebagai berikut : A liability is a present obligation of the enterprise arising from past events, the statement of which is excepted to result in an outflowfrom the enterprise of resources embodying economic benefits. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Kewajiban keuangan merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,

7 12 penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Menurut Munawir hutang atau kewajiban keuangan perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Menurut Munawir (2007:18) pengertian hutang lancar yaitu : Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Munawir (2007:19) pengertian hutang tidak lancar, yaitu : Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca) Tujuan Kewajiban Keuangan Perusahaan adalah suatu tempat untuk melakukan proses barang atau jasa yang kemudian hasilnya dijual kepada konsumen untuk menghasilkan laba yang dapat menambah modal perusahaan untuk mengembangkan perusahaan, tetapi selain dari hasil penjualan barang atau jasa perusahaan mendapat tambahan modal lain dari kewajiban keuangan yang menambah aset perusahaan. Kewajiban keuangan diperusahaan dibuat untuk menambah modal atau aset perusahaan, bentuk dari kewajiban keuangan sendiri beragam ada hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek Klasifikasi Kewajiban Keuangan Berdasarkan PSAK 50 (revisi 2006) kewajiban keuangan oleh perusahaan terdiri dari beberapa bentuk: a. Biaya perolehan diamortisasi Biaya perolehan diamortisasi dari kewajiban keuangan adalah jumlah kewajiban keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi

8 13 pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya. b. Metode suku bunga efektif Metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari asset keuangan atau kewajiban keuangan (atau kelompok asset keuangan atau kewajiban keuangan) dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan. c. Suku Bunga Efektif Suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau kewajiban keuangan. d. Pengakuan Awal Entitas mengakui kewajiban keuangan pada neraca, jika dan hanya jika, entitas menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. e. Penghentian Pengakuan kewajiban Keuangan Kewajiban keuangan yang sebelumnya telah diakui dalam neraca entitas, harus dikeluarkan dari neraca jika dan hanya jika kewajiban keuangan tersebut berakhir, yaitu ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluwarsa. Apabila terjadi pertukaran diantata entitas dan pemberi pinjaman yang saat ini ada atas instrumen utang dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, dicatat sebagai penghapusan kewajiban keuangan awal dan pengakuan kewajiban keuangan baru. Demikian juga, modifikasi secara substansial atas ketentuan kewajiban keuangan yang saat ini ada atau bagian dari kewajiban keuangan tersebut dicatat sebagai penghapusan kewajiban keuangan tersebut dicatat sebagai

9 14 penghapusan kewajiban keuangan awal dan pengakuan kewajiban keuangan baru. f. Pengukuran awal kewajiban keuangan Pada saat pengakuan awal kewajiban keuangan yang dimiliki, entitas harus mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal kewajiban keuangan tidak diukur pada nilia wajar melalui laporan laba rugi, nilai wajar tersebut dikurangi biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan kewajiban keuangan tersebut. Biaya transaksi yang dimaksud adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan, penerbitan atau pelepasan aset keuangan atau kewajiban keuangan. Biaya tambahan adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh, menerbitkan atau melepaskan instrumen keuangan. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam menentukan nilai wajar dari kewajiban keuangan adalah sebagai berikut: a. Apabila entitas memperoleh pinjaman langsung dari pihak Bank, maka pinjaman tersebut pada dasarnya dilakukan pada nilai wajarnya; atau b. Apabila entitas memperoleh pinjaman melalui pihak lain (missal: pemerintah), maka entitas harus melakukan analisa mengenai apakah bunga yang harus dibayarkan sesuai kontrak berbeda dengan bunga yang harus dibayarkan apabila entitas mengajukan pinjaman yang identik dengan pinjaman tersebut kepada pihak bank. Jika bunga kontrak berbeda dengan bunga bank maka nilai wajar pinjaman ditentukan dengan menggunakan teknik. g. Pengukuran Kewajiban Keuangan Setelah Pengakuan Awal Setelah pengakuan awal, entitas mengukur kewajiban keuangan sebagai berikut: a. kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diukur pada nilai wajarnya; dan

10 15 b. kewajiban keuangan yang diukur menggunakan biaya perolehan dan diamortisasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. h. Saling Hapus Antar Aset keuangan dan Kewajiban keuangan Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam neraca jika, dan hanya jika, entitas: a. saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; atau b. berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajibannya secara simultan. Dalam akuntansi untuk transfer atas aset keuangan yang tidak memenuhi kualifikasi penghentian pengakuan, maka entitas tidak boleh melakukan saling hapus aset keuangan yang ditransfer dan kewajiban terkait Jenis Kewajiban Keuangan Menurut Lasile Chadwik dalam bukunya ESENSI AKUNTANSI KEUANGAN berikut ini beberapa jenis kewajiban keuangan: 1. Kewajiban Jangka Panjang (Long- Term Debt) Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang akan dibayarkan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi atau satu tahun, berikut beberapa jenis kewajiban jangka panjang. a. Hutang Obligasi Obligasi adalah jenis hutang jangka panjang yang paling sering dilaporkan dalam neraca perusahaan, tujuan utama dari obligasi adalah untuk meminjam dalam jangka panjang apabila jumlah yang diperlukan terlalu besar untuk disediakan oleh satu pemberi pinjaman. b. Kewajiban Lease Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu,

11 16 berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor. c. Wesel Jangka Panjang Pinjaman yang diperoleh dari lembaga lembaga keuangan lainnya.ketika dana dibutuhkan untuk tujuan jangka panjang dibutuhkan kiranya peningkatkan pendapatan digunakan untuk membayar utang tersebut hampir selalu kewajiban jangka panjang berhubungan dengan bunga dan memiliki tanggal jatuh tempo yang tetap. Perusahaan mungkin saja memperoleh dana yang dibutuhkan dari dana pinjaman dari pada mengeluarkan obligasi untuk dijual kepada masyarakat, kadang-kadang wesel dikeluarkan sambil menunggu waktu yang tepat disbanding mengeluarkan obligasi. d. Hipotik Suatu jenis pinjaman yang khusus biasanya menggunakan jaminan berupa aktiva dari si peminjam, suatu hipotek mengandung kewajiban hukum untuk membayar bunga pokonya pada tanggal yang telah ditentukan. e. Bank Overdraft Banyak perusahaan, organisasi yang menggunakan overdraft untuk menjadi sumber keuangan jangka panjangnya, namun perlakuannya dapat mempengaruhi resiko yang dihitung untuk maksud analisa dan perbandingan. 2. Kewajiban Jangka Pendek (Current liabilities) Kewajiban jangka pendek adalah jumlah yang terhutang yang akan diselesaikan dalam jangka pendek misalnya enam bulan atau setengah tahun, berikut beberapa jenis kewajiban jangka pendek :

12 17 a. Hutang Dagang Hutang adalah jumlah yang belum terbayar kepada kredit atas barang yang dibeli secara kredit. Periode pelunasan kredit ini biasanya ditentukan dalam syarat penjualan, misalnya : 2/10, n/30 atau 1/10, E.O.M dan biasanya 30 hari hingga 60 hari. b. Biaya yang Terhutang Biaya biaya untuk periode yang bersangkutan yang belum dibayar. c. Wesel Bayar (Notes Payable) Janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal tertentu dimasa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan atau transaksi lainnya. Penerbitan wesel dengan bunga dan penerbitan wesel tanpa bunga. d. Hutang Pajak Jumlah pajak yang terhutang. Pajak yang dipungut dari transaksi penjualan barang atau jasa dapat disebut pajak pertambahan nilai (PPN). PPN harus disetor ke kas Negara pada periode tertentu. Jenis jenis Hutang Pajak : 1. Hutang Pajak Properti 2. Hutang Pajak Penghasilan 3. Hutang Pajak penjualan e. Dividen yang Dijanjikan Dividen yang dijanjikan ini adalah jumlah yang terhutang kepada pemegang saham untuk dividen yang dijanjikan akan dibayar. f. Bank Overdraft Pengambilan dana dari rekening bank yang melebihi jumlah uang simpanan. Bank overdraft dapat diperhitungkan sebagai kewajiban jangka pendek bila tidak digunakan sebagai sumber keuangan jangka panjang.

13 Hutang Obligasi Hutang obligasi merupakan salah satu dasri hutang jangka panjang dalam kewajiban keuangan, hutang obligasi sering dipakai karena bisa dipakai untuk meminjam dalam jangka panjang dan lebih mudah diuangkan pada saat dibutuhkan Pengertian Obligasi Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan investor di pasar modal ataupun bagi perusahaan untuk mendapatkan dana bagi kepentingan perusahaan. Perkembangan produk obligasi di Indonesia itu sendiri masih cukup lamban dibandingkan perkembangan produk saham. Sejak 1990, tercatat lebih dari 23 perusahaan yang menerbitkan obligasi sampai September 2003 dengan nilai lebih dari Rp. 45 triliun. Perkembangan obligasi mulai menunjukkan peningkatan yang berarti sebagai alat investasi dan instrumen keuangan pada periode tahun Adanya pengetatan prosedur pinjaman di lembaga perbankan menyebabkan pihak perusahaan yang sedang membutuhkan dana untuk ekspansi bisnis atau melakukan pelunasaan utangnya mulai melirik instrumen obligasi sebagai salah satu alternatif penggalangan dana. Beberapa alasan di antaranya adalah penerbitan obligasi lebih mudah dan fleksibel dibandingkan melakukan prosedur pinjaman di bank. Selain itu, tingkat suku bunga obligasi bisa dibuat lebih menguntungkan bagi perusahaan dibandingkan tingkat suku bunga pinjaman dari bank yang cenderung meningkat. Berikut definisi obligasi menurut Sapto Rahardjo (2004:2) : Instrumen obligasi merupakan bagian dari instrumen investasi berpendapatan tetap (fixed income securities). Obligasi termasuk kedalam kelompok investasi berpendapatan tetap sebab jenis pendapatan keuntungan yang diberikan kapada investor obligasi didasarkan pada tingkat suku bunga yang telah ditentukan sebelumnya menerut perhitungan tertentu. Tingkat pendapatan

14 19 tersebut bisa berbentuk tingkat suku bunga tetap (fixed rate) dan tingkat suku bunga mengambang (variable rate). Sedangkan menurut Jaka E. Cahyana (2004) obligasi negara adalah: Surat utang Negara Republik Indonesia dalam mata uang rupiah yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan pembayaran secara periodik dan atau dengan pembayaran bunga secara diskonto Tujuan Penerbitan Obligasi Obligasi pada dasarnya merupakan surat utang yang ditawarkan kepada publik. Apabila investor berminat, ia bisa membeli melalui pihak penjamin (underwriter) atau agen penjual lewat penjualan dipasar perdana, atau melalui broker dealer apabila dibeli melalui pasar sekunder. Menurut Sapto Rahrdjo (2004:10) dalam bukunya PANDUAN INVESTASI OBLIGASI bahwa perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai beberapa tujuan penting di antaranya: a. Mendapatkan Jumlah dana tambahan yang lebih fleksibel. Dengan menerbitkan obligasi maka perusahaan diharapkan mampu mendapatkan tambahan dana yang disesuaikan dengan kebetuhan. Jumlah besar kecilnya dana obligasi bisa disesuaikan dengan kinerja keuangan perusahaan dibandingkan mengajukan pinjaman dana ke bank, keputusan besarnya pinjaman biasanya disesuaikan dengan nilai jaminan (collateral) yang dimiliki perusahaan. Dengan menerbitkan obligasi, pihak perusahaan akan lebih fleksibel menetukan besar kecilnya dana yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuan pasar (investor) dalam meneyerap penerbitan obligasi tersebut serta kemampuan pihak penjamin emisi dalam memberikan komitmen jumlah penerbitan obligasi. b. Mendapatkan pinjaman dengan tingkat suku bunga fleksibel. Dibandingkan dengan meminjam dana dari perbankan, penentuan tingkat suku bunganya cenderung berpihak pada kepentingan kreditur (Bank). Sedangkan apabila menerbitkan obligasi, proses penentuan

15 20 tingkat suku bunganya relatif fleksibel disesuaikan dengan kemampuan dan kepentingan penerbit obligasi. c. Mendapatkan alternatif pembiayaan melalui pasar modal. Seperti diketahui, obligasi termasuk juga jenis utang jangka panjang. Perusahaan yang kesulitan melakukan pinjaman melalui perbankan bisa mencari alternatif pendanaan melalui pasar modal dengan menerbitkan obligasi sejumlah dana yang dibutuhkan Jenis jenis obligasi Obligasi yang timbul dari suatu kontrak dikenal sebagai indenture obligasi (Bond Indenture) dan merupakan janji untuk membayar : 1. Sejumlah uang yang sudah ditetapkan pada tanggal jatuh tempo ditambah 2. Bunga periodik pada tingkat tertentu atas jumlah yang jatuh tempo (nilai nominal) 3. Setiap obligasi dinyatakan dengan sertifikat dan mempunyai nilai nominal. 4. Pembayaran bunga obligasi biasanya dilakukan setengah tahunan. Jenis jenis hutang obligasi : a. Obligasi berjamin dan tanpa jaminan b. Obligasi berjangka, obligasi berseri, obligasi yang dapat ditebus c. Obligasi konvertibel, obligasi yang didukung komoditas, dan dengan diskonto besar. d. Obligasi terdaftar dan obligasi atas unjuk (kupon). e. Obligasi laba dan obligasi pendapatan. Harga jual obligasi ditetapkan berdasarkan : a. Penawaran dan permintaan dari pembeli serta penjual, resiko relative, kondisi pasar dan keadaan perekonomian. b. Menilai obligasi pada nilai sekarang dari arus kas masa depan yang terdiri dari : bunga dan pokok.

16 21 c. Suku bunga yang digunakan adalah suku bunga yang memberikan nilai pengembalian atas investasi yang dapat diterima yang sebanding dengan karakteristik resiko penerbitan penilaian hutang obligasi, diskonto dan premi. d. Suku bunga yang tertulis dalam indenture obligasi dikenal sebagai suku bunga ditetapkan, kupon atau nominal. Suku bunga ini ditetapkan oleh penerbit obligasi dinyatakan sebagai persentasi nilai nominal yang disebut nilai pari atau nilai jatuh tempo. 1. Jika obligasi dijual < nilai nominal selisihnya : Diskonto 2. Jika obligasi dijual > nilai nominal selisihnya : Premi Suku Bunga a. Suku bunga actual yang dihasilkan oleh pemegang obligasi disebut hasil efektif (effective vield) atau suku bunga pasar (market rate) b. Obligasi dijual dengan diskonto : Hasil efektif > suku bunga ditetapkan. c. Obligasi dijual dengan premi : Hasil efektif < suku bunga ditetapkan. Obligasi diterbitkan diantara tanggal bunga : 1. Apabila obligasi diterbitkan pada tanggal pembayaran bunga, maka pembeli obligasi itu akan membayar bunga obligasi yang terutang dari tanggal pembayaran bunga terakhir sampai tanggal penerbitan. 2. Sebenarnya pembeli obligasi membayar dimuka kepada penerbit obligasi untuk bagian dari pembayaran bunga 6 bulan penuh yang bukan haknya, yaitu karena belum memiliki obligasi itu selama periode. 3. Pembeli akan menerima pembayaran bunga 6 bulan penuh pada tanggal pembayaran bunga setengah tahun berikutnya.

17 Konsep Penilaian Obligasi Dalam melakukan investasi yang benar, seorang investor harus mampu memahami konsep penilaian produk yang dijadikan investasinya. Obligasi sebagai instrument investasi jangka panjang mempunyai karakteristik penilaian yang spesifik dan berbeda dengan instrument investasi lainnya seperti saham. Pada setiap pembelian obligasi, seorang investor yang menyimpannya sampai waktu jatuh tempo akan menerima pendapatan dalam bentuk kupon (tingkat suku bunga) dari obligasi tersebut. Kenaikan dan penurunan tingkat suku bunga setiap saat dipengaruhi oleh aspek risiko sistematis yang disebabkan oleh pasar dan juga oleh aspek nonsitematis. Kenaikan atau penurunan tingkat suku bunga perbankan serta tingginya inflasi bisa menjadi pemicu fluktuitas yang mempengaruhi pendapatan obligasi. Menurut Sapto Rahardjo (2004:61) dalam bukunya PANDUAN INVESTASI OBLIGASI untuk perhitungan obligasi maka perusahaan menggunakan sistem sepeti ini : a. Time Value of Money Time Value of Money adalah perhitungan pendapatan atas nilai utang tertentu, dimana investor akan menghtitung nilai investasinya samapai periode jatuh tempo yang akan bertambah dari pendapatan suku bunga. Perhitungannya adalah jika R (return) merupakan tingkat suku bunga dan Po merupakan nilai pokok investasi (principal) maka bisa dibuat rasio: RETURN = Jadi penentuan tingkat suku bunga meupakan konsep time value of money,setiap investasi uang akan mendapatkan peluang pendapatan tambahan dari hasil bunga.

18 23 b. Present Value Pengertian present value atau nilai sekarang adalah berapa jumlah yang harus diinvestasikan sekarang untuk mendapatkan sejumlah uang tertentu pada suatu periode nanti. Metode ini dinamakan juga dengan metode arus kas diskonto. Rumus dari present value adalah: PV = Risiko Obligasi Dalam setiap investasi untuk mendapatkan keuntungan selalu muncul potensi adanya resiko kerugian yang akan timbul apabila target keuntungan investasi tersebut tidak sesuai dengan yang direncanakan dan yang diinginkan. Seorang investor dipasar saham atau di pasar obligasi menyadari sepenuhnya potensi risiko yang muncul dari tujuan investasi yang dilakukannya. Dengan melakukan investasi, seorang investor diharapkan telah mengetahui setiap resiko investasinya tersebut. Menurut Sapto Rahardjo (2004) Risiko investasi bentuknya bisa bermacam-macam, baik disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal dari produk investasi tersebut. Setiap tindakan investasi mempunyai tingkat resiko dan keuntungan yang berbeda-beda. Tingkat resiko investasi sangat berbeda tergantung dari jenis investasi yang dilakukan. Investasi pada mata uang asing, deposito, komoditi berjangka, produk derivative, saham ataupun obligasi masingmasing mempunyai tingkat risiko yang berbeda Manfaat obligasi Orang-orang yang memiliki tujuan finansial seperti biaya pendidikan anak, membeli rumah baru, meningkatkan penghasilan selama pensiun atau tujuan finansial lain, berinvestasi di obligasi dapat membantu mencapai pilihan tersebut. Bahkan untuk tujuan keuangan yang sangat penting dan harus tercapai, maka obligasi merupakan pilihan yang bisa lebih baik dibandingkan instrument

19 24 investasi lain, menurut Jaka E. Cahyana (2004:268) berikut beberapa manfaat berinvestasi diobligasi: 1. Aliran arus bunga dan pokok dapat diprediksi jumlah dan waktunya. 2. Nilai bunga lebih kompetitif daripada imbalan yang ditawarkan segala macam bentuk simpanan perbankan dan surat utang jangka pendek lain. 3. Obligasi pada umumnya bisa diperdagangkan sehingga pemodal bisa menjual bilamana membutuhkan dana sebelum periode jatuh tempo tiba. 4. Dengan berinvestasi di obligasi pemodal dapat memperoleh gain. Hal ini terjadi jika dia menjual obligasi sebelum masa jatuh tempo dengan harga jauh lebih tinggi dari pada harga belinya.

ANALISIS PENERAPAN PSAK 50 DAN 55 (REVISI 2006) ATAS KEWAJIBAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA PT JASA MARGA (PERSERO))

ANALISIS PENERAPAN PSAK 50 DAN 55 (REVISI 2006) ATAS KEWAJIBAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA PT JASA MARGA (PERSERO)) PROCEEDINGS Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional ANALISIS PENERAPAN PSAK 50 DAN 55 (REVISI 2006) ATAS KEWAJIBAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA PT JASA MARGA (PERSERO)) ABSTRACT Sendi

Lebih terperinci

FINANCIAL INSTRUMENT

FINANCIAL INSTRUMENT Pelaporan Akuntans Keuangan- Financial Instrument 1 FINANCIAL INSTRUMENT Dwi Martani Latar Belakang Revisi PSAK 50-55 2 Perkembangan standar Internasional IFRS 30 dan 39 Investor melakukan investasi secara

Lebih terperinci

A. HUTANG OBLIGASI perjanjian obligasi Obligasi berjamin dan tanpa jaminan

A. HUTANG OBLIGASI perjanjian obligasi Obligasi berjamin dan tanpa jaminan A. HUTANG OBLIGASI Hutang jangka panjang memiliki definisi sebagai suatu pengorbanan ekonomi dengan kemungkinan yang sangat besar terjadi di masa depan akibat dari kewajiban masa kini yang belum dibayarkan

Lebih terperinci

LIABILITAS JANGKA PANJANG

LIABILITAS JANGKA PANJANG LIABILITAS JANGKA PANJANG - Pertemuan 12 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 3 Utang Obligasi Wesel Bayar Jangka Panjang Isu-isu Spesial

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

Utang Jangka Panjang (Long Term Liabilities)

Utang Jangka Panjang (Long Term Liabilities) Utang Jangka Panjang (Long Term Liabilities) Anggota Kelompok : Adi Tri Prasetyo Aisyah Novia W. Dian Fitria Sari Dianita Ramadhani Gunung Arifan Nandya Titi Hapsari A. Pengertian Utang Jangka Panjang

Lebih terperinci

Investasi - Bonds. Pertemuan ke 6

Investasi - Bonds. Pertemuan ke 6 Investasi - Bonds Pertemuan ke 6 Agenda 1 2 3 3 4 4 5 Aset Keuangan Investasi di Instrumen Utang Investasi di Instrumen Ekuitas Latihan dan Pembahasan 2 Mahasiswa mampu : Tujuan Pemelajaran 1. Menjelaskan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (REVISI 0) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (revisi 0) terdiri dari paragraf - dan Panduan Aplikasi. Seluruh paragraf

Lebih terperinci

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG. ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG. ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB Pengertian Sumber dana jangka panjang merupakan sumber dana yang memiliki jangka waktu panjang yaitu lebih dari 10 tahun. Sumber dana jangka

Lebih terperinci

LIMITED HEARING. PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. 14 November 2006 PUBLIC HEARING

LIMITED HEARING. PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. 14 November 2006 PUBLIC HEARING LIMITED HEARING PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan 14 November 2006 TUJUAN PSAK 50 (1998) Vs PSAK 50 (2006) Menyamakan pengaturan akuntansi dan pelaporan investasi efek

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Setelah dicabutnya PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) mulai tanggal 1 Januari 2012 dalam menyajikan aset keuangan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian PSAK Menurut PSAK No. 1, paragraf 5, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruk, Konsep, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian

Lebih terperinci

MODUL KULIAH PENGANTAR AKUNTANSI 2 TATAP MUKA 13 UTANG OBLIGASI DAN INVESTASI DALAM OBLIGASI

MODUL KULIAH PENGANTAR AKUNTANSI 2 TATAP MUKA 13 UTANG OBLIGASI DAN INVESTASI DALAM OBLIGASI MODUL KULIAH PENGANTAR AKUNTANSI 2 TATAP MUKA 13 Materi: UTANG OBLIGASI DAN INVESTASI DALAM OBLIGASI OLEH UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM KULIAH KARYAWAN JAKARTA 2008 Tujuan Penyampaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 Suatu perjanjian dari bentuk legalnya mungkin bukan merupakan perjanjian sewa, namun secara substansi dapat mengandung sewa. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 1. Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi

Lebih terperinci

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

Analisis Aktivitas Pendanaan

Analisis Aktivitas Pendanaan TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Prilly Viliariezta Sutanto 1013044 / Akuntansi C Analisis Aktivitas Pendanaan Tinjauan Kewajiban Kewajiban lancar, adalah kewajiban yang pelunasannya diharapkan dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan:

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan: BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. IV.1.1. Penyajian Instrumen Keuangan Terdapat beberapa perubahan pada pos instrumen

Lebih terperinci

MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI

MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI 1. BEBERAPA ISTILAH PENTING DALAM VALUASI OBLIGASI Pengetahuan mengenai efek bersifat hutang seperti obligasi beserta metode valuasinya tidak dapat dipisahkan dari beberapa

Lebih terperinci

Tujuan pembelajaran LABA ATAS TRANSAKSI ANTARPERUSAHAAN OBLIGASI

Tujuan pembelajaran LABA ATAS TRANSAKSI ANTARPERUSAHAAN OBLIGASI LABA ATAS TRANSAKSI ANTARPERUSAHAAN OBLIGASI kewajiban entitas pelaporan konsolidasi, Perusahaan umumnya memiliki instrumen utang dari perusahaan afiliasi dan menjustifikasi aktivitas pinjam-meminjam antarperusahaan

Lebih terperinci

BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB II AKUNTANSI SEWA BAB II AKUNTANSI SEWA 2.1. PENGERTIAN SEWA Pada awalnya sewa lebih dikenal dengan istilah leasing, leasing itu sendiri berasal dari kata lease yang berarti sewa atau yang lebih umum diartikan sebagai sewa

Lebih terperinci

AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50 AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50

AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50 AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA Akuntansi Investasi Efek Tertentu PSAK No. 50 PSAK No.50 tentang AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU telah disetujui oleh Komite Standar Akuntansi

Lebih terperinci

C H A P T E R 14 LIABILITAS JANGKA PANJANG

C H A P T E R 14 LIABILITAS JANGKA PANJANG C H A P T E R 14 LIABILITAS JANGKA PANJANG Intermediate Accounting IFRS Edition Kieso, Weygandt, and Warfield 14-1 Liabilitas Jangka Panjang 14-2 Liabilitas Jangka Panjang adanya kemungkinan pengeluaran

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 50 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 50 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 0 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

REKSA DANA SCHRODER PRESTASI GEBYAR INDONESIA II DAFTAR ISI. Halaman. Laporan Auditor Independen 1

REKSA DANA SCHRODER PRESTASI GEBYAR INDONESIA II DAFTAR ISI. Halaman. Laporan Auditor Independen 1 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen 1 LAPORAN KEUANGAN - Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Laporan Aset dan Kewajiban Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profitabilitas 2.1.1. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba dengan total aktiva, penjualan, maupun hutang jangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto KONSEP DASAR ORGANISASI NIRLABA Oleh: Tri Purwanto Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Sekretariat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 10 AKUNTANSI KEWAJIBAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 10 AKUNTANSI KEWAJIBAN LAMPIRAN B.X : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 10 AKUNTANSI KEWAJIBAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

Investasi Stock. Pertemuan ke 7

Investasi Stock. Pertemuan ke 7 Investasi Stock Pertemuan ke 7 Agenda 1 2 3 3 4 4 5 5 Aset Keuangan Investasi di Instrumen Surat Utang Investasi di Instrumen Ekuitas Latihan dan Pembahasan.. 2 Mahasiswa mampu : Tujuan Pemelajaran 1.

Lebih terperinci

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI Obligasi adalah wesel jangka panjang yang diterbitkan oleh unit perusahaan dan pemerintah Penerbit obligasi menerima uang dalam pertukaran untuk melakukan pembayaran

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 AKUNTANSI UNTUK INVESTASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13 tentang Akuntansi Untuk Investasi disetujui dalam Rapat Komite Prinsip

Lebih terperinci

ATA 2014/2015 M1/IT /NICKY/ Pasar modal

ATA 2014/2015 M1/IT /NICKY/ Pasar modal Pasar modal 1. Pengertian pasar modal Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pencari dana dengan para penanam modal, dengan instrument utama saham dan obligasi. Dalam

Lebih terperinci

Investasi - Bonds Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Investasi - Bonds Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Investasi - Bonds - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 3 3 4 4 5 Aset Keuangan Investasi di Instrumen Utang Investasi

Lebih terperinci

INVESTASI SEMENTARA SURAT-SURAT BERHARGA (OBLIGASI DAN SAHAM) (Temporary Investments or Marketable Securities)

INVESTASI SEMENTARA SURAT-SURAT BERHARGA (OBLIGASI DAN SAHAM) (Temporary Investments or Marketable Securities) INVESTASI SEMENTARA SURAT-SURAT BERHARGA (OBLIGASI DAN SAHAM) (Temporary Investments or Marketable Securities) Suatu perusahaan mungkin mempunyai kelebihan kas yang tidak diperlukan untuk sementara waktu.

Lebih terperinci

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Desember 2015 dan 2014 serta 1 Januari 2014 ASET Catatan 2015 2014 1 Januari 2014 Rp Rp Rp ASET LANCAR Kas

Lebih terperinci

ii. Kredit 4,251,765 iii. Pembiayaan Syariah 40,726

ii. Kredit 4,251,765 iii. Pembiayaan Syariah 40,726 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF Periode 1 Januari - 31 Desember 2016 (Audited) No. POS-POS 2016 PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL A. Pendapatan dan Beban Bunga 1. Pendapatan Bunga a. Rupiah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

30 Juni 31 Desember

30 Juni 31 Desember LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 30 Juni 31 Desember ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas 73102500927 63710521871 Investasi 2072565000 1964636608 Piutang usaha - setelah

Lebih terperinci

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi a. Sifat Siklus Akuntansi Sifat siklus akuntansi suatu entitas atau perusahaan berisi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kepemilikan surat

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 Immu Puteri Sari dan Dwi Nova Azana Fakultas Ekonomi UMSB Abstrak Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Lebih terperinci

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi

Pendek (< 1 Tahun) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi Produk Investasi Deposito SBI Pendek (< 1 Tahun) Jangka Waktu Investasi Menengah (1-5 Thn) Panjang (>5 Thn) Obligasi Mata Uang Asing Saham Properti Emas Koleksi 2 INSTRUMEN INVESTASI JANGKA PENDEK 3 Dipergunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 138,248 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,967,265 3. Penempatan pada bank lain 488,298 4. Tagihan spot dan derivatif 577 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 124,877 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,489,384 3. Penempatan pada bank lain 394,768 4. Tagihan spot dan derivatif 74,842 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 97,734 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,540,949 3. Penempatan pada bank lain 1,189,868 4. Tagihan spot dan derivatif 5,950 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 88,246 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,217,499 3. Penempatan pada bank lain 334,458 4. Tagihan spot dan derivatif 1,286 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 106,921 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,652,083 3. Penempatan pada bank lain 560,019 4. Tagihan spot dan derivatif 4,903 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 89,341 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,106,222 3. Penempatan pada bank lain 284,267 4. Tagihan spot dan derivatif 23,154 5. Surat berharga

Lebih terperinci

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008 Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen 1 Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) Laporan Aset dan Kewajiban Laporan Operasi Laporan

Lebih terperinci

TOTAL ASET 81,190,623

TOTAL ASET 81,190,623 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,188,987 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,488,609 3. Penempatan pada bank lain 990,536 4. Tagihan spot dan derivatif 67,956 5. Surat berharga: 5,868,588

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,982,283

TOTAL ASET 85,982,283 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,123,362 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,684,778 3. Penempatan pada bank lain 2,087,488 4. Tagihan spot dan derivatif 3,975 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 84,802,795

TOTAL ASET 84,802,795 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,256,517 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,020,664 3. Penempatan pada bank lain 1,917,892 4. Tagihan spot dan derivatif 43,652 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 84,923,383

TOTAL ASET 84,923,383 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,217,214 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,457,923 3. Penempatan pada bank lain 1,088,927 4. Tagihan spot dan derivatif 7,487 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 83,967,262

TOTAL ASET 83,967,262 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,178,137 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,446,926 3. Penempatan pada bank lain 1,690,067 4. Tagihan spot dan derivatif 253 5. Surat berharga: 5,850,999

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.122.024 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9.223.085 3. Penempatan pada bank lain 1.694.438 4. Tagihan spot dan derivatif 105 5. Surat berharga: 5.775.137

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.312.028 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8.824.905 3. Penempatan pada bank lain 1.980.257 4. Tagihan spot dan derivatif 1.624 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 89,648,272

TOTAL ASET 89,648,272 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,581,513 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,660,113 3. Penempatan pada bank lain 3,242,369 4. Tagihan spot dan derivatif 1,098 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 88,075,236

TOTAL ASET 88,075,236 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,294,085 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,684,113 3. Penempatan pada bank lain 1,089,865 4. Tagihan spot dan derivatif 350 5. Surat berharga: 5,230,104

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,932,429

TOTAL ASET 85,932,429 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,236,095 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,080,589 3. Penempatan pada bank lain 1,105,201 4. Tagihan spot dan derivatif 35,413 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,474,937

TOTAL ASET 85,474,937 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,229,632 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,069,150 3. Penempatan pada bank lain 1,108,366 4. Tagihan spot dan derivatif 675 5. Surat berharga: 4,830,077

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,302,409

TOTAL ASET 87,302,409 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,126,306 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,015,894 3. Penempatan pada bank lain 1,125,987 4. Tagihan spot dan derivatif 21,003 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,686,543

TOTAL ASET 87,686,543 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,128,229 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,197,289 3. Penempatan pada bank lain 842,333 4. Tagihan spot dan derivatif 14,004 5. Surat berharga: 6,134,587

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,035,918

TOTAL ASET 87,035,918 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,268,260 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,643,950 3. Penempatan pada bank lain 981,207 4. Tagihan spot dan derivatif 2,338 5. Surat berharga: 6,298,959

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Juli 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Juli 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 10.035 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1.726.219 3. Penempatan pada bank lain 988.082 4. Tagihan spot dan derivatif 16.719

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 April 2018 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 April 2018 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 9.089 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4.826.555 3. Penempatan pada bank lain 1.928.587 4. Tagihan spot dan derivatif 35.715

Lebih terperinci

- 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo )

- 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo ) LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 9,471 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,809,222 3. Penempatan pada bank lain 882,630 4. Tagihan spot dan derivatif 21,247

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA Nur Fadilla, Sofatul Lail Lisa, Rohmania Nur Laily, Fitriya Indah Wahyuni nurfadilajuniandra@gmail.com Abstrak Instrumen keuangan adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 224,190 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,800,906 3. Penempatan pada bank lain 4,231,976 4. Tagihan spot dan derivatif 1,609,369 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 237,020 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,908,323 3. Penempatan pada bank lain 1,921,142 4. Tagihan spot dan derivatif 1,739,857 5. Surat

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. ASET PT MAYAPADA INTERNASIONAL Tbk Tanggal : 30 September 2015 POS POS 30Sep15 1. Kas 137,212 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,116,116 3. Penempatan pada

Lebih terperinci

Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA Lampiran 8 No. AKTIVA 1 Kas Kas 100 2 Penempatan pada Bank Indonesia Penempatan pada Bank Indonesia

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut : Lampiran IV Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP I. DAFTAR ISTILAH Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 10.087 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3.680.914 3. Penempatan pada bank lain 1.451.922 4. Tagihan spot dan derivatif 14.824

Lebih terperinci

TOTAL ASET 72,968,991

TOTAL ASET 72,968,991 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,052,049 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,995,590 3. Penempatan pada bank lain 756,075 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 5,151,518

Lebih terperinci

TOTAL ASET 73,184,906

TOTAL ASET 73,184,906 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,057,463 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,691,741 3. Penempatan pada bank lain 1,333,630 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 4,853,997

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 29 Februari 2016 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 29 Februari 2016 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,118,737 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,152,789 3. Penempatan pada bank lain 398,019 4. Tagihan spot dan derivatif 5 5. Surat berharga: 6,189,159

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 30 Nopember 2015 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 30 Nopember 2015 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,145,908 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,192,040 3. Penempatan pada bank lain 458,462 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 5,229,071

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Oktober 2015 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Oktober 2015 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,136,423 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,130,735 3. Penempatan pada bank lain 641,783 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 5,283,694

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Desember 2015 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Desember 2015 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,243,963 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,630,796 3. Penempatan pada bank lain 1,356,062 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 4,920,689

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.169.265 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6.105.044 3. Penempatan pada bank lain 1.308.902 4. Tagihan spot dan derivatif 8 5. Surat berharga: 6.337.202

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Maret 2016 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Maret 2016 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,155,841 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,078,792 3. Penempatan pada bank lain 689,893 4. Tagihan spot dan derivatif 28 5. Surat berharga: 6,752,757

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POSPOS ASET 1. Kas 590,600 2. Penempatan pada Bank Indonesia 12,212,663 3. Penempatan pada bank lain 486,278 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 10,730,856

Lebih terperinci

TOTAL ASET 80,467,881

TOTAL ASET 80,467,881 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,215,443 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,071,778 3. Penempatan pada bank lain 2,132,731 4. Tagihan spot dan derivatif 5,185 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 80,369,848

TOTAL ASET 80,369,848 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,176,891 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,393,387 3. Penempatan pada bank lain 1,210,377 4. Tagihan spot dan derivatif 4,287 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 29 Februari 2016 dan 31 Desember 2015

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 29 Februari 2016 dan 31 Desember 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) ASET 1. Kas 18,172 17,859 2. Penempatan pada Bank Indonesia 166,785 168,240 3. Penempatan pada bank lain 1,128,825 1,118,035 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEWAJIBAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 09 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

AKUNTANSI KEWAJIBAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 09 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 0 TANGGAL OKTOBER 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 AKUNTANSI KEWAJIBAN Lampiran I. PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h,

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h, ASET Kas 2c, 2g 15.286.190 11.357.523 9.521.713 Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h, 4 38.272.155 36.152.674 24.856.699 Giro pada Bank Lain 2c, 2f, 2g, 2h, 5 Pihak berelasi 54 16.079 44.516 14.386 Pihak

Lebih terperinci

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) ASET 1. Kas 16,800 17,859 2. Penempatan pada Bank Indonesia 271,059 168,240 3. Penempatan pada bank lain 507,862 1,118,200 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak

Lebih terperinci