TEOLOGI SUNNATULLAH VERSUS TEOLOGI DETERMINIS (Upaya Melacak Etos Kerja Ummat) Ahmad Zaeny*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEOLOGI SUNNATULLAH VERSUS TEOLOGI DETERMINIS (Upaya Melacak Etos Kerja Ummat) Ahmad Zaeny*"

Transkripsi

1 TEOLOGI SUNNATULLAH VERSUS TEOLOGI DETERMINIS (Upaya Melacak Etos Kerja Ummat) Ahmad Zaeny* Abstrak Dalam ajaran agama ada dua pokok ajaran yang sangat erat kaitannya dengan etos kerja ummat. Pertama agama mengajarkan bahwa setelah hidup di dunia ini ada kehidupan akhirat yang bersifat spiritual dan kedua, agama mempunyai ajaran tentang nasib dan perbuatan manusia yang teraktualisasi dalam teologi Qadariyah dan Jabariyah. Penulis tertarik untuk membahas masalah ini karena ternyata dari dua persoalan ini telah menciptakan suatu polarisasi dalam kehidupan umat Islam. Polarisasi ini muncul karena memang ada sinyalemen-sinyalemen Qur ani yang mengarah pada masing-masing kutub. Juga dengan melacak sejarah, memang ditemukan bahwa kutub-kutub itu silih berganti berlaku di kalangan umat Islam dengan segala akibatnya. Kata kunci: Etos kerja, Teologi Sunnatullah, Teologi Determinis, Sinyalemen Qur ani. Pendahuluan Ada dua ajaran dalam agama yang sangat erat kaitannya dengan etos kerja. Pertama agama mengajarkan bahwa setelah hidup di dunia yang bersifat material ini ada kehidupan akhirat yang bersifat spiritual. Bagaimana pengaruh ajaran ini terhadap produktifitas dari penganut agama bersangkutan tergantung dari kedua corak hidup tersebut. Apabila kehidupan dunia dipandang penting, maka etos kerja akan meningkat. Tetapi sebaliknya, kalau hidup akhirat yang diutamakan, maka etos kerja akan menurun. Kedua, agama mempunyai ajaran tentang nasib dan perbuatan manusia. Kalau nasib manusia telah ditentukan oleh Tuhan sejak semula, dalam arti bahwa perbuatan manusia merupakan ciptaan Tuhan, maka etos kerja masyarakat yang menganut paham keagamaan demikian, akan rendah sekali. Tetapi dalam masyarakat yang menganut paham bahwa manusialah yang Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/

2 menentukan nasibnya dan manusialah yang menciptakan perbuatannya, maka etos kerja akan tinggi. Dalam teologi, paham pertama dikenal dengan paham Jabariyah atau disebut juga dengan fatalisme dan predestinasi. Sebaliknya paham kedua disebut dengan paham Qadariyah atau kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan (free will and free act). 1 Dalam Al Qur an sendiri memang mengandung ajaranajaran yang dapat melahirkan baik Jabariyah maupun Qadariyah. Yang membawa orang pada paham Jabariyah atau fatalisme dapat ditemukan misalnya pada ayat- ayat: Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan diri kamu, kecuali telah ditentukasn di dalam kitab sebelum ia Kami wujudkan. 2 Bukanlah engkau melontar ketika engkau melontar (musuh) tetapi Allah-lah yang melontar (mereka). 3 Sementara itu yang dapat membawa orang pada paham Qadariyah dapat dilihat misalnya pada ayat- ayat berikut: Katakanlah: Kebenaran datang dari Tuhan. Siapa yang mau, percayalah ia, dan siapa yang tidak mau, janganlah ia percaya. 4 Buatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Ia melihat apa yang kamu buat. 5 Namun dalam Al Qur an juga disebutkan bahwa hidup di dunia yang bersifat material dan hidup di akhirat yang bersifat spiritual, adalah sama pentingnya; seperti ayat yang mengatakan: Carilah apa yang dianugerahkan Allah bagimu di akhirat dan jangan lupakan bagianmu di dunia. 6 1 Sudirman Tebba, Membangun Etos Kerja Dalam Perspektif Tasawuf, Pustaka Nusantara Publishing, Bandung, Cet. Pertama, 2003, h. 4. Lihat juga Syahrin Harahap, Islam Konsep Dan Implementasi Pemberdayaan, Tiara Wacana, Jogyakarta, Cet. Pertama, 1999, h Q.S. 57 (Al Hadid): 22 3 Q.S. 8 (Al Anfal): 17 4 Q.S. 18 (Al Kahfi): 29 5 Q.S. 14 (Ibrahim): 40 6 Q.S. 28 (Al Qoshosh): 77 Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/

3 Pembahasan 1. Menengok fase perkembangan teologi. Dalam sejarah Islam, yang biasanya dibagi kedalam tiga priode atau zaman, yakni zaman klasik ( M), zaman pertengahan ( M), dan zaman Modern (1800 dan seterusnya), kedua macam ajaran (sebagaimana disebut dalam pendahuluan) pernah mempengaruhi umat Islam untuk masa tertentu. a. Zaman Klasik. Pada zaman Klasik berkembang teologi Sunnatullah. Sunnatullah adalah hukum-hukum yang diciptakan dan ditetapkan Allah kepada setiap mahluk-nya. Dan segala sesuatu berjalan sesuai dengan hukum-hukum tersebut. Dikalangan para saintis lebih dikenal dengan hukum Alam (natural laws). Menurut Muhammad Abduh, segala yang ada di alam ini diciptakan sesuai dengan hukum alam atau sifat dasarnya. Manusiapun tidak terlepas dari sunnatullah. Bedanya, natural laws adalah ciptaan alam, sedan sunnatullah adalah ciptaan Allah. 7 Ciri-ciri teologi sunnatullah adalah sebagai berikut: 1). Kedudukan akal yang tinggi. 2). Kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan. 3). Kebebasan berpikir hanya diikat oleh ajaran-ajaran dasar dalam A Qur an dan Hadis yang sedikit sekali jumlahnya. 4). Percaya adanya sunnatullah dan kausalitas. 5). Mengambil arti metaforis dari teks wahyu. 6). Dinamika dalam sikap dan berpikir. Teologi sunnatullah ini muncul pada zaman Klasik karena Ulama zaman itu sadar akan kedudukan akal yang tinggi dalam Al Qur an dan Hadis. Dalam pada itu mereka cepat bertemu dengan sains dan filsafat Yunani yang terdapat di pusat-pusat peradaban Yunani di Aleksandria (mesir), Antakia (Suriah), Jundisyapur (Irak) dan Bactra (Persia). Dalam sains dan filsafat Yunani akal juga sangat sentral. Maka peran akal yang tinggi dalam Al Qur an dan Hadis bertemu dengan peran akal yang tinggi dalam sains dan filsafat Yunani tersebut. Inilah yang membuat ulama Islam zaman itu mengembangkan pemikiran rasional. 7 Ahmad Kosasih, Nilai Dan Makna Kerja Dalam Islam, Nuansa Madani, Jakarta, 1999, Cet. Pertama, h. 41 Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/

4 Ulama zaman Klasik itu memakai metode berpikir rasional, ilmiah dan filosofis. Dan yang cocok dengan metode berpikir ini adalah filsafat Qadariyah, yang menggambarkan kebebasan manusia dalam kehendak dan perbuatan. Karena itu sikap umat Islam zaman itu adalah dinamis; orientasi dunia mereka tidak dikalahkan oleh orientasi akhirat. Keduanya berjalan seimbang. Tidak mengherankan kemudian kalau pada zaman Klasik itu, soal dunia dan soal akhirat sama-sama dipentingkan, dan produktifitas umat dalam berbagai bidang meningkat pesat. 8 b. Zaman Pertengahan. Pada zaman ini, teologi sunnatullah dengan pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah itu hilang dari dunia Islam dan pindah ke Eropa melalui mahasiswa- mahasiswa Barat yang datang belajar ke Andalusia (Spanyol Islam) dan melalui penerjemahan- penerjemahan buku- buku Islam kedalam bahasa Latin. Di Eropa berkembang Averroisme, yang membawa pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah dari Ibnu Rusyd, filosof Islam abad ke dua belas. Averroisme mendorong lahirnya Renaissance di Eropa yang pada gilirannya membawa Eropa ke zaman Modern dengan kemajuannya yang pesat dalam sains dan teknologi. Pada zaman itulah dunia Islam justru memasuki zaman Pertengahan yang merupakan zaman kemunduran. Teologi sunnatullah dengan pemikiran rasional, filosofis dan ilmiahnya itu hilang dari dunia Islam dan digantikan oleh teologi kehendak mutlak Tuhan (Jabariyah atau fatalisme), yang besar pengaruhnya pada umat Islam di dunia, mulai dari pertengahan abad kedua belas sampai zaman kita sekarang ini. Ciri-ciri teologi kehendak mutlak Tuhan (Jabariyah) itu adalah: 1). Kedudukan akal yang rendah. 2). Ketidak bebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan. 3). Kebebasan berpikir yang diikat dengan banyak dogma. 4). Ketidak percayaan kepada sunnatullah dan kausalitas. 5). Terikat kepada arti tekstual dari Al Qur an dan Hadis. 6). Statis dalam sikap dan berpikir. 1995, h Harun Nasution, Islam Rasional, Mizan, Bandung, Cet. Pertama, Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/2013

5 Kedudukan akal yang rendah membuat pemikiran dalam segala bidang kehidupan tidak berkembang, bahkan berhenti. Sikap taklid, yakni mengikuti pemikiran ulama zaman Klasik sebagaimana adanya, berkembang subur dalam masyarakat. Tidak ada kemajuan dalam pemikiran. Tidak mengherankan kalau umat Islam zaman pertengahan berorientasi keakhiratan serta menganggap kehidupan dunia sebagai sesuatu yang hina. Karena itu pekerjaan seperti dagang, industri dan pertanian dianggap rendah. Itu semua dipandang sebagai pekerjaan yang hanya layak bagi kaum non- Islam. Pandangan itu pulalah antara lain, yang membuat sains hilang dari dunia Islam zaman pertengahan, sedangkan di Eropa Barat pada waktu yang bersamaan sains dan teknologi berkembang dengan pesat. Juga tidak adanya kepercayaan pada sunnatullah yang mengatur alam ini, mempunyai pengaruh terhadap lenyapnya sains dari dunia Islam zaman abad pertengahan. Etos kerja ulama dan umat Islam zaman pertengahan dibandingkan dengan etos kerja ulama dan umat pada zaman Klasik jauh menurun. Etos kerja dalam bidang sains dan filsafat lenyap, sedangkan etos kerja dalam bidang ekonomi, industri dan pertanian menurun. Hanya etos kerja dalam bidang politik yang agak menonjol, karena pada zaman pertengahan masih terdapat tiga negara adikuasa, yaitu kerajaan Turki Usmani, kerajaan Syafawi dan kerajaan Mughal. 9 c. Zaman Modern. Pada zaman modern ini (abad ke sembilan belas), dimana orang Eropa yang dahulu mundur dan sekarang telah maju itu, datang ke dunia Islam. Dunia Islam terkejut dan tidak menyangka bahwa Eropa yang telah mereka kalahkan pada zaman Klasik dahulu, pada zaman modern menguasai mereka. Kerajaan Turki Usmani, adikuasa pada zaman abad pertengahan ( abad ke delapan belas) mulai mengalami kekalahan- kekalahan dalam peperangannya di Eropa. Napoleon Bonaparte dalam masa tiga minggu dapat menguasai seluruh Mesir pada tahun 1798 M. Inggris memasuki India dan menghancurkan kerajaan Mughal pada tahun 1857 M. 9 Ibid., h. 118 Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/

6 Salah satu jalan yang dilihat oleh para ulama dan para pemikir seperti Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh di Mesir, Zia Gokalp di Turki, dan Sayyid Ahmad Khan di India, adalah kembali ke teologi sunnatullah dengan pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah zaman Klasik di kalangan ulama dan umat Islam zaman modern. Disamping itu mereka melihat sains yang telah berkembang dengan pesat di Eropa, perlu dikuasai kembali oleh ulama dan kaum terpelajar Islam. Mulailah pada abad ke sembilan belas didirikan sekolahsekolah model Barat di Mesir, Turki dan India. Di sini diajarkan metode berpikir rasional, filosofis dan ilmiah. Sains di sekolahsekolah ini sangat dipentingkan, sehingga timbullah di dunia Islam golongan terpelajar Barat di samping ulama lulusan sekolah- sekolah agama. Dengan timbulnya kembali teologi sunnatullah dan orientasi keduniaan di kalangan kaum terpelajar Barat yang besar pengaruhnya kepada umat, etos kerja di dunia Islam zaman modern mulai meningkat kembali. 10 Inilah keadaan umat Islam zaman modern di Timur Tengah. Adapun umat Islam Indonesia, keadaannya berbeda. Islam mungkin telah datang ke Indonesia pada abad- abad pertama hijriah, yaitu abad ke tujuh dan ke delapan Masehi, tetapi baru berkembang pada abad ke tiga belas Masehi. Dengan kata lain pada zaman pertengahan Islam. Maka yang berkembang bukanlah teologi sunnatullah zaman Klasik, tetapi teologi kehendak mutlak Tuhan zaman pertengahan dengan pemikiran tradisional, nonfilosofis dan non ilmiah. Umat Islam Indonesia tidak kenal dengan teologi sunnatullah zaman Klasik dengan pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah. Kepada umat Islam tergambar bahwa teologi kehendak Tuhan- lah satu-satunya teologi yang ada dalam Islam. Karena berkembangnya teologi kehendak mutlak Tuhan, banyak umat Islam yang ragu- ragu dan kurang percaya adanya sunnatullah. Banyak yang yakin bahwa segala-galanya telah ditentukan secara langsung dan secara mutlak oleh Tuhan. Maka usaha manusia- pun tak banyak artinya. Usahapun sedikit 10 Ibid., h lihat juga Syahrin Harahap, Islam konsep Dan Implementasi Pemberdayaan, Tiara Wacana Jogyakarta, Cet. Pertama, 1999, h. 11 Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/

7 dijalankan dan doa diperbanyak. Sekolah- sekolah model Barat, seperti halnya di dunia Islam Timur Tengah, juga berkembang di Indonesia, meskipun seabad lebih terlambat, yaitu pada abad ke dua puluh masehi. Tetapi pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah, yang dikembangkan model Barat ini, tidak menimbulkan teologi sunnatullah di Indonesia, kecuali di kalangan kecil umat. Karena itu, kalau etos kerja di kalangan umat Islam Indonesia terasa kurang meningkat, kedua pandangan keagamaan (keislaman) itulah (teologi kehendak mutlak Tuhan dengan paham qadha dan qadar- Nya dan orientasi hidup keakhiratan) yang antara lain menjadi penyebabnya. Untuk meningkatkan etos kerja itu, teologi sunnatullah dengan pemikiran rasional, filosofis dan ilmiahnya perlu dikembangkan di kalangan umat Islam Indonesia, sebagai pengganti dari teologi kehendak mutlak Tuhan. Sementara itu perlu dikembangkan keseimbangan antara orientasi spiritual keakhiratan dan orientasi keduniaan Motivasi Kerja Dalam Islam. Keprihatinan akan keadaan masa kini, sekali-kali tidak boleh menjadikan umat Islam berkecil hati, berputus asa dan berpangku tangan. Sebaliknya umat Islam harus bangkit, berjuang dan beramal dengan kemampuan yang ada untuk memerangi kemunduran dan keterbelakangan itu dengan berusaha sungguhsungguh dalam suatu program yang teratur dan menyeluruh dalam upaya menerapkan ajaran Islam kedalam kehidupan nyata di mulai dari diri dan lingkungannya sendiri. 12 Dengan demikian umat Islam berarti telah berupaya untuk merubah keadaan. Keadaan tidak akan berubah tanpa diupayakan. Untuk itulah perlu adanya suatu motivasi yang kuat dalam upaya tersebut. Secara teoritik, motivasi diartikan sebagai (a) dorongan yang timbul dari diri seseorang, sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu; atau (2) usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok 11 Ibid., h A.M. Saefuddin et. al., Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi, Mizan, Bandung, Cet. Keempat, 1993, h. 173 Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/

8 orang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya. 13 Itulah motivasi yang dalam bahasa yang lebih sederhana disebut dengan dorongan. Pada dasarnya, motivasi muncul karena adanya kebutuhan (need), dorongan (drive) dan tujuan (goals). Ketiga faktor inilah yang mendorong seseorang untuk bekerja. Secara teoritik, seperti dikemukakan oleh Maslow, bahwa apabila kebutuhan terpenuhi atau terpuaskan, maka kebutuhan tersebut tidak lagi memotivasi perilaku. Dengan demikian kebutuhan yang mempunyai kekuatan tinggi disaat sudah terpuaskan, maka dengan sendirinya kebutuhan tersebut sudah tercapai dan posisinya dalam berkompetisi dengan kebutuhankebutuhan lainnya akan bergeser ke tingkat yang lebih rendah. Dengan demikian, kepuasan atau tercapainya suatu kebutuhan dapat mengubah kekuatan motivasi seseorang dalam bekerja, dan beralih kepada motivasi atau kebutuhan lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan tingkat kebutuhan di dalam kehidupan manusia dapat merangsang daya dorong atau semangat kerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan teori ini dapat diasumsikan bahwa kehadiran produkproduk teknologi modern yang memberikan kemudahan kepada manusia (mobil, televisi, komputer dsb.) mempunyai nilai positif dalam meningkatkan motivasi seseorang bekerja keras untuk mendapatkannya. Dengan sendirinya kebutuhan-kebutuhan tersebut juga dapat merangsang tumbuhnya kreativitas serta daya saing dalam bekerja. 14 Dengan bertolak dari kesimpulan diatas, suatu kebutuhan yang sudah terpuaskan tidak lagi akan memotivasi perilaku, dengan demikian harus ada tujuan yang lebih tinggi, agung dan mulia, berjangka panjang serta mempunyai nilai yang abadi. Sehingga untuk mencapainya harus diperlukan pula motivasi yang lebih tinggi dan agung dari pada motivasi yang bersifat profan (duniawi). Dalam kaitan ini diperlukan motivasi yang tumbuh dari keyakinan agama yang bersifat sakral dan sublimatif Ahmad Kosasih, Op. Cit., h Ibid., h. 27 Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/2013

9 Dalam hal ini Al Qur an telah memberikan petunjuk (hudan) bagi umat manusia, penjelasan dan pembeda antara yang hak dan yang batil. Disamping itu Al Qur an juga menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam diri setiap orang yang meyakininya, sehingga dapat menumbuhkan semangat dan etos kerja dalam menapaki kehidupan di dunia ini. 15 Motivasi itu antara lain: Apabila telah ditunaikan shalat, maka hendaklah kamu bertebaran di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak- banyaknya supaya kamu beruntung. 16 Katakanlah: Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu masing- masing, sesungguhnya akupun bekerja, maka kelak kamu akan mengetahui Pembinaan Tenaga Kerja Yang Produktif. Untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai, produktif dan berkualitas, bukanlah muncul begitu saja, melainkan perlu kaderisasi dan pembinaan. Dalam hubungan ini perlu ditempuh berbagai langkah berdasarkan perkembangan zaman, antara lain adalah sebagai berikut: a. Pendidikan formal. Melalui sekolah-sekolah umum dan kejuruan. Dewasa ini secara kwantitatif sudah cukup banyak jumlah sekolah yang sifatnya formal dalam pelbagai jurusan dari mulai tingkat menengah sampai perguruan tinggi. Namun sayang alumni yang begitu banyak, banyak diantaranya yang belum siap pakai dan masih menganggur. Untuk mengatasi hal ini tentu diperlukan pembenahan kembali sistem pendidikan agar alumni yang diwisuda setiap tahunnya itu benar- benar menjadi tenaga yang siap pakai, mandiri, produktif dan berkualitas. b. Pendidikan nonformal. Merupakan kursus- kursus dan latihan- latihan kerja untuk memperoleh keterampilan dalam salah satu bidang profesi, seperti teknik industri, 15 Ibid., h Q.S. 62 (Al Jumu ah): Q.S. 39 (Az Zumar): 39 Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/

10 teknik mesin, teknik komputer dan sebagainya. Pendidikan nonformal ini perlu digalakkan dengan mutu pengajaran yang lebih ditingkatkan sehingga benar- benar dapat menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan siap pakai. c. Pendidikan informal. Berupa latihan- latihan dan kaderisasi langsung di tempat- tempat kerja. Pekerja yang telah ada ditingkatkan kemampuannya melalui latihanlatihan yang intensif dan bimbingan yang membuatnya kian maju dan mampu dalam bidang tugasnya. Medan kerja itu sendiri menjadi sekolah dan taman belajar yang lebih praktis yang terkadang bobot dan mutunya lebih mantap dibanding dengan sekolah atau kursus. Misalnya banyak montir yang ahli dan dapat mandiri membuka bengkel sendiri, padahal ia bukan lulusan sekolah teknik. d. Pembinaan fisik. Faktor olah raga dan istirahat pekerja tidak boleh diabaikan dalam rangka membangun fisik yang prima. Demikian juga kelengkapan gizi memerlukan perhatian khusus dengan makanan yang mencukupi nilai gizinya. e. Pembinaan mental. Spirit kerja perlu terus menerus dibina agar pekerja senantiasa bergairah dalam melaksanakan pekerjaannya. Demikian juga pembinaan mental budi pekerti yang luhur dibina melalui ceramah- ceramah dan pengajian- pengajian rutin Sikap Muslim Terhadap Teknologi. Seorang muslim tak layak bersikap apriori terhadap teknologi, sebagaimana tak layak untuk bersikap pasrah dan tak selektif dalam membeli atau menyadap teknologi. Sikap muslim terhadap teknologi tentunya sangat bergantung kepada daya analisisnya terhadap kedudukan tehnologi di tengah- tengah agamanya. Kebijaksanaan tertinggi menuntun kita agar sebelum memutuskan sikap terhadap sesuatu, lebih dahulu meninjau dan mengupas secara menyeluruh segala aspeknya. Perhatikan tabel di bawah ini. 18 Hamzah Ya qub, Etos kerja Islami Petunjuk pekerjaan yang halal dan haram dalam syari at Islam, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, Cetakan pertama, 1992, h. 104, Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/

11 No. Tabel 1. Sikap Muslim Terhadap Teknologi. 19 BIDANG NILAI PEMANFAATA KEMANFAATA N N SUMBER (Kreatifit as sains, cara dan masukan) SIKAP MUSLI M 1. Haram Tak maksiat Maksiat Tak produktif Tak produktif Menolak Menolak 2. Halal Maksiat Tak maksiat Tak produktif Tak produktif Menolak Menolak 3. Halal Tak maksiat Produktif * Menerim a * Produktif = Teknologi menambah keimanan tiap pribadi dalam susunan masyarakat. Dari tabel diatas dapat disimpulkan beberapa kemungkinan sikap seorang muslim terhadap teknologi adalah sebagai berikut: a. Teknologi yang berpangkal pada suatu sumber yang berpijak pada kebobrokan pekerti dan ketidak absahan (haram), tak akan pernah ada nilainya untuk pemanfaatan bidang apapun. Kebaikan tak akan sempurna, apabila di dalamnya masih terdapat bercak- bercak kejahatan. Kerja kemanusiaan yang diamalkan lewat teknologi adalah siasia, disebabkan penindasan yang terjadi ketika meraih sumbernya, atau melecehkan nilai- nilai Ilahiah ketika menetapkan modelnya. Misalnya, sistem ekonomi yang berlandaskan pada nilai non Ilahiah tak akan mampu membangun masyarakat bernafaskan keimanan. Dengan kata lain, sistem yang demikian tidak produktif, karena pertambahan produk materi tidak diimbangi dengan pertumbuhan iman. Seorang muslim menolak eksistensi teknologi semacam ini. 19 A.M. Saefuddin, Op. Cit., h. 207 Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/

12 68 Ahmad Zaeny,Teologi Sunnatullah... b. Teknologi yang memiliki sumber yang positif dan sah (halal), artinya masukan diperoleh dengan wajar dan bijaksana, dan penetapan model sains berdasarkan nilainilai Ilahiah, akan tetapi pemanfaatannya diletakkan pada hal- hal yang buruk, tidak pernah akan mempunyai nilainilai produktif. Teknologi pembuatan minuman keras, misalnya, betapapun sah dan baiknya masukan dan tata laksana yang menyertainya dalam proses produksi, tetapi merusak susunan masyarakat yang baik, Islam menolak hal semacam ini. c. Keadaan ini adalah keadaan yang ideal yang harus diwujudkan. Sumber teknologi yang diperoleh secara wajar dan bijaksana, tanpa penindasan dan penjajahan, dimanfaatkan bukan pada lapangan kemaksiatan dan melalaikan, akan tetapi justru menambah keimanan, maka teknologi semacam inilah yang mempunyai kualifikasi produktif. Seorang muslim membuka tangan dan berusaha menciptakan teknologi dengan watak yang seperti ini. Analisa Adalah suatu kenyataan bahwa dalam dunia Islam telah berkembang dua teologi yang kontradiktif, yaitu teologi Qadariyah dan teologi Jabariyah. Mereka mengklaim merekalah yang paling benar karena masing-masing mereka berargumen pada landasan Qur an. Melalui pelacakan sejarahpun kita tahu bahwa teologi ini pernah dan juga sedang dilaksanakan oleh umat Islam (zaman klasik, pertengahan dan modern). Semuanya membawa dampak kepada etos kerja yang diperolehnya. Keprihatinan akan keadaan masa kini, sekali-kali tidak boleh menjadikan umat Islam berkecil hati, berputus asa dan berpangku tangan. Sebaliknya umat Islam harus bangkit, berjuang dan beramal dengan kemampuan yang ada untuk memerangi kemunduran dan keterbelakangan itu dengan berusaha sungguhsungguh dalam suatu program yang teratur dan menyeluruh dalam upaya menerapkan ajaran Islam kedalam kehidupan nyata di mulai dari diri dan lingkungannya sendiri. Hadis nabi Muhammad Saw. yang mengatakan bahwa kejarlah urusan duniamu seolah-olah engkau akan hidup Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/2013

13 selamanya dan kerjakanlah urusan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok dijadikan titik tolak untuk memacu produktifitas baik dunia maupun akhirat. Dengan demikian umat Islam berarti telah berupaya untuk merubah keadaan. Keadaan tidak akan berubah tanpa diupayakan. Untuk itulah perlu adanya suatu motivasi yang kuat dalam upaya tersebut. Kesimpulan Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam Islam ada dua ajaran yang berkaitan erat dengan etos kerja, yaitu: pertama, adanya kehidupan akhirat setelah kehidupan dunia. Bagaimana pengaruh ajaran ini terhadap etos kerja sangat tergantung pada kedua corak hidup tersebut. Apabila kehidupan duniawi dipandang penting, maka etos kerja akan meningkat. Tetapi sebaliknya, kalau hidup di akhirat yang diutamakan, maka etos kerja akan menurun. Kedua, ajaran adanya nasib dan perbuatan manusia. Kalau nasib manusia telah ditentukan oleh Tuhan sejak semula, dalam arti bahwa perbuatan manusia merupakan ciptaan Tuhan, maka etos kerja masyarakat akan rendah sekali. Tetapi dalam masyarakat yang menganut paham bahwa manusialah yang 2. menentukan nasibnya dan manusialah yang menciptakan perbuatannya, maka etos kerja akan tinggi. 3. Dalam sejarah ada tiga priode perkembangan umat Islam, yaitu priode Klasik, Pertengahan dan Modern. Pada priode Klasik berkembang teologi sunnatullah. Dengan teologi itu umat Islam menjadi produktif. Pada priode pertengahan teologi sunnatullah diganti dengan teologi kehendak mutlak Tuahan. Dengan teologi itu umat Islam menjadi statis, produktifitas menurun. Pada priode modern umat Islam mulai bangkit dari ketertinggalan oleh Barat dan berusaha untuk menghidupkan kembali orientasi keduniaan umat yang telah hilang pada priode Pertengahan. 4. Dalam suasana pencarian identitas jati diri umat Islam diperlukan motivasi untuk me-reaktualisasi ajaran- ajaran Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/

14 yang terkandung dalam Al Qur an dan Hadis dalam upaya meningkatkan etos kerja. 5. Untuk menuju ke arah terciptanya tenaga kerja yang produktif diperlukan upaya penyadaran antara lain melalui pendidikan formal, pendidikan nonformal, pendidikan informal, pembinaan fisik dan pembinaan mental spiritual. 6. Terhadap hasil produk teknologi, umat Islam sebelum memutuskan sikap terhadap sesuatu hendaklah meninjau dan mengupas secara menyeluruh segala aspeknya terlebih dahulu. Daftar Pustaka Al Qur an al Karim Ahmad Kosasih, Nilai Dan Makna Kerja Dalam Islam, Nuansa Madani, Jakarta, Cet. Pertama, 1999 Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Yayasan Swarna Bhumy, Jakarta, Cet. Pertama, 1995 A.M. Saefuddin et. al., Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi, Mizan, Bandung, Cet. Keempat, 1993 Hamzah Ya qub, Etos kerja Islami Petunjuk pekerjaan yang halal dan haram dalam syari at Islam, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, Cetakan pertama, 1992 Harun Nasution, Islam Rasional, Mizan, Bandung, Cet. Pertama, 1995 Syahrin Harahap, Islam Konsep Dan Implementasi Pemberdayaan, Tiara Wacana, Jogyakarta, Cet. Pertama, 1999 Sudirman Tebba, Membangun Etos Kerja Dalam Perspektif Tasawuf, Pustaka Nusantara Publishing, Bandung, Cet. Pertama, 2003 Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, Dana Bhakti Wakaf, Jogyakarta, Cet. Kedua, 1995 *Ahmad Zaeny,M.Kom.I, Dosen Tetap Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung, Alumni Program Pascasarjana(S2) IAIN Raden Intan Lampung 70 Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/2013

15 Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE-

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE- REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE- 20 Oleh: Ali Sodikin Abstrak : Pendidikan merupakan salah satu wilayah (area of cincern) gerakan pembaruan Islam yang berlangsung di seluruh dunia Islam. Tokoh-tokoh

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: Etos Kerja Islam Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Etos kerja dalam arti luas adalah berkaitan dengan

Lebih terperinci

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, menciptakan suasana sejuk dan harmonis bukan hanya di antara sesama umat manusia tetapi juga

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan PAHAM TEOLOGI RASIONAL MU'TAZILAH DI INDONESIA Oleh : M. Baharudin Abstrak Studi terhadap sejarah perkembangan dan pemikiran dalam Islam khususnya dalam bidang teologi telah menarik minat para ulama Islam

Lebih terperinci

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012 satu cara yang perlu ditempuh adalah mengembangkan model home schooling (yang antara lain berbentuk pembelajaran personal ) seperti yang pernah diterapkan pada masa kejayaan Islam abad pertengahan. - Membangun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

BAB III NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DALAM PENDIDIKAN ISLAM. maju agar menjadi golongan yang unggul. Sementara itu pemenuhan di bidang

BAB III NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DALAM PENDIDIKAN ISLAM. maju agar menjadi golongan yang unggul. Sementara itu pemenuhan di bidang 27 BAB III NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DALAM PENDIDIKAN ISLAM Islam adalah agama yang mendorong umatnya untuk berfikir dan bersikap maju agar menjadi golongan yang unggul. Sementara itu pemenuhan di bidang

Lebih terperinci

A. Deskripsi Mata Kuliah:

A. Deskripsi Mata Kuliah: SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAM DOSEN : DRS. ANDI SUWIRTA, M.HUM. YENI KURNIAWATI, M.PD. ENCEP SUPRIATNA, M.PD. BOBOT 3 SKS/SJ 201 =======================================================================================================

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alamiah manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal serta mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula dengan pendidikan sebagai

Lebih terperinci

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan Mendidik Anak Menuju Surga Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Tugas Mendidik Generasi Unggulan Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam proses perubahan dan pertumbuhan manusia. Perubahan dan pertumbuhan kepada

Lebih terperinci

File di download dari Media Pendidikan Dr. Hujair AH Sanaky

File di download dari Media Pendidikan Dr. Hujair AH Sanaky REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PARADIGMA BARU DAN REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA MODERN Oleh: Tabrani. ZA Makalah ini di susun guna memenuhi tugas Mata kuliah matrikulasi Pengantar Sistem

Lebih terperinci

SEJARAH ISLAM AHMADIN

SEJARAH ISLAM AHMADIN SEJARAH ISLAM AHMADIN RAYHAN INTERMEDIA 2013 i SEJARAH ISLAM Copyright Ahmadin Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Rayhan Intermedia Penerbit: RAYHAN INTERMEDIA Jl. Naja Dg. Nai Lr 4/8 Rappokalling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi kerja pada manusia serta menurunkan Islam untuk membuka mata

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi kerja pada manusia serta menurunkan Islam untuk membuka mata BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menganugerahkan sumber-sumber kekayaan alam dan potensi kerja pada manusia serta menurunkan Islam untuk membuka mata manusia agar mendayagunakan alam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

. 2 TANDA-TANDA KIAMAT

. 2 TANDA-TANDA KIAMAT Pendahuluan 1 Pendahuluan . 2 TANDA-TANDA KIAMAT Pendahuluan 3 Di sepanjang sejarah, umat manusia telah memahami keagungan gunung-gunung dan luasnya langit, walaupun menggunakan metode-metode pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Pendidikan sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik dalam keluarga,

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM BAHAN DISKUSI KELAS MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM Oleh Kelompok 1 Muhammad Arifin (201410070311086); Arista Mutiara Risa (201410070311087) M. Prayogi Anggoro (201410070311089); Paksindra Agustina

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Jusmarwan Nacing, SP ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENG ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Jusmarwan Nacing, SP Bogor, 21 Mei 2010 Manusia, ilmu

Lebih terperinci

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Pendahuluan Reaksi-reaksi spontan telah dikemukakan oleh beberapa orang. Tetapi, tentu, reaksi-reaksi itu belum terumuskan dengan baik. Namun,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin

Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin [ Indonesia Indonesian ] Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Terjemah : Mohammad Iqbal Ghazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2009-1430

Lebih terperinci

Modul ke: Etos Kerja. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Etos Kerja. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Etos Kerja Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian Etos Kerja Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter,

Lebih terperinci

UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA FAKULTI PENGAJIAN ISLAM

UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA FAKULTI PENGAJIAN ISLAM UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA FAKULTI PENGAJIAN ISLAM HHHC9401 KEMAHIRAN NILAI, SIKAP, ETIKA DAN PROFESIONALISME SET 14 KONSEP ETIKA DAN MORAL DISEDIAKAN OLEH: FATIMAH BINTI HUSSIN A 144901 DISEDIAKAN

Lebih terperinci

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat.

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat. Sumber Ajaran Islam DR. Rais Hidayat Informatika www.mercubuana.ac.id Kompetensi Menjelaskan sumber-sumber ajaran Islam. Menguraikan Al-Qur an, As-Sunnah dan ijtihad sebagai sumber ajaran Islam. Memahami

Lebih terperinci

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada 130 BAB V ANALISA ATAS PANDANGAN SHAIKH MUHAMMAD AL-GHAZAli> memang tidak akan mungkin dilupakan dalam dunia pemikiran Islam. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etos kerja mendeskripsikan segi-segi kualitas akhlak yang baik pada manusia, bersumber dari kualitas diri, diwujudkan berdasarkan tata nilai sebagai implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke alam dunia dalam keadaan yang paling sempurna. Selain diberi akal manusia juga diberi kesempurnaan jasmani. 1 Dengan akal dan jasmani yang sempurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah khalifah di muka bumi, Islam memandang bumi dan beserta segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia sebagai

Lebih terperinci

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER Modul ke: MENGENAL ISLAM Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK Fakultas ILMU KOMPUTER H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Sumbangan Islam

Lebih terperinci

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM BAB 2 OLEH : ISLAM DAN SYARIAH ISLAM SUNARYO,SE, C.MM 1 Tujuan Pembelajaran Dapat menjelaskan Makna Islam Dapat Menjelaskan Dasar Dasar Ajaran Islam Dapat menjelaskan Hukum Islam Dapat menjelaskan Klassifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. Ibadah zakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul ANALISIS HUBUNGAN ETOS KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul ANALISIS HUBUNGAN ETOS KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Penelitian ini berjudul ANALISIS HUBUNGAN ETOS KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (studi kasus pada Aparat Pemerintahan Kecamatan Adiluwih

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C Lampiran 3 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C 01. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

DAFTAR TERJEMAH. Alquran No Halaman Bab Terjemah 1

DAFTAR TERJEMAH. Alquran No Halaman Bab Terjemah 1 DAFTAR TERJEMAH Alquran No Halaman Bab Terjemah 1 2 1 Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi BAB III KERANGKA TEORITIS Menurut Soekandar Wiriaatmaja, tradisi pernikahan merupakan suatu yang dibiasakan sehingga dapat dijadikan peraturan yang mengatur tata pergaulan hidup didalam masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang universal yang memuat banyak nilai-nilai kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk dan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kalam Allah yang menjadi mukjizat, diturunkan kepada Nabi sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril, tertulis

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 5 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir, (Q 12:87). Ibadat puasa sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan sikap, langkah dan keputusan hidupnya karena pendidikan. agama adalah jiwa (spiritualitas) dari pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan sikap, langkah dan keputusan hidupnya karena pendidikan. agama adalah jiwa (spiritualitas) dari pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek pendidikan agama yang kurang mendapat perhatian adalah pendidikan membaca Al-Qur'an. Pada umumnya orang tua lebih menitik beratkan pada pendidikan

Lebih terperinci

ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Disusun oleh DAVID SATRIA I

ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Disusun oleh DAVID SATRIA I ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Disusun oleh DAVID SATRIA I 000 060 001 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam

Lebih terperinci

MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT

MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Tauhid Dosen Pengampu: Bapak Drs. A. GHOFIR ROMAS Disusun oleh: Duriatun Nadhifa (1601016057) Halimah Sya diah (1601016058)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi seperti sekarang ini. Perkembangan teknologi dan informasi ini telah

BAB I PENDAHULUAN. informasi seperti sekarang ini. Perkembangan teknologi dan informasi ini telah BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini kebutuhan akan informasi dan komunikasi semakin tinggi. Seiring dengan perkembangan zaman yang selalu disertai dengan kemajuan teknologi dan informasi

Lebih terperinci

QADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid

QADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid QADLA DAN QADAR Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid Berikut ini adalah kompilasi dari nukilan yang diambil dari Malfuzat yang berkaitan tentang takdir dan nasib manusia. Kumpulan

Lebih terperinci

AKHLAK PRIBADI ISLAMI

AKHLAK PRIBADI ISLAMI AKHLAK PRIBADI ISLAMI Modul ke: 06Fakultas MATA KULIAH AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. Program Studi Salah satu kunci sukses di dunia dan akhirat karena faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo)

BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo) BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo) A. Analisis Perilaku Konsumsi Islam Pemikiran Monzer Kahf Analisis konsumsi pemikiran

Lebih terperinci

Bimbingan Ruhani. Penanya:

Bimbingan Ruhani.  Penanya: Bimbingan Ruhani Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifah ke empat dari Jemaat Islam Ahmadiyah selalu memberikan kesempatan dari waktu ke waktu kepada semua orang dari segala bangsa, agama dan keyakinan untuk

Lebih terperinci

BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan Salah satu referensi yang bisa menjadi acuan untuk mengetahui hakikat kebudayaan adalah ungkapan pelopor antropologi modern, Edward B Tylor sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di tengahtengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran mu tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Aktivitas keagamaan di pondok sosial Babat Jerawat mengalami

BAB IV PENUTUP. 1. Aktivitas keagamaan di pondok sosial Babat Jerawat mengalami BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktivitas keagamaan di pondok sosial Babat Jerawat mengalami perkembangan. Mulanya jama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

Bab I Apa Sih Kuncinya?

Bab I Apa Sih Kuncinya? Bab I Apa Sih Kuncinya? Kesuksesan dan kebahagiaan orang selalu diukur dengan kekayaan di dunia. Jarang orang mengukurnya dengan yang tidak terlihat. Arang lebih cenderung percaya kepada orang sukses dengan

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 20 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Sesungguhnya orang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-nya, bertambahlah

Lebih terperinci

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid MUSYAWARAH DAN PARTISIPASI PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid Salah satu kebenaran pokok dalam kehidupan adalah bahwa setiap keberhasilan senantiasa menuntut semangat pengorbanan. Tanpa semangat itu, keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu harapan bangsa dimana nantinya remaja diharapkan dapat meneruskan nilai-nilai perjuangan

Lebih terperinci

Mempersembahkan... SEQ. Training Kewirausahaan. Menjadi Pebisnis Amanah & Tawadhu

Mempersembahkan... SEQ. Training Kewirausahaan. Menjadi Pebisnis Amanah & Tawadhu Mempersembahkan... SEQ Training Kewirausahaan Menjadi Pebisnis Amanah & Tawadhu ENTREPRENEUR CENTER The way you see something, your point of view, frame of reference, or belief. Cara pandang, pola pikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diberikan terhadap seorang anak. Pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan dalam mengantar seseorang untuk meraih kesejahteraan yang didambakan baik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam BAB V KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor politik dan faktor sosial. Ditinjau dari aspek politik, perselisihan antara

Lebih terperinci

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) MATERI PERTEMUAN II Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) Tujuan Instruksional Umum: Agar mahasiswa memahami Kerangka dasar Agama Islam dan Hukum Islam serta keterkaitan keduanya

Lebih terperinci

Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat didorong oleh kualitas pendidikan manusia. Ilmu pengetahuan memang bersifat objektif

Lebih terperinci

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab MATAN Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab C MATAN AS-SITTATUL USHUL Z. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Termasuk perkara yang sangat menakjubkan dan tanda yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab terakhir ini, akan dipaparkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, dan pembahasan ini mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian, diskusi serta

Lebih terperinci

EFEK KESEHARIAN TAKWA

EFEK KESEHARIAN TAKWA c Menghormati Kemanusiaan d EFEK KESEHARIAN TAKWA Oleh Nurcholish Madjid Hadirin sidang Jumat yang terhormat. Dalam rangka memahami takwa lebih lanjut, saya ingin mengemukakan efek takwa dalam kehidupan

Lebih terperinci

Karakteristik Pendidikan Islam; Sebuah Pengantar Terhadap Pendidikan Islam

Karakteristik Pendidikan Islam; Sebuah Pengantar Terhadap Pendidikan Islam Karakteristik Pendidikan Islam; Sebuah Pengantar Terhadap Pendidikan Islam Oleh: Hidayat Abdullah Disampaikan dalam perkuliahan Landasan Pendidikan Islam Magister Teknologi Pendidikan Universitas Islam

Lebih terperinci

Pengaruh ajaran ibnu rusyd terhadap gerakan renaissance di Eropa awal abad XIV

Pengaruh ajaran ibnu rusyd terhadap gerakan renaissance di Eropa awal abad XIV 1 Pengaruh ajaran ibnu rusyd terhadap gerakan renaissance di Eropa awal abad XIV Oleh: Nurcahya K 4401033 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak runtuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M,

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 2 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yang berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 3 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yasng berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci

Merubah Peradaban dengan Pendidikan Islam

Merubah Peradaban dengan Pendidikan Islam Merubah Peradaban dengan Pendidikan Islam Oleh : Muhammad Nsrurrohman, 24 April 2010 Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SatuanPendidikan : Madrasah Aliyah (Prog Keagamaan) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat di era modern dengan mengglobalnya budaya yang tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas semakin tipis. Semisal agama

Lebih terperinci

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA) TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA) KAJIAN DALIL (AL-Qur an & Hadits) 30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang

Lebih terperinci

Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global

Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global Setiap diundang ke wilayah Aceh, saya selalu berusaha hadir. Saya sangat tertarik dengan semangat keber-islaman masyarakat Aceh yang saya

Lebih terperinci

Kemunduran Islam Akhir dari Abbasiyah Genghis Khan/Jengis Khan Mongolian Ratanya kota Bagdad Jatuhnya jazirah arab Mesir, Aint Jalut 1260 M

Kemunduran Islam Akhir dari Abbasiyah Genghis Khan/Jengis Khan Mongolian Ratanya kota Bagdad Jatuhnya jazirah arab Mesir, Aint Jalut 1260 M Abad ke-13 Kemunduran Islam Akhir dari Abbasiyah Genghis Khan/Jengis Khan Mongolian Ratanya kota Bagdad Jatuhnya jazirah arab Mesir, Aint Jalut 1260 M Tentara Mamluk Sultan Baybar/Baybarus Kekalahan Hulaghukan(Mongol)

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Secara etimologi Alqurān berasal dari kata qara-a yaqra-u ( قرا - يقرا ) yang berarti membaca. Sedangkan Alqurān sendiri adalah bentuk maṣdar dari qara-a yang berarti bacaan.

Lebih terperinci

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia A. Landasan Sosial Normatif Norma berasal dari kata norm, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan tinglah laku manusia. Landasan normatif akhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan dan perkembangan siswa sangat memerlukan tuntunan, bimbingan, binaan dan dorongan serta

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah Kepribadian Agama Islam. Disusun Oleh : Drs. Muh. Shihat Zain, M. Ag. Dosen

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah Kepribadian Agama Islam. Disusun Oleh : Drs. Muh. Shihat Zain, M. Ag. Dosen SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah Kepribadian Agama Islam Disusun Oleh : Drs. Muh. Shihat Zain, M. Ag Dosen UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) AGROINDUSTRI VEDCA BANDUNG DAN CIANJUR 2009 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII,

BAB I PENDAHULUAN. 1996, hlm Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. XII, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari makna lazimnya, pendidikan adalah suatu proses transfer of knowledge dari seorang guru kepada murid, namun ketika dicermati dari subtansi pendidikan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya seorang kyai dalam kehidupan masyarakat Madura Desa Bajur, tentunya akan membawakan dampak positif terhadap mereka, karena di samping itu seorang kyai atau

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 05Fakultas Dr. PSIKOLOGI FILSAFAT ILMUDAN LOGIKA SEJARAH FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SEJARAH FILSAFAT ; Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam diikuti

Lebih terperinci

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep BAB IV PERBANDINGAN KONSEP NEGARA MENURUT PEMIKIRAN IMAM MAWARDI DENGAN ALI ABDUL RAZIQ A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep Negara Dalam tulisan ini hampir semua pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan Bangsa. Salah satu potensi yang dikaruniai Allah kepada manusia yakni potensi

Lebih terperinci

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B. A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani Kata Utsmaniyah diambil dari pendiri pertama dinasti ini, yaitu Utsman ibn Erthogrul ibn Sulaiman Syah. Para pendiri Daulah Utsmaniyah ini berasal dari suku

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 2 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yang berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci