JARINGAN KERJA PRODUKSI KAPAL TROLL LINE DI GALANGAN KAPAL UPTD PPI BINUANGEUN, BANTEN SRI WAHYUNI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JARINGAN KERJA PRODUKSI KAPAL TROLL LINE DI GALANGAN KAPAL UPTD PPI BINUANGEUN, BANTEN SRI WAHYUNI"

Transkripsi

1 JARINGAN KERJA PRODUKSI KAPAL TROLL LINE DI GALANGAN KAPAL UPTD PPI BINUANGEUN, BANTEN SRI WAHYUNI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Jaringan Kerja Produksi Kapal Troll Line di Galangan Kapal UPTD PPI Binuangeun, Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2016 Sri Wahyuni NIM C

4 ABSTRAK SRI WAHYUNI. Jaringan Kerja Produksi Kapal Troll Line di Galangan Kapal UPTD PPI Binuangeun, Banten. Dibimbing oleh BUDHI HASCARYO ISKANDAR dan WAWAN OKTARIZA. Galangan merupakan tempat pembuatan dan perbaikan kapal. Galangan yang terdapat di Binuangeun merupakan galangan tradisional. Galangan ini tidak memiliki sistem manajemen yang baik sehingga menimbulkan beberapa masalah seperti keterlambatan pembuatan kapal maupun antrian naik dan turun dok. Penyusunan analisis jaringan kerja diharapkan dapat membantu proses penjadwalan, memonitor, dan mengendalikan suatu kegiatan produksi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi proses produksi kapal troll line, menyusun jaringan kerja, dan menentukan jalur kritis dalam proses pembuatan kapal troll line. Terdapat 13 aktivitas pada proses produksi kapal troll line. Kegiatan tersebut adalah pengerjaan lunas; pemasangan linggi haluan; linggi buritan; lambung; gading gading; pemasangan kulit kapal; geladak; pengerjaan palka; pengerjaan bangunan atas; pemakalan, pendempulan, dan pengecatan; pembuatan pondasi mesin; pemasangan instalasi mesin; dan peluncuran kapal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 9 dari 13 aktivitas merupakan jalur kritis. Hal ini dapat diartikan 69% kegiatan tersebut harus dapat diselesaikan tepat waktu. Analisis CPM (Critical Path Method) pada proses pembuatan kapal ini menghasilkan total waktu pengerjaan selama 127 hari atau 26 hari lebih cepat dari perencanaan awal. Kata kunci: analisis CPM, jalur kritis, kapal troll line ABSTRACT SRI WAHYUNI. Production Networks of Troll Liner in UPTD Fishing Landing Place Traditional Shipyard, Binuangeun, Banten. Supervised by BUDHI HASCARYO ISKANDAR and WAWAN OKTARIZA. Shipyard is a shipbuilding and ship repair. Shipyards in Binuangeun is a traditional shipyard. The shipyard does not have a good management system, causing some problems such as delays in the shipbuilding and queues up and down the dock. Preparation of network analysis is expected to help the process of scheduling, monitoring, and control production activity. The purpose of this study were to identify the production process of troll liner, network arrangement, and determine the critical path in the process of shipbuilding. There are 13 activities in production process of troll liner. These activities were keel laying; assembly of bow and stern frames; hull; joist ship; leather ship; deck assembly; fish hold construction; whellhouse; patching, putty, and painting; making machine foundation, installation of machines, and slide the ship. The results showed that 9 of the 13 activities were critical path. This means 69% of the activity should be completed on time. Analysis of CPM (Critical Path Method) in the process of making this ship total processing time for 127 days or 26 days ahead of the initial planning. Keywords: CPM analysis, critical path, troll liner

5 JARINGAN KERJA PRODUKSI KAPAL TROLL LINE DI GALANGAN KAPAL UPTD PPI BINUANGEUN, BANTEN SRI WAHYUNI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016 dengan judul Jaringan Kerja Produksi Kapal Troll Line di Galangan Kapal UPTD PPI Binuangeun, Banten. Penulis mengucakan terimakasih kepada: 1 Bapak Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, MSi dan Bapak Ir Wawan Oktariza MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan selama penyusunan skripsi. 2 Bapak Dr Fis Purwangka, SPi, MSi selaku dosen penguji dan Bapak Dr Iin Solihin, SPi, MSi selaku komisi pendidikan departemen PSP. 3 Bapak Ahmad Hadi, STP sebagai Kepada UPTD PPI Binuangeun, Bapak Tabria dan Bapak Ryan sebagai staf UPTD PPI Binuangeun yang turut membantu mempermudah jalannya penelitian. 4 Bapak Slamet, Bapak Supandi, Bapak Encuh, dan Bapak tukang lainnya yang bekerja di Galangan Rakyat Binuangeun yang telah membentu selama pengumpulan data. 5 Ayah (Alm. Muin), Ibu (Iis Aisyah), dan seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. 6 Sahabat saya, Risna Dewi Enisa yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 7 Sahabat kontrakan DM House: Septi Dewi Cahaya, Siti Rohaeni, Arie Nurfita, Indriyani, Aida Juniarti, Indah Djukarsa R, Siti Kodhijah dan Dedeh Siti Mulyani. 8 Sahabat OMDA dari PAD 49 yaitu Ratna Purboningrum, Diana Nur Indah S, Mei Nita Sari, Nadhirotul Chusna, Pristina P, Yuni Ratna Indriani, Feynanda Ferlycia P, Adi Riyadi, Ali Mahmudin, Bayu Adi Nugraha, dan Ubaidillah. 9 Serta seluruh keluarga PSP 49. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2016 Sri Wahyuni

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE PENELITIAN 2 Waktu dan Tempat Penelitian 2 Bahan dan Alat Penelitian 3 Jenis dan Sumber Data 3 Prosedur Analisis Data 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Kondisi Umum Galangan Kapal 6 Spesifikasi Kapal Troll line 7 Material Kapal 7 Sistem Produksi Kapal 9 Tahapan Proses Produksi Kapal Troll line 9 Analisis Jaringan Kerja Kapal Troll line 13 SIMPULAN DAN SARAN 17 Simpulan 17 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN 20 RIWAYAT HIDUP 23

10 DAFTAR TABEL 1 Kebutuhan data primer dan sekunder 3 2 Ukuran dimensi utama kapal troll line 7 3 Jenis kayu yang digunakan pada kontruksi kapal troll line 8 4 Peralatan tukang kapal 9 5 Data perkiraan waktu pada setiap aktivitas kapal troll line 14 6 Jadwal dan waktu longgar pada aktivitas pembuatan kapal troll line 16 DAFTAR GAMBAR 1 Notasi yang digunakan pada titik untuk forward pass dan backward pass 4 2 Rancangan umum kapal troll line 13 3 Diagram alir jaringan kerja produksi kapal troll line 15 DAFTAR LAMPIRAN 1 Tabel perbedaan penggunaan jaringan AON dan AOA 20 2 Keterangan kelas awet dan kelas kuat 21 3 Dokumentasi penelitian 22

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perikanan tangkap merupakan industri yang cukup strategis dalam perikanan nasional (Afriantoni 2013). Salah satu bagian dari industri perikanan tangkap yaitu industri galangan kapal. Industri galangan kapal sangat sesuai dalam menopang visi pemerintah terkait program Indonesia sebagai poros maritim. Pemerintah juga mengeluarkan Inpres No. 5 Tahun 2005 tentang pemberdayaan industri pelayaran nasional. Pemerintah menetapkan asas cabotage untuk mengoptimalkan pemberdayaan industri pelayaran nasional. Hal ini menyebabkan peluang industri galangan kapal nasional untuk memenuhi kebutuhan kapal sangat besar, baik untuk bisnis bangunan baru maupun reparasi kapal. Industri galangan kapal juga memiliki nilai-nilai ekonomis yang sangat besar, sehingga menjadi bagian yang strategis dalam perekonomian sebuah bangsa. Galangan kapal kayu di Indonesia sebagian besar bersifat tradisional. Galangan kapal tradisional merupakan galangan kapal yang pembuatan kapalnya masih mengandalkan kemampuan yang diturunkan oleh pendahulunya serta tidak menggunakan perencanaan umum dalam proses produksinya. Salah satu galangan kapal tradisional di Indonesia yaitu galangan kapal di wilayah PPI Binuangeun. Galangan kapal ini didirikan oleh UPTD PPI Binuangeun dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak. Galangan kapal dikontrakkan dan dikelola oleh Bapak Supandi dan Bapak Encuh. Galangan kapal menyediakan pelayanan jasa penyewaan tempat, perbaikan kapal, dan pembuatan kapal baru. Lokasi galangan kapal ini cukup strategis karena letaknya tidak jauh dengan lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Binuangeun. Permasalahan yang sering terjadi pada pembuatan kapal baru di galangan kapal Binuangeun yaitu kurangnya pemahaman pekerja dalam pembuatan jadwal produksi. Masalah tersebut dapat berpengaruh dalam pengelolaan waktu, biaya, dan ruang lingkup pekerjaan yang sering muncul (Sahid 2012). Hal tersebut mengakibatkan antrian kapal baik pada aktivitas perbaikan maupun produksi kapal baru berikutnya. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian terkait waktu yang dibutuhkan dalam pembangunan kapal troll line. Kapal troll line yang diteliti merupakan salah satu jenis kapal yang banyak terdapat di Binuangeun. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan terkait analisis jalur kritis diantaranya yaitu jaringan kerja produksi kapal purse seine di Tegal (Wibowo 2014) dan manajemen waktu pembangunan perkantoran di Jakarta Selatan (Fazrin 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2014) yaitu tentang rangkaian dari proses produksi kapal purse seine. Pada penelitian tersebut menggunakan analisis jalur kritis sehingga proses produksi kapal purse seine dapat berlangsung lebih cepat dari waktu perkiraan awal. Penelitian yang dilakukan oleh Fazrin (2015) bertujuan untuk menganalisis kinerja waktu proyek pembangunan perkantoran menara 18. Pada penelitian ini jadwal rencana dan jadwal realisasi proyek secara keseluruhan berjalan tepat waktu. Namun ada tiga kegiatan yang termasuk ke dalam jalur kritis karena adanya faktor cuaca dan keterlambatan material konstruksi.

12 2 Perumusan Masalah Permasalahan pada produksi kapal di galangan tradisional Binuangeun salah satunya yaitu seringnya terjadi keterlambatan waktu produksi yang menyebabkan antrian layanan proses reparasi maupun produksi kapal baru, pemborosan waktu serta penambahan biaya produksi. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu minimnya fasilitas pendukung produksi yang meliputi gudang penyimpanan bahan baku, ketersediaan alat produksi, serta dugaan menurunnya ketersediaan bahan baku. Metode jalur kritis dikembangkan untuk membantu proses penjadwalan, memonitor, dan mengendalikan suatu kegiatan produksi (Heizer dan Render 2009). Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji diantaranya adalah: 1 Bagaimana proses dan tahapan kegiatan produksi kapal troll line pada galangan kapal tradisional Binuangeun. 2 Proses dan tahapan mana saja yang termasuk dalam jalur kritis disepanjang proses produksi kapal. 3 Berapa lama waktu tercepat yang dibutuhkan dalam pembuatan kapal troll line. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1 Mengidentifikasi proses produksi kapal troll line pada galangan kapal tradisional Binuangeun. 2 Menyusun jaringan kerja dan menentukan jalur kritis dalam proses produksi kapal. 3 Menentukan waktu pengerjaan tercepat dalam pembuatan kapal troll line. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran bagi pengembangan IPTEKS dibidang teknologi galangan kapal. Selain itu dapat memberikan informasi terkait manajemen waktu yang baik dalam pembuatan kapal sehingga meminimumkan antrian kapal, serta sebagai dasar untuk penelitian lanjutan. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Maret hingga 21 Juni Penelitian dilakukan di galangan tradisionl UPTD PPI Binuangeun, yang terletak di Desa Muara, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

13 3 Bahan dan Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu kuesioner berkenaan dengan industri galangan, teknologi, dan pengelolaan galangan serta kamera untuk melakukan dokumentasi. Kuesioner ditujukan kepada pendiri dan pengelola galangan kapal sebagai sumber informasi utama dan diikuti dengan diskusi dari para tukang di galangan PPI Binuangeun. Jenis dan Sumber Data Penelitian dilaksanakan berdasarkan metode survei terhadap proses produksi kapal troll line. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dan data primer. Data primer didapat dengan cara pengamatan langsung pada proses produksi kapal troll line dan wawancara dengan pengelola galangan, tukang di galangan, serta Kepala UPTD PPI Binuangeun. Data sekunder diperoleh dari sumber yang telah ada guna mendukung penelitian. Data primer dan data sekunder yang dikumpulkan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kebutuhan data primer dan sekunder Data Sumber Jenis Data 1 Sistem layanan produksi galangan, penyediaan material dan sistem upah tenaga kerja 2 Spesifikasi kapal, kebutuhan waktu produksi, teknis produksi dan tahapan proses produksi kapal Pengelola galangan Tukang atau pembuat kapal 3 Lokasi dan kondisi galangan UPTD PPI Binuangeun 4 Spesifikasi kayu yang digunakan dalam BKI 1996 produksi kapal Analisis Deskriptif Prosedur Analisis Data Primer Primer Primer Sekunder Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis kegiatan produksi kapal troll line. Analisis deskriptif merupakan analisis suatu kasus atau kejadian membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian tersebut (Nazir 1988). Pada penelitian ini, analisis deskriptif dimulai dari pemasangan lunas hingga proses pemakalan, pendempulan, dan pengecatan. Proses produksi kapal diamati berdasarkan tahapan yang dilakukan. Selanjutnya tahapan tersebut digambarkan dalam bentuk diagram alir. Analisis Jaringan Kerja Analisis jaringan kerja yang digunakan menggunakan metode Critical Path Method (CPM). CPM dikembangkan pada tahun 1957 oleh J. E. Kelly dari Remmingron Rand dan M. R. Walker dari dupont untuk membantu para manager dalam masalah penjadwalan, memonitor, dan mengendalikan proyek besar dan

14 4 kompleks (Heizer dan Render 2009). Anggriawan (2015) menyatakan bahwa CPM digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitas yang sudah pernah dikerjakan atau memiliki pengalaman mengerjakan pekerjaan yang sama pada proyek sebelumnya. Ada dua macam estimasi baik waktu maupun biaya dalam metode CPM, yaitu estimasi normal dan estimasi crash. Perhitungan kedua jenis estimasi dimaksudkan untuk menemukan kegiatan-kegiatan pada jalur kritis, dimana waktu dapat dipercepat dengan total biaya minimum (Siswanto 2007). Efisiensi penyelesaian proyek dapat dicapai dalam hal waktu maupun biaya dengan menggunakan analisis CPM. Proses analisis jaringan kerja CPM menurut Heizer dan Render (2009) meliputi enam langkah dasar, yaitu: 1 Menetapkan aktivitas dan menyiapkan struktur pecahan kerja; 2 Membangun hubungan antara kegiatan, memutuskan kegiatan mana yang harus didahulukan dan mana yang mengikuti yang lain; 3 Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan; 4 Menetapkan perkiraan waktu dan atau biaya untuk setiap pekerjaan; 5 Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan, ini yang disebut dengan jalur kritis; dan 6 Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian aktivitas. Proses CPM terbagi menjadi tiga menurut Heizer dan Render (2009), yaitu: 1 Komponen jaringan Jaringan menunjukkan saling hubung antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Pada jaringan CPM dikenal dengan istilah dummy, yaitu dua atau lebih kegiatan yang mulai dan berakhir pada titik yang sama. Ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek, yakni kegiatan pada titik (activity on node AON) dan kegiatan pada panah (activity on arrow AOA). Pada konvensi AON titik menunjukkan kegiatan, sedangkan pada AOA panah menunjukkan kegiatan. Pada Lampiran 1, disajikan gambar dari pemakaian jaringan AON dan AOA. 2 Jadwal aktivitas Menentukan jadwal aktivitas artinya perlu identifikasi waktu mulai dan waktu selesai untuk setiap kegiatan yang menggunakan proses two-pass. Proses two-pass terdiri atas forward pass dan backward pass untuk menentukan jadwal waktu pada setiap kegiatan. ES (earliest start) dan EF (earliest finish) ditentukan selama forward pass. LS (latest start) dan LF (latest finish) ditentukan selama backward pass. Keterangan: C A = ES (Mulai terdahulu) B = LS (Mulai terakhir) A E C = Nama kegiatan B F D = Lamanya kegiatan E = EF (Selesai terdahulu) D F = LF (Selesai terakhir) Gambar 1 Notasi yang digunakan pada titik untuk forward pass dan backward pass

15 5 Hitungan maju (forward pass) merupakan identifikasi waktu-waktu terdahulu. Hitungan maju dimulai dari start (initial event) menuju finish (terminal event) untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat terjadi kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa (E). Heizer dan Render (2009) menyatakan mengenai aturan perhitungan waktu mulai terdahulu (earliest start) dan waktu selesai terdahulu (earliest finish), sebagai berikut: a Aturan waktu mulai terdahulu (earliest start) 1) Sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, kegiatan pendahulu langsungnya harus selesai. 2) Jika suatu kegiatan hanya mempunyai satu pendahulu langsung,. 3) Jika satu kegiatan mempunai satu pendahulu langsung,. b Aturan selesai terdahulu (earliest finish) Waktu selesai terdahulu (EF) dari suatu kegiatan adalah jumlah dari waktu mulai terdahulu (ES) dan waktu kegiatannya, yaitu:. Hitungan mundur (backward pass), dimulai dari kegiatan terakhir suatu proyek. Pada setiap kegiatan, pertama menentukan nilai EF (selesai terdahulu) dan diikuti dengan nilai ES (mulai terdahulu). Heizer dan Render (2009) menyatakan mengenai aturan perhitungan waktu selesai terakhir (latest finish) dan waktu mulai terakhir (latest start), sebagai berikut: a Aturan waktu selesai terakhir (latest finish) 1) Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi hanya satu kegiatan, LF (selesai terakhir) sama dengan LS (mulai terakhir) dari kegiatan yang secara langsung mengikutinya. 2) Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi lebih dari satu kegiatan, maka LF adalah minimum dari seluruh nilai LS dari kegiatan-kegiatan yang secara langsung mengikutinya, yaitu: b Aturan waktu mulai terakhir (latest start) Waktu mulai terakhir (LS) dari suatu kegiatan adalah perbedaan antar waktu selesai terakhir (LF) dan waktu kegiatan, yaitu:. 3 Hambatan aktivitas (slack activity) dan jalur kritis (critical path) Waktu slack (slack time) yaitu waktu bebas yang dimiliki oleh setiap kegiatan untuk bisa diundur tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan. Cara menghitung nilai slack dapat menggunakan rumus: Analisis jalur kritis membantu menentukan jadwal proyek. Jalur kritis adalah kegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang (S=0). Hal ini berarti kegiatan tersebut harus dimulai tepat pada ES agar tidak mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesaian proyek. Kegiatan yang memiliki nilai slack = 0

16 6 disebut sebagai kegiatan kritis. Cara mengetahui jalur kritis dapat dengan menghitung dua waktu awal dan akhir untuk setiap kegiatan. Perkiraan waktu tersebut digunakan untuk menghitung nilai yang diharapkan dan penyimpangan standar pada proses produksi kapal troll line. Pada analisis ini, CPM membuat asumsi bahwa aliran bahan baku dan material yang dibutuhkan berjalan lancar tanpa kendala kekurangan, tenaga kerja selalu ada selama proses produksi, serta pembayaran upah tenaga kerja terpenuhi oleh pemilik kapal. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Galangan Kapal UPTD PPI Binuangeun berada di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Lebak. UPTD PPI Binuangeun mendirikan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan galangan kapal. TPI dikelola oleh UPTD PPI Binuangeun sendiri, sedangkan galangan kapal dikontrakkan dan dikelola oleh Bapak Supandi dan Bapak Encuh. Galangan kapal tradisional di PPI Binuangeun berdiri sejak tahun 2004, tidak ada struktur organisasi yang jelas dalam mengelola galangan kapal. Selain itu, tukang kapal sebagian berasal dari kalangan keluarga besar. Teknologi pembuatan kapal diperoleh dari pengetahuan atau pengalaman bekerja pada galangan kayu lain secara bertahun-tahun. Kegiatan pengarsipan data pada pembuatan dan reparasi kapal di galangan tidak dijumpai. Berdasarkan wawancara, produksi kapal di galangan ini sekitar 4 unit pertahun dan untuk perbaikan kapal sekitar 12 unit pertahun. Pembuatan kapal di galangan berkisar antara 4 hingga 6 bulan lamanya dan untuk perbaikan kapal tergantung dari parah atau tidaknya kapal tersebut. Pengerjaan kapal dengan perbaikan ringan berkisar antara 2 minggu dan pengerjaan kapal dengan perbaikan berat seperti perbaikan pada badan kapal berkisar antara 4 hingga 8 minggu. Selain itu, lamanya pengerjaan kapal juga dipengaruhi oleh banyaknya tukang yang mengerjakan kapal tersebut. Jumlah tenaga kerja tetap yang bekerja di galangan Binuangeun sebanyak 10 orang yang dibagi menjadi beberapa tim untuk mengerjakan reparasi kapal maupun pembuatan beberapa kapal baru di galangan. Pengerjaan reparasi biasanya dilakukan oleh pegawai dari pemilik kapal sehingga galangan hanya menerima jasa penyewaan tempat. Pengerjaan produksi kapal di galangan Binuangeun memerlukan 3 sampai 5 orang tukang. Banyaknya tenaga kerja disesuaikan dengan besar atau kecilnya kapal yang akan diproduksi. Masingmasing tenaga kerja memiliki fungsi dan peran yang saling melengkapi. Fungsi dan peran tersebut berkaitan dengan tugas dan pengalaman dari para tenaga kerja. Semakin banyak tukang yang membuat sebuah kapal, maka akan mempercepat penyelesaiannya. Sebaliknya apabila tukang yang mengerjakan sebuah kapal sedikit, maka penyelesaian kapal akan semakin lama. Pengelola galangan kapal di PPI Binuangeun merangkap menjadi tukang kapal, tidak ada spesialisasi dan pembagian kerja yang jelas. Pembuatan dan perbaikan kapal menjadi tanggung jawab semua tukang yang mengerjakan kapal

17 tersebut. Seorang tenaga kerja tidak hanya terfokus pada suatu pekerjaan tertentu saja. Tingkat pendidikan para tukang juga bukan dasar dalam pengangkatan tenaga kerja. Umumnya pendidikan para tukang kapal yaitu Sekolah Dasar (SD), atau tidak tamat Sekolah Dasar (SD), dan ada diantaranya tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pelatihan khusus tidak ada bagi para tukang sebelum ikut bekerja dalam tim pembuatan maupun perbaikan kapal. Tingkat keahlian tukang pada galangan sangat ditentukan oleh pengalaman dari lama mereka bekerja atau jumlah kapal yang telah mereka buat. Selain itu menurut Nofrizal et al (2014), kecerdasan dan keterampilan juga merupakan faktor dari tingkat keahlian tukang kapal tersebut. Spesifikasi Kapal Troll line Kapal troll line yang diteliti merupakan kapal kayu yang saat penelitian dilaksanakan sedang dalam proses pengerjaan. Pembangunan kapal tersebut dilakukan secara tradisional dan manual, tidak menggunakan gambar-gambar desain yang terdiri dari rencana garis (lines plan), rencana umum (general arrangement), midship section, dan gambar konstruksi sebagai salah satu syarat teknis yang harus dipenuhi kapal. Pembuatan kapal juga tidak dilengkapi dengan perhitungan-perhitungan hidrostatik, stabilitas, dan lainnya. Tukang kapal di galangan membuat kapal sesuai permintaan pemilik kapal. Total waktu pengerjaan kapal troll line ini berlangsung selama 153 hari. Berdasarkan hasil penelitian lapang, diperoleh spesifikasi kapal troll line seperti berikut: Tabel 2 Ukuran dimensi utama kapal troll line No Spesifikasi Ukuran 1 Panjang seluruh kapal (LOA) 15 m 2 Lebar kapal maksimum (B max ) 3,7 m 3 Dalam kapal (D) 2 m 4 Serat air kapal (d) 2,5 m 5 Tonase kapal (GT) 4 GT Proses pembuatan kapal troll line dimulai dari bulan Maret 2016 dan direncanakan akan selesai pada bulan Agustus Perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan material, upah tenaga kerja, serta penyediaan alat pendukung sebesar Rp ,-. Proses produksi dilakukan dalam beberapa tahapan produksi yang dimulai dari proses persiapan, pengerjaan lunas, serta sampai dengan proses peluncuran kapal. Material kapal Kapal troll line yang dibuat berbahan dasar kayu. Kayu memiliki variasi dalam kelas awet dan kelas kuat sehingga dapat dipilih jenis kayu dengan struktur konstruksi yang kuat dan tahan lama. Selain itu faktor yang menjadi pertimbangan yaitu ada atau tidaknya cacat kayu serta mudah atau tidaknya jenis kayu tersebut dikerjakan dan dibentuk. Apabila kayu yang dibuat dalam pembuatan kapal cacat, maka kontruksi kapal menjadi tidak sempurna. Jenis kayu yang digunakan adalah 7

18 8 jenis kayu bungur dan kayu laban. Berikut disajikan beberapa perbedaan dari kedua jenis kayu tersebut pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis kayu yang digunakan pada kontruksi kapal troll line Nama Nama latin Kelas Pemakaian lokal Awet Kuat Bungur Lagerstroemia speciosa Pers II III I II Gading gading, kulit kapal, lantak dek Laban Vitex pubescens Vahl I I II Lunas, linggi haluan, linggi buritan Sumber: BKI 1996 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dalam proses pemilihan kayu disesuaikan dengan fungsi dari pemakaian setiap bagian kontruksi kapal. Kontruksi pada gading-gading, kulit kapal, dan dek menggunakan jenis kayu bungur (Lagerstroemia speciosa Pers). Jenis kayu pada bagian kontruksi gadinggading harus mudah untuk dibentuk dan ukuran diameter batang kayu tidak terlalu besar. Pada bagian kulit memerlukan jenis kayu yang tidak mudah pecah, karena selama proses produksi, kontruksi kulit harus dibentuk sesuai bentuk kapal terutama pada bagian-bagian yang memiliki kelengkungan ekstrim. Kayu bungur memiliki sifat yang cukup kuat, mudah dibentuk, tidak mudah pecah, dan tahan terhadap binatang laut. Sehingga kayu bungur dipilih pada bagian kontruksi gading-gading, kulit kapal, dan lantai dek kapal. Bagian konstruksi lunas, linggi haluan, dan linggi buritan menggunakan jenis kayu laban (Vitex pubescens Vahl). Kayu yang digunakan pada kontruksi tersebut harus memiliki kekuatan yang tinggi karena konstruksi tersebut merupakan bagian pondasi dari kapal. Kayu laban memiliki daya kuat yang tinggi sehingga sesuai pada pembuatan pondasi kapal. Keterangan tingkat keawetan dan kekuatan pada kedua kayu tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Aspek teknis yang perlu diperhatikan untuk memperoleh umur pakai yang lama dari kapal kayu menurut Pasaribu (1987) yaitu sifat fisik dan mekanis dari jenis kayu yang digunakan, kelayakan desain dan metode konstruksi kapal, serta pengolahan dan perawatan kapal. Selain itu Fyson (1985) menjelaskan bahwa pemilihan material kayu perikanan dipengaruhi oleh kemudahan dalam memperoleh bahan, keuntungan teknis dari tiap material, biaya pembelian bahan material, serta keahlian galangan kapal termasuk kemampuan sumberdaya manusia dan teknologi atau peralatan yang tersedia di galangan. Teknologi dalam pembuatan kapal di galangan Binuangeun menggunakan alat atau perkakas yang sederhana. Perkakas tukang yang digunakan sebagian besar adalah perkakas tukang kayu dalam membuat rumah. Beberapa diantara perkakas tersebut memiliki fungsi yang sama dengan ukuran yang berbeda-beda atau perkakas dengan jenis yang sama tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Berikut merupakan beberapa peralatan yang digunakan dalam pembuatan kapal baru maupun reparasi kapal.

19 9 Tabel 4 Peralatan tukang kapal No Nama barang Jumlah (unit) Keterangan 1 Bor listrik 4 Baik 2 Gergaji tangan 6 Baik 3 Generator set 1 Baik 4 Palu besi 12 Baik 5 Pahat besi 5 Baik 6 Pres papan 10 Baik 7 Gurinda listrik 2 Baik 8 Trakel 2 Baik 9 Alat las 1 Baik 10 Serutan listrik 4 Baik 11 Obeng ketok 3 Baik 12 Water pas 2 Baik Sistem Produksi Kapal Pembuatan kapal troll line dikerjakan oleh 3 orang tukang. Sistem produksi pada galangan tersebut sangat sederhana. Pengelola kapal hanya bertanggung jawab dalam proses produksi kapal. Pemilik kapal bertanggung jawab terhadap pemenuhan material, mesin kapal, dan tenaga kerja untuk melakukan pengecatan pada kapal yang dipesan. Para tukang membuat kapal sesuai dengan pemesanan pemilik kapal hingga pemasangan mesin kapal. Selanjutnya pengecatan kapal dilakukan oleh karyawan atau pegawai dari pemilik kapal. Sistem upah atau gaji tukang kapal di galangan tradisional terdiri dari dua macam, yaitu sistem borongan dan harian. Penetapan gaji atau upah tidak memakai dasar baku tertentu. Pada sistem borongan produksi kapal, pembayaran upah dilakukan berdasarkan bagi hasil usaha. Hasil usaha tersebut dibagi merata antar tukang kapal. Sehingga dapat diartikan bahwa pembagian hasil usaha tersebut tidak berdasarkan profesionalisme kerja. Pada sistem pembayaran upah borongan tenaga kerja berjalan dari pemilik kapal. Apabila tenaga kerja atau tukang kapal ingin melakukan kasbon (meminta upah atau gaji di awal), tukang tersebut langsung meminta kepada pemilik kapal. Jumlah upah yang diminta akan dikurangi dari jumlah upah atau gaji yang sebelumnya sudah disepakati sedangkan untuk upah kerja harian, biasanya dilakukan pada perbaikan kapal. Upah dari setiap pekerja atau tukang kapal berkisar antara Rp per harinya tergantung dari kesepakatan antara pemilik kapal dan tukang kapal. Pengelolaan galangan kapal diwajibkan membayar retribusi pada UPTD PPI Binuangeun sejumlah Rp ,- pertahunnya. Hal ini bertujuan untuk perbaikan dan pengembangan galangan. Tahapan Proses Produksi Kapal Troll Line Proses produksi atau pembuatan kapal di galangan tradisional Binuangeun tidak berdasarkan desain dan konstruksi yang didasarkan pada BKI. Pembuatan kapal dilakukan berdasarkan perkiraan. Sedangkan untuk ukuran panjang dan lebar kapal adalah permintaan dari pemilik kapal. Berikut proses dan tahapan kegiatan produksi kapal troll line.

20 10 1 Pengerjaan lunas Lunas merupakan konstruksi dasar dari sebuah kapal. Susunan konstruksi dasar adalah suatu susunan konstruksi yang terdiri dari kerangka memanjang ataupun melintang yang terletak pada bagian dinding memanjang kapal mulai dari linggi haluan sampai linggi buritan (Djaya dan Sofi i 2008). Proses pemasangan konstruksi lunas diawali dengan persiapan lokasi dengan bantalan balok sepanjang badan lunas. Setelah persiapan selesai dilakukan pemasangan lunas. Selanjutnya dilakukan penyerutan bagian atas lunas serta pengukuran untuk menentukan titik pemasangan bagian konstruksi linggi haluan dan buritan. Balok yang digunakan merupakan balok panjang tanpa sambungan. Iskandar (1990) menjelaskan bahwa sistem kapal dengan kayu tanpa sambungan (kayu utuh) akan memberikan beban konstruksi merata, sehingga beban kapal secara keseluruhan menjadi lebih kuat dan kokoh. 2 Pemasangan linggi haluan Djaya dan Sofi i (2008) menyatakan linggi haluan yaitu bagian terdepan kapal. Linggi haluan juga merupakan tempat untuk menempelkan pelaut kulit dan penguat utama di bagian ujung depan kapal. Selain itu sebagai penghubung dari kulit papan bagian kiri dan kanan serta menghubungakan galar-galar pada kedua sisi kapal. Pemasangan linggi haluan dilakukan dengan menggunakan cara ditanggen (purus) yang masuk ke linggi. Kemudian untuk memperkuat linggi haluan, dilakukan dengan penyiku yang diikat dengan baut. Pemasangan baut ini bertujuan untuk memastikan bahwa pemasangan linggi haluan dan lunas terpasang dengan kuat dan kokoh. 3 Pemasangan linggi buritan Menurut Djaya dan Sofi i (2008), linggi buritan adalah bagian konstruksi kapal yang merupakan kelanjutan lunas kapal. Linggi buritan juga diartikan sebagai kerangka konstruksi yang membentuk ujung buritan kapal dan menyangga kemudi serta poros baling-baling. Pada dasarnya cara pemasangan linggi buritan sama dengan pemasangan linggi haluan. Pasaribu (1985) menyatakan bahwa balok yang digunakan pada linggi buritan memiliki ukuran yang lebih tebal dibandingkan dengan balok pada linggi haluan. 4 Pemasangan papan lambung kapal Papan lambung terbuat dari kayu bungur (Lagerstroemia speciosa Pers). Papan lambung dipasang tidak masuk ke lunas yang berbentuk alur. Pemasangan lambung hanya dilekatkan dengan diikat pen (pasak) kayu pung. Menurut standar BKI, papan lambung harus dipasang masuk kedalam alur pada lunas dan linggi. Papan lambung berfungsi memberikan kekuatan membujur, menentukan keawetan kapal, serta melindungi kerangka kapal bagian dalam. Pemasangan papan kulit dilakukan setelah pemasangan lunas dan linggi serta sebelum dilakukannya pemasangan gading-gading. Cara ini tidak sesuai standar pembangunan kapal yang seharusnya lebih mendahulukan gading-gading dari pada pengerjaan papan lambung.

21 5 Pemasangan gading-gading Gading-gading merupakan rangka pada konstruksi kapal serta tempat melekatnya kulit kapal. Pada kapal troll line yang diteliti, gading-gading terdiri dari 3 balok kayu yang dirangkai. Pemasangan gading-gading dimulai dari bagian tengah kapal menuju ke haluan dan buritan kapal. Pemasangan gading-gading ini juga dilakukan setelah sebagian dari kulit kapal terpasang yang mengakibatkan bentuk gading-gading mengikuti bentuk kulit luar. Hal ini dapat mengurangi kekuatan dan kekokohan kapal. 6 Pemasangan papan kulit kapal Ketebalan papan yang digunakan pada seluruh bagian kapal sama. Padahal telah disyaratkan oleh BKI bahwa untuk jalur lunas papan-papan hendaknya lebih tebal dari bagian lainnya. Pemasangan papan dimulai dari pemilihan papan. Papan yang telah dipilih selanjutnya dihaluskan dengan alat penyerut kayu dan kemudian dilakukan pengukuran untuk menentukan titik pemasangan paku. Titik pemasangan paku terdapat tepat ditengah sisi papan sehingga harus dibantu dengan menggunakan jangka. Setelah pengukuran selesai, dilakukan pengeboran pada bagian tersebut. Bagian sisi alas pemasangan papan dipasang gelam (kulit kayu putih) yang beguna untuk menghindari gesekan langsung antar kulit terpasang serta sebagai bahan pelapis yang mengisi celah antar kulit. Kemudian dilakukan proses pemasangan papan. Pada pemasangan kulit pada bagian lengkung, sebelumnya harus dilakukan pelengkungan dengan pemanasan papan. Hal ini berguna untuk menghindari keretakan atau kerusakan pada papan. 7 Pemasangan geladak atau dek Pemasangan geladak menggunakan lembaran papan yang disusun secara berurutan. Geladak merupakan lantai kapal yang menjadi salah satu pusat aktivitas nelayan. Proses pemasangan geladak dimulai dengan pemasangan balok penyangga yang dipasang secara melintang dan menghubungkan antar sisi kiri dan kanan dinding kapal. Pada kapal troll line menggunakan dek terbuka dan ada sedikit dipasang pada badan haluan. Kondisi tersebut tidak digunakan untuk landasan tempat bekerja sehingga tidak harus mengikuti standar yang dianjurkan oleh BKI (1996). 8 Pengerjaan palka Palka merupakan ruangan dibawah geladak yang berguna untuk menyimpan muatan. Anadi (2012) menjelaskan bahwa kapal pancing tonda umumnya tidak mempunyai tempat penyimpanan hasil tangkapan yang memenuhi syarat. Pengerjaan palka dilakukan setelah kulit kapal dan gading-gading kapal terpasang. Proses pengerjaan palka dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap tersebut dimulai dengan pemasangan alas pada palka. Hal ini bertujuan sebagai alas dasar pada palka. Proses pemasangan alas palka tersebut menggunakan lapisan papan yang telah diukur sesuai dengan besarnya palka dan dihaluskan terlebih dahulu. Kemudian papan dieratkan pada bidang terpasang dengan menggunakan paku besi yang sebelumnya telah dilakukan penentuan titik dan pengeboran untuk pemasangan paku tersebut. Setelah alas palka terpasang dilanjutkan dengan pemasangan sekat palka. Proses pemasangan sekat palka sama dengan proses pemasangan pada kulit kapal. Sekat tersebut dipasang tersusun secara berurutan. 11

22 12 Proses terakhir pada pengerjaan palka yaitu pembuatan tutup palka. Pembuatan palka pada kapal troll line sebanyak 3 buah yang berada di haluan kapal. Palka tersebut memiliki 2 ukuran. Ukuran palka yang lebih kecil dibuat pada bagian kapal paling depan. 9 Pengerjaan bangunan atas Pengerjaan bangunan atas atau biasa disebut ruang kemudi meliputi beberapa kegiatan diantaranya pemasangan tiang atau rangka, atap dan dinding. Pengerjaan bangunan atas berguna sebagai ruang kemudi serta sebagai tempat istirahat nelayan pada saat melakukan operasi penangkapan ikan. 10 Pemakalan, pendempulan, dan pengecatan Pemakalan adalah kegiatan menambal bagian-bagian antar papan pada lambung kapal. Biasanya pemakalan dilakukan dengan menggunakan makjun. Makjun yakni semacam serat terbuka dari rami (Pasaribu 1985). Kemudian bagian yang dipakal, diluminasi menggunakan dempul. Setelah dempul kering, dilakukan pengecatan pada tiap-tiap bagian kapal serta dilakukan pengecekan pada instalasi mesin yang sudah terpasang. 11 Pembuatan pondasi mesin Pondasi mesin dipasang membujur dibagian buritan diatas gading dasar. Jarak antara pondasi mesin disesuaikan dengan ukuran lebar pada mesin. Dijelaskan pada BKI (1996) bahwa ukuran pondasi mesin penggerak tidak hanya tergantung pada tenaga motor, tetapi juga pada berat dan ukuran mesin. Konstruksi dudukan mesin diatur sedemikian rupa agar sedikit miring kebelakang dengan tujuan letak baling-baling benar benar dalam air. Papan yang digunakan dalam pembuatan pondasi mesin harus kokoh dan kuat. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kedudukan mesin agar tetap pada posisinya yang diakibatkan dari olah gerak kapal dan getaran mesin itu sendiri. 12 Pemasangan instalasi mesin Proses instalasi mesin merupakan proses instalasi antara baling-baling kapal, mesin, serta instalasi pada ruang kemudi. Pengerjaan instalasi mesin dilakukan oleh pengelola galangan yang juga bekerja sebagai juru mesin. Pengelola galangan memiliki pengalaman yang cukup lama dalam pembuatan dan pemasangan instalasi mesin pada kapal. Tahapan pembuatan pondasi dan pemasangan mesin ini berbeda dengan tahapan pembuatan pondasi mesin pada umumnya. Pada kedua kegiatan ini biasanya dilakukan sebelum tahap pengerjaan bangunan atas kapal. Oleh karena itu pada penelitian ini, sebelum melakukan pengerjaan bangunan atas, tukang kapal harus sudah mengetahui jenis dan ukuran dari mesin kapal tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari ketidaksesuaian bangunan yang sudah dibuat dengan ukuran mesin kapal. 13 Peluncuran kapal Peluncuran kapal dilakukan setelah semua proses pembuatan selesai. Hal ini dikarenakan slipway yang terdapat pada galangan tradisional Binuangeun sangat terbatas. Proses peluncuran kapal ini dilakukan dengan cara melepaskan bantalan balok yang digunakan sebagai penyangga. Proses selanjutnya adalah pelepasan

23 tali yang terdapat pada slipway. Proses ini dilakukan secara perlahan untuk menghindari kapal terbalik pada saat proses peluncuran kapal. Berikut merupakan gambar dari desain kapal troll line yang ada di galangan tradisional Binuangeun. 13 A B C D Tampak samping A C D Tampak atas Keterangan: A = Ruang kemudi B = Ruang mesin dan bahan bakar C = Palka D = Tempat penyimpanan es Gambar rancangan umum kapal troll line Dimensi Utama: LOA : 15 m Bmax : 3,7 m D : 2 m d : 2,5 m Skala 1 : 100 Digambar oleh: Sri Wahyuni Gambar 2 Rancangan umum kapal troll line Analisis Jaringan Kerja Produksi Kapal Troll line Proses kegiatan produksi pada kapal troll line terdiri dari 13 aktivitas, yaitu pengerjaan lunas, pemasangan linggi haluan dan buritan, pembuatan lambung kapal, pemasangan gading-gading, pemasangan kulit kapal, pembuatan pondasi mesin, pembuatan palka, pemasangan instalasi mesin, pembuatan geladak atau dek, pembuatan bangunan atas kapal atau ruang kemudi, pemakalan, pendempulan, dan pengecatan serta peluncuran kapal. Berikut merupakan data lamanya pengerjaan pada setiap aktivitas.

24 14 Tabel 5 Data perkiraan waktu pada setiap aktivitas produksi kapal troll line No Kegiatan Kode Kegiatan Waktu kegiatan sebelumnya (hari) 1 Pengerjaan lunas A Pemasangan linggi haluan B - 0,5 3 Pemasangan linggi buritan C - 0,5 4 Pemasangan lambung D A,B,C 19 5 Pemasangan gading gading E D 15 6 Pemasangan kulit kapal F D 67 7 Pemasangan geladak G E,F 6 8 Pengerjaan palka H G 10 9 Pengerjaan bangunan atas I G Pemakalan, pendempulan, dan pengecatan J H,I Pembuatan pondasi mesin K J 1 12 Pemasangan instalasi mesin L K 1 13 Peluncuran kapal M L 1 Jumlah pengerjaan 153 Tabel 5 menunjukkan waktu total untuk aktivitas aktivitas pada kegiatan pembuatan kapal troll line adalah 153 hari. Berdasarkan pengamatan lapang, ada beberapa aktivitas dapat berlangsung secara bersamaan, jelas bahwa waktu total penyelesaian pembuatan kapal troll line dapat kurang dari 153 hari. Apabila ingin mengetahui seberapa lama kegiatan dapat terselesaikan perlu dilakukan analisis jalur kritis pada jaringan. Critical Path Method (CPM) atau metode jalur kritis adalah suatu metode perencanaan dan pengendalian proyek untuk meningkatkan efisiensi waktu dalam hal perencanaan dan penjadwalan suatu aktivitas yang digambarkan dalam bentuk jaringan. CPM membuat asumsi bahwa waktu aktivitas diketahui dengan pasti sehingga hanya diperlukan satu faktor waktu untuk setiap kegiatan. Analisis CPM yang digunakan menggunakan proses two-pass yang terdiri dari forward pass dan backward pass. Hal ini bertujuan untuk menentukan jadwal waktu pada setiap kegiatan. ES (earliest start) dan EF (earliest finish) ditentukan selama forward pass. LS (latest start) dan LF (latest finish) ditentukan selama backward pass. Setelah menentukan data perkiraan waktu pada setiap aktivitas, tahap selanjutnya adalah membuat diagram alir jaringan kerja. Berikut disajikan diagram alir jaringan kerja produksi kapal troll line pada Gambar 3.

25 15 A E H s t 0 0 a r t 0 B 0 0,5 2,5 3 0,5 D G J C 0 0,5 2,5 3 0,5 F I M L K Gambar 3 Diagram alir jaringan kerja produksi kapal troll line Gambar 3 menunjukkan perhitungan waktu paling awal dan waktu paling lambat dari semua aktivitas. Contoh pada aktivitas H yaitu pengerjaan palka yang berlangsung selama 10 hari. Nilai ES pada aktivitas tersebut yaitu 95 yang didapat dari nilai EF pada aktivitas G yaitu pemasangan geladak. Nilai EF sebesar 105 yang didapat dari nilai ES ditambah dengan waktu pengerjaan palka. Nilai LF diperoleh 109 yang didapat dari nilai ES aktivitas J, yaitu pemakalan, pendempulan, dan pengecatan. Nilai LS diperoleh 99 yang didapat dari nilai LF dikurangi lamanya waktu pengerjaan palka. Contoh pada aktivitas M, yaitu aktivitas peluncuran kapal berlangsung selama 1 hari. Nilai ES pada aktivitas tersebut yaitu 126 yang didapat dari nilai EF pada aktivitas L yaitu pemasangan instalasi mesin. Nilai EF sebesar 127 yang didapat dari nilai ES ditambah dengan waktu peluncuran kapal. Nilai LF diperoleh 127 yang didapat dari nilai EF-nya karena aktivitas tersebut merupakan aktivitas terakhir. Nilai LS diperoleh 126 yang didapat dari nilai LF dikurangi lamanya aktivitas peluncuran kapal. Setelah menghitung waktu paling awal dan waktu paling lambat dari semua aktivitas, maka tahap selanjutnya yaitu menentukan jumlah slack time (waktu longgar) atau waktu bebas yang dimiliki oleh setiap aktivitas agar menjadi mudah. Slack adalah waktu luang yang dimiliki sebuah aktivitas untuk dapat diundur pelaksanaannya tanpa menyebabkan keterlambatan kegiatan secara keseluruhan. Pada Tabel 6 ditunjukkan perhitungan slack untuk setiap aktivitas.

26 16 Tabel 6 Jadwal dan waktu longgar pada aktivitas pembuatan kapal troll line. Jalur Slack time ES EF LS LF Aktivitas (LS ES) Critical path A Ya B 0 0,5 2,5 3 2,5 Tidak C 0 0,5 2,5 3 2,5 Tidak D Ya E Tidak F Ya G Ya H Tidak I Ya J Ya K Ya L Ya M Ya Tabel 6 menjelaskan waktu ES, EF, LS, LF, dan slack time untuk semua aktivitas pada pembuatan kapal troll line. Slack dapat dihitung mulai dari paling awal/paling lambat atau selesai paling awal/selesai paling lambat. Contoh pada aktivitas C (pemasangan linggi buritan) mempunyai nilai slack time 2,5 hari karena LS-nya adalah 2,5 dan ES-nya adalah 0 (alternatifnya, LF-nya 3 dan EFnya 0,5). Hal ini menunjukkan aktivitas tersebut dapat diundur hingga 2,5 hari, dan seluruh kegiatan masih dapat diselesaikan dalam waktu 127 hari. Begitu pula dengan aktivitas pemasangan linggi haluan, pemasangan gading gading, dan pengerjaan yang memiliki nilai slack time. Pada aktivitas yang memiliki nilai slack time sama dengan 0, maka aktivitas tersebut termasuk ke dalam jalur kritis. Artinya, aktivitas tersebut harus selesai tepat pada waktu yang sudah direncanakan. Apabila waktu pengerjaan aktivitas tersebut lebih dari waktu yang sudah direncanakan, maka hal ini akan mempengaruhi waktu pengerjaan pada aktivitas selanjutnya. Sebanyak 13 aktivitas pembuatan kapal troll line diketahui 9 aktivitas (69% aktivitas) berada pada jalur kritis. Aktivitas tersebut yaitu pengerjaan lunas, pemasangan lambung, gading-gading, pemasangan kulit kapal, pemasangan geladak, pemakalan, pendempulan, dan pengecatan, pembuatan pondasi mesin, pemasangan instalasi mesin, dan peluncuran kapal. Hal ini dapat diartikan bahwa aktivitas produksi kapal troll line di galangan tradisional Binuangeun teridentifikasi rawan terjadi keterlambatan sehingga berdampak pada antrian kapal untuk melakukan perbaikan maupun produksi kapal baru. Dampak tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya yaitu sedikitnya SDM atau tukang kapal, kurangnya material yang disediakan, serta minimnya fasilitas docking kapal. Kegiatan yang berada pada jalur kritis tersebut dapat diatasi dengan beberapa alternatif. Upaya untuk mengurangi keterlambatan material menurut Kurniawati dan Triwilaswandio (2008) yaitu menjadwalkan kedatangan material lebih awal. Selain itu, menambah tenaga kerja yang disesuaikan dengan beban kerja pada kegiatan kritis yang berlangsung. Walaupun

27 hal tersebut dapat berkaitan dengan penambahan upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pemilik kapal. Hasil dari analisis CPM, diketahui bahwa produksi kapal troll line tercepat dapat berlangsung selama 127 hari. Aktivitas produksi kapal tersebut lebih cepat 26 hari dari waktu perkiraan awal yaitu 153 hari. Apabila pekerja atau tukang dapat menyelesaikan produksi kapal selama 127 hari maka produktivitas pada galangan akan meningkat dari sebelumnya. Hasil perhitungan waktu yang dilakukan oleh galangan pada 10 orang pekerja yang dibagi menjadi 2 tim pembuat kapal baru tiap tahunnya membutuhkan waktu produksi 153 hari sebanyak 4 unit kapal. Sedangkan hasil perhitngan dengan metode CPM membutuhkan waktu selama 127 hari sehingga produksi kapal di Binuangeun dapat meningkat menjadi 4,5 unit kapal. Berdasarkan hal tersebut, maka penggunaan metode CPM dapat menghemat waktu dan biaya produksi kapal serta dapat menambah penerimaan dari tenaga kerja itu sendiri (Sugiyarto et al 2013). Pendekatan CPM dapat digunakan untuk mengetahui waktu paling awal dan paling lambat serta jalur kritis terkait dengan asumsi semua waktu aktivitasnya diketahui dan tetap. Hal tersebut mengartikan bahwa tidak ada variabilitas dalam waktu aktivitas. Walaupun demikian, pada kenyataannya waktu penyelesaian aktivitas mungkin dapat bervariasi dan bergantung pada berbagai faktor. 17 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1 Proses produksi dari pembuatan kapal troll line di galangan tradisional Binuangeun terdiri dari 13 kegiatan. Kegiatan tersebut dimulai dari pengerjaan lunas, pemasangan linggi haluan, pemasangan linggi buritan, pemasangan lambung, pemasangan gading gading, pemasangan kulit kapal, pemasangan geladak, pengerjaan palka, pengerjaan bangunan atas, pemakalan, pendempulan, dan pengecatan, pembuatan pondasi mesin, pemasangan instalasi mesin dan yang terakhir peluncuran kapal. Pembuatan kapal dilakukan secara tradisional dengan peralatan tukang seadanya. 2 Total waktu pengerjaan kapal troll line berlangsung selama 153 hari dengan tenaga kerja sebanyak 3 orang. Pada kegiatan pembuatan kapal troll line terdapat 9 jalur kritis dari 13 aktivitas yaitu pengerjaan lunas, pemasangan lambung, gading-gading, pemasangan kulit kapal, pemasangan geladak, pemakalan, pendempulan, dan pengecatan, pembuatan pondasi mesin, pemasangan instalasi mesin, dan peluncuran kapal. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sebanyak 69% kegiatan pembuatan kapal troll line harus dikerjakan tepat pada waktunya. 3 Pada analisis CPM, dapat diperkirakan bahwa produksi kapal troll line tercepat berlangsung selama 127 hari. Aktivitas produksi kapal lebih cepat 26 hari dari waktu perkiraan awal yaitu 153 hari.

28 18 Saran Saran dari penelitian ini yaitu penambahan tenaga kerja, peralatan, dan perlengkapan untuk mempercepat pengerjaan kapal agar dapat menambah produktivitas galangan. Penambahan produktivitas tersebut juga akan menambah penghasilan dari tenaga kerja. Selain itu penjadwalan ulang proses produksi kapal troll line untuk meminimumkan terjadinya keterlambatan aktivitas. DAFTAR PUSTAKA Anadi L Pengembangan Teknis Desain Kapal Pancing Tonda dengan Material Fiberglass di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Afriantoni Analisis Potensi Strategi Operasi untuk Meningkatkan Daya Saing Industri Reparasi Kapal pada Galangan Kapal Nasional. Jurnal Industri dan Teknologi. 2 (1): Aggriawan S Analisa Network Planning Reparasi KM Tonasa Line VIII dengan Metode CPM untuk Mengantisipasi Keterlambatan Penyelesaian Reparasi. Jurnal Teknik Mesin. 3(3): [BKI] Peraturan Kapal Kayu. Jakarta (ID): Biro Klasifikasi Indonesia. Djaja IK dan Sofi i M Teknik Konstruksi Kapal Baja. Jakarta (ID): Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Fazrin NA Analisis Manajemen Waktu Pembangunan Perkantoran di Jakarta Selatan dengan Menggunakan Metode Jalur Kritis. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fyson J Design of Small Fishing Vessels. Farnham, Surrey, England (UK): Fishing News Books. Hal Heizer dan Render Manajemen Operasi Edisi 9. Jakarta (ID): Salemba Empat. Iskandar BH Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Gillnet di Indramayu. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kurniawati VR dan Triwilaswandio WP Rantai Pasok Material pada Industri Galangan Kapal. Buletin PSP. 17(3): Nazir M Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Nofrizal, Achmad M dan Syaifuddin Industri Galangan Kapal Tradisional di Bagansiapiapi. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 19(2): Pasaribu BP Keadaan Umum Kapal Ikan di Indonesia. Prosiding Seminar Kapal Ikan di Indonesia dalam Rangka Implementasi Wawasan Nusantara. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hal 106. Pasaribu BP Material Kayu Utuh dan Kayu Sambungan untuk Konstruksi Kapal Peangkap Ikan. Departemen Pamanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Buletin PSP. 1(2):

29 Sahid DSS Implementasi Critical Path Method dan PERT Analysis pada Proyek Global Technology for Local Community. Jurnal Teknologi Informasi dan Telematika. 5: Siswanto Operations Reseach. Jakarta (ID): Erlangga. Sugiyarto, Qomariyah S, dan Hamzah F Analisis Network Planning dengan CPM (Critical Path Method) dalam Rangka Efisiensi Waktu dan Biaya Proyek. Jurnal Matriks Teknik Sipil [Internet]. [diunduh 2016 September 06];1(4). Tersedia pada: index.php/mateksi/ article/viewfile/105/94. Wibowo C Jaringan Kerja Produksi Kapal Purse Seine di Galangan Kapal CV. Pantura Bersaudara, Tegal, Jawa Tengah. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 19

30 20 LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel perbedaan penggunaan jaringan AON dan AOA AON Arti Aktivitas AOA A B C A datang sebelum B, yang datang sebelum C A B C A B C A dan B harus selesai sebelum C dapat dimulai A B C A B C B dan C tidak dapat dimulai sebelum A selesai A B C A B C D C dan D tidak dapat dimulai sebelum A dan B selesai A B C D A B C D C tidak dapat dimulai sampai A dan B selesai; D tidak dapat dimulai sebelum B selesai. Aktivitas dummy dimasukkan didalam AOA A B C Aktivitas Dummy D A B D C B dan C tidak dapat dimulai sebelum A selesai. D tidak dapat dimulai sebelum B dan C selesai. Aktivitas dummysekali lagi dimasukkan didalam AOA A B D Aktivitas Dummy C Sumber : Heizer dan Render 2009

31 21 Lampiran 2 Keterangan kelas awet dan kelas kuat *Kelas awet Kelas awet I II III IV V a Selalu berhubungan sangat sangat 8 tahun 5 tahun 3 tahun dengan tanah lembab pendek pendek b Hanya terbuka terhadap angin dan iklim tetapi beberapa sangat dilindungi terhadap 20 tahun 15 tahun 10 tahun tahun pendek pemasukan air dan kelemasan c Dibawah atap tidak berhubungan dengan tak tak tak beberapa tanah lembab dan terbatas terbatas terbatas tahun dilindungi terhadap pendek kelemasan d Seperti pada bagian c, tak tak tak tetapi dipelihara dengan terbatas terbatas terbatas baik dan selalu dicat dsb 20 tahun 20 tahun e Serangan oleh rayap tidak jarang agak sangat sangat f Serangan oleh bubuk kayu kering *Kelas kuat tidak tidak cepat hampir tidak cepat tak seberapa cepat sangat cepat Kelas Kuat Kukuh lentur Kukuh tekanan Berat jenis kering mutlak mutlak udara dalam kg per cm 2 I 0, II 0,90 0, III 0,60 0, IV 0,40 0, V 0, Sumber: Ir. K.H. Felix Yap dalam BKI 1966

32 22 Lampiran 3 Dokumentasi penelitian Kondisi Galangan di Binuangeun Peralatan Tukang Pelengkungan kulit/papan Gading-gading kapal Pengerjaan kulit papan Pengerjaan lambung kapal

33 23 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 15 Januari 1994 dari Bapak Muin Kasnadi (Alm) dan Ibu Iis Aisyah. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 Baureno, Bojonegoro pada tahun Pada waktu yang sama, penulis lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) melalui jalur undangan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan diterima di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi seperti Organisasi Mahasiswa Daerah Paguyuban Angling Dharmo (OMDA PAD) Bojonegoro pada periode 2012/2013, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM FPIK) periode 2014/2015 sebagai staf Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM), aktif dalam Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) sebagai staf LITBANGPROF periode 2015/2016, dan Supervisor di Bimbingan Belajar Gemilang Excellent pada tahun 2015/2016.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

JARINGAN KERJA PRODUKSI KAPAL PURSE SEINE DI GALANGAN KAPAL CV. PANTURA BERSAUDARA, TEGAL, JAWA TENGAH CHARIS WIBOWO

JARINGAN KERJA PRODUKSI KAPAL PURSE SEINE DI GALANGAN KAPAL CV. PANTURA BERSAUDARA, TEGAL, JAWA TENGAH CHARIS WIBOWO JARINGAN KERJA PRODUKSI KAPAL PURSE SEINE DI GALANGAN KAPAL CV. PANTURA BERSAUDARA, TEGAL, JAWA TENGAH CHARIS WIBOWO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

Lebih terperinci

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume XIX No. 3 Edisi Desember 2011 Hal 219-228 TINGKAT PEMANFAATAN MATERIAL KAYU PADA PEMBUATAN GADING-GADING DI GALANGAN KAPAL RAKYAT UD. SEMANGAT UNTUNG, DESA TANAH BERU,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN yang dijadikan sampel dan diukur pada penelitian ini berjumlah 22 unit yang mempunyai wilayah pengoperasian lokal, yaitu di daerah yang tidak jauh dari teluk Palabuhanratu. Konstruksi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan di laut (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan

Lebih terperinci

Proyek : Kombinasi dan kegiatan-kegiatan g (activities) yang saling berkaitan dan harus dilaksanakan dengan mengikuti suatu urutan tertentu sebelum se

Proyek : Kombinasi dan kegiatan-kegiatan g (activities) yang saling berkaitan dan harus dilaksanakan dengan mengikuti suatu urutan tertentu sebelum se PM (ritical Path Method) dan PERT (Program Evaluation and Review Technique) Proyek : Kombinasi dan kegiatan-kegiatan g (activities) yang saling berkaitan dan harus dilaksanakan dengan mengikuti suatu urutan

Lebih terperinci

PERT dan CPM adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang

PERT dan CPM adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang CPM dan PERT PERT dan CPM adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada didalam suatu proyek. PERT yang memiliki

Lebih terperinci

Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009

Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009 KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL IKAN DI PPI MUARA ANGKE JAKARTA UTARA DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA Dimension Appropriatness of Some Construction Parts of Woodden Fishing

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI Sarjito Jokosisworo*, Ari Wibawa Budi Santosa* * Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP ABSTRAK Mayoritas

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management TEKNIK RISET OERASI William J. Stevenson 8 th edition ANALISA NETWORK 1. PERT (Program Evaluation and Review Technique). CPM (Critical Path Method) PERT didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management OPERATIONS RESEARCH William J. Stevenson 8 th edition Sejarah Analisa Network Konsep network mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Booz Allen Hamilton yang disusun

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Manajemen Proyek BAB II Tinjauan Pustaka Manajemen proyek secara harfiah terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan proyek. Sehubungan dengan itu maka sebaiknya kita

Lebih terperinci

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT Oleh : DEWI AYUNINGSARI C54103050 SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM GALANGAN

4 KEADAAN UMUM GALANGAN 28 4 KEADAAN UMUM GALANGAN Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) terletak di Jalan Mandala Bahari No.1 Muara Angke, Jakarta Utara. Galangan kapal KPNDP berada satu wilayah komplek

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337 3539 (2301 9271 Print) 1 Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM GALANGAN

4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4.1 Produktivitas Galangan Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) merupakan galangan kapal yang terletak di komplek Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke

Lebih terperinci

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ARIEF MULLAH MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT. Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

ABSTRAK ABSTRACT. Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya PERBANDINGAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN LIFT BARANG DUA LANTAI DENGAN METODE CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : CV. Prisma Tehnik Gemilang Gresik) Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17

Lebih terperinci

Proyek. Proyek adalah sederetan tugas yang diarahkan pada suatu hasil output utama

Proyek. Proyek adalah sederetan tugas yang diarahkan pada suatu hasil output utama Manajemen Proyek Proyek Proyek adalah sederetan tugas yang diarahkan pada suatu hasil output utama Proyek adalah sekelompok aktivitas temporer yang dirancang untuk menghasilkan sebuah produk, jasa, ataupun

Lebih terperinci

APLIKASI ANALISIS NETWORK PLANNING PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN METODE CPM

APLIKASI ANALISIS NETWORK PLANNING PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN METODE CPM APLIKASI ANALISIS NETWORK PLANNING PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN METODE CPM (Critical Path Method) dan PERT (Project Evaluation and Review Technique) Dadang Haryanto Prodi Sistem Informasi STMIK

Lebih terperinci

Penjadwalan proyek. 1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dan terhadap keseluruhan proyek

Penjadwalan proyek. 1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dan terhadap keseluruhan proyek Penjadwalan proyek Penjadwalan meliputi urutan dan membagi waktu untuk seluruh kegiatan proyek. Pendekatan yang dapat digunakan diantaranya adalah Diagram Gantt. Penjadwalan Proyek membantu dalam bidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Gambaran Umum Perusahaan Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di PT. Cahaya Milenia Cemerlang, yang beralamat di : Jalan Rasamala

Lebih terperinci

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Pendahuluan Manajemen waktu proyek dilakukan oleh pengelola

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 di galangan kapal PT Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Selanjutnya pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di Gedung X yang berlokasi di Jakarta Utara. Penelitian dilakukan pada 01

Lebih terperinci

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MANAJEMEN WAKTU PROYEK Gentisya Tri Mardiani, M.Kom MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Pendahuluan Manajemen waktu proyek dibutuhkan untuk mengatur agar penyelasaian proyek sesuai waktu yang ditetapkan Kegiatan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kapal Kayu 5.1.1 Gambaran Umum Kapal perikanan merupakan unit penangkapan ikan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan yang terdapat di perairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Dalam suatu proyek konstruksi, waktu merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, sebisa mungkin pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT Lukman Bochary & Farid Larengi Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 Ganjil 2014/2015. EMA302 - Manajemen Operasional

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 Ganjil 2014/2015. EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 EMA02 Manajemen Operasional Definisi 2 Proyek Serangkaian pekerjaan yang saling terkait dan biasanya diarahkan beberapa output utama dan membutuhkan jangka waktu yang signifikan untuk melakukannya.

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal penangkap cumi-cumi adalah kapal yang sasaran utama penangkapannya adalah cumi-cumi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

Lebih terperinci

PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK

PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK MATERI 2 PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK Manajemen proyek meliputi tiga fase : 1. Perencanaan, mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek dan organisasi timnya. 2. Penjadwalan, menghubungkan orang,

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM)

TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM) TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM) Bahan Kuliah Fakultas : Ilmu Komputer Program Studi : Teknik Informatika Tahun Akademik : Ganjil 2012/2013 Kode - Nama Mata Kuliah : CCR314 Riset Operasional Pertemuan : 10

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI)

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI) STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI) Oleh : Abdur Rachman 4108.100.111 Dosen Pembimbing : M. Nurul Misbah,

Lebih terperinci

STUDIES ON THE USE OF WOOD ON FRAME IN TANJUNG BAKAU S VILLAGE RANGSANG S SUB-DISTRICT REGENCY OF KEPULAUAN MERANTI PROVINCE OF RIAU

STUDIES ON THE USE OF WOOD ON FRAME IN TANJUNG BAKAU S VILLAGE RANGSANG S SUB-DISTRICT REGENCY OF KEPULAUAN MERANTI PROVINCE OF RIAU STUDIES ON THE USE OF WOOD ON FRAME IN TANJUNG BAKAU S VILLAGE RANGSANG S SUB-DISTRICT REGENCY OF KEPULAUAN MERANTI PROVINCE OF RIAU By Tos arianto 1) Syaifuddin 2) and Ronald M hutauruk 3) 1) Student

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Yang Digunakan Peneliti menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif dan komparatif, hal ini dipilih karena dalam penelitian ini peneliti mencoba

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam pengerjaan pembangunan rumah selama ini, CV. XYZ belum menggunakan metode-metode khusus dalam merencanakan waktu yang dibutuhkan. Selama

Lebih terperinci

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah :

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah : Critical Path Method (CPM) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangat kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 26 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Produktivitas Galangan Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI) memiliki fungsi sebagai tempat membangun, merawat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA

KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA PROSID ING 2011 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA Azis Abdul Karim, Mansyur Hasbullah & Andi Haris

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN 2008 NANI SUTARNI 2010

MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN 2008 NANI SUTARNI 2010 MNJEMEN OPERSIONL LNJUTN 2008 NNI SUTRNI 2010. 1 PM/PERT. Konsep Dasar, Tujuan, dan Peran Strategis PM/PERT Teknik evaluasi dan ulasan program (cukup dikenal sebagai program evaluation and review techique

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah salah satu fungsi bisnis yang penting di dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Jasa konstruksi di Indonesia saat ini sudah berkembang, hal ini ditandai dengan banyaknya pembangunan-pembangunan seperti gedung, kantor, pusat perbelanjaan,

Lebih terperinci

JARINGAN KERJA DAN EFEKTIVITAS PERBAIKAN KAPAL DI GALANGAN KPNDP DKI JAKARTA, MUARA ANGKE

JARINGAN KERJA DAN EFEKTIVITAS PERBAIKAN KAPAL DI GALANGAN KPNDP DKI JAKARTA, MUARA ANGKE Marine Fisheries ISSN 287-4235 Vol. 5, No. 1, Mei 214 Hal: 79-89 JARINGAN KERJA DAN EFEKTIVITAS PERBAIKAN KAPAL DI GALANGAN KPNDP DKI JAKARTA, MUARA ANGKE Network and Effectiveness of Ship Repair at KPNDP

Lebih terperinci

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 87-92, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Proyek 1.1 Pengertian Proyek Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penjadwalan Proyek Suatu proyek yang akan dilaksanakan harus terjadwal terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

JALUR KRITIS (Critical Path)

JALUR KRITIS (Critical Path) Manajemen Proyek TKS 4208 JALUR KRITIS (Critical Path) Prepared by Dr. AZ PENDAHULUAN Untuk aktivitas brainstorming, diagram AOA sangat berguna saat perencanaan team di awal proyek karena diagram ini jauh

Lebih terperinci

Pertemuan 5 Penjadwalan

Pertemuan 5 Penjadwalan Pertemuan 5 Penjadwalan Tujuan : Memahami konsep penjadwalan. Memahami langkah-langkah pembuatan PERT dan GNT Chart. Memahami alat bantu PERT dan GNT Chart. Penjadwalan Proyek Salah satu faktor utama menuju

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KAPAL GILLNET (KM. KARUNIA NUSANTARA) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PIDIE ACEH DAVID DAMAYANA

KONSTRUKSI KAPAL GILLNET (KM. KARUNIA NUSANTARA) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PIDIE ACEH DAVID DAMAYANA KONSTRUKSI KAPAL GILLNET (KM. KARUNIA NUSANTARA) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PIDIE ACEH DAVID DAMAYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

Parno, SKom., MMSI. Personal Khusus Tugas

Parno, SKom., MMSI.  Personal  Khusus Tugas Parno, SKom., MMSI Email Personal parno@staff.gunadarma.ac.id Email Khusus Tugas parno2012@gmail.com Personal Website http://parno.staff.gunadarma.ac.id Personal Blog http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/parno

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada proyek pembangunan Sewage Treatment Plant (STP) pada proyek Jiexpo Sky City, waktu pengambilan data-data untuk penelitian

Lebih terperinci

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK) PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK) Sufa atin Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia SUF MPPL 2014 Definisi Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Manajemen Proyek Manajemen proyek secara harfiah terbangun dari dua kata, yaitu manajemen dan proyek. Sehubungan dengan itu, maka sebelum mengemukakan

Lebih terperinci

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Tatap Kode MK Disusun Oleh Muka 10 MK Andre M. Lubis, ST, MBA

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Tatap Kode MK Disusun Oleh Muka 10 MK Andre M. Lubis, ST, MBA MODUL PERKULIAHAN Manajemen Operasi Modul Final Semester Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Tatap Kode MK Disusun Oleh Muka 10 MK, ST, MBA Abstract Mampu mengidentifikasi masalah dan memberikan

Lebih terperinci

CPM DAN PERT CRITICAL PATH METHOD AND PROGRAM EVALUATION REVIEW TECHNIQUE. Pertemuan Copyright By Nurul Adhayanti

CPM DAN PERT CRITICAL PATH METHOD AND PROGRAM EVALUATION REVIEW TECHNIQUE. Pertemuan Copyright By Nurul Adhayanti Pertemuan - PM DN PERT RITIL PTH METHOD ND PROGRM EVLUTION REVIEW TEHNIQUE Pengelolaan Proyek Sistem Informasi opyright y Nurul dhayanti PERT & PM Definisi PERT dan PM adalah suatu alat manajemen proyek

Lebih terperinci

MATERI 8 MEMULAI USAHA

MATERI 8 MEMULAI USAHA MATERI 8 MEMULAI USAHA 1. WORK BREAKDOWN STUCTURE Memulai usaha atau sebuah project membutuhkan perencanaan. Bagaimana kita dapat menyelesaikannya terdapat berbagai batasan pada definisi manajemen proyek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh Manajer proyek

Lebih terperinci

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR Disusun Oleh: Sa adatul Munawaroh NRP: 4109100701 Dosen pembimbing: Sri Rejeki Wahyu Pribadi,ST.MT Ir. Soejitno Jurusan teknik perkapalan Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING)

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING) ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING) Metode Kuantitatif. 102 POKOK BAHASAN VIII ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING) Sub Pokok Bahasan : Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. MANAJEMEN PROYEK Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakan tehnik

Lebih terperinci

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS Chandra Karnadi NRP : 9421016 NIRM : 41077011940269 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., M.T. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kantor CV. Solusindo Mega Karya (rumahjahit.com) yang terletak di Jl. Ceger Raya 120, depan SDIP Baitul Maal, Pondok

Lebih terperinci

Riset Operasional. ELEMEN ANALISIS JARINGAN menggunakan beberapa istilah dan simbol berikut ini:

Riset Operasional. ELEMEN ANALISIS JARINGAN menggunakan beberapa istilah dan simbol berikut ini: Pada pembahasan sebelumnya tentang PROGRM DINMIS - MSLH STGECOCH, dasar pemikirannya adalah untuk menemukan rute terpendek dari aneka jaringan rute yang tersedia, yang pada akhirnya terkait upaya optimasi.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PROYEK. Manajemen proyek meliputi tiga fase : 1. Perencanaan 2. Penjadwalan 3. Pengendalian

MANAJEMEN PROYEK. Manajemen proyek meliputi tiga fase : 1. Perencanaan 2. Penjadwalan 3. Pengendalian MANAJEMEN PROYEK MANAJEMEN PROYEK Proyek didefinisikan sebagai sederetan tugas yang diarahkan pada suatu hasil output utama Contoh proyek perusahaan pembangunan jalan, jembatan, gedung, perrumahan, pabrik

Lebih terperinci

Manajemen Operasional PENJADWALAN DAN PENGAWASAN PROYEK

Manajemen Operasional PENJADWALAN DAN PENGAWASAN PROYEK Manajemen Operasional PENJADWALAN DAN PENGAWASAN PROYEK Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-11 Membuat network proyek: simpul event, anak panah aktifitas,

Lebih terperinci

MONITORING DAN ANALISIS JADWAL PROYEK MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE INTENSITY DAN CPM PADA PROYEK HOTEL

MONITORING DAN ANALISIS JADWAL PROYEK MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE INTENSITY DAN CPM PADA PROYEK HOTEL MONITORING DAN ANALISIS JADWAL PROYEK MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE INTENSITY DAN CPM PADA PROYEK HOTEL Ivan Pratama Setiadi 1, Andi 2 ABSTRAK: Ada sebuah metode penjadwalan baru yang dikembangkan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul Pembangunan ekonomi negara tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan pembangunan, salah satunya pembangungan-pembangunan perumahan oleh para perusahaan

Lebih terperinci

Project Management Time Management. Boldson H. S., S.Kom., MMSI

Project Management Time Management. Boldson H. S., S.Kom., MMSI Time Management Scheduling Jadwal induk proyek dikembangkan pada tahap inisiasi dan boleh diperbaharui setelah ini Event (kejadian) dan riwayat (milestone) merupakan produk dari aktivitas. Milestone digunakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Inovasi Dan AplikasiTeknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Seminar Nasional Inovasi Dan AplikasiTeknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017 TEKNIK PENJADWLAN PRODUKSI GRAPPLE FOR EXCAVATOR D313 PART ATTACMENT FOR TRAKINDO DENGAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) PADA PT. ARKHA JAYANTI PERSADA Selma Intan Praditya Sari Himawan 1), Niken Parwati

Lebih terperinci

DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO

DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO Rizwan 1, Ichsan Setiawan, Sayyid Afdhal El Rahimi 1, Irma Dewiyanti 1, Nanda Rizki Purnama 1,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kabupaten Buton diperkirakan memiliki luas sekitar 2.509,76 km 2, dimana 89% dari luas wilayah tersebut merupakan perairan laut. Secara geografis Kabupaten Buton terletak

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya Manajemen Proyek Teknik Industri Universitas Brawijaya Lecture 16 Outline: Manajemen Proyek References: Azlia, Wifqi. PPT: Organisasi dan Manajemen Industri. PSTI- UB. 2011. Pendahuluan Proyek : kombinasi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KAPAL PERIKANAN DI GALANGAN KAPAL TRADISIONAL KALIMANTAN SELATAN (DEVELOPMENT OF FISHING VESSEL SHIPYARD IN TRADITIONAL SOUTH KALIMANTAN)

PEMBANGUNAN KAPAL PERIKANAN DI GALANGAN KAPAL TRADISIONAL KALIMANTAN SELATAN (DEVELOPMENT OF FISHING VESSEL SHIPYARD IN TRADITIONAL SOUTH KALIMANTAN) PEMBANGUNAN KAPAL PERIKANAN DI GALANGAN KAPAL TRADISIONAL KALIMANTAN SELATAN (DEVELOPMENT OF FISHING VESSEL SHIPYARD IN TRADITIONAL SOUTH KALIMANTAN) 1) Rusmilyansari, 2) Iriansyah, 3) Siti Aminah 1,2,3)

Lebih terperinci

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis. ABSTRAK Dalam pelaksanaan proyek konstruksi berbagai hal dapat terjadi, salah satunya ketidaksesuaian antara jadwal pelaksanaan (time schedule) dengan realisasi di lapangan. Proyek pembangunan Six Senses

Lebih terperinci

NETWORK (Analisa Jaringan)

NETWORK (Analisa Jaringan) OR Teknik Industri UAD NETWORK (Analisa Jaringan) Network: sekumpulan titik yang disebut node, yang dihubungkan oleh busur atau cabang. Di dalam analisa network kita mengenal events (kejadiankejadian)

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) OLEH : LUKMAN HIDAYAT NRP. 49121110172 PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Penelitian merupakan salah satu cara penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap suatu masalah. Dengan melakukan kegiatan penelitian manusia dapat mencari

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM)

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM) Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3(2015), hal 237 242. PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 21 1.1. Latar Belakang Perairan Aceh berhubungan langsung dengan Samudra Hindia berada di sebelah barat Sumatra dan mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar. Luas perairan

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Riset Operasi TIP FTP UB

Manajemen Proyek. Riset Operasi TIP FTP UB Manajemen Proyek Riset Operasi TIP FTP UB 1 Topik Bahasan Elemen Manajemen Proyek Jaringan Proyek Probabilitas Waktu Aktivitas Jaringan Simpul Aktivitas (activity-on-node) dan Microsoft Project Akselerasi

Lebih terperinci

KERAGAAN KONSTRUKSI KM PSP 01 DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT VIONA MAULIDIA

KERAGAAN KONSTRUKSI KM PSP 01 DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT VIONA MAULIDIA KERAGAAN KONSTRUKSI KM PSP 01 DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT VIONA MAULIDIA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ANTON

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ANTON KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ANTON PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE PROJECT MANAGEMENT PADA BAGIAN PERENCANAAN PT X

ANALISIS PENERAPAN METODE PROJECT MANAGEMENT PADA BAGIAN PERENCANAAN PT X ISSN : 2338-4794 Vol. 3. No. 3 September 2015 ANALISIS PENERAPAN METODE PROJECT MANAGEMENT PADA BAGIAN PERENCANAAN PT X *) Program Studi Manajemen UNKRIS Alamat: Kampus UNKRIS, Jatiwaringin Jakarta Timur

Lebih terperinci

NETWORK PLANNING. Oleh : Ir. Hartono, MT Aldin Ardian, ST, MT

NETWORK PLANNING. Oleh : Ir. Hartono, MT Aldin Ardian, ST, MT NETWORK PLANNING Oleh : Ir. Hartono, MT Aldin Ardian, ST, MT Kuliah Manajemen Tambang Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta 2015

Lebih terperinci

5. KAJIAN DAN PEMBAHASAN

5. KAJIAN DAN PEMBAHASAN 109 5. KAJIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Kajian Desain Kayu dan Struktur Beton pada Rangka Kapal Pukat Cincin 5.1.1. Perbedaan Desain Kapal Kayu dan Kapal Gabungan Beton, Kayu. Perbedaan desain kapal kayu dan

Lebih terperinci

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP : TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 Erwan Santoso Djauhari NRP : 9921021 Pembimbing : Maksum Tanubrata., Ir., MT FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek dan Manajemen Proyek Aktivitas perusahaan sangatlah bermacam-macam, namun ada aktivitas yang kegiatannya hanya berlangsung sekali dimana dalam aktivitas tersebut

Lebih terperinci

CPM/PERT A. Konsep Dasar, Tujuan, dan Peran Strategis CPM/PERT

CPM/PERT A. Konsep Dasar, Tujuan, dan Peran Strategis CPM/PERT PM/PERT. Konsep asar, Tujuan, dan Peran Strategis PM/PERT Teknik evaluasi dan ulasan program (cukup dikenal sebagai program evaluation and review techique atau PERT) dan metode jalur krisis (umumnya dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Optimalisasi Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi maksud dari optimalisasi pada penelitian ini adalah proses pencapaian

Lebih terperinci

STUDI PENJADUALAN, PERENCANAAN BIAYA DAN PENGENDALIAN JADUAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2003

STUDI PENJADUALAN, PERENCANAAN BIAYA DAN PENGENDALIAN JADUAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2003 STUDI PENJADUALAN, PERENCANAAN BIAYA DAN PENGENDALIAN JADUAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2003 Domy Christoferson NRP : 9921022 Pembimbing : Ir. V. Hartanto,

Lebih terperinci

Studi Modernisasi Industri Kapal Rakyat di Jawa Timur

Studi Modernisasi Industri Kapal Rakyat di Jawa Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Studi Modernisasi Industri Kapal Rakyat di Jawa Timur Sa adatul Munawaroh, Sri Rejeki Wahyu Pribadi, Soejitno Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERTEMUAN 11 Float dan Lintasan Kritis

PERTEMUAN 11 Float dan Lintasan Kritis PERTEMUAN 11 Float dan Lintasan Kritis Definisi float Float (Waktu Jeda) Float adalah sejumlah waktu pada suatu kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian dan pemanfaatan sumber daya seoptimal

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Obyek Penelitian Proyek modifikasi silo powder plant di PT.Sayap Mas Utama Jakarta merupakan salah satu proyek internal yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Dalam menjalankan operasionalnya perusahaan membutuhkan suatu sistem yang memiliki kemampuan untuk mendukung dan mempersatukan berbagai tujuan ke dalam suatu

Lebih terperinci

4 Penyetelan gading {gading utuh). KESIMPULAJi

4 Penyetelan gading {gading utuh). KESIMPULAJi 89 BAB V KESIMPULAJi Seperti diketahui bahwa dalam mengadakan perhitungan pemakaian jam orang ini suli t diharapkan untuk menda patkan hasil yang tepat sekali,seperti yang dijelaskan pada bab-bab yang

Lebih terperinci