PENTINGNYA MENCERMATI SELF-INSTRUCTION DAN SELF- ESTEEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING: STUDI KASUS PENGAJARAN MENYIMAK
|
|
- Shinta Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 PENTINGNYA MENCERMATI SELF-INSTRUCTION DAN SELF- ESTEEM DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING: STUDI KASUS PENGAJARAN MENYIMAK ABSTRAK Apriliya Dwi Prihatiningtyas Fakultas Sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Cina Penelitian berbasis kelas ini dilakukan untuk mencermati faktor personal, yakni self-instruction atau instruksi diri dan self-esteem atau harga diri yang secara langsung memengaruhi keberhasilan pembelajaran bahasa asing, dalam hal ini keterampilan menyimak. Dengan mengelompokkan mahasiswa berdasarkan status mahasiswa dan latar belakang kemampuan semester sebelumnya akan membantu pengajar menentukan strategi yang sesuai agar dapat mencermati faktor termaksud sehingga dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan keaktifannya yang berpengaruh pada kemampuan menyimaknya. Selain mencermati kedua aspek ini melalui kegiatan kelas yang meragamkan bentuk latihan, pengajar juga menggunakan daftar tanyaan. Perkembangan hasil belajar dapat dievaluasi melalui ujian tengah dan akhir semester. Isian daftar tanyaan digunakan untuk mengetahui lebih dalam aspek instruksi diri dan harga diri masing-masing mahasiswa. Daftar tanyaan ini dapat dikontraskan dengan hasil penelitian lapangan dan hasil evaluasi belajar berjangka sehingga membantu pengajar menajamkan penilaiannya terhadap mahasiswa asuhannya. Pada dasarnya mahasiswa yang diteliti memiliki kemampuan yang bisa didorong agar memicu tumbuhnya instruksi diri dan harga diri. Namun faktor lain seperti status mahasiswa dan latar belakang kemampuan ternyata dapat membuat rasa percaya diri mahasiswa melemah sehingga sulit baginya menumbuhkan kedua aspek tersebut. Kata kunci: self-instruction, self-esteem, menyimak, pembelajaran, keberhasilan. 1. PENDAHULUAN Menyimak dalam pengajaran bahasa asing biasanya menjadi keterampilan yang tidak disukai mahasiswa bahasa asing, terutama mahasiswa bahasa Cina. Perbedaan bunyi dan adanya unsur suprasegmental yang menjadi kekhasan bahasa ini menjadikan mahasiswa selalu merasa kesulitan menyimak dengan baik konteks yang diperdengarkan. Beberapa mahasiswa dapat menikmati kegiatan menyimak, namun sebagian yang lain bisa jadi merasa tertekan khususnya apabila pengajar tidak memberikan bantuan berupa diskusi gagasan, kosakata, gambar, dan beragam bentuk latihan menyimak. Akibatnya pengajar selalu bekerja ekstra untuk membantu para mahasiswa agar dapat memahami konteks yang diperdengarkan. Dampak lain yang muncul adalah mahasiswa menjadi tidak mandiri dan kemungkinan tidak terjadi interaksi di dalam kelas menjadi sangat besar. Mencermati self-instruction dan self-esteem yang dibutuhkan dalam belajar bahasa asing akan membantu pengajar dalam mempersiapkan kelas menyimak sekaligus dapat menjadikan mahasiswa sebagai penyimak mandiri. Dalam kelas menyimak, mahasiswa cenderung mengandalkan pengajar untuk dapat memahami tema yang diperdengarkan. Pada sebagian kasus, mahasiswa menganggap kesulitan ini berasal
3 dari bahan ajar yang disajikan akibatnya pengajar cenderung sepenuhnya mengendalikan kelas. Hal ini akan membuat mahasiswa menjadi pasif dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada pengajar. Oleh karena itu, mencermati self-instruction (instruksi diri) dan self-esteem (harga diri) mahasiswa melalui pengamatan aktivitas mereka dalam kelas menyimak dan menilai proses dan hasil aktivitas ini, dapat membantu pengajar memberi masukan agar mahasiswa mandiri saat kegiatan menyimak berlangsung dan mampu mengatasi kesulitan yang dihadapinya saat berlatih di luar kelas. 2. TINJAUAN PUSTAKA Dickinson (1987:11) mendefinisikan self-instruction atau instruksi diri sebagai situasi ketika mahasiswa belajar dan berupaya melakukan kegiatan belajarnya tanpa kendali langsung dari pengajar. Self-instruction mengacu pada tanggung jawab pribadi dalam proses belajar, khususnya bahasa asing. Dorongan self-instruction yang kuat akan memberi dampak yang baik pada proses belajar bahasa asing, demikian berlaku sebaliknya, apabila dorongan tersebut lemah maka proses belajar bahasa asing tidak akan berjalan sesuai rencana. Sementara self-esteem atau harga diri yang merupakan aspek mendasar perilaku manusia dianggap oleh Brown (2000: ) sebagai faktor personal yang juga memengaruhi keberhasilan proses belajar bahasa asing. Oleh karena itu, mencermati kedua aspek ini agar proses pembelajaran berjalan baik dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan akan sangat membantu pengajar memandu jalannya kelas bahasa asing. Dalam pembelajaran bahasa asing kedua hal ini menjadi aspek yang sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran yang akhirnya akan sangat memengaruhi hasil yang dicapai. Ada lima alasan yang membuat dua aspek ini direkomendasikan untuk dicermati dalam pembelajaran bahasa asing. Instruksi Diri Alasan Praktis Perbedaan Individu di antara Pembelajar Tujuan Pembelajaran Motivasi Mempelajari Cara Belajar Bahasa Asing Bakat Belajar Bahasa Strategi dan Gaya Kognitif Tujuan Pembelajaran yang Lebih Luas: otonomi&persyaratan studi lanjutan Meningkatkan Efisiensi Pembelajaran: Faktor afektif (selfesteem) Faktor yang Memengaruhi Motivasi Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik Strategi Belajar Bagan 1. Penjabaran Self-Instruction (Dickinson, 1987:19) Alasan praktis mengacu pada kondisi yang mengharuskan mahasiswa untuk belajar bahasa asing. Perbedaan yang khas pada tiap mahasiswa dianggap memiliki peran penting dalam pembelajaran bahasa. Tujuan pembelajaran terbagi atas peningkatan efisiensi belajar dan
4 tujuan yang lebih luas. Stern (1983:411) menyatakan bahwa mahasiswa yang baik akan menunjukkan empat strategi dasar dalam proses belajarnya. Mahasiswa yang baik memiliki strategi perencanaan yang aktif yang menunjukkan kemampuan memilih tujuan jangka panjang dan jangka pendek dari proses belajarnya serta memahami pemeringkatan dan tahapan perkembangannya. Mahasiswa yang baik memiliki strategi pembelajaran akademik yang mampu menunjukkan pemahamannya atas bahasa sebagai sistem formal dengan aturan dan hubungan yang reguler di antara bahasa dan makna. Mereka selalu memonitor penggunaan bahasanya dan segera memperbaiki kesalahan demi kemajuannya. Mahasiswa yang baik akan memiliki strategi pembelajaran sosial yang menunjukkan kesadaran sikapnya bahwa pada tahap awal pembelajaran mereka akan memiliki ketergantungan pada bahasa sasaran. Mahasiswa yang baik memiliki strategi yang efektif dalam mengatasi masalah emosi dan motivasi dalam pembelajaran bahasa. Self-instruction membantu mahasiswa mengembangkan dua strategi pertama sekaligus mendukung mahasiswa dalam pengembangan strategi pembelajaran sosial dan penanganan masalah motivasi dan emosi dari pembelajaran bahasa. Self-instruction membantu mahasiswa memeroleh dua strategi pertama dengan membangkitkan mereka untuk lebih bertanggungjawab terhadap proses belajar mereka. Hal ini sekaligus menyadarkan mereka untuk mempertimbangkan kebutuhan pembelajaran mereka dan pada beberapa kasus membuat mahasiswa menganalisis proses pembelajarannya secara substansial. Dengan demikian, mahasiswa menyadari tujuan pembelajaran yang ideal dan memahami pemeringkatan dan penahapan dalam proses belajar bahasa. Mereka juga mulai cermat menentukan tujuan jangka panjang dan pendek yang relevan, dan memonitor serta mengukur pencapaian usahanya melalui beragam teknik self-assessment. Faktor personal yang mendukung suksesnya pembelajaran bahasa adalah afektif. Faktor afektif mengacu pada sikap mahasiswa terhadap bahasa sasaran dan penggunanya serta tanggapan emosionalnya. Salah satu faktor afektif yang mendukung keberhasilan pembelajaran bahasa adalah self-esteem atau harga diri. Manusia mendapatkan rasa atau nilai atas harga diri dan kepercayaan dirinya dari akumulasi pengalaman pada dirinya maupun pengalaman dengan orang lain dan melalui penilaian masyarakat atau lingkungannya. Ada tiga tingkatan umum self-esteem yang disampaikan oleh Brown (2000:145), yakni: 1) Umum atau global; self-esteem relatif stabil pada orang dewasa dan cenderung sulit diubah kecuali melalui terapi khusus yang berkelanjutan. 2) Situasional/spesifik; pada tingkat ini seseorang sangat tergantung pada situasi atau kondisi yang ada, baik pada interaksi sosial, dalam dunia kerja, lingkup pendidikan, di dalam keluarga, atau karena faktor lain seperti intelegensi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan atletik dan perilaku, seperti berempati, penuh perhatian, dan fleksibel. 3) Task self-esteem berhubungan dengan penugasan khusus dalam situasi tertentu. Misalnya dalam domain pendidikan, self-esteem mengacu pada wilayah permasalahan seseorang. Self-esteem spesifik secara umum termasuk dalam pemerolehan bahasa kedua, dan task self-esteem mengacu pada evaluasi diri seseorang dari proses aspek tertentu, yakni aspek berbicara, menulis, kelas tertentu dalam bahasa kedua, atau bahkan pada latihan kelas yang khusus. Tujuan pembelajaran yang lebih luas dapat berupa otonomi, yakni situasi mahasiswa bertanggungjawab atas segala keputusan yang berkaitan dengan pembelajarannya dan mulai
5 merealisasikan keputusan yang diambilnya. Mahasiswa dewasa seharusnya memiliki kesempatan belajar sebesar dan sebanyak tanggung jawab dalam proses tersebut sepanjang mampu mengatasinya. Hal ini akan memaksa mahasiswa menganalisis kebutuhannya sendiri, menentukan tujuan yang lebih khusus lagi, memilih proses yang akan dilaluinya untuk mencapai tujuan tersebut dan mengukur tingkat keberhasilan yang dicapainya. Persyaratan studi lanjutan juga merupakan tujuan pembelajaran yang lebih luas yang akhirnya ditempuh mahasiswa akibat perkembangan sosial, ekonomi, dan teknologi. Kemajuan zaman akan menuntut setiap individu memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh bidang pekerjaannya. Perkembangan budaya dan masyarakat menjadi implikasi bagi pembelajaran bahasa. Tuntutan adanya studi lanjutan dapat diatasi dengan mengadopsi beberapa bentuk model self-instruction. Hubungan motivasi dengan self-instruction sangatlah kompleks. Ada empat komponen utama dari motivasi yang diusung oleh Stern s dalam Dickinson (1987:29-30), yaitu sikap khusus kelompok yang mengacu pada sikap mahasiswa terhadap komunitas pengguna bahasa sasaran; motif mahasiswa mempelajari bahasa sasaran dibedakan atas motivasi integratif yang merupakan keinginan untuk bisa diterima oleh komunitas pengguna bahasa sasaran, dan motivasi instrumental yang mengacu kepada kebutuhan mempelajari bahasa sasaran untuk tujuan yang berkaitan dengan pekerjaan atau pendidikannya; faktor afektif mengacu kepada ketertarikan pada bahasa asing dan pengakuan atas kemampuan yang telah dicapainya; motivasi intrinsik dan ekstrinsik sangat penting di dalam proses belajar bahasa asing. Dalam kasus tertentu, motivasi ekstrinsik yang berupa penilaian kemampuan yang dihargai (seperti insentif, kenaikan pangkat, kesempatan mendapatkan beasiswa dan lain-lain) dapat berubah menjadi motivasi intrinsik yang akhirnya menjadi penentu keberhasilannya dalam mempelajari bahasa asing. Dorongan selfinstruction dan self-esteem mahasiswa akan semakin besar tentunya. Memahami cara belajar bahasa asing akan membuat proses belajar menjadi lebih mudah dan tidak menimbulkan tekanan. Memberi mahasiswa kesempatan seluas-luasnya untuk mengeksplorasi kemampuannya, menggunakan bahasa yang dipelajarinya, mengembangkan metode belajar yang sesuai dengan dirinya akan sangat membantu kedua belah pihak mencapai keberhasilan proses belajar bahasa asing. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa kelas menyimak bahasa Mandarin semester empat, universitas ini sebanyak 25 orang dengan rincian lima orang adalah mahasiswa mengulang, lima orang mahasiswa pindahan dan sisanya tidak. Pengajar memberi perhatian khusus pada kelima orang ini karena berkeyakinan biasanya secara psikologis mahasiswa mengulang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Dari 20 mahasiswa ini, separuhnya memiliki kemampuan menyimak yang kurang (berdasarkan pengalaman semester-semester sebelumnya). Oleh karena itu, pengajar juga memberi perhatian khusus pada mahasiswa ini agar dapat dinilai kemajuannya. Pada pengajaran kelas menyimak, pengajar selalu memberi petunjuk untuk menyimak teks yang akan diperdengarkan pada pertemuan berikutnya. Pada saat kelas menyimak berlangsung, pengajar memberi kesempatan kepada setiap mahasiswa untuk menuliskan kosakata yang mereka dengar, lalu didiskusikan. Setiap mahasiswa dapat memberikan pendapatnya berkaitan dengan teks. Dari diskusi ini, setelah enam kali pertemuan, akan terlihat derajat keaktifan
6 mahasiswa saat kelas menyimak berlangsung. Penilaian ini dapat dianalisis untuk melihat seberapa tinggi self-instruction dan self esteem yang dimiliki mahasiswa. Penilaian kedua dapat dilihat dari latihan yang disajikan pengajar setelah kegiatan menyimak selesai. Keragaman bentuk latihan akan membantu pengajar melihat strategi mahasiswa dalam memahami teks yang diperdengarkan. Kemajuan atau bahkan kemunduran kemampuan mahasiswa akan terlihat dari hasil yang mereka kerjakan. Untuk dapat mengetahui lebih dalam mengenai self-instruction dan self esteem yang dimiliki mahasiswa, pengajar meminta mahasiswa mengisi daftar tanyaan berkenaan dengan keterkaitan dua aspek ini dalam mendukung keberhasilan proses pembelajaran bahasa asing. Evaluasi hasil kegiatan dapat dilakukan dua kali, yakni pada Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Dari evaluasi ini akan terlihat kemajuan yang dialami oleh mahasiswa yang memiliki dorongan self-instruction dan self esteem yang kuat. Dari hasil pengamatan dan isian daftar tanyaan dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut: 1.1 Enam pertemuan sebelum Ujian Tengah Semester: Mahasiswa yang mendapat perhatian khusus hanya sekali dua kali berani menuliskan kosakata yang didengarnya di papan tulis untuk didiskusikan bersama, sementara mahasiswa yang biasa aktif tetap menunjukkan keaktifannya Mahasiswa yang mendapat perhatian khusus menyelesaikan latihan berdasarkan pemahamannya, sementara mahasiswa yang lain berdasarkan pemahamannya dilengkapi dengan hasil diskusi kelas Hasil Ujian Tengah Semester: mahasiswa yang mendapat perhatian khusus mulai berani menebak gagasan berdasarkan kosakata yang didengarnya sehingga pencapaian pemahaman menjadi lebih baik, sementara mahasiswa yang lain menunjukkan pencapaian yang sangat baik Enam pertemuan setelah Ujian Tengah Semester: Sebagian mahasiswa yang mendapat perhatian khusus mulai berani bersaing untuk menuliskan kosakata yang didengarnya di depan kelas, namun sebagian lain tidak menunjukkan kemajuan bahkan kemunduran. Di lain pihak, mahasiswa yang biasa aktif semakin menunjukkan keberaniannya Sebagian mahasiswa yang mendapat perhatian khusus menyelesaikan latihan berdasarkan pemahamannya dan sebagian hasil diskusi kelas, namun sebagian yang lain masih sulit melakukan hal itu karena pengajar tidak lagi banyak memandu bahan simakan namun hanya memandu jalannya diskusi kelas. Mahasiswa yang biasa aktif, menunjukkan kemajuan yang sangat baik dalam pemahaman gagasan secara keseluruhan dan secara rinci serta mampu menyampaikannya dengan runut menggunakan bahasanya sendiri Hasil Ujian Akhir Semester: sebagian mahasiswa yang mendapat perhatian khusus gagal menyelesaikan soal ujian karena terjebak dengan ketergantungan saat diskusi kelas saja. Mereka tetap sulit menumbuhkan inisiatif dan kemandiriannya dalam kegiatan menyimak. Sebagian yang lain menunjukkan pencapaian yang setara dengan kesehariannya. Mahasiswa yang aktif menunjukkan pencapaian yang sangat memuaskan Dari hasil isian daftar tanyaan terlihat bahwa sebagian mahasiswa bahasa asing menyukai cara belajar yang menggabungkan konsentrasi menyimak dengan
7 membaca. Menyimak tanpa bantuan visual (teks maupun gambar) sering dihindari oleh mahasiswa. Komunikasi yang berkaitan dengan simakan langsung yang menuntut respon langsung pun dihindari. Sebagian mahasiswa menyukai tantangan dengan bermodalkan nekat, namun sebagian yang lain memilih jalur yang sangat aman, yakni diam. Mereka jarang berinisiatif memulai komunikasi, namun hanya mengikuti alur pembicaraan saja tanpa berinisiatif membuka, menyela atau bahkan menutupnya. Mahasiswa biasanya memilih pasif dalam komunikasi langsung. Menyimak yang mereka pilih pun menyimak yang tidak membutuhkan respon langsung yang tentunya menuntut kemampuan kompleks dari sebuah kegiatan menyimak, seperti menyimak lagu atau menonton film sehingga aspek afektif seperti harga diri tidak dipertaruhkan di depan umum. Strategi ini mengakibatkan mahasiswa tidak berinisiatif dalam kegiatan kelas menyimak tanpa panduan. Tidak banyak mahasiawa yang mengetahui strategi yang sesuai dengan karakternya sehingga selalu menemui kesulitan dalam kegiatan kelas menyimak. 2. KESIMPULAN, MANFAAT DAN SARAN Mahasiswa yang diteliti ini pada dasarnya memiliki kemampuan yang bisa didorong agar memicu tumbuhnya instruksi diri dan harga diri. Namun faktor lain seperti status mahasiswa dan latar belakang kemampuan ternyata dapat membuat rasa percaya diri mahasiswa melemah sehingga sulit baginya menumbuhkan kedua aspek tersebut. Keaktifan teman lain akhirnya menimbulkan dua kemungkinan, terpacu atau sebaliknya menyerah. Penelitian ini memang akan sangat membantu hasil akhir jika dilakukan di awal perkuliahan semester pertama sehingga dapat dijajaki motivasi awal, tujuan pembelajaran, strategi dan gaya belajar, opini pribadi mahasiswa mengenai pembelajaran bahasa asing sehingga dapat dikenali karakter pembelajarannya. Penelitian lanjutan dengan obyek yang sama dapat dilakukan pada semester akhir mengambil mata kuliah kemahiran ini (tahun ketiga semester genap) sehingga dapat dilihat grafik kenaikan maupun penurunan instruksi diri dan harga diri mahasiswa tersebut. Pengajar yang baik seyogyanya memerhatikan mahasiswanya dari berbagai sisi. Setidaknya saat memulai perkuliahan, pengajar dapat mengetahui tujuan dan motivasi mahasiswa mengambil jurusan ini. Mungkin terkesan terlambat atau bahkan dianggap basi, namun seberapa besar konsistensi mahasiswa terhadap motivasi awalnya mengambil jurusan ini akan sangat membantu pengajar memandu kelas sepanjang semester berjalan. Dengan demikian, pengajar akan dapat menyiasati segala kemungkinan yang akan muncul di tengah perjalanan semester ini. Pengajar juga akan menjadi bebas dan leluasa menggunakan beragam strategi pengajaran yang akan membuat mahasiswa menikmati kelas dan terhindar dari kebosanan. Jika mahasiswa telah memiliki dorongan self-instruction dan self-esteem yang memadai karena kesadaran belajarnya yang tinggi, pengajar tidak perlu bersusah payah membuat mahasiswa ini mampu mengejar target yang telah ditentukan. Namun jika ternyata berhadapan dengan mahasiswa yang terpaksa belajar, pengajar dapat berdiskusi dengan mahasiswa tersebut agar terjalin saling pengertian di antara keduanya. Pengajar dapat memberikan penghargaan yang bersifat penugasan bergengsi seperti menjadi tutor pendamping bagi mahasiswa yang perkembangannya lambat bagi mahasiswa yang berprestasi. Sementara bagi mahasiswa yang perkembangannya lambat dapat diberi sanksi yang bersifat penugasan yang melatih mahasiswa agar mampu mengembangkan kemampuan menyimaknya secara mandiri seperti menyimak bahan yang diperkirakan disukai
8 lalu mendaftar kosakata yang pernah didengarnya atau diketahuinya, membuat kalimat dengan kosakata tersebut, dan menebak gagasan berdasarkan konteks. 3. DAFTAR PUSTAKA Brown, Douglas H Principles of Language Learning and Teaching, Fourth Edition. New York: Longman Inc. Brumfit, Christopher Communicative Methodology in Language Teaching. New York: Cambridge University Press. Dickinson, Leslie Self-instruction in Language Learning. New York: Cambridge University Press. Hedge, Tricia Teaching and Learning in the Language Classroom. New York: Oxford University Press. Hutchinson, Tom and Alan Water English for Specific Purposes: A learning-centered approach. New York: Cambridge University Press. Nunan, David Research Methods in Language Learning. Cambridge: Cambridge University Press. Underwood, Mary Longman Handbooks and Language Teacher, Teaching Listening. Longman Inc. New York. hargadiri.html upi.edu/direktori/fpok/jur_pend_olahraga/ _didin_budiman/psi kologi-olahraga/positive_self_esteem.pdf
9
PENERAPAN STRATEGI PROCESS-BASED PADA PENGAJARAN KOMPOSISI BAHASA MANDARIN 1
PENERAPAN STRATEGI PROCESS-BASED PADA PENGAJARAN KOMPOSISI BAHASA MANDARIN 1 ABSTRAK Apriliya Dwi Prihatiningtyas Fakultas Sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Cina liya_moudiva@ymail.com Penerapan ancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal
Lebih terperinciDIRECTED LISTENING ACTIVITY: PENGENALAN KEBUDAYAAN DALAM PENGAJARAN BIPA
Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global DIRECTED LISTENING ACTIVITY: PENGENALAN KEBUDAYAAN DALAM PENGAJARAN BIPA Octo Dendy Andriyanto octodendya@gmail.com Abstrak: Belajar bahasa membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal ini haruslah kita sadari benar-benar karena bahasa adalah alat komunikasi manusia. Suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP
JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089-3833 Volume. 5, No. 2, Agustus 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP PENDAHULUAN Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Inggris
Lebih terperinciPERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI
PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI Sriwahyu Istana Trahutami utami_undip@yahoo.com Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Reading is a complex process that
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan survei yang telah dilakukan dan wawancara dengan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak masih kurang efektif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan
Lebih terperinciPeningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.
Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki Ida Nurhayati 1 1 SMPN 1 Besuki, Tulungagung Email: 1 idanurhayati@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK
MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK M. Ali Rajai 1 Vismaia S. Damaianti 2 ABSTRAK Pembelajaran yang masih bersifat pemindahan isi melatarbelakangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran
Lebih terperinci2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VII-C di SMP Negeri 2 Lembang, peneliti menemukan beberapa masalah pada proses pembelajaran IPS, salah satu masalah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, hal ini ditandai dengan individu yang menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan
Lebih terperinciberbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kemampuan membaca pemahaman dan berpikir analitis diperlukan dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi terhadap permasalahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan, maju mundurnya kualitas manusia dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Adapun tujuan pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model Quantum Teaching Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi cahaya. Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perihal karakter dan implementasi kurikulum, membuat para pemerhati pendidikan berpikir serta berupaya memberikan konstribusi yang diharapkan dapat bermakna
Lebih terperinciMODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL
MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL RATRI CANDRA HASTARI 1 1 STKIP PGRI TULUNGAGUNG 1 ratricandrahastari@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membaca merupakan kegiatan yang akrab dengan manusia. Kegiatan membaca berlangsung terus menerus selama manusia hidup. Mulai dari membaca merk makanan, judul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,
I. PENDAHULUAN Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sadar atau sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengembangkan sikap atau perilaku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam suatu perkembangan bangsa. Oleh karena itu, perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia selalu berusaha untuk ditingkatkan agar mencapai hasil yang semakin baik kedepannya. Pendidikan merupakan aspek terpenting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang penting. Oleh karena itu menulis merupakan salah satu standar kompetensi dalam pelajaran Bahasa Inggris
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu negara ditentukan oleh masyarakatnya karena produk dari pendidikan itu sendiri adalah
Lebih terperinciKETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN
KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti
Lebih terperinciBELAJAR DI ERA DIGITAL: BAHASA INGGRIS BERBASIS LOKALITAS MELALUI MEDIA SOSIAL SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF MENYONGSONG 0 KM JAWA
BELAJAR DI ERA DIGITAL: BAHASA INGGRIS BERBASIS LOKALITAS MELALUI MEDIA SOSIAL SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF MENYONGSONG 0 KM JAWA Winda Candra Hantari, Ali Imron Abstrak Perubahan kecil dalam sebuah konteks
Lebih terperinciPeningkatan Kemampuan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN 3 Surakarta dengan Menggunakan Gambar ABSTRAK
Peningkatan Kemampuan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN 3 Surakarta dengan Menggunakan Gambar Hetty Dwi Agustin Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMPN 3 Surakarta Jl. Kartini No.18
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah faktor yang kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan berlatih untuk bekerja sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat yang semakin pesat, menuntut perubahan cara dan strategi guru dalam membelajarkan siswa tentang sesuatu
Lebih terperinciBAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.
BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di Indonesia yang ditandai dengan adanya pembaharuan maupun eksperimen guna terus mencari kurikulum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu hal yang penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan seseorang dapat belajar mengenai banyak hal, mulai dari hal yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kedudukan Bahasa Indonesia dalam dunia Internasional memang belum
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kedudukan Bahasa Indonesia dalam dunia Internasional memang belum setenar bahasa lainnya yang ada di dunia, seperti bahasa Inggris, bahasa Jerman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Informasi berkembang sangat pesat seiring penemuan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi Informasi berkembang sangat pesat seiring penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang informasi dan komunikasi sehingga mampu menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Untuk mencapai tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dilaksanakan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa ini sangat penting artinya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipergunakan/dimanfaatkan; serta (3) Siswa memiliki kesulitan untuk memahami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi obyektif pembelajaran di sekolah saat ini menunjukkan permasalahan antara lain: (1) Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas menciptakan hubungan intern antara guru dan siswa. Pembelajaran dikatakan aktif jika ada
Lebih terperinci(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG
(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja
II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN AKTIVITAS KETERAMPILAN BERBICARA SEBAGAI PENDORONG PEMAHAMAN MENYIMAK MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN LISTENING II MELALUI LESSON STUDY
PEMBERDAYAAN AKTIVITAS KETERAMPILAN BERBICARA SEBAGAI PENDORONG PEMAHAMAN MENYIMAK MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN LISTENING II MELALUI LESSON STUDY Magfirah Thayyib Universitas Cokroaminoto Palopo magfirah_thayyib@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan
Lebih terperinciMENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan
MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya para pelajar untuk mampu menguasai bahasa asing sebagai alat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dan kemajuan zaman saat ini sangat menuntut masyarakat khususnya para pelajar untuk mampu menguasai bahasa asing sebagai alat komunikasi di era
Lebih terperinciKAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS
585 KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran guru sebagai (a) manejerial yaitu mengelola kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa menduduki posisi dan peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan manusia. Siswa mampu membaca bukan
Lebih terperinciSUASANA PEMBELAJARAN YANG BAIK Oleh : Erwin Tanur, M.Si Widyaiswara Muda Pusdiklat BPS RI. Abstrak
SUASANA PEMBELAJARAN YANG BAIK Oleh : Erwin Tanur, M.Si Widyaiswara Muda Pusdiklat BPS RI Abstrak Widyaiswara memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang akan dilakukan.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang
BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkannya tradisi belajar yang dilandasi oleh semangat dan nilai. keragaman pendapat dan keterbukaan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya lebih mewujudkan fungsi pendidikan sebagai wahana pengembangan perlu dikembangkan suasana belajar mengajar yang konstruktif bagi berkembangnya potensi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian PAIKEM PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KODE : Evaluasi Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) : IN317 Dr. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd. Ida Widia, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan
5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan suatu cara dalam berbagi ide-ide dan memperjelas suatu pemahaman. Within (Umar, 2012)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara akan maju dan berkembang apabila diikuti dengan peningkatan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di Sekolah Menengah Atas. Selain bahasa Jerman dipelajari juga bahasa Inggris, bahasa Jepang dan
Lebih terperinciMEMANFAATKAN KOMPUTER UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
MEMANFAATKAN KOMPUTER UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Agus Widyantoro 1, Arwan Ahmad Khoiruddin 2 1 Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni,Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia memiliki implikasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang tidak terlepas dari teks dalam bentuk lisan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan formal maupun nonformal. mempermudah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Persaingan hidup yang semakin tinggi menyebabkan setiap individu perlu bersaing dengan individu lainnya. Agar individu dapat bersaing di dunia kerja, individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah kegiatan inti institusi pendidikan dan sangat berpengaruh pada mutu pendidikan secara keseluruhan. Berbagai metode telah dikembangkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpikir merupakan aktivitas yang selalu dilakukan otak untuk metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut manusia dapat melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2).
21 BAB III METODE PENELITIAN A. Proses Tindakan Pada dasarnya ada beragam penelitian yang dapat dilakukan oleh guru, misalnya penelitian deskritif, penelitian eksperimen, dan penelitian tindakan. Diantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar
Lebih terperinciEFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS
EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar Email: wiryadijoni@ymail.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bahkan perasaan dari seseorang kepada orang lain. Dengan bahasa pula dapat
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat dan juga tidak dapat dipisahkan. Bagi manusia, bahasa merupakan alat dan cara berpikir. Bahasa diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus terus dibina untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa sekarang ini. Kita mengenal ada berbagai macam
Lebih terperinci2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilakukan di STIKES Surya Global, pada mahasiswa semester 6 pada tanggal 18-19 Mei 2016. Jumlah sample dalam penelitian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar dan keterampilan menulis teks
BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar dan keterampilan menulis teks ulasan drama/film dengan media audio visual film pendek pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan masyarakat dapat dilihat dari perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinci