BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tanam Jajar Legowo Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut : 1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro. 2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.

2 7 3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan. 4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan. 5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil. Penerapan sistem tanam jajar legowo disarankan menggunakan jarak tanam (25 x 25) cm antar rumpun dalam baris; 12,5 cm jarak dalam baris; dan 50 cm sebagai jarak antar barisan/lorong atau ditulis (25 x 12,5 x 50) cm. Hindarkan penggunaan jarak tanam yang sangat rapat, misalnya (20 x 20) cm, karena akan menyebabkan jarak dalam baris sangat sempit. Sistem tanam jajar legowo yang sudah di perkenalkan dan sudah diadopsi oleh para petani adalah Jajar Legowo 2:1 dan Jajar Legowo 4 : 1 tipe 1 maupun tipe 2. Namun pelaksanaan di lapangan masih banyak ditemukan dengan penanaman sistem jajar legowo 5 : 1; jajar legowo 6 : 1; dan bahkan ada yang jajar legowo 8 : 1. Beragamnya praktek legowo di lapangan tersebut menuntut adanya buku acuan penerapan sistem tanam legowo yang benar mulai dari penanaman hingga pengambilan sampel ubinan, sehingga dalam pelaksanaannya benar-benar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

3 8 Untuk itu, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian menerbitkan buku tentang Sistem Tanam Legowo, Lebih lanjut dapat dijelaskan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 dan jajar legowo 4 : 1 tipe 1 maupun tipe 2. Tabel 3. Penelitian Terdahulu Nama Topik Penelitian No Peneliti/ tahun. 1. Lampos Tingkatadopsi Gultom petani terhadap (2008) budidaya jagung dan faktor-faktor yangmempengar uhinya dikabupaten langkat Variabel yang digunakan Hasil Penelitian Variabel Tingkat adopsi petani Independen : terhadap teknologi anjuran Umur pada tanaman jagung petani,tingkat didaerah penelitian masuk pendidikan,peng dalam kategori sedang, hal alaman ini dapat dilihat dari skor bertani,tingkat adopsi rata-rata 18,33 kosmopolitan, Tidak ada berpengaruh status lahan,luas faktor sosial ekonomi lahan,jumlah terhadap tingkat adopsitanggungan dan petani dalam teknologi pendapatan budidaya jagung anjuran Variabel dependen : Tingkatadopsi petani terhadap budidaya jagung 2. Suharyatno Faktor-faktor (2001) YangMempengar uhi Adopsi TeknologiTabela diprovinsi Bali Variabel Independen : Umur,Pengetah uan,luaslahan, Norma sosial Variabel Dependen: Adopsi Peluang Umur,pengetahuan,luas lahan dan norma sosial, secara nyata Mempengaruhi adopsi peluang tabela. Umur dan luas lahan berkorelasi negatif, pengetahuan dan norma sosial berhubungan

4 9 Tabel.3 Lanjutan No Nama Topik Penelitian Variabel yang Hasil Penelitian Peneliti/ digunakan tahun 3. Jurnal Ilmu Analisis faktor - Variabel Bahwa secara keseluruhan Pengetahuan faktor yang mem Independen : adopsi teknologi pada dan Pengaruhi tingkat Umur, budi Rekayasa Adopsi teknologi pendidikan, Daya pisang kapok oleh Komaryati,A Budidaya pisang modal, petani Termasuk tinggi. disuyatno Kepok didesa pengalaman,luas Faktor-faktor yang (2012) Sungai kunyit laut Kec.sungai kunyit Kabupaten Pontianak lahan, pendapatan,dan penyuluhan Variabel mempengaruhi secara siknifikan terhadap tingkat adopsi budidaya pisangadalahumur,pendid dependen: ikan,modal,pendapatan. Adopsi teknologi budidaya pisang kepok 4. Lintje Faktor-faktor Hutahaean sosial ekonomi dan Heni S. yang mempengaruhi Tingkat adopsi teknologi integrasi sapi potong Pada lahan sawah irigasi di Sulawesi tengah Variabel Independen : Sikap petani,motivasi petani,keaktifan mengikuti penyuluhan, peran ketua kelompok tani, ketersedian saprodi Variavel dependen : Tingkat adopsi teknologi Faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi teknologi integrasi sapi potong pada lahan sawah irigasi hanya faktor motivasi petani/peternak. Ketersediaan jenis pakan jerami segar dan fermentasi yangdianjurkan terbatas, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak sepanjang tahun. Pembuatan jerami fermentasi dan pupuk bokasi sulit dilakukan pada musim hujan, dan membutuhkan waktu yang cukup lama (21 hari).

5 Landasan Teori Adopsi Adopsi diartikan sebagai penerapan penggunaan sesuatu ide atau alat teknologi atau baru yang dapat disampaikan lewat pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan. Atau dengan kata lain inovasi yang diterima (Levis, 1992). Usaha yang dilakukan dalam memperkenalkan suatu teknologi baru (inovasi) kepada seseorang, maka sebelum orang tersebut mau menerapkannya, terdapat suatu proses yang disebut proses adopsi. Dalam proses ini terdapat tahapan-tahapan yang meliputi tahapan dari yang belum diketahui sesuatu oleh seseorang sampai diterapkannya inovasi tersebut. Dalam penerimaan inovasi terdapat lima(5) tahapan dilalui sebelum seseorang bersedia menerapkan inovasi yang diperkenalkan kepadanya.pada tahapan 1) Sadar, adalah seseorang belajar tentang ide baru, produk atau praktek baru. Dia hanya mempunyai pengetahuan umum mengenai ide baru tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan pemamfaatanya secara khusus. 2) Tertarik, adalah seseorang tidak hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, ingin mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih mendeteil: apa itu, apa yang dapat dikerjakan dan cara kerja ide baru tersebut, mendegar dan membaca informasi mengenai ide baru tersebut. 3) Penilaian, adalah seseorang menilai informasi yang diketahuinya dan memutuskan apakah ide baru baik untuknya. 4) Cobacoba, adalah seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide baru tersebut, dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurung waktu

6 11 yang lama atau dalam skala yang terbatas. 5) Adopsi, adalah tahap dimana dia menyakini akan kebenaran dan keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong penerapan oleh orang lain, dan inovasi diadopsi dengan cepat yaitumemiliki keuntungan tinggi bagi petani, sesuai dengan nilai-nilai soaial,adat setempat, tidak rumit, dapat dicoba dalam skala kecil, mudah diamati (Ginting, 2002). Adopsi dalam proses penyuluhan pada hakekatnya dapat diartikansebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan(cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psycho-motoric) padadiri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan oleh penyuluhkepada masyarakat sasarannya (Mardikanto, 1996). Adopsi suatu teknologi oleh petani berkaitan erat dengan perilakupetani sebagi pengelola usahanya. Perilaku petani sebagai pengelolausahataninya akan dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal yaitumeliputi faktor sosial antara lain tingkat pendidikan, pengalaman bertanidan jumlah anggota keluarga (Syafa at, 1990). Sedang menurut Levis(1996) pengertian adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukanoleh seseorang terhadap suatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat,menilai sampai menerapkan. Tingkat adopsi pada umumnya diukur dengan memerlukan selangwaktu tertentu individu mempunyai tingkat penerapan yang lebih cepatdalam pengambilan keputusan yang dilakukan untuk mengadopsi suatuinovasi, hal ini selaras dengan pendapat Rogers, Everett M (1983)mengatakan bahwa tingkat adopsi pada umumnya diukur denganmemerlukan selang waktu tertentu untuk mengadopsi suatu inovasi. Olehkarena itu, kita dapat mengetahui tingkat adopsi

7 12 dari tiap inovasi atausistem, lebih daripada seseorang individu sebagai unit analisis. Inovasi yang dirasakan individu sebagai pemilik terbesar, kesesuaian dan lain-lain,lebih memiliki tingkat penerapan yang lebih cepat. Dalam menelaah kecepatan penerimaan oleh masyarakat, perludisebutkan sifat-sifat inovasi yang dapat mempengaruhi kecepatanpenerimaan tersebut sebab didalam masyarakat ternyata ada inovasi yangmembutuhkan waktu lama untuk dapat menerima inovasi itu secara luas,akan tetapi ada pula inovasi itu secara luas lebih mudah diterima. Ciri-ciri dari inovasi yang lebihmudah diterima menurut Rogers and Shoemaker dalam Dixion (1982)antara lain: 1. Relative advantage, inovasi itu harus memiliki suatu keuntunganrelative 2. Compability, suatu istilah untuk menyatakan sejauh mana gagasangagasanbaru itu sesuai dengan nilai-nilai dan pola-pola tingkahlaku yang sekarang ini dianut oleh masyarakat. 3. Complexity (kekomplekan), bila inovasi itu terlalurumit dan orangperlu melengkapi prosedur-prosedur yang terlalu banyak, besarkemungkinan bahwa inovasi tersebut akan ditolak. 4. Triability, maksudnya keutuhan dari suatu inovasi. Ada benda-benda yang tidak dapat dibagi-bagi dalam unit yang lebih kecil,akan tetapi ada pula yang dapat dibagi-bagi. 5. Observability, maksudnya benda-benda atau hal-hal tersebut dengan mudah dapat dilihat disampaikan. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan ahwa pengertian adopsi inovasi yang dimaksud dalam penelitian iniadalah suatu perubahan perilaku berupa keterampilan dalam bentukpenerapan suatu teknologi

8 13 yang dianggap baru (inovasi) yang disampaikanoleh penyuluh dan diterima oleh seseorang berdasarkan penilaian maupunuji coba yang telah dilakukan sendiri Faktor-faktor Sosial Ekonomi Petani Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Faktor intern yaitu faktor dari diri petani meliputi ; a. Tingkat pendidikan petani Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang ditempuh petani pada bangku sekolah.pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih terbuka untuk menerima dan mencoba hal-hal yang baru. Menurut tingkat pendidikan seseorang dapat mengubah pola fikir, daya penalaran yang lebih baik, sehingga makin lama seseorang mengenal pendidikan akan semakin rasional. (Saridewi,2010) Soekartawi (2003) mengemukakan bahwa banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga.menurut Hasyim (2003), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya. Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan tinggi

9 14 relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berfikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra,1987). b. Umur Petani Umur produktif petani akan mempengaruhi proses adopsi suatu inovasi baru, berdasarkan komposisi penduduk umur dikelompokan menjadi 3 yaitu umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum produktif,kelompok umur tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok umur 65 tahun keatas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif. Umur petani terkait dengan adanya inovasi seseorang pada umur non produktif akan cenderung sulit menerima inovasi, sebaliknya seseorang dengan umur produktifakan lebih muda dan cepat menerima inovasi(bps,2012). Menurut Soekartawi (2003), rata rata petani Indonesia yang cenderung tua dan sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia Petani berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif (memelihara) menyikapi perubahan terhadap inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda. Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim,2003).

10 15 c. Pengalaman bertani Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Pengalaman merupakan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan, dan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan akan berdampak positif untuk melanjutkan mengadopsi suatu inovasi. (Padmowiharjo,1999) Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula dengan penerapan teknologi.(soekartawi 2003) Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal hal yang baik untuk waktu waktu berikutnya (Hasyim, 2003). Petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin tinggi semangatnya mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1987).

11 16 d. Luas Pemilihan Lahan Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefesienan penggunaan sarana produksi. Hernanto (1993) menyebutkan luas lahan usahatani menentukan pendapatan dan taraf hidup serta derajat kesejahteraan rumah tangga petani. Luas penguasaan lahan akan berpengaruh terrhadap adopsi inovasi, karena semakin luas lahan usahatani makan akan semakin tinggi hasil produksi sehingga turut meningkatkan pendapat petani. e. Jumlah Tanggungan Petani dengan jumlah tanggungan semakin tinggi akan semakin lamban dalam mengadopsi inovasi karena jumlah tanggungan yang besar akan mengharuskan petani untuk memikirkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak mengalami resiko yang fatal, bila kelak inovasi yang diadopsi mengalami kegagalan. Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap perekonomian keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin meningkat pula kebutuhan keluarga, hal ini akan membuat biaya hidup meningkat. Jumlah anggota keluarga empat orang termasuk ideal sesuai anjuran pemerintah yaitu 2 orang anak ditambah kedua orangtua. Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.

12 17 Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 2003). f. Tingkat Pendapatan petani Petani yang memiliki tingkat pendapatan usaha taninya tinggi akan berusaha lagi mencari informasi dan melakukan inovasi baru agar produksi usaha taninya lebih meningkat. Dan petani yang pendapatan usaha taninya rendah akan lebih sulit dalam menerapkan inovasi baru. (Soekartawi, 1998) Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi,indentitas pengusaha, pertanaman dan efesiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani petani berharap dapat meningkatkan pendapatnya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi (Hertanto,1994) 2. Faktor ekstern yaitu diluar dari diri petani Faktor ekstern yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyuluhan,berdasarkan cepat lambatnya para petani menerapkan teknologi melaluipenyuluh dan informasi-informasi lain, dapat dikemukakan beberapa golonganpetani yang terlibat di dalamnya, yaitu: 1. Golongan innovator Dengan adanya inovasi, golongan inovator yang selalu merintis, mencobadan menerapkan teknologi baru dalam pertanian menjadi terpenuhi kebutuhannya dan menjadi inovator dalam menerima para penyuluh pertanian,

13 18 bahkan mengajak/menganjurkan petani lainnya untuk mengikuti penyuluhan. Petani yang termasuk golongan ini pada umumnya adalah termasuk petaniyang berada, yang memiliki lahan pertanian yang lebih luas dari petani yang rata-rata memiliki sebidang lahan yang sempit (0,5-2,5) ha didesanya. Oleh karena itu menanggung resiko dalam menghadapi kegagalan dalam setiap percobaannya, dan mampu membiayai sendiri dalam mencari informasi-informasi guna melakukan inovasi teknologi tersebut. 2. Penerap inovasi teknologi lebih dini ( early adopter ) Golongan inovator mengusahakan sendiri pembaharuan teknologipertanian itu dan lebih yakin setelah adanya PPL, maka golongan early adopter adalah orang-orang yang lebih dini mau menyambut kedatanganpara penyuluh ke desa yang akan menyebarkan dan menerapkan teknologipertanian.golongan ini kadang-kadang mengundang kedatangan para penyuluh danmendampingi para penyuluh dalam mengadakan pembaharuan ataumengusahakan perubahan. 3. Penerap inovasi teknologi awal ( Early Mayority ) Sifat dari golongan early mayority merupakan sifat yang dimilikikebanyakan para petani. Penerapan teknologi baru dapat dikatakan lebihlambat dari kedua golongan di atas, akan tetapi lebih mudahterpengaruhdalam hal teknologi baru itu telah meyakinkannya dapat lebihmeningkatkan usahataninya. Yaitu lebih meningkatkan pendapatan dan lebih memperbaiki cara kerja dan cara hidupnya.

14 19 4. Penerapan inovasi teknologi lebih akhir ( Late Mayoriy ) Termasuk dalam golongan ini adalah petani yang pada umumnya kurangmampu, lahan pertanian yang dimiliki sangat sempit, rata-rata di bawah0,5 ha, oleh karena itu petani selalu berbuat dengan waspada lebih hati-hati karena takut mengalami kegagalan. Petani ini baru akan mau mengikuti dan menerapkan teknologi apabila kebanyakan para petani dilingkungannya telah menerapkan dan benar-benar dapat meningkatkan taraf kehidupannya. 5. Penolak inovasi ( Laggard ) Menurut Mardikanto,1993Para petani yang termasuk golongan ini adalah petani yang berusia lanjut,berumur sekitar 50 tahun ke atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dansulit untuk memberi pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, carabekerja dan cara hidupnya, petani ini berpikir apatis terhadap adanyateknologi baru. (Kartasapoetrra, 1988) Mengingat sikap pandangan, keadaan dan kemampuan daya pikir dan daya tangkap para petani yang terbagi atas beberapa golongan di atas, maka dengansendirinya keberhasilan penyuluhan untuk sampai kepada tahapan yang meyakinkan para petani sehingga mau menerapkan materi penyuluhan akan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut sebagai berikut : 1. Menaruh minat ( Interest ) 2. Penilaian ( evaluation ) 3. Melakukan percobaan ( Trial ) 4. Penerapan ( Adoption ) Pada akhirnya suatu teknologi baru diterapkan atau tidak terletak pada petani itu sendiri, dimana petani dapat diasumsikan bersifat positif terhadap

15 20 teknologi baru, bila dalam dirinya terdapat keinginan dan kesadaran akan perlunya perubahan serta keinginan bahwa pembaharuan yang diusulkan penyuluh itu baik dan dapat diterapkan. Semakin mampu penyuluh meraih kepercayaan petani terhadap dirinya dan semakin mampu penyuluh bertindakdengan penuh kebijaksanaan, semakin besar pula harapannya dapatmempengaruhi perasaan petani tersebut. (Kaslan, 1982) 6. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja merupakan keseluruhan upah tenaga kerja yang dibayarkan oleh petani selama proses produksi usahatani berlangsung. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga akan berpengaruh langsung pada biaya tenaga kerja. Semakin banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga maka semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mengupah tenaga kerja luar keluarga. Namun demikian, tidak semua hal berlaku seperti ini. Ada pekerjaan atau kegiatan tertentu mengejar waktu sehubungan dengan iklim maka harus meminta bantuan tenaga kerja luar yang berarti harus mengeluarkan biaya (Suratiyah, 2009) Tingkat Adopsi (Penerapan Teknologi) Tingkat adopsi yang dimaksud adalah tingkat penerapan teknologi pada cara tanam jajar legowo 2:1 Alat ukur yang berupa daftar pertanyaan diukur terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya, selanjutnya dilakukan penilaian dalam menentukan masing - masing skor dimana pengukurannya melalui skala likert : - Tinggi, jika skor berkisar antara >2-4 - Rendah, jika skor berkisar antara 0-2

16 Pengambilan Keputusan Adopsi Pengambilan keputusan adopsi inovasi adalah proses mental sejak seseorang mulai mengenal suatu inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya dan pengukuhan terhadap keputusan itu. Proses keputusan inovasi itu memerlukan waktu (Rogers and Shoemaker 1987). Proses keputusan inovasi adalah proses yang dijalani seseorang ( atau unit pengambil keputusan lainnya) mulai dari pertama tahu suatu inovasi, kemudian menyikapinya, lalu mengambil keputusan untuk mengadopsi atau menolaknya, melaksanakan keputusan, sampai dengan pengukuhan keputusan tersebut. Proses itu terdiri dari serangkaian tindakan dan pemilihan yang dilakukan seseorang atau organisasi untuk menilai gagasan baru dan memutuskan apakah akan memasukkan ide baru itu ke dalam kegiatan yang sedang dan atau sudah berlangsung. Tindakan ini berkenaan terutama dengan ketidakpastian yang mau tak mau ada dalam pemutusan suatu alternatif baru. Kebaruan yang terlihat pada inovasi ini dan ketidakpastian yang melekat Skala Likert Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sikap sangat populer di kalangan ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik opada umumnya memiliki relibilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa

17 22 sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 2007). 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam mengadopsi suatu teknologi, maka petani dipngaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: Umur, pendapatan, pendidikan, penyuluhan dan biaya tenaga kerja Petani yang memiliki usia lebih muda akan mudah untuk menerima adopsi teknologi dibandingan dengan petani yang sudah lanjut usia Petani yang memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih cepat menerima adopsi, begitu juga petani yang memmiliki umur jauh lebih muda maka akan cepat meneriiama adopsi teknologi tersebut. Petani yang memiliki tingkat pendapatan usaha taninya tinggi akan berusaha lagi mencari informasi dan melakukan inovasi baru agar produksi usaha taninya lebih meningkat. Dan petani yang pendapatan usaha taninya rendah akan lebih sulit dalam menerapkan inovasi baru. Petani juga memperoleh informasi paket teknologi melalui penyuluh pertanian, sehingga penyuluh sangat berperan penting dalam memberikan informasi penerapan adopsi teknologi. (Soekartawi, 1998).

18 23 Secara skematik kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : Usia petani (X1) Pendapatan (X2) Pendidikan (X3) Penyuluhan (X4) Biaya Tenaga Kerja (X5) Tingkat adopsi teknologi petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo2:1 Gambar 1. Kerangka Pemikiran 2.4Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, maka dapat disusun hipotesis penelitian ini sebagai berikut : Diduga faktor - faktor sosial ekonomi (usia petani, pendapatan petani, pendidikan,biaya tenaga kerja dan penyuluhan) mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi sistem tanam jajar legowo 2:1 di daerah penelitian

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Bayam jepang (Spinacia Oleracea L.) adalah tanaman setahun yang ditanam diwilayah beriklim sedang, khusus untuk diambil daunnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Pendekatan Teori 1. Sistem Tanam Jajar legowo Menurut Badan Litbang Pertanian (2013), sistem tanam jajar legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH Oleh : Drh. Saiful Helmy Pendahuluan Dalam rangka mendukung Upaya Khusus Pajale Babe yang digalakkan pemerintah Jokowi, berbagai usaha dilakukan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Padi Sawah Menurut Purwono dan Purnamawati (2009), padi tergolong dalam famili Gramineae (rumput-rumputan).padi dapat beradaptasi pada lingkungan aerob dan nonaerob.batang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padi Sawah Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman semusim yang sangat bermanfaat di Indonesia karena menjadi bahan makanan pokok. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah mulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Sawah Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat merumpun,

Lebih terperinci

Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah

Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah 19 Desember 2016 Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah Inovasi senantiasa mencakup 2 komponen: 1. Komponen gagasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan,

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Usahatani Padi Sistem Jajar Legowo Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana mengusahakan dan mengkoodinir faktor produksi seperti lahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal tertentu diantaranya perbandingan persentase daging

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA Oleh: Tri Ratna Saridewi 1 dan Amelia Nani Siregar 2 1 Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH

KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH Salah satu komponen teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah yaitu dianjurkan untuk mengatur jarak tanaman dan populasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya. Kemampuan sektor pertanian dapat ditunjukan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sistem Tanam Jajar Legowo Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata lego (lega) dan dowo (panjang) yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI INTEGRASI SAPI POTONG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI TENGAH

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI INTEGRASI SAPI POTONG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI TENGAH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI INTEGRASI SAPI POTONG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI TENGAH Lintje Hutahaean dan Heni Sulistyawati PR Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 19 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Prima Tani merupakan salah satu program Badan Litbang Pertanian yang di dalamnya terdapat unsur inovasi. Sebagai suatu inovasi, Prima Tani diperkenalkan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluh Pertanian dan Usahatani Jagung 2.1.1 Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali L A M P I R A N Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali 151 152 Lampiran 2. Hasil uji CFA peubah penelitian Chi Square = 112.49, df=98 P-value=0.15028, RMSEA=0.038, CFI=0.932 153 Lampiran 3. Data deskriptif

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Kebijakan Optimalisasi dan Pemeliharaan JITUT 5.1.1 Umur (X 1 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di zona

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di zona BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di zona khatulistiwa.negara-negara yang yang terletak di zona ini disinari matahari hampir sepanjang tahun.selain itu

Lebih terperinci

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO ISBN : 978-602-1276-01-3 SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PROSES ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN DR. IR HJ. KHODIJAH, M.SI

PROSES ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN DR. IR HJ. KHODIJAH, M.SI PROSES ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI DALAM PENYULUHAN PERIKANAN DR. IR HJ. KHODIJAH, M.SI PROSES ADOPSI INOVASI KONSEP ADOPSI BAHLEN Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies, terbesar di daerah tropisdan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies, terbesar di daerah tropisdan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Sawah Tanaman padi adalah sejenis tumbuhan yang sangat mudah di temukan, apalagi kita yang tinggal di pedesaan. Hamparan persawah dipenuhi dengan tanaman padi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu aspek penting dalam kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Dari lahan pertanian ini menjadi sumber pokok bagi semua kalangan baik inti ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para petani menjalani kehidupannya sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan Pengertian Adopsi - Proses yg melibatkan dimensi Waktu - Berkaitan dengan pengambilan keputusan Adopsi :Proses /Peristiwa diterimanya suatu

Lebih terperinci

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO Oleh : Sugeng Prayogo BP3K Srengat Penanaman merupakan proses pemindahan benih kedalam tanah dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk memperoleh

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR. KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR Diarsi Eka Yani 1 Pepi Rospina Pertiwi 2 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengenalan Varietas Padi Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 200 varietas padi sejak tahun 1930an. Varietas yang dilepas mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penyuluhan Pertanian Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil

Lebih terperinci

SKRIPSI KASEH LESTARI

SKRIPSI KASEH LESTARI HUBUNGAN MATERI DAN MEDIA PENYULUHAN DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SAWAH SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI DESA BEREMBANG KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI KASEH LESTARI PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

Jurnal Iprekas - Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa

Jurnal Iprekas - Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BUDIDAYA PISANG KEPOK (Musa paradisiaca)di DESA SUNGAI KUNYIT LAUT KECAMATAN SUNGAI KUNYIT KABUPATEN PONTIANAK Komaryati, Adi Suyatno Staf

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan 1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan memperhatikan tiap-tiap gejala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP TINGKAT ADOPSI INOVASI PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO DALAM PAKAN TERNAK SAPI POTONG ( Studi Kasus Pada Kelompok Tani Karya Abadi Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman ) SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 16 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Definisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah definisi yang telah ditetapkan oleh Peserikatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang berdiam di Desa Dompu, Moyo Mekar dan Desa Sepakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada

BAB VI PEMBAHASAN. itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Petani Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten) Oleh: DIAN ANGGRAENI Fakultas Pertanian UNTIRTA Email: dian.1452yahoo.c.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan Pertanian Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA Mukhlis Yahya Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan ABSTRACT Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian adalah suatu cara yang harus di tempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jumlah areal penanaman padi makin menyempit. Selain itu, pengendalian hama

I. PENDAHULUAN. jumlah areal penanaman padi makin menyempit. Selain itu, pengendalian hama 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas padi di Indonesia mengalami penurunan disebabkan oleh jumlah areal penanaman padi makin menyempit. Selain itu, pengendalian hama dan penyakit masih terkendala

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan formal, Pendidikan nonformal, Luas usahatani, Pengalaman usahatani, Lama bermitra, Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Pembangunan agropolitan merupakan wilayah terpadu melalui pembangunan sektor pertanian primer dalam arti luas (pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) Oleh :Mukhlis Yahya *) dan Eka Afriani **) ABSTRAK

SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) Oleh :Mukhlis Yahya *) dan Eka Afriani **) ABSTRAK SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KANDANG PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) Oleh :Mukhlis Yahya *) dan Eka Afriani **) ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif

Lebih terperinci

Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Jamu Ternak di Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru

Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Jamu Ternak di Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Jamu Ternak di Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru Susanto dan Noor Amali Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA Adanya komponen waktu dalam proses difusi, dapat mengukur tingkat keinovativan dan laju

Lebih terperinci

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA Agustina Abdullah Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Abdullah_ina@yahoo.com

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PENANAMAN Tujuan pembelajaran : Setelah

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

DAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI

DAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI DAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI Lintje Hutahaean, Syamsul Bakhri, dan Maskar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI POLA TANAM PADI (Oryza sativa L) JAJAR LEGOWO 4 : 1 (Studi Kasus pada Kelompoktani Gunung Harja di Desa Kalijaya Kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotoric)

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotoric) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Adopsi 2.1.1 Pengertian adopsi Pengertian adopsi dalam proses penyuluhan menurut Departemen Kehutanan (1996) dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam pelaksanaanya berusaha menghindarkan

Lebih terperinci