BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of The Art Review Masalah aliran daya optimal didefinisikan di awal tahun 1960 (Burchett et al., Februari 1982) yang merupakan perpanjangan dari economic dispatch konvensional untuk menentukan pengaturan optimal variabel kontrol dalam jaringan listrik dengan berbagai kendala. Aliran daya optimal merupakan masalah optimasi nonlinier statik, yang dalam perkembangannya, penyelesaian masalah ini merupakan pendekatan terhadap teknik optimasi numerik dan teknologi komputer. Sejak saat itu telah digeneralisasi untuk mencakup banyak masalah lain. Optimasi pada sistem tenaga listrik dengan rugi-rugi diwakili oleh persamaan aliran daya yang diperkenalkan pada 1960-an (Carpentier, 1962; Dommel dan Tinney, Oktober 1968). Sejak itu, upaya yang signifikan telah dihabiskan pada pencapaian metode solusi lebih cepat dan akurat yang cocok untuk implementasi secara online serta pengoperasian yang praktis. Sebelumnya analisis untuk pengoptimalan aliran daya khususnya pengoptimalan aliran daya pada sistem kelistrikan Bali sudah banyak dilakukan hanya saja menggunakan metode yang berbeda, seperti yang dilakukan Danny (2004), Alokasi Pembebanan Ekonomis dengan Menggunakan Metode Extended Quadratic Interior Point. Dimana mengalokasikan pembebanan ekonomis tanpa memperhatikan rugi-rugi transmisi pada sistem kelisrikan Bali dengan menekankan pada simulasi penjadwalan unit-unit pembangkit thermal. Fungsi objektif yang digunakan: n F = F i (P i ) (2.1) Dengan F i (P i ) = a i P 2 i + b i P i + c i (2.2)

2 8 Dengan fungsi kendala: n P i = P R (2.3) Serta kendala batas maksimum dan minimum: P imin P i P imaks (2.4) Keluaran yang didapat merupakan daya optimal yang dibangkitkan oleh unit-unit thermal dengan biaya pembangkitan yang minimum. Susanti (2010), Studi Optimasi Aliran Daya Listrik Sistem Kelistrikan Bali. Dimana analisis aliran daya optimal dilakukan dengan metode DC Optimal Power Flow (DC OPF). Analisis yang dilakukan yaitu mengoptimalkan daya aktif dengan fungsi tujuan meminimalkan biaya pembangkitan. Fungsi yang di minimalkan yaitu: I minimize [a i P Gi + b i P 2 Gi ] (2.5) Menggunakan optimasi aliran daya dengan metode DC Optimal Power Flow untuk mendapatkan nilai daya aktif (P) yang optimal, dimana fungsi biaya yang akan diminimisasi: TVC (Total Variabel Cost) I 2 TVC = [ a i. P Gi + b i. P Gi ] + π [ [δ k δ m ] 2 ] kmεbr (2.6) Keluaran yang didapat adalah optimal daya pembangkitan dan biaya pembangkitan serta persentase penurunan biaya pembangkitan yang dihitung dari biaya setelah optimasi dengan sebelum dioptimasi. Selain itu penelitian lain tentang analisis optimal aliran daya juga pernah dilakukan oleh Mahardika (2004) yaitu Alokasi Daya Aktif dan Reaktif Optimal pada Sistem Kelistrikan Bali dengan Menggunakan Metode Proyeksi Gradient. Optimasi daya aktif keluaran generator untuk meminimalkan biaya

3 9 bahan bakar dengan mengasumsikan tegangan sistem bus dan daya reaktif dijaga tetap konstan. Sedangkan optimasi daya reaktif adalah untuk meminimalkan rugirugi daya transmisi dengan mengasumsikan daya aktif dari generator dijaga tetap konstan. Dengan fungsi objektif untuk P optimasi dan Q optimasi sama. Persamaan fungsi objektif didefinisikan: F = C(P sg ) = (a i P 2 i + b i P i + c i ) i=g (2.7) Dengan optimasi daya aktif (P), perubahan P sebagai fungsi pertambahan biaya pembangkitan yang akan diminimisasi: C p = β p P sg + P T sg γ p P sg (2.8) Sedangkan optimasi daya reaktif (Q), perubahan daya reaktif (ΔQ) sebagai fungsi pertambahan biaya pembangkitan yang akan diminimisasi: C Q = β Q [ Q sg ] + [ Q sg ] T γ Q [ Q sg ] (2.9) Keluaran yang didapat berupa pembebanan optimal masing-masing pembangkit, penurunan biaya pembangkitan serta rugi-rugi jaringan. Untuk penelitian pengoptimalan aliran daya kali ini menggunakan metode Primal Dual Interior Point Algorithms with Barrier Function melalui Optimal Power Flow Simulation (ETAP 5.03). Optimasi yang dilakukan berupa optimasi daya aktif dengan batasan kendala meliputi batasan kendala daya aktif, reaktif serta tegangan untuk mengoptimalkan daya pembangkitan serta meminimalkan biaya pembangkitan dan juga mendapatkan rugi-rugi jaringan pada sistem kelistrikan Bali. Metode ini dipilih karena sangat efisien serta cocok digunakan pada sistem yang besar. Pada pemodelan sistem daya, program ini dimungkinkan untuk mencapai akurasi tertinggi dan memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah aliran daya optimal dalam segala ukuran dan kondisi sistem. Pada penelitian kali ini menggunakan fungsi objektif serta kendalakendala sebagai berikut: Dengan fungsi objektif:

4 10 NG Min F = f i (P Gi ) NG Min F = (a i P 2 gi + b i P gi + c i ) (2.10) Dengan kendala P i (V, θ) = P Gi P Di (2.11) Q i (V, θ) = Q Gi Q Di (2.12) P Gi min P Gi (V, θ) P Gi max (2.13) Q Gi min Q Gi (V, θ) Q Gi max (2.14) V i min V i V i max (2.15) Keluaran yang didapat dari optimasi aliran daya pada penelitian ini adalah biaya pembangkitan optimal, biaya pembangkitan serta rugi-rugi jaringan. 2.2 Kondisi Kelistrikan Bali Bali saat ini menjadi salah satu provinsi yang sedang berkembang dengan sangat pesat. Hal ini memicu pembangunan di segala bidang yang membuat permintaan akan kebutuhan listrik semakin meningkat. Suplai energi listrik untuk Bali sendiri saat ini dipenuhi oleh dua kabel laut yang berkapasitas sebesar 180 MW dan tiga pembangkit listrik yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Pemaron, serta Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pesanggaran dengan total kapasitas pembangkitan sebesar 495,8 MW (PLN APP Bali, 2011). Sepanjang tahun 2011 beban tertinggi yang pernah tercapai di sub sistem Bali pada siang hari mencapai 488,6 MW sedangkan pada malam hari mencapai MW (PLN APP Bali, 2011). Jumlah ini dari tahun ke tahun akan terus mengalami peningkatan sedangkan sampai saat ini dapat dilihat bahwa jenis unit pembangkit termal yang digunakan di Bali berupa pembangkit-pembangkit yang menggunakan HSD (High Speed Diesel) dimana merupakan bahan bakar yang untuk penyediannya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Menurut Marsudi (1990), pada suatu operasi

5 11 sistem tenaga listrik, biaya bahan bakar merupakan biaya yang terbesar, untuk PLN biaya bahan bakar adalah kira-kira 60 persen dari biaya operasi secara keseluruhan. 2.3 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat tenaga listrik dan gardugardu induk yang dihubungkan dengan jaringan transmisi sehingga menjadi sebuah kesatuan interkoneksi (Marsudi, 1990). Secara umum sistem tenaga listrik dapat dikatakan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: 1. Pembangkit tenaga listrik 2. Penyaluran tenaga listrik 3. Distribusi tenaga listrik Sistem tenaga listrik modern merupakan sistem yang komplek terdiri dari beberapa pusat pembangkit, saluran transmisi dan jaringan distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat pusat beban. Untuk memenuhi tujuan operasi sistem tenaga listrik, ketiga bagian utama dari sistem tenaga listrik yaitu pembangkit, penyaluran dan distribusi tersebut satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Wikarsa, 2010) Tujuan Operasi Sistem Tenaga Listrik Dalam mencapai tujuan dari operasi sistem tenaga listrik maka perlu diperhatikan tiga hal berikut, yaitu : 1. Ekonomi (economy) dimana listrik harus dioperasikan secara ekonomis, tetapi tetap memperhatikan keandalan dan kualitasnya. 2. Keandalan (security) merupakan tingkat keamanan sistem terhadap kemungkinan terjadinya gangguan. Sedapat mungkin gangguan di pembangkit maupun transmisi dapat diatasi tanpa mengakibatkan kerugian disisi konsumen.

6 12 3. Kualitas (quality) yaitu tenaga listrik yang diukur dengan kualitas tegangan dan frekuensi yang dijaga sedemikian rupa sehingga tetap pada kisaran yang ditetapkan Manajemen Operasi Sistem Tenaga Listrik Operasi sistem tenaga listrik menyangkut berbagai aspek yang luas, khususnya biaya dalam penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat luas. Oleh karena itu operasi sistem tenaga listrik memerlukan manajemen yang baik. Operasi sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi tiga kelompok kegiatan pengoperasian yaitu: 1. Perencanaan Operasi, yaitu berhubungan dengan perencanaan operasi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 2. Operasi dan pengendalian operasi, yaitu berhubungan dengan pengendalian sistem operasi pada operasi real time. 3. Evaluasi operasi yaitu merekam kejadian-kejadian yang terjadi pada sistem dan dengan melihat kembali rekaman data, dicoba untuk menganalisa berbagai kejadian yang terjadi pada sistem. Hasil dari evaluasi operasi akan digunakan untuk mengoptimalkan perencanaan operasi sistem di masa yang akan datang. Manajemen operasi sistem tenaga listrik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Marsudi, 1990): 1. Prakiraan Beban 2. Syarat-syarat pemeliharaan peralatan 3. Keandalan 4. Alokasi beban dan produksi pembangkit yang ekonomis. Keempat hal ini masih harus dikaji terhadap beberapa kendala sebagai berikut: 1. Aliran daya beban dalam jaringan 2. Daya hubung singkat peralatan 3. Penyediaan suku cadang dan dana 4. Stabilitas sistem tenaga listrik

7 Optimasi dalam Operasi Sistem Tenaga Listrik Pada manajemen operasi sistem tenaga listrik salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah keandalannya. Keandalan dalam operasi sistem tenaga listrik merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar proses optimasi dapat berjalan. Dalam proses optimasi operasi sistem tenaga listrik juga berlaku hal tersebut. Secara matematis untuk sistem yang terdiri dari n variabel dapat digambarkan sebagai berikut ( Marsudi, 1990): 1. Sebuah fungsi (x 1, x 2,, x n ) yang biasa disebut fungsi objektif (objective function) yaitu sebuah fungsi yang dioptimalkan misalnya dicari nilai maksimum atau minimumnya. Dalam operasi sistem tenaga listrik (x 1, x 2,, x n ) adalah daya yang dibangkitkan oleh unit pembangkit ke-1, ke- 2,..., ke-n dalam sistem. 2. Kendala-kendala yang harus diatasi, digambarkan oleh ketidaksamaanketidaksamaan dan persamaan-persamaan yang harus dipenuhi. Dalam sistem tenaga listrik dapat digambarkan seperti berikut: K 1 Q (x 1, x 2,, x n ) K 2 (2.16) R(x 1, x 2,, x n ) K 3 (2.17) Q (x 1, x 2,, x n ) B L = 0 (2.18) Dimana: Q : Besarnya pembangkitan R : Besarnya pembangkitan untuk sekelompok unit tertentu misalnya karena pembatasan aliran daya K1 : Batas pembangkitan minimal K2 : Batas pembangkitan maksimal K3 : Batas pembangkitan daya maksimal untuk sekelompok unit pembangkit tertetu (x 1, x 2,, x n ) B : Beban L : Rugi-rugi daya sistem Batas bawah ketidaksamaan pada persamaan 2.16, K1 merupakan kendala mekanis pada sistem. Sedangkan batas atas ketidaksamaan pada persamaa 2.16, K2 ditentukan oleh kemampuan pembangkitan unit-unit pembangkit

8 14 membangkitkan daya. Ketidaksamaan pada persamaan 2.17 merupakan kendala yang terkadang timbul dalam sistem, misalnya karena ada pembatasan penyaluran bagi sekelompok unit-unit pembangkit tertentu. Persamaan 2.18 merupakan persamaan yang harus dipenuhi. 2.5 Aliran Daya Optimal Pendekatan pertama untuk perhitungan Aliran Daya Optimal dibuat oleh J Carpentair pada tahun Aliran Daya Optimal atau Optimal Power Flow (OPF) merupakan suatu analisa perhitungan untuk meminimalkan suatu fungsi tujuan yaitu biaya pembangkitan atau rugi-rugi transmisi dengan mengatur daya aktif dan daya reaktif pembangkitan tiap pembangkit pada sistem tenaga yang terinterkoneksi dengan memperhatikan batas-batas tertentu (Baskoro,2010). Tujuan dari Aliran Daya Optimal adalah untuk menemukan pengaturan optimal dari suatu sistem jaringan listrik yaitu untuk mengoptimalkan fungsi tujuan sistem seperti biaya total pembangkitan, rugi-rugi sistem, tegangan bus, emisi unit pembangkit, jumlah tindakan kontrol, keamanan sistem serta batasan peralatan operasi. Berdasarkan fungsi tujuan yang dipilih dan kendala yang ada maka terdapat formulasi matematika yang berbeda untuk masalah Aliran Daya Optimal, dan dapat diklasifikasikan seperti berikut ini (Zhu, 2009): 1. Masalah Linear di mana tujuan dan kendala yang diberikan dalam bentuk linier dengan variabel kontrol kontinu. 2. Masalah Nonlinear di mana baik tujuan dan kendala-kendalanya merupakan benruk nonlinier dengan variabel kontrol kontinu. 3. Masalah Integer-campuran linier yaitu ketika variabel kontrol dalam bentuk diskrit dan kontinu. Berbagai teknik telah dikembangkan untuk memecahkan masalah Aliran Daya Optimal diataranya metode optimasi konvensional seperti metode klasik seperti metode Newton, Gradient, pemrograman Linear dan Non-Linear, pemrograman Kuadrat dan lain-lain hingga mengalami perkembangan meskipun secara lambat tetapi mengarah pada implementasi pada Artificial Intelligence dan

9 15 metode pemrograman evolusioner. Meta-heuristik seperti Hewan berkelompok, koloni semut, Tabu Search dan yang lainnya mulai muncul menjadi alternatif lain serta menjadi perbandingan metode metaheuristic untuk banyak sistem percobaan lainnya yang ditemukan. Aliran Daya Optimal terdiri dari dua sub permasalahan yaitu optimasi daya aktif dan optimasi daya reaktif. Permasalahan optimasi daya aktif adalah untuk meminimalkan biaya pembangkitan namun dengan tetap mengoptimalkan daya pembangkitan. Sedangkan untuk optimasi daya reaktif adalah untuk meminimalkan rugi-rugi daya transmisi namun tetap mengoptimalkan tegangan (Susanti, 2010) Formulasi Aliran Daya Optimal Optimasi Daya Aktif dan Daya Reaktif Permasalahan optimasi daya aktif adalah untuk meminimalkan biaya pembangkitan dengan tetap mengoptimalkan daya pembangkitan (Lenin, 2006). Yang perlu diperhatikan dalam optimasi daya aktif adalah batasan daya aktif seimbang, batasan daya yang dibangkitkan pada generator, sudut tegangan dan batasan daya aktif thermal. Sedangkan untuk optimasi daya reaktif adalah untuk meminimalkan losses atau rugi-rugi yang terjadi pada jaringan transmisi, sehingga menjadikan profil tegangan pada sistem lebih baik. Masalah aliran daya optimal dengan variabel daya aktif dan reaktif dapat di representasikan pada persamaan berikut (Zhu, 2009): NG Min F = f i (P Gi ) NG Min F = (a i P 2 gi + b i P gi + c i ) (2.19) Dengan P i (V, θ) = P Gi P Di (2.20) Q i (V, θ) = Q Gi Q Di (2.21)

10 16 P Gi min P Gi (V, θ) P Gi max (2.22) Q Gi min Q Gi (V, θ) Q Gi max (2.23) V i min V i V i max (2.24) Dimana P Gi : Keluaran daya aktif generator yang terhubung pada bus i. Q Gi : Keluaran daya reaktif generator yang terhubung pada bus i. P Di : Daya aktif pada beban yang terhubung pada bus i. Q Di : Daya reaktif pada beban yang terhubung pada bus i. P i : Daya aktif yang diinjeksikan pada bus i. Q i : Daya reaktif yang diinjeksikan pada bus i. V i : Tegangan magnitude pada bus i. f i : Persamaan biaya pembangkitan. Keterangan min dan max pada persamaan diatas merupakan batas atas dan bawah dari kendala. Persamaan (2.20) dan (2.21) merupakan persamaan aliran daya, dan dapat dituliskan sebagai berikut (Zhu, 2009): N P i (V, θ) = V i V j (G ij cosθ ij + B ij sinθ ij ) N Q i (V, θ) = V i V j (G ij sinθ ij B ij cosθ ij ) (2.25) (2.26) Substitusi persamaan (2.25) dan (2.26) ke persamaan (2.20) (2.24) maka: Dengan kendala-kendala: Min F(V, θ) (2.27) N W Pi = V i V j (G ij cos θ ij + B ij sin θ ij ) P Gi + P Di = 0 (2.28)

11 17 N W Qi = V i V j (G ij sin θ ij B ij cos θ ij ) Q Gi + Q Di = 0 N W PMi = V i V j (G ij cos θ ij + B ij sin θ ij ) P Gi max 0 N W PNi = V i V j (G ij cos θ ij + B ij sin θ ij ) P Gi min 0 N W QMi = V i V j (G ij sin θ ij B ij cos θ ij ) Q Gi max 0 N W QNi = V i V j (G ij sin θ ij B ij cos θ ij ) Q Gi min 0 (2.29) (2.30) (2.31) (2.32) (2.33) W VMi = V i V i max 0 (2.34) W VNi = V i V i min 0 (2.35) Dimana W Pi W Qi : Semua kendala yang berhubungan dengan variabel daya aktif seperti pada persamaan (2.28), (2.30) dan (2.31). : Semua kendala yang berhubungan dengan variabel daya reaktif seperti W Vi N pada persamaan (2.29), (2.32) dan (2.33). : Semua kendala yang berhubungan dengan variabel tegangan seperti pada persamaan (2.34) dan (2.35). : Total nomor dari bus.

12 Metode Interior Point Optimal Power Flow (IP OPF) Algorithms A Primal Dual Algorithms with Barrier Function Untuk memecahkan masalah aliran daya optimal dengan menggunakan metode Interior Point Primal Dual Algorithms dengan Barrier Function, maka masalah aliran daya optimal dapat dinyatakan dengan persamaan umum sebagai berikut: Minimize f(x) (2.36) Dengan subjek g i (x) = 0 h j (x) + S 1j = 0 x y + S 2y = x max (2.37) x y S 3y = x min s 1j, s 2y, s 3y > 0 Dimana dengan keterangan: f(x) : Fungsi objektif yang akan diminimalisasi g i (x) : Persamaan aliran daya h j (x) : Fungsi pertidaksamaan dari aliran daya s 1j, s 2y, s 3y : Vektor kolom sedangkan x min dan x max batas atas dan batas bawah serta masing-masing juga merupakan variabel state dan kontrol sistem. Metode Interior Point Primal Dual dapat digunakan untuk meminimalkan fungsi dengan menggunakan logarithmic barrier function untuk masalah pada persamaan (2.36) maka: p n minimize f(x) μ ln (s 1j ) μ [ln(s 2y ) + ln(s 3y )] y=1 (2.38) Dengan g i (x) = 0 h j (x) + S 1j = 0 x y + S 2y = x max (2.39)

13 19 Dimana x y S 3y = x min μ > 0 merupakan parameter barrier yang nilainya akan terus turun hingga nol selama iterasi dilakukan, yaitu μ > μ 1 > > μ = 0. Proses ini menghasilkan urutan sub masalah yang diberikan pada persamaan (2.39). Fungsi Lagrangian terkait dengan permasalahan diberikan oleh: p L = f(x) μ ln (s 1j ) μ [ln(s 2y ) + ln(s 3y )] λ i g i (x) p n y=1 π 1j [h j (x) + s 1j ] n m [π 2y (x y + s 2y x max ) + π 3y (x y s 3y x min )] y=1 (2.40) Dimana λ, π 1, π 2, π 3 merupakan vektor pengali dari persamaan Lagrange. Variabel primal dan dual yang baru dihitung dari: x new = x old + αδx s new = s old + αδs (2.41) λ new = λ old + αδλ π new = π old + αδπ Dimana besaran skalar αε (0,1) merupakan parameter step length. α p max = min {(min Δ s<0 α d max = min {( min Δπ<0 Δπ s Δs ), 1.0} π α = min{τα p max, τα d max, 1.0} ), 1.0} (2.42) Dimana besaran skalar τ ε (0,1) merupakan faktor keamanan untuk memastikan bahwa titik berikutnya akan memenuhi kondisi positif. Nilai τ = Untuk menentukan titik awal hanya perlu memenuhi kondisi positif, meskipun metode ini akan lebih baik jika beberapa inisialisasi heuristik digunakan. Proses

14 20 iterasi dari Interior Point dapat dihentikan ketika urutan pertama yang diperlukan dalam kondisi KT sudah memenuhi toleransi yang ditetapkan sebelumnya. 2.7 Karakteristik Input-Output Unit Pembangkit Thermal Kurva input output seperti ditunjukkan pada gambar 2.1 menggambarkan besarnya input yang harus diberikan pada unit pembangkit sebagai fungsi dari outputnya. Untuk unit pembangkit thermal, inputnya adalah bahan bakar yang dinyatakan dalam Rupiah per jam dengan output daya yang dibangkitkan dinyatakan dalam Mega Watt (MW). Kurva input-output ini juga dapat dinyatakan dengan fungsi polynomial orde 2. Kurva Input-Output tidak melalui titik nol karena adanya rugi-rugi pada beban (output) nol. Rugi-rugi beban nol disebabkan adanya rugi-rugi geseran dan rugi-rugi besi pada generator dan transformator penaik tegangan (step up). Dengan menggunakan kurva Input-Output, biaya bahan bakar setiap unit pembangkit thermal dapat dinyatakan secara matematis, begitu pula untuk subsistem termis yang terdiri dari banyak unit pembangkit termis. Untuk sebuah unit pembangkit termis, biaya bahan bakarnya pada suatu saat dengan output (beban) sebesar PT adalah F(PT). Gambar 2.1 Kurva Input-Output dari Unit Pembangkit Termis Sumber: Marsudi, 2005 Jika subsistem termis terdiri dari sejumlah n unit pembangkit termis dan biaya bahan bakar unit pembangkit ke-j adalah Fj (PTj), maka jumlah biaya bahan bakar pada saat t dari subsistem termis yang terdiri dari n unit adalah:

15 21 j=n F j (P Tj ) (2.43) Dimana j adalah indeks jumlah unit. Jika diinginkan jumlah biaya bahan bakar subsistem termis untuk suatu periode waktu tertentu, misalnya 24 jam (diasumsikan beban dan biaya bahan bakar selama 1 jam adalah konstan) maka biaya bahan bakar selama 24 jam adalah: i=24 j=n F j (P Tj ). Δ ti (2.44) Dimana Δt = selang waktu yang diambil di sini = 1 jam i = indeks selang waktu Jika waktu sehari (24 jam) dibagi atas seperempat jam (Δt = 0,25 jam) dan selama seperempat jam beban dianggap konstan, maka dalam sehari (96 x 0,25 jam) biaya bahan bakar adalah: i=96 j=n F j (P Tj ). Δ ti (2.45) Makin kecil selang waktu t yang diambil di mana pada selang waktu ini beban dianggap konstan (biaya bahan bakar juga konstan), makin teliti perhitungan biaya bahan bakar yang didapat. 2.8 Karakteristik Input-Output Unit Pembangkit Gabungan Karakteristik input-output unit pembangkit gabungan dalam satu bus pembangkit dapat dihitung dengan persamaa berikut (Wood dan Wollenberg, 1996):

16 22 F s (P s ) = F 1 (P 1 ) + + F N (P N ) P s = P P N (2.46) df 1 dp 1 = df 2 dp 2 = = df N dp N = λ Persamaan 2.47 menunjukan bahwa kondisi optimasi dapat dicapai bila incremental fuel cost setiap pembangkit sama atau semua pembangkit beroperasi pada λ yang sama. Namun dalam kondisi ini harus ditambahkan persamaan kekangan tiap-tiap unit pembangkit, yaitu jumlah daya keluaran seluruh unit harus sama dengan beban. Disamping itu masing-masing unit harus memenuhi batasbatas pembangkit. Secara matematis kondisi ini dinyatakan dengan (Wood dan Wollenberg, 1984) : df i df i = λ (untuk P imin P i P imax ) df i df i λ (untuk P i = P imax ) dengan df i df i λ (untuk P i = P imin ) λ min = min ( df i dp i, i = 1 N ) (2.47) λ max = max ( df i dp i, i = 1 N ) Berikut gambar dari karakteristik input-output unit pembangkit gabungan: (2.48) Gambar 2.2 Kurva Input-Output Unit Pembangkit Gabungan Sumber: Wood dan Wollenberg, 1996

17 Karakteristik Input-Output untuk Pembelian Daya dari Sistem Lain Pembelian daya dari sistem lain adalah linear. Pendekatan non linear dilakukan pada unit pembangkit ini sehingga didapat karakteristik input-output unit-unit pembangkit yang mempunyai derajat polynomial yang sama yaitu derajat dua seperti persamaan 2.49 berikut: q cm (t)p cm (t) = a cm (t)p 2 cm (t) + b cm P cm (2.49) Dengan q cm (t) = Besarnya nilai kontrak (Rp/MW) P cm (t) = Besarnya daya yang dibangkitkan unit kontrak (MW) a cm, b cm = Koefisien Pendekatan yang untuk menentukan karakteristik input-output dari unit kontrak kali ini menggunakan metode Guan dan Luh. Pendekatan non linearnya dilakukan dengan cara menghitung nilai konstanta b cm dan a cm dalam persamaan b cm diperoleh dari mengalikan suatu konstanta sebesar 0.9 dengan rate kontrak q cm (t) sedangkan koefisien kuadratis a ki dihitung untuk membangkitkan daya dengan biaya yang sama pada batas maksimum daya kontrak P cm. Pada metode ini semakin kecil nilai koefisien kuadratis maka biaya yang didapat akan mendekati biaya sesungguhnya (Guan dan Luh, 1995) Peramalan Beban Peramalan pada dasarnya merupakan suatu dugaan atau prakiraan mengenani terjadinya suatu kejadian atau peristiwa dimasa yang akan datang. Dalam kegiatan perencanaan, peramalan merupakan kegiatan mula dari proses tersebut. Peramalan di bidang tenaga listrik pada dasarnya merupakan ramalan kebutuhan energi listrik dan ramalan beban tenaga listrik. Keduanya sering disebut dengan istilah Demand and Load Forecasting (Suswanto, 2009). Hasil peramalan ini dipergunakan untuk membuat rencana pemenuham kebutuhan maupun pengembangan penyediaan tenaga elektrik setiap saat secara cukup dan baik serta terus menerus. Secara garis besar pembuatan ramalan kebutuhan tenaga elektrik dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu (Suswanto, 2009):

18 24 a. Pengumpulan dan penyiapan data. b. Pengolahan dan analisa data. c. Penentuan metoda dan pembuatan model. Cara prakiraan beban yang sederhana adalah memprediksi dengan menggunakan data historis beban di masa lalu, ditentukan modelnya, kemudian model ini dapat digunakan untuk menentukan nilai beban di masa mendatang. Cara ini biasa disebut dengan cara runtun waktu (time series), perubahan beban hanya ditentukan oleh dinamika beban itu sendiri. Secara khusus metode peramalan beban yang digunakan dalam analisa ini adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method) mengacu pada analisa data historis yaitu hasil dari analisa tersebut menunjukkan pertambahan beban yang tidak sama tiap tahunnya. Analisa tersebut menunjukkan grafik yang tidak garis lurus tetapi berupa persamaan polynomial orde dua yaitu dapat diartikan data analisa tersebut mengalami peningkatan atau pertambahan beban dengan nilai yang tidak sama untuk setiap peningkatan beban.

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI E D Meilandari 1, R S Hartati 2, I W Sukerayasa 2 1 Alumni Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 2 Staff Pengajar Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI Sistem tenaga listrik modern merupakan sistem yang komplek yang terdiri dari pusat pembangkit, saluran transmisi dan jaringan distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik pada abad ini sudah merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa tergantikan. Karena pentingnya listrik ini, sistem yang menyuplai dan mengalirkan listrik ini

Lebih terperinci

Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming

Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming Nursidi 2209100055 Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST., MT. IGN Satriyadi Hernanda ST., MT. OUTLINES OUTLINES 1 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik di Indonesia pada umumnya merupakan pembangkit listrik thermal. Kebutuhan pembangkit thermal terhadap bahan bakar fosil dengan jumlah ketersediaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODA TAGUCHI UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM IEEE 26 BUS

IMPLEMENTASI METODA TAGUCHI UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM IEEE 26 BUS IMPLEMETASI METODA TAGUCHI UTUK ECOOMIC DISPATCH PADA SISTEM IEEE 26 BUS Rusilawati,2, Ontoseno Penangsang 2 dan Adi Soeprijanto 2 Teknik elektro, Akademi Teknik Pembangunan asional, Banjarbaru, Indonesia

Lebih terperinci

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan 1 Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan Sheila Fitria Farisqi, Rony Seto Wibowo dan Sidaryanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali T Ar Rizqi Aulia 1, I Made Ardita Y 2 Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kebutuhan energi listrik meningkat dengan cepat, akan tetapi perkembangan pembangkit dan saluran transmisi dibatasi ketersediaan sumber daya dan masalah

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem tenaga listrik merupakan faktor utama yang mendukung sistem produksi dari perusahaan industri, terutama pada industri besar di Indonesia. Khususnya pada perusahaan

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka menyelesaikan pendidikan sarjana S1 pada Jurusan Teknik Elektro Oleh: ETIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Permintaan energi listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dalam rangka

Lebih terperinci

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong 1 Yulianto Mariang, L. S. Patras, ST.,MT, M. Tuegeh, ST.,MT, Ir. H. Tumaliang, MT Jurusan Teknik Elektro-FT, UNSRAT, Manado-95115, Email: jliant_0mariang@yahoo.com

Lebih terperinci

Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization

Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-24 Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization Afif Nur

Lebih terperinci

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv I N Juniastra Gina, W G Ariastina 1, I W Sukerayasa 1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 1 Staff

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern seperti saat ini, energi listrik menjadi salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan masyarakat. Berbagai peralatan rumah tangga maupun industri saat ini

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari pusat pembangkit, saluran transmisi dan pusat beban. Perkembangan beban sistem saat ini sudah tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS OLEH : PANCAR FRANSCO 2207100019 Dosen Pembimbing I Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENGURANGAN RUGI-RUGI DAYA AKTIF

BAB 4 METODE PENGURANGAN RUGI-RUGI DAYA AKTIF BAB 4 METODE PEGURAGA RUGI-RUGI DAYA AKTIF 4.1 Pembatasan Pembangkitan Pembangkit pada sistem tenaga listrik membangkitkan daya untuk memenuhi kebutuhan akan daya listrik. Daya yang dibangkitkan pada sistem

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) B283 Dynamic Economic Dispatch dengan Mempertimbangkan Kerugian Transmisi Menggunakan Metode Sequential Quadratic Programming Dika Lazuardi Akbar, Ontoseno Penangsang, Ni Ketut Aryani. Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana Efek Beroperasinya Kabel Laut Bali Nusa Lembongan Terhadap Sistem Kelistrikan Tiga Nusa Yohanes Made Arie Prawira, Ida Ayu Dwi Giriantari, I Wayan Sukerayasa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pengumpulan Data Pembangkit Suralaya Cibinong Cilegon 7 1 6 Gandul 2 4 Balaraja 3 Kembangan Muaratawar 5 Depok 9 Bekasi 8 11 Tasikmalaya Cirata 10 Cawang 12 Pedan 16 Saguling

Lebih terperinci

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER 1/6 OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER SURIYAN ARIF WIBOWO 07100044 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS,

Lebih terperinci

Evaluasi Operasi Pembangkitan Tenaga Listrik Pada PT. Cikarang Listrindo Menggunakan Metode Lagrange Multipliers

Evaluasi Operasi Pembangkitan Tenaga Listrik Pada PT. Cikarang Listrindo Menggunakan Metode Lagrange Multipliers Evaluasi Operasi Pembangkitan Tenaga Listrik Pada PT. Cikarang Listrindo Menggunakan Metode Lagrange Multipliers Stephanie Rizka Permata 1, Amien Rahardjo 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator,

Lebih terperinci

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X Analisis Penjadwalan Unit-Unit Pembangkit Listrik Dengan Menggunakan Metode Unit Decommitment (PT.PLN Wilayah Riau) Oleh: Zulfatri Aini Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI ABSTRAK

OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI ABSTRAK OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI *Retno Handayani dan **Suparno Program Pascasarjana Magister Manajemen

Lebih terperinci

Kata kunci: Penjadwalan Ekonomis, Fuzzy Logic, Algoritma Genetika

Kata kunci: Penjadwalan Ekonomis, Fuzzy Logic, Algoritma Genetika ABSTRAK Penjadwalan Ekonomis bertujuan untuk mengatur pengoperasian unit pembangkit dengan biaya seekonomis mungkin, namun tetap dapat memenuhi kebutuhan daya untuk beban. Pengoperasian pembangkit secara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan kumpulan peralatan listrik yang saling terhubung membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif, yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil. Menurut kamus ilmiah popular, efektivitas

Lebih terperinci

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global Johny Custer (2209201007) Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama yaitu pembangkit, penghantar (saluran transmisi), dan beban. Pada sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama yaitu pembangkit, penghantar (saluran transmisi), dan beban. Pada sistem II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aliran Daya Tiga Fasa Menurut Marsudi, proses penyaluran tenaga listrik terdiri dari tiga komponen utama yaitu pembangkit, penghantar (saluran transmisi), dan beban. Pada sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian penjadwalan pembangkit termal pada sistem interkoneksi 500kV Jawa- Bali ini adalah untuk membandingkan metode Simulated Annealing dengan metode yang digunakan PLN.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang berhubungan dengan pembahasan ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

Kata Kunci Operasi ekonomis, iterasi lambda, komputasi serial, komputasi paralel, core prosesor.

Kata Kunci Operasi ekonomis, iterasi lambda, komputasi serial, komputasi paralel, core prosesor. OPERASI EKONOMIS PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN METODE ITERASI LAMBDA MENGGUNAKAN KOMPUTASI PARALEL Dheo Kristianto¹, Hadi Suyono, ST, MT, Ph.D.², Ir. Wijono, MT. Ph.D³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) B 1 Penilaian Keandalan Sistem Tenaga Listrik Jawa Bagian Timur Dan Bali Menggunakan Formula Analitis Deduksi Dan Sensitivitas Analitis

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITIAN

BAB III 1 METODE PENELITIAN 23 BAB III 1 METODE PENELITIAN 1.1 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Karakteristik pembangkit meliputi daya maksimum dam minimum, karakteristik heat-rate (perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. Peralatan rumah tangga maupun industri hampir semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi suatu daerah mengakibatkan kebutuhan tenaga listrik akan semakin meningkat, baik yang berhubungan dengan bidang industri,

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI OPERASI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN METODE PEMROGRAMAN DINAMIK. Ahmad Rosyid Idris 1

STUDI OPTIMASI OPERASI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN METODE PEMROGRAMAN DINAMIK. Ahmad Rosyid Idris 1 STUDI OPTIMASI OPERASI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN METODE PEMROGRAMAN DINAMIK Ahmad Rosyid Idris 1 1) Lecturer of Bosowa polytechnic Abstrak Suatu sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian utama,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Static VAR Compensator Static VAR Compensator (SVC) pertama kali dipasang pada tahun 1978 di Gardu Induk Shannon, Minnesota Power and Light system dengan rating 40 MVAR. Sejak

Lebih terperinci

STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN

STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN Teknologi Elektro, Vol.,., Juli Desember 0 9 STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN I P. A. Edi Pramana, W. G. Ariastina, I W. Sukerayasa Abstract

Lebih terperinci

STUDI PERHITUNGAN PEMBEBANAN EKONOMIS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP DI PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

STUDI PERHITUNGAN PEMBEBANAN EKONOMIS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP DI PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK STUDI PERHITUNGAN PEMBEBANAN EKONOMIS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP DI PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK 1) Muhammad Ulul Azmi, 2) Hadi Suroso, 3) Denny Irawan 1,2,3) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI

OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI RETNO HANDAYANI 9107201614 SLAYA CLGON BLRJA KMBNG TMBUN CWANG MRTW R DEPOK BKASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Optimasi (Optimization) adalah aktivitas untuk mendapatkan hasil terbaik di dalam suatu keadaan yang diberikan. Tujuan akhir dari semua aktivitas tersebut adalah meminimumkan

Lebih terperinci

ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN IMPERIALIST COMPETITIVE ALGORITHM (ICA) PADA SISTEM KELISTRIKAN LOMBOK

ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN IMPERIALIST COMPETITIVE ALGORITHM (ICA) PADA SISTEM KELISTRIKAN LOMBOK Dielektrika ISSN 286-9487 63 Vol. 1, No. 1 : 63 68 Pebruari 214 ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN IMPERIALIST COMPETITIVE ALGORITHM (ICA) PADA SISTEM KELISTRIKAN LOMBOK Khaerul Hazi1 1, Rosmaliati2 2, Misbahuddin3

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A.

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu sama lain mempunyai

Lebih terperinci

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 1, April 2012 ISSN PENJADWALAN OPTIMAL OPERASI UNIT UNIT PEMBANGKIT UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN BEBAN DITINJAU DARI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR (Studi Kasus Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Kefamenanu, Timor Tengah Utara ) Agusthinus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode fuzzy logic yang diajukan penulis ini adalah untuk membandingkan metode fuzzy logic yang diajukan penulis dengan metode yang digunakan PLN. Dengan menggunakan data pembangkit

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Diagram satu garis sistem tenaga listrik

Gambar 2.1 Diagram satu garis sistem tenaga listrik BAB II KONSEP DASAR 2.1 Sistem Tenaga Listrik Secara umum sistem tenaga listrik dapat dikatakan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: a. pembangkit tenaga listrik, b. penyaluran tenaga listrik dan c.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Gambar 1. Diagram Satu Garis Sistem Daya Listrik [2] Gambar 2 menunjukkan bahwa sistem tenaga listrik terdiri dari tiga kelompok jaringan yaitu pembangkitan, transmisi

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN METODA ALGORITMA KUANTUM PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN METODA ALGORITMA KUANTUM PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN METODA ALGORITMA KUANTUM PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT Mart Christo Belfry NRP : 1022040 E-mail : martchristogultom@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

PENENTUAN TITIK INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION

PENENTUAN TITIK INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION PENENTUAN TITIK INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION (DG) PADA JARINGAN 20 KV DENGAN BANTUAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY STUDI KASUS : PLTMH AEK SILAU 2 Syilvester Sitorus Pane, Zulkarnaen Pane Konsentrasi

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK Ontoseno Penangsang Text Book : Power Generation Operation and Control Allen J. Wood & Bruce F. Wollenberg Power System Analysis Hadi Saadat INTRODUCTION Acquaint

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT Gahara Nur Eka Putra NRP : 1022045 E-mail : bb.201smg@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4. SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.0 Rudi Salman 1) Mustamam 2) Arwadi Sinuraya 3) Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK

METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK Ivan Darren Alber *), Hermawan, and Susatyo Handoko Departemen

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Bagian pertama literatur yang membahas dasar teori yang digunakan dan bagian

BAB II STUDI PUSTAKA. Bagian pertama literatur yang membahas dasar teori yang digunakan dan bagian BAB II STUDI PUSTAKA Bab ini membahas beberapa literatur yang terkait dengan penelitian. Bagian pertama literatur yang membahas dasar teori yang digunakan dan bagian kedua membahas penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Program linier (Linier Programming) Pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem tenaga listrik. Operasi sistem tenaga listrik mencakup tentang bagaimana daya listrik dibangkitkan

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A141 Penerapan Batas Ramp-Rate Menggunakan Kombinasi Metode FDP (Forward Dynamic Programming) dan QP (Quadratic Programming) Pada Commitment- Economic Dispatch Riza Fahmi Andriyanto, Ontoseno Penangsang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengalami over load, sehingga perlu membangun suatu saluran transmisi

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengalami over load, sehingga perlu membangun suatu saluran transmisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi listrik selalu bertambah dari waktu ke waktu. Untuk tetap dapat melayani kebutuhan energi listrik, maka sistem tenaga listrik perlu dikembangkan seirama

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

Evaluasi Kestabilan Tegangan Sistem Jawa Bali 500kV menggunakan Metode Continuation Power Flow (CPF)

Evaluasi Kestabilan Tegangan Sistem Jawa Bali 500kV menggunakan Metode Continuation Power Flow (CPF) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (213) 1-6 1 Evaluasi Kestabilan Tegangan Sistem Jawa Bali 5kV menggunakan Metode Continuation Power Flow (CPF) Agiesta Pradios Ayustinura, Adi Soeprijanto, Rony Seto

Lebih terperinci

ALOKASI PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT TERMAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN RUGI-RUGI SALURAN TRANSMISI DENGAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

ALOKASI PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT TERMAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN RUGI-RUGI SALURAN TRANSMISI DENGAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI ALOKASI PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT TERMAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN RUGI-RUGI SALURAN TRANSMISI DENGAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI TUGAS AKHIR Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang, kelistrikan sudah menjadi salah satu hal terpenting dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya tergantung pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik

1 BAB I PENDAHULUAN. waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sistem tenaga listrik merupakan sistem yang selalu berubah seiring berjalannya waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN TOURNAMENT SELECTION SEBAGAI SOLUSI ECONOMIC DISPATCH

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN TOURNAMENT SELECTION SEBAGAI SOLUSI ECONOMIC DISPATCH IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN TOURNAMENT SELECTION SEBAGAI SOLUSI ECONOMIC DISPATCH Yassir, Fauzan dan Mahalla Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jln. Banda Aceh Medan km. 80,

Lebih terperinci

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014 PERBANDINGAN METODE FAST-DECOUPLE DAN METODE GAUSS-SEIDEL DALAM SOLUSI ALIRAN DAYA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV DENGAN MENGGUNAKAN ETAP POWER STATION DAN MATLAB (Aplikasi Pada PT.PLN (Persero Cab. Medan) Ken

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Optimasi Non-Linier Suatu permasalahan optimasi disebut nonlinier jika fungsi tujuan dan kendalanya mempunyai bentuk nonlinier pada salah satu atau keduanya. Optimasi nonlinier

Lebih terperinci

Unit Commitment Pada Sistem Pembangkitan Tenaga Angin Untuk Mengurangi Emisi Dengan Menggunakan Particle Swarm Optimization

Unit Commitment Pada Sistem Pembangkitan Tenaga Angin Untuk Mengurangi Emisi Dengan Menggunakan Particle Swarm Optimization B223 Unit Commitment Pada Sistem Pembangkitan Tenaga Angin Untuk Mengurangi Emisi Dengan Menggunakan Particle Swarm Optimization Muhammad Arindra, Rony Seto Wibowo, dan Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGANTAR OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK. toto_sukisno@uny.ac.id

PENGANTAR OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK. toto_sukisno@uny.ac.id PENGANTAR OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK Operasi adalah pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan dan didistribusikan

Lebih terperinci

Latar Belakang dan Permasalahan!

Latar Belakang dan Permasalahan! Latar Belakang dan Permasalahan!! Sumber energi terbarukan sangat bergantung pada input yang fluktuatif sehingga perilaku sistem tersebut tidak mudah diprediksi!! Profil output PV dan Load yang jauh berbeda

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN UNIT PEMBANGKIT THERMAL DENGAN DINAMICS PROGRAMMING

OPTIMASI PENJADWALAN UNIT PEMBANGKIT THERMAL DENGAN DINAMICS PROGRAMMING Seminar Nasial Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022 OPTIMASI PENJADWALAN UNIT PEMBANGKIT THERMAL DENGAN DINAMICS PROGRAMMING Anizar Indriani Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini

I. PENDAHULUAN. untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Linier Penyelesaian program linear dengan algoritma interior point dapat merupakan sebuah penyelesaian persoalan yang kompleks. Permasalahan dalam program linier mungkin

Lebih terperinci

BAB III METODE PERAMALAN DENGAN METODE DEKOMPOSISI. Metode peramalan yang biasanya dilakukan didasarkan atas konsep

BAB III METODE PERAMALAN DENGAN METODE DEKOMPOSISI. Metode peramalan yang biasanya dilakukan didasarkan atas konsep BAB III METODE PERAMALAN DENGAN METODE DEKOMPOSISI Metode peramalan yang biasanya dilakukan didasarkan atas konsep bahwa apabila terdapat pola yang mendasari suatu deret data, maka pola tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gardu Induk, Jaringan Distribusi, dan Beban seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1

BAB II DASAR TEORI. Gardu Induk, Jaringan Distribusi, dan Beban seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1 BAB II DASAR TEORI 2.1 UMUM Sistem Tenaga Listrik terdiri dari Pusat Pembangkit, Jaringan Transmisi, Gardu Induk, Jaringan Distribusi, dan Beban seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1 di bawah ini. Gambar

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN

BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN 28-217 Analisa keterjaminan aliran daya dan biaya produksi listrik di PLN Sub Region Bali tahun 28-217 dilakukan dari

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN DAN ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT MUARA KARANG JAKARTA UTARA

ANALISIS KEANDALAN DAN ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT MUARA KARANG JAKARTA UTARA ANALISIS KEANDALAN DAN ECONOMIC DISPATCH PADA UNIT PEMBANGKIT MUARA KARANG JAKARTA UTARA OLEH : HELMI USMAN 2207100 039 DOSEN PEMBIMBING : Prof.Ir.Ontoseno Penangsang, M.Sc, Ph.D Prof.Dr.Ir.Adi Soeprijanto,

Lebih terperinci

Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony

Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony Optimisasi Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Algoritma Artificial Bee Colony Nurlita Gamayanti 1, Abdullah Alkaff 2, Amien Karim 3 Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk kebutuhan energi listrik semakin meningkat, maka dibutuhkan penambahan pasokan listrik hingga tercukupi. Selain penambahan energi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan data PLN APB Jawa Barat tahun 2014, subsistem Cirata 150 kv disuplai oleh dua unit IBT 500 MVA pada tegangan 500/150 kv di Gardu Induk Tegangan

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Listrik Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi juga merupakan bagian yang paling

Lebih terperinci

Session 11 Interconnection System

Session 11 Interconnection System Session 11 Interconnection System Tujuan Membahas persoalan-persoalan pembangkitan dalam sistem interkoneksi dalam kaitannya yang terjadi antara pusat-pusat listrik yang beroperasi dalam sistem interkoneksi,

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBAGIAN BEBAN PADA SEKTOR PEMBANGKITAN PEKANBARU PLTD/G TELUK LEMBU PADA BUS 20 kv DENGAN METODE NEWTON

OPTIMASI PEMBAGIAN BEBAN PADA SEKTOR PEMBANGKITAN PEKANBARU PLTD/G TELUK LEMBU PADA BUS 20 kv DENGAN METODE NEWTON OPTIMASI PEMBAGIAN BEBAN PADA SEKTOR PEMBANGKITAN PEKANBARU PLTD/G TELUK LEMBU PADA BUS kv DENGAN METODE NEWTON Arbi Wahyu*, Firdaus**Nurhalim** *Alumni Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik

Lebih terperinci

2.1 PEMBATASAN MASALAH

2.1 PEMBATASAN MASALAH Penjadualan Pembangkit Hidro-Thermal Menggunakan Metode Dynamic Programming Alief Rakhman Mukhtar (LF 307 005) 1 Ir. Tedjo Sukmadi, M.T. Karnoto, S.T., M.T. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Komputasi Aliran Daya Optimal Sistem Tenaga Skala Besar dengan Metode Primal Dual Interior Point

Komputasi Aliran Daya Optimal Sistem Tenaga Skala Besar dengan Metode Primal Dual Interior Point 10 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 12, No. 1, April 2016, hal. 10-15 Komputasi Aliran Daya Optimal Sistem Tenaga Skala Besar dengan Metode Primal Dual Interior Point Syafii dan Ikhwannul Kadri Masrul Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA Banyak penelitian telah dilakukan mengenai keandalan sistem tenaga listrik. Perkiraan beban mendapat perhatian yang cukup besar terutama guna perencanaan penambahan unit pembangkit.

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun membuat kebutuhan akan daya listrik semakin besar. Untuk dapat melayani kebutuhan beban yang semakin meningkat baik

Lebih terperinci

Studi Aliran Daya Optimum Mempertimbangkan Kestabilan Transien Sistem Menggunakan Simulasi Domain Waktu

Studi Aliran Daya Optimum Mempertimbangkan Kestabilan Transien Sistem Menggunakan Simulasi Domain Waktu JURNAL TEKNIK POMITS 1 Studi Aliran Daya Optimum Mempertimbangkan Transien Sistem Menggunakan Simulasi Domain Mochammad Reza, Ardyono Priyadi 1), Rony Seto Wibowo 2). Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) B-34

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) B-34 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-34 Economic dan Emission dispatch pada Sistem Kelistrikan 500 kv Jawa-Bali Menggunakan Composite Generation Cost Function dengan

Lebih terperinci

OPTIMASI EKONOMIS PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA KELELAWAR

OPTIMASI EKONOMIS PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU TAMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORITMA KELELAWAR OPIMASI EKONOMIS PEMBANGKI PLG DI PLGU AMBAK LOROK MENGGUNAKAN ALGORIMA KELELAWAR Fauzan Mawardi Kautsar *), Agung Nugroho, and Hermawan Departemen eknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto,

Lebih terperinci