BAB III RELASI AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN MENURUT PEMIKIRAN PROF. DR. HARUN NASUTI0N

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III RELASI AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN MENURUT PEMIKIRAN PROF. DR. HARUN NASUTI0N"

Transkripsi

1 28 BAB III RELASI AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN MENURUT PEMIKIRAN PROF. DR. HARUN NASUTI0N A. Biografi Prof. Dr. Harun Nasution Harun Nasution lahir pada hari selasa, 23 September 1919 di Pematang Siantar, Sumatra Utara. Putra dari Abdul Jabar Ahmad, seorang pedagang dari Mandailing dan Qodhi (Penghulu) pada masa pemerintahan Belanda di kabupaten Simalungun, Pematang Siantar. Ayahnya juga seorang Ulama yang menguasai kitab-kitab Jawa dan suka membaca kitab Kuning berbahasa Melayu. Sedangkan Ibunya seorang Boru Mandailing Tapanuli, Maimunah keturunan seorang Ulama, ibunya pernah bermukim di Mekkah, dan mengikuti beberapa kegiatan di Masjidil Haram. Harun Nasution berasal dari keturunan yang taat beribadah, keturunan orang terhormat dan mempunyai strategi ekonomi yang lumayan. Kondisi keluarganya yang seperti itu membuat Harun bisa lancar dalam melanjutkan cita-citanya mendalami ilmu pengetahuan. Harun Nasution memulai pendidikannya di sekolah Belanda, Hollandsch Inlandche School (HIS), pada waktu berumur tujuh tahun. Selama tujuh tahun, Harun belajar bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum di sekolah itu. Dia berada dalam lingkungan disiplin yang tepat di lingkungan keluarga, Harun memulai pendidikan agama dari lingkungan keluarganya dengan belajar mengaji, shalat dan ibadah lainnya. Setelah tamat di HIS, Harun mempunyai keinginan untuk meneruskan sekolah ke MULO, akan tetapi orang tuanya tidak merestui keinginannya karena menganggap pengetahuan umumnya sudah cukup dengan sekolah di HIS. Akhirnya, dia melanjutkan pendidikan ke sekolah agama yang bersemangat modern, yaitu Moderne Islamietische Kweek School (MIK), sederajat MULO di Bukit Tinggi. Setelah sekolah di MIK ternyata sikap keberagamaan Harun mulai tampak berbeda dengan sikap keberagamaan yang selama ini dijalankan oleh

2 29 orang tuanya. Harun bersikap rasional sedangkan orang tua dan lingkungannya bersikap tradisional, karena itulah oleh orang tuanya, dia dipindahkan belajar agama ke Arab Saudi. Di Negeri Padang Pasir itu, Harun tidak lama dan memohon pada orang tuanya agar mengijinkan pindah studi ke Mesir. Di Mesir dia mulai mendalami Islam pada Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar. Namun Beliau tidak puas dengan ilmu yang di dapatkan di universitas tersebut, lalu pindah ke Universitas Amerika di Kairo. Di Universitas tersebut, Harun bukan mendalami hukum-hukum Islam melainkan mendalami ilmu pendidikan dan ilmu sosial. Setelah selesai dari Universitas tersebut dengan memperoleh ijazah dengan gelar BA, dia bekerja di perusahaan swasta dan kemudian di konsulat Indonesia-Kairo. Dari Konsulat itulah, putra Batak yang mempersunting gadis Mesir bernama Sayedah, memulai karir diplomatiknya. Dari Mesir Harun ditarik ke Jakarta bekerja sebagai pegawai Departemen Dalam Negeri lalu menjabat sebagai Sekertaris di Kedutaan Besar Indonesia di Brussel. 1 Situasi politik dalam negeri Indonesia pada dekade 60-an membuatnya megundurkan diri dari karir diplomatik dan pergi ke Mesir. Di Mesir dia kembali mendalami dunia ilmu pengetahuan di Sekolah Tinggi Islam di bawah bimbingan seorang ulama fiqih Mesir terkemuka yakni Abu Zahrah. Pada saat itu Harun mendapat tawaran untuk mengambil studi Islam di Universitas Mc Gill, Kanada. Pada saat dia kuliah di jenjang Magister, Harun menulis tentang Pemikiran Islam di Indonesia, sedangkan untuk disertasinya, dia menulis tentang Dalam Posisi Akal Pemikiran Teologi Muhammmad Abduh. Setelah meraih Doktor, Harun kembali ke tanah air dan mencurahkan perhatiannya pada pengembangan pemikiran Islam lewat IAIN. Ia sempat 1 Abdul Halim, Ed. Teologi Islam Rasional, Apresiasi terhadap wacana dan praksis Harun Nasution, Jakarta, Ciputat Press, 2001, hlm. 3-4.

3 30 menjadi Rektor IAIN Jakarta selama dua periode ( ). Kemudian Ia memelopori berdirinya Pascasarjana untuk studi Islam di IAIN Jakarta. 2 Kemudian dengan berdirinya program Pascasarjana, Harun menjabat sebagai Direktur program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai meninggal dunia (tahun 1998) di usianya lebih kurang 79 tahun. Demikianlah gambaran umum tentang biografi Prof. Dr. Harun Nasution, mulai dari lahir hingga akhir hayatnya, yang dapat penulis gambarkan sebagai berikut : lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara lulus HIS Pematang Siantar lulus Mederne Islamitische Kweek School, Bukit Tinggi Sumatera Barat lulus Ahlia Universitas AL-Azhar Kairo Mesir meraih gelar Sarjana Muda dari Universitas Amerika, Kairo menjadi pegawai luar negeri RI di Kairo dan Brussel meraih gelar Doktor dari Universitas Mc Gill, Kanada menjadi Dosen IAIN Syarif Hidayatullah, IKIP dan Universitas Nasional di Jakarta menjabat Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta menjadi Dekan Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dia wafat (18 September) di Jakarta. 3 B. Karya-karya Prof.Dr. Harun Nasution Harun Nasution di samping di kenal sebagai ahli filsafat Islam, juga di kenal juga sebagai penulis, semasa hidupnya Ia telah banyak menghasilkan tulisan, baik yang berupa buku, artikel, maupun jurnal ilmiah di dalam dan luar negeri, yang relatif menjadi buku teks (wajib) terutama di lingkungan 2 Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan pemikiran, Jakarta, Mizan, 1996, hlm Ade armando, dkk., Ensiklopedi Islam untuk pelajar menggunakan huruf Helvetika dan souvenir light, Jakarta, PT Ikhtiar BaruVan Hoeve, 2001, hlm. 90

4 31 IAIN dan STAIN yang ada di Indonesia. Buku-buku yang telah di tulis Prof. Dr. Harun Nasutioan antara lain sebagai berikut : 1. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya (1974 ), buku ini terdiri dari dua jilid, yang diterbitkan pertama kali oleh UI-Press, yang intinya adalah memperkenalkan Islam dari berbagai aspeknya, pada jilid yang pertama ini terdiri dari enam bab, yang pertama tentang agama dan pengertian agama dalam berbagai bentuknya, bab kedua tentang Islam dalam pengertian yang sebenarnya, bab ketiga tentang aspek ibadah, latihan spiritual dan ajaran moral, bab keempat tentang aspek sejarah dan kebudayaan mulai periode klasik ( M), periode pertengahan ( M) dan periode modern (1800 M), bab kelima tentang aspek politik dan bab yang terakhir tentang lembaga-lembaga kemasyarakatan. 4 Sedangkan pada jilid yang kedua merupakan lanjutan dari jilid sebelumnya, yang diterbitkan karena permintaan yang sampai pada yayasan penerbit Universitas Indonesia supaya bersama dengan buku Teologi Islam, buku ini juga dicetak kembali, yang isinya tentang perbaikan kecil, terutama terhadap salah cetak pada cetakan pertama. Buku ini terdiri dari lima bab yang berisi tentang, aspek hukum, aspek teologi, aspek falsafah, aspek mistisisme serta aspek pembaharuan dalam Islam Akal dan wahyu dalam Islam (1986). Buku ini terdiri dari enam bab yang pertama tentang akal, kedua tentang wahyu, ketiga tentang Al-qur an dan kandungannya, ke-empat tentang kedudukan akal dalam Al-qur an dan Hadist, ke-lima perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam atas dasar pengaruh ajaran pemakaian akal, yang keenam akal dan wahyu dalam pemikiran keagamaan dalam islam. Dalam buku ini Harun Nasution mencoba menggambarkan bahwa dalam agam Islam akal mempunyai kedudukan tinggi dan banyak dipakai bukan dalam perkembangan ilmu 4 Abdul Halim, op.cit., hlm Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya, cet, ll, Jakarta, UI-Press, 1978, hlm. Pendahuluan.

5 32 pengetahuan dan kebudayaan saja, tetapi juga dalam perkembangan ajaran-ajaran keagamaan islam itu sendiri Falsafah dan Mistisisme dalam Islam (1978), buku ini merupakan kumpulan ceramah dan kuliah yang diberikan terutama kepada Mahasiswa IAIN yang mengerti bahasa Arab. Buku ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama tentang falsafah Islam, pada bagian pertama ini memiliki tujuh bab, yang pertama, kontak pertama antara Islam dan Ilmu Pengetahuan serta falsafah Yunani, bab kedua sampai dengan bab ketujuh membahas tentang para filosof Islam, seperti Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Gazali dan Ibnu Rusyd. Sedangkan bagian kedua tentang Mistisime Islam - Tasawuf, dan memiliki sembilan bab, yang pertama, asal usul tasawuf, kemudian jalan untuk mendekatkan diri pada Tuhan, Alzuhd dan stasion-stasionnya, yang juga dilengkapi dengan Maqomat dan ahwal serta tokoh-tokoh sufi dan juga konsep-konsep dalam terminologi tasawuf, seperti, Al-Mahabbah, Al-ma rifat, Al-fana, dan Al-Baqo, Al- Ittihad, Al-Hulul, serta Al-Wahdad Al- Wujud, buku ini diterbitkan Bulan Bintang, Jakarta Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, Analisa, dan Perbandingan (1977). Buku ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, mengandung uraian tentang aliran dan golongan-golongan teologi, bukan hanya yang masih ada tetapi juga yang pernah terdapat dalam Islam seperti aliran Khawarij, Murji ah, Qodariah dan Jabariah, Mu tazilah, dan Ahli Sunnah wal jama ah. Uraian diberikan sedemikian rupa, sehingga di dalamnya mencakup sejarah perkembangan dan ajaran-ajaran terpenting dari masing-masing aliran atau golongan itu. Bagian kedua, mengandung analisa dan perbandingan dari aliran-aliran tersebut.yang diperbandingkan bukanlah pendapat teologis terlepas dari sistem teologi dari aliran bersangkutan dengan pendapat teologis terlepas pula dari sistem teologi 6 Harun Nasution, Akal dan Wahyu Dalam Islam, Ed l, cet ll, Jakarta, UI-Press, 1986, hlm Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, cet ll, Jakarta, Bulan Bintang, 1978, hlm. 6-8.

6 33 aliran lain, melaikan yang diperbandingkan adalah sistem teologi dengan sistem teologi lainnya. Dengan kata lain, yang diperbandingkan adalah aliran dengan aliran yang lain, sehingga dapat diketahui aliran mana yang besifat liberal, mana yang besifat tradisional, dan aliran yang mempunyai sifat antara liberal, dan tradisional. Buku ini dicetak pertama kali tahun 1972 oleh UI-Press. Buku ini merupakan pokok pembahasan dari disertasi Harun Nasution. 5. Falsafah Agama (1978). Buku ini menjelaskan tentang epistimologi dan wahyu, ketuhanan, argumen-argumen adanya Tuhan, roh, serta kejahatan dan kemutlakan Tuhan. Kandungan buku ini adalah kumpulan dari kuliahkuliah yang diberikan Harun di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan ceramah-ceramah yang disampaikan pada kelompok diskusi agama Islam di kompleks IKIP Jakarta, dan di Rawamangun tahun Buku ini semula diterbitkan dalam bentuk stensilan oleh kelompok diskusi tersebut, namun kemudian penerbit buku Bulan Bintang besedia untuk mencetaknya mulai tahun Pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Geraksn (1978). Buku ini merupan kumpulan ceramah dan kuliah Harun di berbagai tempat di Jakarta tentang Aliran-aliran Modern dalam Islam. Buku ini yang terbit pertama kali tahun 1975 oleh penerbit Bulan Bintang, membahas tentang pemikiran dan gerakan pembaharuan dalam Islam, yang timbul di jaman yang lazim disebut jaman modern dalam sejarah Islam. Pembahasannya mencakup atas pembaharuan yang terjadi di tiga negara Islam, yakni; Mesir, Turki, dan India- Pakistan. 7. Islam Rasional (1995). Buku ini menguraikan hampir seluruh pemikiran Harun Nasution sejak tahun 1970 sampai 1994 (diterbitkan oleh Saiful Muzani), terutama mengenai tuntutan modernisasi bagi umat Islam. Dalam buku ini, Harun berpendapat bahwa keterbelakangan umat Islam, tidak terkecuali di Indonesia disebabkan lambatnya mengambil bagian dalam modernisasi dan dominannya pandangan hidup tradisional, khususnya teologi Asy ariyah. Hal itu menurut Harun, harus diubah dengan

7 34 pandangan rasional yang sebenarnya telah dikembangkan oleh teologi Mu tazilah. Karena itu, reaktualisasi dan sosialisasi teologi Mu tazilah merupakan langkah strategis yang harus diambil. Karena itulah, buku ini memiliki kekuatan analisis terhadap kemandegan umat, serta menawarkan alternatif solusi fundamental bagi persoalan keislaman. Hal yang menarik dari tulisan Harun Nasution adalah sumber rujukan karyanya secara umum merupakan buku-buku standar yang ditulis pemikirpemikir Islam terkenal, baik yang hidup jaman klasik, pertengahan, maupun modern. Buku-buku rujukan karya Harun itu banyak dipergunakan dan dipelajari di berbagai dunia perguruan tinggi yang menekuni studi Islam dewasa ini. 8 Harun Nasution tidak hanya menulis buku, tetapi berbagai bahan untuk kuliah, seminar dan ceramah. Dasar dari penulisan untuk berbagai buku itu adalah ingatannya selama menekuni kuliah di Mc Gill yang kemudian disampaikan atau diberikan di berbagai tempat, antara lain di ruang kuliah IKIP, UNAS, UI, dan IAIN Jakarta, termasuk dibeberapa IAIN yang ada di Indonesia. Pada mulanya, karangan atau tulisannya bagi kalangan IAIN tampaknya kurang berarti, hanya berarti (dipakai) bahkan besar manfa atnya bagi kalangan luar IAIN, terutama buku Pembaharuan dalam Islam. Tetapi, kemudian tulisan-tulisannya banyak di gemari oleh pemikir Islam di Indonesia, termasuk pemikir muda di kalangan IAIN sendiri, lebih-lebih sejak di bukanya program Strata dua dan tiga di berbagai IAIN yang ada di Indonesia. Tulisan Harun menjadi bahan diskusi bagi para mahasiswa, bukubukunya menjadi sumber rujukan, dan kuliahnya menjadi pertemuanpertemuan yang sangat banyak membuka ide pemikiran baru dan layak di kembangkan untuk masa datang. 9 8 Abdul Halim, op.cit., hlm Abdul Halim, op.cit., hlm

8 35 C. Relasi Agama dan Ilmu Pengetahuan dalam Pandangan Prof. Dr. Harun Nasution Agama dan ilmu Pengetahuan merupakan suatu keluarga yang diikat oleh tali persaudaraan. Sekalipun ilmu pengetahuan terbatas hanya membahas alam benda karena tidak sanggup membahas pangkal mula kejadian dan akhir sesudahnya, namun demikian ia dapat dipergunakan sebagai jenjang naik untuk kehikmatan sebagai tujuan pokok dari dekat maupun jauh. Sebenarnya tidak ada pertentangan yang hakiki antara ilmu dan agama. Sekiranya terdapat pertentangan diantara keduanya kemungkinan besar justru ilmu belum dapat menjangkau permasalahannya. Sekalipun demikiian ilmu dapat memberikan oksigen dalam udara akal yang baik, sehingga hati menjadi mantap pendiriannya. Kemantapan itu sebagai bashiroh, tidak secara bodoh dan tersesat oleh tiruan tanpa pengertian. Perbedaan yang terjadi antara keduanya mungkin didasari oleh salah satu dari dua kemungkinan : 1. Pendirian dari salah satu dari dua pihak bersikap menentang pihak yang lain dalam keseluruhan, tetapi bermaksud untuk membebaskan pihak yang lain dari pendiriannya, atau menentang karena tidak mengerti dari masingmasing pihak karena mengira apa yang tidak masuk dalam daerah jangkauan ilmunya tidak benar dan palsu. 2. Ada beberapa masalah tertentu yang dikatakan bahwa ilmu dan agama mempunyai dua hukum yang bertentangan. Hal ini hanya terjadi ketika agama itu menjamah unsur yang bersifat kejiwaan dari daerah problematika ilmu dan hal-hal yang eksak bagi ilmu itu. 10 Selama ini ada anggapan bahwa antara agama yang mempunyai ajaran-ajaran absolut dan dogma yang di wahyukan oleh Tuhan yang Maha Tahu dan Maha Benar, dan ilmu pengetahuan yang banyak bergantung oleh pemikiran akal manusia yang kebenarannya bersifat relatif, terdapat pertentangan keras. Sejarah memang menunjukkan bahwa di Barat pada abad- 10 Ika Rohdjatun Sastrahidayat, Ilmu Pengetahuan Modern dan Agama Islam, Malang, AVICENNA, 1981, hlm

9 36 abad pertengahan terjadi pertentangan keras antara ilmu pengetahuan dan agama; di Timur, hal serupa dijumpai pula pada masa antara abad ketiga belas dan abad kedua puluh. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution yang dikutip oleh Amsal Bahtiar dalam bukunya Filsafat Agama I, penemuan sains di Barat tidak dapat diharmoniskan dengan dogma Kristen. Akhirnya menimbulkan pertentangan keras antara gereja di satu pihak dan kaum filosof dan saintis di pihak lain. Kaum filosof, demikian Harun Nasution, yang membawa pemikiranpemikiran dan saintis yang menimbulkan penemuan-penemuan yang bertentangan dengan pendapat gereja dikeluarkan dari Gereja. Maka filsafat dan sains yang mereka kembangkan menjadi terlepas dari ikatan agama. Dengan demikian berkambanglah filsafat dan sains yang sekuler di Eropa Barat sebagaimana halnya dengan filsafat dan sains di Yunani zaman klasik. Filsafat ini mengajarkan bahwa mencari sebanyak mungkin kesenangan adalah prinsip yang di pakai dalam bidang moral. Dalam bidang teologi, timbul teologi Tuhan telah mati, agama tidak ada artinya lagi. Yang menentukan segala-galanya adalah manusia. Nilai yang absolut lenyap digantikan dengan nilai yang relatif. Pemakaian sains pun, demikian Harun Nasution tidak dikontrol oleh agama. Soal sains membawa kerusakan atau manfa at bagi para masyarakat, menurut para saintis, bukanlah urusan mereka, tetapi itu adalah masalah kaum agama atau moralis. Padahal kaum agama dan moralis di Barat boleh di katakan tidak ada pengaruhnya lagi. 11 Etika memang tidak termasuk dalam kawasan ilmu dan tehnologi yang bersifat otonom, tetapi tidak dapat disangkal ia berparan dalam perbincangan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Penerapan dari ilmu pengetahuan dan tehnologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan kadangkadang kita lihat akan mempunyai pengaruh pada proses perkembangan lebih lanjut ilmu pengetahuan dan tehnologi, dan hal ini ada keharusan untuk memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan

10 37 ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum, kepentingan generasi mendatang, dan bersifat universal. Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan tehnologi adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh eksisitensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia. 12 Menurut Harun Nasution, agama dan sains menghadapi persoalan yang cukup rumit ketika berhadapan dengan situasi yang demikian. Satu sisi sains di Barat berkembang dengan pesatnya, tetapi jauh dari jiwa agama, sehingga yang terjadi adalah sains yang sekuler, Sebaliknya di Timur masyarakatnya taat beribadah, tetapi lemah moralnya, sehingga muncul bentuk sekularisasi juga dalam umat beragama. Karena itu, Harun Nasution memberikan alternatif untuk mengatasi persoalan terebut: 1. Menyesuaikan filsafat dan sains yang sekuler dengan ajaran dasar agama, sehingga yang berkembang di dunia bukan filsafat dan sains yang sekuler, tetapi filsafat dan sains yang agamis. 2. Kedua mengutamakan pendidikan moral umat beragama, di samping pengajaran ibadat dan syari at, sehingga terciptalah umat beragama yang berakhlak mulia. 13 Dalam Islam hubungan yang harmonis dapat dijumpai selama lima abad, mulai abad kedelapan sampai abad ketiga belas masehi. Itu bisa terjadi karena dalam Islam akal sebenarnya mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. Dalam bidang keagamaan sendiri akal juga banyak dipergunakan. Ini bisa terjadi karena dari ayat Al-Qur an yang jumlahnya kurang lebih itu, hanya kira-kira 500 ayat yang mengandung ajaran mengenai akidah, ibadah dan hidup kemasyarakatan. Disamping itu terdapat pula kurang lebih 150 ayat mengenai fenomena nature. Pada umumnya ayat-ayat itu datang dalam bentuk prinsip-prinsip dan garis-garis besar tanpa penjelasan mengenai perincian maupun cara pelaksanaannya. Dalam memahami perincian dan cara 11 Amsal Bahtiar, Filsafat agama I, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1997, hlm Achmad Charris Zubair, Dimensi Etik Dan Asketik Ilmu Pemgetahuan Manusia (Kajian Filsafat Ilmu), cet. I, Lembaga Studi Filsafat Islam (LESFI), Yogjakarta, 2002, hlm Op.cit., Islam Rasional, hlm

11 38 pelaksanaannya banyak dipakai akal oleh para ulama. Pemakaian akal yang tinggi kedudukannya dalam Al-Qur an dan Hadist itulah, yang di sebut Ijtihad. Oleh karena itu, ijtihad disamping Al-Qur an dan Hadist merupakan sumber ketiga dari ajaran Islam. Dengan demikian berkembanglah dalam Islam pada abad kedelapan dan kesembilan masehi, teologi yang bercorak rasional. Dalam teologi ini mendorong manusia bersifat dinamis dan aktif, bukan statis maupun pasif. Teologi ini yang mengajarkan kebebasan manusia dalam kehendak serta pebuatan, dan adanya sunnatullah yang mengatur alam semesta, menghasilkan tokoh-tokoh ilmu pangetahuan pada masa lima abad tersebut, yang dalam sejarah Islam dikenal dengan Zaman Klasik. Konsep hukum alam ciptaan Tuhan bukan hasil nature, yang membawa keyakinan bahwa antara agama dan ilmu pengetahuan tidak ada pertentangan. Sumber agama adalah wahyu dan sumber ilmu pengetahuan adalah sunnatullah, sedang keduanya berasal dari sumber yang satu, yakni Allah. Maka antara keduanya tak bisa diadakan pertentangan. 14 Ayat-ayat Al- Kawniyyah dalam Al-qur an, ayat-ayat yang mengajarkan manusia supaya memperhatikan febomena alam, mendorong para ulama Islam zaman klasik untuk mempelajari dan meneliti alam sekitar. Pada masa yang terletak antara abad kedelapan dan abad ketiga belas masehi, Ilmu pengetahuan duniawi sangat berkembang dalam dunia Islam, yang dimulai dengan penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab yang berpusat di Bayt Al-Hikmah di Baghdad. Pada zaman itu, akal sangat dijunjung tinggi, sehingga melahirkan teologi rasional dalam Islam, yang mengandung ajaran bahwa akal manusia mempunyai kemampuan yang tinggi, dan manusia diberi kebebasan oleh Tuhan dalam perbuatan dan kemauan, dengan demikian manusia bersikap dinamis. Tetapi sayangnya pandangan luas, pikiran terbuka serta rasional, dan sikap dinamis umat pada zaman klasik hilang lenyap pada zaman pertengahan islam yang dimulai pada tahun 1250 M, dan berakhir pada tahun 1880 M.

12 39 Sebagai gantinya timbul pemiliran tradisional dengan pandangan yang sempit, pikirannya yang tetutup, serta sikapnya yang statis. Pada zaman ini ajaranajaran yang dihasilkan ulama-ulama pada zaman klasik, dalam bidang aqidah, ibadah, muamalah dan lain-lain, juga diyakini sebagai dogma. Maka yang mengikat pemikiran pada zaman pertengahan bukan ajaran-ajaran absolut, tetapi juga ajaran-ajaran relatif yang banyaknya bertumpuk-tumpuk dengan perkembangan zaman, sehingga kebebasan perpikir dan bergerak amat terikat. Dengan keadaan demikian perkembangan kebudayaan Islam akan mengalami hambatan-hambatan. 15 Hambatan-hambatan itu menurut Harun Nasution di karenakan: 1. Umat Islam mempunyai pandangan yang sempit tentang Islam, yaitu pandangan yang hanya bersifat legalistis; Pandangan filosofis, teologis, dan ilmiah kurang diperhatikan. 2. Umat Islam pada umumnya hanya terikat pada tradisi, taitu interpretasi ajaran-ajaran Islam kira-kira seribu tahun lalu; Suatu interpretasi yang disesuaikan pada keadaan umat di jaman itu. 3. Karena berpegang pada tradisi itu, Islam sekarang dalam usaha-usaha menyelesaikan persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan tehnik modern, tidak kembali kepada ajaran-ajaran seperti yang terkandung dalam Al-qur an dan Hadits yang sedikit jumlahnya, tetapi kembali ke buku-buku klasik yang mengandung interpretasi tua tentang ajaran-ajaran itu. Oleh sebab itu maka Harun Nasution mencoba untuk menghidupkan kembali teologi rasional zaman klasik pada umat Islam di Indonesia, yang dimulai dengan peranannya di IAIN Jakarta, menurutnya dengan konsep manusia berpikir dan dinamis, serta konsep sunnatullah-nya, yang keduanya membawa pada perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan akan mendorong umat Islam untuk berpikir dan tidak segan mengadakan jihad, 14 Harun Nasution, Islam rasional gagasan dan pemikiran, op.cit., hlm Ibid., hlm

13 40 sehingga akan meningkatkan peran dan sumbangan dalam pembangunan Nasional. 16 Untuk itu Harun Nasution memberikan alternatif bagi pengembangan dan kemajuan serta modernisasi umat Islam khususnya di Indonesia, yaitu: 1. Pandangan sempit umat Islam di Indonesia harus diperluas dengan mengubah pendidikan agama Islam yang selama ini hanya dipusatkan pada ajaran-ajaran ibadah dan fiqih, umumnya fiqih Syafi i. Dalam pendidikan agama Islam di Indonesia harus ditambah dan diperbanyak. Dengan memperluas pandangan ini banyak hal yang selama ini dianggap bertentangan ternyata hal itu tidak demikian. 2. Dalam mencari penyelesaian tentang persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan tehnologi umat Islam seharusnya jangan kembali ke tradisidan interpretasi lama, tetapi langsung kembali kepada ajaran yang terkandung dalam Al-qur an dan Hadist. Jelaslah kiranya bahwa dengan memperkecil pandangan legalistis, serta memperdalam pengetahuan tentang hakekat Islam dan dengan kembali kepada ajaran-ajaran kemasyarakatan yang memang sedikit jumlahnya dalam Al-qur an dan Hadist serta mengadakan interpretasi yang baru dan modern tentang ajaran-ajaran yang sedikit itu, umat Islam akan mempunyai ruang gerak yang luas sekali dalam usaha-usaha modernisasi umatnya. Dengan demikian umat beragama khususnya Islam tidak lagi dianggap sebagai penghalang kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan modernisasi, seperti umat Islam zaman klasik ketika mampu membangun peradabannya sendiri Ibid., hlm Ibid., hlm

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2 PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2 1 Dosen Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Sulawesi Barat Email: zarfilosuf@gmail.com 2 Dosen Prodi Ilmu Politik,

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan PAHAM TEOLOGI RASIONAL MU'TAZILAH DI INDONESIA Oleh : M. Baharudin Abstrak Studi terhadap sejarah perkembangan dan pemikiran dalam Islam khususnya dalam bidang teologi telah menarik minat para ulama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah HARUN NASUTION ( ISLAM RASIONAL ) OLEH : SYARIFAH KHADIJAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perkembangan suatu Negara sangatlah dipengaruhi oleh para pembaharu dalam memberi warna

Lebih terperinci

HARUN NASUTION DAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

HARUN NASUTION DAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HARUN NASUTION DAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM Muhammad Husnol Hidayat MAN Jungcangcang Pamekasan Email: husnol_hidayat@gmail.com Abstrak: Problematika pendidikan Islam di era modern memberi

Lebih terperinci

MEDIA PENDIDIKAN MERUPAKAN KONSEP PEMBAHARUAN DALAM PENERAPAN PEMIKIRAN HARUN NASUTION

MEDIA PENDIDIKAN MERUPAKAN KONSEP PEMBAHARUAN DALAM PENERAPAN PEMIKIRAN HARUN NASUTION MEDIA PENDIDIKAN MERUPAKAN KONSEP PEMBAHARUAN DALAM PENERAPAN PEMIKIRAN HARUN NASUTION Hambali 1) 1 Dosen PGSD Universitas Serambi Mekah Banda Aceh Abstrak Harun Nasution adalah sosok ilmuan muslim yang

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 05Fakultas Dr. PSIKOLOGI FILSAFAT ILMUDAN LOGIKA SEJARAH FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SEJARAH FILSAFAT ; Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE-

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE- REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE- 20 Oleh: Ali Sodikin Abstrak : Pendidikan merupakan salah satu wilayah (area of cincern) gerakan pembaruan Islam yang berlangsung di seluruh dunia Islam. Tokoh-tokoh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS FILSAFAT ILMU

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS FILSAFAT ILMU FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS FILSAFAT ILMU Mata Kuliah : Sejarah Pemikiran Kode Mata Kuliah : Bobot : 2 SKS Dosen : Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. Program Studi : Pend. Sejarah

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah Kepribadian Agama Islam. Disusun Oleh : Drs. Muh. Shihat Zain, M. Ag. Dosen

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah Kepribadian Agama Islam. Disusun Oleh : Drs. Muh. Shihat Zain, M. Ag. Dosen SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah Kepribadian Agama Islam Disusun Oleh : Drs. Muh. Shihat Zain, M. Ag Dosen UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) AGROINDUSTRI VEDCA BANDUNG DAN CIANJUR 2009 1

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF Rahmawati Abstrak: Tulisan ini akan membahas sekelumit tentang konsep fana dan baqa, dari segi pengertian, tujuan dan kedudukannya. Juga dibahas sejarah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam mengkontruks Ahl al - Sunnah wal Al Jama ah, oleh karena itu perlu disimpulkan pemikiran Nahdlatul

Lebih terperinci

TEOLOGI SUNNATULLAH VERSUS TEOLOGI DETERMINIS (Upaya Melacak Etos Kerja Ummat) Ahmad Zaeny*

TEOLOGI SUNNATULLAH VERSUS TEOLOGI DETERMINIS (Upaya Melacak Etos Kerja Ummat) Ahmad Zaeny* TEOLOGI SUNNATULLAH VERSUS TEOLOGI DETERMINIS (Upaya Melacak Etos Kerja Ummat) Ahmad Zaeny* Abstrak Dalam ajaran agama ada dua pokok ajaran yang sangat erat kaitannya dengan etos kerja ummat. Pertama agama

Lebih terperinci

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plato, dia lebih menghargai kebenaran ketimbang plato. Aristoteles pernah

BAB I PENDAHULUAN. plato, dia lebih menghargai kebenaran ketimbang plato. Aristoteles pernah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebenaran dalam filsafat dianggap penting, karena salah satu definisi filsafat adalah cinta kebenaran. 1 Bahkan Aristoteles, seorang tokoh filosof yunani termasyhur,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 2 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yang berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 3 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yasng berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 216 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kiprah A. Hassan dalam upaya mencerdaskan umat Islam dapat dilihat dari karya-karyanya yang menambah khazanah ilmu pengetahuan. Usahanya mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam BAB V KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor politik dan faktor sosial. Ditinjau dari aspek politik, perselisihan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

TEKNIS PENULISAN KARYA ILMIAH KHUSUS MENGENAI RUJUKAN/REFERENSI DAN TEKNIS PENULISANNYA PROGRAM PASCASARJANA UNISNU JEPARA

TEKNIS PENULISAN KARYA ILMIAH KHUSUS MENGENAI RUJUKAN/REFERENSI DAN TEKNIS PENULISANNYA PROGRAM PASCASARJANA UNISNU JEPARA TEKNIS PENULISAN KARYA ILMIAH KHUSUS MENGENAI RUJUKAN/REFERENSI DAN TEKNIS PENULISANNYA PROGRAM PASCASARJANA UNISNU JEPARA KEPUTUSAN DIREKTUR PROGRAM PASCASARJANA UNISNU JEPARA NOMOR 02 TAHUN 2017 ====================================================================================

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 2 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yang berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.

Lebih terperinci

SKRIPSI AKAL DAN WAHYU MENURUT IBN RUSYD

SKRIPSI AKAL DAN WAHYU MENURUT IBN RUSYD SKRIPSI AKAL DAN WAHYU MENURUT IBN RUSYD Disusun oleh: Moh. Sauqul Luthfi NIM (3232103006) Jurusan Aqidah Filsafat FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) TULUNGAGUNG 2014

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup manusia mempunyai tugas dan tujuan yang harus dijalankan sebaikbaiknya, namun kenyataan yang terjadi banyaknya manusia yang melalaikan tugas dan tujuannya

Lebih terperinci

MODEL PENELITIAN AGAMA

MODEL PENELITIAN AGAMA MODEL PENELITIAN AGAMA Diajukan Sebagai Tugas Makalah Dalam Mata Kuliah Metodologi Studi ISlam DOSEN PEMBIMBING Fitri Oviyanti, M.Ag DISUSUN OLEH Lismania Nina Lingga Sari FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah PENDAHULUAN Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah perkembangan Islam di Dunia. Turki juga merupakan wilayah yang terdiri dari dua simbol peradaban di antaranya peradaban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan, sebaliknya jika pendidikan tidak berfungsi optimal, maka tidak akan. tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan, sebaliknya jika pendidikan tidak berfungsi optimal, maka tidak akan. tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan hidup manusia. Jadi, kebutuhan manusia

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI TENTANG PEMIKIRAN TEOLOGI HARUN NASUTION DAN NURCHOLISH MADJID:

STUDI KOMPARASI TENTANG PEMIKIRAN TEOLOGI HARUN NASUTION DAN NURCHOLISH MADJID: STUDI KOMPARASI TENTANG PEMIKIRAN TEOLOGI HARUN NASUTION DAN NURCHOLISH MADJID: Review Terhadap Artikel Muniron Ali Anwar * Abstrak Terjadinya perbedaan pemikiran teologis ini disebabkan Harun bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan di muka bumi ini selain menjadi makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai makhluk sosial harus

Lebih terperinci

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF)

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) A. Latar Belakang Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, terperinci, perlu mempelajari teologi yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan I Sunni atau Ahl al-sunnah Wa al- Jama ah atau terkadang juga dikenal dengan sebutan ASWAJA merupakan paham yang berdasarkan pada tradisi Nabi Muhammad SAW, di samping berdasar pada Al Qur an sebagai sumber

Lebih terperinci

`BAB I A. LATAR BELAKANG

`BAB I A. LATAR BELAKANG `BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap ada secara fisik, seluruh ruang dan waktu, dan segala bentuk materi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap ada secara fisik, seluruh ruang dan waktu, dan segala bentuk materi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam Semesta dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dianggap ada secara fisik, seluruh ruang dan waktu, dan segala bentuk materi serta energi. Istilah Semesta

Lebih terperinci

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER Modul ke: MENGENAL ISLAM Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK Fakultas ILMU KOMPUTER H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Sumbangan Islam

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN. Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung

KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN. Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filsafat merupakan pengetahuan yang wajib dipahami

Lebih terperinci

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul IPTEK

Lebih terperinci

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan

Lebih terperinci

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs. KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Ilmu Tauhid Dosen Pengampu : Drs. Ghofir Romas Disusun oleh: Shafira Caesar Savitri ( 1501016001 ) Rohmatul

Lebih terperinci

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012 satu cara yang perlu ditempuh adalah mengembangkan model home schooling (yang antara lain berbentuk pembelajaran personal ) seperti yang pernah diterapkan pada masa kejayaan Islam abad pertengahan. - Membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tak kehilangan arah dan pijakan.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KPKI12101 Pendidikan Agama PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK 1 LEMBAR PENGESAHAN Rencana Semester (RPS) ini telah disahkan

Lebih terperinci

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) MATERI PERTEMUAN II Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) Tujuan Instruksional Umum: Agar mahasiswa memahami Kerangka dasar Agama Islam dan Hukum Islam serta keterkaitan keduanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran mu tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan Salah satu referensi yang bisa menjadi acuan untuk mengetahui hakikat kebudayaan adalah ungkapan pelopor antropologi modern, Edward B Tylor sebagaimana

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITP. Minggu Pokok Bahasan/ Sub Pokok TIU TIK Daftar Pustaka

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITP. Minggu Pokok Bahasan/ Sub Pokok TIU TIK Daftar Pustaka SATUAN ACARA PERKULIAHAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITP Mata kuliah : Pendidikan Agama Kode Mata Kuliah : ITP0 SKS : Waktu Pertemuan : 6 kali Pertemuan Deskripsi : Mata kuliah Pendidikan Agama bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau dalam bahasa Ingris adalah Staed Islamic University of Sultan Syarif Kasim

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau dalam bahasa Ingris adalah Staed Islamic University of Sultan Syarif Kasim BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Uin Suska Riau Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN Suska Riau) Riau dalam bahasa Ingris adalah Staed Islamic University of Sultan Syarif

Lebih terperinci

Secara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat.

Secara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat. Secara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat. 1.Kedamain 2.kesejahteraan 3.keselamatan 4.ketaatan dan 5.kepatuhan Kedamaian itu adalah ketenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertengahan kedua dari abad IX M. Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud Al-Maturidi. Kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran Maturidiah. Aliran

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ISLAM YANG BERKUALITAS

PENDIDIKAN ISLAM YANG BERKUALITAS PENDIDIKAN ISLAM YANG BERKUALITAS Aminudin (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan al-qur an, al-hadits dan akal. Penggunaan dasar

Lebih terperinci

MODUL 1 KONTRAK PERKULIAHAN RUANG LINGKUP MATA KULIAH AGAMA ISLAM

MODUL 1 KONTRAK PERKULIAHAN RUANG LINGKUP MATA KULIAH AGAMA ISLAM MODUL 1 KONTRAK PERKULIAHAN RUANG LINGKUP MATA KULIAH AGAMA ISLAM DISKRIPSI MATA KULIAH ENJELASKAN TENTANG GAMBARAN PROSES PEMBELAJARAN YANG AKAN ISAMPAIKAN DALAM 1 SEMESTER. KOMPETENSI EMAHAMI GAMBARAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada uraian ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan dan saran sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang terdapat di dalam rumusan masalah yaitu: 1. Menjelang berdirinya UNIVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bagian bentuk seni yang kehadirannya untuk diapresiasi. Artinya, kehadiran karya sastra untuk dimanfaatkan, dinikmati, dihargai, dan dikaji. Karya

Lebih terperinci

BAB III PENULIS DAN KARYANYA BUKU DI BAWAH NAUNGAN AL-QUR AN. Qur an Menangkap Pesan-Pesan Al-Qur an dilahirkan pada tanggal 20

BAB III PENULIS DAN KARYANYA BUKU DI BAWAH NAUNGAN AL-QUR AN. Qur an Menangkap Pesan-Pesan Al-Qur an dilahirkan pada tanggal 20 BAB III PENULIS DAN KARYANYA BUKU DI BAWAH NAUNGAN AL-QUR AN A. Profil Penulis 1. Biografi Dr. H. Mukhyar Sani, MA penulis buku Di Bawah Naungan Al- Qur an Menangkap Pesan-Pesan Al-Qur an dilahirkan pada

Lebih terperinci

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran. Hal ini banyak dinyatakan oleh kitab suci al-qur an

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran. Hal ini banyak dinyatakan oleh kitab suci al-qur an BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang mendorong dan mendukung perkembangan pemikiran. Hal ini banyak dinyatakan oleh kitab suci al-qur an yang mengajak manusia untuk berpikir

Lebih terperinci

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam Istilah addin al-islam Tercantum dalam Al-Qur an Surat al-maaidah (5) ayat 3, mengatur hubungan manusia dengan Allah (Tuhan), yang bersifat vertikal, hubungan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan koloniaisme memegang peranan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan, termasuk salah satu aspek yang diatur secara jelas dalam Al-Qur an dan Sunnah Rasul. Hal ini membuktikan bahwa masalah kewarisan cukup penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, menciptakan suasana sejuk dan harmonis bukan hanya di antara sesama umat manusia tetapi juga

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI PAI ASPEK: TARIKH DAN PERADABAN ISLAM. Oleh Aprianto Widyaiswara Pertama

PENDALAMAN MATERI PAI ASPEK: TARIKH DAN PERADABAN ISLAM. Oleh Aprianto Widyaiswara Pertama PENDALAMAN MATERI PAI ASPEK: TARIKH DAN PERADABAN ISLAM Oleh Aprianto Widyaiswara Pertama SOAL 1. Jelaskanlah pengertian tarikh dan peradaban Islam! 2. Jelaskanlah manfaat dari pembelajaran PAI aspek Tarikh

Lebih terperinci

MEMBANGUN HARMONI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN AGAMA

MEMBANGUN HARMONI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN AGAMA MEMBANGUN HARMONI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN AGAMA Oleh: Ali Sodikin, M.Pd.I Abstrak : Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang diilhami cinta dan dibimbing oleh pengetahuan._bertrand Russell_ Ilmu

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. zakat sama dengan perintah sholat. Namun dalam kenyataannya rukun

BAB 1 PENDAHULUAN. zakat sama dengan perintah sholat. Namun dalam kenyataannya rukun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai salah satu rukun Islam, zakat hukumnya fardu ain dan merupakan kewajiban yang bersifat ta abudi. Dalam Al Qur an perintah zakat sama dengan perintah

Lebih terperinci

SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI

SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI 141 LAMPIRAN XII SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI Perkembangan Ilmu Pengetahuan Hingga Daulah Abbasiyah Nama : Waktu : 2x 45 menit Kelas : Semester : II (Genap) Mulailah bekerja dengan membaca basmallah!

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql. 147 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Corak Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb Muhammad Abduh dalam corak pemikiran pendidikannya, memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam pandangan al-qur an,

BAB V PENUTUP. skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam pandangan al-qur an, 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian poko-pokok permasalahan yang telah dibahas dalam skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia merupakan agama penutup, sekaligus sebagai penyempurna agama samawi terdahulu. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kitab kuning merupakan sebuah elemen penting dalam sebuah pondok pesantren. Kitab kuning telah menjadi bahan ajar pesantren dalam kurun waktu yang lama sehingga kitab

Lebih terperinci

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. *

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. * KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN Oleh, Novita Siswayanti, MA. * Abstrak: Pemikiran pembaharuan Kiai Wahid Hasyim telah memberikan pencerahan bagi eksistensi pesantren dalam menentukan arah serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN (PENDIDIKAN AGAMA)

KONTRAK PERKULIAHAN (PENDIDIKAN AGAMA) KONTRAK PERKULIAHAN (PENDIDIKAN AGAMA) Bobot SKS : 2 SKS Semester : Ganjil 2015/2016 Hari Pertemuan : 16 Dosen Pengampuh : 1. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu harapan bangsa dimana nantinya remaja diharapkan dapat meneruskan nilai-nilai perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibnu sabil merupakan salah satu dari delapan kelompok yang berhak menerima zakat (ashnaf). Hal ini sebagaimana disebutkan Allah dalam salah satu firman-nya yakni

Lebih terperinci

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1 Fakultas Psikologi Disusun oleh: Ugulia Meri Susilowati F 100

Lebih terperinci

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama Ulil Abshar Abdalla, koordinator JIL mempunyai pandangan bahwa larangan kawin

Lebih terperinci

Lampiran II BIOGRAFI ULAMA 1. Abdul Wahhab Khallaf Abdul Wahab Khalaf dilahirkan di Mesir pada bulan Maret 1888. Setelah menghafal Al-Qur an beliau belajar di al-azhar pada tahun 1990. Kemudian pada tahun

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM BAHAN DISKUSI KELAS MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM Oleh Kelompok 1 Muhammad Arifin (201410070311086); Arista Mutiara Risa (201410070311087) M. Prayogi Anggoro (201410070311089); Paksindra Agustina

Lebih terperinci

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM DR. Ramlan Yusuf Rangkuti, M.A. Disampaikan Pada Mata Ajar Agama Islam Pogram BHP 2 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara A. Filsafat Ketuhanan dalam Islam Siapakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan para ilmuwan, termasuk dalam lingkup kajian Filsafat (b aik Barat

BAB I PENDAHULUAN. kalangan para ilmuwan, termasuk dalam lingkup kajian Filsafat (b aik Barat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era modern 1 beserta dampak yang selalu menyertainya merupakan salah satu topik pembahasan yang tidak akan pernah berhenti diperbincangkan di kalangan para ilmuwan,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA. Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah TASAWWUR ISLAM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA. Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah TASAWWUR ISLAM KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah Sukatan Pelajaran TASAWWUR ISLAM 2000 RUKUN NEGARA BAHAWASANYA negara kita Malaysia mendukung citacita hendak mencapai perpaduan yang

Lebih terperinci