2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yandi Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Listrik Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi juga merupakan bagian yang paling banyak mengalami gangguan sehingga konsentrasi atau fokus utama dalam operasi sistem tenaga listrik pada sistem distribusi adalah mengatasi gangguan [2]. One-Line Diagram suatu sistem distribusi dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) Circuit Breaker Sekering T.M. Trafo Distribusi Sakelar T.R. Rel T.R. Sekering T.R. Pelanggan Gambar 2. 1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Baik Jaringan Tegangan Menengah (JTM) maupun Jaringan Tegangan Rendah (JTR) pada umumnya beroperasi secara radial yang disebut dengan jaringan radial. Dinamakan jaringan radial karena daya pada saluran ini diambil secara radial dari suatu sumber jaringan kemudian dibagi dalam bentuk cabang ke setiap titik beban seperti digambarkan pada Gambar
2 Circuit Breaker Penyulang Utama Penyulang Sublateral Penyulang Lateral Beban Penyulang Sekunder Gambar 2. 2 Jaringan Distribusi Radial Jaringan distribusi radial ini mempunyai beberapa kelebihan dan kerugian. Kelebihan yang dimiliki oleh jaringan radial ini diantaranya adalah sebagai berikut : Memiliki konfigurasi yang sederhana. Biaya investasi yang relatif lebih murah dibandingkan dengan konfigurasi jaringan lain. Sedangkan kerugian yang disebabkan oleh penggunaan jaringan distribusi tipe radial ini adalah sebagai berikut : Jatuh tegangan yang terdapat pada jaringan dan rugi daya relatif besar. Keandalan pelayanan menjadi berkurang dikarenakan hanya terdapat satu saluran sehingga jika terjadi gangguan sistem akan mengalami pemadaman secara total. 6
3 2.2 Distributed Generation (DG) Distributed Generation (DG) adalah sebuah pembangkit yang terletak di daerah sistem distribusi ataupun pada daerah dekat beban [3]. Berbeda dengan pembangkit biasa yang secara umum dihubungkan ke saluran transmisi dan letak pembangkit yang sangat jauh dari beban, Distributed Generation (DG) tidak terhubung ke saluran transmisi dan hanya terhubung ke saluran distribusi bahkan pembangkit dapat berada di beban itu sendiri. Distributed Generation (DG) memiliki rating berdasarkan definisi yang diperoleh berdasarkan literatur. Rating maksimum yang dapat dikoneksikan pada sebuah sistem distribusi tergantung pada kapasitas dari sistem distribusi tersebut. Meskipun tidak ada ketentuan yang pasti untuk menentukan klasifikasi tingkat dari Distributed Generation (DG), namun berdasarkan besar daya yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi Distributed Generation (DG) dibagi atas [3] : Micro : < 5 kw Small : 5 kw sampai dengan < 5 MW Medium : 5 MW sampai dengan 50 MW Large : 50 MW sampai dengan ~ 300 MW Struktur sistem kelistrikan konvensional dan sistem kelistrikan dengan Distributed Generation (DG) ditunjukkan pada Gambar 2.3. Kehadiran DG berdampak pada sistem distribusi. Penambahan pembangkit lokal dapat merubah arah aliran daya secara mendasar dan membuat aliran daya tersebut tidak searah lagi. 7
4 (a) Sistem Kelistrikan Konvensional (b) Sistem Kelistrikan Dengan Distributed Generation (DG) Gambar 2.3 Struktur Sistem Kelistrikan Konvensional dan Sistem Kelistrikan Dengan DG 8
5 Interkoneksi Distributed Generation (DG) kedalam jaringan distribusi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan transfer daya maksimum pada sistem distribusi. Kemungkinan gangguan yang terjadi pada suatu sistem tenaga listrik dapat mempengaruhi ketahanan kondisi operasi sistem sehingga terjadi pemadaman total pada sistem distribusi. DG yang terhubung ke sistem distribusi kemungkinan dapat mempertahankan kondisi operasi sistem sehingga dapat mencegah adanya pemadaman secara keseluruhan [4]. 2.3 Stabilitas Sistem Tenaga Listrik Stabilitas sistem tenaga listrik adalah kemampuan sistem tenaga listrik untuk kembali stabil ke kondisi awal tertentu, setelah mengalami suatu gangguan. Integritas sistem harus dipertahankan tetap utuh tanpa adanya pemutusan generator atau beban. Pemutusan generator atau beban dilakukan untuk mempertahankan keadaan operasi sistem dan untuk mengisolasi peralatan yang terkena gangguan. Sistem tenaga listrik merupakan sistem yang beroperasi dengan perubahan beban, keluaran generator, dan parameter operasi lain yang berubah secara kontinu. Ketika suatu sistem mengalami gangguan transient, kestabilan sistem bergantung pada jenis gangguan dan juga keadaan operasi dimulai. Gangguan mungkin kecil atau besar, gangguan kecil dalam bentuk perubahan beban yang terjadi terus menerus, dan sistem akan menyesuaikan terhadap perubahan beban tersebut. Suatu sistem harus mampu beroperasi dengan baik dalam keadaan beban berubah-ubah sesuai dengan permintaan beban. Suatu sistem juga harus mampu bertahan terhadap gangguan besar seperti hubung singkat pada jaringan transmisi dan lepasnya generator. Pada sistem tenaga listrik yang stabil ketika mengalami gangguan transien akan mencapai keadaan stabil dengan seluruh sistem tetap utuh dan sistem kembali ke keadaan normal melalui tindakan dari pengendali otomatis dan operator. Sebaliknya, pada sistem yang tidak stabil hal tersebut akan menyebabkan kondisi lepas kendali seperti penurunan secara progresif pada 9
6 tegangan bus. Kondisi sistem yang tidak stabil dapat menimbulkan pemadaman dalam porsi yang besar pada sistem tenaga listrik [5]. Analisis kestabilan biasanya digolongkan kedalam tiga jenis, tergantung pada sifat dan besarnya gangguan yaitu [6] : a) Kestabilan keadaan tetap Kestabilan keadaan tetap adalah kemampuan sistem tenaga listrik untuk menerima gangguan kecil yang terjadi disekitar titik keseimbangan pada kondisi tetap. Kestabilan ini tergantung pada karakteristik komponen yang terdapat pada sistem tenaga listrik antara lain: pembangkit, beban, jaringan transmisi, dan kontrol sistem itu sendiri. Model pembangkit yang digunakan adalah pembangkit yang sederhana (sumber tegangan konstan) karena hanya menyangkut gangguan kecil disekitar titik keseimbangan. b) Kestabilan dinamis Kestabilan dinamis adalah kemampuan sistem tenaga listrik untuk kembali ke titik keseimbangan setelah timbul gangguan yang relatif kecil secara tiba-tiba dalam waktu yang lama. Analisa kestabilitan dinamis lebih komplek karena juga memasukkan komponen kontrol otomatis dalam pengoperasiannya. c) Kestabilan peralihan Kestabilitan peralihan adalah kemampuan sistem untuk mencapai titik keseimbangan/ sinkronisasi setelah mengalami gangguan yang besar sehingga sistem kehilangan stabilitas karena gangguan terjadi diatas kemampuan sistem. Analisis kestabilan peralihan merupakan analisis yang utama untuk menelaah perilaku sistem daya misalnya gangguan yang berupa : Perubahan beban yang mendadak karena terputusnya unit pembangkit. Perubahan pada jaringan transmisi misalnya gangguan hubung singkat atau pemutusan saklar (switching). 10
7 2.4 Klasifikasi Stabilitas Sistem Tenaga Listrik Stabilitas sistem tenaga adalah suatu masalah, namun tidak praktis untuk menangani hal tersebut. Kestidakstabilan dari sistem dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Analisis dari berbagai stabilitas, termasuk mengidentifikasi faktor penting yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan dan merancang metode untuk meningkatkan operasi yang stabil. Gambar 2.4 berikut menjelaskan klasifikasi stabilitas sistem tenaga dalam berbagai kategori dan sub kategori yang mungkin terjadi dalam sistem [7]. Stabilitas Sistem Tenaga Stabilitas Sudut Rotor Stabilitas Frekuensi Stabilitas Tegangan Stabilitas Signal Kecil Stabilitas Peralihan Stabilitas Gangguan Besar Stabilitas Gangguan Kecil Stabilitas Jangka Pendek Stabilitas Jangka Pendek Stabilitas Jangka Panjang Stabilitas Jangka Pendek Stabilitas Jangka Panjang Gambar 2.4 Klasifikasi Stabilitas Sistem Tenaga Stabilitas sudut rotor mengacu pada kemampuan mesin sinkron dari sistem tenaga untuk tetap saling berhubungan (sinkron) setelah mengalami gangguan. Ketidakstabilan yang merupakan akibat terjadinya peningkatan ayunan sudut beberapa generator, menyebabkan kehilangan sinkron dengan generator lainnya. Stabilitas frekuensi mengacu pada kemampuan sistem tenaga untuk mempertahankan frekuensi stabil karena gangguan pada sistem yang menghasilkan ketidakseimbangan antara generator dan beban. Ketidakstabilan dapat mengakibatkan terjadi ayunan frekuensi berkelanjutan, menyebabkan trip unit pembangkit atau beban. 11
8 Stabilitas tegangan mengacu pada kemampuan sistem tenaga untuk mempertahankan tegangan stabil pada semua bus dalam sistem setelah mengalami gangguan mulai saat dioperasikan. Ketidakstabilan dapat terjadi akibat jatuh atau kenaikan tegangan dari beberapa bus. 2.5 Stabilitas Sudut Rotor Stabilitas sudut rotor merupakan kemampuan mesin sinkron yang terinterkoneksi dalam sebuah sistem tenaga listrik untuk tetap berada dalam keadaan sinkron dibawah kondisi operasi setelah mengalami gangguan. Hal ini bergantung pada kemampuan untuk mempertahankan atau mengembalikan kesetimbangan antara momen putar elektromagnetik dan mekanik masing-masing mesin sinkron pada sistem. Ketidakstabilan dapat menyebabkan terjadinya kenaikan sudut ayunan beberapa generator menuju kehilangan sinkronisasinya dengan generator lain [7]. Pengaruh dari kemampuan mesin sinkron yang terinterkoneksi pada stabilitas transien dapat terlihat pada Gambar 2.5, yaitu [1] : Penyimpangan maksimum kecepatan rotor yang terjadi setelah generator diberi gangguan. Lamanya osilasi yaitu interval waktu antara sebelum dan sesudah gangguan terjadi. Gambar 2.5 Grafik osilasi stabilitas kecepatan rotor 12
9 Persamaan yang mengatur gerakan rotor suatu mesin sinkron didasarkan pada prinsip dasar dinamika yang menyatakan bahwa momen-putar percepatan adalah hasil kali dari momen-kelambanan (moment of inertia) rotor dan percepatan sudutnya, momen-putar mekanis Tm dan momen elektris Te dianggap positif untuk generator sinkron. Ini berarti bahwa Tm adalah resultan momen putar poros yang mempunyai kecenderungan untuk mempercepat rotor dalam arah perputaran θm yang positif. Model dinamis dari generator sinkron dimana rotor diputar oleh penggerak mula terlihat pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 Model dinamis generator Momen pada rotor generator (T) adalah sama dengan perkalian momen inersia (J) dengan percepatan sudut (α), yaitu [8] : T = Jα...(2.1) T = J d² (θ)...(2.2) Dalam keadaan transient (gangguan), akan terjadi percepatan pada rotor sehingga terjadi perbedaan antara momen mekanis (Tm) dengan momen elektromagnetik (Te) yaitu : T = Ta = Tm Te...(2.3) Dalam keadaan kondisi stabil (normal) momen percepatan (Ta) = 0. Dalam keadaan ini tidak ada percepatan atau perlambatan yang terjadi terhadap massa rotor dan kecepatan tetap resultan merupakan kecepatan sinkron, maka momen input dan momen output sama besar, yaitu : Tm = Te...(2.4) Dengan substitusi Persamaan (2.3) ke (2.2), diperoleh : 13
10 J d² (θ) = Ta = Tm Te...(2.5) Jika perpindahan sudut rotor adalah θm, maka Persamaan (2.5) dapat ditulis, J d² (θm) = Ta = Tm Te...(2.6) Dan perpindahan sudut rotor setiap waktu adalah, θm = ωs t + δ...(2.7) Dimana : ωs = Kecepatan sinkron dari rotor generator (rad/det) δ = Sudut torsi atau posisi sumbu rotor terhadap sumbu medan stator dalam kondisi normal Kemudian Persamaan (2.7) dideferensialkan terhadap waktu dua kali berturut turut, diperoleh : Dan d dt (θm) = ωs + d dt d² (θm) = d² (δ)...(2.8) (δ)...(2.9) Kemudian substitusikan Persamaan (2.9) ke Persamaan (2.5), diperoleh : J d² (δ) = Ta = Tm Te...(2.10) Kalikan Persamaan (2.10) ini dengan kecepatan sudut rotor (ωm), maka diperoleh : atau Dimana : Jωm M d² d² (δ) = Taωm = Tmωm Teωm...(2.11) (δ) = Pa = Pm Pe...(2.12) M = Momentum sudut dari rotor Pa = Daya percepatan dari rotor generator (MW) Pm = Daya input mekanis dari rotor generator (MW) Pe = Daya output listrik dari rotor generator (MW) Persamaan (2.12) diatas adalah model dinamis dari generator atau disebut juga dengan persamaan ayunan dari generator. Pada persamaan ayunan itu daya mekanis dari penggerak mula Pm akan dianggap konstan. Hal ini membuat 14
11 keluaran daya listrik Pe akan menentukan apakah rotor akan mengalami percepatan, perlambatan, atau tetap pada kecepatan sinkron. Bila Pe sama dengan Pm dikatakan mesin bekerja pada kecepatan sinkron keadaan tetap. Bila Pe berubah dari nilai rotornya dikatakan menyimpang dari kecepatan sinkron. Perubahan pada Pe ditentukan oleh keadaan pada jala-jala transmisi dan distribusi listrik serta beban pada sistem ke mana generator itu mencatu daya. Gangguan jaringan listrik yang disebabkan oleh perubahan yang hebat, atau oleh bekerjanya pemutus rangkaian, dapat menyebabkan keluaran generator Pe berubah dengan cepat sehingga menimbulkan peralihan (transient) elektromekanis [9]. 2.6 Stabilitas Frekuensi Stabilitas frekuensi merupakan kemampuan sebuah sistem tenaga listrik untuk mempertahankan frekuensi dengan kisaran nominal mengikuti gangguan sistem yang menghasilkan ketidakseimbangan yang signifikan antara pembangkitan dan beban. Hal ini bergantung pada kemampuan untuk mengembalikan keseimbangan antara sistem beban dan pembangkitan dengan meminimalisasi pelepasan/kehilangan beban. Ketidakstabilan frekuensi dapat dicegah berdasarkan karakteristik dari proses peralatan pengaman yang aktif dalam beberapa detik seperti respon underfrekuensi pelepasan beban dan kontrol dari generator yang bisa terjadi dalam puluhan detik sesuai respon dari penggerak utama. Oleh karena itu, seperti yang diklasifikasikan pada Gambar 2.4, stabilitas frekuensi mungkin menjadi fenomena jangka pendek atau fenomena jangka panjang. Contoh ketidakstabilan frekuensi jangka pendek adalah gangguan pada suatu system yang cukup dengan underfrequency pelepasan beban dalam beberapa detik sehingga frekuensi kembali normal walaupun terjadi pemadaman sebagian sistem. Di sisi lain, situasi fenomena jangka panjang di mana ketidakstabilan frekuensi disebabkan oleh kontrol turbin yang mengalami overspeed sehingga kontrol dapat dinormalkan selama waktu puluhan detik hingga beberapa menit [5]. Karakteristik putaran generator dapat mempengaruhi frekuensi suatu sistem. Perputaran generator dapat diatur dengan pengaturan kopel pemutar. 15
12 Hubungan antara Kopel mekanis penggerak generator dengan perputaran generator ditunjukkan berdasarkan persamaan ayunan dari generator. Jika frekuensi yang dihasilkan generator adalah : f = w 2π...(2.13) Hal ini berarti bahwa pengaturan frekuensi dalam sistem berarti pula pengaturan kopel penggerak generator atau juga pengaturan daya aktif dari generator. Penambahan kopel pemutar generator memerlukan tambahan bahan bakar pada unit pembangkit. Penambahan kopel pemutar generator ini berbanding lurus dengan produksi MWH. Dengan kata lain bahwa pengaturan frekuensi sistem adalah pengaturan pemberian bahan bakar pada pembangkit. Pengaturan pemberian bahan bakar atau air tersebut diatas dilakukan oleh governor unit pembangkit. Reaksi dari keadaan governor ini dapat terjadi tidak stabil yang terus menerus berosilasi sampai keadaan yang langsung stabil tanpa osilasi yang ditunjukkan pada gambar 2.7. Gambar 2.7 Respons governor terhadap perubahan beban Dari gambar diketahui bahwa pada saat t = t0 ada penambahan beban sehingga frekuensi menurun menurut garis a. Pada saat t = t1 governor mulai beroperasi dengan mengadakan pengaturan primer sampai t = t2 dengan tercapai frekuensi f1. Pada saat t = t3 dilakukan pengaturan sekunder sehingga frekuensi kembali menjadi t4. Besarnya Δf tergantung kepada penyetelan speed droop governor. 16
13 Sifat governor yang dapat stabil tetapi tidak dapat mengembalikan nilai frekuensi ke nilai frekuensi semula. Hal itu menunjukkan bahwa governor mempunyai speed droop. Makin kecil speed droop dari governor makin peka governor tersebut terhadap perubahan beban tetapi juga lebih besar kemungkinannya untuk tidak stabil. Jadi dalam sistem yang terdiri dari banyak unit pembangkit apabila terjadi perubahan beban maka unit pembangkit yang mempunyai speed droop kecil yang mengalami penambahan beban yang lebih besar daripada unit pembangkit yang mempunyai speed droop besar [2]. 2.6 Stabilitas Tegangan Stabilitas tegangan merupakan kemampuan sistem tenaga listrik untuk mempertahankan tegangan pada seluruh bus dalam sistem yang berada dibawah kondisi operasi normal setelah mengalami gangguan. Ketidakstabilan mungkin terjadi dalam bentuk kenaikan atau penurunan tegangan pada beberapa bus secara progresif. Akibat dari ketidakstabilan tegangan adalah lepasnya beban pada area dimana tegangan mencapai nilai rendah yang tidak dapat diterima atau kehilangan integritas sistem tenaga listrik. Faktor utama penyebab ketidakstabilan tegangan biasanya adalah jatuh tegangan yang terjadi ketika daya aktif dan reaktif mengalir melalui reaktansi induktif di jaringan transmisi. Hal ini membatasi kemampuan jaringan transmisi untuk mengirim daya. Transfer daya akan semakin terbatas ketika beberapa generator mencapai batas kemampuan daya reaktifnya. Pemicu utama ketidakstabilan tegangan adalah beban. Dalam merespon sebuah gangguan, daya yang dikonsumsi beban dipulihkan oleh aksi dari regulator tegangan. Pemulihan beban meningkatkan tekanan pada jaringan tegangan tinggi menyebabkan lebih banyak pengurangan tegangan. Situasi tersebut menyebabkan terjadi ketidakstabilan tegangan ketika beban dinamis berusaha memulihkan konsumsi daya diluar kemampuan sistem transmisi dan pembangkit yang terhubung. Stabilitas tegangan dibagi menjadi dua kategori, yaitu : 17
14 a. Stabilitas tegangan gangguan besar dikaitkan dengan kemampuan suatu sistem untuk mengendalikan tegangan mengikuti gangguan besar, seperti gangguan sistem, lepasnya pembangkitan, dan hubung singkat. Kemampuan ini ditentukan oleh karakteristik antara beban dengan sistem, serta interaksi dari sistem proteksi dan kendali kontinu. Rentang waktu studinya dari beberapa detik hingga puluhan menit. Oleh karena itu, simulasi dinamis jangka panjang dibutuhkan untuk analisa. b. Stabilitas tegangan gangguan kecil terkait hubungannya dengan kemampuan sistem untuk mengendalikan tegangan mengikuti gangguan kecil seperti kenaikan beban sistem. Bentuk stabilitas ini ditentukan oleh karakteristik beban dan kendali kontinyu. Konsep ini berguna untuk menentukan bagaimana tegangan sistem akan merespon terhadap perubahan kecil pada sistem setiap saat. Proses dasar yang berkontribusi terhadap stabilitas tegangan gangguan kecil adalah keadaan stabil alami. Kriteria untuk stabilitas tegangan gangguan kecil adalah pada kondisi operasi untuk setiap bus dalam sistem, nilai tegangan bus meningkat saat injeksi daya reaktif pada bus yang sama meningkat. Sebuah sistem dikatakan tidak stabil tegangannya jika untuk minimal satu bus dalam sistem, nilai tegangan bus menurun ketika injeksi daya reaktif pada bus yang sama meningkat. Rentang waktu untuk masalah stabilitas tegangan bervariasi dari beberapa detik hingga puluhan menit. Sehingga, stabilitas tegangan mungkin merupakan fenomena jangka panjang atau jangka pendek [7]. Ketidakstabilan sudut rotor dan ketidakstabilan tegangan berjalan beriringan. Stabilitas tegangan berkaitan dengan daerah beban dan karakteristik beban. Stabilitas sudut rotor berhubungan dengan pembangkit listrik kecil yang terintegrasi dengan sebuah sistem besar melalui saluran transmisi yang panjang. Singkatnya, secara mendasar, stabilitas tegangan merupakan stabilitas beban, sedangkan stabilitas sudut rotor merupakan stabilitas generator. Sehingga apabila terjadi jatuh tegangan pada sebuah sistem transmisi yang jauh dari beban, hal itu merupakan ketidakstabilan sudut rotor. Jika jatuh tegangan terjadi pada daerah beban, hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh masalah ketidakstabilan tegangan [5]. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Joint Operating
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Rujukan penelitian yang pernah dilakukan untuk mendukung penulisan tugas akhir ini antara lain: a. Berdasarkan hasil penelitian Denny Yusuf Sepriawan (2014)
Lebih terperinciTugas Mingguan Peserta OJT Angkatan 13 Th. 2009
Tugas Mingguan Peserta OJT Angkatan 13 Th. 2009 WATAK FREKUENSI SISTEM PADA SAAT TERJADI HILANG DAYA PEMBANGKIT Disusun oleh: Haryo Praminta Sedewa YG/ES/0282 PT PLN(persero) AP2B Sistem Kalselteng WATAK
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø
BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor
Lebih terperinciBAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,
BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan frekuensi nominalnya. peningkatan kualitas sistem kelistrikannya agar didapatkan sistem yang dapat bekerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sistem tenaga listrik yang terinterkoneksi harus beroperasi pada frekuensi nominal dengan batas toleransi yang diizinkan, akan tetapi karena variasi beban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Komponen tersebut mempunyai fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem tenaga listrik merupakan sekumpulan pusat listrik dan gardu induk atau pusat beban yang satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga merupakan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TERHADAP PERILAKU SISTEM TENAGA LISTRIK SULAWESI SELATAN DALAM KEADAAN TRANSIEN
PRO S ID IN G 20 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGARUH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TERHADAP PERILAKU SISTEM TENAGA LISTRIK SULAWESI SELATAN DALAM KEADAAN TRANSIEN Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciTeknik Tenaga Listrik(FTG2J2)
Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1
Lebih terperinciAnalisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan
Presentasi Seminar Tugas Akhir Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan Nama : Syahrul Hidayat NRP : 2209100161 Pembimbing :
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM INTEGRASI 33 KV PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN RFCC DAN PLBC
TUGAS AKHIR TE 141599 ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM INTEGRASI 33 KV PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN RFCC DAN PLBC Firdaus Ariansyah NRP 2213106062 Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumen. Suplai daya listrik dari pusat-pusat pembangkit sampai ke konsumen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem tenaga listrik yang besar pada umumnya memiliki beberapa pusat pembangkit yang terdiri dari banyak generator (multimesin). Generator berfungsi untuk mensalurkan
Lebih terperinciAnalisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban di Perusahaan Minyak Nabati
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban di Perusahaan Minyak Nabati Wijaya Khisbulloh, Ardyono Priyadi, dan Ontoseno Penangsang Jurusan Teknik
Lebih terperinciyaitu kestabilan sistem tenaga saat mengalami gangguan-gangguan yang kecil. mengganggu keserempakan dari sistem tenaga.
Pada penelitian ini jenis kestabilan yang diteliti adalah small signal stability, yaitu kestabilan sistem tenaga saat mengalami gangguan-gangguan yang kecil. Berbeda dengan gangguan transien yang jarang
Lebih terperinciAnalisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC
B19 Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC Firdaus Ariansyah, Ardyono Priyadi, dan Margo Pujiantara
Lebih terperinciANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK
ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK Oleh : Patriandari 2206 100 026 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD.
Lebih terperinciAnalisa Stabilitas Transien Pada Sistem Transmisi Sumatera Utara 150 kv 275 kv Dengan Penambahan PLTA Batang Toru 4 X 125 MW
B202 Analisa Stabilitas Transien Pada Sistem Transmisi Sumatera Utara 150 kv 275 kv Dengan Penambahan PLTA Batang Toru 4 X 125 MW Danar Tri Kumara, Prof. Ir Ontoseno Penangsang M.Sc,Ph.D, dan Ir. NI Ketut
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-136
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-136 Simulasi Dinamika untuk Menentukan Stabilitas Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Thyristor Controlled Braking Resistor pada Sistem IEEE
Lebih terperinciMODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)
MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS) DALAM PERBAIKAN STABILITAS TRANSIEN GENERATOR SINKRON
ANALISIS PENGGUNAAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS) DALAM PERBAIKAN STABILITAS TRANSIEN GENERATOR SINKRON Indra Adi Permana 1, I Nengah Suweden 2, Wayan Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING
BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A121 Studi Analisa Stabilitas Transien Sistem Jawa-Madura-Bali (Jamali) 5kV Setelah Masuknya Pembangkit Paiton MW Pada Tahun 221
Lebih terperinciGENERATOR SINKRON Gambar 1
GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)
Lebih terperinciPERHITUNGAN CCT (CRITICAL CLEARING TIME) UNTUK ANALISIS KESTABILAN TRANSIENT PADA SISTEM KELISTRIKAN 500KV JAWA-BALI
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-5 1 PERHITUNGAN CCT (CRITICAL CLEARING TIME) UNTUK ANALISIS KESTABILAN TRANSIENT PADA SISTEM KELISTRIKAN 500KV JAWA-BALI I Nyoman Kurnia Widhiana, Ardyono Priyadi
Lebih terperinciSimulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh
B-468 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh David Firdaus,
Lebih terperinciPerhitungan Waktu Pemutus Kritis Menggunakan Metode Simpson pada Sebuah Generator yang Terhubung pada Bus Infinite
JURNAL TEKNIK ELEKTRO Vol., No., (03) -6 Perhitungan Waktu Pemutus Kritis Menggunakan Metode Simpson pada Sebuah Generator yang Terhubung pada Bus Infinite Argitya Risgiananda ), Dimas Anton Asfani ),
Lebih terperinciAnalisis Stabilitas Transien di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Akibat Penggantian Sebuah Unit Pembangkit GTG 18 MW Menjadi STG 32 MW
Analisis Stabilitas Transien di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Akibat Penggantian Sebuah Unit Pembangkit GTG 1 MW Menjadi STG 3 MW Chico Hermanu B A, Adi Soeprijanto, Margo Pujiantara Jurusan Teknik Elektro-FTI
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sinkron antara tegangan, frekuensi, dan sudut fasa. Operasi ini akan menyatakan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stabilitas Sistem Tenaga Permasalahan utama yang terjadi di sistem tenaga adalah operasi sinkron antara tegangan, frekuensi, dan sudut fasa. Operasi ini akan menyatakan keserempakan
Lebih terperinci2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Listrik Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi juga merupakan bagian yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri atas sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri atas sistem pembangkit listrik, sistem transmisi tenaga listrik, sistem distribusi tenaga dan sistem proteksi
Lebih terperinciSTUDI KOORDINASI FUSE
STUDI KOORDINASI FUSE DAN RECLOSER PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM. 6 GARDU INDUK PEMATANGSIANTAR) Riko Jogi Petrus Pasaribu (1),
Lebih terperinciPENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL
PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL Arwadi Sinuraya*) Abstrak Pembangunan pembangkit listrik dengan daya antara 1kW 10 kw banyak dilaksanakan
Lebih terperinciPERBAIKAN REGULASI TEGANGAN
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan
Lebih terperinciAnalisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat Syahrul Hidayat, Ardyono
Lebih terperinciBAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK. CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV
BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV 3.1 UNIT BISNIS CNOOC SES Ltd China National Offshore Oil Company South East Sumatra
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegangannya menjadi tegangan tinggi, tegangan ekstra tinggi, dan tegangan ultra
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Berdasarkan sistem tenaga listrik konvensional, energi listrik dibangkitkan pada pusat pembangkit dengan daya yang besar. Kemudian dinaikkan
Lebih terperinciAnalisis Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban Sistem Kelistrikan Distrik II PT. Medco E&P Indonesia, Central Sumatera
Analisis Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban Sistem Kelistrikan Distrik II PT. Medco E&P Indonesia, Central Sumatera Andy Kurniawan, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto Jurusan Teknik
Lebih terperinciDINAMIKA FREKUENSI SISTEM KARENA GANGGUAN UNIT PEMBANGKIT
DINAMIKA FREKUENSI SISTEM KARENA GANGGUAN UNIT PEMBANGKIT Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Teknik Elektro Disusun Oleh: Nama : HANIF GUNTORO Nim : 01400 037
Lebih terperinciAnalisis Kestabilan Sistem Daya pada Interkoneksi PT.Ajinomoto Indonesia dan PT.Ajinex Internasional Mojokerto Factory
1 Analisis Kestabilan Sistem Daya pada Interkoneksi PT.Ajinomoto Indonesia dan PT.Ajinex Internasional Mojokerto Factory Triyudha Yusticea Sulaksono, Hadi Suyono, Hery Purnomo Abstrak PT. Ajinomoto Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk kebutuhan energi listrik semakin meningkat, maka dibutuhkan penambahan pasokan listrik hingga tercukupi. Selain penambahan energi
Lebih terperinciStrategi Interkoneksi Suplai Daya 2 Pembangkit di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory
1 Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory Surya Adi Purwanto, Hadi Suyono, dan Rini Nur Hasanah Abstrak PT. Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory adalah perusahaan
Lebih terperinciPublikasi Jurnal Skripsi JANUAR MUTTAQIN NIM : Disusun Oleh :
ANALISIS KESTABILAN SISTEM DAYA PADA INTERKONEKSI DUA GENERTOR SINKRON TIGA FASA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA ANDUNGBIRU KECAMATAN TIRIS KABUPATEN PROBOLINGGO Publikasi Jurnal Skripsi Disusun
Lebih terperinciAnalisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban Di PT. Pusri Akibat Penambahan Generator Dan Penambahan Beban
JUNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-170 Analisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban Di PT. Pusri Akibat Penambahan Generator Dan Penambahan Beban Baghazta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tugas akhir berada di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Gambar
Lebih terperinciBAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang
BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teorema Thevenin (1) Pada teorema ini berlaku bahwa : Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan
Lebih terperinciPERBAIKAN STABILITAS DINAMIK TENAGA LISTRIK DENGAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS)
PERBAIKAN STABILITAS DINAMIK TENAGA LISTRIK DENGAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS) Wahri Sunanda 1), Rika Favoria Gusa 2) 1) 2) Teknik Elektro Universitas Bangka Belitung ABSTRAK PERBAIKAN STABILITAS DINAMIK
Lebih terperinciSTUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS
STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS OLEH : PANCAR FRANSCO 2207100019 Dosen Pembimbing I Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto,
Lebih terperinciSTABILITAS SISTEM TENAGA LISTRIK di REGION 4 PT. PLN (Jawa Timur dan Bali)
T E K N I K E L E K T R O S E K O L A H P A S C A S A R J A N A U N I V E R S I T A S G A D J A H M A D A Y O G Y A K A R T A STABILITAS SISTEM TENAGA LISTRIK di REGION 4 PT. PLN (Jawa Timur dan Bali)
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Distributed generation adalah sebuah konsep teknologi pembangkit energi listrik dengan kapasitas kecil yang dapat dioperasikan dengan memanfaatkan potensi sumber
Lebih terperinciBAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang
BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi
Lebih terperinciAnalisis Stabilitas Transien Dan Perancangan Pelepasan Beban Pada Sistem Kelistrikan Tabang Coal Upgrading Plant (TCUP) Kalimantan Timur
Analisis Stabilitas Transien Dan Perancangan Pelepasan Beban Pada Sistem Kelistrikan Tabang Coal Upgrading Plant (TCUP) Kalimantan Timur Primanda Ary Putranta 06100198 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga
Lebih terperinciAnalisis Kestabilan Sistem Daya pada Interkoneksi PT.Ajinomoto Indonesia dan PT.Ajinex Internasional Mojokerto Factory
1 Analisis Kestabilan Sistem Daya pada Interkoneksi PT.Ajinomoto Indonesia dan PT.Ajinex Internasional Mojokerto Factory Triyudha Yusticea Sulaksono, Hadi Suyono, Hery Purnomo Abstrak PT. Ajinomoto Indonesia
Lebih terperinciStudi Perhitungan Critical Clearing Time Pada Beban Dinamis Berbasis Controlling Unstable Equilbrium Point
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Studi Perhitungan Critical Clearing Time Pada Beban Dinamis Berbasis Controlling Unstable Equilbrium Point Angga Mey Sendra., Dr.Eng. Ardyono Priyadi, ST,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan banyak keuntungan seperti bersahabat dengan lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Generator sinkron merupakan alat listrik yang berfungsi mengkonversikan energi mekanis berupa putaran menjadi energi listrik. Energi mekanis berupa putaran tersebut
Lebih terperinciALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR
ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR 1. Pendahuluan Listrik seperti kita ketahui adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis penggunaannya oleh manusia, di mana listrik dihasilkan dari proses konversi
Lebih terperinciBAB III OPERASI PARALEL GENERATOR PLTU UNIT 3/4 TANJUNG PRIOK
BAB III OPERASI PARALEL GENERATOR PLTU UNIT 3/4 TANJUNG PRIOK 3.1 PARALEL GENERATOR KE JARINGAN Ketika terhubung ke system/jaringan yang besar (infinite bus), generator sinkron menjadi bagian jaringan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Static VAR Compensator Static VAR Compensator (SVC) pertama kali dipasang pada tahun 1978 di Gardu Induk Shannon, Minnesota Power and Light system dengan rating 40 MVAR. Sejak
Lebih terperinciSTUDI PENGATURAN TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG TR 5 GI TARUTUNG)
STUDI PENGATURAN TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG TR 5 GI TARUTUNG) Andika Handy (1), Zulkarnaen Pane (2) Konsentrasi Teknik
Lebih terperinciKONDISI TRANSIENT 61
KONDISI TRANSIENT 61 NAMEPLATE GENERATOR GENERATOR SET SALES MODEL RATING 1000 KVA 800 KW 0.8 COSΦ 50 HZ CONTINUOUS XXX PRIME STANDBY STANDBY GENERATOR DATA 3 PHASE 12 WIRE XXX WYE DELTA CONNECTION XXX
Lebih terperinciPERBAIKAN STABILITAS DINAMIK TENAGA LISTRIK DENGAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS)
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.., No.2, September 20 PERBAIKAN STABILITAS DINAMIK TENAGA LISTRIK DENGAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS) Rika Favoria Gusa Dosen Jurusan Teknik Elektro UBB Bangka Belitung, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan penghematan disegala bidang. Selaras dengan laju
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini Indonesia khususnya sedang melaksanakan pembangunan dan penghematan disegala bidang. Selaras dengan laju pertumbuhan pembangunan,
Lebih terperinciANALISA STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT.CHANDRA ASRI,CILEGON AKIBAT INTEGRASI PLN
ANALISA STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT.CHANDRA ASRI,CILEGON AKIBAT INTEGRASI PLN Aryawa Prasada Suroso, Margo Pujiantara, Ardyono Priyadi Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pada penelitian sebelumnya (Nugraheni, 2011), dengan judul Simulasi Pelepasan Beban Dengan Menggunakan Rele Frekuensi Pada Sistem Tenaga Listrik CNOOC SES Ltd.
Lebih terperinciMESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.
MESIN ASINKRON A. MOTOR LISTRIK Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC berbasis metrik (milimeter),
Lebih terperinciPENENTUAN BATAS TEGANGAN STEADY STATE DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PQ PADA TEGANGAN BEBAN SENSITIF
PENENTUAN BATAS TEGANGAN STEADY STATE DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PQ PADA TEGANGAN BEBAN SENSITIF KHAIREZA HADI 2208100606 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT NIP. 1964
Lebih terperinciBAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron
BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN TRANSIEN PENERAPAN DISTRIBUTED GENERATION PADA SISTEM KELISTRIKAN WILAYAH BENGKULU
SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN PENERAPAN DISTRIBUTED GENERATION PADA SISTEM KELISTRIKAN WILAYAH BENGKULU Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S1) Oleh
Lebih terperinciModul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan 1
TOPIK 14 MESIN SINKRON PRINSIP KERJA MESIN SINKRON MESIN sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sarna dengan mesin induksi. sedangkan
Lebih terperinciBAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV
BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN TRANSIEN BERBASIS CRITICAL CLEARING TIME PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG
ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN BERBASIS CRITICAL CLEARING TIME PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG Angky Inggita Putra, Margo Pujiantara, Ardyono Priyadi Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. mikrohidro (PLTMh) contohnya yang banyak digunakan di suatu daerah terpencil
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Distributed generation (DG) banyak dikembangkan di seluruh dunia sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kelistrikan yang ada di daerah terpencil. Biasanya
Lebih terperinciPERBAIKAN STABILITAS PERALIHAN MENGGUNAKAN BRAKING RESISTOR PENGENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODE KRITERIA SAMA LUAS SKRIPSI
PERBAIKAN STABILITAS PERALIHAN MENGGUNAKAN BRAKING RESISTOR PENGENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODE KRITERIA SAMA LUAS SKRIPSI Oleh : Irsan 04 03 03 056X DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 DOSEN PEMBIMBING : Bp. DJODI ANTONO, B.Tech. Oleh: Hanif Khorul Fahmy LT-2D 3.39.13.3.09 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciSIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd. SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd. SKRIPSI ARI NUGRAHENI 07 06 163602 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
Lebih terperinciBAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga
BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga
Lebih terperinciAnalisa Stabilitas Transient STL Minahasa Menggunakan Metode Kriteria Luas Sama
E-journal Teknik Elektro dan Komputer (15), ISSN : 31-84 33 Analisa Stabilitas Transient STL Minahasa Menggunakan Metode Kriteria Luas Sama Frietz Andrew Rotinsulu (1), Maickel Tuegeh, ST., MT. (), Lili
Lebih terperinciSTUDI PELEPASAN BEBAN PADA SKEMA PERTAHANAN (DEFENCE SCHEME) JARINGAN SISTEM KHATULISTIWA
STUDI PELEPASAN BEBAN PADA SKEMA PERTAHANAN (DEFENCE SCHEME) JARINGAN SISTEM KHATULISTIWA Erni Noviyani 1), Junaidi 2), Purwo Harjono 3) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura e-mail:
Lebih terperinciSTUDI PEMAKAIAN SUPERKONDUKTOR PADA GENERATOR ARUS BOLAK- BALIK
STUDI PEMAKAIAN SUPERKONDUKTOR PADA GENERATOR ARUS BOLAK- BALIK Tantri Wahyuni Fakultas Teknik Universitas Majalengka Tantri_wahyuni80@yahoo.co.id Abstrak Pada suhu kritis tertentu, nilai resistansi dari
Lebih terperinciMekatronika Modul 9 Motor Stepper
Mekatronika Modul 9 Motor Stepper Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Motor Stepper Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan penerapan
Lebih terperinciAnalisa Stabilitas Transien pada Sistem Kelistrikan PT. Pupuk Kalimantan Timur (Pabrik KALTIM 1), Akibat Reaktivasi Pembangkit 11 MW.
Analisa Stabilitas Transien pada Sistem Kelistrikan PT. Pupuk Kalimantan Timur (Pabrik KALTIM 1), Akibat Reaktivasi Pembangkit 11 MW. M. Faishal Adityo, Margo Pujiantara, Ardyono Priyadi Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas garis besar penelitian yang meliputi latar belakang,
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas garis besar penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan penelitian. 1.1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap energi listrik dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap energi listrik dari tahun ketahun tentu semakin besar pula daya listrik yang harus disediakan. Karena itu perlu adanya
Lebih terperinciSIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES LTD.
SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES LTD. Ari Nugraheni 1, Rudy Setiabudy 2 1. Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Lebih terperinciDampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar
Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 57 Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Isdiyarto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II
MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNTAG 2016 PERCOBAAN I PENGENALAN ETAP I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pada umumnya industri memerlukan motor sebagai penggerak, adapun motor yang sering digunakan adalah motor induksi,karena konstruksinya yang sederhana, kuat
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR)
ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR) Indar Chaerah Gunadin Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin Abstrak Perubahan daya reaktif yang disuplai ke beban
Lebih terperinciAnalisis Stabilitas Transient Pada Sistem Tenaga Listrik dengan Mempertimbangkan Beban Non-Linear
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisis Stabilitas Transient Pada Sistem Tenaga Listrik dengan Mempertimbangkan Beban Non-Linear Gede Arjana P.P, Ontoseno Penangsang, dan Ardyono Priyadi
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN MEKANISME PELEPASAN BEBAN AKIBAT PENAMBAHAN PEMBANGKIT 1x26,8 MW PADA SISTEM KELISTRIKAN PT.
TUGAS AKHIR TE141599 ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN MEKANISME PELEPASAN BEBAN AKIBAT PENAMBAHAN PEMBANGKIT 1x26,8 MW PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. PETROKIMIA GRESIK Rahmat Saiful Anwar NRP 2213 100 045
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)
BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) II.1 Umum Motor induksi tiga phasa merupakan motor yang banyak digunakan baik di industri rumah tangga maupun industri skala besar. Hal ini dikarenakan konstruksi
Lebih terperinciSTUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO
STUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO Anggi Muhammad Sabri Saragih 13204200 / Teknik Tenaga Elektrik Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Lebih terperinciBAB 4 PERHITUNGAN KESTABILAN PERALIHAN SISTEM TENAGA LISTRIK MESIN MAJEMUK
BAB 4 PERHITUNGAN KESTABILAN PERALIHAN SISTEM TENAGA LISTRIK MESIN MAJEMUK 4.. Penjelasan Sistem Secara Umum,4,5) Pada bab ini efektivitas estimasi kestabilan dengan menggunakan fungsi Lyapunov akan diujikan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR - TE
TUGAS AKHIR - TE 141599 ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN MEKANISME PELEPASAN BEBAN DI PT. PERTAMINA RU V BALIKPAPAN AKIBAT PENAMBAHAN GENERATOR 2x15MW DAN PENAMBAHAN BEBAN 25 MW Yudiestira NRP 2212 100
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. energi alternatif yang dapat menghasilkan energi listrik. Telah diketahui bahwa saat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis energi yang melanda dunia khususnya di Indonesia, telah membuat berbagai pihak mencari solusi dan melakukan penelitian untuk mencari sumber energi
Lebih terperinciBAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat
Lebih terperinciANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS
NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan oleh: FAJAR WIDIANTO D 400 100 060 JURUSAN
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. listrik. Di Indonesia sejauh ini, sebagian besar kebutuhan energi listrik masih disuplai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun-tahun terakhir, teknologi dan jumlah pertumbuhan penduduk meningkat pesat. Hal ini juga diiringi meningkatnya permintaan akan suplai energi listrik. Permintaan
Lebih terperinci