BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Silang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya invasi dan pertumbuhan dari mikroorganisme patogen di dalam tubuh, serta bersifat dinamis. Mikroorganisme patogen merupakan mikroba penyebab penyakit. Infeksi silang adalah penularan penyakit infeksi yang terjadi dari pasien ke operator atau sebaliknya, perpindahan mikroorganisme juga dapat berpindah dari alat ke pasien, dari alat ke operator ataupun sebaliknya ,13, Patogenesis Infeksi Silang Infeksi silang dapat terjadi jika mikroorganisme patogen memiliki jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit, reservoir yang memungkinkan mikroorganisme patogen untuk bertahan hidup, penyebaran dari reservoir ke reservoir lainnya, adanya jalan keluar dan masuknya mikroorganisme patogen ke reservoir lain dan reservoir yang rentan terinfeksi. 3 Rantai infeksi adalah sebuah proses terjadinya infeksi yang diawali dengan adanya sebuah sumber dari mikroorganisme patogen. Mikroorganisme patogen harus memiliki reservoir ketika akan tumbuh dan memperbanyak diri. Manusia dan hewan umumnya adalah reservoir bagi penyebaran infeksi, namun ketika manusia telah terpapar dan tidak memiliki gejala serta tanda terjadinya infeksi maka disebut sebagai carrier (pembawa sifat). Carrier dapat menularkan infeksinya kepada yang lain dengan cara meninggalkan reservoir dan hal ini membutuhkan portal of exits (jalan keluar). Mikroorganisme patogen dapat keluar melalui pernafasan, saluran pencernaan, cairan kemih, saluran reproduksi, kulit yang terkelupas dan darah (Gambar 1). 2,11,15 Setelah mikroorganisme patogen meninggalkan reservoir maka mikroorganisme patogen harus menyebarkan infeksi ke reservoir lainnya (cara penyebaran infeksi). Cara masuknya mikroorganisme patogen ke reservoir lainnya

2 7 sama seperti keluarnya mikroorganisme patogen dari reservoir sebelumnya. Masuknya mikroorganisme patogen ke reservoir lain disebut dengan portal of entry. Seseorang yang berisiko terjadinya infeksi (susceptible host) sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme patogen untuk tumbuh dan memperbanyak diri. Pada seseorang yang terinfeksi akan mendapatkan tanda dan gejala dari terinfeksinya sebuah penyakit (gambar 1). 2,11,15 Sumber Infeksi Seseorang Yang Terinfeksi Reservoir Portal Of Entry Portal Of Exit Cara Penyebaran Infeksi Gambar 1. Rantai terjadinya infeksi silang 11, Jalur Penyebaran Infeksi Silang Apabila tindakan kontrol infeksi tidak dilakukan maka akan terjadi penularan infeksi. Jalur penyebaran agen infeksi di praktek dokter gigi dapat melalui pasien ke tenaga kesehatan gigi, tenaga kesehatan gigi ke pasien, pasien ke pasien, tenaga kesehatan ke komunitas (termasuk keluarga tenaga kesehatan) dan komunitas ke praktek dokter gigi ke pasien. 2,3,11,12 A.Pasien ke tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan gigi adalah orang yang sangat berpotensi terpapar mikroorgannisme patogen saat melakukan prosedur perawatan gigi pasien. Jalur penyebaran yang paling umum terjadi ketika tenaga kesehatan gigi berkontak langsung pada darah atau saliva. Selain itu juga bisa terjadi dengan kontak tidak

3 8 langsung, ketika tenaga kesehatan gigi menyentuh permukaan alat/instrumen yang telah terkontaminasi. Infeksi droplet juga dapat menyebarkan mikroorganisme patogen dan mempengaruhi permukaan mukosa mata, hidung, dan mulut ketika tenaga kesehatan gigi menghirup aerosol yang dihasilkan oleh handpiece. B.Tenaga kesehatan gigi ke pasien Jalur penyebaran ini sangat jarang terjadi dari tenaga kesehatan gigi ke pasien, tetapi bisa saja terjadi jika prosedur pencegahan tidak dilakukan dengan semestinya. Jika tangan operator terdapat luka, atau tangan operator terluka ketika berada dalam mulut pasien, hal ini memungkinkan terjadinya perpindahan mikroorganisme. C.Pasien ke pasien Penyebaran infeksi antara pasien ke pasien dapat terjadi saat perawatan gigi, tapi hanya ada satu tipe kasus saja yang dilaporkan dalam bidang kedokteran gigi. Satu tipe penyebaran ini terjadi ketika instrumen yang digunakan telah terkontaminasi oleh satu pasien kemudian dipakai lagi oleh pasien lainnya. Hal ini juga bisa terjadi ketika instrumen tidak disterilisasikan dengan benar. D.Tenaga kesehatan gigi ke komunitas (termasuk keluarga tenaga kesehatan) Mikroorganisme dapat tetap tinggal di praktek dokter gigi dan masuk kekomunitas dengan berbagai cara. Sebagai contoh, cetakan yang akan dikirim ke laboratorium dental, atau peralatan yang terkontaminasi kemudian akan diperbaiki. E.Komunitas ke praktek dokter gigi ke pasien Tipe dari penyebaran infeksi ini, mikroorganisme masuk ke praktek dokter gigi melalui air yang disuplai oleh pemerintah masuk ke dental unit, kemudian mikroorganisme yang berkolonisasi dibalik saluran air di salurkan pada handpiece, air-water syringe dan skeler ultrasonik yang nantinya masuk kedalam mulut pasien Cara Penyebaran Infeksi dapat tersebar melalui beberapa cara. Berikut merupakan cara penyebaran infeksi pada kedokteran gigi (Gambar 2): 2,3,11,12 a. Kontak secara langsung, ketika menyentuh darah pasien atau cairan tubuh lainnya.

4 9 b. Kontak secara tidak langsung, ketika menyentuh permukaan yang terkontaminasi atau instrumen yang terkontaminasi. c. Infeksi yang berupa percikan (droplet infection), infeksi dapat terjadi ketika percikan mengenai permukaan mata, hidung, atau mulut. d. Penyebaran melalui parenteral, ketika kulit tertusuk jarum suntik, kulit terluka, kulit tergores dan gigitan manusia. Gambar 2. Jalur penyebaran infeksi di klinik gigi Standard Precautions Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), Standard Precautions dikembangkan dari Universal Precautions. Standard Precautions menggabungkan dan mengembangkan elemen dari universal precautions menjadi standar perlindungan yang di desain untuk melindungi tenaga kesehatan dari mikroorganisme patogen yang dapat terkena seperti darah atau cairan tubuh lainnya,

5 10 ekskresi (kecuali keringat), sekresi, kulit yang terkelupas, dan membran mukosa. 2,3,7,8,10 Standard Precautions merupakan standar perlindungan diri yang perlu diikuti oleh tenaga kesehatan dari mikroorganisme patogen ketika melakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh lainnya dan sekresi, ekskresi (kecuali keringat), kulit yang terkelupas dan membran mukosa. Standard Precautions bertujuan untuk mencegah dan mengontrol penyakit infeksi dan mengatur tenaga kesehatan dan keselamatan yang berhubungan dengan kontrol infeksi di praktek dokter gigi. 2,3,10 Standard Precautions yang direkomendasikan oleh CDC adalah: 2,3,7,8 1.Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien. 2.Menggunakan sarung tangan ketika menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, dan benda yang terkontaminasi. 3.Menggunakan alat pelindung ketika menggunakan benda tajam, contohnya kertas ProTector digunakan sebagai pelindung saat menutup kembali jarum suntik (gambar 3). 4.Menggunakan masker dan kacamata pelindung atau pelindung wajah, ketika melakukan prosedur yang akan menghasilkan percikan atau semprotan. 5. Dengan hati-hati menggunakan alat yang terkontaminasi pada pasien untuk mencegah berpindahnya mikroorganisme patogen kepada orang lain atau lingkungan. 6. Menggunakan mouthpiece atau alat ventilasi lainnya sebagai alat bantu pernafasan dari mulut ke mulut ketika pasien mengalami gangguan pernafasan praktek dokter gigi. 7. Standard Precautions harus diterapkan saat perawatan kepada semua pasien.

6 11 Gambar 3. Kertas ProTector. 2 Tindakan Standard Precautions di bidang ilmu kedokteran gigi sebelum melakukan tindakan perawatan gigi pasien, yaitu: evaluasi pasien, perlindungan diri, penggunaan alat sekali pakai dan air dental unit. 1,2,3,7,8,16, Evaluasi Pasien Evaluasi pasien merupakan suatu kegiatan yang sama seperti ketika menganamnesis pasien. Tenaga kesehatan gigi harus mengetahui riwayat kesehatan pasien dengan lengkap dan jika memungkinkan sebaiknya diperbaharui setiap kunjungan pasien. Informasi yang harus didapatkan saat mengidentifikasi pasien yaitu, nama, usia, jenis kelamin, suku, status, perkawinan, alamat, dan nomor telepon. Riwayat penyakit yang pernah diderita atau yang sedang diderita, adanya penyakit keturunan harus dicatat, status ekonomi, pendidikan, pengguna narkoba atau peminum keras, semua hal tersebut harus diketahui saat evaluasi pasien. 9,18 Dalam mengevaluasi pasien kita harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai pasien. Hal ini sangat penting dilakukan dalam merawat pasien dan mencegah atau mengurangi terjadinya penyebaran penyakit menular di praktek dokter gigi. 9, Perlindungan Diri Perlindungan diri bertujuan untuk mencegah terpaparnya mikroorganisme patogen pada diri tenaga kesehatan, yang termasuk dalam perlindungan diri adalah mencuci tangan, menggunakan masker, menggunakan sarung tangan, menggunakan

7 12 kacamata pelindung, menggunakan pakaian pelindung, menggunakan rubber dam, menggunakan penutup kepala dan pelindung sepatu, penggunaan antiseptik sebelum tindakan perawatan, persiapan alat sebelum tindakan perawatan gigi, dan imunisasi. 1,2,3,7,8,17,19 A. Mencuci Tangan Membersihkan tangan dapat dilakukan dengan mencuci tangan. Mencuci tangan merupakan suatu tindakan yang sangat mudah dan paling penting dalam mencegah terjadinya infeksi. Tangan selalu digunakan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan dalam merawat pasien dan tangan paling mudah terkontaminasi oleh agen infeksi. Mencuci tangan bertujuan untuk menjaga kebersihan tangan. Sebelum membersihkan tangan sebaiknya perhiasan dilepaskan dan tenaga kesehatan tidak berkuku panjang atau menggunakan kuku palsu. 2,3,6,7,20 Perhiasan yang sering digunakan ditangan adalah cincin. Perhiasan harus dilepaskan, karena bakteri ataupun mikroorganisme patogen lainnya dapat berkembang biak di daerah yang sulit dijangkau. Selain itu kulit dibawah cincin lebih memudahkan bakteri untuk berkembang dan berkolonisasi (seperti basil Gramnegatif, Staphilococus aureus, atau jamur dermatomitotik) dibandingkan dengan jari yang tidak memakai cincin. 3,16,17,20 Tidak hanya perhiasan yang harus dilepaskan tetapi pastikan bahwa kuku selalu pendek dan tidak menggunakan kuku palsu. Pada kuku yang panjang, akan sulit dilakukan pembersihan tangan dikarenakan daerah yang sulit dijangkau untuk dibersihkan. Selain itu, ketika memakai sarung tangan akan sulit dan sarung tangan akan mudah robek. 3,6,16 Asepsis adalah mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme baik dengan cara menghambat atau membunuh. Asepsis biasanya digunakan terhadap zat kimia yang digunakan pada permukaan luar dari tubuh manusia (kulit dan mukosa) atau hewan dengan tidak menimbulkan efek samping pada permukaan tubuh manusia atau hewan. 12 Mencuci tangan dapat mengurangi mikroorganisme patogen di tangan dan dianggap sebagai bagian yang paling penting dalam mengurangi risiko penularan dari

8 13 pasien ke tenaga kesehatan gigi. Faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas mencuci tangan dalam mengurangi mikroorganisme patogen pada kulit tergantung kepada pemilihan bahan antiseptik termasuk durasi dan teknik mencuci tangan. Antiseptik ialah zat kimia yang dipakai untuk mendapatkan keadaan asepsis. 3,12 Waktu yang tepat untuk mencuci tangan sebaiknya sebelum memakai sarung tangan dan segera mencuci tangan setelah melepaskan sarung tangan. Tidak hanya ketika itu saja, jika tangan terlihat kotor atau tersentuh oleh permukan benda yang terkontaminasi maka sebaiknya segera mencuci tangan. Mencuci tangan harus dilakukan dibawah air mengalir. 2,3,7,8,20 Metode membersihkan tangan terbagi menjadi empat yaitu, mencuci tangan rutin, mencuci tangan asepsis, membersihkan tangan dengan menggosokkan alkohol dan prosedur mencuci tangan bedah yang asepsis. 2,3,6,7,16,20 1. Mencuci tangan rutin. Mencuci tangan rutin dilakukan dengan menggunakan air dan sabun nonantimikroba, metode ini bertujuan untuk membersihkan tangan yang terlihat kotor (gambar 4). 2,3,20 2. Mencuci tangan asepsis. Mencuci tangan asepsis dilakukan dengan menggunakan air dan sabun antimikroba, metode ini bertujuan untuk menghilangkan dan merusak mikroorganisme transien dan mengurangi bakteri ditangan. Durasi mencuci mencuci tangan aseptis dilakukan selama detik (gambar 4). 2,3,20

9 14 Gambar 4. Prosedur mencuci tangan Membersihkan tangan dengan cairan alkohol. Membersihkan tangan menggunakan cairan alkohol yang digosokkan pada tangan efektif untuk cepat membunuh kuman bila diaplikasikan pada kulit, tetapi harus mengandung antiseptik seperti klorheksidin, senyawa sulfaktan, oktenidin atau triklosan untuk mendapatkan aktivitas persisten terhadap mikroorganisme patogen di kulit. Dalam mengaplikasikan pembersih tangan menggunakan cairan alkohol, tangan digosok sampai cairan alkohol kering atau durasinya detik (gambar 5). 2,3,6,17,20

10 15 Gambar 5. Prosedur menggosokkan tangan dengan cairan alkohol Mencuci tangan bedah yang asepsis. Prosedur mencuci tangan bedah yang asepsis dilakukan dengan menggunakan air dan sabun antimikroba atau air dan sabun non-anti mikroba yang kemudian dilanjutkan dengan menggosokkan tangan dengan alkohol, durasi mencuci tangan bedah dilakukan selama 2-6 menit. Saat mencuci tangan bedah asepsis tangan dicuci hingga siku. Tujuannya adalah untuk menghilangkan dan menghancurkan mikroorganisme yang transien dan mikroorganisme yang persisten (sulit untuk dihilangkan). 2,3,7,8,20 Indikasi mencuci tangan rutin, mencuci tangan asepsis dan membersihkan tangan dengan menggosokkan cairan alkohol yaitu untuk dilakukan sebelum dan sesudah merawat pasien (sebelum memakai sarung tangan dan segera setelah melepaskan sarung tangan), setelah tangan menyentuh instrumen atau benda yang terkontaminasi oleh darah atau saliva, sebelum meninggalkan ruangan praktek dokter gigi atau laboratorium dan ketika tangan terlihat kotor, sedangkan indikasi penggunaan cuci tangan bedah yang asepsis ini sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan bedah yang steril. 2,3,20

11 16 Gerakan yang penting dilakukan dalam mencuci tangan yang benar, yaitu: Telapak tangan. 2. Daerah di antara jari-jari. 3. Daerah diantara jari-jari dengan genggaman yang lain. 4. Telapak tangan pada bagian jari tangan yang berlawanan. 5. Ibu jari dibasuh oleh telapak tangan yang berlawanan. 6. Ujung kuku/ujung jari digosokkan melawan telapak tangan yang berlawanan (prosedur 4,5,6 diulangi untuk tiap tangan bergantian). 7. Lanjutkan mencuci tangan dan pergelangan tangan dan keringkan tangan dengan baik. Macam-macam sabun yang biasa digunakan di bidang medis untuk membersihkan tangan, yaitu: Sabun Non-Antimikroba Sabun non-antimikroba digunakan dengan tujuan untuk menghilangkan debris dan mikroba seperti, Streptococus, Treponema, Pneumococus, Gonococus dan virus influenza. Sabun non-antimikroba dapat membantu mengatasi iritasi kulit, kekeringan kulit, dan kerusakan kulit. 2. Sabun antimikroba Macam-macam kelompok sabun antimikroba, yaitu: 1. Klorheksidin Glukonat Aktivitas sabun antimikroba dari klorheksidin glukonat dengan melekat dan merusak dari membran sitoplasmik mikroba. Klorheksidin glukonat secara signifikan efektif terhadap material organik termasuk darah. Produk sabun dengan kandungan klorheksidin glukonat konsentrasi 2% kurang efektif dibandingkan dengan yang memiliki konsentrasi 4%. Klorheksidin glukonat sering ditambahkan pada alkohol sanitizer untuk mendapatkan efek yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan alkohol saja. 16 Klorheksidin glukonat termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi sedang untuk menghilangkan mikroorganisme. Keuntungan dari klorheksidin glukonat dapat menghilangkan bakteri Gram positif dan virus dengan sangat baik, sedangkan bakteri

12 17 Gram negatif dapat dihilangkan dengan baik. Kerugian dari klorheksidin glukonat dapat menyebabkan reaksi alergi dan klorheksidin tidak dapat menghilangkan secara keseluruhan dari mikroorganisme mikobakterium dan jamur Iodine dan Iodophor Iodine merupakan produk antiseptik yang sejak lama telah digunakan untuk membersihkan tangan, membersihkan tangan, dan kulit yang terluka. Iodine menghilangkan mikroba dengan merusak sintesis protein dan membran sel dari mikroorganisme. Iodopor dapat menggantikan iodine sebagai bahan antiseptik. Kandungan dari iodopor yaitu iodine, iodide, atau triiodide, dan polimer carrier. 16 Iodine dan iodophor termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi sedang untuk menghilangkan mikroorganisme. Iodine dan iodopor secara signifikan dapat mengurangi substansi organik pada darah dan sputum. Keuntungan dari iodin dapat menghilangkan bakteri Gram negatif, bakteri Gram positif, mikobakteria, dan virus dengan sangat baik, namun jamur dapat dihilangkan dengan baik. Keuntungan dari iodophor dapat menghilangkan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dengan sangat baik dan jamur dan virus dapat dihilangkan dengan baik, namun iodophor tidak dapat mengilangkan mikobakterium secara keseluruhan. Kerugian iodin dan iodophor dapat menyebabkan kulit terasa panas dan dapat menyebabkan iritasi kulit Choroxylenol Paracholometaxylenol (PCMX) Choroxylenol paracholometaxylenol (PCMX), merupakan bagian dari golongan fenol. Aktivitas antimikroba dari PCMX dengan inaktivasi dari enzim bakteri dan merusak dinding sel. Konsentrasi PCMX dalam sabun anti mikroba antara 0,3%-3,75%. 16 PCMX termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi sedang untuk menghilangkan mikroorganisme. Keuntungan dari PCMX dapat menghilangkan bakteri Gram positif dengan sangat baik. Kerugian dari PCMX aktivitas netral dengan non-ionik sulfaktan dan tidak dapat membunuh secara keseluruhan dari mikroorganisme bakteri Gram negatif, jamur, virus, dan mikobakteri. 16

13 18 4. Quartenary Amonium Quartenary amonium merupakan variasi dari kelompok bahan kimia yang terbuat dari atom nitrogen yang secara langsung berhubungan pada empat kelompok alkil. Alkil benzalkotik klorida secara luas digunakan sebagai antiseptik sejak tahun 1935 sebagai pembersih tangan sebelum melakukan operasi. Aktivitas antimikroba dengan menyerap masuk kedalam membran sitoplasma dan menghancurkan sitoplasma. 16 Quartenary amonium termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi lambat untuk menghilangkan mikroorganisme. Quartenary amonium dapat menghilangkan bakteri Gram negatif dengan baik. Kerugian quartenary amonium hanya dapat digunakan dengan mengkombinasikan dengan alkohol, bakteri Gram positif dan virus tidak dapat dihilangkan secara keseluruhan, dan tidak dapat menghilangkan mikobakterium dan jamur Triklosan Triklosan ditambahkan pada sabun atau produk lain dengan konsentrasi 0,2%- 2% untuk aktivitas antimikroba. Triklosan termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi sedang untuk menghilangkan mikroorganisme. Keuntungan dari triklosan dapat menghilangkan bakteri Gram positif dan virus dengan sangat baik dan dapat mengghilangkan bakteri Gram negatif dengan baik. Kerugian dari triklosan tidak dapat menghilangkan mikobakterium secara keseluruhan dan tidak dapat menghilangkan jamur Alkohol Etanol dan isopropanol telah banyak digunakan sebagai antiseptik pada kulit dan bahan disinfektan pada permukaan. Penggunaan optimum etanol atau isopropanol dengan konsentrasi antara 60%-95%. Kedua bahan kimia tersebut efektif dalam denaturasi protein dan melarutkan lemak. Untuk mendapatkan aktivitas persisten, produk antiseptik alkohol sering ditambahkan sedikit dari klorheksidin glukonat, quartenary amonium, oktenidin, atau triklosan. 16 Alkohol termasuk sabun yang memiliki kecepatan aksi cepat untuk menghilangkan mikroorganisme. Keuntungan Alkohol dapat menghilangkan bakteri

14 19 Gram negatif, bakteri Gram positif, mikobakteri, jamur dan virus dengan sangat baik. Kerugian dari alkohol dapat menyebabkan kulit kering dan terjadinya dermatitis. 16 B. Menggunakan Masker Masker adalah alat yang digunakan untuk menutupi mulut dan hidung yang berfungsi untuk melindungi dari terhirupnya mikroorganisme patogen dari semprotan aerosol handpiece atau air-water syringe yang mudah terpapar oleh tenaga kesehatan gigi. 1,2,3,6,7 Pada umumnya masker memiliki 2 tipe, yaitu dome shape (molded) dan flat. Biasanya dome shape digunakan saat prosedur perawatan gigi yang membutuhkan waktu yang lama, hal ini dikarenakan bentuknya yang sesuai dengan anatomi mulut dan hidung serta lebih efektif digunakan dan dibuat adanya celah udara antara masker dengan hidung dan mulut. Ketika masker tidak digunakan sebaiknya jangan pernah memakai masker di hidung atau di dagu, karena permukaan luar dari masker bisa saja telah terkontaminasi (gambar 6). 1,2 Gambar 6. A. Masker tipe flat, B. Masker tipe dome-shape (molded), C. Jangan memakai masker didagu. 2 Masker dome-shape (molded) bersifat tahan terhadap cairan sehingga dapat mengurangi terkontaminasi akibat mikroorganisme patogen yang mungkin dapat menempel pada masker. Masker ini didesain dengan bentuk yang tidak rapat ke permukaan wajah, ringan dan lembut sehingga pemakai merasa nyaman, serta memiliki satu tali karet yang memudahkan untuk dilepas. Masker dome shape (molded) tidak terbuat dari bahan lateks dan non-fiberglas. 2,3,18,21

15 20 Masker harus selalu digunakan ketika merawat pasien, gunakan satu masker untuk satu pasien, gunakan masker ketika menghirup udara yang berpotensi terjadinya penyebaran mikroorganisme patogen, dan gantilah masker yang basah atau terkena oleh darah atau cairan tubuh lainnya saat melakukan tindakan perawatan gigi pasien. Melepaskan masker harus dengan hati-hati agar tangan tidak terkontaminasi pada wajah, dengan cara hanya jari yang menyentuh pada bagian karet atau tali masker (gambar 7). 2,3,7,8,16,17 Gambar 7. Cara melepaskan masker. 2 C. Sarung Tangan Pemakaian sarung tangan oleh tenaga kesehatan bertujuan untuk mencegah terkontaminasinya tangan dari darah dan cairan tubuh lainnya (termasuk saliva) yang memungkinkan bahwa mikroorganisme patogen dapat dijumpai ditangan tenaga kesehatan gigi saat mereka melakukan perawatan gigi pasien. 2,3 Sepasang sarung tangan harus selalu digunakan ketika dalam merawat pasien yang memungkinkan akan tersentuh oleh darah, cairan tubuh lainnya (termasuk saliva) dan membran mukosa. Sarung tangan harus diganti setiap pergantian pasien dan ketika sarung tangan tertusuk oleh benda tajam atau sarung tangan yang robek ketika merawat pasien. Sarung tangan sebaiknya digunakan sekali saja (jangan dicuci untuk digunakan kembali). Sarung tangan yang dipakai sebaiknya sesuai dengan ukuran tangan agar saat bekerja tetap merasa nyaman dengan menggunakan sarung tangan. Melepaskan sarung tangan harus dengan cara yang benar agar tidak tersentuh

16 21 permukaan sarung tangan yang telah terkontaminasi untuk mengurangi dan mencegah terpaparnya oleh agen infeksi (gambar 8). 1,2,3,7,12,16,17 Gambar 8. A. Menarik sarung tangan lebih rendah dari pangkal sarung tangan, B. Sisipkan jari yang tidak memakai sarung tangan pada tangan yang masih memakai sarung tangan. 12 Sarung tangan memiliki tiga tipe, yaitu : 2,3,12,16 a. Sarung tangan untuk memeriksa pasien, digunakan ketika memeriksa pasien, melakukan tindakan perawatan non bedah yang mungkin dapat berkontak dengan saliva, dan ketika melakukan prosedur laboratorium. Sarung tangan untuk memeriksa pasien biasanya terbuat dari karet lateks atau vinil. Sarung tangan ini dalam penggunaannya harus sekali pakai dan kemudian dibuang. Sarung tangan pemeriksaan pasien diatur oleh U.S Food and Drug Administration (FDA) (gambar 10). b. Sarung tangan bedah, digunakan ketika melakukan prosedur bedah dan ketika berkontak dengan darah yang banyak, seperti bedah mulut dan perawatan periodontal. Sarung tangan bedah biasanya sarung tangan steril khusus yang dibuat untuk prosedur bedah. Cara menggunakan sarung tangan bedah harus digunakan dengan cara yang tepat untuk menjaga sarung tangan agar tetap steril. Sarung tangan bedah terbuat dari bahan lateks. Sarung tangan bedah diatur oleh U.S Food and Drug Administration (FDA) (gambar 9 dan 10).

17 22 Gambar 9. Cara memasang sarung tangan bedah steril. 12 c. Sarung tangan non-medis, digunakan ketika melakukan prosedur pembersihan ruangan kerja, membersihkan instrumen tajam yang terkontaminasi atau bahan kimia. Sarung tangan non-medis tidak digunakan ketika merawat pasien. Sarung tangan non-medis tidak diatur oleh U.S Food and Drug Administration (FDA). Sarung tangan ini terbuat dari bahan neopren atau polinitril, umumnya terlalu tebal dan terlalu besar untuk pemakaian intraoral, tetapi sifatnya tahan terhadap tusukan. Sarung tangan non medis dapat digunakan dalam kebutuhan industri, sarung tangan ini juga tahan terhadap bahan kimia (gambar 10). Gambar 10. Kiri sarung tangan bedah steril, tengah sarung tangan pemeriksaan pasien, kanan sarung tangan non-medis. 2,12

18 23 D. Kacamata Pelindung Kacamata pelindung berfungsi untuk melindungi mata dari mikroorganisme patogen yang mungkin mengenai mata, seperti percikan darah dan cairan tubuh lainnya, aerosol dari handpiece, dan saat pembersihan karang gigi. Perlindungan mata sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan gigi. Kacamata pelindung dapat diganti dengan menggunakan pelindung wajah yang bentuknya memanjang dari daerah mata sampai dagu. Sebagai perlindungan diri, kacamata pelindung juga dapat digunakan oleh pasien sebagai pencegahan terhadap percikan bahan kimia. Kacamata pelindung yang biasa dipakai untuk pasien tidak berupa pelindung wajah yang memanjang sampai dagu (gambar 11). 1,2,3,7,8,16,17 Gambar 11. A. Kacamata pelindung dan masker, B. Pelindung wajah dan masker. 2 E. Pakaian Pelindung Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi kulit yang tidak tertutupi oleh baju dari paparan agen infeksi seperti percikan darah, saliva, aerosol, dan bahan lainnya yang terkontaminasi. Pakaian pelindung sebaiknya dibuat longgar, dan memiliki desain leher baju yang tinggi. Pakaian pelindung harus segera diganti ketika pakaian terlihat kotor dan ketika terkena darah dan cairan tubuh lainnya yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Pakaian pelindung harus segera dilepaskan ketika meninggalkan tempat kerja dan ketika melakukan prosedur yang berisiko tinggi pakaian pelindung sebaiknya menutupi sampai lutut (gambar 12). 2,3,16

19 24 OSHA menganjurkan agar baju pelindung bertangan panjang dan ketika pakaian pelindung terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh yang berpotensi untuk menularkan penyakit harus dicuci dengan benar untuk menghilangkan mikroorganisme patogen yang menempel pada pakaian sesuai dengan Standard Precautions. 2,3 Gambar 12. A. Pakaian pelindung cleaning service, B. Pakaian pelindung dilaboratorium. C. Pakaian pelindung prosedur bedah. 2 F. Penutup Kepala dan Pelindung Sepatu Penutup kepala dan pelindung sepatu berfungsi sebagai pelindung kaki dan kepala dari kontaminasi darah dan cairan tubuh lainnya ketika melakukan prosedur perawatan gigi, seperti ketika melakukan prosedur bedah mulut yang berisiko mengelurkan banyak darah (gambar 13). 12,16 Penggunaan penutup kepala adalah optional tetapi penggunaan penutup kepala dapat mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala tenaga kesehatan ke alat-alat atau steril dan dapat mengurangi kontaminasi mikroorganisme patogen kepada tenaga kesehatan di kepala dan rambut dari percikan-percikan darah atau cairan tubuh lainnya dari pasien. 12,16

20 25 Gambar 13. Kiri dan tengah penutup kepala, kanan pelindung kaki. 12,16 G. Rubber dam Rubber dam adalah lembaran karet yang dipakai pada waktu merawat gigi, dipasang sedemikian rupa di rongga mulut sehingga semua bagian rongga mulut akan tertutup, dan hanya gigi yang dirawat yang akan terlihat. Penggunaan rubber dam dapat mengurangi jumlah bakteri dirongga mulut ketika melakukan prosedur perawatan gigi yang berasal dari air yang disemprotkan ke rongga mulut, dan sebaliknya penggunaan rubber dam dapat mengurangi kontaminasi bakteri, darah, dan saliva kepada tenaga kesehatan. 12,16,22 Pemakaian rubber dam, menyebabkan saliva akan tetap berada dibawah permukaan rubber dam. Penggunaan rubber dam biasanya dikombinasikan dengan HVE (High Volume Evacuation). HVE adalah suction berdiameter besar. HVE digunakan untuk mengurangi aerosol dari mulut pasien sehingga akan mengurangi kontaminasi ke lingkungan sekitar. HVE dibersihkan setelah pemakaian dengan menghisapkan bahan disinfektan yang mengandung detergen melalui HVE, dan bagian kepala dari HVE harus dibersihkan secara periodik atau dapat menggunakan alat sekali pakai. 12,22 Meskipun penggunaan rubber dam dan HVE sudah dapat mengurangi percikan saliva, tenaga kesehatan tetap harus menggunakan masker, sarung tangan, kacamata pelindung, pakaian pelindung, dan penutup kaki. 12,22

21 26 Komponen dari rubber dam terdiri dari (gambar 14): Rubber sheets Berupa lembaran karet dengan ukuran 5x5 inchi atau 6x6 inchi, berwarna hijau, abu-abu, dan putih. 2. Rubber stamp Rubber stamp berupa karet dan tinta yang berfungsi sebagai pemberi tanda letak gigi. 3. Rubber dam punc Berfungsi sebagai pembuat lubang pada rubber dam sheet 0,5-2,5 mm. Bentuk alat seperti tang, dengan satu sisi berbentuk roda dan sisi lain berbentuk seperti karet runcing. Jika punc ditekan maka rubber sheet yang diberi tanda akan berlubang. 4. Clamps Clamps berfungsi untuk menahan rubber sheet pada gigi dan menyingkap sedikit gingiva dari gigi. Clamps memiliki berbagai macam ukuran. 5. Forceps Forceps berfungsi untuk memasang dan melepaskan clamps. 6. Dental floss Dental floss berfungsi untuk mencarikan jalan bila daerah proksimal terlalu berdekatan. Selain itu juga berfungsi untuk menahan rubber sheet supaya tidak terjadi kebocoran disekitar gigi yang dirawat. 7. Rubber dam holder Rubber dam holder berbentuk kerangka atau frame dari logam/plastik berbentuk huruf U.

22 27 Gambar 14. Peralatan rubber dam. 22 Cara memasang rubber dam (gambar 15): Pilih clamps yang sesuai untuk gigi pasien dan dicobakan. 2. Memasang rubber sheet ke frame. 3. Beri tanda pada rubber sheet sesuai letak gigi yang akan dirawat. 4. Lubangi rubber sheet yang telah diberi tanda letak gigi. 5. Pasang rubber sheet dengan bantuan dental floss. 6. Pasang clamps pada gigi yang akan dirawat. Gambar 15. Kiri atas, pemasangan rubber sheet pada frame. Tengah atas, melubangi rubber sheet sesuai letak gigi. Kanan atas, pemasangan rubber sheet pada gigi. Kiri bawah, pemasangan clamps. Kanan bawah, gigi yang 12, 22 telah terpasang rubber dam.

23 28 H. Pemberian antiseptik sebelum tindakan perawatan Penggunaan antiseptik sebelum melakukan perawatan bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroorganisme di permukaan sehingga dapat mencegah masuknya mikroorganisme tersebut pada jaringan dibawahnya yang dapat menyebabkan bakterimia, septikemia, atau infeksi lokal lainnya. Pemberian antiseptik yang biasa dilakukan di kedokteran gigi, yaitu penggunaan obat kumur dan pengolesan antiseptik pada daerah kerja. 12,16 1. Obat kumur Penggunaan obat kumur sebelum prosedur perawatan gigi dapat mengurangi mikroorganisme yang keluar dari rongga mulut melalui aerosol, percikan, dan kontak langsung, sehingga mikroorganisme yang mengkontaminasi tenaga kesehatan gigi maupun permukaan sekitarnya. Prosedur penggunaan obat kumur sebelum melakukan perawatan gigi paling dianjurkan pada prosedur skeling (pembersihan karang gigi) karena tidak dapat menggunakan rubber dam. 3,12 Obat kumur yang ideal, yaitu: 12,16 a. Memiliki aktivitas yang luas (antibakterial, antiviral dan anti-jamur). b. Tidak meninggalkan sisa setelah penggunaan. c. Tidak inaktif terhadap bakteri atau host. d. Potensi alergi yang rendah jika digunakan berulang ulang. e. Mudah digunakan (rasa yang enak dan durasi berkumur yang sebentar) f. Mengurangi perkembangan dari mikroba yang resisten. g. Non-toksik/ non-karsinogenik untuk jaringan lunak rongga mulut. h. Non-toksik/ non-karsinogenik jika tertelan. i. Tidak mengandung alkohol. j. Menyebabkan kerusakan minimal pada flora normal rongga mulut. k. Harga yang rasional untuk penggunaan secara rutin. Sebuah penelitian tentang penggunaan obat kumur anti mikroba sebelum melakukan tindakan perawatan gigi menunjukkan secara signifikan dapat mengurangi bakteri aerobik dan anaerob pada saliva selama menit. Selain itu penelitian tentang penggunaan klorheksidin glukonat dengan konsentrasi 0,12% pada pasien

24 29 dengan periodontitis sedang dan periodontitis parah, didapatkan hasil penurunan jumlah bakteri secara signifikan sebanyak 97%, dan pengukuran setelah berkumur selama 30 dan 60 menit sebanyak 77%. 16 Namun, tidak ada rekomendasi mengenai pengunaan obat kumur antimikroba sebelum tindakan perawatan gigi. Meskipun telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur sebelum tindakan perawatan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme selama melakukan prosedur perawatan gigi rutin dan prosedur perawatan gigi invasif Pengolesan antiseptik pada daerah kerja. Persiapan jaringan lunak rongga mulut dengan penggunaan antiseptik sebelum dilakukan injeksi lokal anastesi dianjurkan sejak tahun Jika tidak dilakukan topikal antiseptik ketika akan melakukan injeksi lokal anastesi, bakteri yang ada dirongga mulut dapat masuk kedalam jaringan lunak rongga mulut bersamaan dengan masuknya jarum suntik, sehingga berpotensi terjadinya infeksi. Pengolesan menggunakan kain kasa yang telah dibasahi oleh larutan antiseptik, dimulai dari intraoral kemudian diteruskan ke daerah ekstraoral dengan gerakan sirkuler dari pusat atau sentral daerah kerja ke arah lateral dengan gerakan searah jarum jam, hal ini bertujuan agar tidak dilakukan pengolesan berulang pada daerah kerja. 12,23 Pengolesan bahan antiseptik pada daerah kerja dilakukan sebagai persiapan sebelum melakukan prosedur bedah dan melakukan lokal anastesi. Pengolesan bahan antiseptik pada daerah kerja dapat dilakukan dengan menggunakan larutan betadine 10%, alkohol 70%, dan klorheksidin glukonat 0,1% dengan durasi pengolesan selama 15 detik 2 menit. 12,16 I. Persiapan alat sebelum tindakan perawatan gigi Saat melakukan tindakan perawatan gigi semua alat atau instrumen harus dalam keadaan steril. Setelah melakukan sterilisasi instrumen, instrumen disimpan pada tempat yang tertutup. Tempat yang biasa digunakan untuk menyimpan intrumen yang telah di sterilkan yaitu lemari, lemari tempat penyimpanan masih berada dalan zona steril pada praktek dokter gigi. 23

25 30 Sebelum tindakan perawatan gigi pada pasien, instrumen terlebih dahulu dipersiapkan. Dalam mempersiapkan instrumen yang dibutuhkan, operator sudah dalam keadaan asepsis dengan mencuci tangan dan telah menggunakan alat perlindungan diri operator seperti masker, penutup kepala, dan sarung tangan. Tempat untuk meletakkan instrumen seperti tersebut juga harus dalam keadaan steril. Pada operator yang belum dalam keadaan asepsis (belum mencuci tangan), instrumen yang telah dilakukan sterilisasi dapat diambil dengan instrumen yang disebut korentang. Korentang berfungsi untuk mengambil instrumen yang steril agar terjaga kesterilan instrumen yang diambil (gambar 16). 23 Gambar 16. Korentang J. Imunisasi Tenaga kesehatan gigi sangat berisiko terpapar oleh mikroorganisme patogen yang dapat menularkan penyakit. Imunisasi merupakan pelindung yang paling mudah dilakukan namun para tenaga kesehatan jarang melakukan imunisasi sebagai pencegahan penularan penyakit. CDC menganjurkan tenaga kesehatan gigi untuk melakukan Imunisasi Hepatitis B dan Influenza. Imunisasi yang dianjurkan untuk tenaga kesehatan yaitu Imunisasi Hepatitis B dan Imunisasi Influenza. 16 Imunisasi Hepatitis B dilakukan tiga tahap, yaitu pada hari dilakukan imunisasi, satu bulan setelah pemberian pertama, dan pada empat bulan setelah pemberian kedua. Imunisasi Hepatitis B diindikasikan bagi semua tenaga kesehatan gigi.

26 31 Imunisasi Influenza diindikasikan pada tenaga kesehatan yang berusia lebih dari 50 tahun atau yang memiliki risiko tinggi mengganggu kesehatan tubuh, dan tenaga kesehatan yang berkontak terhadap pasien yang berisiko tinggi atau tenaga kesehatan yang bekerja pada pelayanan kesehatan yang bersifat kronis. Imunisasi influenza dilakukan satu kali saja. 16 Vaksin yang ideal, yaitu: 16 a. Aman digunakan. b. Imunogenik (menstimulasi semua tipe dari respon imun di tubuh). c. Memberi efek imunitas jangka panjang. d. Hanya perlu dilakukan sekali saja. e. Tidak memberikan efek samping f. Tidak bersifat alergi g. Tidak menyebabkan imunosupresif (tidak membuat resipien mudah terkena penyakit lain). h. Tidak mahal Penggunaan Alat Sekali Pakai Alat sekali pakai adalah alat kesehatan yang dibuat untuk digunakan hanya pada satu pasien selama satu prosedur perawatan gigi yang kemudian dibuang dan tidak digunakan kembali untuk pasien yang lain. Pada alat yang digunakan sekali pakai terdapat lambang angka 2 dalam lingkaran yang dicoret (gambar 17). 1 Gambar 17. Lambang pada alat atau instumen yang sekali pakai. 21 Penggunaan alat sekali pakai dapat membantu mengurangi penyebaran infeksi antara pasien ke pasien lainnya. Alat sekali pakai tidak perlu untuk dibersihkan dan

27 32 disterilisasi, dan tidak disterilisasikan untuk digunakan oleh pasien yang lain. Penggunaan kembali pada alat sekali pakai dapat bermasalah terhadap keselamatan saat pemakaian alat, kinerja, dan keefektifannya. Dengan kata lain, alat sekali pakai tidak mengalami tes dan validitas yang luas untuk memastikan alat tersebut aman untuk dipakai kembali. 1,2,3,7 Memproses kembali alat sekali pakai dapat mengubah karakteristik alat tersebut, seperti alat yang terbuat dari plastik dapat menjadi rapuh atau menjadi logam dengan kualitas rendah dan merusak selama proses sterilisasi. Kerusakan alat secara otomatis dengan menggunakan kembali karena stress fatigue. Alat sekali pakai tidak didesain untuk memungkinkan dilakukan dekontaminasi sacara efektif, seperti benda bersudut tajam, lingkaran dan berlubang sempit. Sebuah studi menjelaskan dikarenakan permukaan yang tidak rata (cacat) dan berparit dari permukaan logam dari matriks bands, file dan reamers, alat tersebut tidak dapat di dekontaminasi secara sukses dengan membersihkan dan sterilisasi. 1,2,3,7 Kategori dari perlengkapan kedokteran gigi lebih baik dijadikan alat sekali pakai, adalah: 1 1. Alat yang sulit untuk dibersihkan dengan lubang yang sempit, seperti saliva ejector dan suction tips (gambar 18). 2. Sikat, seperti sikat gigi demonstrasi, cangkir karet profilaksis dan bulu sikat gigi (gambar 18). Gambar 18. Saliva ejector dan bulu sikat gigi Alat yang rumit dan kompleks, seperi bur staniless steel, files endodontik, reamears dan sendok cetak plastik (gambar 19).

28 33 Gambar 19. Kiri file endodontik, tengah bur stailess steel, kanan sendok cetak plastik. 1,24 4. Instrumen kecil dan tajam, seperti matriks band, scalpels, jarum suntik, dan jarum jahit. G Gambar 20. Kiri jarum suntik, tengah jarum jahit, kanan scalpel Air Dental Unit Air yang disuplai dari pemerintah merupakan salah satu sumber mikroorganisme penyebab penyakit menular. Air yang mengandung mikroorganisme dapat tertahan di saluran-saluran dental unit, akan menyebabkan bakteri melekat dan berakumulasi di permukaan dalam saluran dan membentuk lapisan pelindung yang kotor yang disebut biofilm. Biofilm ada di setiap lingkungan yang berair dan dapat melekat pada permukaan yang sesuai. 2,12,16 Biofilm berasal dari spesies yang berbeda dan bentuk yang berbeda, seperti bakteri, jamur, alga dan protozoa. Mikroorganisme yang berbeda ini melekat pada permukaan dan tumbuh sebagai koloni. Kemudian koloni dari bekteri dapat lepas dari tempat perlekatannya dan mengikuti aliran air. Ketika dental unit dipakai dan air mengalir melalui saluran-saluran, bakteri biofilm dapat terlepas dan mengikuti aliran

29 34 air. Mikroorganisme yang keluar melalui saluran air tidak hanya dapat mengkontaminasi pasien tetapi juga dapat mengkontaminasi tenaga kesehatan melalui percikan air yang keluar melalui saluran air yang terhubung pada handpiece. 2,12,16 Beberapa cara untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari dental unit, yaitu: 12,16 1. Menyediakan tangki air yang berisi air yang telah direbus atau air destilasi dan dimasukkan ke dalam sistem dental unit, sehingga air yang keluar dari handpiece dan semprotan adalah air yang telah direbus (gambar 21). 2. Menggunakan penyaringan bakteri (mikrofiltrasi). Alat sekali pakai berupa mikrofiltrasi dipakai pada selang yang dekat dengan handpiece atau air-water syringe. Penggunaan mikrofiltrasi dapat dikombinasikan dengan penampungan air yang telah terjamin kualitasnya. 3. Saluran-saluran air di dental unit secara periodik di flush dengan larutan disinfektan dan dibilas sebelum merawat pasien. Gambar 21. Tangki air yang diisi dengan air yang telah direbus. 2 Selain dari mengurangi kontaminasi bakteri di dental unit, perlu juga menerapkan pencegahan terjadinya penularan penyakit melalui air. Beberapa cara untuk mencegah terjadinya penularan penyakit melaui air dental unit, yaitu: 2 1. Penggunaan air yang telah terjamin kualitasnya, seperti air yang telah direbus atau air destilasi yang dimasukkan dalam tempat penampungan air khusus.

30 35 2. Melakukan flushing selama detik setelah merawat pasien. 3. Meminimalisasikan aerosol dari handpiece dengan menggunakan HVE. 4. Menggunakan pelindung. Pelindung yang dipakai dapat berupa rubber dam, makser, kacamata pelindung, dan pakaian pelindung. Rubber dam digunakan untuk mencegah tertelannya air dari dental unit ke mulut pasien, sedangkan masker, kacamata pelindung, dan pakaian pelindung digunakan untuk melindungi tenaga kesehatan dari percikan aerosol handpiece.

31 Kerangka Teori Infeksi Silang Dokter Ke Pasien Pasien Ke Dokter Pasien Ke Pasien Kontrol Infeksi Standard Precautions Sebelum Tindakan Setelah Tindakan Evaluasi Pasien Perlindungan Diri Penggunaan Alat Sekali Kualitaas Air Dental Unit Disinfeksi Permukaan Dental Unit Sterilisasi Alat Pembuangan Limbah Medis

32 Kerangka Konsep Mahasiswa kepaniteraan klinik di RSGMP FKG USU: - Departemen Ilmu Bedah Mulut Dan Maksilofasial - Departemen Konservasi Gigi - Departemen Periodonsia - Departemen Pedodonsia Tingkat Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang Standard Precautions operator sebelum tindakan perawatan gigi di RSGMP FKG USU Kategori: a. Baik b. Sedang c. Buruk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi berisiko tinggi terpapar oleh mikroorganisme patogen di lingkungan kerja seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen yang bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

STERILISASI & DESINFEKSI

STERILISASI & DESINFEKSI STERILISASI & DESINFEKSI Baskoro Setioputro 6-1 Cara penularan infeksi : 1. Kontak Langsung, tidak langsung, droplet 2. Udara Debu, kulit lepas 3. Alat Darah, makanan, cairan intra vena 4. Vektor / serangga

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petugas di bidang pelayanan kesehatan umum maupun gigi, baik dokter gigi, perawat gigi maupun pembantu rawat gigi, telah lama disadari merupakan kelompok yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Silang Infeksi adalah perpindahan agen infeksi antara pasien, dokter gigi dan petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi. Infeksi dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keberadaan mikroorganisme. Lingkungan di mana manusia hidup terdiri dari banyak jenis dan spesies mikroorganisme. Mikroorganisme

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai risiko kerja masing-masing, termasuk bagi praktisi yang memiliki pekerjaan dalam bidang kedokteran gigi. Salah satu risiko tersebut adalah

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 1. PANDUAN KESELAMATAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN I. Pengantar Panduan

Lebih terperinci

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu 1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klinik Gigi dan Mulut merupakan tempat bagi pasien untuk mendapatkan perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang terlibat adalah dokter

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristika stafilokokus Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu memproduksi endotoksin. Habitat alaminya

Lebih terperinci

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ahyar Riza : Asepsis Sesudah Tindakan Bedah Mulut, 2009 ASEPSIS SESUDAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Menurut Paren (2006) pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama

Lebih terperinci

BAB IV POSISI KERJA DALAM FOUR HA DED DE TISTRY

BAB IV POSISI KERJA DALAM FOUR HA DED DE TISTRY BAB IV POSISI KERJA DALAM FOUR HA DED DE TISTRY Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menyebutkan : 1. Pengertian posisi kerja dalam Four Handed Dentistry 2. Pembagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang

Lebih terperinci

ASEPTIC DAN ANTISEPTIC. FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF TRISAKTI Kelly Radiant

ASEPTIC DAN ANTISEPTIC. FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF TRISAKTI Kelly Radiant ASEPTIC DAN ANTISEPTIC FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF TRISAKTI Kelly Radiant DEFINITION WHAT IS ASEPTIC? MEDICAL ASEPTIC SURGICAL ASEPTIC SOURCES OF INFECTION TOOLS AND MATERIALS HOST ENVIRONMEN T PERSONAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Mikroorganisme Patogen Oportunis Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat adalah bahan visco-elastis dengan konsistensi seperti karet. Bahan cetak alginat diperkenalkan pada tahun 1940. Sejak tahun itu, dokter gigi sudah mulai menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari rongga mulut. Hasil dari cetakan akan digunakan dalam pembuatan model studi

Lebih terperinci

PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BAB I PENDAHULUAN PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ILMU DASAR KEPERAWATAN II Disusun Oleh Kelompok SDL 1 S1 / 1B 1. Ardiana Nungki A 101.0008 2. Desi Artika R 101.0018 3. Diah Rustanti 101.0022 4. Diyan Maulid 101.0026 5.

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu cara untuk mencegah penyebaran infeksi melalui jalan fecal-oral, seperti diare. Diare didefinisikan sebagai buang air

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga BAB 2 Tinjauan Teori 2.1 Infeksi Silang Menurut Brooker (2008) infeksi silang terjadi jika mikroorganisme yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga kesehatan, orang yang merawat

Lebih terperinci

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau STERILISASI ALAT 1. Definisi Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua bentuk kehidupan (Mulyanti

Lebih terperinci

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN 1 INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN PENGERTIAN Infeksi adalah proses ketika seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen/infeksius dan menyebabkan sakit. Nosokomial berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dokter, perawat dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan. Perkembangan bakteri

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar Mencuci Tangan Kegiatan Belajar I Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus TUJUAN Pembelajaran Umum Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur, mycoplasma, protozoa dan virus yang dapat bertahan dari waktu ke waktu. Organisme

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE Disusun Oleh : 1. Agustia Hastami P17420108041 2. Arsyad Sauqi P17420108044 3. Asih Murdiyanti P17420108045 4. Diah Ariful Khikmah P17420108048 5. Dyah Faria Utami P17420108050

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENDAHULUAN Pengendalian infeksi (PI) merupakan upaya yang wajib dilakukan oleh setiap dr/drg/nakes yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control

BAB I PENDAHULUAN. ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontrol infeksi adalah suatu upaya pencegahan penyebaran mikroorganisme, baik dari pasien ke pasien lainnya, pasien ke operator, operator ke pasien, operator ke lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bidan Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak digunakan selama beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain mudah pada manipulasi,

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM KEWASPADAAN ISOLASI Oleh : KOMITE PPIRS RSCM POKOK BAHASAN Pendahuluan Definisi Kewaspadaan Transmisi Etika batuk Menyuntik yang aman Prosedur lumbal pungsi Kelalaian - kelalaian Tujuan Setelah pelatihan

Lebih terperinci

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Pendahuluan Sanitasi : pencegahan penyakit dengan menghilangkan/mengatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial atau hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat klien ketika klien tersebut masuk rumah sakit atau pernah dirawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

LINDUNGILAH KELUARGA ANDA DARI PENULARAN BATUK DAN FLU DENGAN ETIKA BATUK YANG BAIK DAN BENAR

LINDUNGILAH KELUARGA ANDA DARI PENULARAN BATUK DAN FLU DENGAN ETIKA BATUK YANG BAIK DAN BENAR LINDUNGILAH KELUARGA ANDA DARI PENULARAN BATUK DAN FLU DENGAN ETIKA BATUK YANG BAIK DAN BENAR Di musim hujan seperti sekarang ini, membuat daya tahan tubuh menjadi menurun bila kita tidak menjaganya, berbagai

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang lnfeksi saluran cerna memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia, dengan angka kejadian tertinggi didapatkan di negara berkembang terutama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam xxiii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam tiga ranah/kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tindakan Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa

Lebih terperinci

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

Bagian XIII Infeksi Nosokomial Bagian XIII Infeksi Nosokomial A. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian infeksi nosokomial 2. Menjelaskan Batasan infeksi nosocomial 3. Menjelaskan bagaimana proses terjadinya infeksi nosocomial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan hipotesis dari penelitian ini. 1.1. Latar Belakang Bumi dihuni oleh berbagai macam mahluk hidup, mulai dari hewan, tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada

Lebih terperinci

BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL

BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab VIII yang diberikan pada pertemuan keempat belas, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan kaitan materi sebelumnya dengan pengendalian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asepsis merupakan prinsip dalam dunia kedokteran gigi yang harus dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol infeksi silang.

Lebih terperinci

A. Informasi Fasilitas Kesehatan

A. Informasi Fasilitas Kesehatan LAMPIRAN 73 74 A. Informasi Fasilitas Kesehatan MODUL 1. INFORMASI FASILITAS KESEHATAN Modul ini harus dijawab oleh Kepala fasilitas kesehatan atau perawat. Untuk setiap item, tandai jawaban paling tepat

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat

Lebih terperinci

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang 7 menit dibutuhkan Tujuan station Menilai kemampuan prosedur perawatan jenazah HIV/AIDS di RS Area kompetensi 1. Komunikasi efektif pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah yang mengancam kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2014). Penyakit infeksi atau penyakit menular adalah suatu penyakit spesifik yang ditularkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang semakin kompleks membawa banyak perubahan di berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa ini, bidang

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Judul penelitian : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Peneliti : Erpinaria Saragih Saya telah

Lebih terperinci

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek/benda tertentu

Lebih terperinci

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT)

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) LAMPIRAN Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) MODUL PENGELOLAAN LIMBAH Pertanyaan-pertanyaan ini harus dilengkapi oleh staf yang akrab dengan praktek-praktek pengelolaan limbah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam bidang kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk membuat model studi dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan Surat Permohonan untuk Bersedia menjadi Responden Assalamualaikum Dengan hormat, Dengan ini saya, Nama : Diani Susanti NIM : 20140310087 Pendidikan : Program Studi

Lebih terperinci

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200 PENGERTIAN : 1. Dekontaminasi adalah langkah awal untuk memproses benda mati agar lebih aman ditangani petugas sebelum dicuci. 2. Pembersihan adalah proses menghilangkan secara fisik seluruh kotoran, darah

Lebih terperinci

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU BAB I DEFINISI Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi bervariasi jenisnya yaitu bahan cetak yang bersifat elastis dan non-elastis. Salah satu bahan cetak elastis yang banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan cetak elastomer sering menjadi pilihan dokter gigi ketika melakukan proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi stabilitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan ortodonti adalah perawatan yang bertujuan untuk memperbaiki kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan akurat (Foster, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas medis untuk kesehatan masyarakat bisa dilakukan di poliklinik maupun di rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standard Precautions Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard Precautions dikembangkan dari universal precautions dengan menggabungkan dan menambah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah dari hasil proses pembelajaran dengan melibatkan indra pengelihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan mencakup 6 tingkatan yakni:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini banyak bahan cetak yang diperkenalkan untuk mencetak rahang dan jaringan sekitarnya. Di bidang prostodontik pemakaian bahan cetak dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh secara alami merupakan tempat berkoloninya kompleks mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri-bakteri ini secara umum tidak berbahaya dan ditemukan di

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis PAINT REMOVER 40 05 Januari 2015 1. Pengantar PAINT REMOVER 40 adalah bahan kimia yang bersifat asam yang sangat efektif untuk menghilangkan cat 2. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis banyak terjadi pada negara berkembang atau yang memiliki tingkat sosial menengah ke bawah. Insiden penyakit ini meningkat secara drastis

Lebih terperinci

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL 1. N a m a Golongan Essential Oil Sinonim / Nama Dagang (3) Cannabis chinense; Cannabis indica; Hempseed oil Nomor Identifikasi Nomor CAS : 68956-68-3 (1,7) Nomor

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan dan plak, terutama pada daerah sayap bukal atau bagian-bagian yang sukar dibersihkan (David dan MacGregor,

Lebih terperinci

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebersihan lantai merupakan salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum dan dapat dikaitkan dengan penularan berbagai penyakit ataupun penyebaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimental

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pencegahan infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan sebelum digunakan secara parenteral,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan

Lebih terperinci