BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah dari hasil proses pembelajaran dengan melibatkan indra pengelihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan mencakup 6 tingkatan yakni: 23 a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). d. Analisis (analysis) Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarakan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

2 7 f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. 2.2 Tindakan Tindakan adalah suatu sikap yang diwujudkan menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Tindakan mencakup beberapa tingkatan yakni: 23 a. Persepsi (perception) Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. b. Respon terpimpin (guided respons) Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan benar atau sesuai dengan contoh.respon terpimpin merupakan indikator tindakan tingkat kedua. c. Mekanisme (Mecanisme) mekanisme merupakan apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu telah menjadi kebiasaan yang mencapai tindakan tingkat tiga. d. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu tindakan yang telah berkembang dengan baik. 2.3 Infeksi Silang Perpindahan mikroorganisme patogen dari satu orang ke orang lainnya dikenal sebagai kontaminasi silang dan infeksi yang dihasilkan disebut infeksi silang. Dalam menjalankan profesi sebagai dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan berkontak langsung atau tidak langsung dengan mikroorganisme dalam rongga mulut berupa darah dan saliva pasien. Penyebaran infeksi yang biasa terjadi didalam praktek dokter gigi yaitu pasien tenaga kesehatan gigi, tenaga kesehatan gigi ke pasien, pasien

3 8 ke pasien dan ruang perawatan gigi ke komunitas lingkungannya termasuk keluarga tenaga kesehatan gigi. 19,24 Status infeksi pasien biasanya tidak diketahui untuk mencegah infeksi silang baik pada pasien atau tenaga pelayanan kesehatan gigi, dalam hal ini penting untuk beranggapan bahwa setiap darah dan cairan tubuh pasein berpotensi penyakit infeksi dan dapat menular, maka penting untuk dilakukan standard precaution. Penyakit infeksi yang paling berisiko besar di praktek dokter gigi adalah hepatitis, HIV/AIDS dan tuberkulosis (TBC). 19, Hepatitis Hepatitis adalah penyakit infeksi yang diakibat karena virus. Dalam bidang kedokteran gigi yang paling tinggi resikonya adalah hepatitis B dan Hepatitis C. Hepatitis B disebabkan oleh Hepatitis B Virus (HBV). Infeksi HBV adalah infeksi yang paling menular dalam risiko pekerjaan profesi dokter gigi. Sejumlah laporan menunjukkan, kasus HBV lebih sering dijumpai pada ahli bedah mulut, periodontitis dan endodontis. Terdapat dua macam pola penularan hepatitis B yaitu pola penularan horizontal (penularan melalui kulit, penularan melalui mukosa seperti mulut, mata hidung, saluran makan bagian bawah dan alat kelamin) dan pola penularan vertikal (dari ibu hamil yang mengidap hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan). Dalam bidang kedokteran gigi, penyakit hepatitis dapat ditularkan melalui darah, saliva dan sekret nasofaringeal. Di dalam mulut konsentrasi HBV tertinggi terdapat di sulkus gingiva. Penyakit hepatitis B dapat dicegah dengan imunisasi. Hepatitis C disebabkan oleh Hepatitis C Virus (HCV). Penularan penyakit hepatitis C ini sama dengan hepatitis B, akan tetapi belum ada imunisasi yang dapat mencegah terjadinya penyakit ini. 17,24

4 HIV/AIDS HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Pada infeksi HIV terjadi destruksi sistem kekebalan tubuh, sehingga orang tersebut rentan terhadap infeksi oportunistik atau tumor. Perkembangan dari fase awal penyakit infeksi HIV hingga ke fase terminal penyakit AIDS dapat berlangsung mulai 2-12 tahun atau lebih, dengan rata-rata lebih kurang 8 tahun. Cara penularan HIV melalui yaitu melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang sudah terinfeksi, melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama tranfusi darah dimana darah tersebut belum dideteksi virusnya atau penggunaan jarum suntik yang tidak steril. 24 AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang ditandai dengan rusak sistem kekebalan tubuh sehingga mudah diserang berbagai macam infeksi. AIDS disebabkan oleh virus HIV. Penyakit AIDS tidak ditularkan melalui kontak biasa, namun ditularkan melalui hubungan seksual, kontak dengan darah yang tercemar HIV dan melalui jarum suntik atau alat kedokteran lainnya yang tercemar HIV. Sebaliknya AIDS tidak dapat ditularkan melalui gigitan serangga, minuman, kontak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam renang, WC umum atau tempat lainnya Tuberkulosis (TBC) TBC adalah infeksi paru-paru yang disebabkan mycobacterium tuberculosis. Risiko tenaga kesehatan gigi untuk terkena penyakit ini rendah, karena untuk terjadi infeksi diperlukan paparan yang cukup lama dengan bakteri. Namun, penyebaran mikroorganisme oleh tenaga kesehatan gigi. Hal yang cukup merisaukan mengenai penyakit ini adalah kenyataan bahwa Mycobacterium tuberculosis akhir-akhir ini banyak yang resistensi pada obat-obatan yang biasa dipakai. Juga bahwa untuk membunuh mikrooganisme ini diperlukan metode sterilisasi tingkat tinggi karena relative tahan terhadap sterilisasi dengan bahan-bahan kimia pada konsentrasi larutan yang dapat membunuh virus, jamur dan berbagai bakteri vegetatif. 24

5 Standard Precaution Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), standard precaution merupakan prosedur penanggulangan infeksi silang yang umum digunakan. Standard precaution terdiri dari dua standar yaitu tindakan pencegahan dan transmission based precaution (pencegahan infeksi berdasarkan penularannya). 3,11 Standard precaution secara umum dibagi menjadi: 3,7,11 1. Sarung tangan harus dipakai sewaktu merawat pasien. 2. Masker harus dipakai untuk melindungi mukosa mulut dan hidung dari percikan darah, saliva dan debris. 3. Mata harus dilindungi dengan semacam kacamata dari percikan darah, saliva dan debris. 4. Metode sterilisasi untuk membunuh mikroba harus digunakan pada alatalat kedokteran gigi, seperti autoklaf, oven pemanasan kering, sterilisasi uap kimia dan sterilisasi kimia. 5. Mencuci tangan sebelum dan setelah perawatan pada pasien memakai antiseptik. 6. Harus diperhatikan untuk membersihkan instrumen dan tempat-tempat kerja. Dalam hal ini termasuk menggosok dengan cairan deterjen dan mengelap dengan cairan desinfektan seperti iodine atau klorine. 7. Bahan-bahan disposibel yang telah digunakan harus dipegang dengan hatihati dan dikumpulkan dalam suatu kantung plastik, untuk mengurangi berkontak dengan manusia. Alat-alat tajam seperti jarum atau blade (mata pisau) harus dimasukkan kekaleng atau wadah yang tidak mudah berlubang sebelum dibuang ke dalam kantung plastik. 8. Pengelolaan atau pembuangan sampah medis dan non medis.

6 Standard Precaution pada Ruangan Dunia kedokteran selalu mengikuti perkembangan yang paling tinggi dan aman. Terutama dalam kedokteran gigi pada persiapan desain ruangan harus mengikuti peralatan-peralatan yang tersedia. Selain mementingkan efisiensi antara peralatan dan ruangan, ruangan itu sendiri harus disesuaikan yaitu suhu yang tepat, ruangan harus nyaman dan juga ruang tunggu pasien harus diperhatikan kenyamanannya. 15,18 Dasar yang mempengaruhi kontrol infeksi yang sangat penting adalah proses dekontaminasi lingkungan kerja yang berlaku untuk semua fasilitas kesehatan termasuk praktek dokter gigi. Dalam hal ini yang harus diperhatikan dalam ruangan adalah daerah untuk perawatan pasien harus memungkinkan untuk dokter dan perawat dalam melakukan pekerjaan agar leluasa atau efektif. Maka pada ruangan praktek dokter gigi ada ruangan khusus untuk mensterilkan instrumen, hal ini untuk keselamatan operator dan pasien dari kontaminasi silang. Desain ruangan praktek dokter gigi ada yang mempunyai dua ruangan dan satu ruangan. 15,18 Praktek dokter gigi yang memiliki dua ruangan ini sangat efektif dalam pengontrolan kontaminasi infeksi silang, karena ruangan satu adalah zona kotor yang berarti area pemrosesan dan ruangan yang kedua adalah zona bersih yang berarti area sterilisasi dan penyimpanan instrumen bersih. Desain dua ruangan ini sudah banyak dipakai terutama oleh rumah sakit. Praktek dokter gigi yang memiliki satu ruangan menggabungkan zona kotor dan zona bersih. Desain praktek ini banyak dipakai oleh praktek pribadi. Dalam desain ini operator harus sangat memperhatikan peletakan pemerosesan instrumen, penyimpanan instrumen dan dental chair. Peletakan alat ini harus rapi agar mudah di akses dan dibersihkan Prosedur Standard Precaution Sterilisasi Sterilisasi adalah prosedur yang dapat menghancurkan semua mikrooganisme termasuk spora melalui cara fisik atau kimia. Sterilisasi adalah langkah penting dalam membersihkan alat-alat kedokteran gigi yang telah terkontaminasi atau berpotensi

7 12 terkontaminasi saliva, darah, ataupun cairan biologis lainnya. Sterilisasi bertujuan untuk memutus rantai infeksi silang dari satu pasien ke pasien yang lain. 8, Sterilisasi Instrumen Instrumen berdasarkan dari perawatan pasien dikategorikan sebagai kritis, semikritis dan non kritis, tergantung pada potensi risiko yang terkait dengan tujuan penggunaannya. Masing-masing memiliki persyaratan pengolahan yang berbeda. Kategori instrumen berdasarkan perawatan pasien: 15,17,20 a. Kategori kritis Kategori kritis terkait dengan risiko infeksi yang tinggi bila terkontaminasi dengan mikrooganime, termasuk spora bakteri. Sterilisasi pada benda yang dipakai masuk kejaringan yang sudah steril mengakibatkan kontaminasi mikroba pada alat sehingga terjadi penularan penyakit yang disebut dengan sistem vaskular atau kritis. Contoh instrumen bedah, skaler periodontal, pisau bedah, tang gigi, elevator, retraktor dan jarum. Cara penanganan kategori ini adalah instrumen harus steril saat di pakai dan sterilisasi menggunakan sterilisasi uap, dalam melakukan sterilisasi sebelumnya dikantongi dan sterilisasi masukkan kertas plastik agar tidak rusak dan mengecek ulang alat yang sudah sterilisasi apabila mengalami kesalahan. b. Kategori semikritis Kategori semikritis terkait dengan kontak langsung dengan membran mukosa atau kulit yang tidak utuh, tidak menembus jaringan lunak ataupun masuk ke aliran darah atau jaringan normal lainnya dan memiliki risiko penularan lebih rendah. Peralatan semikritis harus disimpan dengan cara dibungkus dalam lemari tertutup atau wadah khusus seperti kaset instumen. Contoh instrumen yaitu kaca mulut, kondensor amalgam, instrument restoratif, handpiece, pinset gigi dan probe. c. Kategori nonkritis Kategori ini menimbulkan risiko penularan infeksi minimal, berkontak hanya pada kulit yang utuh. Peralatan nonkritis dibersihkan dengan deterjen dan air, tetapi dalam beberapa kasus peralatan ini dibersihkan dengan desinfeksi panas dan air.

8 13 Setelah pengolahan instrumen ini disimpan dengan cara yang sama seperti semikritis. Contoh alat instrumen yaitu, radiografi kepala, manset tekanan darah, facebow, alat ukur dan kacamata ukur. Pengolahan instrumen dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1. Penerimaan, dekontaminasi dan membersihkan instrumen Langkah penting yang dilakukan oleh dokter gigi dalam pengolahan instrumen dari proses sterilisasi untuk mengurangi dan membersihkan mikroba yang hadir dari darah, saliva dan debris pasien. 20,22,24 Membersihkan instrumen merupakan tahap yang penting sebelum melakukan sterilisasi atau desinfeksi. Ada beberapa macam metode membersihkan instrumen: a. Membersihkan instrumen secara manual Ketika membersihkan secara manual tangan harus memakai sarung tangan karet yang tebal karena alat yang akan dibersihkan sudah terkontaminasi dengan darah, saliva dan debris pasien. Ketika menyikat instumen salah satu tangan memegang alat dan satu tangannya lagi memegang sikat pembersih. Pilih sikat pembersih yang bergagang panjang saat membersihkan instrumen untuk tangan aman dari alat yang tajam dan sudah terkontaminasi. Dalam pembersihan alat memakai deterjen non abrasif dan berbusa rendah. Setelah penyikatan dengan deterjen bilas alat di bawah air mengalir, kemudian alat disimpan dalam keadaan kering. 7,20,22,24 Gambar 1. Pembersihan instrumen dengan sikat 20

9 14 b. Membersihkan instrumen dengan alat ultrasonik Pembersihan alat dengan ultrasonik akan mengurangi kontak langsung terhadap alat terkontaminasi dan bahaya terluka atau tertusuk, dibandingkan pembersihan alat dengan tangan. Pembersih ultrasonik adalah alat pembersih secara mekanis yang berisi berupa keranjang di dalam alat tersebut dan juga berisi cairan pembersih. Pembersih ultrasonik menggunakan energi ultrasonik untuk mengoptimalkan pembersihan alat sebelum proses sterilisasi. Energi ultrasonik dihasilkan dari energi elektrik yang mempunyai gelombang frekuensi antara 20 dan 120 KHz. Energi ultrasonik menghasilkan berjuta-juta gelombang yang sangat kecil dalam larutan perendaman, sehingga mampu melepaskan kotoran yang melekat pada permukaan alat. Pembersihan ultrasonik sangat efektif untuk membersihkan instrumen bersendi seperti gunting, jarum suntik stainless steel atau instrumen dengan paruh bergerigi seperti tang ekstraksi, kecuali alat yang tidak didapat dibersihkan dengan ultrasonik high-speed handpiece. 7,17,20,22 c. Membersihkan instrumen dengan mesin pencuci alat (washer disinfector) Mesin ini dirancang untuk membersihkan alat-alat medis dan kedokteran gigi. Alat ini menggunakan kombinasi dengan air panas dan deterjen untuk menghilangkan material organik, kemudian alat ini dapat mengeringkan alat secara otomatis. Alat ini sebagai desinfeksi termal yang dapat membunuh mikrooganisme yang paling vegetatif. 22,24 Gambar 2.Washer disinfector 26

10 15 2. Persiapan dan kemasan Setelah dibersihkan, instrumen harus dikemas untuk kemudian disterilkan. Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus dalam kantong dan baki instrumen (cassettes) yang berlubang dengan penutup dibungkus dengan kertas sterilisasi atau dibungkus secara individu dengan bungkus yang dapat dibeli. 22,24 3. Metode sterilisasi a. Sterilisasi dengan pemanasan uap (steam sterilization or autoclave) Autoklaf merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan metode sterilisasi fisik yang memanfaatkan uap panas pada suhu 100 o C untuk membunuh mikroorganisme. Uap panas ini dapat menyebabkan kematian sel dengan cara membuat protein sel mengalami koagulasi. Autoklaf mengacu pada proses sterilisasi instrumen dengan menggunakan waktu, suhu dan tekanan yang untuk membunuh semua mikroorganime termasuk juga spora. 17,20,22 Sterilisasi dengan pemanasan uap meliputi pemanasan air sampai menghasilkan uap dalam ruang autoklaf yang tertutup dan uap lembab yang panas. Karena sistem tertutup uap yang terbentuk akan menjadi uap jenuh dan memenuhi ruang sterilisator menggantikan udara yang lebih dingin sehingga dapat menghasilkan tekanan. Dibandingkan uap yang terbentuk dari air yang mendidih dalam panci terbuka pada 212 o F atau 100 o C, yang memberi peluang kepada uap bercampur dengan udara yang lebih dingin diatas panci. Pabrik telah mengatur sterilisator itu untuk mencapai temperatur uap maksimum, yaitu sekitar 250 o F (121 o C) dengan tekanan 15 psi dalam waktu menit atau dalam suhu 273 o F (134 o C) dengan tekanan 30 psi dalam waktu 3-5 menit. Pada penggunaan autoklaf alat-alat jangan dibungkus dengan terlalu rapat karena uap harus bebas tersirkulasi dan berkontak dengan semua permukaan alat didalam autoklaf. Bila volume yang disterilkan berjumlah banyak, maka dibutuhkan waktu pemaparan yang lebih lama untuk mencapai bagian sentral/pusat benda yang disetrilkan, misalnya untuk sterilisasi sejumlah 5 liter cairan memerlukan waktu selam 70 menit. 7,17,20,21,24,28

11 16 Keuntungan penggunaan sterilasasi pemanasan uap atau autoklaf: 17,20,24 1) Waktu putaran yang singkat. 2) Penetrasi yang baik. 3) Kemampuan memproses semua bahan tanpa mengalami kerusakan. 4) Tidak racun atau bahan kimia yang berbahaya. 5) Biaya yang rendah persiklus. Kekurangan penggunaan sterilisasi pemanasan uap atau autoklaf: 17,20 1) Korosi pada instrumen baja karbon. 2) Alat yang tajam menjadi tumpul. 3) Kemasan tetap basah pada akhir putaran 4) Dapat merusak bahan yang peka terhadap panas,seperti bahan plastik. a b Gambar 3. Gambar a dan b sterilisasi dengan pemanasan uap (steam sterilization or autoclave). 20,28 b. Sterilisasi dengan pemanasan kering (dry heat sterilization) Sterilisasi dengan pemanasan kering menggunakan waktu dan panas untuk membunuh mikroba yang hidup termasuk sporanya. Standar pemakaian sterilisasi dengan pemanasan kering diterima oleh ADA. Sterilisasi dengan pemanasan kering meliputi pemanasan udara dan transfer energi panas dari udara ke alat. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi dari sterilisasi dengan pemanasan uap air atau kimia. Penggunaan sterilisasi pemanasan kering dengan

12 17 temperatur 340 o F (170 o C) dalam waktu 1 jam atau temperatur 320 o F (160 o C) dalam waktu 2 jam. 7,17,20,13,24 Keuntungan penggunaan sterilisasi dengan pemanasan kering (dry heat 17,20, 27,28,29 sterilization) : 1) Efektif dan aman untuk sterilisasi instrumen logam. 2) Tidak menyebabkan alat yang tajam menjadi tumpul. 3) Tidak menyebabkan karat dan korosi. 4) Tidak beracun atau tidak menggunakan bahan kimia. 5) Biaya yang rendah persiklus. Kekurangan penggunaan sterilisasi dengan pemanasan kering (dryheat sterilization): 17,20,27,29 1) Waktu putar sterilisasi lama 2) Penetrasi yang buruk 3) Dapat merubah warna dan merusak kain 4) Merusak benda-benda yang peka terhadap panas 5) Tidak dapat digunakan dengan bahan plastik, karet dan kain. a b Gambar 4. Gambar a dan b sterilisasi dengan pemanasan kering (dry heat sterilization). 20,21

13 18 c. Sterilisasi dengan uap kimia tidak jenuh (unsatured chemical vapor sterilization or chemiclave). Chemiclave adalah alat sterilisasi panas menggunakan cairan kimia yang terdapat dalam ruang tertutup, uap kimia panas yang dihasilkan dapat membunuh mikroorganisme. Larutan kimia berisi 0,23% formaldehid, 72,38% etanol tambah aseton, keton, air dan alkohol. Saat menggunakan alat ini lindungi kulit, mata dari kontak langsung dengan larutan dan jangan mengisap uap kimia. Alat-alat yang akan disterilkan harus dibersihkan dahulu, dikeringkan, dibungkus longgar untuk memberi kesempatan kepada uap meresap masuk dan berkondensasi ke dalam bungkusan. Bungkusan yang terlalu tebal dan rapat membutuhkan waktu pemaparan lebih panjang karena uap kimia yang tidak jenuh maka tidak dapat berpenetrasi kedalamnya. Prinsip kerja alat ini hampir sama dengan autoklaf hanya temperatur dan tekanan yang diperlukan pada sterilitatornya uap kimia lebih besar dari pada autoklaf. Temperatur yang digunakan adalah 270 o F (132 o C) dengan tekanan 20 psi dalam waktu yang dibutuhkan 20 menit. 7,17,20,21,22 Keuntungan penggunaan sterilisasi dengan uap kimia tidak jenuh (chemiclave): 17,20 1) Waktu siklus singkat 2) Tidak mengakibatkan karat atau korosi pada instrumen logam termasuk baja karbon. 3) Tidak membuat alat yang tajam menjadi tumpul. Kekurangan penggunaan Sterilisasi dengan uap kimia tidak jenuh (unsatured chemical vapor sterilization or chemiclave): 17,20 1) Instrumen harus benar-benar kering sebelum pemerosesan 2) Dapat merusak plastik yang peka terhadap panas 3) Bau bahan kimia pada daerah yang kurang ventilasi 4) Bersifat toksik atau berbahan kimia yang berbahaya

14 19 a b Gambar 5. Gambar a dan b sterilisasi dengan uap kimia tidak jenuh (unsatured chemical vapor sterilization or chemiclave). 20,30 d. Sterilisasi dengan penggunaan gas etilen oksida (ETO) Serilisasi gas etilen oksida ini biasa digunakan untuk keperluan di rumah sakit. Beberapa jenis gas dapat mematikan mikroba dengan cara merusak enzim dan struktur biokimia dari mikrooganisme tersebut. Dari beberapa gas yang tersedia untuk sterilisasi, etilen oksida adalah yang paling umum digunakan. Etilen oksida pada dasarnya merupakan bahan sterilisasi kimia. Pemakaian dari bahan gas ini di perkenalkan oleh ADA dan CDC sebagai metode sterilisasi yang akurat, terutama untuk benda-benda yang dapat rusak akibat panas. Etilen oksida adalah gas yang sangat tinggi daya penetrasinya dan tidak berwarna pada temperatur ruang. Temperatur yang dibutuhkan adalah temperatur ruang (25 o C atau 75 o F), dengan waktu jam (tergantung pada bahan). 7,17,22 Keuntungan sterilisasi dengan penggunaan gas etilen oksida (ETO): 17,20 1) Kapasitas penetrasi yang tinggi. 2) Tidak merusak bahan yang rentan panas seperti bahan Karet dan handpiece. Kekurangan sterilisasi dengan penggunaan gas etilen oksida (ETO): 17,20 1) Membutuhkan waktu yang lama. 2) Bertahan dalam cairan dan bahan karet untuk waktu yang lama. 3) Dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

15 20 Gambar 6.Gambar sterilisasi dengan penggunaan gas etilen oksida (ETO) Pengeringan dan pendinginan instrumen steril Kantong atau wadah sterilisasi yang basah karena proses sterilisasi uap, harus dikeringkan sebelum penyimpanan. Chemiclave dan sterilisator panas kering dapat digunakan untuk mengeringkan alat atau kantong yang masih basah setelah disterilkan dengan sterilisasi uap. Pendinginan instrumen harus dilakukan perlahanlahan untuk menghindari terbentuknya uap air pada permukaan instrumen. Penggunaan blower untuk mengeringkan instrumen tidak dianjurkan karena sangat berpotensi untuk terkontaminasi dengan udara di ruangan. 22,24 5. Penyimpanan instrumen Tempat penyimpanan alat yang sudah disterilkan harus kering, tertutup, tidak ada debu dan terlindung dari sumber kontaminasi. Tempat penyimpanan harus jauh dari tempat cuci dan saluran pembuangan dan harus berjarak beberapa meter dari langit-langit, lantai dan dinding. Hal ini untuk mencegah agar tidak berpengaruh keadaan lembab dari tempat penyimpanan, terpecik air dan bahan pembersih lantai. Penyimpanan instrumen steril harus tetap dalam kantong. Kemasannya tidak boleh dibuka, boleh dibuka pada saat pasien sudah duduk dikursi gigi dan siap untuk dilakukan perawatan. Pada waktu membuka kemasan, tangan harus bersih dan belum berkontak dengan pasien. Selain itu penempatan instrumen yang tidak dikemas dan langsung disusun dilemari atau laci tidak dianjurkan. Lemari penyimpanan atau laci

16 21 sangat mudah terkontaminasi oleh jari tangan yang kotor, yang menyentuh pada waktu mengambil alat. Penyimpanan instrumen dalam lemari maksimum 1 bulan, jika lebih dari 1 bulan instrumen tidak digunakan, instrumen harus disterilkan kembali. 22, Sterilisasi Ruangan Sterilisasi ruangan dilakukan dengan desinfeksi dan air panas, supaya dalam membersihkan ruangan dan permukaan maksimal bakteri yang dibersihkan. Dalam membersihkan ruangan harus memakai alat pelindung diri (masker, sarung tangan, kacamata dan baju khusus) agar tidak terkontaminasi dari darah dan saliva pasien.larutan yang dipakai dalah fenol, larutan ini tidak mengiritasi kulit dan sebagian besar bakteri dan dibunuh oleh larutan ini. 15,18 Ruangan praktek yang harus di perhatikan kebersihannya: 16,18 1) Ventilasi Ruangan praktek dokter gigi sangatlah penting ventilasi karena agar udara tidak tercemar dan ruangaan tidak menjadi lembab. Jika ruangan ada AC pendingin filter harus diganti secara teratur. 2) Lantai Lantai harus non slip (tidak licin) dan lantai harus memiliki lekukan ke dinding agar mudah dibersihkan dari percikan darah dan saliva. Karpet tidak dianjurkan karena susah dibersihkan dan mudah tumbuh spora jamur. 3) Permukaan area kerja Ruangan praktek dokter gigi dalam zona bersih dan zona kotor harus diidentifikasi yang jelas dalam pencegahan kontaminasi silang. Dalam ruangan harus rapi untuk mudah dibersihkan dan kedap air. 4) Saluran air Saluran air dan saluran udara dari dental unit harus sangat diperhatikan karena saluran ini banyak terkonaminasi dengan biofilm harus dibersihkan dengan desinfeksi atau bahan kimia.

17 22 5) Dental chair Peralatan yang ada pada dental chair dan peletakan harus mudah untuk dibersihkan. Saat membersihakan dental chair memakai desinfeksi cari bahan yang tidak merusak bahan dari dental chair tersebut Asepsis dan Desinfeksi Permukaan Desinfeksi Permukaan Desinfeksi adalah proses menghancurkan organisme patogen yang menyebabkan infeksi namun tidak mematikan sporanya dengan menggunakan panas, bahan kimia, atau keduanya yang dilakukan terhadap benda mati. Desinfeksi permukaan dilakukan pada dental unit, kabinet, tuba dan pipa, serta handpiece dan instrumen tangan. 17,20,22,24 Desinfeksi yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini disebut antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau mengancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedangkan desinfeksi yang digunakan pada benda mati. Desinfeksi dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung tergantung dari toksisitasnya. Maka pada setiap praktek dokter gigi melakukan desinfeksi permukaan dan melakukan pencatatan di daerah mungkin terkontaminasi darah dan saliva. Hal ini didukung dengan CDC yang mengharuskan setiap praktek dokter gigi melakukan desinfeksi permukaan setiap hari dengan bahan kimia yang dapat membunuh bakteri. 24 Secara garis besar desinfektan digolongkan dalam tiga kategori tergantung pada kemampuan desinfektan tersebut dalam membunuh organisme yaitu desinfektan tingkat tinggi, desinfektan tingkat sedang dan desinfektan tingkat rendah: 17,20,22,24 a. Desinfektan tingkat tinggi, adalah desinfektan yang dapat membunuh bentuk spora, bakteri, jamur dan virus yang digunakan untuk alat semikritis. Contoh gas etilen oksida, cairan glutaraldehid, asam parasetis dan hidrogen peroksida. b. Desinfektan tingkat sedang, adalah desinfektan yang dapat membunuh mikrobakterium tuberculosis, bakteri vegetatif, sebagian besar virus dan jamur, tetapi sedikit spora yang digunakajn untuk alat-alat nonkritis. Contohnya derivate klorin

18 23 (sodium hipoklorit), iodofor, alkohol dan desinfektan fenolik banyak digunakan di tingkat ini. c. Desinfektan tingkat rendah, adalah desinfektan yang dapat membunuh sebagian besar bakteri dan jamur, tetapi tidak dapat membunuh mikrobakterium tuborkulosis dan spora. Desinfektan ini juga digunakan untuk alat-alat nonkritis, contoh klorheksidin (hibiscrab), senyawa amonium kuartener, fenol sederhana dan detergen. Macam-macam desinfektan yang digunakan dikedokteran gigi, antara lain: 1. Alkohol Larutan etil alkohol digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendesinfeksi permukaan, tetapi American Dental Association (ADA) dan CDC tidak menganjurkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa. Kelemahan dari alkohol adalah tidak dapat membersihkan cairan tubuh pada permukaan yang sudah terkontaminasi, larutannya dapat merusak bahan dari plastik dan karet, larutan ini dapat terbakar dan tingkat penguapan yang pada permukaan. Keuntungan murah dan hanya untuk desinfeksi pada kulit karena capat membunuh bakteri dan untuk kulit yang iritasi. 17,20,22 2. Aldehid Aldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer dan kuat, baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Larutan aldehid dapat digunakan sebagai pemrosesan instrumen waktu yang dibutuhkan dalam penyucian dengan larutan ini sekitar menit. Larutan aldehid sangat toksik dan harus hati-hati dalam pemakaian karena bahan ini menguap. Maka operator diharuskan memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Dan larutan aldehid dapat merusak instrumen logam menjadi korosi dan perubahan warna. 20,22,24

19 24 3. Klorin dioksida Klorin adalah kalsifikasi densifektan yang tinggi dan sterilisasinya. Larutan ini dapat digunakan untuk instrumen, desinfeksi permukaan, dan peralatan yang tidak rentan terhadap korosi. Bahan yang in tidak rentan korosi adalah tembaga, stainless steel, karbida dan kuningan. Kelebihan dari larutan klorin dioksda adalah sangat cepat sebagai desinfektan atau antimikroba, toksik yang sangat rendah, dan sangat murah. Kekurangan dari larutan ini adalah dapat mengiritasi kulit dan mata, korosi terhadap bahan metal, merusak kain, merusak bahan plastik dan kain. 20,24,27 4. Larutan yodium dan yodosfor Yodium adalah antiseptik yang tertua yang diaplikasikan untuk kulit, membran mukosa, abrasi dan untuk luka lainnya. Larutan yodium data buat alergi dan korosi terhadap bahan logam. Sedangkan yodosfor adalah tingkat menengah sebagai desinfeksi. Yodosfor sangat kurang iritasi terhadap kulit dan sangat kurang terhadap alergi pada jaringan. Larutan yodosfor sangat dianjur sebagai desinfeksi permukaan karena sudah banyak dipakai dirumah sakit dan klinik, waktu yang diperlukan 5-10 menit. Tidak direkomendasikan sebagai sterilisasi karena dapat menyebabkan karatan. 20,24,27 5. Fenol Fenol merupakan larutan jernih, tidak mengiritasi kulit, dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi karena tidak dapat dirusak oleh zat organik seperti dettol. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun, karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh fenol, maka zat ini banyak digunakan dirumah sakit dan laboratorium Klorsilenol Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik seperti dettol. Aktivitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan Hidrogen peroksida Hidrogen peroksida sebagai bahan desinfektan, antiseptik dan sterilisasi kimia. Larutan konsentrasi 6% berfungsi sebagai sterilisasi dan desinfektan tingkat

20 25 tinggi seperti gliroksil. Mekanisme kerjanya menyerang membran lipid mikroorganisme. 20, Asepsis Permukaan Selama perawatan gigi berbagai permukaan dan peralatan terkontaminasi oleh bahan-bahan dari mulut pasien. Permukaan-permukaan tersebut juga disentuh oleh tangan operator yang mungkin basah oleh saliva pasien. Selain itu permukaan dapat terkena percikan saliva pasien yang timbul selama perawatan. Jika dental chair akan dipakai kembali oleh pasien berikutnya, harus dilakukan teknik asepsis permukaan untuk mencegah penyebaran mikrooganisme antar pasien. Permukaan-permukaan yang dimaksud adalah: sandaran kepala dan tombol-tombol di dental unit, pegangan dan tombol lampu, meja peralatan, tombol dan saluran handpiece, tombol dan saluran suction, pegangan dan saluran srynge air/udara, peralatan foto sinar x, botol atau wadah cotton roll, pegangan dan ujung light curing dan petunjuk warna gigi. 20,24 Ada 2 cara untuk mencapai asepsis permukaan yaitu: 20,24,27 1. Menutup permukaan Kontaminasi dapat dicegah dengan memakaikan penutup yang pas. Penutup harus bersifat tahan cairan sehingga mikroorganisme di saliva, darah dan cairan lain tidak bisa kontak dengan permukaan dibawahnya. Contoh bahan yang tepat untuk penutup yaitu penutup plastik, kantong atau kertas yang dilapisi plastik dan aluminium foil. 2. Membersihkan dan mendesinfeksi Permukaan yang akan didesinfeksi terlebih dahulu harus dilap, hal ini akan mengurangi jumlah mikroorganisme, darah atau saliva yang ada dan akan mempermudah kerja bahan desinfeksi. Pada proses mengelap dapat digunakan air sabun biasa atau larutan fenol 5%. Prosedur ini (jika dilakukan dengan saring tangan, masker, kacamata, dan baju pelindung) akan mengurang penyebaran mikroorganisme pada permukaan-permukaan didekatnya. 24

21 26 a b c Gambar 7. Gambar a metode menutup permukaan kontak klinis, b dan c penutupan permukaan pada dental unit Penggunaan Sekali Pakai (Disposable) Sterilisasi alat bisa dengan mudah dipastikan apabila menggunakan alat-alat sekali pakai seperti gelas kumur plastik, saliva ejektor, jarum suntik dan lain-lain. Yang paling penting adalah jarum suntik yang digunakan untuk anestesi lokal dan bahan yang lain. Jarum tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan sterilisasi. Benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk siap pakai, yang disebut dengan armed suture yaitu jarum yang disatukan dengan benang jahitnya. Blade (mata pisau) atau kombinasi blade (mata pisau) dengan tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali pemakaian. Sarung tangan steril baik yang panjang maupun yang pendek menjamin adanya asepsis dan dibungkus rangkap dua untuk menjamin bahwa pada waktu pemakaian tidak terkontaminasi. Apabila bungkusnya rusak peralatan tersebut sebaiknya jangan digunakan. 7,8,24

22 Kualitas air dental Air yang keluar dari saluran-saluran dental unit telah terkontaminasi oleh mikroorganisme. Air yang mengandung mikroorganisme dan tertahan di saluransaluran dental unit, akan menyebabkan bakteri melekat atau berakumulasi di permukaan dalam saluran membentuk biofilm. Ketika dental unit dipakai dan air mengalir melalui saluran-saluran tersebut, bakteri biofilm dapat terlepas dan mengikuti aliran air. Melalui penggunaan handpiece kecepatan tinggi atau semprotan air/udara, air tersebut dapat mencapai mulut pasien. 24 Ada beberapa cara untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari dental unit: Menyediakan tangki untuk air steril dan dimasukkan ke dalam system dental unit, sehingga air yang keluar dari handpiece kecepatan tinggi dan semprotan air steril. 2. Memasukkan penyaring bakteri (filter). 3. Saluran-saluran air di dental unit secara periodik diflush dengan saluran disinfektan dan dibilas sebelum merawat pasien Penanganan Sampah Medis Sampah Medis Limbah medis adalah setiap limbah yang dihasilkan ketika melakukan diagnosis, perawatan atau imunisasi pada manusia maupun hewan. Menurut pengaturan dari ATSDR (agency for toxic substance and disease) pengaturan limbah medis meliputi : 24,27,29 1). Limbah darah cair dan Semi cair Pada seluruh pusat pengobatan, darah (maupun yang tercampur cairan lain, misalnya saliva) dapat dialirkan atau disedot kedalam saluran pembuangan air klinik. Saluran air maupun baknya harus dibilas dengan baik sedikitnya satu kali sehari. Dapat digunakan larutan desinfeksi (misalnya, iodofor yang akan dibuang pada hari tersebut) yang dialirkan lewat saluran pembuangan tersebut. Akhirnya, untuk bilas terakhir dipakai air bersih, terutama jika memakai larutan pemutih.

23 28 2). Limbah patologis ( gigi atau jaringan lain) Gigi dan jaringan lain berpotensi infeksius, sehingga pembuangannya harus diatur. Prosedur yang paling mudah dan efektif yaitu disterilkan dengan panas. Autoklaf adalah metode yang dapat dipilih. Beberapa daerah di AS mengizinkan penanganan limbah patologis tersebut atau di klinik masing-masing. Jadi tidak perlu menggunakan jasa pengelolaan limbah yang telah ditunjuk karena biasanya jasa seperti ini akan mengajukan harga yang sangat tinggi. Limbah patologis harus dibungkus untuk membuangnya. Hal ini dapat dipakai kantong dari kertas, plastik tahan autoklaf dan kantong-kantong lainnya. Kantong dan isinya setelah ditangani dapat dibuang. 3). Limbah benda tajam Salah satu limbah medis yang berpotensi menularkan penyakit adalah benda tajam terkontaminasi. Benda tajam adalah benda yang dapat menembus kulit yaitu jarum suntik, pisau bedah, jarum jahit jaringan, instrumen-instrumen, dan pecahan gelas atau kaca.aturan dari OSHA (occupational safety and health administration) menunjukkan bahwa segera setelah penggunaan, limbah tajam tersebut harus ditempatkan pada wadah atau kontainer tertutup, tahan tusuk dan tidak mudah bocor yang disebut wadah limbah tajam. Kontainer (tempat sampah) ini diberi label dengan simbol biohazard dan diberi kode warna khusus untuk memudahkan identifikasi. Wadah ini hendaknya ditaruh dekat dengan tempat kerja operator diruang perawatan dan setiap operator minimal memilik sebuah Kontainer jenis ini. 24

24 29 a b Gambar 8. Gambar a Tempat sampah untuk benda tajam berlabel biohazard dan gambar b tempat sampah untuk limbah cair dan patologis. 21, Sampah Non Medis Sampah non medis adalah sampah yang tidak terkontaminasi dengan orang lain. Sampah yang tidak terkontaminasi seperti kertas, kotak botol, wadah plastik, dan makanan dan dapat dibuang dengan metode yang biasa atau dikirim ke Dinas Pembuangan Sampah setempat atau tempat pembuangan pembuangan sampah umum Pengelolaan Sampah Medis Pembuangan sampah terkontaminasi yang benar meliputi: 24 a. Menuangkan cairan atau sampah basah ke sistem pembuangan kotoran yang tertutup. b. Insinerasi (pembakaran) untuk menghancurkan bahan-bahan sekaligus mikroorganismenya. Ini merupakan metode terbaik untuk pembuangan sampah terkontaminasi. Pembakaran juga akan mengurangi volume sampah dan memastikan bahwa bahan-bahan tersebut tidak akan dijarah atau dipakai ulang.

25 30 c. Mengubur sampah terkontaminasi agar tidak disentuh lagi. Penanganan sampah terkontaminasi yang tepat akan mengurangi penyebaran infeksi pada petugas kesehatan dan masyarakat. Untuk sampah terkontaminasi, pakailah wadah plastik atau disepuh logam dengan tutup yang rapat. Sekarang, kantong-kantong plastik yang berwarna digunakan untuk membedakan sampah umum (yang tidak terkontaminasi dengan yang terkontaminasi) pada sebagian besar fasilitas kesehatan. Sementara wadah tahan tembus digunakan untuk pembuangan benda-benda tajam yang tidak digunakan kembali. Dalam penanganan sampah medis harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yaitu sarung tangan tebal dan sepatu pelindung tertutup. Setelah menangani sampah, lepas sarung tangan dan cuci tangan atau gunakan penggosok tangan antiseptik berbahan dasar tanpa air. 24

26 Kerangka teori Standrad Precaution pada Ruangan Praktek Dokter Gigi Infeksi Silang Sebelum dan Setelah Perawatan Gigi Penggunaan alat sekali Kualitas air dental unit Sterilisasi Asepsis dan desinfeksi di permukaan d Pengelolaan atau pembuangan sampah medis dan non medis Sterilisasi Instrumen Sterilisasi Ruangan

27 Kerangka Konsep PENGETAHUAN 1. Standard precaution 2. Prosedur standard precaution Sterilisasi instrumen dan ruangan Asepsis dan desinfeksi permukaan Penggunaan alat sekali pakai Kualitas air dental Penanganan sampah medis dan non medis Penerapan standard precaution pada ruangan praktek dokter gigi TINDAKAN 1. Sterilisasi instrumen dan ruangan 2. Asepsis dan desinfeksi permukaan 3. Penggunaan alat sekali pakai 4. Kualitas air dental 5. Penanganan sampah medis dan non medis KETERSEDIAAN SARANA 1. Tempat pencuci tangan (wastafel) 2. Penyediaan sabun antiseptik 3. Penyediaan alat sekali pakai 4. Penyediaan alat sterilisasi 5. Penyediaan sampah medis dan non medis

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau STERILISASI ALAT 1. Definisi Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua bentuk kehidupan (Mulyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen yang bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran

Lebih terperinci

STERILISASI & DESINFEKSI

STERILISASI & DESINFEKSI STERILISASI & DESINFEKSI Baskoro Setioputro 6-1 Cara penularan infeksi : 1. Kontak Langsung, tidak langsung, droplet 2. Udara Debu, kulit lepas 3. Alat Darah, makanan, cairan intra vena 4. Vektor / serangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai risiko kerja masing-masing, termasuk bagi praktisi yang memiliki pekerjaan dalam bidang kedokteran gigi. Salah satu risiko tersebut adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tindakan Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari rongga mulut. Hasil dari cetakan akan digunakan dalam pembuatan model studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi berisiko tinggi terpapar oleh mikroorganisme patogen di lingkungan kerja seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petugas di bidang pelayanan kesehatan umum maupun gigi, baik dokter gigi, perawat gigi maupun pembantu rawat gigi, telah lama disadari merupakan kelompok yang

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B Kelompok 6 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat adalah bahan visco-elastis dengan konsistensi seperti karet. Bahan cetak alginat diperkenalkan pada tahun 1940. Sejak tahun itu, dokter gigi sudah mulai menggunakan

Lebih terperinci

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200 PENGERTIAN : 1. Dekontaminasi adalah langkah awal untuk memproses benda mati agar lebih aman ditangani petugas sebelum dicuci. 2. Pembersihan adalah proses menghilangkan secara fisik seluruh kotoran, darah

Lebih terperinci

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ahyar Riza : Asepsis Sesudah Tindakan Bedah Mulut, 2009 ASEPSIS SESUDAH

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dokter, perawat dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan. Perkembangan bakteri

Lebih terperinci

Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih

Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora

Lebih terperinci

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam xxiii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam tiga ranah/kawasan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standard Precautions Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard Precautions dikembangkan dari universal precautions dengan menggabungkan dan menambah

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENDAHULUAN Pengendalian infeksi (PI) merupakan upaya yang wajib dilakukan oleh setiap dr/drg/nakes yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama PERAWATAN DAN MAINTENANCE PREPARASI OPERASI Dr. Drh.Gunanti S,MS Bag Bedah dan Radiologi PERSIPAN PENGEMASAN Prinsip : bebas dari kontaminasi Peralatan dan bahan harus bersih : Alat dibersihkan manual/pembersih

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bidan Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

Sanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

Sanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Sanitasi Peralatan Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Definisi Sanitasi Peralatan : Tujuan : membunuh mikroba vegetatif yg tinggal di permukaan

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Silang Infeksi adalah perpindahan agen infeksi antara pasien, dokter gigi dan petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi. Infeksi dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah satu restorasi pengganti gigi yang hilang tersebut berupa gigi tiruan cekat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal 700 sebelum masehi, desain gigitiruan telah dibuat dengan menggunakan gading dan tulang. Hal ini membuktikan bahwa gigitiruan telah ada sejak ribuan tahun

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK CUCI TANGAN MEDIS

DAFTAR TILIK CUCI TANGAN MEDIS CUCI TANGAN MEDIS N0 PROSEDUR TINDAKAN NILAI 1 Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan 2 Melepas semua perhiasan yang menempel di tangan dan lengan 3 Membasahi kedua belah tangan dengan air mengalir 4 Memberi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asepsis merupakan prinsip dalam dunia kedokteran gigi yang harus dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol infeksi silang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keberadaan mikroorganisme. Lingkungan di mana manusia hidup terdiri dari banyak jenis dan spesies mikroorganisme. Mikroorganisme

Lebih terperinci

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT)

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) LAMPIRAN Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) MODUL PENGELOLAAN LIMBAH Pertanyaan-pertanyaan ini harus dilengkapi oleh staf yang akrab dengan praktek-praktek pengelolaan limbah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini banyak bahan cetak yang diperkenalkan untuk mencetak rahang dan jaringan sekitarnya. Di bidang prostodontik pemakaian bahan cetak dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( ) AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan (121411048) Widya Fiqra (121411061) Yulia Endah Permata (121411062) Pengertian Reaksi Terhadap Zat Lain AlCl₃ Kegunaan dan Manfaat MSDS Proses Pembuatan KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM

Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM STERILISASI MENGGUNAKAN STERILISATOR OZON & IM ( INFRA MERAH ) Sterilisasi adalah suatu pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua

Lebih terperinci

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu. Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristika stafilokokus Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu memproduksi endotoksin. Habitat alaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas medis untuk kesehatan masyarakat bisa dilakukan di poliklinik maupun di rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU BAB I DEFINISI Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi bervariasi jenisnya yaitu bahan cetak yang bersifat elastis dan non-elastis. Salah satu bahan cetak elastis yang banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Adanya penyakit infeksi yang disebabkan mikroorganisme tentunya menimbulkan keinginan manusia untuk meneliti dan berusaha mencegah atau mengurangi angka kejadiannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

SANITASI DAN HYGIENE STERILISASI & DESINFEKSI. DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc.

SANITASI DAN HYGIENE STERILISASI & DESINFEKSI. DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc. SANITASI DAN HYGIENE STERILISASI & DESINFEKSI DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc. dhinie_surilayani@yahoo.com STERILISASI Proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan cetak elastomer sering menjadi pilihan dokter gigi ketika melakukan proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi stabilitas

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak digunakan selama beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain mudah pada manipulasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Pendahuluan Sanitasi : pencegahan penyakit dengan menghilangkan/mengatur

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN No. TENTANG DESINFEKSI STERILISASI DIREKTUR RS. AIRLANGGA JOMBANG

SURAT KEPUTUSAN No. TENTANG DESINFEKSI STERILISASI DIREKTUR RS. AIRLANGGA JOMBANG SURAT KEPUTUSAN No. TENTANG DESINFEKSI STERILISASI DIREKTUR RS. AIRLANGGA JOMBANG MENIMBANG : a. Bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari kemungkinan untuk mengalami kecelakan dalam pekerjaannya. Perilaku dan kesadaran yang baik yang

Lebih terperinci

PETUNJUK PERAWATAN TENSIMETER RAKSA (Sphigmomanometer Raksa) dan STETOSKOP

PETUNJUK PERAWATAN TENSIMETER RAKSA (Sphigmomanometer Raksa) dan STETOSKOP Halaman : 1 dari 5 PETUNJUK PERAWATAN TENSIMETER RAKSA (Sphigmomanometer Raksa) dan 1. Ruang Lingkup Petunjuk ini berisi prosedur perawatan yang berlaku pada alat Tensimeter Raksa RIESTER (Mercurial Sphygmomanometers

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 1. PANDUAN KESELAMATAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN I. Pengantar Panduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang semakin kompleks membawa banyak perubahan di berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa ini, bidang

Lebih terperinci

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN -14- LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Menurut Paren (2006) pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama

Lebih terperinci

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan hipotesis dari penelitian ini. 1.1. Latar Belakang Bumi dihuni oleh berbagai macam mahluk hidup, mulai dari hewan, tumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan teknologi serta bahan dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara maju bahkan telah menggeser paradigma

Lebih terperinci

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Pendahuluan Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit

Lebih terperinci

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu 1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah yang mengancam kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2014). Penyakit infeksi atau penyakit menular adalah suatu penyakit spesifik yang ditularkan

Lebih terperinci

A. Informasi Fasilitas Kesehatan

A. Informasi Fasilitas Kesehatan LAMPIRAN 73 74 A. Informasi Fasilitas Kesehatan MODUL 1. INFORMASI FASILITAS KESEHATAN Modul ini harus dijawab oleh Kepala fasilitas kesehatan atau perawat. Untuk setiap item, tandai jawaban paling tepat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Terjadinya pengetahuan adalah setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak merupakan bahan yang digunakan untuk membuat replika atau cetakan yang akurat dari jaringan keras maupun jaringan lunak rongga mulut. 1 Salah satu bahan

Lebih terperinci

ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN

ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN MAKALAH ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN Ditujukan untuk memenuhi tugas Kelompok Mata Kuliah : Mikrobiologi Dosen : Evi Roviati M. Si. S. Si. Di susun oleh : Khumaedullah Ajijul Edo Kuswanto Sri apriyanti TARBIYAH

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Imidacloprid 10% Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kimida 10 WP Nama Kimia : (E)-1-(6-chloro-3-pyridylmethyl)-N-nitroimidazolidin-2-

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENDAHULUAN Pengendalian infeksi (PI) merupakan upaya yang wajib dilakukan oleh setiap dr/drg/nakes yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klinik Gigi dan Mulut merupakan tempat bagi pasien untuk mendapatkan perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang terlibat adalah dokter

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur

Lebih terperinci

Prinsip peralatan sterilisasi: Pengepakan, autoclave, boiling, radiasi, UV,oven. By : Seprianto, S.Pi, M.Si

Prinsip peralatan sterilisasi: Pengepakan, autoclave, boiling, radiasi, UV,oven. By : Seprianto, S.Pi, M.Si Prinsip peralatan sterilisasi: Pengepakan, autoclave, boiling, radiasi, UV,oven By : Seprianto, S.Pi, M.Si Sterilisasi adalah metode mengeliminasi atau memusnahkan segala bentuk kehidupan dengan cara fisik

Lebih terperinci