BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi, saluran distribusi dan beban yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan sehingga membentuk suatu sistem. Suatu sistem tenaga listrik yang lengkap seperti gambar 2.1 pada dasarnya dapat dikelompokan atas empat komponen sebagai berikut (Kadir, 2006) : 1. Pembangkit tenaga listrik. 2. Sistem transmisi 3. Saluran distribusi 4. Konsumen Gambar 2.1 Jaringan sistem tenaga listrik Sumber : (PT PLN (Persero) Distribusi Bali Pembangkit-pembangkit tenaga listrik ada beberapa macam seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), pembangkit listrik tenaga biomassa, dan lainnya. Pada umumnya letak pusat

2 7 pembangkit jauh dari pusat-pusat beban sehingga diperlukan saluran transmisi untuk menyalurkan tenaga listrik. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh unit pembangkit sebelum disalurkan melalui saluran transmisi dinaikkan dulu menjadi tegangan menjadi 70 kv, 150 kv, 500 kv melalui transformator penaik tegangan. Dari tegangan trasmisi diturunkan di gardu Induk menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi 20 kv sehingga bisa disalurkan ke konsumen. Tegangan menengah akan mengalami penurunan tegangan menjadi tegangan rendah 220/380 V melalui gardu distribusi, konsumen dengan daya kecil tersambung dengan jaringan tegangan rendah sedangkan untuk konsumen dengan daya besar tersambung dengan jaringan tegangan menengah atau jaringan tegangan tinggi tergantung dari besarnya daya yang terpasang Kondisi Eksisting Ketenagalistrikan Bali Sistem ketenagalistrikan di Bali merupakan sistem interkoneksi antara Pulau Bali dan Pulau Jawa, dimana Pulau Bali pada sampai dengan bulan Juni 2011 untuk memenuhi kebutuhan listriknya disuplai dari Unit Pembangkit Pesanggaran dengan daya terpasang 281,79 MW, Unit Pembangkit Pemaron dengan daya terpasang 147,6 MW, dan Unit Pembangkit Gilimanuk dengan daya terpasang 133,8 MW, serta Unit Kabel Laut dengan daya terpasang 220 MW, sehingga total daya terpasang adalah 783,19 MW, sedangkan daya mampu dari total Unit terpasang adalah 688,01 MW. Kondisi pasokan tenaga listrik pada sistem kelistrikan Bali dapat dilihat pada Tabel 2.1. Beban puncak sistem Bali pada tahun 2011 sebesar 597,2 MW terjadi pada bulan Nopember 2011 (lihat tabel 2.2), apabila salah satu unit yang mempunyai kapasitas besar (PLTG Gilimanuk) keluar dari sistem karena ada pemeliharaan, maka akan terjadi kekurangan daya atau tidak sesuai kriteria N-1. Pemakaian energi listrik atau kwh jual dari tahun ke tahun semakin naik, realisasi kwh jual pada tahun 2006 sebesar 2,125 GWh, dan realisasi kwh jual tahun 2010 sebesar 3,09 GWh. Pertumbuhan kwh jual dari tahun 2006 sampai tahun 2010 rata-rata sebesar 8,16 % (lihat table 2.2). Sedangkan untuk pertumbuhan kwh produksi atau kwh Salur yang diterima sistem Bali dari P3B melalui jaringan transmisi rata-rata sebesar 8,98% (lihat table 2.2) mulai dari

3 8 tahun 2006 sampai tahun Realisasi energi listrik yang disalurkan P3B pada tahun 2006 sebesar 2,32 GWh dan tahun 2010 sebesar 3,27 GWh. Tabel 2.1 Kondisi Pembangkit sampai September 2011 PEMBANGKIT TAHUN OPERASI DAYA TERPASANG (MW) DAYA MAMPU (MW) PLTD #1 [MIRLESS] ,080 3,800 PLTD #2 [MIRLESS] ,080 3,920 PLTD #3 [MIRLESS] ,080 3,920 PLTD #4 [MIRLESS] ,080 3,920 PLTD #5 [MIRLESS] ,140 3,040 PLTD #6 [MIRLESS] ,770 5,340 PLTD #7 [MIRLESS] ,770 5,340 PLTD #8 [SWD] ,520 3,990 PLTD #9 [SWD] ,520 3,990 PLTD #10 [SWD] ,400 8,000 PLTD #11 [SWD] ,400 7,500 PLTD BOO (Ops. 04/08/2010) ,000 25,500 TOTAL PLTD PESANGGARAN 103,840 78,260 PLTG #1 [ALSTOM] ,350 17,650 PLTG #2 [GE] ,100 18,300 PLTG #3 [WESTINGHOUSE] ,000 36,150 PLTG #4 [WESTINGHOUSE] ,000 36,150 PLTD UNIT BOT 01(ops 07/02/2011) ,500 15,500 PLTD UNIT BOT 02 (ops 07/02/2011) ,500 15,500 PLTD UNIT BOT 03 (ops 07/02/2011) ,500 15,500 TOTAL PLTG PESANGGARAN 177, ,750 PLTG GILIMANUK [ABB] , ,000 PLTG #1 PEMARON ,800 40,000 PLTG #2 PEMARON ,800 40,000 PLTD BOO (Ops. 27/08/2010) ,000 45,000 TOTAL PLTG PEMARON 147, ,000 KABEL LAUT # , ,000 KABEL LAUT # , ,000 TOTAL KABEL LAUT # 1 & 2 220, ,000 TOTAL DISTRIBUSI (BRUTO) 783, ,010 Sumber : PT PLN (Persero) Indonesia Power

4 9 Data beban puncak sistem ketenagalistrikan PT PLN (Persero) Distribusi Bali selama 5 (lima) tahun terakhir dari tahun 2006 sampai dengan bulan Desember 2011 (dilihat Tabel 2.2), dan beban puncak sistem Bali cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan rata-rata dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 sebesar 6,91%. Tabel 2.2 Data Energi dan Beban Puncak Tahun Pemakaian Energi Energi Tersalurkan Beban Growth Jual Growth P3B Growth Puncak (%) (GWh) (%) (GWh) (%) , % 2, % % , % 2, % % , % 2, % % , % 2, % % , % 3, % % , % 3, % % Rata rata pertumbuhan beban puncak 6.91% Sumber data : PT PLN (Persero) Distribusi Bali Harga rata-rata jual (Rp/kWh jual) cenderung meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan konsumsi energi listrik, dan tarif non subsidi yang diberlakuan pada daya VA, serta listrik prabayar (LPB). Kenaikan ratarata Rp/kWh Jual 5(lima) tahun terakhir dari 2006 sampai dengan Desember tahun 2011 sebesar 36,96 Rp/kWh seperti pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Data Rupiah per kwh Jual Tahun Tarif (Rp/kWh) Growth (%) Rata rata kenaikan Rp/kWh jual sebesar Sumber data : PT PLN (Persero) Distribusi Bali 2.3. Analisa aliran daya Analisa aliran daya ini sangat penting dalam perencanaan pengembangan sistem untuk masa yang akan datang, karena pengoperasian yang baik dari suatu

5 10 sistem sangat tergantung pada pengaruh-pengaruh interkoneksi dengan sistemsistem daya yang lain, beban baru, stasiun pembangkit baru, dan saluran transmisi baru yang akan terpasang. Tujuan analisis aliran daya antara lain adalah (Sulasno, 2001) : a. Untuk mengetahui tegangan pada tiap-tiap bus yang ada pada sistem. b. Untuk mengetahui daya aktif dan reaktif yang mengalir dalam setiap saluran dalam sistem. c. Untuk mengetahui apakah semua peralatan memenuhi batas-batas yang ditentukan untuk menyalurkan daya listrik yang diinginkan. d. Untuk memperoleh kondisi awal untuk studi-studi seperti studi analisis hubung singkat, stabilitas dan pembebanan ekonomis. Analisa aliran daya yang dilakukan dalam perencanaan perluasan sistem, akan sangat membantu untuk mengetahui prosedur pengoperasian yang baik setelah mempelajari efek tambahan dari sistem yang akan dilakukan dalam perencanaan selanjutnya, termasuk apabila terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik seperti hilang atau keluarnya satu atau lebih sentral pembangkit atau saluran transmisi Saluran Transmisi Saluran Transmisi Pendek Saluran transmisi pendek adalah saluran transmisi dengan panjang tidak lebih dari 80 km. Admitasi pararel sering disebut line charging biasanya merupakan kapasitansi murni, yang nilainya kecil sekali sehingga dalam perhitungan dapat diabaikan. Sehingga rangkaian ekivalen merupakan impedansi seri seperti gambar 2.2.

6 11 Gambar 2.2. Rangkaian ekivalen saluran transmisi pendek (Stevenson,1994) Dikarenakan besarnya IS = IR, maka persamaan yang digunakan untuk saluran transmisi pendek adalah (Stevenson, 1994) : VS = VR + Z.IR... (2.1) IS = Arus ujung pengirim atau ujung generator. IR = Arus ujung penerima atau ujung beban. VS = Tegangan ujung pengirim atau ujung generator. VR = Tegangan ujung penerima atau ujung beban. Z = R + jx = Impedansi saluran Saluran Transmisi Menengah Saluran transmisi menengah memiliki panjang antara 80 sampai 240 km. Nilai kapasitansi pada saluran ini cukup besar, sehingga tidak dapat diabaikan dalam perhitungan. Rangkaian ekivalennya disebut juga rangkaian ekivalen T- Nominal dimana admitansi pararel yang terpusat ditengah-tengah saluran seperti gambar 2.3. Gambar 2.3. Rangkaian ekivalen T-Nominal (Stevenson, 1994) Persamaan yang berlaku pada rangkaian ekivalen T-Nominal adalah :

7 12 Relasi tegangan dan arus : = (2.2) dengan : = Y = + ( + ) Y (2.3) = Y + (1 + ) (2.4) Apabila keseluruhan admitansi pararel saluran dibagi menjadi dua sama besar dan ditempatkan masing-masing pada ujung pengirim dan ujung penerima, maka rangkaian ekivalen terbentuk disebut rangkaian ekivalen Π-Nominal seperti gambar 2.4. Gambar 2.4 Rangkaian ekivalen Π-Nominal (Stevenson, 1994) Pada rangkaian ekivalen Π-Nominal berlaku persamaan : Relasi tegangan dan arus : Arus : = + Z (2.5) = + (2.6) = + (1 + ) (2.7) = + (2.8) = (1 + ) + (Y + ) (2.9) dengan : = Arus pada ujung pengirim. = Arus pada ujung penerima.

8 13 = Tegangan pada ujung pengirim. = Tegangan pada ujung penerima atau beban. Z = Impedansi seri total saluran. Y/2 = Admitansi pararel pada ujung saluran Saluran Transmisi Panjang Saluran transmisi ini memiliki panjang lebih dari 240 km. Rangkaian T-Nominal dan Π-Nominal tidak dapat mempresentasikan saluran transmisi panjang dengan tepat, karena rangkaian tersebut tidak memperhitungkan kenyataan bahwa parameter saluran tersebut merata. Untuk mendapatkan rangkaian ekivalen transmisi panjang secara tepat dengan mengukur pada ujungujung saluran. Rangkaian ekivalen Π untuk saluran panjang seperti gambar 2.5. Gambar 2.5 Rangkaian ekivalen Π untuk saluran panjang (Stevenson, 1994) Persamaan hiperbolis untuk rangkaian transmisi panjang adalah : = cosh + sinh (2.9) = cosh + / sinh (2.9a) dan : = =

9 14 dengan : = konstanta rambatan (propagation constant) = impedansi karakteristik Seperti persamaan yang berlaku untuk rangkaian ekivalen Π-Nominal, maka untuk rangkaian ekivalen Π berlaku : = + Z (2.10) dengan : Z = impedansi seri saluran transmisi panjang. = admitansi pararel saluran transmisi panjang. Dengan menbandingkan persamaan (2.10) dengan persamaan (2.9) dan (2.9a), akan diperoleh : = sinh = Z (2.11) dan + 1 = cosh (2.12) Dengan memasukan nilai diperoleh : pada persamaan (2.11) ke persamaan (2.12), maka = (2.13) = tanh (2.14) = (2.15) 2.5. Kuantitas Per-Unit Dalam sebuah perhitungan tenaga listrik yang mana permasalahan sangat kompleks, maka diperlukan penyederhanaan penyelesaian di dalam menganalisa suatu rangkaian sistem tenaga listrik, dapatdilakukan dengan cara mengubah

10 15 besaran-besaran yang sebenarnya ke dalam besaran per-unit (pu) untuk mempermudah didalam perhitungan. Pada prinsipnya nilai dasar sistem tiga fasa sama dengan sistem satu fasa. Tegangan dasar pada sistem tiga fasa adalah kali tegangan satu fasa, demikian juga volt-amper fasa adalah tiga kali dari volt-amper satu fasa. Maka impedansi dasar dapat diperoleh sebgai berikut (Stevenson, 1994) : Impedansi dasar (Ω) =... (2.16) Impedansi dasar (Ω) = (2.17) Impedansi dasar (Ω) = (2.18) Arus dasar =.. (2.19) Dengan menggunakan dasar-dasar persamaan diatas maka perhitungan per unit untuk masing-masing impedansi dapat dapat dilakukan dengan persamaan, impedansi per unit : (2.20) Dalam sistem kadang-kadang impedansi per-unit dinyatakan dengan dasar yang berbeda dari yang telah dipilih sebagai dasar. Karena seluruh impedansi dalam sistem harus dinyatakan dengan nilai dasar yang sama, maka diperlukan suatu cara untuk mengubah besaran per-unit dari satu nilai dasar ke nilai dasar yang lain. Dengan mensubtitusikan persamaan 2.17 ke dalam persamaan 2.20 maka akan diperoleh impedansi per-unit dalam suatu elemen rangkaian yaitu : = (2.21) Persamaan (2.21) memperlihatkan bahwa impedansi per-unit berbanding lurus dengan kilovolt-amper dasar dan berbanding terbalik kuadrat tegangan dasar. Maka dari itu untuk mengubah impedansi per-unit menurut dasar yang diberikan menjadi impedansi per-unit dengan dasar yang baru, dapat dipakai persamaan berikut (Stevenson. 1996) :

11 16 = x (2.22) Untuk mengubah dasar nilai per-unit selain dengan persamaan (2.5) dapat juga dilakukan dengan mengubah nilai per-unit menurut suatu dasar menjadi nilai ohm dan membaginya dengan impedansi dasar yang baru (Stevenson, 1994). Membuat perhitungan sistem listrik dalam nilai per-unit sangat menyederhanakan pekerjaan. Beberapa keuntungan dari perhitungan per-unit (Sulasno, 2001) : 1. Bila tahanan dan reaktansi dari suatu peralatan diketahui dalam % atau p.u nilai dasar yang digunakan adalah nilai nominal kva dan kv dari peralatan tersebut. 2. Nilai dasar biasanya dipilih sedemikian rupa sehingga arus nominal harganya mendekati 1.0 p.u untuk penyederhanaan perhitungan. 3. Impedansi (dalam p.u) dari transformator sama, tidak tergantung pada nilai impedansi (dalam ohm) apakah dinyatakan terhadap sisi tegangan rendah atau tinggi. 4. Bila impedansi dari transformator diketahui dalam p.u, kva dasar yang digunakan adalah nominal dari transformator tersebut dan kv dasar yang digunakan adalah kv yang digunakan untuk memperoleh impedansi tersebut dalam ohm. 5. Ketiga belitan dari transformator tiga belitan apabila mempunyai kva nominalyang berbeda maka nilai impedansinya (dalam p.u) harus dikoreksi dengan menggunakan kva dasar yang sama. 2.6 Klasifikasi Bus Daya listrik selalu akan mengalir menuju beban, karena itu dalam hal ini aliran daya juga merupakan aliran beban. Pada dasarnya beban dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu beban statis dan beban dinamis (berputar/bergerak). Beban-beban ini dapat direpresentasikan sebagai impedansi tetap Z, sebagai daya yang tetap S, tegangan V ataupun arus I yang tetap, tetapi yang lazim pembebanan dipilih menggunakan tegangan yang konstan (Sulasno, 2001).

12 17 Besarnya aliran daya dan rugi-ruginya dalam setiap saluran transmisi dapat diketahui dengan terlebih dahulu menghitung besar (magnitude) tegangan dan sudut fasa tegangan pada semua bus dalam sistem tenaga listrik. Setiap bus dalam sistem tenaga listrik akan memiliki 4 (empat) parameter atau besaran meliputi (Sulasno, 2001) : 1. Injeksi netto daya nyata (net real power injected) mempunyai simbol P dengan satuan Megawatt (MW). 2. Injeksi netto daya semu (net reactive power injected) mempunyai simbol Q dengan satuan Megavolt Amper Reactive (MVAR). 3. Magnitude tegangan mempunyai symbol V dengan satuan Kilovolt (kv). 4. Sudut fasa tegangan mempunyai simbol dengan satuan radian. Daya nyata dan daya reaktif adalah daya yang dibangkitkan oleh generator yang mengalir ke bus. Apabila bus sendiri mempunyai beban, maka daya ini adalah selisih daya yang dibangkitkan generator dengan daya pada beban. Tetapi,jika bus sistem tidak memiliki generator maka beban pada bus tersebut dianggap sebagai generator yang membangkitkan daya negative yang mengalir ke bus tersebut. Pada bus-bus yang demikian daya kompleks dapat dituliskan sebagai berikut (Stevenson, 1996) : = + = (2.23) dengan : = Daya aktif yang disuplai oleh generator pada bus i = Daya reaktif yang di-suplai oleh generator pada bus i = Daya aktif beban pada bus i = Daya reaktif beban pada bus i Untuk memperoleh penyelesaian aliran daya pada setiap bus, maka perlu diketahui dua buah besaran dari empat besaran yang terdapat paada setiap bus sistem tergantung pada parameter-parameter yang diketahui. Dengan demikian setiap bus dalam sistem tenaga listrik yang digunakan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu (Sulasno, 2001) :

13 18 1. Load Bus atau Bus Beban. Load bus biasanya disebut juga bus P-Q, karena parameter-parameter yang diketahui adalah P dan Q, sedangkan parameter-parameter yang tidak diketahui adalah V dan 2. Bus Control atau Generator Bus Generator bus biasanya disebut bus P-V, dimana parameter-parameter yang diketahui adalah P dan V, sedangkan parameter-parameter yang tidak diketahui adalah Q dan. Bus ini memiliki kendala untuk daya reaktif (Q) yang melalui bus. Jika kendala ini tidak dipenuhi dalam perhitungan iterasinya, maka bus ini diganti menjadi load bus. Jika daya reaktif (Q) memenuhi kendala tersebut dalam proses iterasinya, maka bus tersebut akan dihitung kembali sebagai generator bus. 3. Bus Ayun atau Bus Referensi (Slack Bus). Parameter-parameter yang diketahui dalam slack bus adalah V dan, dimana biasanya bernilai nol ( ). Selama perhitungan aliran daya, parameter V dan akan tetap dan tidak berubah. Slack Bus akan selalu memiliki generator dimana kapasitas daya yang dimiliki paling besar. Dalam perhitungan aliran daya, parameter P dan Q pada bus ini akan dihitung setelah proses iterasi selesai. Tujuan ditentukannya slack bus dalam perhitungan aliran daya adalah untuk memenuhi kekurangan daya (rugi-rugi dan beban) seluruhnya,karena aliran daya ke dalam sistem pada setiap bus tidak dapat ditentukan atau diketahui sampai seluruh iterasi terselesaikan. Karena itu bus ini berfungsi sebagai bus referensi, maka sudut fasa tegangan adalah sama dengan nol Metode Penyelesaian Aliran Daya Setelah diperolehnya tegangan-tegangan setiap bus maka bisa dihitung besarnya aliran daya antara bus-bus yang terhubung, persamaan umum dari arus yang menuju bus adalah : atau dalam bentuk polar dapat ditulis :

14 19 Analisa aliran daya dapat diselesaikan dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut : 1. Metode Gauss-Seidel 2. Metode Newton-Raphson 3. Metode Decoupled 4. Metode Fast Decoupled Dalam analisa ini mengggunakan metode Newton-Raphson karena metode Newton-Raphson memiliki perhitungan lebih baik dan cepat daripada metode Gauss-Seidel dan hasil lebih akurat dibandingkan dengan Fast Decoupled. Untuk mengetahui aliran daya (load flow) pada sistem yang besar dan kompleks, penggunaan metode Newton-Raphson lebih praktis dan efisien Metode Newton-Raphson Dasar dari metode Newton-Raphson dalam penyelesaian aliran daya adalah deret Taylor untuk suatu fungsi dengan dua variabel lebih, dalam metode Newton-Raphson untuk menyelesaikan masalah aliran daya dengan menggunakan suatu persamaan non linier untuk menghitung besarnya tegangan dan sudut fasa tegangan tiap bus. Suatu persamaan non-linear terdiri dari n variabel dinyatakan sebagai berikut (Steveson, 1994) : ( ) = ( ) = ( ) = (2.26) Perkirakan jawaban persamaan ini sebagai dan, tanda (0) menunjukkan bahwa nilai-nilai ini adalah perkiraan pertama, kemudian ditetapkan bahwa dan adalah nilai-nilai yang harus ditambahkan pada dan untuk mendapatkan penyelesaian yang benar. Jadi dapat dituliskan (Steveson, 1996) :

15 20 ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (2.27) Untuk selanjutnyan dilakukan dengan menguraikan persamaan (2.27) dalam deret Taylor untuk menghasilkan : = ( ) (0) (0) = ( )+ + + (0) (0) (0) (0) = ( )+ + + (2.28) Dimana turunan parsial yang mempunyai orde lebih dari satu dalam deret uraian diatas telah diabaikan. Dengan adanya pengabaian turunan-turunan parsial yang mempunyai orde lebih dari satu, maka persamaan (2.28) dituliskan dalam bentuk matriks sebagai berikut : - ( ),,, - ( ) =,,, - ( ),,,. (2.29) dimana matriks bujursangkar turunan parsial itu dinamakan matriks Jacobi atau matriks J. Apabila sudah ditentukan nilai Δ Δ, Δ sebagai nilai,, yang telah ditetapkan (spec) dikurangi dengan nilai,, yang dihitung (calc) dari persamaan (2.26), maka dengan cara yang sama akan diperoleh : =. Dengan melakukan invers atau solusi secara iterasi pada matriks Jacobi maka didapat nilai Δx pada esimasi mula-mula, apabila hasil estimasi mula-mula belum memberikan hasil yang benar naka harus dicoba lagi dengan nilai estimasi baru sebagai berikut : (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0)

16 21 = +... (2.30) atau jika k dilambangkan sebagai banyaknya iterasi, maka : = +. (2.31) Dan seterusnya mengulangi proses diatas sehingga mendapatkan perbedaan nilai yang sedemikian kecilnya sehingga memenuhi persyaratan indeks ketelitian sesuai yang dipilih. Untuk menerapkan metode Newton-Raphson pada penyelesaian persamaan studi aliran daya dengan menerapkan pada suatu persamaan daya. Untuk menyatakan tegangan bus dan admitansi saluran dalam bentuk polar, jika dipilih dalam bentuk polar maka diuraikan unsurnya yaitu nyata(real) dan khayal(imajiner) : = = dan = = Daya komplek pada bus seperti persamaan (2.24) adalah : Akhirnya diperoleh : - = (2.32) Dengan memisahkan bagian real dan imajiner didapatkan : Pada metode Newton-Raphson nilai-nilai P i dan Q i dapat ditetapkan untuk semua bus kecuali bus referensi (slack bus) memperkirakan besar dan sudut tegangan pada setiap bus kecuali bus referensi (slack bus) yang mana besar dan sudut tegangan telah ditentukan. Penggunaan nilai perkiraan ini untuk menghitung nilai dan dari persamaan (2.27) sehingga didapatkan (Steveson, 1994) :

17 22 = - (2.36) = - (2.37) dimana spec berarti yang ditetapkan sedang calc berarti dihitung. Nilai dan telah diketahui, tetapi nilai dan belum diketahui kecuali pada slack bus. Kedua persamaan (2.34) dan (2.35) yang merupakan persamaan non linier tersebut dapat diuraikan menjadi persamaan simultan linier dengan cara menyatakan hubungan antara perubahan daya nyata dan daya reaktif terhadap perubahan magnitude tegangan dan sudut fasa tegangan. Dalam bentuk matrik Jacobian terdiri dari turunan parsial P dan Q terhadap masing-masing variable dalam persamaan (2.34) dan (2.35) yang dapat dituliskan seperti berikut (Steveson, 1994) : =. (2.38) Unsur Jacobian atau submatrik, menunjukkan turunan parsial dari persamaan (2.34) dan (2.35) terhadap dan V yang bersesuaian, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : = = = =.. (2.39) = = = = Setelah seluruh persamaan diselesaikan maka, nilai koreksi magnitude dan sudut tegangan ditambahkan ke nilai sebelumnya. Apabila k dilambangkan sebagai banyaknya iterasi, maka :

18 23 = + = + (2.40) Dengan demikian setelah diperoleh nilai magnitude dan sudut tegangan yang baru untuk digunakan pada iterasi berikutnya. Proses iterasi terus berulang sampai dan untuk semua bus (selain slack bus ) memenuhi nilai konvergen yang ditentukan. Perhitungan aliran daya dengan menggunakan metode Newton-Raphson, langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Tentukan nilai dan yang mengalir kedalam sistem pada setiap bus untuk nilai yang ditentukan atau perkiraan dari besar dan sudut tegangan untuk iterasi pertama atau tegangan yang ditentukan paling akhir untuk iterasi berikutnya. 2. Hitung pada setiap bus. 3. Hitung nilai-nilai jacobian dengan menggunakan nilai-nilai perkiraan atau yang ditentukan dari besar dan sudut tegangan dalam persamaan untuk turunan parsial dengan diferensial pada persamaan (2.34) dan (2.35). 4. Balikkanlah jacobian itu dan hitung koreksi-koreksi tegangan dan pada setiap bus. 5. Hitunglah nilai baru dari dan dengan menambahkan dan pada nilai sebelumnya. 6. Kembalilah ke langkah 1 dang ulangi prose situ dengan menggunakan nilai untuk besar dan sudut tegangan yang ditentukan paling akhir, sehingga semua nilai dan atau semua nilai dan lebih kecil dari indeks ketepatan yang telah dipilih. Keuntungan dalam waktu komputer yang lebih pendek untuk penyelesaian dengan ketelitian yang sama, sehingga metode Newton-Raphson lebih banyak dipilih untuk semua sistem, kecuali sistem yang sangat kecil atau sistem yang berbentuk radial.

BAB II DASAR TEORI. Gardu Induk, Jaringan Distribusi, dan Beban seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1

BAB II DASAR TEORI. Gardu Induk, Jaringan Distribusi, dan Beban seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1 BAB II DASAR TEORI 2.1 UMUM Sistem Tenaga Listrik terdiri dari Pusat Pembangkit, Jaringan Transmisi, Gardu Induk, Jaringan Distribusi, dan Beban seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1 di bawah ini. Gambar

Lebih terperinci

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv I N Juniastra Gina, W G Ariastina 1, I W Sukerayasa 1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 1 Staff

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini 2.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem transmisi adalah sistem yang menghubungkan antara sistem pembangkitan dengan sistem distribusi untuk menyalurkan tenaga listrik yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4. SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.0 Rudi Salman 1) Mustamam 2) Arwadi Sinuraya 3) Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI 2.1.Studi Aliran Daya Studi aliran daya di dalam sistem tenaga listrik merupakan studi yang penting.studi aliran daya merupakan studi yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS OLEH : PANCAR FRANSCO 2207100019 Dosen Pembimbing I Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tegangan tiap bus, perubahan rugi-rugi daya pada masing-masing saluran dan indeks kestabilan tegangan yang terjadi dari suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tegangan tiap bus, perubahan rugi-rugi daya pada masing-masing saluran dan indeks kestabilan tegangan yang terjadi dari suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Daya listrik memberikan peran sangat penting dalam kehidupan masyarakat serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi modren sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan reaktif) untuk keadaan tertentu ketika

Lebih terperinci

ANALISIS SUATU SISTEM JARINGAN LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS SEIDEL Z BUS

ANALISIS SUATU SISTEM JARINGAN LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS SEIDEL Z BUS ANALISIS SUATU SISTEM JARINGAN LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS SEIDEL Z BUS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Probabilitas dan Statistika Disusun oleh : M. IZZAT HARISI (0810630069) M. KHOLIFATULLOH

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI Sistem tenaga listrik modern merupakan sistem yang komplek yang terdiri dari pusat pembangkit, saluran transmisi dan jaringan distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan daya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Permintaan energi listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Static VAR Compensator Static VAR Compensator (SVC) pertama kali dipasang pada tahun 1978 di Gardu Induk Shannon, Minnesota Power and Light system dengan rating 40 MVAR. Sejak

Lebih terperinci

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana Efek Beroperasinya Kabel Laut Bali Nusa Lembongan Terhadap Sistem Kelistrikan Tiga Nusa Yohanes Made Arie Prawira, Ida Ayu Dwi Giriantari, I Wayan Sukerayasa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4. SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.0 Rudi Salman 1) Mustamam 2) Arwadi Sinuraya 3) mustamam1965@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Gambar 1. Diagram Satu Garis Sistem Daya Listrik [2] Gambar 2 menunjukkan bahwa sistem tenaga listrik terdiri dari tiga kelompok jaringan yaitu pembangkitan, transmisi

Lebih terperinci

STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN

STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN Teknologi Elektro, Vol.,., Juli Desember 0 9 STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN I P. A. Edi Pramana, W. G. Ariastina, I W. Sukerayasa Abstract

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PLTU TELUK SIRIH 100 MEGAWATT PADA SISTEM SUMATERA BAGIAN TENGAH

PENGARUH PENAMBAHAN PLTU TELUK SIRIH 100 MEGAWATT PADA SISTEM SUMATERA BAGIAN TENGAH PENGARUH PENAMBAHAN PLTU TELUK SIRIH 100 MEGAWATT PADA SISTEM SUMATERA BAGIAN TENGAH TUGAS AKHIR Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata-1 pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan kumpulan peralatan listrik yang saling terhubung membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik pada

Lebih terperinci

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS 8.1 UMUM Saluran transmisi tenaga dioperasikan pada tingkat tegangan di mana kilovolt (kv) merupakan unit yang sangat memudahkan untuk menyatakan tegangan.

Lebih terperinci

APLIKASI METODE NEWTON-RAPHSON UNTUK MENGHITUNG ALIRAN BEBAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB 7.0.1

APLIKASI METODE NEWTON-RAPHSON UNTUK MENGHITUNG ALIRAN BEBAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB 7.0.1 APLIKASI METODE NEWTON-RAPHSON UNTUK MENGHITUNG ALIRAN BEBAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB 7.0.1 TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SIMULASI ALIRAN DAYA PADA DIVISI WIRE ROD MILL (WRM) PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK. DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7 Andri Wibowo 1, Ir. Tedjo Sukmadi 2 1 Mahasiswa dan

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 150 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 17

STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 150 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 17 STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 50 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 7 Adly Lidya, Yulianta Siregar Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014 PERBANDINGAN METODE FAST-DECOUPLE DAN METODE GAUSS-SEIDEL DALAM SOLUSI ALIRAN DAYA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV DENGAN MENGGUNAKAN ETAP POWER STATION DAN MATLAB (Aplikasi Pada PT.PLN (Persero Cab. Medan) Ken

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI E D Meilandari 1, R S Hartati 2, I W Sukerayasa 2 1 Alumni Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 2 Staff Pengajar Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Pustaka Semakin pesatnya pertumbuhan suatu wilayah menuntut adanya jaminan ketersediaannya energi listrik serta perbaikan kualitas dari energi listrik, menuntut para

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art) Penelitian susut energi pada sistem kelistrikan Bali sudah banyak dilakukan. Dalam penelitian Juniastra Gina (2014) tentang Analisis Susut

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN BEBAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN ETAP POWER STATION TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

ANALISIS ALIRAN BEBAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN ETAP POWER STATION TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik ANALISIS ALIRAN BEBAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN ETAP POWER STATION 4. 0. 0 TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGATURAN SLACK BUS DALAM MENGOPTIMALKAN ALIRAN DAYA PADA KASUS IEEE 30 BUS MENGGUNAKAN METODE NEWTON-RAPHSON PADA APLIKASI MATLAB 7.

PENGATURAN SLACK BUS DALAM MENGOPTIMALKAN ALIRAN DAYA PADA KASUS IEEE 30 BUS MENGGUNAKAN METODE NEWTON-RAPHSON PADA APLIKASI MATLAB 7. PENGATURAN SLACK BUS DALAM MENGOPTIMALKAN ALIRAN DAYA PADA KASUS IEEE 30 BUS MENGGUNAKAN METODE NEWTON-RAPHSON PADA APLIKASI MATLAB 7.0 Muhamad Rizki Fauzi 1, Sabhan Kanata 2, dan Zulkifli, ST 3 Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PEHITUNGAN RUGI-RUGI DAYA PADA GARDU INDUK PLTU 2 SUMUT PANGKALAN SUSU DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SIMULASI ELECTRICAL TRANSIENT ANALYZER

ANALISIS PEHITUNGAN RUGI-RUGI DAYA PADA GARDU INDUK PLTU 2 SUMUT PANGKALAN SUSU DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SIMULASI ELECTRICAL TRANSIENT ANALYZER ANALISIS PEHITUNGAN RUGI-RUGI DAYA PADA GARDU INDUK PLTU SUMUT PANGKALAN SUSU DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SIMULASI ELECTRICAL TRANSIENT ANALYZER Asri Akbar, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral Dalam kaitan dengan pentanahan netral sistem tenaga, beberapa penelitian terdahulu telah diidentifikasi, misalnya dalam pemilihan

Lebih terperinci

EVALUASI LOSSES DAYA PADA SISTEM TRANSMISI 150 KV SUMATERA BARAT

EVALUASI LOSSES DAYA PADA SISTEM TRANSMISI 150 KV SUMATERA BARAT EVALUASI LOSSES DAYA PADA SISTEM TRANSMISI 150 KV SUMATERA BARAT Rahmadhian (1), Ir. Cahayahati, MT (2), Ir. Ija Darmana, MT (2) (1) Mahasiswa dan (2) Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegangannya menjadi tegangan tinggi, tegangan ekstra tinggi, dan tegangan ultra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegangannya menjadi tegangan tinggi, tegangan ekstra tinggi, dan tegangan ultra BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Berdasarkan sistem tenaga listrik konvensional, energi listrik dibangkitkan pada pusat pembangkit dengan daya yang besar. Kemudian dinaikkan

Lebih terperinci

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN:

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN PLTA WLINGI TERHADAP PROFIL TEGANGAN PADA BUS WLINGI JARINGAN 150 KV DENGAN METODE FAST VOLTAGESTABILITY INDEX ( ) SUB SISTEM GRATI PAITON REGION 4 Ajeng Bening Kusumaningtyas,

Lebih terperinci

PENENTUAN SLACK BUS PADA JARINGAN TENAGA LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY

PENENTUAN SLACK BUS PADA JARINGAN TENAGA LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY PENENTUAN SLACK BUS PADA JARINGAN TENAGA LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY Tommy Oys Damanik, Yulianta Siregar Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama yaitu pembangkit, penghantar (saluran transmisi), dan beban. Pada sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama yaitu pembangkit, penghantar (saluran transmisi), dan beban. Pada sistem II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aliran Daya Tiga Fasa Menurut Marsudi, proses penyaluran tenaga listrik terdiri dari tiga komponen utama yaitu pembangkit, penghantar (saluran transmisi), dan beban. Pada sistem

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO PERBANDINGAN METODE GAUSS-SIEDEL DAN METODE NEWTON-RAPHSON DALAM SOLUSI ALIRAN DAYA Nurhani Amin * Abstract Power Flow study solutions with the iteration method has been

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sinkron antara tegangan, frekuensi, dan sudut fasa. Operasi ini akan menyatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sinkron antara tegangan, frekuensi, dan sudut fasa. Operasi ini akan menyatakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stabilitas Sistem Tenaga Permasalahan utama yang terjadi di sistem tenaga adalah operasi sinkron antara tegangan, frekuensi, dan sudut fasa. Operasi ini akan menyatakan keserempakan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN

BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN 28-217 Analisa keterjaminan aliran daya dan biaya produksi listrik di PLN Sub Region Bali tahun 28-217 dilakukan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Daya Listrik Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk kebutuhan energi listrik semakin meningkat, maka dibutuhkan penambahan pasokan listrik hingga tercukupi. Selain penambahan energi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern seperti saat ini, energi listrik menjadi salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan masyarakat. Berbagai peralatan rumah tangga maupun industri saat ini

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI DAYA SISTEM DISTRIBUSI DENGAN PENINGKATAN INJEKSI JUMLAH PEMBANGKIT TERSEBAR. Publikasi Jurnal Skripsi

ANALISIS RUGI DAYA SISTEM DISTRIBUSI DENGAN PENINGKATAN INJEKSI JUMLAH PEMBANGKIT TERSEBAR. Publikasi Jurnal Skripsi ANALISIS RUGI DAYA SISTEM DISTRIBUSI DENGAN PENINGKATAN INJEKSI JUMLAH PEMBANGKIT TERSEBAR Publikasi Jurnal Skripsi Disusun Oleh : RIZKI TIRTA NUGRAHA NIM : 070633007-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PEMASANGAN DISTIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP PROFIL TEGANGAN DAN RUGI-RUGI DAYA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS

ANALISIS DAMPAK PEMASANGAN DISTIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP PROFIL TEGANGAN DAN RUGI-RUGI DAYA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS F.10. Analisis dampak pemasangan distributed generation (DG)... (Agus Supardi dan Romdhon Prabowo) ANALISIS DAMPAK PEMASANGAN DISTIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP PROFIL TEGANGAN DAN RUGI-RUGI DAYA SISTEM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BB II TINJUN PUSTK Pada penelitian ini yang berjudul Perbandingan nalisa liran Daya dengan Menggunakan Metode lgoritma Genetika dan Metode Newton-Raphson. Dari hasil perbandingan dua metode diatas didapatkan

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Listrik Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi juga merupakan bagian yang paling

Lebih terperinci

Jurnal Media Elektro Vol. V No. 2 ISSN: ANALISIS RUGI-RUGI DAYA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv PADA SISTEM PLN KOTA KUPANG

Jurnal Media Elektro Vol. V No. 2 ISSN: ANALISIS RUGI-RUGI DAYA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv PADA SISTEM PLN KOTA KUPANG ANALISIS RUGI-RUGI DAYA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv PADA SISTEM PLN KOTA KUPANG Sri Kurniati. A, Sudirman. S Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Undana, AdiSucipto Penfui, Kupang, Indonesia,

Lebih terperinci

EVALUASI SUSUT PADA SISTEM KELISTRIKAN ENERGI MEGA PERSADA GELAM

EVALUASI SUSUT PADA SISTEM KELISTRIKAN ENERGI MEGA PERSADA GELAM EVALUASI SUSUT PADA SISTEM KELISTRIKAN ENERGI MEGA PERSADA GELAM Fidel Rezki Fajry 1, Amien Rahardjo 2. Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia fidelrezki.fajry@gmail.com, amien@ee.ui.ac.id Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik adalah sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga dalam penyaluran energi tersebut harus benar-benar handal, listrik merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di Laboratorium Sistem Tenaga Elektrik

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di Laboratorium Sistem Tenaga Elektrik III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di Laboratorium Sistem Tenaga Elektrik Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung pada bulan April 2012 sampai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

Perbaikan Tegangan untuk Konsumen

Perbaikan Tegangan untuk Konsumen Perbaikan Tegangan untuk Konsumen Hasyim Asy ari, Jatmiko, Ivan Bachtiar Rivai Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Salah satu persyaratan keandalan sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

PENENTUAN BATAS TEGANGAN STEADY STATE DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PQ PADA TEGANGAN BEBAN SENSITIF

PENENTUAN BATAS TEGANGAN STEADY STATE DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PQ PADA TEGANGAN BEBAN SENSITIF PENENTUAN BATAS TEGANGAN STEADY STATE DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PQ PADA TEGANGAN BEBAN SENSITIF KHAIREZA HADI 2208100606 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT NIP. 1964

Lebih terperinci

Load Flow Analysis. You will try it with the PowerWorld simulator! Electric Power Systems L5 - Olof Samuelsson

Load Flow Analysis. You will try it with the PowerWorld simulator! Electric Power Systems L5 - Olof Samuelsson Load Flow Analysis ou will try it with the owerworld simulator! Electric ower Systems L5 - Olof Outline Real and reactive power Line transfer The load flow problem auss-seidel Newton-Raphson Fast Decoupled

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Tenaga Listrik

Sistem Transmisi Tenaga Listrik Sistem Transmisi Tenaga Listrik Definisi Transmisi Desain Transmisi Desain Transmisi Desain Transmisi Desain Transmisi Sistem Transmisi terdiri atas: Saluran Transmisi Gardu Induk Pusat Pengaturan Beban

Lebih terperinci

Algoritma Aliran Daya untuk Sistem Distribusi Radial dengan Beban Sensitif Tegangan

Algoritma Aliran Daya untuk Sistem Distribusi Radial dengan Beban Sensitif Tegangan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-7 Algoritma Aliran Daya untuk Sistem Distribusi Radial dengan Beban Sensitif Tegangan Rizka Winda Novialifiah, Adi Soeprijanto,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISA ALIRAN DAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN METODE NEWTON-RAPHSON

PERBANDINGAN ANALISA ALIRAN DAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN METODE NEWTON-RAPHSON PERBANDINGAN ANALISA ALIRAN DAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN METODE NEWTON-RAPHSON Ir. Marada Sitompul, MSEE Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUNiversitas HKBP Nommensen-Medan Jl. Sutomo

Lebih terperinci

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan,

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan, Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2015 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan selama tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya. Data yang disajikan

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis 24 Diagram Satu Garis Dengan mengasumsikan bahwa sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang, penyelesaian rangkaian dapat dikerjakan dengan menggunakan rangkaian 1 fasa dengan sebuah jalur netral sebagai

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Proses pembelajaran (kegiatan mahasiswa) Menyimak kuliah dari dosen, bertanya jawab, berdiskusi, mengerjakan tugas.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Proses pembelajaran (kegiatan mahasiswa) Menyimak kuliah dari dosen, bertanya jawab, berdiskusi, mengerjakan tugas. SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kode & nama mata kuliah : ET 361 Tenaga Elektrik : Permasalahan penyaluran tenaga listrik Tujuan pembelajaran umum : Mahasiswa memahami konsep dasar permasalahan penyaluran tenaga

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Diagram satu garis sistem tenaga listrik

Gambar 2.1 Diagram satu garis sistem tenaga listrik BAB II KONSEP DASAR 2.1 Sistem Tenaga Listrik Secara umum sistem tenaga listrik dapat dikatakan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: a. pembangkit tenaga listrik, b. penyaluran tenaga listrik dan c.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir Skripsi ini antara lain adalah sebagai berikut : a. Studi literatur, yaitu langkah pertaman yang

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan suatu kebutuhan pokok yang tak terlepaskan dari setiap aktivitas masyarakat. Energi listrik yang dimanfaatkan oleh masyarakat dihasilkan dari pembangkit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Menentukan lokasi dan kapasitas optimal SVC pada sistem transmisi 150 kv subsistem Bandung Selatan dan New Ujungberung menggunakan algoritma genetika membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979. BAB IV PERHITUGA ARUS GAGGUA HUBUG SIGKAT FASA TUGGAL KE TAAH TERHADAP GEERATOR YAG TITIK ETRALYA DI BUMIKA DEGA TAHAA TIGGI PADA PLTU MUARA KARAG 4.1. UMUM Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara Karang

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II

MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNTAG 2016 PERCOBAAN I PENGENALAN ETAP I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam dan batu bara), hidro, panas bumi dan nuklir. Dibangkitkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian mengenai dampak interkoneksi DG terhadap rugi-rugi daya dan keandalan pada jaringan distribusi tenaga listrik telah banyak dilakukan dan menunjukkan

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR)

STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR) STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR) Rimbo Gano (1), Zulkarnaen Pane (2) Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3.1. JENIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam Jaringan (Sistem Kelistrikan) ada 3, yaitu: a. Gangguan Hubung

Lebih terperinci

Penerapan Model Beban Zip Untuk Analisa Aliran Daya Tiga Fasa pada Penyulang Katu GI Menggala

Penerapan Model Beban Zip Untuk Analisa Aliran Daya Tiga Fasa pada Penyulang Katu GI Menggala ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Penerapan Model Beban Zip Untuk Analisa Aliran Daya Tiga Fasa pada Penyulang Katu GI Menggala Gusmau Rado Pratama, Lukmanul Hakim 2, Osea Zebua 3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. daya listrik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah kualitas daya

BAB I. PENDAHULUAN. daya listrik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah kualitas daya BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin tingginya tarif listrik, maka tuntutan efisiensi dalam pemakaian daya listrik adalah menjadi pertimbangan utama. Efisiensi penggunaan daya listrik

Lebih terperinci

PENENTUAN TITIK INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION

PENENTUAN TITIK INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION PENENTUAN TITIK INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION (DG) PADA JARINGAN 20 KV DENGAN BANTUAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY STUDI KASUS : PLTMH AEK SILAU 2 Syilvester Sitorus Pane, Zulkarnaen Pane Konsentrasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. SIMULASI ALIRAN DAYA SISTEM 150 kv REGION JAKARTA-BANTEN DENGAN PERBANDINGAN SISTEM GRID DAN IBT SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA. SIMULASI ALIRAN DAYA SISTEM 150 kv REGION JAKARTA-BANTEN DENGAN PERBANDINGAN SISTEM GRID DAN IBT SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI ALIRAN DAYA SISTEM 150 kv REGION JAKARTA-ANTEN DENGAN PERANDINGAN SISTEM GRID DAN IT SKRIPSI ACHMAD AMANG SUMADIYANA 04 05 03 7022 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

PENEMPATAN SVC (STATIC VAR COMPENSATOR ) PADA JARINGAN DISTRIBUSI DENGAN ETAP 7.5.0

PENEMPATAN SVC (STATIC VAR COMPENSATOR ) PADA JARINGAN DISTRIBUSI DENGAN ETAP 7.5.0 Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 12, No. 1, Desember 2014, pp. 1-8 ISSN 1693-2390 print/issn 2407-0939 online PENEMPATAN SVC (STATIC VAR COMPENSATOR ) PADA JARINGAN DISTRIBUSI DENGAN ETAP 7.5.0

Lebih terperinci

2.1 Distributed Generation

2.1 Distributed Generation BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah semua jenis pembangkit skala kecil yang menghasilkan daya listrik di atau sekitar lokasi beban, baik terhubung langsung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Informasi Umum 4.1.1 Profil Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak antara 07

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gambar 2.1 dibawah ini menunjukkan diagram segaris suatu sistem tenaga listrik yang sederhana. Gambar ini menunjukkan bahwa sistem tenaga listrik terdiri atas lima sub-sistem

Lebih terperinci

ANALISIS KONTINGENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE ALIRAN DAYA

ANALISIS KONTINGENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE ALIRAN DAYA Ahmad Hermawan, Analisis Kontingensi Pada Sistem Tenaga Listrik, Halaman 1 6 ANALISIS KONTINGENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE ALIRAN DAYA Ahmad Hermawan *) Abstrak Masalah yang dibahas terletak

Lebih terperinci

SOAL UJIAN KOMPREHENSIF WAKTU : 100 MENIT. 1. Yang bukan merupakan representasi dari suatu algoritma adalah..

SOAL UJIAN KOMPREHENSIF WAKTU : 100 MENIT. 1. Yang bukan merupakan representasi dari suatu algoritma adalah.. SOAL UJIAN KOMPREHENSIF WAKTU : 100 MENIT 1. Yang bukan merupakan representasi dari suatu algoritma adalah.. a. Pseudocode b. Flow chart c. Nassi d. Programming language e. Entity 2. Di bawah ini adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan industri serta pertambahan penduduk. Listrik

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan industri serta pertambahan penduduk. Listrik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi dan industri serta pertambahan penduduk. Listrik merupakan bentuk energi

Lebih terperinci

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014ISSN: X Yogyakarta,15 November 2014

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014ISSN: X Yogyakarta,15 November 2014 ANALISIS PERBAIKAN TEGANGAN PADA SUBSISTEM DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR BANK DENGAN ETAP VERSI 7.0 Wiwik Handajadi 1 1 Electrical Engineering Dept. of Institute of Sains & Technology AKPRIND Yogyakarta

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT

BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT 13 BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT 2.1. Pendahuluan Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari pembangkit, gardu induk, jaringan transmisi dan distribusi. Berdasarkan konfigurasi jaringan,

Lebih terperinci

ISSN : NO

ISSN : NO ISSN : 0852-8179 NO. 02701-150430 02701-150430 Statistik PLN 2014 Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2014 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN. Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak

BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN. Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak 4.1. Analisis Data di Industri BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Salah satu fungsi dari praktik industri adalah

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA

ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA Agus Hayadi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura agushayadi@yahoo.com Abstrak-

Lebih terperinci