UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA
|
|
- Johan Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Gina Mondrida, dkk. ISSN UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA Gina Mondrida, Siti Darwati, Agus Ariyanto, Sri Setiyowati, Puji Widayati, Wening Lestari, Veronica Yulianti Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN ABSTRAK UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA. Telah dilakukan uji klinis terhadap kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dengan pembanding kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. Pada penentuan albumin urine terhadap 15 sampel pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dengan pembanding kit RIA RRC didapatkan 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 μg/ml), baik dengan kit PRR-BATAN manupun kit RIA RRC. Sedangkan pada penentuan albumin urine terhadap 34 sampel pasien di RS Fatmawati, Jakarta, dengan pembanding kit metoda ELISA, didapatkan 6 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 μg/ml) baik dengan kit PRR-BATAN maupun dengan kit metoda ELISA. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut positif (+) mengidap diabet. Dari hasil penentuan kadar albumin urine terhadap 37 pasien (protein urinenya negatif) di RS Fatmawati dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR- BATAN didapatkan: 30 pasien (81%) negatif (-) dan 7 pasien (19%) positif (+), sedangkan dengan metoda ELISA: 31 pasien (83%) negatif (-) dan 6 pasien (16%) positif (+), jadi 97% data ELISA mendukung data RIA. Kedua metoda tersebut cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik. Bila kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dibanding dengan kit RIA RRC dan kit metoda ELISA, kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN memiliki sensitifitas lebih tinggi dari pada kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. Kata kunci : RIA, mikroalbuminuria, normal albumin ABSTRACT CLINICAL TRIAL OF MICROALBUMINURIA RIA KIT. Clinical trial of microalbuminuria RIA kit locally in center of Radioisotope & Radiopharmaceutical-BATAN have been performed by comparising with CIAE (China) kit and ELISA method. Determination of 15 samples of patients in Hasan Sadikin Hospital using CIAE kit as gold standard gave 7 samples with high albumin content (>34 μg/ml), in both CIAE and CRR RIA kit. While the determination of 34 samples in Fatmawati Hospital, Jakarta using ELISA method as gold standard showed 6 samples with high albumin content (>34 μg/ml), in both CRR RIA kit and ELISA method. These results represented the patients have diabetes problem. The rest of the samples showed normal albumin value. Clinical trial in 37 patients Fatmawati Hospital showed 30 patients (81%) with protein negative (-) and 7 patients (19%) with protein positive (+) assayed by CRR RIA kit, while ELISA method gave 31 patients (83%) with protein negative and 6 patients (16%) with protein positive. Ninety seven persent of ELISA data supported the data obtained by RIA. Both methods have a good correlation. However, microalbuminuria RIA kit is more sensitive compared to the ELISA method. Key words : RIA, microalbuminuria, normal albumin PENDAHULUAN P erkembangan dalam penelitian Radioimonoassay terutama dalam penentuan albuminuria akhir-akhir ini mendorong penelitian pato fisiologi dan diagnosa klinis mikroalbuminuria berkembang pesat. Dikatakan oleh [2] bahwa adanya mikroalbumin dalam urine memberikan peringatan adanya kondisi penting pada penderita kencing manis (diabetes mellitus) atau pada penderita tekanan darah tinggi. Hal tersebut merefleksikan adanya kerusakan pembuluh darah dan pragnosa yang pada tahap berikutnya adalah kegagalan ginjal. Mikroalbuminuria adalah keadaan fisiologis seseorang di mana kadar albumin yang diekskresi ke dalam urine masih berada di bawah ambang kadar albuminuria. Pada kondisi tersebut albumin yang diekskresi ke dalam urine berkisar antara µg/menit atau mg/hari. Konsentrasi di atas nilai tersebut proteinuri dan dinyatakan Nephropathy (gagal ginjal) [3]. Penentuan kadar albumin dalam jumlah mikro (<200 µg/menit) pada pasien diabetes sangat penting untuk deteksi dini mikroalbumin sebelum menjadi diabetes nephrophaty (gagal ginjal), agar dapat dilakukan pencegahan sebelumnya [5].
2 78 ISSN Gina Mondrida, dkk Saat ini penentuan kadar albumin dalam urine dilakukan dengan metoda DIPSTICK atau metoda pengendapan dengan asam [1]. Meskipun demikian, penentuan kadar albumin dengan cara DIPSTICK tidak sensitif, sehingga tidak dapat mendeteksi kadar albumin dalam orde mikrogram [2]. Teknik RIA merupakan teknik yang cukup sensitif dan spesifik, sehingga dapat digunakan untuk menentukan kadar albumin dalam jumlah mikrogram, umumnya bisa digunakan untuk penentuan kadar mikroalbuminuria [2, 4]. Prinsip metoda RIA untuk penentuan kadar albuminuria dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam suatu campuran yang mengandung albumin bertanda 125 I dan albumin dari urine penderita yang ditambahkan ke dalam coated tube HSA (antibodi HSA yang disalut pada tabung), maka akan terjadi reaksi kompetisi terhadap antibodi tersebut dalam jumlah terbatas. Setelah diinkubasi dalam waktu tertentu, selanjutnya dilakukan pemisahan antara albumin terikat antisera dengan albumin bebas dengan cara dekantasi. Besarnya keradioaktifan fraksi terikat ditentukan dengan pencacah gamma (γ). Dewasa ini penelitian dan pengembangan kit mikroalbuminuria di Bhabha Atomic Research Centre (BARC), India, yang berhubungan dengan pembuatan dan penggunaannya baru sampai pada tahap uji klinis di laboratorium, belum sampai dipasarkan, sedangkan di China Atomic Energy (CIAE), China, kit mikroalbuminuria telah luas digunakan dan dipasarkan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat kit RIA mikroalbuminuria untuk memenuhi kebutuhan domestik, khususnya untuk penentuan albumin kadar rendah di dalam urine. Komponen kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat terdiri dari tracer (antigen bertanda radioisotop 125 I), antibodi yang dicoated ke dalam tabung dasar bintang, larutan standar HSA dan larutan pencuci. Dalam makalah ini akan dilaporakn hasil uji klinis kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat di PRR-BATAN. TATA KERJA Bahan Bahan dan pereaksi yang digunakan untuk pembuatan urine sintetis antara lain Na 2 HPO 4 bebas air, KH 2 PO 4. 7H 2 O, NaCl, NH 4 Cl dan Urea masingmasing diperoleh dari E-Merck dan PT. Harum Sari. Obat suntik gentamycin sulfat anti septik untuk pengawet (40 µg/2 ml) diperoleh dari PT. Praja Ph. HSA (Albumin serum manusia) yang digunakan sebagai standar albumin adalah buatan Sigma. Oksidator iodogen untuk iodinasi HSA buatan Pierce, sedangkan BSA (albumin serum sapi) dan tris bufer masing-masing diperoleh dari E-Merck. Kloroform untuk melarutkan iodogen, n- butilalkohol, etil alkohol dan NH 4 OH untuk uji kemurnian radiokimia dari E-Merck. Antisera HSA buatan CIAE (China). Peralatan Mini assay γ-counter tipe G-20 buatan USA digunakan untuk pengukuran keradioaktifan, kolom Sephadex G-25 PD-10 (Pharmacia), Sentrifuga Allega 21 Beckman digunakan untuk pemisahan fraksi 125 I-HSA dan 125 I bebas. Pembuatan Coated Tube Iodogen. Ke dalam tabung reaksi dilarutkan 2 mg iodogen dalam 2 ml kloroform. Untuk setiap iodinasi diambil 10 μl larutan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pendek (volume 2 ml) untuk penandaan. Larutan iodogen di dalam tabung dikeringkan pada suhu 37 0 C selama 5 6 jam di dalam inkubator. Coated tube iodogen ditutup parafiln dan siap digunakan untuk penandaan (disimpan pada suhu 4 0 C). Penandaan HSA dengan 125 I Ke dalam coated tube yang telah berisi 10 μg iodogen dimasukkan 50 μl (100 μg) HSA dalam larutan dapar fosfat 0,2 M (1 mg/0,5 ml), kemudian ditambahkan 1-2 μl Na 125 I (±250 μci). Larutan diaduk dengan vorteks, dan reaksi dibiarkan berlangsung selama 90 detik. Untuk menghentikan reaksi ditambahkan 250 μl larutan dapar fosfat 0,2 M, kemudian campuran reaksi dimurnikan menggunakan kolom Sephadex G-25 (PD-10) dan dielusi dengan larutan dapar tris 0,1 N ph 7,4. Hasil elusi ditampung dalam tabung reaksi 4 ml, masing-masing sebanyak 1 ml untuk 12 tabung. Tiap-tiap tabung reaksi kemudian dicacah dengan menggunakan gamma mini assay. Kemurnian radiokimia hasil penandaan dianalisis dengan kromatografi kertas, menggunakan fasa diam kertas Whatman No. 1 dan fasa gerak campuran n-butanol, etanol dan NH 4 OH 0,1 M dengan perbandingan 3 : 2 : 1. Immunoreaktivitasnya ditentukan dengan protokol assay dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Protokol RIA kit mikroalbuminuria 125 I
3 Gina Mondrida, dkk. ISSN Standar HSA Sampel NSB Nomor tabung 1,2 3,4 5,6 7,8 9,10 11,12 13,14 15,16 17,18 19,20 Standar (μl) Sampel (μl) HSA 125 I (μl) Vortex, inkubasi pada 37 0 C selama 1 jam atau 2 jam pada suhu kamar PEG 15% (μl) Sentrifuge pada rpm selama 20 menit, Dekantasi supernatan, Cacah Pembuatan Urine Sintetis Urine sintetis digunakan untuk melarutkan HSA, dalam pembuatan standar HSA, pembuatan standar 0 dan untuk menentukan (%) NSB. Urine sintetis disiapkan sebagai berikut: Ke dalam botol 1 liter dimasukkan berturut-turut 64 g Na 2 HPO 4 7H 2 O, 15 g KH 2 PO 4, 2,5 g NaCl dan 5 g NH 4 Cl, kemudian ditambahkan 900 ml aquabides. Campuran larutan selanjutnya disterilisasi dalam autoclave pada suhu C selama 30 menit. Setelah dingin larutan hasil sterilisasi dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter, kemudian ditambahkan 25 g urea dikocok, dan selanjutnya ditambahkan lagi aquabides sampai larut. Kemudian sebanyak 2 ml gentamycin ditambahkan dan akhirnya aquabides ditambahkan sampai volume 1000 ml. Campuran dikocok perlahan-lahan dan siap digunakan. Larutan disimpan pada suhu C. Pembuatan larutan standar Albumin Larutan standar disiapkan dengan melarutkan sejumlah tertentu HSA dengan menggunakan pelarut urine sintetis. Konsentrasi larutan standar yang dibuat hádala antara 0 μg/ml 150 μg/ml dan diberi label sebagai standar A = 0 μg/ml, B = 2 μg/ml, C = 5 μg/ml, D = 10 μg/ml, E = 20 μg/ml, F = 50 μg/ml, G = 100 μg/ml, dan H = 150 μg/ml. Pembuatan standar dilakukan mulai dari standar tertinggi 150 μg/ml sebagai standar H. Standar yang lebih rendah A, B, C, D, dan E dibuat melalui pengenceran standar H dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan urine sintetis sebagai pengencer. Pembuatan coated tube antibodi HSA Antibodi diencerkan dengan bufer karbonat 0,05 M ph 9,6 sesuai dengan titer optimal, kemudian dimasukkan sebanyak 500 μl ke masingmasing tabung star. Diinkubasi semalam pada suhu 4 0 C, kemudian dicuci dengan 3 x 1 ml dengan washing solution (0,1% Tween 20 dalam aquabides). Lalu tabung dikeringkan (disimpan pada suhu 4 0 C). Penentuan standar PRR dengan standar CIAE (China) Ketepatan kadar standar PRR-BATAN ditentukan dengan menggunakan standar pembanding (Gold standar) dari CIAE, China. Dalam penentuan ini digunakan tracer dari CIAE (China) dan tracer buatan PRR. Pengujian dan Validasi kit RIA mikroalbumkinuria 125 I Pengujian dan validasi terhadap kit dilakukan dengan cara menentukan kesetaraan kadar standar, sensitifitas, akurasi, profil ketelitian, daerah kerja, nilai cuplikan kontrol dan % CV interassay serta % CV intra assay. Penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria Sampel yang ditentukan diperoleh dari 15 pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dan 37 pasien [protein urinenya negatif (-)] di RS Fatmawati. Kemudian albuminnya ditentukan dengan metoda yang menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan pembanding kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. Penentuan albumin urine sebanyak 7 sampel dilakukan juga dengan metoda DIPSTIK dan dengan metoda yang menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN. Penentuan albumin urine terhadap 34 sampel yang diambil secara acak dilakukan pula dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR- BATAN. HASIL DAN PEMBAHASAN Penandaan HSA dengan 125 I yang dilakukan dalam tiga bentuk percobaan memberikan efisiensi penandaan masing-masing 97,9 %, 98,4 %, dan 78,2 % dapat dilihat pada Gambar 1.
4 80 ISSN Gina Mondrida, dkk Gambar 1. Hasil Penandaan HAS Dengan 125 I Menggunakan Oksidator Iodogen. Hasil penandaan percobaan pertama dan kedua memberikan hasil yang cukup baik, sedangkan penandaan percobaan ketiga menunjukkan terjadinya penurunan efisiensi penandaan. Hal ini disebabkan daya oksidasi dari oksidator iodogen sudah mulai menurun. Karena itu sebaiknya coated tube iodogen digunakan maksimum 2 minggu setelah pembuatan, karena daya oksidasinya menurun bila digunakan lebih dari waktu tersebut. Perbandingan kualitas tracer PRR-BATAN dengan tracer CIAE menunjukkan bahwa tracer PRR-BATAN memberikan kemurnian radiokimia cukup baik sebesar 93,9 % sedangkan tracer CIAE 90,6 % dengan imunoreaktifitas tracer PRR- BATAN 69,7 % dan tracer CIAE 69,7 % (lihat Tabel 2). Dapat dikatakan bahwa tracer yang dibuat PRR memiliki kualitas yang baik. Tabel 2.Perbandingan kualitas tracer PRR-BATAN dengan tracer CIAE Standar CIAE (China) Standar PRR (Indonesia) Perunut PRR (Indonesia) Kemurnian radiokimia: 93,9 % NSB: 1,53 % B/T : 69,7 % Kemurnian radiokimia: 93,9 % NSB: 1,91 % B/T : 73,9 % Perunut CIAE (China) Kemurnian radiokimia: 90,6 % NSB: 1,60 % B/T : 66,9 % Kemurnian radiokimia: 90,6 % NSB: 1,99 % B/T : 70,1 % Keterangan: NSB = % Ikatan tidak spesifi ; B/T = % Ikatan cacahan standar 0/ cacahan total Begitu juga pengujian standar PRR-BATAN dan standar CIAE (China) dengan menggunakan tracer PRR-BATAN diperoleh keterikatan maksimum (% B/T) untuk standar PRR-BATAN 73,9 % sedangkan untuk standar CIAE (China) 69,7 %. Apabila digunakan tracer CIAE (China) maka keterikatan maksimum (% B/T) untuk standar PRR- BATAN adalah 70,1. Sedangkan untuk standar CIAE 66,9 % (lihat Tabel 2). Dari kedua tracer PRR-BATAN dan CIAE, standar PRR-BATAN memberikan % B/T lebih tinggi dar standar CIAE (China). Hal ini menunjukkan bahwa standar PRR- BATAN memiliki kualitas lebih baik dari pada standar CIAE (China). Uji paralelism standar (lihat Gambar 2) menunjukkan kurva % B/T vs konsentrasi HSA dari standar PRR-BATAN berhimpit cukup baik, dengan standar CIAE (China). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku standar PRR-BATAN mendekati perilaku standar CIAE (China). Gambar 3 menunjukkan profil ketelitian kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dengan % CV < 5 % serta daerah kerja cukup lebar yaitu 2-70 μg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa presisi standar kit RIA mikroalbuminuria memenuhi persyaratan analisis (CV < 5 %). Rentang konsentrasi (2 70 μg/ml) dengan CV < 5 % merupakan parameter yang penting dalam analisa mikro. Dari hasil penentuan nilai 0 dengan 10 replikasi, diperoleh sensitifitas (ED 90, konsentrasi yang memberikan B/BO = 90 %) yang cukup baik yaitu 0,49 μg/ml. Diperoleh pula bahwa nilai semua cuplikan kontrol yang mewakili nilai rendah, medium dan tinggi berada pada daerah rentang nilai yang seharusnya (lihat Tabel 3).
5 Gina Mondrida, dkk. ISSN Table 4. Hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan DIPSTIK Gambar 2. Kurva Standar kit RIA mikroalbuminuria No Sampel Umur/ Kelamin Hasil dengan DIPSTIK Hasil dengan kit RIA Mikroalbumi nuria PRR (μg/ml) , , , , , , ,2 Tabel 5 memperlihatkan hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan kit RIA RRC. Di sini terlihat 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 μg/ml), baik dengan kit PRR- BATAN maupun kit RIA RRC. Gambar 3. Profil Ketelitian (imprecision profile) Kit RIA Mikroalbuminuria Catatan : daerah kerja yang memberikan %CV < 5% cukup lebar yaitu (2 - >70µg/ml) Tabel 4 memperlihatkan hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan DIPSTIK. Disini terlihat hasil negatif (-) dengan DIPSTIK sudah dapat dideteksi dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN. Tabel 3.Nilai Cuplikan kontrol menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR- BATAN Cuplikan kontrol L (Rendah) M (Medium) H (Tinggi) Nilai μg/ml 2,04 10,25 17,73 Rentang nilai cuplikan kontrol μg/ml 1,44 2,40 7,97 13,27 14,67 22,45 Table 5. Hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan kit RIA RRC No Sampel Kelamin Hasil dengan Kit RIA RRC Hasil dengan kit RIA Mikroalbumin uria PRR (μg/ml) 1-13, ,53 3-5, > ,38 6-3, > > , > > , , , ,38 Gambar 4 memperlihatkan nilai recovery kit RIA mikroalbuminuria yang cukup tinggi yaitu 96 %. Hal ini menunjukkan akurasi analisa masih cukup tinggi. Penentuan albumin urine terhadap 34 sampel yang diambil secara acak di RS Fatmawati dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR- BATAN ditunjukkan di Gambar 5. Dari seluruh sampel yang ditentukan diketahui ada 6 sampel diatas nilai konsentrasi normal albumin (>34
6 82 ISSN Gina Mondrida, dkk μg/ml). Sedangkan pada penentuan albuminurin terhadap 15 sampel di RS Hasan Sadikin Bandung dengan kit mikroalbuminuria PRR-BATAN dan pembanding kit RIA RRC ditunjukkan di Gambar 6. Dari seluruh sampel yang ditentukan ada 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 μg/ml). Hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut positif mengidap diabet. Dari hasil penentuan albumin urine terhadap 37 pasien (protein urine negatif) di RS Fatmawati dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN didapat hasil sebagai berikut: 30 pasien (81 %) negatif (-) dan 7 pasien (19 %) positif (+) sedangkan dengan ELISA: 31 pasien (83 %) (-) dan 6 pasien (16 %) positif (+), jadi 97 % data ELISA mendukung data RIA [hanya 1 sampel yang negatif (-) dengan ELISA tetapi positif (+) dengan RIA]. Di sini terlihat kedua metoda cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik. Gambar 6. Penentuan Albuminuria menggunakan kit RIA Mikroalbuminuria PRR-BATAN Dengan Pembanding kit RIA-RRC. KESIMPULAN Gambar 4. Uji Ketepatan ( Recovery ) kit HAS PRR Gambar 5. Penentuan Albuminurine kit RIA Mikroalbuminuria PRR 1. Dari hasil pengujian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat mempunyai kualitas cukup baik. 2. Dari hasil percobaan validasi menunjukkan bahwa kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat cukup handal karena kit RIA ini cukup sensitif dengan batas deteksi 0,49 μg/ml, ketepatannya cukup tinggi (recovery = 96 %) dengan ketelitian yang memenuhi persyaratan, di mana % CV intra assay di bawah 10 %. Kit RIA ini mempunyai karakteristik yang baik dimana ikatan tidak spesifiknya kecil (% NSB = 1,38 %) dan mempunyai daerah kerja yang cukup luas (2-70 μg/ml). Dari perbandingan dengan kit CIAE (China) menunjukkan kedua kit cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik. 3. Dari hasil penentuan albumin urine terhadap 15 sampel pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dengan pembanding kit RIA RRC, didapatkan 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 μg/ml), baik dengan kit PRR- BATAN maupun dengan kit RIA RRC. 4. Pada penentuan albumin urine terhadap 34 sampel pasien di RS Fatmawati dengan pembanding kit metoda ELISA, didapatkan 6 sampel di atas nilai konsentrasi norma albumin (>34 μg/ml), baik dengan kit PRR-BATAN maupun dengan kit metoda ELISA. 5. Dari hasil penentuan kadar albumin urine terhadap 37 pasien (protein urinenya negatif) di RS Fatmawati dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan kit metoda ELISA, ternyata 97 % data ELISA
7 Gina Mondrida, dkk. ISSN mendukung data yang didapat dari RIA. Dibanding dengan DIPSTIK, kit RIA mikroalbuminuria lebih sensitif. DAFTAR PUSTAKA 1. M.G.R. RAJAN, Dr., Radioimmunoassay kit For Urinary Albumin. For the detection and quantitative determination of microalbuminuria for the used by the IAEA participants of RAS/6/208. Diabetic Nephropathy Thematic Programme on Health Care. 1. G.C. VIBRETI et al. Microalbuminuria as a predictor of clinical diabetic nephropathy Early detection of patient at risk of developing diabetic nephropathy in insulin-dependent diabetes mellitus. Lancet: (1982) H.H. PARVING et al. Early detection of patient at risk of developing diabetic nephropathy longitudinal study of urinary albumin excretion, Acta Endocrinologica (1982) 100, MOGENSEN C. Microalbumin a predictor of clinical diabetic nephropathy (review). Kidney Int. 31, (1987) MARK E. COOPER, Pathogenesis, prevention, and treatment of diabetic nephropathy., The Lancet vol. 352, Jul 18, (1998). TANYA JAWAB M. Syaifudin Bagaimana hasil penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria dibanding dengan metoda lain? Apa itu Mikroalbuminuria? Berapa batas kadar albumin yang aman/diperbolehkan dan apa akibatnya kalau di atas batas? Gina Mondrida Mikroalbuminuria adalah keadaan fisiologis seseorang dimana kadar albumin yang diekskresi ke dalam urine masih berada di bawah kadar ambang albuminuria ( µg/menit) atau mg/hari. Kalau kadar albumin > 200 µg/menit atau 300 mg/hari akan menyebabkan nephropathy (gagal ginjal), untuk amannya harus sekecil mungkin (<< 20 µg/menit) atau 30 mg/hari. Widyastuti Parameter apa yang menentukan kelayakan suatu kit RIA? Gina Mondrida Suatu kit RIA layak digunakan kalau memenuhi persyaratan sebagai berikut : NSB (Non Spesifik Binding) < 5%. Maximum Bounding (% B/T) > 30%. Nilai cuplikan kontrol masuk dalam batas range. Sensitivitas (B/Bo) > 90%. Kurva Standar (B/Bo) vs konsentrasi masih linier. Gina Mondrida Dari hasil penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN memberikan hasil yang sama dengan kit RIA RRC (kit komersial). Dibanding dengan metoda lain (ELISA) kit RIA mikroalbuminuria PPR-BATAN lebih sensitif, karena untuk sampel yang kadar sangat rendah, dengan metoda lain belum terdeteksi, sedangkan dengan kit RIA PPR-BATAN sudah terbaca. Pande Made Udiyani
8 84 ISSN Gina Mondrida, dkk
9 Gina Mondrida, dkk. ISSN konsentrasi albumin (μg/ml) normal alb kit RRC kit PRR Nomor samp
10 86 ISSN Gina Mondrida, dkk
11 Gina Mondrida, dkk. ISSN
PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA
PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA V. Yulianti Susilo, G. Mondrida, S. Setiyowati, Sutari dan W. Lestari Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR),
Lebih terperinciUJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA
Gina Mondrida, dkk. ISSN 0216-3128 77- UJI KLINIS KIT MIKROALBUMINU Gina Mondrida, Siti Darwati, Agus Ariyanto, Sri Setiyowati, Puji Widayati, Wening Lestari, Veronica Yulianti Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka
Lebih terperinciOPTIMASI PEMBUATAN COATED TUBE HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA) UNTUK KIT RADIOIMMUNOASSAY (RIA) MIKROALBUMINURIA
OPTIMASI PEMBUATAN COATED TUBE HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA) UNTUK KIT RADIOIMMUNOASSAY (RIA) MIKROALBUMINURIA Sutari, V.Yulianti S, Triningsih, Gina Mondrida, Agus Ariyanto, Sri Setiyowati, Puji Widayati
Lebih terperinciPENDAHULUANPEMBUATAN KIT RIA MIKROALBUMINURIA UNTUK PEMERIKSAAN ALBUMINURIA ABSTRAK
Risalah PertemlJan Ilmiah Penelilian dan Pengembangan Apll:tasi Isolop dan RadiaSl; 2(XJ 1 PENDAHULUANPEMBUATAN KIT RIA MIKROALBUMINURIA UNTUK PEMERIKSAAN ALBUMINURIA Sukiyati Dj., Siti Darwati, Gina M.,
Lebih terperinciOPTIMASI PENANDAAN CA 15.3 DENGAN NA 125 I PRODUKSI PRR SEBAGAI PERUNUT KIT IRMA CA 15.3 ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN
94 ISSN 026-328 Gina Mondrida, dkk. OPTIMASI PENANDAAN CA 5.3 DENGAN NA I PRODUKSI PRR SEBAGAI PERUNUT KIT IRMA CA 5.3 Gina Mondrida, Puji Widayati, Siti Darwati, Sutari, Agus Ariyanto, V. Yulianti, W.
Lebih terperinciOPTIMASI RANCANGAN ASSAY KIT TRIIODOTYRONINE (T 3 ) METODE COATED TUBE
OPTIMASI RANCANGAN ASSAY KIT TRIIODOTYRONINE (T 3 ) METODE COATED TUBE Sutari, Veronika Yulianti S, Gina Mondrida,Triningsih, Agus Arianto, Puji Widayati Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN,PUSPIPTEK
Lebih terperinciOPTIMASI RANCANGAN ASSAY KIT IRMA CA-125
OPTIMASI RANCANGAN ASSAY KIT IRMA CA-125 P. Widayati *, A. Ariyanto *, Z. Abidin **, F. Yunita *, Sutari * * PRR-BATAN, Kawasan PUSPIPTEK Serpong ** Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) ABSTRAK OPTIMASI
Lebih terperinciUJI BANDING KIT IMMUNORADIOMETRICASSAY
UJI BANDING KIT IMMUNORADIOMETRICASSAY (IRMA) CARBOHYDRATE ANTIGEN 125 (CA-125) LOKAL (PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA) DENGAN KIT IRMA CA-125 IMPOR (IMMUNOTECH) Puji Widayati 1, Sri Hartini 2, Agus
Lebih terperinciUJI BANDING KIT RIA T3 PRODUK PRR-BATAN SISTEM COATED TUBE DENGAN PRODUK IZOTOP- HUNGARIA. Triningsih, Puji Widayati, Sutari dan Sri Setiyowati
SEMINAR NASIONAL VIII UJI BANDING KIT RIA T3 PRODUK PRRBATAN SISTEM COATED TUBE DENGAN PRODUK IZOTOP HUNGARIA Triningsih, Puji Widayati, Sutari dan Sri Setiyowati Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka Kawasan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penandaan falerin dengan 131 I adalah jenis penandaan tak seisotop. Falerin ditandai dengan menggunakan 131 I yang tidak terdapat dalam struktur falerin. Proses yang
Lebih terperinciPENGARUH SUHU DAN WAKTU INKUBASI PADA UJI STANDARISASI HORMON PROGESTERON
PENGARUH SUHU DAN WAKTU INKUBASI PADA UJI STANDARISASI HORMON PROGESTERON Anne Sukmara Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Hormon merupakan substansi penting dalam pengaturan
Lebih terperinciPENGAPLIKASIAN KIT RIA BATAN UNTUK PENGUKURAN PROGESTERON SUSU SAPI
PENGAPLIKASIAN KIT RIA BATAN UNTUK PENGUKURAN PROGESTERON SUSU SAPI (Application of Batan RIA KIT to Detect Progesterone in Cow Milk) T. TJIPTOSUMIRAT, I. SUGORO dan B.J. TUASIKAL Pusat Aplikasi Teknologi
Lebih terperinciProduksi Kit Immunoradiometricassay (IRMA) CA-125 untuk Deteksi Dini Kanker Ovarium
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, September 29, hal. 91-97 ISSN 1693-1831 Vol. 7, No. 2 Produksi Kit Immunoradiometricassay (IRMA) CA-12 untuk Deteksi Dini Kanker Ovarium PUJI WIDAYATI*, AGUS ARIYANTO,
Lebih terperinciPEMBUATAN KIT RIA AFLATOKSIN B1 : PEMBUATAN ANTIBODI AFLATOKSIN B1 DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA TAHUN 2010
PEMBUATAN KIT RIA AFLATOKSIN B1 : PEMBUATAN ANTIBODI AFLATOKSIN B1 DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA TAHUN 2010, Wening Lestari, Sutari, dan Triningsih Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka-BATAN, Kawasan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilakukan di kandang pemeliharaan hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di
23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya
Lebih terperinciA. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Kerja Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.), Pengambilan Sampel Darah, Penetapan Profil Urea Darah (DAM) dan Penentuan Profil Asam Urat Darah (Follin-Wu)
Lebih terperinciTIGA JENIS PARTIKEL MAGNETIK SEBAGAI PENDUKUNG FASA PADAT PADA RIA T3
Evaluasi Tiga Jenis Partikel Magnetik Sebagai Pendukung Fasa Padat Pada RIA T3 Darlina, Wayan Rediatning EVALUASI TIGA JENIS PARTIKEL MAGNETIK SEBAGAI PENDUKUNG FASA PADAT PADA RIA T3 Darlina (I), Wayan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Maret 2011 sampai dengan Agustus 2011. Berlokasi di Laboratorium Jasa Analisis Pangan, Departemen
Lebih terperinciPEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH. III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif
PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH I. TUJUAN Untuk mengetahui angka protein loss pada sampel urin II. METODE III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif
Lebih terperinciI. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika
Lebih terperinciPREPARASI SAMPEL UNTUK PENGUKURAN HORMON PROGESTERON SAPI PADA APLIKASI TEKNIK RADIOIMMUNOASSAY
PREPARASI SAMPEL UNTUK PENGUKURAN HORMON PROGESTERON SAPI PADA APLIKASI TEKNIK RADIOIMMUNOASSAY Nuning Duria 1, Budi Santoso 1, Nuniek Lelananingtiyas 2, Wiranto Budi Santoso 1 1 PRPN-BATAN, Kawasan Puspiptek,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
Lebih terperinciLampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)
LAMPIRAN Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984) Pereaksi Blanko (µl) Standar (µl) Sampel (µl) Penyangga Tris HCl (0.2 M) ph 7.5 Substrat kasein for biochemistry (1 %) Ekstrak kasar
Lebih terperinciPeningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones
Valensi Vol. 3 No. 1, Mei 2013 (65-70) ISSN : 1978-8193 Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones Maiyesni, Mujinah, Witarti, Dede K, Triani
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : peralatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA
Lebih terperinciRPMI 1640 medium. Kanamisin 250 µg. Coomassie brilliant blue G-250
86 Lampiran 1. Larutan yang digunakan pada medium RPMI 1640 RPMI 1640 medium 10,4 g Penisilin G 100.000 IU Streptomisin 100 mg Gentamisin 5 mg Kanamisin 250 µg Semua bahan tersebut dilarutkan kedalam 1000
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium
23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES
12 ISSN 0216-3128, dkk. PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES, Mujinah, Witarti, Dede K, Triani W., Trianto Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan cairan tubuh manusia yaitu plasma secara in vitro. 3.2 Subyek Penelitian Subyek penelitian
Lebih terperinciLampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)
LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis
L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K
Lebih terperinciValidasi metode merupakan proses yang dilakukan
TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Juni 2014 sampai Januari
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciPEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION
PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION Anung Pujiyanto, Hambali, Dede K, Endang dan Mujinah Pusat Pengembamgan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR), BATAN ABSTRAK
Lebih terperinciBAHAN DAN CARA KERJA Serbuk teofilina anhidrida,
BAB I I BAHAN DAN CARA KERJA 1. BAHAN DAN ALAT. 1.1. Bahan. 1.1.1. Serbuk teofilina anhidrida, Sebagai baku digunakan serbuk teofilina anhidrida murni yang didapat dari P.T. Pharos Indonesia (dari Byk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN A.
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan memberikan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 1999). Pada penelitian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dari bulan Juni 2011 sampai dengan Januari 2012
Lebih terperinciII. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian
5 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat yang digunakan adalah akuarium berukuran 40 X 60 X 60 cm 3 dan ketinggian air
Lebih terperinciII. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat yang digunakan adalah akuarium berukuran 40 X 60 X 60 cm 3 dan ketinggian air
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Metode Penelitian
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,
Lebih terperinciPENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI
ISSN 1979-2409 PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI Noor Yudhi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI. Telah dilakukan penelitian
Lebih terperinciAPLIKASI MIKROKONTROLER AVR SEBAGAI ANTAR MUKA DETEKSI FUNGSI GINJAL
APLIKASI MIKROKONTROLER AVR SEBAGAI ANTAR MUKA DETEKSI FUNGSI GINJAL Riswal Hanafi Siregar Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN, Email: riswalsfs@gmail..com ABSTRAK APLIKASI MIKROKONTROLER AVR SEBAGAI
Lebih terperinciUdara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer
Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut
Lebih terperinciLampiran 1. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 2004)
49 Lampiran. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 004) Performance characteristics for benzoic acid in almond paste, fish homogenate and apple juice (GC method) Samples
Lebih terperinciPEMBUA TAN KOMPONEN KIT IMMUNORADIOMETRICASSA Y (IRMA) CA 15.3 UNTUK DETEKSI KANKER PAYUDARA
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmalw Vol II. Oktaber 2008 ISSN 1./10-8542 PEMBUA TAN KOMPONEN KIT IMMUNORADIOMETRICASSA Y (IRMA) CA 15.3 UNTUK DETEKSI KANKER PAYUDARA Puji Widayati, Agus Ariyanto, Sutari,
Lebih terperinciPEMBUATAN KIT RIA 125 I-PROGESTERON UNTUK PENENTUAN PROGESTERON DALAM SUSU SAPI
Siti Darwati, dkk. ISSN 216 3128 19 PEMBUATAN KIT RIA 1 I-PROGESTERON UNTUK PENENTUAN PROGESTERON DALAM SUSU SAPI Siti Darwati, Agus Ariyanto, Fitri Yunita, Gina Mondrida, Triningsih, Sutari dan Sri Setyowati
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai April 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUP H.Adam Malik Medan.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai April 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUP H.Adam Malik Medan. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1
Lebih terperinciGambar 1. Alat kromatografi gas
68 A B Gambar 1. Alat kromatografi gas Keterangan: A. Unit utama B. Sistem kontrol 69 Gambar 2. Kromatogram larutan standar DHA 1552,5 µg/g Kondisi: Kolom kapiler VB-wax (60 m x 0,32 mm x 0,25 µm), fase
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2006 sampai dengan Januari 2008. Penelitian bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi,
Lebih terperincidimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)
Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu
Lebih terperinciBAB III BAHAN, ALAT DAN METODA
15 BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA 3.1 BAHAN Lactobacillus acidophilus FNCC116 (kultur koleksi BPPT yang didapatkan dari Universitas Gajah Mada), Bacillus licheniformis F11.4 (kultur koleksi BPPT yang didapatkan
Lebih terperinciLampiran A : Komposisi Media MS
Lampiran A : Komposisi Media MS Komposisi Media MS (Murashige & Skoog, 1962) Bahan Kimia Konsentrasi dalam mesia (mg/l) Makro Nutrient NH 4 NO 3 1650,000 KNO 3 1900,000 CaCl 2.H 2 O 440,000 MgSO 4.7H 2
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Alat dan Bahan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian diawali dengan pengambilan sampel susu pasteurisasi impor dari Australia melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta. Pengujian dilakukan di Balai Uji
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah proteas Bacillus subtilis diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Jurusan
Lebih terperinciLampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah
30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)
Lebih terperinciIII. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium
28 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium sulfat dalam menghasilkan enzim bromelin dan aplikasinya sebagai koagulan pada produksi keju. 3.1
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas
Lebih terperinci3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba
3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Immunologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kandang Terpadu, Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciLAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)
LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2009. Pengambilan sampel susu dilakukan di beberapa daerah di wilayah Jawa Barat yaitu
Lebih terperincix100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)
LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006) Prosedur pengujian daya serap air: 1. Sampel biskuit dihancurkan dengan menggunakan mortar. 2. Sampel
Lebih terperinciABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes
ABSTRAK HUBUNGAN MIKROALBUMINURIA (MAU) DAN ESTIMATED GLOMERULAR FILTRATION RATE (egfr) SEBAGAI PREDIKTOR PENURUNAN FUNGSI GINJAL PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1:
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian
14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian
9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat
Lebih terperinciBAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di
29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di
30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan April 2014 sampai
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (LTB- PTB-BPPT)-Serpong.
Lebih terperinciLampiran 1 Rancangan penelitian
LAMPIRAN 18 19 Lampiran 1 Rancangan penelitian Cacing tanah E. foetida dewasa Kering oven vakum (Setiawan) Tepung cacing kering Ekstraksi buffer dan sentrifugasi Ekstrak kasar protease Salting-out dengan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WaktudanTempat Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di LaboratoriumBiokimiaFakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitas Lampung. B. AlatdanBahan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat.
23 METODE PENELITIAN Tempat Penelitian Pengambilan sampel daging sapi impor untuk penelitian ini dilakukan di Instalasi Karantina Produk Hewan (IKPH). Pengujian sampel dilakukan di laboratorium Balai Besar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen
Lebih terperinciLAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis
LAMPIRAN Lampiran 1. Flowsheet pembuatan larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis Natrium dihidrogen fosfat ditimbang 0,8 g Dinatrium hidrogen fosfat ditimbang 0,9 g dilarutkan dengan 100 ml aquadest bebas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 Sampel yang akan diuji kemudian dimasukkan ke dalam sumuran-sumuran cawan ELISA sesuai dengan pola yang telah ditentukan. Setiap sumuran cawan berisi sebanyak 100 μl sampel. Cawan ELISA kemudian diinkubasi
Lebih terperinciBAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi
Lebih terperinciPRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM
PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR), BATAN ABSTRAK PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM. Iodium- 125 merupakan
Lebih terperinci