Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja Pengertian Kepuasan Kerja Howell dan Dipboye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasill keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya (dalam Munandar, 2008), sedangkan Locke (dalam Munandar, 2008) menjabarkan bahwa perasaan-perasaan yang berhubungan dengan kepuasan atau ketidakpuasan kerja cenderung lebih mencerminkan penaksiran dari tenaga kerja tentang pengalaman-pengalaman kerja pada waktu sekarang dan lampau daripada harapan-harapan untuk masa yang akan datang. Danim (2008) kepuasan kerja merupakan kombinasi aspek ekonomis, psikologis, sosiologis, cultural, aktualisasi diri, penghargaan, dan suasana lingkungan. Sehingga menurut Danim kepuasan kerja dapat diberi makna sebagai orientasi sikap individu untuk berperan dalam pekerjaan yang sedang ditekuninya. Moorse (dalam Panggabean,2002) mengemukakan bahwa pada dasarnya, kepuasan kerja tergantung kepada apa yang di inginkan seseorang dari pekerjaannya dan apa yang mereka peroleh. Newstrom dan Davis (1995) berpendapat kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan, jadi kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori 12

2 13 keadilan, perjanjian psikologi, dan motivasi. Kepuasan kerja (Kinicki & Kreitner, 2000) adalah suatu efektivitas atau respon emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Weiss, Dawis, England dan Lofquist (Dalam Putri, 2013) menjelaskan kepuasan kerja sebagai melakukan perbandingan yang dilakukan oleh karyawan untuk mencapai serta memelihara kesesuaian antara diri dan lingkungan mereka. Kesesuaian dengan lingkungan dapat diartikan sebagai karyawan memenuhi keinginan organisasi dan organisasi memenuhi keinginan karyawan (Cook, Hepworth, Wall & Warr, 1981). Karyawan akan mengalami kepuasan kerja, jika mereka merasa bahwa kapasitas, pengalaman dan nilai-nilai yang mereka miliki dapat dimanfaatkan oleh organisasi dan lingkungan kerja menawarkan keuntungan serta reward pada mereka (Dawis, 1992; Roberts & Roseanne, 1998). Berdasarkan pendapat para ahli diatas, kepuasan kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh tenaga kerja atas pekerjaannya, dimana sikap ini dipengaruhi oleh berbagai aspek-aspek ada yang berdasarkan pengalaman pekerjaan, harapan akan imbalan dari pekerjaan, serta perasaan suka atau tidak sukanya atas aspek pekerjaannya. Kepuasan kerja menurut Weiss et all, dimana Kepuasan kerja sebagai melakukan perbandingan yang dilakukan oleh karyawan untuk mencapai serta memelihara kesesuaian antara diri dan lingkungan mereka, berdasarkan pendapat Weiss maka pengukuran dilakukan menggunakan MSQ Short Form.

3 Teori Kepuasan Kerja Teori Kepuasan kerja ada tiga macam yang lazim dikenal menurut Wexley dan Yukl (dalam Sunyoto, 2012) yaitu : 1. Disprepancy Theory (Teori Ketidaksesuaian) Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter (1961). Ia mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Kemudian Locke (1969) menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung pada discrepancy antara should be (expectation needs or value) dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh melalui pekerjaan. Menurut penelitian yang dilakukan Wanous dan Lawer (1972) yang dikutip dari Wexley dan Yukl, menemukan bahwa sikiap karyawan terhadap pekerjaan tergantung bagaimana discrepancy itu dirasakan. 2. Equity Theory (Teori Keadilan) Teori ini dikembangkan oleh Adams tahun 1963, pendahulu dari teori ini adalah Zalzenik tahun 1958 yang dikutip dari Locke (1969). Prinsip teori ini adalah bahwa orang akan merasakan puas dan tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity). Perasaan equity dan inequity atas situasi, diperoleh orang

4 15 dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor dan pemerintah dipengaruhi oleh motivasi. Dalam Rivai (2004) menurut teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai bagi karyawan yang di anggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau perlengkapan yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang diperoleh dari pekerjaannya seperti : upah / gaji, keuntungan sampingan, symbol, status, penghargaan dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkian bisa menimbulkan perasaan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang akan menimbulkan ketidakpuasan. 3. Two Factor Theory Prinsip teori ini bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda, artinya kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan tidak merupakan variable yang kontinu. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Frederick Herzberg tahun Beliau membagi situasi yang memengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaan menjadi dua kelompok, yakni :

5 16 a. Satisfiers atau motivator adalah situasi yang membuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja, yang terdiri dari achievement (keberhasilan menyelesaikan tugas), recognition (penghargaan), work it self (pekerjaan itu sendiri), responsibility (tanggung jawab) and advecement (kesempatan untuk maju), dan Possibility of growth (kemungkinan untuk mengembangkan diri). b. Dissatisfier (Hygiene Factors) adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan kerja yang terdiri dari company policy and administration (kebijakan perusahaan), supervision technical (teknik pengawasan), salary (gaji), interpersonal relation (hubungan antar pribadi), working condition (kondisi kerja), job security (perasaan aman dalam bekerja) and status. Menurut teori ini perbaikan salary dan kondisi kerja tidak akan mengurangi ketidakpuasan tetapi hanya mengurangi ketidakpuasan kerja. Selanjutnya Herzberg mengemukakan bahwa yang dapat memacu orang bekerja dengan baik dan bergairah hanyalah kelompok Satisfiers. Dalam Mangkunegara (2009) terdapat 3 Teori lagi mengenai kepuasan kerja selain 3 Teori di atas, yaitu :

6 17 4. Need Fulfillment Theory (Teori Pemenuhan Kebutuhan) Menurut teori, ini kepusan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut. 5. Social Reference Group Theory (Teori Pandangan Kelompok) Menurut teori ini, kepuasan pegawai bukanlah bergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandnagan dan pendapat kelompok yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh pegawai di anggap sebagai tolak ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi, pegawai akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan. 6. Exceptancy Theory (Teori Pengharapan) Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor H. Vroom. Kemudian teori ini diperluas oleh Porter dan Lawler. Vroom menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu produk dari bagaimana seseorang menginginkan sesuatu, dan penaksiran seseorang memungkinkan aksi tetentu yang akan menuntunnya. Valensi X Harapan = Motivasi

7 18 Keterangan : - Valensi merupakan kekuatan hasrat seseorang untuk mencapai sesuatu - Harapan merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi tertentu - Motivasi merupakan kekuatan dorongan yang mempunyai arah pada tujuan tertentu Valensi lebih menguatkan pilihan seorang pegawai untuk suatu hasil. Jika seorang pegawai mempunyai keinginan yang kuat untuk suatu kemajuan, maka berarti valensi pegawai tersebut tinggi untuk suatu kemajuan. Valensi timbul dari internal pegawai yang dikondisikan dengan pengalaman. Pengharapan merupakan kekuatan keyakinan pada suatu perlakuan yang diikuti dengan hasil khusus Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Adapun Faktor- Faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja seperti : Tokoh Harold E. Burt (dalam Sunyoto, 2012) Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja 1. Faktor hubungan antar karyawan seperti hubungan antara atasan dengan karyawan, faktor fisik dan kondisi kerja, hubungan social di antara karyawan, dan sugesti dari teman sekerja.

8 19 2. Faktor individual seperti hubungan dengan sikap orang terhadap pekerjaan, usia orang dengan pekerjaan, dan jenis kelamin. 3. Faktor keadaan keluarga karyawan. 4. Rekreasi, meliputi pendidikan. Ghiselli dan Brown (dalam Sunyoto, 2012) 1. Kedudukan orang beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada yang berkedudukan rendah. 2. Pangkat Pada beberapa pekerjaan tingkat golongan berpengaruh dengan kenaikan upah, sehingga menyebabkan kepuasan. 3. Umur Menyarakan adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. 4. Mutu Pengawasan Dengan dilakukannya mutu pengawasan dapat membuat karyawan merasa menjadi bagian penting dari organisasi yang menyebabkan

9 20 kepuasan. Mangkunegara (2009) 1. Faktor pegawai seperti kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berfikir, persepsi, dan sikap kerja. 2. Faktor pekerjaan seperti jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat, kedudukan, mutu pengawasan, jaminan financial, kesempatan promosi jabatan, interaksi social, dan hubungan kerja. Kinicki & Kreitner (2000) 1. Pemenuhan Kebutuhan membahas tentang kepuasan dari pemenuhan apa yang dibutuhkan. 2. Ketidakcocokan membahas tentang kepuasan adalah hasil dari harapan yang terpenuhi. 3. Pencapaian Nilai membahas tentang persepsi individu mengenai pemenuhan nilai yang di inginkan. 4. Persamaan membahas tentang bagaimana individu diperlakukan secara adil ditempat kerja. 5. Komponen watak/ genetic membahas tentang perbedaan individu mengenai kepuasan kerja.

10 Pengukuran Kepuasan Kerja Dalam Penelitian ini Pengukuran Kepuasan Kerja yang digunakan adalah MSQ milik (Weiss et al., 1967). Ahmadi dan Alirerza (2007), MSQ "bentuk pendek" hanya mencakup 20 dari 100 item asli, yaitu, orang-orang yang lebih baik mewakili masingmasing dari 20 sub-skala asli (dalam Martins dan Proenca, 2012). Moorman (dalam Martins dan Proenca, 2012), faktor dianalisis MSQ dan menemukan dua faktor: satu menilai kepuasan dengan aspek intrinsik dari pekerjaan dan lain menilai kepuasan dengan aspek ekstrinsik sedangkan Schriesheim et al. (1993) menemukan struktur 3 sub-skala: intrinsik, ekstrinsik dan kepuasan umum. Aspek pengukuran dalam MSQ : 1. kepuasan intrinsik Menurut Adkins dan Naumann (dalam Putri, 2012) berpendapat bahwa kepuasan kerja intrinsik yang meliputi proses kerja itu sendiri. - Social Service, Perasaan sosial karyawan terhadap lingkungan kerjanya - Creativity, Kreatifitas yang dapat dilakukan dalam melakukan pekerjaan - Moral Values, Nilai-nilai moral yang dimiliki karyawan dalam melakukan pekerjaannya seperti rasa bersalah atau terpaksa - Independence, Kemandirian yang dimiliki karyawan dalam bekerja - Variety, Variasi yang dapat dilakukan karyawan dalam melakukan pekerjaannya

11 22 - Authority, Wewenang yang dimiliki dalam melakukan pekerjaan - Ability Utilization, Pemanfaatan kecakapan yang dimiliki oleh karyawan - Social Status, Derajat sosial dan harga diri yang dirasakan akibat dari pekerjaan - Security, Rasa aman yang dirasakan karyawan terhadap lingkungan kerjanya - Responsibility, Tanggung jawab yang diemban dan dimiliki - Achievement, Prestasi yang dicapai selama bekerja - Activity, Segala macam bentuk aktivitas yang dilakukan dalam bekerja 2. Kepuasan ekstrinsik Menurut Adkins dan Naumann (dalam Putri, 2013) kepuasan kerja ekstrinsik memperhatikan aspek-aspek kerja yang berhubungan dengan ruang lingkup pekerjaan tetapi tidak termasuk dalam proses kerja itu sendiri seperti kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap pengawasan. - Company Policies and Practices, Kebijakan yang dilakukan adil bagi karyawan - Supervision Human Relations, Dukungan yang diberikan oleh badan usaha terhadap pekerjanya - Compensation, Segala macam bentuk kompensasi yang diberikan kepada para karyawan - Advancement, Kemajuan atau perkembangan yang dicapai selama bekerja

12 23 - Supervision Technical, Bimbingan dan bantuan teknis yang diberikan atasan kepada karyawan - Recognition, Pengakuan atas pekerjaan yang dilakukan. 3. Kepuasan Umum - Working Conditions, Keadaan tempat kerja dimana karyawan melakukan pekerjaannya - Co-workers, Rekan sekerja yang terlibat langsung dalam pekerjaan Konsekuensi Kepuasan Kerja Konsekuensi Kepuasan Kerja (dalam Kartika, 2012) ada 4 opsi tindakan pelampiasan ketidakpuasan kerja yaitu : Keluar (Exit) Ketidakpuasan yang di ungkapkan dengan keluar dari pekerjaan. Suara (Voice) Ketidakpuasan yang di ungkapkan dengan berkomunikasi aktif untuk memperbaiki kondisi seperti memberikan saran, membahas masalah dengan atasan. Kesetiaan (Loyalitas) Pengabdian (Negative) Ketidakpuasan yang diungkap secara pasif dengan menunggu membaiknya kondisi. Ketidakpuasan dengan membiarkan kondisi tetap memburuk seperti datang terlambat.

13 Culture Shock Pengertian Culture Shock Culture Shock (Guncangan Kebudayaan), menurut Basrowi (2005). merupakan proses guncangan kebudayaan sebagai akibat terjadinya perpindahan secara tiba-tiba dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Adler (1987) Culture Shock dianggap sebagai pengalaman belajar yang mendalam yang mengarah ke tingkat tinggi kesadaran diri dan pertumbuhan pribadi. Alih-alih menjadi hanya penyakit yang adaptasi adalah obatnya, culture shock merupakan bagian paling penting dalam pengalaman belajar lintas budaya. Culture shock adalah pengalaman dalam pemahaman diri dan berubah. (dalam Selmer, 1999). Bowlby (dalam Yuniardi dan Dayakisni,2004) menggambarkan kondisi culture shock sama seperti kondisi kesedihan, berduka cita, dan kehilangan. Sedangkan menurut Oberg (dalam Yuniardi dan Dayakisni,2004) Culture shock menggambarkan respon yang mendalam dan negative dari depresi, frustasi, dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya baru. Locke dan Feinsod (1982) mencirikan kejutan budaya sebagai: perubahan penting dalam mempengaruhi, pemikiran, atau perilaku yang dapat dikaitkan dengan paparan lingkungan yang asing dan / atau pemisahan dari satu akrab. gangguan stres d ini berasal dari ketidakmampuan untuk memahami dan menafsirkan isyarat budaya

14 25 dan ketidakbiasaan dengan perilaku cullurally normatif. Gangguan ini umumnya hanya sementara, mereda setelah periode penyesuaian dengan lingkungan baru atau setelah kembali ke rumah. (dalam Pelling, 2000). Furnham dan Bochner (1970) mengatakan bahwa culture shock adalah ketika seseorang tidak mengenal kebiasaan-kebiasaan social dari kultur baru atau jika ia mengenalnya maka ia tidak dapat atau tidak bersedia menampilkan perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan itu. Definisi ini menolak penyebutan culture shock sebagai gangguan yang sangat kuat dari rutinitas, ego dan self image individu. (dalam Yuniardi dan Dayakisni,2004) Berdasarkan beberapa pendapat tokoh di atas, culture shock merupakan suatu goncangan budaya yang di akibatkan karena adanya perbenturan dari dua kebudayaan misalnya saat seseorang pindah dari lokasi yang satu ke lokasi yang lain, maka seseorang tersebut kemungkinan besar akan mengalami culture shock, dikarenakan adanya perbedaan budaya dari budaya biasanya kebudaya yang baru. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada Culture Shock menurut Oberg dimana Culture Shock menggambarkan respon yang mendalam dan negative dari depresi, frustasi, dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya baru

15 Aspek-Aspek Culture Shock Taft (dalam Mumford, 1998) telah mengidentifikasi enam aspek yang berbeda dari culture shock: 1. Ketegangan atau tekanan sebagai akibat dari tenaga yang dibutuhkan untuk beradaptasi secara psikologis. 2. Perasaan kehilangan dalam hal teman,status, profesi dan posesi. 3. Ditolak oleh anggota kebudayaan baru. 4. Kebingungan dalam peran, ekspektasi peran, nilai, perasaan dan identitas diri. 5. Kekagetan, kecemasan dan bahkan perasaan jiji dan marah stelah sadar akan perbedaan budaya. 6. Perasaan ketidakmampuan karena tidak bisa mengatasi atau beradaptasi dengan lingkungan baru Tahapan Culture Shock Furnham dan Bochner telah diuraikan empat tahapan kejutan budaya yang orang akan melalui saat tinggal di negeri yang baru (dalam Pelling, 2000), adapun tahapannya : 1. Bulan Madu Tahap madu adalah keadaan alami pikiran ketika seseorang berencana untuk melakukan sesuatu yang baru seperti liburan, berangkat untuk mengajar di negeri

16 27 asing atau pergi ke luar negeri untuk mempelajari bahasa baru. Pada tahap ini orang memiliki pikiran yang sangat positif mengatur dan mereka berantusias yang besar untuk berada di budaya yang baru. Pada tahap ini segala sesuatu di negara tuan rumah merupakan sesuatu yang baru dan menarik. Ini adalah periode ketika pendatang melihat kesamaan antara negara mereka dan negara tuan rumah. Keadaan euforia awal akan berlangsung dari beberapa minggu hingga beberapa bulan. Namun, pada akhirnya setiap orang akan mencapai akhir tahap ini dan masukkan tahap kedua yang lekas marah dan rasa permusuhan. (Kohls, 1984) 2. Krisis Pada tahap kedua dari krisis, individu akan mulai bergerak untuk mencatat kesamaan dari negara asal dengan negara tuan rumah serta mencatat perbedaan antara masing-masing budaya. Hal-hal kecil akan mulai mengganggu mereka dan kesulitan kecil, mulai mereka ditemui di lingkurang rumah pada saat ini dan terasa seperti sebuah bencana. Ini adalah tahap yang biasanya diidentifikasi sebagai "culture shock". Oberg (1986) menyatakan: Tahap kedua dimulai, ditandai dengan bermusuhan dan Sikap agresif terhadap negara tuan rumah. Permusuhan ini jelas tumbuh dari kesulitan dari individu pendatang dalam proses penyesuaian. Mulai dari masalah pembantu, masalah sekolah, masalah bahasa, masalah rumah, kesulitan transportasi,

17 28 masalah belanja, dan fakta bahwa orang-orang di budaya baru yang sebagian besar acuh tak acuh terhadap semua masalah yang dirasakan individu pendatang tersebut. 3. Pemulihan Transisi ke tahap ini culture shock biasanya terjadi secara bertahap hingga pada awalnya mereka tidak menyadari bahwa mereka mengalami culture shock. Setelah mereka melakukan pengenalan dengan lingkungan budaya baru, mereka merasa lebih akrab. Pada masa ini mereka merasa nyaman di lingkungan baru dan tidak merasa terisolasi. Rasa humor kembali ada dan sadar bahwa situasi ini tidak sia-sia. (Kohls, 1984). Tahap pemulihan biasanya terjadi ketika individu mulai memehami beberapa bahasa dan bisa mendapati diri sendiri untuk mampu mandiri tanpa bergantung dengan orang sekitar. 4. Penyesuaian Pada tahap ini individu mampu berfungsi dalam baru budaya dengan keyakinan. Mereka benar-benar mulai menikmati adat, budaya dan cara hidup dari negara tuan rumah. Pada tahap ini bahwa mereka telah menjadi bersahabat dengan negara tuan rumah. Begitu mereka telah mencapai tahap ini, bahkan mungkin sulit bagi mereka untuk kembali ke negara asal mereka karena mereka mungkin akan mengalami "reverse culture shock".

18 Faktor yang mempengaruhi Culture Shock Adapun faktor- Faktor yang mempengaruhi Culture Shock, yaitu : Kohls (dalam Pelling, 2000) Kerinduan, Kebosanan, Penarikan (menghabiskan jumlah yang berlebihan dengan membaca, menghindari kontak dengan warga negara tuan rumah), Kebutuhan tidur yang berlebihan, Makan dan minum berlebihan, Mudah marah dan menangis, Kebersihan berlebihan, Stres Perkawinan, Ketegangan dan konflik keluarga, Ekses chauvinistic, Stereotip warga negara tuan rumah, Permusuhan dengan warga negara tuan rumah, dan Kehilangan kemampuan untuk bekerja secara efektif. Juffer (dalam Selmer, 1999) 1. Menghadapi lingkungan atau situasi baru 2. Tidak efektifnya antarbudaya atau komunikasi interpersonal. 3. Ancaman emosional atau intrapsikis kesejahteraan bagi orang yang melakukan lintas budaya 4. Kebutuhan untuk memodifikasi perilaku yang demi mendapatkan dukungan positif dari

19 30 lingkungan baru. 5. Pengalaman pertumbuhan. 2.3 Adversity Qoutient Pengertian Adversity Qoutient Daya juang biasa disebut dengan Adversity Intellegence. Paul G Stoltz mendefinisikan hal ini sebagai kecerdasan menghadapi rintangan atau kesulitan. Adversity intelligence (Yazid dalam Rachmawati, 2009) adalah kemampuan berfikir, mengelola, dan mengarahkan tindakan yang membentuk suatu pola-pola tanggapan kognitif dan perilaku atas stimulus peristiwa-peristiwa dalam kehidupan yang merupakan tantangan atau kesulitan. Adversity intelligence diukur dan ditafsirkan dalam bentuk adversity quotient untuk memahami keadaan dan pola dari individu yang bersangkutan dalam menghadai kehidupan dan mengembangkan dirinya menuju kearah pencapaian tingkatan kehidupan (Ahmad dan As ad dalam Rachmawati, 2009) Adversity Quotient mempunya tiga bentuk, yaitu Pertama, AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan kesuksesan. Kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons terhadap kesulitan. Ketiga, AQ adalah serangkaian perlatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons terhadap kesulitan.

20 31 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, daya juang yang biasa disebut dengan Adversity intelligence atau adversity quotient merupakan sikap seseorang yang tidak mudah menyerah dan putus asa serta selalu memiliki cara untuk mengatasi segala rintangan yang menghadangnya demi mencapai kesuksesan yang di inginkannya Aspek-Aspek Adversity Quotient Aspek- aspek Adversity Quotient, dikemukakan oleh Paul G Stoltz sering disingkat menjadi CO2RE, yaitu : Control / Kendali Sejauh mana seseorang mampu mengelola sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan dimasa mendatang. Origin / Asal Usul Sejauh mana seseorang mempersalahkan dirinya ketidak mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari dirinya, atau sejauh mana seseorang mempersalahkan orang lain atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan atau kegagalan seseorang. Ownership/ Pengakuan Sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat kesulitan dan kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan tersebut. Reach / Jangkauan Sejauh mana kesulitan ini akan merambah kehidupan seseorang menunjukkan, bagaimana suatu masalah

21 32 menganggu aktivitas lainnya, sekalipun tidak berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi. Endurance / Daya Tahan Makin tinggi daya tahan seseorang, makin mampu menghadapi berbagai kesukaran yang dihadapinya Pengelompokan Kategori Adversity Quotient Paul G Stoltz menggelompokkan individu menjadi 3 yaitu 1. Quitters Quitters bekerja sekedar cukup untuk hidup, Mereka memperlihatkan sedikit ambisi,semangat yang minim dan mutu dibawah standar. Mereka mengambil resiko sesedikit mungkin dan biasanya tidak kreatif, kecuali saat mereka harus menghindari tantangan-tantangan besar. 2. Campers Campers masih menujukkan sejumlah inisiatif, sedikit semangat dan beberapa usaha. Mereka akan bekerja keras dalam hal apapun yang bisa membuat mereka merasa lebih aman dibandingkan dengan yang telah mereka miliki. Mereka mengerjakan apa yang perlu dikerjakan.

22 33 3. Climbers Climbers menyambut baik tantangan-tantangan dan mereka hidup dengan pemahaman bahwa ada hal-hal yang mendesak dan harus segera dibereskan. Mereka bisa memotivasi diri sendiri, memiliki semangat tinggi dan berjuang untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup. Climber merupakan katalisator tindakan; mereka cenderung membuat segala sesuatunya terwujud Faktor yang Mempengaruhi Adversity Qoutient Dalam Fahmi (2008), Scoltz mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi Adversity Qoutient yaitu : Daya Saing Menurut Martin Seligman (Stoltz, 2000) seseorang yang memiliki Adversity Qoutient rendah ketika mengalami ketidakberdayaan, akan kehilangan kemampuan untuk menghadapi tantangan tersebut Produktivitas Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2004) menunjukkan bahwa seseorang yang merespon kesulitan secara konstruktif memiliki peningkatan kinerja lebih baik ketimbang orang yang merespon secara destruktif. Motivasi Dalam penelitian yang dilakukan oleh Stoltz (2000) menemukan bahwa orang-orang yang memiliki

23 34 Adversity Qoutient (AQ) tinggi merupakan orang-orang yang memiliki motivasi tinggi. Mengambil Resiko Satterfield dan Seligman (dalam Stoltz,2000) menemukan bahwa orang-orang yang merespon kesulitan secara lebih konstruktif bersedia mengambil lebih banyak resiko sehingga dapat mengatasi hambatan-hambatan dengan lebih baik. Perbaikan Perbaikan secara terus-menerus akan membantu seseorang bertahan mengalami kegagalan-kegagalan yang dihadapi. Ketekunan Menurut Daryanto ketekunan adalah kemampuan untuk terus menerus. Belajar Menurut Carol Dweck (Stoltz) membuktikan bahwa anak-anak yang merespon secara optimis akan banyak belajar dan lebih berprestasi dibandingkan anak-anak yang memiliki pola lebih pesimistis. Merangkul Perubahan Dalam penelitian Stoltz menemukan bahwa orang-orang yang memeluk perubahan cenderung merespon kesulitan secara lebih konstruktif\ Keuletan Psikolog anak Emmy Werner menemukan bahwa anakanak yang ulet adalah perencana-perencana, mereka

24 35 yang mampu menyelesaikan masalah dan mereka yang bisa memanfaatkan peluang. 2.4 TKI Pengertian TKI Migrasi tenaga kerja biasanya didefinisikan sebagai perpindahan manusia yang melintasi perbatasan untuk tujuan mendapatkan pekerjaan di negara asing (IOM, 2009). Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor:Kep- 204/Men/1999 tentang Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri menyebutkan Tenaga kerja Indonesia yang selanjutnya disebut TKI adalah warga negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja. Menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Sedangkan menurut buku pedoman pengawasam perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia adalah warga negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan kegiatan di bidang perekonomian, sosial, keilmuan, kesenian, dan olahraga profesional serta mengikuti pelatihan kerja di luar negeri baik di darat, laut

25 36 maupun udara dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja yaitu suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan dan atau tertulis baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Berdasarkan Undang-Undang serta pendapat di atas, TKI merupakan Tenaga Kerja baik wanita ataupun laki-laki yang berasal dari Indonesia namun berpindah kesuatu Negara untuk bekerja dengan jangka waktu tertentu Sektor- Sektor TKI Menaker menerbitkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No. 1 tahun 2015 tentang jabatan yang dapat diduduki oleh Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri untuk pekerjaan domestic. Pekerjaan Domestic (Tian dalam Harian terbit, 2015) akan lebih spesifik berdasarkan profesi khusus di antaranya - pengurus rumah tangga (housekeeper), - penjaga bayi (baby sitter), - tukang masak (family cook), - pengurus lansia (caretaker), - supir keluarga (family driver), - tukang kebun (gardener) - penjaga anak (child care worker).

26 Penelitian Terdahulu Culture Shock dengan Kepuasan Kerja Penelitian Jan Selmer (1999) dengan subjek penelitian sebanyak 154 responden menghasilkan bahwa Culture Shock yang dialami oleh individu berbeda-beda dalam penelitian Selmer dengan subjek Western Expatriate Business Managers (WEBMs) di dapati bahwa pekerja tidak mengalami culture shock sampai setelah bulan hal ini menunjukkan efek tertunda pada pekerja yang bertugas di daratan Cina. Ridaryanthi dalam penelitiannya menjelaskan bahwa TKI yang bekerja di Malaysia tidak sepenuhnya beradaptasi dengan budaya lokal dan berbaur dengan masyarakat setempat, karena mereka cenderung menjaga jarak dengan masyarakat lokal. Beberapa dari mereka pekerja konstruksi merasa terlihat seperti orang yang buruk di masyarakat. Mereka mengalami stereotip di masyarakat seperti di anggap sebagai pencuri yang membuat mereka merasa tidak nyaman untuk lebih berinteraksi dengan masyarakat setempat. Mereka berbaur dengan orang-orang mereka sendiri untuk memberikan mereka perasaan aman dan nyaman untuk bertahan hidup. Dalam Penelitian Salih Yesil (2013) membahas Cultural Intelligence (CQ) mengacu tentang adaptasi lintas budaya, cara berinteraksi dan bekerja yang efektif dalam situasi lintas budaya. Dengan hasil penelitian yaitu adanya pengaruh positif antara CQ dengan CCJS, CQ merupakan konsep penting menyebabkan kepuasan manajer yang melakukan interaksi lintas budaya. Responden dalam penelitian ini

27 38 sebanyak 86 subjek. Dalam penelitian ini Yesil menjelaskan bahwa kecerdasan budaya berpengaruh dengan kepuasan kerja bagi pekerja yang melakukan lintas budaya. Sedangkan dalam penelitian Xue Bai (2012) dengan subjek 152 pembantu rumah tangga perawat dimensia mendapati hasil bahwa Sebagian besar pembantu merasa puas (85%) dengan kondisi hidup mereka. Memiliki hasil adanya hubungan yang signifikan antara Adaptasi Pekerja Rumah Tangga (lamanya tinggal di Hongkong, kefasihan dalam bahasa Cina dan kepuasan dengan kondisi Hidup) dan self efficacy signifikan dan berhubungan positif dengan kepuasan kerja. orang-orang yang pernah tinggal di Hongkong untuk jangka waktu lama, berbicara lebih lancar dalam bahasa Cina, memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi dengan kondisi hidup Berdasarkan penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa culture shock dialami oleh individu dalam jangka waktu yang berbeda-beda sedangkan kecerdasan budaya (Cultural Intellingece),lamanya tinggal dalam suatu Negara baru, kefasihan dalam bahasa negara baru berpengaruh dengan tingkat kepuasan kerja individu Adversity Quotient dengan Kepuasan Kerja Penelitian Ningsih dengan subjek sebanyak 130 responden memiliki hasil variable adversity quotient mempengaruhi kepuasan kerja seseorang sebanyak 31.2% persen dan terdapat aspek-aspek lain yang mempengaruhi kepuasan kerja senada

28 39 dengan pendapat Munandar A.S (2006) banyak faktor yang telah diteliti sebagai faktor faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja, diantaranya adalah gaji, kondisi kerja dan hubungan kerja (atasan dan rekan kerja). Dalam penelitian lainnya, Jung-Hee Song and Hae-Young Woo (2015) melakukan penelitian dengan 262 subjek perawat yang terbagi dalam perawat bangsal umum dengan perawat bangsal khusus dan di dapatkan hasil bahwa AQ dan kepuasan kerja perawat yang bekerja di unit khusus, lebih tinggi dari itu perawat yang bekerja di bangsal umum. Berdasarkan kedua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa adversity quotient berpengaruh dengan kepuasan kerja yang di alami oleh individu, tetapi dalam penelitian Jung-Hee Song juga menjelaskan bahwa Adversity Quotient yang di miliki individu juga dapat dipengaruhi oleh faktor pekerjaannya. 2.6 Kerangka Berfikir Culture shock dialami oleh masing-masing individu dengan rentang waktu yang berbeda-beda, Dalam Selmer (1999) Torbiorn menemukan bahwa pola U-kurva mulai muncul setelah 0-3 bulan dan dalam tinjauan pustaka substantif mereka dari hipotesis U-kurva, Black dan Mendenhall (1991) menggambarkan fase culture shock mulai muncul setelah 0-2 bulan. Demikian juga, Ward dan Kennedy (1996), melakukan penelitian siswa Malaysia dan Singapura di Selandia Baru, dan memiliki hasil penurunan baik psikologis dan sosial budaya penyesuaian setelah 1 bulan berada di

29 40 Selandia Baru. Pada penelitian Selmer sendiri tahun 1999, WEBMs yang bekerja di darata China mengalami culture shock setelah bulan berada di China. Oberg (dalam Yuniardi dan Dayakisni,2004) Culture shock menggambarkan respon yang mendalam dan negative dari depresi, frustasi, dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya baru. Penelitian Yesil (2013) yang terkait dengan Culture Intellegence dan kepuasan kerja pada pekerja lintas budaya mengungkapkan bahwa adanya pengaruh antara kecerdasan adaptasi budaya dengan kepuasan kerja pekerja lintas budaya. Dimana dalam Culture Intellegence mengungkap tentang kemampuan adaptasi lintas budaya, cara berinteraksi dan bekerja yang efektif dalam situasi lintas budaya. Dalam penelitian lainnya, ada variable lain yang juga memiliki hubungan dengan kepuasan kerja yaitu adversity quotient dimana Ningsih dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan antara Adversity Quotient dengan Kepuasan kerja pada karyawan PT. Bina Insan Sukses Mandiri mengatakan bahwa adversity quotient dapat digunakan untuk meramalkan hal-hal lain diantaranya kinerja, motivasi, pemberdayaan, kreativitas, produktivitas, pengetahuan, energi, pengharapan, kebahagiaan, vitalitas, kegembiraan, kesehatan emosional, kesehatan jasmani, ketekunan, daya tahan, perbaikan sedikit demi sedikit tingkah laku, umur panjang, dan respon terhadap perubahan.

30 41 Paul G Stoltz mendefinisikan hal ini sebagai kecerdasan menghadapi rintangan atau kesulitan. Adversity Quotient mempunya tiga bentuk, yaitu Pertama, AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan kesuksesan. Kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons terhadap kesulitan. Ketiga, AQ adalah serangkaian perlatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons terhadap kesulitan. Hasil penelitian Ningsih, mendapatkan bahwa variable adversity quotient mempengaruhi kepuasan kerja seseorang sebanyak 31.2% persen dan terdapat aspekaspek lain yang mempengaruhi kepuasan kerja senada dengan pendapat Munandar A.S (2006), banyak faktor yang telah diteliti sebagai faktor faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja, diantaranya adalah gaji, kondisi kerja dan hubungan kerja (atasan dan rekan kerja). Munandar (2001), jika dianggap gajinya terlalu rendah, tenaga kerja akan merasa tidakpuas. Sedangkan Weiss membagi kepuasan kerja dalam 3 aspek yaitu menurut Adkins dan Naumann (dalam Putri, 2013) kepuasan kerja ekstrinsik memperhatikan aspek-aspek kerja yang berhubungan dengan ruang lingkup pekerjaan tetapi tidak termasuk dalam proses kerja itu sendiri seperti kepuasan terhadap gaji, kepuasan terhadap pengawasan sedangkan Adkins dan Naumann (2002) berpendapat bahwa kepuasan kerja intrinsic yang meliputi proses kerja itu sendiri, dan Kepuasan umum. Kepuasan Kerja menurut Weiss, Dawis, England dan Lofquist (Dalam Putri) menjelaskan kepuasan kerja sebagai melakukan perbandingan yang dilakukan oleh

31 42 karyawan untuk mencapai serta memelihara kesesuaian antara diri dan lingkungan mereka. Kesesuaian dengan lingkungan dapat diartikan sebagai karyawan memenuhi keinginan organisasi dan organisasi memenuhi keinginan karyawan (Cook, Hepworth, Wall & Warr, 1981).

32 Desain Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka dibuat suatu desain penelitian sebagai berikut : CULTURE SHOCK H1 X1 KEPUASAN KERJA H Y ADVERSITY QOUTIENT X2 Gambar 3.1 Desain Penelitian

33 Hipotesis Berdasarkan uraian teori diatas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara culture shock dan adversity quotient terhadap kepuasan kerja TKI di Hongkong. H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara culture shock dan adversity quotient terhadap kepuasan kerja TKI di Hongkong.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiono (2010) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas yang menjadi tanggung jawab guru tersebut secara tepat waktu, disamping

Lebih terperinci

2 sendiri karena gaji yang terlalu rendah bagi mereka. Akibatnya beberapa negara mengadopsi kebijakan untuk memfasilitasi migrasi tenaga kerja salah s

2 sendiri karena gaji yang terlalu rendah bagi mereka. Akibatnya beberapa negara mengadopsi kebijakan untuk memfasilitasi migrasi tenaga kerja salah s BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini pertumbuhan tenaga kerja di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat, Ketua Umum Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) yaitu Bapak Suryo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Sunyoto (2012), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kepemimpinan Menurut Veithzal Rivai (2006:2) mendefinisikan kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dengan cara kepatuhan, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa dalam peranannya faktor manusia tidak kalah penting bila dibandingkan dengan mesin,

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Definisi Motivasi Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan usaha yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan dalam memenuhi beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tuntutan akan mobilitas semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tuntutan akan mobilitas semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tuntutan akan mobilitas semakin tinggi. Dengan kondisi seperti itu, tentunya kendaraan bermotor menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PRODUKTIVITAS KERJA 1.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas tentang teori dari kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang akan mendasari penelitian ini. Pemabahasan ini akan menjadi panduan dalam memahami secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Bab ini berisi uraian berbagai teori tentang kepuasan kerja yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Pertama-tama akan dibahas tentang kepuasan kerja, kemudian diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan berdampak terhadap kegagalan perwujudan visi dan misi organisasi. Kepuasan kerja pegawai merupakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiawan (2007) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiawan (2007) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara BAB II URAIAN TEORITIS A. Peneliti Terdahulu Setiawan (2007) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Karakteristik Individu Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di RS Banyumanik. Data yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan dengan sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai macam tujuan. Aktifitas di dalam suatu perusahaan selalu diarahkan untuk mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi Kerja Pamela & Oloko (2015) Motivasi adalah kunci dari organisasi yang sukses untuk menjaga kelangsungan pekerjaan dalam organisasi dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Kepuasan Kerja Guru Robbins & Judge (2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORITIS

BAB II RERANGKA TEORITIS BAB II RERANGKA TEORITIS 2.1. Konsep Dasar 2.1.1. Keterlibatan Kerja Konsep keterlibatan kerja pertama kali diperkenalkan oleh Lodahl dan Kejner (1965). Mereka menghubungkan keterlibatan kerja pada identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam barang serta jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel Terikat. keterlambatan (withdrawal behavior).

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel Terikat. keterlambatan (withdrawal behavior). BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional 3.1.1.1 Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Two Factor Theory Prinsip teori ini mengemukakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian dewasa ini berkembang dengan sangat pesat, terlebih

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian dewasa ini berkembang dengan sangat pesat, terlebih BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Situasi perekonomian dewasa ini berkembang dengan sangat pesat, terlebih pada masa globalisasi seperti sekarang ini. Perubahan teknologi dan arus informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan usaha ekstra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada Jaman sekarang ini pekerjaan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pemeliharaan Hubungan Pegawai

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pemeliharaan Hubungan Pegawai Pemeliharaan Hubungan Pegawai Pemeliharaan Hubungan Pegawai Pengertian Usaha untuk membina dan mengembangkan kondisi fisik, mental, sikap dan perilaku karyawan agar karyawan menjadi loyal dan mampu bekerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah kepuasan kerja para karyawan. Bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah kepuasan kerja para karyawan. Bagi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah kepuasan kerja para karyawan. Bagi para pemimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus-menerus untuk

BAB I PENDAHULUAN. dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus-menerus untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi adalah unit sosial yang dengan sengaja dikelola, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus-menerus untuk mencapai satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Di antara para pakar memberikan pengertian tentang kepuasan kerja atau job satisfaction dengan penekanan pada sudut pandang masing-masing.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Berpikir selalu dihubungkan dengan permasalahan, baik masalah yang timbul saat ini, masa lampau dan mungkin masalah yang belum terjadi.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi 16 II. LANDASAN TEORI A. Definisi Iklim Organisasi Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal, hingga kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan rasa aman,

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal, hingga kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan rasa aman, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki berbagai macam kebutuhan. Mulai dari kebutuhan primer, yaitu kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, rumah sakit adalah 7 :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, rumah sakit adalah 7 : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian rumah sakit Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, rumah sakit adalah 7 : 1. Tempat merawat orang sakit 2. Tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Motivasi Kerja 1.1 Definisi Motivasi Kerja Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers & Porter, 1975 dalam Wijono, 2010). Motivasi juga sering

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

PSIKOLOGI INDUSTRI A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pelatihan

PSIKOLOGI INDUSTRI A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pelatihan PSIKOLOGI INDUSTRI A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pelatihan Menurut Dole Yoder (dalam As ad, 1998:67-70) agar pelatihan dan pengembangan dapat berhasil dengan baik, maka harus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras atau seberapa baik seseorang bekerja, melainkan seberapa jauh seseorang menyukai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Inisiatif manajerial Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi kepada tenaga kerja perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian motivasi Motivasi didefinisikan sebagai dorongan. Dorongan merupakan suatu gerak jiwa dan perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai

BAB II KAJIAN TEORI. karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai BAB II KAJIAN TEORI A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempat kerjanya. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. IDS MARKETING INDONESIA

ANALISIS KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. IDS MARKETING INDONESIA Analisis Kepuasan Kerja Pada Karyawan PT. IDS Marketing Indonesia ANALISIS KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. IDS MARKETING INDONESIA Lania Muharsih laniampsi@gmail.com Abstrak Penelitian ini berjudul Analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang positif dari individu yang disebabkan dari penghargaan atas sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang positif dari individu yang disebabkan dari penghargaan atas sesuatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Kepuasan kerja Luthans (2006: 142) mengatakan kepuasan kerja adalah situasi emosional yang positif dari individu yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Suwatno dan Priansa (2014: 16) menyatakan bahwa manajemen merupakan Ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk ativitas. Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Menurut Rivai (2005:475) kepuasan kerja

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... xii DAFTAR GRAFIK... xiii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... xii DAFTAR GRAFIK... xiii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pekerjaannya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar. Guru merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pekerjaannya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar. Guru merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Guru 2.1.1 Definisi Kinerja Guru Menurut kamus besar bahsasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar. Guru merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu negara salah satu yang mencakup di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu negara salah satu yang mencakup di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional suatu negara salah satu yang mencakup di dalamnya adalah pengangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi tentu memerlukan peran dari lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) 1.1.1 Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diterima dan jumlah yang diyakini seharusnya mereka terima.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diterima dan jumlah yang diyakini seharusnya mereka terima. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Robbins (2006) kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an employee feels about his or her job. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, seperti yang didefinisikan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, seperti yang didefinisikan oleh BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan kerja Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, seperti yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Turnover Intention Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan yakni mengenai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk BAB 2 Tinjauan Pustaka 2. Tinjauan Pustaka 2. 1 Kepuasan Kerja Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan baru semakin memperburuk suasana. Dalam sebuah survei yang dilakukan Princeton Survey Research

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan baru semakin memperburuk suasana. Dalam sebuah survei yang dilakukan Princeton Survey Research BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Karyawan didalam suatu perusahaan merupakan asset perusahaan karena dianggap sebagai salah satu faktor penggerak bagi setiap kegiatan didalam perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan medis (McGuire, Hasskarl, Bode, Klingmann, & Zahn, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan medis (McGuire, Hasskarl, Bode, Klingmann, & Zahn, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan farmasi adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan, produksi dan pemasaran obat yang memiliki surat izin untuk penggunaan medis (McGuire, Hasskarl,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tantangan era globalisasi ini, persaingan antar lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tantangan era globalisasi ini, persaingan antar lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam tantangan era globalisasi ini, persaingan antar lembaga-lembaga pendidikan menjadi semakin kuat. Universitas-universitas swasta harus dapat bersaing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Menurut Kinicki dan Kreitner (2014 : 169) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Analogi Matematis Menurut Gilmer (Kuswana, 2011), berpikir merupakan suatu pemecahan masalah dan proses penggunaan gagasan atau lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan maupun perusahaan, baik di Indonesia maupun diluar negeri. Definisi asuransi menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya (Robbins, 2006). Dalam hal ini adalah karyawan. Karyawan dapat menilai seberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk Oleh: ADHY PURWANTO MIFTAHUN NI MAH SUSENO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

Lebih terperinci

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini)

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini) Konsep Dasar Motivasi (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini) Motif Alasan yang disadari oleh indv untuk bertingkah laku pada suatu tujuan Motivasi Suatu proses dimana kebutuhan2 mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Kinerja Guru. performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Kinerja Guru. performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, unjuk kerja atau kemampuan kerja.

Lebih terperinci

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA Disusun oleh: Ida Yustina Kesuksesan suatu organisasi sangat tergantung dari aktivitas dan kreativitas sumber daya manusianya Oleh karenanya, seorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu perusahaan atau organisasi, Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu perusahaan atau organisasi, Sumber Daya Manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu perusahaan atau organisasi, Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset perusahaan yang paling penting dibanding dengan aset-aset lain karena SDM merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan ekonomi sebagai dampak globalisasi saat ini semakin tajam dan diwarnai

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan ekonomi sebagai dampak globalisasi saat ini semakin tajam dan diwarnai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan ekonomi sebagai dampak globalisasi saat ini semakin tajam dan diwarnai dengan kecanggihan teknologi dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh kemajuan zaman. Hal ini membawa dampak yang cukup besar bagi dunia industri

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Mulyasa, E, Dr Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT.

DAFTAR PUSTAKA. Mulyasa, E, Dr Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. DAFTAR PUSTAKA Davis, Keith, and Newstrom, John,W. 2002. Organizational Behavior At Work. 11 edition. New York. Mc Graw - Hill Mulyasa, E, Dr.2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang berkenaan dengan persiapan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang berkenaan dengan persiapan dan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penelitian seperti: desain penelitian, variabel penelitian dan operasionalisasi variabel, populasi

Lebih terperinci

DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan

DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan baguscipta@gmail.com ABSTRAK This research aimed to find out the correlation between motivation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri ialah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhankebutuhan

Lebih terperinci

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Motivasi Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan kemampuan membaca situasi diri dan lingkungan Menurut Handoko (2001) definisi atau pengertian kepuasan kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Pada kenyataannya kebutuhan manusia sangat beraneka ragam, baik jenis maupun tingkatnya, bahkan manusia memiliki kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan yang dinamakan keija (As'ad, 1991:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Menurut Rachmawati (2007:146) kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa dari pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Panggaribuan (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. Indosat, Tbk. Divisi Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya perusahaan baru yang berdiri,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya perusahaan baru yang berdiri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan era yang tidak dapat dihindari dan akan membawa tatanan baru yang akan mengubah tatanan lama dalam segala aspek kehidupan manusia. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan dengan hakikat manusia, yaitu sebagai makhluk berketuhanan, makhluk individual,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Noor (2011) adalah penelitian untuk menguji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata cara tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari penelitian Ulfa suci pratiwi (2011) dengan judul Pengaruh Faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari penelitian Ulfa suci pratiwi (2011) dengan judul Pengaruh Faktor 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN PENELITIAN TERDAHULU Dari penelitian Ulfa suci pratiwi (2011) dengan judul Pengaruh Faktor Kepuasan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kepuasan Kerja Perhatian manajer terhadap karyawan akan mengakibatkan peningkatan kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami banyak perubahan. Salah satu penyebab dari perubahan tersebut adalah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Deskriptif Subjek Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif menggambarkan keadaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mencakup pengertian budaya kinerja tinggi dan juga kepuasan kerja.

BAB II LANDASAN TEORI. mencakup pengertian budaya kinerja tinggi dan juga kepuasan kerja. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab sebelumnya telah dijabarkan mengenai latar belakang dari penelitian ini. Dalam bab ini akan dijabarkan landasan teori yang menjadi acuan serta hipotesis yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia ORGANIZATIONAL BEHAVIOR Motivasi Sumber Daya Manusia Faktor Penentu Kinerja (Griffin) Motivasi (Motivation) Kemampuan (Ability) Lingkungan Pekerjaan (Work Environment) Pengertian Motivasi Motivation is

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kepuasan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kepuasan Kerja 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Hasibuan (2007) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan

Lebih terperinci

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sehingga persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Laksmi Fivyan Warapsari F100110088 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci