STRATEGI PEMBELAJARAN BERBICARA DALAM KONTEKS EFL: SEBUAH KAJIAN TEORITIS STRATEGIES OF TEACHING SPEAKING IN EFL CONTEXT: A THEORETICAL REVIEW

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PEMBELAJARAN BERBICARA DALAM KONTEKS EFL: SEBUAH KAJIAN TEORITIS STRATEGIES OF TEACHING SPEAKING IN EFL CONTEXT: A THEORETICAL REVIEW"

Transkripsi

1 STRATEGI PEMBELAJARAN BERBICARA DALAM KONTEKS EFL: SEBUAH KAJIAN TEORITIS Lilik Uzlifatul Jannah Universitas Islam Lamongan Abstrak Artikel ini mengelaborasi cara mengajar berbicara yang mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan berbicara yang sesuai baik di dalam maupun di luar kelas dengan cara yang komunikatif. Pembelajaran di kelas adalah salah satu cara untuk berlatih dan belajar berbicara, namun banyak kesempatan untuk belajar dan berlatih berbicara di luar kelas dalam konteks bahasa Inggris. Para siswa perlu didorong untuk mengembangkan kebiasaan berbicara dan menggunakannya dalam komunikasi yang nyata. Berbagai strategi diterapkan dalam proses belajar mengajar sehingga memungkinkan siswa melakukan microskills dan keterampilan makro dalam berkomunikasi. Metode pembelajaran yang diterima secara luas di koteks Bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL) adalah dengan cara meningkatkan kompetensi komunikatif siswa. Kompetensi meliputi kompetensi gramatikal, kompetensi wacana, kompetensi sosiolinguistik, dan kompetensi strategis sebagai kemampuan berbahasa Kata kunci: berbicara, pembelajaran komunikatif, EFL STRATEGIES OF TEACHING SPEAKING IN EFL CONTEXT: A THEORETICAL REVIEW Lilik Uzlifatul Jannah Universitas Islam Lamongan lilik_uj79@hotmail.com Abstract This article aims at depicting the way in which teaching speaking should encourage students to engage in speaking activities both inside and outside the classroom to gain communicative competence. Classroom learning is one way to practice and learn speaking, but multitudes of opportunities for learning and practicing speaking exist outside the classroom in English context. So, the students need to be encouraged to develop speaking habit and use it in real communication. To improve the students speaking competence in EFL context, the demand to teach speaking English is increasing more and more in all levels of education in Indonesia. Many kinds of strategies are applied in teaching and learning process of speaking to enable the students to perform the microskills and macro-skills of communication. The widely accepted instructional method in EFL is Communicative Language Teaching which emphasizes that the goal of language learning is to increase students communicative competence. The competence includes grammatical competence, discourse competence, sociolinguistic competence, and strategic competence as the undrelying abilities of speaking competence. Kata kunci : speaking,communicative teaching and learning, EFL 120

2 PENDAHULUAN Sebagai alat komunikasi lisan, ternyata kompetensi berbahasa Inggris selalu mempesona orang dan memiliki pengaruh besar dalam pengajaran bahasa di Indonesia. ini mencoba enggambarkan strategi pengajaran berbicara dalam konteks EFL berdasarkan tinjauan teoritis. Ini terdiri dari empat bagian mendasar, yaitu yang pertama adalah sifat berbicara, yang kedua menyangkut pengajaran Berbicara dalam konteks EFL, yang ketiga berhubungan dengan kompetensi berbicara dalam bahasa Inggris, dan yang terakhir adalah kegiatan berbahasa Inggris. Salah satu metode yang diterima secara luas dalam pengajaran berbicara adalah CLT dimana metode ini didasarkan pada kerangka kompetensi komunikatif. Keberadaan CLT memberikan pendekatan untuk menggunakan bahasa untuk tujuan komunikatif melalui berbagai jenis kegiatan berbicara yang pada akhirnya dapat membantu siswa untuk memperoleh kompetensi berbicara. Berbicara mungkin adalah keterampilan manusia yang paling mendasar karena selalu diproduksi dan digunakan oleh orang-orang terusmenerus karena mereka mampu mengucapkan bahasa dengan cara alami untuk berkomunikasi. Berbicara juga yang paling penting bagi proses dan pengalaman hidup seseorang karena ini adalah alat komunikasi dalam interaksi indidual dan sosial. Bagi kebanyakan orang, kemampuan berbicara dalam bahasa sama dengan mengetahui bahasa karena ucapan tersebut adalah alat komunikasi manusia yang paling dasar (Cornbleet and Carter, 2001: 17). Clark dan Clark (1977: 223) menyatakan bahwa berbicara adalah fundamentallallly tindakan instrumnent. Pembicara berbicara agar memiliki beberapa efek pada pendengar mereka. Burns and Joyce (1999: 14) menjelaskan bahwa berbicara sebagai proses aktif untuk menegosiasikan makna dan menggunakan pengetahuan sosial tentang situasi topik dan pembicara lainnya, dan ini lebih dari sekadar cara bercakap-cakap. Brown (2001: 267) memandang berbicara sebagai proses interaktif untuk membangun makna yang melibatkan produksi, penerimaan dan pengolahan informasi. Bentuk dan maknanya bergantung pada konteks di mana ia terjadi, termasuk para peserta itu sendiri, pengalaman kolektif, lingkungan fisik dan tujuan berbicara. Hal ini sering spontan, terbuka dan berkembang. Sementara Harmer (2004: ) terlihat berbicara dalam dua cara yang berbeda: 1) bagian dari fitur bahasa yang terdiri dari unsur-unsur yang diperlukan untuk produksi lisan: pidato yang terhubung, bahasa ekspresi ekspresif, leksis dan bahasa tata bahasa 121

3 dan negosiasi.2) Pemrosesan mental / sosial yang melibatkan pengetahuan tentang kemampuan bahasa yang terdiri dari pemrosesan bahasa, berinteraksi dengan orang lain dan pemrosesan informasi (on-the spot). Sifat berbicara sebagai salah satu keterampilan produktif diambil saat Hughes (2002: 10-13) mengklaim bahwa ciri paling penting dari bentuk bahasa lisan pada dasarnya bersifat sementara. Kedua, faktor pendukung sifat berbicara adalah penyampaiannya melalui saluran oral / aural. Bahasa yang diucapkan untuk didengarkan cukup berbeda dari teks yang dibuat untuk dibaca. Ketiga, Hughes menyadari aspek sebagai cara bicara yang khas yang dihasilkan berhubungan dengan sebagian besar materi yang diucapkan secara spontan dan informal. Ini umumnya tidak terencana, dinamis, dan bergantung pada konteks. Pengajaran Berbicara dalam konteks EFL Pengajaran berbicara kepada kebutuhan peserta didik EFL, adalah salah satu hal yang paling penting dalam belajar bahasa asing terutama bahasa Inggris. Dalam penggunaan yang sangat umum, berbicara dalam bahasa jelas mengandung banyak tujuan yang berbeda yang penting untuk diingat bahwa dalam mengajar berbicara dianggap sepenuhnya pada tujuan akhir peserta didik dalam belajar bahasa Inggris. Mengenai pengajaran bahasa Inggris, Folse (2009:4) menyatakan bahwa guru perlu mengetahui mengapa peserta didik ingin berbicara bahasa Inggris, baik untuk studi, bisnis, pekerjaan, dan untuk dapat berkomunikasi dalam semua aktivitas. Ini bertepatan dengan Richards dan Renandya (2002:201) yang berpendapat bahwa berbicara digunakan untuk berbagai tujuan, dan setiap tujuan melibatkan keterampilan yang berbeda. Bila pembicara menggunakan percakapan santai, misalnya, perposenya mungkin untuk melakukan kontak sosial dengan orang-orang, untuk menjalin hubungan baik, atau terlibat dalam obrolan tidak berbahaya yang menghabiskan banyak waktu dengan teman mereka. Dalam beberapa situasi, pembicara menggunakan berbicara untuk memberikan instruksi, untuk mendeskripsikan sesuatu, untuk menghibur orang, tujuan berbicara lainnya. Richards dan Renandya (2002: 201) selanjutnya berpendapat bahwa masing-masing tujuan berbeda untuk berbicara ini menyiratkan pengetahuan tentang peraturan yang menjelaskan bagaimana bahasa lisan mencerminkan konteks atau situasi di mana ucapan terjadi, peserta terlibat dan peran dan hubungan spesifik mereka, dan Jenis kegiatan yang melibatkan pembicara. 122

4 Sementara itu Brown (2007) berpendapat bahwa kemampuan makro mengenalkan pembicara dengan elemen bahasa yang lebih besar terkait dengan kohesi, fungsi, kelancaran, gaya, pilihan komunikasi nonverbal, dan strategi. Dan ini selanjutnya diungkapkan dalam enam aspek: (1). menggunakan perangkat kohesif dalam wacana lisan;(2). Menggunakan fungsi komunikasi sesuai dengan situasi, peserta, dan sasaran; (3). menggunakan daftar yang sesuai, konvensi implisit, pragmatis, dan fitur sosiolinguistik lainnya dalam percakapan langsung; (4). menyampaikan hubungan antara peristiwa dan mengkomunikasikan hubungan semacam itu sebagai gagasan utama, gagasan pendukung, informasi baru, informasi, generalisasi, dan contoh yang diberikan; (5). menggunakan fitur wajah, kinestetik, bahasa tubuh, dan isyarat nonverbal lainnya beserta bahasa verbal untuk menyampaikan maknadan (6).mengembangkan dan menggunakan strategi berbicara, seperti penekana pada kata kunci, rekam ulang, onteks untuk menafsirkan arti kata-kata, meminta bantuan, dan menilai secara akurat seberapa baik lawan bicara Anda dalam memahami Anda. Dalam model pengajaran bahasa yang komunikatif, guru membantu siswa mengembangkan isi pengetahuan dengan memberikan praktik otentik yang mempersiapkan siswa untuk situasi komunikasi kehidupan nyata. Mereka membantu siswa mereka mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan mikro dan makro skills dalam berbicara bahasa Inggris yang sesuai dengan konteks spesifik dalam situasi kehidupan nyata. Tujuan utama pengajaran berbicara kepada pembelajar EFL adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa, sehingga mereka dapat mengekspresikan diri mereka menggunakan bahasa target secara tepat berdasarkan konteks yang mereka butuhkan. Mengaktifkan siswa untuk melakukan keterampilan, guru harus menerapkan berbagai jenis pendekatan, metode, dan teknik yang sesuai dalam pengajaran dan pembelajaran. Salah satu pendekatan dalam pengajaran bahasa asing adalah pendekatan komunikatif (CA) yang juga disebut pengajaran bahasa komunikatif (CLT). CA adalah pendekatan pengajaran bahasa yang menekankan bahwa tujuan pembelajaran bahasa adalah kompetensi komunikatif yang meyakini bahwa jika siswa terlibat dalam makna tugas komunikatif yang terfokus, pembelajaran bahasa akan mengurus dirinya sendiri, dan bahwa banyak sekali penggunaan bahasa yang digunakan dan banyak kesempatan untuk menggunakannya sangat penting untuk sebuah Pengembangan pengetahuan dan keterampilan siswa (Harmer, 2007: 69). CLT terinspirasi oleh anggapan 123

5 bahwa bahasa pada dasarnya adalah alat komunikasi. Ajaran bahasa komunikatif pada dasarnya memiliki karakter yang berbeda dari pendekatan lainnya. Salah satu ciri khas pengajaran bahasa komunikatif adalah memperhatikan secara sistematis aspek fungsional dan struktural bahasa (Littlewood, 1982: 1). Brown (2007: 46-47) menyebutkan tujuh karakteristik pengajaran bahasa komunikatif yaitu: (1). tujuan keseluruhan. CLT menyarankan fokus pada semua komponen (gramatikal, wacana, fungsional, sosiolinguistik, dan strategis) dari kompetensi komunikatif; (2). hubungan bentuk dan fungsinya. Teknik bahasa dirancang untuk melibatkan peserta didik dalam penggunaan bahasa yang pragmatis, otentik, fungsional, untuk tujuan yang berarti; (3).kefasihan dan akurasi. Fokus pada siswa aliran dari pemahaman dan produksi dan fokus pada keakuratan formal produksi dilihat sebagai prinsipprinsip yang saling melengkapi yang mendasari teknik komunikatif;(4). fokus pada konteks dunia nyata. Siswa di kelas komunikatif pada akhirnya harus menggunakan bahasa, produktif dan menipu, dalam konteks yang tidak diucapkan di luar kelas; (5).otonomi dan keterlibatan strategis. Siswa diberi kesempatan untuk fokus pada proses belajar mereka sendiri dengan meningkatkan kesadaran mereka akan gaya belajar mereka sendiri (kekuatan, kelemahan, preferensi) dan melalui pengembangan strategi produksi dan pemahaman yang tepat;(6). peran guru adalah fasilitator dan pembimbing, bukan pengetahuan pengetahuan yang serba mengetahui; dan (7). peran siswa di kelas CLT adalah peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Pembelajaran yang berpusat pada siswa, kooperatif, dan kolaboratif ditekankan, namun tidak mengorbankan aktivitas berpusat pada guru. Karakteristik ini menggarisbawahi beberapa tujuan utama CLT dari metode dan pendekatan sebelumnya. CLT mengikuti perubahan pengajaran agar lebih fokus pada siswa dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menghasilkan bahasa target dalam situasi yang berarti dan otentik. Howatt di Richards dan Rodgers (2002:155) membedakan antara versi CLT yang 'kuat' dan 'lemah'. Versi lemah yang telah menjadi praktik standar kurang lebih dalam sepuluh tahun terakhir, menekankan pentingnya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan bahasa Inggris mereka untuk tujuan komunikatif. Versi 'kuat' dari pengajaran komunikatif, memajukan klaim bahwa bahasa diperoleh melalui komunikasi, jadi bukan hanya masalah mengaktifkan pengetahuan bahasa yang ada tapi inert, tapi juga merangsang pengembangan sistem bahasa itu sendiri. Jika yang pertama bisa digambarkan sebagai 124

6 'belajar menggunakan bahasa Inggris', yang kemudian memerlukan 'menggunakan bahasa Inggris untuk mempelajarinya.' Konsep versi kuat pengajaran bahasa komunikatif adalah 'menggunakan bahasa Inggris untuk mempelajarinya' sejalan dengan Nunan (1991: 39) menyatakan bahwa untuk berbicara dalam bahasa asing akan difasilitasi saat peserta didik secara aktif terlibat dalam usaha untuk berkomunikasi. Ini seperti belajar membaca dengan membaca dan belajar berbicara dengan berbicara. Ini tidak berarti bahwa latihan manipulatif yang fokus perhatian pada manipulasi bentuk linguistik harus diabaikan. Latihan untuk berbicara seharusnya membantu peserta didik menggunakan bahasa yang penting untuk situasi kehidupan nyata. Secara singkat, pengajaran berbicara mengharuskan guru untuk membantu siswa memperoleh keterampilan berbicara dengan memberikan tugas yang sesuai dengan keterampilan membentuk, mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas berbicara, dan memberi kesempatan untuk berlatih. Guru mengembangkan pembelajaran komunikatif aktif untuk melibatkan siswa dalam kegiatan eksploratif, invertigatif, menggunakan bahasa lisan untuk mendiskusikan, mempertanyakan, mengklarifikasi, menggambarkan, mengevaluasi, dan membenarkan gagasan. Pengajaran berbicara kepada siswa EFL perlu menggunakan berbagai jenis pendekatan, metode, dan teknik yang memungkinkan mereka melakukan praticing dan menggunakan bahasa satu sama lain. CLT adalah salah satu pendekatan yang paling populer yang memiliki pengaruh besar terhadap pengajaran bahasa dan memberi siswa untuk menggunakan bahasa untuk tujuan komunikatif, yang akhirnya dapat membantu mereka untuk mencapai kompetensi komunikatif sebagai kemampuan yang tidak terlalu banyak berbicara. Kompetensi Berbicara dalam bahasa Inggris Dewasa ini, banyak belajar bahasa Inggris yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan lisan, terutama penekanan pada pengembangan kompetensi berbicara.kompetensi berbicara dianggap sebagai tujuan utama dalam belajar bahasa asing karena membuat siswa merasa senang jika bisa berbahasa asing dengan baik. Banyak siswa bahasa yang menganggap kemampuan berbicara adalah salah satu tujuan utama studi mereka, karena mereka memperoleh beberapa kepuasan pribadi karena dapat berbicara bahasa kedua atau asing atau mereka merasa akan bermanfaat dalam mengejar kepentingan atau tujuan karir lainnya (Hadley, 1993: 228). Sejalan 125

7 dengan itu, Nunan (1991: 39) menyatakan bahwa bagi kebanyakan orang, menguasai keterampilan berbicara adalah satu-satunya aspek terpenting dalam belajar bahasa kedua atau bahasa asing, dan kesuksesan diukur dari segi kemampuan untuk melakukan percakapan di bahasa. Ur (1996:120) menyatakan bahwa Berbicara tampaknya secara intuitif adalah yang paling penting dari keempat keterampilan (mendengar, berbicara, membaca dan menulis), orang-orang yang tahu bahasa disebut sebagai 'pembicara' bahasa itu, seolaholah berbicara termasuk semua yang lain. Macam mengetahui; Dan banyak jika tidak kebanyakan pelajar asing terutama tertarik untuk belajar berbicara. Artinya kemampuan berbahasa Inggris bisa menjadi pilihan yang paling penting bagi siswa dalam belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia. Kriteria untuk siswa yang mampu berbahasa Inggris diukur dengan cara mereka menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi nyata dan mengartikulasikan bahasa Inggris dengan baik meskipun dalam banyak jenis konteks perbedaan dalam bahasa Inggris. Richards dan Renandya (2002:201) memperkenalkan model yang berguna yang dikembangkan oleh Canale dan Swain untuk memperhitungkan komponen kemampuan berbicara. Model ini menggambarkan kemampuan berbicara tergantung pada kompetensi gramatikal, kompetensi wacana, kompetensi sosiolinguistik, dan kompetensi strategis, yang masing-masing perlu ditangani dalam kursus dan pengajaran. Kompetensi ini adalah aspek kompetensi komunikatif yang merupakan kemampuan yang mendasari kemampuan berbicara. Savignon (1983:22) mendefinisikan kompetensi komunikatif sebagai kemampuan untuk berfungsi dalam setting yang benarbenar komunikatif dalam pertukaran dinamis di mana kompetensi linguistik harus menyesuaikan diri dengan masukan informasi total, baik linguistik dan paralinguistik, dari satu atau lebih lawan bicaranya. Selanjutnya, Hymes yang dikutip oleh Brown (2000: 246) menyebut kompetensi komunikatif sebagai aspek kompetensi kita yang memungkinkan kita menyampaikan dan menafsirkan pesan dan untuk menegosiasikan makna secara interpersonal dalam konteks tertentu. Empat komponen atau subkategori yang berbeda dari kompetensi komunikatif yang diajukan oleh Canale dan Swain (1980) yang dikutip oleh Shumin (2002) meliputi kompetensi gramatikal, kompetensi wacana, kompetensi sosiolinguit, dan kompetensi strategis, mencerminkan penggunaan sistem linguistik dan aspek fungsional komunikasi masing-masing.. Dua komponen pertama mencerminkan penggunaan sistem linguistik itu sendiri 126

8 dan dua yang terakhir menentukan aspek fungsional komunikasi. Keempat komponen kompetensi komunikatif ini akan dijelaskan lebih rinci dalam kerja lebih lanjut melalui gagasan. Kompetensi gramatikal adalah penguasaan kode linguistik, kemampuan mengenali ciri bahasa leksikal, morfologi, sintaksis, dan fonologis sebuah bahasa dan memanipulasinya untuk membentuk kata dan kalimat (Savignon, 1983: 37). Sejalan dengan itu Huda (1999: 32) menjelaskan bahwa kompetensi gramatikal melibatkan penguasaan kode bahasa baik verbal maupun nonverbal, seperti kosa kata, deverbal, formasi kalimat, pengucapan, ejaan, dan semantik. Selain itu, kompetensi gramatikal adalah konsep payung yang mencakup peningkatan keahlian dalam tata bahasa (morfologi, sintaksis), kosakata, dan mekanika. Berkenaan dengan berbicara, istilah mekanika mengacu pada suara dasar huruf dan silabus, pengucapan kata-kata, intonasi, dan tekanan (Shumin (2002: 207). Wacana kompetensi adalah kemampuan untuk menghubungkan kalimat dalam perumusan wacana dan untuk membentuk keseluruhan yang berarti dari serangkaian ucapan (Brows, 2000: 247). Ini bertepatan dengan Savignon (1993: 38) bahwa kompetensi diskursus adalah penghubung serangkaian kalimat atau ujaran untuk membentuk keseluruhan yang berarti. Selanjutnya, Kamiya, (2007) menjelaskan bahwa kompetensi wacana adalah penguasaan peraturan tentang kohesi dan koherensi berbagai jenis wacana di SL / FL (misalnya penggunaan kata ganti, sinonim, konjugasi, dll. Yang sesuai). Kompetensi sosiolinguistik adalah pengetahuan tentang aturan sosiokultural bahasa dan wacana. Jenis kompetensi ini memerlukan pemahaman tentang konteks sosial di mana bahasa digunakan (Brows, 2000: 247). Huda (1999: 33) menjelaskan bahwa kompetensi sosiolinguistik berkaitan dengan luasnya sebuah ujaran diungkapkan dan dipahami dengan benar dalam konteks sosiolinguistik yang berbeda., Yang pada gilirannya bergantung pada faktor-faktor tertentu seperti status pembicara-pendengar, tujuan interaksi, dan aturan dan norma interaksi. Selain itu, Shumin (2002: 207) menyatakan bahwa memahami sisi sosiolinguistik bahasa membantu peserta didik mengetahui Komentar apa yang tepat, bagaimana mengajukan pertanyaan selama interaksi, dan bagaimana merespons secara nonverbal sesuai kemampuan beradaptasi agar bisa mengkodekan dan memecahkan kode wacana disekitarnya dengan benar. Kompetensi strategis, yaitu cara peserta didik memanipulasi bahasa agar bisa memenuhi tujuan komunikatif (Brown, 1994:228), barangkali adalah elemen kompetensi komunikatif yang 127

9 paling penting. Kamiya (2007) menggambarkan kompetensi strategis adalah penguasaan strategi komunikasi verbal dan nonverbal di SL / FL yang digunakan saat mencoba mengkompensasi kekurangan dalam kompetensi gramatikal dan sosiolinguistik atau untuk meningkatkan efektivitas komunikasi (misalnya parafrase, bagaimana menangani orang lain saat tidak pasti Status sosial mereka yang relatif, pidato lambat untuk efek retoris, dll.). Menyimpulkan, deskripsi dari empat componets kompetensi komunikatif sangat jelas dengan niat adalah untuk menemukan jenis pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa EFL yang mendasari mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris mereka melalui pemahaman dan penerapan kompetensi komunikatif tersebut.kemampuan berbicara dapat diperoleh oleh siswa EFL melalui latihan berbicara baik di dalam maupun di luar kelas atau tempat lain yang memungkinkan untuk terlibat dalam penggunaan bahasa lisan dalam kehidupan nyata. Kegiatan Berbicara dalam bahasa Inggris Untuk melaksanakan pengajaran berbicara, ada banyak kegiatan berbicara yang bisa diadopsi dan diimplementasikan dalam proses belajar mengajar agar lebih komunikatif. Karena kebanyakan siswa EFL belajar berbicara bahasa Inggris dengan budaya mereka sendiri, latihan hanya tersedia di kelas. Jadi, faktor kunci dalam pengembangan bahasa asing adalah kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk berbicara dalam bahasa yang mempromosikan interaksi. Dalam interaksi sebagai kunci untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik EFL, Shumin (2002) menjelaskan bahwa ada dua jenis aktivitas berbicara yang bersifat interaksional dan transaksional. Interaksional adalah untuk menjaga hubungan sosial, sedangkan transaksional adalah untuk menyampaikan informasi dan gagasan. Ini bertepatan dengan Burns and Joyce (1997) yang dikutip dalam Liu (2006) mengemukakan bahwa ada dua jenis aktivitas berbicara dalam kehidupan nyata: interaksional dan transaksional. Kegiatan interaksional mengacu pada obrolan basa-basi atau obrolan sosial, seperti dalam percakapan dengan tetangga atau diskusi tentang liburan bersama rekan kerja. Kegiatan transaksional berarti mereka yang memiliki tujuan praktis, seperti membuat janji dengan seorang guru, menanyakan arah di kota yang tidak mereka kenal, atau diskusi tentang promosi. Ur (1996) menjelaskan ada tiga jenis kegiatan dalam pengajaran berbicara yaitu: kegiatan diskusi, 128

10 interaksi lisan, dan role play. Melalui kegiatan diskusi ia melakukan aktivitas transaksional dalam topik tertentu untuk didiskusikan atau didiskusikan oleh para siswa, seperti menggambarkan gambar, gambaran gambar, kesamaan, dan pemecahan masalah. Jenis kegiatan lainnya adalah interaksi interaksi yang diucapkan. Kegiatan ini, terdiri dari percakapan interaksional, perubahan jangka panjang (misalnya bercerita, menggambarkan seseorang atau tempat secara terperinci, memberikan ceramah singkat atau ceramah, dan berdebat untuk kasus). Dan kegiatan terakhir adalah role play yang terdiri dari beberapa kategori kegiatan, seperti dialog, drama, simulasi dan role play. Harmer (1996:122) menjelaskan beberapa kegiatan semuanya dirancang untuk memancing komunikasi lisan antara siswa dan / atau antara guru dan siswa. Kegiatannya mencapai konsensus, diskusi, menyampaikan instruksi, permainan komunikasi, pemecahan masalah, berbicara tentang diri Anda, dan permainan peran dan simulasi. Harmer (2007: 69) selanjutnya menyatakan bahwa permainan peran dan simulasi menjadi sangat populer di CLT. Misalnya, siswa dapat mensimulasikan sebuah program televisi atau adegan di bandara, atau mereka bisa mengumpulkan halaman depan simulasi dari sebuah surat kabar baru. Finocchiaro dan Brumfit (1985:141) menyebutkan beberapa kegiatan umum yang digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan berbicara siswa mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Kegiatan berbicara ini, termasuk (1) membalas arahan atau pertanyaan yang diberikan oleh guru atau oleh siswa lain; (2) memberi arahan kepada siswa lain; (3) terlibat dalam serial couin, mengaitkan ucapan dan tindakan; (4) menyiapkan kalimat 'asli' dengan ekspresi komunikatif, struktur atau gagasan yang telah dipresentasikan; (5) menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa lain berdasarkan kelas atau di luar pengalaman kelas; (6) ceritakan kisah yang terkenal atau ceritakan pengalaman dengan kata-kata mereka sendiri; (7) mendirikan toko kelas, perpustakaan, surat kabar, bank, atau sumber daya masyarakat lainnya yang sesuai dan melakukan simulasi percakapan yang realistis; (8) memainkan permainan bahasa yang komunikatif, (9) melakukan debat, diskusi, forum, atau kegiatan kelompok lisan lainnya berdasarkan penelitian dimana siswa dipaksa untuk mendengarkan dengan penuh perhatian kepada pembicara sebelumnya agar setuju, tidak setuju, mengungkapkan Ketidakpastian, atau menambahkan infromasi lain yang relevan; Dan (10) Terlibat dalam role-playing berdasarkan bahasa target yang khas menggunakan situasi. 129

11 Selanjutnya, Folse (2009) mengusulkan beragam kegiatan yang berguna, praktis, dan menyenangkan, seperti (1). simulasi menemukan seseorang; (2) temukan perbedaan; (3) menggambar; (4) kesenjangan informasi; (5) pemecahan masalah kelompok; (6) peringkat, (7) jika Anda adalah hakim (kasus pengadilan sebenarnya); (8) pasangan berbicara (9) teka-teki silang komunikasi; (10) memecahkan misteri: selesaikan ceritanya; (11) role play (bermain peran); (12) kartu pertanyaan Bahasa Inggris; (13) cerita strip Semua aktivitas berbicara seperti yang disebutkan di atas dapat diimprovisasi baik di dalam maupun di luar kelas tergantung pada tujuan berbicara. Kegiatan berbicara di luar kelas, dimana siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk berlatih berbicara, bukan di dalam kelas. Di luar kegiatan berbicara kelas memungkinkan siswa untuk melakukan pembelajaran mandiri dan otonomi dalam aktivitas tanpa menekan pihak lain dan takut melakukan kesalahan karena mereka dapat mengekspresikan dirinya sebanyak mungkin dan hal itu terjadi dalam kehidupan nyata yang melahirkan perasaan puas dalam belajar bahasa Inggris.. Sementara kegiatan berbicara di dalam kelas membatasi kesempatan bagi siswa untuk menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan nyata dan juga sangat tidak mungkin untuk mengembangkan kompetensi berbicara jika hanya berlatih berbicara di dalam kelas karena keterbatasan waktu. Namun, aktivitas berbicara di dalam kelas bisa mencakup lebih dari sekedar interaksi komunikatif dan dua arah, baik antara siswa dan siswa dan antara guru dan siswa, dan juga guru dapat mengendalikan secara langsung aktivitas siswa yang tidak sepenuhnya berpartisipasi dan berbeda versa. Secara singkat, ada banyak kegiatan berbicara yang bisa diterapkan di CLT untuk meningkatkan kompetensi berbicara siswa. Untuk memiliki kompetensi berbahasa Inggris yang baik, siswa harus melibatkan diri dalam kegiatan berbicara sebanyak mungkin baik di dalam maupun di luar kelas. Selain itu, terkait dengan kegiatan berbahasa Inggris di luar kelas, perlu merancang kegiatan berbicara program tertentu, seperti pertemuan berbahasa Inggris, percakapan pagi bahasa Inggris, debat bahasa Inggris, berbicara di depan umum, pertemuan di luar ruangan Inggris, dan kegiatan lainnya yang memungkinkan siswa untuk belajar bahasa Inggris. Kesempatan untuk melibatkan diri mereka untuk berlatih berbicara bahasa Inggris dengan cara maksimal untuk mencapai kemampuan berbicara yang baik. 130

12 SIMPULAN Strategi pengajaran berbicara dalam konteks pengajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL). Pengajaran berbicara kepada siswa EFL adalah yang terpenting dalam belajar bahasa asing terutama bahasa Inggris. Salah satu metode pengajaran yang banyak diterima dalam pengajaran berbicara adalah pendekatan komunikatif pengajaran bahasa (CLT), dimana metode ini menekankan bahwa tujuan pembelajaran bahasa adalah kompetensi komunikatif. Kompetensi komunikatif meliputi kompetensi ketatabahasaan, kompetensi wacana, kompetensi sosiolinguistik, dan kompetensi strategis, sebagai kemampuan yang mendasari kompetensi berbicara. Dalam mengajar berbicara agar lebih komunikatif, guru harus dapat menggunakan berbagai jenis kegiatan berbicara, seperti permainan peran dan simulasi, kesenjangan informasi, pemecahan masalah kelompok, dan kegiatan berbicara lainnya.kegiatan berbicara bisa dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas tergantung pada tujuan berbicara. Kegiatan tersebut memungkinkan siswa untuk terlibat dalam interaksi dalam komunikasi nyata untuk meningkatkan kemampuan berbicara. DAFTAR PUSTAKA Brown, H. D. (2007). Pengajaran oleh Prinsip: Sebuah Pendekatan Interaktif Bahasa Pedagogi. San Fransisco, Longman. Brown, H. D. s. (2000). Prinsip Belajar Bahasa dan Pengajaran. San Fransisco, Longman. Dornyei, Z.. (2002). Strategi Motivasi dalam Bahasa Kelas. Cambridge, Cambridge University Press. Finocchiaro, Mary dan Brumfit, Christopher. (1985). Fungsional-Notional Pendekatan: dari Teori ke Praktik. New York, Oxford University Press. Folse, Keith S. (2007). The Art of Pengajaran Berbicara: Sebuah Penelitian dan Pedagogi untuk ESL / EFL Kelas. Amerika Serikat, The University of Michigan Press. Hadley, A. O. (1993). Pengajaran Bahasa dalam Konteks. Boston, Heinle & Heinle Publishers. Harmer, J. (1996). Praktek Pengajaran Bahasa Inggris. London, Longman. Harmer, J. ( ).Praktek Pengajaran Bahasa Inggris. Pearson Longman. Huda, N. ( 1999). Belajar Bahasa dan Pengajaran: Isu dan Tren. Malang, Universitas Negeri Malang Press. Kamiya, M. (2007) Peran Kompetensi Komunikatif dalam Pembelajaran L2., Diunduh 20 Juli 2017 dari Liu, W. ( 2006). Menghafal dan Improvisasi: Perbandingan Dua Strategi dalam Akuisisi Oral Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua. Universitas Katolik Australia. Diunduh 20 Juli 2017 dari ) Nunan, D. (1996). Metodologi Pengajaran Bahasa: A Textbook untuk Guru. New York, Prentice Hall. Richards, J C, & Renandya. W. A (2002). Metodologi dalam Pengajaran Bahasa: Sebuah Antologi Current Practice. Cambridge, Cambridge University Press. Richards, J. C. & Rogers, T. S. (2002). Pendekatan dan Metode dalam Pengajaran Bahasa. Cambridge, Cambridge University Press. Savignon, S. J.( 1983). Komunikatif Kompetensi: Teori dan Praktek di Kelas. California, Addison-WESLEY Publishing. Shumin, Kang. (2002). Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan: Mengembangkan Kemampuan Berbicara Siswa EFL 131

13 Dewasa.dalam Jack C. Richards dan Willy A. Renandya (Eds.), Metodologi Pengajaran Bahasa: Sebuah Antologi sekarang Practice ( ). Cambridge, Cambridge University Press. Ur, P. (1996). A Course in Pengajaran Bahasa. Praktis dan Teori. Cambridge, Cambridge University Press. 132

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089-3833 Volume. 5, No. 2, Agustus 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP PENDAHULUAN Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ARDIYANSAH SMKN 1 Labang,e-mail:ardiyansahardana1996@gmail.com Abstrak: Tujuan dari pengajaran berbicara

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG Oleh: Etty Pratiwi (Dosen Universitas PGRI Palembang) Email : miss_etty20@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAY Oleh: M.G. SRI NINGSIH SIANE HERAWATI Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~ MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing ~Dante Darmawangsa ~ I. PENDAHULUAN Pemerolehan bahasa asing biasanya didapatkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Tanpa kemampuan berbahasa Inggris

Lebih terperinci

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA Siti Reski Nanda Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas muhammadiyah makassar siti.reskinanda03@gmailcom

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Bab 5 Ringkasan Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Tetapi perbedaan struktur kalimat antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang sering menjadi kendala bagi pemelajar

Lebih terperinci

FKIP Universitas PGRI Madiun

FKIP Universitas PGRI Madiun PENGARUH AUTHENTIC MATERIAL DALAM KELAS SPEAKING Erlik Widiyani Styati 1, Vita Vendityaningtyas 2 1,2 FKIP Universitas PGRI Madiun Email: 1 wistya@gmail.com 2 venditya@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Pada bab ini peneliti membahas kesimpulan, implikasi dan saran yang didapatkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Pada bab ini peneliti membahas kesimpulan, implikasi dan saran yang didapatkan 155 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini peneliti membahas kesimpulan, implikasi dan saran yang didapatkan peneliti dalam penelitian ini, yang masing-masing peneliti bahas pada bagian berikut

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING. Khoirul Huda

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING. Khoirul Huda Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 3, Juli 2015 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING Khoirul Huda SMP Negeri 1 Wonokerto Kabupaten

Lebih terperinci

Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA. Abstrak

Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA. Abstrak Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA B. Widharyanto PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Abstrak Autentisitas di dalam pembelajaran bahasa asing, seperti BIPA, merupakan aspek yang

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INGGRIS

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INGGRIS KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INGGRIS KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU (KSG) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 0 KISI-KISI UJI TULIS PLPG GURU

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK PADA SISWA SMA Oleh: Hesti Muliawati, S.S., M.Pd. Abstrak Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk mempersatukan

Lebih terperinci

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS Kompetensi Subkompetensi Indikator Esensial Deskriptor A. Memiliki kompetensi kepribadian sebagai pendidik B.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA INGGRIS

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA INGGRIS STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA INGGRIS DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 1 A. Latar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. komunikasi bahasa Inggris sebelum dan sesudah penerapan WCA dilakukan terhadap

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. komunikasi bahasa Inggris sebelum dan sesudah penerapan WCA dilakukan terhadap BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan siswa dalam menguasai tata bahasa dan konteks komunikasi

Lebih terperinci

JUDUL Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri (Studi Deskriptif di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung)

JUDUL Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri (Studi Deskriptif di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung) JUDUL Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri (Studi Deskriptif di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung) ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran akurat tentang proses

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENERAPAN KEBERANIAN MENGAMBIL RESIKO BERBICARA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA MADRASAH IBTIDIYAH

OPTIMALISASI PENERAPAN KEBERANIAN MENGAMBIL RESIKO BERBICARA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA MADRASAH IBTIDIYAH OPTIMALISASI PENERAPAN KEBERANIAN MENGAMBIL RESIKO BERBICARA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA MADRASAH IBTIDIYAH Ratna Sari Dewi ABSTRAK; Kemampuan berbicara bahasa Inggris

Lebih terperinci

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI Berlin Sibarani Universitas Negeri Medan Abstract This paper discusses the concepts of competency based language teaching. The focus of the discussion is mainly

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

Role Play dalam Pembelajaran Speaking di Kelas III Sekolah Dasar

Role Play dalam Pembelajaran Speaking di Kelas III Sekolah Dasar JUDUL Role Play dalam Pembelajaran Speaking di Kelas III Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung) ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tentunya perkembangan ini terjadi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, bahkan perbaikan

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS 585 KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran guru sebagai (a) manejerial yaitu mengelola kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEARNING CYCLES MODEL THREE MURANOI S INTERACTION ENHANCEMENTS PADA MATA KULIAH BAHASA INGGRIS

IMPLEMENTASI LEARNING CYCLES MODEL THREE MURANOI S INTERACTION ENHANCEMENTS PADA MATA KULIAH BAHASA INGGRIS IMPLEMENTASI LEARNING CYCLES MODEL THREE MURANOI S INTERACTION ENHANCEMENTS PADA MATA KULIAH BAHASA INGGRIS Ali Mustadi Universitas Negeri Yogyakarta Email: aly_uny@yahoo.com Abstrak Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS

EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar Email: wiryadijoni@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan halhal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mengembangkan dirinya dengan mengadakan interaksi dengan orang lain melalui bahasa. Melalui bahasa diperoleh

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PARTISIPASI SOLUSI (PARTISOL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

INOVASI MODEL PARTISIPASI SOLUSI (PARTISOL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA INOVASI MODEL PARTISIPASI SOLUSI (PARTISOL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA Safrihady Wahyuni Oktavia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang Jl. STKIP Kel.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION

PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGGUNAKAN YES/NO QUESTION SURYANTI Guru SMP Negeri 2 Kuantan Mudik suryantiy46@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam bab ini peneliti akan memberikan penjelasan tentang : tujuan. maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, yang sedang

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam bab ini peneliti akan memberikan penjelasan tentang : tujuan. maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, yang sedang 15 BAB II KAJIAN TEORI A. Vocabulary (Kosa Kata). Dalam bab ini peneliti akan memberikan penjelasan tentang : tujuan mempelajari Bahasa Inggris, Pengertian vocabulary (kosa kata), Sifat vocabulary (kosa

Lebih terperinci

MENGAJAR BERBICARA MENGGUNAKAN METODE WAWANCARA TIGA LANGKAH DI SEMESTER TIGA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

MENGAJAR BERBICARA MENGGUNAKAN METODE WAWANCARA TIGA LANGKAH DI SEMESTER TIGA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS MENGAJAR BERBICARA MENGGUNAKAN METODE WAWANCARA TIGA LANGKAH DI SEMESTER TIGA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS Oleh: Herlina (Dosen Universitas PGRI Palembang) Email : santosoherlinaa@gmail.com

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI Sriwahyu Istana Trahutami utami_undip@yahoo.com Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Reading is a complex process that

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009-2010 Kompetensi Dasar MENDENGARKAN 1.1 Menyimpulkan isi berita yang didengar dari televisi atau radio. Indikator Pencapaian (peserta didik

Lebih terperinci

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING Jimat Susilo Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unswagati Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang menjadikan peserta

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOSAKATA 1. Suharso 2. kosakata tidak selalu dijadikan prioritas dalam pembelajaran bahasa, perhatian

PEMBELAJARAN KOSAKATA 1. Suharso 2. kosakata tidak selalu dijadikan prioritas dalam pembelajaran bahasa, perhatian PEMBELAJARAN KOSAKATA 1 Suharso 2 Pengantar Kosakata memiliki peran penting dalam pembelajaran bahasa. Meskipun kosakata tidak selalu dijadikan prioritas dalam pembelajaran bahasa, perhatian pada kosakata

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Asna Yuliati 29 PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Asna Yuliati SDN Karangkembang, Babat, Lamongan Telp. 082140257562 Email : isyanakd@yahoo.com Abstrak: Tujuan penelitian

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan berbekal kemampuan membaca, siswa dapat mempelajari ilmu, mengkomunikasikan gagasan, dan mengekspresikan

Lebih terperinci

ISSN: X Vol. 3, No. 1, April 2014

ISSN: X Vol. 3, No. 1, April 2014 PENERAPAN TEKNIK ROLE PLAY DENGAN BANTUAN VIDEO PADA MATA KULIAH SPEAKING 2 UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNDIKSHA TAHUN AJARAN 2011/2012 L.D.S.

Lebih terperinci

PENTINGNYA MENCERMATI SELF-INSTRUCTION DAN SELF- ESTEEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING: STUDI KASUS PENGAJARAN MENYIMAK

PENTINGNYA MENCERMATI SELF-INSTRUCTION DAN SELF- ESTEEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING: STUDI KASUS PENGAJARAN MENYIMAK PENTINGNYA MENCERMATI SELF-INSTRUCTION DAN SELF- ESTEEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING: STUDI KASUS PENGAJARAN MENYIMAK ABSTRAK Apriliya Dwi Prihatiningtyas Fakultas Sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Cina

Lebih terperinci

Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan. Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan

Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan. Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Seseorang akan bisa menulis dengan baik kalau ia banyak membaca.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus penggunaan buku ajar di SMAN I Cisauk Tangerang dalam tahun ajaran 2008 2009 pada kelas XI. Sekolah ini menggunakan dua

Lebih terperinci

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA)

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) 38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Definisi Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini a. Pengertian Kemampuan Berbicara pada Anak Usia Dini Salah satu kemampuan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PROCESS-BASED PADA PENGAJARAN KOMPOSISI BAHASA MANDARIN 1

PENERAPAN STRATEGI PROCESS-BASED PADA PENGAJARAN KOMPOSISI BAHASA MANDARIN 1 PENERAPAN STRATEGI PROCESS-BASED PADA PENGAJARAN KOMPOSISI BAHASA MANDARIN 1 ABSTRAK Apriliya Dwi Prihatiningtyas Fakultas Sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Cina liya_moudiva@ymail.com Penerapan ancangan

Lebih terperinci

mendemonstrasikan percakapan Tes unjuk kerja: tagihan: dialog Jenis teks melengkapi dialog pernyataan yang dibacakan oleh Mengungkapkan respons yang

mendemonstrasikan percakapan Tes unjuk kerja: tagihan: dialog Jenis teks melengkapi dialog pernyataan yang dibacakan oleh Mengungkapkan respons yang Tema (1) Arts Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar (2) Standar Kompetensi: Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal lisan pendek sederhana untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, seperti

Lebih terperinci

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS Maisarah, S.S., M.Si Inmai5@yahoo.com Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang Abstrak Artikel ini berisi tentang pentingnya komunikasi non verbal di

Lebih terperinci

UNSUR PENTING PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS ANAK ABSTRAK

UNSUR PENTING PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS ANAK ABSTRAK UNSUR PENTING PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS ANAK M. YAMIN (Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar FKIP Unsyiah) ABSTRAK Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan sistem pendidikan di Indonesia berdampak pada penyusunan kurikulum yang menjadi landasan pengajaran dan penyusunan materi ajar di Indonesia. Semakin sering

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Modul ke: BAHASA INDONESIA Ragam Bahasa Fakultas FEB Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD LINGUISTIKA AKADEMIA, Special Edition, May 2016 ISSN: 2089-3884 accredited by DGHE (DIKTI), Decree No: 51/Dikti/Kep/2010 193 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN WORD CARD Marwati MTsN Galur,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB Diah Ayu Wulan Dosen Sastra Cina FIB UB diahayuwulan96@yahoo.co.id Abstrak Bahasa Mandarin merupakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA KULIAH :STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA & SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA KULIAH :STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA & SASTRA Fakultas / Program Studi : FBS/ Bahasa Jawa Mata Kuliah & Kode : Strategi Pembelajaran Bahasa & Sastra Kode : PBJ 207 SKS : Teori : 2 SKS Praktik : - SKS 4. Kompetensi Dasar : Sem : 5 Waktu : 100 5. Kepentensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang Penguasaan bahasa Jepang merupakan persyaratan penting bagikeberhasilan individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global. Penguasaan Bahasa Jepang dapat diperoleh

Lebih terperinci

PENGGUNAAN COMMUNICATIVE GROUP ACTIVITY DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPEAKING SKILL

PENGGUNAAN COMMUNICATIVE GROUP ACTIVITY DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPEAKING SKILL Jurnal Edukasi, Vol. 14, No. 1, Juni 2016 PENGGUNAAN COMMUNICATIVE GROUP ACTIVITY DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPEAKING SKILL Citra Kusumaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Margaretha Argadian Asmara, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Margaretha Argadian Asmara, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajar perlu menetapkan rencana dan tujuan secara khusus dalam proses pembelajaran. Pembelajar dapat menumbuhkan motivasi belajar dengan berbagai hal salah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BERBICARA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN CLL DAN CLT

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BERBICARA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN CLL DAN CLT PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BERBICARA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN CLL DAN CLT Dede Surahman Universitas Pendidikan Indonesia dsurahman15@yahoo.com Abstrak Berdasarkan data lapangan. penggunaan

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN KOMPUTER UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

MEMANFAATKAN KOMPUTER UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MEMANFAATKAN KOMPUTER UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Agus Widyantoro 1, Arwan Ahmad Khoiruddin 2 1 Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni,Universitas Negeri

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SILABUS MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS (IG501)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman berbahasa setiap orang berbeda di setiap budaya. Berkumpulnya berbagai budaya di suatu tempat, seperti ibukota negara, menyebabkan bertemunya berbagai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Lebih terperinci

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA)

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) 38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari bahasa dalam kehidupan sehari-harinya karena bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi, mengungkapkan

Lebih terperinci

PROGRAM SEMESTER. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas /Semester : X / 1. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :...

PROGRAM SEMESTER. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas /Semester : X / 1. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... PERANGKAT PEMBELAJARAN PROGRAM SEMESTER Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas /Semester : X / 1 Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara

BAB I P E N D A H U L U A N. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara kolektif sosial. Secara individual, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Hal ini menyebabkan kemudahan pemerolehan informasi secara cepat dan efisien. Perkembangan tersebut menjangkau dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

Lersianna Saragih *)

Lersianna Saragih *) Pragmatik dan Pemahaman Lintas Budaya Lersianna Saragih *) Abstrak Artikel ini menguraikan tentang perlunya penguasaan kebudayaan komunitas pengguna bahasa asing yang hendak dipelajari (bahasa target),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

ERNATI Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris FKIP Universitas Bung Hatta Padang. Abstract

ERNATI Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris FKIP Universitas Bung Hatta Padang. Abstract PENINGKATAN KEMAMPUAN SPEAKING MELALUI MODEL TRIPLE P ERNATI Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris FKIP Universitas Bung Hatta Padang Abstract This article aims at describing the improving of students

Lebih terperinci

JF Standard bagi Pendidikan Bahasa Jepang

JF Standard bagi Pendidikan Bahasa Jepang JF Standard bagi Pendidikan Bahasa Jepang Petunjuk Pemakaian bagi Pengguna Edisi Terbaru JF Standard bagi Pendidikan Bahasa Jepang - Petunjuk Pemakaian bagi Pengguna (Edisi Terbaru) Daftar Isi Prakata

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP Nomor 4) Mata Kuliah : Bahasa Inggris Kode Mata Kuliah : GD 100 Pokok Bahasan : Planning Language Teaching Subpokok Bahasan : 1. Instructional Materials 2. Teaching Techniques

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, penggunaan unsur slang dalam bahasa Inggris Amerika hampir terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini dengan mudah bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini haruslah disadari benar, terutama oleh guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri terbagi menjadi empat komponen, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG SEMESTER GASAL 2013/2014

RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG SEMESTER GASAL 2013/2014 RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG SEMESTER GASAL 2013/2014 A. Matakuliah 1. Matakuliah : BAHASA INDONESIA KEILMUAN 2. Sandi : UMPK608 3. Kridit/Jam Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP Nomor 1) Mata Kuliah : Bahasa Inggris Kode Mata Kuliah : GD 100 Pokok Bahasan : EFL in Elementary School Subpokok Bahasan : 1. Characteristics of English as Second Language

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN TASK BASED LEARNING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN TASK BASED LEARNING Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 6, No. 1, Juni 017 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN TASK BASED LEARNING Sulaiman Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Lebih terperinci