BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam"

Transkripsi

1 xxiii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam tiga ranah/kawasan yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga ranah tersebut diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice). 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indra mata dan telinga. Ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu: 13 a. Tahu (know) Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension) Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya, dalam hal ini mencakup kemampuan menangkap makna dan arti bahan yang diajarkan, yang ditunjukkan dalam bentuk

2 xxiv kemampuan menguraikan ini pokok dari suatu bacaan misalnya menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang dipelajari berupa hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada kondisi nyata. Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah metode bekerja pada suatu kasus dan masalah yang nyata misalnya mengerjakan, memanfaatkan, menggunakan, dan mendemonstrasikan. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Evaluasi ini dilandaskan pada kriteria yang telah ada atau kriteria yang disusun yang bersangkutan misalnya mendukung, menentang dan merumuskan.

3 xxv Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden Sikap Sikap merupakan suatu respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup. Sikap terdiri atas berbagai tingkatan, antara lain: 13 a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon (responding) Merespon adalah memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas. c. Menghargai (valuating) Menghargai adalah mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab adalah mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

4 xxvi suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden Tindakan Tindakan merupakan suatu sikap yang diwujudkan menjadi suatu perbuatan nyata yang didukung oleh suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan, yaitu: 13 a. Persepsi (perception) Persepsi adalah suatu proses mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Persepsi merupakan praktek tingkat pertama. b. Respons terpimpin (guide responce) Respon terpimpin adalah suatu kebolehan dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. Respon terpimpin merupakan indikator praktek tingkat kedua. c. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan maka ia telah mencapai praktek tingkat ketiga. d. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

5 xxvii 2.4 Prosedur Pencegahan Penyakit Menular Pencegahan penyakit menular di praktek dokter gigi pada umumnya mengikuti standard precautions yang dikeluarkan oleh Center of Disease Control and Prevention (CDC) yaitu prosedur yang harus diikuti ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh, sekresi, ekskresi (kecuali keringat), kulit dengan luka terbuka dan mukosa. Pencegahan bertujuan untuk melindungi dokter gigi, pasien, dan staf dari paparan objek yang infeksius selama prosedur perawatan berlangsung. 14 Pencegahan-pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Evaluasi Pasien Harus diketahui riwayat kesehatan yang lengkap dari setiap pasien dan diperbaharui pada setiap kunjungan. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui adanya infeksi silang yang kemungkinan terjadi pada praktek dokter gigi. Harus diperhatikan mengenai adanya penyakit infeksi yang berbahaya Perlindungan Diri Dalam hal ini termasuk cuci tangan, pemakaian baju praktek, penggunaan sarung tangan, penggunaan kacamata pelindung, penggunaan masker, penggunaan rubber dam, dan imunisasi. 1. Cuci tangan

6 xxviii Mencuci tangan dengan sabun perlu dilakukan setiap sebelum dan sesudah merawat pasien. Setiap kali selesai perawatan, sarung tangan harus dibuang dan tangan harus dicuci lagi sebelum mengenakan sarung tangan yang baru. 3,12 Prosedur mencuci tangan yang benar adalah seperti berikut: 15 a. Tangan dibasahkan dengan air di bawah kran atau air mengalir. b. Sabun cair yang mengandung zat antiseptik dituang ke tangan dan digosok sampai berbusa. c. Kedua telapak tangan digosok sampai ke ujung jari. Selanjutnya, kedua bagian punggung tangan digosok. Jari dan kuku serta pergelangan tangan juga dibersihkan. Semua ini dilakukan selama sekitar detik. d. Tangan dibilas bersih dengan air mengalir. e. Tangan dikeringkan dengan menggunakan tisu. Mengeringkan tangan dengan kertas tisu adalah lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan menggunakan mesin pengering tangan, karena mesin pengering tangan umumnya menampung banyak bakteri Pemakaian jas praktek Dokter gigi dan stafnya harus memakai jas praktek yang bersih dan sudah dicuci. Jas tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi kontaminasi. Jas praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih klorin, bahkan jas yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu. 3,14 3. Penggunaan sarung tangan

7 xxix Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil sekali pakai. Hal ini untuk melindungi dokter gigi, staf, dan pasien. Tujuan penggunaan sarung tangan adalah untuk mencegah bersentuhan langsung dengan darah, saliva, mukosa, cairan tubuh, atau sekresi tubuh lainnya dari penderita. Sarung tangan vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks. Sarung tangan harus diganti setiap selesai perawat pada setiap pasien. 3,14,16 Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam kedokteran gigi, diantaranya: 8 a. Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan. b. Sarung tangan steril harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan. c. Sarung tangan heavy duty harus dipakai saat membersihkan alat, permukaan kerja, atau saat menggunakan bahan kimia. 4. Penggunaan masker Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan pada saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Efektifitas penyaringan dari masker tergantung dari bahan yang dipakai (masker polipropilen lebih baik daripada masker kertas) dan lama pemakaian (efektif menit). Sebaiknya menggunakan satu masker untuk satu pasien. 3,14,16 5. Penggunaan kacamata pelindung

8 xxx Kacamata pelindung harus dipakai dokter gigi dan stafnya untuk melindungi mata dari debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece, pembersihan karang gigi baik secara manual maupun ultrasonik. Perlindungan mata dari saliva, mikroorganisme, aerosol, dan debris sangat diperlukan untuk dokter gigi maupun staf. 3,8,14 6. Penggunaan rubber dam Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya aerosol karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas rubber dam. Selain untuk mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, rubber dam juga berguna untuk mengurangi terjadinya luka dan pendarahan Imunisasi Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan sebagai sumber perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya heptavax-b untuk perlindungan terhadap hepatitis B. Imunisasi hepatitis B terdiri atas tiga tahap yaitu tahap pertama pada hari yang ditentukan, tahap kedua pada satu bulan kemudian, dan tahap ketiga pada enam bulan kemudian. CDC sangat menganjurkan agar personil gigi diimunisasi hepatitis B. Imunisasi lain yang juga dianjurkan antara lain adalah imunisasi terhadap penyakit mumps, measles dan rubella (MMR), difteri, pertusis, dan tetanus (DPT), influenza, poliomyelitis, TBC (BCG). 3,8,14,16

9 xxxi Sterilisasi Instrumen Sterilisasi adalah setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme termasuk virus dan spora bakteri. Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap, yaitu: 3,6,8 1. Pembersihan sebelum sterilisasi Sebelum disterilkan, alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris organik, darah, saliva. Dalam kedokteran gigi, pembersihan dapat dilakukan dengan cara pembersihan manual atau pembersihan dengan ultrasonik. Pembersihan dengan memakai alat ultrasonik dengan larutan deterjen lebih aman, efisien, dan efektif dibandingkan dengan penyikatan. Gunakan alat ultrasonik yang ditutup selama 10 menit. Setelah dibersihkan, instrumen tersebut dicuci dibawah aliran air dan dikeringkan dengan baik sebelum disterilkan. Hal ini penting untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang sempurna dan untuk mencegah terjadinya karat. 3,6 2. Pembungkusan Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk memenuhi prosedur klinik yang baik. Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan menggunakan nampan terbuka yang ditutup dengan kantung sterilisasi yang tembus pandang, nampan yang berlubang dengan penutup yang dibungkus dengan kertas sterilisasi, atau dibungkus secara individu dengan bungkus untuk sterilisasi yang dapat dibeli. 3,6 3. Proses sterilisasi Sterilisasi dapat dicapai melalui metoda berikut: a. Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave)

10 xxxii Siklus sterilisasi dari 134 o C selama 3 menit pada 207 kpa untuk instrumen yang dibungkus maupun yang tidak dibungkus. Cara kerja dari autoclave sama dengan pressure cooker. Uap jenuh lebih efisien membunuh mikroorganisme dibandingkan dengan perebusan maupun pemanasan kering. Instrumen tersebut dapat dibungkus dengan kain muslin, kertas, nilon, aluminium foil, atau plastik yang dapat menyalurkan uap. 3 b. Pemanasan kering (oven) Penetrasi pada pemanasan kering kurang baik dan kurang efektif dibandingkan dengan pemanasan basah dengan tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi 160 o C atau 170 o C dan waktu yang lebih lama (2 jam atau 1 jam) untuk proses sterilisasi. Menurut Nisengard dan Newman suhu yang dipakai adalah 170 o C selama 60 menit, untuk alat yang dapat menyalurkan panas adalah 190 o C, sedang untuk instrumen yang tidak dibungkus 6 menit. 3 c. Uap bahan kimia (chemiclave) Kombinasi dari formaldehid, alkohol, aseton, keton, dan uap pada 138 kpa merupakan cara sterilisasi yang efektif. Kerusakan mikroorganisme diperoleh dari bahan yang toksik dan suhu tinggi. Sterilisasi dengan uap bahan kimia bekerja lebih lambat dari autoclave yaitu kpa selama 30 menit setelah tercapai suhu yang dikehendaki. Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang dapat dirusak oleh bahan kimia tersebut maupun oleh suhu yang tinggi. Umumnya tidak terjadi karatan apabila instrumen telah benar-benar kering sebelum disterilkan karena kelembaban yang rendah pada proses ini sekitar 7-8%. Keuntungan dari sterilisasi dengan uap bahan kimia adalah lebih cepat dibandingkan dengan pemanasan kering, tidak

11 xxxiii menyebabkan karat pada instrumen atau bur dan setelah sterilisasi diperoleh instrumen yang kering. Namun instrumen harus diangin-anginkan untuk mengeluarkan uap sisa bahan kimia Penyimpanan yang aseptik Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang baik sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi. Lamanya sterilitas tergantung dari tempat dimana instrumen itu disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang tertutup dan terlindung dengan aliran udara yang minimal seperti lemari atau laci merupakan tempat penyimpanan yang baik. Pembungkus instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam waktu satu bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang Disinfeksi Permukaan Disinfeksi adalah membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora kuman) dengan cara fisik atau kimia yang dilakukan terhadap benda mati. Disinfeksi dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi. Disinfeksi permukaan dilakukan pada dental unit, kabinet, tuba dan pipa, serta handpiece dan instrumen tangan. 14,17 Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedangkan disinfeksi digunakan pada benda mati. Disinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan disinfeksi, penting untuk

12 xxxiv membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. Macam-macam disinfektan yang digunakan di kedokteran gigi, antara lain adalah: 3 1. Alkohol Larutan etil alkohol atau propil alkohol digunakan untuk mendisinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendisinfeksi permukaan, tetapi ADA tidak menganjurkan pemakaian alkohol untuk mendisinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa. 2. Aldehid Aldehid merupakan salah satu disinfektan yang populer dan kuat, baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendisinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan. Alat yang selesai didisinfeksi, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit atau mukosa. Operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. 3. Biguanid Klorheksidin termasuk biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak. Misalnya, 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi

13 xxxv lebih tinggi yaitu 2% digunakan sebagai disinfeksi gigi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri gram (+) maupun gram (-). 4. Senyawa halogen Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halida seperti chloros, domestos, dan betadine. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik. 5. Fenol Fenol merupakan larutan jernih, tidak mengiritasi kulit, dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun, karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium. 6. Klorsilenol Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, seperti dettol. Aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai disinfektan Penggunaan Alat Sekali Pakai/Disposable Sterilitas bisa dengan mudah dipastikan dengan menggunakan alat-alat sekali pakai/disposable. Yang paling penting adalah penggunaan jarum suntik yang

14 xxxvi digunakan untuk anastesi lokal atau bahan lain. Jarum tersebut terbungkus sendirisendiri dan disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan sterilitasnya. 8 Selain jarum suntik, benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk sekali pakai. Bilah skalpel dan kombinasi bilah-tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali pemakaian. Disamping itu, cara terbaik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit antar pasien adalah menggunakan alat sekali pakai/disposable seperti sarung tangan, masker, kain alas dada, ujung saliva ejektor, dan lain-lain. 8, Penanganan Sampah Medis Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu bekas, dan penutup permukaan yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan dimasukkan ke dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang kontak dengan benda-benda tersebut. Benda-benda tajam seperti jarum atau pisau skalpel harus dimasukkan dalam tempat yang tahan terhadap tusukan sebelum dimasukkan dalam kantung plastik. Jaringan tubuh juga harus mendapat perlakuan yang sama dengan benda tajam Penyakit Menular Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen dan bersifat sangat dinamis mikroorganisme sebagai makhluk hidup tentunya ingin bertahan hidup dengan cara berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok yang mampu mencari reservoir baru dengan cara berpindah atau menyebar. Secara umum, proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi, yaitu faktor penyebab penyakit (agen); faktor manusia (pejamu/host); dan faktor

15 xxxvii lingkungan. Mikroorganisme (agen) penyebab penyakit diantaranya adalah virus, bakteri, jamur, dan parasit. Penularan penyakit infeksi dari seseorang kepada orang lain umumnya melalui suatu alat atau media perantara yang terkontaminasi mikroorganisme. 18,19 Insidens terjadinya penularan penyakit infeksi lebih tinggi ditemukan pada dokter gigi karena seringnya berkontak dengan mikroorganisme yang terdapat di dalam cairan mulut dan darah. Di klinik gigi ataupun di tempat praktek dokter gigi, rute penularan infeksi dapat terjadi melalui: 3,6,19 a. Kontak langsung dengan darah, cairan mulut (termasuk saliva), dan cairan tubuh lainnya. b. Kontak tidak langsung dengan objek yang terkontaminasi. c. Kontak mata, hidung, mulut atau membran mukosa dengan droplet yang mengandung mikroorganisme patogen dari pasien yang terinfeksi. d. Terhirup mikroorganisme yang mengendap di udara dalam waktu yang lama. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan selama perawatan gigi antara lain hepatitis, herpes simpleks, HIV/AIDS, tuberkulosis, dan sebagainya Hepatitis Hepatitis adalah penyakit yang ditularkan oleh virus. Dalam bidang kedokteran gigi dikenal hepatitis B dan C yang mempunyai risiko penularan yang tinggi. Risiko penularan hepatitis dari dokter gigi ke pasien adalah sangat kecil

16 xxxviii apabila dibandingkan risiko penularan dari pasien ke pekerja kesehatan gigi yang jauh lebih besar. 8,20 Hepatitis B disebabkan oleh Hepatitis B Virus (HBV). Terdapat dua macam pola penularan hepatitis B yaitu pola penularan horizontal (penularan melalui kulit, penularan melalui mukosa seperti mulut, mata, hidung, saluran makan bagian bawah dan alat kelamin) dan pola penularan vertikal (dari ibu hamil yang mengidap hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan). Dalam bidang kedokteran gigi, penyakit hepatitis B dapat ditularkam melalui darah, saliva, dan sekret nasofaringeal. Di dalam mulut konsentrasi HBV tertinggi terdapat di sulkus gingiva. Penyakit hepatitis B dapat di cegah dengan imunisasi. 21 Hepatitis C disebabkan oleh Hepatitis C Virus (HCV). Penularan penyakit hepatitis C ini sama seperti hepatitis B. Akan tetapi, belum ada imunisasi yang dapat mencegah terjadinya penyakit ini Herpes simpleks Virus penyebab herpes simpleks dapat diklasifikasikan menjadi virus herpes simpleks tipe-1 (HSV-1) dan virus herpes simpleks tipe-2 (HSV-2). Antibodi untuk HSV-1 terdapat hampir universal pada populasi dewasa. HSV-1 memiliki manifestasi primer di rongga mulut. Meskipun kebanyakan HSV-2 melibatkan daerah genital, kurang lebih 10% lesi oral adalah tipe 2. Lesi yang disebabkan oleh HSV-1 secara klinis tidak bisa dibedakan dengan HSV-2. Ada beberapa indikasi bahwa 5% pasien herpes rongga mulut yang asimtomatik mempunyai virus pada salivanya. Karena

17 xxxix hampir semua pasien dewasa secara potensial dapat menularkan virus melalui saliva, semua lesi di dalam mulut harus dirawat dengan hati-hati HIV/AIDS AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yang artinya menurunkan system kekebalan tubuh. Penyebab penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno Deviciency Virus) yaitu sejenis virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh. Cara penularan HIV sampai saat ini diketahui adalah melalui hubungan seksual (homoseksual maupun heteroseksual) dan secara non seksual (darah atau produk darah dan transplasental/perinatal). Yang perlu di perhatikan bahwa seorang pengidap HIV dapat tampak sehat tetapi potensial sebagai sumber penularan seumur hidup. 22 Ketakutan terkena infeksi HIV/AIDS melanda semua orang termasuk dokter gigi sebagai seorang tenaga kesehatan yang selalu berkontak dengan saliva dan darah. Cara penularan dapat berupa infeksi silang dari pasien ke pasien melalui alat-alat tercemar. Di bidang kedokteran gigi, tindakan perawatan yang berisiko penularan antara lain berupa pencabutan gigi, pembersihan karang gigi, pengasahan gigi terutama di daerah servikal, insisi, serta tindakan lain yang dapat menimbulkan luka. 7 Di bidang kedokteran gigi, masalah HIV/AIDS cukup mendapat perhatian karena adanya manifestasi HIV/AIDS di rongga mulut. Oral Candidiasis dan hairy leukoplakia dapat merupakan awal manifestasi klinis dan dapat juga sebagai tanda perkembangan penyakit dan memperburuk prognosis. Ada laporan yang mengatakan

18 xl bahwa selain terdapat pada darah, virus HIV yang menjadi penyebab AIDS juga ditemukan dalam saliva meskipun dalam kadar kecil. 8, Tuberkulosis Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis. Penularan penyakit ini melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk, butir-butir air ludah berterbangan di udara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk ke dalam paruparunya kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. 24 Penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis paru paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua penderita. Tuberkulosis yang menyerang jaringan paru-paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang menular. Tuberkulosis ekstra paru merupakan bentuk penyakit TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru-paru, seperti pleura, kelenjar limfa, persendian tulang belakang, saluran kencing, susunan saraf pusat dan perut. 24 Penderita TB dapat menunjukkan gejala klinis di rongga mulut, walaupun sangat jarang dan pada umumnya merupakan manifestasi sekunder dari TB paru. Manifestasi TB di rongga mulut dapat berbentuk ulserasi di dorsum lidah, gingiva, dasar mulut, mukosa bukal dan labial, palatum lunak, tersering ditemukan di lidah. 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standard Precautions Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard Precautions dikembangkan dari universal precautions dengan menggabungkan dan menambah

Lebih terperinci

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau STERILISASI ALAT 1. Definisi Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua bentuk kehidupan (Mulyanti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petugas di bidang pelayanan kesehatan umum maupun gigi, baik dokter gigi, perawat gigi maupun pembantu rawat gigi, telah lama disadari merupakan kelompok yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi berisiko tinggi terpapar oleh mikroorganisme patogen di lingkungan kerja seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Silang Infeksi adalah perpindahan agen infeksi antara pasien, dokter gigi dan petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi. Infeksi dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen yang bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran

Lebih terperinci

STERILISASI & DESINFEKSI

STERILISASI & DESINFEKSI STERILISASI & DESINFEKSI Baskoro Setioputro 6-1 Cara penularan infeksi : 1. Kontak Langsung, tidak langsung, droplet 2. Udara Debu, kulit lepas 3. Alat Darah, makanan, cairan intra vena 4. Vektor / serangga

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai risiko kerja masing-masing, termasuk bagi praktisi yang memiliki pekerjaan dalam bidang kedokteran gigi. Salah satu risiko tersebut adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah dari hasil proses pembelajaran dengan melibatkan indra pengelihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan mencakup 6 tingkatan yakni:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristika stafilokokus Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu memproduksi endotoksin. Habitat alaminya

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat adalah bahan visco-elastis dengan konsistensi seperti karet. Bahan cetak alginat diperkenalkan pada tahun 1940. Sejak tahun itu, dokter gigi sudah mulai menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tindakan Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENDAHULUAN Pengendalian infeksi (PI) merupakan upaya yang wajib dilakukan oleh setiap dr/drg/nakes yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasalahan gigi dan mulut merupakan salah satu pemasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 1. PANDUAN KESELAMATAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN I. Pengantar Panduan

Lebih terperinci

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 TEMA 1 : Tuberkulosis (TB) A. Apa itu TB? TB atau Tuberkulosis adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari 1.000.000 kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu 1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bidan Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Silang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya invasi dan pertumbuhan dari mikroorganisme patogen di dalam tubuh, serta bersifat dinamis. Mikroorganisme

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE Disusun Oleh : 1. Agustia Hastami P17420108041 2. Arsyad Sauqi P17420108044 3. Asih Murdiyanti P17420108045 4. Diah Ariful Khikmah P17420108048 5. Dyah Faria Utami P17420108050

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari rongga mulut. Hasil dari cetakan akan digunakan dalam pembuatan model studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah yang mengancam kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2014). Penyakit infeksi atau penyakit menular adalah suatu penyakit spesifik yang ditularkan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI di PELAYANAN KESGILUT. DR.drg. Harum Sasanti SpPM PERDALIN,2011

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI di PELAYANAN KESGILUT. DR.drg. Harum Sasanti SpPM PERDALIN,2011 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI di PELAYANAN KESGILUT DR.drg. Harum Sasanti SpPM PERDALIN,2011 PENDAHULUAN Infeksi masih masalah kesehatan di Ind. Terdapat beberapa inf. pendatang baru Penularan airborne

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebersihan lantai merupakan salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum dan dapat dikaitkan dengan penularan berbagai penyakit ataupun penyebaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari kemungkinan untuk mengalami kecelakan dalam pekerjaannya. Perilaku dan kesadaran yang baik yang

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa

Lebih terperinci

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU BAB I DEFINISI Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar jenazah merupakan sumber infeksi yang potensial, tidak hanya untuk ahli patologi anatomi otopsi, tetapi juga untuk pengunjung dan petugas pemulasaran jenazah.

Lebih terperinci

A. Informasi Fasilitas Kesehatan

A. Informasi Fasilitas Kesehatan LAMPIRAN 73 74 A. Informasi Fasilitas Kesehatan MODUL 1. INFORMASI FASILITAS KESEHATAN Modul ini harus dijawab oleh Kepala fasilitas kesehatan atau perawat. Untuk setiap item, tandai jawaban paling tepat

Lebih terperinci

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? BAB XXV Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? Pencegahan TB Berjuang untuk perubahan 502 TB (Tuberkulosis) merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan hipotesis dari penelitian ini. 1.1. Latar Belakang Bumi dihuni oleh berbagai macam mahluk hidup, mulai dari hewan, tumbuhan

Lebih terperinci

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT)

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) LAMPIRAN Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) MODUL PENGELOLAAN LIMBAH Pertanyaan-pertanyaan ini harus dilengkapi oleh staf yang akrab dengan praktek-praktek pengelolaan limbah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klinik Gigi dan Mulut merupakan tempat bagi pasien untuk mendapatkan perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang terlibat adalah dokter

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA A. LATAR BELAKANG Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang semakin kompleks membawa banyak perubahan di berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa ini, bidang

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ahyar Riza : Asepsis Sesudah Tindakan Bedah Mulut, 2009 ASEPSIS SESUDAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis banyak terjadi pada negara berkembang atau yang memiliki tingkat sosial menengah ke bawah. Insiden penyakit ini meningkat secara drastis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dokter, perawat dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan. Perkembangan bakteri

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan cetak elastomer sering menjadi pilihan dokter gigi ketika melakukan proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi stabilitas

Lebih terperinci

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG BAB I DEFINISI RUANG ISOLASI A. Definisi Ruang Isolasi Ruang isolasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas medis untuk kesehatan masyarakat bisa dilakukan di poliklinik maupun di rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi 2.1.1 Pengertian Infeksi Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara bertahan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang lnfeksi saluran cerna memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia, dengan angka kejadian tertinggi didapatkan di negara berkembang terutama

Lebih terperinci

PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BAB I PENDAHULUAN PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN Jur. Tek. Industri Pertanian FTP-UB Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Menurut Paren (2006) pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan meningkatnya persaingan global dan produktifitas ekonomi, manusia dituntut untuk terus berkarya dan meningkatkan potensinya. Setiap pekerja memiliki hak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan global dewasa ini. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

Lebih terperinci

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pencegahan infeksi

Lebih terperinci

Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih

Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora

Lebih terperinci

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Erlina Burhan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Apakah Penyakit Tuberkulosis atau TB itu? Penyakit menular Kuman penyebab: Mycobacterium tuberculosis Bukan penyakit keturunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah satu restorasi pengganti gigi yang hilang tersebut berupa gigi tiruan cekat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek/benda tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini banyak bahan cetak yang diperkenalkan untuk mencetak rahang dan jaringan sekitarnya. Di bidang prostodontik pemakaian bahan cetak dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Mikroorganisme Patogen Oportunis Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. Mikroorganisme

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENDAHULUAN Pengendalian infeksi (PI) merupakan upaya yang wajib dilakukan oleh setiap dr/drg/nakes yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN PENCEGAHAN DAN PERAWATAN TBC ANAK. Perawatan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan merawat. Keperawatan

INOVASI KEPERAWATAN PENCEGAHAN DAN PERAWATAN TBC ANAK. Perawatan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan merawat. Keperawatan 1 Lampiran 1 INOVASI KEPERAWATAN PENCEGAHAN DAN PERAWATAN TBC ANAK I. Pengertian Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007) pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT HEPATITIS B 1. Pengertian Hepatitis. Hepatitis B atau yang sering disebut penyakit kuning adalah infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyerang hati dan

Lebih terperinci

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN 1 INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN PENGERTIAN Infeksi adalah proses ketika seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen/infeksius dan menyebabkan sakit. Nosokomial berasal

Lebih terperinci

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasien yang dirawat di rumah sakit sangat rentan terhadap infeksi di rumah sakit yang dapat terjadi karena tindakan perawatan selama pasien dirawat di rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Universal precautions merupakan pedoman pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh seluruh petugas pelayanan kesehatan terhadap semua pasien, pada setiap tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup

Lebih terperinci